kina 1 2015
TRANSCRIPT
-
8/15/2019 kina 1 2015
1/64
EDISI 01 - 20
MADE IN INDONESIA Dirgantara IndonesiaInfo GlobalPudak ScientificNinda PratamaCitra ShipyardPropan MarineCaputra Mitra SejatiJavanese Boat
Great Asia LinkED AluminiumSatnusa PersadaDSBC IndonesiaMega Andalan KalasanRick HanesCybreedWisankaTiga Fasa InternasionalBintang ToedjoeFania Food
TEKNOLOGI Alat Deteksi dan Terapi KankerJogja Digital Valley
OPINI Sri Martono
APA & SIAPA Petrus Tedja Hapsoro
Unjuk Kemampuan Industri Dalam Negeri Show Off Te Local Industry’s Capability
-
8/15/2019 kina 1 2015
2/64
www.kemenperin.go.id
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
-
8/15/2019 kina 1 2015
3/64
Daftar Isi Contents
AKTUALITA
Unjuk Kemampuan Industri Dalam Negeri 4
MADE IN INDONESIA
Dirgantara Indonesia 8
Info Global 10
Pudak Scientific 12
Ninda Pratama 14
Citra Shipyard 16
Propan Marine 18
Caputra Mitra Sejati 20
Javanese Boat 22
Great Asia Link 24
Dirgantara Indonesia 26
ED Aluminium 28
Satnusa Persada 30DSBC Indonesia 32
Mega Andalan Kalasan 34
Rick Hanes 36
Cybreed 38
Wisanka 40
Tiga Fasa Internasional 42
Bintang Toedjoe 44
Fania Food 46
TEKNOLOGI
Alat Deteksi dan Terapi Kanker 48
Jogja Digital Valley 52
OPINI
Sri Martono 54
APA & SIAPA
Petrus Tedja Hapsoro 58
REDAKSIPemimpin Umum: Syarif Hidayat | Pemimpin Redaksi: Hartono | Wakil Pemimpin Redaksi :Siti Maryam | Redaktur Pelaksana: Habibi Yusuf Sarjono | Editor: Ni Nyoman Ambareny, Feby Setyo Hariyono | Photografer: J. Awandi | Anggota Redaksi: Intan Maria,Manangi Manalu, Titin Fauziyah Rochmawati, Djuwansyah, Krisna Sulistiyani
Alamat RedaksiPusat Komunikasi Publik, Gedung Kementerian Perindustrian, Lt 6, Jl. Gatot Subroto Kav. 52-53, JakartaTelp: (021) 5255609, 5255509, Pes. 4074, 2648.
Redaksi menerima artikel, opini, surat pembaca. Setiap tulisan hendaknya diketik dengan spasi rangkap dengan panjang naskah 3.000-6.000
karakter, disertai identitas penulis. Naskah dikirim ke redaksi Majalah KINA Kementerian Perindustrian.Majalah ini dapat diakses melalui: www.kemenperin.go.id
dari meja redaksi
Upaya memacu pertumbuhan industri dan ekonomi nasional tidak hanya dilakukan denganmengandalkan kegiatan eskpor saja. Penguasaan pasar dalam negeri juga memegang peranan pentingbagi peningkatan pertumbuhan industri dan ekonomi nasional.
Potensi pasar dalam negeri Indonesia sangat besar. Dengan jumlah penduduk yang mencapai lebih dari240 juta jiwa dan kegiatan pembangunan yang terus meningkat, tentunya akan banyak dibutuhkanberbagai macam produk.
Agar produk nasional bisa menguasai pasar dalam negeri, pemerintah telah mendorong kementerian/lembaga dan BUMN/BUMD untuk menggunakan produk dalam negeri, terutama dalam mengerjakanproyek-proyek yang didanai dari APBN.
Kebijakan pemerintah mendorong pengunaan produk dalam negeri itu tertuang dalam ProgramPeningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).
Program P3DN diharapkan dapat melindungi dan memberikan prioritas kepada industri nasional untukbersaing secara efektif di dalam pasar negeri sendiri dari serbuan barang impor pada era perdaganganbebas.
Pasar dalam negeri Indonesia yang besar diyakini dapat menjadi katup penyelamat bagi industri dalamnegeri dengan berkonsentrasi pada pemenuhan pasar domestik
Upaya pemerintah untuk mendorong peningkatan penguasaan pasar dalam negeri oleh industrinasional melalui penerapan program P3DN ini kami angkat dalam rubrik aktualita KINA Edisi 01-2015.
Dalam edisi ini, juga ditampilkan sejumlah produk karya anak bangsa yang mampu merambah pasarinternasional dan juga banyak diminati di pasar dalam negeri. Produk-produk tersebut mampu
memberikan warna baru dalam khasanah produk nasional.Tidak lupa juga di KINA edisi ini, ditampilkan beberapa temuan dan kreasi anak bangsa di bidangteknologi untuk menunjukkan kepada pembaca kalau Indonesia juga mampu berbicara dalam bidangteknologi.
Apa yang tampilkan dalam KINA Edisi 01-2015 ini diharapkan dapat menambah wawasan pembacaserta menjadi bahan dan masukan bagi instansi-instansi terkait untuk terus mendorong peningkatanpertumbuhan industri nasional.
The efforts to stimulate the industry growth and the national economy can not only rely on exportactivities solely. The domination on domestic market has also played an important role for the industry growth and the national economy.
The domestic market potential is huge. With the population of over 240 million people along with thedevelopment activities continuing to increase, a large number and variety of products are needed.
To ensure the national products are able to dominate in domestic market, the government has encouraged
the ministries/institutions, and state/local government enterprises to prioritize the use of domestic products, especially for the projects inanced by the state/local government budget.
The government policies to promote the use of domestic products has been stipulated in the Programof Increased Use of Domestic Product (P3DN).
By the P3DN program, it is expected to protect and give priority to the national industries to be able tocompete effectively in domestic market from the invasion of imported products in the era of free trade.The huge domestic market is believed to be a safety valve for the domestic industries by concentratingon fulilling the domestic market
The government efforts to increase the domestic market domination by the national industries throughthe implementation of P3DN program is explored in our Aktualita rubric in the irst edition of KINA 2015.
In this edition, a number of products made of Indonesian people that are able to compete globally, aswell as much in demand by the domestic market are also displayed. These products are able to providea new color in the repertoire of the national products.
Not forgetting, this edition of KINA also demonstrates some indings and creations of the Indonesianin the ield of technology to show to the reader that Indonesia is also able to take a role in terms of
technology.
What have been displayed in the irst edition of KINA 2015 is expected to be able to broaden the reader’sinsight as well as to be inputs for relevant parties to continuously promote the growth of the nationalindustries.
EDISI01-2015
MADEININDONESIADirgantaraIndonesiaInfoGlobalPudakScientific
NindaPratamaCitraShipyardPropanMarineCaputraMitraSejatiJavaneseBoatGreatAsiaLinkEDAluminium
SatnusaPersadaDSBCIndonesiaMegaAndalanKalasanRickHanesCybreedWisankaTigaFasaInternasional
BintangToedjoeFaniaFood
TEKNOLOGIAlatDeteksidanTerapiKankerJogjaDigitalValley
OPINISriMartono
APA&SIAPAPetrusTedjaHapsoro
Unjuk Kemampuan Industri Dalam Negeri Show Off Te Local Industry’s Capability
-
8/15/2019 kina 1 2015
4/64
4 Karya Indonesia Edisi No. 01-2015
Selain menembus pasar ekspor, saat ini banyak
industri dalam negeri yang telah mampu
memproduksi barang-barang yang diperlukan
di dalam negeri.
Meskipun demikian, di dalam negeri masih
ditemukan adanya produk-produk impor yang
sebenarnya sudah bisa bisa diproduksi oleh industri
dalam negeri.
Serbuan produk-produk impor itu tentu saja akan
memberikan dampak negatif kepada perekonomiannasional. Selain memicu timbulnya defisit neraca
perdagangan, banyaknya produk impor juga dapat
menggerus peran sektor industri sebagai penggerak
pertumbuhan ekonomi nasional.
Untuk mencegah dampak negatif tersebut,
Kementerian Perindustrian telah menyiapkan dan
menjalankan sejumlah terobosan dan kebijakan
untuk mendorong penggunaan produk dalam negeri.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan,
perangkat aturan yang mengatur penggunaan produk
dalam negeri sebenarnya secara komprehensif telah
diimplementasikan, namun memang dirasa belum
berjalan sesuai dengan harapan.
“Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian beserta peraturan turunannya secara
tegas telah menyatakan kewajiban penggunaan
produk dalam negeri,” ujarnya.
Secara detail, hal tersebut juga telah diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.Agar aturan itu bisa diimplementasikan dengan
baik, ujar Menperin, dalam jangka pendek, akan
dibangun nota kesepahaman antara Kementerian
Perindustrian dengan Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) untuk melakukan audit
penggunaan barang atau jasa dalam negeri dalam
setiap pengadaan barang/jasa yang menggunakan
APBN.
“Hal tersebut sejalan dengan Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 2 tahun 2014 tentang Pedoman
Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri
Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,” papar
Menperin Saleh Husin.
Tidak hanya penggunaan anggaran di
lingkungan pemerintah, ungkapnya, pemerintah
juga akan monitor belanja barang atau jasa yang
tidak menggunakan APBN/APBD sebagaimana
yang diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian
nomor 3 tahun 2014 tentang Pedoman Peningkatan
Penggunaan Produk Dalam Negeri Dalam Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Yang Tidak Dibiayai Dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau AnggaranPendapatan Belanja Daerah.
Selain itu, sejalan dengan penegakan peraturan
terkait penggunaan produk dalam negeri, monitoring
pemberian rekomendasi impor juga akan terus
dilakukan dengan koordinasi lintas instansi
terkait berikut penegakan hukum yang tegas bagi
pelanggaran yang dilakukan.
Menperin juga melontarkan sanksi yang diberikan
bagi pejabat pengadaan di lingkungan instansi
pemerintah yang masih belum menerapkan P3DN,
sesuai UU nomor 3 tahun 2014 pasal 86 ayat (2).
“Kepada mereka yang belum menerapkan P3DN
Unjuk Kemampuan
Industri Dalam Negeri
AKTUALITA
Sektor industri masih menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini tidak terlepas dari
kemampuan industri nasional dalam menghasilkan produk-produk berkualitas.
-
8/15/2019 kina 1 2015
5/64
5Karya Indonesia Edisi No. 01-2015
akan diberikan sanksi mulai dari peringatan tertulis,
denda administratif, sampai dengan pemberhentian
dari jabatan pengadaan barang/jasa,” jelasnya.
Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN)Terkait sektor industri yang telah memenuhi
persyaratan untuk program P3DN, Menperin Saleh
Husin mengatakan bahwa Kemenperin telah
melakukan verifikasi terhadap sektor-sektor industri
yang ada di Indonesia.
Dari hasil verifikasi tersebut, industri yang lebih
banyak menggunakan bahan baku luar dengan nilai
tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) di atas 40
persen, antara lain sebagai berikut:
Pertama, industri peralatan elektronika dengan
TKDN sebesar 41 persen, sehingga kandungan luar
mencapai 59 persen.
Kedua, industri mesin dan peralatan
pertambangan dengan TKDN sebesar 42,72 persen,
sehingga kandungan luar mencapai 57,28 persen.
Ketiga, industri alat berat, konstruksi dan
material handling dengan TKDN sebesar 45,57 persen,
sehingga kandungan luar mencapai 54,43 persen.
Keempat, industri alat transportasi dengan TKDN
sebesar 47,80 persen, sehingga kandungan luarmencapai 52,20 persen.
Kelima, industri sarana pertahanan dengan
TKDN sebesar 48 persen, sehingga kandungan luar
mencapai 52 persen.
Keenam, industri logam dan barang logam
dengan TKDN sebesar 49,62 persen, sehingga
kandungan luar mencapai 50,38 persen.
Ketujuh, industri mesin dan peralatan pabrik
dengan TKDN sebesar 53,11 persen, sehingga
kandungan luar mencapai 46,89 persen.
Dan kedelapan, industri bahan bangunan dan
konstruksi dengan TKDN sebesar 61,61 persen,
sehingga kandungan luar mencapai 38,39 persen.
Kebangkitan Industri NasionalDengan adanya ketentuan persyaratan TKDN
dalam implementasi program P3DN, diharapkan
dapat menjadi momentum kebangkitan industri
nasional. Kemampuan yang dimiliki industri dalam
negeri dalam memproduksi produk-produk tertentu
hendaknya dimanfaatkan secara optimal yang
dimulai dari pengadaan barang/jasa pemerintah.
Salah satu industri yang memiliki potensi besar
menyuplai pengadaan barang/jasa pemerintah
secara value adalah industri penunjang migas. Industri
ini membutuhkan banyak jenis produk pendukung
produksi dan operasi.“Target investasi industri ini pada tahun 2015
adalah sebesar US$22,2 milyar. Paling tidak, sekitar
40-60 persen harus mampu ditopang oleh industri
pendukung di dalam negeri,” jelas Saleh Husin.
Selain itu, ada juga industri tekstil, semen, keramik
dan industri penunjang infrastruktur lainnya yang juga
berpotensi mendongkrak penggunaan produk dalam
negeri.
Agar semakin banyak produk yang bisa masuk
dalam program P3DN, Kemenperin juga terus
berusaha meningkatkan jumlah produk dan sektor
industri yang memiliki TKDN tinggi dengan melakukan
sosialisasi kepada industri akan pentingnya TKDN
dalam pengembangan industri.
“Selain itu, dengan perangkat aturan yangmensyaratkan TKDN sebagai salah satu syarat utama
dalam pengadaannya, pelaku industri akan didorong
melakukan verifikasi TKDN baik melalui jalur mandiri,
maupun memanfaatkan fasilitas yang disediakan
oleh Kementerian Perindustrian,” lanjut Menperin.
Dijelaskan juga bahwa Kemenperin telah
berusaha untuk meningkatkan dan mengoptimalkan
penggunaan produk dalam negeri pada sektor
ketenagalistrikan.
Menurut Menperin, peningkatan penggunaan
produk dalam negeri telah dimulai sejak Program
Pembangunan Ketenagalistrikan 10.000 MW Tahap
I dan Tahap II. Namun, pada kedua program tersebut
capaian penggunaan produk dalam negeri masih jauh
dari yang diharapkan, yaitu di bawah 20 persen.Pada program ketenagalistrikan 35.000
MW, saat ini, Kementerian Perindustrian kembali
mendorong para pihak untuk memberikan dukungan
kepada industri dalam negeri untuk mengambil peran
serta secara aktif, dengan mengacu pada Peraturan
Menteri Perindustrian No. 54 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri untuk
Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan.
Adapun beberapa kebijakan yang ditetapkan oleh
Kementerian Perindustrian saat ini antara lain adalah
membentuk konsorsium industri mesin/peralatan
pendukung dalam pembangunan infrastrukturketenagalistrikan 35.000 MW
“Selain itu, kami juga melakukan sertifikasi
TKDN industri mesin/peralatan pendukung dalam
pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan 35.000
MW,” jelas Saleh Husin.
Lebih lanjut, kemampuan industri dalam negeri
tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan lebih
luas dalam pengadaan barang/jasa di luar instansi
pemerintah maupun masyarakat umum. Dengan
demikian, industri nasional diharapkan dapat bangkit
menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Kemenperin Prioritaskan Sejumlah SektorIndustri
Hingga saat ini, peran sektor industri terhadapperekonomian nasional cukup besar. Hal ini dapat
dilihat dari kontribusi sektor industri terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional yang terus
meningkat setiap tahunnya.
Agar peran sektor industri dalam perekonomian
bisa meningkat lagi, Kementerian Perindustrian terus
berusaha memacu kinerja sektor-sektor industri di
dalam negeri.
Sejumlah sektor industri pun telah diprioritaskan
Kemenperin untuk ditingkatkan kinerjanya sehingga
dapat memberikan kontribusi yang lebih besar lagi
bagi perekonomian nasional.
Menurut Menperin Saleh Husin, sejalan dengan
PP nomor 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun2015-2035, industri yang akan diprioritaskan
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni industri
andalan, industri pendukung, dan industri hulu.
Industri andalan meliputi: (1) industri pangan,
(2) industri farmasi, kosmetik, dan alat kesehatan,
(3) industri tekstil, kulit, alas kaki, dan aneka, (4)
industri alat transportasi, (5) industri elektronika dan
telematika, serta (6) industri pembangkit energi.
Sementara itu, yang termasuk dalam kelompok
industri pendukung yaitu industri barang modal,
komponen, bahan penolong, dan jasa industri.
Sedangkan industri yang masuk dalam industri
hulu adalah: (1) industri hulu agro, (2) industri logam
dasar dan bahan galian bukan logam, serta (3)
industri kimia dasar berbasis migas dan batubara.Adapun langkah yang akan dilakukan Kemenperin
untuk memacu pertumbuhan industri-industri yang
diprioritaskan tersebut antara lain menyediakan
infrastruktur industri di dalam dan di luar kawasan
industri dan atau di dalam kawasan peruntukkan
industri.
“Kami juga menetapkan kebijakan dan regulasi
yang mendukung iklim usaha yang kondusif bagi
sektor industri dan menyediakan alokasi dan
kemudahan pembiayaan yang kompetitif untuk
pembangunan industri,” pungkas Saleh Husin.
AKTUALITA
-
8/15/2019 kina 1 2015
6/64
-
8/15/2019 kina 1 2015
7/64
7Karya Indonesia Edisi No. 01-2015
Ministry of Industry Decree No. 3, 2014 regarding
the Guidelines for the Increased Use of Domestic
Products in Government Procurement of Goods/
Services that Do Not inanced by the state budget or
the local government budget.
Moreover, in line with the enforcement of
regulations related to the use of domestic products,
monitoring the provision of recommendation
of import will continue to be carried out by
coordination across relevant agencies including thestrict law enforcement for offenders.
The minister will also impose sanctioned to the
proqurement oficials within internal government
agencies still that do not implement P3DN, according
to Law No. 3, 2014 Article 86 paragraph (2).
“To those who have not implemented P3DN will
be given sanctions ranging from a written warning,
administrative ines, up to dismissal from the post of
procurement of goods/services,” he explained.
The Level of Local Content (LCL/TKDN)
Related to the industry sectors which has met
the requirements for P3DN program, The Minister
of Industry Saleh Husin said that the Ministry of
Industry has carried out veriication to industrysectors in Indonesia.
From the veriication process, the industries
using raw materials with local content level (LCL)
above 40 percent, are as follows:
First, electronic equipment industry with LCL
more than 41 percent
Second, machinery and mining equipment
industry with LCL of 42.72 percent
Third, heavy equipment industry, construction
and material handling industry with LCL of 45.57
percent.
Fourth, transports industry with LCL of 47.80
percent.
Fifth, defense facility industry with LCL of 48
percent.Sixth, metals and metal goods industry with DCL
of 49.62.
Seventh, machinery and manufacturer
equipments industry with LCL of 53.11 percent.
And eighth, building materials and construction
industry with DCL of 61.61 percent.
Revitalization of National Industry
With the provision of local content requirements
in the implementation P3DN program, it is expected
to be the momentum of the revival of national
industry. The capability of domestic industry in
producing certain products should be used optimally
starting from the government procurement of
goods/services.
One of the industries having huge potential to
supply the goods/services through the government
procurement in terms of value is the supporting
industry of oil and gas. This industry requires many
types of products to support the production and
operation.
“Investment target of this industry in 2015
reachs US $ 22.2 billion. At least, about 40-60 percent
must be able to be supported by the supporting
industry in the country, “said Saleh Husin.
In addition, there are also the textile industry,
cement, ceramics and other infrastructure
AKTUALITA
supporting industries which has the potential to
boost the use of domestic products.
In order more products can join the P3DN
program, the Ministry of Industry has also
continued to increase the number of products and
industry sectors which have high LCL, by carrying
out campaign to the industries regarding the
importance of LCL in the industry development.
“Moreover, with the regulation that requires LCL
one of the primary requirements in procurement,industry players will be encouraged to carry out
veriication of LCL either through independent
ways, as well as utilize the facilities provided by the
Ministry of Industry,” explained Minister of Industry.
He also explained that the Ministry of Industry
has tried to improve and optimize the use of
domestic products in electricity sector. According
to him, the increased use of domestic products has
been started since the Electriication Development
Program of 10.000 MW Stage I and Stage II.
However, of the both programs the achievement of
the use of domestic product is still far from expected,
which is less than 20 percent.
On the electriication program of 35,000 MW,
currently, the Ministry of Industry has continuedto strongly encourage to the parties to support
the domestic industry to take an active role, by
referring to the Minister of Industry Decree No.
54, 2012 regarding the Guidelines for the Use of
Domestic Product to the Development of Electricity
Infrastructure.
As for many policies stipulated by the Ministry
of Industry today, among others, is by establishing
the consortium of machinery industry/supporting
equipments in the development of electricity
infrastructure of 35,000 MW.
“Moreover, we also carry out LCL certiication
for machinery industry/supporting equipment in
the development of electricity infrastructure of
35,000 MW,” explained Saleh Husin.Furthermore, the capability of domestic
industries is expected to be widely used in
the procurement of goods/services outside of
government agencies and the general public.
Therefore, the national industry is expected to rise
up and to host in their own country.
The Ministry of Industry Prioritizes a Number of
Industry Sectors
Until now, the role of the industry sector to
the national economy is quite signiicant. It can be
seen from the steady increase of the contribution of
industry sector to national economic growth every
year.
In order the role of industry sector in the
economy can be further increased, the Ministry of
Industry has continued to strive the performance ofindustry sectors in the country.
A number of industry sectors have also been
prioritized by the Ministry of Industry to be
enhanced their performance so that they can give
greater contribution to the national economy.
According to Minister of Industry, Saleh Husin,
in line with the Government Regulation Number
14, 2015 regarding the Master Plan of National
Industry Development (RIPIN) Year 2015-2035,
the prioritized industries will be grouped into three
groups, namely industry mainstay, supporting
industry and the upstream industry.
The mainstay industries include: (1) food
industry, (2) pharmaceutical industry, cosmetics,
and medical equipments, (3) textiles, leather, footwear, and miscellaneous, (4) transportation
industry, (5) electronics and telematics industry and
(6) energy generator industry.
Meanwhile, the industries grouped in supporting
industries consist of: capital goods industry,
components industry, auxiliary materials industry ,
and services industry.
While the upstream industries consist of:
(1) upstream agro industry, (2) basic metal and
nonmetallic mining materials industry, and (3)
basic chemical based on oil, gas and coal industry.
The steps to be taken by the Ministry of Industry
to spur the growth prioritized industries, among
others, by providing the industry infrastructure
within and outside the industrial estates or in theindustrial allotments.
“We also impose the policies and regulations to
create the conducive business climate in industry
sectors and provide the allocation and the easiness of
competitive inancing to the industry development,”
explained Saleh Husin.
-
8/15/2019 kina 1 2015
8/64
8 Karya Indonesia Edisi No. 01-2015
MADE IN INDONESIA
Lepas Landas
Kebangkitan
Industri Dirgantara
rancangan 100% para ahli penerbangan Indonesia
ini prototipenya akan segera selesai dalam waktu
dekat ini dan pada sekitar akhir tahun akan dilakukan
penerbangan perdana. Setelah itu, pesawat akan
segera memasuki serangkaian uji kelaikan terbang
pada tahun 2016-2017.Jika sertifikat kelaikan terbang dari Kementerian
Perhubungan sudah diperoleh, PT DI akan segera
melakukan produksi komersial untuk memenuhi
pesanan pembeli. Sejauh ini sudah ada sejumlah
perusahaan penerbangan domestik yang tertarik
untuk membeli N219, antara lain Avia Star, TSE (Trans
Surya Express), NBA, Trigana, dan lain-lain. Mereka
sudah menandatangani Memory of Understanding
(MoU) – keinginan untuk membeli – sebanyak 200
unit.
“Kami telah menyelesaikan desainnya dan
sekarang sedang dikerjakan pembuatan 5.000 jenis
komponen struktur pesawat dimana 3.000 komponen
di antaranya sudah selesai dikerjakan. Sejumlah
komponen dibuat sendiri oleh PT DI, sejumlah lainnyadisubkontrakkan kepada perusahaan lain di dalam
negeri,” tutur Andi sambil menambahkan komponen
yang masih diimpor terdiri dari komponen avionik,
mesin dan bahan baku logam berupa alumunium
alloy.
Pesawat kecil ini sengaja dirancang untuk
memenuhi kebutuhan negara kepulauan seperti
Indonesia sebagai jembatan udara yang dapat
menghubungkan satu pulau dengan pulau
lainnya, khususnya di wilayah terpencil yang tidak
membutuhkan landasan yang panjang dan bagus.
Karena itu, pesawat ini sangat cocok untuk melayani
rute-rute penerbangan perintis dari dan ke berbagaidaerah di pelosok tanah air.
Pesawat N219 memiliki beberapa keunggulan
yang tidak dimiliki pesawat lain yang sejenis. Pertama,
pesawat ini harganya lebih murah dibandingkan
pesawat sejenis lainnya dan merupakan pesawat
buatan dalam negeri hasil rancang bangun putra putri
terbaik bangsa Indonesia. Perkiraannya, pesawat ini
akan dijual pada harga US$5-6 juta per unit.
Kedua, N219 yang digerakkan dua mesin
turboprop buatan pabrik mesin pesawat asal Kanada,
Pratt & Whitney PT6 memiliki kapasitas angkut beban
yang lebih besar, yaitu 2,5 ton atau 500 kg lebih berat
dibandingkan dengan daya angkut beban pesawat
sejenis lainnya.
Ketiga, tingkat kandungan komponen lokal (localcontent) mencapai 60% bahkan bisa sampai 80%
jika unsur hak kekayaan intelektual (HAKI) dimasukan
dalam perhitungan kandungan lokal tersebut. Dengan
tingkat kandungan lokal yang relatif tinggi tersebut,
maka kegiatan layanan purna jual (after sales service)
pun dapat dilakukan sepenuhnya di dalam negeri. Hal
ini pun membuka peluang bisnis baru bagi para pelaku
usaha yang terkait dengan penerbangan.
Menurut Andi, dalam hal pemasaran N219, PT DI
untuk sementara hanya akan fokus di pasar dalam
negeri terlebih dahulu. Setelah ketangguhan pesawat
dapat dibuktikan oleh para operator penerbangan
di dalam negeri, maka perusahaan berencana untuk
mulai mengekspor N219 ke pasar mancanegara,
khususnya Afrika.“Kalau proyek N219 sukses, PT DI ingin kembali
menggarap proyek pesawat dengan 50 penumpang
ke atas dengan tetap menggunakan mesin turboprop.
Selain itu, PT DI juga sudah menandatangani
kesepakatan dengan PT Regio Aviasi Indonesia (RAI)
milik Ilham Habibie untuk memproduksi pesawat
R-80 hasil rancangan PT RAI,” tutur Andi.
Walaupun sempat mengalami jatuh bangun akibat terpaaan krisis
ekonomi nasional dan global, perusahaan perakitan pesawat terbang
satu-satunya di tanah air PT Dirgantara Indonesia (DI) dapat tetap eksis
di dunia industri pesawat terbang dewasa ini.
Hal itu terjadi karena perusahaan pelat merah
ini memiliki keunggulan dalam melakukan
rancang bangun, tidak hanya di bidang
pesawat terbang tapi juga di bidang lainnya,
termasuk peralatan pendukung penerbangan,
persenjataan, kendaraan militer, dan lain-lain.Dengan kemampuan melakukan rancang bangun
itulah perusahaan mampu melakukan berbagai
terobosan produk dalam rangka memecahkan
berbagai persoalan ataupun memenuhi kebutuhan
atau permintaan yang ada, tidak hanya di bidang
penerbangan tapi juga di bidang lainnya. Demikian
disampaikan Direktur Teknologi dan Pengembangan
PT DI, Andi Alisjahbana kepada majalah KINA di
kantornya belum lama ini.
Dengan kemampuan rancang bangun itu pula,
sejak tahun 2000 PT DI mampu melakukan ekspor
komponen berbagai jenis pesawat secara reguler
ke mancanegara. Beberapa komponen pesawat
itu dipasok kepada perusahaan perakitan pesawat
terkemuka di dunia seperti Airbus Industrie yangbermarkas di Tolouse, Prancis untuk pesawat
A-320 dan A-321, bahkan untuk pesawat jumbo jet
terbesar saat ini A-380, dan Airbus Helicopters yang
memproduksi berbagai jenis helikopter.
Andi mengatakan, perusahaan kini juga sedang
mengembangkan pesawat kecil berpenumpang
19 orang yang diberi nama N219. Pesawat hasil
-
8/15/2019 kina 1 2015
9/64
9Karya Indonesia Edisi No. 01-2015
MADE IN INDONESIA
informasi | information »
PT Dirgantara Indonesia Jl. Pajajaran No. 154 Bandung 40174, IndonesiaPhone: +6222-6002572Fax: +6222-6031903Website: www.indonesian-aerospace.comE-mail: [email protected]
require a long and good runway. Therefore, this
aircraft is suitable to serve the aviation pioneer
routes from and to various areas in the corners of
the country.
The Aircraft N219 has some advantages
compared to other similar aircrafts. First, this
aircraft is cheaper than other similar aircrafts and
is a domestically made aircraft which is designed
by the best domestic experts. It is estimated that the
selling price of it is about US$5-6 million per unit.
Secondly, N219 powered by two turboprop
engines manufactured by aircraft engines company
of Canada, Pratt & Whitney has a greater load
carrying capacity that is 2.5 tons or 500 kg heavier
than the load carrying capacity of other similar
aircrafts.
Third, the level of local content has reached
60% even up to 80% if an element of intellectual
property rights (IPR) is included in the calculation of
the local content. With relatively high local content
level, then the after-sales service activities can be
entirely carried out in the country. It also opens new
business opportunities for the businesses associated
with aviation business.
According to Andi, in terms of marketing of
N219, currently PT DI will be focusing on domestic
market. After aircratf toughness and performance
can be proved by the domestic airline operators, the
company will start exporting the N219 to overseas
markets, especially Africa.
“If the project of N219 is successful, PT DI will
go back to work on a project with 50 passengers and
up by keep using turboprop engines. In addition, PT
DI has already signed an agreement with PT Regio
Aviation Indonesia (RAI) owned by Ilham Habibie to produce R-80 aircraft designed by PT RAI, “explained
Andi.
The Revival of
Aerospace Industry Although experiencing ups and downs due to the blow ofnational and global economic crisis, PT Dirgantara Indonesia(DI), the only domestic assembling aircraft company can stillsurvive in the world aircraft industry today.
It happened since PT DI (the state-owned
company) has the competitive advantage for
design competence, not only in aircraft industry
but also in other ields, including light support
equipment, weapons, military vehicles, and others.
With its design competence the company has
been able to conduct a variety of breakthrough
products in order to solve the problems or meet the
existing needs or demand, not only in aviation but
also in other ields. This was reported by the Directorof Technology and Development of PT DI, Andi
Alisjahbana to Kina Magazine in his ofice recently.
Also, with its design competence, since the year
2000 PT DI has been able to export components
of different types of aircraft to foreign countries
regularly. Some aircraft components have been
supplied to the world’s leading aircraft assembly
companies such as the Airbus Industry, based in
Tolouse, France for aircraft A-320 and A-321, even
for the currrent largest jumbo jet A-380, and Airbus
Helicopters producing various kinds of helicopter.
Andi said that the company is now also
developing small aircraft with 19 passengers named
N219. The prototype of aircraft 100% fully designed
by Indonesian aircraft experts will no longer becompleted and at around the end of the year will
performed inaugural light. Afterwards, the aircraft
will immediately enter a series of airworthiness test
in 2016-2017.
As the certiicate of airworthiness from the
Ministry of Transportation has been obtained, PT
DI will soon undertake commercial production to
meet customer orders. So far there are a number of
domestic airlines interested in buying N219, among
others Avia Star, TSE (Trans Surya Express), NBA,
Trigana, and others. They had signed a Memory of
Understanding (MoU) –the desire to buy – for about
200 units.
“We have completed the design and now we
have been manufacturing 5,000 kinds of aircraftstructural components in which 3,000 of them had
been completed. Some components are made by
PT DI itself, and others are subcontracted to other
domestic companies, “explained Andi while adding
that components that are still imported consist
of avionics components, engine and metal raw
materials that is aluminum alloy.
This small aircratf was intentionally designed
to meet the needs of an archipelago countries like
Indonesia as an air bridge to connect between
islands, especially in remote areas that do not
Take Off
-
8/15/2019 kina 1 2015
10/64
10 Karya Indonesia Edisi No. 01-2015
MADE IN INDONESIA
Avionik Pesawat TempurCita Rasa GlobalKeberadaan alat utama sistempertahanan (alutsista), sepertipesawat tempur canggih, belummenjamin suatu negara bisamengamankan wilayahnyadengan baik. Diperlukan jugaindustri pendukungnya.
perangkat ini juga dapat menampilkan informasi
pelacakan target dan intercept, data kemiringan, dan
ketinggian pesawat tempur.Produk perusahaan yang kini menjadi tren adalah
glass cockpit, yaitu perangkat avionik digital yang
berfungsi menampilkan berbagai informasi penting
kepada pilot pesawat tempur F-5 F/F Tiger seperti
navigasi, route map, countour map, posisi, dan
sebagainya. Dengan menggunakan glass cockpit,
pilot bisa menjadi lebih fokus dalam menerbangkan
pesawatnya.
Selain ketiga produk tersebut, perusahaan
yang berlokasi di Surabaya, Jawa Timur ini juga
memproduksi alat avionik lainnya, seperti Multi
Purpose Display (MPD) yang berfungsi menampilkan
berbagai informasi penting kepada pilot pesawat
tempur Hawk 100/200, Digital Voice Recorder (DVR)
untuk merekam video, radar dan audio, dan lain
sebagainya.
Peralatan avionik buatan Infoglobal yang telah
digunakan pihak militer ini telah lulus sertifikasi
kelaikan udara oleh lembaga sertifikasi Indonesian
Military Airworthiness Authority (MAA) dari
Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.
Menurut Ahmad Fauzi, produk avionik Infoglobal
juga telah mendapatkan pengakuan dari vendor
utama pesawat tempur internasional. “Pernah ada
vendor yang memeriksa pesawat tempur yang dibeli
Indonesia. Mereka berterima kasih dengan adanya
pihak yang mau memproduksi peralatan yang tidak
lagi mereka pasok,” katanya.Pengakuan dari vendor utama ini membuat
sejumlah negara, seperti Malaysia dan Uni Emirat
Arab tertarik untuk membeli produk Infoglobal.
Produk avionik yang dikeluarkan Infoglobal
dihasilkan murni dari tenaga-tenaga ahli Indonesia.
“Semua dikerjakan oleh anak bangsa, mulai dari riset,
desain hingga produksi barang jadi,” papar Achmad
Fauzi.
Untuk riset, perusahaan bisa melakukan
riset selama 6 bulan, 1 tahun atau 2 tahun untuk
menghasilkan produksi. Lamanya riset tergantung
pada kerumitan produk yang akan dihasilkan.
Perusahaan juga melakukan uji coba sesuai standar
militer internasional, baik soal ketahanan terhadap
suhu panas maupun dingin serta getaran terhadap
peralatan avionik yang akan dipasarkan
“Bahan baku juga sebagian berasal dari dalam
negeri. Hanya bahan-bahan yang belum diproduksi
di dalam negeri saja yang harus diimpor ,” pungkas
Achmad.
Saat ini, Infoglobal juga telah melebarkan sayap
usahanya dengan memproduksi flight simulator
untuk pesawat N-219 buatan PT Dirgantara Indonesia
(DI).
Berangkat dari pengalaman embargo yang
dilakukan negara produsen yang membuat
Indonesia kesulitan mendapatkan sukucadang untuk sejumlah pesawat tempurnya,
PT Infoglobal Teknologi Semesta memberikan solusi
melalui produksi perangkat avionik untuk pesawat
tempur.
Avionik merupakan peralatan di sebuah pesawat
tempur yang berhubungan dengan sistem navigasi,
komunikasi, dan persenjataan.
“Kami telah mampu memproduksi perangkat
avionik pesawat tempur yang sudah tidak diproduksi
lagi oleh vendor utama walaupun pesawat masih
laik terbang,” ujar Ahmad Fauzi, General Manager PT
Infoglobal Teknologi Semesta.
Adapun peralatan avionik yang sudah diproduksi
Infoglobal dan digunakan oleh pihak Tentara
Nasional Indonesia (TNI) antara lain Control Display
Unit (CDU). Alat ini merupakan perangkat avionik
digital yang berfungsi menampilkan data navigasi
pada pesawat tempur F-5 E/F Tiger secara real time,
mengontrol Inertial Navigation Unit (INU) untuk
melakukan aligment serta menentukan waypoint
yang akan dituju.
“Kami juga memasok Radar Display Unit atau
RDU untuk pesawat tempur TNI,” lanjut Ahmad Fauzi.
Alat ini berfungsi menampilkan hasil tangkapan
radar pada pesawat tempur Hawk 200. Selain itu,
-
8/15/2019 kina 1 2015
11/64
11Karya Indonesia Edisi No. 01-2015
MADE IN INDONESIA
Based on the experience of embargo
conducted by producer countries causing
Indonesia in trouble to procure spareparts
for a number of ighter aircrafts, PT
Infoglobal Teknologi Semesta has given solutions
through the production of avionics equipments for
the ighter.
Avionics is the equipment of ighter aircraft
corresponding with navigation, communications,
and arming system.
“We have been able to manufacture avionicsequipment of ighter aircraft that is no longer
manufactured by major vendors although the
aircraft is still it to ly,” explained Ahmad Fauzi,
General Manager of PT Infoglobal Teknologi
Semesta.
The avionics equipment already manufactured
by Infoglobal and used by the Indonesian National
Army (TNI), among others, is the Control Display Unit
(CDU). This device is a digital avionics instrument
that functions to display navigation data on ighter
aircraft F-5 E/F Tiger in real time, to control Inertial
Navigation Unit (INU) to exercise alignment and
also to determine the destination waypoint.
“We have also supplied Radar Display Unit (RDU)
for military ighter aircrafts,” Ahmad Fauzi added.
This instrument functions to display the catches of
radar at ighter aircraft Hawk 200. In addition, this
instrument can also display information about the
target tracking and intercept, the data of slope, and
The existence of the mainequipment of defense system,such as advanced ighteraircraft has not ensured astate can be able to preserveits territory well. The
supporting industries is alsoneeded.
High Quality AvionicEquipments
the altitude of aircraft.
The company’s products that
are now becoming a trend is a
glass cockpit, the digital avionics
instrument functioning to display a
variety of important information to
the pilots of ighter aircraft F-5 F/F
Tiger such as navigation, route maps,
countour map, position, and so on. By
using a glass cockpit, the pilot can be
more focused on lying the plane.In addition to these three products,
the company located in Surabaya, East
Java has also produced other avionics
equipment, such as the Multi-Purpose
Display (MPD) functioning to display
a variety of important information to a
the pilot of ighter aircraft Hawk 100/200, Digital
Voice Recorder (DVR) to record video, radar and
audio, and so forth.
The avionics equipment made of Infoglobal that
has been used by military puposes has passed the
airworthy certiication by certiication agency of
Indonesian Military Airworthiness Authority (MAA)
from the Ministry of Defence of the Republic of
Indonesia.
According to Ahmad Fauzi, the avionics product
of Infoglobal has also gained the recognition from
major vendors of International ighter aircraft.
“Once there was a vendor who checked the ighter
informasi | information »
Info Global
Jl. Sriwijaya No. 36 Surabaya 60265, Indonesia
Phone: +6231-5661802-3 Fax: +6231-5661990
Website: www.infoglobal.co.id
E-mail: [email protected]
purchased by Indonesia. They are grateful to the
company producing the equipments that they no
longer supply, “ he explained.
The recognition from major vendors has led
a number of countries, such as Malaysia and Uni
Emirates are interested to buy the products of
Infoglobal.
The products of Infoglobal are manufactured
purely by Indonesian experts. “All have been done
by the Indonesian people, ranging from research,
product design to production process of inished
goods,” explained Achmad Fauzi.
In terms of research, the company can
conduct research for 6 months, 1 year or 2 years
to manufacture a product. The duration of
doing research depends on the complexity of the
product to be manufactured. The company also
carries out testing according to the standards of
international military, as for the resistance to hot
and cold temperatures and the vibration of avionics
equipment which will be marketed
“The raw material used is largely obtained from domestic market. Only materials that are
not produced in the country still to be imported, “
Achmad Fauzi further explained.
Currently, Infoglobal has also expanded its
business by producing light simulators for aircraft
N-219 made by PT Dirgantara Indonesia (DI).
or Combat Aircraf
-
8/15/2019 kina 1 2015
12/64
12 Karya Indonesia Edisi No. 01-2015
MADE IN INDONESIA
Sudah bukan rahasia lagi apabila Indonesia
dikenal sebagai negara yang memiliki potensi
yang sangat besar di bidang industri berbasis
sumber daya alam. Namun belum banyak
orang tahu kalau di bidang industri berbasis teknologi
tinggi pun Indonesia sudah banyak berkiprah.
Salah satunya adalah industri pembuatan
komponen pesawat terbang PT Pudak Scientific
yang berlokasi di Gedebage, Bandung. Perusahaan
yang berdiri pada tahun 1979 ini pada awalnya
hanya bergerak di industri pembuatan alat peraga
pendidikan untuk SD, sekolah menengah dan sekolah
kejuruan, serta peralatan laboratorium. Beberapa
produk alat peraga pendidikan yang diproduksi di PT
Pudak Scientific di antaranya peralatan mekanika, kit
listrik dan magnet, serta automotive training system.
Perusahaan ini terus berkembang seiring
dengan perkembangan pasar dan semakin
meningkatnya tuntutan kualitas dan kompleksitas
alat peraga pendidikan, yang semakin membutuhkan
kemampuan dari berbagai disiplin ilmu dan teknik
dengan melibatkan bahan dasar berupa logam,
plastik, kayu, dan gelas.Selama 25 tahun perusahaan mampu melayani
pasar, baik di dalam maupun luar negeri dan mampu
menghasilkan produk alat peraga pendidikan yang
berkualitas. Perusahaan pun terus meningkatkan
kemampuannya dengan didukung peralatan
permesinan yang semakin canggih dan handal.
Untuk meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan agar semakin prima dengan produktivitas
yang makin baik, maka pada tahun 2000 perusahaan
membentuk CNC Division sebagai bagian dari
Engineering Department. Perusahaan pun mulai
gencar mendatang mesin-mesin CNC berpresisi tinggi
untuk memperkuat divisi baru tersebut, dimulai
dengan satu unit Cincom B20 (Autolathe) untuk
pembuatan molds, dies, dan jigs.
Hasilnya, kemampuan perusahaan untuk
memproduksi komponen-komponen berpresisi
tinggi semakin meningkat secara signifikan.
Bahkan, sampai-sampai perusahaan memiliki tim
engineering yang kelewat ‘mumpuni’ untuk sebuah
perusahaan produsen alat peraga pendidikan dan
peralatan laboratorium. Hal ini justru memungkinkan
perusahaan untuk masuk ke area produksi lain,
yaitu permesinan komponen presisi (precision part
machining).
Selang beberapa bulan kemudian, perusahaan
kembali mendatangkan mesin baru Swiss-Type
CNC Auto Lathe Machine sehubungan dengan
adanya pesanan pembuatan komponen elektrikal
berdimensi kecil. Dengan mesin tersebut, perusahaanmampu memproduksi komponen dengan toleransi
keakuratan yang tinggi dan volume produksi yang
banyak dan kurun waktu yang relatif singkat sehingga
tingkat efisiensi produksi meningkat drastis.
Karena itu, pada tahun 2004 perusahaan mulai
aktif mencari pelanggan baru di bidang produksi
komponen berpresisi tinggi. Pada tahun 2004 itu pula
PT Pudak Scientific mulai memproduksi komponen
aerospace parts, berupa komponen actuation
system part/mechanical part pesawat terbang
seperti penggerak/pengungkit sayap, atas pesanan
Good Rich Bandung yang merupakan kepanjangan
tangan dari Good Rich yang berpusat di Inggris. Setiap
bulannya, PT Pudak Scientific memasok 30.000
pieces aerospace parts yang terdiri dari 70 jenis itemparts.
Mulai tahun 2014, PT Pudak Scientific juga mulai
memasok aerospace parts kepada United Technology
Company (UTC) yang berkedudukan di Inggris.
Pasokan langsung ke Inggris ini dimulai dengan
pengiriman sampel produk komponen sebanyak
150 item untuk dilakukan pengecekan First Article
Inspection di Inggris. Dari jumlah itu, sudah diterbitkan
purchase order (PO) sebanyak 2.000 item untuk 74
jenis item.
Komponen-komponen tersebut rencananya akan
dipergunakan untuk memproduksi pesawat-pesawat
baru seperti Airbus A-350 dan A-320 Neo, Mitsubishi
Regional Jet (MRJ) dan C-series. Ada juga beberapa
komponen PT Pudak Scientific yang digunakan untukproduksi pesawat yang kini sudah beroperasi seperti
Boeing B-787.
Perusahaan yang kini mempekerjakan 1.000
orang pekerja dengan 259 orang di antaranya khusus
mengerjakan pembuatan aerospace parts, memiliki 62
unit mesin CNC berbagai jenis, termasuk diantaranya
5-axis Machining Center (5-axis milling type dan
5-axis turning type), electrical discharge machining,
cylindrical grinder, multi-axis turning center, horizontal
machining center, vertical machining center, dan lain-
lain.
Kemampuan dalam memproduksi komponen
aerospace parts PT Pudak Scientific sudah
diakui dunia dengan diraihnya sertifikasi Quality
Management System ISO 9001:2000 untuk lingkupthe manufacture of precision metal parts pada tahun
2008; sertifikasi National Aerospace and Defense
Accreditation Program (NADCAP) untuk aerospace
quality system (AQS Ac7004) pada tahun 2012; dan
sertifikasi AS9100 Rev. C yang merupakan standar
Quality Management System untuk industri aerospace
dunia.
Indonesia ternyata memiliki begitu banyak potensi terpendam yang
belum terungkap ke ruang publik yang dapat terus dikembangkan demi
kemajuan pembangunan bangsa.
Komponen PesawatPresisi Tinggi
-
8/15/2019 kina 1 2015
13/64
13Karya Indonesia Edisi No. 01-2015
MADE IN INDONESIA
props by using the basic materials such as metal,
plastic, wood, and glass.
Within 25 years the company has been able to
serve the market needs, both at domestic market
and abroad and also able to produce the high
quality products of educational props. The company
has continued to improve its capability, supported
by the use of more sophisticated reliable machinery
equipments.To improve the productivity and quality of
the products, in 2000 the company set up the CNC
Division as a part of Engineering Department.
The Company aggressively began to buy the high
precision of CNC machines to strengthen the new
division, starting with one unit CNC Cincom B20
(Autolathe) for making molds, dies and jigs.
As a result, the company’s capability to produce
high-precision of components has increased
signiicantly. Even, the company has the engineering
team considered to be much more advanced
in technology if only for a company producing
educational props and laboratory equipments. This
condition allowing the company to enter into other
production area, that is in the area of precision parts
machining.
A few months later, the company brought
another new machine from Switzerland, Type
CNC Auto Lathe Machine due to the order to make
electrical component in small dimension. With this
new machine, the company was able to produce
the components with high accuracy and with high
volume of products within a relatively short period
of time so that the level of production eficiency
increased dramatically.
Therefore, in 2004 the company began to
actively seek new customers in the production of
high-precision components. In that year PT Pudak
Scientiic also started producing aerospace parts,
namely actuation system parts/mechanical parts
of aircraft such as aircraft propulsion/lever wings,
based on the order of Good Rich Bandung, the
representative of Good Rich with the headquarter
in the UK. Each month, PT. Pudak Scientiic has
supplied about 30,000 pieces aerospace parts
consisting of 70 parts item.
In 2014, PT Pudak Scientiic has also started
supplying aerospace parts to the United Technology
Company (UTC) domiciled in the UK. The direct
supply to the UK was started with the delivery of
samples of product components for 150 items to be
checked in First Article Inspection in the UK. Of that
amount, the purchasing order (PO) of 2,000 items
for 74 types has been already issued.
Those components are planned to be used to
manufacture the new aircraft such as the Airbus
A-350 and A-320 Neo, Mitsubishi Regional Jet
(MRJ) and the C-series. There are also several
components produced by PT Pudak Scientiic that
is used for aircraft product which now have been
operationalized such as the Boeing B-787.
The company is now employing 1,000 workerswith 259 people of them speciically working
on producing aerospace parts, has 62 units of
CNC machines of various types, including 5-axis
Machining Center (5-axis milling type and 5-axis
turning type), electrical discharge machining,
cylindrical grinder, multi-axis turning centers,
horizontal machining centers, vertical machining
centers, and others.
The capability of PT Pudak Scientiic to produce
aerospace parts has been recognized globally by
receiving the Quality Management System ISO 9001:
2000 certiicate for the scope of the manufacture of
precision metal parts in 2008; National Aerospace
and Defense Certiication Accreditation Program
(NADCAP) for aerospace quality system (AQS
Ac7004) in 2012; and certiication of AS9100 Rev. C
for the standard of Quality Management System for
the world aerospace industry.
It turns out that Indonesia has so much hidden potential which hasnot been revealed to public and it can be economically exploited
for the progress of nation development.
informasi | information »
PT. Pudak Scientific
Jl. Pudak No. 4 Bandung 40113, Indonesia
Phone: +6222-7231046
Fax: +6222-7207252
Website: www.pudak-scientific.com
High Precision
Aircraft Components
It is no secret that Indonesia is considered as a
country having a huge potential in terms of
natural resource-based industries. But not many
people know that in the ield of high technology-
based industry, Indonesia has already taken apart.
One is PT. Pudak Scientiic, a company producing aircraft components that is located in
Gedebage, Bandung. The company established in
1979 is initially running the business in producing
props for elementary school, secondary schools and
vocational schools, as well as laboratory equipment.
Some products of educational props produced by
PT. Pudak Scientiic among others are mechanical
equipment, electricity and magnetism kits, and also
automotive training system.
The company has continued to grow in line
with the market developments and the increasing
demand for quality and complexity of educational
-
8/15/2019 kina 1 2015
14/64
14 Karya Indonesia Edisi No. 01-2015
MADE IN INDONESIA
Aria Odman, CEO dan sekaligus Direktur
Pemasaran PT Ninda, mengisahkan
bagaimana perusahaannya yang sudah
berkecimpung selama 14 tahun ini tetap
eksis di kala perusahaan lain yang sejenis harus
berpindah tangan ke pihak asing karena tidak mampu
lagi mempertahankan daya saingnya.
“Boleh dibilang perusahaan ini adalah perusahaan
keluarga, di mana Odman sebagai Komisaris Utama
menggerakkan perusahaan bersama istrinya, Heri
Diana, dan juga putrinya Ninke Julistya,” Saat ini,
Ninda memiliki 800 orang pekerja dengan dua shift
waktu kerja. Selain itu, ada tenaga pendamping dari
Skotlandia yang bertindak sebagai supervisor.Perusahaan ini lebih banyak bermitra dengan
perusahaan asing, terutama yang bergerak dalam
eksplorasi minyak dan gas bumi. Lokasi proyeknya
antara lain di Australia, negara-negara Asia, dan
juga ke Afrika. Banyaknya proyek di luar Indonesia
menjadikan perusahaan memiliki performa
dan pengalaman kerja yang lebih intensif sesuai
standar internasional. Sejumlah akreditasi sudah
dikantongi oleh perusahaan ini, seperti ISO 9001 :
2008 Quality Management System; OHSAS 18001
: 2007 HSE Management System; ISO 14001 : 2004
Environmental Management System; serta sejumlah
ISPS certification)
Odman mengatakan bahwa Ninda merupakan
satu-satunya perusahaan fabrikasi migas dan instalasi
pipa yang murni anak bangsa, Proyek yang pernah
digarap, antara lain pengadaan pipa gas bawah laut
di Tangguh, Papua. Proyek tersebut diperoleh Ninda
melalui kerjasama subkontraktor dengan perusahaan
Italia,. Dia menambahkan, tidak mudah memperoleh
tender secara langsung pengerjaan proyek-proyek
infrastruktur di dalam negeri, sehingga perusahaan
harus memperolehnya melalui subkontrak dari
perusahaan lain seperti Saipem Indonesia. Hal
tersebut dikarenakan pekerjaan di bidang ini
membutuhkan tingkat keahlian yang sangat tinggi,
terutama dalam hal pengelasan (welding).
berasal dari dalam negeri
Satu-satunya Perusahaan yang Adaptasi
Teknologi Gulung Pipa dari SkotlandiaTahun 2019-2020, Ninda mengerjakan sekitar
empat proyek pemasangan pipa bawah laut dengan
panjang kurang lebih 700 kilometer. Sudah ratusan
proyek yang digarap Ninda, antara lain dengan Nippon
Steel & Sukimin Eng Pte Ltd, McDermott Indonesia,
Heerema Marine Contractor, Bumi Armada Sdn Bhd,
World Wide Equipment, Van Oord BV, Eni Saipem
Group, Clough, TL Offshore, WPC Petrosea Project,
Global Petro Projects, dan Servises AG.
Ninda memiliki dua kawasan fabrikasi dengan luas
total mencapai 48 hektar, masih kecil dibandingkan
McDermott yang luasnya mencapai 100 hektar.
Di setiap kawasan fabrikasi (Kabil 1 dan Kabil 2),
masing-masing dilengkapi fasilitas overhead crane,
dan rolling machine, termasuk perlengkapan untuk
menggulung pipa. Karena pipa yang harus dibawa
ke laut terlalu panjang, maka untuk yard yang ada di
Kabil 2, menggunakan teknologi dari Skotlandia. Dua
kawasan fabrikas tersebut, sudah dilengkapi dengan
dermaga, kawasan pergudangan terbuka (open
storage area), serta crawler crane dan mobile crane.
Ninda adalah satu-satunya perusahaan Asia
yang mampu menggulung pipa sepanjang 20-30
kilometer. Pipa tersebut bentuk dan sifatnya spesifik,
karena meskipun terbuat dari besi baja, namun bagian
dalamnya stainless steel, sehingga harus dilas secara
spesifik.
TKDN TinggiProyek Migas NasionalTidak banyak yang mengetahui
keberadaan PT Ninda Pratama
Vriesindo. Perusahaan ini
bergerak di bidang fabrikasi,
instalasi proyek-proyek migas,
termasuk pengerjaan fasilitas
offshore (bangunan di atas laut
dengan kedalaman tertentu).
Untuk menguasai teknologinya, Odman
menyekolahkan 60 orang stafnya (tenaga pengelas)
ke Belanda selama delapan bulan. Biaya sekolahmereka mencapai €450 ribu per orang, dengan
harapan, ketika kembali ke Indonesia, mereka bisa
mengajari rekan-rekannya yang ada di tanah air.
Kewajiban Kandungan Lokal dalam Proyek
Infrastruktur dan Pengadaan Migas
Ketentuan pemerintah untuk memprioritaskan
pengadaan proyek infastruktur dan proyek migas
dengan kandungan lokal setinggi mungkin, sebagai
angin segar bagi perusahan ini. Adanya ketentuan
TKDN sangat membantu perusahaan lokal yang
memiliki kapabilitas. Saat pemerintah menetapkan
TKDN sampai 36 persen, maka perusahaan sudah
menghitung TKDN untuk mengikuti tender pengadaan
Floating Production Unit (FPU) fasilitas kapal LNG
terapung,
Saat ini, dengan perusahaan Jepang Inpex
Corporation Ninda sedang menggarap pengelolaan
lapangan gas di Blok Masela, Laut Arafuru, Maluku.
Melalui konsorsium dengan perusahaan besar, maka
dapat menggenjot TKDN sampai mencapai 60 persen,
sementara yang dipersyaratkan hanya 36 persen.
Sedangkan untuk pengerjaan proyek yang selama ini
ditangani Ninda, TKDN-nya mampu meraih 95 persen.
Perhitungan tersebut diperoleh melalui penggunaan
fasilitas dan peralatan dari dalam negeri, tenaga
kerja, produk yang dikonsumsi selama pengerjaan
proyek, dan juga material yang hampir seluruhnya
-
8/15/2019 kina 1 2015
15/64
15Karya Indonesia Edisi No. 01-2015
MADE IN INDONESIA
Aria Odman, the CEO who is also in charge
as Marketing Director of PT Ninda,
explained how the company with 14 years
working experiences has continued to
exist when other companies in the same business
should be taken over by foreigners as no longer able
to maintain their competitiveness.
“Our company is a purely family-owned company.
Together with my wife Heri Diana, and my daughter
Ninke Julistya we run the business together,” saidOdman as the Chief Commissioner of the company.
The company has employed 800 workers with two
working shifts. It has also employed some experts
from Scotland as supervisors.
The company has largely partnered with
foreign companies, especially those engaged in oil
and gas exploration. Some projects undertaken by
the company are, among others, in Australia, Asia,
and also Africa. The variety of projects has led the
company to acquire intense experiences as well as
internationally recognition in terms of performance.
A number of accreditations have been obtained,
such as ISO 9001: 2008 Quality Management System;
OHSAS 18001: 2007 HSE Management System; ISO
14001: 2004 Environmental Management System;
as well as a number of ISPS certiications.
The company is the only domestic company,
purely owned by Indonesian people engaged in the
business of oil and gas fabrication and pipelines
instalation. One of the projects in the country
undertaken by PT. Ninda is the procurement of
subsea gas pipeline in Tangguh, Papua. He explainedthat it is not easy to win the tender of infrastructure
projects in the country, therefore the company has
to become subcontractor of the winning bidder such
as Saipem Indonesia. This is because the project
requires high level of expertise, particularly in
welding work.
To acquire the technology, Odman sent his
60 welders to be trained in Netherlands for eight
months. Hopefully, when returned to Indonesia,
they could share their skills and knowledge to other
colleagues in the homeland.
The Requirement of LCL in Infrastructure Project
and Oil & Gas Procurement
As mandated by President Jokowi, the
government regulations to prioritize the high LCL
on the procurement of infrastructure as well as
oil and gas projects has brought a fresh breeze to
the company. The provision of LCL in government
procurement will greatly encourages the competent
local companies to grow. When the government
requires LCL at 36 percent, the company has
calculated its local content to participate the tender
of procurement of Floating Production Unit (FPU)
for LNG loating vessel facilities.
Currently, with the Japanese company, Inpex
Corporation, they have been carrying out the
exploitation of the gas deposits in the Masela,
Arafuru Sea, Maluku. Through a consortium with
large companies, the company could boost its LCLup to 60 percent, while the required LCL is only 36
percent. As for the projects being handled by PT.
Ninda, its DCL has been able to reach 95 percent. The
calculation is obtained through the use of facilities
and equipment from local market, workforce, the
Not many people have alreadyknown the existence of PTNinda Pratama Vriesindo.The company is engaged in
fabrication, installation of oiland gas projects, including
the construction of offshore facilities (buildings on the seawith a certain depth).
High Local Contentsin National Oil and Gas Projects
product consumed during the completion of project,
and also raw materials that are largerly obtained in
the country.
The Only Company Adapting the Pipeline Roll
Technology of Scotland
Until 2019-2020, PT Ninda will undertake four
projects of the instalation of subsea pipeline for
about 700 kilometers. In addition there have been
hundreds of projects executed by PT Ninda, among
others with Nippon Steel & Sukimin Eng Pte Ltd,
McDermott Indonesia, Heerema Marine Contractor,
Bumi Armada Sdn Bhd, World Wide Equipment, Van
Oord BV, Eni Saipem Group, Clough, TL Offshore,WPC Petrosea Project, Global Petro Projects, and AG
Services.
Ninda has two fabrication area with the
total area of 48 hectares, eventhough it is quite
small compared to McDermott with the area of
100 hectares. Each area (Kabil 1 and Kabil 2) is
equipped with the facility of overhead cranes, and
rolling machine, as well as the equipment to roll
the pipeline. Since the pipeline to be brought into
the subsea is too long, for the yard in Kabil 2, the
Scotland’s technology is adopted. Both fabrication
areas has been fasilitated with docks, open storage
area, as well as crawler cranes and mobile cranes
Currently, Ninda is the only Asian company that
is able to roll the pipeline with the length of 20-30
kilometers. The shape and characteristic of the
pipeline is very speciic. Because though made of
steel, its inner part is coated with stainless steel, so it
must be welded in particular technique.
informasi | information »
PT. Ninda Pratama Vriesindo
Kawasan Industri Kabil-Nongsa, Jl. Raya Pelabuhan CPO
Kabil, Batam, Indonesia
Phone: +62778-711804 Fax: +62778-711802
Website: pt-nindapratama.com
E-mail: [email protected]
-
8/15/2019 kina 1 2015
16/64
16 Karya Indonesia Edisi No. 01-2015
MADE IN INDONESIA
Perusahaan yang berlokasi di Batam ini
bertekad menjadi perusahaan Indonesia
yang menyediakan jasa maritim terintegrasi,dengan dua galangan kapal masing-masing
berlokasi di wilayah Kabil dan Tanjung Uncang.
Seperti dikemukakan Sahat P. Simamora
selaku Manajer Human Resources Development
(HRD) PT Citra Shipyard kepada majalah KINA,
saat ini perusahaan tengah menggarap sejumlah
pembangunan kapal baru. Kapal yang sedang
dibangun antara lain jenis Landing Craft Tank (LCT)
yaitu kapal serbu amphibi untuk pendaratan tank di
pantai, kapal tanker minyak (oil tanker), deck cargo
barge, kapal tunda (tug boat), kapal patroli (patrol
boat), dan platform barge.
Sementara untuk reparasi, ada jenis kapal tanker
minyak, deck cargo barge, dan tug boat yang sedang
digarap. Selain pesanan dalam negeri baik dariperusahaan swasta maupun pemerintah, pesanan
bangunan kapal baru dan reparasi juga berasal dari
negeri tetangga, yaitu Singapura.
Terkait teknologi, Sahat mengemukakan,
“Dalam pengerjaan kapal, kami mengacu teknologi
dari sejumlah negara yang cukup maju dalam hal ini,
seperti Jepang, Amerika Serikat, sejumlah negara
Eropa, dan juga Korea Selatan.” Referensi teknologiyang diadopsi tergantung perlengkapan yang
digunakan, seperti navigasi mengacu pada Jepang,
sementara untuk dynamic positioning mengacu pada
Perancis.
Selain itu, perusahaan juga mengembangkan dan
menerapkan sistem manajemen mutu, kesehatan,
keselamatan kerja dan lingkungan, yang telah diakui
oleh TUV Nord dengan sertifikasi ISO 9001 : 2008, ISO
14001 : 2004, dan OHSAS 18001 : 2007.
“Untuk membuat ataupun mereparasi kapal,
sampai kini masih ada sejumlah komponen yang
harus didatangkan melalui impor, karena belum
tersedia di dalam negeri dengan spesifikasi khusus
yang dibutuhkan,” lanjut Sahat.
Yang masih diimpor seperti mesin utama (mainengine), generator, dan alat navigasi, yang berasal
dari Jepang, Amerika Serikat, Korsel, dan Eropa. Untuk
mendatangkannya diperlukan waktu tiga sampai
enam bulan.
Namun demikian, perusahaan baja dalam negeri
PT Krakatau Posco Steel telah mampu memproduksi
baja berkualifikasi khusus guna memenuhi kebutuhan
produksi kapal PT Citra Shipyard, sehingga bahan
baku baja tidak perlu diimpor dari luar.
Jumlah seluruh karyawan PT Citra Shipyard
kurang lebih 2.000 orang, termasuk karyawan
subkontraktor. Dari jumlah tersebut, sekitar 20
persennya mengerjakan perbaikan (reparasi) kapal.
Di luar itu, masih ada satu orang tenaga asing, yaitu
warganegara Singapura.
Sahat mengakui, persaingan di bidang industri
perkapalan cukup tinggi. Di wilayah Batam saja,
persaingan di bidang industri galangan kapal bisa
terlihat secara kasat mata, mengingat banyaknya
jumlah industri yang ada.
“Namun bagi kami, persaingan yang
sesungguhnya justru dengan negara lain seperti
Malaysia, Filipina, Tiongkok, dan Vietnam. Dalam halteknologi, sebenarnya perusahaan sudah mampu
bersaing, namun dengan masih dikenakannya pajak
membuat harga jual produk kapal kami menjadi
kurang kompetitif,” jelasnya.
Sebagai perbandingan, Tiongkok memberi
kompensasi pajak sebesar 7% kepada perusahaan
galangan kapal yang ada di sana, sehingga
perusahaan tersebut berani menjual kapalnya dengan
‘harga modal’ kepada mitra pembelinya, karena
masih ada keuntungan dalam bentuk kompensasi
keringanan pajak tersebut.
“Itu sebabnya kami berharap Pemerintah
Indonesia juga dapat memberi kompensasi serupa,
khususnya kepada perusahaan galangan kapal,
sehingga dapat bersaing baik dengan perusahaansejenis dari Tiongkok ataupun dari negara lainnya,”
imbuhnya.
Selain itu, pemerintah juga diminta memberi
kesempatan perusahaan galangan kapal nasional
untuk mengerjakan proyek-proyek kapal negara
dan proyek BUMN, sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan. Dalam penilaian kelayakan suatu
perusahaan galangan kapal nasional, diharapkan
tidak didasarkan atas pengalaman mengerjakan
kapal sejenis yang ditenderkan oleh pemerintah
ataupun BUMN, melainkan atas dasar fasilitas dan
kemampuan yang dimiliki perusahaan bersangkutan.
“Harapannya, seluruh perusahaan galangan
kapal nasional akan mampu berkembang pesat dan
bersaing secara adil dengan perusahaan galangan
kapal di negara maju lainnya,” jelas Sahat menutup
percakapan.
Seperti diketahui, PT Citra Shipyard
mengoperasikan dua lahan di daerah Tanjung Uncang
seluas 24 ha dan Kabil seluas 42 ha. Masing-masing
Bertekad Menjadi
Didirikan tahun 2006, PT Citra
Shipyard adalah sebuah galangankapal yang bergerak di bidang
industri pembangunan kapal
baru dan reparasi (perbaikan)
kapal, pengedok kapal baja dan
aluminium.
Perusahaan Maritim Terintegrasi
-
8/15/2019 kina 1 2015
17/64
17Karya Indonesia Edisi No. 01-2015
MADE IN INDONESIA
T
he company located in Batam Indonesia
is intended to be the company providing
an integrated maritime services, with two
shipyards located in Kabil and Tanjung
Uncang. As explained by Sahat P. Simamora as HRD
Manager of PT. Citra Shipyard to Kina magazine,
the company has been building a number of new
ships. The type of ships being built among others
are Landing Craft Tank (LCT) that is the amphibious
assault vessel for landing of tanks at the beach, oil
tankers, deck cargo barge, tug boat, patrol boats,
and platform barge.
Meanwhile, some ships being repaired are oil
tankers, deck cargo barge and tug boat. In addition
to domestic orders from the government and private
companies, the orders of building new ships and
reparations also come from neighboring country,
Singapore.
In terms of technology, Sahat argued, “we have
adopted the ship builder technology from a number
of countries that are quite advanced in this ield, such
as Japan, the United States, European countries, and
also South Korea.” References technologies adopted
depend on the equipment used, such as we refer to
Japan technology for navigation, and for dynamic
positioning we refer to France.
In addition, the company has already
implemented and developed quality management
system, health system, safety and the environmental
system, which have been recognized by TUV Nord
through ISO 9001: 2008, ISO 14001: 2004, and
OHSAS 18001: 2007.
“To build or repair the ship, a number ofcomponents still must be imported, since there are no
available in the country with special speciications
as required,” Sahat further explained.
The imported components include main engines,
generator, and navigation tools. They are imported
from Japan, USA, South Korea, and Europe, and take
about three to six months to deliver.
However, domestic company such as PT
Krakatau Posco Steel has already been able to
produce qualiied steel to meet the production needs
of PT. Citra Shipyard, so that steel raw materials do
not need to be imported.
The total number of employees of PT Citra
Shipyard are about 2,000 people, including
employees of subcontractors. About 20 percent of
employees deals with ship raparations. There is also
one expatriate from Singapore.
Sahat admitted that competition in hipping
industry is quite intense. In Batam itself, tight
competition in shipbuilding industry is highly
visible, since there are many shipbuilder companies
in Batam.
“But for us, the real competitors actually come
from other countries such as Malaysia, Philippines,
China, and Vietnam. In terms of technology, we have
been quite competitive, but due to the taxes the
selling price of our vessels becomes less competitive,
“he explained. In comparison, China gives tax
incentive 7% to shipbuilder companies, so they can
reduce their selling price.
“That is why we expect the Indonesian
government can also provide similar incentive,especially to shipbuilder companies, so that the
shipbuilder company can compete with both
domestic and foreign competitors..
In addition, the government also gives the
opportunity to domestic shipbuilder companies
to carry out government projects as well as state-
owned enterprise projects. In feasibility assessment
of domestic shipbuilder company, it is expected that
the assessment is not based on the experience of
building similar vessels that are being procured by
the government or state-owned, but on the basis of
its facilities and capabilities.
“Hopefully, all domestic shipbuilder companies
lahan dilengkapi berbagai fasilitas pendukung seperti
alat berat, bangunan workshop, pelabuhan khusus,
dan dok kapal. Perusahaan memiliki pelabuhan yang
dikhususkan memuat barang berukuran besar dan
untuk berlabuhnya kapal-kapal berbobot besar.
Dermaga yang ada sengaja didesain khusus
dengan kekuatan 20 ton/m2 guna melayani segala
pengerjaan lepas pantai (offshore). Kedalaman
dermaga pada saat air surut mencapai 8 meter,
sehingga cocok untuk berlabuhnya kapal berbobotbesar.
Sedangkan untuk pengedokan kapal, bisa
dilakukan dengan balon pengapung yang diterapkan
agar mampu mengedok kapal tunda, kapal tongkang
s/d 365 feet, serta kapal tanker dengan bobot 5.000
DWT. Untuk pengedokan kapal dengan bobot lebih
besar seperti kapal lepas pantai dan tanker besar, bisa
menggunakan dok kolam (dry dock).
will be able to grow rapidly and to successfully
compete with the shipbuilder companies from other
developed countries,” explained Sahat ended his
interview.
PT. Citra Shipyard has operationalized the
business in two locations, Tanjung Uncang with the
area of 24 ha and Kabil with the area of 42 ha. Each
area is equipped by various facilities such as heavy
equipment, building workshops, specialized port,
and boat docks. The Company has a special port
used to load bulky items and to harbour large size
of ships.
The existing dock is deliberately and speciically
designed with the strength of 20 tons/m2 in order to
serve offshore work activities. The depth dock at low
tide reaches 8 meters, so is suitable for berthing the
large weighing ships.
Meanwhile, for docking the vessel, it can be
carried out with loating balloons technique todock tug boats, barges up to 365 feet, as well as oil
tankers with a weight of 5,000 DWT. For docking
ships with larger weights such as offshore ships and
large tankers, it can be done by using dry dock.
Established in 2006, PT Citra Shipyard is engaged in building anew ship and ship repair, docking process of steel and aluminum
vessels.
Determined to be
The Integrated Maritime Company
informasi | information »
PT Citra Shipyard
Kavling 20 Sei Lekop, Kampung Becek, Batam -29453,
Indonesia
Phone: +62778-7367019/12 Fax: +62778-7367018
Website: www.citrashipyard.com
E-mail: [email protected]
-
8/15/2019 kina 1 2015
18/64
18 Karya Indonesia Edisi No. 01-2015
MADE IN INDONESIA
Ditemui di ajang pameran InaMarine 2015
lalu, Product and Market Manager Propan
Marine, Marcel Boediono mengemukakan,
perusahaannya mulai menjajaki pasar dan
berencana mengembangkan divisi pengecatan kapal
berbahan kayu dan kapal berbahan baja. Kendati
baru dua tahun, namun berbekal pengalaman sebagai
perusahaan cat nasional selama lebih dari 35 tahun
membuatnya cukup percaya diri.“Khusus untuk jenis kapal kayu, kami
memfokuskan pada jenis kapal yang bobot ukurannya
di bawah 30 DWT,” lanjut Marcel.
Untuk itu, sesuai spesifikasi produksi yang
ditujukan bagi kapal-kapal yang lalu lintasnya di
perairan Indonesia, maka pada tahap pertama
ditetapkan target pangsa pasar sekitar 20 persen.
“Selanjutnya, secara bertahap akan dilipatgandakan
sampai setara dengan penguasaan Propan Raya yang
kini diperkirakan mencapai 30-50 persen pangsa
pasar cat kayu dan dekoratif,” papar Marcel yang
didampingi Hendri Wijaya selaku Sales Engineer
Propan Raya.
Pada awal penjajakan pasar, kendati produksi
Propan Marine baru sekitar 10 ton per bulan, tetapi
kualitasnya sudah mengikuti regulasi International
Marine Organization (IMO), khususnya untuk produk
anti fouling, ballast tank, dan anti corrosion coating.
Bahkan untuk produk anti fouling sudah teruji dan
memiliki sertifikat Tin Free (bebas kandungan tin) dari
Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) Nomor 13.0006 MA.
Produk marine coating juga termasuk produk ramah
lingkungan yang diproduksi dengan standar ISO 9001
dan 14001.
Selama ini sekitar 70 persen pengecatan kapal-
kapal nasional dikuasai oleh pemain cat internasional
yang memang sudah mendunia, antara lain dariAmerika Serikat, Jepang, Denmark, Norwegia, serta
negara Eropa lainnya, dengan nama brand seperti
Akzo Nobel, Chugoku Marine Paint, Hempel, dan
Jotun.
“Bidang ini juga sedang dirambah oleh Tiongkok.
Namun, pasar masih belum percaya kehandalan
produk dari Tiongkok, sehingga peluang ini harus
mampu direbut oleh pemain lokal seperti Propan,”
ujarnya.
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan,
kebutuhan cat untuk sekitar 52 ribu kapal dari
berbagai jenis ukuran bisa dikatakan sangat tinggi,
yaitu setiap kapal harus dicat ulang setiap dua atau
tiga tahun sekali, yang diperkirakan nilainya mencapai
Rp1,8 triliun setiap tahun.
Produk cat untuk kapal yang digunakan adalah
Penetrating Sealer (PUSS – 744 – 1K), yakni pelapis
dasar dengan daya penetrasi yang melindungi
sampai ke dalam permukaan kayu, sehingga tidak
mudah lapuk dengan kelembaban dan mencegah
tumbuhnya jamur.
Produk lainnya adalah 1K Urathene Top (PUC –
775 - 1K), yaitu lapisan top coat dengan warna cerah,
memiliki sifat water repeallant, tidak mengandung
logam berat, mudah diaplikasikan, cepat kering, tahan
gores, tahan cuaca, dan lingkungan air laut. Selain
itu, juga ada Antifouling (AFC – 13000 Red), lapisan
anti fouling untuk bagian yang terendam air, yang
bertujuan menghambat pertumbuhan organisme laut
seperti lumut dan kerang.
Ada sejumlah hal yang membedakan cat untuk
marine coating dengan cat jenis lain seperti untuk
keperluan dekoratif dan arsitektur, industri, otomotif,
serta cat kayu. Pertama, dilihat dari materialnya,
marine coating lebih tebal dibanding jenis cat lainnya
karena pelapisan kapal harus lebih tahan karat.
Kedua, dengan lebih tingginya kandungan unsur
anti korosi pada cat kapal dan material lainnya,
menyebabkan harga jualnya 30 persen lebih tinggi
dibandingkan jenis cat lainnya.
Sekitar 60 persen bahan baku cat Propan Marine
sudah berasal dari dalam negeri. Namun 40 persen
sisanya masih harus diimpor, seperti bahan baku catyang disebut binder (pengikat) yakni bahan pelapis
yang merekatkan partikel-partikel berwarna dan
Untuk Mendukung Program MaritimPRODUK CAT TERBAIK
Dengan tujuan mendukung program pemerintah untuk menjadikan
Indonesia sebagai ‘poros maritim dunia’ dan menggalakkanpembuatan kapal di dalam negeri, PT Propan Raya ICC yang selama
ini dikenal sebagai produsen cat kayu dan dekoratif selama dua tahun
terakhir ini mengembangkan unit bisnis (divisi) terbarunya, yakni
Propan Marine yang bergerak dalam pengembanganproduk marine
offshoredanprotective coating.
additive (bahan penolong) yang masih diperlukan
untuk mengatasi kekurangan atau kelemahan pada
industri cat.
“Bahan baku cat lainnya seperti pigment dan
extender (pewarna dan pengisi) serta solvent (zat
pelarut) sudah dapat diperoleh dari dalam negeri,”
jelas Marcel.
Sesuai visi dan misi perusahaan yang terus
berinovasi, Propan Marine bersama dengan Asosiasi
Cat Indonesia mendukung disusunnya Standar
Nasional Indonesia (SNI) bagi produk cat kapal, lepas
pantai, dan pelapis (perlindungan). Sampai saat ini,
tim yang ada masih berupaya memperkuat kesiapan
pemberlakuan SNI ini, yang bertujuan menjaga
produsen cat dalam negeri agar siap menghadapi
persaingan dengan produk sejenis dari luar negeri.
Salah satu upayanya adalah dengan menyiapkan
fasilitas laboratorium uji teknis di Balai Besar Bahandan Barang Teknik yang berlokasi di Bandung, Jawa
Barat.
-
8/15/2019 kina 1 2015
19/64
19Karya Indonesia Edisi No. 01-2015
MADE IN INDONESIA
E
ncountered at InaMarine exhibition in
2015 recently, the Product and Market
Manager of Propane Marine, Marcel
Boediono expressed that the company has
begun to explore the market and planned to developa painting division for wooden boats and ships
made of steel. Although just running for two years,
but equipped with experience as a national paint
company for over 35 years, the company feels quite
conident.
“Especially for wooden ships, we are focusing on
the ship with the weighs under 30 DWT,” explained
Marcel.
For that reason, in accordance with the
speciications required for ships operating in
Indonesian waters, in the irst stage the targetted
market share is of about 20 percent. “Hereafter,
gradually the target of market share will be
doubled until equivalent to current market shareof Propan Raya which is estimated at 30-50 percent
for wood paints and decorative,” explained Marcel,
accompanied by Hendri Wijaya as Sales Engineer of
Propan Raya.
The paint product for ship is Penetrating Sealer
(Puss - 744 - 1K), that is basic coating with the
penetration power to protect the wood surface, so
it is not easily rotten by moisture and prevents from
mold growth.
Another product is 1K Urathene Top (PUC -
775 - 1K), that is the layer of top coat with bright
colors, having caracteristic of repeallant water, do
not contain heavy metals, easy to apply, fast drying,
scratch resistance, weather resistance, and seawater
environment resistance. In addition, there is also
Antifouling (AFC - 13000 Red), anti-fouling coating
for submerged parts of water, aimed to inhibit the
growth of marine organisms such as algae and
mussels.
There are a number of aspects that distinguish
paints for marine coating with other types of
paint as for decorative and architectural, industry,
automotive, and wood paints. First, in terms of
material used, marine coatings tends to be thicker
than other paints because ship coating should be
more resistant to corrosion. Secondly, with a higher
content of anti-corrosion element at ship paint andother materials, it leads the selling price will be 30
percent higher than other types of paint.
About 60 percent of the raw materials of Propan
Marine paints comes from home country. But the
remaining 40 percent remains to be imported,
such as paint raw materials called binder that is
the coating material glueing the colored particles
and additive that is still required to overcome the
weakness or limitation of the paint industry.
“Other paint raw materials such as pigment and
extender (dyes and illers) and solvent can now be
obtained domestically,” explained Marcel.
In accordance with the vision and mission of the
company that continues to innovate, Propan Marinetogether with Indonesian Paint Association supports
the formulation of the Indonesian National Standard
(SNI) for ship paint pro