kjt
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Tebu merupakan salah satu tanaman yang membiak secara vegetative dengan umur relatif
panjang dibandingkan dengan tanaman semusim dengan variabilitas genetik yang sempit
dibandingkan dengan tanaman membiak secara generatif. Peningkatan variabilitas genetic dapat
dilakukan melalui induksi mutasi secara in vitro dengan menggunakan mutagen. Mutasi seperti
ini bisa menyebabkan varisi sifat secara somaklonal (Crowder, 1993), yaitu variasi genetic yang
diperoleh melalui kultur sel somatic anatra lain sel daun, akar, dan tunas (Soeryowinoto, 1994).
Variasi somaklonal secara in vitro merupakan salah satu metode pemuliaan yang paling
menjanjikan untuk menghasilkan varietas baruyang tahan terhadap cekaman lingkungan sambil
menunggu metode pemuliaan in vitro lain seperti fusi protoplasma dan rekombinasi DNA yang
masih dalam tahap awal.penerapan teknik ini diarahkan untuk mempercepat pencapaian tujuan
pemuliaan terutama pada tanaman yang diperbanyak secara vegetative. Hal ini disebabkan Karen
teknik ini dapat menghasilkan sejumlah besar tanaman dari sejumlah kecil jaringan awal serta
dapat menyeleksi klon yang bebas virus dan penyakit lainnya.
Variasi somaklonal terjadi sebagai akibat adanya perubahan karyotipe, perubahan susunan
kromosom, perubahan gen dan perubahan sitoplasma (Larkin dan Scowcroft, 1981) yang
diinduksi oleh mutagen kimia yang diberikan ke media kultur (Crowder, 1993). Variasi dapat
terjadidalam hal sifat morfologi, sifat komponen produksi, sifat pola pertumbuhan atau sifat
resistensi terhadap cekangan lingkungan seperti hama dan penyakit, kekeringan dan salinitas.
Variasi yang dihasilkan berguna dan menguntungkan dalam manipulasi genetic tanaman. Variasi
somaklonal secara in vitro dapat menimbulkan perubahan genetic yang mempengaruhi sifat
morfologis, biokimia dan sifat agronomic sebagai bahan dalam seleksi penyaringan keturuna
somaklon.
Keragaman genetic dapat dicapai pada fase sebelum berdifferensiasi dalam waktu yang relative
panjang, dan menyebabkan terbentuknya jumlah muatan pada fase kalus atau sel bebas
(Makmur, 1988). Hal ini disebabkan karena sel-sel pada lingkungan media kultur cenderung
berubah sifat genotipnya dan mengalami tingkat ploidi oleh adanya mutasi. Pentingnya kalus
dalam metode ini vitro karea dapat disub kultur dan dipelihara dalam waktu yang tidak terbatas
dengan perlakuan khusus dapat dikembangkan menjadi kultur suspense dan dapat diinduksi
menjadi planlet. Seleksi terhadap variasi somaklonal tersebut dilakukan dengan pemberian
tekanan seleksi pada sel-sel tertua untuk menjaring sel-sel yang tahan dan tetap mampu
bergenerasi. Tanaman yang dihasilkan akan secara langsung tahan terhadap tekanan seleksi yang
diberikan ( Sugiyarto, 1992). Untuk dapat membedakan sel-sel yang mengadakan adaptasi
dengan sel-sel yang benar-benar “tru genetic resistance” menurut Soemartono (1993) adalah
medium harus cukup mencekam sehingga sel yang akan mengadakan adaptasi fisiologis tak
dapat bertahan dalam waktu yang lama, medium harus dapat membunuh 95 % sel atau mencegah
pertumbuhan dan pembelahannya, masa seleksi cukup lama agar varian genetic yang tinggal
sedikit, tetapi tahan melakukan repopulasi dan populasinya dan sebaiknya digunakan kultur
suspensi. Untuk membantu proses seleksi dengan tujuan akhir pengembangan tanaman resisten,
makan media tumbuh ditambahkan dengan factor stress dan konsentrasi tinggi seperti NaCl, Al,
PEG, toksin fungi dan bakteri.dengan metode ini dapat menghemat lahan percobaan,
memberikan tekan seleksi yang seragam sehingga mengurangi escape, dapat dilakukan pada
populasi sel yang berjumlah jutaan, waktu relative singkat dan mengurangi biaya (Gunawan,
1995). Peningkatan keragaman genetic dengan menggunakan mutagen secara ini vitro sebagai
bahan seleksi untuk mendapatkan tebu tahan salin dengan agen seleksi NaCl. Tanaan yang
mengalami cekaman garam umunya mempunyai daun yag lebih sempit, lebih gelap, nisbah tajuk
untuk menurun, berkurangnya anakan, menunda dan menurunkan pembungaan serta jumlah dan
ukuran buah lebih kecil (Haryadi dan Yahya,1998). Shalhevet et al. (1995) menyatakan pengaruh
cekaman salinitas pada pertumbuhan akar umumnya meningkat. Salinitas juga mengganggu
keseimbangan hara dalam tanaman. Perlakuan NaCl dapat menyebabkan defisiensi K dan
meningkatkan kandungan Na, Ca, Mg dan Cl pada tanaman padi ( Kaddah et al.,1975).
Sedangkan Lunin et al.(1963) melaporkan bahwa dengan meningkatnya salinitas yang diberikan
terjadi penurunan hasil yang nyata pada tanaman broccoli, tomat, bawang putih, bit gula dan
cabe. Pessarakli (1991) melaporkan bahwa cekaman salinitas menyebabkan penyerapan hara dan
pengambilan air terhalang sehingga menyebabkan pertumbuhan abnormal dan terjadi penurunan
hasil.
Kendala penyaringan langsung ditingkat lapangan karena adanya variasi salinitas tanah
baik horizontal maupun vertical. Variasi horizontal bisa dilihat cepat dengan mengamati
pertumbuhan tanaman di lapangan, sedangkan variasi vertical dalam tanah merupakan masalah
yang kompleks. Akar tanaman menghindar dari bagian yang salin dengan mengambil air dan
hara dari bagian yang kurang salin ( Meiri dalam Blum,1998). Penampilan dan pertumbuhan
tanaman dibawah kondisi bervariasi ini mungkin sebagai fungsi dari escape, bukan tahan yang
ditunjang oleh penyebaran akar ke bagian-bagian yang tidak salin pada profil tanah tersebut.
Variasi tersebut secara total menghambat penggunaan lingkungan salin alami dalam penyaringan
dan pengujian untuk ketahanan terhadap salinitas(Blum, 1998).
Penelitian bertujuan untuk: (1) mendapatkan klon tebu unggul yang tahan terhadap
salinitas melalui induksi mutasi dan seleksi in vitro dengan agen seleksi NaCl, (2) menentukan
batas ketahanan tebu terhadap salinitas untuk seleksi klon secara in-vitro, dan (3) menentukan
tolak ukur ketahanan untuk seleksi dini secara in vitro.
BAHAN DAN METODE
Penelitian di laboratorium kultur Jaringan Tanaman,Jurusan Budidaya Pertanian,
Fapertahut dan Laboratorium Bioteknologi Pertanian Pusat Kegiatan Unhas. Penelitian
dilaksanakan Februari sampai November 2005.
Bahan-bahan yang digunakan adalah maristem pucuk ttanaman tebu (TK 26,R579,SM
86, PS 81362, Bukit Loe, dan Q 81,Media MS), 2,4 D, NAA, Kinetin,alkohol 95% ddan
70%,NaOH 0,1 N, HCL 0,1 N ,air kelapa muda,gula pasir,agar,Aquades,spritus,aluminium
foil,korek api,tissue roll,kapas steril,mutagen NaN3,buffer fosfat pH 3,casein hidrolisa dan NaCl.
Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik,hand sprayer,Erlenmeyer, gelas piala,
gelas ukur,corong, spoit, spatula, stirrer, oven, gunting, pinset, scalpel, auto clave, Bunsen,
mistar, cawan petri, jarum OC, pH meter,botol kultur, dan laminair air flow ccabinet.
Penelitian laboratorium dilaksanakan dalam bentuk rancangan faktorial dua faktor yang
disusun dalam Rancangan Acak Kelompok. Faktor pertama adalah varietas (V) yang terdiri atas
6 klon tebu yaitu TK 26 (V1), R579 (V2),SM 86 (V3) PS 8136 (V4), Bukit Loe (V5), dan Q 81
(V6). Faktor kedua adalah konsentrasi NaCl (N) yang terdiri atas 5 konsentrasi yaitu 0 g -1 (n0), 4
g-1 (n1), 8 g-1 (n2), 12 g-1 (n3), dan 16 g-1 (n4). Berdasarkan jumlah yang divobakan maka
diperoleh 30 kombinasi perlakuan. Setiap kombinasi terdiri dari 3 ulangan sehingga terdapat 90
unit percobaan.
PELAKSANAAN
Induksi Somaklon dan Pengujian Sel Kalus
Kalus tebu yang telah dihasilkan dari medai MP disub-kultur dan dipindahkan pada
media NaN3 1x10-3 M (Media MM) selama 30 menit. Setelah itu, masing- masing kalus ditanam
pada media MU. Konsentrasi NaCl yang digunakan sebagai perlakuan pada media MU adalah
0%, 0,4%, 0,8%, 0,12%, dan 0,16%. Setiap 4-5 minggu, 50% dari kalus yang hidup hasil sub-
kultur pada masing- masing media pengujian disubkultur lagi pada konsentrasi NaCl berikutnya.
Sedangkan 50% kaluys lainnya tetap dipelihara dan disubkultur pada media NaCl yang sama
untuk di induksi menjaadi planlet pada media MR sesuai dengan konsentrasi NaCl pada media
kalus. Pangamatan yang dilakukan adalah persentase beregnerasi (%), tinggi plantlet (cm)
jumlah tunas (buah), panjang akar (cm) jumlah akar (buah), volume akar (ml), berat segar planlet
(g), dan protein total.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gejala stress ion dan kekeringan akibat peningkatan konsentrasi NaCl mulai nampak
pada konsentrasi NaCl 8 g-1 , dimana persentase beregenarasi mencapai 60% pada Bukit Loe,
sedangkan varietas yang relatif tahan masih mampu beregenarasi 8i0% (Tabel 1). Hal ini
menunjukkan bahwa pada konsentrasi NaCl 8 g-1 telah nmengalami stress NaCl. Apabila
konsentrasi NaCl ditingkatkan menjadi 12 g-1 , somaklon dari varietas rentan seperti TK 26 dan
Bukit Loe persntase regenerasi 0% dan 20%. Pada konsentrasi NaCl 16 g-1 , kedua varietas
rentan tidak ada yang dapat beregenarasi. Tabel menunjukkan bahwa pada konsentrasi NaCl 12
g-1 (n3) dan NaCl 16 g-1 (n4), varietas Q 81 (V6) menghasilkan persentase beregenerasi yang
tertinggi (33,33% dan 73,33%) dan berbeda nyata dibandingkan dengan varietas yang lain.
Sedangkan pada konsentrasi NaCl 8 g-1 (n2), varietas PS 81362 (V4) mengasilkan persntase
planlet mati yang terendah. Pada konsentrasi NaCl 12 g-1 dan 16 g-1 varietas TK 26 dan varietas
Bukit Loe telah mengalami kematian planlet 80% samapi 100 % dan berbeda nyata dengan
konsentrasi NaCl lainnya. Lunin et al. (1963) menyartakan bahwa tanah yang diairi dengan
beragam, penurunan hasil disebabkan oleh konsentrasi garam, jumlah garam yang terakumulasi
di dalam tanah, ketahanan relatif tanaman dan stadia pertumbuhan tanaman pada saat diberi
garam. Pessarakli (1991) melaporkan bahwa cekaman salinitas menyebabkan penyerapan hara
dan pengambilan air terhalang sehingga menyebabkan pertumbuhan abnormal dan terjadi
penurunan hasil.
Tabel 1. Rata-rata Persentase Kalus Beregenerasi (%) pada berbagai Varietas dan Konsentrasi
NaCl.
Varietas (V)Konsentrasi NaCl (N)
NP JBD0,05n0 (0 gl-1) n1 (4 gl-1) n2 (8 gl-1) n3 (12gl-1) n4 (16gl-1)
V1 (TK 26) 100,00 93,33 73,33 0,00 0,00 11,590
V2 (R 579) 100,00 100,00 80,00 53,33 13,33 11,992
V3 (SM 86) 100,00 100,00 80,00 53,33 6,67 12,395
V4 (PS
81362)100,00 100,00 93,33 60,00 6,67 12,636
V5 (Bukit
Loe)100,00 93,33 60,00 20,00 0,00 12,877
V6 (Q 81) 100,00 100,00 80,00 73,33 33,33
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris (a,b,c,d) dan kolom (w,x,y,z)
berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji JBDα=0,05
Terhambatnya pembentukan tunas menyebabkan tinggi planlet menurun (tabel 2), dan jumlah
tunas yang dihasilkan lebih sedikit (tabel 3). Hasil tersebut menunjukkan bahwa peningkatan
konsentrasi NaCl menyebabkan tinggi planlet dan jumlah jumlah tunas menurun dengan
koefisien korelasi masing-masing -0982** dan 0,985**. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan
bahwa pada konsentrasi NaCl tinggi (16gl-1) semua genotipe sudah mengalami stress berat
sehingga proses diferensiasi sel kearah pejmbentukan organ terhambat disebabkan karena adanya
molekul NaCl yang mengalami ionisasi menjadi Na+ dan Cl- sehingga menjadi peningkatan
salinitas media yang menginduksi terjadinya cekaman ion dan mengakibatkan kematina sel-sel
kalus. Selain itu, peningkatan konsentrasi NaCl juga menyebabkan terjadinya penurunan
potensial air larutan pada media dan menginduksi terjadinya cekaman kekeringan. Menurut
Bluum (1988) NaCl sebgai bahan osmotikum dapat menginduksi tiga macam cekaman yaitu
cekaman keracunan mineral yang disebabakan oleh garam, cekaman air karena tekanan osmosis
(osmotikum) dan cekaman nutrisi mineral dalam tanaman.
Tabel 2. Rata-rata Persentase Tinggi Planlet (cm) Tebu pada Berbagai Varietas Tebu dan
Konsentrasi NaCl.
Varietas (V)Konsentrasi NaCl (N)
NP JBD0,05n0 (0 gl-1) n1 (4 gl-1) n2 (8 gl-1) n3 (12gl-1) n4 (16gl-1)
V1 (TK 26) 13,27 11,19 4,10 0,00 0,00 1,453
V2 (R 579) 14,80 9,03 4,79 3,53 0,40 1,504
V3 (SM 86) 11,50 6,85 3,47 1,71 0,09 1,554
V4 (PS
81362)10,92 8,03 4,26 0,74 0,08 1,584
V5 (Bukit
Loe)8,28 4,86 1,17 0,76 0,00 1,615
V6 (Q 81) 12,63 9,75 6,95 1,13 0,62
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris (a,b,c,d) dan kolom (w,x,y,z)
berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji JBDα=0,05
Pertumbuhan tunas yang berbeda pada berbagai konsentrasi NaCl dari setiap genotipe yang sama
atau genotipe berbeda menunjukkan bahwa btelah menjadi variasi somaklon dari sel-sel kalus
akibat mutagen yang diberikan pada medium dan menginduksi terjadinya mutasi. Hal ini berati
gen yang mengatur karakter ketahanan terhadap salinitas dan kekeringa telah menghasilkan
variasi sehingga genotipe yang diekpresikan juga berbeda. Variasi somaklonal terjadi sebagai
akibat adanya perubahan kariotipe, perubahan susunan kromosom, perubahan sen dan perubahan
sitoplasma (Larkin dan Scowcroft, 1981) yang diinduksi oleh mutagen kimia yang diberuikan ke
media kultur (Craowder,1993). Variasi dapat terjadi dalam hal sifat morfologi, sifat komponen
produksi, sifat pola pertumbuhan atau sifat resistensi terhadap cekaman lingkungan seperti hama
dan penyakit, kekeringan dan salinitas.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Tunas (buah) pada Berbagai Varietas Tebu dan Konsentrasi NaCl.
Varietas (V)Konsentrasi NaCl (N)
NP JBD0,05n0 (0 gl-1) n1 (4 gl-1) n2 (8 gl-1) n3 (12gl-1) n4 (16gl-1)
V1 (TK 26) 19,27 11,07 9,47 0,00 0,00 1,993
V2 (R 579) 16,60 8,50 6,87 4,53 1,80 2,062
V3 (SM 86) 19,67 14,60 4,87 2,87 0,40 2,132
V4 (PS
81362)19,33 11,73 5,93 2,87 0,40 2,173
V5 (Bukit
Loe)12,37 9,13 4,60 2,60 0,00 2,215
V6 (Q 81) 20,60 13,27 10,13 6,07 1,33
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris (a,b,c,d) dan kolom (w,x,y,z)
berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji JBDα=0,05
Menurut Welsh (1991), jika terdapat perbedaan terhadap dua inedividu pada lingkungan yang
sama dan dapat diukur, maka perbedaan ini berasal dari variasi genotipe kedua tanaman tersebut.
Dengan demikian, toleransi pada garam nampaknya beerhubungan dengan ketidakmampuan
tanman yang rentan untuk mengurangi pengangkutan ion Na+ dan Cl- ke Pucuk dan sebaliknya
tanaman tahan menjga konsentrasi rendah dari Na+ dan Cl- dalam pucuk sementara konsentrasi
ion Na+ meningkat pada akar (Abel dan McKenzie, 1964; Shannon, 1978 J honson, 1991;
McKimmie dan Dobrenz,1991).
Berdasarkan parameter perakaran menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi Na+ dan Cl-
menyebabkan panjang akar, jumlah akar, dan volume akar meurun (tabel 4,5, dan 6) dengan
koefisien korelasi (r) masing-masing -0,994**, -0,998**, dan -0,998**.