keseimbangan ekonomi 2 sektor
TRANSCRIPT
KESEIMBANGAN EKONOMI
DUA SEKTOR
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Ekonomi Makro
Dosen Pengampu: Ulul Hidayati Rofi’ah, SE.Sy, M.Sy
Prodi: Ekonomi Syariah
Disusun Oleh:
Amalia Damayanti
Muhammad Widiyan Akbar
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH
(STAIM) TULUNGAGUNG
2016
~ 2 ~
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya
Shalawat serta Salam senantiasa tercurahkan atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW serta
Keluarga, Sahabat dan para penerus risalahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah Keseimbangan Ekonomi Dua Sektor, guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
Makro.
Kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar – besar nya kepada:.
1. Ulul Hidayati Rofi’ah, SE.Sy, M.Sy dosen mata kuliah Ekonomi Makro.
2. Orang tua yang selalu memberi dukungan pada kami .
3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini .
Dengan adanya makalah ini semoga dapat membantu mempermudah proses belajar dan
bermanfaat bagi kami pada khususnya dan pembaca pada umumnya . Serta kami menerima kritik
dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun agar tercapainya kesempurnaan makalah
ini.
Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh .
Tulungagung, 21 Februari 2016
Tim Penyusun
~ 3 ~
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................2
Daftar Isi..................................................................................................................3
Bab 1 : Pendahuluan
A. Latar belakang..............................................................................................4
B. Rumusan masalah.........................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4
Bab 2 : Pembahasan
A. Hubungan Antara Konsumsi dan Pendapatan..............................................5
B. Fungsi Konsumsi dan Tabungan.................................................................10
C. Investasi.......................................................................................................14
D. Penentuan Tingkat Kegiatan Ekonomi........................................................20
Bab 3 : Penutup
Kesimpulan........................................................................................................21
Daftar pustaka....................................................................................................22
~ 4 ~
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perekonomian dua sektor merupakan penyederhanaan dalam mempelajari sistem
perekonomian secara keseluruhan. Keseimbangan dalam perekonomian dua sektor merupakan
keseimbangan dari sisi pendapatan dan sisi pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah
tangga dan sektor swasta, dengan mengabaikan sektor pemerintah dan sektor luar negeri.
Perilaku pengeluaran yang dilakukan oleh sektor rumah tangga bisa dilakukan dengan
membuat fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, untuk melihat bagaimana perubahan pendapatan
terhadap tingkat pengeluaran konsumsi dan tabungan. Kecenderungan bagi sektor rumah tangga
untuk melakukan konsumsi disebut dengan Marginal Propensity to Consume (MPC). Sedangkan
kecenderungan bagi sektor rumah tangga untuk melakukan tabungan disebut dengan Marginal
Propensity to Save (MPS).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari perekonomian 2 sektor?
2. Bagaimana hubungan antara konsumsi dan pendapatan?
3. Bagaimana fungsi konsumsi dan tabungan?
4. Apakah investasi (penanaman modal) itu?.
5. Apa penentu-penentu tingkat kegiatan ekonomi?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian pengertian dari perekonomian 2 sektor
2. Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi dan pendapatan
3. Untuk mengetahui fungsi konsumsi dan tabungan
4. Untuk mengetahui investasi (penanaman modal)
5. Untuk mengetahui penentu-penentu tingkat kegiatan ekonomi
~ 5 ~
BAB II
PEMBAHASAN
Yang dimaksudkan dengan perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri
dari sektor rumah tangga dan perusahaan. Ini berarti dalam perekonomian itu dimisalkan tidak
terdapat kegiatan pemerintah maupun perdagangan luar negeri.
Siklus Aliran Pendapatan dalam Perekonomian 2 Sektor
Ciri-Ciri Aliran Pendapatan Dua Sektor:
Sektor perusahaan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki rumah tangga.
Faktor-faktor produksi tersebut memperoleh pendapatan berupa gaji dan upah, sewa, bunga dan
untung.
Sebagian besar pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk konsumsi,
yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
Sisa pendapatan rumah tangga yang tidak digunakan untuk konsumsi akan ditabung
dalam institusi- institusi keuangan.
Pengusaha-pengusaha yang memerlukan modal untuk melakukan investasi akan
meminjam tabungan yang dikumpulkan oleh badan-badan keuangan dari sektor rumah tangga.
A. HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI DAN PENDAPATAN
Terdapat beberapa faktor yang menentukan tingkat pengeluaran rumah tangga (secara seunit
kecil atau dalam keseluruhan ekonomi). Yang terpenting adalah pendapatan rumah tangga. Tabel
~ 6 ~
yang menggambarkan hubungan diantara konsumsi rumah tangga dan pendapatannya dinamakan
daftar (skedul) konsumsi. Daftar konsumsi pada dasarnya menggambarkan besarnya konsumsi
rumah tangga pada tingkat pendapatan yang berubah-ubah. Misalnya seperti dapat dilihat dalam
Tabel dibawah ini, pada waktu pendapatan seseorang adalah Rp 500 ribu, konsumsinya adalah
Rp 500 ribu. Pada waktu pendapatannya Rp 900 ribu, konsumsinya adalah Rp 800 ribu. Tabel
dibawah ini secara terperinci menunjukkan hubungan diantara tingkat pendapatan disposebel
dengan pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga.
Pendapatan disposebel (Yd)
(2)
Pengeluaran konsumsi (C)
(2)
Tabungan (S)
(3)
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
125
200
275
350
425
500
575
650
725
800
875
-125
-100
-75
-50
-25
0
25
50
75
100
125
Tabel 1
Dalam kolom (1) ditunjukkan berbagai tingkat pendapatan disposebel yang mungkin
diterima oleh suatu rumah tangga, sedangkan dalam kolom (2) ditunjukkan berbagai jumlah
pengeluaran konsumsi yang akan dilakukan oleh rumah tangga tersebut. Jumlah tabungan (atau
kelebiham pendapatan sesudah melakukan pengeluaran konsumsi yang akan dilakukan oleh
rumah tangga pada berbagai tingkat pendapatan yang mungkin diterimanya) ditunjukkan dalam
kolom (3).
Contoh angka yang dibuat dalam tabel tersebut adalah contoh yang memberikan
gambaran mengenai ciri-ciri khas dari hubungan diantara pengeluaran konsumsi dan pendapatan
disposebel. Ciri-ciri yang digambarkan dalam tabel tersebut adalah:
~ 7 ~
a. Pada pendapatan yang rendah rumah tangga mengorek tabungan. Pada waktu rumah
tangga tidak memperoleh pendapatan, yaitu pendapatan disposebel adalah nol (Yd = 0),
pengeluaran konsumsi adalah Rp 125 ribu. Ini berarti rumah tangga harus menggunakan
harta atau tabungan masa lalu untuk membiayai pengeluaran konsumsinya. Tabungan
negatif, atau mengorek tabungan (dissaving) akan selalu dilakukan oleh rumah tangga
apabila pendapatannya masih dibawah Rp 500 ribu.
b. Kenaikan pendapatan menaikkan pengeluaran konsumsi. Biasanya pertambahan
pendapatan adalah lebih tinggi daripada perubahan konsumsi. Contoh dalam tabel
tersebut menunjukkan, apabila pendapatan bertambah sebanyak Rp 100 ribu, konsumsi
bertambah sebanyak Rp 75 ribu. Sisa pertambahan pendapatan itu (Rp 25 ribu) ditabung.
c. Pada pendapatan yang tinggi rumah tangga menabung. Disebabkan pertambahan
pendapatan selalu lebih besar dari pertambahan konsumsi maka pada akhirnya rumah
tangga tidak “mengorek tabungan lagi”. Ia akan mampu menabung sebagian dari
pendapatannya. Contoh dalam tabel tersebut menunjukkan, apabila pendapatan rumah
tangga lebih dari Rp 500 ribu, konsumsinya lebih rendah dari pendapatannya. Sebagai
contoh, pada pendapatan Rp 900 ribu, konsumsi adalah Rp 800 ribu, dan ini
menunjukkan rumah tangga sudah menabung sebanyak Rp 100 ribu.1
Kecondongan Mengkonsumsi dan Menabung
1. Defenisi Kecondongan Mengkonsumsi (Propensity to Consume)
Kecondongan Mengkonsumsi Marjinal (MPC) didefenisikan sebagai perbandingan antara
pertambahan konsumsi (∆C) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposibel (∆Yd)
yang diperoleh. Rumusnya : MPC = ∆C/∆Yd
Kecondongan Mengkonsumsi Rata-Rata (APC) didefenisikan sebagai perbandingan
antara tingkat konsumsi (C) dengan pendapatan disposibel (Yd) ketika konsumsi tersebut
dilakukan. Rumusnya : Apc = C/Yd2
1 Sadono Sukirno, Teori Pengantar Makroekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2015, hal 109 2 http://www.startkampus.net/2016/06/keseimbangan-ekonomi-dua-sektor.html
~ 8 ~
Pendapatan
disposebel
(Yd)
(1)
Pengeluaran konsumsi
(C)
(2)
Kecondongan
memngkonsumsi
marjinal (MPC)
(3)
Kecondongan
mengkonsumsi rata-
rata (APC)
(4)
Rp 200 ribu
400 ribu
600 ribu
800 ribu
Rp 200 ribu
400 ribu
600 ribu
800 ribu
Rp 300 ribu
450 ribu
600 ribu
750 ribu
Rp 300 ribu
450 ribu
600 ribu
750 ribu
150/200=0,75
150/200=0,75
150/200=0,75
160/200= 0,80
150/200= 0,75
140/200= 0,70
300/200= 1,50
450/400= 1,125
600/600= 1,00
750/800= 0,9375
300/200= 1,50
460/400= 1,15
610/600= 1,017
750/800= 0,9375
Tabel 2: Kecondongan Mengkonsumsi Marjinal dan Rata-Rata
Definisi Kecondongan Menabung (Propensity to Save)
Kecondongan Menabung Marjinal (MPS) didefenisikan sebagai perbandingan antara
pertambahan tabungan (∆S) yang dilakukan dengan pertambahan pendapatan disposibel
(∆Yd) yang diperoleh. Rumusnya : MPS = ∆S/∆Yd
Kecondongan Menabung Rata-Rata (APS) didefenisikan sebagai perbandingan antara
tingkat tabungan (S) dengan pendapatan disposibel (Yd). Rumusnya : APS = S/Yd3
3 http://www.startkampus.net/2016/06/keseimbangan-ekonomi-dua-sektor.html
CONTOH1: MPC TETAP
CONTOH 2: MPC MAKIN KECIL
~ 9 ~
Pendapatan
disposebel
(Yd)
(1)
Pengeluaran
konsumsi
(C)
(2)
Tabungan
(S)
(3)
Kecondongan
menabung
marjinal (MPS)
(4)
Kecondongan
menabung rata-
rata (APS)
(5)
Rp 200 ribu
400 ribu
600 ribu
800 ribu
Rp 200 ribu
400 ribu
600 ribu
800 ribu
Rp 300 ribu
450 ribu
600 ribu
750 ribu
Rp 300 ribu
460 ribu
610 ribu
750 ribu
Rp -100 ribu
-50 ribu
0 ribu
50 ribu
Rp -100 ribu
-60 ribu
-10 ribu
50 ribu
50/200= 0,25
50/200= 0,25
50/200= 0,25
40/20= 0,20
50/200= 0,25
60/200= 0,30
-100/200= -0.50
-50/400= -0,25
0/600= 0
50/800= 0,0625
-100/200= -0,50
-60/400= -0,15
-10/600= -0,017
50/800= 0,0625
Tabel 3: Kecondongan Menabung Marjinal dan Rata-Rata
HUBUNGAN ANTARA KECONDONGAN KONSUMSI (C) DAN MENABUNG (S)
Pendapatan
disposebel
(1)
MPC
(2)
MPS
(3)
MPC+MPS
(4)
APC
(5)
APS
(6)
APC+APS
(7)
Rp 200 ribu
400 ribu
600 ribu
800 ribu
Rp 200 ribu
400 ribu
600 ribu
800 ribu
0,75
0,75
0,75
0,8
0,75
0,70
0,25
0,25
0,25
0,2
0,25
0,30
1
1
1
1
1
1
1,50
1,125
1,00
0,9375
1,50
1,15
1,017
0,9375
-0,50
-0,125
0
0,0625
-0,50
-0,15
-0,017
0,0625
1
1
1
1
1
1
1
1
Tabel 4: Hubungan antara kecondongan konsumsi dan menabung
CONTOH1: MPC TETAP
CONTOH 2: MPC MAKIN KECIL
~ 10 ~
B. FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN
Dalam analisis makroekonomi yang lebih penting bukanlah melihat konsumsi dan
tabungan sesuatu rumah tangga, tetapi melihat kepada konsumsi dan tabungan semua rumah
tangga dalam perekonomian. Pengeluaran konsumsi dari semua rumah tangga dalam
perekonomian dinamakan, seperti telah dinyatakan sebelum ini, konsumsi agregat dan tabungan
semua rumah tangga dalam perekonomian dinamakan tabungan agregat. Untuk menunjukkan
kelakuan rumah tangga perekonomian dalam melakukan konsumsi dan tabungan analisis
makroekonomi selalu melihat ciri-cirinya dengan menghubungkan kedua variabel tersebut
dengan pendapatan nasional. 4
Daftar Konsumsi dan Tabungan
Tabel 5: Pendapatan, Konsumsi, dan Tabungan (dalam triliun rupiah)
4 Sadono Sukirno, Teori Pengantar Makroekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2015, hal 115
~ 11 ~
Fungsi Konsumsi dan Fungsi Tabungan
Fungsi Konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara
tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau
pendapatan disposibel) perekonomian tersebut.
Fungsi Tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara
tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau
pendapatan disposibel) perekonomian tersebut.
Tabel 6: Fungsi konsumsi dan fungsi tabungan
MPC, MPS DAN KECONDONGAN FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN
Dalam ciri-ciri fungsi konsumsi dan tabungan telah dinyatakan bahwa nilai MPC akan
menentukan kecondongan fungsi konsumsi dan nilai MPS akan menentukan kecondongan fungsi
tabungan.
~ 12 ~
MPC dan Kecondongan Fungsi Konsumsi
Kurva (a) menggambarkan bahwa titik A merupkan pendapatan nasional sejumlah Rp/ 360
triliun dan konsumsi adalah Rp 360 triliun. Sedangkan titik B menunjukkan pendapatan
nasional bernilai Rp. 600 triliun sedangkan nilai konsumsi adalah Rp/ 540 triliun. Degan
demikian, pergerakan dari titik A dan tiik B menggambarkan:
i. Pendapatan nasional bertambah sebanyak Rp. 240 triliun
ii. Konsumsi rumah tangga bertambah sebanyak 180 triliun
Ini menunjukkan kecondongan fungsi konsumsi sama dengan nilai MPC
MPS dan Kecondongan Fungsi Tabungan
Titik D menunjukkan tingkat tabungan adalah nol. Dan pendaptan nasional adalah sebanyak
Rp. 360 triliun. Seterusnya titik E menggambarkan ketika tabungan mencapai Rp 60 triliun
pendapatan nasional adalah sebanyak 600 triliun. Dengan demikian pergerakan dari titik D ke
E menggambarkan:
i. Pendapatan nasional bertambah sebanyak Rp 240 triliun
ii. Tabungan bertambah sebanyak Rp 60 triliun
Ini berarti kecondongan fungsi tabungan adalah sama dengan nilai MPS
Persamaan Fungsi Konsumsi dan Tabungan
1.) Fungsi Konsumsi
Suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam
perekonomian dengan pendapatan nasional
Bentuk umum:
C = a + b Y
Keterangan :
a = Konsumsi rumah tangga ketika pendapatan nasional adalah 0
b = kecondongan mengkonsumsi marginal
C = Tingkat konsumsi
Y = Pendapatan Nasional
~ 13 ~
Untuk menghitung nilai a, dirumuskan:
a = (APC-MPC) y
2.) Fungsi Tabungan
Suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat tabungan rumah tangga
dalam perekonomian dengan pendapatan nasional
Bentuk umum :
S = - a + (1 – b) Y
Keterangan :
a = Konsumsi rumah tangga ketika Pendapatan nasional adalah 0
b = Kecondongan Mengkonsumsi Marginal
C = Tingkat Konsumsi
Y = Pendapatan Nasional
Penentu-Penentu Lain Konsumsi dan Tabungan
Keynes berpendapat tingkat konsumsi dan tabungan terutama dtentukan olah tingkat
pendapatan rumah tangga. Faktor-faktor tersebut seperti:
a) Kekayaan yang telah terkumpul
Sebagai akibat dari harta warisan, atau tabungan yang banyak sebagai akibat usaha
masa lalu. Yang membuatnya tidak lagi menabung lebih banyak.
b) Suku bunga
Akan lebih banyak tabungan apabila suku bunga tinggi karena lebih banyak
pendapatan dari penabungan yang diperoleh
c) Sikap berhemat
d) Keadaan perekonomian
Dalam perekonomian yang tumbuh dengan teguh dan tidak banyak pengangguran,
masyarakat berkecenderunan melakukan pengeluaran yang lebih aktif.
e) Distribusi pendaptan
Dalam masyarakat yang distribusi nya tidak merata, lebih banyak tabungan yang
akan dirperoleh
f) Tersedia tidaknya dana pensiun yang mencukupi.
~ 14 ~
Apabila pendapatan dana pensiun besar jumlahnya, para pekerja tidak terdorong
untuk menabung.5
C. INVESTASI
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman-penanaman
modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan
produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia
dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan perekonomian
tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dimasa yang akan datang. Adakalanya
penanaman modal dilakukan untuk menggatikan barang-barang modal yang lama yang telah
harus dan perlu didepresiasikan.
Dalam praktiknya, dalam usaha untuk mencatatan nilai penanaman modal yang dilakukan dalam
suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (atau pembentukan modal atau
penanaman modal) meliputi pengeluaran-pengeluaran berikut:
1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi
lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
2. Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor, bangunan
pabrik, dan bangunan-bangunan lainnya.
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang bahkan belum terjual, bahan mentah dan
barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun penghitungan pendapatan
nasional.
Jumlah dari tiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan investasi bruto, yaitu ia
meliputi investasi untuk menambah kemampuan memproduksi dalam perekonomian dan
mengganti barang modal yang telah diapresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh nilai
depresiasi maka akan didapat investasi neto.
Penentu-Penentu Tingkat Investasi
Berbeda dengan yang dilakukan oleh para konsumen (rumah tangga) yang
membelanjakan bagian terbesar pendapatan mereka untuk membeli barang dan jasa yang mereka
butuhkan, penanam-penanam modal melakukan investasi bukan untuk memenuhi kebutuhan
5 http://www.startkampus.net/2016/06/keseimbangan-ekonomi-dua-sektor.html
~ 15 ~
mereka tetapi untuk mencari keuntungan. Dengan demikian banyaknya keuntungan yang akan
diperoleh besar sekali peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh
para pengusaha. Disamping ditentukan oleh harapan dimasa depan untuk memperoleh untung,
beberapa faktor lain juga penting peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang akan
dilakukan dalam perekonomian. Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah:
1. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh.
2. Suku bunga.
3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa depan.
4. Kemajuan teknologi.
5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
6. Keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan.
Berbagai faktor tersebut akan mempengaruhi kegiatan investasi dalam uraian-uraian berikut.
Terlebih dahulu akan diperhatikan hubungan antara ramalan keuntungan yang akan diperoleh
dengan suku bunga dan tingkat investasi.
Investasi, Keuntungan, Dan Suku Bunga
Walaupun faktor-faktor penting yang menentukan jumlah investasi para
pengusaha meliputi beberapa faktor, dua diantaranya memiliki kesanggupan untuk
menerangkan sebab-sebab perubahan tingkat ivestasi yang lebih penting dari faktor-faktor
lainnya. Faktor tersebut adalah tingkat keuntungan yang diramalkan dan suku bunga.
Ramalan mengenai keuntungan masa depan sebagaimana yang telah disebutkan diatas
(nomor 1) akan memberikan gambaran kepada para pengusaha mengenai jenis-jenis
investasi yang mempunyai prospek yang baik untuk dilaksanakan, dan sebagaimana yang
telah terurai diatas (nomor 2) besarnya investasi yang harus dilakukan untuk mewujudkan
tambahan barang-barang modal yang diperlukan. Sedangkan suku bunga menentukan
jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha dan dapat
dilaksanakan.
Tingkat Pengembalian Modal
Pendapatan yang diterima dari suatu kegiatan menanam modal biasanya akan
diterima dalam beberapa tahun. Mungkin dalam dua tahun pertama keuntungan belum
~ 16 ~
diperoleh, dan menginjak tahun ketiga hasil penjualan melebihi pengeluaran. Selebihnya,
walaupun keuntungan dalam keuntungan tahun kedua sama dengan tahun keenam
(misalnya jumlahnya seratus juta rupiah), dari segi pandangan perusahaan nilai keuntungan
sebenarnya adalah berbeda. Keuntungan ditahun ketiga adalah lebih bernilai dibanding dari
keuntungan tahun keenam, oleh karena nilai sekarang dari keuntungan tersebut berbeda.
Menghitung nilai sekarang dari pendapatan yang diperoleh dimasa depan atau
menghitung tingkat pengendalian modal (keuntungan), merupakan cara yang digunakan
perusahaan-perusahaan untuk menilai kesesuaian dari suatu investasi yang akan dilakukan.
Suatu kegiatan investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang
pendapatan dimasa depan lebih besar dari pada nilai sekarang atau modal yang
diinvestasikan. Nilai sekarang pendapatan dimasa depan dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
NS = 𝒚𝟏
(𝟏+𝒓)+
𝐲𝟐
(𝟏+𝐫)𝟐 +𝐲𝟑
(𝟏+𝒓)𝟑 + ⋯ +𝒚𝒏
(𝟏+𝒓)𝒏
Dalam persamaan diatas:
NS adalah nilai sekarang pendapatan yang diperoleh antara tahun 1 sehingga tahun
n, apabila dimisalkan investasi tersebut didepresiasikan pada tahun n.
𝑌1,𝑌2...𝑌3 adalah pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh perusahaan antara
tahun 1 hingga tahun n.
𝑟 adalah suku bunga.
Dengan memisalkan nilai sekarang modal yang diinvestasikan adalah M,
penanaman modal tersebut dikatakan menguntungkan apabila NS lebih besar dari M.
Cara lain untuk menentukan apakah suatu investasi merupakan kegiatan yang
menguntungkan atau merugikan dapat dilakukan dengan menghitung tingkat pengembalian
modal dari investasi tersebut. Tingkat pengembalian modal dinyatakan dalam persen , dan
ia menggambarkan tingkat keuntungan rata-rata per tahun dari modal yang diinvestasikan.
Untuk menghitung tingkat pengembalian modal digunakan formula dibawah ini:
M =𝑌1
(1 + 𝑅)+
Y2
(1 + 𝑅)2+
Y3
(1 + 𝑅)3+ ⋯ +
𝑌𝑛
(1 + 𝑅)𝑛
Dalam persamaan tersebut:
~ 17 ~
M adalah nilai modal yang diinvestasikan.
𝑌1,𝑌2,𝑌3 hingga 𝑌𝑛 adalh pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh dari tahun 1
hingga ke tahun n.
𝑅 adalah tingkat pengembalian modal.
Dalam persamaan diatas yang dihitung nilai yang akan dihitung adalah R karena
M dan 𝑌1 hingga 𝑌𝑛 sudah diketahui nilainya. Suatu investasi dipandang menguntungkan
bila nilai 𝑅 lebih besar dari pada suku bunga.
Efisiensi Investasi Marjinal
Didalam suatu waktu tertentu, misalnya dalam tempo setahun dalam
perekonomian akan terdapat banyak individu dan perusahaan yang mempertimbangkan
untuk melakukan investasi. Berbagai proyek investasi ini mempunyai tingkat
pengembalian modal yang berbeda, yaitu sebagian dari proyek investasi itu akan
menghasilkan keuntungan yang tinggi, dan ada proyek yang keuntungannya rendah.
Berdasarkan kepada jumlah modal yang yang akan ditanam dan tingkat pengembalian
modal yang diramalkan akan diperoleh, analisis membentuk suatu kurva yang dinamakan
efisiensi investasi marjinal (marginal eficiency of investment). Efisiensi investasi marjinal
dapat didefinisikan sebagai suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara tingkat
pengembalian modal dan jumlah modal yang akan diinvestasikan.
GAMBAR 1.1
Kurva MEI
Ada berbagai titik dalam kurva MEI, titik R menunjukkan bagian tingkat
pengembalian modal dan I adalah investasi, sedangkan A,B, dan C adalah titik tingkat
~ 18 ~
pengembalian modal. Titik A menggambarkan bahwa dalam perekonomian dapat
dilakukan kegiatan investasi yang akan menghasilkan tingkat pengembalian modal
sebanyak 𝑅0 atau lebih tinggi dan untuk mewujudkan investasi tersebut modal yang adalah
sebanyak I0. Titik B dan C juga memberikan gambaran yang sama. Titik B
menggambarkan kesempatan untuk investasi dengan penembalian modal R1 atau lebih, dan
modal yang diperlukan adalah I1. Dan titik C menggambarkan, untuk mewujudkan usaha
yang menghasilkan tingkat pengembalian modal sebanyak R2 atau lebih, diperlukan modal
sebanyak I2.
Suku Bunga Dan Tingkat Investasi
Tidak cukup hanya mengetahui tentang MEI, para penanam modal juga harus
mempertimbangkan suku bunga. Apabila suku bunga lebih tinggi dari tingkat
pengembalian modal, investasi yang direncanakan akan tidak menguntungkan. Kegiatan
investasi akan dilakukan apabila tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama
dengan suku bunga. Dengan demikian, untuk menentukan besarnya investasi yang harus
dilakukan kita perlu menghubungkan kurva MEI dengan suku bunga, sepeti yang
dibawah ini:
GAMBAR 1.2
~ 19 ~
Fungsi Investasi
Kurva yang menunjukkan perkaitan diantara tingkat investasi dan tingkat
pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi investasi dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Ia sejajar dengan sumbu datar, atau.
2. Bentuknya naik keatas sebelah kanan.
Fungsi atau kurva investasi yang sejajar dengan sumbu dasar dinamakan investasi
otonomi dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional meningkat
dinamakan investasi terpengaruh.
Ramalan Keadaan perekonomian di Masa Depan
Karena kegiatan-kegiatan perusahaan dalam mendirikan, memasang peralatn
pabrik, dan melakukan investasi membutuhkan waktu yang lama. Para pengusaha harus
menentukan kegiatan-kegiatan apakah yang bisa menguntungkan atau merugikan, maka
haruslah membuat ramalan-ramalan mengenai masa depan. Dalam membuat ramalan
mengenai ekonomi masa depan, para pengusaha harus bertanya “apakah keadaan
menunjukkan bahwa keuntungan yang cukup besar akan diperoleh dari pengembangan
kegiatan ekonomi yang sedang dibuat atau direncanakan?” Misalkan ramalan yang
menunjukkan keadaan perekonomian (termasuk politik dan keamanan) yang akan
menjadikan lebih baik lagi pada masa depan. Makin baik keadaan masa depan, makin
besar tingkat keuntungan yang akan diperoleh para pengusaha.
Perubahan dan Perkembangan Teknologi
Faktor lain yang juga menentukan besarnya investasi adalah kegiatan para
pengusaha untuk menggunakan penemuan-penemuan teknologi yang baru dalam proses
produksi. Kegiatan para pengusaha untuk menggunakan teknologi yang baru
dikembangkan dalam kegiatan produksi atau manajemen dinamakan pengadaan
pembaruan atau inovasi. Pada umumya makin banyak perkembangan teknologi yang
dibuat yang dibuat, makin banyak pula kegiatan pembaruan yang akan dilakukan oleh
para pengusaha. Untuk melakukan pembaruan-pembaruan, para pengusaha haru membeli
~ 20 ~
barang-barang modal yang baru, dan adakalanya juga harus mendirikan bangunan-
bangunan pabrik ataupun industri yang baru.
Maka makin banyak pembaruan yang akan dilakukan, makin tinggi tingkat investasi yang
akan tercapai.
Efek Pertumbuhan Pendapatan Nasional
Dalam kebanyakan analisa mengenai penentuan pendapatan nasional pada
umumnya dianggap investasi yang dilakukan para pengusaha adalah berbentuk investasi
otonomi. Walau bagaimanapun, pengaruh pendapatan nasional kepada investasi tidak
dapat diabaikan. Perlulah disadari bahwa tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan
memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendaptan masyarakat yang tinggi
tersebut akan memperbesar permintaan terhadap bbarang dan jasa. Maka keuntungan
perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak
investasi. Dengan kata lain, apabila dalam jangka panjang pendapatan nasional
bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula.
D. PENENTUAN TINGKAT KEGIATAN EKONOMI
Dapat digunakan tiga cara, yaitu:
1. Dengan menggunakan contoh angka yang membandingkan pendapatan nasional
dan pengeluaran agregat.
2. Dengan menggunakan grafik yang menunjukkan (a) kesamaan pengeluaran
agregatdengan penawaran agregat, dan (b) kesamaan diantara invetasi dan
tabungan.
3. Dengan menggunakan cara penentuan secara aljabar.6
6 Sadono Sukirno, Teori Pengantar Makroekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2015, hal 131
~ 21 ~
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang terdiri dari sektor rumah tangga dan
perusahaan.
Seorang ahli ilmu ekonomi JM. Keynes, mengatakan bahwa Pengeluaran seseorang untuk
konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh pendapatannya. Semakin besar pendapatan
seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya pula, dan tingkat
tabungannya pun akan semakin bertambah. dan sebaliknya apabila tingkat pendapatan
seseorang semakin kecil, maka seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi
sehingga tingkat tabungannya nol.
Fungsi Konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara
tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau
pendapatan disposibel) perekonomian tersebut.
Fungsi Tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara
tingkat tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (atau
pendapatan disposibel) perekonomian tersebut.
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman-penanaman
modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-
perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan
jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.
Penentuan tingkat kegiatan ekonomi dengan cara:
1. Dengan menggunakan contoh angka yang membandingkan pendapatan nasional dan
pengeluaran agregat.
2. Dengan menggunakan grafik yang menunjukkan (a) kesamaan pengeluaran
agregatdengan penawaran agregat, dan (b) kesamaan diantara invetasi dan tabungan.
3. Dengan menggunakan cara penentuan secara aljabar.
~ 22 ~
DAFTAR PUSTAKA
Sadono Sukirno, Teori Pengantar Makroekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2015, hal
109
http://www.startkampus.net/2016/06/keseimbangan-ekonomi-dua-sektor.html
Sadono Sukirno, Teori Pengantar Makroekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2015, hal
115
Sadono Sukirno, Teori Pengantar Makroekonomi, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2015, hal 131