kinerja anggota kelompok tani nanas (ananas comosus …digilib.unila.ac.id/25136/2/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
KINERJA ANGGOTA KELOMPOK TANI NANAS (Ananas comosus)DALAM PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGURKABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(SKRIPSI)
Oleh
JURUSAN AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2016
Ganefo Valwigo Agus
ABSTRAK
KINERJA ANGGOTA KELOMPOK TANI NANAS (Ananas comosus) DALAMPENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGURKABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
Ganefo Valwigo Agus, Kordiyana K Rangga, dan Begem Viantimala
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: 1) kinerja anggotakelompok tani nanas, 2) tingkat pendapatan rumah tangga anggota kelompok taninanas, 3) Tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas,dan 4) hubungan kinerja anggota kelompok tani nanas dengan tingkat ketahananpangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas. Penelitian dilakukan di DesaAstomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, dilaksanakan daribulan Oktober 2015 sampai dengan bulan Maret 2016. Metode penelitian yangdigunakan adalah metode survei dengan pendekatan kuantitatif. Responden adalahanggota kelompok tani nanas yang berjumlah 77 orang dan tersebar dalam 11kelompok tani, penentuan sampel ditetapkan dengan menggunakan teknik alokasiproporsional random sampling. Pengumpulan data dilakukan denganmenggunakan dua teknik yaitu: wawancara dan observasi. Hasil penelitianmenunjukkan: 1) kinerja anggota kelompok tani nanas di Desa AstomulyoKecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah berada pada klasifikasi tinggi,2) pendapatan rumah tangga anggota kelompok tani nanas rata-rata sebesarRp66.597.177,00 per tahun, 3) tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggotakelompok tani nanas secara objektif maupun subjektif berada pada klasifikasitinggi, dan 4) terdapat hubungan signifikan antara kinerja anggota kelompok taninanas dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok taninanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.
Kata kunci: kelompok tani, ketahanan pangan, kinerja, pendapatan
ABSTRACT
PERFORMANCE OF PINEAPPLE (Ananas Comosus) FARMER GROUPFOR THE ACHIEVEMENTS OF HOUSEHOLD FOOD SECURITY
IN ASTOMULYO VILLAGE PUNGGUR SUBDISTRICTLAMPUNG TENGAH DISTRICT
By
Ganefo Valwigo Agus, Kordiyana K Rangga, dan Begem Viantimala
This research aims to identify and analyze: 1) the performance members ofpineapple farmer groups, 2) the household revenue level of members pineapplefarmer groups, 3) The household food security level of members pineapple farmergroups, and 4) the correlation of performance members of pineapple farmergroups with household food security level of members pineapple farmer groups.This research was conducted on the Astomulyo village, Punggur subdistrict,Lampung Tengah disrtrict, from Desember 2015 until March 2016. The researchused survey method using a quantitative approach. Respondents were members ofpineapple farmer groups, amounted to 77 people and spread of 11 farmer groups,the samples were determined using allocation proportional random samplingtechnique. The data collection was done by interviews and observation. Theresults show that: 1) the performance members of pineapple farmer groups onAstomulyo village, Punggur subdistrict, Lampung Tengah district had a highclassification, 2) the household revenue of pineapple farmer groups areRp66.597.177,00 per year, 3) the household food security level of pineapplefarmer group in objective and subjective are at a high classification, and 4) therewere significantly correlation between the performance members of pineapplefarmer group with the household food security level of members pineapple farmergroups.
Key words: farmer group, food security, performance, revenue
KINERJA ANGGOTA KELOMPOK TANI NANAS (Ananas comosus)DALAM PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA
DI DESA ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGURKABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
Ganefo Valwigo Agus
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIANpada
Jurusan AgribisnisFakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung 16 September
1993, anak tunggal dari pasangan Bapak Yufalezi Agus
dan Ibu Sriwati. Penulis menyelesaikan studi pada
tingkat Sekolah Dasar di SD Al-Kautsar tahun 2006,
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 19 Bandar
Lampung tahun 2009, Sekolah Mengah Atas di SMA
Negeri 3 Bandar Lampung tahun 2012. Tahun 2012
Penulis diterima di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan, baik dalam organisasi kampus
ataupun organisasi kemahasiswaan di luar kampus, yaitu: Himpunan Mahasiswa
Sosial Ekonomi Pertanian, sebagai anggota di bidang pengkaderan dan pengabdian
masyarakat periode 2013/2014, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian
periode 2013/2014, Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian pada periode 2014/2015,
Panitia Khusus (PANSUS) Fakultas Pertanian periode 2013/2014 dan periode
2014/2015, Kordinator Duta Mahasiswa Fakultas Pertanian periode 2014/2015, dan
menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat Pertanian Cabang
Bandar Lampung.
Pada tahun 2015 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Batu
Patah Kecamatan Kelumbayan Barat, Kabupaten Tanggamus dan melaksanakan
Praktik Umum (PU) pada Kelompok Usahatani Mekar Tani Jaya di Kabupaten
Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Penulis juga menjadi tenaga enumerator
Bank Indonesia (BI) dalam kegiatan penelitian Survei Konsumen (SK) periode Mei
hingga Juli tahun 2016.
SANWACANA
Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji kepada Allah SWT, yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda
Muhammad Rasulullah SAW,yang telah memberikan teladan bagi setiap kehidup-
an,juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.
Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Kinerja Anggota Kelompok Tani
Nanas (Ananas Comosus) Dalam Pencapaian Ketahanan Pangan Rumah Tangga
di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah”, banyak
pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, dan juga saran-saran
yang membangun dan menyempurnakan penelitian ini, karena itu dengan rendah
hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Ir.Kordiyana K. Rangga,M.S., selaku dosen pembimbing pertama yang
telah memberikan bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis selama me-
nyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Ir. Begem Viantimala, M.Si., selaku dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, saran dan arahan kepada penulis selama menyelesai-
kan skripsi ini.
3. Ibu Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., selaku dosen pembahas yang telah mem-
berikan bimbingan, saran, masukan, nasihat, dan arahan kepada penulis.
4. Ibu Dr. Ir. Fembriati E. Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan juga selaku Pembimbing
Akademik yang selalu memberikan nasihat dan arahan kepada penulis.
5. Orang Tua, Bapak Yufalezi Agus, Ibu Sriwati dan keluarga besar yang selalu
memberikan doa, dukungan, semangat dan juga kasih sayang kepada penulis.
Gelar ini aku persembahkan untuk kalian.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
7. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Lampung,
yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu dalam halaman ini, terima-
kasih atas ilmu dan pendidikan yang telah diberikan.
8. Karyawan-karyawan di lingkup Jurusan Agribisnis dan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung, terimakasih atas semua bantuan yang telah diberikan
9. Keluarga besar Agribisnis Universitas Lampung 2012 yang tidak bisa
disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
10. Teman seperjuangan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (PKP), yang
tidak dapat penulis cantumkan satu per satu dalam halaman ini.
11. Keluarga Besar Himaseperta yang telah memberikan motivasi dan dukungan
kepada penulis.
12. Keluarga Besar Duta Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yang telah
memberikan pengalaman dan motivasi kepada penulis.
13. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas
Pertanian Universitas Lampung, Cabang Bandar Lampung, yang telah
memberikan ilmu, pengalaman, motivasi, dan semangat kepada penulis.
14. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis cantumkan satu
per satu, yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan ini.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan dan bantuan yang
telah diberikan. Penulis berharap karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan
ini dapat memberikan manfaat bagi almamater dan semua pihak. Penulis meminta
maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan, karena sesungguhnya kesempurna-
an hanya milik Allah SWT.
Bandar Lampung, September 2016
Ganefo Valwigo Agus
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI………………………………………………………. i
DAFTAR TABEL……………………………………………........ vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………… x
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang dan Masalah………………………………... 1B. Tujuan Penelitian………………………………………........ 10C. Manfaat Penelitian………………………………………….. 10
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Tinjauan Pustaka…………………………………………... 11
1. Kelompok Tani………………………………………… 112. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)….…………….. 15
a. Pengertian Gapoktan………………………………. 15b. Gapoktan Pada Makmur…………………………… 16
3. Kinerja Anggota……………………………………….. 18a. Pengertian Kinerja…………………………………. 18b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja………. 19c. Indikator Penilaian Kinerja……………………....... 21
4. Usahatani Nanas………………………………………. 235. Pendapatan Rumah Tangga……………………………. 256. Ketahanan Pangan…………………………………….. 28
a. Pengertian Ketahanan Pangan……………………... 28b. Mengukur Ketahanan Pangan……………………… 31
7. Kajian Penelitian Terdahulu………………………….... 35B. Kerangka Pemikiran……………………………………….. 41C. Hipotesis…………………………………………………… 44
III. METODE PENELITIANA. Konsep Dasar dan Definisi Operasional…………………. 45B. Meode, Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian………. 49C. Jenis dan Metode Pengambilan Data……………………. 52D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis………………. 53
1. Metode Analisis Kinerja Anggota………………....... 54
ii
2. Metode Analisis Pendapatan Rumah Tangga……….. 613. Metode Analisis Ketahanan Pangan………………… 624. Metode Analisis Hubungan Kinerja dan Ketahanan
Pangan………………………………………………. 65E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen……………………. 66
1. Validitas Instrumen…………………………………. 672. Reliabilitas Instrumen………………………………. 68
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIANA. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Tengah……….. 70
1. Keadaan Geografis………………………………… 702. Keadaan Iklim……………………………………... 703. Keadaan Penduduk……………………………….. 714. Keadaan Umum Pertanian………………………….. 72
B. Gambaran Umum Kecamatan Punggur……………….. 741. Keadaan Geografis………………………………… 742. Keadaan Iklim……………………………………... 753. Keadaan Penduduk.……………………………….. 764. Matapencaharian Penduduk Kecamatan Punggur.... 775. Keadaan Umum Pertanian………………………… 78
C. Gambaran Umum Desa Astomulyo…………………… 791. Keadaan Geografis………………………………… 792. Topografi dan Iklim………………………………... 803. Keadaan Penduduk dan Matapencaharian……..….. 804. Keadaan Umum Pertanian……………………….… 825. Gambaran Umum Kelompok Tani Desa Astomulyo 83
a. Gapoktan Pada Makmur……………………….. 83b. Standar Operasional Kinerja dan Budidaya…… 87
V. HASIL DAN PEMBAHASANA. Keadaan Umum Responden………………………… 90
1. Umur Responden……………………………….. 902. Pengalaman Berusahatani……………………… 913. Tingkat Pendidikan……………………………... 924. Luas Lahan Garapan dan Status Kepemilikan Lahan 935. Jumlah Tanggungan Keluarga…………………… 946. Pekerjaan Sampingan Responden………………. 95
B. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen………... 97C. Tingkat Kinerja Anggota Kelompok Tani Nanas di Desa
Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten LampungTengah………………………………………………. 1041. Hasil Pengukuran Kinerja………………………… 105
a. Hasil Kerja Anggota…………………………. 105b. Perilaku Kerja Anggota Kelompok Tani…….. 110c. Sifat Pribadi Anggota Kelompok Tani………. 113
D. Hasil Pengukuran Tingkat Pendapatan Runah TanggaAnggota Kelompok Tani Nanas di Desa Astomulyo…. 118
iii
1. Pendapatan Usahatani Utama…………………….. 118a. Penggunaan dan Biaya Sarana Produksi…………. 119
1. Penggunaan Bibit………….…..……………... 1192. Penggunaan Pupuk …………………….......... 1213. Penggunaan Obat-obatan…………....……….. 1234. Penggunaan Tenaga Kerja…………................ 1245. Penggunaan dan Biaya Peralatan.......……...… 1266. Penggunaan Lahan……………………………. 127
b. Penerimaan Usahatani Nanas……………….......... 128c. Pendapatan Usahatani Nanas……………………... 129
2. Pendapatan Usahatani Lainnya……………………….. 1313. Pendapatan Non usahatani…………………………..... 1334. Pendapatan Total Rumah Tangga Anggota……........... 134
E. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga AnggotaKelompok Tani Nanas di Desa Astomulyo ………….….. 1361. Tingkat Ketahanan pangan Rumah Tangga Secara
Obyektif………………………………………………. 1362. Analisis Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga
yang Diukur Secara Obyektif…………………………. 1403. Tingkat Ketahanan Pangan yang Diukur Secara
Subjektif……………………………………………….. 142a. Hasil Pengukuran Tingkat Ketersediaan Pangan….. 143b. Hasil Pengukuran Tingkat Distribusi Pangan
Rumah Tangga Anggota Kelompok Tani………….. 145c. Hasil Pengukuran Tingkat Konsumsi Pangan Rumah
Tangga Anggota Kelompok Tani Nanas…………… 146d. Hasil Pengukuran Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Anggota Kelompok Tani Nanas di Desa Astomulyoyang Diukur Secara Subjektif……………………… 148
F. Analisis Hasil Pengujian Hipotesis………………………… 151
VI. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan……………………………………………… 154B. Saran……………………………………………………. 155
DAFTAR PUSTAKA……………………………………….. 157
LAMPIRAN………………………………………………….. 163
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perkembangan PDB hortikultura 2012-2014…………….. 2
2. Perkembangan produksi nanas dan buah lainnya padaTahun 2010-2014……………………………...................... 3
3. Produksi nanas pada beberapa provinsi di Indonesiapada Tahun 2013-2014……………………………............ 3
4. Produksi buah nanas di Provinsi Lampung………………. 4
5. Distribusi beberapa provinsi berdasarkan tingkat ketahananpangan……………………………………………………. 7
6. Derajat ketahanan pangan rumah tangga………………… 33
7. Kajian penelitian terdahulu………………………………. 36
8. Jumlah populasi kelompok tani nanas Desa Astomulyo … 52
9. Pengukuran dan parameter hasil kerja……………………. 58
10. Pengukuran dan parameter perilaku kerja……………....... 59
11. Pengukuran dan parameter sifat pribadi………………….. 60
12. Variabel, parameter, indikator dan ukuran tingkatketahanan pangan rumah tangga………………………… 64
13. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di KabupatenLampung Tengah Tahun 2014…………………………… 71
14. Distribusi penggunaan lahan di Kabupaten LampungTengah tahun 2013……….………………………………. 72
15. Data curah hujan dan hari hujan Kecamatan Punggur Tahun2010-2014………………………………………………… 75
16. Sebaran penduduk menurut jenis kelamin di KecamatanPunggur Tahun 2014………………………………………. 76
17. Sebaran Penduduk berdasarkan jenis mata pencahariandi Kecamatan Punggur Tahun 2014………………………. 77
18. Luas wilayah menurut jenis penggunaan lahan di KecamatanPunggur Tahun 2014………………………………………. 79
v
19. Jumlah penduduk Desa Astomulyo menurut mata pencaharianTahun 2014…………………………………………………. 81
20. Sebaran penduduk Desa Astomulyo berdasarkan tingkatpendidikan tahun 2014……………………………………… 81
21. Jenis penggunaan lahan Desa Astomulyo Tahun 2014……… 83
22. Daftar kelompok tani anggota Gapoktan Pada MakmurTahun 2014…………………………………………………... 84
23. Standar Operasional Budidaya Nanas Gapoktan Pada Makmur... 88
24. Sebaran anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyoberdasarkan kelompok umur tahun 2016……………………… 90
25. Sebaran anggota kelompok tani nanas di Desa AstomulyoKecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah berdasarkanpengalaman berusahatani tahun 2016………………………….. 92
26. Sebaran anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyoberdasarkan tingkat pendidikan tahun 2016 …………………… 92
27. Sebaran petani berdasarkan luas lahan dan status kepemilikanlahan di Desa Astomulyo tahun 2016…………………………... 94
28. Sebaran anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyoberdasarkan jumlah tanggungan keluarga tahun 2016………….. 94
29. Sebaran anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyoberdasarkan pekerjaan sampingan tahun 2016…………………… 96
30. Hasil uji validitas kuesioner penelitian mengenai kinerja anggotakelompok tani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan PunggurKabupaten Lampung Tengah tahun 2016……………………….. 99
31. Hasil uji validitas kuesioner penelitian ketahanan pangan rumahtangga anggota kelompok tani nanas di Desa AstomulyoKecamatan Punggur tahun 2016………………………………… 100
32. Hasil uji validitas instrumen penilaian ketahanan pangan rumahtangga anggota kelompok tani nanas Desa Astomulyo yangdisempurnakan…………………………………………………… 102
33. Hasil uji reliabilitas kuesioner penelitian mengenai kinerja dantingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok taninanas di Desa Astomulyo tahun 2016…………………………... 103
34. Interval tingkat hasil kerja anggota kelompok tani nanasdi Desa Astomulyo Kecamatan Punggur tahun 2016…………... 107
35. Nilai rata-rata dan klasifikasi indikator kualitas, kuantitas, danefisiensi kerja anggota Kelompok Tani Nanas Desa AstomulyoTahun 2016……………………………………………………. 108
vi
36. Interval dan pengukuran parameter perilaku kerja anggotakelompok tani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur…. 111
37. Nilai rata-rata dan klasifikasi indikator yang mempengaruhitingkat perilaku kerja anggota kelompok tani nanas DesaAstomulyo tahun 2016………………………………………….. 112
38. Interval dan pengukuran sifat pribadi yang berkaitan denganpekerjaan dari nggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo
Kecamatan Punggur tahun 2016…………………………………. 114
39. Nilai rata-rata dan klasifikasi indikator yang mempengaruhisifat pribadi anggota kelompok tani nanas Desa Astomulyotahun 2016………………………………………………………. 116
40. Tingkat kinerja anggota kelompok tani nanas di Desa AstomulyoKecamatan Punggur tahun 2016………………………………… 117
41. Penggunaan pupuk dalam kegiatan usahatani nanas di DesaAstomulyo per satu hektar tahun 2016………………………….. 122
42. Penggunaan obat-obatan pada usahatani nanas per hektar dalamsatu musim tanam tahun 2016…………………………………... 123
43. Penggunaan tenaga kerja dalam kegiatan uahatani nanas di DesaAstomulyo tahun 2016………………………………………….. 125
44. Rata-rata nilai penyusutan peralatan yang digunakan anggotakelompok tani nanas dalam usahatani nanas…………………... 126
45. Rata-rata biaya, penerimaan, pendapatan dan R/C usahataninanas yang dikerjakan oleh anggota kelompok tani nanas diDesa Astomulyo………………………………………………... 130
46. Kontribusi pendapatan rata-rata usahatani lainnya yang dihasilkanoleh anggota kelompok tani nanas Desa Astomulyo…………... 132
47. Kontribusi pendapatan non usahatani dari anggota kelompoktani nanas Desa Astomulyo tahun 2016 ……………………….. 133
48. Pendapatan total rumah tangga anggota kelompok tani nanasdi Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten LampungTengah tahun 2016………………………………...................... 134
49. Pengeluaran pangan dan non pangan rumah tangga anggotakelompok tani nanas di Desa Astomulyo tahun 2016…………. 137
50. Tingkat Pangsa pengeluaran pangan rumah tangga anggotakelompok tani nanas Desa Astomulyo tahun 2016……………. 141
51. Interval tingkat ketersediaan pangan rumah tangga anggotakelompok tani nanas di Desa Astomulyo tahun 2016…………... 143
52. Interval tingkat distribusi pangan rumah tangga anggota kelompoktani nanas Desa Astomulyo……………………………………… 145
vii
53. Interval tingkat konsumsi pangan rumah tangga anggota kelompoktani nanas di Desa Astomulyo tahun 2016……………………… 147
54. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok taninanas di Desa Astomulyo tahun 2016…………………………... 149
55. Perbandingan hasil pengukuran tingkat ketahanan pangan rumahtangga anggota kelompok tani nanas Desa Astomulyo secaraobjektif dan subjektif tahun 2016………………………………... 150
56. Pedoman kriteria koefisien korelasi rank-spearman ……………. 156
57. Hasil uji korelasi tingkat kinerja dengan tingkat ketahanan panganrumah tangga anggota kelompok tani nanas di Desa AstomulyoKecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah tahun 2016….. 152
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran…………………………………. 43
2. Struktur Organisasi Gapoktan Pada Makmur……….. 85
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pen-
caharian penduduknya berada pada sektor pertanian, sehingga pertanian
memiliki peranan penting dan layak untuk menjadi sektor utama dalam
pembangunan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari
peranannya sebagai sumber ketahanan nasional, penghasil devisa negara,
dan sumber pendapatan bagi masyarakat petani, serta mampu menyerap
tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan sektor lainnya. Penyerapan
tenaga kerja pada sektor pertanian di Indonesia telah mencapai 40,83 juta
orang pada Februari tahun 2014 (BPS, 2015).
Kekayaan alam yang berlimpah telah menjadikan Indonesia sebagai
negara yang memiliki potensi pertanian yang cukup besar untuk dapat di-
kembangkan, salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi
cukup tinggi adalah subsektor hortikultura. Dari berbagai jenis komoditas
hortikultura, buah-buahan adalah komoditas yang memiliki kontribusi ter-
tinggi bagi pertumbuhan subsektor hortikultura. Tabel 1 menunjukkan
nilai PDB subsektor hortikultura pada tahun 2014 mencapai Rp103.588,4
milyar, dan kontribusi produk buah-buahan sebesar Rp58.838,21 milyar.
2
Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura tahun 2012—2014
KomoditiNilai PDB (Milyar Rp) Rataan
pertumbuhan2012 2013 2014 (%)
Buah 54.823,70 56.830,96 58.838,21 3,59Sayuran 33.589,17 34.818,97 36.048,76 3,60Tanaman Hias 6.949,48 7.203,92 7.458,36 3,59Tanaman Obat 1.158,24 1.200,65 1.243,06 3,57Total 96.520,6 100.054,5 103.588,4 3,58Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2015)
Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan beragam jenis
buah-buahan, kondisi agroklimat yang baik serta ketersediaan sumber
daya merupakan potensi dalam menghadapi perdagangan internasional,
karena pada saat ini buah sudah menjadi komoditas perdagangan inter-
nasional. Berbagai jenis buah nusantara yang telah menjadi unggulan
bagi Indonesia dan telah bersaing pada pasar internasional diantaranya
adalah, buah pisang, salak, manggis, mangga, jambu biji, dan juga buah
nanas (BPS, 2015)
Tingkat perkembangan produksi berbagai buah yang bersaing pada
pasar internasional tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Buah-buahan ter-
sebut mengalami pertumbuhan yang berfluktuasi termasuk pada nanas,
pada tahun 2014 produksi buah nanas di Indonesia mencapai 1.835.483
ton setara dengan 9,36 persen dari total produksi buah di Indonesia, serta
telah menempati urutan ketiga dalam kontribusi produksi buah nasional.
Perkembangan produksi buah nanas di Indonesia mengalami pertumbuh-
an yang cukup besar setiap tahunnya, dan terus memberikan kontribusi
yang cukup baik untuk perkembangan produksi buah nasional.
3
Tabel 2. Perkembangan produksi nanas dan buah-buahan lainnya diIndonesia tahun 2010—2014
Tahun Jambu biji(ton)
Mangga(ton)
Salak(ton)
Nanas(ton)
Pisang(ton)
201020112012
2 04.551211.836208.151
1 .287.2872.131.1392.376.333
7 49.8761.082.1251.035.406
1 .406.4451.540.6261.781.894
5.755.0736.132.6956.189.043
2013 181.632 2.192.928 1.030.401 1.882.802 6.279.2792014 187.406 2.431.330 1.118.953 1.835.483 6.862.558
Sumber : Badan Pusat Statistika (2015)
Penyebaran buah nanas di Indonesia telah merata di seluruh daerah,
tetapi terdapat beberapa daerah yang menjadi sentra produksi buah nanas,
yaitu: Provinsi Jawa Timur, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, dan
Provinsi Sumatera Utara. Tabel 3 menjelaskan bahwa Provinsi Lampung
merupakan daerah penghasil nanas terbanyak jika dibandingkan dengan
daerah penghasil nanas lainnya, yaitu dengan jumlah produksi mencapai
560.026 ton pada tahun 2014.
Tabel 3. Produksi nanas pada beberapa provinsi di Indonesia tahun2013—2014
Provinsi Produksi Nanas (ton)2013 2014
Sumatera Selatan 57.887 57.990Lampung 722.621 560.026Sumatera Utara 228.136 228.136Jawa Timur 197.165 186.949Jawa Barat 95.015 149.815Sumber : Badan Pusat Statistika (2015)
Nanas merupakan komoditas buah-buahan yang bernilai ekonomis dan
potensial untuk dikembangkan di Provinsi Lampung, salah satu kabupaten
di Provinsi Lampung yang banyak menghasilkan komoditas nanas adalah
Kabupaten Lampung Tengah. Tabel 4 menunjukkan tingkat produksi
buah nanas di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2013 mencapai
4
721.112 ton, bahkan jumlah produksi nanas di Lampung Tengah terus
mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun (BPS, 2014).
Tabel 4. Produksi buah nanas menurut kabupaten/kota di ProvinsiLampung tahun 2012—2013
Kabupaten/Kota 2012 (ton) 2013 (ton)Lampung Barat 293 178Tanggamus 17 10Lampung Selatan 188 81Lampung Timur 77 823Lampung Tengah 504.205 721.112Lampung Utara 128 83Way Kanan 133 17Tulang Bawang 47 35Pesawaran 174 173Pringsewu 1,00 1,40Mesuji 16 35,40Tulang Bawang Barat 40 128,30Pesisir Barat - 18,50Metro 10 4,60
Bandar Lampung 8 6,30Sumber : Badan Pusat Statistika Provinsi Lampung (2014)
Terdapat dua macam metode dalam budidaya nanas di Kabupaten
Lampung Tengah, yaitu budidaya dari perusahaan pengolahan nanas dan
budidaya rakyat. Sentra nanas yang dibudidayakan oleh rakyat terletak
di Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Pada tahun 2013
produksi nanas di Kecamatan Punggur menempati urutan pertama dari 28
kecamatan yang terdapat pada Kabupaten Lampung Tengah, yaitu men-
capai 5.227.231 kw (BPS, 2014). Desa Astomulyo Kecamatan Punggur
merupakan desa yang dijadikan sentra produksi buah nanas, dengan per-
kiraan pemerintah daerah setempat terdapat 500 Ha lahan yang ada di
Desa Astomulyo berpotensi untuk dapat dikembangkan dalam budidaya
nanas (BP3K Punggur, 2014).
5
Keberhasilan Desa Astomulyo menjadi daerah sentra produksi nanas
di Indonesia tidak terlepas dari peran serta lembaga-lembaga pertaniaan
yang ada. Seperti lembaga pertanian milik pemerintah, lembaga tersebut
bertugas untuk mengatur perilaku serta tindakan masyarakat yang ber-
gerak pada sektor pertanian. Selain terdapat lembaga pertanian milik
pemerintah, pada Desa Astomulyo juga terdapat lembaga pertanian yang
dibentuk oleh masyarakat petani itu sendiri, yaitu kelompok tani nanas
yang berperan untuk mengorganisasikan kegiatan usahatani nanas yang
dilaksanakan di Desa Astomulyo.
Kelompok tani adalah kelembagaan di tingkat petani yang dibentuk
untuk secara langsung mengorganisasikan para petani dalam berusaha-
tani. Kelompok tani dibentuk oleh dan untuk petani itu sendiri, dan ber-
peran sebagai wadah bagi petani dalam meningkatkan kemampuannya
dalam berusahatani.
Terdapat sebelas kelompok tani komoditas nanas yang berada di
Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, dan
seluruh kelompok tani tersebut tergabung dalam gabungan kelompok tani
(Gapoktan), yaitu “Gapoktan Pada Makmur”. Gapoktan ini memiliki
tugas untuk menyatukan seluruh kelompok tani nanas yang ada di Desa
Astomulyo, dan berperan sebagai lembaga yang melakukan pengelolaan
terhadap seluruh kegiatan usahatani nanas yang ada di Desa Astomulyo.
Gapoktan Pada Makmur berperan aktif melakukan pembangunan
pertanian di tingkat desa melalui kegiatan usahatani nanas. Peranan ter-
sebut dapat diukur dari pencapaiannya yang mampu menjadikan Desa
6
Astomulyo Kecamatan Punggur sebagai desa sentra produksi nanas di
Provinsi Lampung, serta dapat mengantarkan Desa Astomulyo meraih
berbagai penghargaan baik di tingkat nasional maupun provinsi.
Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah,
telah menerima berbagai penghargaan. Penghargaan tersebut berupa
Penghargaan Nasional Pakarti Madya I dalam kategori rumah tangga ber-
perilaku hidup bersih dan sehat, yang diselenggarakan oleh Badan Keta-
hanan Pangan Nasional pada tahun 2014, dalam penghargaan tersebut
ketahanan pangan rumah tangga menjadi salah satu indikator penilaian.
Pada tahun 2015 Desa Astomulyo juga meraih penghargaan terbaik I di
tingkat Provinsi Lampung pada kategori pemberdayaan kesejahteraan
rumah tangga sehat, yang juga diukur dari tingkat ketahanan pangan
rumah tangga. Penghargaan yang diterima oleh Desa Astomulyo ter-
sebut merupakan hasil dari peran serta kelompok tani yang ada di desa
tersebut.
Menurut Undang-Undang nomor: 18 tahun 2012, ketahanan pangan
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan tingkat
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, terjangkau dan
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat
untuk dapat hidup sehat dan berkelanjutan. Kondisi ketahanan pangan
berbagai daerah di Indonesia berada dalam kondisi yang berbeda. Dari
berbagai daerah yang ada di Indonesia, Provinsi Lampung adalah salah
satu provinsi yang tingkat kerawanan pangan masyarakatnya cukup
7
tinggi, yaitu mencapai 21,38 persen penduduknya berada dalam kondisi
sangat rawan pangan, dan hanya terdapat 40,46 persen penduduk dalam
kondisi tahan pangan. Pengukuran tersebut diukur berdasarkan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) yang diukur oleh Badan Ketahanan pangan pada
tahun 2014, dengan indikator AKG < 70% dalam kategori sangat rawan
pangan, AKG 70%-89,9% dalam kategori rawan pangan resiko sedang,
dan AKG >89,9% dalam kategori tahan pangan, (Tabel 5).
Tabel 5. Distribusi beberapa provinsi berdasarkan ketahanan pangantahun 2013
Provinsi < 70% AKG 70%-89,9% AKG >89,9% AKGJumlah % Jumlah % Jumlah %
Jakarta 1.428.344 14,21 3.032.309 30,17 5.588.761 55,61Jawa Barat 7.919.360 17,27 15.554.630 33,92 22.385.480 48,81Riau 1.122.862 18,25 1.951,096 31,71 3.079.681 50,05Jawa Timur 5.228.100 13,56 13.848.640 35,93 19.471.661 50,51Sumsel 1.268.802 16,03 2.615.737 33,05 4.030.935 50,92Sulsel 1.271.460 15,12 2.941.342 34,97 4.197.720 49,91Kalsel 597.318 15,29 1.076.856 27,57 2.231.712 57,14Bengkulu 292.878 15,94 625.864 34,07 918.454 49,99Papua 1.109.699 36,06 972.542 31,60 994.965 32,33Lampung 1.711.062 21,38 3.053.763 38,16 3.237.982 40,46Sumber : BPS Diolah Oleh Pusat Ketersedian dan Kerawanan Pangan
(2014)
Menyikapi permasalahan tersebut Pemerintah Provinsi Lampung
merumuskan program pembangunan pertanian yang dimulai dari pem-
bangunan masyarakat desa. Program pembangunan tersebut bertujuan
untuk mengatasi permasalahan ketahanan pangan rumah tangga yang
ada di Provinsi Lampung. Pada program tersebut pemerintah melaku-
kan pemberdayaan terhadap lembaga-lembaga masyarakat di tingkat
desa untuk berperan aktif dalam melakukan pembangunan pertanian.
8
Kelompok tani merupakan lembaga pertanian di tingkat desa yang di-
harapkan dapat berperan aktif dalam mengorganisasikan masyarakat
petani di tingkat desa untuk melakukan pembangunan pertanian.
Sejalan dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI)
No. 68 tahun 2002. Untuk mewujudkan suatu ketahanan pangan, maka
seluruh sektor lembaga harus berperan aktif dan berkoordinasi secara
rapi baik terhadap pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/ kota, serta pemerintah desa untuk meningkatkan strategi
dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Gapoktan Pada Makmur adalah salah satu lembaga di tingkat desa
yang membawahi seluruh kelompok tani yang berada di Desa Astomulyo
Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Berdasarkan PPRI
No.68 tahun 2002, Gapoktan Pada Makmur memiliki tugas dan tanggung
jawab untuk berperan aktif dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah
tangga di tingkat Desa Astomulyo melalui kegiatan usahatani nanas yang
dijalankan oleh anggotanya.
Keberhasilan Gapoktan Pada Makmur dalam mewujudkan suatu
ketahanan pangan rumah tangga, sangat dipengaruhi oleh peran kinerja
yang diberikan anggota. Anggota merupakan pelaku utama dari seluruh
kegiatan dan program yang akan dijalankan oleh kelompok, diharapkan
anggota kelompok mampu memberikan kinerja melalui kegiatan usaha-
tani nanas yang dijalankan, sehingga dapat mewujudkan peningkatan
produktivitas serta pendapatan yang akan berdampak pada tingkat pen-
capaian ketahanan pangan rumah tangga anggota. Akan tetapi tingkat
9
kinerja anggota kelompok tani nanas yang ada di Desa Astomulyo terus
mengalami penurunan, hal tersebut dapat dilihat dari lemahnya tingkat
kedisiplinan anggota dalam menjalankan program yang telah disusun
oleh kelompok. Berdasarkan penelitian Wardani (2012) dalam analisis
usahatani nanas pada kelompok tani di Desa Astomulyo Kecamatan
Punggur Kabupaten Lampung Tengah, juga menjelaskan bahwa masih
terdapat anggota Gapoktan Pada Makmur yang berproduktivitas rendah,
sehingga dapat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dan tingkat ke-
tahanan pangan rumah tangga anggota.
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian
dengan topik “ Kinerja anggota kelompok tani nanas (Ananas comosus)
dalam pencapaian ketahanan pangan rumah tangga di Desa Astomulyo
Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah” dengan rumusan
masalah yaitu:
1) Bagaimanakah kinerja anggota kelompok tani nanas yang ada di Desa
Astomulyo, Kabupaten Lampung Tengah?
2) Bagaimanakah pendapatan rumah tangga anggota kelompok tani
nanas yang ada di Desa Astomulyo, Kabupaten Lampung Tengah?
3) Bagaimanakah tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota
kelompok tani nanas yang ada di Desa Astomulyo, Kabupaten
Lampung Tengah ?
4) Bagaimanakah hubungan kinerja anggota kelompok tani nanas di
Desa Astomulyo dengan ketahanan pangan rumah tangga anggota?
10
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dirumuskan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1) Mengetahui kinerja anggota kelompok tani nanas yang ada di Desa
Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah.
2) Mengetahui pendapatan rumah tangga anggota kelompok tani nanas di
Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah.
3) Menganalisis ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani
nanas di Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah.
4) Menganalisis hubungan kinerja anggota kelompok tani nanas yang ada
di Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah dengan
ketahanan pangan rumah tangga.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, yaitu :
1) Pihak kelompok tani untuk menilai kinerja anggota dalam pencapaian
ketahanan pangan rumah tangga, serta sebagai rujukan bagi kelompok
tani dalam menyusun program kegiatan di periode yang akan datang.
2) Pemerintah, stake holders, dan para pemangku kepentingan, sebagai
masukan dan bahan pertimbangan dalam perumusan kebijakan terkait
ketahanan pangan rumah tangga di tingkat desa.
3) Peneliti lain, sebagai refrensi dalam melakukan penelitian sejenis atau
menyempurnakan penelitian ini.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Kelompok Tani
Pada dasarnya pengertian kelompok tani tidak dapat dilepaskan dari
pengertian kelompok itu sendiri. Mulyana (2005) menjelaskan kelompok
adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinter-
aksi satu sama lain untuk tercapainya tujuan bersama, mengenal satu sama
lainnya, serta memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.
Kelompok pada dasarnya adalah gabungan dua orang atau lebih yang
berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi
bersifat tetap dan juga memiliki struktur tertentu. Johnson dan Johnson
(2005) mendefinisikan kelompok adalah himpunan dua individu atau lebih
yang berinteraksi melalui tatap muka, dan masing-masing menyadari peran
keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing menyadari keberadaan
anggota kelompok lainnya masing-masing menyadari saling ketergantung-
an secara positif dalam mencapai tujuan. Struktur kelompok adalah suatu
susunan pola antar hubungan internal yang stabil, terdiri atas: (1) suatu
rangkaian status-status serta kedudukan-kedudukan para anggotanya yang
12
hirarkis; (2) peran sosial yang berkaitan dengan status-status itu; (3) unsur-
unsur kebudayaan (nilai-nilai), norma-norma, model yang mempertahan-
kan, dan mengagungkan struktur.
Menurut Wahyuni (2003), kelompok tani merupakan wadah untuk
komunikasi antar petani, serta wadah komunikasi antar petani dengan ke-
lembagaan terkait dalam proses alih teknologi. Winardi (2004) menge-
mukakan bahwa yang menjadi ciri-ciri suatu kelompok adalah: (1) ada
interaksi antar anggota yang berlangsung secara kontinyu untuk waktu
yang lama; (2) setiap anggota menyadari bahwa mereka merupakan
bagian dari kelompok, dan sebaliknya kelompok mengakuinya sebagai
anggota; (3) adanya kesepakatan bersama antar anggota mengenai norma-
norma yang berlaku, nilai-nilai yang dianut dan tujuan atau kepentingan
yang akan dicapai; (4) adanya struktur dalam kelompok, sehingga setiap
anggota mengetahui adanya hubungan antar peranan, norma tugas, hak
dan kewajiban yang semuanya tumbuh di dalam kelompok.
Kementerian Pertanian RI (2013) memberi batasan bahwa kelompok
tani adalah sekumpulan orang-orang tani, yang terdiri atas petani dewasa
pria dan wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara
informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar kebutuhan bersama dan
berada di lingkungan pengaruh pimpinan kontak tani. Dalam rangka pem-
bangunan subsektor pertanian, maka kelompok tani adalah sebagai berikut:
a) Anggota kelompok tani terdiri dari orang-orang yang menjalankan
kegiatan pertanian, baik dari kegiatan pertanian proyek maupun
kegiatan pertanian swadaya.
13
b) Merupakan pengorganisasian bagi petani yang mengatur kerja sama
serta pembagian tugas anggota ataupun pengurus dalam kegiatan
usahatani.
c) Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi
di lapangan, dengan jumlah anggota rata-rata sejumlah 20-30 orang.
d) Keanggotaan kelompok tani bersifat non formal.
Pemilihan pengurus kelompok tani dan anggotanya dilakukan secara
musyawarah sehingga diperoleh kesepakatan kelompok dan dukungan dari
masyarakat dan instansi terkait. Susunan dari kepengurusan kelompok tani
terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara, serta dapat dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan kelompok. Tugas dari anggota kelompok tani adalah:
a) Wajib mengikuti dan melaksanakan petunjuk pengurus kelompok tani
dan petugas/penyuluh serta kesepakatan yang berlaku.
b) Wajib bekerja sama dan akrab antar sesama anggota, pengurus mau-
pun dengan petugas/penyuluh.
c) Hadir pada pertemuan berkala dan aktif memberikan masukan, saran
dan pendapat demi berhasilnya kegiatan usaha tani kelompok
Tugas dan tanggung jawab pengurus kelompok tani, yaitu:
a) Membina kerja sama dalam melaksanakan usahatani dan kesepakatan
yang berlaku dalam kelompok tani. Dalam hal ini pengurus melaku-
kan koordinasi terhadap anggota dengan mengidentifikasi jumlah
anggota kelompok tani yang bertambah atau berkurang.
b) Wajib mengikuti petunjuk dan bimbingan dari petugas penyuluh untuk
selanjutnya diteruskan pada anggota kelompok. Pengurus wajib untuk
14
menyampaikan informasi yang disampaikan oleh penyuluh kepada
kelompok taninya.
c) Bersama petugas/penyuluh membuat rencana kegiatan kelompok
dalam bidang produksi, pengolahan, pemasaran dan lain-lain.
d) Mendorong dan menggerakkan aktivitas, kreativitas, inisiatif anggota,
yaitu dengan cara menumbuhkan swadaya dan swakarsa anggota.
e) Secara berkala, minimal satu bulan satu kali mengadakan pertemuan
musyawarah dengan para anggota kelompok yang dihadiri petugas
penyuluh.
f) Mempertanggungjawabkan tugas yang telah dilaksanakan kepada
anggota, dan selanjutnya membuat rencana dan langkah perbaikan.
Kelompok tani pada dasarnya merupakan sistem sosial yaitu suatu
kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat oleh kerja sama
untuk memecahkan masalah agar tercapainya tujuan bersama. Dalam
kelompok ini akan terjadi suatu situasi kelompok dimana setiap petani
anggota telah melakukan interaksi untuk mencapai tujuan bersama dan
mengenal satu sama lain (Samsudin, 1993).
Suhardiyono menyatakan untuk meningkatkan dinamika kelompok
tani harus dikembangkan sepuluh jenis kemampuan kelompok tani yang
disebut dengan sepuluh jurus kemampuan kelompok tani yang terdiri atas:
(1) menyusun rencana kerja kelompok tani, (2)kerja sama intern kelompok
tani, (3) menerapkan teknologi baru, (4) memecahkan masalah kelompok
serta mengatasi kondisi darurat (5) pemupukan modal usaha, (6) kemam-
puan mengembangkan peralatan dan fasilitas kelompok (7) menjalin hubu-
15
ngan melembaga dengan KUD, prosesor, perbankan dan instansi terkait,
(8) peningkatan produktivitas usaha tani, (9) ketaatan atas perjanjian, (10)
membina kader pimpinan kelompok (Suhardiyono, 1992).
2. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
a) Pengertian Gapoktan
Gapoktan adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung
dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Permentan nomor: 273 tahun 2007
tentang Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani.
Berbagai macam peluang dan hambatan timbul dalam usahatani sesuai
dengan lingkungan sosial ekonomi setempat. Oleh karena itu diperlukan
pengembangan kelompok tani ke dalam suatu organisasi yang jauh lebih
besar. Beberapa kelompok tani bergabung ke dalam gabungan kelompok
tani (gapoktan). Penggabungan dalam gapoktan terutama dilakukan oleh
kelompok tani yang berada dalam satu wilayah administrasi pemerintahan
untuk menggalang kepentingan bersama secara kooperatif (Sahyuti, 2007).
Menurut Peraturan Menteri Pertanian nomor: 82 tahun 2013,
gapoktan dibentuk dengan tujuan:
1) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia
(SDM) melalui pendidikan pelatihan dan studi banding sesuai ke-
mampuan keuangan gapoktan.
2) Meningkatkan kesejahteraan anggotanya secara keseluruhan tanpa
kecuali yang terlibat dalam kepengurusan maupun hanya sebagai
anggota, secara materiil maupun non material sesuai dengan kontribusi/
16
andil/masukan yang diberikan dalam rangka pengembangan organisasi
gapoktan.
3) Menyelenggarakan dan mengembangkan usaha di bidang pertanian dan
jasa yang berbasis pada bidang pertanian.
4) Dalam membangun kerja sama dengan berbagai pihak, harus diketahui
dan disepakati oleh rapat angota, dengan perencanaan dan analisa yang
jelas dan harus berpedoman Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
b. Gapoktan Pada Makmur
Gapoktan Pada Makmur adalah gabungan kelompok tani yang ada di
Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Lampung Tengah, Gapoktan Pada
Makmur merupakan lembaga pertanian yang menaungi seluruh kelompok
tani nanas yang berada di Desa Astomulyo, hingga saat ini terdapat sebelas
kelompok tani nanas yang terdaftar sebagai anggota Gapoktan Pada
Makmur (BP3K Punggur, 2014).
Pada awal pembentukannya Gapoktan Pada Makmur berdiri secara
alami dibentuk oleh masyarakat petani nanas di Desa Astomulyo, atas
dasar kebutuhan untuk terbentuknya suatu lembaga yang dapat menyatu-
kan seluruh kelompok tani nanas yang ada di Desa Astomulyo sekaligus
menjadi lembaga yang dapat mengelola dan mengorganisasikan seluruh
kegiatan usaha tani nanas yang dijalankan oleh masyarakat petani (BP3K
Punggur, 2014).
Gapoktan Pada Makmur merupakan suatu kelompok dengan klasifikasi
asosiasi, yaitu kelompok yang terorganisir, memiliki struktur formal atau
17
kepengurusan, seperti ketua, para staf, bidang-bidang, dan di dalamnya ter-
dapat kesadaran dan kesamaan perhatian atau keinginan dalam bekerja
sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sehingga akan tampak adanya
persamaan jenis perhatian, interaksi sosial, dan struktur organisasi.
Gapoktan Pada Makmur didirikan pada tanggal 08 November 2007,
dengan berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta ber-
asaskan kekeluargaan dan gotong royong, dengan tujuan :
1) Meningkatkan kerja sama serta berorientasi keseimbangan tujuan
individu, organisasi, ekonomi, dan sosial.
2) Meningkatkan produksi usaha tani yang dijalankan oleh para anggota
dengan menerapkan manajemen dan teknologi secara tepat.
3) Meningkatkan teknologi dan pemanfaatan informasi serta kerja sama
yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas usaha para anggota
(AD/ART Gapoktan Pada Makmur, 2010).
Untuk mencapai tujuannya, maka Gapoktan Pada Makmur merumus-
kan usaha yaitu:
1) Mengadakan usaha barang-barang primer dan sekunder yang
berdasarkan kegiatan usaha di bidang pertanian
2) Menjalankan usaha di bidang pertanian tanaman hortikultura
3) Menjalankan kegiatan pengolahan hasil pertanian
4) Menjalankan pelayanan jasa Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan
Swadaya (P4S)
18
5) Menjalankan usaha produktif lain sesuai dengan kesepakatan bersama
dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga, serta peraturan-peraturan tambahan organisasi
6) Mengadakan kerja sama dengan pihak lain yaitu: perusahaan swasta
BUMN/BUMD dan pemerintah dalam usaha/permodalan yang saling
menguntungkan, (AD/ART Gapoktan Pada Makmur, 2010).
3. Kinerja Anggota
a) Pengertian Kinerja
Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan,
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Hasibuan (2007) menjelaskan
bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam me-
laksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas ke-
cakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu. Menurut Kane (1993),
kinerja adalah rekaman hasil kerja yang diperoleh anggota tertentu me-
lalui kegiatan dalam kurun waktu tertentu. Wirawan (2009) menjelaskan
kinerja merupakan keluaran yang dihasilkan oleh fungsi indikator suatu
pekerjaan atau suatu profesi dalam kurun waktu tertentu.
Selanjutnya Gibson (1996) menyatakan setiap karyawan mempunyai
hasil kerja yang berbeda, sedangkan Casio (2003) mengemukakan, kinerja
merupakan suatu jaminan bahwa seseorang pekerja atau kelompok menge-
tahui apa yang diharapkannya dan memfokuskan kepada kinerja yang
efektif.
Stewart (1993) menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi
kinerja seseorang yaitu kecerdasan, stabilitas emosional, motivasi kerja,
19
situasi keluarga, pengalaman kerja, kelompok kerja serta pengaruh dari
eksternal.
b) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Dharma (2005), faktor-faktor yang akan mempengaruhi
tingkat kinerja anggota meliputi: mutu pekerjaan, jumlah pekerjaan,
efektifitas biaya dan inisiatif. Sementara karakteristik individu yang
mempengaruhi kinerja meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, lama
kerja, penempatan kerja dan lingkungan kerja (rekan kerja, atasan,
organisasi, penghargaan dan imbalan).
Gibson (1996) menyatakan terdapat tiga kelompok variabel yang akan
mempengaruhi tingkat kinerja serta perilaku anggota yaitu: (1) variabel
individu, yang meliputi kemampuan, ketrampilan, fisik dan mental, latar
belakang, pengalaman, demografi, umur ,jenis kelamin, dan sebagainya.
Kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang dapat mem-
pengaruhi kinerja individu, sedangkan demografi mempunyai hubungan
tidak langsung pada perilaku dan kinerja, (2) variabel organiasi, yaitu
sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur serta desain pekerjaan, (3)
variabel psikologis, persepsi, sikap, kepribadian, belajar, kepuasan kerja
dan motivasi. Uraian dari variabel kinerja dapat dilihat sebagai berikut:
1) Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang anggota dalam menye-
lesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya
dan tepat pada waktunya serta berani memikul risiko atas keputusan
yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya (Murlis, 2006).
20
2) Inisiatif adalah prakarsa atau kemampuan seorang anggota untuk
mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan suatu
tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa
menunggu perintah dari atasan (Steers, 2005).
3) Jumlah pekerjaan, variabel ini berkembang berdasarkan kenyataan
bahwa pekerjaan itu berbeda-beda satu sama lain, dimana beberapa
diantaranya lebih menarik dan menantang dibanding lainnya.
Menurut Muchlas (2006), terdapat 3 macam teori yang mendukung
teori karakteristik pekerjaan, antara lain:
1) Persyaratan tugas model karakteristik pekerjaan dan ciri persyaratan
tugas dalam organisasi itu.
2) Jumlah produk yang dihasilkan dalam waktu tertentu dibandingkan
dengan hasil yang seharusnya dicapai sesuai standar atau dibandingkan
dengan hasil pekerjaan orang lain.
3) Penilaian jumlah pekerjaan dilakukan menggunakan indikator: umpan
balik dari rekan, atasan, bawahan, orientasi waktu dan menghargai
produk dengan insentip yang sewajarnya.
Menurut Hayadi dan Kristiani (2007), hasil pengukuran terhadap
capaian kinerja anggota digunakan sebagai dasar bagi pengelola organisasi
dalam melakukan perbaikan kinerja pada periode berikutnya. Pencapaian
kinerja anggota dapat dilihat melalui 3 komponen dasar yaitu kondisi yang
diharapkan,pelaksanaan program dan indikator yang dicapai. Produktivitas
dalam bekerja yang dapat diukur melalui berbagai cara, antara lain melalui
pendapatan yang diperoleh tiap-tiap anggota, atau bisa juga diukur dengan
21
menggunakan rasio perbandingan atas kompensasi yang diperoleh anggota
yang satu dibandingkan dengan anggota yang lainnya.
c. Indikator Penilaian Kinerja Anggota
Penilaian kinerja anggota adalah proses menilai hasil kerja anggota
dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Penilaian
kinerja adalah proses yang berkelanjutan yang dilakukan untuk menilai
kualitas kerja dari anggota dan usaha untuk meningkatkan kinerja anggota
dalam organisasi. Penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan
pribadi anggota pada masa tertentu yang menilai hasil kinerja yang ditam-
pilkan terhadap pencapaian sasaran sistem manajemen (Prihadi, 2004).
Kriteria dari penilaian kinerja dapat dilihat melalui beberapa dimensi,
yaitu dimensi kegunaan fungsional (functional utility), dimensi keabsahan
(validity), dimensi empirisial base (empiricals base), dimensi sensitivitas
(sensitivity), dimensi pengembangan sistematis (systematic development),
dan kelayakan hukum. Menurut Gomes (2003), penilaian kinerja adalah
suatu cara untuk mengukur kontribusi-kontribusi dari individu-individu
anggota organisasi kepada organisasinya. Penilaian kinerja diperlukan
untuk menentukan tingkat kontribusi dari individu terhadap organisasinya.
Penilaian kinerja memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk
digunakan dalam kinerja sebelumnya serta untuk memotivasi perbaikan
kinerja pada waktu yang akan datang.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penilai-
an kinerja adalah suatu proses yang dilakukan oleh organisasi untuk me-
nilai kinerja anggotanya, dengan tujuan secara umum adalah untuk mem-
22
berikan umpan balik kepada organisasi, dalam upaya memperbaiki dan
meningkatkan produktivitas organisasi, khususnya yang berkaitan dengan
kebijaksanaan terhadap anggota seperti untuk pengembangan anggota, dan
penyesuaian kompensasi.
Kinerja anggota organisasi dapat dilihat dari beberapa indikator se-
bagaimana yang dikemukakan oleh Wirawan (2009), yaitu:
1) Hasil kerja: hasil kerja adalah keluaran kerja dalam bentuk barang
ataupun jasa yang dapat dihitung dan diukur dari kuantitas dan
kualitasnya. Hasil kerja dapat diukur melalui kuantitas atau produk
yang dihasilkan, kualitas produk yang dihasilkan dan efisiensi dalam
menyelesaikan tugas.
2) Perilaku kerja: perilaku kerja adalah perilaku yang ditunjukkan oleh
anggota yang ada hubungannya dengan pekerjaan dan tanggung jawab-
nya dalam bekerja. Perilaku kerja diperlukan karena merupakan per-
syaratan dalam melaksanakan pekerjaan, dengan berperilaku tertentu,
anggota dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik dan meng-
hasilkan kinerja yang diharapkan oleh kelompok
3) Sifat pribadi : yaitu sifat pribadi anggota yang diperlukan dalam me-
laksanakan pekerjaannya, karena untuk melaksanakan suatu jenis pe-
kerjaan diperlukan sifat pribadi tertentu yang harus dimiliki oleh
anggota.
Suranto (2005) menyebutkan kinerja seseorang dalam kelompok
dapat dilihat dari 3 indikator, yaitu : a) tugas fungsional, seberapa baik
seseorang menyelesaikan aspek-aspek pekerjaan yang menjadi tanggung
23
jawabnya, b) tugas perilaku, seberapa baik seseorang melakukan komuni-
kasi dan interaksi dengan orang lain dalam kelompok, bagaimana mampu
menyelesaikan konflik secara adil, bagaimana memberdayakan orang lain
dan bagaimana mampu bekerja sama dalam sebuah tim untuk mencapai
tujuan dalam kelompok, c) tugas etika adalah seberapa baik seseorang
mampu bekerja secara professional, menjunjung tinggi norma etika, kode
etik profesi, serta peraturan dan tata tertib yang dianut oleh kelompok.
4. Usahatani Nanas
Menurut Daniel (1984), usahatani merupakan suatu jenis kegiatan
pertanian rakyat yang diusahakan oleh petani dengan mengkombinasikan
faktor alam, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan yang ditujukan untuk
peningkatan produksi. Peningkatan produksi pertanian akan berpengaruh
pada pendapatan petani. Pendapatan yang diperoleh petani berbeda-beda
tergantung dari komoditas yang dibudidayakannya. Tingkat pendapatan
petani dapat diukur dengan melakukan analisis pendapatan usahatani dan
analisis efisiensi.
Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama
ilmiah Ananas comosus. Nanas berasal dari Brazilia (Amerika Selatan)
yang telah didomestikasi sebelum masa Columbus. Pada abad ke 14 orang
Spanyol membawa tanaman nanas ke Filipina dan Semenanjung Malaysia,
yang kemudian masuk ke Indonesia pada abad ke 15 (tahun 1599).
Pada mulanya di Indonesia tanaman nanas hanya sebagai tanaman
pekarangan, dan meluas hingga menjadi tanaman yang di tanam di lahan
kering (tegalan) di seluruh nusantara. Tanaman nanas kini dipelihara di
24
daerah tropik. Varietas kultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia
adalah golongan Cayenne dan Queen. Klasifikasi tanaman nanas adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Farinosae
Famili : Bromiliaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas comosus (L) Merr.
Maulana (1998) dalam skripsinya menyatakan bahwa ciri-ciri nanas
Cayenne yaitu: (1) daun halus, tidak berduri, dan kalau berduri hanya pada
ujung daun saja, (2) ukuran buah besar, berbentuk silindri, mata buah datar
berwarna hijau kekuningan, rasanya asam, cocok untuk bahan baku buah
kalengan. Sedangkan ciri-ciri nanas Queen yaitu: (1) daunnya pendek dan
berduri tajam yang membengkok kebelakang, (2) buah berbentuk lonjong
seperti kerucut, mata buah menonjol, berwarna kuning kemerahan, rasanya
manis sehingga cocok dikonsumsi sebagai buah. Nanas dapat tumbuh baik
pada daerah dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Di daerah
tropis nanas cocok ditanam serta dibudidayakan di dataran rendah sampai
ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Curah hujan yang ideal untuk
tanaman nanas berkisar antara 1.000-3.000 mm per tahun, dengan suhu
optimum 32°C.
25
Menurut Ashari (1995), biasanya nanas berwarna hijau sebelum masak
dan menjadi hijau kekuningan apabila masak. Nanas memiliki 30 atau lebih
daun yang panjang, berserat, dan berduri tajam yang mengelilingi batangnya
yang tebal. Kulit buahnya bersisik dan “bermata” banyak. Biasanya nanas
dibudidayakan di lahan kering. Penyebaran tanaman nanas terbilang cukup
cepat, hal ini dikarenakan tanaman nanas memiliki daya tahan yang tinggi
selama perjalanan. Selain itu untuk mendapatkan bibit nanas tidak terlalu
sulit, hanya dengan memperbanyaknya dengan cara vegetatif menggunakan
tunas-tunasnya.
Menurut Kurniawan (2008), buah nanas memiliki kandungan vitamin
(A dan C), Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Natrium, Kalium, Dekstrosa,
Sukrosa dan Enzim Bromelain. Bromelain berkhasiat sebagai anti radang,
membantu melunakkan makanan di lambung, menghambat pertumbuhan sel
kanker, menghambat agregasi platelet, dan mempunyai aktivitas fibrinotik.
5. Pendapatan Rumah Tangga
Pendapatan dalam rumah tangga merupakan hal yang penting dalam
kehidupan berumah tangga, baik rumah tangga petani ataupun bukan rumah
tangga petani. Khusus rumah tangga petani dalam pemenuhan kebutuhan-
nya diperlukan pendapatan, baik dari pekerjaan pokok sebagai petani mau-
pun dari pekerjaan sampingannya dan dari pendapatan anggota keluarga
yang bekerja.
Pendapatan rumah tangga petani yaitu pendapatan yang diperoleh dari
penjumlahan pendapatan usahatani utama dengan pendapatan yang berasal
dari usahatani lain dan pendapatan non-usahatani. Pendapatan yang besar
26
mencerminkan tersedianya dana yang cukup untuk berusahatani selanjutnya,
akan tetatpi apabila pendapatannya rendah dapat menyebabkan menurunnya
investasi dan upaya pemupukan modal, sehingga mengharuskan anggota
rumah tangga untuk bekerja atau berusaha lebih giat agar dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Rumus pendapatan rumah tangga menurut Rahim dan
Hastuti (2008) yaitu:.
Ytot = Y usahatani utama + Y usahatani lain + Y non usahatani
Keterangan:Ytot = Total pendapatan rumah tanggaY usahatani utama = Pendapatan dari usahatani utamaY usahatani lain = Pendapatan dari usahatani lainY nonusahatani = Pendapatan dari luar usahatani
Pendapatan usahatani menurut Rahim dan Hastuti (2008) adalah selisih
penerimaan dari hasil usahatani dengan semua biaya selama proses produksi
(biaya usahatani). Biaya usahatani tersebut merupakan semua nilai dari
korbanan ekonomis yang dikeluarkan oleh produsen (petani) dalam me-
ngelola usahataninya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed
cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap (fixed cost) umum-
nya diartikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluar-
kan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit, seperti: pajak, pe-
nyusutan alat, gaji karyawan, sewa lahan, alat pertanian dan sebagainya,
sehingga biaya ini dikatakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya
produksi komoditas pertanian.
Biaya tidak tetap (variabel cost) merupakan biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh hasil produksi komoditas pertanian, seperti: biaya untuk
27
saprodi (sarana produksi komoditas pertanian), sehingga biaya ini diartikan
pula sebagai biaya yang sifatnya berubah-ubah sesuai besarnya produksi
komoditas pertanian yang diperoleh. Jika menginginkan produksi tinggi
maka faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja perlu ditambah, pupuk juga
ditambah dan sebagainya.
Total biaya atau total cost (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (fixed-
cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Rumus total biaya atau total cost
(TC) menurut Rahim dan Hastuti (2008) adalah:
TC = FC + VC
Keterangan:TC = Total biaya (total cost)FC = Biaya tetap (fixed cost)VC = Biaya tidak tetap (variabel cost)
Pendapatan dalam analisis usahatani dibagi menjadi dua macam yaitu:
a) Pendapatan Kotor/Penerimaan Total Usahatani
Pendapatan kotor/penerimaan total usahatani adalah nilai dari hasil
produksi yang diperoleh secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya
produksi. Penerimaan yang diperoleh berhubungan dengan hasil yang
terjual. Semakin banyak hasil komoditas yang terjual maka semakin
banyak pula penerimaan yang diperoleh.
b) Pendapatan Bersih
Pendapatan usahatani adalah total penerimaan atau total revenue
dikurangi total biaya produksi, sehingga merupakan pendapatan bersih.
Pendapatan usahatani menurut Rahim dan Hastuti (2008) dirumuskan
sebagai berikut:
28
Pd = TR –TC
TR = Y. Py
TC = FC + VC
Keterangan:Pd = Pendapatan usahataniTR = Total penerimaan (total revenue)TC = Total biaya (total cost)Y = Produksi yang diperolehPy = Harga YFC = Biaya tetap (fixed cost)VC = Biaya tidak tetap (variabel cost)
6. Ketahanan Pangan
a. Pengertian Ketahanan Pangan
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2012,
tentang pangan, dijelaskan bahwa pangan merupakan segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayati produksi pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan, peternakan, perairan, dan air baik yang diolah maupun tidak
diolah yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi konsumsi
manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan bahan
lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan pem-
buatan makanan atau minuman.
Ketahanan pangan adalah kemampuan suatu bangsa untuk menjamin
seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup,
mutu yang layak, aman, dan juga halal, yang didasarkan pada optimalisasi
pemanfaatan dan berbasis pada keragaman sumber daya domestik. Salah
satu indikator untuk mengukur ketahanan pangan adalah ketergantungan
ketersediaan pangan nasional terhadap impor (Litbang Deptan, 2005).
29
Dalam undang-undang nomor: 18 tahun 2012 ketahanan pangan
adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan tingkat
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat
untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan. World
Health Organization (WHO) mendefinisikan terdapat tiga komponen yang
harus terpenuhi untuk mencapai ketahanan pangan rumah tangga, yaitu:
1) Kecukupan ketesediaan pangan
2) Tercukupinya kebutuhan konsumsi
3) Distribusi pangan yang merata
Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam pangan yang terdiri
atas karbohidrat, protein, lemak,vitamin dan mineral serta turunannya yang
bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia. Status gizi adalah
keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang disebab-
kan oleh tingkat konsumsi, penyerapan gizi (absorbsi) dan pemanfaatan zat
gizi makanan (utilisasi), yang dapat dinilai dengan berbagai cara yaitu
melalui antropometri, konsumsi makanan, biokimia dan penilaian klinis.
Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi pangan dan infeksi penyakit, yang
mana antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak-balik
(Suharjo, 1996).
Fungsi subsistem ketersediaan ini menjamin pasokan pangan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk baik dari sisi jumlah, kualitas, keragaman
maupun keamanan. Komponen ketersediaan terdiri dari pengaturan serta
30
kesinambungan penyediaan pangan. Ketersediaan pangan menyangkut
masalah produksi, stock, cadangan, serta keseimbangan impor dan ekspor
pangan yang harus dikelola sedemikian rupa, sehingga walaupun produksi
pangan sebagian bersifat musiman, terbatas dan tersebar di antar wilayah,
pangan yang tersedia bagi keluarga juga harus cukup volume dan jenisnya,
serta stabil dari waktu ke waktu.
Komponen distribusi mencakup upaya dalam memperlancar proses
peredaran pangan di antar wilayah dan antar waktu serta stabilitas pangan.
Hal ini ditujukan untuk meningkatkan daya akses dari masyarakat terhadap
pangan yang cukup. Surplus pangan di tingkat wilayah, belum menjamin
kecukupan pangan bagi setiap individu atau masyarakatnya. Subsistem ini
menyangkut aksesibilitas secara fisik, ekonomi maupun sosial atas pangan
secara merata sepanjang waktu. Akses pangan dapat didefinisikan sebagai
kemampuan rumah tangga untuk secara periodik memenuhi pangan yang
cukup melalui berbagai sumber ataupun kombinasi cadangan pangan yang
dimiliki, hasil produksi pangan dan bantuan pangan. Akses fisik berupa
infrastruktur maupun kondisi sumber daya alam dan lingkungan.
Subsistem konsumsi pangan berfungsi untuk mengarahkan agar pola
pemanfaatan pangan dapat memenuhi kaidah mutu, keragaman dan tingkat
keseimbangan gizi, keamanan dan halal serta efisiensi dengan tujuan untuk
mencegah pemborosan. Komponen konsumsi menyangkut pendidikan
masyarakat agar mempunyai pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik,
sehingga dapat mengelola konsumsi individu secara optimal sesuai dengan
tingkat kebutuhannya. Konsumsi pangan tanpa memperhatikan asupan gizi
31
yang cukup dan berimbang tidak efektif bagi pembentukan manusia yang
sehat, daya tahan tubuh yang baik, cerdas dan produktif (Thaha, 2000).
Ketiga komponen tersebut akan digunakan untuk mengukur ketahanan
pangan tingkat rumah tangga. Ukuran tingkat ketahanan pangan ditingkat
rumah tangga dihitung bertahap dengan menggabungkan ketiga komponen
indikator ketahanan pangan tersebut, untuk mendapatkan indeks ketahanan
pangan.
Masih relatif tingginya masalah gizi masyarkat menunjukkan bahwa
aspek kemampuan ekonomi atau daya beli berpengaruh paling dominan
dalam timbulnya masalah gizi masyarakat, disamping faktor kurangnya
kesadaran akan gizi, kondisi sanitasi lingkungan dan keterbatasan akses
pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu (Karyadi dan
Santoso, 1996).
b. Mengukur Ketahanan Pangan
Pengukuran ketahanan pangan rumah tangga dilakukan dengan dua
cara yaitu: metode kualitatif dan kuantitatif. Metode Kualitatif merupakan
pendekatan yang baru dikembangkan dalam memenuhi tuntutan agar men-
dapatkan cara yang mudah dalam menganalisa serta menginterprestasikan
tingkat ketahanan pangan, dibandingkan dengan metode kuantitatif yang
telah lama digunakan dalam mengukur ketahanan pangan. Metode ini
menggali dan mengukur persepsi rumah tangga tentang ketahanan pangan,
frekuensi dan beratnya kekurangan pangan yang dialami, serta coping
strategy yang dilakukan oleh rumah tangga dalam menghadapi masalah
kekurangan pangan (Kennedy, 2002).
32
Terdapat banyak indikator yang digunakan untuk mengukur ketahanan
pangan rumah tangga. (Frankberger, 1992) menyatakan bahwa pencapaian
ketahanan pangan rumah tangga dapat diukur melalui beberapa indikator.
Indikator yang mereka temukan dibagi dalam 2 kelompok, yaitu indikator
proses dan indikator dampak. Indikator proses menggambarkan situasi
pangan yang ditunjukkan oleh ketersediaan dan akses pangan, sedangkan
indikator dampak dapat digunakan sebagai cerminan konsumsi pangan.
Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksanan Penyuluhan Kabupaten
Lampung Tengah (2012) menyatakan dalam memetakan ketahanan dan
kerentanan pangan, Kabupaten Lampung Tengah menggunakan analisis
komponen utama (Principal Component Analys) dan Analisis Kelompok
(Cluster Analysis). Terdapat 3 indikator dalam menganalisisnya yaitu:
1) Ketersediaan pangan dengan jumlah warung dan toko sebagai
penunjuk apakah suatu wilayah tersedia atau tidak penyedia pangan.
2) Akses pangan dan mata pencarian dengan persentase penduduk hidup
di bawah garis kemiskinan, akses penghubung yang memadai serta
persentase rumah tangga tanpa akses listrik sebagai media analisisnya.
3) Pemanfaatan pangan dengan jumlah sarana atau fasilitas kesehatan,
jumlah penderita gizi buruk dan jumlah kematian balita dan ibu
melahirkan.
Dalam analisis ini, kondisi kerentanan terhadap kerawanan pangan
secara komposit ditunjukkan berdasar prioritas. Adapun prioritas tersebut
menjelaskan kondisi kerentanan terhadap kerawanan pangan suatu wilayah
kecamatan yang disebabkan oleh kombinasi berbagai dimensi kerawanan
33
pangan. Berdasar PCA dan Cluster Analysis, setiap kecamatan dikelom-
pokkan ke dalam 6 prioritas: Prioritas 1 merupakan prioritas utama yang
menggambarkan tingkat kerentanan yang paling tinggi, dan prioritas 6
merupakan prioritas yang relatif lebih tahan pangan. Dengan kata lain,
wilayah (Kecamatan) prioritas 1 memiliki resiko kerawanan pangan yang
lebih besar dibandingkan wilayah kecamatan lainnya.
Indikator Jonsson dan Toole (1991) yang diadopsi oleh (Maxwell et.
all, 2000) indikator yang digunakan dalam mengukur ketahanan pangan
rumah tangga adalah dengan menggunakan klasifikasi silang antara dua
indikator ketahanan pangan, yaitu pangsa pengeluaran pangan, konsumsi
energi rumah tangga dan kecukupan energi (kkal). Seperti yang ditunjuk-
kan pada Tabel 6, tampak bahwa batasan 80 persen dari konsumsi energi
(per unit ekivalen dewasa) akan dikombinasikan dengan pangsa pengeluar-
an pangan 60 persen dari total pengeluaran .
Tabel 6. Derajat ketahanan pangan rumah tangga
Konsumsi energiper unit ekuivalendewasa
Pangsa pengeluaran panganRendah (< 60 % Tinggi (≥ 60 %
pengeluaran total)pengeluaran total)Cukup (> 80 % Tahan pangan Rentan pangankecukupan energi)Kurang ( ≤80 % Kurang pangan Rawan pangankecukupan energi)
Sumber : Johnsson and Toole, 1991 dalam Maxwell 2000
Penjelasan Tabel 6, sebagai berikut :
1) Rumah tangga tahan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan
rendah (<60% pengeluaran rumah tangga) dan cukup mengkonsumsi
energi (> 80% dari syarat kecukupan energi).
34
2) Rumah tangga kurang pangan yaitu proporsi pengeluaran pangan
rendah (<60% pengeluaran rumah tangga) dan kurang mengkonsumsi
energi (≤ 80% dari syarat kecukupan energi).
3) Rumah tangga rentan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan
tinggi (≥ 60% pengeluaran rumah tangga) dan cukup mengkonsumsi
energi (>80% dari syarat kecukupan energi).
4) Rumah tangga rawan pangan yaitu bila proporsi pengeluaran pangan tinggi
(≥ 60% pengeluaran rumah tangga) dan tingkat konsumsi energinya kurang
(≤ 80% dari syarat kecukupan energi).
Menurut Pakpahan (1993), pangsa pengeluaran pangan mempunyai
hubungan yang negatif terhadap pengeluaran rumah tangga, sedangkan ke-
tahanan pangan mempunyai hubungan yang negatif dengan pangsa penge-
luaran pangan. Hal ini menunjukkan semakin rendah pangsa pengeluaran
pangan suatu rumah tangga, semakin tinggi ketahanan pangannya.
Ketahanan pangan juga dapat diukur dengan menggunakan ukuran
subjektif dan objektif (Pakpahan dan Pasandaran, 1990 dalam Rangga,
2014). Ketahanan pangan yang diukur secara subjektif didasarkan atas
pandangan, opini, sikap atau pendapat orang terhadap situasi pangannya,
yang dapat dilihat dari tiga indikator yaitu: ketersediaan pangan, distribusi
pangan, dan konsumsi pangan. Ketahanan pangan yang diukur secara
objektif didasarkan atas jumlah makanan secara umum, jumlah energi
yang dikonsumsi, jumlah ketersediaan pangan per kapita, pangsa pe-
ngeluaran pangan rumah tangga terhadap pengeluaran total rumah
35
tangga dan kemampuan rumah tangga atau negara dalam menghadapi
goncangan.
Menurut Ilham dan Sinaga (2013), pengukuran ketahanan pangan
secara obyektif adalah pengukuran dengan cara membandingkan besarnya
pengeluaran pangan dengan jumlah pengeluaran total rumah tangga. Jika
pangsa pengaluaran pangan RT<60% maka rumah tangga tersebut dikata-
kan tahan pangan dan apabila pangsa pengeluaran pangan RT≥60% maka
rumah tangga tersebut dikatakan tidak tahan pangan.
7. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu pada hasil penelitian terdahulu yang terkait
dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian penelitian terdahulu diper-
lukan sebagai referensi bagi peneliti untuk menjadi pembanding antara
penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya, dan juga untuk
mempermudah dalam pengumpulan data dan metode analisis data yang di-
gunakan dalam pengolahan data. Penelitian terdahulu juga dapat dijadi-
kan landasan teori dalam penelitian kinerja anggota kelompok tani nanas
di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah ini.
Kajian penelitian-penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
37
Tabel 7. Kajian Penelitian Terdahulu
No Peneliti (Tahun) Judul Metode Analisis Hasil Penelitian
1
2
Firdausi (2014)
Nurjannah (2015)
Analisis Tingkat Kinerja Kelompok
Tani Serta Hubungannya Dengan
Tingkat Ketahanan Pangan Rumah
Tangga Petani (Studi Kasus di
Kecamatan Rasanae Timur Kota
Bima)
Tingkat Kinerja Anggota Kelompok
Wanita Tani Dalam Program Model
Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-
KRPL) di Desa Tualang Kecamatan
Tualang Kabupaten Siak
Kuantitatif
Kuantitatif
1. Kinerja kelompok tani masuk ke dalam kategori
baik dengan persentase 54 persen, dengan tingkat
kinerja antara 251—500.
2. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani
masuk dalam kategori tahan pangan
3. Terdapat hubungan antara kinerja kelompok tani
dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga
petani.
Perolehan skor tingkat kinerja anggota KWT secara
keseluruhan 3,88. Perolehan skor tersebut menunjuk-
kan bahwa kinerja anggota KWT dalam program
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di
Desa Tualang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak
berada pada kategori penilaian tinggi.
3636
38
3
4
Afiat (2014)
Wahyuni (2003)
Dampak Kinerja Gabungan
Kelompok Tani Terhadap Trend
Hasil Produksi Komoditas Per-
kebunan dan Tingkat Kesejahteraan
Pekebun di Kecamatan Salaman
Kabupaten Magelang
Kinerja Kelompok Tani Dalam
Sistem Usahatani Padi dan Metode
Pemberdayaannya.
Kuantitatif dan
Kualitatif
Kuantitatif
1. Kinerja gapoktan di Kecamatan Salaman pada
tahun 2014 dikelompokkan menjadi 3 kategori,
yaitu pemula, madya, dan utama, kinerja madya
dimiliki oleh 4 gapoktan dengan persentase 66,67
persen, kinerja utama dimiliki oleh 1 gapoktan
(16,67 persen), dan kinerja pemula juga dimiliki
oleh 1 gapoktan (16,67 persen).
2. Tingkat kesejahteraan pekebun terbagi menjadi
tiga kategori,yaitu tingkat kesejahteraan sedang
dengan persentase 55 persen, tingkat kesejahtera-
an rendah dengan persentase sebesar 26,67 persen,
dan tingkat kesejahteraan tinggi memiliki
persentase 18,33 persen.
Kelompok tani memiliki peranan penting dalam
pengembangan usahatani, namun hanya 40 persen
petani berada dalam tingkat pemula, yang mem-
pengaruhi kinerja kelompok adalah jumlah anggota,
asset, status anggota, dan kelembagaan penunjang.
37
39
5
6
Sugesti (2015)
Yuliana (2013)
Analisis Pendapatan dan Pengeluaran
Rumah Tangga Petani Padi Desa
Sukajawa, Kecamatan Bumiratu
Nuban, Kabupaten Lampung Tengah
Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Nelayan Di Kecamatan Teluk Betung
Selatan Kota Bandar Lampung
Kuantitatif
Kuantitatif
Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani padi di
Desa Sukajawa masih tergolong rendah karena alokasi
pengeluarannya masih digunakan untuk kebutuhan
pangan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluar-
an rumah tangga petani Padi Desa Sukajawa adalah
tingkat pendapatan rumah tangga (X1), jumlah
tanggungan keluarga (X2), dan luas lahan sawah (X5).
1. Ketahanan pangan rumah tangga nelayan di
Kelurahan Kangkung, Kecamatan Teluk Betung
Selatan, Kota Bandar Lampung berada dalam
kriteria tahan pangan sebesar 56,86% dan rawan
pangan sebesar 43,14%.
2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
ketahanan pangan rumah tangga nelayan di
Kelurahan Kangkung, Kecamatan Teluk Betung
Selatan, Kota Bandar Lampung adalah besar
anggota rumah tangga, pengeluaran rumah tangga,
dan pengetahuan gizi ibu rumah tangga. Faktor
38
40
7
8
Anggraini (2014)
Rangga dan Sayekti
(2004)
Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Petani Kopi Di Kabupaten Lampung
Barat
Keragaan Ketahanan Pangan Rumah
Tangga Petani Padi Sawah (Studi
Kasus di Desa Liman Benawi
Kecamatan Trimurjo Kabupaten
Lampung Tengah)
Kuantitatif
Kuantitatif dan
Kualititatif
yang berpengaruh negatif adalah besar anggota
rumah tangga, dan berpengaruh positif adalah
pengeluaran rumah tangga, dan pengetahuan gizi
ibu rumah tangga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan,
Rumah tangga petani kopi di Kabupaten Lampung
Barat yang mencapai derajat tahan pangan sebesar
15,09 persen, sedangkan kurang pangan, rentan
pangan, dan rawan pangan adalah sebesar 11,32
persen, 62,26 persen, dan 11,32 persen. Faktor–faktor
yang berpengaruh terhadap tingkat ketahanan pangan
rumah petani kopi yaitu pendapatan rumah tangga dan
harga beras.
Ketahanan pangan di daerah penelitian menunjukkan
ketahanan pangan yang tinggi yang diukur berdasar-
kan ukuran obyektif yaitu menggunakan indikator
pangsa pengeluaran pangan dan konsumsi energi,
serta ukuran subyektif yang dinilai dari persepsi
39
41
9
10
Hernanda (2013)
Ilham dan Sinaga
(2013)
Pendapatan Usaha Tani Jagung dan
Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Petani di Kecamatan Simpang
Kabupaten Ogan Komering Ulu
Penggunaan Pangsa Pengeluaran
Pangan Sebagai Indikator Komposit
Ketahanan Pangan
Kuantitatif
Kuantitatif
responden mengenai kondisi pangannya.
1. Usahatani jagung di lokasi penelitian memperoleh
pendapatan Rp 6.991.866,61 per ha dengan R/C
ratio 2,72 pada musim tanam satu dan
Rp2.798.366 per ha dengan R/C ratio 1,68 pada
musim tanam dua.
2. Pada lokasi penelitian terdapat 11 rumah tangga
tahan pangan, 39 rumah tangga kurang tahan
pangan, 3 rumah tangga rentan pangan dan 7 rumah
tangga rawan pangan.
Hasil analisis menyimpulkan bahwa pangsa
pengeluaran pangan layak dijadikan indikator ke-
tahanan pangan karena mempunyai hubungan yang
erat dengan berbagai ukuran ketahanan pangan yaitu
tingkat konsumsi, keanekaragaman pangan, dan pen-
dapatan.
40
41
B. Kerangka Pemikiran
Kelompok tani nanas yang ada di Desa Astomulyo merupakan suatu
lembaga pertanian di tingkat desa yang dibentuk oleh dan untuk petani
nanas yang ada di Desa Astomulyo itu sendiri. Kelompok tani memiliki
fungsi untuk secara langsung mengorganisir kegiatan usahatani yang di-
jalankan oleh anggotanya. Selain itu berdasarkan peraturan PPRI No. 68
tahun 2002, kelompok tani juga memiliki tugas dan tanggung jawab untuk
berperan aktif dalam mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga.
Berdasarkan tugas dan tanggung jawab berdasarkan PPRI No. 68
tahun 2002 tersebut, maka kelompok tani harus menyusun programa dan
merumuskan kegiatan yang bertujuan untuk pencapaian ketahanan pangan
rumah tangga. Akan tetapi keberhasilan kelompok tani dalam mewujud-
kan ketahanan pangan rumah tangga tersebut dipengaruhi oleh peran dan
kinerja anggota yang ada dalam kelompok tani. Karena kinerja yang di-
berikan oleh anggota kepada kelompok akan berpengaruh terhadap keber-
hasilan kelompok dalam mencapai tujuannya.
Wirawan (2009) mengemukakan jika kinerja anggota organisasi dapat
dilihat dari dimensi kinerja yang dikelompokkan dalam tiga indikator kerja
yaitu hasil kerja, perilaku kerja dan sifat pribadi yang berhubungan dengan
pekerjaan. Dimensi dan indikator tersebut akan mempengaruhi kinerja dari
anggota kelompok tani yang ada, sedangkan dengan terbentuknya kinerja
anggota kelompok yang efektif, akan berpengaruh terhadap peningkatan
produk tivitas dan pendapatan yang akan dihasilkan oleh anggota.
42
Pendapatan yang diterima anggota dari kegiatan usahatani merupakan
selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani.
Tingkat pendapatan yang dihasilkan anggota akan mempengaruhi tingkat
pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin
besar pendapatan yang dihasilkan maka akan semakin besar kemampuan
anggota untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga.
Pengeluaran digolongkan menjadi dua, yaitu pengeluaran pangan dan
pengeluaran non-pangan. Pengeluaran pangan akan mempengaruhi tingkat
konsumsi dan kecukupan gizi yang diterima oleh rumah tangga. Seberapa
besar pendapatan yang dikeluarkan untuk keperluan pangan dibandingkan
dengan seluruh jumlah pengeluaran total akan menunjukkan nilai pangsa
pengeluaran pangan satu unit rumah tangga. Pangsa pengeluaran pangan
mempunyai hubungan yang negatif terhadap pengeluaran rumah tangga,
sedangkan ketahanan pangan mempunyai hubungan yang negatif dengan
pangsa pengeluaran pangan.
Menurut Pakpahan dan Pasandaran (1990), untuk melihat tingkat
ketahanan pangan suatu unit rumah tangga, dapat diukur dengan meng-
gunakan ukuran subjektif dan ukuran objektif. Ketahanan pangan yang
diukur secara subjektif didasarkan atas pandangan opini, sikap atau pen-
dapat seseorang terhadap situasi pangannya. Ketahanan pangan yang
diukur secara objektif didasarkan atas jumlah makanan secara umum,
jumlah energi yang dikonsumsi, dan jumlah pangsa pengeluaran pangan
rumah tangga terhadap pengeluaran total rumah tangga. Kerangka pikir
dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
43
Gambar 1. Kerangka pikir kinerja anggota kelompok tani nanas dalampencapaian ketahanan pangan rumah tangga di Desa AstomulyoKecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.
Pengeluaran Pangan Pengeluaran Non-Pangan
Konsumsi
Kecukupan Gizi Pangsa Pengeluaran Pangan
Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Pendapatan
Produksi
Kinerja Anggota KelompokTani Nanas
1. Hasil Kerja2. Perilaku Kerja3. Sifat Pribadi
Secara Objektif
Pangsa PengeluaranPangan Rumah Tangga
Secara Subjektif
1. Ketersediaan Pangan2. Distribusi Pangan3. Konsumsi Pangan
Pengeluaran Total
44
c. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dan permasalahan yang ada, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang
nyata antara tingkat kinerja anggota kelompok tani nanas dengan tingkat ke-
tahanan pangan rumah tangga di Desa Astomolyo, Kecamatan Punggur,
Kabupaten Lampung Tengah.
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian dan
petunjuk mengenai variabel yang akan digunakan untuk memperoleh data yang
akan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.
Petani nanas adalah petani yang membudidayakan tanaman nanas dalam
kegiatan usahatani yang dijalankannya, petani nanas yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah petani nanas yang berada di Desa Astomulyo Kabupaten
Lampung Tengah, dan tergabung sebagai anggota kelompok tani nanas.
Kelompok tani nanas adalah suatu himpunan petani yang membudidaya-
kan tanaman nanas dalam kegiatan usahataninya, kelompok tani dibentuk atas
dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi,
sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota. Kelompok tani nanas yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
kelompok tani nanas yang berada di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur
Kabupaten Lampung Tengah.
Anggota kelompok tani nanas adalah petani nanas yang menjadi bagian
atau masuk ke dalam suatu himpunan kelompok tani yang di dalamnya ber-
anggotakan kumpulan petani yang membudidayakan nanas dalam usahatani.
Anggota kelompok tani nanas yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
anggota kelompok tani nanas yang berada di Desa Astomulyo Lampung Tengah.
46
Kinerja anggota kelompok tani nanas adalah suatu hasil atau tingkat keber-
hasilan dari anggota kelompok tani nanas yang ada di Desa Astomulyo secara
keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas.
Pengukuran kinerja anggota kelompok tani nanas adalah suatu proses men-
catat dan mengukur pencapaian serta pelaksanaan kegiatan yang ditampilkan
oleh anggota kelompok tani nanas di desa Astomulyo, dalam penelitian ini pe-
ngukuran kinerja diukur melalui dimensi kerja yang akan diukur melalui skala
likert.
Dimensi kerja anggota kelompok tani nanas adalah unsur-unsur dalam
pekerjaan yang dapat menunjukkan tingkat kinerja dari anggota kelompok tani
nanas di Desa Astomulyo. Untuk mengukur kinerja anggota kelompok tani
nanas maka dimensi kerja dikembangkan menjadi indikator kerja, yaitu: hasil
kerja, perilaku kerja, dan sifat pribadi yang berhubungan dengan pekerjaan.
Hasil kerja anggota kelompok tani nanas adalah suatu keluaran kerja dalam
bentuk barang dan jasa yang dihasilkan oleh anggota kelompok tani nanas yang
dapat dihitung dan diukur dari kuantitas, kualitas kerja, dan efisiensi (Tabel 9).
Perilaku kerja anggota kelompok tani nanas adalah perilaku yang ditunjuk-
kan oleh anggota kelompok tani nanas yang berhubungan dengan pekerjaan dan
tanggung jawabnya dalam bekerja yang diukur dari tingkat kedisiplinan, tingkat
inisiatif kerja dan kemampuan dalam bekerja sama (Tabel 10).
Sifat pribadi anggota kelompok tani nanas adalah suatu ciri kejiwaan dalam
diri anggota kelompok tani nanas yang dapat menentukan dan mencerminkan
bagaimana anggota kelompok tani nanas dapat merespon lingkungannya, sifat
pribadi yang dimiliki anggota akan mempengaruhi anggota dalam melaksana-
47
kan pekerjaannya. Sifat pribadi anggota akan diukur dalam tiga indikator yaitu
sifat kepemimpinan anggota, tingkat keterampilan anggota, kemampuan dalam
beradaptasi, dan tingkat pengetahuan anggota (Tabel 11).
Produktivitas anggota kelompok tani nanas adalah jumlah output nanas
yang dihasilkan oleh petani anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo
dalam satu musim tanam yang diukur dengan satuan kilogram per musim tanam
(kg/musim).
Pendapatan anggota kelompok tani nanas adalah nilai penerimaan dari
usahatani nanas yang diterima oleh anggota kelompok tani nanas yang telah di-
kurangi dengan total biaya usahatani nanas dalam satu kali musim tanam yang
diukur dalam satuan rupiah per bulan (Rp/Bulan).
Rumah tangga anggota kelompok tani nanas adalah individu atau suatu
kelompok manusia yang terdiri atas suami, istri, anak, serta anggota keluarga
lainnya, yang setiap hari melakukan kegiatan usahatani nanas dan juga menjadi
bagian dari suatu unit kelompok tani guna memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Rumah tangga anggota kelompok tani nanas yang menjadi objek dalam peneliti-
an ini adalah rumah tangga anggota kelompok tani nanas yang berada di Desa
Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.
Pengeluaran rumah tangga anggota kelompok tani nanas merupakan semua
pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga anggota kelompok tani nanas
yang berkaitan dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangganya selama satu
priode dalam satuan rupiah per bulan (Rp/Bulan).
Pengeluaran pangan rumah tangga petani nanas adalah semua pengeluaran
yang dikeluarkan oleh rumah tangga petani nanas dalam rangka memenuhi ke-
48
butuhan pangan rumah tangganya, yang diukur dalam satuan rupiah per bulan
(Rp/Bulan).
Pengeluaran non-pangan rumah tangga dari petani nanas adalah semua
pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga petani nanas dalam rangka
memenuhi kebutuhan rumah tangganya selain kebutuhan pangan, yang diukur
dalam satuan rupiah per bulan (Rp/Bulan).
Pangsa pengeluaran pangan rumah tangga petani nanas adalah jumlah per-
bandingan besarnya pengeluaran pangan rumah tangga petani nanas terhadap
total pengeluaran rumah tangga petani nanas yang akan dinyatakan dalam
bentuk persen (%).
Ketahanan pangan rumah tangga petani nanas adalah suatu kondisi ter-
jaminnya ketersediaan pangan serta akses untuk mendapatkan pangan bagi
rumah tangga petani nanas, baik secara fisik maupun ekonomi. Ketahanan
pangan rumah tangga petani nanas dalam penelitian ini diukur menggunakan
ukuran obyektif dan subjektif.
Pengukuran ketahanan pangan rumah tangga petani nanas secara obyektif
adalah pengukuran ketahanan pangan rumah tangga petani nanas yang diukur
berdasarkan perbandingan antara besarnya pengeluaran pangan dengan jumlah
pengeluaran total rumah tangga. Jika perbandingan pengeluaran pangan dengan
total pengeluaran rumah tangga <60% maka rumah tangga tersebut dikatakan
tahan pangan, dan apabila perbandingan antara pengeluaran pangan dengan total
pengeluaran rumah tangga ≥60% maka rumah tangga tersebut dikatakan tidak
tahan pangan
49
Pengukuran ketahanan pangan rumah tangga petani nanas secara subjektif
adalah pengukuran ketahanan pangan yang diukur berdasarkan persepsi rumah
tangga petani nanas terhadap kondisi ketersediaan pangan, distribusi pangan,
dan konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangganya
dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan
sehari-hari.
Ketersediaan pangan rumah tangga petani nanas adalah kondisi terpenuhi-
nya pangan rumah tangga petani nanas yang dapat dilihat dari pengetahuan
anggota rumah tangga petani nanas tentang kecukupan ketersediaan pangan
dan stabilitas ketersediaan pangan rumah tangganya tanpa fluktuasi dari musim
ke musim atau dari tahun ke tahun.
Distribusi pangan petani nanas adalah aksesibilitas/keterjangkauan rumah
tangga petani nanas dalam mendapatkan bahan pangan, yang dilihat dari ke-
mudahan rumah tangga petani nanas memperoleh pangan dan cara rumah tangga
petani nanas memperoleh bahan pangan.
Konsumsi pangan rumah tangga petani nanas adalah kondisi bahan pangan
yang dikonsumsi rumah tangga petani nanas, yang diukur melalui pengetahuan
anggota rumah tangga petani nanas tentang pangan yaitu mengenai hal kualitas
pangan yang dikonsumsinya dan kemampuan untuk memilih pangan yang se-
suai dengan kebutuhan atau kecukupan rumah tangga petani nanas, sehingga
aman untuk dikonsumsi.
B. Metode, Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, untuk menjelaskan hubungan
50
korelasi antara tingkat kinerja anggota dan tingkat ketahanan pangan rumah
tangga anggota kelompok tani nanas.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur
Kabupaten Lampung Tengah. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara
sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa Lampung Tengah adalah
kabupaten penghasil nanas terbesar di Provinsi Lampung, dengan produksi
mencapai 721.112 ton pada tahun 2013 (BPS, 2014). Sentra tanaman nanas
Kabupaten Lampung Tengah terletak di Kecamatan Punggur dengan produksi
mencapai 5.227.231 kw pada tahun 2013 (BPS, 2014), dan terdapat satu desa
yang dijadikan sentra produksi tanaman nanas di Kecamatan Punggur yaitu Desa
Astomulyo, dengan perkiraan pemerintah setempat terdapat 500 Ha lahan yang
berpotensi untuk dikembangkan budidaya tanaman nanas (BP3K Punggur 2014).
Terdapat sebelas kelompok tani nanas yang berada di Desa Astomulyo, dan
seluruh kelompok tani nanas tersebut tergabung dalam gabungan kelompok tani,
yaitu Gabungan Kelompok Tani Pada Makmur.
Responden dalam penelitian ini adalah anggota kelompok tani nanas yang
berada di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah.
Jumlah anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo sebanyak 350 orang
yang tersebar ke dalam 11 kelompok tani. Penentuan jumlah sampel anggota
kelompok tani nanas di Desa Astomulyo tersebut ditetapkan dengan mengguna-
kan rumus Slovin (Umar, 2004). Adapun rumus Slovin yaitu:= N1 + Ne
51
Keterangan :
N = Jumlah Populasi
n = Jumlah Sampel
e2 = Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan dalam mengambil
sampel yang masih bisa di tolerir.
Berdasarkan rumus Slovin tersebut dengan menggunakan 10 persen
tingkat derajat kesalahan, maka ditetapkan jumlah sampel pada penelitian ini
adalah 77 orang. Jumlah sampel per kelompok tani diambil dengan metode
mengalokasikan satuan-satuan sampling ke setiap masing-masing kelompok,
untuk mempermudah pengelolaan sampel terhadap 11 kelompok tani yang
terdapat di Gabungan Kelompok Tani Pada Makmur. Pengalokasian sampel
kelompok tani dilakukan dengan menggunakan rumus (Proportionate strati-
fied random sampling) yang dikemukakan oleh Sugiyono (2000), yaitu:= × nKeterangan :
ni = Ukuran sampel yang harus diambil dari stratum ke –i
Ni = Ukuran stratum ke-i
N = Ukuran populasi
Berdasarkan rumus alokasi (Propotionate stratified random sampling)
tersebut diperoleh sampel pada masing-masing kelompok seperti yang tertera
pada Tabel 8.
52
Tabel 8. Populasi dan sampel anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo
No Kelompok Tani Populasi Proporsi Proporsi Sampel
1 Suka Makmur 31 31 / 350 0.088 x 77 72 Karya Maju 41 41 / 350 0.117 x 77 93 Tani Makmur 41 41 / 350 0.117 x 77 94 Sri Rejeki 13 13 / 350 0.037 x 77 35 Sumber Nanas 33 33 / 350 0.094 x 77 76 Mino Sari 17 17 / 350 0.048 x 77 47 Sinjay 37 37 / 350 0.105 x 77 88 Sami Roso 42 42 / 350 0.120 x 77 99 Usaha Bersama 25 25 / 350 0.071 x 77 610 Berkah 46 46 / 350 0.131 x 77 1011 Mulyo Tani 23 23 / 350 0.065 x 77 5
Jumlah 350 77
Terdapat dua ragam anggota dalam suatu kelompok tani, yaitu (anggota
biasa dan anggota yang menjadi pengurus). Sebagai representasi dari kelompok
tani, maka penentuan responden pada setiap kelompok tani ditetapkan dengan
sengaja (purposive) dengan perbandingan 70 persen sampel diambil dari anggota
biasa dan 30 persen diambil dari anggota yang menjadi pengurus.
Penelitian ini dilakukan selama lima bulan yang dimulai pada bulan
Oktober 2015 sampai dengan bulan Maret 2016. Periode tersebut terbagi dalam
dua periode yaitu periode pengambilan data dan periode pengolahan dan analisis
data. Pengambilan data dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan Oktober
2015 sampai dengan bulan Januari 2016, sedangkan pengolahan dan analisis
data dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Februari—Maret 2016.
C. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
tiga teknik, yaitu: (1) Wawancara, adalah pengumpulan data dengan meminta
keterangan secara langsung kepada anggota kelompok tani nanas yang menjadi
53
responden dalam penelitian, yang diajukan melalui daftar pertanyaan yang telah
dipersiapkan, (2) Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati
secara langsung objek penelitian, (3) Pencatatan, yaitu metode pengumpulan
data dengan cara mencatat data yang telah ada pada instansi terkait dengan pe-
nelitian yaitu, Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Tengah, BP3K Punggur,
Badan Pusat Statististik Provinsi Lampung dan Badan Pusat Statistik Kabupaten
Lampung Tengah.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer berupa data yang diambil langsung dari petani anggota
Gabungan Kelompok Tani Pada Makmur dengan menggunakan kuesioner yang
telah dibuat sebelumnya, data primer meliputi: identitas responden, jadwal kerja
usahatani, luas penguasaan lahan, program kerja anggota dalam kelompok tani,
biaya usahatani, pendapatan, pengeluaran pangan, pengeluaran non-pangan, dan
pangsa pengeluaran pangan rumah tangga, dengan menggunakan metode recall
melalui wawancara langsung kepada anggota Gabungan Kelompok Tani Pada
Makmur yang telah dijadikan sampel. Data sekunder berupa data yang diambil
dari lembaga atau instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura, data Kecamatan, data Desa, serta data-data
berupa literatur-literatur (buku, catatan, laporan, artikel, jurnal dan penelitian
terdahulu).
D. Metode Analisis dan Pengujian Hipotesis
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif kuantitatif berdasarkan teori (Sugiyono, 2009). Metode ini diguna-
kan untuk menjawab seluruh tujuan pada penelitian ini. Tujuan pertama yaitu
54
mempelajari tingkat kinerja anggota kelompok tani nanas yang berada di Desa
Astomultyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah, yang diukur
melalui dimensi kerja. Tujuan kedua yaitu mempelajari tingkat pendapatan
anggota kelompok tani nanas pada Desa Astomulyo Kabupaten Lampung
Tengah. Tujuan ketiga untuk mempelajari ketahanan pangan rumah tangga
petani nanas di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung
Tengah, yang akan dianalisis secara objektif dan subjektif. Tujuan keempat
menganalisis hubungan kinerja anggota kelompok tani nanas dengan tingkat
ketahanan pangan rumah tangga di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur
Kabupaten Lampung Tengah, menggunakan uji statistik non-parametrik
korelasi rank-spearman.
1. Metode Analisis Kinerja Anggota Kelompok Tani Nanas
Pengukuran kinerja anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo
dilakukan dengan menggunakan indikator dimensi kerja yang dikemukakan
oleh Wirawan (2009). Dimensi kerja tersebut dapat dikelompokkan dalam
tiga jenis yaitu: hasil kerja, perilaku kerja, dan sifat pribadi yang berhubung-
an dengan pekerjaan. Ketiga dimensi tersebut akan dikembangkan dalam
indikator kerja yang digunakan sebagai ukuran penilaian dalam mengukur
kinerja anggota. Pengukuran dari masing-masing dimensi dan indikator kerja
tersebut, sebagai berikut:
a. Hasil Kerja
Hasil kerja anggota kelompok diukur melalui kuantitas atau produk
yang dihasilkan, kualitas produk dan efisiensi dalam penyelesaian tugas.
Untuk dapat memperoleh hasil kerja yang baik maka anggota harus dapat
55
memiliki tujuan atau objektif yang harus dicapainya. Dimensi hasil kerja
dikembangkan ke dalam tiga indikator hasil kerja yaitu:
1) Kualitas hasil kerja: kualitas hasil kerja adalah suatu standar fisik yang
diukur karena hasil kerja yang dilakukan atau dilaksanakan anggota atas
tugas-tugasnya.
2) Kuantitas hasil kerja: diukur dari jumlah kerja yang dilaksanakan oleh
seseorang anggota dalam suatu periode tertentu. Hal ini dapat dilihat
dari hasil kinerja anggota dalam kerja penggunaan waktu tertentu dan
kecepatannya dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab.
3) Efisiensi dalam melaksanakan tugas: diukur dari kemampuan anggota
dalam menjalankan aktivitas untuk memperoleh hasil tertentu dengan
menggunakan masukan (input yang serendah-rendahnya) untuk meng-
hasilkan suatu keluaran (output).
Pengukuran variabel hasil kerja ini menggunakan skala likert dengan skor
1-5 yang diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu sangat baik, baik,
sedang, buruk dan sangat buruk.
b. Perilaku Kerja
Perilaku kerja anggota diukur melalui perilaku yang ditunjukkan
oleh anggota yang berhubungan dengan pekerjaan dan tanggung jawab-
nya dalam bekerja, dimensi perilaku kerja dikembangkan ke dalam tiga
indikator :
1) Disiplin kerja: diukur dari sikap atau tingkah laku yang menunjukkan
kesetiaan dan ketaatan seseorang ataupun sekelompok orang terhadap
peraturan yang telah ditetapkan oleh instansi atau organisasinya baik
56
yang tertulis maupun tidak tertulis sehingga diharapkan pekerjaan
yang dilakukan efektif dan efesien.
2) Inisiatif: inisiatif anggota diukur dari kemampuan seseorang anggota
untuk bertindak melebihi yang dibutuhkan atau yang dituntut dari pe-
kerjaan.
3) Kerja sama: kerja sama diukur dengan mempertimbangkan kemampu-
an untuk bekerja sama dengan orang yang lain. Variabel kerja sama ini
dapat diukur melalui kemampuan anggota dalam menyelesaikan tugas-
nya bersama orang lain,kemampuan anggota dalam berinteraksi dan ke-
mampuan anggota dalam menerima masukan dan unsur-unsur baru.
Pengukuran variabel perilaku kerja ini menggunakan skala likert dengan
skor 1-5 yang diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu sangat baik,
baik, sedang, buruk dan sangat buruk.
c. Sifat Pribadi
Sifat pribadi anggota diukur dari ciri kejiwaan dalam diri anggota yang
dapat menentukan dan mencerminkan bagaimana anggota dapat merespon
lingkungannya. Dimensi sifat pribadi anggota ini dikembangkan ke dalam
tiga indikator yaitu:
1) Kepemimpinan: diukur dari kemampuan dalam mempengaruhi orang
lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku
bawahan atau kelompok, serta memiliki kemampuan ataupun keahlian
khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk men-
capai tujuan organisasi atau kelompok.
57
2) Keterampilan: diukur dari kelebihan atau kecakapan yang dimiliki oleh
seseorang untuk mampu menggunakan pikiran, ide dan kreatifitasnya
dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu, ataupun membuat
sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai
dari hasil pekerjaan tersebut.
3) Kemampuan beradaptasi : diukur dari bagaimana cara anggota untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan kelompok. Adaptasi ini diperlu-
kan oleh anggota, karena setiap lingkungan memiliki karakteristik yang
berbeda.
4) Pengetahuan: diukur melalui kemampuan anggota dalam mencari
informasi yang dapat mengubah sesuatu atau seseorang.
Pengukuran variabel perilaku kerja menggunakan skala likert dengan
skor 1-5 yang diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu sangat baik,
baik, sedang, buruk dan sangat buruk. Pengukuran dan parameter dari
hasil kerja anggota kelompok tani dapat dilihat pada Tabel 9.
58
Tabel 9. Pengukuran dan parameter hasil kerja anggota kelompok taninanas
No Variabel Indikator Sub-indikator Skor/ Ukuran1 Kinerja
anggotakelompoktani nanas
1. Hasil Kerja 1. Kualitas hasilkerja
2. Kuantitashasil kerja
3. Efisiensidalam me-laksanakantugas
Pengukuranmenggunakanskor 1- 5 denganukuran:- Tingkat hasil
kerja yangdiperolehanggota sangatbaik (5)
- Tingkat hasilkerja yangdiperolehanggota sudahbaik (4)
- Tingkat hasilkerja yangdiperolehanggota masihsedang (3)
- Tingkat hasilkerja yangdiperolehanggota masihburuk (2)
- Tingkat hasilkerja yangdiperolehanggota sangatburuk (1)
pengukuran dan parameter perilaku kerja anggota kelompok tani nanas
dapat dilihat pada Tabel 10.
59
Tabel 10. Pengukuran dan parameter perilaku kerja anggota kelompok taninanas
No Variabel Indikator Sub-indikator Skor/ Ukuran1 Kinerja
anggotakelompok taninanas
2. 2. PerilakuKerja
1. Tingkatkedisiplinananggota
2. Tingkatinisiatif kerjaanggota
3. Kemampuanbekerja sama
Pengukuranmenggunakanskor 1- 5 denganukuran:
- Tingkatperilaku kerjayang dimilikianggota sangatbaik (5)
- Tingkatperilaku kerjayang dimilikianggota sudahbaik (4)
- Tingkatperilaku kerjayang dimilikianggota masihsedang (3)
- Tingkatperilaku kerjayang dimilikianggota masihburuk (2)
- Tingkatperilaku kerjayang dimilikianggota masihsangat buruk(1)
Pengukuran dan parameter sifat pribadi anggota kelompok tani nanas dapat
dilihat pada Tabel 11.
60
Tabel 11. Pengukuran dan parameter sifat pribadi anggota kelompok taninanas
No Variabel Indikator Sub-indikator Skor/ Ukuran1 Kinerja
anggotakelompoktani nanas
3. Sifat Pribadi 1. Sifatkepemimpinan
2. Tingkatketerampilananggota
3. Kemampuanberadaptasi
4. Pengetahuananggota
Pengukuranmenggunakanskor 1- 5 denganukuran :
- Sifat pribadiyang dimilikianggotasangat baik(5)
- Sifat pribadiyang dimilikianggotasudah baik(4)
- Sifat pribadiyang dimilikianggotamasih sedang(3)
- Sifat pribadiyang dimilikianggotamasih buruk(2)
- Sifat pribadiyang dimilikianggotamasih sangatburuk (1)
61
2. Metode Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani Nanas
a. Pendapatan Usahatani Nanas
Pendapatan usahatani nanas diperoleh dengan menghitung selisih antara
penerimaan yang diterima dari hasil usahatani nanas dengan total biaya
produksi nanas yang dikeluarkan. Penerimaan dipengaruhi oleh jumlah
produksi nanas yang dihasilkan dan tingkat harga yang berlaku pada saat
nanas tersebut dijual. Untuk menghitung pendapatan dari usahatani nanas
digunakan rumus Rahim dan Hastuti (2008) yaitu:
Pd = TR –TC
TR = Y. Py
TC = FC + VC
Keterangan:Pd = Pendapatan usahataniTR = Total penerimaan (total revenue)TC = Total biaya (total cost)Y = Produksi yang diperolehPy = Harga YFC = Biaya tetap (fixed cost)VC = Biaya tidak tetap (variabel cost).
b. Pendapatan Rumah Tangga Petani Nanas
Pendapatan rumah tangga petani nanas diperoleh dari penjumlahan
pendapatan usahatani nanas dengan pendapatan usahatani selain nanas dan
pendapatan non-usahatani. Untuk mengetahui pendapatan rumah tangga
petani nanas digunakan rumus Rahim dan Hastuti (2008) yaitu:
Ytot = Y usahatani nanas + Y usahatani selain nanas + Y non usahatani
Keterangan:
Ytot = Total pendapatan rumah tangga
Y usahatani nanas = Pendapatan dari usahatani nanas
62
Y usahatani selain nanas = Pendapatan dari usahatani selain nanas
Y nonusahatani = Pendapatan dari luar usahatani.
3. Metode Analisis Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga AnggotaKelompok Tani Nanas
Penelitian tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani nanas di
Desa Astomulyo dilakukan dengan menggunakan ukuran secara obyektif
dan subjektif. Pengukuran secara obyektif yaitu dengan cara membanding-
kan besarnya pengeluaran pangan dengan pengeluaran total rumah tangga.
Apabila pangsa pengeluaran pangan RT<60% maka rumah tangga tersebut
dikatakan tahan pangan dan apabila pangsa pengeluaran pangan ≥60% maka
rumah tangga tersebut dalam kondisi tidak tahan pangan (Ilham dan Sinaga,
2013). Adapun rumus untuk menghitung pangsa pengeluaran pangan adalah:= FETE × 100%Keterangan :PPP = Pangsa pengeluaran pangan (%)FE = Pengeluaran untuk belanja pangan (Rp/bulan)TE = Total pengeluaran (Rp/bulan).
Ukuran subjektif menurut Pakpahan dan Pasandaran (1990) dalam
Rangga (2014) yaitu ukuran ketahanan pangan yang didasarkan pada opini,
pandangan, sikap atau pendapat rumah tangga petani nanas terhadap situasi
pangannya, yaitu mengenai ketersediaan pangan rumah tangga petani nanas
(mengenai kecukupan ketersediaan dan stabilitas ketersediaan pangan), dis-
tribusi pangan rumah tangga petani nanas (mengenai aksesibilitas atau ke-
terjangkauan terhadap pangan) dan konsumsi bahan pangan rumah tangga
petani nanas (mengenai pengetahuan anggota rumah tangga petani nanas
63
tentang pangan yaitu mengenai kualitas pangan yang dikonsumsinya dan
kemampuan dalam memilih pangan yang sesuai dengan kebutuhan atau
kecukupan rumah tangga petani nanas, sehingga aman untuk dikonsumsi).
Variabel, parameter, indikator dan pengukuran tingkat ketahanan pangan
rumah tangga petani nanas yang mengacu kepada Rangga (2014) dapat di-
lihat pada Tabel 12.
64
Tabel 12. Variabel, parameter, indikator dan pengukuran tingkatketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanassecara subjektif.
Variabel Indikator Sub-indikator KriteriaPengukuran
Skor
KetahananPanganRumahTanggaPetaniNanas
1. KetersediaanPangan
1. pengetahuantentang keter-sediaan pa-ngan rumahtangga petaninanas
1. Sangat rendah 12. Rendah 23. Cukup tinggi 34. Tinggi 45. Sangat tinggi 5
2. Stabilitas ke-tersediaanpangan rumahtangga petaninanas
1. Tidak stabil 12. Kurang stabil 23. Cukup stabil 34. Stabil 45. Sangat stabil 5
2. DistribusiPangan
1. Aksesibilitas/keterjangkauanrumah tanggapetani nanasterhadappangan
1. Tidak ter-jangkau
1
2. Sedikit ter-jangkau
2
3. Cukup ter-jangkau
3
4. Terjangkau 45. Sangat ter-
jangkau5
2. Cara rumahtangga petaninanas mem-perolehpangan
1. Tidak mudah 12. Kurang mudah 23. Cukup mudah 34. Mudah 45. Sangat mudah 5
3. KonsumsiPangan
1. pengetahuanrumah tanggapetani nanastentangpangan yangberkualitas
1. Sangat rendah 12. Rendah 23. Cukup tinggi 34. Tinggi 45. Sangat Tinggi 5
2. Kemampuanrumah tanggapetani nanasdalam me-miliki panganyang ber-kualitas untukdikonsumsi
1. Tidak mampu 12. Kurang mampu 23. Cukup mampu 34. Mampu 45. Sangat mampu 5
65
4. Metode Analisis Hubungan Kinerja Anggota Kelompok Tani Nanasdengan Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Untuk mengetahui hubungan kinerja anggota kelompok tani nanas
dengan tingkat ketahanan pangan rumah tangga, maka dilakukan pengolahan
dan analisis data dengan metode tabulasi yang akan diuji dengan uji statistik
non-parametrik, yaitu menggunakan uji korelasi Rank-Spearman. Peneliti
menggunakan teknik ini karena data dari instrumen penelitian menggunakan
data skala likert yang hasilnya berupa data ordinal. Pada hubungan kinerja
anggota dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga ini akan diuji tingkat
kinerja dengan tingkat ketahanan pangan berdasarkan pengukuran subjektif.
Menurut siegel (2011) rumus Rank-Spearman yaitu:
= 1 − 6 ∑n − nKeterangan :rs = Koefisien Korelasi spearmann = Jumlah responden anggotadi = Perbedaan antara X dan Y
Rumus rs ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa dalam penelitian
ini akan melihat bagaimana nilai korelasi keeratan hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat dari peringkat dan dibagi dalam klasifikasi tertentu.
Jika terdapat peringkat yang berangka sama atau kembar antara variabel X
maupun Y, maka memerlukan faktor korelasi T (Siegel, 2011), dengan
rumus yaitu:
= ∑x + ∑y − ∑di2= n − n12 − Tx
66
= n − n12 − Ty= t − t12
Keterangan :X2 = Jumlah kuadrat variabel x yang diberi korelasiY2 = Jumlah kuadrat variabel y yang diberi korelasiT = Faktor KorelasiTx = Jumlah faktor korelasi variabel xTy = Jumlah korelasi variabel yN = Jumlah responden anggota
Untuk mencari t-hitung uji korelasi rank spearman dipergunakan rumus
t-hitung berdasarkan teori (Siegel, 2011). Rumus t-hitung uji korelasi Rank
Spearman adalah:
= − 21 −Perhitungan korelasi Rank Spearman tersebut dilakukan dengan meng-
gunakan program perhitungan Statistical Package for Social Science (SPSS),
dengan kriteria pengambilan keputusan mengacu pada teori yang disampai-
kan oleh Sulaiman (2003), yaitu:
1. Jika t hitung ≥ t tabel atau jika sig. (2-tailed) ≤ α/2, maka terima H1, tolak
H0, artinya terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji.
2. Jika t hitung < t tabel atau jika sig.(2-tailed) > α/2, maka terima H0 tolak
H1, artinya tidak terdapat hubungan antara kedua variabel yang diuji.
E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Menurut Mustafa (2009), validitas (validity) dan reliabilitas (reliability)
merupakan dua hal penting dalam kaitannya dengan pengukuran. Dalam pe-
nelitian untuk mengetahui hasil pengukuran suatu alat ukur/instrumen akan di-
67
lakukan dengan penganalisaan, dan untuk menghasilkan kesimpulan yang baik
maka data yang dianalisis harus memenuhi persyaratan valid dan reliabel. Data
yang dapat memenuhi persyaratan valid dan reliabel dapat diperoleh dengan
instrumen yang memenuhi persyaratan valid dan reliabel.
Pada penelitian ini alat ukur/instrumen yang digunakan berupa kuesioner,
oleh karena itu kuesioner sebagai alat ukur harus memenuhi persyaratan valid
dan reliabel agar dapat menghasilkan kesimpulan yang baik. Uji validitas dan
reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 21.
1. Validitas Instrumen
Validitas atau kesahihan suatu alat ukur/instrumen adalah ukuran yang
menyatakan seberapa tepat alat ukur/instrumen tersebut mampu menghasil-
kan data sesuai dengan ukuran yang sesungguhnya (Mustafa, 2009). Secara
umum jenis validitas yang digunakan dalam penelitian sosial dan ekonomi
adalah validitas konstruksi. Pilihan jenis validitas ini didasarkan pada per-
timbangan yaitu:
a) Relatif mudah untuk dilakukan
b) Tingkat keandalan hasil uji dengan validitas jenis ini sangat baik
c) Variabel yang diukur biasanya berasal dari konstruksi teori
Validitas konstruksi tersebut diuji dengan melakukan analisis faktor
(Rianse dan Abdi, 2009), yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item alat
ukur/instrumen dengan rumus pearson product moment yaitu:
2222 ...
.
YYnXXn
YXXYn
hitungr
68
Keterangan:rhitung = Koefisien korelasi∑X = Jumlah skor item∑Y = Jumlah skor total (seluruh item)N = Jumlah respondenKaidah keputusan pada uji-r yaitu:
a) Jika rhitung ≤ rtabel berarti tidak valid
b) Jika rhitung > rtabel berarti valid
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan seberapa tinggi suatu alat
ukur instrumen dapat dipercaya atau dapat diandalkan, artinya reliabilitas
menyangkut ketepatan (dalam pengertian konsisten) alat ukur atau instrumen
(Mustafa, 2009). Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode
alpha, metode alpha adalah suatu metode untuk mencari reliabilitas internal
(internal consistency), dengan menganalisis reliabilitas alat ukur dalam satu
kali pengukuran. Langkah-langkah mencari reliabilitas dengan mengguna-
kan metode alpha adalah:
a. Menghitung varians skor setiap item pertanyaan dengan rumus:
NN
XX
i
ii
s
2
Keterangan:Xi = Jumlah skor item pertanyaanN = Jumlah responden/sampel
b. Menghitung varians semua item pertanyaan dengan rumus:
∑ Si = S1 + S2 + S3 + ...+ Sn
Keterangan:
S1 + S2 + S3 + ...+ Sn = Varians item petanyaan ke 1, 2, 3,..., n
69
c. Menghitung varians total dengan rumus:
NN
XX
t
tt
s
2
Keterangan:Xt = Total seluruh item pertanyaanN = Jumlah responden/sampel
d. Menghitung nilai koefisien reliabilitas alpha dengan rumus:
t
iii S
S
k
kr 1
1
Keterangan:rii = Nilai reliabilitasSi = Varians skor tiap item pertanyaanSt = Varians totalk = Jumlah item pertanyaan
Untuk mengetahui apakah item pertanyaan reliabel untuk digunakan
sebagai alat ukur/instrumen maka nilai koefisien reliabilitas dibanding-
kan dengan nilai rtabel pada α = 1% atau 5% dan db tertentu (db = N-1).
Kriteria keputusan:
1) Jika rii ≤ rtabel (α,db), maka alat ukur tidak reliabel
2) Jika rii > rtabel (α,db), maka alat ukur reliabel.
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Tengah
1. Keadaan Geografis
Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang
terletak di Provinsi Lampung. Secara geografis Kabupaten Lampung
Tengah terletak pada kedudukan 104°35' sampai dengan 105°50' Bujur
Timur dan 4°30' sampai dengan 4°15' Lintang Selatan. Luas wilayah
Kabupaten Lampung Tengah seluas 4.789,62 Km, yang terletak pada
Bagian Tengah Provinsi Lampung, berbatasan dengan:
a) Sebelah utara dengan Kabupaten Lampung Utara
b) Sebelah selatan dengan Kabupaten Pesawaran
c) Sebelah timur dengan Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro
d) Sebelah barat dengan Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat.
2. Keadaan Iklim
Secara umum Lampung Tengah beriklim Tropis Humid dengan
angin laut bertiup dari Samudera Indonesia dengan kecepatan angin rata-
rata 5,83 Km/jam. Memiliki temperatur rata-rata berkisar antara 26°C –
28°C pada daerah dataran dengan ketinggian 30—60 meter. Temperatur
maksimum yang sangat jarang dialami adalah 33° C dan juga temperatur
minimum 22° C. Sebagian besar wilayah Kabupaten Lampung Tengah
71
berada pada ketinggian 15—65 m.dpl dan mempunyai kemiringan lereng
antara 0—2 persen (92,29 %). Jenis tanah didominasi oleh jenis latosol
dan podsolik merah.
3. Keadaan Penduduk
Penduduk Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari penduduk etnis
Lampung dan pendatang. Penduduk asli yang bermukim di Kabupaten
Lampung Tengah terdiri dari masyarakat Kebuaian Abung Siwo Migo
dan masyarakat Pubian. Penduduk pendatang, terdiri dari kelompok
masyarakat Semendo, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur,
Jawa Barat, Bali, Batak dan berbagai suku yang ada di Indonesia.
Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2014 memiliki penduduk
sebanyak 1.214.720 jiwa, yang terdiri dari 619.089 jiwa penduduk laki-
laki dan 595.631 jiwa penduduk wanita, dengan sex ratio sebesar 103,94
dan Kepadatan penduduk rata-rata sebesar 242 jiwa per km. Rata-rata
per- tumbuhan penduduk sebesar 4,86 persen per tahun. Komposisi pen-
duduk berdasarkan kelompok umur 0—14 tahun adalah 30 persen, umur
15—64 tahun adalah 65 persen dan 65 tahun ke atas 5 persen (Tabel 13).
Tabel 13. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di KabupatenLampung Tengah tahun 2014
No Uraian Jumlah1.2.3.4.
Jumlah penduduk laki-laki (Jiwa)Jumlah penduduk perempuan (Jiwa)Jumlah penduduk keseluruhan (Jiwa)Kepadatan penduduk (%)
619.089595.631
1.214.720242
Rata-rata pertumbuhan penduduk (%) 4,86Sumber: BPS Lampung Tengah, 2015
72
4. Gambaran Umum Pertanian
Kabupaten Lampung Tengah adalah satu daerah penyanggah pangan
di Provinsi Lampung, pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dalam
empat tahun terakhir terus memperkuat pembangunan sektor pertanian.
Sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Lampung Tengah di-
manfaatkan untuk sektor pertanian, oleh sebab itu sektor pertanian me-
miliki kontribusi yang cukup besar sebagai sumber pendapatan dan mata
pencaharian pokok penduduk di Kabupaten Lampung Tengah. Distribusi
penggunaan lahan pertanian pada Kabupaten Lampung Tengah dapat di-
lihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Distribusi penggunaan lahan di Kabupaten Lampung Tengahtahun 2013
PenggunaanLahan
Realisasi Dalam Satu Tahun (Ha)Tidak
diusahakanJumlahDitanami Padi Tidak
ditanamiPadi
3Kali 2 Kali 1 Kali
Lahan SawahIrigasi Teknis 3.741 27.055 16.054 1.072 47.922Irigasi ½ Teknis 580 2.444 574 3.598Irigasi Sederhana 345 2.156 409 2.910Irigasi desa 240 2.433 345 22 238 3.278Tadah Hujan 5.917 4.936 18 10.871Lebak 20 1.925 6.118 8.063Polder 83 83Jumlah 4.926 41.930 28.519 1.094 256 76.725Lahan Bukan Sawaha. Tegal/Kebun 64.108b. Ladang/Huma 146.992c. Perkebunan 17.058f. Kolam/Tebat/Empang 1.260h.Sementara tidak diusahakan 623i. Lainnya (pekarangan yg ditanami pertanian dll) 19.259Jumlah 249.300Jumlah Total 326.025
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah, 2014
73
Pada Tabel 14 dapat diketahui bahwa secara mayoritas lahan per-
tanian yang ada di Kabupaten Lampung Tengah lebih dimanfaatkan
untuk kegiatan pertanian bukan sawah yaitu seluas 249.300 Ha, dan
hanya 76.725 Ha yang dimanfaatkan dalam kegiatan pertanian lahan
sawah. Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa secara
mayoritas lahan pertaniaan yang ada di Kabupaten Lampung Tengah
dimanfaatkan dalam kegiatan usahatani bukan sawah, yaitu perladang-
an dan huma dengan jumlah pemanfaatan lahan seluas 146.992 Ha.
Kabupaten Lampung Tengah merupakan daerah penyangga pangan
bagi wilayah Provinsi Lampung, oleh karena itu maka lahan ladang atau
huma yang terdapat di kabupaten tersebut lebih banyak digunakan untuk
kegiatan budidaya tanaman pangan dan hortikultura. Buah nanas merupa-
kan salah satu produk hortikultura unggulan yang terdapat di Kabupaten
Lampung Tengah, dengan jumlah produksi mencapai 721.112 ton pada
tahun 2013 dan menurut Dinas Pertanian setempat jumlah ini akan terus
bertambah karena jumlah pemanfaatan lahan dalam usahatani nanas di
Kabupaten Lampung Tengah juga terus bertambah setiap tahun. Keber-
hasilan tersebut dapat diraih karena kabupaten ini sangat memperhatikan
infrastruktur yang dapat mendukung laju pertumbuhan sektor pertanian,
infrastruktur pertanian tersebut salah satunya adalah saluran irigasi.
Sistem pengairan irigasi di Kabupaten Lampung Tengah sudah
dimulai sejak tahun 1930-an melalui sistem irigasi teknis bendungan
Argoguruh yang memanfaatkan aliran sungai Way Sekampung dan juga
berasal dari bendungan Batu Tegi. Saluran irigasi ini mampu mengairi
74
areal sawah seluas lebih kurang 60.000 Ha meliputi areal sawah yang
berada di Kecamatan Trimurjo, Punggur, Seputih Raman dan daerah
sekitarnya.
B. Gambaran Umum Kecamatan Punggur
1. Keadaan Geografis
Kecamatan Punggur merupakan salah satu dari 28 kecamatan yang
ada di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Kecamatan ini
mulai dibuka pada tahun 1954, berdasarkan Undang-Undang Nomor 14
tahun 1964, maka dibentuklah pemerintahan Kecamatan Punggur dangan
Ibukota Tanggulangin, secara administratif kecamatan ini membawahi
sembilan desa, yaitu sebagai berikut:
a) Desa Mojopahit f) Desa Totokaton
b) Desa Ngestirahayu g) Desa Nunggalrejo
c) Desa Astomulyo h) Desa Badran Sari
d) Desa Tanggulangin i) Desa Sri Sawahan
e) Desa Sidomulyo
Kecamatan Punggur terletak pada 114.350 Bujur Barat sampai
dengan 114.400 Bujur Timur dan 5.000 Lintang Utara sampai dengan
5.050 Lintang Selatan dengan ketinggian dari permukaan laut antara 25
sampai 50 m. Jarak antara Kecamatan Punggur dan Ibukota Kabupaten
Lampung Tengah kurang lebih 14 km, dari Ibukota Provinsi Lampung
kurang lebih 70 km dan kurang lebih berjarak 10 km dari Ibukota Metro.
Wilayah Kecamatan Punggur berbatasan dengan:
a) Sebelah utara : Kecamatan Kotagajah
75
b) Sebelah selatan : Kota Metro
c) Sebelah barat : Kecamatan Gunung Sugih dan Trumurjo
d) Sebelah timur : Kecamatan Pekalongan dan Lampung Timur.
2. Keadaan Iklim
Kecamatan Punggur memiliki rata-rata curah hujan (CH) tahunan
berkisar antara 1.551 mm sampai dengan 2.836 mm, dan hari hujan (HH)
79 hari sampai 139 hari. Berdasarkan catatan hujan selama lima tahun
terakhir, curah hujan dan hari hujan tertinggi berada pada tahun 2010
yaitu dengan curah hujan sebesar 2.836 mm dan hari hujan selama 139
hari, curah hujan dan hari hujan terendah berada pada tahun 2012 yaitu
dengan curah hujan hanya sebesar 1.551 mm dan hari hujan selama 79
HH, dengan temperatur udara antara 27oC sampai 32oC (Tabel 15).
Tabel 15. Data curah hujan dan hari hujan Kecamatan Punggur tahun2010—2014
Bulan Tahun2010 2011 2012 2013 2014
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HHJanuari 471 19 361 12 184 13 312 15 209 16Februari 398 12 163 10 71 9 279 10 330 12Maret 365 16 344 21 287 10 219 10 327 12April 142 8 348 8 177 6 266 15 283 12Mei 241 14 141 7 64 5 140 7 230 14Juni 148 10 66 7 57 2 165 7 111 7Juli 285 13 31 4 38 3 226 11 74 7Agustus 135 8 20 2 12 2 100 9 35 3September 92 11 35 2 65 1 40 7 45 5Oktober 125 6 126 6 59 5 177 5 80 8November 233 10 118 8 67 6 165 13 105 13Desember 201 12 237 12 470 17 574 17 200 20JumlahRata-rata
2836236,3
13911,5
1990164,2
998,1
1551129
796,6
2653221
12610
2029133,3
1296,9
Sumber: BPS Lampung Tengah, 2015
76
3. Keadaan Penduduk
Penduduk Kecamatan Punggur terdiri atas Penduduk Asli Lampung
dan penduduk pendatang. Penduduk Asli Lampung sebagian besar berada
di Desa Totokaton sedangkan penduduk pendatang terdiri atas masyarakat
Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Batak, Padang, Semendo,
dan beberapa suku lain dari Indonesia.
Penduduk merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam me-
nentukan tercapainya upaya pembangunan. Penduduk adalah penggerak
sekaligus pemain dalam keberlangsungan pembangunan dengan segala
aktivitasnya. Pada tahun 2014 Kecamatan Punggur memiliki penduduk
sebanyak 37.841 jiwa, yang terdiri dari 19.004 jiwa penduduk laki-laki
dan 18.828 jiwa penduduk perempuan, dengan Kepala Keluarga (KK)
sejumlah 10.364 KK yang tersebar di sembilan desa (Tabel 16).
Tabel 16. Sebaran penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Punggurtahun 2014.
No Desa Jumlah KK(Rumah Tangga)
Jumlah Penduduk TotalLaki-laki Perempuan
123456789
MojopahitNgestirahayuAstomulyoTanggulanginSidomulyoTotokatonNunggalrejoBadran SariSari Bawahan
891638
1.9411.4921.1121.5871.578
490635
1.6051.3683.3892.8002.1942.8272.795
8891.137
1.6461.4023.1882.7192.2672.6962.848
8851.177
3.2512.7706.5775.5184.4615.5235.6431.7842.314
Jumlah 10.364 19.004 18.828 37.841Sumber: Programa BP3K Punggur, 2015
77
Tabel 16 menunjukkan bahwa Desa Astomulyo adalah desa yang
memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu 6.577 penduduk, yang terdiri
atas 3.389 penduduk laki-laki dan 3.188 penduduk perempuan, dengan
jumlah kepala keluarga sebanyak 1.941 KK. Berdasasarkan data ter-
sebut juga dapat diketahui jika Desa Badan Sari adalah desa yang me-
miliki jumlah penduduk terendah yaitu hanya sebanyak 1.784 penduduk.
4. Matapencaharian Penduduk Kecamatan Punggur
Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh
taraf hidup yang layak serta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mata
pencaharian pada masyarakat desa cenderung homogen, dan dominan ber-
ada pada sektor pertanian. Sebaran penduduk di Kecamatan Punggur ber-
dasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Sebaran Penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian diKecamatan Punggur tahun 2014
No Mata Pencaharian Jumlah Persentase1 Petani 13.632 91,42 Pedagang 350 2,44 PNS/Swasta 877 5,95 TNI/Polri 43 0,3
Jumlah 1 4.902 100Sumber: Monografi Kecamatan Punggur, 2015
Tabel 17 menunjukkan bahwa mata pencaharian utama penduduk di
Kecamatan Punggur adalah petani, yaitu sebanyak 13.612 jiwa penduduk
bekerja pada sektor pertanian, hal ini sesuai dengan potensi sumberdaya
yang ada di Kecamatan Punggur yang memiliki sumberdaya yang cukup
baik dalam kegiatan di sektor pertanian, sedangkan sektor terkecil berada
78
di sektor TNI/ Polri, yaitu hanya 43 jiwa penduduk Kecamatan Punggur
yang bekerja di sektor tersebut.
5. Keadaan Umum Pertanian
Kecamatan Punggur pada saat ini mendapatkan perhatian khusus dari
Dinas Pertanian Provinsi Lampung seiring dengan revitalisasi pertanian di
subsektor tanaman pangan, khususnya tanaman padi dan nanas. Hal ini di-
sebabkan karena wilayah Kecamatan Punggur terhitung sebagai wilayah
potensial untuk lahan pertanian padi. Terlihat dari luas lahan yang ada di
Kecamatan Punggur sebagian besar dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
Kecamatan Punggur mempunyai potensi lahan pertanian seluas 5.353 Ha
dengan total produksi mencapai 43.344 ton/tahun.
Selain tanaman padi, peluang investasi subsektor pertanian lebih di-
arahkan pada komoditas tanaman hortikultura, yaitu nanas. Buah nanas
merupakan komoditas ekspor yang juga menjadi andalan bagi Kecamatan
Punggur. Selama ini budidaya nanas hanya dilakukan secara tradisional
oleh penduduk dalam jumlah yang terbatas. Jika dikelola secara modern,
komoditas nanas akan menjadi salah satu barang dagangan yang memiliki
prospek yang cukup cerah. Untuk saat ini potensi tanaman hortikultura
tersebut banyak ditemui di Desa Astomulyo, luas lahan pertanian Ke-
camatan Punggur berdasarkan jenis penggunaannya dapat dilihat pada
Tabel 18.
79
Tabel 18. Luas wilayah menurut jenis penggunaan lahan di KecamatanPunggur tahun 2014
No Desa Luas Lahan (Ha)Lahan Sawah Lahan Kering Kolam Jumlah
1 Mojopahit 156 142 3 3012 Ngestirahayu 437 147 3,75 587,753 Astomulyo 682 382 4 1.0684 Tanggulangin 364 261 2,75 627,755 Sidomulyo 375 184,5 0,75 560,256 Totokaton 542 306 10,25 858,257 Nunggalrejo 144 228 7 3798 Badran Sari 178,5 73 5 256,59 Sari Bawahan 258 130 8 396
Jumlah 3.136,5 1.853,5 44,5 5.353,5Sumber: Programa BP3K Punggur, 2015
Tabel 18 menjelaskan bahwa Desa Astomulyo adalah daerah yang
memiliki penguasaan lahan terluas yaitu 1.068 Ha, lahan tersebut terdiri
dari 682 Ha lahan sawah, 382 Ha lahan kering, dan 4 Ha kolam, sedang-
kan Desa Badran Sari merupakan daerah yang memiliki luas penguasaan
lahan terkecil yaitu seluas 256,5 Ha yang terdiri dari 178,5 Ha lahan
sawah, 73 Ha lahan kering dan 5 Ha kolam.
C. Gambaran Umum Desa Astomulyo
1. Keadaan Geografis
Desa Astomulyo adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan
Punggur Kabupaten Lampung Tengah, Desa Astomulyo memiliki lahan
secara keseluruhan seluas 3.050 Ha. Desa ini terletak kurang lebih 2 km
dari Ibukota Kecamatan, 8 km dari Ibukota Kabupaten, dan 48 km dari
Ibukota Provinsi. Secara administratif Desa Astomulyo berbatasan
langsung dengan beberapa desa yang ada di Kecamatan punggur, yaitu:
80
a) Sebelah Utara dengan Desa Buyut Ilir
b) Sebelah Timur dengan Desa Tanggul Angin
c) Sebelah Selatan dengan Desa Ngestirahayu
d) Sebelah Barat dengan Desa Mojopahit.
2. Topografi dan Iklim
Desa Astomulyo merupakan daerah tropis, dengan curah hujan
rata-rata 1.200 mm/tahun dan rata-rata jumlah bulan basah dan kering
masing-masing enam bulan per tahun. Rata-rata temperatur di Desa
Astomulyo berkisar antara 35oC sampai 37oC. Kelembaban udara
rata-rata Desa Astomulyo adalah 70 persen, dengan rata-rata tinggi
muka air tanah 10 m.
Jenis tanah di Desa Astomulyo termasuk jenis tanah podzolik merah
kuning dengan drainase sedang sampai cukup baik. Derajat keasaman
tanah (pH) di Desa Astomulyo adalah 5,5 sampai dengan 7,5. Kondisi
tersebut membuat Desa Astomulyo menjadi daerah yang cocok untuk
dijadikan sebagai daerah pertanian.
3. Keadaan Penduduk dan Matapencaharian
Desa Astomulyo terdiri atas 10 dusun, dengan jumlah penduduk
sebanyak 6.577 jiwa, yang terdiri dari 1.941 kepala keluarga. Jumlah
penduduk laki-laki di Desa Astomulyo sebanyak 3.389 jiwa, sedangkan
banyaknya penduduk wanita sebanyak 3.188 jiwa. Penduduk di Desa
Astomulyo sebagian besar berada dalam usia produktif (58%), yaitu
sekitar 14 sampai 64 tahun.
81
Penduduk di Desa Astomulyo sebagian besar (35,40%) bermata
pencaharian disektor pertanian . Selain di bidang pertanian, mata pen-
caharian lain yang ada di Desa Astomulyo adalah sebagai wiraswasta
(25,70%), PNS (1,20%), buruh (2,10%), TNI/Polri (0,10%), dan pekerja-
an lainnya (35,30%) (Tabel 19).
Tabel 19. Jumlah penduduk Desa Astomulyo menurut matapencaharian
No Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)1 Petani 1.980 35,402 PNS 67 1,203 Wiraswasta 1.438 25,704 TNI/Polri 6 0,105 Buruh 123 2,106 Dll 1.979 35,30
Jumlah 5.593 100Sumber: BP3K Punggur, 2015
Tingkat pendidikan penduduk Desa Astomulyo secara umum masih
tergolong rendah, rata-rata lulusan Sekolah Dasar dan masih banyak ter-
dapat penduduk yang tidak mengenyam pendidikan. Jumlah penduduk
yang hanya lulusan SD sebanyak 2.441 orang atau sebesar 37,11 persen.
Sebaran tingkat pendidikan penduduk Desa Astomulyo dapat dilihat pada
Tabel 20.
Tabel 20. Sebaran penduduk Desa Astomulyo berdasarkan tingkatpendidikan tahun 2014
No Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)1. Tidak Sekolah 343 5,202. Belum Sekolah 686 10,433. SD 2.441 37,114. SMP 1.750 26,615. SMA 1.158 17,616. Perguruan Tinggi 199 3,03
Jumlah 6.577 100Sumber: Profil Desa Astomulyo 2015
82
4. Keadaan Umum Pertanian
Masyarakat di Desa Astomulyo sebagian besar melakukan budidaya
tanaman pangan dan tanaman hortikultura. Tanaman pangan yang dibudi-
dayakan oleh petani adalah padi dan jagung, sedangkan untuk tanaman
hortikultura adalah sayur-sayuran dan buah-buahan khususnya nanas.
Keadaan agroklimat Desa Astomulyo sangat mendukung dalam pem-
budidayaan tanaman nanas.
Tanaman nanas dahulu merupakan tanaman pekarangan yang luas-
nya ± 5 hektar dan kurang dibudidayakan. Akan tetapi setelah ada pem-
binaan dari dinas pertanian setempat terjadi pengembangan areal lahan
nanas dan nanas memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Saat ini lahan
nanas di Desa Astomulyo mencapai ± 310,50 Ha. Lahan pertanian di
Desa Astomulyo yang memiliki potensi untuk dikembangkan masih ter-
sedia cukup luas, sehingga pemerintah setempat melakukan program pe-
ngembangan areal lahan nanas sampai 500 Ha
Luas areal penanaman nanas di Desa Astomulyo menempati urutan
ketiga setelah padi dan jagung, namun saat ini banyak petani yang sudah
mengonversi lahan jagung menjadi lahan nanas. Hal ini dikarenakan, ber-
dasarkan pengalaman petani yang sudah melakukan budidaya nanas, pen-
dapatan yang diperoleh dari budidaya nanas jauh lebih besar dibanding-
kan budidaya jagung.
Luas lahan di Desa Astomulyo yang telah digunakan untuk usaha-
tani nanas adalah seluas 310 Ha, dan potensi lahan yang dapat digunakan
di Desa Astomulyo dalam budidaya nanas adalah seluas 500 Ha. Desa
83
Astomulyo memiliki luas wilayah sebesar 3.050 Ha yang pemanfaatannya
terbagi ke dalam tiga aspek yaitu: aspek pertanian lahan basah seluas 640
Ha atau setara dengan 20,98 persen, aspek pertanian perladangan seluas
360 Ha atau setara dengan 11,80 persen, dan sisanya 2.050 Ha digunakan
untuk daerah pemukiman atau perkampungan (Tabel 21).
Tabel 21. Jenis penggunaan lahan Desa Astomulyo tahun 2014
No Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1 Lahan basah (Sawah) 640 20,98
2 Lahan Kering (ladang) 360 11,80
3 Perkampungan 2.050 67,22
Jumlah 3.050 100%
Sumber: BP3K Punggur, 2015
5. Keadaan Umum Kelompok Tani di Desa Astomulyo
a. Gapoktan Pada Makmur
Desa Astomulyo memiliki 32 kelompok tani, dan seluruh kelompok
tani tersebut tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang
bernama Gapoktan Pada Makmur. Gapoktan Pada Makmur didirikan
pada tanggal 08 November 2007. Gapoktan ini berlandaskan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945, yang berasaskan kekeluargaan dan
gotong royong, dengan tujuan:
a) Meningkatkan kerja sama serta berorientasi keseimbangan tujuan
individu, organisasi, ekonomi, dan sosial
b) Meningkatkan produksi usahatani yang digeluti oleh para anggota
dengan menerapkan manajemen dan teknologi secara tepat
84
c) Meningkatkan teknologi dan pemanfaatan informasi serta kerja sama
yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas usaha para anggota.
Jumlah anggota Gapoktan Pada Makmur adalah 1.140 orang, yang ter-
diri atas 1.110 orang laki-laki dan 30 orang wanita. Kelompok tani tersebut
terbagi dalam dua komoditas yaitu kelompok tani padi dan kelompok tani
nanas, dengan jumlah kelompok tani padi sebanyak 21 kelompok sedang-
kan jumlah kelompok tani nanas sebanyak 11 kelompok. Daftar kelompok
dan jumlah anggota Gapoktan Pada Makmur dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Daftar kelompok tani anggota Gapoktan Pada Makmur
No Nama Kelompok Ketua Komoditas Luas anggota1 Suka Makmur Suyantno Tan. Nanas 23,50 312 Karya Maju Suparman Tan. Nanas 34,50 413 Tani Makmur Musiran Tan. Nanas 33,75 414 Sri Rejeki Nurdin Tan. Nanas 11,00 135 Nanas Lukman Tan. Nanas 36,00 336 Mino Sari Poniman Tan. Nanas 4,00 177 Sinjay Winarto Tan. Nanas 39,50 378 Sami Roso Ponimin Tan. Nanas 17,50 429 Usaha Bersama Suyanto Tan. Nanas 39,50 2510 Berkah Muhajir Tan. Nanas 49,00 4611 Mulyo Tani Wagiman Tan. Nanas 22,25 2312 Suka Maju Sukin Tan. Pangan 48,75 4613 Karya Mukti Sumaryan Tan. Pangan 38,00 3114 Argo Makmur Sukono Tan. Pangan 37,00 3015 Maju Mapan Margono Tan. Pangan 36,00 3516 Sama Maju Sujito Tan. Pangan 36,75 4717 Karya Makmur Zainuri Tan. Pangan 17,25 4818 Sari Bumi Suhardi Tan. Pangan 25,00 2719 Atas Angin Mudadi Tan. Pangan 25,50 2520 Kerto Makmur Paryono Tan. Pangan 51,25 5021 Harapan Makmur Purnomo Tan. Pangan 64,25 3822 Tani Maju Siswadi Tan. Pangan 23,50 3023 Sri Makmur Yunsori Tan. Pangan 19,50 5024 Mandiri Muhdori Tan. Pangan 23,00 3725 Usaha Maju Ahmadi Tan. Pangan 69,50 4226 Makmur Bersama Saeun Tan. Pangan 18,50 4027 Sido Makmur Nurhadi Tan. Pangan 29,00 3328 Rukun Tani Samino Tan. Pangan 27,00 4029 Bahagia Subagio Tan. Pangan 13,75 2230 Citra Binangun Salam Tan. Pangan 33,75 3731 Harapan Maju Sugeng P Tan. Pangan 65,32 4532 Sido Makmur 2 Supardi Tan. Pangan 44,25 38
Jumlah 1057,32 1140Sumber : RDKK Gapoktan Pada Makmur, 2015
85
Tabel 22 menjelaskan bahwa Kelompok Tani Kerto Makmur dan
Kelompok Tani Sari Makmur adalah kelompok tani yang memiliki jumlah
anggota terbanyak, yaitu sebanyak 50 orang (4,38 %). Sedangkan pada
kelompok tani nanas jumlah anggota terbanyak berada pada Kelompok
Tani Berkah dengan jumlah anggota sebanyak 46 orang (4,03 %). Ber-
dasarkan luas lahan, Kelompok Tani Harapan Maju adalah kelompok tani
yang luas penguasaan lahannya terluas yaitu 65,32 Ha (6,17 %).
Sistem pengorganisasiaan dalam Gapoktan Pada Makmur berbentuk
lini, sehingga hubungan antara unit-unit organisasi dapat terjalin secara
langsung tanpa adanya bidang perantara. Struktur kepengurusan Gapoktan
Pada Makmur adalah:
Gambar 2. Struktur Organisasi Gapoktan Pada Makmur
Ketua
Wakil Ketua
Bendahara ISekertaris I
SeksiPengolahan
Hasil
Seksi Informasi
dan Teknologi
Bendahara II
Seksi SaranaProduksi
Sekertaris II
Seksi Pemasarandan Kerja sama
Seksi/Unit Usaha
86
1. Pengurus Inti:
Ketua : Sugeng Purnawan
Wakil Ketua : Paryono
Sekretaris I : Tugino
Sekretaris II : Fx. Mudadi
Bendahara : Sujito
2. Seksi Unit Usaha:
Seksi Sarana Produksi : Nurhadi
Seksi Pengolahan Hasil : Mat Saini
Seksi Pemasaran dan Kerja sama : Ahmadi
Seksi Simpan Pinjam : Zainuri
Seksi Informasi dan Teknologi : Bagio
Gambar 2 menjelaskan bahwa melalui struktur organisasi lini, ketua
kelompok sebagai penanggung jawab dapat melaksanakan pengawasan se-
cara langsung terhadap seluruh pengurus, bidang dan seluruh anggota yang
tergabung dalam Gapoktan Pada Makmur. Pengurus berpendapat bahwa
struktur tarsebut cukup baik untuk diterapkan, karena baik ketua ataupun
pengurus lainnya dapat berkordinasi secara langsung tanpa adanya bidang
yang membatasi untuk berkordinasi.
Kelompok tani di Desa Astomulyo khususnya kelompok tani nanas
cukup aktif dalam melakukan pertemuan rutin sebulan sekali. Pertemuan
tersebut biasanya dihadiri oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). Selain
pertemuan rutin, kelompok tani nanas juga melakukan diskusi pada malam
Jumat setelah melakukan pengajian. Pertemuan yang dilakukan juga mem-
87
bahas masalah budidaya, hama dan penyakit, penggunaan pupuk, dan lain-
lain, pada pertemuan tersebut juga dimanfaatkan oleh pengurus kelompok
tani untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan usahatani yang telah di-
jalankan oleh anggota, evaluasi ini dilakukan untuk melakukan pengawas-
an terhadap kegiatan budidaya yang dijalankan anggota, supaya seluruh
kegiatan usahatani dan budidaya yang dijalankan anggota dapat sesuai
dengan standar operasional yang telah ditetapkan oleh kelompok.
b. Standar Operasional Budidaya Nanas Gapoktan Pada Makmur
Gapoktan Pada Makmur telah merumuskan standar operasional
(SOP) sebagai dasar dalam pelaksanaan kegiatan budidaya nanas yang
dijalankan oleh anggota, sehingga seluruh anggota harus berpedoman
kepada SOP budidaya yang telah dirumuskan oleh Gapoktan. Melalui
SOP tersebut Gapoktan Pada Makmur berharap agar anggota dapat me-
ngikuti standar kerja dan juga standar budidaya dalam kegiatan usahatani
nanas, sehingga dapat berdampak pada peningkatan kuantitas dan kualitas
produksi nanas yang dihasilkan oleh anggota. Standar operasional dan
standar kerja yang dirumuskan oleh Gapoktan Pada Makmur tersebut di-
gunakan sebagai landasan pengukuran kinerja dalam penelitian ini. Secara
rinci standar operasional tersebut dapat dilihat pada Tabel 23.
88
Tabel 23. Standar operasional budidaya banas Gapoktan Pada Makmur
No Kategori jenisdan kegiatan
Standar Operasional
1
2
3
4
5
6
7
8
Bibit
Pengolahan Tanah
Penanaman
Penyulaman
Pemupukan
Pengendalian OPT
Pengairan dan penyiraman
Panen
- Jenis bibit Queen- Jumlah bibit 40.000 per Ha
- Tanah diolah dengan penggemburan- pembajakan tanah dilakukan denganmenggunakan mesin bajak
- Jarak tanam 150cm X 150cm- Lubang tanam berukuran 30x30x30 cm- Penanaman menggunakan metode baristunggal
Penyulaman selalu dilakukan untukmengganti bibit yang rusak dan mati
- Kandang : 2000Kg/ ha- Kompos : 2000Kg/ha- Urea : 1.400 Kg / ha- NPK : 1.800 Kg / ha- Phonska : 500 Kg/ ha
- Curaacron : 20 Botol / Ha- Demolish 18 EC : 20 Botol / Ha- Basudin 60 Ec : 15 Botol /Ha- Mitac 200 EC : 20 Botol / Ha
Tidak membutuhkan pengairan danpenyiraman
- Panen dipetik dengan bantuan arit- Hasil panen sejumlah 40.000 buah/ Ha- Buah yang dihasilkan berbobot 1,5-2,0
Kg / buah- Buah yang dihasilkan berukuran
panjang dan lebar sebesar 25cm x 10cmSumber: AD/ART Gapktan Pada Makmur, 2010
Gapoktan Pada Makmur menetapkan standar operasional budidaya yang
mengatur kegiatan budidaya usahatani nanas mulai dari persiapan pembibitan
sampai dengan standar hasil panen. Jumlah bibit yang digunakan dalam satu
89
hektar lahan ditetapkan sebanyak 40.000 bibit, yang ditanam dengan teknik
penanaman baris tunggal, bibit yang digunakan dalam budidaya tersebut
adalah bibit varietas Queen. Perlakuan budidaya yang diterapkan adalah:
pembibitan, penyulaman, pemupukan, pembungaan, pengendalian OPT, dan
pemanenan. Satu hektar lahan akan menghasilkan 40.000 buah nanas dengan
bobot seberat 1,5-2,0 Kg, serta memiliki ukuran panjang dan lebar sebesar
25x10cm.
Pupuk yang digunakan dalam budidaya adalah pupuk organik dan
pupuk kimiawi, pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang dan
kompos, sedangkan pupuk kimiawi yang digunakan adalah Urea, NPK dan
Phonska. Selain pemupukan dalam budidaya nanas juga menggunakan obat-
obatan dan pestisida yang digunakan untuk mengendalikan OPT. Pestisida
dan obat-obatan yang ditetapkan oleh kelompok adalah Curacron, Demolish
18 EC, Basudin 60 EC,dan Mitac 200 EC, seluruh komposisi dan ukuran dari
sarana produksi tersebut telah ditetapkan ukurannya sebagaimana yang disaji-
kan pada Tabel 23.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Tingkat kinerja anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo Ke-
camatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah berada pada tingkat
klasifikasi tinggi dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 115,209, se-
dangkan pada pengukuran subindikator yang mempengaruhi kinerja di-
peroleh hasil bahwa hasil kerja anggota berada pada klasifikasi sedang
dengan nilai rata-rata sebesar 41,592, perilaku kerja berada pada tingkat
klasifikasi sedang dengan nilai rata-rata sebesar 34,807, dan sifat pribadi
yang berkaitan dengan pekerjaan berada pada klasifikasi tinggi dengan
perolehan nilai rata-rata sebesar 34,807.
2. Keragaan pendapatan rumah tangga anggota kelompok tani nanas di
Desa Astomulyo terbagi menjadi tiga bagian yaitu, pendapatan dari
kegiatan usahatani nanas rata-rata sebesar Rp64.565.424,00 per tahun,
pendapatan dari usahatani selain nanas rata-rata sebesar Rp1.301.883,00
per tahun, dan pendapatan non usahatani rata-rata sebesar Rp729.870,00
155
per tahun, sehingga pendapatan total rumah tangga anggota kelompok
tani nanas rata-rata Rp66.597.177,00 per tahun.
3. Tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas
di Desa Astomulyo secara objektif menunjukkan bahwa sebagian besar
rumah tangga berada pada kategori rumah tangga yang memiliki tingkat
ketahanan pangan tinggi, yaitu sebanyak 64 rumah tangga (83,12%), dan
hanya terdapat 13 rumah tangga (16,88%) yang berada pada tingkat ke-
tahanan pangan rendah. Hal tersebut sejalan dengan hasil pengukuran
ketahanan pangan secara subjektif yang juga menghasilkan nilai rata-
rata sebesar 71,825, yang juga mengartikan bahwa tingkat ketahanan
pangan rumah tangga anggota kelompok tani nanas di Desa Astomulyo
berada pada klasifikasi tinggi
4. Tingkat kinerja yang dihasilkan oleh anggota kelompok tani nanas Desa
Astomulyo berhubungan positif terhadap tingkat ketahanan pangan
rumah tangganya, dengan koefisien korelasi sebesar 0,725 dan tingkat
kepercayaan sebesar 99 persen. Artinya semakin besar kinerja yang
dihasilkan, semakin tinggi tingkat ketahanan pangan rumah tangganya.
B. Saran
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, saran
yang dapat diberikan adalah:
156
1. Pendapatan usahatani utama masih dapat ditingkatkan dengan cara
menurunkan biaya produksi yang dikeluarkan untuk pupuk dan obat-
obatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi
pupuk dan obat-obatan telah melebihi standar operasional budidaya
yang ditetapkan oleh kelompok tani. Diharapkan anggota dapat mem-
perhatikan standar operasional penggunaan pupuk dan obat-obatan
dalam berbudidaya, guna meminimalisir biaya dan meningkatkan pen-
dapatan dalam berusahatani.
2. Kelompok tani dan gabungan kelompok tani perlu menyusun instrumen
sanksi yang dapat diberikan kepada anggota apabila anggota melanggar
dan tidak mematuhi aturan dan program standar operasional yang telah
ditetapkan oleh kelompok. Hasil penelitian kinerja menunjukkan rata-
rata anggota kelompok bersedia untuk menerima sanksi jika mereka
melanggar aturan yang ditetapkan, akan tetapi kelompok tani belum
memiliki aturan penetapan sanksi bagi anggota yang melanggar dan
tidak mengikuti aturan dan program yang ditetapkan kelompok.
3. Rumah tangga anggota kelompok tani nanas Desa Astomulyo diharap-
kan lebih memperhatikan stabilitas ketersediaan pangan dengan cara
menyediakan cadangan pangan yang dapat dikonsumsi sehari-hari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan rata-rata rumah tangga hanya
menyediakan cadangan kebutuhan pangan untuk waktu satu minggu,
baik bagi kebutuhan pangan pokok ataupun pangan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Afiat. 2015. Dampak Kinerja Gabungan Kelompok Tani Terhadap Trend HasilProduksi Komoditas Perkebunan Dan Tingkat Kesejahteraan Pekebun diKecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Skripsi. Jawa Tengah.Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret.
Ainsworth, M.S. dan Millership, A. 2002. Managing Performance People.Terjemahan. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga. 2010. AD/ART Gapoktan PadaMakmur. Lampung Tengah.
Anggraini, M. 2014. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani Kopi diKabupaten Lampung Barat. Jurnal JIIA, Volume 2 No. 2, April 2014.
Ashari, S. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press.
Azwar. 2004. Metode Penelitian, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Lampung Tengah. 2012. PemetaanKetahanan dan Kerentanan Pangan Lampung Tengah tahun 2012.Lampung Tengah.
Badan Litbang Departemen Pertanian RI. 2005. Rencana Strategis BadanPenelitian dan Pengembangan Pertanian 2005-2009. Jakarta: BadanLitbang, Departemen Pertanian RI.
Badan Pusat Statistik Lampung Tengah. 2015. Lampung Tengah Dalam AngkaTahun 2014. Badan Pusat Statistik Lampung Tengah. Lampung
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2014. Lampung Dalam Angka Tahun2013. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Lampung.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2014. Indonesia Dalam Angka Tahun2013. Badan Pusat Statistik Indonesia. Berbagai tahun penerbitan.Indonesia.
. 2015. Indonesia Dalam Angka Tahun 2014. Badan Pusat StatistikIndonesia. Berbagai tahun penerbitan. Indonesia.
158
Balai Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Punggur .2015. Monografi Kecamatan Punggur. Kecamatan Punggur. LampungTengah
. 2014. ProfilNanas Desa Astomulyo. Lampung Tengah.
2014. ProgramaPertanian Kecamatan Punggur. Kecamatan Punggur. Lampung Tengah.
. 2014. RencanaDefinitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Lampung Tengah.
Casio, W.F. 2003. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta. Erlangga.
Daniel. 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta. Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan dan kebudayaan/Pusat Bahasa. 2001. Kamus BesarBahasa Indonesia (Edisi ke-3). Jakarta: Balai Pustaka.
Dharma, S. 2005. Manajemen Kinerja. Jakarta. Penerbit: Pustaka Pelajar
Firdausi, A. Koestiono, D. dan Wahib. 2014. Analisis Tingkat KinerjaKelompok Tani Serta Hubungannya Dengan Tingkat Ketahanan PanganRumah Tangga Petani. Jurnal Agrise, Vol 14 No.2, 2014.
Frankenberger, M. 1992. Household Food Security: Concepts, Indicators,Measurements, A Technical Review. Rome: International Fund forAgricultural Development – United Nations Children Fund.
Gibson, T. 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta. Jilid I EdisiKedua, Penerbit Erlangga,
Gomes, F.C. 2003. Manjemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: Andi Ofset.
Hasibuan, S.P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan kesembilan,Jakarta : PT Bumi Aksara.
Hayadi, F.K. 2006. Analisis Kinerja Dalam Pelayanan Antenatal di BengkuluSelatan. Yogyakarta : UGM Press.
Hernanda, T. 2013 . Pendapatan Usaha Tani Jagung dan Ketahanan PanganRumah Tangga Petani di Kecamatan Simpang Kabupaten Ogan KomeringUlu Selatan. Jurnal JIIA, Vol 1 No. 4, Oktober 2013.
159
Ilham, N. dan Sinaga, B.M. 2013. Penggunaan Pangsa Pengeluaran PanganSebagai Indikator Komposit Ketahanan Pangan. Jurnal SOCA 7 (3) :213-328.
Jain, A. 2006. Design Parameters for a Rice Husk Throatless Gasifier.Agricultural Engineering International. India. Science direct.
Johnson, D.W. and Roger T. Johnson. 2005. Cooperation in the Classroom.Edina, Minnesota. A Publication Interaction Book Company.
Kane. 1993. Efektivitas Kinerja Anggota. Jakarta. Gramedia.
Karyadi, D.M. dan Santoso. 1996. Kecukupan Gizi yag Dianjurkan. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Kementerian Pertanian. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia No. 82 Tahun2013 tentang kelompok tani dan gabungan kelompok tani. Jakarta.
Kementerian Pertanian. 2015. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun 20112014. Jakarta: Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura.
Kennedy. 2002. Konservasi Gizi (Pediatric Operative Dentistry). Jakarta: EGC.
Kurniawan, F. 2008. Sari Buah Nanas Kaya Manfaat, Alternatif MeningkatkanNilai Ekonomis Hasil Panen . Yogyakarta. UGM Press.
Kurtaningsih, A. 2014. Dampak Pelatihan Petani Terhadap Kinerja UsahataniKedelai di Jawa Timur. Skripsi. Tegal. Universitas Pancasakti.
Kustika, I.D. 2011. Analisis Pengaruh Penilaian Kinerja Terhadap ProduktivitasKaryawan. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 13, hlm 51-60.
Makmuri, M. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress.
Mantra, I.B. 2004. Demografi Umum. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Maulana, A. 1998. Analisis Pendapatan dan Pemasaran Usahatani Nanas diKabupaten Subang Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Ilmu-lmu Sosial EkonomiPertanian. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Maxwell, S.F. Jonsson. and toole. 2000. Household Food Security: Concepts,Indicators, Measurements, A Technical Review. Rome: International Fundfor Agricultural Development-United Nations Children Fund.
Mc Cloy. Performance Appraisal. 1994. New Jersey.
160
Mondy, N. and Premeaux. 1999. Human Resources Managemen. SeventhEdition Prentice Hall Mc. Inc, USA.
Muchlas, M. 2006. Perilaku Organisasi. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Mulyana, D. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : RemajaRosdakarya.
Murlis. 2006. Manajemen Reward. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mustafa, H. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara.
Nurjannah, R. (2015). Tingkat Kinerja Anggota Kelompok Wanita Tani DalamProgram Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL). Skripsi.Universitas Riau. Riau
Pakpahan, A.P. 1993. Penelitian Tentang Ketahanan Pangan MasyarakatBerpendapatan Rendah. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Petanian. Bogor.
Pemerintah Republik Indonesia. 2002. Peraturan Nomor 68 Tahun 2002.Tentang Ketahanan Pangan.
Pontoh, O. 2011. Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadappola KonsumsiNelayan Di Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan SulawesiUtara. Jurnal Pacific. Vol.1 No. 6 Hal 1.038-1.040, Januari 2011.
Prihadi, S. 2004. Kinerja, Aspek Pengukuran. Jakarta. Gramedia.
Priyatno, D. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta.C.V Andi Offset
Purwaningsih, Y. 2010. Pola Pengeluaran Rumah Tangga Menurut TingkatKetahanan Pangan di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal EkonomiPembangunan Surakarta. Vol. 9 No.1 Hal 1-27, Oktober 2013.
Rahim, A.B.D. dan Hastuti, D.R.D. 2008. Pengantar, Teori dan KasusEkonomika Pertanian. Jakarta. Penebar Swadaya.
Rangga, K.K, Sayekti. W.D. 2004. Keragaan Ketahanan Pangan Rumah TanggaPetani Padi Sawah (Studi Kasus di Desa Liman Benawi 312 KecamatanTrimurjo Kabupaten Lampung Tengah). UNILA: Penelitian DIK Rutin.Universitas Lampung. Lampung.
Rangga, K.K. 2014. Keefektifan Kelompok Afinitas Usaha Mikro DalamMewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Desa Mandiri PanganProvinsi Lampung. Disertasi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
161
Rianse, U. dan Abdi. 2009. Metodelogi Penelitian Sosial dan Ekonomi Teori danAplikasi. Bandung. Alfabeta.
Sahyuti. 2007. Analisis Kelembagaan dalam Kelembagaan Pengkajian danStrategi Pengembangan Kelembagaan Pedesaan. Pelatihan AnalisaFinansial dan Ekonomi Bagi Pengembangan Sistem dan UsahataniAgribisnis Wilayah Bogor. Jawa Barat.
Samsudin. 1993. Manajemen Penyuluhan Pertanian. Bandung. Bina Cipta.
Siegel, S. 2011. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial, Terjemahan.Jakarta. PT.Gramedia.
Smith, P.S. 2002. Starch Derivatives and Their Uses in Foods. dalam: D.R.Lineback dan G.E. Inglett (eds). Food Carbohydrate. AVI PublishingCo.Inc., Westport, Connecticut. p. 5-23.
Soekartawi, 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta :PT. Raja GrafindoPersada.
Steers, M.R. 2005. Efektivitas Organisasi Perusahaan. Jakarta. Erlangga.
Stewart, T.A. 1997. Intellectual Capital : The New Wealth of Organizations,Doubleday.
Sugesti, M.T. 2015. Analisis Pendapatan Dan Pengeluaran Rumah TanggaPetani Padi Desa Sukajawa, Kecamatan Bumiratu Nuban, KabupatenLampung Tengah. Jurnal JIIA, Volume 3 No. 3, Juni 2015.
Sugiyono. 2000. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.Alfabeta
Suhardiyono, I. 1992. Penyuluhan : Petunjuk Bagi Pertanian PenyuluhanPertanian. Jakarta. Erlangga.
Suharjo. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Edisi 1. Cetakan 1. Jakarta.Bumi Aksara.
Sukanto, R. dan Handoko, T.H. 1986. Organisasi Perusahaan-Perusahaan:Teori Struktur dan Perilaku. Yogyakarta: BPFE.
Sulaiman, W. 2003. Statistik Non-Parametrik Contoh Kasus dan Pemecahannyadengan SPSS. Andi Offset. Yogyakarta.
162
Sundari, M. T. 2008. Analisis Efisiensi Ekonomi Usahatani Wortel (DaucusCarrota) di Kabupaten Karanganyar. (Tesis). Universitas Sebelas Maret.Surakarta.
Suprianto, T. 2014. Analisis Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga TaniDesa Mandiri Pangan. Skripsi. Surakarta. Fakultas Pertanian. UniversitasSebelas Maret.
Suranto. 2005. Komunikasi Perkantoran; Prinsip Komunikasi untukMeningkatkan Kinerja Perkantoran, Cetakan I. Yogyakarta. MediaWacana.
Thaha, A.R. 2000. Analisis Faktor Risiko Coastal Goiter. Jurnal GAKYIndonesia vol. 1. No 1. hal: 9-15. http://www.mediamedika.net/archives/405Diakses pada tanggal 20 Mei 2016.
Umar, H. 2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta. RajaGrafindo Persada.
Undang - Undang Republik Indonesia No.18 Tahun 2012. Tentang pangan.Jakarta.
Wahyuni, S. 2003. Kinerja Kelompok Tani Dalam Sistem Usahatani Padi danMetode Pemberdayaannya. Litbang Pertanian. Bogor.
Wardani, A.K. 2012. Analisis Usahatani Nanas Pada Kelompok Tani NanasDesa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah. Skripsi. Bogor.Institut Pertanian Bogor.
Winardi. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta. Cetakan kedua.Kencana Prenada Media Group.
Wirawan. 2009. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta. SalembaEmpat.
Yuliana, P. 2013. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Nelayan di KecamatanTeluk Betung Selatan Kota Bandar Lampung. Jurnal JIIA, Volume 1 No. 2,April 2013.