kgp sk2 fix

11
PENCEMARAN LIMBAH PADAT MEDIS Limbah padat medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga kegiatan medis di ruang poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan ruang laboratorium. Salah satu contoh dari limbah padat ini merupakan jarum suntik. Jarum suntik bekas yang telah digunakan pada pasien beresiko tinggi untuk menularkan penyakit-penyakit infeksius apabila tidak ditangani dengan benar. Terdapat beberapa kasus dimana petugas kesehatan terinfeksi penyakit HIV akibat tertusuk jarum suntik bekas yang pembuangannya dicampurkan dengan limbah domestic. Limbah padat medis ini harus diolah dengan baik untuk mencegah terjadinya penularan penyakit terutama penyakit yang menular melalui darah seperti HIV dan Hepatitis B dan C. HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang menyerang system kekebalan tubuh penderitanya. Cara penularan dari penyakit ini bisa melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui jarum suntik. Jarum suntik yang telah dipakai oleh pasien pengidap HIV di rumah sakit dapat menyebarkan virus ini apabila jarum suntik bekas dari rumah sakit itu tidak diolah dengan benar dan dibuang sembarangan. Hepatitis merupakan peradangan pada hati. Hepatitis B dan C dapat ditularkan melalui darah. Sama seperti HIV, jarum suntik

Upload: ade-ayu

Post on 03-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

jawaban tutorial blok kedokteran gigi pencegahan

TRANSCRIPT

Page 1: kgp sk2 fix

PENCEMARAN LIMBAH PADAT MEDIS

Limbah padat medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan

tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga kegiatan medis di ruang

poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan ruang laboratorium.

Salah satu contoh dari limbah padat ini merupakan jarum suntik. Jarum suntik bekas yang

telah digunakan pada pasien beresiko tinggi untuk menularkan penyakit-penyakit infeksius

apabila tidak ditangani dengan benar. Terdapat beberapa kasus dimana petugas kesehatan

terinfeksi penyakit HIV akibat tertusuk jarum suntik bekas yang pembuangannya dicampurkan

dengan limbah domestic. Limbah padat medis ini harus diolah dengan baik untuk mencegah

terjadinya penularan penyakit terutama penyakit yang menular melalui darah seperti HIV dan

Hepatitis B dan C.

HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang menyerang system

kekebalan tubuh penderitanya. Cara penularan dari penyakit ini bisa melalui berbagai cara, salah

satunya adalah melalui jarum suntik. Jarum suntik yang telah dipakai oleh pasien pengidap HIV

di rumah sakit dapat menyebarkan virus ini apabila jarum suntik bekas dari rumah sakit itu tidak

diolah dengan benar dan dibuang sembarangan.

Hepatitis merupakan peradangan pada hati. Hepatitis B dan C dapat ditularkan melalui

darah. Sama seperti HIV, jarum suntik yang telah terkontaminasi dari virus hepatitis dapat

menularkan penyakit ini.

PENCEMARAN LIMBAH CAIR MEDIS

Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme tergantung

pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang. Jika limbah rumah

sakit ini tidak di kelola dengan baik dan dibuang ke tempat yang tidak dipersyaratkan seperti

badan sungai maka akan dapat memberi dampak negatif tidak hanya bagi air sungai itu sendiri

tetapi juga bagi masyarakat yang menggunakan air yang telah dialiri limbah tersebut.

Pengukuran baku mutu limbah rumah sakit sebelum dibuang harus benar-benar

diperhatikan. Dampak lingkungan yang serius bisa timbul dari dihasilkannya limbah biomedis

dan dari proses penanganan, manajemen dan pembuangan limbah yang tidak dikelola dengan

Page 2: kgp sk2 fix

baik. Dampak yang terjadi bisa secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung

biomedis yang potensial menurut beberapa ahli dapat menimbulkan penyakit terutama keracunan

dan penyakit kulit. Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran

terhadap sumber air (permukaan tanah) atau lingkungan dan menjadi media tempat

berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, serangga yang dapat menjadi transmisi pernyakit

terutama kholera, disentri, thypus abdominalis.

Patogen yang ada di limbah bisa luluh dan mengkontaminasi air atau air permukaan.

Bahan kimia berbahaya yang ada dalam limbah biomedis, polusi logam berat dalam bentuk

leachate, kelebihan leacheate seperti nitrat dan sosfat dari galian tanah bisa menyebabkan

fenomena yang disebut eutrophication (dimana pada permukaan kolam air tumbuh alga). Polusi

air bisa mengubah parameter seperti pH BOD, COD dan lain-lain.

PENCEMARAN UDARA

Limbah medis yang berupa partikel debu dapat menimbulkan pencemaran udara yang

akan menyebabkan kuman penyakit menyebar dan mengkontaminasi peralatan medis ataupun

peralatan yang ada.

Pencemaran udara ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan. Apabila hal

ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan ISPA. Infeksi saluran pernapasan

akut atau sering disebut sebagai ISPA adalah terjadinya infeksi yang parah pada bagian sinus,

tenggorokan, saluran udara, atau paru-paru. Infeksi yang terjadi lebih sering disebabkan oleh

virus meski bakteri juga bisa menyebabkan kondisi ini.

Kondisi ini menyebabkan fungsi pernapasan menjadi terganggu. Jika tidak segera

ditangani, ISPA dapat menyebar ke seluruh sistem pernapasan tubuh. Tubuh tidak bisa

mendapatkan cukup oksigen karena infeksi yang terjadi dan kondisi ini bisa berakibat fatal,

bahkan mungkin mematikan.

Page 3: kgp sk2 fix

KLASIFIKASI

Limbah Padat medis

Limbah padat medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan

tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga kegiatan medis di ruang

poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan otopsi, dan ruang laboratorium. Limbah padat medis

sering juga disebut sebagai sampah biologis. Sampah biologis terdiri dari:

1. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang perawatan, ruang bedah atau

ruang kebidanan seperti misalnya perban, kasa, alat injeksi, ampul, dan botol bekas pabt

injeksi , kateter, swab, plester, masker, dan sebagainya.

2. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah, kebidanan, atau ruang

otopsi, misalnya plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan sebagainya.

3. Sampah laboratorium yang dihasilkan dari pemeriksaan laboratorium diagnostik atau

penelitian misalnya sediaan atau media sampel dan bangkai binatang percobaan.

PENGELOLAAN

1) Limbah infeksius dan benda tajam

a. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius dari laboratorium

harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin.

Untuk limbahinfeksius yang lain cukup dengan cara desinfeksi.

b. Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan dan dapat diolah bersama

dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam

c. Setelah insinerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuaang ke tempat penampungan B3 atau

di buang ke landfill jika residunya sudah aman.

Page 4: kgp sk2 fix

2) Limbah Farmasi

Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik (pyrolitik

incinerator), rotary klin, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau

insinerasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus

seperti rotary kli, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi.

3) Limbah Sitotoksik

a. Limbah Sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan penimbunan (landfiil)

atau saluran limbah umum.

b. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan

ke distributor apabila tidak ada insinerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah

kadaluarsa atau tidak dipakai lagi.

c. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1200°C dibutuhkan untuk menghancurkan semua bahan

sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke

udara.

d. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi atau inersisasi

dapat di pertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.

4) Limbah bahan kimiawi

a. Pembuangan limbah kimia biasa.

Limbah biasa yang tidak bisa daur ulang seperti asam amino, garam, dan gula tertentu dapat

dibuang ke saluran air kotor.

b. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil Limbah bahan berbahaya dalam

jumlah kecil seperti residu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi

pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).

5) Limbah dengan kandungan logam berat tinggi

Page 5: kgp sk2 fix

Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau diinsinesrasi karena

berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh dibuang landfill karena dapat

mencemari air tanah.

6) Kontainer Bertekanan

Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah dengan daur ulang atau

pengunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk

pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol harus di

perlakukan sebagai limbah bahan kimia berbahaya untuk pembuangannya.

7) Limbah radioaktif

Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kibijakan dan strategi nasional yang

menyangkut perturan, infrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga yang terlatih.

(Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Depkes RI, 2004).

CONTOH ALAT

Teknik Pengelolaan Limbah Medis Tajam. Teknik pengelolaan limbah medis tajam dapat

dilakukan dengan :

(1) Safety Box. Alternative 1 : Jarum dan syringe langsung dimasukkan ke dalam safety box

pada setiap selesai satu penyuntikan; setelah penuh, safety box dan isinya dikirim ke sarana

kesehatan lain yang memiliki incinerator dengan suhu pembakaran minimal 1000⁰C atau

memiliki alat pemusnah carbonizer. Alternatif 2 : Jarum dan syringe langsung dimasukkan ke

dalam safety box pada setiap selesai satu penyuntikan; Setelah penuh, safety box dan isinya

ditanam di dalam sumur galian yang kedap air (silo) atau needle pit yang lokasinya didalam area

unit  pelayanan kesehatan. 

(2) Needle Cutter. Alternatif 1: Jarum dipatahkan dengan needle cutter pada setiap selesai satu

penyuntikan; Potongan jarum yang terkumpul di dalam needle collection container dimasukkan

ke dalam safety box, kemudian dilanjutkan dengan proses penanganan seperti yang dijelaskan

Page 6: kgp sk2 fix

dalam penanganan menggunakan safety box. Alternatif 2 : Jarum dipatahkan dengan needle

cutter pada setiap selesai satu penyuntikan; Potongan jarum yang terkumpul di dalam needle

collection container dimasukkan ke dalam needle pit; Syringe bekas pakai didisinfeksi dengan

menggunakan larutan sodium hipoklorit 5% dan direndam selama 30 menit, sehingga syringe

telah steril dan dapat didaur ulang,. Pembuatan needle pit dapat dilakukan dengan bahan buis

beton diameter 60 cm panjang a meter ataupun pipa PVC dengan diameter minimal 4 inchi

panjang 3 meter. Untuk needle pit dengan buis beton sepanjang 60 cm ditanam dan ditutup

dengan bahan beton tetapi menyediakan lubang untuk memasukkan needle. Sedangkan untuk

needle pit dengan pipa PVC ditanam sepanjang 2,5 meter dan ditutup dengan dop ulir PVC yang

sewaktu-waktu dapat dibuka bila akan memasukkan needle. 

(3) Needle Burner. Alternatif yang bisa dilakukan adalah : Jarum dimusnahkan dengan needle

burner langsung pada setiap selesai satu penyuntikan; Syringe selanjutnya diproses seperti

dijelaskan dalam penanganan dengan needle cutter; Hasil proses pemusnahan dengan needle

burner dimasukkan ke dalam kantong plastic warna hitam, karena sudah tidak infeksius; Sisa

proses bersama kantong plastiknya langsung dibawa ke tempat penampungan sementara limbah

domestic.

PENCEGAHAN

Pendidikan dan Pelatihan Perawat Tentang bahaya yang berkaitan dengan Limbah Medis

Kebijakan yang berlaku dalam pengelolaan limbah rumah sakit tidak akan dapat efeketif

jika tidak diterapkan dengan seksama, konsisten, dn menyeluruh. Dengan demikian, pelatihan

tenaga kesehatan khususnya perawat dalam menerapkan kebijakan menjadi sangat penting jika

berharap agar program pengelolaan tersebut dapat berlangsung sukses.

Tujuan pokok diadakannya pelatihan adalah untuk menggugah kesadaran terhadap

permasalahan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan yang berkaitan dengan limbah layanan

kesehatan, dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi pekerja didalam pekerjaan sehari-

harinya. Perawat rumah sakit, termasuk dokter senior, harus diyakinkan akan perlunya suatu

Page 7: kgp sk2 fix

kebijakan menyeluruh mengenai pengelolaan limbah dan mengadakan pelatihan terkait, serta

akan menfaatnya terhadap kesehatan dan keselamatan semua pihak.

Materi pelatihan dalam tindakan pencegahan adalah sebagai berikut:

a. Hati-hati jika melepas jarum dari spuit.

b. Jika terjadi kekeliruan dalam pemilahan, tindakan seperti mengeluarkan item yang ada

dalam sebuah kantong atau kontainer atau memasukkan sebuah kantong ke kantong yang

lain dengan warna yang berbeda, tidak boleh dilakukan.

c. Limbah berbahaya dan limbah umum atau domestik tidak boleh dicampur. Jika keduanya

tanpa sengaja tercampur, keseluruhan campuran tersebut harus diperlakukan sebagai

limbah yang berbahaya.

d. Perawat harus memastikan bahwa jumlah kantong dan kontainer yang ada mencukupi

untuk pengumpulan limbah medis demikan pula tempat pembuangan sementaranya mis;

diruang bangsal, kamar bedah, dan lokasi yang menghasilkan limbah.

e. Kantong limbah tidak boleh bersentuhan dengan tubuh selama penanganan dan

pengumpul kantong limbah itu tidak boleh membawa terlalu banyak dalam satu waktu yg

bersamaan.

f. Kantong untuk limbah medis padat yang berbahaya dan limbah umum tidak boleh

disatukan, tetapi harus dipisahkan selama penanganan; limbah berbahaya harus

ditempatkan di lokasi penampungan saja.

g. Pakaian pelindung yang tepat baru digunakan selama operasi penanganan limbah.

h. Prosedur pembersihan dan desinfeksi yang tepat harus dilakukan jika terjadi tumpahan

tidak sengaja.

i. Jika pemindahan kantong atau kontainer limbah telah selesai, segel/ikatan sekali lagi

harus diperiksa untuk memastikan bahwa tidak ada ikatan yang terlepas.

SUMBER

Arifin.M. 2008. Pengaruh Limbah Rumah Sakit terhadap Kesehatan. Jakarta : Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Page 8: kgp sk2 fix

Keraf, Sonny.2000.Analisis Dampak Lingkungan Hidup Rencana Pengelolaan Lingkungan.

Jakarta

Chandra, Budiman.2005.Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC