kgp sk2 fix
DESCRIPTION
jawaban tutorial blok kedokteran gigi pencegahanTRANSCRIPT
![Page 1: kgp sk2 fix](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081211/563db7d9550346aa9a8e8dac/html5/thumbnails/1.jpg)
PENCEMARAN LIMBAH PADAT MEDIS
Limbah padat medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan
tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga kegiatan medis di ruang
poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan ruang laboratorium.
Salah satu contoh dari limbah padat ini merupakan jarum suntik. Jarum suntik bekas yang
telah digunakan pada pasien beresiko tinggi untuk menularkan penyakit-penyakit infeksius
apabila tidak ditangani dengan benar. Terdapat beberapa kasus dimana petugas kesehatan
terinfeksi penyakit HIV akibat tertusuk jarum suntik bekas yang pembuangannya dicampurkan
dengan limbah domestic. Limbah padat medis ini harus diolah dengan baik untuk mencegah
terjadinya penularan penyakit terutama penyakit yang menular melalui darah seperti HIV dan
Hepatitis B dan C.
HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang menyerang system
kekebalan tubuh penderitanya. Cara penularan dari penyakit ini bisa melalui berbagai cara, salah
satunya adalah melalui jarum suntik. Jarum suntik yang telah dipakai oleh pasien pengidap HIV
di rumah sakit dapat menyebarkan virus ini apabila jarum suntik bekas dari rumah sakit itu tidak
diolah dengan benar dan dibuang sembarangan.
Hepatitis merupakan peradangan pada hati. Hepatitis B dan C dapat ditularkan melalui
darah. Sama seperti HIV, jarum suntik yang telah terkontaminasi dari virus hepatitis dapat
menularkan penyakit ini.
PENCEMARAN LIMBAH CAIR MEDIS
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme tergantung
pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang. Jika limbah rumah
sakit ini tidak di kelola dengan baik dan dibuang ke tempat yang tidak dipersyaratkan seperti
badan sungai maka akan dapat memberi dampak negatif tidak hanya bagi air sungai itu sendiri
tetapi juga bagi masyarakat yang menggunakan air yang telah dialiri limbah tersebut.
Pengukuran baku mutu limbah rumah sakit sebelum dibuang harus benar-benar
diperhatikan. Dampak lingkungan yang serius bisa timbul dari dihasilkannya limbah biomedis
dan dari proses penanganan, manajemen dan pembuangan limbah yang tidak dikelola dengan
![Page 2: kgp sk2 fix](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081211/563db7d9550346aa9a8e8dac/html5/thumbnails/2.jpg)
baik. Dampak yang terjadi bisa secara langsung maupun tidak langsung. Dampak langsung
biomedis yang potensial menurut beberapa ahli dapat menimbulkan penyakit terutama keracunan
dan penyakit kulit. Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran
terhadap sumber air (permukaan tanah) atau lingkungan dan menjadi media tempat
berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, serangga yang dapat menjadi transmisi pernyakit
terutama kholera, disentri, thypus abdominalis.
Patogen yang ada di limbah bisa luluh dan mengkontaminasi air atau air permukaan.
Bahan kimia berbahaya yang ada dalam limbah biomedis, polusi logam berat dalam bentuk
leachate, kelebihan leacheate seperti nitrat dan sosfat dari galian tanah bisa menyebabkan
fenomena yang disebut eutrophication (dimana pada permukaan kolam air tumbuh alga). Polusi
air bisa mengubah parameter seperti pH BOD, COD dan lain-lain.
PENCEMARAN UDARA
Limbah medis yang berupa partikel debu dapat menimbulkan pencemaran udara yang
akan menyebabkan kuman penyakit menyebar dan mengkontaminasi peralatan medis ataupun
peralatan yang ada.
Pencemaran udara ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan. Apabila hal
ini terjadi dalam jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan ISPA. Infeksi saluran pernapasan
akut atau sering disebut sebagai ISPA adalah terjadinya infeksi yang parah pada bagian sinus,
tenggorokan, saluran udara, atau paru-paru. Infeksi yang terjadi lebih sering disebabkan oleh
virus meski bakteri juga bisa menyebabkan kondisi ini.
Kondisi ini menyebabkan fungsi pernapasan menjadi terganggu. Jika tidak segera
ditangani, ISPA dapat menyebar ke seluruh sistem pernapasan tubuh. Tubuh tidak bisa
mendapatkan cukup oksigen karena infeksi yang terjadi dan kondisi ini bisa berakibat fatal,
bahkan mungkin mematikan.
![Page 3: kgp sk2 fix](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081211/563db7d9550346aa9a8e8dac/html5/thumbnails/3.jpg)
KLASIFIKASI
Limbah Padat medis
Limbah padat medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan
tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga kegiatan medis di ruang
poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan otopsi, dan ruang laboratorium. Limbah padat medis
sering juga disebut sebagai sampah biologis. Sampah biologis terdiri dari:
1. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang perawatan, ruang bedah atau
ruang kebidanan seperti misalnya perban, kasa, alat injeksi, ampul, dan botol bekas pabt
injeksi , kateter, swab, plester, masker, dan sebagainya.
2. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah, kebidanan, atau ruang
otopsi, misalnya plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan sebagainya.
3. Sampah laboratorium yang dihasilkan dari pemeriksaan laboratorium diagnostik atau
penelitian misalnya sediaan atau media sampel dan bangkai binatang percobaan.
PENGELOLAAN
1) Limbah infeksius dan benda tajam
a. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius dari laboratorium
harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin.
Untuk limbahinfeksius yang lain cukup dengan cara desinfeksi.
b. Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan dan dapat diolah bersama
dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam
c. Setelah insinerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuaang ke tempat penampungan B3 atau
di buang ke landfill jika residunya sudah aman.
![Page 4: kgp sk2 fix](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081211/563db7d9550346aa9a8e8dac/html5/thumbnails/4.jpg)
2) Limbah Farmasi
Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik (pyrolitik
incinerator), rotary klin, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau
insinerasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus
seperti rotary kli, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi.
3) Limbah Sitotoksik
a. Limbah Sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan penimbunan (landfiil)
atau saluran limbah umum.
b. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan
ke distributor apabila tidak ada insinerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah
kadaluarsa atau tidak dipakai lagi.
c. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1200°C dibutuhkan untuk menghancurkan semua bahan
sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke
udara.
d. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi atau inersisasi
dapat di pertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.
4) Limbah bahan kimiawi
a. Pembuangan limbah kimia biasa.
Limbah biasa yang tidak bisa daur ulang seperti asam amino, garam, dan gula tertentu dapat
dibuang ke saluran air kotor.
b. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil Limbah bahan berbahaya dalam
jumlah kecil seperti residu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi
pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).
5) Limbah dengan kandungan logam berat tinggi
![Page 5: kgp sk2 fix](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081211/563db7d9550346aa9a8e8dac/html5/thumbnails/5.jpg)
Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau diinsinesrasi karena
berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh dibuang landfill karena dapat
mencemari air tanah.
6) Kontainer Bertekanan
Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah dengan daur ulang atau
pengunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk
pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol harus di
perlakukan sebagai limbah bahan kimia berbahaya untuk pembuangannya.
7) Limbah radioaktif
Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kibijakan dan strategi nasional yang
menyangkut perturan, infrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga yang terlatih.
(Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Depkes RI, 2004).
CONTOH ALAT
Teknik Pengelolaan Limbah Medis Tajam. Teknik pengelolaan limbah medis tajam dapat
dilakukan dengan :
(1) Safety Box. Alternative 1 : Jarum dan syringe langsung dimasukkan ke dalam safety box
pada setiap selesai satu penyuntikan; setelah penuh, safety box dan isinya dikirim ke sarana
kesehatan lain yang memiliki incinerator dengan suhu pembakaran minimal 1000⁰C atau
memiliki alat pemusnah carbonizer. Alternatif 2 : Jarum dan syringe langsung dimasukkan ke
dalam safety box pada setiap selesai satu penyuntikan; Setelah penuh, safety box dan isinya
ditanam di dalam sumur galian yang kedap air (silo) atau needle pit yang lokasinya didalam area
unit pelayanan kesehatan.
(2) Needle Cutter. Alternatif 1: Jarum dipatahkan dengan needle cutter pada setiap selesai satu
penyuntikan; Potongan jarum yang terkumpul di dalam needle collection container dimasukkan
ke dalam safety box, kemudian dilanjutkan dengan proses penanganan seperti yang dijelaskan
![Page 6: kgp sk2 fix](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081211/563db7d9550346aa9a8e8dac/html5/thumbnails/6.jpg)
dalam penanganan menggunakan safety box. Alternatif 2 : Jarum dipatahkan dengan needle
cutter pada setiap selesai satu penyuntikan; Potongan jarum yang terkumpul di dalam needle
collection container dimasukkan ke dalam needle pit; Syringe bekas pakai didisinfeksi dengan
menggunakan larutan sodium hipoklorit 5% dan direndam selama 30 menit, sehingga syringe
telah steril dan dapat didaur ulang,. Pembuatan needle pit dapat dilakukan dengan bahan buis
beton diameter 60 cm panjang a meter ataupun pipa PVC dengan diameter minimal 4 inchi
panjang 3 meter. Untuk needle pit dengan buis beton sepanjang 60 cm ditanam dan ditutup
dengan bahan beton tetapi menyediakan lubang untuk memasukkan needle. Sedangkan untuk
needle pit dengan pipa PVC ditanam sepanjang 2,5 meter dan ditutup dengan dop ulir PVC yang
sewaktu-waktu dapat dibuka bila akan memasukkan needle.
(3) Needle Burner. Alternatif yang bisa dilakukan adalah : Jarum dimusnahkan dengan needle
burner langsung pada setiap selesai satu penyuntikan; Syringe selanjutnya diproses seperti
dijelaskan dalam penanganan dengan needle cutter; Hasil proses pemusnahan dengan needle
burner dimasukkan ke dalam kantong plastic warna hitam, karena sudah tidak infeksius; Sisa
proses bersama kantong plastiknya langsung dibawa ke tempat penampungan sementara limbah
domestic.
PENCEGAHAN
Pendidikan dan Pelatihan Perawat Tentang bahaya yang berkaitan dengan Limbah Medis
Kebijakan yang berlaku dalam pengelolaan limbah rumah sakit tidak akan dapat efeketif
jika tidak diterapkan dengan seksama, konsisten, dn menyeluruh. Dengan demikian, pelatihan
tenaga kesehatan khususnya perawat dalam menerapkan kebijakan menjadi sangat penting jika
berharap agar program pengelolaan tersebut dapat berlangsung sukses.
Tujuan pokok diadakannya pelatihan adalah untuk menggugah kesadaran terhadap
permasalahan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan yang berkaitan dengan limbah layanan
kesehatan, dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi pekerja didalam pekerjaan sehari-
harinya. Perawat rumah sakit, termasuk dokter senior, harus diyakinkan akan perlunya suatu
![Page 7: kgp sk2 fix](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081211/563db7d9550346aa9a8e8dac/html5/thumbnails/7.jpg)
kebijakan menyeluruh mengenai pengelolaan limbah dan mengadakan pelatihan terkait, serta
akan menfaatnya terhadap kesehatan dan keselamatan semua pihak.
Materi pelatihan dalam tindakan pencegahan adalah sebagai berikut:
a. Hati-hati jika melepas jarum dari spuit.
b. Jika terjadi kekeliruan dalam pemilahan, tindakan seperti mengeluarkan item yang ada
dalam sebuah kantong atau kontainer atau memasukkan sebuah kantong ke kantong yang
lain dengan warna yang berbeda, tidak boleh dilakukan.
c. Limbah berbahaya dan limbah umum atau domestik tidak boleh dicampur. Jika keduanya
tanpa sengaja tercampur, keseluruhan campuran tersebut harus diperlakukan sebagai
limbah yang berbahaya.
d. Perawat harus memastikan bahwa jumlah kantong dan kontainer yang ada mencukupi
untuk pengumpulan limbah medis demikan pula tempat pembuangan sementaranya mis;
diruang bangsal, kamar bedah, dan lokasi yang menghasilkan limbah.
e. Kantong limbah tidak boleh bersentuhan dengan tubuh selama penanganan dan
pengumpul kantong limbah itu tidak boleh membawa terlalu banyak dalam satu waktu yg
bersamaan.
f. Kantong untuk limbah medis padat yang berbahaya dan limbah umum tidak boleh
disatukan, tetapi harus dipisahkan selama penanganan; limbah berbahaya harus
ditempatkan di lokasi penampungan saja.
g. Pakaian pelindung yang tepat baru digunakan selama operasi penanganan limbah.
h. Prosedur pembersihan dan desinfeksi yang tepat harus dilakukan jika terjadi tumpahan
tidak sengaja.
i. Jika pemindahan kantong atau kontainer limbah telah selesai, segel/ikatan sekali lagi
harus diperiksa untuk memastikan bahwa tidak ada ikatan yang terlepas.
SUMBER
Arifin.M. 2008. Pengaruh Limbah Rumah Sakit terhadap Kesehatan. Jakarta : Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
![Page 8: kgp sk2 fix](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022081211/563db7d9550346aa9a8e8dac/html5/thumbnails/8.jpg)
Keraf, Sonny.2000.Analisis Dampak Lingkungan Hidup Rencana Pengelolaan Lingkungan.
Jakarta
Chandra, Budiman.2005.Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC