kinerja, risiko, dan sistem bank konvensional dan bank
TRANSCRIPT
1
Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia
Atina Hasanah Sarjono1 dan Liyu Adhi Kasari Sulung2
Department of Management, Faculty of Economics and Business, Universitas Indonesia, Jl. Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Depok, 16424, Indonesia
Email: [email protected] [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah di Indonesia dengan menggunakan ukuran kinerja, risiko, dan sistem bank. Kelompok ukuran kinerja yang digunakan adalah rasio profitabilitas dan rasio likuiditas. Ukuran risiko yang digunakan adalah risiko kredit dan insolvency risk. Ukuran sistem yang digunakan adalah rasio struktur aset dan sistem operasional. Metode yang digunakan adalah regresi logistik. Peneliti menemukan bahwa terdapat perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah dilihat dari rasio keuangan. Bank konvensional memiliki nilai rasio yang lebih besar pada rasio ROA, CTD, LLR, LTD, DTA, FAA dan OBSIA. Sedangkan bank syariah memiliki nilai rasio yang lebih besar pada rasio NPL dan DTE.
Kata kunci :
Bank konvensional, bank syariah, rasio keuangan, regresi logistik.
Performance, Risk, and System of Conventional Banking and Islamic Banking in Indonesia
Abstract
This study aims to determine the difference between conventional banks and Islamic banks in Indonesia by using performance indicators, risk indicators, and system. Performance indicators used are the ratio of profitability and liquidity ratio. Risk indicators used are credit risk and insolvency risk. System indcators used are the ratio of asset structure and operational system. The method used is logistic regression. Researchers found that there is a difference between conventional banks and Islamic banks seen from the financial ratios. Conventional banks have greater value on ROA, CTD, LLR, LTD, DTA, FAA and OBSIA. While Islamic banks have greater value in NPL and DTE.
Key words :
Conventional bank, Islamic bank, performance, risk, system, logistic regression
Pendahuluan
Industri keuangan syariah di dunia sedang mengalami pertumbuhan yang baik,
khususnya di beberapa negara. Sampel dari 50 bank syariah dari 11 negara menunjukkan
pertumbuhan asset yang signifikan selama beberapa tahun terakhir. Nilai total asset dari
industri bank syariah tersebut telah mencapai USD 441,4 miliar pada akhir tahun 2011 atau
63,9% dari estimasi total asset bank di tahun tersebut (Islamic Financial Services Industry
Stability Report, 2013).
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
2
Pada lingkup regional Asia bagian Selatan dan Tenggara, pertumbuhan aset bank
syariah juga terlihat meningkat sebesar 12,5% pada tahun 2013 (DCIBF annual report,
2014). Lebih lanjut, pada lingkup yang lebih sempit yaitu Indonesia, pertumbuhan aset
perbankan syariah dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan. Kenaikan peningkatan
aset tersebut yaitu sebesar 213% untuk bank syariah, dan 129% untuk bank konvensional.
Sedangkan jika dilihat dari rata-rata persentase pertumbuhan, aset bank syariah mengalami
kenaikan sebesar 26% dan bank konvensional sebesar 18%.
Bank syariah menunjukkan persentase pertumbuhan aset yang lebih besar yaitu sebesar
22% dibanding bank konvensional, yaitu 16%. Hal ini juga terlihat dari kenaikan jumlah
Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang masing-masing mencapai
11 BUS dan 24 UUS pada akhir tahun 2013.
Berbeda dengan kenaikan pertumbuhan aset tersebut, rasio profitabilitas bank syariah
menunjukkan hasil yang fluktuatif terhadap bank konvensional. Perkembangan ROA dan
ROE (sebagai ukuran kinerja bank dari sisi profitabilitas) antara bank syariah dan bank
konvensional terlihat berlawanan. Pada saat bank syariah mengalami kenaikan, bank
konvensional mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya. ROA bank syariah menunjukkan
tren yang menurun dari tahun 2008 sampai tahun 2013. Sedangkan ROE bank syariah
mengalami tren yang fluktuatif setiap tahun.
Pada aspek insolvency risk perbankan, pemilihan rasio deposits to assets (DTA)
didasarkan pada hasil penelitian Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014). Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa DTA dapat membedakan bank syariah dan bank konvensional.
Perkembangan DTA pada bank syariah mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, sedangkan
bank konvensional mengalami fluktuasi dan terjadi penurunan di tahun 2013.
Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa antara bank konvensional dan bank syariah
memiliki perbedaan pertumbuhan dari sisi profitabilitas dan dari sisi insolvency risk. Hal ini
memunculkan beberapa pertanyaan, yaitu apakah ada perbedaan nilai rasio antara bank
konvensional dengan bank syariah di Indonesia? Dan variabel apa saja yang dapat
membedakan?
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, ada beberapa perbedaan nilai rasio antara bank
syariah dan bank konvensional.
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
3
Pertama, dari sisi profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Khediri, Charfeddine,
dan Youssef (2014) menyatakan bahwa dari rasio profitabilitas tidak diketahui perbedaan
antara bank syariah dan bank konvensional. Sedangkan menurut Iqbal (2001), bank syariah
lebih baik dalam hal kapitalisasi dan lebih menguntungkan daripada bank konvensional.
Abedifar et al (2013) juga menyatakan bahwa bank syariah lebih baik dalam hal profitabilitas
dibandingkan bank konvensional.
Kedua, dari sisi likuiditas. Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014) menyatakan
bahwa dalam hal rasio likuiditas ada perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional.
Sedangkan menurut Olson dan Zoubi (2008) menyatakan bahwa rasio likuiditas tidak
membedakan bank syariah dan bank konvensional.
Ketiga, dilihat dari risiko kredit. Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014) menyatakan
bahwa dalam hal risiko kredit ada perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional
yang ditunjukkan oleh rasio LLR dan LTA. Abedifar et al (2013) menyatakan bahwa bank
syariah memiliki risiko kredit yang lebih rendah dibandingkan bank konvensional. Sedangkan
Beck et al (2013) menyatakan bahwa bank syariah memiliki risiko kredit yang lebih tinggi
dibandingkan bank konvensional.
Keempat, dilihat dari insolvency risk. Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014)
menyatakan bahwa dalam hal insolvency risk ada perbedaan antara bank syariah dan bank
konvensional yang ditunjukkan oleh rasio ETA dan DTA. Begitu pula menurut Abedifar et al
(2013) menyatakan bahwa bank syariah yang kecil lebih stabil dibandingkan bank
konvensional. Akan tetapi, Olson dan Zoubi (2008) menyatakan bahwa dari sisi insolvency
risk, tidak terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional.
Kelima, dilihat dari struktur aset. Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014)
menyatakan bahwa dalam hal struktur aset terdapat perbedaan antara bank syariah dan bank
konvensional ditunjukkan dari rasio FAA dan OBSIA.
Bank konvensional dan bank syariah memiliki perbedaan yang signifikan pada
pertumbuhan dari sisi profitabilitas dan dari sisi insolvency risk. Indikator yang digunakan
dalam melihat pertumbuhan dari sisi profitabilitas adalah ROA (Return on Assets), sedangkan
dari sisi insolvency risk dilihat dari CTD (Cash to Deposits). Hal ini menjadi latar belakang
peneliti untuk melihat apakah indikator lain seperti kinerja, sistem, dan risiko memiliki
perbedaan yang signifikan antara bank konvensional dan bank syariah di Indonesia.
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
4
Oleh karena itu, berbekal dari penelitian-penelitian sebelumnya, ada beberapa hal yang
akan dibahas dalam penelitian ini. Pertama, apakah kinerja, sistem, dan risiko dapat menjadi
pembeda antara bank konvensional dan bank syariah di Indonesia. Kedua, variabel apa saja
yang dapat membedakan antara bank konvensional dan bank syariah di Indonesia dilihat dari
profitabilitas, likuiditas, risiko kredit, insolvency risk, dan struktur aset.
Studi Literatur
Bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip konvensional. Bank konvensional terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank
Perkreditan Rakyat (Booklet perbankan Indonesia, 2013).
Kegiatan bank umum yang pertama yaitu menghimpun dana. Penghimpunan dana yang
dihimpun oleh bank adalah dalam bentuk giro, tabungan dan deposito berjangka dan sertifikat
deposito (Manurung dan Pratama, 2004).
Kegiatan bank umum yang kedua yaitu mengalokasikan dana ke masyarakat dalam
bentuk kredit. Kredit adalah penyediaan tagihan atau uang yang berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antarbank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam
untuk melunasi uangnya setelah jangka waktu tertentu dengan adanya pemberian bunga
(Manurung dan Pratama, 2004).
Kegiatan bank umum yang ketiga yaitu memberikan jasa-jasa lainnya. Jasa-jasa umum
lain yang ditawarkan oleh bank umum adalah transfer, letter of credit, kliring, menerima
setoran dan melakukan pembayaran.
Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (Booklet perbankan Indonesia, 2013).
Lembaga pertama yang menerapkan sistem syariah adalah Mit Ghamr Savings Bank di
Mesir pada tahun 1963. Bank syariah telah berkembang sangat pesat beberapa dasawarsa
terakhir, dilihat dari ukuran dan jumlah pemain. Bank syariah saat ini sudah diterapkan pada
lebih dari 50 negara di dunia. Negara Iran, Sudan, dan Pakistan, hanya bank syariah yang
dibolehkan beroperasi. Sedangkan Negara-negara seperti Banglades, Mesir, Indonesia,
Jordan dan Malaysia, Bank syariah tumbuh berdampingan dengan bank konvensional
(Chong dan Liu, 2009).
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
5
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami pertumbuhan industri
keuangan syariah, khususnya perbankan syariah yang baik. Industri keuangan syariah di
Indonesia diawali dari berdirinya Baitut Tamwil Salman Bandung dan Koperasi Ridho Gusti
Jakarta pada tahun 1980. Dilanjutkan dengan berdirinya Bank syariah pertama di Indonesia,
yaitu Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1994. Sampai pada tahun 2007 terbentuk
Undang-Undang tentang bank syariah di Indonesia.
Kegiatan usaha bank syariah meliputi penghimpunan dana (funding), penyaluran dana
atau pembiayaan (financing), dan penyediaan jasa-jasa pelayanan perbankan (bank service).
Pertama, penghimpunan dana. Penghimpunan dana pada bank syariah adalah kegiatan
penarikan dana atau penghimpunan dana dari masyarakat. Penghimpunan dana dapat berupa
simpanan dan investasi yang berdasarkan prinsip syariah. Terdapat dua jenis simpanan dalam
kegiatan penghimpunan dana dengan prinsip syariah, yaitu simpanan yang mendapat imbalan
dan simpanan yang tidak mendapatkan imbalan.
Kedua, penyaluran dana atau pembiayaan. Bentuk penyaluran dana atau pembiayaan
yang dilakukan bank syariah secara garis besar dibedakan ke dalam 4 kelompok, yaitu prinsip
jual beli (bai’), prinsip sewa menyewa (ijarah), prinsip pinjam-meminjam berdasarkan akad
qard, dan prinsip bagi hasil.
Menurut Dahlan Siamat (2005), jasa-jasa yang diberikan bank syariah berdasarkan akad
dengan mendapatkan imbalan diantaranya adalah al-wakalah, hawalah, kafalah, dan rahn.
Tabel 1. menunjukkan perbedaan sistem bunga pada bank konvensional dan bagi hasil
pada bank syariah.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Khediri, Charfeddine, dan
Youssef (2014) dalam Islamic versus conventional banks in the GCC countries: A
comparative study using classification techniques. Namun, terdapat beberapa perbedaan,
yaitu data yang digunakan oleh Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014) adalah bank-bank
dari negara GCC yang memiliki bank syariah dan bank konvensional pada tahun 2002-2010
sebanyak 44 bank konvensional dan 18 bank syariah, sedangkan data yang peneliti gunakan
adalah 110 bank di Indonesia dengan rincian 11 bank syariah dan 99 bank.
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
6
Tabel 1. Perbedaan Sistem Bunga dengan Prinsip Syariah
Pokok Perbedaan Sistem bunga Prinsip syariah
Dasar penentuan
bunga/imbalan
Tidak berdasarkan
keuntungan/kerugian
Berdasarkan
keuntungan/kerugian
Dasar perhitungan
bunga/imbalan
Presentase tertentu dari
pinjaman
Nisbah bagi hasil
berdasarkan keuntungan
yang diperoleh
Kewajiban membayar
bunga/imbalan
a. Tetap harus dibayar
meskipun usaha nasabah
mengalami kerugian
b. Besarnya pembayaran
bunga tetap
a. Imbalan dibayar bila
usaha nasabah untung.
Bila mengalami
kerugian, kerugian
ditanggung kedua pihak
b. Besarnya imbalan
disesuaikan keuntungan
Objek usaha yang
dibiayai
Tidak ada pembatasan jenis
usaha sepanjang bankable
Jenis usaha harus sesuai
syariah
Kedudukan sistem
bunga berdasarkan
prinsip syariah
Pengenaan bunga bersifat
haram
Pembayaran imbalan
berdasarkan prinsip bagi
hasil adalah halal Sumber : Dahlan Siamat (2005)
Analisis yang digunakan untuk menguji perbedaan bank syariah dan bank konvensional
adalah dengan metode regresi logistik. Variabel dependen pada regresi logistik merupakan
status bank, yaitu probabilitas munculnya bunga (y=1= bank konvensional, y=0= bank
syariah).
Model penelitiannya adalah sebagai berikut :
!"# !!!!
= ! + !!!! + !!!! + !!!! + !!!! + !!!! + !!!! + !!!! + !!!! + !!!! +
!!"!!" + !!!!!! + !!"!!" + !!"!!" + !!" (1)
p : probabilitas
α : intercept
β : koefisien regresi
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
7
Variabel independen dalam penelitian ini adalah rasio-rasio bank. Ada 14 rasio yang
digunakan menjadi variabel independen dalam penelitian ini. Rasio yang digunakan merujuk
pada penelitian yang dilakukan oleh Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014), yaitu Return
on Asset, Return on Equity, Cash to Assets, Cash to Deposits, Loan Loss Reserves to Gross
Loans, Non-Performing Loans to Gross Loans, Loans to Assets, Loans to Deposits, Debt to
Assets, Equity to Assets, Deposits to Assets, Deposits to Equity, Fixed Assets to Assets, dan
Off-Balance Sheet Items to Assets. Tabel 2. menunjukkan definisi variabel dan cara
perhitungan variabel.
Tabel 2. Definisi Variabel
Rumusan Hipotesis Penelitian
• Perbedaan bank syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi profitabilitas
Perbedaan dari sisi profitabilitas dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan rasio ROA dan ROE. Iqbal (2001) menyatakan bahwa terdapat
perbedaan pada profitabilitas bank syariah dan konvensional, yaitu bank syariah
lebih baik dalam profitabilitas dibandingkan bank konvensional. Abedifar et al
(2013) juga menyatakan demikian.
Variabel Sumbery Probabilitas munculnya bunga (1= bank konvensional,
0= bank syariah)Khediri, Charfeddine, dan Youssef(2014)
x1 ROA (Return on asset = net income/total asset) Laporan Publikasi Bank (OJK)x2 ROE (Return on equity = net income/total equity) Laporan Publikasi Bank (OJK)
x3 CTA (Cash to assets = cash/total assets) Laporan Publikasi Bank (OJK)x4 CTD (Cash to deposits = cash/total deposits) Laporan Publikasi Bank (OJK)x5 LTA (Loans to assets = loans/total assets) Laporan Publikasi Bank (OJK)x6 LTD (Loan to deposits = loan/total deposits) Laporan Publikasi Bank (OJK)
x7 LLR (Loan loss reserves to gross loans) Laporan Publikasi Bank (OJK)x8 NPL (Non-performing loans to gross loans) Laporan Publikasi Bank (OJK)
x9 DA (Debt to assets = total debt/total assets) Laporan Publikasi Bank (OJK)x10 ETA (Equity to assets = total equity/total assets) Laporan Publikasi Bank (OJK)x11 DTA (Deposits to assets = deposits/total assets) Laporan Publikasi Bank (OJK)x12 DTE (Deposits to equity = deposits/total equity) Laporan Publikasi Bank (OJK)
x13 FAA (Fixed assets to assets = fixed assets/totalassets)
Laporan Publikasi Bank (OJK)
x14 OBSIA (Off-balance sheet items to assets = off-balance sheet items/total assets)
Laporan Publikasi Bank (OJK)
Asset structure
Profitability
Liquidity
Credit risk
Insolvency risk
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
8
Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Khediri, Charfeddine, dan Youssef
(2014) menyatakan bahwa dari rasio profitabilitas tidak diketahui perbedaan antara
bank syariah dan bank konvensional. Oleh karena itu, untuk null hypothesis diduga
tidak ada perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi
profitabilitas. Akan tetapi, untuk hipotesis H1a dan H1b dapat dilihat sebagai
berikut:
H1a : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari
rasio ROA
H1b : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari
rasio ROE
• Perbedaan bank syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi likuiditas.
Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014) dan Olson dan Zoubi (2008)
menyatakan bahwa rasio likuiditas tidak membedakan bank syariah dan bank
konvensional. Oleh karena itu, untuk null hypothesis diduga tidak ada perbedaan
antara bank syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi likuiditas. Akan tetapi,
untuk hipotesis H2a, H2b, H2c dan H2d dapat dilihat sebagai berikut :
H2a : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari
rasio CTA
H2b : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari
rasio CTD
H2c : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari
rasio LTA
H2d : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari
rasio LTD
• Perbedaan bank syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi risiko kredit.
Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014) menyatakan bahwa ada perbedaan
antara bank syariah dan konvensional dilihat dari sisi risiko kredit. Abedifar et al
(2013) menyatakan bahwa bank syariah memiliki risiko kredit yang lebih rendah
dibandingkan bank konvensional.
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
9
Sedangkan Beck et al (2013) menyatakan bahwa bank syariah memiliki risiko
kredit yang lebih tinggi dibandingkan bank konvensional.
Oleh karena itu, untuk null hypothesis diduga tidak ada perbedaan antara bank
syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi risiko kredit. Sehingga, untuk
hipotesis risiko kredit tersebut adalah :
H3a : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari
rasio LLR
H3b : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari
rasio NPL
• Perbedaan bank syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi insolvency risk.
Olson dan Zoubi (2008) menyatakan bahwa dari sisi insolvency risk, tidak
terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional. Akan tetapi, Khediri,
Charfeddine, dan Youssef (2014) menyatakan bahwa dalam hal insolvency risk ada
perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional yang ditunjukkan oleh rasio
ETA dan DTA. Begitu juga menurut Abedifar et al (2013) yang menyatakan bahwa
bank syariah memiliki insolvency risk yang lebih stabil dibandingkan bank
konvensional.
Oleh karena itu, untuk null hypothesis diduga tidak ada perbedaan antara bank
syariah dan bank konvensional dilihat dari insolvency risk. Sehingga, untuk hipotesis
insolvency risk tersebut adalah :
H4a : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari
rasio DA
H4b : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari
rasio ETA
H4c : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari
rasio DTA
H4d : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari
rasio DTE
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
10
• Perbedaan bank syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi struktur aset.
Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014) menyatakan bahwa dalam hal
struktur aset terdapat perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional
ditunjukkan dari rasio FAA dan OBSIA.
Oleh karena itu, null hypothesis diduga tidak ada perbedaan antara bank
syariah dan bank konvensional dilihat dari struktur aset. Sehingga, untuk hipotesis
rasio struktur aset tersebut adalah :
H5a : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari
rasio FAA
H5b : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari
rasio OBSIA
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil regresi logistik pada Tabel 3., dapat dilihat bahwa ada beberapa variabel
yang signifikan dengan tingkat signifikansi α sebesar 5%. Variabel-variabel tersebut adalah
ROA, CTD, LLR, LTD, dan FAA. Sedangkan variabel yang signifikan dengan tingkat
signifikansi α sebesar 1% adalah NPL, DTA, DTE, dan OBSIA.
Rasio profitabilitas dapat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional
dilihat dari variabel ROA. Rasio likuiditas dapat membedakan antara bank syariah dan bank
konvensional dilihat dari variabel CTD dan LTD. Risiko kredit dapat membedakan antara
bank syariah dan bank konvensional dilihat dari variabel LLR dan NPL. Insolvency risk dapat
membedakan antara bank syariah dan bank konvensional dilihat dari variabel DTA, dan DTE.
Rasio struktur aset dapat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional dilihat dari
variabel FAA dan OBSIA.
Tanda positif atau negatif pada nilai koefisien variabel-variabel yang signifikan
memiliki makna. Tanda positif berarti variabel tersebut lebih besar nilainya pada bank
konvensional, sedangkan jika tandanya adalah negatif maka berarti variabel tersebut lebih
besar nilainya pada bank syariah (Olson dan Zoubi, 2008).
Oleh karena itu, variabel ROA, CTD, LLR, LTD, DTA, FAA dan OBSIA lebih besar
pada bank konvensional daripada bank syariah. Sedangkan untuk variabel NPL dan DTE
lebih besar pada bank syariah daripada bank konvensional.
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
11
Tabel 3. Hasil Estimasi Koefisien dan p-value
Variable Coefficient Std. Error Prob.
C -9.4816 2.0545 0.0000 ROA 34.5638 13.4423 0.0101** ROE -1.6097 2.4433 0.5100 CTD 37.4446 17.3990 0.0314** LTA -4.0916 2.3474 0.0813 LTD 1.8870 0.7733 0.0147** LLR 52.1541 21.3466 0.0146** NPL -13.5313 4.8379 0.0052* DTA 16.1492 2.7999 0.0000* DTE -0.3007 0.0863 0.0005* FAA 25.5693 11.3187 0.0239**
OBSIA 19.3817 4.1818 0.0000*
McFadden ‘s R2 0.4277 LR statistic 165.2959
Prob(LR statistic) 0.0000* * signifikan pada α 5%
** signifikan pada α 1%
Sumber : Hasil olahan Eviews 6 oleh peneliti (2015)
Hasil signifikansi ROA menunjukkan adanya perbedaan antara bank konvensional dan
syariah di Indonesia dilihat dari sisi profitabilitas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Iqbal (2001) dan Olson dan Zoubi (2008). ROA bank konvensional
mengalami kenaikan, sedangkan bank syariah mengalami penurunan yang cukup tajam pada
tahun 2013.
Variabel ROA yang juga termasuk kedalam rasio profitabilitas menunjukkan hasil yang
signifikan karena komponen aset bank konvensional dan bank syariah memiliki perbedaan
pada pembiayaan kredit. Kredit pada bank syariah terdiri dari beberapa komponen, seperti
piutang murabahah, piutang salam, piutang istishna’, piutang qardh, dan pembiayaan,
sedangkan pada bank konvensional hanya kredit saja.
Persentase perkembangan ROA pada bank konvensional lebih baik dalam kenaikan
persentasenya walaupun terjadi penurunan sebelum tahun 2012. Sedangkan pada bank syariah
terjadi penurunan yang cukup banyak di tahun 2013 dan tahun-tahun sebelumnya. Variabel
ROA pada bank konvensional bertanda positif yang artinya profitabilitas bank konvensional
lebih baik dari bank syariah dilihat dari sisi ROA.
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
12
Selain itu, jika dilihat dari struktur pendapatan pada bank konvensional dan bank
syariah, bank konvensional memiliki pendapatan yang lebih besar dibandingkan bank
syariah. Salah satu perbedaan yang terdapat pada pendapatan bank konvensional dan bank
syariah adalah pada pendapatan bunga. Bank syariah tidak memiliki pendapatan bunga
melainkan pendapatan bagi hasil.
Rata-rata pendapatan bunga pada bank konvensional adalah sebesar 77,06% dilihat dari
pendapatan operasional. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan operasional
bank konvensional berasal dari pendapatan bunga, sedangkan bank syariah berasal dari bagi
hasil yaitu sebesar 38,25%. Sehingga ROA bank konvensional lebih besar dibandingkan bank
syariah.
Perkembangan CTD pada bank syariah mengalami penurunan yang drastis pada tahun
2010, lalu mengalami kenaikan sampai tahun 2013. Sedangkan bank konvensional
mengalami fluktuasi walaupun tidak secara drastis mengalami kenaikan atau penurunan.
Variabel CTD yang menunjukkan rasio likuiditas pada bank konvensional bertanda positif
yang berarti rasio likuiditas pada bank konvensional dilihat dari rasio CTD lebih tinggi dari
bank syariah. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata kas pada bank konvensional yang lebih besar
dibandingkan dengan bank syariah, begitu juga dengan rata-rata deposito. Rata-rata kas bank
konvensional adalah 639.188, dan 155.031 untuk bank syariah. Rata-rata deposito bank
konvensional adalah 22.703.605 dan bank syariah adalah 6.817.475. Kas dan deposito adalah
dua variabel yang digunakan untuk mengukur likuiditas pada rasio CTD, sehingga besar
kedua variabel ini sangat mempengaruhi hasil dari rasio CTD.
Rasio LTD terdiri dari variabel kredit dan deposito. Rasio LTD yang lebih besar
terdapat pada bank konvensional. Hal ini berarti, likuiditas bank syariah lebih rendah
dibandingkan dengan bank konvensional yang disebabkan oleh dana pihak ketiga pada bank
syariah masih rendah. Dana pihak ketiga mengalami pertumbuhan yang lambat disebabkan
karena bagi hasil yang rendah dan sektor riil yang melambat (Ismal, 2015). Jika dilihat dari
nilai rata-rata kredit dan deposito, bank konvensional memiliki rata-rata yang lebih besar
pada dua variabel tersebut. Rata-rata kredit pada bank konvensional adalah sebesar
18.500.922 dan bank syariah sebesar 6.468.616. Rata-rata deposito bank konvensional adalah
22.703.605 dan bank syariah adalah 6.817.475. Rata-rata kedua variabel pada bank
konvensional hampir tiga kali lipat dari bank syariah.
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
13
Sumber dana likuid pada bank syariah saat ini kebanyakan berasal dari aset dengan
profitabilitas rendah, seperti uang tunai dan deposito bank sentral. Padahal bank syariah
membutuhkan high quality liquid asset (HQLA) agar dapat memenuhi likuiditasnya. HQLA
yaitu aset yang memiliki korelasi rendah dengan aset berisiko, pasar aktif dan cukup besar,
dan memiliki volatilitas yang rendah. (Islamic Finance Services Board, 2014)
Risiko kredit bank konvensional yang ditunjukkan oleh rasio LLR bernilai positif yang
berarti bahwa bank konvensional memiliki risiko kredit yang lebih tinggi daripada bank
syariah. Hasil yang menunjukkan bahwa rasio LLR dapat membedakan bank konvensional
dan syariah sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khediri, Charfeddine, dan Youssef
(2014).
Rasio LLR terdiri dari variabel loan loss reserves dan kredit. Pada bank konvensional,
rata-rata loan loss reserves adalah 502.906 dan pada bank syariah sebesar 75.059. Sedangkan
untuk rata-rata kredit pada bank konvensional adalah 18.500.922 dan pada bank syariah
sebesar 6.468.616. Jika dilihat dari variabel loan loss reserves dan kredit, maka nilai rata-rata
kedua variabel tersebut lebih besar pada bank konvensional sehingga nilai rasio LLR pada
bank konvensional lebih besar daripada bank syariah. Jika dilihat dari nilai rata-rata rasio
LLR, bank syariah hanya memiliki rasio LLR sebesar 0.0096 sedangkan bank konvensional
sebesar 0.0191. Hasil rasio LLR menandakan bahwa bank konvensional memiliki kredit yang
besar, sehingga memerlukan loan loss reserves yang besar juga.
Hasil yang menunjukkan bahwa rasio NPL dapat membedakan bank konvensional dan
syariah sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Beck et al (2013). Rasio NPL yang
bernilai negatif berarti bahwa NPL bank syariah lebih buruk daripada bank konvensional.
Perkembangan NPL bank konvensional dan syariah dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Walaupun bank konvensional dan bank syariah sama-sama mengalami fluktuasi, namun
kurva NPL bank syariah berada di atas bank konvensional. Jika dilihat dari rata-rata kredit
macet, bank konvensional memiliki rata-rata kredit macet sebesar 182.874 dan pada bank
syariah sebesar 216.334. Sedangkan rata-rata kredit pada bank konvensional adalah sebesar
18.500.922 dan bank syariah sebesar 6.468.616.
Rata-rata kredit macet pada bank syariah dan konvensional memiliki perbedaan yang
kecil, padahal rata-rata kredit bank konvensional hampir tiga kali lipat bank syariah. Hal ini
menunjukkan bahwa kredit macet pada bank syariah dalam keadaan kurang baik jika
dibandingkan dengan bank konvensional.
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
14
Kredit macet pada bank syariah lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional
dikarenakan bank syariah banyak melakukan penyaluran pembiayaan kepada UMKM. Rata-
rata penyaluran kredit kepada UMKM oleh bank syariah adalah sebesar 54,35%, sedangkan
pada bank konvensional sebesar 47,85%. Namun, karena kondisi ekonomi yang sedang tidak
stabil, seperti terjadi kenaikan harga, maka hal ini mempengaruhi performa dari UMKM.
Sehingga, menimbulkan kredit macet pada bank syariah (Salmon, 2015).
Nilai insolvency risk pada bank konvensional lebih besar dibanding bank syariah dilihat
pada rasio DTA. Hasil yang menunjukkan bahwa rasio DTA dapat membedakan bank
konvensional dan syariah sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khediri,
Charfeddine, dan Youssef (2014).
Jika dilihat dari persentase perkembangan DTA, bank syariah menunjukkan
perkembangan yang positif walaupun terjadi penurunan pada tahun 2011. Sedangkan bank
konvensional mengalami perkembangan yang negatif di tahun 2010, 2012, dan tahun 2013.
Rasio DTA terdiri dari deposito dan total aset. Rata-rata deposito bank konvensional adalah
22.703.605 dan bank syariah adalah 6.817.475. Sedangkan rata-rata total aset pada bank
konvensional adalah 30.184.238 dan pada bank syariah sebesar 9.667.048. Hal ini
menunjukkan bahwa insolvency risk bank konvensional besar karena memiliki deposito yang
besar juga.
Sedangkan rasio DTE yang lebih besar terdapat pada bank syariah yang berarti bahwa
insolvency risk bank syariah yang dilihat dari DTE lebih tinggi pada bank syariah daripada
bank konvensional. Berbeda dengan rasio DTA, rasio DTE dipengaruhi oleh deposito dan
ekuitas. Rata-rata ekuitas pada bank syariah adalah sebesar 899.709 dan pada bank
konvensional adalah sebesar 3.285.645.
Rata-rata deposito bank konvensional adalah 22.703.605 dan bank syariah adalah
6.817.475. Perkembangan DTE bank konvensional dan bank syariah dapat dilihat pada
Gambar 4.5.
Hasil yang menunjukkan bahwa rasio FAA dan OBSIA dapat membedakan bank
konvensional dan syariah sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khediri,
Charfeddine, dan Youssef (2014). Rasio struktur aset pada bank konvensional menunjukkan
nilai yang positif pada FAA dan OBSIA. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rasio FAA dan
OBSIA pada bank konvensional lebih besar daripada bank syariah.
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
15
Rata-rata nilai aset tetap bank konvensional adalah sebesar 612.458 dan pada bank
syariah sebesar 186.997. Rata-rata total aset pada bank konvensional adalah 30.184.238 dan
pada bank syariah sebesar 9.667.048. Hal ini menandakan bahwa dilihat dari struktur aset,
bank konvensional memiliki aset tetap yang lebih besar dibandingkan bank syariah.
Begitu pula jika dilihat dari rasio OBSIA. Rata-rata off balance sheet bank
konvensional sebesar 8.801.763 dan pada bank syariah sebesar 3.054.459. Hal ini
menandakan bahwa dilihat dari struktur aset, bank konvensional memiliki off balance sheet
yang lebih besar dibandingkan bank syariah.
Selain dilihat dari rata-rata, size perbankan juga mempengaruhi FAA dan OBSIA. Bank
konvensional sama-sama mengalami kenaikan aset dari tahun 2008 sampai tahun 2013,
namun pertumbuhan total aset bank konvensional lebih besar dari bank syariah.
Kesimpulan dan Saran
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah rasio keuangan dapat menjadi
pembeda antara bank konvensional dan bank syariah di Indonesia dan untuk perbandingan
antara bank konvensional dan bank syariah di Indonesia dari profitabilitas, likuiditas, risiko
kredit, insolvency risk, struktur aset.
Terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional dilihat dari sisi profitabilitas.
Hal ini ditunjukkan oleh rasio ROA. ROA yang bernilai lebih besar terdapat pada bank
konvensional, hal ini berarti dari sisi profitabilitas yang ditunjukkan oleh ROA, profitabilitas
bank konvensional lebih baik daripada bank syariah. Perbedaan antara kedua jenis bank
tersebut yang dilihat dari rasio profitabilitas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Iqbal (2001), Abedifar et al (2013), dan Olson dan Zoubi (2008).
Terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional dilihat dari rasio likuiditas.
Hal ini ditunjukkan oleh rasio CTD dan LTD. CTD dan LTD yang bernilai lebih besar
terdapat pada bank konvensional, hal ini berarti dari sisi likuiditas yang ditunjukkan oleh
CTD dan LTD, likuiditas bank konvensional lebih baik daripada bank syariah. Perbedaan
antara kedua jenis bank tersebut yang dilihat dari likuiditas sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014).
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
16
Terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional dilihat dari sisi risiko kredit.
Hal ini ditunjukkan oleh rasio LLR, NPL. LLR yang bernilai lebih besar terdapat pada bank
konvensional, hal ini berarti dari sisi risiko kredit yang ditunjukkan oleh LLR, risiko kredit
bank konvensional lebih tinggi daripada bank syariah. Sedangkan untuk nilai NPL yang lebih
besar terdapat pada bank syariah yang berarti bahwa risiko kredit pada bank syariah lebih
tinggi daripada bank konvensional. Perbedaan antara kedua jenis bank tersebut yang dilihat
dari rasio risiko kredit sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khediri, Charfeddine,
dan Youssef (2014), Abedifar et al (2013), dan Beck et al (2013).
Terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional dilihat dari sisi insolvency
risk. Hal ini ditunjukkan oleh rasio DA, DTA dan DTE. DTA yang bernilai lebih besar
terdapat pada bank konvensional, hal ini berarti dari sisi insolvency risk yang ditunjukkan
oleh DTA, insolvency risk bank konvensional lebih tinggi daripada bank syariah. Sedangkan
untuk nilai DA dan DTE yang lebih besar terdapat pada bank syariah, hal ini berarti dari sisi
insolvency risk yang ditunjukkan oleh DA dan DTE, insolvency risk bank syariah lebih tinggi
daripada bank konvensional. Perbedaan antara bank syariah dan konvensional dilihat dari
rasio insolvency risk ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khediri, Charfeddine,
dan Youssef (2014) dan Abedifar et al (2013).
Terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional dilihat dari rasio aset
struktur. Hal ini ditunjukkan oleh rasio FAA dan OBSIA. FAA dan OBSIA yang bernilai
lebih besar terdapat pada bank konvensional, hal ini berarti dari sisi aset struktur yang
ditunjukkan oleh FAA dan OBSIA bank konvensional lebih banyak memiliki aset pada aset
tetap dan off balance sheet items daripada bank syariah.
Penelitian selanjutnya diharapan dapat menambahkan rasio-rasio lain yang umum
digunakan dalam membedakan performa bank, seperti NIM, CAR, atau dengan
menggunakan CAMEL. Penelitian selanjutnya juga bisa menambah aspek mengenai kegiatan
bank dalam kegiatan sosial, seperti zakat, dan kredit kepada UMKM.
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
17
Sumber Referensi
Abedifar, Pejman., Molyneux, Philip., Tarazi, Amine. 2013. Risk in Islamic Banking. Oxford University Press.
Bank Indonesia. 2012. Laporan Pengawasan Perbankan.
Bank Indonesia. 2012. Booklet Perbankan Indonesia.
Beck, Thorsten., Demirguc-Kunt, Asli., Merrouche, Ouarda. 2012. Islamic vs. Conventional Banking: Business Model, Efficiency, and Stability. Journal of Banking and Finance. Vol 37 (2013) pp. 433-447.
Ben Khediri , Karim., Charfeddine , Lanouar., and Ben Youssef , Slah. 2014. Islamic Versus Conventional Banks in The GCC Countries: A Comparative Study using Classification Techniques. Research In International Business and Finance. Vol 33 (2015) pp. 75-98.
Brooks, Chris (2008). Introductory Econometrics for Finance (2nd Edition).
Cambridge: Cambridge University Press.
DCIBF. 2014. Islamic Banking Growth, Efficiency and Stability. DCIBF Annual Report
EViews 6 User’s Guide II. 2007. United States of America.
Gujarati, N D., Porter, D C. 2009. Basic Econometrics (5th edition). Mc Graww Hill.
Hidayat, Mohamad. 2010. An Introduction to The Sharia Economic. Jakarta. Zikrul.
Hou , Xiaohui., Wang, Qing., Li, Cheng. 2014. Role of Off-Balance Sheet Operations on Bank Scale Economies: Evidence From China's Banking Sector. Emerging Market Review.
Islamic Financial Services Industry Stability Report, 2013
Manurung M, dan Pratama R. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter. Jakarta. Lembaga Penerbit FEUI.
Marcella. 2009. Analisis Perbandingan Kinerja Bank Konvensional dan Bank Syariah dengan Menggunakan Metode Rasio Keuangan Periode 2005-2008. Depok. Universitas Indonesia.
Maulana, Erwin Rizqi. 2008. Dampak Kredit Mikro Terhadap Kemiskinan : Studi Kasus LPP UMKM Kabupaten Tangerang. Depok. Universitas Indonesia.
Nabila, Aulia. 2014. Pengaruh Kemiskinan Terhadap Migrasi di Indonesia : Analisis Data Sakerti Tahun 2000 dan 2007. Depok. Universitas Indonesia.
Nugraha, Farid. 2010. Analisis Perbandingan Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Pembangunan Daerah dan Bank Nasional Selain Bank Pembangunan Daerah di
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015
18
Indonesia Menggunakan Metode Regresi Logistik Pada Tahun 2007. Depok. Universitas Indonesia.
Olson, Dennis., Zoubi, Taisier A. 2008. Using Accounting ratios to Distinguish Between Islamic and Conventional Banks in the GCC Region. Islamic Economic Studies.
Siamat, D. (2005). Manajemen lembaga keuangan : Kebijakan moneter dan perbankan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Soon Chong, Beng., Liu, Ming-Hua. 2009. Islamic Banking : Interest-Free or Interest-Based?. Pacific-Basin Finance Journal. Vol 17 (2009) pp. 125-144.
Turk Arris, Rima. 2010. Competitive Conditions in Islamic and Conventional Banking: A Global Perspective. Review of Financial Economics. Vol 19 (2010) pp. 101-108.
Wirdaningsih, Yulia. 2014. Pengaruh Keberadaan Bank Asing dengan Aggregate dan Dissagregate Measures terhadap Kinerja Bank Domestik Indonesia Periode 2004-2012. Depok. Universitas Indonesia.
Power Point Presentasi oleh Ade Fauzan pada saat Kuliah Tamu Penganggaran Modal dan Keuangan Proyek di FEUI (4 Desember 2014)
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
http://news.unpad.ac.id/?p=14515
http://www.syariahmandiri.co.id/2011/04/2015-pangsa-pasar-bank-syariah-di-atas-5/
http://finansial.bisnis.com/read/20150301/90/407633/npf-bank-syariah-masih-lebih-tinggi-dari-npl-bank-konvensional
http://www.dream.co.id/dinar/basel-iii-bakal-perkuat-likuiditas-perbankan-syariah-150407e.html
http://mysharing.co/repo-syariah-jadi-alternatif-solusi-likuiditas-bank-syariah/
Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015