kinerja, risiko, dan sistem bank konvensional dan bank

18
1 Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia Atina Hasanah Sarjono 1 dan Liyu Adhi Kasari Sulung 2 Department of Management, Faculty of Economics and Business, Universitas Indonesia, Jl. Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Depok, 16424, Indonesia Email: 1 [email protected] dan 2 [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah di Indonesia dengan menggunakan ukuran kinerja, risiko, dan sistem bank. Kelompok ukuran kinerja yang digunakan adalah rasio profitabilitas dan rasio likuiditas. Ukuran risiko yang digunakan adalah risiko kredit dan insolvency risk. Ukuran sistem yang digunakan adalah rasio struktur aset dan sistem operasional. Metode yang digunakan adalah regresi logistik. Peneliti menemukan bahwa terdapat perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah dilihat dari rasio keuangan. Bank konvensional memiliki nilai rasio yang lebih besar pada rasio ROA, CTD, LLR, LTD, DTA, FAA dan OBSIA. Sedangkan bank syariah memiliki nilai rasio yang lebih besar pada rasio NPL dan DTE. Kata kunci : Bank konvensional, bank syariah, rasio keuangan, regresi logistik. Performance, Risk, and System of Conventional Banking and Islamic Banking in Indonesia Abstract This study aims to determine the difference between conventional banks and Islamic banks in Indonesia by using performance indicators, risk indicators, and system. Performance indicators used are the ratio of profitability and liquidity ratio. Risk indicators used are credit risk and insolvency risk. System indcators used are the ratio of asset structure and operational system. The method used is logistic regression. Researchers found that there is a difference between conventional banks and Islamic banks seen from the financial ratios. Conventional banks have greater value on ROA, CTD, LLR, LTD, DTA, FAA and OBSIA. While Islamic banks have greater value in NPL and DTE. Key words : Conventional bank, Islamic bank, performance, risk, system, logistic regression Pendahuluan Industri keuangan syariah di dunia sedang mengalami pertumbuhan yang baik, khususnya di beberapa negara. Sampel dari 50 bank syariah dari 11 negara menunjukkan pertumbuhan asset yang signifikan selama beberapa tahun terakhir. Nilai total asset dari industri bank syariah tersebut telah mencapai USD 441,4 miliar pada akhir tahun 2011 atau 63,9% dari estimasi total asset bank di tahun tersebut (Islamic Financial Services Industry Stability Report, 2013). Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

1    

Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

Atina Hasanah Sarjono1 dan Liyu Adhi Kasari Sulung2

Department of Management, Faculty of Economics and Business, Universitas Indonesia, Jl. Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Depok, 16424, Indonesia

Email: [email protected] [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah di Indonesia dengan menggunakan ukuran kinerja, risiko, dan sistem bank. Kelompok ukuran kinerja yang digunakan adalah rasio profitabilitas dan rasio likuiditas. Ukuran risiko yang digunakan adalah risiko kredit dan insolvency risk. Ukuran sistem yang digunakan adalah rasio struktur aset dan sistem operasional. Metode yang digunakan adalah regresi logistik. Peneliti menemukan bahwa terdapat perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah dilihat dari rasio keuangan. Bank konvensional memiliki nilai rasio yang lebih besar pada rasio ROA, CTD, LLR, LTD, DTA, FAA dan OBSIA. Sedangkan bank syariah memiliki nilai rasio yang lebih besar pada rasio NPL dan DTE.

Kata kunci :

Bank konvensional, bank syariah, rasio keuangan, regresi logistik.

Performance, Risk, and System of Conventional Banking and Islamic Banking in Indonesia

Abstract

This study aims to determine the difference between conventional banks and Islamic banks in Indonesia by using performance indicators, risk indicators, and system. Performance indicators used are the ratio of profitability and liquidity ratio. Risk indicators used are credit risk and insolvency risk. System indcators used are the ratio of asset structure and operational system. The method used is logistic regression. Researchers found that there is a difference between conventional banks and Islamic banks seen from the financial ratios. Conventional banks have greater value on ROA, CTD, LLR, LTD, DTA, FAA and OBSIA. While Islamic banks have greater value in NPL and DTE.

Key words :

Conventional bank, Islamic bank, performance, risk, system, logistic regression

Pendahuluan

Industri keuangan syariah di dunia sedang mengalami pertumbuhan yang baik,

khususnya di beberapa negara. Sampel dari 50 bank syariah dari 11 negara menunjukkan

pertumbuhan asset yang signifikan selama beberapa tahun terakhir. Nilai total asset dari

industri bank syariah tersebut telah mencapai USD 441,4 miliar pada akhir tahun 2011 atau

63,9% dari estimasi total asset bank di tahun tersebut (Islamic Financial Services Industry

Stability Report, 2013).

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 2: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

2    

Pada lingkup regional Asia bagian Selatan dan Tenggara, pertumbuhan aset bank

syariah juga terlihat meningkat sebesar 12,5% pada tahun 2013 (DCIBF annual report,

2014). Lebih lanjut, pada lingkup yang lebih sempit yaitu Indonesia, pertumbuhan aset

perbankan syariah dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan. Kenaikan peningkatan

aset tersebut yaitu sebesar 213% untuk bank syariah, dan 129% untuk bank konvensional.

Sedangkan jika dilihat dari rata-rata persentase pertumbuhan, aset bank syariah mengalami

kenaikan sebesar 26% dan bank konvensional sebesar 18%.

Bank syariah menunjukkan persentase pertumbuhan aset yang lebih besar yaitu sebesar

22% dibanding bank konvensional, yaitu 16%. Hal ini juga terlihat dari kenaikan jumlah

Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang masing-masing mencapai

11 BUS dan 24 UUS pada akhir tahun 2013.

Berbeda dengan kenaikan pertumbuhan aset tersebut, rasio profitabilitas bank syariah

menunjukkan hasil yang fluktuatif terhadap bank konvensional. Perkembangan ROA dan

ROE (sebagai ukuran kinerja bank dari sisi profitabilitas) antara bank syariah dan bank

konvensional terlihat berlawanan. Pada saat bank syariah mengalami kenaikan, bank

konvensional mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya. ROA bank syariah menunjukkan

tren yang menurun dari tahun 2008 sampai tahun 2013. Sedangkan ROE bank syariah

mengalami tren yang fluktuatif setiap tahun.

Pada aspek insolvency risk perbankan, pemilihan rasio deposits to assets (DTA)

didasarkan pada hasil penelitian Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014). Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa DTA dapat membedakan bank syariah dan bank konvensional.

Perkembangan DTA pada bank syariah mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, sedangkan

bank konvensional mengalami fluktuasi dan terjadi penurunan di tahun 2013.

Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa antara bank konvensional dan bank syariah

memiliki perbedaan pertumbuhan dari sisi profitabilitas dan dari sisi insolvency risk. Hal ini

memunculkan beberapa pertanyaan, yaitu apakah ada perbedaan nilai rasio antara bank

konvensional dengan bank syariah di Indonesia? Dan variabel apa saja yang dapat

membedakan?

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, ada beberapa perbedaan nilai rasio antara bank

syariah dan bank konvensional.

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 3: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

3    

Pertama, dari sisi profitabilitas. Penelitian yang dilakukan oleh Khediri, Charfeddine,

dan Youssef (2014) menyatakan bahwa dari rasio profitabilitas tidak diketahui perbedaan

antara bank syariah dan bank konvensional. Sedangkan menurut Iqbal (2001), bank syariah

lebih baik dalam hal kapitalisasi dan lebih menguntungkan daripada bank konvensional.

Abedifar et al (2013) juga menyatakan bahwa bank syariah lebih baik dalam hal profitabilitas

dibandingkan bank konvensional.

Kedua, dari sisi likuiditas. Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014) menyatakan

bahwa dalam hal rasio likuiditas ada perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional.

Sedangkan menurut Olson dan Zoubi (2008) menyatakan bahwa rasio likuiditas tidak

membedakan bank syariah dan bank konvensional.

Ketiga, dilihat dari risiko kredit. Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014) menyatakan

bahwa dalam hal risiko kredit ada perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional

yang ditunjukkan oleh rasio LLR dan LTA. Abedifar et al (2013) menyatakan bahwa bank

syariah memiliki risiko kredit yang lebih rendah dibandingkan bank konvensional. Sedangkan

Beck et al (2013) menyatakan bahwa bank syariah memiliki risiko kredit yang lebih tinggi

dibandingkan bank konvensional.

Keempat, dilihat dari insolvency risk. Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014)

menyatakan bahwa dalam hal insolvency risk ada perbedaan antara bank syariah dan bank

konvensional yang ditunjukkan oleh rasio ETA dan DTA. Begitu pula menurut Abedifar et al

(2013) menyatakan bahwa bank syariah yang kecil lebih stabil dibandingkan bank

konvensional. Akan tetapi, Olson dan Zoubi (2008) menyatakan bahwa dari sisi insolvency

risk, tidak terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional.

Kelima, dilihat dari struktur aset. Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014)

menyatakan bahwa dalam hal struktur aset terdapat perbedaan antara bank syariah dan bank

konvensional ditunjukkan dari rasio FAA dan OBSIA.

Bank konvensional dan bank syariah memiliki perbedaan yang signifikan pada

pertumbuhan dari sisi profitabilitas dan dari sisi insolvency risk. Indikator yang digunakan

dalam melihat pertumbuhan dari sisi profitabilitas adalah ROA (Return on Assets), sedangkan

dari sisi insolvency risk dilihat dari CTD (Cash to Deposits). Hal ini menjadi latar belakang

peneliti untuk melihat apakah indikator lain seperti kinerja, sistem, dan risiko memiliki

perbedaan yang signifikan antara bank konvensional dan bank syariah di Indonesia.

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 4: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

4    

Oleh karena itu, berbekal dari penelitian-penelitian sebelumnya, ada beberapa hal yang

akan dibahas dalam penelitian ini. Pertama, apakah kinerja, sistem, dan risiko dapat menjadi

pembeda antara bank konvensional dan bank syariah di Indonesia. Kedua, variabel apa saja

yang dapat membedakan antara bank konvensional dan bank syariah di Indonesia dilihat dari

profitabilitas, likuiditas, risiko kredit, insolvency risk, dan struktur aset.

Studi Literatur

Bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan

prinsip konvensional. Bank konvensional terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank

Perkreditan Rakyat (Booklet perbankan Indonesia, 2013).

Kegiatan bank umum yang pertama yaitu menghimpun dana. Penghimpunan dana yang

dihimpun oleh bank adalah dalam bentuk giro, tabungan dan deposito berjangka dan sertifikat

deposito (Manurung dan Pratama, 2004).

Kegiatan bank umum yang kedua yaitu mengalokasikan dana ke masyarakat dalam

bentuk kredit. Kredit adalah penyediaan tagihan atau uang yang berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antarbank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam

untuk melunasi uangnya setelah jangka waktu tertentu dengan adanya pemberian bunga

(Manurung dan Pratama, 2004).

Kegiatan bank umum yang ketiga yaitu memberikan jasa-jasa lainnya. Jasa-jasa umum

lain yang ditawarkan oleh bank umum adalah transfer, letter of credit, kliring, menerima

setoran dan melakukan pembayaran.

Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip

syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (Booklet perbankan Indonesia, 2013).

Lembaga pertama yang menerapkan sistem syariah adalah Mit Ghamr Savings Bank di

Mesir pada tahun 1963. Bank syariah telah berkembang sangat pesat beberapa dasawarsa

terakhir, dilihat dari ukuran dan jumlah pemain. Bank syariah saat ini sudah diterapkan pada

lebih dari 50 negara di dunia. Negara Iran, Sudan, dan Pakistan, hanya bank syariah yang

dibolehkan beroperasi. Sedangkan Negara-negara seperti Banglades, Mesir, Indonesia,

Jordan dan Malaysia, Bank syariah tumbuh berdampingan dengan bank konvensional

(Chong dan Liu, 2009).

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 5: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

5    

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami pertumbuhan industri

keuangan syariah, khususnya perbankan syariah yang baik. Industri keuangan syariah di

Indonesia diawali dari berdirinya Baitut Tamwil Salman Bandung dan Koperasi Ridho Gusti

Jakarta pada tahun 1980. Dilanjutkan dengan berdirinya Bank syariah pertama di Indonesia,

yaitu Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1994. Sampai pada tahun 2007 terbentuk

Undang-Undang tentang bank syariah di Indonesia.

Kegiatan usaha bank syariah meliputi penghimpunan dana (funding), penyaluran dana

atau pembiayaan (financing), dan penyediaan jasa-jasa pelayanan perbankan (bank service).

Pertama, penghimpunan dana. Penghimpunan dana pada bank syariah adalah kegiatan

penarikan dana atau penghimpunan dana dari masyarakat. Penghimpunan dana dapat berupa

simpanan dan investasi yang berdasarkan prinsip syariah. Terdapat dua jenis simpanan dalam

kegiatan penghimpunan dana dengan prinsip syariah, yaitu simpanan yang mendapat imbalan

dan simpanan yang tidak mendapatkan imbalan.

Kedua, penyaluran dana atau pembiayaan. Bentuk penyaluran dana atau pembiayaan

yang dilakukan bank syariah secara garis besar dibedakan ke dalam 4 kelompok, yaitu prinsip

jual beli (bai’), prinsip sewa menyewa (ijarah), prinsip pinjam-meminjam berdasarkan akad

qard, dan prinsip bagi hasil.

Menurut Dahlan Siamat (2005), jasa-jasa yang diberikan bank syariah berdasarkan akad

dengan mendapatkan imbalan diantaranya adalah al-wakalah, hawalah, kafalah, dan rahn.

Tabel 1. menunjukkan perbedaan sistem bunga pada bank konvensional dan bagi hasil

pada bank syariah.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Khediri, Charfeddine, dan

Youssef (2014) dalam Islamic versus conventional banks in the GCC countries: A

comparative study using classification techniques. Namun, terdapat beberapa perbedaan,

yaitu data yang digunakan oleh Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014) adalah bank-bank

dari negara GCC yang memiliki bank syariah dan bank konvensional pada tahun 2002-2010

sebanyak 44 bank konvensional dan 18 bank syariah, sedangkan data yang peneliti gunakan

adalah 110 bank di Indonesia dengan rincian 11 bank syariah dan 99 bank.

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 6: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

6    

Tabel 1. Perbedaan Sistem Bunga dengan Prinsip Syariah

Pokok Perbedaan Sistem bunga Prinsip syariah

Dasar penentuan

bunga/imbalan

Tidak berdasarkan

keuntungan/kerugian

Berdasarkan

keuntungan/kerugian

Dasar perhitungan

bunga/imbalan

Presentase tertentu dari

pinjaman

Nisbah bagi hasil

berdasarkan keuntungan

yang diperoleh

Kewajiban membayar

bunga/imbalan

a. Tetap harus dibayar

meskipun usaha nasabah

mengalami kerugian

b. Besarnya pembayaran

bunga tetap

a. Imbalan dibayar bila

usaha nasabah untung.

Bila mengalami

kerugian, kerugian

ditanggung kedua pihak

b. Besarnya imbalan

disesuaikan keuntungan

Objek usaha yang

dibiayai

Tidak ada pembatasan jenis

usaha sepanjang bankable

Jenis usaha harus sesuai

syariah

Kedudukan sistem

bunga berdasarkan

prinsip syariah

Pengenaan bunga bersifat

haram

Pembayaran imbalan

berdasarkan prinsip bagi

hasil adalah halal Sumber : Dahlan Siamat (2005)

Analisis yang digunakan untuk menguji perbedaan bank syariah dan bank konvensional

adalah dengan metode regresi logistik. Variabel dependen pada regresi logistik merupakan

status bank, yaitu probabilitas munculnya bunga (y=1= bank konvensional, y=0= bank

syariah).

Model penelitiannya adalah sebagai berikut :

!"# !!!!

= ! + !!!! + !!!! + !!!! + !!!! + !!!! + !!!! + !!!! +            !!!! + !!!! +

!!"!!" + !!!!!! + !!"!!" + !!"!!" + !!" (1)

p : probabilitas

α : intercept

β : koefisien regresi

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 7: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

7    

Variabel independen dalam penelitian ini adalah rasio-rasio bank. Ada 14 rasio yang

digunakan menjadi variabel independen dalam penelitian ini. Rasio yang digunakan merujuk

pada penelitian yang dilakukan oleh Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014), yaitu Return

on Asset, Return on Equity, Cash to Assets, Cash to Deposits, Loan Loss Reserves to Gross

Loans, Non-Performing Loans to Gross Loans, Loans to Assets, Loans to Deposits, Debt to

Assets, Equity to Assets, Deposits to Assets, Deposits to Equity, Fixed Assets to Assets, dan

Off-Balance Sheet Items to Assets. Tabel 2. menunjukkan definisi variabel dan cara

perhitungan variabel.

Tabel 2. Definisi Variabel

Rumusan Hipotesis Penelitian

• Perbedaan bank syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi profitabilitas

Perbedaan dari sisi profitabilitas dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan rasio ROA dan ROE. Iqbal (2001) menyatakan bahwa terdapat

perbedaan pada profitabilitas bank syariah dan konvensional, yaitu bank syariah

lebih baik dalam profitabilitas dibandingkan bank konvensional. Abedifar et al

(2013) juga menyatakan demikian.

Variabel Sumbery Probabilitas munculnya bunga (1= bank konvensional,

0= bank syariah)Khediri, Charfeddine, dan Youssef(2014)

x1 ROA (Return on asset = net income/total asset) Laporan Publikasi Bank (OJK)x2 ROE (Return on equity = net income/total equity) Laporan Publikasi Bank (OJK)

x3 CTA (Cash to assets = cash/total assets) Laporan Publikasi Bank (OJK)x4 CTD (Cash to deposits = cash/total deposits) Laporan Publikasi Bank (OJK)x5 LTA (Loans to assets = loans/total assets) Laporan Publikasi Bank (OJK)x6 LTD (Loan to deposits = loan/total deposits) Laporan Publikasi Bank (OJK)

x7 LLR (Loan loss reserves to gross loans) Laporan Publikasi Bank (OJK)x8 NPL (Non-performing loans to gross loans) Laporan Publikasi Bank (OJK)

x9 DA (Debt to assets = total debt/total assets) Laporan Publikasi Bank (OJK)x10 ETA (Equity to assets = total equity/total assets) Laporan Publikasi Bank (OJK)x11 DTA (Deposits to assets = deposits/total assets) Laporan Publikasi Bank (OJK)x12 DTE (Deposits to equity = deposits/total equity) Laporan Publikasi Bank (OJK)

x13 FAA (Fixed assets to assets = fixed assets/totalassets)

Laporan Publikasi Bank (OJK)

x14 OBSIA (Off-balance sheet items to assets = off-balance sheet items/total assets)

Laporan Publikasi Bank (OJK)

Asset structure

Profitability

Liquidity

Credit risk

Insolvency risk

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 8: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

8    

Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Khediri, Charfeddine, dan Youssef

(2014) menyatakan bahwa dari rasio profitabilitas tidak diketahui perbedaan antara

bank syariah dan bank konvensional. Oleh karena itu, untuk null hypothesis diduga

tidak ada perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi

profitabilitas. Akan tetapi, untuk hipotesis H1a dan H1b dapat dilihat sebagai

berikut:

H1a : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari

rasio ROA

H1b : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari

rasio ROE

• Perbedaan bank syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi likuiditas.

Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014) dan Olson dan Zoubi (2008)

menyatakan bahwa rasio likuiditas tidak membedakan bank syariah dan bank

konvensional. Oleh karena itu, untuk null hypothesis diduga tidak ada perbedaan

antara bank syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi likuiditas. Akan tetapi,

untuk hipotesis H2a, H2b, H2c dan H2d dapat dilihat sebagai berikut :

H2a : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari

rasio CTA

H2b : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari

rasio CTD

H2c : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari

rasio LTA

H2d : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari

rasio LTD

• Perbedaan bank syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi risiko kredit.

Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014) menyatakan bahwa ada perbedaan

antara bank syariah dan konvensional dilihat dari sisi risiko kredit. Abedifar et al

(2013) menyatakan bahwa bank syariah memiliki risiko kredit yang lebih rendah

dibandingkan bank konvensional.

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 9: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

9    

Sedangkan Beck et al (2013) menyatakan bahwa bank syariah memiliki risiko

kredit yang lebih tinggi dibandingkan bank konvensional.

Oleh karena itu, untuk null hypothesis diduga tidak ada perbedaan antara bank

syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi risiko kredit. Sehingga, untuk

hipotesis risiko kredit tersebut adalah :

H3a : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari

rasio LLR

H3b : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari

rasio NPL

• Perbedaan bank syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi insolvency risk.

Olson dan Zoubi (2008) menyatakan bahwa dari sisi insolvency risk, tidak

terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional. Akan tetapi, Khediri,

Charfeddine, dan Youssef (2014) menyatakan bahwa dalam hal insolvency risk ada

perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional yang ditunjukkan oleh rasio

ETA dan DTA. Begitu juga menurut Abedifar et al (2013) yang menyatakan bahwa

bank syariah memiliki insolvency risk yang lebih stabil dibandingkan bank

konvensional.

Oleh karena itu, untuk null hypothesis diduga tidak ada perbedaan antara bank

syariah dan bank konvensional dilihat dari insolvency risk. Sehingga, untuk hipotesis

insolvency risk tersebut adalah :

H4a : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari

rasio DA

H4b : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari

rasio ETA

H4c : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari

rasio DTA

H4d : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari

rasio DTE

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 10: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

10    

• Perbedaan bank syariah dan bank konvensional dilihat dari sisi struktur aset.

Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014) menyatakan bahwa dalam hal

struktur aset terdapat perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional

ditunjukkan dari rasio FAA dan OBSIA.

Oleh karena itu, null hypothesis diduga tidak ada perbedaan antara bank

syariah dan bank konvensional dilihat dari struktur aset. Sehingga, untuk hipotesis

rasio struktur aset tersebut adalah :

H5a : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari

rasio FAA

H5b : terdapat perbedaan antara bank konvensional dengan bank syariah dilihat dari

rasio OBSIA

Hasil dan Pembahasan

Dari hasil regresi logistik pada Tabel 3., dapat dilihat bahwa ada beberapa variabel

yang signifikan dengan tingkat signifikansi α sebesar 5%. Variabel-variabel tersebut adalah

ROA, CTD, LLR, LTD, dan FAA. Sedangkan variabel yang signifikan dengan tingkat

signifikansi α sebesar 1% adalah NPL, DTA, DTE, dan OBSIA.

Rasio profitabilitas dapat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional

dilihat dari variabel ROA. Rasio likuiditas dapat membedakan antara bank syariah dan bank

konvensional dilihat dari variabel CTD dan LTD. Risiko kredit dapat membedakan antara

bank syariah dan bank konvensional dilihat dari variabel LLR dan NPL. Insolvency risk dapat

membedakan antara bank syariah dan bank konvensional dilihat dari variabel DTA, dan DTE.

Rasio struktur aset dapat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional dilihat dari

variabel FAA dan OBSIA.

Tanda positif atau negatif pada nilai koefisien variabel-variabel yang signifikan

memiliki makna. Tanda positif berarti variabel tersebut lebih besar nilainya pada bank

konvensional, sedangkan jika tandanya adalah negatif maka berarti variabel tersebut lebih

besar nilainya pada bank syariah (Olson dan Zoubi, 2008).

Oleh karena itu, variabel ROA, CTD, LLR, LTD, DTA, FAA dan OBSIA lebih besar

pada bank konvensional daripada bank syariah. Sedangkan untuk variabel NPL dan DTE

lebih besar pada bank syariah daripada bank konvensional.

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 11: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

11    

Tabel 3. Hasil Estimasi Koefisien dan p-value

Variable Coefficient Std. Error Prob.

C -9.4816 2.0545 0.0000 ROA 34.5638 13.4423 0.0101** ROE -1.6097 2.4433 0.5100 CTD 37.4446 17.3990 0.0314** LTA -4.0916 2.3474 0.0813 LTD 1.8870 0.7733 0.0147** LLR 52.1541 21.3466 0.0146** NPL -13.5313 4.8379 0.0052* DTA 16.1492 2.7999 0.0000* DTE -0.3007 0.0863 0.0005* FAA 25.5693 11.3187 0.0239**

OBSIA 19.3817 4.1818 0.0000*

McFadden ‘s R2 0.4277 LR statistic 165.2959

Prob(LR statistic) 0.0000* * signifikan pada α 5%

** signifikan pada α 1%

Sumber : Hasil olahan Eviews 6 oleh peneliti (2015)

Hasil signifikansi ROA menunjukkan adanya perbedaan antara bank konvensional dan

syariah di Indonesia dilihat dari sisi profitabilitas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Iqbal (2001) dan Olson dan Zoubi (2008). ROA bank konvensional

mengalami kenaikan, sedangkan bank syariah mengalami penurunan yang cukup tajam pada

tahun 2013.

Variabel ROA yang juga termasuk kedalam rasio profitabilitas menunjukkan hasil yang

signifikan karena komponen aset bank konvensional dan bank syariah memiliki perbedaan

pada pembiayaan kredit. Kredit pada bank syariah terdiri dari beberapa komponen, seperti

piutang murabahah, piutang salam, piutang istishna’, piutang qardh, dan pembiayaan,

sedangkan pada bank konvensional hanya kredit saja.

Persentase perkembangan ROA pada bank konvensional lebih baik dalam kenaikan

persentasenya walaupun terjadi penurunan sebelum tahun 2012. Sedangkan pada bank syariah

terjadi penurunan yang cukup banyak di tahun 2013 dan tahun-tahun sebelumnya. Variabel

ROA pada bank konvensional bertanda positif yang artinya profitabilitas bank konvensional

lebih baik dari bank syariah dilihat dari sisi ROA.

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 12: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

12    

Selain itu, jika dilihat dari struktur pendapatan pada bank konvensional dan bank

syariah, bank konvensional memiliki pendapatan yang lebih besar dibandingkan bank

syariah. Salah satu perbedaan yang terdapat pada pendapatan bank konvensional dan bank

syariah adalah pada pendapatan bunga. Bank syariah tidak memiliki pendapatan bunga

melainkan pendapatan bagi hasil.

Rata-rata pendapatan bunga pada bank konvensional adalah sebesar 77,06% dilihat dari

pendapatan operasional. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan operasional

bank konvensional berasal dari pendapatan bunga, sedangkan bank syariah berasal dari bagi

hasil yaitu sebesar 38,25%. Sehingga ROA bank konvensional lebih besar dibandingkan bank

syariah.

Perkembangan CTD pada bank syariah mengalami penurunan yang drastis pada tahun

2010, lalu mengalami kenaikan sampai tahun 2013. Sedangkan bank konvensional

mengalami fluktuasi walaupun tidak secara drastis mengalami kenaikan atau penurunan.

Variabel CTD yang menunjukkan rasio likuiditas pada bank konvensional bertanda positif

yang berarti rasio likuiditas pada bank konvensional dilihat dari rasio CTD lebih tinggi dari

bank syariah. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata kas pada bank konvensional yang lebih besar

dibandingkan dengan bank syariah, begitu juga dengan rata-rata deposito. Rata-rata kas bank

konvensional adalah 639.188, dan 155.031 untuk bank syariah. Rata-rata deposito bank

konvensional adalah 22.703.605 dan bank syariah adalah 6.817.475. Kas dan deposito adalah

dua variabel yang digunakan untuk mengukur likuiditas pada rasio CTD, sehingga besar

kedua variabel ini sangat mempengaruhi hasil dari rasio CTD.

Rasio LTD terdiri dari variabel kredit dan deposito. Rasio LTD yang lebih besar

terdapat pada bank konvensional. Hal ini berarti, likuiditas bank syariah lebih rendah

dibandingkan dengan bank konvensional yang disebabkan oleh dana pihak ketiga pada bank

syariah masih rendah. Dana pihak ketiga mengalami pertumbuhan yang lambat disebabkan

karena bagi hasil yang rendah dan sektor riil yang melambat (Ismal, 2015). Jika dilihat dari

nilai rata-rata kredit dan deposito, bank konvensional memiliki rata-rata yang lebih besar

pada dua variabel tersebut. Rata-rata kredit pada bank konvensional adalah sebesar

18.500.922 dan bank syariah sebesar 6.468.616. Rata-rata deposito bank konvensional adalah

22.703.605 dan bank syariah adalah 6.817.475. Rata-rata kedua variabel pada bank

konvensional hampir tiga kali lipat dari bank syariah.

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 13: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

13    

Sumber dana likuid pada bank syariah saat ini kebanyakan berasal dari aset dengan

profitabilitas rendah, seperti uang tunai dan deposito bank sentral. Padahal bank syariah

membutuhkan high quality liquid asset (HQLA) agar dapat memenuhi likuiditasnya. HQLA

yaitu aset yang memiliki korelasi rendah dengan aset berisiko, pasar aktif dan cukup besar,

dan memiliki volatilitas yang rendah. (Islamic Finance Services Board, 2014)

Risiko kredit bank konvensional yang ditunjukkan oleh rasio LLR bernilai positif yang

berarti bahwa bank konvensional memiliki risiko kredit yang lebih tinggi daripada bank

syariah. Hasil yang menunjukkan bahwa rasio LLR dapat membedakan bank konvensional

dan syariah sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khediri, Charfeddine, dan Youssef

(2014).

Rasio LLR terdiri dari variabel loan loss reserves dan kredit. Pada bank konvensional,

rata-rata loan loss reserves adalah 502.906 dan pada bank syariah sebesar 75.059. Sedangkan

untuk rata-rata kredit pada bank konvensional adalah 18.500.922 dan pada bank syariah

sebesar 6.468.616. Jika dilihat dari variabel loan loss reserves dan kredit, maka nilai rata-rata

kedua variabel tersebut lebih besar pada bank konvensional sehingga nilai rasio LLR pada

bank konvensional lebih besar daripada bank syariah. Jika dilihat dari nilai rata-rata rasio

LLR, bank syariah hanya memiliki rasio LLR sebesar 0.0096 sedangkan bank konvensional

sebesar 0.0191. Hasil rasio LLR menandakan bahwa bank konvensional memiliki kredit yang

besar, sehingga memerlukan loan loss reserves yang besar juga.

Hasil yang menunjukkan bahwa rasio NPL dapat membedakan bank konvensional dan

syariah sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Beck et al (2013). Rasio NPL yang

bernilai negatif berarti bahwa NPL bank syariah lebih buruk daripada bank konvensional.

Perkembangan NPL bank konvensional dan syariah dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Walaupun bank konvensional dan bank syariah sama-sama mengalami fluktuasi, namun

kurva NPL bank syariah berada di atas bank konvensional. Jika dilihat dari rata-rata kredit

macet, bank konvensional memiliki rata-rata kredit macet sebesar 182.874 dan pada bank

syariah sebesar 216.334. Sedangkan rata-rata kredit pada bank konvensional adalah sebesar

18.500.922 dan bank syariah sebesar 6.468.616.

Rata-rata kredit macet pada bank syariah dan konvensional memiliki perbedaan yang

kecil, padahal rata-rata kredit bank konvensional hampir tiga kali lipat bank syariah. Hal ini

menunjukkan bahwa kredit macet pada bank syariah dalam keadaan kurang baik jika

dibandingkan dengan bank konvensional.

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 14: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

14    

Kredit macet pada bank syariah lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional

dikarenakan bank syariah banyak melakukan penyaluran pembiayaan kepada UMKM. Rata-

rata penyaluran kredit kepada UMKM oleh bank syariah adalah sebesar 54,35%, sedangkan

pada bank konvensional sebesar 47,85%. Namun, karena kondisi ekonomi yang sedang tidak

stabil, seperti terjadi kenaikan harga, maka hal ini mempengaruhi performa dari UMKM.

Sehingga, menimbulkan kredit macet pada bank syariah (Salmon, 2015).

Nilai insolvency risk pada bank konvensional lebih besar dibanding bank syariah dilihat

pada rasio DTA. Hasil yang menunjukkan bahwa rasio DTA dapat membedakan bank

konvensional dan syariah sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khediri,

Charfeddine, dan Youssef (2014).

Jika dilihat dari persentase perkembangan DTA, bank syariah menunjukkan

perkembangan yang positif walaupun terjadi penurunan pada tahun 2011. Sedangkan bank

konvensional mengalami perkembangan yang negatif di tahun 2010, 2012, dan tahun 2013.

Rasio DTA terdiri dari deposito dan total aset. Rata-rata deposito bank konvensional adalah

22.703.605 dan bank syariah adalah 6.817.475. Sedangkan rata-rata total aset pada bank

konvensional adalah 30.184.238 dan pada bank syariah sebesar 9.667.048. Hal ini

menunjukkan bahwa insolvency risk bank konvensional besar karena memiliki deposito yang

besar juga.

Sedangkan rasio DTE yang lebih besar terdapat pada bank syariah yang berarti bahwa

insolvency risk bank syariah yang dilihat dari DTE lebih tinggi pada bank syariah daripada

bank konvensional. Berbeda dengan rasio DTA, rasio DTE dipengaruhi oleh deposito dan

ekuitas. Rata-rata ekuitas pada bank syariah adalah sebesar 899.709 dan pada bank

konvensional adalah sebesar 3.285.645.

Rata-rata deposito bank konvensional adalah 22.703.605 dan bank syariah adalah

6.817.475. Perkembangan DTE bank konvensional dan bank syariah dapat dilihat pada

Gambar 4.5.

Hasil yang menunjukkan bahwa rasio FAA dan OBSIA dapat membedakan bank

konvensional dan syariah sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khediri,

Charfeddine, dan Youssef (2014). Rasio struktur aset pada bank konvensional menunjukkan

nilai yang positif pada FAA dan OBSIA. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rasio FAA dan

OBSIA pada bank konvensional lebih besar daripada bank syariah.

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 15: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

15    

Rata-rata nilai aset tetap bank konvensional adalah sebesar 612.458 dan pada bank

syariah sebesar 186.997. Rata-rata total aset pada bank konvensional adalah 30.184.238 dan

pada bank syariah sebesar 9.667.048. Hal ini menandakan bahwa dilihat dari struktur aset,

bank konvensional memiliki aset tetap yang lebih besar dibandingkan bank syariah.

Begitu pula jika dilihat dari rasio OBSIA. Rata-rata off balance sheet bank

konvensional sebesar 8.801.763 dan pada bank syariah sebesar 3.054.459. Hal ini

menandakan bahwa dilihat dari struktur aset, bank konvensional memiliki off balance sheet

yang lebih besar dibandingkan bank syariah.

Selain dilihat dari rata-rata, size perbankan juga mempengaruhi FAA dan OBSIA. Bank

konvensional sama-sama mengalami kenaikan aset dari tahun 2008 sampai tahun 2013,

namun pertumbuhan total aset bank konvensional lebih besar dari bank syariah.

Kesimpulan dan Saran

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah rasio keuangan dapat menjadi

pembeda antara bank konvensional dan bank syariah di Indonesia dan untuk perbandingan

antara bank konvensional dan bank syariah di Indonesia dari profitabilitas, likuiditas, risiko

kredit, insolvency risk, struktur aset.

Terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional dilihat dari sisi profitabilitas.

Hal ini ditunjukkan oleh rasio ROA. ROA yang bernilai lebih besar terdapat pada bank

konvensional, hal ini berarti dari sisi profitabilitas yang ditunjukkan oleh ROA, profitabilitas

bank konvensional lebih baik daripada bank syariah. Perbedaan antara kedua jenis bank

tersebut yang dilihat dari rasio profitabilitas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Iqbal (2001), Abedifar et al (2013), dan Olson dan Zoubi (2008).

Terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional dilihat dari rasio likuiditas.

Hal ini ditunjukkan oleh rasio CTD dan LTD. CTD dan LTD yang bernilai lebih besar

terdapat pada bank konvensional, hal ini berarti dari sisi likuiditas yang ditunjukkan oleh

CTD dan LTD, likuiditas bank konvensional lebih baik daripada bank syariah. Perbedaan

antara kedua jenis bank tersebut yang dilihat dari likuiditas sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Khediri, Charfeddine, dan Youssef (2014).

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 16: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

16    

Terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional dilihat dari sisi risiko kredit.

Hal ini ditunjukkan oleh rasio LLR, NPL. LLR yang bernilai lebih besar terdapat pada bank

konvensional, hal ini berarti dari sisi risiko kredit yang ditunjukkan oleh LLR, risiko kredit

bank konvensional lebih tinggi daripada bank syariah. Sedangkan untuk nilai NPL yang lebih

besar terdapat pada bank syariah yang berarti bahwa risiko kredit pada bank syariah lebih

tinggi daripada bank konvensional. Perbedaan antara kedua jenis bank tersebut yang dilihat

dari rasio risiko kredit sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khediri, Charfeddine,

dan Youssef (2014), Abedifar et al (2013), dan Beck et al (2013).

Terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional dilihat dari sisi insolvency

risk. Hal ini ditunjukkan oleh rasio DA, DTA dan DTE. DTA yang bernilai lebih besar

terdapat pada bank konvensional, hal ini berarti dari sisi insolvency risk yang ditunjukkan

oleh DTA, insolvency risk bank konvensional lebih tinggi daripada bank syariah. Sedangkan

untuk nilai DA dan DTE yang lebih besar terdapat pada bank syariah, hal ini berarti dari sisi

insolvency risk yang ditunjukkan oleh DA dan DTE, insolvency risk bank syariah lebih tinggi

daripada bank konvensional. Perbedaan antara bank syariah dan konvensional dilihat dari

rasio insolvency risk ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khediri, Charfeddine,

dan Youssef (2014) dan Abedifar et al (2013).

Terdapat perbedaan antara bank syariah dan konvensional dilihat dari rasio aset

struktur. Hal ini ditunjukkan oleh rasio FAA dan OBSIA. FAA dan OBSIA yang bernilai

lebih besar terdapat pada bank konvensional, hal ini berarti dari sisi aset struktur yang

ditunjukkan oleh FAA dan OBSIA bank konvensional lebih banyak memiliki aset pada aset

tetap dan off balance sheet items daripada bank syariah.

Penelitian selanjutnya diharapan dapat menambahkan rasio-rasio lain yang umum

digunakan dalam membedakan performa bank, seperti NIM, CAR, atau dengan

menggunakan CAMEL. Penelitian selanjutnya juga bisa menambah aspek mengenai kegiatan

bank dalam kegiatan sosial, seperti zakat, dan kredit kepada UMKM.

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 17: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

17    

Sumber Referensi

Abedifar, Pejman., Molyneux, Philip., Tarazi, Amine. 2013. Risk in Islamic Banking. Oxford University Press.

Bank Indonesia. 2012. Laporan Pengawasan Perbankan.

Bank Indonesia. 2012. Booklet Perbankan Indonesia.

Beck, Thorsten., Demirguc-Kunt, Asli., Merrouche, Ouarda. 2012. Islamic vs. Conventional Banking: Business Model, Efficiency, and Stability. Journal of Banking and Finance. Vol 37 (2013) pp. 433-447.

Ben Khediri , Karim., Charfeddine , Lanouar., and Ben Youssef , Slah. 2014. Islamic Versus Conventional Banks in The GCC Countries: A Comparative Study using Classification Techniques. Research In International Business and Finance. Vol 33 (2015) pp. 75-98.

Brooks, Chris (2008). Introductory Econometrics for Finance (2nd Edition).

Cambridge: Cambridge University Press.

DCIBF. 2014. Islamic Banking Growth, Efficiency and Stability. DCIBF Annual Report

EViews 6 User’s Guide II. 2007. United States of America.

Gujarati, N D., Porter, D C. 2009. Basic Econometrics (5th edition). Mc Graww Hill.

Hidayat, Mohamad. 2010. An Introduction to The Sharia Economic. Jakarta. Zikrul.

Hou , Xiaohui., Wang, Qing., Li, Cheng. 2014. Role of Off-Balance Sheet Operations on Bank Scale Economies: Evidence From China's Banking Sector. Emerging Market Review.

Islamic Financial Services Industry Stability Report, 2013

Manurung M, dan Pratama R. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter. Jakarta. Lembaga Penerbit FEUI.

Marcella. 2009. Analisis Perbandingan Kinerja Bank Konvensional dan Bank Syariah dengan Menggunakan Metode Rasio Keuangan Periode 2005-2008. Depok. Universitas Indonesia.

Maulana, Erwin Rizqi. 2008. Dampak Kredit Mikro Terhadap Kemiskinan : Studi Kasus LPP UMKM Kabupaten Tangerang. Depok. Universitas Indonesia.

Nabila, Aulia. 2014. Pengaruh Kemiskinan Terhadap Migrasi di Indonesia : Analisis Data Sakerti Tahun 2000 dan 2007. Depok. Universitas Indonesia.

Nugraha, Farid. 2010. Analisis Perbandingan Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Pembangunan Daerah dan Bank Nasional Selain Bank Pembangunan Daerah di

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015

Page 18: Kinerja, Risiko, dan Sistem Bank Konvensional dan Bank

18    

Indonesia Menggunakan Metode Regresi Logistik Pada Tahun 2007. Depok. Universitas Indonesia.

Olson, Dennis., Zoubi, Taisier A. 2008. Using Accounting ratios to Distinguish Between Islamic and Conventional Banks in the GCC Region. Islamic Economic Studies.

Siamat, D. (2005). Manajemen lembaga keuangan : Kebijakan moneter dan perbankan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Soon Chong, Beng., Liu, Ming-Hua. 2009. Islamic Banking : Interest-Free or Interest-Based?. Pacific-Basin Finance Journal. Vol 17 (2009) pp. 125-144.

Turk Arris, Rima. 2010. Competitive Conditions in Islamic and Conventional Banking: A Global Perspective. Review of Financial Economics. Vol 19 (2010) pp. 101-108.

Wirdaningsih, Yulia. 2014. Pengaruh Keberadaan Bank Asing dengan Aggregate dan Dissagregate Measures terhadap Kinerja Bank Domestik Indonesia Periode 2004-2012. Depok. Universitas Indonesia.

Power Point Presentasi oleh Ade Fauzan pada saat Kuliah Tamu Penganggaran Modal dan Keuangan Proyek di FEUI (4 Desember 2014)

www.bi.go.id

www.ojk.go.id

http://news.unpad.ac.id/?p=14515

http://www.syariahmandiri.co.id/2011/04/2015-pangsa-pasar-bank-syariah-di-atas-5/

http://finansial.bisnis.com/read/20150301/90/407633/npf-bank-syariah-masih-lebih-tinggi-dari-npl-bank-konvensional

http://www.dream.co.id/dinar/basel-iii-bakal-perkuat-likuiditas-perbankan-syariah-150407e.html

http://mysharing.co/repo-syariah-jadi-alternatif-solusi-likuiditas-bank-syariah/  

 

Kinerja risiko..., Atina Hasanah Sarjono, FEB UI, 2015