kiprah masyumi muslimat dalam pergerakan wanita...
TRANSCRIPT
i
KIPRAH MASYUMI MUSLIMAT DALAM
PERGERAKAN WANITA INDONESIA
PERIODE 1945-1960
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)
Oleh:
Diana Trisnawati
NIM. 53010150001
PROGAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
ii
iii
iv
MOTTO
“You Can, iF You Think You Can”
(Yakinlah Kehendak Allah SWT sesuai dengan prasangka hamba-Nya, maka berprasangkalah yang baik ketika memulai sesuatu)
--Endang Widiastuti, S.E. (Guru Ekonomi MAN 1 Magelang)--
“Kejadian yang kau alami semasa hidup adalah garis takdir Allah SWT; suka dukanya, baik buruknya semua itu kelak menjadi ukiran kisah bersejarah dalam hidupmu bagi keturunanmu”
--Diana Trisnawati—
v
PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur atas Rahmat ALLAH SWT
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Almamaterku Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga;
Bapakku Sutrisno, Ibu Suprapti, kakakku Nur Kholis, dan Adikku Road
Saefudin;
Para Sahabat;
Teman-teman;
Serta untuk orang-orang yang selalu Allah kirimkan untuk membuatku
semakin belajar akan kehidupan.
vi
ABSTRAK
DIANA TRISNAWATI. Kiprah Masyumi Muslimat dalam
Pergerakan Wanita Indonesia Periode 1945-1960. Skripsi. Salatiga:
Progam Studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab dan
Humaniora, IAIN Salatiga. 2019.
Kata Kunci : Gerakan Wanita, Organisasi Wanita, Masyumi Muslimat.
Awal munculnya gerakan wanita di Indonesia ini tidak lepas dari
kebijakan pemerintahan kolonial. Salah satu kebijakan yang
mempengaruhinya adalah kebijakan politik etis yang didalamnya terdapat
hal mengenai pendidikan. Faktor yang turut mempengaruhi munculnya
gerakan wanita adalah mengenai kedudukan wanita yang berada dalam
kekuasaan laki-laki. Kongres Wanita se-Indonesia tahun 1928 mengawali
suatu tradisi kerjasama antara berbagai organisasi wanita. Tumbuhnya
organisasi-organisasi wanita seiring dengan perkembangan organisasi-
organisasi kebangsaan pada awal abad ke-20. Mulai dari organisasi
perkumpulan wanita secara umum, wanita Kristen, wanita Islam dan lain
sebagainya. Organisasi-organisasi yang wanita muncul pada masa itu
tidak lain tujuannya sama yakni memperjuangkan hak wanita dan
memajukan wanita dalam berbagai aspek kehidupan.
Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah.
Tahapan dalam metode penelitian sejarah yakni: (1) Heuristik atau
pengumpulan data, (2) Verivikasi atau kritik sumber, (3) Interpretasi atau
penafsiran, dan (4) Historiografi atau penulisan sejarah.
Dari hasil analisis sumber-sumber yang diperoleh penulis, dapat
disimpulkan bahwa lahirnya Masyumi Muslimat membawa kemajuan
kaum wanita Islam Indonesia. Organisasi yang lahir bersaman dengan
Masyumi pada tanggal 7 November 1945, untuk melakukan pergerakan
memajukan kaum wanita Indonesia serta memperjuangkan hak dan
kedudukan wanita. Melihat sejarah pembentukan serta peran organisasi
vii
ini terhadap perkembangan ide-ide mengenai emansipasi terhadap
perempuan. Pembelajaran mengenai pentingnya pendidikan bagi kaum
wanita. keharusan wanita mempunyai kemampuan dalam berbagai sektor
guna mencerdaskan, menterampilkan, dan membuat para wanita menjadi
mandiri terus diupayakan oleh organisasi ini.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahhirahmanirrahim
Syukur Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Alloh SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan karunia-
Nya kepada setiap makhluk ciptaan-Nya, sehingga dengan ridho dan
inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta
salam senentiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW., keluarga,
sahabat-sahabatnya serta para pengikutnya yang telah membawa umat
Islam dari zaman jahilliyah menuju zaman Islam yang bersejarah.
Skripsi yang berjudul “Kiprah Masyumi Muslimat Dalam
Pergerakan Wanita Indonesia Periode 1945-1960”, ini merupakan
upaya penulis untuk memahami kiprah pergerakan yang dilakukan
Masyumi Muslimat dalam kehidupan beragama, berbangsa, dan
bernegara. Pada kenyataannya, proses penulisan skripsi ini tidak
semudah yang dibayangkan. Selama proses penulisan skripsi ini banyak
hambatan dan kesulitan yang dialami penulis, baik mengenai pengaturan
waktu, pengumpulan data, pembiayaan dan proses penyusunan. Namun
ix
berkat limpahan rahmat-Nya, kerja keras disertai dorongan dan bantuan
dari berbagai pihak, maka kesulitan dan hambatan ini dapat diatasi
dengan sebaik-baikya. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis
memajatkan puji syukur atas kehadirat illahi Rabbi dan megucapkan
terimakasih serta menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah membantu.
Di kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Rektor Institut Agama
Islam Negeri Salatiga.
2. Dr. Benny Ridwan, M.Hum., selaku Dekan Fakultas
Ushuluudin, Adab dan Humaniora, IAIN Salatiga.
3. Sutrisna, S.Ag., M.Pd., selaku Ketua Prodi Sejarah Peradaban
Islam
4. Haryo Aji Nugroho, S.Sos., M.A., selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang selalu memberikan pengarahan dalam
perkuliahan dan memberikan semangat serta motivasi dalam
proses penyelesaian penyusunan skripsi. Terimakasih atas
x
kesabara, kebaikan dan keikhlasanya selama ini, semoga Allah
SWT senantiasa memberikan kesehatan dan keberkahan dalam
hidup.
5. Bapak Dr. Supardi, M.A., selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi.
6. Adif Fahrizal Arifyadiputra, M.A., Rina Andriani Hidayat,
S.Hum. M.A., Ahmad Faidi, M.Hum., Sutrisna, S.Ag., M.Pd.,
Dheny Wiratmoko, M.Pd., dan Moh. Fahsin, S.Hum., M.S.I.,
selaku jajaran dosen di Prodi Sejarah Peradaban Islam yang
telah menularkan ilmu-ilmu kesejarahan dari awal kuliah sampai
sekarang.
7. Segenap jajaran Dosen dan Karyawan Fakultas Ushuluddin,
Adab dan Humaniora atas bimbingan, ilmu da pengalaman yang
telah dibagi selama perkuliahan.
8. Kedua orang tua (Bapak Sutrisno dan Ibu Suprapti) yang telah
berjuang, mencurahkan kasih sayang, motivasi, dan telah
xi
banyak memberikan ilmu kehidupan kepada penulis agar tidak
pernah menyerah pada keadaan. Saudara Penulis (Kakak Nur
Kholis, Adik Road Saefudin), yang menjadi partner main dan
juga teman curhat.
9. Bapak-Ibu Nasafi (Pengasuh PonPes Nurul Asna), Bapak-Ibu
Ali Zamroni dan Bapak-Ibu Mas’ud (Pengasuh Mahad Putri Al-
Jamiah IAIN Salatiga ) yang telah menjadi orang tua kedua dan
membimbing penulis selama berada di Salatiga.
10. Asma, Hartinah, Muttaqin, Muhlisin, Faiz, Dewi, Milzam,
Irsyad, Salma, Fathun, Dina, Anisa, Fiddar, Salim, Bagoes,
Zaman, Adha, Edo, Asrodin, Aeni, Saputri, Rifki, Risky, Tatik,
Joko, Zahro, Wakhida dan Baehaqy yang merupakan teman-
teman satu angkatan 2015 di Prodi Sejarah Peradaban Islam.
11. Segenap teman-teman HMJ SPI, DEMA FUADAH, SEMA
FUADAH, SEMA INSTITUT, JQH Al-Furqon, PMII, FK-
WAMA, BIDIKMISI, Pengurus Mahad Al-Jamiah IAIN
Salatiga, PPL di Dinas Pariwisata Gunung Kidul, KKN Dusun
xii
Ngrantunan Desa Sonorejo, dan kawan-kawan dalam berbagai
kegiatan dan organisasi. Terimakasih atas kepercayaan, ilmu dan
pengalamannya.
12. Segenap Karyawan Arsip Nasional Republik Indonesia dan
Perpustakaan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia yang telah
membantu penulis dalam pencarian sumber skripsi.
13. Sahabat-sahabatku tercinta ELDINIFILA (Elsa, Nita, Fika, Ela),
DIJIMUROSA (Wiji, Ummu, Rofi, Santi), G-Hitz (Putri, Aeni,
Dewi, Fathun), T-KcK (Ela, Atika-Gotik), T-SpL (Mae Alfi,
Kakak Uus), T-Na (mbak Riski, Asma). Terimakasih telah hadir
dan memberi kesan nano-nano dalam kehidupan penulis.
14. Serta seluruh pihak yang telah membantu tersusunnya skripsi ini
baik secara moral, spiritual maupun material yang tidak dapat
penulis sebut satu-persatu.
Semoga Allah SWT. memberikan balasan kebaikan di dunia dan di
akhirat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
xiii
menyelesaikan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat mendatangkan
manfaat bagi penyusun khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Salatiga,19 Juli 2019
Penulis
Diana Trisnawati
NIM. 530100150001
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 5
C. Ruang Lingkup Penelitian .................................................... 6
D. Tujuan dan Maanfaat Penelitian .......................................... 7
E. Kajian Pustaka ..................................................................... 8
xv
F. Kerangka Konseptual ........................................................... 12
G. Metode Penelitian ................................................................ 14
H. Sistematika Penulisan .......................................................... 18
BAB II SEJARAH PERGERAKAN WANITA INDONESIA
( Periode 1928 sampai 1960 ) ................................................
...................................................................................................
21
A. Gambaran Umum Munculnya Pergerakan Wanita
Indonesia .............................................................................. 21
B. Pergerakan Wanita Indonesia Sebelum Kemerdekaan
(1928-1945) .......................................................................... 32
1. Masa Pemerintah Hindia-Belanda (1928-1941) .............. 33
2. Masa Pendudukan Jepang (1942-1945) .......................... 38
C. Pergerakan Wanita Indonesia Setelah Kemerdekaan
(1945-1959) ......................................................................... 42
1. Masa Perang Kemerdekaan (1945-1949) ....................... 42
2. Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) ............................ 45
BAB III SEJARAH PERGERAKAN WANITA INDONESIA
xvi
( Periode 1928 sampai 1960 ) ................................................. 49
A. Sejarah Munculnya Pergerakan Wanita Islam
di Indonesia .......................................................................... 49
B. Pergerakan Wanita Islam di Indonesia Setelah
Kemerdekaan ........................................................................ 55
1. Masa Perang Kemerdekaan (1945-1949) ....................... 55
2. Masa Demokrasi Liberal (1950-1959) ........................... 57
BAB IV SEJARAH LAHIRNYA MASYUMI MUSLIMAT DAN
PERANAN SEBAGAI ORGANISASI PERGERAKAN
WANITA INDONESIA ......................................................... 61
A. Sejarah Berdirinya Masyumi ............................................... 61
B. Sejarah Lahirnya Masyumi Muslimat ................................. 65
C. Peran Masyumi Muslimat dalam Internal Organisasi .......... 67
D. Peran Masyumi Muslimat dalam Masyarakat ...................... 73
BAB V PENUTUP ............................................................................... 84
A. Kesimpulan .......................................................................... 84
B. Saran .................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 86
xvii
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................... 89
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... 98
xviii
DAFTAR SINGKATAN
ASWAJA : Ahli Sunnah Wal-Jama’ah
BP4 : Badan Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian
Perceraian
BPBH : Badan Pemberantasan Buta Huruf
BPPIP : Badan Perlindungan Perempuan Indonesia dalam
Perkawinan
DPA : Dewan Pertimbangan Agung
DPR : Dewan Perwkilan Rakyat
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
GAPI : Gabungan Politik Indonesia
GERWANI : Gerakan Wanita Indonesia
GPII : Gerakan Pemuda Islam Indonesia
GPII : Gerakan Persatuan Islam Indonesia
HIS : Hollands Inlandse School
JIBDA : Jong Islamienten Bond Dames Afdeeling
xix
KOWAD : Korps Wanita Angkatan Darat
KOWANI : Kongres Wanita Indonesia
KPI : Kongres Perempuan Indonesia
KPKPAI : Komite Perlindungan Kaum Perempuan dan Anak-anak
Indonesia
MIAI : Majelis Islam A’la Indonesia
NU : Nahdhatul Ulama
NU : Nahdlotul Ulama
PERMI : Persatuan Muslim Indonesia
PERSIS : Persatuan Islam
PERWANI : Persatuan Wanita Indonesia
PII : Partai Islam Indonesia
PIKAT : Pecinta Ibu kepada Anak Tumurunnya
PKI : Partai Komunis Indonesia
PNI : Partai Nasional Indonesia
POI : Persatuan Omat Islam
xx
POII : Persatuan Omat Islam Indonesia
PPI : Perserikatan Perempoean Indonesia
PPI : Perserikatan Perempuan Indonesia
PPII : Persatuan Perkumpulan Isteri Indonesia
PPPK : Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
PSI : Partai Sarekat Islam
PSII : Partai Sarekat Islam Indonesia
PWKI : Persatuan Wanita Kristen Indonesia
WANI : Wanita Negara Indonesia
WDIF : Women’s International Democratic Federation
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Konsultasi
Lampiran 2 : Kongres Perempuan Pertama dan Keputusan Badan
Kongres
Wanita.
Lampiran 3 : Koran Abadi (membahas Muslimat)
Lampiran 4 : AD/ART Muslimaat
Lampiran 5 : Keputusan Kongres Muslimat di Surabaya
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum abad ke-20, gerakan wanita merupakan gerakan orang
perorangan, tetapi belum ada susunan perkumpulan atau organisasi.
Namun usaha dan perjuangan mereka telah merintis jalan ke arah
kemajuan wanita Indonesia. Beberapa wanita seperti Nyai Ageng
Serang, Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Dien dan Cut Mutiah
telah berjuang mengangkat senjata bahu-membahu dengan kaum pria
menentang penjajah Belanda. Secara tidak langsung mereka
merupakan sumber inspirasi dan dorongan bagi para pejuang wanita
Indonesia pada masa revolusi dalam mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.1
Kebijakan Politik Etis pada masa pemerintah Belanda
merupakan salah satunya sebab munculya gerakan wanita di
Indonesia, Karena didalam kebijakan tersebut menyangkut mengenai
1 KOWANI, Sejarah Setengah abad Pergerakan wanita Indonesia, (Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1978), hlm. 2
2
Pendidikan. Dimana Pemerintah lebih memprioritaskan bidang
pengajaran dengan mendirikan sekolah dasar, sekolah menengah,
sekolah tinggi dan sekolah keguruan di setiap daerah. Hal inilah
yang membuat penduduk pribumi bisa mengenyam pendidikan.
Dalam firman Allah SWT dalam QS.At-Taubah ayat 71 yang
berbunyi:
عه وينهىن ؤمنبت بعضهم أوليبء بعض يأمرون ببلمعروف والمؤمنىن والم
المنكرويقيمىن
ئك سيرحمهم الل ورسىله أول كبة ويطيعىن الل لة ويؤتىن الز عزيزحكيم الص إن الل
artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.
mereka menyuruh (mengerjakan) kebijakan dan melarang dari
kejahatan, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat
pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberikan rahmatoleh
Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (Qs. At Taubat 9/7).
3
Ayat di atas menunjukkan bahwa perempuan menempati posisi
yang sama dengan laki-laki, masing-masing boleh berpartisipasi
dalam bidang politik mengatur urusan masyarakat, sebagaimana
disebutkan ayat di atas ―sebagian menjadi penolong bagi yang lain‖
mereka mempunyai hak seperti laki-laki dalam menyeru kebaikan
dan mencegah kemungkaran. Tidak ada kegiatan yang
mengecualikan perempuan dalam rangka melakukan tugas tersebut
apalagi dalam upaya menyelesaikan konflik di tengah masyarakat.
Akan tetapi kedudukan perempuan masih dianggap rendah
tidak setara dengan laki-laki. Prioritas dalam perkembangan
pendidikan hanya dijangkau oleh kalangan elit dan kaum laki-laki
lah yang dapat mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
sedangkan kaum wanita tidak sepenuhnya merasakan pendidikan
seperti kaum laki-laki.2 Tuduhan yang menganggap bahwa
2 Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-
1945 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 27.
4
perempuan memiliki intelektual yang rendah dibandingkan dengan
laki-laki.3
Hal inilah yang menjadikan adanya diskriminasi antara kaum
laki-laki dan kaum wanita. Diskriminasi yang timbul dipengaruhi
oleh adat yang berkembang pada saat itu. Sehingga pendidikan yang
diperoleh kaum wanita hanya sebatas kepada persiapan untuk
menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik, kalaupun wanita itu
bersekolah itu hanya sampai tingkat sekolah rendah saja karena pada
masa itu anak wanita yang sudah menginjak usia dewasa atau gadis
tidak diperbolehkan keluar rumah dalam kehidupan keluarga.
Kehidupan yang menjelaskan bahwa gadis-gadis masih terantai
kepada adat istiadat lama, hanya sedikitlah memperoleh bahagia dari
kemajuan pengajaran itu. Kami anak perempuan pergi belajar ke
sekolah, keluar rumah tiap-tiap hari, demikian itu saja sudah
dikatakan amat melanggar adat.4
3 Qosim Amin, Sejarah Penindasan Wanita, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2003), Hlm. 59.
4 R.A. Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang, (Jakarta : PN Balai Pustaka, 1978), hlm. 38.
5
Selain itu juga faktor yang turut mempengaruhi munculnya
gerakan wanita adalah mengenai kedudukan wanita yang berada
dalam kekuasaan laki-laki, terutama dalam hal perkawinan.
Kekuasaan yang tak terbatas dari seorang laki-laki ini menyebabkan
dia dapat dengan mudah mempoligami istrinya dan menceraikan
istrinya sesuka hati, kekuasaan tidak terbatas dari kaum laki-laki
dalam perkawinan dimana seorang laki-laki dengan begitu saja
sewaktu-waktu boleh menceraikan istrinya, tidak usah mengatakan
sebab-sebabnya dan tidak ada beban kewajiban untuk menyokong
isteri yang diceraikan, kawin paksa dimana wanita banyak yang di
kawinkan dengan suami yang belum pernah dilihatnya, atau sudah
pernah di lihat tetapi belum dikenal, adat kebiasaan tetap tinggal di
rumah yang menuntut gadis-gadis sejak mulai menginjak waktu
dewasa tidak boleh meninggalkan rumah, maka hal-hal inilah yang
kemudian menjadi penyebab dari awal mulanya pergerakan wanita.5
5 Artikel, Peta pergerakan wanita di Indonesia, hlm 1-2, di akses pada tanggal 25
Februari 2018.
6
Terdapat beberapa periode dimana peran wanita ditunjukkan
dalam pergerakan wanita Indonesia diwujudkan dengan didirikannya
organisasi pergerakan wanita yaitu di Masa penjajahan (1928-1945),
Masa Perang Kemerdekaan (1945-1949), Masa Demokrasi Liberal
(1950-1959), Masa Orde Lama/Demokrasi Terpimpin (1960-1978),
Masa Orde Baru (1966-1978). Dari berlalunya pergerakan periode
satu hingga saat ini wanita mempunyai andil dan berperan penting
dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.6
Membahas mengenai pergerakan wanita, di Partai Masyumi
juga terdapat wadah untuk kaum wanita dalam pergerakannya
dikenal dengan Masyumi Muslimat. Dimana di dalam Masyumi
Muslimat ini beranggotakan perempuan muslim. Selama ini dalam
dunia organisasi pergerakan maupun partai hanya menceritakan
peran dan perjuangan kaum laki-laki. Akan tetapi tidak bisa
dipungkiri wanita juga mempunyai peran dalam bidang pendidikan
6 KOWANI, Sejarah Setengah abad Pergerakan wanita Indonesia,hlm. Vii-viii
7
maupun dalam hal lain yang dilakukan kaum laki-laki sebagai wujud
perjuangan menciptakan kehidupan bangsa yang maju. Partai
Masyumi merupakan partai politik yang berasaskan Islam yang
didirikan pada awal kemerdekaan yaitu tanggal 7 November 1945
melalui Muktamar Umat Islam di Gedung Mualimin Yogyakarta.
Partai Masyumi berkembang dengan cepat, hal ini dikarenakan
dukungan dari organisasi-organisasi keagamaan yang sudah ada
sebelumnya Persis, Nahdhatul Ulama, Muhammadiyah dan lain-lain.
Kehadiran partai Masyumi membawa pegaruh besar terhadap
perpolitikan di Indonesia. Dari partai Masyumi lahirlah beberapa
tokoh yang berperan penting dalam kemerdekaan dan setelahnya,
sebagian besar tokoh yang disebutkan adalah kaum laki-laki seperti
Muhammad Natsir, Burhanudin Harahap. Sejarah yang menjelaskan
peran wanita dalam organisasi pergerakan tidak terekspose secara
jelas layaknya perjuangan tokoh laki-laki. Pada masa inilah muncul
gerakan wanita di Indonesia.
8
Dari penjelasan singkat diatas, penulis tertarik untuk mencari
tahu dan menelusuri sejarah berdirinya dan Kiprah organisasi
masyumi muslimat sebagai salah satu organisasi wanita islam yang
turut andil dalam pergerakan wanita Indonesia, sehingga penulis
ingin melakukan penelitian dengan judul ―Kiprah Masyumi
Muslimat dalam Pergerakan Wanita Indonesia periode 1945-1960.‖
B. Rumusan Masalah
Pokok dari permasalahan yang dikaji adalah Kiprah Masyumi
Muslimat dalam Pergerakan Wanita Indonesia (1945-1960).
Pembahasan mengenai sejarah lahirnya Masyumi Muslimat sebagai
Organisasi Pergerakan Organisasi Wanita Islam. Peran dari
Masyumi Muslimat dalam Internal Organisasi dan Masyarakat.
Mengenai batasan temporal, Pergerakan Wanita Indonesia
sudah muncul sebelum abad ke-20. Akan tetapi, penulis
memfokuskan mulai tahun 1945-1960 karena pada tahun 1945
merupakan berdirinya Organisasi Masyumi sebagai organisasi
9
politik Islam di Indonesia. Tahun 1960 merupakan tahun
dibubarkannya Masyumi.
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Sejarah Pergerakan Wanita di Indonesia periode
1928 sampai 1960 ?
2. Bagaimana Sejarah berdirinya Wanita Islam di Indonesia
periode 1928 sampai 1960 ?
3. Bagaimana sejarah Masyumi Muslimat dan peranan sebagai
Organisasi Pergerakan Wanita Indonesia ?
C. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memahami permasalahan dalam penelitian ini, maka
diperlukan pembatasan tema dan ruang lingkup waktu. Ruang
lingkup tema dalam penelitian ini adalah mengenai Kiprah Masyumi
Muslimat dalam Pergerakan Wanita Indonesia. Untuk ruang lingkup
waktu berkaitan dengan kapan terjadinya peristiwa tersebut, dalam
penelitian ini dibatasi antara tahun 1945 samapai 1960.
10
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah serta rumusan masalah di
atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kiprah
Masyumi Muslimat dalam Pergerakan Wanita Indonesia dari tahun
1945 sampai tahun 1960 dilihat dari peran dan Perjuangan yang
diberikan Masyumi Muslimat terhadap masyarakat. Selain itu juga
mengekspose kontribusi kaum Wanita dalam Masyumi Muslimat
untuk bangsa, karena selama ini yang diakui perjuangannya hanyalah
kaum laki-laki.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis penelitian ini dapat menambah khasanah
pengetahuan baru tentang Kiprah Pergerakan Wanita khususnya
Masyumi Muslimat di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Organisasi Pergerakan Wanita
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam memberikan pandangan atau acuan
11
bagaimana seharusnya organisasi Pergerakan Wanita
menjalankan perannya terhadap internal organisasi maupun
dalam masyarakat.
b. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui arti dan makna
pergerakan wanita Indonesia selalu ditujukan untuk
kepentingan perjuangan bangsa dan Negara, agar dapat
dipahami serta diresapi oleh masyarakat luas sehingga
perjuangan tersebut dapat diteruskan oleh generasi muda.
dengan benar peranan Organisasi Pergerakan Wanita dalam
menyampaikan visi misi dan melakukan kontribusi terhadap
masyarakat. Serta menyadarkan masyarakat terutama kaum
wanita mengenai peran wanita itu sama dengan laki-laki.
Karena selama ini posisi wanita dianggap lebih rendah dari
laki-laki.
c. Bagi Peneliti
1) Peneliti dapat mengembangan wawasan penelitian.
12
2) Menerapkan disiplin ilmu dalam kehidupan nyata.
F. Kajian Pustaka
Pengkajian tentang kiprah Masyumi Muslimat dalam
pergerakan wanita di Indonesia secara menyeluruh belum penah
diangkat. Sebagai bahan perbadingan dalam peyusunan laporan
penelitian ini, dilakukan penelusuran buku atau hasil penelitian
sebelumnya yang terkait dengan tema penelitian. Beberapa tulisan
yang terkait dengan penelitian ini adalah:
Sebuah buku berjudul Sejarah Setengah Abad Pergerakan
Wanita Indonesia, penyusun Kongres Wanita Indonesia.7 Buku
yang mengulas mengenai sejarah panjang Pergerakan Wanita di
Indonesia meliputi seluruh kegiatan gerakan dan perjuangan wanita
dalam rangka menunjang perjuangan bangsa merebut kemerdekaan,
dan partisipasinya mengisi kemerdekaan serta mensukseskan
pembangunan. Pergerakan wanita yang terbagi dalam beberapa
periode yaitu di Masa penjajahan (1928-1945), Masa Perang
7 KOWANI, Sejarah Setengah abad Pergerakan wanita Indonesia, (Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1978).
13
Kemerdekaan (1945-1949), Masa Demokrasi Liberal (1950-1959),
Masa Orde Lama/Demokrasi Terpimpin (1960-1978), Masa Orde
Baru (1966-1978). Dari setiap periode dijelaskan organisasi apa saja
yang muncul pada masa itu, serta tokoh-tokoh penting yang
membawahi organisasi wanita yang berdiri. Selain itu terdapat juga
struktur kepengurusan organisasi, kegiatan yang dilakukan, visi misi,
dan hal-hal yang berkaitan dengan organisasi pergerakan wanita
yang ada pada masa itu. Pemaparan dalam buku ini masih bersifat
umum yaitu memaparkan semua betuk aktivitas sejarah gerakan
wanita Indonesia. Selain itu juga pemaparannya bersifat nasional dan
periode dari tahun 1928-1978. Perbedaan buku tersebut dengan
penelitian yang peneliti lakukan adalah lebih memfokuskan
penelitiannya pada organisasi wanita Islam yaitu Masyumi
Muslimat. Wadah perempuan yang menginduk organisasi Masyumi,
yang turut berkontribusi dalam menggerakkan kaum wanita di
Indonesia. Beberapa kali ikut andil dala program KOWANI
(Kongres Wanita Indonesia).
14
Dalam artikel yang berjudul Peta Gerakan Perempuan Di
Indonesia,8 menjelaskan mengenai Latar belakang timbulnya
Gerakan Perempuan Indonesia yang disebabkan oleh kebijakan
pemerintah Belanda terhadap pendidikan untuk penduduk pribumi.
Pada masa itu kaum laki-lakilah yang lebih condong mengenyam
pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kaum wanita,
sehingga timbullah diskriminasi antara kaum laki-laki dan kaum
wanita. Selain membahas mengenai awal munculnya Pergerakan
Wanita Indonesia, juga membahas mengenai pembabagan masa
perjuangan wanita Indonesia yaitu pada Masa Penjajahan Belanda,
Masa Penjajahan Jepang, Masa Orde Lama, Masa Baru.
Peran dan perjuangan kaum wanita dari masa sebelum
kemerdekaan hingga setelah kemerdekaan. Menjelaskan bahwa masa
sebelum kemerdekaan perjuangan wanita lebih ditunjukkan pada
sosok tokoh seperti Nyai Ageng Serang, Cut Nyak Dien, R.A.
Kartini. Masa setelah kemerdekaan dijelaskan pergerakan wanita
8 Artikel, Peta pergerakan wanita di Indonesia, di akses pada tanggal 25 Februari 2018.
15
lebih condong pada berdirinya organisasi wanita, terutama yang
berasaskan islam seperti Aisiyah, Wanita Islam, Muslimat NU dan
sebagainya. Dalam pemaparannya bersifat umum membahas
mengenai gerakan wanita berjuang untuk memajukan kaum wanita
di Indonesia. Perbedaan artikel tersebut dengan penelitian yang
penulis lakukan adalah lebih memfokuskan pada organisasi gerakan
wanita Islam yang turut bergerak memperjuangkan kaum wanita di
Indonesia yaitu Masyumi Muslimat. Organisasi wanita Islam yang
ikut andil dalam KOWANI akan tetapi sejarah serta kiprahnya di
Indonesia belum ada yang mengangkat.
Buku yang berujudul “Partai Masjumi : Antara Godaan
Demokrasi & Islam Integral”, diterbitkan oleh Mizan, Bandung.
Buku karya Remy Mardinier yang telah diterjemahkan oleh Tonny
Pasuhuk, dicetak pada tahun 2013.9 Buku ini secara lengkap
membahas seluk beluk Partai Masyumi yang digambarkan oleh
peneliti luar Indonesia. Pembahasan dalam buku ini antara lain
9 Remy Mardinier, Partai Masjumi: Antara Godaan Demokrasi & Islam Integral.
Bandung: Mizan, 2013.
16
tentang sejarah, tokoh-tokoh, dan afiliasi beberapa ormas Islam yang
tergabung dalam Partai Islam Masyumi. Dalam buku ini juga
membahas mengenai Masyumi Muslimat, akan tetapi penjelasannya
masih terlalu singkat sebatas awal kelahiranya. Mengenai kiprah
dalam kehidupan pergerakan kaum perempuan tidak dibahas dalam
buku ini.
Perbedaan penelitian ini dengan karya-karya diatas, secara
umum terletak pada fokus kajian dan rumusan permasalahan. Pada
penelitian ini peneliti memfokuskan pada proses historis yang
melatarbelakangi dan mewarnai kiprah Masyumi Muslimat dalam
pergerakan Wanita Indonesia dengan menggunakan pendekatan
sosiologis dan teori gerakan sosial keagamaan. Sementara itu, karya
karya diatas masih membahas secara umum gerakan perempuan di
Indonesia. Adapun karya-karya yang secara khusus membahas
tentang Masyumi Muslimat belum ada yang membahas secara
spesifik mengenai kiprahnya dalam pergerakan kaum perempuan di
Indonesia.
17
Oleh karena itu, penelitian ini menjadi awal pembahasan
mengenai salah satu pergerakan wanita yang berideologi Islam
pernah berjuang dan berkotribusi untuk kemajuan Kaum perempuan
Indonesia yakni Masyumi muslimat yang merupakan bagian dari
Ormas Islam Masyumi. Kedepannya diharapkan hasil penelitian ini
dapat dijadikan sumber rujukan untuk penelitian selanjutnya yang
lebih mendalam.
G. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual dalam penulisan ini merumuskan adanya
beberapa istilah yang penulis angkat dalam Judul yakni mengenai
Kiprah, Masyumi Muslimat dan Pergerakan Wanita Indonesia.
Kiprah mempunyai arti gerakan dinamis dari suatu benda maupun
hal yang menyerupainya.10
Berkiprah mempunyai arti melakukan
kegiatan dengan semangat tinggi, bergerak disegala bidang (sosial,
politik, ekonomi dan sebagainya).
10
Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 571
18
Masyumi Muslimat merupakan organisasi wanita dari turunan
Masyumi, perbedaannya jika Masyumi anggotanya Umum dari Laki-
laki dan Wanita. Akan tetapi Masyumi didominasi oleh kaum laki-
laki. Sedangkan Masyumi Muslimat merupakan Organisasi
Pergerakan Wanita yang anggota didalamnya kaum wanita. Dalam
istilah organisasi wanita ada unsur pengabdian pada suatu usaha
bersama atau cita-cita untuk sesuatu kepentingan yang di luar
kepentingan pribadi semata-mata.11
Pergerakan merupakan perihal atau keadaan bergerak;
kebangkitan untuk perjuangan atau perbaikan.12
Pergerakan wanita
dapat dilihat sebagai usaha dari perbuatan individu ataupun
organisasi yang berperhatian terhadap berkurangnya berbagai aspek
subordinasi gender yang dipandang sebagai berjalin dengan
penindasan lainnya, seperti misalnya yang didasarkan atas kelas, ras,
11
Sukanti Surychondro, Potret Pergerakan Wanita di Indonesia, (Jakarta: Rajawali, 1984), hlm. 6. 12
Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Edisi Ketiga, hlm. 714
19
etnik, umur dan seks.13
Pergerakan Wanita Indonesia merupakan
suatu pergerakan dimana adanaya perkembangan organisasi-
organisasi wanita. Pergerakan Wanita timbul atas kesadaran dari
Wanita Indonesia yang bermula dari perjuangan Pahlawan Wanita
Indonesia.
Penulisan ini merupakan suatu bentuk penulisan sejarah yang
menghasilkan suatu bentuk dan proses pengkisahan atas peristiwa-
peristiwa masa lalu umat manusia.14
Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan historis yaitu meninjau suatu permasalahan dari
sudut peninjauan sejarah. Dengan Pendekatan historis peneliti dapat
menganalisa kondisi sosial masyarakat terutama kaum wanita pada
masa itu yang merasakan diskrimiasi terhadap kaum laki-laki.
Sehingga dari keadaan tersebut menjadikan munculnnya Pergerakan
Wanita di Indonesia. Dalam setiap daerah terdapat organisasi yang
berdiri baik pada masa sebelum kemerdekaan maupun setelah
13
Saskia E. Wieringa, Penghancuran Gerakan Perempuan Politik Seksual di Indonesia
Pasca Kejatuhan PKI, (Yogyakarta: Galangpress, 2010), hlm. 75. 14
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2007, hlm. 16
20
kemerdekaan. Peran dan perjuangan Wanita yang digolongkan
sesuai periode masa.
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
gerakan sosial yang dipopulerkan leh anthony Giddens. Menurutnya,
gerakan sosial adalah suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu
kepentingan bersama, atau geraka mencapai tujuan bersama melalui
tindakan kolektif diluar lingkup lembaga-lembaga yang mapan.15
Dengan menggunkan teori tersebut, peneliti mencoba
mendeskripsikan upaya pergerakan yang dilakukan oleh Masyumi
Muslimat untuk megangkat martabat kaum perempuan khususnya
dan untuk agama, bangsa maupun negara lebih luas.
H. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode sejarah,
karena penelitian ini berhubungan dengan kenyataan yang terjadi
pada masa lampau. Metode sejarah adalah petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis tentang bahan, kritik, interpretasi dan penyajian
15
Sri Roviana, ―Gerakan Perempuan Nahdlatul Ulama dalam Transformasi Pendidikan
Politik‖ dalam Jurnal Pendidikan Islam, vol III, Nomor 2 (Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga, 2014), hlm 407-408.
21
sejarah.16
Definisi metode sejarah menurut Nasir adalah
penyelidikan yang kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan,
serta pengalaman di masa lampau dan mempertimbangkan dengan
teliti dan hati-hati tentang bukti validitas dari sumber sejarah serta
interpretasi dari sumber-sumber keterangan tersebut.
Langkah-langkah dalam melaksanakan metode sejarah
meliputi : heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.
1. Heuristik
Yaitu kegiatan untuk menemukan bahan sumber, bukti-
bukti sejarah, informasi serta jejak masa lampau.17
Adapun cara-
cara yang dipakai penulis dalam menghimpun data-data sumber
sejarah adalah sebagai berikut:
a. Studi dokumen yaitu menelaah sumber-sumber yang relevan
dan berhubungan dengan penelitian. Hal ini dapat berupa
buku-buku, majalah, dokumen, surat kabar, catatan harian, dan
sebagainya.
16
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang Budaya,1955), hlm. 18. 17
E. Kosim, Metode Sejarah Asas Dan Proses (Bandung: Fakultas Sastra Universitas
Padjajaran, 1984), 36.
22
b. Studi pustaka, yaitu penulis mengumpulkan data untuk
menjawab masalah penelitian dengan menelaah sumber atau
bahan pustaka. Studi pustaka juga disebut dengan
dokumentasi, yaitu kegiatan mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip surat kabar,
majalah, natulen, agenda sebagainya.18
Penulis mengumpulkan sumber-sumber tertulis yang
berkaitan dengan tema penelitian. Penulis mengumpulkan sumber
dari berbagai literatur, baik berupa buku, skripsi, jurnal penelitian,
laporan penelitian dan internet yang relevan dengan tema
penelitian. Penulis mengumpulkan sumber dari Perpustakaan Lab
Fuadah, Perpustakaan IAIN Salatiga Kampus 2, Perpustakaan
Daerah Kota Salatiga, Perpustakaan Fakultas Adab dab Ilmu
Budaya, Badan Kearsipan Nasional, Perpustakaan Nasional, dan
Museum Pers Nasional. Data yang diperoleh berupa sumber
primer dan sumber sekunder. Data primer berupa koran zaman
18
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian (Yogyakarta: PT. Rineka Cipta, 1993),
2006.
23
Masyumi yang bernama koran Abadi, dikarenakan berita yang
dimuat dalam koran tahun sejaman dengan masa pergerakan
Organisasi Masyumi. Data Sekunder berupa buku-buku yang
membahas mengenai tema penelitian yang diteliti seperti buku
Partai Masjumi Karya Remi Mardinier, Sejarah Setengah Abad
Pergerakan Wanita Indonesia Karya KOWANI, Penghancuran
Gerakan Perempuan di Indonesia, Sejarah Perempuan Indonesia,
dan beberapa buku lainnya.
2. Kritik sumber
Yaitu kegiatan menyeleksi, menilai dan mengevaluasi jejak-
jejak atau sumber sejarah yang terkumpul. Verifikasi bertujuan
untuk memastikan keaslian dan keabsahan sumber.19
Kritik
sumber bertujuan untuk mendapatkan sumber sejarah yang benar.
Tahap ini dilaksanakan dengan melakukan kritik luar (Kritik
ekstern) dan kritik dalam (Kritik intern).
19
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2011), 64.
24
a. Kritik ekstern, yaitu kritik terhadap fisik sumber yang
berkaitan dengan masalah otensitas (keaslian) sumber yang
diteliti.20
Kritik luar berusaha untuk menjawab pertanyaan
tentang keaslian sumber sejarah misalnya kapan dan dimana
serta dari bahan apa sumber itu ditulis.
b. Kritik intern, yaitu kritik terhadap apa isi sumber yang
merupakan proses menyeleksi data dengan menyelidiki
kredibilitas (kebenaran) sumber.21
Kritik dalam berusaha
menjawab pertanyaan bagaimana menilai pembuktian yang
sebenarnya dari sumber itu
Dari beberapa sumber yang diperoleh, penulis
membandingkan dari sumber satu dengan yang lain untuk
mencari data yang lebih akurat yang berkaitan dengan tema
penelitian.
3. Interpretasi
20
E. Kosim, Metode Sejarah Asas dan Proses (Bandung: Fakultas Sastra Universitas
Padjajaran, 1984), 39–41. 21
Ibid.
25
Tahapan setelah melakukan kritik sumber adalah penafsiran
atau interpretasi. Interpretasi dilakukan setelah menguji data dari
berbagai sumber yang dikumpulkan dan melakukan sintesis
dengan menghubungkan berbagai data yang terkumpul. Tahapan
ini ditujukan untuk mendapatkan fakta yang menyeluruh dan
objektif data sejarah dengan menggunakan pendekatan sosiologi
dan teori kesadaran sejarah.22
usaha dalam menghubungkan
fakta-fakta yang saling terkait satu sama lain sehingga dapat
ditetapkan makna dari peristiwa sejarah tersebut. Dalam proses
ini tidak semua fakta sejarah dapat dimasukkan, tetapi harus
dipilih mana yang relevan dalam gambaran cerita yang disusun.
Setelah mendapat beberapa sumber baik primer maupun sekunder
maka dipergunakan pendekatan Historis untuk menceritakan
secara kronologis dan menyeluruh mengenai Kiprah Masyumi
Muslimat dalam Pergerakan Wanita Indonesia periode 1945-
1960.
22
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta: Ombak, 2011), 101.
26
4. Historiografi
Yaitu penulisan cerita sejarah yang memaparkan dari hasil
penelitian yang telah disajikan.23
Penyajian secara Deskiptif-
analisis yang memperhatikan prinsip-prinsip realisasi atau cara
membuat urutan peristiwa, kronologi atau urutan waktu,
kausalitas, dan kemampuan imajinasi sehingga terbentuk
rekonstruksi yang objektif dari masa lampau yang berdasarkan
data yang diperoleh.
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, secara
garis besar dapat dibagi menjadi dua sumber Primer dan sumber
Sekuder, yaitu:24
a. Sumber Primer yaitu informasi dari kesaksian seseorang
dengan mata kepala sendiri atau dengan alat panca indera yang
lain. Sumber primer dalam hal ini berupa arsip atau dokumen
23
Dudung Abdurrahman, Ilmu Pengantar Sejarah (Yogyakarta: Logos Wacana Ilmu,
2011), 67. 24
E. Kosim, Metode Sejarah Asas dan Proses (Bandung: Fakultas Sastra Universitas
Padjajaran, 1984), 37.
27
dan keterangan dari tokoh-tokoh yang mengalami atau melihat
langsung peristiwa pada masa itu.
b. Sumber Sekunder yaitu kesaksian dari siapapun yang bukan
saksi pandangan mata yaitu seseorang yang tidak hadir pada
peristiwa yang dikisahkan. Sumber sekunder ini dapat berupa
buku-buku, karangan, surat kabar, dan lain-lain.25
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisa untuk
mendapatkan data yang benar-benar dapat dipercaya. Analisis
data adalah pengelompokan, membuat suatu urutan,
memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah dibaca.
Yang berarti menggolongkan data dalam pola atau kategori, untuk
memberi makna terhadap hasil analisis. Data yang terkumpul,
baik berupa literature maupun hasil penelitian lapangan diolah
dan disusun secara kualitatif dan analisis secara deskriptif.
Historiografi (Penulisan Sejarah) merupakan langkah terakhir
dalam metode sejarah yakni dengan melakukan pemaparan secara
28
kronologis dan menyeluruh atas Kiprah Masyumi Muslimat
dalam Pergerakan Wanita Indonesia periode 1945-1960.
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika pembahasan dimaksudkan untuk mempermudah
penulisan ilmiah yang sistematis dan konsisten dari keseluruhan
skripsi. Sistematika pembahasan dalam penulisan skripsi ini dibagi
dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir.
Adapun rincian sistematis penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bab awal terdiri dari halaman judul, pernyataan keaslian
tulisan, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, motto
dan persembahan, abstrak, pedoman transliterasi, kata
pengantar, daftar isi, dan daftar singkatan.
2. Bagian Inti
Bagian inti terdiri dari empat bagian, yaitu:
29
Bab I, Pendahuluan, yang berisi : Latar Belakang Masalah,
Ruang Lingkup Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjuan
Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II, Sejarah Dinamika Pergerakan Wanita Di Indonesia :
Gambaran Umum Organisasi Pergerakan Wanita Indonesia.
Didalamnya membahas mengenai perkembangan organisasi
pergerakan Wanita secara umum di Indonesia dari sebelum dan
setelah kemerdekaan.
Bab III, Sejarah Lahirnya Pergerakan Wanita Islam Di
Indonesia : Gambaran Umum Organisasi Pergerakan Wanita
Islam Indonesia. Poin yang akan dibahas adalah organisasi
Wanita Islam yang lahir sebelum dan sesudah Kemerekaan.
Bab IV, Sejarah dan Peran Masyumi Muslimat Sebagai
Organisasi Pergerakan Wanita Indonesia : Sejarah dari Masyumi
hingga berdirinya Masyumi Muslimat,Peran Masyumi Muslimat
Dalam Internal Organisasi, Peran Masyumi Muslimat Dalam
Masyarakat. Didalamnya akan membahas awal dari lahirnya
30
Masyumi Muslimat juga peranannya dalam internal dan di
Masyarakat.
Bab V, Kesimpulan : Kesimpulan dan Saran untuk
Penelitian lanjutan.
3. Bagian Akhir
Adapun bagian terakhir dari bagian inti adalah bab V
merupakan kesimpulan. Pada bab ini dikemukakan tentang
kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah. Kemudian
pada bagian akhir dicantumkan pula daftar pustaka, lampiran-
lampiran dan daftar riwayat hidup dari penulis.
31
BAB II
SEJARAH PERGERAKAN WANITA INDONESIA
( Periode 1928 sampai 1960 )
A. Gambaran Umum Munculnya Pergerakan Wanita Indonesia
Sejarah bangsa Indonesia selalu mencatat perjuangan kaum
wanitanya, baik untuk kepentingan kaum wanita itu sendiri maupun
untuk perjuangan bangsa indonesia. Pada tanggal 22 Desember 1928
untuk pertamakalinya dalam sejarah bangsa Indonesia, kaum wanita
berhimpun bersama dengan tujuan untuk mewujudkan persatuan
antara organisasi wanita serta membicarakan soal kewajiban,
kepentingan dan perbaikan nasib kaum wanita khususnya, dan rakyat
Indonesia umumnya.26
Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia pada waktu
penjajahan sangat memprihatinkan. Memprihatinkan dalam hal ini
berupa ketimpangan sosial dan ekonomi yang dirasakan masyarakat,
terutama pada kaum wanita yang dianggap rendah dibandingkan
26
KOWANI, Sejarah Setengah abad Pergerakan wanita Indonesia, (Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1978), hlm. Xi
32
dengan kaum laki-laki. Dari kondisi inilah mulai adanya kesadaran
dikalangan wanita untuk menciptakan suatu gerakan dengan tujuan
kesejahteraan Bangsa Indonesia. Termasuk juga peran wanita yang
sering dianggap rendah, dan kaum laki-laki yang lebih dominan dalam
bidang sosial, ekonomi maupun politik. Sejarah munculnya gerakan
wanita Indonesia sama halnya dengan negara lain yang pernah
mengalami penjajahan. Timbullah rasa pembelaan diri dari kaum
wanita atas peristiwa yang terjadi. Kenyataan bahwa wanita juga
memiliki hak untuk hidup dan ikut serta membela bangsa dari
penjajahan.
Kongres Wanita se-Indonesia tahun 1928 mengawali suatu
tradisi kerjasama antara berbagai organisasi perempuan, yang tetap
hidup sampai sekarang pun.27
Kongres pertama tahun 1928
diprakarsai oleh 3 tokoh yakni: Nyi Hajar Dewantara dikenal sebagai
Ibu Suwardi, Ni Suyatin sebagai Pamong Taman Siswa, dan Ny.
Sukonto anggota Wanito Utomo dan Guru HIS (sekolah Belanda
27
Saskia Eleonora Wieringa, Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia,
(Jakarta: Garba Budaya dan Kaylanamitra,1999), hlm. 115
33
untuk pribumi). Beberapa organisasi perempuan yang ikut serta dalam
kongres yaitu Wanito Utomo, Aisyah, Putri Indonesia, Wanita
Katolik, Islamieten Bond, dan Taman Siswa.
Kongres pertama ini membahas mengenai beberapa masalah
yaitu: pendidikan untuk kaum perempuan, nasib yatim piatu dan
janda, perkawinan anak-anak, reform undang-undang perkawinan
Islam, kejahatan kawin paksa dan pentingnya meningkatkan harga diri
di kalangan kaum perempuan. Pembahasan mengenai rencana
pembentukan Organisasi payung yang bernama Perserikatan
Perempoean Indonesia (PPI). Akan tetapi, pada kongres ke 2 tahun
1929 di Jakarta terjadi perubahan nama organisasi PPI menjadi
Persatuan Perkumpulan Isteri Indonesia (PPII) pendirian dalam ranah
politik dan agama yang menunjukkan ke arah Nasionalisme.
Pergerakan Wanita Indonesia sangat erat hubungannya dengan
Pergerakan Kebangsaan Indonesia dan merupakan bagian yang tidak
dapat terpisahkan dari padanya. Perkembangan Organisasi-organisasi
kebangsaan pada awal abad ke-20 segera diikuti dengan tumbuhnya
34
Organisasi-organisasi wanita yang sebagian merupakan bagian wanita
dari suatu organisasi kebangsaan.28
Pergerakan Wanita Indonesia
mempunyai tujuan berjuang untuk tercapainya kemerdekaan
Indonesia, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan
pembangunan bangsa dan negara. Ruang lingkup dari pergerakan
wanita Indonesia meliputi bidang politik, sosial budaya, ekonomi, dan
pendidikan. Timbullah pergerakan wanita di Indonesia atas kesadaran
wanita yang bermula dari perjuangan para pahlawan wanita seperti
R.A Kartini, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika dan lain-lain. Inspirasi dan
dorongan yang telah diberikan baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk perkembangan pergerakan wanita Indonesia dalam
berbagai bidang.
Faktor lain yang menimbulkan adanya pergerakan wanita
Indonesia adalah kekacauan sistem ekonomi di Indonesia yang
disebabkan oleh eksploitasi dari penjajah pada abad-19 memperburuk
keadaan Indonesia secara umum. Dengan diberlakukannya sistem
28
KOWANI, Sejarah Setengah abad Pergerakan wanita Indonesia, (Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1978), hlm. 1
35
tanam paksa kepada pribumi yang mengharuskan petani menanam
satu bagian tanahnya untuk kepentingan pemerintah (penjajah) tidak
dibayar, dan kewajiban bekerja di perkebunan sesuai Undang-undang
Agraria tanpa diberi kompensasi.
Perubahan sistem terjadi atas kritikan Van de Venter terhadap
sistem tanam paksa yang diberlakukan oleh kolonial, dengan
tulisannya yang berjudul ―utang kehormatan‖. Kemudian perubahan
dari sistem tanam paksa menjadi kebijakan politik etis. Kebijakan ini
yang cenderung memberikan ruang pada penduduk pribumi untuk
memperoleh kemakmuran. Prinsip dari kebijakan politi etis tersebut,
pemerintah kolonial memiliki tujuan untuk dapat mewujudkan
kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia dengan pengembangan
produk ekspor, pendidikan dan mengembangkan pembaangunan bagi
seluruh masyarakat Indonesia.
Usaha pemerintah dalam sektor pendidikan bertentangan dengan
latar belakang kemakmuran bagi masyarakat.seperti ditulis Brugmans,
―pendidikan setelah 1905 tidak akan meningkatkan cakupannya bila
36
situasi ekonomi tidak menunjang sektor pendidikan.‖ Seperti halnya
tujuan perluasan pendidikan, Wertheim pun tidak ragu lagi:
Ekspansi aparat pemerintah dan bisnis bangsa
Barat selama pertengahan terakhir abad
kesembilan belas telah membawa pada suatu
Kebutuhan personil yang terlatih di bidang
administrasi...Hanya setelah 1900 pendidikan
terbuka bagi sebagian besar rakyat Indonesia.
Kebutuhan mengenai personil terlatih pun terus-
menerus meningkat.
Penyidikan kemudian dilakukan oleh sebuah komisi terpilih
untuk memastikan beberapa penyebab ―kemerosotan kesejahteraan‖
(istilah umum untuk menggambarkan menurunnya kondisi ekonomi
masyarakat). Laporan komisi itu dilaksanakan dengan teliti selama
sepuluh tahun, berkaitan dengan masalah ini dan juga meningkatnya
kedudukan perempuan Indonesia, seperti telah dibuktikan secara
statistik maka terdapat konstribusi sembilan perempuan Indonesia
yang dicantumkan oleh komisi. Tidak dapat dielakkan lagi bahwa
37
kesaksian-kesaksian itu merupakan langkah awal untuk menuntut
perubahan dan pembangunan; mereka adalah tokoh-tokoh awal yang
berasal dari perempuan Indonesia. Gambaran tentang program
pendidikan baru seperti diajukan van Deventer dipercayakan kepada
J.H. Abendanon, kepala Departemen Pendidikan pemerintah kolonial
sejak 1900. Namanya akan selalu dihubungkan dengan perempuan
jawa yang secara umum dianggap sebagai tonggak awal bagi gerakan
feminis di Indonesia – Kartini, putri Bupati Jepara.29
R.A. Kartini merupakan salah satu tokoh perintis Pergerakan
Wanita beliau lahir di Jepara 21 April 1879 , seorang wanita yang
mempunyai tujuan merubah kehidupan wanita dilingkungannya.
Lingkungan masyarakat yang menjadikan kehidupan wanita terbatas
dan terikat oleh adat masyarakat setempat. Keinginan Kartini
mengenai persamaan hak bagi wanita dan adanya pengajaran bagi
anak-anak gadis pribumi. Hal ini terlihat dari tulisannya yang
29
Cora Vreede-de Stuers, Sejarah Perempuan Indonesia, (Jakarta: Komunitas
Bambu,2008), hlm. 60-61
38
menuliskan beberapa surat dan publikasi gagasan untuk
memperjuangkan hak wanita Indonesia.
Kartini sebagai inspirator dan pendorong berhasil mengobarkan
semangat generasi muda dan menimbulkan simpati sehingga
timbullah gerakan Feminis di Indonesia. Hasil karya Kartini yang
menjelaskan pemikiran kartini terulis dalam buku berbahasa Belanda
yang berjudul Door Duis Ternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah
Terang) yang mengandung pesan bagi para wanita Indonesia waktu
itu. Usaha Kartini yang berhasil mendirikan sekolah kecil untuk anak-
anak gadis dengan memberikan pelajaran menulis, membaca,
menjahit, memasak dan keterampilan lainya yang perlu dipelajari oleh
wanita Indonesia terutama anak-anak gadis. Selain R.A. Kartini masih
ada beberapa tokoh perempuan yang menjadi perintis Pergerakan
Wanita.
1. Raden Ayu Ageng Serang
Adalah putri dari Pangeran Natapraja lahir tahun 1752 di
Sedang Purwodadi Jawa Tengah, sosok yang berani membela
39
bangsa dengan melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama
Ayah dan kedua saudaranya. Pada saat perang Diponegoro menjadi
Penasehat para pejuang dikarenakan sudah lanjut Usia. Wafat pada
tahun 1828 dalam usia 76 tahun dan dimakamkan di Beku,
Yogyakarta.
2. Martha Christna Tiahahu
Adalah putri dari Kapten Paulus Tiahahu , seorang pahlawan
gigih dari maluku yang melawan kolonial. Martha Christina juga
melakukan perlawanan terhadap kolonial, dan melanjutkan
perjuangan ayahnya yang telah meninggal karena dihukum mati.
Martha Christina meninggal pada tanggal 2 Januari 1818.
3. Cut Nyak Dien
Adalah putri Ulee Balang VI Mukim bernama Nanta Setia.
Beliau berjuang melawan Belanda bersama suaminya. Hingga pada
akhirnya dibuang ke Sumedang dikarenakan sangat membahayakan
pihak Belanda dan wafat disana tanggal 6 November 1908.
4. Cut Meutia
40
Adalah putri Teuku Bin Daud lahir di Aceh tahun 1870 ,
beliau merupakan sosok pejuang wanita Aceh yang pantang
menyerah dan gigih melawan Belanda. Beliau bersama suaminya
yaitu Teuku Muhammad membentuk pasukan Gerilya menghadang
patroli Belanda dan melakukan sabotase. Pada tanggal 24 oktober
1910 beliau gugur dalam perlawanan kepada Belanda.
5. Maria Walanda Maramis
Adalah putri bungsu keluarga Maramis Rotin Sulu. Berawal
dari penyesalan beliau yang tidak boleh melanjutkan sekolah di
MEISJES SCHOOL sekolah khusus wanita. Beliau akhirnya
mendirikan perkumpulan dengan nama PIKAT (Percintaan Ibu
Kepada Anak Temurunnya) untuk memberikan pengetahuan lebih
kepada anak-anak gadis untuk dapat melanjutkan ke sekolah yang
lebih tinggi. Beliau berhasil membuka cabang di Minahasa, Jawa,
dan Kalimantan. Beliau memberikan pesan ketika rapat cabang
untuk senantiasa memajukan kaum wanita dengan pendidikan yang
lebih.
41
6. Dewi Sartika
Adalah putro Soma Negara, lahir di Jawa Barat 4 Desember
1884. Beliau mempunyai cita-cita mendirikan sekolah untuk anak-
anak gadis dari kalangan bangsawan dan rakyat jelata. Impiannya
menjadi nyata pada 16 Januari 1904, beliau berhasil membuka
sekolah bagi anak-anak gadis dengan nama ―Sekolah Istri‖. Pada
tahun 1910 berubah nama menjadi ―Sekolah Keutamaan Istri‖.
Tahun demi tahun bertambah banyak peminatnya. Beliau wafat
pada tanggal 11 September 1947.
7. Nyai Achmad Dahlan
Adalah putri Kyai Muhammad Fadhli mempunyai nama asli
Siti Walidah. Bersama suaminya Kyai Haji Ahmad Dahlan yakni
pendiri Muhammadiyah, beliau membangun pada bagian wanita.
Beliau mendirikan perkumpulan dengan nama ―Sopo Tresno‖
tahun 1914, kemudian 1917 berubah nama menjadi Aisyiyah.
Aisyiyah salah satu pemrakarsa Kongres Perempuan Indonesia
tahun 1928. Beliau wafat tanggal 31 Mei 1946 di Yogyakarta.
42
8. Haji Rusuna Said
Adalah putri Haji Muhammad Said, beliau mengabdikan diri
untuk pergerakan kemerdekaan, latar belakang beliau yang
berpendidikan serta penganut Islam yang moderen menjadikan
pandangan kebangkitan dunia Islam. Tahun 1926 menjadi anggota
Sarekat Islam kemudian menjadi PSII. Tahun 1930 mendirikan
PERMI (Persatuan Muslim Indonesia) perkumpulan ini
berkembang pesat. Pada 31 Agustus 1941 ikut membentuk Komite
Nasional Sumatra Barat, tanggal 17 Agustus 1950 diangkat
menjadi DPRS (Dewan Perwakilan Rakyat Sementara). Kemudian,
diangkat menjadi anggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung).
9. Rahmah El Yunusiah
Adalah putri dari Syeh Muhammad Yunus, lahir 10 Juli 1901
di Pandang Panjang, Sumatra Barat. Beliau mendirikan sekolah
Diniyah Putri Padang yang bertujuan ―membentuk putri yang
berjiwa Islam dan Ibu pendidik yang cakap dan aktif serta
bertanggung jawab tentang kesejahteraan keluarga, masyarakat dan
43
tanah air atas dasar pengabdian kepada Allah SWT‖. Keberhasilan
Diniyah menarik perhatian luar negeri. Tahun 1966 beliau
diundang ke Al-Azhar dan mendapat gelar ―Syeichah‖. Rahmah,
orang pertama yang mengibarkan bendera merah putih di Padang
Panjang setelah proklamasi kemerdekaan. Rahmah pernah
menjabat anggota Komite Nasional Indonesia Sumatra Tengah,
anggota DPRD Bukittingi dan 1955 terpilih sebagai anggota DPR
(Dewan Perwakilan Rakyat).
Munculnya organisasi wanita memicu timbulnya peritisan pers
di Indonesia. Terbitlah majalah dan surat kabar wanita yang
didalamya membahas megenai pendidikan dan pengajaran bagi kaum
wanita, seta kemajuan-kemajuan gagasan pemikiran dalam
pergerakan. Berikut tempat dan tahun beserta nama lembaga pers yang
berdiri awal.
a. Di Bandung (1909) : PUTRI HINDIA
b. Di Padang (1912) : SUNTING MELAYU
c. Di Pacitan (1913) : WANITO SWORO
44
d. Di Jakarta (1914) : PUTRI MARDIKA
e. Di Bandung (1918) : PENUNTUN ISTRI
f. Di Semarang (1920) : ISTRI UTOMO
g. Di Padang (1920) : SUARA PEREMPUAN
h. Di Medan (1920) : PEREMPUAN BERGERAK
i. Di Menado (1925) : PIKAT
j. Di Bandung (1925) : AISYIYAH dan ISTRI MARDIKA
Daftar diatas merupakan lembaga pers wanita yang sudah ada
sebelum Kongres Perempuan Indonesia. Hal ini menunjukan kaum
wanita pada waktu itu sudah mengenal kemajuan teknologi dan
pedidikan untuk menyebarluaskan informasi maupun pengajaran
terhadap pembaca. Selain peritis Pers wanita, berikut beberapa
organisasi pemrakarsa Kongres Perempuan Indonesia.
1) Wanito Utomo
2) Wanita Taman Siswa
3) Aisyiyah
4) Wanita Katholik
45
5) Putri Indonesia
6) Jong Islamieten Bond Dames Afdeeling (JIBDA)
7) Jong Java Dames Afdeeling
Ketujuh organisasi tersebut merupakan awal dari gerakan
perempuan di Indonesia. Organisasi perempuan yang mempunyai asas
kebangsaan untuk membela dan memperjuangkan negara indonesia
dari tangan penjajah. Pemrakarsa diselenggarakannya Kongres
Perempuan Indonesia I pada tanggal 22 Desember 1928 di
Yogyakarta. Kongres yang menggambarkan tekad dan keberanian
organisasi wanita dalam mewujudkan kerjasama untuk kemajuan
wanita dan masyarakat. Berikut runtutan perkembangan organisasi
wanita Indonesia dari tahun 1912 sampai 1928.
46
PERKEMBANGAN ORGANISASI WANITA INDONESIA
Dari 1912-22 Desember 1928
1912 Putri Mardika di Jakarta
Didirikan atas prakarsa Boedi Utomo
Pengurus
Ketua : R.A. Theresia Sabaroedin
Wk. Ketua : R.A. Sutinah Joyopranoto
Kartini Fonds (dana Kartini)
Didirikan oleh Tuan-Nyonya C. Th. Van Deventer,untuk mendirikan
sekolah-sekolah Kartini, atara lain di Semarang, Surabaya, Bogor.
1913 Keutamaan Istri di Tasikmalaya
Medirika sekolah-sekolah untuk gadis-gadis di Tasikmalaya dan kota-
kota lain di Jawa Barat.
1914 Kerajinan Amal Setia di Kota Gadang, Sumatera Barat
Mengajar baca, tulis dan ketrampilan wanita.
Ketua : Rohana Kudus
1915 Keutamaan isteri Minangkabau di Padang Panjang
Didirikan atas prakarsa seorang lulusan keutamaan istri.
1917 Aisyiyah di Yogyakarta tanggal 22 April 1917
Sebagai bagian dari Muhammadiyah
47
PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya) di Manado tangal 8
Juli 1917
Didirikan di Manado oleh Ny. Maria Walandow Maramis.
1918 Sarikat Siti Fathimah di Garut – Jawa Barat
Bagian dari Sarikat Islam.
1920 Wanodyo Utomo di Yogyakarta
Kelak menjadi Sarikat Putri Islam – 1925.
Gorontalosche Mohammedaansche Wrouwen Vereniging
Sarikat Kaum Ibu Sumatra
Nahdatul Faat
Bagian dari Wal Fajri
1921 Wanit Utomo di Yogyakarta
1922 Wanita Taman Siswa
1924 Wanita Katholik
Yong Java Dames Afdeeling (Jong Java bagian wanita) Salatiga.
Wanita Komunis
1925 Jong Islamieten Bond Dames Afdeeling
Bagian pemudi Jong Islamieten Bond.
1927 Ina Tuni di Ambon
Membantu Sarikat Ambon dalam kalaga militer Ambon.
Putri Indonesia
48
Organisasi Pemudi
1928 Sakati30
B. Pergerakan Wanita Indonesia Sebelum Kemerdekaan (1928-1945)
Pada masa ini disebut juga masa pergerakan wanita pada masa
Penjajahan. Karena terjadi pada tahun 1928, Indonesia masih dalam
kekuasaan pihak Belanda. Beberapa organisasi perintis pergerakan
wanita berinisiatif menyelenggarakan ―Kongres Perempuan
Indonesia‖. Kongres ini menjadi kongres pertama yang merupakan
awal dimulainya pergerakan wanita Indonesia. Pergerakan wanita
Indonesia tidak bersifat konfrontatif terhadap kaum pria, lebih
mengutamakan kerjasama untuk melawan penjajah dan mencapai
kemerdekaan Indonesia.
Persatuan antara kaum pria dan wanita dalam pergerakannya
akan membawa Indonesia mecapai kemerdekaan dan lepas dari
penjajah. Ada 2 hal yang menjadi perjuangan pergerakan wanita
Indonesia. Pertama, bersama kaum pria berjuang menuju cita-cita
30
KOWANI, Sejarah Setengah abad Pergerakan wanita Indonesia, (Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1978), hlm. 26-27
49
kemerdekaan Indonesia. Kedua, berjuang untuk meningkatkan
kedudukan wanita dalam bidang pendidikan, sosial dan kebudayaan.
Dalam pergerakannya kaum wanita bersama kaum pria bersatu, saling
bekerjasama meningkatkan keterampilan dan kecakapan dalam bidang
kemasyarakatan dan pertahanan untuk berjuang mencapai
kemerdekaan. Pergerakan wanita Indonesia pada masa penjajahan
terbagi menjadi 2 periode yaitu, masa pemerintahan Hindia-Belanda
dan masa pendudukan Jepang.
1. Masa Pemerintahan Hindia-Belanda (1928-1941)
Pada masa ini, kaum wanita indonesia menggencarkan
semangat persatuan dan kerjasama antar organisasi wanita untuk
mencapai kemerdekaan. Atas inisiatif tujuh organisasi perintis
pergerakan wanita Indonesia dan dijiwai semangat Sumpah
Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928, maka
diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia I tanggal 22
Desember 1928 di Yogyakarta. Salah satu keputusan dalam
kongres I yaitu mendirikan badan federasi dengan nama ―Perikatan
50
Perkumpulan Perempuan Indonesia‖ (PPPI), yang kemudian
diubah menjadi ―Perikatan Perkumpulan Istri Indonesia‖ (PPII).
a) Kongres Perempuan Indonesia ke I
Kongres ini diadakan atas inisiatif 7 Organisasi
Perintis pergerakan wanita Indonesia yaitu Wanito Utomo,
Wanita Taman, Putri Indonesia, Aisyiyah, Jong islamieten
Bond bagian Wanita, Wanita Katholik, dan Jong Java
bagian wanita. Diadakan pada tanggal 22-25 Desember
1928 di Pendopo Joyodipuran, Yogyakarta. Hasil dari
keputisan kongres yaitu:
1) Mendirikan badan federasi bersama ―perikatan
perkumpulan perempuan indonesia‖ (PPPI).
2) Menerbitkan surat kabar, yang redaksinya dipercayakan
kepada pengurus PPPI; anggota-anggota redaksi terdiri
dari: Nyi Hadjar Dewantara, Nn. Hajinah, Ny. Ali
Sastroamidjojo, Nn. Ismudiyati, Nn. Badiah, dan Nn.
Sunaryati.
51
3) Mendirikan studiefonds yang akan menolong gadis-
gadis yang tidak mampu.
4) Memperkuat pendidikan kepanduan putri
5) Mencegah perkawinan anak-anak
6) Mengirimkan mosi kepada penerintah agar :
a. Secepatnya diadakannya fonds bagi janda dan anak-
anak
b. Tunjangan bersifat pensiun (onderstand) jangan
dicabut.
c. Sekolah-sekolah putri diperbanyak
7) Mengirimkan mosi kepada Raad agama agar tiap talak
dikuatkan secara tertulis sesuai dengan peraturan
agama.
Dalam perkembangan PPPI/PPII menyatakan hal
terpenting yaitu keputusan bahwa kesatuan pergerakan
wanita Indonesia berasaskan kebangsaan dan menyatakan
sebagai bagian dari pergerakan kebangsaan Indonesia.
52
PPPI/PPII telah mengadakan kongres 4 kali setelah
kongres Perempuan Indonesia I dan sebelum Kongres
Perempuan Indonesia II tahun 1935. Adapun yang menjadi
hasil kongres PPPI/PPII adalah :
1. Kedudukan wanita dalam hukum perkawinan (Islam).
2. Perlindungan wanita dan anak-anak dalam perkawinan.
3. Mencegah perkawinan anak-anak.
4. Pendidikan bagi anak-anak Indonesia, untuk membantu
anak gadis yang tidak mampu membayar biaya sekolah,
dengan mendirikan Yayasan ―Seri Darma‖.
Ternyata masih ada Organisasi Wanita baru yang
belum bergabung dalam PPII. Muncullah ide untuk
mengadakan Kongres Perempuan Indonesia seperti
Kongres I tahun 1928, untuk menyatukan Organisasi
wanita yang baru dengan yang sudah bergabung. Serta
menampung ide dan pikiran kaum wanita Indonesia. Oleh
53
karena itu diadakan Kongres Perempuan Indonesia II Di
jakarta tahun 1935.
b) Kongres Perempuan Indonesia ke-II
Kongres ini diadakan pada tanggal 20-24 Juli 1935
di Jakarta, dipimpin oleh Ny. Sri Mangunsarkoro. Pada
kongres ini dibentuk badan ―Kongres Perempuan
Indonesia‖ (KPI), kemudian PPII dibubarkan pada bulan
September 1935. Kongres ke-II ini menekankan persatuan
dan kesatuan pergerakan wanita Indonesia. Terutama lebih
memperhatikan mengenai Buruh wanita. Hal ini
dikarenakan kejadian di Perusahaan Batik Lasem, Buruh
wanita yang diperlakukan tidak wajar.
Selain itu kongres ke-II memperoh keputusan: usaha
mengenai perbaikan organisasi, perbaikan nasib wanita,
meningkatkan pergerakan wanita Indonesia, dan usaha
pemberantasan buta huruf dengan didirikannya Badan
Pemberatasan Buta Huruf (BPBH). Pada tahun 1937,
54
didirikan ―Komite Perlindungan Kaum Perempuan dan
Anak-anak Indonesia‖ (KPKPAI), bertujuan memberikan
perlindungan kepada wanita dan anak-anak dalam
perkawinan, merencanakan suatu peraturan perkawinan
dan mendirikan biro konsultasi.
c) Kongres Perempuan Indonesia ke-III
Kongres ini diadakan pada tanggal 23-27 Juli 1938
di Bandung dipimpin oleh Ny. Emma Puradireja.
Keputusan kongres diantaranya KPKPAI yang semula
berdiri sendiri, dijadikan satu badan dari Kongres dengan
nama ―Badan Perlindungan Perempuan Indonesia dalam
perkawinan‖ (BPPIP). Pemerintah Hindia-Belanda
memberikan ―hak untuk dipilih‖ kepada kaum wanita,
oleh karena itu dipilih 4 orang wanita sebagai anggota
Dewan Kota yaitu.
1. Ny. Emma Puradireja di Bandung.
2. Ny. Sri Oemiyati di Cirebon.
55
3. Ny. Sunaryo Mangunpuspito di Semarang.
4. Ny. Siti Sundari Sudirman di Surabaya.
Pemerintah Hindia-Belanda membentuk Komisi
Visman tahun 1941, untuk menyelidiki keinginan Bangsa
Indonesia akan perubahan tatanegara. Dua orang wanita
Indonesia diminta pendapat, yaitu: Ny. Sunaryo
Mangunpuspito menuntut ―Indonesia Berparlemen‖ dan
Ny. Sri Mangunsarkoro menuntut ―Indonesia Merdeka‖.
d) Kongres Perempuan ke-IV
Kongres ini diadakan pada tanggal 25-28 Juli 1941
di Semarang, dipimpin oleh Ny. Sunaryo Mangunpuspito.
Dalam kongres ini mengusulkan kepada anggota dalam
Dewan Rakyat (Volksraad), agar bahasa Indonesia
dimasukkan sebagai mata pelajaran tetap di semua sekolah
Menengah. Salah satu keputusan dari kongres adalah
tuntutan ―Indonesia Berparlemen‖, selain itu menuntut
agar wanita Indonesia diberi hak untuk memilih.
56
Keputusan kongres juga menolak GAPI terhadap
―rancangan ordonasi wajib militer terbatas‖ yang
ditawarkan Pemerintah Hindia Belanda. Hal ini
dikarenakan Perang Dunia II sudah dekat dan jika wajib
militer diadakan, maka putra putri Indonesia yang baru
atau sedang dilatih harus berhadapan dengan tentara
Jepang yang jauh lebih tangguh, tentunya pihak indonesia
akan kalah dalam peperangan.
Dari kongres I hingga kongres IV terlihat jelas bahwa
semangat kaum wanita dalam melakukan kegiatan pergerakan
wanita Indonesia di masa pemerintahan Hindia-Belanda. Kegiatan
yang meliputi berbagai bidang: pendidikan,sosial, politik, budaya
dan hukum. Progres pemikiran yang semkin maju terlihat ketika
pelaksanaan kongres, banyak perubahan yang dilakukan untuk
kemajuan kaum wanita terutama. Selain itu kerjasama dilakukan
dengan kaum pria dalam pencapaian kemerdekaan Indonesia.
2. Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)
57
Pada masa ini Jepang membentuk organisasi yang dijalankan
untuk kepentingan Jepang sendiri. Semua organisasi pergerakan
Indonesia dibubarkan oleh Jepang. Para pemimpin Nasional
memanfaatkan kemungkinan bergabung dengan Jepang untuk
tujuan persiapan Kemerdekaan Indonesia. Hal itu juga dijadikan
strategi oleh pimpinan pergerakan wanita Indonesia yang
mempergunakan kesempatan tersebut.
Pemerintah Jepang membentuk suatu Badan Propaganda
sebagai pemimpin Asia Timur Raya yang berada di Jakarta.
Organisasi dengan nama ―Gerakan Tiga A‖ yang dipimpin oleh Mr.
Rd. Samsudin dan mempunyai cabang di kota-kota lain. Semboyan
organisasi tersebut: ―Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia
dan Nippon Pemimpin Asia‖. Namun pada bulan Maret 1943
Gerakan Tiga A dibubarkan, kemudian didirikan Gerakan ―Putera‖
(Pusat Tenaga Rakyat) dipimpin oleh Empat Serangkai yaitu:
Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansur,
berpusat di Jakarta.
58
Jepang memanfaatkan rakyat Indonesia dalam perang pasifik
di pertengahan tahun 1943. Oleh karena itu Jepang membutuhkan
tenaga pemuda Indonesia untuk keperluan perang. Maka jepang
membentuk organisasi-organisasi, yaitu: Keibodan (Barisan Bantu
Polisi), Seinendan (Barisan Pemuda), Heiho (Pembantu Prajurit),
dan PETA (Tentara Sukarela Pembela Tanah Air). Pada tanggal 1
Maret 1944, Organisasi Putera dicurigai Jepang dan digantikan
oleh organisasi baru yaitu ―Jawa Hokokai‖ (Himpunan Kebaktian
Rakyat Jawa).
Pada waktu itu organisasi wanita Merupakan organisasi
umum bentukan jepang. Pergerakan wanita pada masa pendudukan
Jepang dibatasi sehingga tidak mengalami kemajuan. Kedudukan
wanita tidak dibahas lagi, baik mengenai hak untuk memilih
maupun dalam hukum perkawinan. Gadis-gadis menjadi korban
Tentara Jepang, Pergerakan wanita sangat prihatin dengan keadaan
tersebut, tetapi mereka tidak berani terus terang menentang
tindakan tersebut. Pada waktu itu sebagian besar kaum wanita
59
terpaksa ikut dalam pergerakan, sehingga gerakan wanita merata
sampai di pelosok daerah. Bermacam kegiatan diikuti oleh kaum
wanita seperti masak di dapur umum, PPPK, latihan Kemiliteran
dan lain-lain. Kegiatan tersebut menambah dan memperluas
pengalaman wanita sebagai pemimpin organisasi dan masyarakat.
Organisasi wanita yang merupakan bagian dari organisasi umum
bentukan Jepang adalah:
1. Gerakan Isteri Tiga A
Merupakan Gerakan Pemudi dari Gerakan Tiga A yang
dibentuk bulan April 1942. Dipimpin oleh Ny. Artinah
Samsudin. Di Jakarta bagian pemudinya disebut ―Barisan Puteri
Asia Raya‖. Merupakan bagian dari Gerakan Tiga A, akan tetapi
organisasi ini tidak bertahan lama.
2. Barisan Pekerja Perempuan Putera
Merupakan organisasi bagian wanita dari Organisasi
Putera yang dibentuk bulan Maret 1943. Organisasi ini dipimpin
oleh Ny. Sunaryo Mangunpuspito di tingkat Pusat. Hampir
60
semua kota di pulau Jawa didirikan Barisan Pekerja Perempuan
Putera, yang menyelenggarakan macam-macam kerajinan
tangan, memintal benang, kursus pemberantasan buta huruf.
Pada tanggal 3 november 1943 didirikan ―Jakarta Tokubetsu Si
Fujinkai‖ diketuai oleh Ny. R.A. Abdurachman. Di beberapa
tempat juga didirikan organisasi pemerintah setempat dengan
nama ―Fujinkai‖ yang diketuai oleh Isteri kepala daerah.
Pada organisasi ini dibentuklah gerakan ―Barisan Putri‖,
dimana kaum wanita diberikan beberapa keterampilan. Latihan
tersebut meliputi: latihan Palang Merah (PPPK), latihan
kemiliteran, masak untuk dapur umum, jahit-menjahit, memintal
dan menenun, kerajinan, menyanyi dan deklamasi untuk siaran
radio dan ceramah politik. Oleh pemudi kondisi ini
dimanfaatkan untuk mempersiapkan dalam mencapai
kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 1 Maret 1944, Organisasi
Putera dibubarkan begitupun dengan Barisan Pekerja
61
Perempuan Putera. Hal ini dikarenakan kekhawatiran akan
semangat Nasinalisme yang membara dari Organisasi ini.
3. Jawa Hokokai Fujinkai
Merupakan bagian wanita dari Organisasi Jawa Hokokai
yang disebut ―Jawa Hokokai Fujinkai‖ . sama halnya organisasi
wanita lainnya, organisasi wanita ini mempunyai cabang di
beberapa daerah yang diberi nama Fujinkai. Usaha dari Fujinkai
sama seperti organisasi wanita lainnya yaitu mengembangkan
keterampilan kaum wanita dalam bidang pertahanan maupun
sosial ekonomi. Pihak Jepang yang bekerjasama dengan
pimpinan Nasional bermaksud menanamkan kekuasaan dengan
memberikan sarana bagi organisasi pergerakan. Akan tetapi
pimpinan Nasional Indonesia memanfaatkan untuk
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Organisasi Fujinkai yang dipimpin oleh Ny. Sunaryo
Mangunpuspito dibubarkan, setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Anjuran untuk membentuk organisasi wanita di
62
kabupaten dan kota dengan nama ―Persatuan Wanita Indonesia‖
( PERWANI). Sedangkan Barisan Putri tetap melanjutkan
mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, sebagian besar
masuk organisasi kelaskaran dan sisanya masuk Palang Merah
dan Dapur Umum.
C. Pergerakan Wanita Indonesia Setelah Kemerdekaan (1945-1959)
1. Masa Perang Kemerdekaan (1945-1949)
Dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945, perjuangan rakyat Indonesia memasuki tahap baru.
Membela dan mempertahankan kemerdekan menjadi tugas dan
kewajiban seluruh rakyat.31
Secara de facto Pemerintah Jepang
masih berkuasa atas Indonesia, akan tetapi tidak berwenang untuk
mengakui kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka
mempertahankan ―Status quo‖, pada waktu mereka menyerahkan
kekuasaan pada sekutu. Tentara Inggris diboncengi tentara Belanda
mendarat di Jakarta pada tanggal 15 Oktober 1945. Tentara belanda
31
KOWANI, Sejarah Setengah abad Pergerakan wanita Indonesia, (Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1978), hlm. 67.
63
yang berkedok sebagai tentara inggris melakukan penembakan dan
pembunuhan terhadap rakyat Indonesia. Belanda melakukan
terornya, kekerasan dan pertempuran timbul dimana-mana.
Pada tanggal 10 november 1945 pertempuran paling dahsyat,
karena seluruh rakyat (pemuda Surabaya) menolak ultimatum
jenderal Mansergh dari tentara sekutu untuk menyerahkan semua
senjata dan sekarang dikenal sebagai Hari Pahlawan. Pamerintah
indonesia melakukan perundingan untuk menyelesaikan sengketa
dengan sekutu. Belanda mengakui kekuasaan de facto Republik
Indonesia atas Jawa, Madura, dan Sumatera.
Pada tanggal 21 Juli 1947 terjadi Clash ke-I, disebut juga
Perang Kemerdekaan ke-I. Ditambah dengan pemberontakan
Madiun oleh PKI pada tanggal 18 September 1948 titik sehingga
membuat keadaan politik dan ekonomi dalam negeri memburuk.
Belanda menyerbu Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948 itu
merupakan perang kemerdekaan ke-II.
64
Kondisi tersebut membuat organisasi wanita pada umumnya
ditunjukkan menjadi usaha perjuangan, di garis belakang dengan
mengadakan dapur umum dan pos Palang Merah, di garis depan
satu badan perjuangan dengan organisasi-organisasi lain. Timbul
Laskar wanita dan badan-badan perjuangan, di Jawa dan Sumatera.
Mereka bertugas di garis depan, di medan pertempuran, melakukan
kegiatan Intel, menjadi kurir, menyediakan dan mengirimkan
makanan ke garis depan, membantu kaum pengungsi,memberi
penerangan dan lain-lain. Keterampilan tugas ini didapat pada masa
pendudukan Jepang wanita diharuskan mengikuti latihan guna
menghadapi segala kemungkinan untuk membantu Jepang di garis
belakang. Keadaan dan latihan tersebut dimanfaatkan untuk
menanamkan jiwa nasionalisme, Memberikan latihan kemiliteran,
PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan). Masak untuk dapur
umum dan lain-lain sebagai persiapan kemerdekaan.32
32
KOWANI, Sejarah Setengah abad Pergerakan wanita Indonesia, hlm.68
65
Pada tanggal 16-17 Desember 1945 diselenggarakan Kongres
Wanita Indonesia pertama kalinya dalam suasana kemerdekaan.
Wanita Indonesia mempersatukan diri untuk bersama-sama
menghadapi segala kemungkinan yang terjadi berhubung dengan
pergolakan tanah air.33
Tujuan dari Kongres pertama adalah
membentuk badan persatuan dan mempersatukan ideologi.
Persatuan wanita Indonesia (Perwani) dan wanita negara Indonesia
(Wani) diubah nama menjadi persatuan wanita Republik Indonesia
(Perwari). Pada bulan Juni 1945 diselenggarakan kongres wanita
Indonesia di Madiun merupakan kongres wanita Indonesia ke-V.
Pada bulan Februari 1946 dilahirkan Badan Kongres Wanita
Indonesia (KOWANI).34
Badan Kongres tidak lagi merupakan satu
pertemuan wanita belaka yang memutuskan beberapa tuntutan.
Akan tetapi wanita merasa bahwa dalam pergerakannya harus lebih
ditegaskan lagi arah dan tujuannya. Hasil pertama yang nyata
,sudah dibentukbadan keahlian yang terdiri atas orang-orang cerdik
33
ANRI. Keputusan Badan Kongres Wanita Indonesia. 34
KOWANI, Sejarah Setengah abad Pergerakan wanita Indonesia, hlm. 69.
66
pandai yang mempunyai kewajiban memberi pimpinan lebih lanjut
kepada pergerakan wanita umumnya dalam soal: politik, sosial,
kesehatan, ekonomi, kebudayaan, perubahan dan sebagainya.
Badan keahlian berkewajiban mencari hubungan dengan dunia
wanita diluar negeri supaya lebih erat hubungannya antara wanita
Indonesia dan wanita diseluruh dunia, untuk bersama-sama
memperjuangkan cita-cita peri kemanusiaan dan keadilan sosial.35
Kongres memutuskan antara lain mulai mengadakan hubungan
dengan luar negeri untuk menembus blokade ekonomi dan politik.
Sehingga kongres wanita Indonesia menjadi anggota WIDF
(Women's International Democratic Federation).
Pada tahun 1947 dilaksanakan kongres wanita ke-VI di
Magelang. Pada tahun 1948 Kongres ke-VII di Solo, hasil dari
keputusan kongres adalah memperhatikan penyatuan tenaga dan
penyempurnaan organisasi, selain membantu perjuangan.
Pergerakan wanita Indonesia ikut serta dalam pembangunan,
35
ANRI. Keputusan Badan Kongres Wanita Indonesia.
67
pergerakan wanita selanjutnya menyusun program kerja, bidang
pembelaan negara, bidang sosial, politik, pendidikan, dan lain-lain,
demi terwujudnya kemajuan Rakyat Indonesia.
2. Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
Pergerakan Wanita Indonesia selama 4 tahun memusatkan
perhatian dan tenaganya pada perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Konsolidasi dalam hal ini diperlukan
untuk menghadapi tugas dalam bidang sosial ekonomi maupun
politik. Pembentukan suatu badan diperlukan untuk
menghubungkan organisasi-organisasi wanita Indonesia saling
kerjasama menyatukan ideologi dan pemikiran. Pada tanggal 24-28
November 1950 Badan kontak bersama Pengurus KOWANI
mengadakan Kongres Wanita Indonesia ke-VIII.
Hasil keputusan bahwa penggabungan antara Badan Kontak
dan KOWANI menjadi ―Kongres Wanita Indonesia‖ tidak
disingkat. Kongres Wanita Indonesia ke-VIII mempunyai tujuan
kesempurnaan kemerdekaan Indonesia, terlaksananya hak-hak
68
wanita sebagai warga negara, keamanan dan ketentraman dunia.
Kongres antara lain menuntut kepada Pemerintah agar diadakan
Undang-Undang Perkawinan yang melindungi kaum wanita dan
menetapkan jumlah anggota wanita dan pria yang seimbang dalam
panitia penyelidik hukum perkawinan.
Pada tanggal 22-25 November 1952 diselanggarakan
Kongres Wanita Indonesia ke-IX. Hasil dari kongres adalah
meminta pemerintah untuk mngangkat wanita dalam kantor
pemilihan dan pengangkatan tenaga wanita dalam Pengadilan
Agama. Serta kongres menganjurkan untuk menggunakan hak pilih
bagi kaum wanita. Kongres Wanita Indonesia mendirikan Yayasan
Kesejahteraan Anak dan Yayasan Hari Ibu, menggiatkan lagi
Yayasan Kemajuan Wanita ―Seri Dharma‖. Yayasan tersebut
merupakan usaha untuk mewujudkan Kerja sama antara organisasi-
organisasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kemudian
didirikan gedung Persatuan Wanita di Yogyakarta, untuk
69
memperingati seperempat abad Kesatuan Pergerakan Wanita
Indonesia.
Pada tanggal 2-5 Maret 1955 diselanggarakan Kongres
Wanita Indonesi ke-X di Palembang, membahas mengenai Irian
barat. Dalam hal ini Pergerakan Wanita Indonesia membuat
pernyataan terhadap Menteri Luar Negeri, mendukung sepenuhnya
usaha Pemerintah untuk mengembalikan Irian Barat ke dalam
wilayah Republik Indonesia. Pada kongres ini terlaksana Undang-
Undang Perkawinan, permintaan kepada Menteri Kehakiman agar
diadakan Pengadilan Anak dan permintaan kepada Menteri
Perburuhan agar peraturan tentang cuti haid tetap dipertahankan.
Pada tanggal 29 September 1955 diselenggarakan Pemilihan
Umum Pertama, dengan jumlah 39 juta suara rakyat Indonesia.
Kondisi yang belum juga stabil setelah peilihan umum
menimbulkan dibentuknya Dewan Daerah. Hal ini dikarenakan
Rakyat yang tidak puas dengan alokasi biaya pembangunan dari
pusat. Dewan daerah tersebut meliputi: Dewan Banteng di
70
Sumatera Barat dengan pimpinan Letnan Kolonel Akhmad Husein
pada tanggal 20 Desember 1956. Dewan Gajah di Medan dengan
pimpinan Kolonel M. Simbolon pada tanggal 22 Desember 1956.
Dewan Manguni di Manado dengan pimpinan Kolonel Ventje
Sumual pada tanggal 18 Februari 1957 dan lain-lain.
Pada tanggal 28-30 November 1957 diadakan Kongres
Wanita Indonesia ke-XI di Surabaya. Hasil dari kongres yaitu
didirikan Badan Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian
Perceraian (BP4). Pada tahun 1956 bersama dengan Kementerian
Agama menyelenggarakan kursus Pendidikan Calon Anggota
Pengadilan Agama. Dibahas juga Rancangan Undang-Undang
Perkawinan dari Parlemen dan Rancangan Undang-Undang
Perkawinan Umat Islam. Serta pengajuan Hari Ibu menjadi Hari
Nasional seperti Hari Sumpah Pemuda. Pada tanggal 22 Desember
1957 ditanda tangani Piagam Badan Kerjasama Wanita/Militer.
Dimana kongres menyatakan bahwa kaum wanita ikut aktif dalam
usaha pengembalian Irian Barat.
71
Pada tanggal 20 September 1959 Kolonel Dr. Soemarno
memberi ceramah tentang gagasan Pembentukan Kesatuan Wanita
Angkatan Darat yang kemudian menjadi KOWAD (Korps Wanita
Angkatan Darat). Sebagai tindak lanjut Kongres Wanita Indonesia
membentuk Panitia Delapan yang terdiri dari delapan organisasi
yang bertugas menyusun usul-usul maupun pendapat tentang
Kesatuan Wanita Angkatan Darat yang kemudian mendapat
perhatian penuh dari pimpinan Angkatan Darat. Dengan demikian
Kongres Wanita Indonesia ikut menyumbangkan pemikiran bagi
pembentukan KOWAD (Korps Wanita Angkatan Darat). Pada
tahun 1959 sebagai hasil perjuangan Kongres Wanita Indonesia
dengan Surat Keputusan Presiden tertanggal 16 Desemer 1959
Nomor 316 tahun 1959, Hari Ibu dijadikan Hari Nasional bukan
hari libur.
Pada tahun 1950 sampai 1959 Kongres Wanita Indonesia
secara aktif membina hubungan dengan organisasi-organisasi
wanita luar negeri. Kongres Wanita Indonesia mengirimkan utusan-
72
utusan ke berbagai konferensi internasional. Perlu dicatat bahwa
KOWANI setelah berfusi dengan Badan Kontak berhenti sebagai
anggota WIDF (Women's Internasional Democratic Federation)
dan keanggotaan organisasi luar negeri diserahkan kepada masing-
masing organisasi. Tahun 1959 merupakan tahun terakhir dari masa
Demokrasi Liberal. Setelah hampir 10 tahun mengalami
ketidakstabilan Politik akhirnya pada tanggal 5 juli 1959 dengan
Dekrit Presiden, Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan berlaku
kembali.
73
BAB III
SEJARAH PERGERAKAN WANITA ISLAM DI INDONESIA
( Periode 1928 sampai 1960 )
A. Sejarah Munculnya Pergerakan Wanita Islam di Indonesia
Munculnya Pergerakan Wanita Islam berawal dari Organisasi-
Organisasi Islam di Indonesia. Organisasi Islam yang terbentuk atas
dasar pemikiran dan gerakan pembaharuan untuk mejawab tantangan
zaman berpedoman ajaran agama Islam. Muncul tokoh-tokoh Muslim
pembaharu yang tidak ―betah‖ berada dalam kemapanan yang terlalu
berkepanjangan, dengan melakukan reinterprestasi terhadap ajaran
agama dalam rangka menjawab tantangan-tantangan zaman. Lewat
karya mereka yang dibaca orang, kemudian mengilhami lahirnya
pemikiran dan pembaruan dalam Islam.
Ada juga yang muncul dalam bentuk organisasi-organisasi
formal dengan program-program jihad dalam rangka menegakkan
ajaran Tuhan di seluruh penjuru bumi, yang lainnya adalah harakah-
harakah tajdid yang terus menerus menggali inti ajaran Islam. Setelah
74
hubungan Indonesia semakin erat dengan dunia Islam lainnya di abad
ke-19, terutama Timur Tengah, angin pembaruan di negara itupun
sampai ke Indonesia. Pengaruh Wahabi, gerakan pemurnian yang
gencar memerangi khurafat, takhayul dan bid’ah masuk ke Sumatera
Barat melalui Gerakan Paderi (1803-1837). Setelah Gerakan Paderi,
proses pembaruan di Indonesia terhenti danbaru bangkit kembali di
awal abad ke-20. Pembaruan ini dilakukan melalui perdagangan,
urbanisasi, dan pendidikan.
Di Jawa, sejumlah pergerakan Islam didirikan antara tahun 1905
dan 1912. Organisasi pertama yang didirikan adalah Muhammadiyah
pada tahun 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan (1868-1922) untuk
memperbaharui praktek Islam dan untuk memperbaiki kehidupan
komunitas Muslim.36
Organisasi pembaru lainnya adalah Persatuan Islam (Persis),
didirikan di Jawa Barat pada tahun 1923 oleh kelompok pedagang
36
Fitriyani, Jurnal Al- Ulum : Organisasi Islam Dan Pengembangan Hukum Islam Di
Indonesia Volume. 10, Nomor 1, Juni 2010, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Ambon, Hlm 75-76, 2010.
75
yang diketuai oleh Haji Zam zam dan Haji Muhammad Yunus, juga
mencurahkan pada pengkajian agama, menyebarkan praktek ritual
Islam yang benar, dan kepatuhan dalam menjalankan hukum Islam.
Terbentuknya sejumlah pergerakan Muslim yang menekankan
pembaruan keagamaan, modernisme pendidikan, dan aksi politik,
memancing sebuah gerakan tandingan dikalangan ulama tradisional.
Pada tahun 1921 sebuah Persatuan Ulama Minangkabau
didirikan, dan diikuti oleh berdirinya Nahdlatul Ulama (Kebangkitan
Ulama). Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi sosial keagamaan
(Jam’iyah Diniyah Islamiah) yang berhaluan Ahli Sunnah wal-
Jama’ah (Aswaja). Organisasi ini didirikan pada tanggal 31 Januari
1926 (16 Rajab1334 H) oleh K.H. Hasyim Asy’ari beserta para tokoh
ulama tradisional dan usahawan di Jawa Timur.37
Berawal dari Organisasi Islam yang menjadi gerakan
pembaharuan Islam, muncullah wadah organisasi yang dinaungi oleh
kaum wanita. Salah satunya Aisyiyah merupakan organisasi
37
Ibid, hlm 77
76
perempuan Islam pertama, hal ini terlihat dari nama organisasi
Perempuan yang berinisiatif bergabung dengan organisasi Islam yakni
Wanito Oetomo, Wanita Taman Siswa, Puteri Indonesia. Selain itu
juga masih terdapat organisasi perkumpulan wanita lainnya seperti
Wanita Katholik (Yogyakarta), Wanita Moeljo (Yogyakarta), dan
Nahdatoel Fataat (Yogyakarta).38
Pemikiran dan paham kebangsaan untuk persatuan Indonesia
dikembangkan oleh organisasi-organisasi tersebut dengan
diseleggarakannya Kongres Perempuan Indonesia pertama yang
dilaksanakan pada tanggal 22-25 Desember 1928 sebagai manifestasi
kesadaran kaum wanita Indonesia. Tujuan dari kongres adalah
memajukan kaum wanita Indonesia, mempersatuka cita-cita bersama
untuk kemerdekaan Indonesia dan membuat organisasi wanita
gabungan.
38
Skripsi Winingsari Trimurtini, Perkembagan Kongres Perempuan Indonesia
Pertama Tahun 1928 di Yogyakarta, diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Strata (S1), Jurusan Pedidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta 2015.
77
Kongres Perempuan pertama dihadiri oleh wakil-wakil dari 30
organisasi wanita. Perwakilan 30 organisasi wanita dalam kongres,
diantarannya terdapat 6 perwakilan dari organisasi wanita Islam yaitu
: Jong Islamieten Bond (Jakarta), Hoofdbestuur Aisyiyah, aisyiyah
(Sala), Jong Islamieten Bond (Mataram), Jong Islamieten Bond
(Tegal). Enam organisasi wanita tersebut yang menjadi tonggak awal
perjuangan kaum wanita Islam. Bersama organisasi lainnya
melaksanakan misi perjuangan wanita dalam bentuk kegiatan untuk
memajukan kaum wanita baik dalam bidang pendidikan, sosial,
ekonomi maupun politik. Menanamkan nilai-nilai Islam dalam setiap
pergerakannya sesuai dengan ajaran Islam.
Ciri khas yang membedakan ormas perempuan Islam dengan
organisasi-organisasi perempuan pada umumnya yaitu pada upaya dan
kerja-kerja mereka dalam melapangkan dialog yang intensif antara
prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan pada tataran normatif ajaran
agama dengan realitas kehidupan sehari-hari. Terutama menyangkut
perlakuan diskriminatif terhadap perempuan. Karena itu ormas-ormas
78
perempuan Islam lebih banyak menekuni program-program yang
mengunggah kesadaran masyarakat dan adanya perilaku diskriminatif
terhadap perempuan. Hal ini yang memunculkan kesadaran bersama
antara ormas-ormas perempuan Islam untuk bergerak bersama dalam
melawan diskriminasi.39
Organisasi pergerakan wanita Islam periode sebelum
kemerdekaan itu bermula dari berdiriya Organisasi Aisyiyah. Aisyiyah
adalah organisasi perempuan Islam berbasis agama yang merupakan
sayap dari organisasi Muhammadiyah. Aisyiyah merupakan salah
satu dari organisasi yang menjadi anggota dan juga komite dalam
Kongres Perempuan Indonesia pertama tahun 1928.40
Pada tahun 1914
organisasi bernama ―Sopo Tresno‖, kemudian tahun 1917 dirubah
menjadi Aisyiyah.41
Aisyiyah dibangun oleh Siti Walidah merupakan
39
Siti Musdah Mulia, Muslimah Reformis, Perempuan Pembaharu Keagamaan,
(Bandung: Mizan 2005)hlm. 33, 40
Skripsi Ayu Ina Karomatika, Kontribusi Aisyiyah dalam Kongres Perampuan
Indonesia Pertama 1928, diajukan untuk memenuhi persayaratan memperoleh gelar
sarjana Strata 1 (S1), Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu
Budaya UIN Sunan Kaliaga Yogyakarta, 2018. 41
KOWANI, Sejarah Setengah abad Pergerakan wanita Indonesia, (Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1978), hlm. 11
79
Istri dari Kyai Haji Achmad Dahlan yang sering dipanggil dengan
sebutan Nyai Ahmad Dahlan. Aisyiyah merupakan suatu organisasi
wanita dalam Muhammadiyah yang mempunyai maksud dan tujuan
sebagai maksud dan tujuan Muhammadiyah.42
Berdirinya Aisyiyah
mempunyai latar belakang yang sama denganlatar belakang berdirinya
Muhammadiyah. Aisyiyah berdiri dilatarbelakangi oleh dominan
politik Hindia Belanda. Sebab pada dua dasa warsa terakhir abad ke
19 dan dua dasa warsa pertama abad ke 20 di kenal sebagai puncak
abad imperialis yang merupakan masa keemasan bagi bangsa-bangsa
yang bernapas membentuk kekaisaran.43
Pada tahun 1914 Muhammadiyah membentuk perkumpulan
khusus bagi wanita yang diberi nama ―Sopo Tresno‖. Perkumpulan ini
pada tahun 1922 diubah menjadi Aisyiyah yang kita kenal sekarang
ini. Gerakan ini berusaha untuk memodernisasikan cara hidup dan
cara berpikir tanpa meninggalkan dasar ajaran Islam. Sikap
pemerintah Hindia Belanda Terhadap berdirinya Aisyiyah lebih
42
Abu Suud, Kemuhammadiyahan, (Yogyakarta : PP Muhammadiyah, 1996), hlm. 60. 43
Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta : LP3ES, 1986), hlm. 9.
80
moderat dibandingkan organisasi Islam lain seperti SI (Sarekat Islam).
Hal ini disebabkan karena Aisyiyah lebih menitik beratkan pada
masalah sosial, keagamaan dan pendidikan. Lain halnya dengan yang
SI yang lebih bersifat politik dan dianggap berbahaya bagi pemerintah
kolonial. Sedangkan terhadap Aisyiyah, Belanda memberi ijin untuk
memperluas wilayah kerjanya yang semula hanya terbatas pada
residensi Yogyakarta menjadi seluruh wilayah pulau Jawa.44
Hadirnya Muslimat NU merupakan bentuk reformasi dalam
organisasi NU. Pada awal didirikannya, NU merupaka jam’iyah untuk
kalangan laki-laki. Aka tetapi, dalam perkembangan sejarahnya,
organisasi ini membentuk sayap perjuangan dengan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga tersendiri.45
Masa peritisan lahirnya
Muslimat NU, yang saat itu bernama Nahdathul Oelama Muslimat
(NOM) sudah sejak tahun 1938. Dalam acara Kongres NU ke-13 di
44
Ida Yuliawati, Sejarah Organisasi Aisyiyah dan Peranannya dalam Pengangkatan
Derajat Kaum Wanita di Semarang tahun 1967-1997. diajukan untuk memenuhi
persayaratan memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1), Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Semarang , 2005. 45
Lies Marcoes-Natsir, dkk., Peta Gerakan Perempuan Islam Pasca-Orde Baru
(Cirebon: Institut Studi Islam Fahmina, 2012), hlm. 103.
81
Mene Banen telah tampil pertama kali perempuan yang mengeluarkan
gagasannya di acara forum resmi NU yaitu Ny. Djunaisih dan Ny. Siti
Sarah.
Perjuangan perempuan untuk mendirikan NOM terus berlanjut
di setiap acara kongres NU. Kongres NU ke-14 tahn 1939 di
Magelang diadakan rapat umum NOM dan tampil enam perempuan
NU dan sejumlah wakil daerah untuk menyampaikan gagasannya.
Pada Kogres NU ke-15 tahun 1940 di Surabaya, para perempuan NU
telah mengadakan rapat tertutup yang pertama di gedung Madrasah
NU Bubutan Surabaya dengan Ny. Djunaisih sebagai pimpinan.
Dalam acara Muktamar NU ke-16 di Purwokerto, tepatnya tanggal 29
Maret 1946 secara resmi NOM disahkan sebagai organisasi
perempuan di bawah naungan NU, dengan nama Nahdlatul Ulama
Muslimat (NUM), sebagai ketuanya dipilih Chadidjah Dahlan. Pada
Kongres NU ke-19 di Palembang Tahun 1952, NU meningkatkan
dirinya sebagai partai politik dan juga mengubah bentuk NUM
82
menjadi Badan Otonom dari NU dengan nama baru Muslimat
Nahdlatul Ulama (Muslimat NU).
Lahirnya Muslimat NU memberi manfaat mengenai kondisi
perempuan di dalam NU yang lebih terorganisir, sehingga dapat
mempermudah terselenggaranya tujuan NU di kalangan perempuan.46
B. Pergerakan Wanita Islam di Indonesia Setelah Kemerdekaan
Organisasi pergerakan wanita Islam setelah kemerdekaan bermula
dari tahun 1945 sampai dengan sekarang. Periode masa dalam
pergetakannya terbagi menjadi tiga masa: Masa Perang Kemerdekaan
(1945-1949), Masa Demokrasi Liberal (1950-1959), Masa Demokrasi
Terpimpin (1960-1965). Berikut Organisasi-organisasi Wanita Islam
yang berkembang pada masa setelah kemerdekaan.
1. Masa Perang Kemerdekaan (1945-1949)
Pada masa ini organisasi Islam wanita menginduk pada
organisasi umum yang didirikan. Kesatuan wanita ini disebut
46
Skripsi Nusrokh Diana, Kelahiran Muslimat NU, diajukan untuk memenuhi
persayaratan memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1), Jurusan Sejarah dan Kebudayaan
Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kaliaga Yogyakarta, 2015.
83
Laskar Muslimat dan Laskar Sabil Muslimat.47
Laskar Muslimat
yang merupakan kesatuan wanita dari Partai Perti Islam melakukan
pelantika diberbaagai kota di Sumatera Tengah, Bukittinggi,
Padang, Solok, Sawahlunto, Bangkinang, Kampar, Kerinci. Laskar
Muslimat mempunyai tugas ikut serta berjuang di garis depan,
keluar-masuk hutan, keluar-masuk kampung, dan ikut perjalanan
bukit ke bukit, gunung ke gunung.
Laskar Sabil Muslimat dibentuk pada tanggal 2 Oktober 1945
di Sumatera Tengah dan berpusat di Padang Panjang. Anggota
Laskar tersebut terdiri dari gadis-gadis antara lain pelajar-pelajar
sekolah menengah seperti: Kuliyatul Mubalighaat, Normaal School
Padang Panjang, Dinijah Putri, Ma’ahad Payakumbuh, Sekolah
Menengah Putri Muhammadiyah, Normal Islam Padang,
Kweekschool Bukittinggi. Juga pemudi-pemudi putus sekolah ada
yang menjadi anggota Sabil Muslimat. Mereka menjadi anggota
47
KOWANI, Sejarah Setengah abad Pergerakan wanita Indonesia,Hlm.80
84
Sabil Muslimat karena merasa terpanggil oleh cinta tanah air untuk
membela kemerdekaan.
Aktivitas Laskar dibagi dua, ialah digaris depan dan garis
belakang. Garis depan diambil mereka yang telah dilatih perang
gerilya dan berasal dari daerahnya sendiri serta ditambah dari luar
daerah. Garis belakang mereka melatih kader-kader mencari dan
mengumpulkan bahan makanan, menjaga keamanan selama orang-
orang bersholat jum’at, memberi penerangan dan membagi serta
mengangkut makanan ke garis depan Padang luar kota. Tugas
Laskar Sabil Muslimat adalah mempertahankan diri sebagai palang
merah, menyelenggarakan dapur umum, tugas intel (masuk daerah
musuh), memberi penerangan dan membina mental anggota.
Pada masa ini Organisasi Perempuan Islam sudah mulai ikut
andil dalam pelaksanaan kongres-kongres wanita. Kongres Wanita
Indonesia ke-V dihadiri oleh dua organisasi perempuan Islam yaitu
Muslimat dan Aisyiyah. Beberapa hal penting yang dibahas dalam
kongres ini adalah anjuran pada angggota-anggota partai agar istri
85
dan putri mereka dianjurkan menjadi anggota persatuan wanita.
Memberantas kawin paksa dan perkawinan di bawah umur.48
Pada
Kongres ke-VII hasil keputusan permusyawaratan membentuk
Badan Kontak, organisasi yang masuk Badan Kontak ada 19 buah,
PB Muslimat dan PB Aisyiyah termasuk di dalamnya. Aisyiyah,
Muslimat dan GPII Putri yang mengusulkan agar KOWANI
membentuk Badan Kontak dan supaya semua keputusan diambil
dengan suara bulat.
Pada masa ini juga disebut sebagai angkatan penegak
kemerdekan, gerakan perempuan dilakukan secara mandiri maupun
kelompok. Isu yang diusung masih diseputar bagaimana perempuan
menghadapi awal kemerdekaan, di mana secara umum bangsa
Indonesia sedang dihadapkan pada mempertahankan kemerdekaan
yang baru diraih dengan segala daya. Sebagaimana periode
48
KOWANI, Sejarah Setengah abad Pergerakan wanita Indonesia,Hlm. 89-90.
86
sebelumnya bahwa konsentrasi gerakan perempuan belum
menyentuh substansi yang diperlukan spesifik isu perempuan.49
2. Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
Pada masa ini disebut sebagai angkatan konsolidasi
kemedekaan, gerakan perempuan nasionalis semakin maju,
sejumlah tokoh perempuan aktif sebagai tenaga profesional yang
bekerja pada ranah publik dan juga sebagai pengambil keputusan.
Kelompok-kelompok perempuan mendirikan organisasi baik
berbasis profesi, politik, sosial, maupun daerah yang tumbuh sangat
banyak. Pergerakan perempuan Islam telah terwadahi dalam
organisasi wanita, seperti Aisyiyah, Wanita Islam, Muslimat NU
dan gerakan perempuan berbasis pesantren, namun akses dan peran
sosial tertentu masih terbatas.50
Pada kongres ke IX tahun 1952 terdapat 58 organisasi wanita
yang tergabung dalam kongres. Organisasi wanita Islam ikut andil
didalamnya yaitu: Muslimat Masyumi (Jakarta), Pucuk pimpinan
49
Artikel,Peta pergerakan wanita di Indonesia, hlm 7-8, di akses pada tanggal 25
Februari 2018. 50
Artikel,Peta pergerakan wanita di Indonesia, hlm. 8
87
Gerakan Pemuda Islam Indonesia Bagian Putri, Partai Serikat Islam
Indonesia, Aisyiyah, Muslimat (Cabang Sampang).51
Terlihat
bahwa organisasi wanita Islam berpartisipasi untuk kesejahteraan
kaum wanita di Indonesia bersama dengan organisasi wanita
lainya. Bentuk kontribusi organisasi wanita tercermin dalam
program kerja yang dicetuskan pada Kongres 1952. Program kerja
yang mengarahkan pada pengembangan di bidang Hukum,
Pendidikan, Sosial, Ekonomi. Tujuannya adalah untuk
mensejahterakan kehidupan Indonesia terutama dalam kalangan
wanita.
Pada tahun 1953, setelah kongres di Bandung pada tanggal
22 Desember 1953 memperingati Seperempat Abad kesatuan
pergerakan wanita ini dilaksanakan. Tujuan Peringatan Seperempat
Abad adalah menghormati dan membangkitkan semangat kaum ibu
dikalangan kaum wanita di Indonesia dan mendirikan usaha-usaha
bagi kesejahteraan kaum ibu. Dalam Peringatan Seperempat Abad
51
KOWANI, Sejarah Setengah abad Pergerakan wanita Indonesia,Hlm. 116
88
dibentuklah panitia pusat yang bertempat di Yogyakarta,
kepanitiaan yang terdiri dari 8 personil (Ketua 4, Penulis 2,
Bendahari 2). Dua perwakilan dari Organisasi Wanita Islam yaitu
Ketua III (Ny. Aisiyah Hilal) dan Bendahari I (Ny.Astinah
Samsudin), keduannya dari Muslimat.
Pada tanggal 28-30 Nopember 1957 diadakan Kongres ke-XI
di Surabaya. Beberapa keputusan kongres dicetuskan dan salah
satunya adalah didirikannya Panitia Khusus berhubung dengan
perjuangan rakyat Indonesia untuk mengembalikan Irian Barat ke
dalam wilayah Republik Indonesia, Panitia itu terdiri dari: Perwari
(sebagai Ketua), Wanita Demokrat, Muslimat Masyumi, Gerwani,
Perwamu, PPI, GPII Putri, Bhayangkari, Pesit. Tanggal 22
Desember 1957 ditandatangani Piagam Kerja sama Badan Pemuda
Militer (BKSPM) dan wanita. Kongres Wanita Indonesia yang
diwakili oleh panitia khusus Irian Barat yang berasal dari 9
organisasi yang disebut diatas. Perwakilan dari Masyumi muslimat
89
Ny. Maryati Adnan, Merupakan satu-satunya organisasi Wanita
Islam yang ikut andil didalamnya.
Pada tanggal 20 September 1959, setelah mendengar
ceramah kolonel Dr. Soemarno mengenai Kesatuan Wanita
Angkatan Darat pada Permusyawaratan Kongres Wanita Indonesia.
Panitia yang terdiri dari 8 organisasi yang diketuai oleh Ny. M.
Wahyudi (dari Bhayangkari). Adaun delapan organisasi tersebut
adalah Bhayangkari, Persit, Muslimat Masyumi, PWKI, PPI,
Muslimat NU, Wanita Katholik dan Wanita Universitas. Muslimat
Masyumi merupakan satu-satunya organisasi wanita islam yang
ikut dalam kepanitian tersebut.
Wanita harus berani memilih aliran mana yang akan diikuti,
jangan seperti sekarang ini yanag kebanyakan hanya menambah
kerusuhan keadaan politik Negara. Ikuti dan pilihlah dengan tegas
salah satu partai politik.52
Pergerakan organisasi wanita Islam dari
masa sebelum dan sesudah kemerdekaan telah ikut andil bersama
52
Koran Abadi, Wanita harus berani pilih aliran , (17 Maret 1951)
90
organisasi-organisasi wanita lainnya. Bersama berjuang untuk
memajukan serta mengembangkan berbagai bidang dikalangan
kaum wanita.
Beberapa organisasi wanita islam yang sering muncul dan
berjuang dengan organisasi wanita lainnya adalah Aisyiyah,
Muslimat NU, Muslimat Masyumi. Pergerakan organisasi yang
hingga saat ini masih ada yaitu Aisyiyah dan Muslimat NU. Akan
tetapi, pergerakan organisasi Muslimat Masyumi juga mempunyai
peran sebagai organisasi Wanita Islam di Indonesia. Kontribusinya
juga banyak dalam kepanitian pelaksanaan program kerja yang
dicetuskan kongres pada masa setelah kemerdekaan hingga tahun
1960-an.
91
92
BAB IV
SEJARAH LAHIRNYA MASYUMI MUSLIMAT DAN PERANAN
SEBAGAI ORGANISASI PERGERAKAN WANITA INDONESIA
A. Sejarah Berdirinya Masyumi
Maklumat pemerintah yang keluar pada tanggal 4 november
1945 menyebabkan tumbuh dan berkembangnya partai-partai politik
di Indonesia. Maklumat pemeritah yang berisi bahwa pemeritah
menyukai timbulya partai-partai politik yang dipahami dan berjalan
teratur di masyarakat. Berdirilah partai-partai politik yang
menampakkan kelanjutan organisasi politik pada masa kekuasaan
Belanda dan kekuasaan jepang antara lain adalah PNI, PKI, Masyumi,
dan PSI. Dasar ideologi yakni Islam dan Nasionalisme yang menjadi
persoalan dasar hadirnya partai-partai politik Islam dalam masa
pembentukan identitas nasional.
Dalam sejarah proses pembangunan politik di Indonesia, salah
satu kekuatan Politik yang berperan besar didalam proses pengukuhan
identitas Islam politik di panggung politik Indoneisia adalah partai
93
Islam Masyumi.53
Partai Masyumi merupakan salah satu partai politik
yang lahir dari rahim proklamasi kemerdekaan Indonesia. Partai
Masyumi merupakan satu-satunya partai yang berasaskan Islam yang
lahir pada awal kemerdekaan.54
Berdirinya Masyumi merupakan
klimaks dari satu pemikiran bahwa persatuan umat Islam di Indonesia
sangat diperlukan di tengah arus beragamnya ideologi dalam
perumusan identitas indonesia.55
Berdirinya partai politik Masyumi itu diputuskan dalam Kongres
Muslimin di Madrasah Mu’alimmin Muhammadiyah, Yogyakarta.
Kongres tersebut menghasilkan dua keputusan penting yang kemudian
menjadi landasan penting dalam wacana politik Islam di Indonesia.
Dua keputusan penting itu adalah, pertama, Masyumi adalah satu-
satunya partai politik Islam di Indonesia, dan kedua bahwa
53
Warjio dan Evi Novida Ginting, JURNAL: KONFLIK PENGUASA DENGAN
PARTAI POLITIK (Analisis Runtuhnya Patai Poltik Islam Masyumi pada Masa Rezim
Presiden Soeharto, hlm. 36 54
Insan Fahmi Siregar, Jurnal Thaqafiyyat, vol.14, No.1,2013 : Sejarah Pertumbuhan
dan Perkembangan Partai Masyumi (1945-1960), Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Semarang (UNNES) Jawa Tengah, hlm. 8 55
Dr. Warjio, Ph.D., Gagalnya Partai Politik Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2018), hlm. 42
94
Masyumilah yang akan memperjuangkan nasib umat Islam Indonesia.
Melalui kongres itu, partai politik Islam diluar Masyumi tidak diakui.
Dilihat dari sejarahnya, munculnya partai politik Islam Masyumi
sebenarnya merupakan satu hasil dari organisasi Islam yang
kemudian menjadi satu organisasi politik.
Sebagaimana diketahui, sebelum kedatangan Jepang, di
Indonesia, satu organisasi umat Islam yang disebut MIAI (Majelis
Islam A’la Indonesia). Digunakan sebagai ikatan pemersatu didalam
menentukan tujuan perjuangan umat Islam Indonesia. Pada masa
pendudukan Jepang MIAI diganti menjadi Masyumi, ang dapat
dikatakan sebagai dasar dari didirikannya Masyumi sebagai partai
politik. Hakikatnya kewujudan MIAI sebagai organisasi Islam ―A’la
Indonesia‖ keberadaan dan fungsinya telah menjadi satu front bagi
Jepang.
Perubahan nama MIAI ke Masyumi sesungguhnya menurunkan
―derajat‖ dasar dan perjuangan umat Islam dan Indonesia, karena
MIAI merupakan satu organisasi sosial yang nilai persatuannya lebih
95
jelas dan jauh dari kepentingan-kepentingan politik anggota yang ada
didalamnya. Tetapi apapun nama yang diberikan, hal ini tidak
mengurangi perjuangan umat Islam untukmencapai kemerdekaan.56
Keberbagaian golongan Islam yang berusaha dipersatukan
dalam partai politik Islam itu dimulai dengan satu kongres yang
disebut dengan ―Kongres Umat Islam Indonesia‖. Kongres ini
merupakan usaha bersama antara aktivis-aktivis Islam; para ulama’
dan aktivis-aktivis pemuda. Kongres ini diikuti oleh keseluruhan
peserta dengan jumlah mencecah lima ratusan yang terdiri dari
berbagai utusan seluruh Indonesia. Kongres ini dihadiri dan didukung
oleh organisasi-organisasi sosial dan politik yang ada sebelumnya
seperti Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Partai Islam Indonesia
(PII), Penyedar, Nahdhotul Ulama’ (NU), Muhammadiyah, Al-
Djamiatul Alwasliyah, Persatuan Islam (PERSIS), Peersatuan Omat
Islam (POI), Persatuan Omat Islam Indonesia (POII), dan lain
sebagainya. Kongres dilaksanakan selama dua hari yaitu tanggal 7-8
56
Dr. Warjio, Ph.D., Gagalnya Partai Politik Islam, hlm.43-44
96
November 1945 di Yogyakarta, di tengah suasana revolusi dan perang
kemerdekaan yang sedang bergejolak.
Pembentukan partai Islam yang dihasilkan dalam kongres itu,
jelas menggambarkan bahwa pembentukannya tidak didasarkan atas
figur tertentu ataupun golongan tertentu, tetapi merupakan suatu
keputusan bersama dari umat Islam Indonesia melalui wakil-wakil
mereka. Kongres itu telah melahirkan satu ikrar yang intinya ialah
kalau Masyumi pada zaman Jepang dahulu merupakan suatu lembaga
musyawarah umat Islam, maka setelah kongres itu, partai poltik Islam
Masyumi tidak saja menjadi wadah tunggal bersatunya
persatuan/golongan Islam, tetapi merupakan satu kekuatan politik
yang diakomodasikan dalam bentuk partai Islam. Tujuan Masyumi,
menurut perlembagaan partai 1945 adalah menegakkan kedaulatan
Republik Indonesia dan agama Islam dan menjalankan cita-cita Islam
dalam urusan kenegaraan.57
Mulanya hanya 4 organisasi yang masuk
masjumi: Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Peikatan Umat Islam dan
57
Dr. Warjio, Ph.D., Gagalnya Partai Politik Islam, hlm. 45-47
97
Persatuan Umat Islam. Suatu organisasi Islam dapat menjadi anggota
Masjumi bila disetujui oleh lebih dari separuh anggota istimewa yang
sudah ada. Pada umumnya, tidak ada kesukaran untuk masuk Masjumi
karena semua pihak merasa perlu bergabung dan memperkuat barisan
islam.58
Masyumi sebagai partai mempunyai dua macam keanggotaan,
yaitu keanggotaan organisasi seperti Muhammadiyah, Nahdlatul
Ulama, Persis dan lain-lain dan Keanggotaan Perseorangan.59
Kehadiran Masyumi sebagai partai politik telah ikut mewarnai
kehidupan politik di Indonesia. Bahkan peran politik Masyumi sangat
besar pengaruhnya terhadap perpolitikan Indonesia. Hal itu tidak
terlalu mengherankan karena Masyumi merupakan salah satu partai
besar di Indonesia. Selain itu, Masyumi juga memiliki kader-kader
yang cukup cerdas dan ahli dalam bidangnya, serta mempunyai
pengaruh besar dalam masyarakat. Kondisi seperti itulah yang
mengatarkan Masyumi selalu terlibat dalam kehidupan bernegara dan
58
Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional, (Jakarta: PT Pustaka Utama
Grafiti,1987), hlm49-50. 59
Ajip Rosidi, Syafruddin Prawiranegara lebih Takut kepada Allah SWT, (Jakarta: Inti
Idayu Press,1986), hlm. 64.
98
berbangsa. Dengan kata lain, setiap akan membicarakan politik
Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga demokrasi terpimpin tidak
akan sempurna tanpa melihat peran politik Masyumi.60
B. Sejarah Lahirnya Masyumi Muslimat
Muslimat (kadang ditulis Muslimaat) didirikan bersama
Masjumi, pada tanggal 7 November 1945. Sesuai aturan agama yang
memisahkan jenis kelamin, organisasi ini menaungi anggota
perempuan partai. Nama resminya adalah Masjumi Muslimat.
Maksud tujuan pendirian organisasi ini pertama-tama adalah memberi
kesempatan kepada kaum perempuan agar bisa berjuang bersama
partai: Anggaran Dasar Masjumi tahun 1952 mencantumkan secara
eksplisit keterbukaan partai pada perempuan yang disebut kaum lemah
(Pasal 1), namun mengamanatkan agar anggota perempuan
membentuk organisasi dan struktur kepemimpinan sendiri (Pasal
60
Insan Fahmi Siregar, Jurnal: Pasang Surut Peran Politik Masyumi dalam
Pemerintahan, (Forum Ilmu Sosial, Vol.35 No.1 Juni 2008), Jurusan Sejarah FIS –
UNNES.
99
XIII).61
Usaha organisasi Muslimaat sesuai dengan asas yaitu
berdasarkan Islam (Pasal 2):
a. Mempertinggi Pengetahuan dan menambah kesadaran politik dan
agama
b. Menginsyafi kedudukan dan kewajiban wanita dalam rumah
tangga, masyarakat dan Negara.62
Muslimat memiliki asas dan tujuan yang sama dengan
organisasi mitranya bagi kaum lelaki: ―Menegakkan kedaulatan
negara dan agama Islam; melaksanakan tjita-tjita Islam dalam
kenegaraan‖. Selain itu tujuan khusus yaitu menimbulkan kesadaran
kepada segenap kaum perempuan dari semua lapisan akan
kedudukannya sebagai bagian dari bangsa dan negara serta sebagai
pemeluk agama Islam; menimbulkan rasa turut bertanggung jawab
dan sadar atas harga diri pribadi sebagai bangsa dan insan manusia.
Seperti badan-badan khusus Masjumi lainnya, Muslimat turut
61
Remy Mardinier, Partai Masjumi: Antara Godaan Demokrasi & Islam Integral
(Bandung: Mizan,2013), hlm 335. 62
AD/ART Muslimaat dalam sidang Muktamar Muslimat ke VII 23/27 Desember 1954
di Surabaya.
100
berperan luas mewujudkan tujuan pembingkaian dan penyadaran
masyarakat.
Misi mereka memiliki tujuan ganda: membantu para anggotanya
agar bisa berpikir dan bertindak sebagai perempuan dan muslimah.
Kedua sifat pembawaan itu memang harus dipisahkan meski akan
diulas kembali, beberapa resolusi yang dikeluarkan saat pediriannya
menyiratkan keinginan emansipasi (mendukung pemilihan perempuan
sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat da Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah), semetara resolusi lainnya lebih menekankan ketaatan
pada identitas agama (memperjuangkan undang-undang perkawinan
sesuai ajaran Islam).
Adapun struktur organisasi Muslimat menumpang pada struktur
Masjumi. Memiliki kepengurusan hingga ke tingkat desa, Muslimat
berhak megirim wakil-wakilnya mengikuti Kongres yang diambil dari
tingkat cabang (1 perempuan dari 10 utusan cabang partai) dan tingkat
wilayah (3 perempuan dari 12 utusan wilayah partai). Namun, para
wakil perempuan ini lebih sering mengadakan pertemuan terpisah,
101
dalam ―Kongres Muslimat‖, yang penyelenggaraan bersamaan dengan
kongres Masjumi. Mulai tahun 1949, ketua umum muslimat berhak
menduduki jajaran pengurus besar Masjumi, dan kebijakan ini sejak
tahun 1952 juga diberlakukan untuk wakil ketua I.
Otonomi perkumpulan perempuan ini relatif besar: pada
Kongres I tahun 1949, mereka memutuskan untuk mendirikan partai
perempuan, bernama partai Muslimat. Untuk membuktikan
kesungguhan mereka menghadapi pemilihan umum, Muslimat
menerbitkan ―program perjuangan‖ sendiri, demikian pula ―program
urgensi‖, yang isinya sedikit berbeda dengan program Masjumi, dan
menyiratkan pula kehendak untuk berperan serta dalam semua
persoalan (politik, ekonomi, sosial) yang dihadapi bangsa Indonesia.
Namun, prakarsa itu sepertinya tidak berlanjut. Partai Muslimat tidak
mengajukan calon peserta Pemilihan Umum Daerah dan Pemilihan
102
Umum Legislatif maupun Konstituante tahun 1955, karena calon
Muslimat disatukan dengan calon Partai Masjumi.63
C. Peran Masyumi Muslimat dalam Internal Organisasi
Masyumi Muslimat yang pada waktu itu sering disebut
Muslimaat mempunyai tugas dan wewenang dalam organisasi, sesuai
dengan AD/ART Muslimaat yang disahkan. Tugas pokok yang sama
dengan Masyumi hanya saja dalam Muslimaat lebih mengutamakan
kepada kaum wanita. Organisasi Muslimaat yang berazaskan Islam
dan mempunyai tujuan yaitu terlaksananya ajaran dan hukum Islam
didalam kehidupan orang seorang, masyarakat dan Negara Republik
Indonesia, menuju keridlaan Ilahi.
Dua usaha organisasi untuk mencapai hal yang dimaksud yakni :
a. Mempertinggi Pengetahuan dan menambah kesadaran politik dan
agama, b. Menginsyafi kedudukan dan kewajiban wanita dalam rumah
tangga, masyarakat dan Negara. Pengadaan Muktamar sekali dalam 2
tahun untuk keberlangsungannya kepengurusan organisasi Muslimaat
63
Remy Mardinier, Partai Masjumi: Antara Godaan Demokrasi & Islam Integral, hlm
335.
103
baik pengurus wilayah, cabang, anak cabang, ranting maupun
Pengurus Besar. Pengurus Besar mempunyai tugas yang penting
yakni: memberikan petunjuk tentang pelaksanaan azas dan tujuan,
putusan-putusan Muktamar, urgensi Program, Tindakan-tindakan
dalam lapangan politik, menjaga hubungan baik atas harga
menghargai antara masyumi dan Muslimaat; memegang tata-usaha
untuk cabang-cabang seluruh Indonesia.
Bentuk peran Masyumi Muslimat untuk kemajuan wanita
Indonesia adalah dengan diadakannya Kongres Muslimat di Surabaya
tanggal 23-27/XII-1954. Adapun susunan Pengurus Besar Muslimaat
yang lengkap tahun 1955/1956, sebagai berikut:
Ketua : Ny. Sunaryo Mangunpuspito
Wakil Ketua I : Ny. Hafni Abu Hanifah
Wakil Ketua II : Ny. Zainab Damiri
Wakil Ketua III : Ny. Sjamsurridjal
Penulis : Ny. Fatimah Usulu
Bendahari I : Ny. Hidjanah Sjahid
104
Bendahari II : Ny. Artinah Mr. Sjamsuddin
Anggota : Ny. Mohamad Sardjan
Ny. Rochanah Z.A. Achmad
Ny. Nurdjanah Alwini
Ny. Mariati Adnan
Ny. S.R. Pudjotomo
Ny. Nadimah J. Nasution
Ny. Chadidjah Radjak
Ny. Prawoto Mangunsasmito
Ny. Aisjah Hilal
Ny. Rahmah El Junusiah
Ny. Pardjaman
Ny. Ratna Sari
Keputusan dari Kongres Muslimat di Surabaya menghasilkan
desakan dan tuntutan terhadap pemerintah:
1. Mendesak kepada Pemerintah :
105
a. Supaya U.U. tentang pernikahan Ummat Islam segera
dikeluarkan.
b. Supaya memperbanyak adanya polisi kesusilaan
c. Untuk memberantas krisis akhlak hendaknya pendidikan agama
diadakan disekolah-sekolah sebagai mata pelajaran.
d. Supaya diadakan penilik wanita bagi pelajaran agama
e. Supaya Inspeksi pendidikan jasmani mengawasi
terlaksanakannya peraturan tentang pakaian olah raga oleh
kementrian P.P.K.
f. Supaya bagi kesejahteraan Ibu dan Anak dari Kementrian
Kesehatan dijadikan jawatan tersendiri.
2. Menuntut kepada Pemerintah :
a. Supaya mengendalikan harga barang-barang, yang sekarang ini
membumbung tinggi.
b. Supaya pemerintah meninjau kembali U.U. film dan
diselaraskan dengan pendidikan dan kebudayaan nasional
106
c. Supaya pemerintah lebih mengawasi tentang kesusilaan umum
antara lain mengenai film-film, gambar-gambar reklame dan
buku-buku yang melanggar kesusilaan umum.
Peran Masyumi Muslimat bagi kaum wanita di Indonesia adalah
meneruskan tradisi Islam dalam mengangkat derajat wanita. Kalau
pengaruh Siti Khadijah r.a. dalam perkembangan Islam sampai
sekarang masih terasa dan buah pekerjaan Siti Aisyah r.a. menyusun
kebudayaan Islam ketingkat kebesaran dan kesulitan terus menjadi
waris umat Islam sedunia, maka perkembangan wanita Islam dalam
politik Indonesia, adalah suatu perkembangan yang belum ada
bandingannya dalam sejarah kemanusiaan, oleh karena itu Masyumi
terus menerus memperkembang kekuatan tenaga wanita Indonesia
dalam segala lapangan.
Masyumi yakin hanya wanita Mulimlah yang sanggup
mendatangkan kemuliaan bangsa Indonesia. Dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia wanita telah memegang peranan penting
107
disamping kaum laki-laki. Untuk ini mereka telah menambah sejarah
baru dalam kebangkitan wanita sedunia.
Masyumi dengan tidak jemu-jemunya telah berjuang dan terus
akan berjuang untuk keseimbangan kesadaran wanita dalam segala
lapangan dengan kaum laki-laki dan memberi lapangan buat wanita
turut juga beramal dan beribadat dilapangan social, ekonomi dan
politik dalam batas-batas ajaran-ajaran Islam.
Oleh karena itu, Masyumi hendak melaksanakan antara
perjuangan lelaki dan wanita dalam membangun dan mengisi
kemerdekaan Negara R.I sehingga menjadi Negara yang berkebajikan
dan diliputi ampunan Illahi, maka dari itu kewajiban wanita Indonesia
harus maju kekotak pemilihan umum untuk memilih Masyumi.
Program Masyumi buat wanita (Rencana Pekerjaan Muslimat)
dijelaskan dalam beberapa poin yakni:
A. 1. Pelaksanaan sendi Negara ialah ke-Tuhanan yang Maha Esa
108
2. Duduknya wanita pada umumnya dan wanita Islam pada
khususnya dalam Dewan-dewan Perwakilan Rakyat, Badan-
badan Konstituante dan Pemerintahan
3. Adanya kemerdekaan sosial dan ekonomi bagi kaum wanita
seperti tersebut dalam U.U.D. R.I. sementara, pasal 28, yang
berbunyi:
a. Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang
layak bagi kemanusiaan
b. Setiap orang dengan bebas memilih pekerjaan dan berhak
pula atas syarat-syarat yang adil
c. Setiap orang yang melakukan pekerjaan yang sama berhak
atas perupahan yang sama dan atas perjanjian pekerjaan yang
sama baiknya.
d. Setiap orang yang melakukan pekerjaan berhak atas
pengupahan adil yang menjamin kehidupannya bersama
dengan dikeluarkannya, sepadan dengan martabat manusia
109
4. Menuntut U.U. Perkawinan yang melindungi hak-hak wanita
dalam hukum perkawinan Islam dan agama masing-masing yang
dianut oleh warga Negara Indonesia yang diakui oleh
pemerintah
5. Melaksanakan program pendidikan Muslimat dalam
pembangunan Negara:
a. Kesadaran dalam beragama Islam
b. Mempunyai kepercayaan pada diri sendiri
c. Memelihara harga diri sendiri
d. Mempertinggi mutu pengetahuan umum dan keahlian dalam
sesuatu pekerjaan
B. Memperdalam perhatian pendidikan rohani dan jasmani bagi para
pemuda (lelaki dan perempuan) dengan jalan umpama:
1. Mengusahakan adanya pendidikan agama di sekolah-sekolah
dan di masyarakat
2. a. Tempat berolahraga baik
110
b. Tempat olah raga bagi pemudi yang dapat menjamin
kesusilaan umum
c. Adanya hari berenang tersendiri bagi wanita
d. Memperbanyak taman bermain-main bagi anak-anak
C. Mempererat kerja sama dengan organisasi-organisasi wanita lain,
khusus organsasi wanita Islam:
a. Bagian-bagian wanita dari anggota-anggota istimewa Masyumi
b. G.P.I.I. Puteri.
c. Lain-lain.
D. Mempererat hubungan dengan organisasi wanita diluar negeri.64
Poin-poin diatas merupakan program rencana yang akan
dikerjakan Masyumi Muslimat sebagai organisasi wanita Islam untuk
turut memajukan kaum wanita Indonesia sama seperti organisasi
lainnya. Masyumi muslimat lebih mengarahkan ke pelajaran agama
sesuai dengan azas yang berlaku yakni Islam.
D. Peran Masyumi Muslimat dalam Masyarakat
64
AD/ART Muslimaat.
111
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Negara dalam pergolakan untuk
mempertegak kemerdekaannya, maka segenap kaum Muslimat
organisatoris menempatkan dirinya selaku tentara dibelakang garis
peperangan dan mengambil bagian yang utama, pekerjaan yang
bersangkut paut dengan ―Kepalang Merahan‖ misalnya:
1. Mengikuti segala usaha dalam Palang Merah Indonesia
2. Mengurus beberapa macam dapur yakni:
3. Menghibur tentara dengan memberikan : makanan tahan lama,
sabun, rokok dan lain-lainnya.
4. Menyampaikan pesanan dan bimbingan dengan melewati corong
radio pers dan rapat-rapat umum.65
Pada tanggal 10 Februari 1946 atas putusan Muktamar Masyumi
yang di Surakarta Muslimat dalam hubungan kekeluargaaan Masyumi
diberi hak otonom. Hak tersebut oleh Muslimat dipergunakan sebaik-
baiknya, tidak hanya untuk bergerak di lapangan dan lingkungan
65
Sek. P.B. Muslimat, Artikel : Menjambut 7 Nopember hari lahirnja “Muslimat”,
(Suara Masjumi : 10 November 1956), hlm 5.
112
ummat Islam sendiri tapi juga didalam masyarakat sehari-hari
teristimewa di lapangan wanita Indonesia pada umumnya.
Pada saat pembangunan Negara usaha yang dianggap penting
ialah mewujudkan dasar ke-Tuhanan yang Maha Esa dari Negara,
sesuai dengan sifat Islamiyah. Oleh karenanya Muslimat membawa
buruh tani dan kaum wanita kearah kesadaran berbangsa bernegara
dan beragama Islam sebagai bangsa, wanita harus turut bertanggung
jawab serta sadar harga diri pribadi. Berhubungan dengan itu maka
Muslimat memberikan pendidikan kepada anggotanya ialah terutama
supaya dapat menghilangkan tabiat yang biasanya mempunyai
perasaan untuk menggantungkan diri hidup dan nasibnya kepada
orang lain. Hidup bersuami isteri, supaya jangan menjadi satu-satunya
tujuan. Perkawinan adalah sebagai satu syarat untuk melengkapkan
suatu kesempurnaan manusia hidup didunia. Untuk mengembangkan
cita-cita itu tiap-tiap wanita harus mementingkan untuk mempunyai
suatu keahlian tertentu. Keahlian inilah jika perlu dapat dipergunakan
113
untuk mencari nafkah sendiri. Ilmu pengetahuan wanita didalam
masyarakat tidak sama dan cara penghidupannya pula.
Latihan pengetahuan dari Muslimat kepada masyarakat
diperlukan, tidak hanya ilmu pengetahuan umum saja tetapi juga
latihan suatu pekerjaan tertentu terutama yang telah berkembang
ditempat masing-masing. Pelajaran agama diutamakan sebagai usaha
untuk memperdalam rasa keimanan dan untuk membangkitkan
keinsyafan tentang hal dan kewajibannya dalam masyarakat menurut
ajaran Islam. Maka ditekankan kepada setiap anggota, bahwa seorang
ibu wajib memberikan pendidikan agama kepada anak-anaknya.
Usaha ini perlu untuk melaksnakan hukum Islam didalam bentuk
penghidupan seseorang, keluarga dan masyarakat.
1. Perjuangan Muslimat pada Masa Pembangunan
Perjuangan muslimat terutama ditujukan kepada kehidupan
dan kebutuhan dunia wanita. Pergerakan wanita berusaha bertahun-
tahun memperbaiki derajat dan kedudukan serta nasib wanita di
114
dalam masyarakat. Pendapat masyarakat umum bahwa nasib wanita
terutama tergantung pada kehidupan keluarga.
Oleh sebab itu, maka pandangan orang lalu terfokus pada
soal perkawinan seakan-akan telah menjadi hasil penyelidikan
seksama bahwa kehormatan dan kebahagian bersumber pada tepat
atau tidaknya pelaksanaan dari aturan-aturan yang menjadi dasar-
dasar perkawinan Islam.
Berdasarkan alasan tersebut, maka Muslimat dan Masyumi
merencanakan undang-undang yang melindungi hak-hak wanita
dalam hukum perkawinan. Muslimat mengusulkan supaya RUU itu
menjadi bahan perundingan didalam suatu Muktamar organisasi-
organisasi Islam. Berhubungn dengan ini maka kepada BKMI
Lembaga Wanita diminta oleh masyumi untuk mengadakan
Muktamar. Maka Muktamar diadakan pada bulan Februari 1953 di
Jakarta.
Pada setiap Muktamar dari Muslimat sendiri selalu diadakan
keputusan untuk mendesak kepada pemerintah agar lekas
115
mengeluarkan UU Perkawinan yang sesuai dengan hukum Islam.
Disamping itu, pada Muktamar yang ke VI tahun 1952 Muslimat
mengajukan mosi, agar UU No. 22/tahun 1946 tentang pencatatan
Nikah Talak dan Ruju, segera diberlakukan untuk seluruh
Indonesia. Mosi tersebut disusul dengan suatu pernyatan bahwa
Muslimat tidak keberatan terhadap PP. No. 19 Tahun 1952 ialah
suatu peraturan yang mengenai hal tunjangan janda dan tunjangan
kepada anak yatim-piatu dari pegawai negeri sipil dengan
permintaan usul beberapa perubahan.
2. Melaksanakan Hak sama dengan Kaum Pria
Kecerdasan keluarga Muslimat dalam politik tampak maju
setiap detik didalam Muktamar tergambar tegas kemajuannya. Cara
berfikir, cara merencanakan usahanya kelihatan kesadaran
berpolitik. Keinginan turut menduduki dewan-dewan jadi kenang-
kenangan utama. Oleh sebab itu untuk mengorbankan semangat,
maka pada Muktamar yang diadakan pada tanggal 1 Januari 1951
di Jakarta. Muslimat sebagai badan otonom Masyumi menegakkan
116
sifatnya sebagai partai tersendiri, usaha ini perlu untuk menghadapi
pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atas dasar PP. No.
39/th.1950 pada pembentukan Dewan-dewan Kabupaten atau Kota,
serta Provinsi. Maka Muslimat Turut Merebut Kursi dan berhasil
memenangkan. Hampir setiap dewan di Kabupaten duduk seorang
Muslimat sebagai wakil rakyat.66
Kedudukan yang sama antara kaum lelaki dan kaum wanita
sering menjadi persoalan hukum dan pemerintahan di masyarakat
Indonesia. Undang-undang Dasar Republik Indonesia sekarang
menjamin kedudukan yang sama bagi semua warga negaranya.
Pasal 7 U.U.D sementara: ayat 1 berbunyi :
Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi terhadap Undang-
undang ayat 2 berbunyi : (sekalian orang berhak menuntut
perlakuan dan perlindungan yang sama oleh Undang-undang).
Jika diteliti seterusnya maka pada pasal 23 ayat 1 terdapat
kalimat yang berbunyi : (setiap warga Negara berhak turun dalam
66
Sek. P.B. Muslimat, Artikel : Menjambut 7 Nopember hari lahirnja “Muslimat”,
(Suara Masjumi : 10 November 1956), hlm 5.
117
pemerintahan dengan langsung atau dengan peraturan wakil-wakil
yang dipilih dengan bebas menurut aturan-aturan yang ditetapkan
oleh undang-undang). Pada pasal 28 dapat dijumpai :
1. Setiap warga Negara, sesuai dengan kecakapannya berhak atas
pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan
2. Setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan dan
berhak atas pekerjaan dan berhak pula atas syarat-syarat
perburuhan yang adil
3. Setiap orang yang melakukan pekerjaan yang sama dalam hal-
hal yang sama, berhak atas pengupahan yang sama dan atas
perjanjian-perjanjian pekerjaan yang sama baiknya
4. Setiap orang yang melakukan pekerjaan berhak atas pengupahan
adil yang menjamin kehidupannya bersama keluarganya
sepadan dengan martabat manusia.
Demikian konstitusi kita memberikan kedudukan dan
penghargaan yang sama kepada setiap warga Negara yang terdiri
dari kaum lelaki dan wanita. Dasar kepribadian masing-masing
118
lepas dari pada bentuk dan sifat orang yang dipergunakan untuk
memberi hak yang sama. Dasar fikiran ini ditujukan kepada arah
manakala ada pertimbangan hak dan pertimbangan perlakuan
antara kaum lelaki dan perempuan, yang sama berat dan adilnya
maka keadaan itu akan membawa masyarakat yang sehat.
Ketika dilangsungkannya Kongres wanita Indonesia di
Jakarta sejak tanggal 15 Maret, Pengurus Besar Muslimaat telah
memberi usul dimana diminta supaya Kongres Wanita Indonesia
hendaknya memikirkan pokok-pokok yang menjadi batas pergaulan
antara lelaki dan perempuan sebagai kawan dan lelaki dan
permpuan didalam pertunangan. Penjelasan bahwa pada dewasa ini
didalam masyarakat kita pengaruh barat terutama pergaulan antara
lelaki dan perempuan adalah mempengaruhi jiwa pergaulan adat
istiadat Indonesia yang menimbulkan kebimbangan kepada
masyarakat tentang batas-batasnya. Usul yang kedua ialah
mengenai pendidikan untuk wanita dalam pembangunan Negara
menurut pandangan Muslimaat. Gambaran bagaimana wanita itu
119
harus dididik dalam rumah tangga sebelum keluar kedalam
masyarakat.67
3. Melaksanakan Disiplin Keluarga Masyumi
Tujuan yang pokok dari perjuangan Muslimat, tercantum
dalam program perjuangan Partai Masyumi bab I ayat 3 yang
berbunyi :
―Kaum Wanita‖ dengan mengakui bahwa perbedaan sifat dan
pembawaan antara kaum wanita dan kaum pria, membawa pula
perbedaan tugas dan lapangan pekerjaan bagi masing-masing
kaum, maka masyumi berpendapat bahwa hak-hak politik,
sosial dan ekonomi kaum wanita sederajat dengan kaum pria.
Sesuai dengan itu, maka pimpinan Muslimat didalam
melaksanakan daya upaya menyimpulkan kearah perjuangannya
atas beberapa hal, diantaranya:
a. Untuk mendapat kemajuan yang sama diantara putera dan puteri
Indonesia, ialah agar cita-cita Negara dan agama dapat dicapai
67
Koran Abadi. P.B Muslimaat dan Kongres Wanita, (19 Maret 1952)
120
dengan cepat dan tepat. Kaum wanita harus mendapat
bimbingan serta tuntunan yang sistematis (teratur).
b. Untuk mencapai cita-cita yang terkandung dalam azas dan
tujuan partai, maka tiap-tiap warga muslimat harus sadar bahwa
ia berbangsa dan bernegara Republik Indonesia, lain dari pada
itu ia harus sadar bahwa ia beragama ialah agama Islam.
c. Supaya dapat mempergunakan dan memelihara hak-hak yang
tercantum dalam UU Dasar (Sementara) dari Negara Republik
Indonesia yakni hak-hak menjdai milik dari segenap wanita
Indonesia pada dewasa ini, hak-hak yang terdapat disegala
macam lapangan, maka wanita Indonesia pada umumnya harus
mempunyai pengetahuan.
d. Wanita Indonesia harus sadar akan harga diri ia harus sadar
bahwa menurut pembawaan ia ditetapkan sebagai ―Ibu‖ yang
harus memberi bimbingan kepada kaum keluarganya, sehingga
mendapat kebahagiaan dan mempunyai ketinggian budi.
4. Pemilihan Umum
121
Pada tahun 1938 dengan adanya Undang-undang yang
memberikan hak kepada wanita untuk dipilih, maka kedudukan
wanita sedikit maju kemuka. Tentang kedudukan wanita didalam
hukum ini mencapai kesempurnaannya pada saat bangsa Indonesia
memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus
1945.68
Pemilihan umum dilaksanakan oleh tiap-tiap warga
Muslimat. Sesuai dengan disiplin keluarga Masyumi maka dalam
lapangan politik Muslimat harus bersama-samadengan Masyumi.
Maka didalam menjalankan aksi Pemilihan Umum Muslimat
terutama tergabung dalam komite aksi Pemilihan Umum dari
Masyumi baik dari Pusat, Wilayah, Cabang, dan lain-lain
bagiannya menyerahkan tenaganya kepada KPU masing-masing
tempat. Untuk itu kampanye Pemilihan Umum oleh Muslimat
dilakukan bersama.69
68
Ny. Sunarjo Mangunpuspito, Artikel : Apakah Islam Merendahkan atau Mengangkat
Derajat Wanita, (Suara Masjumi : 1 Februari 1956), hlm 4. 69
Sek. P.B. Muslimat, Artikel : Menjambut 7 Nopember hari lahirnja “Muslimat”,
(Suara Masjumi : 10 November 1956), hlm 5.
122
Selaras dengan hasrat melaksanakan haknya dan perjuangan
partai untuk mendapat keuntungan didaerah-daerah Muslimat turut
ikut berjuang mati-matian. Akan diakui atau tidak tenaga Muslimat
tidak dapat dipungkiri, jika orang suka meneliti usaha-usaha
dilapangan sosial dan kampanye diseluruh Indonesia. Begitu pula
pada hari pemungutan suara yang memberikan suara di tiap-tiap
TPS menggambarkan sepintas lalu, bahwa kaum wanita pada
umumnya tidak ketinggalan dengan kaum pria.
Hasil pemilihan telah tampak baik pemilihan anggota DPR
RI maupun pemilihan anggota konstituante. Tetapi bagi Muslimat
pembagian kursi belum memuaskan masih jauh dari jumlah yang
diharapkan. Muslimat lebih giat dalam menghadapi pemilihan-
pemilihan DPRD/DPD untuk mengejar kekurangan-kekurangan
yang lalu.
Dari pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa terjadi
perkembangan organisasi pergerakan wanita pada tahun 1928-1960.
Awal mula dari munculnya tokoh perintis pergerakan wanita yang ingin
123
memperjuangkan hak wanita untuk setara dengan laki-laki. Karena pada
masa ini kekuasaan wanita dianggap rendah dibanding dengan laki-laki.
Berkembanglah dari gerakan perorangan yang kita sebut sebagai tokoh
perintis gerakan perempuan menjadi suatu perkumpulan yang
membentuk organisasi pergerakan wanita dalam satu daerah dengan
daerah lainnya di Indonesia. Pergerakan wanita yang terbagi menjadi 2
masa yakni sebelum dan setelah kemerdekaan.
Pergerakan wanita sebelum kemerdekaan memfokuskan
kesetaraan kedudukan sosial dengan laki-laki serta ikut serta berjuang
mencapai kemerdekaan Indonesia. Pergerakan setelah kemerdekaan
adalah mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bersama dengan
organisasi pergerakan wanita lainya memperbaiki kondisi Indonesia
dalam bidang sosial, ekonomi, politik dan kesejahteraan masyarakat.
Pergerakan perempuan sama halnya pergerakan laki-laki yakni
memajukan kesejahteraan masyarakat.
Salah satunya Masyumi muslimat merupakan satu dari beberapa
organisasi wanita Islam yang mempunyai kiprah dalam memajukan kaum
124
wanita di Indonesia. Kiprah yang ditunjukkan dalam wujud peran aktif di
internal dan di masyarakat, dengan Memperjuangkan kedudukan wanita
serta memajukan kesejahteraan wanita dalam masyarakat, berpedoman
nilai-nilai Islam. organisasi wanita Islam yang menonjol karena beberapa
kali mengikuti delegasi mewakili seluruh organisasi wanita di
bandingkan organisasi wanita islam lainnya pada peride 1945-1960.
Masyumi Muslimat ikut serta dalam kegiatan dengan menjadi
salah satu delegasi dari beberapa delegasi organisasi, yang mewakili
seluruh organisasi pergerakan wanita di Indonesia. Salah satu organisasi
pergerakan wanita Islam yang pada masa itu aktif bergabung dengan
organisasi wanita lainya merancang program kemajuan wanita,
memperjuangkan hak wanita dan penyelesaian konflik yang terkait
dengan kaum wanita. Namun orgaisasi ini hanya berkiprah sampai tahu
1960, dikarenakan organisasi indukya yakni Masyumi dibubarkan oleh
pemeritah pada 17 Agustus 1960. Kontribusinya juga banyak dalam
kepanitian pelaksanaan program kerja yang dicetuskan kongres pada
masa setelah kemerdekaan hingga tahun 1960-an.
125
126
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pemaparan tentang Kiprah Masyumi
Muslimat dalam Pergerakan Wanita Indonesia Periode 1945-1960,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, munculnya gerakan wanita di Indonesia ini tidak lepas
dari kebijakan pemerintahan kolonial mengenai pendidikan.
Perkembangan pendidikan tidak dapat sepenuhnya dirasakan oleh
kaum wanita karena hanya kaum laki-laki yang dapat mengenyam
pendidikan sampai ke jenjang yang tinggi. Hal ini memunculkan
adanya diskriminasi antara kaum pria dan kaum wanita. Faktor yang
turut mempengaruhi munculnya gerakan wanita adalah mengenai
kedudukan wanita yang berada dalam kekuasaan laki-laki, terutama
dalam hal perkawinan.
Pada tahun 1945 lahir organisasi wanita Islam yang turut
berkonstribusi untuk kemajuan kaum wanita Indonesia yaitu Masyumi
127
Muslimat. Organisasi yang awalnya bernama Moeslimaat didirikan
bersama Masyumi pada tanggal 7 November 1945. Salah satu
organisasi dari beberapa organisasi wanita Islam yang ada di
Indonesia yang mempunyai azas berdasarkan Islam dan mempunyai
tujuan terlaksananya ajaran dan hukum Islam didalam kehidupan
masyarakat Negara Republik Indonesia menuju keridhlaan Ilahi.
Adapun peran Masyumi Muslimat dalam pergerakan wanita
Indonesia sejak tahun 1945. Konstribusi dengan memperjuangkan hak
wanita dalam kehidupan bermasyarakat, hak untuk mendapat
pendidikan yang lebih tinggi. Wanita punya hak atas persamaan
kedudukan dengan kaum laki-laki. Masyumi Muslimat berpendapat
bahwa hak-hak politik, sosial dan ekonomi kaum wanita sederajat
dengan kaum pria.
B. Saran
Berdasarkan penelitian tersebut, penulis berharap penelitian tentang
Kiprah Masyumi Muslimat dalam pergerakan wanita Indonesia ini
berguna bagi masyarakat Indonesia dan dunia, serta menambah
128
penguasaan materi gerakan Wanita. Kemudian saran untuk para Penulis
yang menggandrungi masalah gerakan emansiapasi wanita atau meneliti
lebih lanjut tentang Masyumi Muslimat alangkah baiknya lebih
mendalami faktor hilangnya organisasi ini. Karena jarang dan belum
ditemui sampai saat ini faktor penyebab hilangnya organisasi tersebut
dengan jelas.
129
DAFTAR PUSTAKA
A. Dokumen
Afschrift. ―Verslag van het CONGRES PEREMPOEAN INDONESIA
gehouden te Jogjakarta van 22 tot 25 Decembe 1926,‖ 1–8. ANRI,
t.t.
ANRI. Keputusan Badan Kongres Wanita Indonesia. Jakarta: Kementrian
Pertahanan. No.724.
AD/ART Muslimaat (Pedoman Perdjuangan Masjumi cetakan ke 2)
Keputusan Kongres Muslimat di Surabaja tgl.23-27/XII-1945
B. Buku
Abdurrahman, Dudung. Ilmu Pengantar Sejarah. Yogyakarta: Logos
Wacana Ilmu, 2011.
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2007
Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak,
2011.
Amin, Qosim. Sejarah Penindasan Wanita. Yogyakarta: IRCiSoD, 2003.
Arikunto, Suharismi. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: PT. Rineka
Cipta, 1993.
Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka, 2007.
Dr. Warjio, Ph.D. Gagalnya Partai Politik Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2018.
130
Kartini,R.A..Habis Gelap Terbitlah Terang. Jakarta : PN Balai Pustaka,
1978.
Kosim, E. Metode Sejarah Asas dan Proses. Bandung: Fakultas Sastra
Universitas Padjajaran, 1984.
KOWANI. Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 1978.
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Bentang
Budaya,1955),
Mardinier, Remy. Partai Masjumi: Antara Godaan Demokrasi & Islam
Integral. Bandung: Mizan, 2013.
Mulia, Siti Musdah. Muslimah Reformis, Perempuan Pembaharu
Keagamaan. Bandung: Mizan, 2005.
Natsir, Lies Marcoes dkk. Peta Gerakan Perempuan Islam Pasca-Orde
Baru. Cirebon: Institut Studi Islam Fahmina, 2012.
Noer, Deliar. Partai Islam di Pentas Nasional tahun 1945-1965. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti, 1987.
Ricklefs, M. C. Sejarah Modern Indonesia 1200-2008. Jakarta: Serambi,
2008.
Rosidi, Ajip. Syafruddin Prawiranegara lebih Takut kepada Allah SWT.
Jakarta: Inti Idayu Press,1986.
Stuers, Cora Vreede-de. Sejarah Perempuan Indonesia. Jakarta:
Komunitas Bambu,2008.
Suhartono. Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai
Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
131
Suminto, Aqib. Politik Islam Hindia Belanda. Jakarta : LP3ES, 1986.
Surychondro, Sukanti. Potret Pergerakan Wanita di Indonesia. Jakarta:
Rajawali, 1984.
Suud, Abu. Kemuhammadiyahan. Yogyakarta : PP Muhammadiyah,
1996.
Wiering, Saskia Eleonora. Penghancuran Gerakan Perempuan di
Indonesia. Diterjemahkan oleh Hersri Setiawan. Jakarta: Garba
Budaya, 1999.
Wieringa, Saskia E. Penghancuran Gerakan Perempuan Politik Seksual
di Indonesia Pasca Kejatuhan PKI. Yogyakarta: Galangpress,
2010.
C. Jurnal dan Artikel
Roviana, Sri. ―Gerakan Perempuan Nahdlatul Ulama dalam Transformasi
Pendidikan Politik‖ dalam Jurnal Pendidikan Islam, vol III, Nomor 2.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014.
Fitriyani, Jurnal Al- Ulum : Organisasi Islam Dan Pengembangan
Hukum Islam Di Indonesia Volume. 10, Nomor 1, Juni 2010, Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, Hlm 75-76, 2010.
Insan Fahmi Siregar, Jurnal Thaqafiyyat, vol.14, No.1,2013 : Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan Partai Masyumi (1945-1960), Jurusan
Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Semarang (UNNES) Jawa
Tengah.
Insan Fahmi Siregar, Jurnal: Pasang Surut Peran Politik Masyumi dalam
Pemerintahan, (Forum Ilmu Sosial, Vol.35 No.1 Juni 2008), Jurusan
Sejarah FIS – UNNES.
132
Warjio dan Evi Novida Ginting, JURNAL: KONFLIK PENGUASA
DENGAN PARTAI POLITIK (Analisis Runtuhnya Patai Poltik Islam
Masyumi pada Masa Rezim Presiden Soeharto.
Artikel, Peta pergerakan wanita di Indonesia, hlm 1-2, di akses pada
tanggal 25 Februari 2018.
D. Majalah
―Koran Abadi,‖ (no. 17 Maret 1951; no. 24 Maret 1951; no. 19 Mei
1952)
―Suara Masjumi‖ (no. 1 Februari 1956)
―Hidayah ke XII‖ (Tahun 1959)
E. Penelitian
Trimurtini, Winingsari. Skripsi. Perkembagan Kongres Perempuan
Indonesia Pertama Tahun 1928 di Yogyakarta. Universitas Negeri
Yogyakarta 2015.
Karomatika, Ayu Ina. Skripsi. Kontribusi Aisyiyah dalam Kongres
Perampuan Indonesia Pertama 1928. UIN Sunan Kaliaga Yogyakarta,
2018.
Yuliawati, Ida. Skripsi. Sejarah Organisasi Aisyiyah dan Peranannya
dalam Pengangkatan Derajat Kaum Wanita di Semarang tahun 1967-
1997. Universitas Negeri Semarang , 2005.
Diana, Nusrokh. Skripsi. Kelahiran Muslimat NU. UIN Sunan Kaliaga
Yogyakarta, 2015.
133
LAMPIRAN-LAMIRAN
Lampiran 1
134
Lampiran 2
Kongres Perempuan Indonesia Pertama dalam Afschrift. ―Verslag van
het CONGRES PEREMPOEAN INDONESIA gehouden te Jogjakarta
van 22 tot 25 Decembe 1926,‖ 1–8. ANRI, t.t.
135
136
ANRI. Keputusan Badan Kongres Wanita Indonesia. Jakarta: Kementrian
Pertahanan. No.724.
137
Lampiran 3
―Koran Abadi‖ (19 Maret 1952). Mengenai Usulan Muslimaat (Muslimat
Masyumi) terhadap Kongres Wanita tahun
138
―Koran Abadi‖ (17 Maret 1951) Ungkapan tokoh Masyumi Muslimat
Ny. S. Mangunsarkoro
139
―Koran Abadi‖ (24 Maret 1951) mengenai Tuntutan Partai Wanita
140
Lampiran 4
AD/ART Muslimaat (Pedoman Perdjuangan Masjumi cetakan ke 2)
141
Lampiran 5
Keputusan Kongres Muslimat di Surabaja tgl.23-27/XII-1945
142
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi:
Nama Lengkap : Diana Trisnawati
Nama Panggilan : Diana / Ana
Tempat Tanggal Lahir: Magelang, 08 Juni 1997
Alamat : Dusun Kalangan Rt.01/Rw.13, Desa
Ambartawang, Kec. Mungkid, Kab. Magelang, Prov. Jawa Tengah.
Tinggi/Berat Badan : 160 cm / 50 kg
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Sutrisno
Nama Ibu : Suprapti
No. Hp : 085712316725
Email : [email protected]
Pendidikan:
TK RA Muslimat NU Ambartawang I 2002-2003
MI Ma’arif Ambartawang 2003-2009
SMP Negeri 2 Mungkid 2009-2012
MAN 1 Magelang 2012-2015
IAIN Salatiga (Sejarah Peradaban Islam) 2015-2019
Pengalaman Organisasi:
Anggota Dewan Ambalan SMP Negeri 2 Mungkid 2009-2011
Anggota OSIS SMP Negeri 2 Mungkid 2009-2011
Anggota HMJ SPI IAIN Salatiga 2015-2017
Anggota DEMA FUADAH IAIN Salatiga 2016-2017
Pengurus PMII Rayon Sutawijaya FUADAH 2016-2017
Sekretaris SEMA FUADAH IAIN Salatiga 2017-2018
Pengurus Mahad Al-Jamiah IAIN Salatiga 2016-2018
Pengurus SEMA IAIN Salatiga 2018-2019