kesehatan mental keluarga di era digital -...
TRANSCRIPT
Makna Keluarga
keluarga secara tradisional yaknikeluarga inti dan memilikihubungan darah. Keluarga jugadapat berarti siapapun yang kitaanggap sebagai keluarga kita.
Makna Keluarga
Keluarga memiliki keterikatanemosi, kesamaan nilai, tujuan dantanggung jawab bersama. Setiapanggota keluargabertanggungjawab ataskesejahteraan (wellbeing) masing-masing anggota keluarganya.
Dinamika Keluarga
Anak-anak pada dasarnyatidak selalu dengar-dengaran pada orang yanglebih tua, tetapi selaluberkeinginan untuk menirumereka.
Dinamika Keluarga
Orangtua yang sangat terikat padateknologi (overindulgence) dapatmenyebabkan persoalan yang serius padaanak. “A constantly texting parent raises aconstantly texting child” – orangtua yangselalu berkomunikasi dengan gadget-nyaakan membesarkan anak dengan kondisiyang sama.
Dinamika Keluarga
Anak masa kini disebut sebagai“digital native” dengan kata laintali pusarnya itu sudah berupakabel gadget. Orang tua haruspaham juga dengan teknologisecara benar.
Keluarga Masa Kini
Kehidupan keluarga telahbanyak bergesar dalam duadekade terakhir bahkansebelum kebangkitanteknologi digital.
Keluarga Masa Kini
Pergerakan keluarga didalam rumahsudah tersebar keberbagai bagianrumah dan tidak lagi terpusat di mejamakan misalnya atau ruang keluargasaja. Masing-masing anggota keluargamemiliki ‘sudutnya’ sendiri sehinggakesempatan untuk saling berbincangantara orangtua dan anak semakinterbatas.
Keluarga Masa Kini
Semua orang sibuk denganpekerjaannya masing-masing:kantor, sekolah, kegiatanextra kurikuler, semakinsedikit waktu yang dihabiskanbersama oleh keluarga.
Keluarga Masa Kini
Tambahkan penggunaan teknologipada situasi ini dan kondisinya menjadisemakin kompleks. Kita bahkansampai pada titik dimana orangtuadan anak saling mengirimkan pesanlewat gadgetnya masing-masing, lebihsering daripada berbicara langsung –bahkan saat mereka ada dirumahbersama-sama!
Makin berkurangnya rasa
‘berbagi’ (sharing) – orangtua
tahu sedikit sekali tentang
kehidupan dan aktifitas
anak2nya, akibatnya, orangtua
kurang paham apa yang harus
mereka lakukan dan kehilangan
pengaruh terhadap proses
pengambilan keputusan
anak2nya.
Hasilnya, anak-anak menjadikurang memiliki keterikatankeluarga, tidak nyaman, rasapercaya, rasa aman danyang paling penting, tidakmerasa mendapatkan cintadan perhatian dari orangtua.
Akibatnya, orangtua lalu kurang
mampu untuk memberikan
supervisi dan bimbingan yang
cukup dan layak bagi anak2nya
dan yang paling memprihatinkan
adalah orangtua tidak mampu
menjadi model bagi perilaku hidup
yang sehat ataupun memberi nilai-
nilai positif dan pesan kehidupan
yang baik bagi anak-anak..
Perceraian
Di Indonesia, ada peningkatan angka perceraiansebesar 52% sepanjang tahun 2010-2014
2010 – 251.208 kasus perceraian
2014 – 344.237 kasus perceraian
2016 – 365.633 kasus perceraian
2017 – setiap 1 jam terjadi 50 sidang perceraian
Depresi
Riskesdas 2013: angka prevalensi gangguan mental emosional dengan gejala depresi dan kecemasanadalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun keatas = 14 juta jiwa
2017: ada 3,7% penduduk Indonesia yang positifmengalami depresi = 9 juta jiwa
Teknologi & Sosial Media
Sebuah studi di Kanadamenunjukkan fakta yangmemprihatinkan, orangtua hanyamenyempatkan waktu sekitar 3,5menit per-minggu untukberkomunikasi secara bermakna(meaningful conversation) dengananak-anaknya.
Teknologi & Sosial Media
Study lain di Amerika Serikatmenunjukkan bahwa saat orangtua tibadirumah dari kantor, anak-anaknyadijumpai sedang ‘terikat’ padagadgetnya masing-masing sehinggahanya 30% dari mereka diberi salam olehanak-anaknya dan 50% lagi sama sekalitidak menghiraukan orangtuanya.
Teknologi & Sosial Media
.
Pada study di negara2 Asiaditemukan bahwa waktu bersamakeluarga tidak terpengaruh saatteknologi digunakan untukmengerjakan tugas sekolah tetapikomunikasi keluarga terganggusaat teknologi digunakan untuk hal-hal sosial.
Teknologi & Sosial Media
Sherry Turkle, seorang psikolog danDirektur dari MIT Initiative onTechnology and Self, melakukanpenelitian yang mendalam selama 15tahun dan hasilnya adalah orangtuayang menggunakan teknologi secaraberlebihan menumbuhkan perasaantersakiti pada anak (feeling of hurt),kecemburuan dan juga kompetisi yangtidak sehat
Tingginya angka perceraian, meskipuntidak terjadi di keluarga kita sekalipun,dampaknya terasa pada hubungansosial kita dan anak-anak kita. Banyakanak yang orangtuanya berceraimemiliki masalah dalam hubungansosialnya dan hal ini terbawa padainteraksinya di sekolah. Anak-anak yangorangtuanya tidak berceraipundihadapkan pada konsep ini.
Tinggginya angka depresi, banyak bersumber padarasa kesepian ditengah keramaian. Penelitianmenunjukkan ada penurunan sebesar 40% padakemampuan kita untuk berempati dalam 20 tahunterakhir ini. Hal ini dihubung-kan padaketidakmampuan kita membangun hubunganinterpersonal dan lebih memilih komunikasi digital.
Dampak terbesar dari kulturpopuler dan teknologi padaanak ada pada keluarga. Kitabisa melihat pengaruhkeduanya pada semakinlebarnya jarak antara perantradisional antara orangtuadan anak serta semakinkaburnya batasan-batasan itu.
Yang menarik adalah bahwa pada study yang sama,anak-anak yang menghabiskan banyak waktudengan sosial media merasa bahwa mereka tidakmendapat dukungan yang diharapkan dari orangtuamereka.
Yang menarik adalah bahwa pada study yang sama,anak-anak yang menghabiskan banyak waktudengan sosial media merasa bahwa mereka tidakmendapat dukungan yang diharapkan dari orangtuamereka.
Khusus terkait teknologi, pertama, orang yangmenguasai literasi digital berarti mampu membuatkeputusan yang tepat dan tahu meletakkan danmemberlakukan batasan. Informasi digital sepertihalnya semua bentuk informasi adalah kekuatan,dan kekuatan adalah seperti pendulum, bisamengayun ke arah negatif maupun positif.
Kedua, orangtua sebagai digital immigrants,seringkali kesulitan untuk mampu memahamiteknologi secara baik dan myaman sebagaimanaanak-anak mereka menguasainya. Perbedaankompetensi ini membuat semakin sulit bagi orangtuauntuk berperan sebagai guru dalam membimbinganak-anak menguasai teknologi.
Karena rasa superioritas anak dan kurangnya respekpada otoritas orangtua dalam hal teknologi ini,membuat anak tidak mendengarkan dan menurutiorangtua yang mencoba untuk mengawal danmembatasi penggunaan teknologi bagi mereka.
Ketiga, komputer and mobile technology telahmemberikan kebebasan luar biasa pada anak untukberkomunikasi dengan teman-temannya dan oranglain. Bayangkan, pada masa sebelum ini, bila anak-anak ingin berkomunikasi dengan teman2nya,mereka harus menggunakan telpon rumah yangmungkin akan diterima/dijawab oleh orangtua.Sehingga orangtua punya kesempatan untuk me-monitor kegiatan anak dan dapat mengawasikehidupan sosialnya.
Jaman sudah berubah. Teknologi memberi anak2kebebasan dari pengaruh orangtua dalam kehidupansosialnya melalui penggunaan hp, WA dan sosialmedia lainnya.
Anak2 melihat teknologi yang memisahkan merekadari orangtua sebagai bentuk kebebasan dariketerlibatan orangtua yang berlebihan danmengganggu kehidupan sosialnya.
Di banyak rumah tangga, ruang televisi telah
menjadi ruang makan dan tempat dimana
keluarga seharusnya berinteraksi sehingga
yang terjadi adalah adalah baik orang dewasa
maupun anak terpaku pada televisi dan tidak
saling bertukar cerita. Proses belajar empati-
pun tidak terjadi. Anak tidak paham apa yang
terjadi dengan orangtua dan orangtua tidak
tahu persoalan yang dihadapi anak. Sherry
Turkle, psikolog di MIT menyebutnya sebagai
– Alone Together.
Dis-koneksi sosial ini memberikan efek pada
pertumbuhan anak. Penggunaan teknologi
sebagai alat bantu pengasuhan anak (baby-
sitting aid) dapat bermakna bahwa ‘imaginary
belief’ yang dihasilkan dari gadget adalah
lebih aman dan memuaskan daripada
kegiatan fisik yang sesungguhnya. Diperkuat
dengan kurangnya waktu yang disediakan
orangtua untuk bermain denhgan anak diluar
rumah.
Parenting, sebagaimana selalu dipahami, adalah
tentang memberi sayap pada anak untuk bisa
terbang mengejar cita-cita tetapi juga akar yang
kuat untuk anak berpijak. Pembelajaran nilai, rasa
dan etika tidak lagi terjadi.
Dampak pada fisik, kita dituntut untuk melakukanbanyak hal disaat yang sama, multi-tasking , dantidak memberi ruang untuk ‘mendengar’ tubuh kitasendiri, kelelahan fisik kemudian memicu emosi danbeimbas pada hubungan kita dengan orang lain.
Meningkatnya kasus kesehatan, mulai dari jantung,diabetes, over-weight bermuara pada upaya manusiamenyelaraskan langkah dengan perubahan yangterjadi disekitarnya.
Apa Yang Bisa Dan HarusKita Lakukan?
Memahami perubahan yang terjadi dan reaksi kitaatas perubahan itu: be a good role model untukkeluarga kita
Meletakkan batasan: “There are times to usetechnology, and there are times not to. It’s aboutbeing a little more thoughtful.”— Catherine Steiner-Adair
Apa Yang Bisa Dan HarusKita Lakukan?
Selalu hadir untuk satu sama lain
Orangtua perlu ‘mengedukasi’ diri secara benar dalammemahami teknologi dan menggunakannya.
Perluas eksplorasi sosial, utamakan “face to facecommunication”.