kesantunan berbahasa dalam kegiatan …viii abstrak prabowo, fendi eko.2016. kesantunan berbahasa...
TRANSCRIPT
i
KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS
MAHASISWA PBSI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ANGKATAN 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh :
Fendi Eko Prabowo
111224075
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTO
Tak Ada yang Perlu Kau Kalahkan Kecuali Dirimu Sendiri.
(Archer-Fate Stay Night)
Jika Kamu Takut Membuat Dirimu Berisiko, maka Kamu Takkan
Mampu Menciptakan Masa Depan untuk Dirimu.
(Luffy-One Piece)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada
orang tua dan keluargaku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Februari 2016
Penulis,
Fendi Eko Prabowo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Fendi Eko Prabowo
Nomor Mahasiswa : 111224075
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS
MAHASISWA PBSI UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN
2014”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain,
mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media
lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 26 februari 2016
Yang menyatakan,
Fendi Eko Prabowo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Prabowo, Fendi Eko.2016. Kesantunan Berbahasa dalam Kegiatan Diskusi
Kelas Mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014.
Skirpsi.Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penelitian ini membahas tentang kesantunan berbahasa di ranah
pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk tuturan yang
santun dan tidak santun berdasarkan prinsip kesantunan berbahasa, serta
mendeskripsikan penanda kesantunan berbahasa mahasiswa PBSI Universitas
Sanata Dharma angkatan 2014 dalam kegiatan diskusi kelas.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena
penelitian ini berisi gambaran kesantunan berbahasa mahasiswa dalam kegiatan
diskusi kelas yang diperoleh langsung di prodi PBSI Universitas Sanata Dharma
angkatan 2014. Data diambil selama bulan Februari dan Maret tahun 2015.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik rekam
dan catat. Data kemudian diidentifikasi dan dianalisis menggunakan prinsip
kesantunan dari kaidah kesantunan Leech dan strategi kesantunan Brown dan
Levinson.
Peneliti menemukan bentuk tuturan yang santun dan tidak santun dalam
diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014 berdasarkan prinsip kesantunan.
Bentuk tuturan santun adalah tuturan yang mematuhi prinsip kesantunan, yakni 22
pematuhan terhadap maksim Leech, dengan rincian 8 tuturan pada maksim
kebijaksanaan, 5 tuturan pada maksim kedermawanan, 6 tuturan pada maksim
pujian dan 3 tuturan pada maksim kesepakatan, dalam setiap pematuhan tersebut
juga telah mematuhi strategi kesantunan Brown dan Levinson, dengan 21 tuturan
mematuhi kesantunan positif dan 1 tuturan kesantunan negatif. Bentuk tuturan
yang tidak santun adalah tuturan yang melanggar prinsip kesantunan, yakni 48
pelanggaran terhadap maksim Leech, dengan rincian 11 tuturan pada maksim
kebijaksanaan, 9 tuturan pada maksim kedermawanan, 11 tuturan pada maksim
pujian, 4 tuturan pada maksim kerendahan hati, 5 tuturan pada maksim
kesepakatan dan 8 tuturan pada maksim kesimpatisan, dalam setiap pelanggaran
tersebut juga terjadi pelanggaran terhadap strategi kesantunan Brown dan
Levinson, strategi yang dilanggar adalah strategi kesantunan positif.
Dari tuturan yang telah dianalisis, peneliti menemukan bentuk-bentuk
tuturan yang santun dan tidak santun kemudian menemukan penanda kesantunan
berbahasa dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014.
Kata kunci: kesantunan berbahasa, prinsip kesantunan berbahasa, bentuk tuturan
santun, bentuk tuturan tidak santun, penanda kesantunan berbahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Prabowo, Fendi Eko. 2016. Language Politeness in Class Discussions of the
PBSI Students of Sanata Dharma University, Class of 2014.
Thesis.Yogyakarta. Indonesian Language and Literature Education Study
Program,teachers‟ Training and Education Faculty, Sanata Dharma
University, Yogyakarta.
This research discussed language politeness in the realm of learning. This
research was aimed to describe polite speeches an impolite speeches based on
language politeness principles and to describe language politeness markers of
PBSI students of Sanata Dharma University class of 2014 in class discussions.
The research was a descriptive qualitative research because this research
was a description of students‟ language politeness in class discussions taken
directly in PBSI study program of Sanata Dharma University, class of 2014. The
data were collected in February and March 2015. The research data were collected
using recording and note-taking techniques. The recording technique was used to
rewrite an object in the forms of speeches produced in class discussions. The note-
taking technique was used to minimize the loss of data. Then, the data were
identified and analyzed using Leech‟s rules of politeness and Brown and
Levinson‟s politeness strategy.
The researcher found some polite and impolite speeches in class
discussions of the PBSI students, class of 2014 based on the language politeness
principles. Polite speeches were speeches that met the politeness principles, i.e. 22
adherences to the maxims of Leech, consisting of 8 speeches to the maxim of
wisdom, 5 speeches to the maxim of generosity, 6 speeches to the maxim of
compliment, and 3 speeches to the maxim of agreement. Each adherence was in
accordance with the Brown and Levinson‟s politeness strategy in which 21
speeches were in positive politeness and 1 speech was in negative politeness.
Impolite speeches were speeches that did not meet the politeness principles, i.e.
48 misuses to the maxim of Leech consisting of 11 speeches to the maxim of
wisdom, 9 speeches to the maxim of generosity, 11 speeches to the maxim of
compliment, 4 speeches to the maxim of humility, 5 speeches to the maxim of
agreement, and 8 speeches to the maxim of sympathy. Each misuse was in
accordance with the misuse of the Brown and Levinson‟s politeness strategy, in
which the strategy broken was the strategy of positive politeness.
From the analyzed speeches, the researcher found kinds of polite speeches
and impolite speeches and then found the language politeness markers in PBSI
students‟ class discussions, class of 2014.
Keywords: language politeness, language politeness principles, kinds of polite
speeches, kinds of impolite speeches, language politeness markers.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rakmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Kesantunan Berbahasa dalam Kegiatan Diskusi Kelas
Mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014”. Penyusunan
skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan lancar.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang selama ini memberikan bantuan, bimbingan, nasihat,
motivasi, dorongan, dukungan doa, dan kerja sama yang tidak ternilai harganya
dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan FKIP Universitas Sana Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Kaprodi PBSI yang telah memberikan
motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
3. Prof Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah
mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, kesabaran, dan motivasi selama
membimbing penulis.
4. Seluruh dosen PBSI yang telah memberikan banyak ilmu penegtahuan dan
wawasan kepada penulis selama belajar di Prodi PBSI, sehingga penulis
memiliki bekal menjadi pengajar yang cerdas, humanis, dan professional.
5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-
buku sebagai penunjang penulis menyelesaikan skripsi.
6. Karyawan sekretariat PBSI yang telah membantu penulis dalam hal
meneyelesaikan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Orang tua saya, Bapak Tohar dan Ibu Sugiyanti yang telah memberikan
doa, semangat, dan memotivasi penulis dari awal hingga akhir penulisan
skripsi.
8. Sahabat-sahabatku, Wahyu Krisna, Petrus Danang, Yunus Bayu, Andi
Marwanto yang telah memberikan motivasi, semangat, dan kerjasamanya.
9. Teman-teman PBSI angkatan 2011 yang banyak memberikan masukan,
informasi, serta dukungan kepada penulis.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis sampai menyelesaikan skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan bagi penyempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat menjadi kajian yang bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya.
Yogyakarta, 26 Februari 2016
Penulis,
Fendi Eko Prabowo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
MOTO ............................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ...................................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.4 Ruang Lingkup...................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
1.6 Batasan Istilah ....................................................................................... 7
1.7 Sistematika Penyajian ........................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 9
2.1 Penelitian yang Relevan ........................................................................ 9
2.2 Kajian Teoretis
2.2.1 Kesantunan Berbahasa ................................................................. 10
2.2.1.1 Pragmatik ........................................................................ 10
2.2.1.1.1 Konteks ............................................................ 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2.1.1.2 Tindak Tutur .................................................... 15
2.2.1.1.3 Kaidah Kesantunan Berbahasa ........................ 22
1. Grice ............................................................. 23
2. Brown dan Levinson .................................... 27
3. Geoffrey Leech ............................................ 31
2.2.1.2 Diskusi ............................................................................ 42
2.3 Kerangka Berfikir ................................................................................. 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 49
3.1 Jenis Penelitian...................................................................................... 49
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ......................................................... 50
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 50
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................. 51
3.5 Teknik Analisis Data............................................................................. 52
3.6 Triangulasi Data .................................................................................... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 55
4.1 Deskripsi Data ....................................................................................... 55
4.2 Analisis Data ......................................................................................... 57
4.2.1 Analisis Pematuhan Data Tuturan Diskusi Kelas Mahasiswa
PBSI Angkatan 2014 Berdasarkan Prinsip Kesantunan .............. 57
4.2.1.1 Pematuhan Maksim Kebijaksanaan ................................. 57
4.2.1.2 Pematuhan Maksim Kedermawanan ............................... 66
4.2.1.3 Maksim Pujian ................................................................ 72
4.2.1.4 Maksim Kesepakatan ...................................................... 78
4.2.2 Analisis Pelanggaran Data Tuturan Diskusi Kelas Mahasiswa
PBSI Angkatan 2014 Berdasarkan Prinsip Kesantunanan .......... 82
4.2.2.1 Pelanggaran Maksim Kebijaksanaan ............................... 82
4.2.2.2 Pelanggaran Maksim Kedermawanan ............................. 90
4.2.2.3 Pelanggaran Maksim Pujian ............................................ 97
4.2.2.4 Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati ...........................102
4.2.2.5 Pelanggaran Maksim Kesepakatan ..................................106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.2.2.6 Pelanggaran Maksim Kesimpatisan ................................110
4.3 Pembahasan...........................................................................................119
4.3.1 Tuturan Santun .............................................................................120
4.3.2 Tuturan Tidak Santun ..................................................................128
4.3.3 Penanda Ketidaksantunan berbahasa ...........................................139
4.3.4 Penanda Tuturan Santun ..............................................................146
BAB V PENUTUP .............................................................................................152
5.1 Simpulan ...............................................................................................152
5.2 Saran .....................................................................................................154
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................156
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...............................................................................158
Lampiran 1. Transkrip Tuturan Diskusi Kelas ....................................................159
Lampiran 2. Data Triangulasi Prinsip Kesantunan Berbahasa ............................191
Lampiran 3. Surat Penelitian dan Triangulasi .....................................................313
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pematuhan Prinsip Kesantunan Berbahasa dan Strategi
Kesantunan......................................................................................................... 56
Tabel 2. Penyimpangan Prinsip Kesantunan Berbahasa dan Strategi
Kesantunan......................................................................................................... 57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana manusia untuk berkomunikasi. Dengan begitu,
bahasa mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia, karena manusia
tidak dapat hidup sendiri dan selalu berinteraksi dengan sesamanya. Sesuai
dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara
manusia satu dengan lainnya. Dalam berkomunikasi, menurut Hendrikus (1991:
40) manusia melakukan proses pengalihan makna antar pribadi atau tukar-
menukar berita dalam sistem informasi, dengan demikian manusia seharusnya
menggunakan bahasa yang santun, karena dalam proses komunikasi tidak hanya
satu pihak yang terlibat. Dengan berbahasa santun, seseorang mampu menjaga
harkat dan martabat dirinya dan menghormati mitra tutur sehingga proses
komunikasi bisa berjalan dengan lancar. Sebenarnya santun tidaknya tuturan dapat
diketahui dari pilihan kata dan gaya bahasanya. Lebih spesifik Leech membuat
penanda yang dapat dijadikan penentu santun tidaknya pemakaian bahasa.
Penanda tersebut terlihat pada prinsip kesantunan berbahasa yang dikemukakan
oleh Leech dalam Rahardi (2005: 59-65) yakni maksim kebijaksanaan “tact
maxim”, maksim kedermawanan “generosity maxim”, maksim penghargaan
“approbation maxim”, maksim kesederhanaan “modesty maxim”, maksim
permufakatan “agreement maxim”, maksim kesimpatisan “sympathy maxim”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Dalam tuturan bahasa Indonesia, sebenarnya tuturan sudah dianggap
santun jika penutur menggunakan kata-kata yang santun, tuturannya tidak
mengandung ejekan secara langsung, tidak memerintah secara langsung, serta
menghormati orang lain. Oleh karena itu, kesantunan berbahasa ini perlu dikaji
guna mengetahui seberapa banyak kesalahan atau penyimpangan kesantunan
berbahasa pada manusia ketika berkomunikasi satu sama lain. Kesalahan-
kesalahan atau penyimpangan dalam berbahasa secara santun sering terjadi dalam
kehidupan manusia, karena manusia selalu melakukan komunikasi dan
berinteraksi satu sama lain dengan bahasa sebagai sarana. Komunikasi dan
interaksi tersebut bisa terjadi dimana saja dan kapan saja, baik lingkup formal
maupun nonformal. Terlebih di perguruan tinggi yang merupakan lingkungan
pendidikan masih sering dijumpai kesalahan atau penyimpangan dalam berbahasa
santun, hal itu dapat dilihat dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
Bahasa merupakan cermin kepribadian seseorang ketika sedang
berkomunikasi atau berinteraksi. Penutur bisa beranggapan bahwa tuturannya
sudah santun, padahal bagi mitra tutur belum tentu tuturan itu santun. Kasus –
kasus seperti inilah yang membuat kesantunan berbahasa menjadi penting untuk
dikaji dan diketahui agar komunikasi berjalan lancar dan tidak menimbulkan
kesalahpahaman.
Dalam kegiatan perkuliahan, keterampilan berbicara tentu sangat
diperlukan karena setiap mahasiswa haruslah dapat berbicara dengan baik agar
proses pembelajaran di kelas berjalan lancar, selain itu berbicara juga merupakan
salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai setiap mahasiswa terlebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
jurusan bahasa Indonesia. Dalam perkuliahan, tentunya kesempatan berbicara
diberikan kepada mahasiswa lebih banyak, dibandingkan waktu di sekolah dasar
atau menengah. Kegiatan pembelajarannya pun banyak yang berhubungan dengan
berbicara, seperti berdiskusi, debat, wawancara, mengungkapkan atau
menyanggah gagasan, dsb. Dilihat dari hal tersebut jelas terlihat pentingnya
keterampilan berbicara bagi mahasiswa.
Salah satu permasalahan yang ditemukan dalam perkuliahan terkait
keterampilan berbicara yakni diskusi. Menurut Parera (1988: 183) diskusi
merupakan satu bentuk pembicaraan secara teratur dan terarah, dimana terjadi
proses saling bertukar pikiran secara lisan. Akan tetapi, pada kenyataanya sering
muncul penggunanan bahasa-bahasa yang kurang santun dalam mengemukakan
atau menyanggah gagasan. Apalagi dalam lingkup perkuliahan tentu banyak
mahasiswa dengan latar belakang dan budaya yang berbeda. Jadi sering dijumpai
penggunanan bahasa yang dikira santun oleh penutur tetapi justru sebaliknya oleh
mitra tutur. Oleh sebab itu, dalam kegiatan perkuliahan yang mayoritas dosen
menggunakan teknik berdiskusi ketika pembelajaran, diperlukan cara berdiskusi
yang santun dan pilihan kata yang tepat atau santun ketika berbicara kepada orang
lain, agar bisa saling menghormati dan kegiatan berdiskusi berjalan lancar tidak
menjurus ke arah debat karena kedua hal tersebut berbeda.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara beberapa dosen, pada saat
kegiatan perkuliahan terutama ketika berdiskusi, masih sering dijumpai kesalahan
atau penyimpangan dalam berbahasa mahasiswa. Ketika kegiatan berdiskusi
dimulai ternyata masih banyak yang tidak memperhatikan kesantunan berbahasa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
meskipun ada beberapa yang memperhatikannya. Di dalam proses diskusi,
biasanya terdapat dua kelompok yakni yang menyajikan masalah yang akan
dibahas dan yang menanggapi (peserta diskusi). Kenyataanya, kedua kelompok
ini justru kurang saling menghargai. Masih banyak dijumpai tuturan yang tidak
santun, bahkan ada yang berupa sindiran, ejekan atau bantahan yang kasar dan
membuat diskusi tidak berjalan dengan semestinya forum formal.
Berdasarkan pengamatan terhadap mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia Universitas Sanata Dharma angkatan 2014, jurusan ini dapat digunakan
sebagai objek penelitian. Mahasiswa masih sering menggunakan bahasa yang
tidak santun ketika terjadi proses diskusi, diskusi adalah keterampilan berbicara
yang harus dikuasai mahasiswa jurusan ini, karena berbicara merupakan salah
satu keterampilan berbahasa. Namun, penelitian yang akan dilakukan cenderung
ke mahasiswa angkatan baru, hal ini dikarenakan ketidaktahuan tata cara
berdiskusi yang santun dan tuturan yang santun. Apalagi mahasiswa angkatan
baru tentu masih terbawa suasana sekolah dan mudah terpengaruh ragam bahasa
yang tidak santun dan rentang umur yang masih muda, jadi mereka akan lebih
mudah terpenngaruh. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisis penggunaan dan
penyimpangan prinsip-prinsip kesantun berbahasa pada kegiatan diskusi kelas,
khususnya pada keterampilan berbicara teknik diskusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan utama dalam penelitian ini
adalah “Kesantunan Berbahasa dalam Kegiatan Diskusi Kelas Mahasiswa PBSI
Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014”. Berdasarkan rumusan masalah
utama tersebut, disusun submasalah sebagai berikut:
a) Bagaimanakah kesantunan berbahasa dalam tuturan kegiatan diskusi kelas
mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 berdasarkan
prinsip kesantunan ?
b) Apa sajakah penanda kesantunan berbahasa yang ada dalam tuturan
kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma
angatan 2014 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Mendiskripsikan kesantunan berbahasa dalam tuturan mahasiswa
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma angkatan
2014 pada kegiatan diskusi kelas.
b) Mendiskripsikan penanda kesantunan berbahasa dalam tuturan mahasiswa
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma angkatan
2014 pada kegiatan diskusi kelas.
1.4 Ruang Lingkup
Penelitian ini memiliki empat ruang lingkup, diantaranya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
a) Penelitian ini hanya mendiskripsikan kesantunan berbahasa dan penyebab
ketidaksantunan berbahasa dalam tuturan mahasiswa Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 pada kegiatan
diskusi kelas.
b) Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
c) Kegiatan diskusi kelas yang diteliti hanya mahasiswa Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma angkatan 2014
d) Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu februari – maret 2015
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai kesantunan
berbahasa dalam suatu lingkungan atau forum formal seperti kegiatan diskusi
kelas pada mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk lebih memehami bidang
pragmatik khususnya mengenai kesantunan berbahasa. Penelitian ini juga
dapat menjadi acuan dalam penelitian-penelitian bidang pragmatik.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat digunakan untuk melatih keterampilan berbicara,
khususnya berbahasa secara santun dalam proses komunikasi di lingkup
formal (pembelajaran), serta memberikan gambaran mengenai diskusi
yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.6 Batasan Istilah
a. Tuturan
Tuturan adalah semua bentuk bahasa lisan yang diucapkan ketika terjadi
proses komunikasi. Penutur dan mitra tutur dalam bahasa lisan disini
adalah mahasiswa.
b. Pematuhan kesantunan berbahasa
Pematuhan kesantunan berbahasa adalah bentuk sebuah tuturan yang
dianggap santun dengan didasarkan pada prinsip kesantunan.
c. Pelanggaran kesantunan berbahasa
Pelanggaran kesantunan berbahasa adalah bentuk sebuah tuturan yang
dianggap tidak santun dengan didasarkan pada prinsip kesantunan.
d. Indikator kesantunan berbahasa
Indikator kesantunan berbahasa dalam Pranowo (2012: 100) penanda yang
dapat dijadikan penentu apakah pemakaian bahasa Indonesia si penutur itu
santun ataukah tidak. Penanda-penanda tersebut dapat berupa unsur
kebahasaan maupun non kebahasaan.
e. Diskusi kelas
Diskusi kelas merupakan kegiatan bertukar pendapat yang terjadi dalam
kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang melibatkan para siswa. Tujuan
kegiatan diskusi ini adalah untuk memecahkan suatu masalah secara
bersama-sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.7 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian ini terdiri dari Bab I, Bab II, Bab III, Bab IV, Bab V,
dan Daftar Pustaka. Bab I yaitu mengenai pendahuluan yang menguraikan latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II yaitu kajian pustaka yang
menguraikan kerangka teori.
Bab III yaitu metodologi penelitian. Bab ini berisi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan metode dalam penelitian, yaitu (1) jenis penelitian, (2) sumber
data, (3) teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) teknik analisis
data, (6) triangulasi data.
Bab IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini berisi tentang analisis
data dan pembahasan. Bab ini menguraikan deskripsi data dan pembahasan hasil
data sesuai dengan rumusan masalah yang sudah ditentukan. Bab V berisi
kesimpulan, implikasi, dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan
kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap
topik-topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan
teori berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari
penelitian ini yang terdiri atas teori pragmatik, konteks, tindak tutur, teori
kesantunan, dan uraian tentang diskusi. Kerangka berpikir berisi tentang acuan
teori yang berdasarkan pada penelitian yang relevan dan landasan teori untuk
menjawab rumusan masalah.
2.1 Penelitian yang Relevan
Untuk mendukung proses pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan,
terdapat dua penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Oktafiana Kurniawati yang berjudul Analisis
Pemanfaatan Prinsip Kesantunan Berbahasa Pada Kegiatan Diskusi Kelas
Siswa Kelas XI SMAN 1 Sleman. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini Oktafiana mendiskripsikan
pemakaian prinsip kesantunan berbahasa dan pemanfaatannya dalam kegiatan
diskusi siswa kelas 2 SMA. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada
pengkajian kesantunan berbahasa, sedangkan perbedaannya terletak pada
objek penelitiannya. Penelitian dari Oktafiana ini bersumber pada tuturan dari
siswa kelas 2 SMA, sedangkan penelitian saya bersumber pada tuturan dari
mahasiswa angkatan 2014, dari uraian di atas membuktikan bahwa penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
ini belum pernah dikaji dan penelitian ini layak untuk diangkat sebagai
penelitian.
Penelitian relevan yang kedua adalah penelitian dari Puspa Rinda Silalahi
yang berjudul Analisis Kesantunan Berbahasa Siswa/i Di Lingkungan Sekolah
SMPN 5 Binjai. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Dalam penelitian ini, Puspa mendeskripsikan semua tuturan yang terjadi di
lingkungan sekolah baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Persamaan
dengan penelitian ini terletak pada pengkajian kesantunan berbahasa,
sedangkan perbedaannya terletak pada objek penelitiannya. Penelitian dari
Puspa bersumber dari semua tuturan yang terjadi di SMPN 5 Binjai baik di
kelas maupun di luar kelas, sedangkan penelitain saya bersumber dari tuturan
diskusi yang terjadi di dalam kelas.
2.2 Kajian Teoritis
2.2.1 Kesantunan Berbahasa
Kesantunan berbahasa merupakan salah satu bidang kajian dalam
pragmatik, dimana pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan
oleh penutur kepada mitra tutur. Dari hal tersebut, maka ketika seseorang
mengkaji mengenai kesantunan berbahasa berarti juga membicarakan
mengenai pragmatik.
2.2.1.1 Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur
(atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca) atau dapat
dikatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Thomas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
mendefinisikan pragmatik sebagai makna dalam interaksi. Menurutnya suatu
makna bukanlah yang melekat pada suatu kata, tetapi merupakan proses
dinamis yang melibatkan penutur dan petutur, konteks tuturan, dan makna
potensial dari suatu tuturan (1996: 22). Konteks tuturan yang dimaksud telah
tergramatisasi dan terkondifikasikan sedemikian rupa sehingga sama sekali
tidak dapat dilepaskan begitu saja dari struktur kebahasaannya. Karena yang
dikaji adalah makna bahasa, pragmatik dapat dikatakan sejajar dengan
semantik.
Akan tetapi, kedua disiplin ilmu ini memiliki perbedaan yang mendasar.
Semantik menelaah makna sebagai relasi dua segi (diadic relation),
sedangkan pragmatik menelaah makna sebagai relasi tiga segi (triadic
relation). Makna yang dikaji semantik adalah makna linguistik (linguistic
meaning) atau makna semantik (semantic sense), sedangkan makna yang
dikaji pragmatik adalah maksud penutur (speaker meaning) atau (speaker
sense) Parker dalam I Dewa Putu Wijana (1996: 3).
Analisis tuturan (1) dan (2) di bawah ini mengilustrasikan pernyataan
tersebut.
(1) “Rokok saya habis.”
(2) “Joko, helmnya di mana?”
Dilihat secara struktural, kedua tuturan itu masing-masing adalah
tuturan berita dan pertanyaan. Secara semantis, tuturan (1) bermakna
‟seseorang yang kehabisan rokok‟ dan tuturan (2) bermakna ‟helmnya berada
di mana‟. Tuturan (1) menginformasikan sesuatu kepada lawan tutur,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
sedangkan penutur dalam tuturan (2) ingin mendapatkan informasi dari mitra
tuturnya. Kedua tuturan itu bila dianalisis secara pragmatis dengan
mencermati konteks pemakaiannya akan didapatkan hasil yang berbeda.
Misalnya, tuturan (1) dituturkan oleh seorang pemuda kepada temannya yang
sama-sama perokok sewaktu akan merokok. Tuturan tersebut dituturkan
bukan semata-mata untuk menginformasikan sesuatu, tetapi dimaksudkan
untuk meminta sebatang rokok kepada temannya. Demikian pula halnya bila
tuturan (2) dituturkan oleh seorang bapak kepada anaknya, tuturan itu tidak
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dari lawan tutur, melainkan
dimaksudkan untuk menyuruh mitra tutur mengambilkan helm.
Jadi dapat dikatakan bahwa dalam melakukan studi pragmatik,
seseorang harus mengupayakan maksud dari penutur, baik yang
diekspresikan secara tersurat maupun yang diungkapkan secara tersirat di
balik tuturan, juga konteks yang terjadi saat tuturan berlangsung. Konteks
diperlukan oleh pragmatik. Tanpa konteks, analisis pragmatik tidak akan
berjalan, karena daya pragmatik itu bergantung pada konteks yang
berlangsung pada waktu tuturan diujarkan dalam sebuah peritiwa tutur.
2.2.1.1.1 Konteks
Konteks ialah situasi atau latar terjadinya suatu komunikasi (Mulyana:
2005: 21). Konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu
pembicaraan atau dialog. Segala sesuatu yang berhubungan dengan tuturan,
sangat bergantung pada konteks yang melatarbelakangi peristiwa. Pentingnya
konteks dalam pragmatik ditekankan oleh Wijaya (1996: 2) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks, dan
oleh Searle, Kiefer dan Bierwich dalam Nadar (2009: 5) yang menegaskan
bahwa pragmatics is concerned with the way in which the interpretation of
syntactically defined expression depend on the particular conditions of their
use in the context (Pragmatik berkaitan dengan interpretasi suatu ungkapan
yang dibuat mengikuti aturan sintaksis tertentu dan cara menginterpretasi
unkapan tersebut tergantung pada kondisi-kondisi khusus penggunaa
ungkapan tersebut dalam konteks). Jadi dalam melakukan studi pragmatik
ataupun bidang kajian pragmatik, harus diperhatikan antara penutur, mitra
tutur dan konteks. Dimana ketiga hal ini tidak dapat dipisahkan dalam studi
pragmatik. Ringkasnya, Leech (1993: 8) mendefinisikan pragmatik sebagai
“studi makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar”.
Leech (1993: 19–21) mengungkapkan bahwa situasi ujar/tutur terdiri
atas beberapa aspek.
1. Penutur dan mitra tutur
Aspek-aspek yang perlu dicermati dari penutur dan mitra tutur adalah jenis
kelamin, umur, daerah asal, tingkat keakraban, dan latar belakang sosial
budaya lainnya yang dapat menjadi penentu hadirnya makna sebuah tuturan.
2. Konteks tuturan
Konteks tuturan dalam penelitian linguistik mencakup semua aspek fisik
dan seting sosial yang relevan dari sebuah tuturan. Konteks yang bersifat fisik
disebut koteks (cotext), sedangkan konteks seting sosial disebut konteks.
Dalam kerangka pragmatik, konteks merupakan semua latar belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
pengetahuan yang diasumsikan dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur
dan mitra tutur, serta yang mendukung untuk menginterpretasikan maksud
penutur dalam tuturannya.
3. Tujuan tuturan
Bentuk-bentuk tuturan muncul karena dilatarbelakangi oleh maksud dan
tujuan tertentu. Dengan kata lain, penutur dan mitra tutur terlibat dalam suatu
kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Secara pragmatik, satu bentuk
tuturan dapat memiliki maksud dan tujuan yang bermacam-macam.
Sebaliknya, satu maksud atau tujuan tuturan akan dapat diwujudkan dengan
bentuk tuturan yang berbeda-beda.
4. Tuturan sebagai bentuk tindakan
Pragmatik menangani bahasa dalam suatu tingkatan yang lebih konkret
dibandingkan dengan gramatika. Tuturan disebut sebagai suatu tindakan
konkret (tindak tutur) dalam suasana tertentu. Segala hal yang berkaitan
dengannya, seperti jati diri penutur dan mitra tutur yang terlibat, waktu, dan
tempat dapat diketahui secara jelas.
5. Tuturan sebagai produk tindak verbal
Tuturan pada dasarnya adalah hasil tindak verbal dalam aktivitas bertutur
sapa. Oleh sebab itu, tuturan dibedakan dengan kalimat. Kalimat adalah
entitas produk struktural, sedangkan tuturan adalah produk dari suatu tindak
verbal yang muncul dari suatu pertuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2.2.1.1.2 Tindak Tutur
Dalam usaha untuk mengungkapkan diri mereka, orang-orang tidak
hanya menghasilkan tuturan yang mengandung kata-kata dan struktur-struktur
gramatikal saja, tetapi mereka juga memperlihatkan tindakan-tindakan melalui
tuturan itu (Yule, 2006: 81). Tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat
tuturan disebut tindak tutur.
Tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan
mengandung tiga tindak saling berhubungan. (1) Tindak lokusi, yang
merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik
yang bermakna. (2) Tindak ilokusi, ditampilkan melalui penekanan
komunikatif suatu tuturan. Kita membentuk tuturan dengan beberapa fungsi di
dalam pikiran. Misalnya, kita menuturkan untuk membuat suatu pertanyaan,
tawaran, penjelasan atau maksud-maksud komunikatif lainnya dari kalimat
atau ujaran yang kita sampaikan kepada lawan tutur kita. (3) Tindak perlokusi
merupakan akibat dari tuturan yang memiliki fungsi dari penutur, dengan
bergantung pada keadaan, penutur berasumsi bahwa mitra tutur atau
pendengar akan mengenali akibat yang ditimbulakan (misalnya untuk
menerangkan aroma, atau meminta pendengar untuk meminum kopi yang
telah dibuat).
Menurut George Yule (2006: 92-94), jenis-jenis tindak tutur ada 5 jenis
yaitu, deklarasi, resentatif, ekspresif, direktif, dan komisif.
1. Deklarasi
Deklarasi ialah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Contoh:
Wasit : "Anda ke luar!".
Contoh di atas menggambarkan, penutur harus memiliki peran
institusional khusus, dalam konteks khusus, untuk menampilkan suatu
deklarasi secara tepat. Pada waktu mengubah deklarasi penutur mengubah
dunia dengan kata-kata.
2. Representatif
Representatif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini
penutur kasus atau bukan (termasuk dalam modus berita). Pernyataan suatu
fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian.
Contoh: "Chomsky tidak menulis tentang kacang".
Pernyataan di atas merupakan pernyataan suatu fakta dan penegasan,
bahwa Chomsky diyakini oleh penutur tidak menulis tentang kacang. Pada
waktu menggunakan sebuah representatif, penutur mencocokan kata-kata
dengan dunia (kepercayaannya).
3. Ekspresif
Ekspresif ialah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan
oleh penutur. Tindak tutur ini mencerminkan pernyataan-pernyataan
psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan,
kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan.
Contoh: "Sungguh saya minta maaf".
Pada contoh tersebut, tindak tutur itu disebabkan oleh sesuatu yang
dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuannya menyangkut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pengalaman penutur. Pada waktu menggunakan ekspresif penutur
menyesuaikan kata-kata dengan dunia (perasaannya).
4. Direktif
Direktif ialah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh
orang lain melakukan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang
menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi; perintah, pemesanan,
permohonan, pemberian saran, yang bentuknya dapat berupa kalimat positif
dan negatif.
Contoh: Dapatkah anda meminjami saya sebuah pena?
Contoh di atas merupakan permohonan dari penutur terhadap mitra tutur.
Pada waktu menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia
dengan kata (lewat pendengar).
5. Komisif
Komisif ialah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk
meningkatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang.
Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak
tutur ini dapat berupa janji, ancaman, penolakan, ikrar, dan lain sebagainya.
Tindak tutur ini dapat ditampilakan sendiri oleh penutur sebagai anggota
kelompok.
Contoh: "Saya akan kembali".
Contoh di atas merupakan tindak tutur yang berupa janji. Pada waktu
menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan
kata-kata (lewat penutur).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Sejalan dengan itu Searle dalam Leech (1993: 163) mengklasifikasikan
tindakan ilokusi berdasarkan pada berbagai kriteria. Secara garis besar,
kategori Searle dalam Leech (1993: 164-165) ialah sebagai berikut.
1. Asertif
Pada ilokusi ini penutur terikan pada kebenaran tuturan yang diujarkan.
Tuturan ilokusi ini misalnya, menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh,
mengemukakan pendapat, melaporkan.
2. Direktif
Ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang
dilakukan petutur. Ilokusi ini misalnya, memesan, memerintah, memohon,
menuntut, memberi nasehat.
3. Komisif
Pada ilokusi ini penutur sedikit banyak terikan pada suatu tindakan di
masa depan. Ilokusi in misalnya, menjajikan, menawarkan, berkaul.jenis
ilokusi ini tidak mengacu pada kepentingan penutur, tetapi pada kepentingan
petutur.
4. Ekspresif
Ilokusi ini berfungsi untuk mengungkapkan atau mengutarakan sikap
psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Ilokusi ini misalnya, mengucapkan
terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, memuji,
mengucapkan belasungkawa, dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
5. Deklarasi
Jika pelaksanan ilokusi ini berhasil maka akan mengakibatkan adanya
kesesuaian antara isi tuturan dengan kenyataan. Ilokusi ini misalnya,
mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan
hukuman, mengucilkan/membuang, mengangkat (pegawai) dan sebagainya.
Kelima fungsi umum tindak tutur beserta sifat-sifat kuncinya
terangkum dalam tabel berikut Yule (2006: 94-95).
Tabel 1
5 Fungsi Umum Tindak Tutur
Tipe tindak tutur Arah penyesuaian P=penutur
X=situasi
Deklarasi Kata mengubah dunia P menyababkan X
Ref\presentatif/ Asertif Kata disesuaikan dengan dunia P menyakini X
Ekspresif Kata disesuaikan dengan dunia P merasakan X
Direktif Kata disesuaikan dengan kata P menginginkan X
Komisif Kata disesuaikan dengan kata P memaksudkan X
Terdapat 3 bentuk struktural, yakni : deklaratif, interogatif, dan
imperatif. Selain itu juga terdapat tiga fungsi komunikasi, yakni : pernyataan,
pertanyaan, perintah. Jika terdapat hubungan antara struktur dengan fungsi,
maka terdapat suatu tindak tutur langsung dan apabila ada hubungan tidak
langsung antara struktur dengan fungsi maka terdapat suatu tindak tutur tidak
langsung (Yule, 2006: 92-94).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Contoh:
Konteks : Kamar Putri begitu kotor, terlihat kertas-kertas berserakan dan lantai
yang berdebu.
1. Bersihkan kamarmu! (tindak tutur langsung)
2. Apa tidak malu jika nanti temanmu datang ke kamar? (tindak tutur tidak
langsung)
3. Biasanya kamar anak perempuan selalu bersih. (tindak tutur tidak langsung)
Putu Wijana dan Rohmadi (2009: 28-30) membagi tindak tutur
berdasarkan kesesuaian maksud pembicara dengan makna kata-kata yang
menyusunnya, yang dimaksud disini adalah tindak tutur literal dan non literal :
1. Tindak tutur literal adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan
makna kata-kata yang menyusunnya (makna secara semantis).
2. Tindak tutur nonliteral adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama
atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya.
Contoh tindak tutur literal:
Konteks : Ketika melewati rumah Reno, Siti melihat mobil Reno yang
telah selesai dicucinya.
Wahyu : wah, mobilmu bersih sekali.
Contoh tindak tutur nonliteral:
Konteks : Reno mengendarai mobilnya saat hujan turun dan melewati
jalanan yang becek.
Wahyu : wah, mobilmu bersih sekali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Terdapat beberapa macam tindak tutur lainnya yang timbul karena
adanya persinggungan atau keterkaitan antara tindak tutur langsung-tidak
langsung dengan tindak tutur literal-tidak literal. Bentuk-bentuk tindak tutur
tersebut antara lain:
1. Tindak Tutur Langsung Literal
Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang modus tuturan
(berkaitan dengan jenis kalimat yang digunakan) memiliki makna yang sama
dengan maksud penuturnya.
Contoh :
Konteks : Didalam kelas, para siswa membuat gaduh saat pelajaran
berlangsung.
Guru : Anak-anak diam!
2. Tindak Tutur Tidak Langsung Literal
Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan
dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya,
tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang
dimaksudkan penutur.
Contoh :
Konteks : Nia dan Riri akan melakukan perjalanan menuju rumah Reno,
padahal cuaca saat itu mendung dan angin berhembus sangat kencang.
Nia : Ri, dengan cuaca yang seperti ini, tidak mungkin kita melakukan
perjalanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
3. Tindak Tutur Langsung Tidak Literal
Tindak tutur langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan
dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata
yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud
penuturnya.
Contoh:
Konteks : Riri dan Reno sedang duduk berdua di kantin. Riri sedang serius
menghabiskan makanannya, tetapi Reno asik mencurahkan isi hatinya
kepada Riri.
Riri : Bicara saja terus!
4. Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal
Tindak tutur tidak langsung tidak literal merupakan tindak tutur yang
diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai
dengan maksud yang hendak diutarakan.
Contoh :
Konteks: Pukul 07:30 WIB, Nia baru sampai kelas. Padahal pelajaran
sudah dimulai pukul 07:00 WIB.
Dosen : Sekarang jam berapa ?
2.2.1.1.3 Kaidah Kesantunan Berbahasa
Ada berbagai ukuran untuk menilai atau mengukur apakah sebuah
tuturan dinilai santun atau tidak. Selain unsur bahasa, unsur di luar bahasa
sangat berpengaruh dalam penentuan kesantunan berbahasa ini. Pranowo
(2012: 51) mengungkapkan beberapa alasan mengapa fenomena kesantunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
dan ketidaksantunan terus terjadi di masyarakat, antara lain (1) tidak semua
orang memahami kaidah kesantunan, (2) ada yang memahami kaidah tetapi
tidak mahir menggunakan kaidah kesantunan, (3) ada yang mahir
menggunakan kaidah kesantunan tetapi tidak mengetahui bahwa yang
digunakan adalah kaidah kesantunan dan (4) tidak memahami kaidah
kesantunan dan tidak mahir dalam kesantunan.
Kaidah dalam kesantunan memang sulit dibuat, karena jika kaidah
kesantunan disusun, dalam praktiknya akan banyak dilanggar sehingga kaidah
menjadi tidak efektif dan tidak fungsional. Kelaziman yang dipakai oleh para
pakar pragmatik untuk menyebut istilah kaidah digunakan istilah lain, seperti
prinsip (Grice,1975), keteraturan (Brown dan Levinson,1978), maksim
(Leech, 1983).
Beberapa parameter yang dibuat para pakar pragmatik untuk
mengetahui kesantunan tersebut akan diuraikan pada bagian di bawah ini.
1. Prinsip Kerja Sama Grice
Agar tuturan dapat diterima secara efektif, peserta tutur patut
mempertimbangkan secara seksama aspek-aspek pragmatik yang terlibat atau
mungkin terlibat dalam suatu proses komunikasi. Pertuturan akan berlangsung
dengan baik apabila penutur dan lawan tutur dalam pertuturan itu menaati
prinsip-prinsip kerja sama seperti yang dikemukakan oleh Grice dalam Chaer
(2010: 34). Dalam kajian pragmatik, prinsip itu disebut maksim, yakni berupa
pernyataan ringkas yang mengandung ajaran atau kebenaran. Setiap penutur
diharapkan untuk menaati empat maksim kerjasama, yaitu maksim kuantitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
(maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi
(maxim of relevance), dan maksim cara (maxim of manner).
Grice menjabarkan prinsip kerja sama menjadi empat maksim dan
beberapa submaksim seperti di bawah ini.
1. Maksim kuantitas: Berilah jumlah informasi yang tepat.
(a) Buatlah sumbangan Anda seinformatif mungkin.
(b) Jangan membuat sumbangan Anda lebih informatif daripada yang
diinginkan.
2. Maksim kualitas: Cobalah membuat sumbangan atau kontribusi Anda
merupakan suatu yang benar.
(a) Jangan katakan apa yang Anda yakini salah.
(b) Jangan katakan apa yang Anda tidak tahu persis.
3. Maksim relasi: Jagalah kerelevansian.
4. Maksim cara: Tajamkanlah pikiran.
(a) Hindarilah ketidakjelasan ekspresi.
(b) Hindarilah ketaksaan (ambiguitas).
(c) Berilah laporan singkat (hindarilah laporan yang bertele-tele).
(d) Tertib dan rapilah selalu.
Berikut uraian maksim-maksim kerja sama satu per satu oleh Chaer
(2010: 34-38).
1) Maksim Kuantitas
Maksim kuantitas menjelaskan bahwa setiap penutur diharapkan memberi
informasi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Bagian-bagian tuturan yang sama sekali tidak mengandung informasi yang
sungguh-sungguh diperlukan mitra tutur akan dapat menandai pelanggaran
maksim ini bila dipaksa untuk disampaikan. Jadi, jangan berlebihan.
Contoh:
A : Ayam saya sudah bertelur
B : Ayam saya yang betina telah bertelur
Tuturan A di atas telah menaati maksim kuantitas, sedangkan tuturan B
tidak, karena berlebihan. Dengan adanya kata betina pada tuturan B yang
sebenarnya tidak perlu, karena semua ayam yang bertelur sudah pasti betina.
Jadi, kata betina pada tuturan itu memberi informasi yang tidak perlu.
2) Maksim Kualitas
Maksim kualitas menjelaskan bahwa setiap peserta tutur diharapkan
menyampaikan sesuatu yang benar-benar nyata atau hal yang sebenarnya, hal
yang sesuai dengan data dan fakta.
Contoh:
1) A: Coba kamu Ahmad, kota Makassar ada di mana ?
B: Ada di Sulawesi selatan, Pak.
2) A: Deny, siapa presiden pertama Republik Indonesia ?
B: Jendral Suharto, Pak!
A: Bagus, kalau begitu Bung Karno adalah presiden kedua, ya.
Tuturan (1) sudah menaati maksim kualitas karena kata Makassar
memang berada di Sulawesi Selatan. Namun, pada tuturan (2) A memberikan
kontribusi yang melanggar maksim kualitas dengan mengatakan Bung Karno
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
adalah presiden kedua Republik Indonesia. Karena dengan kontribusi A yang
melanggar itu, kemudian B secara cepat akan mencari jawaban mengapa A
membuat pernyataan yang salah itu.
3) Maksim Relevansi
Maksim relevansi menjelaskan bahwa setiap peserta percakapan
hendaknya memberikan kontribusi yang relevan dengan sesuatu yang sedang
dipertuturkan.
(1) A: Bu, ada telepun untuk ibu !
B: Ibu sedang di kamar mandi, Nak.
(2) A: Pak, tadi ada tabrakan bajaj dan bemo di depan apotek
B: Mana yang menang ?
Pada tuturan (1) sepintas jawaban B tidak berhubungan, namun bila
disimak baik-baik hubungan itu ada. Jawaban (1) B mengimplikasikan atau
menyiratkan bahwa saat itu si B tidak dapat menerima telepon secara
langsung karena sedang berada di kamar mandi. Maka B secara tidak
langsung meminta agar si A menerima telpon itu. Bandingkan dengan
komentar (2) B terhadap si A tidak ada relevansinya, sebab dalam peristiwa
tabrakan tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah. Kedua pihak
sama-sama mengalami kerugian.
4) Maksim Cara
Maksim cara menjelaskan bahwa setiap peserta percakapan hendaknya
selalu bertutur sapa secara langsung, secara jelas, tidak berlebih-lebihan, dan
runtut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Contoh:
(1) A: Kamu datang ke sini mau apa ?
B: Mengambil hak saya.
(2) A: Barusan kamu dari mana ?
B: Dari belakang, habis b-e-r-a-k
Pada tuturan (1) tidak menaati maksim cara karena bersifat ambigu. Kata
hak saya bisa mengacu pada hak sepatu bisa juga pada sesuatu yang menjadi
miliknya. Sedangkan pada tuturan (2) termasuk menaati maksim cara yaitu
dengan mengeja huruf demi huruf kata berak. Hal ini dilakukan untuk
menghindari pengucapan kata tabu dan menjaga kesopanan.
Leech dalam Nadar (2008: 28) berpendapat bahwa prinsip kerja sama
yang ditawarkan oleh Grice (1975) tidak selalu dapat menjawab pertanyaan
mengapa dalam penuturan peserta tutur cenderung menggunakan cara yang
tidak langsung untuk menyatakan apa yang mereka maksudkan, sehingga
tidak mengindahkan maksim yang terdapat dalam prinsip kerja sama Grice
tersebut. Melihat hal tersebut, ada beberapa pakar linguis yang menelaah,
tetapi tidak berteori, tentang ilokusi tidak langsung itu dalam kaitannnya
dengan kesantunan berbahasa. Linguis yang mengaitkan dan berteori tentang
kedua hal tersebut adalah Brown dan Levinson (1978) dan Leech (1983).
2. Teori kesantunan Brown dan Levinson
Teori kesantunan berbahasa menurut Brown dan Levinson dalam Chaer
(2010: 49) berkisar atas nosi muka (face). Semua orang yang rasional
mempunyai muka (tentunya dalam arti kiasan) dan muka itu harus dijaga,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dipelihara, dihormati, dan sebagainya. Muka di dalam pengertian kiasan ini
dikatakan terdiri atas dua wujud, yaitu muka positif dan muka negatif. Muka
positif mengacu pada citra diri seseorang bahwa segala yang berkaitan dengan
dirinya itu patut dihargai (yang kalau tidak dihargai, orang yang bersangkutan
akan dapat kehilangan mukanya). Muka negatif mengacu pada citra diri
seseorang yang berkaitan dengan kebebasan untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan kemauanya (jika dihalangi, orang yang bersangkutan dapat kehilangan
muka).
Menurut Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 51), sebuah tindak
tutur dapat merupakan ancaman terhadap muka. Tindak tutur seperti ini oleh
Brown dan Levinson disebut sebagai face-threatening act (FTA), yang
menyebabkan penutur (yang normal, rasional dan sehat pikiran) harus memilih
strategi dengan mempertimbangkan situasi atau peritiwa tuturnya, yaitu
kepada siapa ia bertutur, dimana, tentang apa, untuk apa, dan sebgainya.
Penutur menentukan strategi ini dengan “menghitung” tingkat
keterancaman muka berdasarkan jarak sosial penutur-penutur, besarnya
perbedaan kekuasaan antara keduanya, serta status relativ jenis tindak tutur
yang diujarkan penutur di dalam budaya yang bersangkutan. Penutur
menentukan strategi ini dengan mempertimbangkan skala atau parameter
kesantunan seperti yang akan diuraikan dalam subbab di bawah. Strategi
kesantunan positif dirinci ke dalam lima belas subkategori. Brown dan
Levinson dalam Chaer (2010: 53-55) mengilustrasikan semua strategi tersebut
dengan tuturan-tuturan di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
1) Memperhatikan kesukaan, keinginan, dan kebutuhan pendengar
Contoh: “Aduh…baru potong rambut ya.”
2) Melebihkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada pendengar
Contoh: “Wah…vas bunganya bagus sekali ya. Beli di mana?”
3) Mengintensifkan perhatian pendengar dengan pendramatisiran peristiwa
atau fakta
Contoh: “Saya turun tangga, dan tahu apa yang aku lihat....semua
berantakan.”
4) Menggunakan penanda identitas kelompok (bentuk sapaan, dialek,jargon
atau slang)
Contoh: “Gimana Sam? Jadi ngikut nggak?”
5) Mencari persetujuan dengan topik yang umum atau mengulang sebagian
atau seluruh tuturan.
Contoh: A: “Panasnya bukan main ya…”
6) Menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju, persetujuan yang
semu, menipu untuk kebaikan, pemagaran opini
Contoh: A: “Besok tolong ini diselesaikan semua ya?”
B: “Baik.”(Padahal sebenarnya tidak mau menyelesaikan)
7) Menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan melalui basa-
basi
Contoh: “Gimana, kemarin kamu nonton tinju, kan?”
8) Menggunakan lelucon
Contoh: “Motormu yang sudah butut itu sebaiknya untukku saja.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
9) Menyatakan paham atas keinginan pendengar
Contoh: “Aku tahu kamu tidak menyukai pesta. Tapi yang ini sangat luar
biasa…datang ya.”
10) Menawarkan, berjanji
Contoh: “Aku pasti akan mengirimkannya minggu depan. Jangan kuatir.”
11) Bersikap optimis
Contoh: “Nggak masalah. Semua ini akan dapat diatasi dengan baik.”
12) Melibatkan penutur dan petutur dalam aktivitas
Contoh: “Sebaiknya, kita istirahat dahulu.”
13) Memberi atau meminta alasan
Contoh: “Mengapa kamu nggak jadi datang ke rumahku?”
14) Menyatakan huhbungan secara timbal balik
Contoh: “Aku akan menyelesaikan ini untukmu, kalau kamu mau
membuatkan aku masakan yang lezat.”
15) Memberi hadiah kepada petutur
Contoh: “Saya akan membantumu pada setiap waktu.
Strategi kesantunan negatif dirinci ke dalam delapan subkategori. Brown
dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-53) mengilustrasikan semua strategi
tersebut dengan tuturan-tuturan di bawah ini
1) Menggunakan ujaran tidak langsung
Contoh: Bolehkah saya minta tolong Ibu mengambilkan buku itu ?
2) Pertanyaan kalimat berpagar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Contoh: Saya sejak tadi bertanya-tanya dalam hati, apakah Bapak mau
menolong saya?
3) Bersikap pesimis
Contoh: Saya ingin minta tolong, tetapi saya takut Bapak tidak bersedia.
4) Meminimalkan paksaan
Contoh: Boleh saya mengganggu Bapak sebentar ?
5) Memberi penghormatan
Contoh: Saya memohon bantuan Ibu, saya tahu Ibu selalu berkenan
membantu orang.
6) Meminta maaf
Contoh: Sebelumnya saya minta maaf atas kenakalan anak saya ini, tetapi..
7) Pakailah bentuk impersonal yaitu dengan tidak menyebutkan penutur dan
lawan tutur.
Contoh: Tampaknya meja ini perlu dipindahkan.
8) Menyatakan tindakan pengancaman muka sebagai aturan yang bersifat
umum.
Contoh: Penumpang tidak diperkenankan merokok di dalam bus.
3. Kaidah Kesantunan Leech
Berbeda dengan Grice, Brown dan Levinson, Leech (1993: 161) melihat
sopan santun dari sudut pandang petutur dan bukan dari sudut pandang
penutur. Leech (1993: 166) menyatakan bahwa tuturan yang sopan bagi
petutur atau pihak ketiga bukan merupakan tuturan yang sopan bagi penutur,
begitu pula sebaliknya. Prinsip kesantunan Leech berhubungan dengan dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pihak, yaitu pihak diri dan lain. Diri ialah penutur dan lain adalah petutur,
dalam hal ini lain juga dapat menunjuk kepada pihak ketiga baik yang hadir
maupun yang tidak hadir dalam situasi tutur Leech (1993: 206). Leech
merumuskan prinsip kesantunannya dalam enam maksim. Keenam maksim
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Maksim kebijaksanaan (tact maxim)
a. Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin
b. Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin
2. Maksim Kedermawanan (Generosty Maxim)
a. Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin
b. Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin
3. Maksim Pujian (Approbation Maxim)
a. Kecamlah orang lain sedikit mungkin
b. Pujilah orang lain sebanyak mungkin
4. Maksim Kerandahan Hati (Modesty Maxim)
a. Pujilah diri sendiri sedikit mungkin
b. Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin
5. Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim)
a. Usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit
mungkin
b. Usahakan agar kesepakatan antara diri dan lain terjadi sebanyak
mungkin
6. Maksim Simpati (Sympathy maxim)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
a. Kurangi rasa antipati antara diri dan lain hinggga sekecil mungkin
b. Tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain.
Berikut uraian setiap maksim kesopanan itu.
1) Maksim kebijaksanaan
Maksim kebijaksanaan mengharuskan penutur untuk meminimalkan
kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan orang lain. Maksim
ini dilaksanakan dengan bentuk tuturan impositif dan komisif. Tuturan
impositif adalah bentuk tuturan yang digunakan untuk menyatakan
perintah. Tuturan komisif adalah tuturan yang berfungsi untuk menyatakan
janji, penawaran, dll. Berkaitan dengan itu, Leech (1993: 168)
mencontohkan beberapa tuturan di bawah ini secara berurutan berdasarkan
tingkat kesantunannya.
Ketaklangsungan Kurang Sopan
(1) Answer the phone.
(Angkat telepon)
(2) I want you to answer the phone.
(Saya ingin kamu angkat telepon?)
(3) Will you answer the phone?
(Maukah Anda mengangkat telepon?)
(4) Can you answer the phone?
(Dapatkah Anda mengangkat telepon?)
(5) Would you mind answering the phone?
(Apakah Anda keberatan mengangkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
telepon?)
(6) Could you possibly answer the phone?
(Apa mungkin Anda mengangkat
telepon?)
Lebih Sopan
Keenam tuturan itu digunakan untuk memerintah mitra tutur
mengangkat telepon. Namun, tuturan (6) memiliki kadar kesantunan
tertinggi daripada kelima tuturan lainnya. Penutur telah meminimalkan
kerugian orang lain dan memaksimalkan keuntungan orang lain melalui
pemilihan tuturan tersebut.
2) Maksim Kedermawanan
Maksim kedermawanan mengharuskan penutur untuk meminimalkan
keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan kerugian diri sendiri. Maksim
ini diutarakan dengan tuturan impositif dan komisif. Sebagai ilustrasi atas
pernyataan itu, Leech (1993: 210) memberikan contoh tuturan berikut.
(1) Could I borrow this electric drill?
„Dapatkah saya pinjam bor listrik ini?‟
(2) Could you lend me this electric drill?
„Dapatkah kamu meminjamkan bor listrikmu kepada saya?‟
Tuturan (1) lebih santun daripada tuturan (2). Tuturan (1) secara
halus telah menghilangkan acuan pada kerugian mitra tutur dengan
menggunakan kata saya daripada kata kamu. Hal itu disebabkan oleh
berpusatnya maksim ini kepada konsep diri atau penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
3) Maksim Pujian
Maksim pujian mengharuskan penutur untuk meminimalkan
kecaman terhadap orang lain, tetapi harus memaksimalkan pujian kepada
orang lain itu. Maksim ini diungkapkan dengan bentuk tuturan ekspresif
dan asertif. Sebagai ilustrasi, Leech (1993: 212) memberikan contoh
tuturan di bawah ini.
(1) What a marvellous meal you cooked.
„Masakanmu enak sekali‟.
(2) What an owful meal you cooked.
„Masakanmu sama sekali tidak enak‟.
Tuturan (1) dianggap lebih sopan daripada tuturan (2). Tuturan (1)
mengungkapkan sebuah pujian, sedangkan tuturan (2) mengecam kepada
mitra tuturnya.
Contoh dalam bahasa Indonesia dapat dipertimbangkan melalui
tuturan (3). Tuturan ini diungkapkan seorang istri kepada suaminya yang
telah membantu untuk memasak.
(3) “Bapak memang tidak hanya pandai mengasuh anak-anak, tetapi juga
pandai membantu ibu di dapur.”
4) Maksim Kerendahan Hati
Maksim kerendahan hati mengharuskan penutur untuk
meminimalkan pujian kepada dirinya, tetapi harus mengecam diri sendiri
sebanyak mungkin. Seperti halnya maksim pujian, maksim ini juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
diungkapkan dengan bentuk tuturan ekspresif dan asertif. Untuk itu, Leech
(1993: 214) mencontohkan dengan tuturan berikut.
(1) Please accept this small as a token of our esteem.
„Terimalah hadiah yang kecil ini sebagai tanda penghargaan kami‟.
Tuturan (1) sesuai dengan maksim ini karena penutur telah
meminimalkan pujian atau kemurahan hati diri sendiri. Hal ini dapat
dibandingkan dengan contoh dalam bahasa Indonesia berikut.
(2) “Maaf Pak, semoga Bapak sudi menerima kenang-kenangan yang
tidak berharga dari kami semua yang merasa berhutang budi atas
kebaikan Bapak membimbing kami selama ini.”
Tuturan (2) dituturkan seorang kepala desa kepada wakil dari
rombongan penyuluh pertanian. Peristiwa itu terjadi saat rombongan
penyuluh akan meninggalkan desa tempat mereka berpraktik.
5) Maksim Kesepakatan
Maksim kesepakan mengharuskan seseorang untuk memaksimalkan
kesepakatan dengan orang lain dan meminimalkan ketidaksepakatan
dengan orang lain. Maksim ini diungkapkan dengan bentuk tuturan asertif.
Leech (1993: 217) memberikan contoh sebagai ilustrasi maksim ini.
(1) A : It was an interesting exhibition, wasn’t it?
„Pamerannya menarik, bukan?‟
B : No, it was very uninteristing.
„Tidak, pamerannya sangat tidak menarik‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Jawaban (B) terasa kurang santun karena melanggar maksim
kesepakatan yang menggariskan agar memaksimalkan kesepakatan dengan
orang lain. Hal ini dapat dipertimbangkan dengan contoh berikut.
(2) A : “Ujiannya tadi sulit sekali, ya?”
B : “Betul, kepalaku sampai pusing.”
Jawaban (B) telah mematuhi maksim ini dengan cara
memaksimalkan kesepakatan dengan (A).
6) Maksim Kesimpatian
Maksim kesimpatian mengharuskan penutur dan mitra tutur
memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati di antara
mereka. Maksim ini diperlukan untuk mengungkapkan suatu kesantunan
karena setiap orang perlu bersimpati terhadap prestasi yang dicapai atau
musibah yang melanda orang lain. Maksim ini diungkapkan dengan
bentuk tuturan asertif. Leech (1993: 219) mencontohkan ucapan selamat
berikut untuk menunjukkan kepatuhan terhadap maksim simpati.
(1) I’m delighted to hear about your cat.
„Saya senang sekali mendengar tentang kucingmu‟.
Penutur mengucapkan selamat atas kemenangan kucing temannya
yang menjuarai kontes kucing. Contoh dalam bahasa Indonesia dapat
dipertimbangkan tuturan berikut.
(2) “Sabar dan tawakal, ya. Kami yakin pada ujian tahun depan
kamu akan dapat menyusul kami.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tuturan (2) merupakan ucapan simpati dari penutur kepada salah
seorang temannya yang gagal ujian masuk perguruan tinggi.
Dengan melihat paparan di atas, kini dalam menentukan santun tidaknya
suatu tuturan dapat diketahui, yakni dengan melihat kaidah kesantunan dari
Grice, Brown dan Levinson juga Leech. Akan tetapi, dalam kenyataannya
prinsip-prinsip kerjasama Grice tidak selalu dapat menjawab pertanyaan
mengapa dalam penuturan peserta tutur cenderung menggunakan cara yang
tidak langsung untuk menyatakan apa yang mereka maksudkan dan juga
prinsip nosi muka (face) dari Brown dan Levinson masih kurang terperinci
jadi tidak mudah untuk dipahami. Melihat hal tersebut, maka kaidah
kesantunan berbahasa dari Leech masih dianggap yang paling lengkap, paling
mapan dan relatif paling komprehensif.
Dengan menerapkan kaidah kesantunan dari Leech, maka diharapkan
suatu tuturan dapat menjadi lebih santun dan proses komunikasi pun dapat
berjalan dengan lebih baik. Sejalan dengan ukuran untuk menentukan
kesantunan berbahasa, Leech kembali membuat ukuran kesantunan yang
dinamakan dengan skala kesantunan. Dalam Rahardi (2005: 66-68) dijelaskan
bahwa dalam model kesantunan Leech, setiap maksim interpersonal itu dapat
dimanfaatkan untuk menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan,
berikut penjelasan mengenai skala kesantunan dari Leech:
1. Cost benefit scale atau skala kerugian dan keuntungan, menunjuk kepada
besar kecilnya kerugian dan keuntungan yang diakibatkan oleh sebuah
tindak tutur pada sebuah pertuturan. Semakin tuturan tersebut merugikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
diri penutur, akan semakin dianggap santunlah tuturan itu. Demikian
sebaliknya, semakin tuturan itu menguntungkan diri penutur akan semakin
dianggap tidak santunlah tuturan itu.
2. Optionality scale atau skala pilihan, menunjuk kepada banyak atau
sedikitnya pilihan (options) yang disampaikan si penutur kepada si mitra
tutur di dalam kegiatan bertutur. Semakin pertuturan itu memungkinkan
penutur atau mitra tutur menentukan pilihan yang banyak dan leluasa,
akan dianggap semakin santunlah tuturan itu. Sebaliknya, apabila
pertuturan itu sama sekali tidak memberikan kemungkinan memilih bagi si
penutur dan si mitra tutur, tuturan tersebut dianggap tidak santun.
3. Indirectness scale atau skala ketidaklangsungan menunjuk kepada
peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan.
Semakin tuturan itu bersifat langsung akan dianggap semakin tidak
santunlah tuturan itu. Demikian sebaliknya, semakin tidak langsung,
maksud sebuah tuturan, akan dianggap semakin santunlah tuturan itu.
4. Authority scale atau skala keotoritasan menunjuk kepada hubungan status
sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan.
Semakin jauh jarak peringkat sosial (rank rating) antara penutur dan
dengan mitra tutur, tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi
semakin santun. Sebaliknya, semakin dekat jarak peringkat status sosial di
antara keduanya, akan cenderung berkuranglah peringkat kesantunan
tuturan yang digunakan dalam bertutur itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
5. Social distance scale atau skala jarak sosial menunjuk kepada peringkat
hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah
pertuturan. Ada kecenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat
sosial di antara keduanya, akan menjadi semakin kurang santunlah tuturan
itu. Demikian sebaliknya, semakin jauh jarak peringkat sosial antara
penutur dengan mitra tutur, akan semakin santunlah tuturan yang
digunakan itu. Dengan perkataan lain, tingkat keakraban hubungan antara
penutur dengan mitra tutur sangat menentukan peringkat kesantunan
tuturan yang digunakan dalam bertutur.
Selain menggunakan kaidah dan skala kesantunan untuk mengukur suatu
tuturan, seperti halnya bidang kajian lain dalam menentukan kesantunan
berbahasa juga diperlukan indikator-indikator, terutama mengenai
penggunaan kata (diksi). Pranowo (2009 :104) memberikan saran agar tuturan
dapat mencerminkan rasa santun, misalnya:
1) Gunakan kata “tolong” untuk meminta bantuan pada orang lain.
2) Gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang diperkirakan akan
menyinggung perasaan lain.
3) Gunakan kata “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan
orang lain.
4) Gunakan kata “berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain
melakukan sesuatu.
5) Gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang dihormati.
6) Gunakan kata “bapak/ibu” untuk menyapa orang ketiga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Dengan adanya indikator kesantunan dalam berkomunikasi, maka
diharapkan kajian mengenai kesantunan dapat dilakukan dengan
mengimplementasikannya ke dalam bidang lain seperti halnya pendidikan,
karena pada dasarnya bidang kajian kesantunan berbahasa bahkan pragmatik
jarang diimplementasikan ke dalam bidang pendidikan padahal pengaruhnya
akan baik. Implementasi indikator kesantunan dalam berkomunikasi
digunakan agar kegiatan berbahasa dapat mencapai tujuan. Lebih jelasnya
Pranowo (2009: 110) menguraikan hal-hal yang perlu diperhatikan agar
komunikasi dapat mencapai tujuan, yakni sebagai berikut.
1) Perhatikan situasinya.
2) Perhatikan mitra tuturnya.
3) Perhatikan pesan yang disampaikan.
4) Perhatikan tujuan yang hendak dicapai.
5) Perhatikan cara menyampaikan.
6) Perhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat.
7) Perhatikan ragam bahasa yang digunakan.
8) Perhatikan relevansi tuturannya.
9) Jagalah martabat atau perasaan mitra tutur.
10) Hindari hal-hal yang kurang baik bagi mitra tutur (konfrontasi dengan
mitra tutur).
11) Hindari pujian untuk diri sendiri.
12) Berikan keuntungan pada mitra tutur.
13) Berikan pujian pada mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
14) Ungkapkan rasa simpati pada mitra tutur.
15) Ungkapkan hal-hal yang membuat mitra tutur menjadi senang.
16) Buatlah kesepahaman dengan mitra tutur.
Berdasarkan kaidah, skala dan indikator kesantunan yang telah dijelaskan
di atas, maka kesantunan dapat diukur atau diketahui, begitu halnya dengan
kegiatan pembelajaran diskusi kelas, karena dalam proses diskusi terdapat
interaksi dan tuturan serta konteks sehingga dapat dianalisis mengenai
kesantunan berbahasa (tuturan santun dan tidak santun) dan penanda
kesantunan berbahasa dalam kegiatan pembelajaran yakni diskusi kelas.
2.2.1.2 Diskusi
Diskusi merupakan sarana untuk bertukar pikiran, dengan melibatkan
beberapa atau bahkan banyak orang. Menurut Sukiat (1979: 6) diskusi adalah
suatu percakapan terarah dengan tujuan untuk bertukar pendapat, atau
pandangan-pandangan dan pengalaman-pengalaman terhadap suatu
permasalahan, dimana pendapat yang berbeda-beda itu dapat berpadu menjadi
satu menuju pada pemecahan masalah yang dihadapi. Diskusi banyak
dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran, karena dengan diskusi dapat
menambah pengetahuan, informasi, meluaskan pengalaman bahkan membuka
pendangan baru para peserta diskusi yang terlibat.
Disamping itu, dengan diskusi dapat menjadi tempat peserta diskusi
untuk berkoordinasi karena adanya kontak dan komunikasi. Dengan adanya
kontak dan komunikasi, maka dalam diskusi diharapkan para peserta yang
telibat dapat menggunakan tuturan yang santun, agar proses diskusi dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan kesalahpahaman yang
mengakibatkan perpecahan. Akan tetapi, masih saja banyak dijumpai tuturan
yang tidak santun pada saat diskusi sehingga proses diskusi menjadi kacau dan
tidak terarah. Pemilihan kata dan gaya bahasa dalam tuturan menjadi sangat
penting untuk diperhatikan bagi penutur dan mitra tutur. Agar diskusi bisa
berlajan lebih santun, dapat digunakan pendapat dari Pranowo (2012: 59-67)
berikut.
1) Penutur berbicara wajar dengan akal sehat.
Bertutur secara santun tidak perlu dibuat-buat, tetapi sejauh penutur
berbicara secara wajar dengan akal sehat, tuturan akan terasa santun. Tuturan
dapat dikatakan santun karena penutur berbicara secara “prasaja”, tidak
dilebih-lebihkan dan tidak ada motivasi untuk menggurui, mendikte, apalagi
menyinggung perasaan orang lain.
2) Penutur mengedepankan pokok masalah yang diungkapkan.
Setiap bertutur, penutur hendaknya selalu mengedepankan pokok masalah
yang diungkapkan, kalimat tidak perlu berputar-putar agar pokok masalah
tidak kabur. Tuturan menjadi santun jika penutur ketika mengemukakan
pokok masalah memang hanya khusus yang berkaitan dengan pokok masalah.
3) Penutur selalu berprasangka baik kepada mitra tutur.
Komunikasi akan selalu berkadar santun jika penutur selalu berprasangka
baik kepada mitra tutur, sehingga tidak ada alasan bagi penutur akan
menjatuhkan mitra tuturnya.
4) Penutur bersikap terbuka dan menyampaikan kritik secara umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Komunikasi akan terasa santun jika penutur berbicara secara terbuka dan
seandainya menyampaikan kritik disampaikan secara umum, tidak ditujukan
secara khusus pada person tertentu. Dengan demikian, komunikasi yang
santun tidak harus menghindari penyampaian kritik.
5) Penutur menggunakan bentuk lugas, atau bentuk pembelaan diri secara
lugas.
Komunikasi dapat dinyatakan secara santun jika penutur menggunakan
bentuk tuturan yang lugas, tidak perlu ditutup-tutupi, meskipun kadang-
kadang mengandung sindiran.
6) Penutur mampu membedakan situasi bercanda dengan situasi serius.
Komunikasi masih akan terasa santun jika penutur mampu membedakan
tuturan sesuai dengan situasinya. Meskipun masalah yang dibicarakan bersifat
serius, tetapi jika penutur mampu menyampaikan tuturan itu dengan nada
bercanda, komunikasi menjadi lancar dan masih santun.
Dengan memperhatikan pendapat dari Pranowo di atas, diharapkan
proses diskusi yang terjadi dalam pembelajaran akan lebih santun
dibandingkan sebelum-sebelumnya. Dengan demikian proses diskusi akan
berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan perdebatan. Apabila semua
yang terlibat dalam diskusi dapat menggunakan hal tersebut, maka diskusi
secara santun bisa terjadi dan hal ini akan sangat membantu proses
pembelajaran tersebut karena hal ini juga sejalan dengan prinsip kesantunan.
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, bahwa dalam berdiskusi tidak
hanya melibatkan satu orang, dan orang-orang tersebut memiliki perannnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
masing-masing. Menurut Henrikus (1991: 96), setidaknya dalam diskusi ada
pemimpin diskusi (moderator), dan peserta diskusi, di mana setiap dari mereka
memiliki tugas dan aturan tersendiri. Tugas dan aturan tersebut sebutkan
dalam Parera (1988: 186-188), yakni :
1. Tugas dan aturan pemimpin diskusi (moderator)
Tugas dari pemimpin diskusi (moderator):
1. Menjelaskan tujuan dan maksud diskusi.
2. Menjamin pelangsungan diskusi secara teratur dan tertib.
3. Memberikat stimulasi, anjuran, ajakan, agar setiap peserta
benar-benar mengambil bagian dalam diskusi tersebut.
4. Menyimpulkan dan merumuskan setiap pembicaraan, serta
kelak membuat beberapa kesimpulan persepakatan dan
persetujuan bersama.
5. Mempersiapkan laporan kelak.
Adapun aturan dari pemimpin diskusi (moderator), yaitu:
1. Berkepribadian.
2. Mempunyai pengertian dan simpati terhadap orang lain.
3. Mempunyai sensitivitas (mengerti dan merasakan).
4. Tidak memihak.
5. Mempunyai perasaan humor, melucu.
6. Inteligen dan berkemampuan untuk memutuskan.
7. Mempunyai bakat untuk menjiwai sesuatu.
8. Berbakat berbicara dan mendengarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2. Tugas dan aturan peserta diskusi, yaitu:
Tugas dari peserta diskusi:
1. Menunjukkan solidaritas dan partisipasi.
2. Menjaga suasana yang nyaman dan segar untuk diskusi.
3. Membuat beberapa usul dan sugesti (saran).
4. Memberikan pendapat dan informasi.
5. Meminta pendapat dan informasi sebanyak mungkin.
6. Mengajukan pertanyaan dan meminta dasar pendirian
seseorang.
7. Mengajukan keberatan dan mengajukan contoh serta bukti.
8. Mengusulkan kesimpulan, meminta kesimpulan, dan juga
dapat menyimpulkan bersama.
9. Memusatkan perhatian dalam diskusi.
Adapun aturan dari peserta diskusi :
1. Peserta diskusi tidak boleh bersikap agresif dan reaksioner.
2. Peserta diskusi tidak boleh bersikap menutup diri, takut
mengeluarkan pendapat.
3. Peserta diskusi tidak boleh terlalu banyak bicara, berbelit-
belit atau bicara berbisik-bisik dengan teman atau rekan
samping.
4. Menunjukkan sikap acuh tak acuh.
Dari tugas dan aturan yang telah disebutkan di atas, jika dicermati maka
keterampilan berbicara amatlah diperlukan, baik bagi pemimpin diskusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
(moderator) maupun peserta diskusi. Jika salah satu dari keduanya atau
bahkan keduanya berbicara sesuka hatinya, maka kegiatan berdiskusi dapat
gagal atau tidak berjalan dengan lancar. Itulah yang sering terjadi dalam
proses diskusi, terlebih diskusi di dalam kelas (pembelajaran). Dengan kata
lain, kesantunan dalam berdiskusi sangatlah dibutuhkan, agar arah
pembicaraan bisa jelas dan saling menghargai satu sama lain.
2.3 Kerangka Berpikir
Penelitian Penggunaan dan Penyimpangan Prinsip Kesantunan
Berbahasa dalam Diskusi Kelas Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Angkatan 2014 ini menganalisis penggunaan dan penyimpangan
prinsip kesantunan berbahasa pada kegiatan diskusi kelas, mahasiswa
angkatan 2014. Data berupa tuturan percakapan yang terjadi pada saat
kegiatan diskusi kelas yang melanggar dan mematuhi maksim-maksim
kesantunan. Ada pengukur kesantunan yang digunakan untuk menentukan
tuturan pada pelaksanaan kegiatan diskusi, yakni maksim-maksim kesantunan
berbahasa dari Leech dan strategi kesantunan Brown dan Levinson.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Kesantunan Berbahasa dalam Diskusi Kelas Mahasiswa
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata
Dharma Angkatan 2014
Tuturan yang terjadi pada saat diskusi kelas, mahasiswa
PBSI angkatan 2014
Kajian pragmatik
Kaidah kesantunan
Leech
Strategi kesantunan
Brown & Levinson
Pematuhan dan pelanggaran
Tuturan Santun Tututran Tidak santun
Kesantunan berbahasa dalam diskusi kelas mahasiswa
PBSI angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma
Prinsip kesantunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam metode penelitian ini akan dibahas mengenai lima hal, (1) jenis
penelitian, (2) sumber data penelitian, (3) teknik pengumpulan data, (4) instrumen
penelitian, (5) teknik analisis data. Kelima hal tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian kesantunan berbahasa pada kegiatan diskusi kelas mahasiswa
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Angkatan
2014 ini, menggunakan jenis penelitian yaitu metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Metode deskriptif, yaitu metode paparan hasil temuan
berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang diperoleh berdasarkan data
yang dikumpulkan dari lapangan. Menurut Catherine Marshal dalam Sarwono
(2006: 193) penelitian kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses yang
mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai
kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia.
Sejalan dengan hal ini, Moleong (2006: 6) berpendapat bahwa penelitian
kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, tidakan, dll secara holistik
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Pendekatan
deskriptif kualitatif yang diamksud adalah penelitian yang akan memberikan
berbagai penggunaan tuturan dan kesantunan berbahasa, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
mengidentifikasi penggunaan dan penyimpangan prinsip kesantunan
berbahasa dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa pendidikan bahasa dan
sastra Indonesia. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif,
karena data yang digunakan sebagai objek dalam penelitian yaitu berupa
tuturan akan kesantunan berbahasa yang ada.
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan, maka dalam melakukan penelitian ini sumber data yang akan
digunakan adalah tuturan yang ada pada saat diskusi kelas berlangsung. Data
penelitian berupa tuturan dari kelompok penyajii dan peserta diskusi yang
terlibat.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik rekam dan catat. Teknik rekaman digunakan untuk menyalin
ulang suatu objek, yakni berupa tuturan dalam diskusi kelas yang sedang
berlangsung, sedangkan teknik catat disini digunakan untuk mencatat tuturan
yang terjadi dan untuk meminimalisasi kehilangan data, karena apabila
rekaman kurang jelas maka dapat diperjelas dengan catatan itu. Data
diperoleh dengan mengkombinasikan kedua teknik tersebut. Data kemudian
diidentifikasi dan dianalisis menggunakan kajian kesantunan berbahasa dan
prinsip-prinsip kesantunan berbahasa. Hasilnya kemudian dianalisis apakah
ada penggunaan kesantunan berbahasa dan penyimpangan prinsip-prinsip
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
kesantunan berbahasa, sehingga dapat diketahui tingkat kesantunan berbahasa
pada objek penelitian.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian adalah alat ukur, yaitu dengan instrumen
penelitian ini, dapat dikumpulkan data sebagai alat untuk menyatakan besaran
atau presentase serta lebih kurangnya dalam bentuk kualitatif atau kuantitatif
Mardalis (1990: 60). Adapun instrumen yang akan digunakan peneliti dalam
melakukan penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan berbekal pengetahuan
pragmatik dan kesantunan berbahasa. Peneliti sebagai penutur bahasa
Indonesia dan ahli dalam bidang pragmatik dan kesantunan berbahasa
memiliki bekal intelektual maupun intuitif yang cukup memadai untuk
mendapatkan data penelitian yang sesuai dengan yang dibutuhkan.
Sebagai bekal pengumpulan data, peneliti melengkapi diri dengan format
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Data pematuhan prinsip kesantunan berbahasa dalam kegiatan diskusi
kelas mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014
Data tuturan:
…………………………………………………………………………………
…………...
Konteks tuturan:
…………………………………………………………………………………
……………
Analisis:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
…………………………………………………………………………………
……………
2. Data pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam kegiatan diskusi
kelas mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014
Data tuturan:
…………………………………………………………………………………
…………...
Konteks tuturan:
…………………………………………………………………………………
……………
Analisis:
…………………………………………………………………………………
……………
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis
transkkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan agar
dapat dipresentasikan semuanya kepada orang lain (Bogdan & Biklen, 1982).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Dalam penelitian kualitatif, data dianalisis pada saat pengumpulann data dan
setelah selesai pengumpulan data. Prosedur analisis data kualitatif dibagi
dalam lima langkah, yaitu: 1) mengorganisasi data, 2) membuat kategori,
menentukan tema dan pola; 3) menguji hipotesis yang muncul dengan
menggunakan data yang ada, 4) mencari eksplanasi alternatif datadan 5)
menulis laporan. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan langkah sebagai
berikut.
1. peneliti mengidentifikasi data
2. peneliti mengklasifikasi data
3. peneliti mengintepretasi (pemaknaan) data
4. peneliti mendeskripsikan data
Data dalam penelitian ini berupa tuturan yang terjadi selama kegiatan
diskusi kelas berlangsung, diidentifikasi berdasarkan indikator kesantunan
berbahasa berdasarkan tuturannya.
3.6 Triangulasi Data
Penelitian kesantunan berbahasa dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa
PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 menggunakan teknik
triangulasi untuk memeriksa keabsahan data yang telah diperoleh dari hasil
penelitian. Menurut Lexy J. Moleong (2006: 330), triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
penelitian ini, peneliti membuat triangulasi dengan tujuan untuk melakukan
pengecekan terhadap validitas dan keterpercayaan hasil temuan. Triangulasi
dalam penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
keahlian peneliti lain untuk membantu mengurangi ketidakcermatan dalam
langkah pengumpulan data. Peneliti lainnya yang melakukan pengecekan
dalam triangulasi penelitian ini ialah Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Data penelitian berupa tuturan dari kegiatan diskusi kelas mahasiswa
PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 dengan jangka waktu bulan
Februari sampai Maret 2015. Jumlah data yang dianalisis sebanyak 70
tuturan. Data dianalisis berdasarkan prinsip kesantunan dengan kaidah
kesantunan menurut Leech (1993) juga konsep muka dari Brown dan
Levinson dalam Chaer (2010: 49-55). Data tersebut digolongkan menjadi
dua, yaitu pematuhan dan pelanggaran terhadap prinsip kesantunan.
Peserta diskusi maupun kelompok penyaji dapat memanfaatkan diskusi
kelas ini untuk saling bertukar pikiran dan wawasan dengan cara memberi
pendapat, kritik, pujian, simpati tentang hal yang didiskusikan. Oleh karena
itu, dalam kegiatan diskusi kelas ini baik peserta diskusi maupun kelompok
penyaji dapat memberikan tanggapan balik satu sama lain. Peneliti
mengelompokkan data yang dianalisis itu berdasarkan kaidah yang ditetapkan
oleh Leech (1993), juga Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 49-55)
serta didukung dengan diksi yang mencerminkan kesantunan dari Pranowo
(2012: 104). Peneliti menggunakan kaidah kesantunan dari Leech karena sub
maksim dari Leech sesuai dengan apa yang harus diperhatikan ketika diskusi
kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Diskusi yang baik seharusnya dapat memperhatikan dan menggunakan
maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim
kerendahan hati, maksim kesepakatan dan maksim simpati sesuai dengan sub
maksim dari Leech (1993), kemudian untuk mendukung analisis peneliti juga
menyertakan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer
(2010: 52-55) untuk mengukur tingkat keterancaman muka, karena suatu
tuturan bisa terlihat santun dari salah satu kaidah kesantunan namun juga
harus dicermati maksud dari tuturan tersebut apakah mengancam muka atau
tidak karena hal itu juga mempengaruhi apakah sebuah tuturan itu dapat
dikatakan santun atau tidak. Penggunaan diksi yang digunakan penutur untuk
mengungkapkan sebuah tuturan juga dicermati dengan diksi kesantunan dari
Pranowo (2012: 104). Jadi, dalam setiap analisis tuturan peneliti
menggunakan prinsip kesantunan yang diambil dari kaidah dan pandangan
ahli tersebut.
Berikut ini deskripsi data yang digunakan dalam penelitian.
4.1 Tabel: Pematuhan prinsip kesantunan berbahasa
No. Jenis maksim Strategi kesantunan Jumlah
1.
Maksim kebijaksanaan
Kesantunan positif
8
2.
Maksim kedermawanan
Kesantunan positif
Kesantunan negatif
4
1
3.
Maksim pujian
Kesantunan positif
6
4.
Maksim kesepakatan
Kesantunan positif
3
Jumlah
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
4.2 Tabel: Pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa
No. Jenis maksim Strategi kesantunan Jumlah
1.
Maksim kebijaksanaan
Kesantunan positif
11
2.
Maksim kedermawanan
Kesantunan positif
9
3.
Maksim pujian
Kesantunan positif
11
4.
Maksim kerendahan hati
Kesantunan positif
4
5.
Maksim kesepakatan
Kesantunan positif
5
6.
Maksim kesimpatisan
Kesantunan positif
8
Jumlah
48
4.2 Analisis Data
Hasil penelitian terhadap kesantunan berbahasa dalam diskusi kelas
mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 adalah sebagai
berikut.
4.2.1 Analisis pematuhan data tuturan diskusi kelas mahasiswa PBSI
angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma berdasarkan prinsip
kesantunan.
4.2.1.1 Pematuhan Maksim Kebijaksanaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijaksanaan dapat diartikan
sifat atau kepandaian dalam menggunakan akal budinya (pengalaman dan
pengetahuannya), arif, tajam pikiran dan mempunyai kecakapan atau berhati-
hati apabila menghadapi kesulitan. Ketika bertutur, sifat bijaksana juga harus
diperhatikan agar proses komunikasi antara penutur dan mitra tutur dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
berjalan dengan lancar dan terasa santun. Gagasan untuk bertutur santun ini
dikemukakan oleh Leech (1993) ke dalam 6 maksim, salah satunya maksim
kebijaksanaan dimana penutur diharuskan untuk meminimalkan kerugian
orang lain atau memaksimalkan keuntungan orang lain agar tuturan menjadi
santun.
Maksim kebijaksanaan mengamanatkan bahwa hendaknya penutur harus
mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi
orang lain ketika bertutur. Maksim ini kebanyakan diungkapkan dengan
tuturan impositif dan komisif. Ujaran impositif adalah ujaran yang digunakan
untuk menyatakan perintah atau suruhan, sedangkan ujaran komisif adalah
ujaran yang berfungsi untuk menyatakan kesanggupan atau kesediaan
penutur. Dengan berpedoman pada maksim ini, diharapkan proses
komunikasi dapat berjalan dengan baik dan tidak ada rasa saling menyakiti
antara penutur maupun mitra tutur. Dalam lingkup formal, pematuhan
terhadap maksim ini sering dijumpai, salah satunya dalam proses
pembelajaran diskusi kelas seperti di bawah ini:
1) Penyaji : Selamat pagi teman-teman, kami dari...
Peserta diskusi : (ramai)
Penyaji : Hallo teman-teman ? bisa dimulai ?
Peserta diskusi : Iyaa dimulai wae hahahaha....
Penyaji :Terimakasih atas waktu dan
kesempatannya, kami harap kalian memperhatikan ya, karena
diskusi ini penting bagi kita semua jadi mohon kerjasamanya
ya, oh ya sebelumnya disini kami dari kelompok 3 akan
mempresentasikan hasil diskusi kami, kami akan menjelaskan
perbedaan mendasar dari fon, fonemik dan fonem.
Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam
kelas yang ditujukan kepada seluruh mitra tutur (peserta diskusi)
ketika akan memulai jalannya diskusi kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
2) Peserta diskusi : Ini saya buka di buku dan di slide kalian
kok berbeda ya ? penulisan pesolek di buku dan slide tidak sama,
yang benar yang mana ?
Penyaji : Ohh iya mas halaman berapa ?
Peserta diskusi : Ini 53,
Penyaji : Iya jadi pesolek ehh, ehh iya maaf kami
salah, penulisan kami salah, makasih mas atas masukan dan
pembenarannya bagi kelompok kami.
Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di
dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penyaji
ketika mendapat sanggahan dari peserta diskusi bahwa yang
ditayangkan di slide berbeda dengan yang ada di buku acuan.
3) Penyaji 1 : Mungkin menurut kelompok kami seperti itu
hubungan antara moral hidup dan bunuh diri. Untuk yang
selanjutnya akan dijelaskan oleh teman saya.
Penyaji 2 : Baik terimakasih mas Thomas, saya akan
menjelaskan mengenai faktor-faktor penyebab bunuh diri. Yang pertama depresi, 60% dari semua kasus bunuh diri dilakukan
oleh orang yang mengalami gangguan suasana hati atau depresi.
Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di
dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari penyaji
terhadap penyaji lain di kelompoknya yang mempersilahkannya
untuk melanjutkan penjelasan materi diskusi presentasi ketika
sedang berlangsung.
4) Peserta diskusi 1 : Pertanyaan saya belum dijawab loh...
Peserta diakusi 2 : Uwes uwes put
Penyaji : Oh ya mohon maaf, tadi pertanyaan dari
Putri ternyata memang belum kami jawab, kami lupa dan
akan saya jawab sekarang, sambil kelompok selanjutnya
mempersiapkan presentasi ya.
Peserta diskusi 1 : Nahh too emang belom kok
Konteks: penutur adalah seorang penyaji. Tuturan adalah
tanggapan penutur (penyaji) atas pernyataan dari salah satu
peserta diskusi yang merasa pertanyaannya belum dijawab.
Data tuturan (1) dituturkan oleh seorang penyaji ketika akan memulai
jalannya proses diskusi dalam mata kuliah fonologi kelas B. Tuturan
mengandung tindak tutur komisif, yakni tindak tutur yang dipahami oleh
penutur untuk meningkatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa
yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
oleh penutur. Penutur (penyaji) menyatakan kesediaanya untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, dengan tuturan itu penutur
bermaksud untuk memberitahukan kepada peserta diskusi bahwa diskusi
kelas akan segera dimulai, sehingga peserta diskusi dapat menyesuaikannya.
Penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan ketika
menuturkan pesannya yakni “terima kasih” yang berarti mencerminkan rasa
hormat kepada mitra tutur (peserta diskusi), selain itu dalam pengucapannya
pun dengan nada yang enak didengar. Hal ini tentunya juga mematuhi
prinsip kesantunan Leech (1993: 168), khususnya maksim kebijaksanaan
yakni tuturan haruslah membuat keuntungan orang lain sebesar mungkin,
yang terlihat dalam tuturan “terimakasih atas waktu dan kesempatannya,
disini kami dari kelompok 3 akan mempresentasikan hasil diskusi kami”.
Dengan menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan “terimakasih
atas waktu dan kesempatannya”, penutur bermaksud untuk menghormati
mitra tutur (peserta diskusi) yang telah datang untuk mengikuti diskusi
kelas, walaupun pada awalnya mitra tutur (peserta diskusi) tidak
mendengarkan dan tidak peduli pada kelompok penyaji, bahkan
menertawakan penutur (penyaji).
Cara bertutur dalam data tuturan (1) juga memperlihatkan bahwa
penutur (penyaji) telah menggunakan strategi kesantunan dari Brown dan
Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur menjaga muka positif
mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan
pengertian dan keinginan kepada pendengar. Penutur mencoba untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
menunjukkan pengertiannya terhadap mitra tutur sehingga mitra tutur akan
merasa lebih dihormati, disini penutur mencoba menghargai apa yang
dilakukan mitra tutur walaupun apa yang dilakukan justru mengganggunya
untuk memulai diskusi. Melihat hal tersebut, penutur tidak terpancing emosi
ketika menanggapinya, justru dengan santai dan hal ini akan meminimalkan
pertentangan. Hal ini juga akan memberikan keuntungan kepada mitra tutur
yakni perasaan senang mengikuti diskusi kelas ini karena sangat dihormati
dan dihargai kedatangannya, selain itu penutur telah menunjukkan
kedekatan dan solidaritas dengan mitra tutur karena bagaimana pun mereka
teman satu kelas dan akan lebih baik jika menghindari pertentangan
sehingga proses diskusi kelas dapat berjalan dengan lancar karena adanya
rasa solidaritas.
Selanjutnya data tuturan (2), dituturkan oleh seorang penyaji ketika
diskusi kelas memasuki sesi tanya jawab pada mata kuliah fonologi kelas B.
Tuturan tersebut mengandung tindak tutur komisif, yakni tindak tutur yang
dipahami oleh penutur untuk meningkatkan dirinya terhadap tindakan-
tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja
yang dimaksudkan oleh penutur. Penutur (penyaji) bersedia menerima
masukan dari peserta diskusi dan mengakui kesalahannya dengan maksud
untuk menghargai masukan dari peserta diskusi sehingga nantinya apabila
ada yang memberi saran lagi, peserta diskusi tidak ragu-ragu karena direspon
dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan dalam
tuturannya yakni “terima kasih” ditujukan kepada mitra tutur (peserta
diskusi) yang sudah meralat penulisannya di powerpoint dan “maaf” yang
ditujukan kepada seluruh peserta diskusi karena kelompok penutur (penyaji)
melakukan kesalahan dalam hal penulisan. Tuturan tersebut juga mematuhi
prinsip kesantunan Leech (1993: 168), dengan maksim kebijaksanaan yakni
membuat keuntungan orang lain sebesar mungkin, terlihat dalam tuturan “ehh
iya maaf kami salah, penulisan kami salah, makasih mas atas masukan dan
pembenarannya bagi kelompok kami”, jelas terlihat bahwa penutur (penyaji)
bersedia menerima dan mengakui kesalahannya dengan begitu akan
memberikan efek positif dan keuntungan bagi mitra tutur karena mitra tutur
akan merasa pendapatnya benar dan itu akan menjaga muka positif mitra tutur
di depan peserta diskusi yang lain serta merasa dihargai (direspon dengan
baik).
Cara bertutur dalam data tuturan (2) juga mencerminkan penggunaan
strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55),
dimana penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan
kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan simpati
kepada mita tutur. Penutur (penyaji) mencoba untuk menghargai tindakan
yang dilakukan mitra tutur (peserta diskusi), dengan menghargai apa yang
dilakukan mitra tuturnya (peserta diskusi) yakni memberikan masukan untuk
kelompok penyaji dengan begitu akan memberikan efek positif dan
keuntungan bagi mitra tutur karena mitra tutur akan merasa pendapatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
benar dan dihargai, hal ini akan membuat proses diskusi menjadi semakin
lancar dan kondusif karena meminimalkan pertentengan.
Data tuturan (3) dituturkan oleh seorang penyaji kepada penyaji lain
dalam kelompoknya untuk memberikan kesempatan penyaji lain menjelaskan
materi pada mata kuliah teologi kelas P. Tuturan tersebut mengandung tindak
tutur komisif, yakni tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk
meningkatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang.
Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur.
Penutur (penyaji) menyatakan kesediaanya untuk melanjutkan menjelaskan
materi yang sedang didiskusikan, tuturan tersebut dimaksudkan untuk
menghargai penyaji lain yang sudah mempersilahkannya untuk melanjutkan
materi.
Selanjutnya data tuturan (3) dianggap santun karena mematuhi prinsip
kesantunan Leech (1993: 168), yakni maksim kebijaksanaan karena tuturan
tersebut membuat keuntungan bagi orang lain, terlihat dalam tuturan “baik
terimakasih mas Thomas, saya akan menjelaskan mengenai faktor-faktor
penyebab bunuh diri”, dimana penutur (penyaji) bermaksud untuk
menghargai mitra tutur (penyaji lain dikelompoknya) yang telah memberikan
kesempatan untuk menjelaskan materi diskusi, dengan saling menghargai
maka akan terjadi solidaritas dan jalannya proses diskusi akan berjalan
dengan baik. Data tuturan (3) semakin santun karena didukung dengan
penggunaan diksi yang mencerminkan kesantunan Pranowo (2012: 104)
“terimakasih” dan “mas” yang dapat diartikan bahwa penutur (penyaji)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
menghargai kesempatan yang diberikan dan menghormati mitra tutur yang
dianggap lebih tua darinya dengan mengucapkan “mas” dan juga kata
tersebut sering dijumpai dalam budaya jawa yang menandakan bahwa penutur
menghormati mitra tutur walaupun mitra tutur mungkin tidak lebih tua dari
penutur.
Cara bertutur dalam data tuturan (3) juga mencerminkan penggunaan
strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55),
dimana penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan
kesantunan positif yakni melibatkan penutur dan mitra tutur dalam aktivitas.
Tuturan tersebut membuat penutur menjadi terlibat dalam kegiatan diskusi
dan mendapat kesempatan untuk menjelaskan materi diskusi, dengan begitu
penutur akan bisa menjelaskan materi dan kemampuannya akan dilihat oleh
dosen sehingga mendapatkan nilai, maka dengan adanya solidaritas tentu
akan membuat proses diskusi menjadi semakin baik dan solid.
Selanjutnya data tuturan (4), dituturkan oleh seorang penyaji untuk
menanggapi pernyataan dari seorang peserta diskusi ketika diskusi telah
selesai pada mata kuliah teori sastra kelas B. Tuturan tersebut mengandung
tindak tutur komisif, yakni tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk
meningkatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang.
Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur.
Penutur (penyaji) mengakui bahwa salah satu pertanyaan dari peserta diskusi
belum terjawab, padahal proses diskusi sudah selesai dan peserta diskusi
sudah lupa akan hal itu. Ketika mengungkapkannya, penutur menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
diksi yang mencerminkan kesantunan yakni “mohon maaf” kepada mitra tutur
(peserta diskusi) karena lupa menjawab salah satu pertanyaan yang diajukan
ke kelompoknya. Hal ini tentunya mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993:
168), dengan maksim kebijaksanaan yakni membuat keuntungan orang lain
sebesar mungkin, terlihat dalam tuturan “mohon maaf, tadi pertanyaan dari
Putri ternyata belum kami jawab, kami lupa dan akan saya jawab sekarang”,
dalam tuturan penutur bersedia mengakui bahwa ada salah satu pertanyaan
yang belum dijawab padahal proses diskusi sudah selesai.
Dilihat dari cara bertuturnya, tuturan tersebut juga mencerminkan
penggunaan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer
(2010: 53-55), dimana penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan
menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan dan
simpati. Penutur mencoba untuk menghargai dan menerima pernyataan dari
mitra tutur bahkan membenarkan pernyataannya sehingga melindungi muka
positif mitra tutur, dimana muka positif yaitu keinginan setiap orang untuk
dihargai hal-hal yang dilakukannya. Penutur mencoba menggunakan
kesantunan positif dengan membenarkan pernyataan mitra tuturnya, dengan
begitu penutur akan memberikan efek positif dan keuntungan bagi mitra tutur
karena hal tersebut membuat mitra tutur merasa dihargai dan dihormati oleh
kelompok penyaji, juga mitra tutur akan senang karena pernyataanya memang
benar tidak seperti yang dikatakan peserta diskusi lainnya yang mengatakan
sudah dijawab. Hal ini akan membuat proses diskusi menjadi baik karena
adanya rasa saling menghargai dan meminimalkan terjadinya pertentangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
4.2.1.2 Pematuhan Maksim Kedermawanan
Kedermawanan mempunyai arti sebagai kebaikan hati terhadap sesama
manusia atau kemurahan hati (KBBI). Melihat hal ini, apabila suatu tuturan
memperhatikan kebaikan hati atau kemurahan hati maka dapat dipastikan
proses komunikasi dapat berjalan dengan lebih baik, karena bila antara
penutur dan mitra tutur sama-sama berbaik hati maka tuturan tidak akan
melukai satu sama lain. Leech mempunyai gagasan agar tuturan terasa santun
salah satunya dengan memperhatikan arti kedermawanan, yakni tuturan
haruslah membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan buatlah
kerugian diri sendiri sebesar mungkin yang dinamakan maksim
kedermawanan (kerendahan hati), dengan mematuhi prinsip ini maka tuturan
dapat menjadi lebih santun baik dalam lingkup sehari-hari maupun formal.
Maksim kedermawanan mengamanatkan agar penutur mau merugi atau
membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin. Penutur yang mampu
mematuhi maksim ini akan dianggap orang yang tahu sopan santun, pintar
menghargai orang lain, dan jauh dari prasangka buruk lawan tuturnya.
Berbeda dengan maksim kebijaksanaan, tuturan ini biasanya diujarkan dengan
ujaran ekspresif dan asertif. Ujaran ekspresif adalah ujaran yang digunakan
untuk menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan sedangkan
ujaran asertif adalah ujaran yang lazim digunakan untuk menyatakan
kebenaran tuturan yang diujarkan. Apabila dalam suatu proses komunikasi
mempunyai kecenderungan untuk mematuhi maksim ini, maka dpat dipastikan
proses komunikasi dapat berjalan dengan lebih baik karena baik penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
maupun mitra tutur ada keinginan untuk saling menghargai dan tidak akan
menyakiti satu sama lain. Pematuhan terhadap maksim ini banyak dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari atau lingkup formal, dalam lingkup formal
pematuhan terhadap maksim ini sering dijumpai, salah satunya pada proses
pembelajaran diskusi kelas seperti di bawah ini:
12) Penyaji : Ya terimakasih, mungkin masih ada yang ingin
ditanyakan ? oh ya mbak silahkan
Peserta diskusi : Saya cuma mau tanya apakah di makalah
dicantumkan daftar pustakanya ? soalnya kan itu di slide tidak ada,
dan seharusnya kan tetap harus di cantumkan menurut saya dan
kalian mengambil dari buku atau internet atau dari mana, ya
terimakasih
Penyaji : Ohh iya maaf, kami lupa mencantumkan
sumbernya, kami mengambil dari internet dan juga buku tapi
kami lupa cantumkan itu mbak di slide, kalau di makalah ada
kok mbak dan ini kesalahan kami, makasih mbak sudah
mengingatkan. Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di
dalam diskusi kelas yang ditujukan kepada mitra tutur (peserta
diskusi) ketika sesi tanya jawab masih berlangsung.
10) Penyaji : Sebelumya saya mohon maaf, soalnya saya itu
agak susah mengatakan huruf “f” dan “ep”, jadi apabila nanti
salah mohon maaf. Nah yang pertama ponemik itu . . .
Peserta diskusi : Hahaha po po
Penyaji : Jangan diketawain
Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam suatu diskusi
kelas. Tuturan merupakan pernyataan dari penutur (penyaji) untuk
menjelaskan kekurangannya yakni dalam hal menyebutkan huruf
kepada seluruh peserta diskusi.
13) Penyaji : Apakah ada yang mau bertanya lagi ? ohh ya
yang dibelakang
Peserta diskusi : Saya mau menambahkan saja, coba di slide ke 2
apa 3 tadi, nah ya itu, apakah benar cara kalian menulis kutipan
seperti itu ?
Penyaji : Yang mana mbak, ohh iya iya itu kesalahan
kami, kami kurang cermat dalam menulis kutipan, terimakasih
atas pembenarannya mbak, apakah ada lagi ?
Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di dalam
diskusi kelas ketika sesi tanya jawab. Tuturan merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
tanggapan penutur (penyaj) terhadap masukan dari mitra tutur
(peserta diskusi).
Data tuturan (12) dituturkan oleh seorang penyaji ketika diskusi kelas
memasuki sesi tanya jawab pada mata kuliah teologi moral kelas P. Tuturan
tersebut mengandung tindak tutur asertif yakni mengandung ujaran yang
lazim digunakan untuk menyatakan kebenaran tuturan yang diujarkan.
Penutur (penyaji) menyatakan bahwa memang kelompoknya melakukan
kesalahan dengan tidak mencantumkan daftar pustaka di slidenya. Terlihat
bila tuturan tersebut justru akan membuat kerugian bagi penutur sendiri
bahkan juga bagi kelompoknya, karena memberikan jawaban yang sesuai
fakta itu bisa memberikan ancaman bagi penutur, akan tetapi penutur bersedia
mengakui hal tersebut tanpa adanya paksaan dari pihak lain.
Data tuturan (12) dianggap santun karena mematuhi prinsip kesantunan
Leech (1993: 210) yakni maksim kedermawanan, dimana tuturan haruslah
membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan membuat kerugian diri
sendiri sebesar mungkin, terlihat dalam tuturan “Ohh iya maaf, kami lupa
mencantumkan sumbernya, kami mengambil dari internet dan juga buku tapi
kami lupa cantumkan itu mbak di slide, kalau di makalah ada kok mbak dan
ini kesalahan kami, makasih mbak sudah mengingatkan”, dengan mengakui
bahwa penyaji dan kelompoknya melakukuan kesalahan dengan tidak
mencantumkan daftar pustaka di slidenya, terlihat bahwa itu akan merugikan
bagi dirinya sendiri karena bisa mendapatkan nilai kurang dari dosen.
Cara bertutur dalam data tuturan (12) juga mencerminkan penggunaan
strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dimana penutur menjaga muka positif dirinya dan kelompoknya dengan
menggunakan kesantunan postif yakni memberi alasan. Penutur mencoba
untuk memberi alasan dan menyelamatkan muka dirinya juga kelompoknya
agar tidak disalahkan atas kelalaian kelompok tidak mencantumkan sumber
materinya. Selain itu, penutur (penyaji) juga menggunakan diksi yang
mencerminkan kesantunan Pranowo (2012: 104) yakni “maaf” dan
“terimakasih” yang mencerminkan kesantunan dan rasa hormat kepada mitra
tutur (peserta diskusi) yang sudah mengingatkan kesalahan yang telah dibuat
kelompok penyaji, sehingga membuat tuturan tersebut menjadi semakin
santun.
Data tuturan (10), dituturkan oleh seorang penyaji ketika akan memulai
menjelaskan materi diskusi mata kuliah fonologi kelas B. Tuturan tersebut
mengandung tindak tutur asertif yakni mengandung ujaran yang lazim
digunakan untuk menyatakan kebenaran tuturan yang diujarkan. Penutur
(penyaji) mengemukakan bahwa dirinya mempunyai kekurangan dalam
mengucapkan huruf “f” dan bersedia mengakui kekurangannya sebelum
memulai menjelaskan materi.
Data tuturan (10) dipandang sebagai bentuk tuturan yang santun karena
menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan dalam berbicara yakni
“mohon maaf”, hal ini dimaksudkan penutur (penyaji) agar mitra tutur
(peserta diskusi) berkenan dan mengerti akan kekurangan dari penutur
(penyaji). Ketika menuturkan kekurangannya, penutur mematuhi prinsip
kesantunan Leech (1993: 210), khususnya maksim kedermawanan yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan membuat kerugian diri
sendiri sebesar mungkin, terlihat dalam tuturan “sebelumnya saya mahon
maaf, soalnya saya itu agak susah mengatakan huruf “f” dan “ep”, jadi
apabila nanti salah mohon maaf”, dengan mengakui kekurangannya tersebut,
tentu itu akan merugikan bagi penutur karena memberikan jawaban sesuai
dengan fakta itu bisa mengancam mukanya sendiri apalagi dalam hal
kekurangannya, hal itu terlihat dari reaksi yang diberikan mitra tutur yakni
menertawakannya, namun penutur dengan lapang dada tidak marah kepada
mitra tutur dan melanjutkan menjelaskan materi.
Cara bertutur dalam data tuturan (10) juga mencerminkan penggunaan
strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-53),
dimana penutur menjaga muka negatif penutur sendiri, muka negatif adalah
muka yang terancam, dengan mengakui kekurangannya sendiri maka akan
mengakibatkan muka penutur akan terancam karena bisa saja dijadikan bahan
guyonan oleh mitra tutur dan mukanya akan jatuh. Penutur meminta maaf
akan kekurangannya kepada mita tutur dengan tujuan agar apa yang
diucapkannya nanti apabila salah dapat dimaklumi dan dimengerti dan
dengan tuturan yang demikian, penutur berkeinginan agar ia dihargai dengan
membiarkannya bebas melakukan tindakan dalam hal mengucapkan huruf “f”
dan apabila nantinya ada salah kata tidak ditertawakan lagi. Penutur mencoba
menggunakan kesantunan negatif dengan meminta maaf kepada mitra
tuturnya akan kekurangan yang dimiliki dan berharap agar dirinya bisa
dengan bebas ketika mengucapkan huruf “f” walaupun salah setidaknya mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
tutur tidak menertawakannya dan berharap mitra tutur menghargai
kekurangannya dengan begitu proses diskusi bisa berjalan dengan lancar.
Data tuturan (13), dituturkan oleh seorang penyaji ketika sesi tanya jawab
diskusi kelas mata kuliah teori sastra kelas B. Tuturan tersebut mengandung
tindak tutur asertif yakni mengandung ujaran yang lazim digunakan untuk
menyatakan kebenaran tuturan yang diujarkan. Penutur (penyaji) menyatakan
bahwa telah terjadi kesalahan penulisan yang dilakukan oleh dirinya dan
kelompoknya. Hal itu bisa merugikan dirinya sendiri dan kelompoknya,
karena kesalahan dalam hal penulisan kutipan itu sesuatu yang kurang bisa
diterima oleh dosen karena sudah pernah diajarkan, terlihat di akhir presentasi
dosen memberitahu kelompok tentang kesalahan penulisan yang dibuat
kelompok itu.
Data tuturan (13) dianggap santun karena mematuhi prinsip kesantunan
Leech (1993: 210) yakni maksim kedermawanan, dimana tuturan haruslah
membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan membuat kerugian diri
sendiri sebesar mungkin, terlihat dalam tuturan “yang mana mbak ? ohh iya
iya itu kesalahan kami, kami kurang cermat dalam menulis kutipan,
terimakasih atas pembenarannya mbak, apakah ada lagi ?”, dengan
mengakui telah terjadi kesalahan tentu itu akan merugikan dirinya sendiri
karena bisa membuat nilai kurang di mata dosen pengajar. Melihat hal itu,
penutur justru dengan rendah hati meminta maaf kepada mitra tutur dengan
menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan Pranowo (2012: 104)
yakni “maaf”, dengan begitu penutur telah mencerminkan rasa hormat kepada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
mitra tutur (peserta diskusi) dan menambah nilai kesopanannya, sehingga
proses diskusi akan menjadi semakin berjalan dengan lancar.
Cara bertutur dalam data tuturan (13) juga menunjukkan bahwa penutur
menggunakan strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010:
53-55), dimana penutur menjaga muka positif dirinya dan kelompoknya
dengan menggunakan kesantunan positif yakni memberikan alasan kepada
mitra tutur. Penutur mencoba untuk menyelamatkan muka dirinya dan
kelompoknya agar tidak disalahkan atas kesalahan yang terjadi. Selain itu,
penutur (penyaji) juga menggunakan diksi yang santun Pranowo (2012: 104)
yakni “maaf” dan “terimakasih” yang mencerminkan kesantunan dan rasa
hormat kepada mitra tutur (peserta diskusi) yang sudah mengingatkan
kesalahan yang telah dibuat kelompok penyaji, sehingga membuat tuturan
tersebut menjadi semakin santun.
4.2.1.3 Pematuhan Maksim Pujian
Maksim pujian adalah maksim yang menuntut kesediaan penutur untuk
selalu memberikan pujian atas keberhasilan atau kelebihan mitra tutur. Pada
maksim ini aspek negatifnya yang lebih penting yaitu jangan mengatakan hal-
hal yang tidak menyenangkan mengenai orang lain terutama mengenai mitra
tutur, dengan begitu diharapkan proses komunikasi dapat berjalan dengan
lebih baik karena mitra tutur akan merasa senang dan tidak saling menyakiti.
Apabila dalam tuturan sehari-hari dapat memaksimalkan maksim ini maka
proses komunikasi dapat menjadi santun. Sifat suka memuji orang lain akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
dimuliakan namanya sebagai orang yang santun. Tidak perlu menunggu
seseorang melakukan hal yang sangat hebat dan berpengaruh terhadap banyak
orang, dengan hal-hal kecil pun seseorang layak untuk diberikan pujian dari
penutur, misalnya “wahh, penjelasan materi dari kelompokmu hebat ya,
sangat jelas bagi saya dan dose pun berkata demikian”. Tuturan seperti itu
sudah dapat dianggap santun karena memberikan rasa senang dengan memuji
mitra tutur.
Tuturan haruslah membuat mitra tutur merasa senang dengan apa yang
diucapkan penutur dengan begitu penutur dapat diakatakan menjadi orang
yang santun. Banyak hal yang dapat membuat mitra tutur merasa senang
salah satu yaitu dengan memberinya pujian, dengan memberi pujian berarti
penutur menghargai apa yang telah dicapai atau dilakukan mitra tutur jadi
dapat dikatakan pujian adalah salah satu indikator tuturan dapat dikatan
santun. Leech (1993) membuat gagasan mengenai tuturan yang santun salah
satunya dengan memaksimalkan pujian terhadap orang lain yakni maksim
pujian, dalam maksim ini penutur dituntut untuk selalu memberikan pujian
atas keberhasilan atau kelebihan mitra tutur.
Maksim ini aspek negatifnya yang lebih penting yaitu jangan mengatakan
hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai orang lain terutama mengenai
mitratutur, dengan begitu diharapkan proses komunikasi dapat berjalan
dengan lebih baik karena mitra tutur akan merasa senang dan tidak saling
menyakiti. Seperti halnya dalam percakapan sehari-hari baik formal mau pun
non formal sering dijumpai tuturan samacam itu baik yang mematuhi atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
pun yang melanggar, dalam lingkup formal pematuhan terhadap maksim ini
dapat dijumpai, salah satunya dalam proses pembelajaran diskusi kelas seperti
di bawah ini:
14) Peserta Diskusi 1 : Eee mungkin saya bisa sedikit membantu
kelompok, karena dulu saya di SMA dari jurusan bahasa dan
mengerti akan hal tersebut
Peserta Diskusi 2 : Wuissss, wuihhh hebat (tepuk tangan)
Peserta Diskusi 1 : Yaya sudah makasih, saya lanjutkan yaa...
Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas
dalam sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari
penutur (peserta diskusi 1) terhadap pernyataan dari mitra tutur
(peserta diskusi 2) ketika ingin membantu kelompok menjawab
pertanyaan.
15) Peserta diskusi : Sebelumnya mari kita beri applouse
buat kalompok ini karena penjelasannya begitu jelas dan
lengkap menurut saya. Penyaji : Iya terimakasih banyak
Konteks: Penutur adalah peserta diskusi. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (peserta diskusi) terhadap presentasi yang
telah dilakukan oleh kelompok penyaji.
16) Penyaji : Ya jadi seperti itu, apa sudah dimengerti ?
Peserta diskusi : Ohh ya, terimakasih penjelasan dari
teman Ann, saya rasa penjelasannya sangat baik dan lengkap
dan pertanyaan saya sudah terjawab.
Konteks: Penutur adalah peserta diskusi. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (peserta diskusi) terhadap jawaban dari
mitra tutur (penyaji) setelah selesai menjawab pertanyaannya.
Data tuturan (14), dituturkan oleh salah seorang peserta diskusi ketika
sesi tanya jawab diskusi kelas mata kuliah teori sastra kelas B. Tuturan
tersebut mengandung tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang
menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur
mengungkapkan rasa kagumnya kepada mitra tutur (peserta diskusi 1) karena
dia mengetahui jawaban yang tidak dapat dijawab oleh kelompok penyaji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
ketika sesi tanya jawab dan ternyata dia berasal dari sekolah jurusan bahasa,
berbeda dengan kebanyakan peserta diskusi yang lain.
Ketika mengungkapkan kekagumannya, penutur (peserta diskusi 2) telah
mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 212) yakni maksim pujian,
dimana penutur memberikan pujian atas kelebihan mitra tutur, terlihat dalam
tuturan “wuisss, wuihh hebat”, meskipun tuturan tersebut tidak menggunakan
diksi yang santun, tetapi tetap dinilai santun karena kalimat tersebut
mendorong peserta diskusi lain untuk ikut memuji mitra tutur dan hal itu
dibuktikan dengan tepuk tangan dari peserta diskusi yang lain, selain itu juga
menimbulkan rasa senang bagi mitra tutur. Pujian seperti itu sudah cukup
untuk bersikap santun kepada mitra tutur (peserta diskusi 1) karena
menimbulkan rasa senang dengan apa yang dikatakan penutur.
Cara bertutur dalam data tuturan (14) juga mencerminkan penggunaan
strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55),
dimana penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan
kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan
simpati kepada mita tutur. Penutur mencoba untuk memberikan perhatian
lebih atas tuturan yang dituturkan oleh mitra tuturnya. Tuturan tersebut
memperlihatkan bahwa penutur mencoba menggunakan kesantunan positif
dengan membesar-besarkan perhatian dan simpati kepada mitra tutur dengan
memberikan sugesti kepada peserta diskusi lain untuk memberikan tepuk
tangan seperti yang dilakukannya, dengan begitu mitra tutur merasa sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
senang bahwa apa yang dilakukannya dihargai oleh semua peserta diskusi
yang lain.
Selanjutnya data tuturan (15), dituturkan oleh seorang peserta diskusi
ketika presentasi selesai dan akan memasuki sesi tanya jawab pada mata
kuliah teori sastra kelas B. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur asertif
yakni mengandung ujaran yang lazim digunakan untuk menyatakan
kebenaran tuturan yang diujarkan. Penutur menyatakan bahwa presentasi dari
kelompok penyaji begitu jelas dan lengkap ketika sesi tanya jawab akan
dimulai. Hal ini tentu membuat kelompok penyaji menjadi senang karena
mendapat apresiasi positif dari mitra tutur (peserta diskusi).
Data tuturan (15) dianggap santun karena mematuhi prinsip kesantunan
Leech (1993: 212) yakni maksim pujian, dimana penutur memberikan pujian
atas kelebihan mitra tutur, terlihat dalam tuturan “sebelumnya mari kita beri
applouse buat kelompok ini, karena penjelasannya begitu jelas dan lengkap”,
penutur menyatakan bahwa presentasi dari kelompok penyaji jelas dan
lengkap bahkan meminta peserta diskusi lain untuk memberikan applouse, hal
ini tentunya semakin membuat kelompok penyaji senang dan bahagia karena
penjelasannya dapat dimengerti dan diterima dengan baik oleh mitra tutur,
dengan memaksimalkan pujian maka tuturan dari penutur (peserta diskusi)
tersebut termasuk tuturan yang santun.
Cara bertutur dalam data tuturan (15) juga mencerminkan penggunaan
strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana
penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada
mita tutur. Penutur mencoba untuk memberikan perhatian dan bersimpati
kepada apa yang telah dilakukan mitra tuturnya, penutur mengatakan bahwa
presentasi dari kelompoknya sangat bagus dan lengkap dalam menjelaskan
materi, dengan begitu mitra tutur akan merasa senang karena apa yang
dilakukannya dan kelompoknya sangat dihargai dan dengan begitu jelas akan
meminimalkan pertentangan sehingga diskusi kelas menjadi lebih baik lagi
karena dapat memotivasi kelompok lain.
Selanjutnya data tuturan (16) dituturkan oleh salah seorang peserta
diskusi ketika sesi tanya jawab diskusi kelas mata kuliah teori sastra kelas B.
Tuturan tersebut mengandung tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang
menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur
(peserta diskusi) menunjukkan sikapnya ketika penutur (peserta diskusi)
merasa pertanyaannya sudah dijawab dengan sangat baik oleh penyaji ketika
sesi tanya jawab.
Ketika menyampaikan pendapatnya, penutur (peserta diskusi) telah
mematuhi prinsip kesantunan Leech (1993: 212) yakni maksim pujian,
dimana penutur memberikan pujian atas keberhasilan mitra tutur, terlihat
dalam tuturan “terimakasih penjelasan dari teman Ann, saya rasa
penjelasannya sangat baik dan lengkap”, penutur (peserta diskusi)
mengatakan bahwa penjelasan dari mitra tutur (penyaji) sangat baik dan
lengkap dan pastinya hal tersebut membuat mitra tutur (penyaji) menjadi
senang karena telah berhasil menjawab pertanyaan penutur (peserta diskusi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Penutur (peserta diskusi) memberikan pujian atas jawaban penyaji tersebut,
dengan begitu penutur telah bertutur santun karena sesuai dengan maksim
pujian, selain itu penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan
Pranowo (2012: 104) yakni “terimakasih” untuk memulai dan memanggil
mitra tutur dengan sebutan “teman” yang membuat mereka menjadi merasa
lebih dekat serta saling menghormati satu sama lain, hal tersebut semakin
menambah nilai kesantunannya.
Cara bertutur dalam data tuturan (16) juga mencerminkan penggunaan
strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55),
dimana penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan
kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan
simpati kepada mita tutur. Penutur mencoba untuk memberikan perhatian
dan bersimpati kepada apa yang telah dilakukan mitra tuturnya, dengan
memberikan pujian atas apa yang dilakukannya yakni menjawab pertanyaan
dengan sangat baik dan lengkap. Hal itu membuat muka positif mitra tutur
akan terjaga di mata dosen dan para peserta diskusi yang lain dengan adanya
pengakuan dari penutur bahawa jawaban yang diberikan sudah baik dan
lengkap, dengan begitu mitra tutur akan merasa senang dan puas karena
jawabannya dapat diterima dengan baik.
4.2.1.4 Pematuhan Maksim Kesepakatan
Maksim kesepakatan diartikan sebagai maksim yang menuntut penutur
untuk sebanyak mungkin bersepakat dengan mitra tutur dan mengurani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
ketaksepakatan. Seseorang yang dapat menaati maksim ini dapat dipandang
sebagai orang yang santun dan selalu memperhatikan topik pembicaraan,
dengan menaati maksim ini maka percekcokan dapat diminimalisir. Misalnya
dalam proses komunikasi antar penutur dan mitra tutur tidak sepaham,
diharapkan mereka tidak saling berkonfrontasi agar hubungan tetap baik dan
harmonis bahkan dianjurkan untuk diam atau senyum daripada
berkonfrontasi. Tidak dipungkiri kadang antara penutur dan mitra tutur
mempunyai pendapat atau argumen yang berbeda, tetapi alangkah baiknya
jika dapat saling berpikir jernih dan mencari titik tengahnya agar menemukan
suatu kesepakatan. Tentulah dengan hal tersebut proses komunikasi akan
berjalan dengan lebih baik dan tidak menimbulkan konflik, maka dari itu
maksim kesepakatan ini perlu diketahui dan ditaati.
Ketika proses komunikasi terjadi, sering terjadi konflik atau pertentangan
antar pribadi maupun kelompok. Kenyataan tersebut bisa disebabkan karena
pandangan atau argumen yang berbeda satu sama lain dan tidak ada yang mau
mengalah seperti kasus gubernur jakarta dan DPRD jakarta yang tak kunjung
usai berkonflik. Pertanyaannya, mengapa mereka tidak duduk berdampingan
dan mencari titik tengahnya daripada saling mempertahankan argumen
masing-masing. Itulah contoh realita yang ada dalam masyarakat kita, yang
berpangkat saja seperti itu apalagi yang rakyat biasa. Hal tersebut salah satu
kasus yang dapat dikatakan melanggar maksim kesepakatan, dimana dalam
maksim ini dijelaskan bahwa buatlah kesepakatan sebanyak mungkin dengan
mitra tutur maka tuturan tersebut dapat menjadi santun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Begitu pula dalam komunikasi sehari-hari juga dapat ditemukan
pematuhan dalam maksim ini, mereka yang berlapang dada dan mau
mengalah, seperti halnya yang ditemukan peneliti di dalam proses
pembelajaran diskusi kelas berikut ini:
20) Penyaji : Jadi seperti itu penjelasan dari saya, jadi
antara pantomim dan drama itu berbeda
Peserta diskusi 2 : Sebelumnya saya memeperkenalkan diri
dulu, nama saya Danea, saya sependapat dengan jawaban dari
petrus tadi bahwa pantomim itu berbeda dengan drama,
namun perbedaan yang signifikan itu dibagian apa ya ?
Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan
merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) ketika
menanggapi jawaban mitra tutur (penyaji).
Data tuturan (20) dituturkan oleh salah seorang peserta diskusi ketika sesi
tanya jawab diskusi kelas mata kuliah teori sastra kelas B. Tuturan tersebut
mengandung tindak tutur asertif yakni mengandung ujaran yang lazim
digunakan untuk menyatakan kebenaran tuturan yang diujarkan. Penutur
(peserta diskusi) menyatakan bahwa dirinya sependapat dengan jawaban
mitra tutur (penyaji) walaupun sebenarnya ada hal yang masih kurang
sependapat ketika sesi tanya jawab berlangsung.
Data tuturan (20) dipandang sebagai bentuk tuturan yang santun karena
mengusahakan kesepakatan antara penutur (peserta diskusi) dengan mitra
tutur (penyaji), dengan hal itu baik penutur (peserta diskusi) maupun mitra
tutur (penyaji) sama-sama menerima dan tidak menimbulkan perdebatan. Hal
itu sejalan dengan prinsip kesantunan dari Leech (1993: 217) khususnya
maksim kesepakatan yakni membuat kesepakatan diri dan orang lain
sebanyak mungkin, terlihat dalam tuturan “saya sependapat dengan jawaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dari Petrus tadi bahwa pantomim itu berbeda dengan drama, namun
perbedaan yang signifikan itu dibagian apa ya ?”, sebenarnya penutur
(peserta diskusi) masih belum puas dengan jawaban mitra tutur (penyaji),
akan tetapi penutur (peserta diskusi) mengawali tuturannya dengan
mengatakan sependapat dan hal ini menjadikan tuturan tersebut enak didengar
dan terasa santun karena penutur (peserta diskusi) berusaha menghargai dan
menerima jawaban dari mitra tutur (penyaji) dan tidak mengatakan
ketidaksetujuannya secara langsung sehingga tidak mengancam muka mitra
tuturnya.
Cara bertutur dalam data tuturan (20) juga mencerminkan penggunaan
strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana
penutur menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan
positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada
mita tutur. Penutur mencoba untuk memberikan perhatian dan bersimpati
kepada apa yang telah dilakukan mitra tuturnya, dengan begitu penutur akan
melindungi muka positif mitra tuturnya. Penutur mencoba menggunakan
kesantunan positif dengan memberikan persetujuan terhadap apa yang telah
dijelaskan oleh mitra tutur meskipun sebenarnya masih ada keraguan dalam
benak penutur, dengan begitu muka mitra tutur akan aman di mata dosen
maupun peserta diskusi yang lain karena jawabannya masih dapat diterima
walaupun masih kurang.
Penutur telah mengusahakan kesepakatan dengan mitra tutur dan secara
tidak langsung penutur telah menyelamatkan muka mitra tutur juga telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
bertutur santun kepada mitra tutur dan hal itu akan menambah solidaritas
diantara keduanya sehingga tidak terjadi pertentangan sehingga diskusi bisa
dilanjutkan dengan lancar.
4.2.2 Analisis pelanggaran data tuturan diskusi kelas mahasiswa PBSI
angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma berdasarkan prinsip
kesantunan
4.2.2.1 Pelanggaran Maksim Kebijaksanaan
Tuturan harus membuat keuntungan bagi mitra tutur dan membuat
kerugian mitra tutur sekecil mungkin, begitulah maksud dari maksim
kebijaksanaan (Leech). Leech beranggapan bahwa dengan menerapkan
maksim tersebut, tuturan akan berjalan dengan lebih baik. akan tetapi pada
kenyataannya masih sering dijumpai pelanggaran terhadap pandangan Leech
ini, terlebih dalam lingkup sehari-hari dimana tuturan diujarkan secara
spontan. Ujaran yang terjadi dalam percakapan sehari-hari terkesan wajar jika
banyak pelanggaran terhadap maksim ini, akan tetapi di lingkup formal
ternyata juga banyak dijumpai pelanggaran terhadap maksim ini, seperti
halnya yang ditemukan peneliti di dalam proses pembelajaran diskusi kelas
berikut ini:
23) Peserta diskusi : Lho lha itu sama kayak yang tadi ! (memotong
penjelasan penyaji)
Penyaji : Nggak, bisa saya teruskan dulu ?
Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam sebuah diskusi
kelas. Tuturan merupakan sanggahan dari penutur (peserta
diskusi) terhadap penjelasan dari mitratutur (penyaji) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
dianggap sama seperti materi yang sudah dijelaskan sebelumnya
ketika mitratutur (penyaji) masih menjelaskan materi.
24) Penyaji : Opo eneh ?
Peserta diskusi : Responnya ?
Penyaji : yo kui, responnya kita menangkap itu bo
!
Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas
dalam sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari
penutur (penyaji) terhadap pertanyaan dari mitra tutur (peserta
diskusi) yang belum puas akan jawaban dari penutur (penyaji).
25) Penyaji : Menurut KBBI novel adalah karangan
prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang disekelilingnya dengan
Peserta Diskusi : Kurang cepat !!
Penyaji : Ohh iya iyaa saya ulangi
Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam sebuah diskusi
kelas dalam sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari
penutur (peserta diskusi) saat mitra tutur (penyaji) menjelaskan
materi diskusi.
26) Penyaji : Prosa berasal dari bahasa itali
Peserta Diskusi 1 : Ssstt ssstt pinjem bolpen (volume keras)
Peserta Diskusi 2 : Iya iya bentar
Penyaji : Bisa dilanjutkan ?
Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam sebuah diskusi
kelas. Tuturan merupakan perkataan penutur (peserta diskusi 1)
terhadap mitra tutur (peserta diskusi 2) ketika penyaji sedang
menjelaskan materi.
Data tuturan (23) dituturkan oleh salah seorang peserta diskusi ketika
penyaji sedang menjelaskan materi diskusi kelas mata kuliah teologi moral
kelas Q. Tuturan tersebut mengadung tindak tutur asertif yakni mengandung
ujaran yang lazim digunakan untuk menyatakan kebenaran tuturan yang
diujarkan. Penutur menyatakan bahwa penjelasan dari mitra tutur (penyaji)
sama seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, berdasarkan kebenaran yang
diyakini penutur (peserta diskusi) ketika penyaji masih menjelaskan materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
diskusi. Tuturan tersebut bisa menimbulkan keraguan bagi peserta diskusi
yang lain. Meragukan akan sesuatu hal dapat membuat seseorang menjadi
emosi, kemudian bisa menyebabkan pertentangan antara penutur dan mitra
tutur, selain itu memberikan jawaban sesuai dengan fakta itu bisa mengancam
muka seseorang.
Tuturan (23) dianggap tidak santun karena melanggar prinsip kesantunan
Leech (1993: 168) yakni maksim kebijaksanaan, dimana penutur seharusnya
membuat keuntungan bagi mitra tutur bukan sebaliknya, tuturan “Lho lha itu
sama kayak yang tadi !”, dalam tuturan tersebut terlihat bahwa penutur
(peserta diskusi) justru menimbulkan kerugian bagi mitra tutur (penyaji), itu
dibuktikan ketika mitra tutur (penyaji) belum selesai menjelaskan dan penutur
(peserta diskusi) memotong pembicaraannya tanpa didahului dengan diksi
halus, misalnya “maaf” atau nonverbal misalnya “mengacungkan jari”, selain
itu juga akan menimbulkan keraguan bagi peserta diskusi yang lain.
Hal itu juga menimbulkan efek buruk bagi mitra tutur (penyaji) yakni
bisa membuat konsentrasinya terganggu dan tersingung itu dibuktikan dengan
tanggapan dari penyaji yang menuturkan “nggak, bisa saya teruskan dulu ?”
dengan nada agak keras dari sebelumnya yang menandakan bahwa mitra tutur
(penyaji) merasa terganggu bahkan emosi dengan tuturan penutur (peserta
diskusi) dan hal ini jelas bertentangan dengan maksim kebijaksanaan.
Dilihat dari cara bertuturnya, penutur secara terang-terangan
mengungkapkan pendapatnya secara langsung dengan memotong penjelasan
dari penyaji yang belum selesai dengan begitu penutur jelas mengancam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
muka mitra tuturnya. Hal ini bertentangan dengan strategi kesantunan Brown
dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur seharusnya
menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif
yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita
tutur. Namun, tuturan tersebut justru memperlihatkan bahwa penutur
membuat mitra tuturnya terpojok dan menimbulkan keraguan bagi peserta
diskusi yang lain dan terlihat bahwa penutur tidak menghargai atau
memberikan simpati terhadap apa yang telah dilakukan oleh mitra tuturnya.
Tuturan tersebut juga memperlihatkan bahwa penutur tidak menjaga
muka mitra tuturnya, dengan begitu muka mitra tutur akan jatuh di mata
dosen maupun peserta diskusi yang lain karena penutur secara terang-
terangan menyanggah penjelasan dari mitra tuturnya, dengan begitu bisa
memicu ketidaksepakatan dan pertentangan sehingga diskusi bisa menjadi
kacau. Penutur boleh saja mengungkapkan pendapatnya namun tetap
memperhatikan sopan santun dengan menghargai apa yang telah dilakukan
mitra tuturnya yakni telah berusaha menjelaskan dan mempersiapkan materi
diskusi.
Data tuturan (24) dituturkan oleh seorang penyaji ketika diskusi kelas
memasuki sesi tanya jawab pada mata kuliah fonologi kelas B. Tuturan
tersebut mengandung tindak tutur direktif, yakni tindak tutur yang berfungsi
untuk mendorong pendengar untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur ini
berupa perintah, permohonan, pemesanan, dll. Penutur secara tidak langsung
memerintah mitra tutur (peserta diskusi) untuk tidak kembali bertanya dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
menerima penjelasan darinya, hal ini akan menimbulkan efek kerugian bagi
mitra tutur (peserta diskusi) yakni tidak jadi melanjutkan pertannyannya dan
merasa diremehkan atau direndahkan karena penutur menggunakan bahasa
nonformal.
Tuturan (24) telah melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 168)
yakni maksim kebijaksanaan, dimana tuturan seharusnya menguntungkan
mitra tutur dan membuat kerugian pada diri sendiri bukan sebaliknya, tuturan
“opo eneh ? yo kui, responnya kita menangkap itu bo !” diucapkan dengan
nada yang kurang enak didengar. Tuturan itu memperlihatkkan bahwa
penutur (penyaji) justru merugikan mitra tutur (peserta diskusi), mitra tutur
(peserta diskusi) merasa jawabannya belum sepenuhnya terjawab dan ingin
memperjelasnya, akan tetapi penutur (penyaji) mengatakan “opo eneh ? “ dan
“yo kui !” dimana kedua diksi tersebut tidak halus dan tidak santun karena
dalam lingkup formal dan dikatakan dengan nada yang kurang enak didengar
(tekanan naik), jadi bisa diartikan merendahkan mitra tutur (peserta diskusi)
bahkan dapat memancing emosi mitra tutur.
Hal ini menjadikan proses komunikasi terhenti, mitra tutur merasa tidak
senang karena jawabannya tidak terjawab dan justru diberi tanggapan negatif
dari penutur (penyaji) dan jelas bahwa tuturan tersebut tidak santun. Tuturan
seperti itu dapat menjatuhkan muka mitra tutur dihadapan dosen maupun
peserta diskusi yang lain.
Cara bertutur dalam data tuturan (24) memperlihatkan bahwa penutur
telah melanggar strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
53-55), dimana penutur seharusnya berusaha menjaga muka positif mitra
tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan
perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur, tetapi dalam tuturan
tersebut jelas terlihat bahwa penutur tidak memberikan simpati kepada mitra
tutur yang belum puas akan jawaban yang diberikan justru seperti mengejek
mitra tutur dan penutur juga tidak berusaha membeuat persetujuan justru
membuat pertentangan yang dapat memancing emosi mitra tuturnya.
Seharusnya penutur dapat lebih bijak menanggapi pertanyaan dari mitra
tuturnya agar tidak menimbulkan sakit hati dan memancing emosi karena
situasi yang kondusif diperlukan agar diskusi bisa berjalan dengan baik.
Data tuturan (25) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika penyaji
sedang menjelaskan materi diskusi pada mata kuliah teori sastra kelas B.
Tuturan tersebut mengandung tindak tutur direktif yakni tindak tutur yang
berfungsi untuk mendorong pendengar untuk melakukan sesuatu. Tindak
tutur ini berupa perintah, permohonan, pemesanan, dll. Penutur (peserta
diskusi) mengatakan bahwa penjelasan dari penutur (penyaji) “kurang
cepat!!” yang sebenarnya tuturan tersebut dimaksudkan penutur untuk
menyuruh mitra tutur (penyaji) menjelaskan materi dengan lebih pelan.
Data tuturan (25) dianggap tidak santun karena melanggar prinsip
kesantunan Leech (1993: 168) yakni maksim kebijaksanaan, tuturan
seharusnya menguntungkan mitra tutur dan membuat kerugian pada diri
sendiri, terlihat dalam tuturan “kurang cepat!!” dengan nada yang keras dan
kurang enak didengar. Tuturan tersebut memperlihatkan bahwa penutur justru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
menimbulkan kerugian bagi mitra tutur (penyaji), itu dibuktikan ketika mitra
tutur (penyaji) sedang menjelaskan materi dan penutur (peserta diskusi)
langsung berteriak “kurang cepat!!” tanpa didahului dengan diksi halus,
misalnya “maaf” sehingga bagi penutur (penyaji) akan menimbulkan efek
buruk yakni bisa membuat tersingung dan proses diskusi bisa menjadi kacau.
Data tuturan (25) juga dimaksudkan untuk menyindir mitra tutur
(penyaji) yang menjelaskan materi terlalu cepat dan hal itu bisa menjatuhkan
muka mitra tutur dihadapan dosen dan peserta diskusi yang lain karena jika
dilihat cara penutur menuturkannya, penutur telah melanggar strategi
kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur
seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan
kesantunan posirif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan
simpati kepada mita tutur, dimana muka positif yaitu keinginan setiap orang
untuk dihargai hal-hal yang dilakukannya.
Tuturan seperti itu, membuat mitra tutur menjadi tertekan dan bisa
terpancing emosinya karena penutur tiba-tiba menyela pembicaraanya tanpa
didahului diksi yang mencerminkan kesantunan Pranowo (2012: 104), seperti
”maaf” atau “tolong” agar tidak menyakiti hati mitra tuturnya. Tuturan
tersebut juga memperlihatkan bahwa penutur tidak menghargai atau
memberikan simpati terhadap apa yang telah dilakukan oleh mitra tuturnya,
penutur boleh saja berpendapat tetapi juga harus memperhatikan kesantunan
agar tidak menyakiti dan terjadi pertentangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Data tuturan (26) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika penyaji
sedang menjelaskan materi diskusi kelas mata kuliah retorika kelas A.
Tuturan tersebut mengandung tindak tutur direktif, yakni tindak tutur yang
berfungsi untuk mendorong pendengar untuk melakukan sesuatu. Tindak
tutur ini berupa perintah, permohonan, pemesanan, dll. Penutur (peserta
diskusi 1) meminta kepada mitra tutur (peserta diskusi 2) untuk
meminjamkannya bolpoin saat penyaji sedang menjelaskan materi dan
dengan volume yang keras. Tuturan dari penutur (peserta diskusi) itu tentu
menimbulkan kerugian bagi penyaji, itu dibuktikan ketika penyaji
menjelaskan materi dan penutur justru mengatakan “pinjam bolpen” dengan
volume yang dapat didengar oleh penyaji dan peserta diskusi yang lain. Mitra
tutur (penyaji) merasa terganggu dengan hal tersebut dengan mengatakan
“bisa dilanjutkan ?” yang dimaksudkan agar penutur (peserta diskusi 1) tidak
mengganggunya dengan tuturan seperti itu.
Hal tersebut tentunya melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 168)
terutama maksim kebijaksanaan, yakni tuturan seharusnya menguntungkan
mitra tutur dan membuat kerugian pada diri sendiri sebesar mungkin, namun
dalam tuturan ini justru sebaliknya, dalam tuturan “Ssstt ssstt pinjem
bolpen!!”, walaupun sebenarnya diksi itu masih dapat dikatakan santun, akan
tetapi dikatakan pada saat penyaji masih berbicara (memotong pembicaraan)
dan dengan volume yang keras sehingga hal itu jelas mengganggu jalannya
diskusi yang menjadikan tuturan tersebut menjadi tidak santun. Penutur boleh
saja meminjam sesuatu, tetapi harus memperhatikan konteks situasinya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
misalnya pada saat jeda diskusi atau dengan volume yang lembut sehingga
tidak terdengar sampai ke penyaji jadi penyaji tidak akan terganggu dengan
tuturannya. Terlihat jika penutur menggagu mitra tuturnya seperti itu, jelas
hal ini akan membuat muka mitra tuturnya terancam karena mengganggu dan
dapat menyebabkan hilangnya konsentrasi untuk menjelaskan materi, hal itu
juga membuat diskusi terhenti.
Ketika bertutur seharusnya penutur memperhatikan strategi kesantunan
dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur
seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan
kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan
simpati kepada mita tutur. Pada tuturan tersebut, penutur terlihat tidak
memberikan perhatian terhadap mitra tutur yang sedang menjelaskan materi
di depan bahkan tidak memberikan simpati atas apa yang dilakukan mitra
tutur yang telah susah payah mempersiapkan materi dan menjelaskan, penutur
justru dengan santainya meminjam bolpoin ke temannya dengan volume yang
keras dan membuat mitra tutur menghentikan penjelasannya bahkan menjadi
emosi dengan penutur. Hal seperti ini seharusnya tidak terjadi saat diskusi
kelas berlangsung karena akan sangat mengganggu dan membuat diskusi
terhenti.
4.2.2.2 Pelanggaran Maksim Kedermawanan
Tuturan haruslah membuat keuntungan bagi diri sendiri sekecil mungkin
dan membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin atau dapat dikatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
tuturan haruslah memiliki rasa hormat kepada orang lain agar tidak menyakiti
hati lawan tuturnya, begitulah maksud dari maksim kedermawanan (Leech).
Ketika proses komunikasi terjadi, penutur dan mitra tutur dapat menerapkan
atau memaksimalkan maksim ini, dengan begitu diharapkan tuturan akan
menjadi santun dan tidak akan saling menyakiti satu sama lain. Namun, tidak
semua penutur dan mitra tutur mengerti maksim ini baik secara sadar maupun
spontan, akibatnya sering dijumpai pelanggaran terhadap pandangan Leech
ini. Proses komunikasi yang terjadi di lingkup percakapan sehari-hari akan
terkesan wajar jika banyak pelanggaran terhadap maksim ini namun, di
lingkup formal ternyata juga dijumpai pelanggaran terhadap maksim ini,
seperti halnya yang ditemukan peneliti di dalam proses pembelajaran diskusi
kelas berikut ini:
34) Peserta Diskusi : Hahahaha galau
Penyaji : Ya itu ya, sudah ketawanya ?!! Yang
selanjutnya yang kesembilan memiliki riwayat keluarga bunuh diri.
Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur
berada dalam sebuah diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan
dari penutur (penyaji) terhadap tuturan yang diucapkan oleh
mitratutur (peserta diskusi).
35) Penyaji : Baik saya akan menjawab pertanyaan dari puput,
begini menurut kelompok kami itu hal yang luar biasa ya, itu hal
yang sangat konyol, karena mereka melakukan tindakan melawan
norma-norma yang sudah ditetapkan, misalnya orang tuanya bunuh
diri terus apa yang dilakukan anak-anaknya ? jadi itu hal yang
menyimpang menurut kelompok kami. Apakah ada tanggapan ?
Peserta Diskusi 1: Dong ra ? dong ra ? ra dong hahaha
Peserta Diskusi 2: Ojo koyo ngono to ! yaya mengerti
Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam diskusi kelas
dalam sesi tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari mitra
tutur (peserta diskusi 1) terhadap pertanyaan yang sebenarnya
ditujukan kepada mitra tutur (peserta diskusi 2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
36) Penyaji : Maksudnya ?
Peserta diskusi : Jangan dipotong, ini belum selesai ! Jadi
apakah jika dilakukan euphanasia itu tidak melanggar moral hidup
? kan jika hidup memberatkan tapi jika dilakukan menghilangkan
nyawa dan itu melanggar perintah Allah.
Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur
berada dalam sebuah diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan
dari penutur (penyaji) ketika mitra tutur meminta penegasan
terhadap penjelasan dari penutur (penyaji).
Data tuturan (34) dituturkan oleh seorang penyaji ketika penyaji sedang
menjelaskan materi diskusi kelas mata kuliah teologi moral kelas Q. Tuturan
tersebut mengandung bentuk tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang
menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur
(penyaji) mengutarakan sikapnya terkait tuturan yang diucapkan oleh mitra
tutur (peserta diskusi) kepadanya, tuturan itu dirasa mengejeknya dan
langsung ditanggapi dengan tuturan yang kurang enak didengar bagi mitra
tutur (peserta diskusi).
Data tuturan (34) dianggap tidak santun karena melanggar prinsip
kesantunan Leech (1993: 210) yakni maksim kedermawanan, dimana tuturan
seharusnya membuat kerugian bagi diri sendiri sebesar mungkin. Tuturan
yang dianggap tidak santun itu terlihat dalam tuturan “ ya itu ya, sudah
ketawanya ?!!” yang kurang enak didengar dan mempunyai kesan marah
karena dengan notasi yang tinggi. Kesan itu yang menyebabkan penutur
melanggar maksim kedermawanan. Sebenarnya diksi yang digunakan adalah
diksi santun akan tetapi dalam pengucapannya disertai notasi yang tinggi,
kesan penutur memarahi mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Hal itu jelas telah meminimalkan rasa hormat kepada orang lain dan
merugikan mitra tutur (peserta diskusi) karena menimbulkan rasa tidak
menyenangkan, sehingga melanggar maksim kedermawanan dan dapat
dikatakan tidak santun. Penutur seharusnya bisa menjaga emosi dan
menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan Pranowo (2012: 104),
misalnya dengan kata “maaf” dan dengan notasi yang rendah agar terasa lebih
santun.
Penutur bisa menjatuhkan muka mitra tuturnya dengan tuturan yang
seperti itu, seharusnya penutur bisa memaksimalkan strategi kesantunan dari
Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur seharusnya
dapat menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan
positif yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada
mita tutur. Penutur terlihat tidak memberikan perhatian terhadap mitra tutur
yang sebenarnya hanya ingin mencairkan suasana dengan mengulang kata
yang diucapkan penutur yakni “galau” karena kata tersebut dirasa lucu dan
jarang terdengar ketika diskusi.
Penutur boleh tidak suka dengan apa yang dikatakan mitra tutur, tetapi
harus memperhatikan kesantunan misalnya dengan nada yang tidak sekeras
itu dan lebih baik lagi bila disertai diksi yang mencerminkan kesantunan
Pranowo (2012: 104), misalnya “maaf” atau “tolong” yang akan membuat
tuturannya terasa lebih santun dan tidak akan mengancam muka mitra
tuturnya. Melihat tanggapan yang diberikan penutur, bisa saja mitra tutur
menjadi tersinggung dan enggan memberikan perhatian kepada penutur saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
menjelaskan materi karena sudah tidak suka dengan sikap penutur dan hal
seperti itu bisa mengganggu jalannya diskusi karena adanya ketidaksenangan
dan kurangnya solidaritas.
Selanjutnya data tuturan (35) dituturkan oleh seorang peserta diskusi
ketika sesi tanya jawab dalam mata kuliah teologi moral kelas P. Tuturan
tersebut mengandung bentuk tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang
menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur
(peserta diskusi 1) mengutarakan sikapnya terkait tuturan yang dilontarkan
oleh penyaji untuk peserta diskusi 2. Tuturan tersebut dimaksudkan untuk
mengejek mitra tutur (peserta diskusi 2) yang dapat dilihat dalam tuturan
“dong ra ? dong ra ? ra dong hahaha” dan bagi mitra tutur (peserta diskusi
2) tuturan itu menimbulkan rasa tidak senang dan langsung ditanggapinya
dengan tuturan “ojo koyo ngono to, yaya mengerti” dengan notasi keras yang
menandakan bahwa mitra tutur tidak suka dengan tuturan penutur bahkan bisa
menimbulkan emosi.
Data tuturan (35) dianggap tidak santun karena melanggar prinsip
kesantunan Leech (1993: 210) yakni maksim kedermawanan, dimana tuturan
seharusnya dapat memaksimalkan rasa hormat kepada orang lain. Tuturan
tersebut justru dapat mengakibatkan perasaan negatif bagi mitra tutur (peserta
diskusi 2) yakni membuat tersinggung dan menjatuhkan muka mitra tutur, hal
itu dibuktikan dengan respon dari mitra tutur (peserta diskusi 2) yang
mengatakan “ojo koyo ngono to, yaya mengerti” yang berarti jangan seperti
itu, saya itu mengerti. Hal ini mencerminkan bahwa mitra tutur (peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
diskusi 2) tidak senang dengan tuturan penutur (peserta diskusi 1) dan merasa
diremehkan karena dianggap tidak mengerti dengan jawaban akan
pertanyaannya, dengan tuturan seperti itu secara tidak langsung dapat
merendahkan dan tidak menghormati mitra tutur (peserta diskusi 2) karena
selain mengejek, tuturan tersebut juga menggunakan bahasa daerah dan
dilingkup formal itu kurang tepat, sehingga tuturan tersebut semakin tidak
santun.
Cara bertutur dalam data tuturan (35) juga berlawanan dengan strategi
kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana
penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tuturnya dengan
menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian,
persetujuan dan simpati kepada mita tutur, akan tetapi dalam tuturan tersebut
penutur justru merendahkan mitra tutur sehingga mengancam muka mitra
tutur karena dianggap tidak mengerti dengan jawaban yang diberikan
penyaji. Penutur jelas akan membuat mitra tuturnya kehilangan muka di
hadapan dosen dan para peserta diskusi yang lain dengan tuturan yang
seperti itu. Penutur seharusnya tidak bertutur seperti itu, karena mitra tutur
sudah bertanya kepada penyaji itu artinya sudah ada usaha dari mitra tutur
untuk menanyakan hal yang belum diketahuinya bahkan belum tentu
penutur tahu dengan jawaban yang diberikan.
Data tuturan (36) dituturkan oleh seorang penyaji ketika diskusi
memasuki sesi tanya jawab pada mata kuliah teori sastra kelas B. Tuturan
tersebut mengandung tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur
(penyaji) mengutarakan sikapnya terkait tuturan yang diucapkan oleh mitra
tutur (peserta diskusi) yang memotong penjelasannya. Ketika
mengungkapkannya, penutur (penyaji) menggunakan notasi yang tinggi dan
kurang enak didengar, dengan begitu data tuturan (36) dianggap tidak santun
karena melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 210) yakni maksim
kedermawanan, dimana tuturan seharusnya dapat memaksimalkan rasa
hormat kepada orang lain.
Tuturan yang dianggap tidak santun itu terlihat dalam tuturan “jangan
dipotong, ini belum selesai !!”, yang kurang enak didengar dan mempunyai
kesan marah karena dengan notasi yang tinggi. Kesan itu yang menyebabkan
penutur melanggar maksim kedermawanan karena jelas tidak menghormati
mitra tutur (peserta diskusi). Sebenarnya diksi yang digunakan adalah diksi
santun akan tetapi dalam pengucapannya disertai notasi yang tinggi, kesan
penutur memarahi mitra tutur. Hal itu jelas telah meminimalkan rasa hormat
kepada orang lain, sehingga melanggar maksim kedermawanan dan dapat
dikatakan tidak santun. Penutur seharusnya bisa menjaga emosi dan
menggunakan diksi yang lebih halus, misalnya dengan kata “maaf atau
“tolong” agar terasa lebih santun dan proses diskusi dapat berjalan dengan
lebih kondusif.
Cara bertutur dalam data tuturan (36) juga berlawanan dengan strategi
kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana
penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tuturnya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian,
persetujuan dan simpati kepada mita tutur, akan tetapi dalam tuturan tersebut
penutur justru mempunyai kesan memarahi mitra tutur yang ingin meminta
kejelasan akan jawabannya sehingga mengancam muka mitra tutur. Penutur
tentu akan memberikan kesan yang buruk bagi mitra tutur dengan tuturan
seperti itu dan bisa mengakibatkan mitra tuturnya bahkan peserta diskusi
yang lain tidak akan kembali bertanya karena terkesan tidak dihormati.
Sebenarnya penutur bisa saja mengatakan itu tetapi bisa lebih halus dan
didahului dengan diksi yang mencerminkan kesantunan dan tetap menjaga
muka positif mitra tutur agar proses komunikasi berjalan kondusif.
4.2.2.3 Pelanggaran Maksim Pujian
Tuturan harusnya tidak berisi kecaman atau hal-hal yang tidak
menyenangkan bagi orang lain tetapi berisi pujian. Pujian merupakan salah
satu indikator sebuah tuturan dapat dikatakan santun dan termasuk salah satu
maksim yang digagas oleh Leech, jika dalam proses komunikasi antara
penutur dan mitra tutur menerapkan maksim ini tuturan akan menjadi santun
dan tidak akan menyakiti orang lain. Namun, tidak semua penutur dan mitra
tutur mau mamatuhi maksim ini, karena kebanyakan orang mempunyai sifat
iri hati atau dengki dengan keberhasilan atau kelebihan orang lain, akibatnya
masih dijumpai pelanggaran terhadap maksim ini.
Ketika percakapan sehari-hari, terkesan wajar jika banyak pelanggaran
terhadap maksim ini karena bersifat non formal, akan tetapi di lingkup formal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
ternyata juga dijumpai pelanggaran terhadap maksim ini, seperti halnya yang
ditemukan peneliti di dalam proses pembelajaran diskusi kelas berikut ini:
43) Penyaji : Ya silahkan mbak kalau mau bertanya
Peserta diskusi : Terimakasih atas kesempatannya. Oke
terimakasih atas presentasi yang sangat singkat dan
membingungkan ini, kalian disini justru menjelaskan mengenai
anak bukan keseluruhan keluarga, sementara judulnya kan
keluarga, itu gimana ? makasih
Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan
mitra tutur berada dalam diskusi kelas dalam sesi tanya jawab.
Tuturan merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi)
terhadap presentasi yang telah dilakukan oleh kelompok penyaji.
44) Penyaji : Ya siapa yang mau bertanya ? ohh ya mas
silahkan pertanyaannya.
Peserta Diskusi: Jadi begini, sejujurnya saya gak paham dengan
presentasi dari kelompok ini, antara judul dan pembahasan
tidak sesuai. Judulnya kan peranan keluarga, nah yang di jelaskan
kelompok justru peran anak, anak dan anak.
Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan adalah
tanggapan dari penutur yang ditujukan kepada kelompok penyaji
ketika akan memulai sesi tanya jawab.
Data tuturan (43) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika
memasuki sesi tanya jawab dalam mata kuliah teologi moral kelas P. Tuturan
tersebut merupakan bentuk tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang
menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur
menyatakan bahwa presentasi dari kelompok penyaji sangatlah singkat dan
membingungkan. Hal ini tentunya melanggar kesantunan berbahasa, karena
dirasa mencaci dan membuat perasaan tidak senang bagi mitra tutur
(kolompok penyaji). Tuturan “Oke terimakasih atas presentasi yang sangat
singkat dan membingungkan ini” terasa kurang santun, walaupun disitu
penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
“terimakasih” akan tetapi terasa kurang santun karena bermaksud
menyinggung mitra tutur (kelompok penyaji).
Penutur telah melanggar maksim Leech (1993: 212) dalam
menyampaikan pesannya khususnya maksim pujian, yakni tuturan seharusnya
meminimalkan kecaman terhadap orang lain, akan tetapi penutur dengan jelas
mengatakan kekurangan dari mitra tutur (kelompok penyaji). Sebenarnya
tuturan tersebut tidak salah, tetapi karena isi tuturannya cenderung
menjelekkan atau memojokkan kelompok penutur (peserta diskusi) maka
tuturan tersebut menjadi tidak santun, hal itu bisa berakibat buruk bagi
penutur (peserta diskusi) karena akan menimbulkan keraguan bagi mitra tutur
(kelompok penyaji) yang lain, selain itu juga bisa membuat tersinggung dan
bisa mengacaukan jalannya diskusi. Tuturan yang seperti itu, jelas
menjatuhkan muka mitra tutur (kelompok penyaji) di depan dosen dan peserta
diskusi yang lain.
Memang tidak ada yang menyalahkan apabila di dalam sebuah diskusi
ada ketidak setujuan, akan tetapi seharusnya penutur tidak mengatakannya
secara terang-terangan seperti itu karena mungkin bagi peserta diskusi yang
lain akan berbeda pendapat dengannya. Tuturan tersebut memperlihatkan
bahwa penutur tidak berusaha menjaga muka positif mitra tuturnya dan jelas
bertentangan dengan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam
Chaer (2010: 53-55) yang telah memberi strategi kesantunan, salah satunya
dengan menggunakan kesantunan positif yakni menghindari ketidaksetujuan
dengan pura-pura setuju, jika penutur menggunakan strategi kesantunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
tersebut pasti tuturannya dapat menjaga muka positif mitra tutur (kelompok
penyaji) dan tidak menimbulkan pertentangan, dengan begitu proses diskusi
akan jauh lebih baik karena adanya rasa saling mengerti dan menghormati.
Data tuturan (44) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika
memulai sesi tanya jawab dalam mata kuliah teologi moral kelas P. Tuturan
tersebut merupakan bentuk tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang
menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur
(peserta diskusi) menyatakan bahwa dirinya tidak mengerti dengan
penjelasan dari kelompok penyaji, menurutnya antara judul dan pembahasan
tidak sesuai.
Ketika menyampaikan pendapatnya, tuturan dari penutur (peserta
diskusi) terasa kurang santun karena cenderung memojokkan kelompok
penyaji, terlihat dalam tuturan “sejujurnya saya gak paham dengan
presentasi dari kelompok ini, antara judul dan pembahasan tidak sesuai”.
Tuturan tersebut bisa diartikan memojokkan atau menjelekkan kelompok
penyaji dan hal ini melanggar maksim Leech (1993: 212) maksim pujian,
yakni tuturan seharusnya meminimalkan kecaman terhadap orang lain, akan
tetapi penutur (peserta diskusi) secara terang-terangan menyebut
pembahasannya tidak sesuai dan tuturan yang seperti itu jelas akan
menjatuhkan muka mitra tuturnya, padahal penjelasan dari mitra tutur belum
tentu tidak sesuai karena antara penutur (peserta diskusi) dengan peserta
diskusi lain pastilah berbeda pendapat dan mungkin ada peserta diskusi yang
paham. Tuturan yang diungkapkan penutur (peserta diskusi) ini tentu akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
memberikan efek buruk bagi kelompok penyaji dan hal ini membuat tuturan
tersebut tidak santun.
Cara bertutur dalam tuturan tersebut juga tidak mencerminkan
penggunaan strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010:
53-55). Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif mitra tutur dengan
menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan
dan simpati. Namun, tuturan penutur tersebut justru tidak menghargai apa
yang telah dilakukan mitra tuturnya yakni menyajikan materi padahal
mitra tutur telah berusaha sebaik mungkin untuk menjelaskannya.
Penutur justru menjatuhkan muka positif mitra tuturnya dimana muka
positif yaitu keinginan setiap orang untuk dihargai hal-hal yang
dilakukannya. Pada tuturan, penutur tidak menjaga muka positif mitra
tuturnya justru menjatuhkanya di depan dosen dan peserta diskusi yang lain,
dengan begitu penutur akan memberikan efek negatif dan kerugian bagi
mitra tutur yakni menimbulkan keraguan bagi peserta diskusi lain dan dapat
membuat dosen menilai buruk terhadap mitar tutur.
Apabila hal seperti ini terus terjadi, bukan tidak mungkin akan
menimbulkan pertentangan dan mengganggu proses jalannya diskusi dimana
sebenarnya dalam diskusi harus ada saling mengerti dan tidak saling
menjatuhkan seperti halnya debat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
4.2.2.4 Pelanggaran Maksim Kerendahan Hati
Maksim kerendahan hati menuntut kesediaan penutur untuk
meminimalkan pujian terhadap diri sendiri dan kecamlah diri sendiri
sebanyak mungkin. Pelaku yang dapat menaati maksim ini akan dianggap
sebagai pribadi yang rendah hati dan tidak sombong. Komunikasi haruslah
dapat memaksimalkan maksim ini agar tidak dinilai sombong dan disukai
banyak orang, jika dalam tuturan sehari-hari dapat memaksimalkan maksim
ini maka proses komunikasi dapat menjadi santun dan terhindar dari sifat
antipati.
Ketika bertutur, seseorang haruslah suka merendah atau mengecam dari
pada memuji diri sendiri dengan begitu maka pandangan orang lain akan
baik. Tentulah sulit untuk merendah bahkan mengecam diri kita sendiri,
apalagi jika kita mendapatkan suatu prestasi atau keberhasilan. Sebagai
manusia tentulah seseorang ingin terlihat lebih baik daripada yang lain dan
hal tersebut dapat dinilai sombong oleh orang lain. Ketika percakapan sehari-
hari tentulah jarang ditemukan seseorang yang bertutur dengan mengecam
atau merendahkan diri sendiri kecuali untuk mereka yang mempunyai jabatan
tinggi baik dalam lingkup formal maupun non formal, dalam lingkup formal
misalnya pelanggaran terhadap maksim ini dapat dilihat dalam proses
pembelajaran diskusi kelas seperti di bawah ini:
54) Penyaji : Apakah ada yang masih mau bertanya ? ngak ada
ya ? woow bagus berarti presentasi dari kelompok kami ya.
Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam suatu diskusi
kelas. Tuturan merupakan pernyataan dari penutur (penyaji)
kepada seluruh mitra tutur (peserta diskusi) mengenai presentasi
yang sudah dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
55) Penyaji : Sebentar jawaban dari mas ato masih kami cari
Peserta diskusi: Pertanyaan saya bagus jadi sulit ditemukan
jawabannya Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam suatu diskusi
kelas. Tuturan merupakan tanggapan penutur (peserta diskusi)
terhadap pernyataan yang diutarakan mitra tutur (penyaji).
Data tuturan (54) dituturkan oleh seorang penyaji ketika akan membuka
sesi tanya jawab dalam mata kuliah fonologi kelas B. Tuturan tersebut
mengandung tindak tutur ekspresif yakni bentuk tindak tutur yang
menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur
menyatakan bahwa presentasi dari kelompoknya bagus setelah melihat tidak
ada peserta diskusi yang bertanya lagi. Tuturan semacam itu dianggap tidak
santun karena melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 214) yaitu maksim
kerendahan hati, dimana tuturan seharusnya memuji diri sendiri sedikit
mungkin, terlihat dalam tuturan “woow bagus berarti presentasi dari
kelompok kami ya”, tuturan tersebut sebenarnya tidak salah tetapi karena
tuturan tersebut memuji kelompok penutur (penyaji) itu sendiri jadi tuturan
tersebut menjadi kurang santun, seharusnya tuturan itu tidak memuji diri
sendiri melainkan memuji mitra tutur agar tuturan menjadi lebih santun.
Tuturan yang seperti itu dapat menimbulkan kesan sombong dari para
peserta diskusi. Presentasi dari kelompoknya sebenarnya belum tentu bagus,
hanya karena tidak ada yang bertanya jadi dikatakan bagus oleh penutur
sendiri, bahkan tidak ada yang bertanya mungkin karena penjelasan dari
kelompok penyaji yang tidak jelas jadi peserta diskusi bingung mau bertanya
apa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Cara bertutur yang seperti itu, justru akan menjatuhkan muka penutur itu
sendiri karena penutur terkesan sombong, dan sifat sombong itu akan
memberikan kesan negatif bagi penutur itu sendiri, seharusnya penutur dapat
menyelamatkan mukanya sendiri dihadapan dosen dan peserta diskusi yang
lain dengan strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-
55). Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif dirinya sendiri dengan
menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan
dan simpati. Tuturan yang demikian justru akan menjatuhkan muka positifnya
sendiri karena bersikap sombong, seharusnya penutur lebih memperhatikan
mitra tuturnya dan berfikir mengapa tidak ada yang bertanya atau mungkin
apa yang dijelaskannya kurang dapat dipahami sehingga tidak ada yang
bertanya bukannya malah dengan bangga mengakui presentasinya sendiri
bagus seperti itu.
Penutur seharusnya dapat memberikan perhatian juga mencari
persetujuan dan simpati mitra tuturnya misalnya penutur bisa bertanya apakah
presentasinya sudah dimengerti atau belum, dengan begitu pasti ada beberapa
mitra tutur yang akan menjawab dan proses diskusi pun tidak terhenti.
Beberapa hal tersebut memperlihatkan bahwa tuturan dari penutur itu tidak
sejalan dengan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer
(2010: 53-55), selain itu juga melanggar maksim kerendahan hati karena
berlaku sombong dan jelas tuturan tersebut dapat dikategorikan tidak santun
dan dapat menimbulkan pertentangan dalam diskusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Data tuturan (55) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika diskusi
memasuki sesi tanya jawab dalam mata kuliah fonologi kelas B. Tuturan
tersebut merupakan tindak tutur ekspresif yakni bentuk tindak tutur yang
menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur
mengatakan bahwa pertanyaan yang dia ajukan sangatlah bagus sehingga sulit
ditemukan jawabannya oleh mitra tutur (penyaji). Tuturan seperti itu,
dipandang sebagai tuturan yang kurang santun karena penutur cenderung
memuji dirinya sendiri.
Hal ini jelas melanggar maksim kerendahan hati Leech (1993: 214)
yakni tuturan seharusnya memuji diri sendiri sedikit mungkin, terlihat dalam
tuturan “Pertanyaan saya bagus jadi sulit ditemukan jawabannya”, dalam
tuturan tersebut penutur (peserta diskusi) merasa pertanyaan yang dia ajukan
itu bagus dan secara terang-terangan mengatakannya, dengan begitu bisa
menimbulkan rasa tidak senang dari para peserta diskusi lain bahkan dinilai
sombong. Mitra tutur (penyaji) bisa saja memang kesulitan menjawab
pertanyaan tersebut tapi alangkah lebih baik jika penutur (peserta diskusi)
tidak menanggapinya secara berlebihan, karena dengan begitu kesannya
menjadi tidak santun.
Cara bertutur dalam tuturan tersebut juga mencerminkan bahwa penutur
tidak menggunakan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam
Chaer (2010: 53-55). Entah secara sadar atau tidak, dengan tuturan yang
seperti itu penutur justru menjatuhkan mukanya sendiri dihadapan dosen
maupun peserta diskusi yang lain, karena mereka beranggapan bahwa penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
itu sombong tidak hebat seperti yang dikatakannya sendiri. Citra diri penutur
dihadapan mitra tuturnya akan tercoreng karena sifat sombong tidak
disenangi banyak orang.
Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif dirinya sendiri dengan
menggunakan kesantunan positif yakni melebihkan perhatian, persetujuan
dan simpati. Tuturan yang demikian memperlihatkan bahwa penutur tidak
memberikan simpati kepada penyaji yang sedang berusaha mencari
jawabannya dan mengusahakan persetujuan dengan penyaji agar tidak terjadi
pertentangan. Lebih baik merendahkan diri daripada menyombongkan diri
apalagi hal ini di dalam lingkup formal diskusi jadi sikap seperti itu bisa
membuat diskusi kacau karena dalam diskusi seharusnya ada rasa saling
mengerti dan simpati agar terjadi kesepakatan bersama.
4.2.2.5 Pelanggaran Maksim Kesepakatan
Maksim kesepakatan adalah maksim yang menuntut penutur untuk
sebanyak mungkin bersepakat dengan mitra tutur dan mengurani
ketaksepakatan. Seseorang yang dapat menaati maksim ini dapat dipandang
sebagai orang yang santun dan selalu memperhatikan topik pembicaraan,
sebaliknya jika melanggar maksim ini bisa menimbulkan konflik bahkan
keributan.
Komunikasi yang terjadi antara penutur dan mitra tutur tentunya ingin
berjalan dengan baik dan harmonis, akan tetapi pada kenyataannya kadang
antara penutur dan mitra tutur mempunyai pendapat atau argumen yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
berbeda dan tidak mau mengalah, alangkah baiknya jika dapat saling berpikir
jernih dan mencari titik tengahnya agar menemukan suatu kesepakatan.
Tentulah dengan hal tersebut proses komunikasi akan berjalan dengan lebih
baik dan tidak menimbulkan konflik, dalam tuturan sehari-hari misalnya
seperti yang ditemukan peneliti dalam diskusi kelas seperti di bawah ini :
58) Penyaji : Apa ada tanggapan ?
Peserta diskusi : Ya saya tidak setuju bila jihad adalah
jalan hidup, kebanyakan dari orang yang berjihad itu karena
dicuci otaknya oleh seseorang, jadi saya tidak sependapat,
bagaimana menurut kelompok ?
Konteks: penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan adalah
sanggahan dari penutur (peserta diskusi) terhadap jawaban dari
mitra tutur (penyaji).
59) Penyaji : Jadi seperti itu perbedaan antara novelet dan
cerpen menurut saya, bagaimana mbak ?
Peserta diskusi : Saya tidak setuju, jika seperti itu maka
perbedaan novelet dan cerpen itu apa ? coba jelaskan dengan
lebih detail ! Konteks: penutur adalah peserta diskusi. Tuturan adalah
sanggahan dari penutur (peserta diskusi) terhadap penjelasan dari
mitra tutur (penyaji).
Data tuturan (58) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika diskusi
memasuki sesi tanya jawab dalam mata kuliah teologi moral kelas Q. Tuturan
tersebut merupakan bentuk tindak tutur asertif yakni mengandung ujaran yang
lazim digunakan untuk menyatakan kebenaran tuturan yang diujarkan.
Penutur (peserta diskusi) menyatakan bahwa jawaban dari mitra tutur
(penyaji) tidak sesuai dengan apa yang ditanyakan dan meminta kejelasan.
Data tuturan (58) dipandang sebagai bentuk tuturan yang tidak santun
karena meminimalkan kesepakatan antara penutur dengan mitra tutur. Hal
tersebut menjelaskan bahwa antar manusia mempunyai pengetahuan sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
pendapatnya berbeda dan dapat menimbulkan perdebatan padahal dalam
diskusi seharusnya ada sikap saling mengalah untuk menemukan solusi atau
jawaban. Penutur melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 217) khususnya
maksim kesepakatan yakni usahakan kesepakatan diri dan orang lain
sebanyak mungkin, yang terlihat dari tuturan “saya tidak setuju bila jihad
adalah jalan hidup, kebanyakan dari orang yang berjihad itu karena dicuci
otaknya oleh seseorang, jadi saya tidak sependapat”, alangkah lebih baik
jika penutur mengawalinya dengan diksi yang mencerminkan kesantunan
Pranowo (2012: 104) seperti “maaf” atau dengan nada yang enak didengar,
mungkin tuturan tersebut akan terasa lebih santun dan bagi mitra tutur
(penyaji) lebih enak didengar sehingga dapat megusahakan kesepakatan
antara dua belah pihak sehingga tidak terjadi pertentangan.
Cara bertutur yang seperti itu tentunya memperlihatkan bahwa penutur
telah mengancam muka mitra tuturnya karena mengatakan ketidaksetujuan
secara langsung dan jelas bertentangan dengan strategi kesantunan yang
diusulkan oleh Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), mengenai
strategi menjaga muka positif mitra tuturnya.
Penutur seharusnya bisa menjaga muka positif mitra tuturnya dengan
menggunakan kesantunan positif yakni menghindari ketidaksetujuan dengan
pura-pura setuju jadi penutur boleh saja tidak sependapat akan tetapi tidak
secara terang-terangan mengatakan hal tersebut, misalnya saja dengan
mengatakan ”terimakasih atas jawabannya, saya mengaerti, tetapi saya
masih kurang sependapat, apakah kelompok bisa menjelaskannya lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
mengenai jihad ? atau mungkin ada anggota kelompok yang lain yang mau
menambahkan?” dengan tuturan seperti itu, penutur bisa mengungkapkan
ketidaksetujuannya dan juga tetap menjaga muka positif mitra tuturnya dan
terasa lebih santun. Namun, dengan tuturan pada data (58) penutur dengan
jelas menyatakan ketidaksetujuannya dan menandakan bahwa penutur tidak
mengusahakan kesepakatan dengan mitra tutur sehingga dapat terjadi
pertentangan yang dapat mengganggu jalannya proses diskusi.
Data tuturan (59) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika diskusi
memasuki sesi tanya jawab dalam mata kuliah teori sastra kelas B. Tuturan
tersebut merupakan bentuk tindak tutur asertif yakni mengandung ujaran yang
lazim digunakan untuk menyatakan kebenaran tuturan yang diujarkan.
Penutur (peserta diskusi) menyatakan bahwa jawaban dari mitra tutur
(penyaji) tidak jelas berdasarkan kebenaran dari penutur ketika sesi tanya
jawab.
Data tuturan (59) melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 217)
khususnya maksim kesepakatan, yakni mengusahakan kesepakatan diri dan
orang lain sebanyak mungkin, namun tuturan dari penutur (peserta diskusi)
justru sebaliknya, terlihat dalam tuturan “saya tidak setuju, jika seperti itu
maka perbedaan novelet dan cerpen itu apa ? coba jelaskan dengan lebih
detail !”, dalam tuturan tersebut penutur menggunakan notasi tinggi dan
kurang enak didengar, bahkan seakan membentak mitra tutur (penyaji)
sehingga dapat menimbulkan efek negatif bagi mitra tutur (penyaji) yakni
rasa tertekan dan mengancam muka mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Penutur mengancam keselamatan muka mitra tutur berarti penutur telah
melanggar strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010:
53-55), dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tutur
dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian,
persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Tuturan yang demikian,
memperlihatkan bahwa penutur tidak berusaha mengusahakan persetujuan
dengan mitra tutur bahkan tidak memberikan simpati terhadap mitra tutur
yang sudah berusaha menjawab pertanyaan dengan sebaik mungkin. Penutur
memang boleh berbeda pendapat dalam sebuah diskusi kelas, akan tetapi
tetap harus menghargai pendapat orang lain dan dapat menerimanya, apabila
tidak setuju haruslah disampaikan dengan tuturan yang lebih santun agar
tidak terjadi pertentangan, bagaimanapun diskusi adalah wadah untuk
bertukar pikiran agar mencapai suatu kesepakatan bersama.
Penutur boleh saja tidak sependapat dengan mitra tutur, tetapi dalam
mengungkapkannya perlu diperbaiki lagi dalam memilih diksi dan notasi
karena bisa jadi mitra tutur akan sakit hati atau tertekan dengan tuturan yang
seperti itu dan akan dipandang tidak santun oleh mitra tutur yang lain terlebih
bagi muka mitra tuturnya.
4.2.2.6 Pelanggaran Maksim Kesimpatisan
Simpati dapat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang merasakan
perasaan (senang,susah dsb) orang lain. Seseorang yang dapat bersimpati
terhadap orang lain dipandang sebagai seseorang yang dapat memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
perasaan orang lain. Rasa simpatik juga harus diperhatikan ketika proses
komunikasi berlangsung agar proses komunikasi antara penutur dan mitra
tutur dapat berjalan dengan lancar dan terasa santun. Leech mempunyai
gagasan agar bertutur santun dengan memperhatikan rasa simpatik seseorang
yakni maksim kesimpatisan. Maksim ini diungkapkan dengan tuturan asertif
dan ekspresif, dalam maksim ini penutur diharapkan dapat mengurangi rasa
antipati antara diri dan orang lain dan meningkatkan rasa simpati sebanyak
mungkin. Melihat hal tersebut diharapkan dalam bertutur baik penutur
maupun mitra tutur saling memahami perasaan satu sama lain sehingga
tuturan menjadi santun.
Maksim kesimpatisan mengharuskan penutur dan mitratutur untuk
memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati di antara
mereka. Maksim ini diperlukan untuk mengungkapkan suatu kesantunan
karena setiap orang perlu bersimpati terhadap prestasi atau musibah yang
melanda orang lain. Kenyataanya orang sulit untuk memperlihatkan rasa
simpati terhadap prestasi atau musibah orang lain, padahal sikap simpati
dapat menjadi indikator bahwa seseorang memiliki sikap santun terhadap
mitra tutur. Rasa simpati perlu di terapkan dalam proses komunikasi sehari-
hari agar komunikasi dapat berjalan dengan lebih baik dan sebagai makhluk
sosial seseorang haruslah peduli terhadap sesamanya, akan tetapi pelanggaran
terhadap maksim ini masih sering dijumpai baik di lingkup formal maupun
non formal. Dalam lingkup formal pelanggaran terhadap maksim ini masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
sering dijumpai, salah satunya dalam proses pembelajaran diskusi kelas
seperti di bawah ini:
63) Peserta Diskusi : Hahaha, eaa, eaa, itunya di klik, eaaa
Penyaji : Nahh, ininya gak mau
Peserta Diskusi : Aaa ininya gak mau (menirukan)
Penyaji : Sebentar sebentar
Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam sebuah diskusi
kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari peserta diskusi (mitra
tutur) saat media powerpoint mengalami gangguan tidak dapat di
klik (di tekan tombol next).
64) Penyaji : Ya selanjutnya adalah alur, alur adalah rang....
rang... (diam)
Peserta Diskusi: Hasyah hasyah hyaaa hyaaaa
Penyaji : Rangkaian, iya rangkaian jalan cerita dan disusun
berdasarkan ururtan waktu.
Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam sebuah diskusi
kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari mitra tutur (peserta
diskusi) ketika penutur (penyaji) lupa dalam menjelaskan materi.
65) Penyaji 1 : Ya selamat siang teman-teman, ya kami dari
kelompok 6 akan mempresentasikan tentang unsur-unsur ekstrinsik
drama, sebelumnya kami ingin perkenalan dulu dari yang paling
kanan
Penyaji 2 : Oke yang pertama saya akan menjelaskan tentang
Peserta Diskusi: Hahahahahhahaha perkenalan perkenalan
Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam sebuah diskusi
kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari mitra tutur (peserta
diskusi) atas kekeliruan yang dilakukan oleh penutur (penyaji)
ketika akan memulai jalannya diskusi kelas.
66) Penyaji : Lalu apa sih hubungan antara bunuh diri dengan
moral hidup ? ini sebelumnya moral, moral itu apa ? moral sendiri
berasal dari bahasa latin yakni moremm, eh morest .....
Peserta Diskusi : Hahaha morem opo morest ? hahahaha
Konteks: Penutur dan mitra tutur berada dalam sebuah diskusi
kelas. Tuturan merupakan tanggapan dari mitra tutur (peserta
diskusi) atas kesalahan yang dilakukan oleh salah sorang penyaji
ketika menyebutkan istilah latin.
Data tuturan (63) dituturkan oleh beberapa peserta diskusi ketika diskusi
akan dimulai oleh kelompok penyaji dalam mata kuliah retorika kelas A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Tuturan tersebut merupakan bentuk tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur
yang menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur
(peserta diskusi) mengutarakan sikapnya ketika mengetahui mitra tutur
(penyaji) mengalami kesusahan ketika mempersiapkan presentasi dengan
mengucapkan “Hahaha, eaa, eaa, itunya di klik, eaaa” yang dapat diartikan
mengejek mitra tutur (penyaji) tersebut dan hal itu juga mencerminkan
bahwa penutur (peserta diskusi) tidak mempunyai rasa simpati kepada yang
dialami mitra tutur (penyaji).
Data tuturan (63) dianggap tidak santun karena melanggar prinsip
kesantunan Leech (1993: 219) yakni maksim kesimpatisan, dimana penutur
tidak meningkatkan rasa simpati kepada mitra tutur. Tuturan yang dianggap
kurang santun tercermin dari tuturan “ hahaha, eaa, eaa, itunya di klik,
eaa...”, hal itu akan menimbulkan perasaan negatif kepada penutur (penyaji)
yakni bisa membuat grogi, tidak tenang dan panik yang bisa membuat proses
diskusi menjadi tidak lancar. Tidak hanya itu mitra tutur (peserta diskusi)
juga menirukan perkataan dari penutur “aaa ininya gak mau” dengan nada
mengejek dan justru tidak membantu untuk memperbaiki powerpointnya, hal
itu juga mencerminkan bahwa mitra tutur (peserta diskusi) tidak memberikan
simpati kepada penutur (penyaji) yang sedang mengalami kesusahan dan
denagn cara bertutur seperti itu, penutur telah mengancam muka mitra
tuturnya karena dapat membuat mitra tutur kehilangan fokus dan diskusi bisa
menjadi kacau.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Cara bertutur seperti itu berlawanan dengan strategi kesantunan yang
dikemukakan Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana
penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra tuturnya dengan
menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan perhatian,
persetujuan dan simpati kepada mita tutur, akan tetapi dalam tuturan tersebut
penutur justru mengejek mitra tutur yang sedang mengalami kesusahan
sehingga mengancam muka mitra tutur karena bias dianggap tidak
mempersiapkan presentasi dengan sebaik mungkin oleh dosen maupun
peserta diskusi yang lain. Tuturan yang demikian memperlihatkan bahwa
penutur membuat mitra tuturnya kehilangan muka di hadapan dosen dan
para peserta diskusi yang lain.
Penutur seharusnya tidak bertutur seperti itu, karena mitra tutur sudah
berusaha mempersiapkan materi begitu juga dengan powerpoint untuk
diskusi kelas akan tetapi kesalahan itu sebenarnya adalah kesalahan teknis
dan bisa menimpa siapa saja bahkan tidak disengaja oleh mitra tutur.
Seharusnya penutur dapat menjaga muka mitra tuturnya agar terlihat
santun dan diskusi bisa berjalan dengan lancar misalnya dengan membantu
mitra tutur bukan malah mengejeknya. Bercanda atau bergurau memang
tidak disalahkan akan tetapi harus melihat kontek situasi yang tepat jika
tidak, bisa terjadi seperti tuturan di atas yakni mengancam muka mitra
tuturnya.
Data tuturan (64) dituturkan oleh beberapa peserta diskusi ketika penyaji
sedang menjelaskan materi diskusi dalam mata kuliah teori sastra kelas A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Tuturan tersebut mengandung tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang
menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur
(peserta diskusi) menyatakan sikapnya ketika mengetahui penutur (penyaji)
lupa akan materi yang akan dijelaskan dengan mengucapkan “hasyah hasyah
hyaaa hyaaa” yang berarti mengejek penutur (penyaji) tersebut dan hal itu
mencerminkan bahwa mitra tutur (peserta diskusi) tidak memberikan simpati
kepada penutur (penyaji) yang melakukan kesalahan.
Hal tersebut jelas melanggar prinsip kesantunan Leech (1993: 219) yakni
maksim kesimpatisan, dimana tuturan seharusnya terdapat rasa simpati
sebanyak-banyaknya dan dapat dikatakan kurang santun. Tuturan yang
dianggap kurang santun itu tercermin dari tuturan “ hasyah hasyah hyaaa
hyaaa”, selain dengan diksi yang tidak santun tuturan tersebut juga akan
menimbulkan perasaan negatif kepada penutur (penyaji) yakni bisa membuat
grogi, tidak tenang, panik dan lupa akan materi yang seharusnya dijelaskan
yang bisa membuat proses diskusi menjadi tidak lancar. Seharusnya ketika
mengetahui mitra tutur (penyaji) membuat kesalahan, penutur (peserta
diskusi) seharusnya membantu jika bisa atau lebih baik diam agar mitra tutur
(penyaji) tenang dan dapat mengingat materinya kembali, namun disini
penutur justru mengejek mitra tutur.
Cara bertutur dalam data tuturan (64) dapat mengancam keselamatan
muka mitra tutur dan penutur telah melanggar strategi kesantunan Brown dan
Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur seharusnya dapat
menjaga muka positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita
tutur. Tuturan yang demikian, memperlihatkan bahwa penutur tidak
memberikan simpati terhadap apa yang dialami mitra tutur. Seharusnya ketika
mitra tutur lupa akan materi yang akan dijelaskan, penutur tidak
mengganggunya karena manusia bisa saja lupa apalagi mengenai materi yang
akan dijelaskan karena harus menghafal banyak materi dan akan lebih baik
jika penutur bisa membantunya mengingat bukannya mengejek seperti
tuturan di atas yang semakin membuatnya grogi dan tidak tenang, dengan
begitu muka mitra tutur bisa jatuh di mata dosen maupun peserta diskusi
karena dianggap tidak menguasai materi dan mengganggu jalannya proses
diskusi.
Data tuturan (65) dituturkan oleh seorang peserta diskusi ketika diskusi
akan dimulai oleh kelompok penyaji dalam mata kuliah teori sastra kelas B.
Tuturan tersebut mengandung tindak tutur ekspresif yakni tindak tutur yang
menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Penutur
(peserta diskusi) menunjukkan sikapnya ketika mengetahui mitra tutur
(penyaji) melakukan kekeliruan kerika akan memulai jalannya diskusi, mitra
tutur (penyaji) langsung menjelaskan materi padahal disuruh anggota yang
lain untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu, melihat hal tersebut penutur
(peserta diskusi) justru menertawakannya sehingga mitra tutur (penyaji)
menjadi malu dan hal ini mengganggu jalannya diskusi kelas.
Data tuturan (65) dianggap tidak santun karena melanggar prinsip
kesantunan Leech (1993: 219) yakni maksim kesimpatisan dimana tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
seharusnya memperbanyak rasa simpati kepada orang lain. Penutur (peserta
diskusi) justru tidak memberikan simpati terhadap kekeliruan yang dilakukan
oleh mitra tutur (penyaji) dan malah menertawakannya. Hal ini menimbulkan
efek negatif bagi mitra tutur (penyaji) yakni menjadi malu bahkan
menundukkan kepala dan hal ini agak menghambat jalannya diskusi karena
penutur sempat diam beberapa saat sampai mitra tutur (peserta diskusi lain)
berhenti tertawa.
Tuturan “hahahahaha” bukanlah tuturan yang salah, tetapi karena
tertawanya cenderung mengejek (apresiasi negatif) dan dengan konteks
situasi yang tidak tepat maka terasa kurang santun karena menertawakan
kekeliruan orang lain di depan banyak orang dan jelas itu dapat menjatuhkan
muka mitra tutur, hal ini mengganggu jalannya diskusi kelas karena menjadi
terhenti, meskipun hanya tertawa namun jika dilihat hal itu bisa mengancam
muka mitra tuturnya karena mengakibatkan rasa malu bahkan sampai
tertunduk. Tertawa bukanlah hal yang salah jika dalam konteks dan situasi
yang tepat misalnya saat bercanda akan tetapi hal ini terjadi di saat diakusi
kelas yang seharusnya meminimalkan bercanda dan lebih serius.
Cara bertutur seperti ini jelas dapat menjatuhkan muka mitra tutur dan
berlawanan dengan strategi kesantunan Brown dan Levinson dalam Chaer
(2010: 53-55), dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka positif mitra
tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesar-besarkan
perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Tuturan yang seperti itu, memperlihatkan bahwa penutur tidak
memberikan simpati terhadap apa yang dialami mitra tutur dan seharusnya
ketika mitra tutur melakukan kesalahan tidak langsung ditertawakan karena
hal terebut akan merugikan mitra tutur. Mitra tutur mungkin kurang fokus
sehingga langsung menjelaskan materi bukannya memperkenalkan diri
terlebih dahulu seperti yang diminta, akan tetapi bukan berarti penutur bisa
menertawakannya karena menjatuhkan muka penutur dimata dosen dan
peserta diskusi yang lain bahakn sampai mitra tutur tertunduk malu dan jelas
hal yang demikian tidak mencerminkan kesantunan atau solidaritas.
Selanjutnya data tuturan (66) dituturkan oleh seorang peserta diskusi
ketika penyaji sedang menjelaskan materi diskusi dalam mata kuliah teologi
moral kelas P. Tuturan tersebut mengandung tindak tutur ekspresif yakni
tindak tutur yang menyatakan sikap psikologis penutur terhadap suatu
keadaan. Penutur (peserta diskusi) mengutarakan sikapnya ketika mengetahui
mitra tutur (penyaji) melakukan kesalahan dengan mengatakan
“hahaha....morem opo morest ?” yang berarti menyindir mitra tutur (penyaji)
tersebut dan hal itu juga mencerminkan bahwa penutur (peserta diskusi)
tidak memberikan simpati kepada mitra tutur (penyaji) yang melakukan
kesalahan.
Data tuturan (66) dianggap tidak santun karena melanggar prinsip
kesantunan Leech (1993: 219) yakni maksim kesimpatisan, dimana tuturan
seharusnya memperbanyak rasa simpati kepada orang lain. Tuturan yang
dianggap kurang santun itu terlihat dari tuturan “ hahaha....morem opo morest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
? haha”, dimana hal itu dapat menimbulkan perasaan negatif kepada mitra
tutur (penyaji) yakni bisa membuat keraguan bagi mitra tutur dan kehilangan
konsentrasi, bahkan bisa tidak tenang dan panik sehingga bisa memancing
emosi yang bisa membuat proses diskusi menjadi tidak lancar dan menjadi
tidak santun.
Cara bertutur dalam tuturan (66) jelas dapat menjatuhkan muka mitra
tutur dan berlawanan dengan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson
dalam Chaer (2010: 53-55), dimana penutur seharusnya dapat menjaga muka
positif mitra tutur dengan menggunakan kesantunan positif yakni membesar-
besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mita tutur. Tuturan yang
demikian, memperlihatkan bahwa penutur tidak memberikan simpati atau pun
perhatian terhadap apa yang dialami mitra tutur. Seharusnya ketika mitra tutur
lupa akan materi yang dijelaskan, penutur tidak mengejeknya bahkan lebih
baik diam agar mitra tutur kembali berkonsentrasi dan ingat akan materi yang
dijelaskan sehingga proses diskusi tidak terhenti dan berjalan lancar samapai
akhir, dengan begitu pertentangan pun dapat diminimalkan dan akan ada rasa
saling menghargai satu sama lain yang membuat diskusi menjadi efektif
untuk bertukar pikiran.
4.3 Pembahasan
Pada subbab ini, peneliti akan menjelaskankan data-data hasil penelitian
yang secara keseluruhan diambil dari proses analisis data sebelumnya.
Penjelasan dalam subbab ini berhubungan dengan pematuhan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
pelanggaran terhadap prinsip kesantunan dari Leech (1993), juga konsep
muka dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 49-55), pada kegiatan
diskusi kelas mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014
yang dibagi menjadi dua kelompok, yakni tuturan santun dan tuturan tidak
santun.
Adapun kaidah kesantunan Leech (1993) terbagi dalam enam maksim
dan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55)
terbagi atas kesantunan positif dan kesantunan negatif, dimana kesantunan
positif terbagi atas 15 strategi dan kesantunan negatif terbagi atas 8 strategi,
selain itu peneliti juga memaparkan penanda ketidaksantunan dalam kegiatan
diskusi kelas mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014.
Bentuk tuturan santun adalah tuturan yang mematuhi prinsip kesantunan dan
bentuk tuturan yang tidak santun adalah tuturan yang melanggar prinsip
kesantunan.
4.3.1 Tuturan Santun
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan pematuhan terhadap prinsip
kesantunan dari kaidah kesantunan Leech (1993) yang terbagi atas enam
maksim serta strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer
(2010: 52-55), yang terbagi atas kesantunan positif dan negatif. Adapun
pematuhan terhadap kaidah kesantunan Leech (1993) peneliti menemukan
empat maksim yang dipatuhi yakni maksim kebijaksanaan, kedermawanan,
pujian serta kesepakatan, dan tidak menemukan pematuhan terhadap maksim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
kerendahan hati dan kesimpatisan, namun peneliti menemukan pelanggaran
terhadap keenam maksim tersebut di dalam kegiatan diskusi kelas, selain itu
peneliti juga menemukan pematuhan dan pelanggaran terhadap strategi
kesantunan khususnya kesantunan positif.
Pematuhan terhadap prinsip kesantunan yang pertama yakni maksim
kebijaksanaan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya delapan tuturan dari
tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan
2014. Kedelapan tuturan tersebut dikatakan mematuhi maksim kebijaksanaan
karena tuturan tersebut sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim
kebijaksanaan yakni tuturan haruslah membuat kerugian orang lain sekecil
mungkin dan buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin.
Pematuhan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: penutur
menghormati mitra tutur yang datang untuk mengikuti diskusi kelas sehingga
menimbulkan rasa senang bagi mitra tutur karena sangat dihargai
kedatangannya, penutur menerima pendapat dan masukan dari mitra tuturnya
tanpa didasari rasa emosi, penutur menghargai kesempatan yang diberikan
oleh mitra tuturnya, penutur mau mengakui kesalahan yang dituduhkan tanpa
paksaan dari mitra tuturnya.
Selain mematuhi maksim kebijaksanaan dari Leech (1993: 168), semua
data tuturan tersebut juga dimaksudkan untuk menjaga muka mitra tuturnya,
dengan begitu terlihat bahwa penutur telah memaksimalkan strategi
kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55), terutama
menggunakan strategi kesantunan positif. Penutur menggunakan kesantunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
positif untuk menjaga muka positif mitra tuturnya, kesantunan positif lebih
banyak digunakan daripada kesantunan negatif, dimana kesantunan positif
yang banyak digunakan dalam tuturan yang mematuhi maksim kebijaksanaan
yakni (1) memperhatikan kesukaan, keinginan, dan kebutuhan lawan tutur,
(2) membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan
tutur, (3) melibatkan penutur dan lawan tutur dalam aktivitas.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas
mahasiswa PBSI angkatan 2014 telah mematuhi maksim Leech (1993) dan
juga memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam
Chaer (2010: 52-55). Tuturan yang didapatkan sesuai dengan maksim
kebijaksanaan yakni tuturan haruslah membuat kerugian orang lain sekecil
mungkin dan buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin dan berusaha
menjaga muka mitra tuturnya dengan memaksimalkan strategi kesantunan
positif dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), seperti yang
sudah peneliti jelaskan sebelumnya. Jadi data tuturan yang mematuhi maksim
kebijaksanaan dapat dikatakan santun, terlebih dalam data tuturan tersebut
juga menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan dari Pranowo
(2012: 104) sehingga semakin terasa santun. Data tuturan yang tidak
merugikan orang lain, berusaha menjaga muka positif mitra tutur dan
menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan, data tuturan tersebut
dikatakan santun karena mematuhi ketiga kaidah yang sudah dijelaskan
sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Pematuhan terhadap prinsip kesantunan yang kedua yakni maksim
kedermawanan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya lima tuturan dari
tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan
2014. Kelima tuturan tersebut dikatakan mematuhi maksim kedermawanan
karena tuturan tersebut sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim
kedermawanan yakni tuturan haruslah membuat keuntungan diri sendiri
sekecil mungkin dan membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin.
Pematuhan tersebut dapat dijelaskan karena penutur mau mengatakan
kebenaran (fakta) terkait kekurangan dan kesalahannya sendiri, dengan begitu
jelas bahwa penutur akan merugikan dirinya sendiri, mengatakan sesuatu
berdasarkan fakta itu dapat mengancam mukanya sendiri, terlebih dalam
kegiatan diskusi yang dapat menentukan nilai dalam mata kuliah yang
bersangkutan. Jelaslah data tuturan yang disajikan dalam analisis data di atas
mematuhi maksim kedermawanan karena seperti yang sudah dijelaskan
bahwa data tuturan membuat kerugian bagi penutur (dirinya sindiri).
Jika dilihat, tuturan yang merugikan dirinya sendiri berarti dapat
diartikan bahwa penutur ingin melindungi muka mitra tuturnya dengan
mengancam mukanya sendiri. Penutur melindungi muka mitra tuturnya
dengan begitu penutur telah memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown
dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55), yakni strategi kesantunan positif
juga kesantunan negatif. Penutur menggunakan kesantunan positif untuk
menjaga muka positif mitra tuturnya, dimana kesantunan positif yang banyak
digunakan dalam tuturan yang mematuhi maksim kedermawanan yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
dengan memberikan pertanyaan atau alasan. Berbeda dengan maksim
kebijaksanaan, dalam pematuhan maksim kedermawanan peneliti
menemukan bahwa penutur mengancam mukanya sendiri, muka yang
terancam adalah muka negatif. Untuk melindungi muka negatif, penutur dapat
menggunakan kesantunan negatif. Kesantunan negatif yang banyak peneliti
temukan dalam pematuhan maksim kedermawanan yakni meminta maaf dan
menggunakan tuturan tidak langsung.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas
mahasiswa PBSI angkatan 2014 telah mematuhi maksim Leech (1993) dan
juga memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam
Chaer (2010: 52-55). Tuturan yang didapatkan sesuai dengan maksim
kedermawanan yakni tuturan haruslah membuat keuntungan diri sendiri
sekecil mungkin dan membuat kerugian diri sendiri sebesar mungkin. Penutur
berusaha menjaga muka mitra tuturnya, bahkan dengan mengancam mukanya
sendiri dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dan negatif dari
Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55), seperti yang sudah peneliti
jelaskan sebelumnya.
Jadi data tuturan yang mematuhi maksim kedermawanan dapat dikatakan
santun, terlebih dalam data tuturan tersebut juga menggunakan diksi yang
mencerminkan kesantunan dari Pranowo (2012: 104) sehingga semakin terasa
santun. Data tuturan merugikan diri sendiri (penutur) dan berusaha menjaga
muka mitra tutur serta menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
data tuturan tersebut dapat dikatakan santun karena mematuhi ketiga kaidah
yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Selanjutnya pematuhan terhadap prinsip kesantunan yang ketiga yakni
maksim pujian. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya enam tuturan dari
tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan
2014. Keenam tuturan tersebut dikatakan mematuhi maksim pujian karena
tuturan tersebut sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim pujian
yakni tuturan haruslah memperbanyak pujian untuk orang lain dan
minimalkan kecaman kepada orang lain. Pematuhan tersebut dapat dijelaskan
karena penutur mau mengakui kelebihan atau pencapaian mitra tuturnya
dengan begitu akan menimbulkan rasa senang kepada mitra tutur dan
tuturannya akan terasa santun. Terlebih hal ini terjadi di dalam diskusi kelas,
dengan memberi pujian berarti penutur telah menjaga muka mitra tuturnya di
mata dosen maupun peserta diskusi yang lain, dengan begitu mitra tutur
bahakan kelompoknya akan mendapat penilaian yang bagus di mata dosen
dan bukan tidak mungkin akan mempengaruhi nilainya.
Memberikan pujian bagi mitra tuturnya tentu akan membuatnya senang,
dengan begitu mukanya akan terselamatkan. Penutur melindungi muka mitra
tuturnya dengan memberi pujian atas presentasinya dan ketika menjawab
pertanyaan saat diskusi berlangsung, dengan begitu penutur telah
memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer
(2010: 53-55), yakni strategi kesantunan positif. Penutur menggunakan
kesantunan positif untuk menjaga muka positif mitra tuturnya, dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
kesantunan positif yang banyak digunakan dalam tuturan yang mematuhi
maksim kedermawanan adalah dengan membesar-besarkan perhatian,
persetujuan dan simpati kepada mitra tuturnya, hal itu terlihat dari proses
analisis data di bagian sebelumnya. Penutur membesar-besarkan perhatian,
persetujuan dan simpati kepada mitra tuturnya tentu akan menimbulkan kesan
baik dan membuat mitra tuturnya senang, dengan kesan itu cukup untuk
mengatakan bahwa data tuturan tersebut santun.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas
mahasiswa PBSI angkatan 2014 telah mematuhi maksim Leech (1993) dan
juga memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam
Chaer (2010: 52-55). Tuturan yang didapatkan sesuai dengan maksim pujian
yakni tuturan haruslah memperbanyak pujian untuk orang lain dan
minimalkan kecaman kepada orang lain. Penutur berusaha menjaga muka
mitra tuturnya dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dari Brown
dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), seperti yang sudah peneliti jelaskan
sebelumnya.
Jadi data tuturan yang mematuhi maksim pujian dapat dikatakan santun,
terlebih dalam data tuturan tersebut juga menggunakan diksi yang
mencerminkan kesantunan dari Pranowo (2012: 104) sehingga semakin terasa
santun. Data tuturan memuji keberhasilan dan kelebihan mitra tuturnya dan
berusaha menjaga muka mitra tutur serta menggunakan diksi yang
mencerminkan kesantunan, maka data tuturan tersebut dikatakan santun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Pematuhan terhadap prinsip kesantunan yang keempat yakni maksim
kesepakatan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya tiga tuturan dari
tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan
2014. Ketiga tuturan tersebut dikatakan mematuhi maksim kesepakatan
karena tuturan tersebut sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim
kesepakatan yakni mengusahakan agar ketidaksepakatan antara diri dan lain
terjadi sedikit mungkin dan mengusahakan agar kesepakatan antara diri dan
lain terjadi sebanyak mungkin. Pematuhan tersebut dapat dijelaskan karena
penutur mau menerima jawaban dari mitra tuturnya meskipun jawabannya
tidak sesuai dengan yang diingkan tetapi penutur tetap menerima dan
mengusahakan kesepakatan, dengan begitu tidak akan terjadi pertentangan
dan membuat rasa hormat kepada mitra tutur.
Mengusahakan kesepakatan dengan mitra tuturnya tentu akan
memberikan efek positif terlebih dalam kegiatan diskusi kelas yakni
meminimalkan pertentangan, dengan begitu baik penutur maupun mitra tutur
sama-sama saling memahami dan menghormati sehingga tidak ada rasa saling
menjatuhkan dan akan saling menyelamatkan mukanya, hal ini sesuai dengan
temuan peneliti di bagian analisis data bahwa penutur melindungi muka mitra
tuturnya dengan menerima jawaban yang diberikan walaupun belum sesuai
dengan begitu penutur telah menyelamatkan muka mitra tutur di hadapan
dosen dan peserta diskusi yang lain.
Terlihat bahwa penutur telah memaksimalkan strategi kesantunan dari
Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), yakni strategi kesantunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
positif. Penutur menggunakan kesantunan positif untuk menjaga muka positif
mitra tuturnya, dimana kesantunan positif yang banyak digunakan dalam
tuturan yang mematuhi maksim kesepakatan adalah dengan membesar-
besarkan perhatian, persetujuan dan simpati kepada mitra tuturnya, hal itu
terlihat dari proses analisis data di bagian sebelumnya.
Di dalam data tuturan, penutur telah memberikan perhatian kepada
jawaban yang diberikan mitra tuturnya, mengusahakan persetujuan dan
bersimpati atas apa yang telah dilakukannya yaitu berusaha menjawab
pertanyaan, dengan begitu tuturan tersebut dikatakan santun, juga ditambah
dengan penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan dari
Pranowo (2012: 104) yang jelas membuat tuturan tersebut semakin dirasa
santun.
4.3.2 Tuturan Tidak Santun
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam penelitian ini peneliti
menemukan pelanggaran terhadap prinsip kesantunan Leech (1993) yang
terbagi atas enam maksim, serta strategi kesantunan dari Brown dan Levinson
dalam Chaer (2010: 52-55) yang terbagi atas kesantunan positif dan negatif.
Adapun pelanggaran terhadap kaidah kesantunan Leech (1993) peneliti
menemukan enam maksim yang dilanggar yakni maksim kebijaksanaan,
kedermawanan, pujian, kerendahan hati, kesepakatan, namun peneliti hanya
menemukan empat pematuhan terhadap keenam maksim tersebut di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
kegiatan diskusi kelas, selain itu peneliti juga menemukan pelanggaran
terhadap strategi kesantunan khususnya kesantunan positif.
Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan yang pertama yakni maksim
kebijaksanaan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya sebelas tuturan dari
tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan
2014. Kesebelas tuturan tersebut dikatakan melanggar maksim kebijaksanaan
karena tuturan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim
kebijaksanaan yakni tuturan seharusnya membuat kerugian orang lain sekecil
mungkin dan buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin, namun yang
ditemukan justru sebaliknya. Pelanggaran tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut: penutur memotong penjelasan dari mitra tuturnya tanpa didahului
dengan diksi yang mencerminkan kesantunan atau pun nonverbal
“mengacungkan jari”, penutur tidak dapat menahan emosi, penutur tidak
memperhatikan konteks situasi (formal atau nonformal).
Selain melanggar maksim kebijaksanaan dari Leech (1993: 168), semua
data tuturan tersebut juga dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya, dengan
begitu terlihat bahwa penutur tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari
Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), terutama strategi
kesantunan positif. Penutur seharusnya dapat menggunakan kesantunan
positif untuk menjaga muka positif mitra tuturnya, namun penutur justru
melakukan sebaliknya yakni tuturannya dapat menjatuhkan muka mitra
tuturnya dan akan merugikan bagi mitra tuturnya. Kesantunan positif yang
banyak dilanggar dalam tuturan yang melanggar maksim kebijaksanaan yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
(1) memperhatikan kesukaan, keinginan, dan kebutuhan lawan tutur, (2)
membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur,
(3) melibatkan penutur dan lawan tutur dalam aktivitas.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas
mahasiswa PBSI angkatan 2014 banyak yang melakukan pelanggaran
terhadap maksim Leech (1993) dan juga tidak memaksimalkan strategi
kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55). Tuturan
yang didapatkan justru berbanding terbalik dengan maksim kebijaksanaan
yakni tuturan seharusnya membuat kerugian orang lain sekecil mungkin dan
buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin juga berusaha menjaga muka
mitra tuturnya dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dari Brown
dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), seperti yang sudah peneliti jelaskan
sebelumnya. Namun, seperti yang telah dijelaskan bahwa banyak data tuturan
yang merugikan dan menjatuhkan mitra tuturnya dengan begitu penutur jelas
telah melanggar maksim kebijaksanaan dan tidak memaksimalkan strategi
kesantunan, dengan begitu data tuturan tersebut tidak santun terlebih penutur
juga tidak menggunakan diksi yang santun.
Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan yang kedua yakni maksim
kedermawanan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya sembilan tuturan
dari tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI
angkatan 2014. Kesembilan tuturan tersebut dikatakan melanggar maksim
kedermawanan karena tuturan tersebut tidak sesuai dengan apa yang
diharuskan pada maksim kedermawanan yakni tuturan seharusnya membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan membuat kerugian diri sendiri
sebesar mungkin, namun yang ditemukan justru sebaliknya. Pelanggaran
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: penutur menyuruh mitra tutur
dengan nada kasar, penutur tidak bisa membedakan situasi serius dan
bercanda, penutur menggunakan diksi yang kurang tepat di lingkup formal,
penutur tidak dapat menahan emosi.
Selain melanggar maksim kedermawanan dari Leech (1993: 210), semua
data tuturan tersebut juga dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya, dengan
begitu terlihat bahwa penutur tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari
Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), terutama strategi
kesantunan positif. Penutur seharusnya dapat menggunakan kesantunan
positif untuk menjaga muka positif mitra tuturnya, namun penutur justru
melakukan sebaliknya yakni tuturannya dapat menjatuhkan muka mitra
tuturnya. Kesantunan positif yang banyak dilanggar dalam tuturan yang
melanggar maksim kedermawanan yakni membesar-besarkan perhatian,
persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur. Penutur terlihat jelas tidak
memberikan perhatian dan simpati kepada mitra tuturnya dengan begitu akan
menimbulkan kesan tidak baik, dengan kesan tidak baik suatu tuturan dapat
menjadi tidak santun.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas
mahasiswa PBSI angkatan 2014 banyak yang melakukan pelanggaran
terhadap maksim Leech (1993) dan juga tidak memaksimalkan strategi
kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55). Tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
yang didapatkan justru berbanding terbalik dengan maksim kedermawanan
yakni membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan membuat
kerugian diri sendiri sebesar mungkin juga berusaha menjaga muka mitra
tuturnya dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dari Brown dan
Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), seperti yang sudah peneliti jelaskan
sebelumnya. Namun, seperti yang telah dijelaskan bahwa banyak data tuturan
yang merugikan dan menjatuhkan muka mitra tuturnya dengan begitu penutur
jelas telah melanggar maksim kedermawanan dan tidak memaksimalkan
strategi kesantunan, dengan begitu data tuturan tersebut tidak santun.
Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan yang ketiga yakni maksim
pujian. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya sebelas tuturan dari tuturan
yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan 2014.
Kesebelas tuturan tersebut dikatakan melanggar maksim pujian karena
tuturan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim pujian
yakni tuturan seharusnya dapat memperbanyak pujian untuk orang lain dan
minimalkan kecaman kepada orang lain, namun yang ditemukan justru
sebaliknya. Pelanggaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: penutur
memojokkan mitra tutur, penutur menyatakan kekurangan mitra tutur secara
terang-terangan, penutur tidak dapat menahan emosi.
Selain melanggar maksim pujian dari Leech (1993: 212), semua data
tuturan tersebut juga dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya, dengan begitu
terlihat bahwa penutur tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown
dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), terutama strategi kesantunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
positif. Penutur seharusnya dapat menggunakan kesantunan positif untuk
menjaga muka positif mitra tuturnya, namun penutur justru melakukan
sebaliknya yakni tuturannya dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya.
Kesantunan positif yang banyak dilanggar dalam tuturan yang melanggar
maksim pujian yakni menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju
dan membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan
tutur. Penutur secara terang-terangan mengatakan kekurangan mitra tuturnya
dan hal itu jelas dapat memojokkan mitra tutur dan menjatuhkan mukanya di
depan peserta diskusi maupun dosen, bahkan bisa memancing emosi mitra
tutur karena dijelek-jelekkan dan jelas hal itu dapat mengganggu jalannya
diskusi.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas
mahasiswa PBSI angkatan 2014 banyak yang melakukan pelanggaran
terhadap maksim Leech (1993) dan juga tidak memaksimalkan strategi
kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55). Tuturan
yang didapatkan justru berbanding terbalik dengan maksim pujian yakni
tuturan seharusnya dapat memperbanyak pujian untuk orang lain dan
minimalkan kecaman kepada orang lain, juga berusaha menjaga muka mitra
tuturnya dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dari Brown dan
Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), seperti yang sudah peneliti jelaskan
sebelumnya. Namun, seperti yang telah dijelaskan bahwa banyak data tuturan
yang merugikan dan menjatuhkan muka mitra tuturnya di depan dosen dan
peserta diskusi yang lain dengan menyebutkan kekurangan mitra tuutr secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
terang-terangan, walaupun penutur menggunakan diksi yang mencerminkan
kesantunan akan tetapi tuturan tersebut tetap tidak santun karena bersifat
menjelek-jelekkan mitra tutur dan dapat memancing emosi mitra tuturnya.
Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan yang keempat yakni maksim
kerendahan hati. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya empat tuturan dari
tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan
2014. Keempat tuturan tersebut dikatakan melanggar maksim kerendahan hati
karena tuturan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim
kerendahan hati yakni tuturan seharusnya memuji diri sendiri sedikit mungkin
dan mengecam diri sendiri sebanyak mungkin, namun yang ditemukan justru
sebaliknya. Pelanggaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: penutur
tidak dapat menahan emosi dan penutur menyombongkan diri di depan mitra
tutur, dengan menyombongkan diri tentu hal itu akan menimbulkan kesan
negatif dari mitra tuturnya ditambah penutur tidak dapat mengontrol
emosinya.
Selain melanggar maksim kerendahan hati dari Leech (1993: 214), semua
data tuturan tersebut juga dapat menjatuhkan mukanya sendiri, dengan begitu
terlihat bahwa penutur tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown
dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), terutama strategi kesantunan
positif. Penutur seharusnya dapat menggunakan kesantunan positif untuk
menjaga muka positif dirinya sendiri, namun penutur justru melakukan
sebaliknya yakni tuturannya dapat menjatuhkan mukanya sendiri. Kesantunan
positif yang banyak dilanggar dalam tuturan yang melanggar maksim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
kerendahan hati yakni membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati
kepada lawan tutur. Penutur seharusnya dapat memberi perhatian kepada
mitra tuturnya, memperhatikan kebutuhan mitra tuturnya bukan malah
menyombongkan diri.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas
mahasiswa PBSI angkatan 2014 banyak yang melakukan pelanggaran
terhadap maksim Leech (1993) dan juga tidak memaksimalkan strategi
kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55). Tuturan
yang didapatkan justru berbanding terbalik dengan maksim kerendahan hati
yakni tuturan seharusnya memuji diri sendiri sedikit mungkin dan mengecam
diri sendiri sebanyak mungkin, juga berusaha menjaga muka mitra tuturnya
dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dari Brown dan Levinson
dalam Chaer (2010: 53-55), seperti yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya.
Namun, seperti yang telah dijelaskan bahwa data tuturan bersifat
menyombongkan diri dah hal itu jelas bertentangan dengan maksim
kerendahan hati, terlebih penutur juga tidak menggunakan diksi yang
mencerminkan kesantunan, jadi data tuturan tersebut tidak santun.
Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan yang kelima yakni maksim
kesepakatan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya lima tuturan dari
tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan
2014. Kelima tuturan tersebut dikatakan melanggar maksim kesepakatan
karena tuturan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim
kesepakatan yakni tuturan seharusnya mengusahakan kesepakatan antara diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
dan dan lain sebanyak mungkin dan mengusahakan ketidaksepakatan sedikit
mungkin, namun yang ditemukan justru sebaliknya. Pelanggaran tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut: penutur tidak dapat menahan emosi dan
penutur mengatakan ketidaksetujuan secara terang-terangan sehingga dapat
memojokkan mitra tutur.
Selain melanggar maksim kesepakatan dari Leech Leech (1993: 217),
semua data tuturan tersebut juga dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya
karena berusaha memojokkan mitra tutur, dengan begitu terlihat bahwa
penutur tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson
dalam Chaer (2010: 53-55), terutama strategi kesantunan positif. Penutur
seharusnya dapat menggunakan kesantunan positif untuk menjaga muka
positif mitra tuturnya, namun penutur justru melakukan sebaliknya yakni
tuturannya dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya. Kesantunan positif yang
banyak dilanggar dalam tuturan yang melanggar maksim kesepakatan yakni
menghindari ketidaksetujuan dengan pura-pura setuju dan membesar-
besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur. Penutur
secara terang-terangan mengatakan ketidaksetujuannya terhadap mitra
tuturnya dan hal itu jelas dapat memojokkan mitra tutur dan menjatuhkan
mukanya di depan peserta diskusi maupun dosen, bahkan bisa memancing
emosi mitra tutur karena mitra tutur bisa merasa direndahkan dengan tuturan
penutur.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas
mahasiswa PBSI angkatan 2014 banyak yang melakukan pelanggaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
terhadap maksim Leech (1993) dan juga tidak memaksimalkan strategi
kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55). Tuturan
yang didapatkan justru berbanding terbalik dengan maksim kesepakatan
yakni tuturan seharusnya mengusahakan kesepakatan antara diri dan dan lain
sebanyak mungkin dan mengusahakan ketidaksepakatan sedikit mungkin,
juga berusaha menjaga muka mitra tuturnya dengan memaksimalkan strategi
kesantunan positif dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55),
seperti yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya. Namun seperti yang telah
dijelaskan bahwa banyak data tuturan yang merugikan dan menjatuhkan
muka mitra tuturnya di depan dosen dan peserta diskusi yang lain dengan
menyebutkan ketidaksetujuannya dengan mitra tutur secara terang-terangan,
walaupun penutur menggunakan diksi yang mencerminkan kesantunan akan
tetapi tuturan tersebut tetap tidak santun karena dapat menjatuhkan mitra tutur
dan dapat memancing emosi mitra tuturnya.
Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan yang keenam yakni maksim
kesimpatisan. Peneliti menemukan sekurang-kurangnya delapan tuturan dari
tuturan yang diambil dalam kegiatan diskusi kelas mahasiswa PBSI angkatan
2014. 16 tuturan tersebut dikatakan melanggar maksim kesimpatisan karena
tuturan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diharuskan pada maksim
kesimpatisan yakni tuturan seharusnya dapat mengurangi rasa antipati
terhadap mitra tutur dan meningkatkan rasa simpati sebanyak mungkin.
Pelanggaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: penutur mengejek
mitra tuturnya dan penutur tidak dapat membedakan antara situasi serius dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
bercanda, dengan mengejek dan bercanda dalam konteks yang tidak tepat
maka tuturan dapat menjatuhkan mitra tuturnya bahkan dapat memancing
emosi.
Selain melanggar maksim kesimpatisan dari Leech (1993: 219), semua
data tuturan tersebut juga dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya karena
dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya, dengan begitu terlihat bahwa
penutur tidak memaksimalkan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson
dalam Chaer (2010: 53-55), terutama strategi kesantunan positif. Penutur
seharusnya dapat menggunakan kesantunan positif untuk menjaga muka
positif mitra tuturnya, namun penutur justru melakukan sebaliknya yakni
tuturannya dapat menjatuhkan muka mitra tuturnya. Kesantunan positif yang
banyak dilanggar dalam tuturan yang melanggar maksim kesimpatisan yakni
membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur.
Penutur seharusnya memberikan perhatidan dan rasa simpati terhadap apa
yang dilakukan atau dialami mitra tuturnya, bukan malah dibuat bahan
bercanda. Tuturan yang bersifat seperti itu bisa memancing emosi mitra tutur
karena mitra tutur bisa merasa tidak dihargai dengan tuturan penutur.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dalam diskusi kelas
mahasiswa PBSI angkatan 2014 banyak yang melakukan pelanggaran
terhadap maksim Leech (1993) dan juga tidak memaksimalkan strategi
kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 52-55). Tuturan
yang didapatkan justru berbanding terbalik dengan maksim kesimpatisan
yakni tuturan seharusnya dapat mengurangi rasa antipati terhadap mitra tutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
dan meningkatkan rasa simpati sebanyak mungkin, juga berusaha menjaga
muka mitra tuturnya dengan memaksimalkan strategi kesantunan positif dari
Brown dan Levinson dalam Chaer (2010: 53-55), seperti yang sudah peneliti
jelaskan sebelumnya. Namun seperti yang telah dijelaskan bahwa data tuturan
itu merugikan mitra tuutr karena ketika mitra tutur melakukan kesalahan
justru malah dibuat bahan bercanda dan hal itu akan menjatuhkan muka mitra
tuturnya di depan dosen dan peserta diskusi yang lain.
4.3.3 Penanda Ketidaksantunan Berbahasa
Dari analisis data, peneliti menemukan penanda ketidaksantunan
berbahasa dalam kegiatan diskusi kelas yang didapatkan dari data tututran
yang melanggar prinsip kesantunan berbahasa, penanda ketidaksantunan
tersebut mengakibatkan diskusi kelas menjadi terganggu bahkan terhenti. Ada
lima penyebab ketidaksantunan berbahasa yang ditemukan peneliti. Pertama,
penutur tidak bisa membedakan situasi serius dengan bercanda. Kedua,
penutur tidak bisa mengendalikan emosinya. Ketiga, penutur mengkritik
secara langsung. Keempat, penutur merendahkan mitra tutur. Kelima, penutur
menyombongkan diri atau memuji diri di hadapan mitra tutur. Berikut
penjelasannya.
1. Pentutur tidak bisa membedakan situasi serius dengan bercanda
Salah satu penyebab ketidaksantunan dalam bertutur ialah kurang
pahamnya penutur akan situasi yang sedang terjadi. Santun tidaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
sebuah tuturan dapat ditentukan oleh situasi yang menyertainya, misalnya
dalam proses diskusi adalah sebuah forum formal dan serius akan tetapi
masih banyak dijumpai tuturan yang dimaksudkan untuk bercanda,
misalnya mengejek mitra tuturnya. Jika mitra tutur menanggapinya dengan
serius maka dapat menimbulkan pertentangan dan akan terjadi perdebatan.
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, peneliti masih menemukan
tuturan yang seperti ini dan menyebabkan ketidaksantunan karena
ketidakmampuan penutur untuk melihat situasi.
63) Peserta Diskusi : Hahaha, eaa, eaa, itunya di klik, eaaa
Penyaji : Nahh, ininya gak mau
Peserta Diskusi : Aaa ininya gak mau (menirukan)
Penyaji : Sebentar sebentar
Konteks: Penutur adalah peserta diskusi. Penutur dan mitra tutur
(penyaji) berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan
tanggapan dari peserta diskusi (mitra tutur) saat media powerpoint
mengalami gangguan tidak dapat di klik (di tekan tombol next).
66) Penyaji : Lalu apa sih hubungan antara bunuh diri dengan
moral hidup ? ini sebelumnya moral, moral itu
apa ? moral sendiri berasal dari bahasa latin
yakni moremm, eh morest .....
Peserta Diskusi : Hahaha morem opo morest ? hahahaha
Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan
mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas. Tuturan
merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) atas
kesalahan yang dilakukan oleh salah sorang penyaji ketika
menyebutkan istilah latin.
Tuturan (63) dan (66) adalah contoh yang didapatkan peneliti dari
kegiatan diskusi kelas, tuturan tersebut menunjukkan bahwa penutur tidak
dapat melihat situasi yang sedang terjadi. Dalam tuturan tersebut terlihat
bahwa mitra tutur melakukan kesalahan atau kesusahan akan tetapi
penutur malah menanggapinya dengan bercanda, dengan begitu dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
membuat mitra tuturnya marah dan tersinggung yang dapat menimbulkan
perdebatan. Tuturan tersebut tentu tidak membuat mitra tuturnya senang,
bukannya membantu tapi malah mengejeknya. Hal tersebut tentu dapat
menyebabkan ketidaksantunan berbahasa.
2. Penutur tidak bisa mengendalikan emosinya
Penyebab utama ketidaksantunan berbahasa ketika bertutur adalah
ketidakmampuan penutur mengendalikan emosinya, dengan berlandaskan
emosi maka tuturan akan membuat mitra tuturnya tidak senang, bahkan
bisa terjadi konflik. Pada beberapa tuturan yang telah diuraikan
sebelumnya, terlihat bahwa ketidakmampuan penutur mengendalikan
emosinya membuat proses diskusi (komunikasi) menjadi terganggu.
25) Penyaji : Menurut KBBI novel adalah karangan prosa yang
panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang disekelilingnya dengan
Peserta Diskusi : Kurang cepat !!
Penyaji : Ohh iya iyaa saya ulangi
Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan
mitra tutur (penyaji) berada dalam sebuah diskusi kelas ketika sesi
tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur saat
mitra tutur (penyaji) menjelaskan materi diskusi.
36) Peserta Diskusi : Maksudnya ?
Penyaji : Jangan dipotong, ini belum selesai ! Jadi apakah
jika dilakukan euphanasia itu tidak melanggar
moral hidup ? kan jika hidup memberatkan tapi
jika dilakukan menghilangkan nyawa dan itu
melanggar perintah Allah.
Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan
mitra tutur berada dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (peserta diskusi) ketika mitra tutur
(penyaji) meminta penegasan terhadap pertanyaan yang diajukan
oleh penutur (peserta diskusi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Tuturan (25) dan (36) memperlihatkan bahwa penutur tidak dapat
mengendalikan emosinya ketika merespon tuturan dari mitra tuturnya.
Tuturan tersebut bernada marah dan akan membuat mitra tuturnya menjadi
tidak senang karena ditanggapi dengan cara yang tidak menyenangkan.
Tuturan seperti itu dapat menimbulkan pertentangan dan hal tersebut
tentunya membuat tuturan tersebut menjadi tidak santun.
3. Penutur mengkritik secara langsung atau terang-terangan
Salah satu penyebab ketidaksantunan adalah dengan memberikan
kritik secara langsung. Memberikan kritik tentu akan menjatuhkan muka
mitra tuturnya karena penutur akan mengatakan kekurangan dari mitra
tuturnya. Melihat hal tersebut, ketika hendak memberikan kritik
seharusnya dilakukan dengan hati-hati dan menggunakan diksi yang
santun agar tidak menyakiti perasaan mitra tuturnya. Terlebih dalam
kegiatan diskusi karena dalam diskusi kelas banyak peserta diskusi yang
hadir bahkan dosen dan apabila kritik dikatakan secara langsung dan
terang-terangan tentu akan merendahkan mitra tuturnya dihadapan peserta
diskusi dan dosen yang hadir.
Memberikan kritik adalah hal yang tidak salah karena pandangan dan
pendapat orang pastilah berbeda-beda, namun harus memperhatikan juga
kesantunannya agar tidak membuat yang dikritik menjadi sakit hati dan
kehilangan muka. Banyak hal yang bisa dilakukan agar kritik menjadi
lebih santun, misalnya memperhatikan penggunaan kata, situasi dan yang
paling penting harus bisa menghargai. Berikut contoh yang ditemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
peneliti dalam kegiatan diskusi kelas yang memperlihatkan kitdaksantunan
karena mengkritik.
43) Penyaji : Ya silahkan mbak kalau mau bertanya
Peserta diskusi : Terimakasih atas kesempatannya. Oke
terimakasih atas presentasi yang sangat
singkat dan membingungkan ini, kalian
disini justru menjelaskan mengenai
anak bukan keseluruhan keluarga,
sementara judulnya kan keluarga, itu
gimana ? makasih
Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan
mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya
jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur terhadap
presentasi yang telah dilakukan oleh kelompok penyaji.
44) Penyaji : Ya siapa yang mau bertanya ? ohh ya mas
silahkan pertanyaannya.
Peserta Diskusi : Jadi begini, sejujurnya saya gak paham
dengan presentasi dari kelompok ini,
antara judul dan pembahasan tidak
sesuai. Judulnya kan peranan keluarga, nah
yang di jelaskan kelompok justru peran
anak, anak dan anak.
Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan
mitra tutur (penyaji) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya
jawab. Tuturan adalah tanggapan dari penutur yang ditujukan
kepada kelompok penyaji ketika akan memulai sesi tanya jawab.
Tuturan (43) dan (44) memperlihatkan bahwa penutur mengatakan
kritiknya secara langsung dan terang-terangan, dengan begitu jelas hal
tersebut akan merugikan mitra tutur dan menjatuhkan mukanya. Tuturan
tersebut dimaksudkan penutur untuk mengkritik presentasi yang sudah
dilakukan oleh mitra tuturnya, tentu saja tuturan tersebut membuat mitra
tutur tidak senang karena merasa presentasinya tidak dihargai dan bisa
menyebabkan perdebatan, hal itu membuat tuturan tersebut tidak santun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
4. Penutur merendahkan mitra tutur
Tuturan seharusnya dapat menjaga perasaan mitra tuturnya agar tidak
menimbulkan konflik. penutur dapat menjaga perasaan mitra tuturnya
dengan cara menghargai aatas apa yang dilakukan mitra tuturnya, karena
setiap orang pasti ingin dihargai oleh orang lain bukan malah
merendahkannya. Tuturan yang merendahkan mitra tuturnya menandakan
bahwa penutur tidak menghargai mitra tuturnya.
24) Penyaji : Opo eneh ?
Peserta diskusi : Responnya ?
Penyaji : yo kui, responnya kita menangkap itu bo
Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Penutur dan mitra tutur
(peserta diskusi) berada dalam diskusi kelas ketika sesi tanya
jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur terhadap
pertanyaan dari mitra tutur (peserta diskusi) yang belum puas
akan jawaban dari penutur.
35) Penyaji : Baik saya akan menjawab pertanyaan dari
puput, begini menurut kelompok kami itu hal
yang luar biasa ya, itu hal yang sangat
konyol, karena mereka melakukan tindakan
melawan norma-norma yang sudah
ditetapkan, misalnya orang tuanya bunuh diri
terus apa yang dilakukan anak-anaknya ? jadi
itu hal yang menyimpang menurut kelompok
kami. Apakah ada tanggapan ?
Peserta Diskusi 1 : Dong ra ? dong ra ? ra dong hahaha
Peserta Diskusi 2 : Ojo koyo ngono to ! yaya mengerti
Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan
mitra tutur berada dalam diskusi kelas dalam sesi tanya jawab.
Tuturan merupakan tanggapan dari mitra tutur (peserta diskusi 1)
terhadap pertanyaan yang sebenarnya ditujukan kepada mitra
tutur (peserta diskusi 2).
Tuturan (24) dan (35) memperlihatkan bahwa penutur merendahkan
mitra tuturnya, penutur tidak menhargai apa yang dilakukan oleh mitra
tutur. Tuturan tersebut menggunakan diksi yang tidak santun bahakan diksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
daerah padahal ini terjadi di dalam diskusi dan forum formal. Tuturan (24)
memperlihatkan bahwa penutur tidak menghargai ketika mitra tuturnya
menanyakan kejelasan akan materi diskusi dan tuturan (35)
memperlihatkan bahwa penutur tidak menghargai mitra tuturnya yang
sedang mendapatkan jawaban atas pertanyaannya, dan kedua tuturan
tersebut menggunakan diksi yang dapat dimaksudkan untukndahkan mitra
tutur, dengan begitu tuturan tersebut tidaklah santun.
5. Penutur menyombongkan diri atau memuji diri sendiri di hadapan
mitra tutur
Sombong atau memuji diri sendiri adalah hal yang tidak disukai
banyak orang, dengan berlaku sombong tentu akan membuat orang lain
merasa tidak senang. Tuturan yang mengandung sifat sombong dapat
dikatakan tidak santun karena membuat orang lain tidak senang dan jika
disadari hal itu akan merusak citra dirinya bahkan mengancam mukanya
sendiri, seperti yang peneliti temukan dalam kegitana diskusi kelas
berikut.
54) Penyaji : Apakah ada yang masih mau bertanya ? ngak
ada ya ? woow bagus berarti presentasi dari
kelompok kami ya.
55) Penyaji : Sebentar jawaban dari mas ato masih kami cari
Peserta diskusi : Pertanyaan saya bagus jadi sulit ditemukan
jawabannya
Data tuturan (54) dan (55) jelas memperlihatkan bahawa penutur telah
memuji dirinya sendiri. Hal itu tentunya akan membuat mitra tuturnya
tidak senang. Pada tuturan (54) penutur mengungkapkan bahawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
presentasinya bagus karena tidak ada yang bertanya, seharusnya penutur
berfikir dengan tidak ada yang bertanya mungkin saja presentasinya
kurang jelas bukan malah memuji kelompoknya sendiri seperti itu. Data
tuturan (55) juga memperlihatkan hal yang sama, seharusnya penutur
berfikir mungkin pertanyaannya memang sulit ditemukan namun tidak
harus diungkapkan secara berlebihan seperti itu, karena akan menimbulkan
rasa tidak senang dari yang lain. Hal ini tentunya membuat tuturan tidak
santun karena menimbulkan rasa tidak senang bagi mitra tutur dan
mempunyai kesan tidak baik.
4.3.4 Penanda Tuturan Santun
Dari analisis data peneliti tidak hanya menemukan penanda
ketidaksantunan berbahasa, namun juga menemukan penanda kesantunan
berbahasa. Penanda kesantunan berbahasa didapat dari tuturan yang
mematuhi prinsip kesantunan berbahasa, penanda kesantunan dalam kegiatan
diskusi kelas membuat kegiatan diskusi kelas menjadi kondusif dan berjalan
dengan lancar. Peneliti menemukan tiga penanda kesantunan yang dapat
membuat tuturan menjadi terasa santun ketika melakukan diskusi kelas.
Pertama, mengungkapkan ketidaksetujuan tanpa memojokkan mitra tutur.
Kedua, memberikan tanggapan positif terhadap mitra tutur. Ketiga, berhati-
hati dalam pemilihan kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
1. Mengungkapkan ketidaksetujuan tanpa memojokkan mitra tutur
Tuturan dapat dikatakan santun apabila tuturan tersebut dapat menjaga
mitra tuturnya dengan tidak memojokkan mitra tuturnya ketika
mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap suatu hal. Suatu tuturan
mungkin terdengar santun, tetapi karena isi tuturannya cenderung
menjelekkan atau memojokkan mitra tuturnya maka tuturan tersebut
menjadi tidak santun.
Tuturan yang seperti itu, jelas menjatuhkan muka mitra tutur di depan
mitra tuturnya yang lain, terlebih dalam kegiatan diskusi kelas yang
melibatkan banyak orang. Memang tidak ada yang menyalahkan apabila di
dalam sebuah diskusi ada ketidaksetujuan, akan tetapi seharusnya penutur
juga berusaha menjaga muka mitra tuturnya sehingga dapat meminimalkan
pertentangan. Seperti dalam tuturan.
20) Penyaji : Jadi seperti itu penjelasan dari saya, jadi
antara pantomim dan drama itu berbeda
Peserta diskusi 2 : Sebelumnya saya memeperkenalkan diri
dulu, nama saya Danea, saya sependapat
dengan jawaban dari petrus tadi bahwa
pantomim itu berbeda dengan drama,
namun perbedaan yang signifikan itu
dibagian apa ya ?
Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan
merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) ketika
menanggapi jawaban mitra tutur (penyaji).
21) Penyaji : Demikian presentasi dari kelompok kami,
silahkan bagi yang mau bertanya, kami
buka 2 sesi dan setiap sesi 3 penanya,
silahkan. Ya maria silahkan
Peserta diskusi : Makasih atas kesempatannya, tadi
kelompok menjelaskan mengenai unsur
ekstrinsik karya sastra dan menurut
saya sudah lengkap tatapi saya masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
kurang jelas yang kelompok jelaskan
pas bagian yang psikologis itu, nah bisa
diperjelas ? ya makasih
Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Penutur dan
mitra tutur (penyaji) berada dalam suatu diskusi kelas ketika sesi
tanya jawab. Tuturan merupakan tanggapan dari penutur setelah
dipersilahkan untuk bertanya
Tuturan (20) dan tuturan (21) memperlihatkan bahwa penutur
sebenarnya kurang setuju terhadap mitra tuturnya, namun penutur
menyatakan bahwa dirinya sependapat dengan jawaban mitra tutur
(penyaji), dengan tidak mengatakan ketidaksetujuannya secara terang-
terangan. Dengan begitu terlihat bahwa penutur tidak ingin memojokkan
mitra tuturnya dan mneghargai mitra tuturnya dengan begitu penutur dapat
menjaga muka mitra tuturnya dan hal ini akan sangat membantu proses
diskusi menjadi semakin baik.
2. Memberikan tanggapan positif terhadap mitra tutur
Memberikan tanggapan positif ketika berkomunikasi dapat
meminimalkan terjadinya pertentangan. Selain itu juga dapat menjaga
muka mitra tuturnya agar tidak tersinggung bahkan malu atas tanggapan
yang diberikan penutur. Terlebih dalam proses diskusi yang jelas
memberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan terhapa materi
yang didiskusikan, dengan memberikan tanggapan positif tentu akan
meminimalkan gesekan pada hubungan interpersonal satu sama lain.
15) Peserta diskusi : Sebelumnya mari kita beri applouse buat
kalompok ini karena penjelasannya
begitu jelas dan lengkap menurut saya. Penyaji : Iya terimakasih banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan
merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) terhadap
presentasi yang telah dilakukan oleh kelompok penyaji.
16) Penyaji : Ya jadi seperti itu, apa sudah dimengerti ?
Peserta diskusi : Ohh ya, terimakasih penjelasan dari teman
Ann, saya rasa penjelasannya sangat baik
dan lengkap dan pertanyaan saya sudah
terjawab.
Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan
merupakan tanggapan dari penutur (peserta diskusi) terhadap
jawaban dari mitra tutur (penyaji) setelah selesai menjawab
pertanyaannya.
Tuturan (15) dan (16) memperlihatkan bahwa penutur memberikan
tanggapan positif terhadap apa yang sudah dilakukan mitra tuturnya,
dengan begitu akan membuat perasaan mitra tuturnya senang dan
meminimalkan terjadinya pertentangan. Dalam proses diskusi, tentunya
hal seperti ini akan sangat bermanfaat, karena akan membuat diskusi
menjadi semakin baik dengan adanya rasa saling menghargai.
3. Berhati-hati dalam pemilihan kata
Pemilihan kata menjadi hal yang penting ketika berkomunikasi.
Pemilihan kata yang salah dapat menyinggung atau menyakiti perasaan
mitra tuturnya, maka dalam proses berkomunikasi seseorang harus berhati-
hati dalam memilih kata yang akan dia ungkapkan kepada mitra tuturnya.
Terlebih dalam diskusi kelas, ketika memberikan tanggapan, kritik
maupun masukan, jika salah memilih kata bisa menimbulkan
kesalahpahaman. Dengan adanya kontak dan komunikasi, maka dalam
diskusi diharapkan para peserta yang telibat berhati-hati dalam memilih
kata yang akan dia ungkapkan, agar proses diskusi dapat berjalan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
baik dan tidak menimbulkan kesalahpahaman yang mengakibatkan diskusi
terganggu.
5) Peserta diskusi : (ramaii)
Penyaji : Maaf ya teman-teman tolong diperhatikan
jangan ramai nanti mengganggu peserta
diskusi yang lain Konteks: Penutur adalah seorang penyaji. Tuturan terjadi di
dalam diskusi kelas. Tuturan merupakan tanggapan penutur
ketika melihat diskusi sudah tidak kondusif karena banyak mitra
tutur yang ramai.
7) Penyaji : Silahkan apakah ada yang mau bertanya ?
Ya Regina silahkan
Peserta diskusi : Terimakasih, kelompok sudah memberi
kesempatan kepada saya, begini menurut
kelompok apa bedanya nilai moral dengan
sopan santun ? sudah, makasih.
Konteks: Penutur adalah seorang peserta diskusi. Tuturan terjadi
di dalam diskusi kelas saat sesi tanya jawab. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (peserta diskusi) ketika penyaji
memberikan kesempatan kepadanya untuk bertanya terkait materi
yang didiskusikan.
Tuturan (5) dan (7) memperlihatkan bahwa penutur sangat berhati-hati
dalam memilih kata ketika memberikan tanggapan. Dalam tuturan (5),
penutur melihat bahwa peserta diskusi ramai dan dapat mengganggu
diskusi kelas bahkan bisa merugikan perserta diskusi yang lain, penutur
sangat berhati-hati dalam memilih kata agar dapat diterima mitra tutur dan
agar mitra tutur mau mengerti perkataannya. Penutur menggunakan diksi
yang santun yakni “maaf” dan “tolong” yang memperlihatkan bahwa
penutur menghargai mitra tuturnya walaupun mitratuturnya ramai dan
mengganggunya menjelaskan materi diskusi. Dengan kata yang santun,
mitra tutur pun mengerti dan dapat melanjutkan diskusi dengan lebih baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
dan kondusif. Jadi pemilihan kata memang sangat perlu diperhatikan
dalam kegiatan diskusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data tuturan dalam kegiatan diskusi kelas
mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma angkatan 2014, peneliti
menemukan bentuk tuturan santun dan tidak santun berdasarkan prinsip
kesantunan berbahasa. Bentuk tuturan santun adalah tuturan yang mematuhi
prinsip kesantunan dengan kaidah kesantunan dari Leech dan strategi
kesantunan Brown dan Levinson. Dalam analisis data, peneliti menemukan
22 pematuhan terhadap maksim Leech, dengan rincian 8 tuturan pada maksim
kebijaksanaan, 5 tuturan pada maksim kedermawanan, 6 tuturan pada maksim
pujian dan 3 tuturan pada maksim kesepakatan, dalam setiap pematuhan
tersebut juga telah mematuhi strategi kesantunan Brown dan Levinson,
dengan 21 tuturan mematuhi kesantunan positif dan 1 tuturan mematuhi
kesantunan negatif. Tuturan yang mematuhi prinsip kesantunan tersebut dapat
dikatakan tuturan santun dan tuturan tersebut membuat jalannya diskusi
menjadi lebih kondusif.
Selain itu, peneliti juga menemukan tuturan yang melanggar prinsip
kesantunan berbahasa dan dapat dikatakan tidak santun. Bentuk tuturan yang
tidak santun adalah tuturan yang melanggar prinsip kesantunan, tuturan
tersebut melanggar kaidah kesantunan dari Leech dan strategi kesantunan
Brown dan Levinson dengan rincian 48 pelanggaran terhadap maksim Leech,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
yakni 11 tuturan pada maksim kebijaksanaan, 9 tuturan pada maksim
kedermawanan, 11 tuturan pada maksim pujian, 4 tuturan pada maksim
kerendahan hati, 5 tuturan pada maksim kesepakatan dan 8 tuturan pada
maksim kesimpatisan, dalam setiap pelanggaran tersebut juga terjadi
pelanggaran terhadap strategi kesantunan Brown dan Levinson, dimana
strategi yang dilanggar adalah strategi kesantunan positif. Hal tersebut jelas
akan merugikan mitra tutur dan dapat mengganggu ketika diskusi kelas
berlangsung.
Di dalam proses diskusi, baik kelompok penyaji atau pun peserta diskusi
seharusnya dapat saling mengerti sehingga tidak membuat kerugian bagi
salah satu pihak, karena diskusi adalah proses saling bertukar pikiran dan
membuat kedua belah pihak menang (win-win solution) untuk membahas atau
memecahkan suatu masalah. Terlebih ketika terjadi pelanggaran terhadap
prinsip kesantunan terlihat bahwa diskusi menjadi tidak kondusif bahkan
terhenti.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, peneliti menemukan
penanda ketidaksantunan berbahasa dalam kegiatan diskusi kelas yang
didapatkan dari data tuturan yang melanggar prinsip kesantunan berbahasa,
penanda ketidaksantunan tersebut mengakibatkan diskusi kelas menjadi
terganggu bahkan terhenti. Ada lima penyebab ketidaksantunan berbahasa
yang ditemukan peneliti. Pertama, penutur tidak bisa membedakan situasi
serius dengan bercanda. Kedua, penutur tidak bisa mengendalikan emosinya.
Ketiga, penutur mengkritik secara langsung. Keempat, penutur merendahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
mitra tutur. Kelima, penutur menyombongkan diri atau memuji diri di
hadapan mitra tutur.
Peneliti tidak hanya menemukan penanda ketidaksantunan berbahasa,
namun juga menemukan penanda kesantunan berbahasa. Penanda kesantunan
berbahasa didapat dari tuturan yang mematuhi prinsip kesantunan berbahasa,
penanda kesantunan dalam kegiatan diskusi kelas membuat kegiatan diskusi
kelas menjadi kondusif dan berjalan dengan lancar. Peneliti menemukan tiga
penanda kesantunan yang dapat membuat tuturan menjadi terasa santun
ketika melakukan diskusi kelas. Pertama, mengungkapkan ketidaksetujuan
tanpa memojokkan mitra tutur. Kedua, memberikan tanggapan positif
terhadap mitra tutur. Ketiga, berhati-hati dalam pemilihan kata.
5.2 Saran
Penelitian ini masih banyak terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
peneliti mengajukan beberapa saran bagi para peneliti selanjutnya terutama
yang melakukan penelitian yang sejenis. Saran dari peneliti adalah sebagai
berikut.
1. Penelitian ini hanya membahas prinsip kesantunan dari kaidah Leech
(1993) dan strategi kesantunan dari Brown dan Levinson dalam Chaer
(2010: 52-55), sebagai penentu kesantunan dalam berkomunikasi.
Peneliti ingin jika ada penelitian yang sama, baiknya bisa menggunakan
kaidah dari ahli yang lain, juga meneliti apakah ada hubungan atau
kesamaan antara kaidah kesantunan dari ahli yang satu dengan yang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
karena pasti ada sesuatu yang sama dan berbeda yang pada akhirnya
menentukan sebuah kesantunan.
2. Data yang diteliti sebaiknya tidak hanya dialog dalam suatu diskusi kelas,
tetapi masih ada data lain yang bisa dijadikan objek penelitian seperti
proses pembelajaran yang menggunakan teknik atau metode lain yang
masih dalam lingkup formal.
3. Peneliti hanya menemukan strategi kesantunan positif dari Brown dan
Levinson, sementara untuk kesantunan negatif hanya ditemukan satu
penggunaan dan tidak menemukan pelanggarannya. Peneliti ingin jika
ada penelitian yang sama sebaiknya memfokuskan pada strategi
kesantunan negatif dari Brown dan Levinson karena masih sangat jarang
dipakai dalam penelitian kesantunan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.
Hendrikus, Dori Wuwur. 1991. Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi,
Berargumentasi, Bernegosiasi. Yogyakarta: Kanisius.
Kurniawati, Oktafiana. 2012. Analisis Pemanfaatan Prinsip Kesantunan
Berbahasa pada Kegiatan Diskusi Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1
Sleman. Skripsi S1. PBSI. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Leech, Geoffrey. 1993. The Principles of Pragmatics, diterjemahkan oleh
M.D.D. Oka. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Nugarahani, Parida. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Teori dan
Aplikasi. Surakarta: UNS Perss.
Parera, Jos Daniel. 1988. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta:
Erlangga.
Pranowo. 2012. Berbahasa secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Silalahi, Puspa Rinda. 2012. Analisis Kesantunan Berbahasa Siswa/i Di
Lingkungan Sekolah SMPN 5 Binjai. Skripsi S1. PBSI. Medan:
Universitas Negeri Medan.
Sukiat. 1979. Diskusi Kelompok. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Normalisasi
Kehidupan Kampus.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2011. Analisis Wacana
Pragmatik, Kajian Teori dan Analisis. Yogyakarta: Yuma Pustaka.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
LAMPIRAN 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
DATA TUTURAN DISKUSI KELAS MAHASISWA PBSI UNIVERSITAS
SANATA DHARMA ANGKATAN 2014
Data Tuturan 1
Mata kuliah teori sastra (11 maret 2015)
Penyaji : Selamat pagi teman-teman, kami dari...
Peserta diskusi : (ramai)
Penyaji : Hallo teman-teman ? bisa dimulai ?
Peserta diskusi : Iyaa dimulai wae hahahaha....
Penyaji : Terimakasih atas waktu dan kesempatannya,
kami harap kalian memperhatikan ya, karena
diskusi ini penting bagi kita semua jadi mohon
kerjasamanya ya, kami dari keompok 1 akan
mempresentasikan tentang prosa dan jenis jenisnya
apa saja. Sebelum memulai presentasi, saya akan
memperkenalkan anggota kami, namun ada salah
satu dari kami yang tidak bisa hadir karena sakit.
Langsung saja, secara etimologis prosa berasal dari
bahasa italia,
Peserta diskusi : Hahahahhaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Penyaji 1 : Eh, dari bahasa latin maksudnya yang artinya cerita,
dan prosa itu karangan bebas yang terikat oleh
adanya rima dan sajak.
Data Tuturan 2
Mata kuliah fonologi (11 maret 2015)
Peserta diskusi : Ini saya buka di buku dan di slide kalian kok berbeda ya ?
penulisan pesolek di buku dan slide tidak sama, yang benar
yang mana ?
Penyaji : Ohh iya mas halaman berapa ?
Peserta diskusi : Ini 53
Penyaji : Iya jadi pesolek ehh, ehh iya maaf kami salah,
penulisan kami salah, makasih mas atas masukan dan
pembenarannya bagi kelompok kami. Ya terimakasih,
ada yang mau ngasih kritik dan saran lagi ? Gimana ada
ngak ?
Penyaji : Ya gak ada ya ? cukup bagus berarti presentasi dari kami
soalnya gak ada yang mengkritik, sekian presentasi kami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Data Tuturan 3
Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015)
Penyaji : Iya morest, iya morest. Moral memuat dua segi yang
berbeda yakni lahiriah dan batiniah, batiniah itu
berhubungan dengan hati kita dan lahiriah itu berhubungan
dengan diri kita, apa yang akan kita lakukan seperti itu. Jadi
moral itu itu membatasi hubungan antara hati dan perbuatan
pikiran kita. Jadi dalam bunuh diri itu tidak ada
keseimbangan antara kemauan hatinya dan perilaku yang
akan dilakukan. Mungkin menurut kelompok kami seperti
itu hubungan antara moral hidup dan bunuh diri. Untuk
yang selanjutnya akan dijelaskan oleh teman saya.
Penyaji 2 : Baik terima kasih mas Thomas, saya akan menjelaskan
mengenai faktor-faktor penyebab bunuh diri.
Data tuturan 4
Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015)
Peserta diskusi 1 : Pertanyaan saya belum dijawab loh...
Peserta diskusi 2 : Uwes uwes Put
Penyaji 2 : Oh ya mohon maaf, tadi pertanyaan dari Putri
ternyata memang belum kami jawab, kami lupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
dan akan saya jawab sekarang, sambil kelompok
selanjutnya mempersiapkan presentasi ya.
Peserta diskusi 1 : Nahh to emang belom kok.
Dosen : Ya sudah sudah, saya menangkap kelompok ini
kurang konsisten terhadap apa yg dikaji ya, ya nanti
saya akan menjelaskan pertanyaan yang belum
terjawab ya, oke berikan applouse
Data tuturan 5
Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015)
Peserta diskusi : Emm jadi intinya sama ? kan termasuk dalam nilai
moral ?
Penyaji 1 : Nah iya bisa dikatakan begitu, ya apakah ada yang
lain ?
Peserta diskusi 1 : (berdiri) ya saya
Peserta diskusi 2 : Hahahaha (melihat ke arah penanya)
Penyaji 1 : Maaf ya teman-teman, tolong diperhatikan
jangan ramai nanti mengganggu peserta diskusi
yang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Data tuturan 6
Mata kuliah fonologi (3 maret 2015)
Penyaji : Baik terimaksih buat teman Ann, dari yang kami
baca di buku hal 32 itu ada contohnya juga bisa
dilihat teman-teman. Jadi itu bukan semakna, itu
berkaitan dengan makna, namun yang kita bahasa
adalah bunyi jadi bisa ditanyakan ke kelompok
selanjutnya ya. Jadi seperti itu jawaban dari
kelompok kami mbak, apakah dapat diterima ? atau
masih ada yang ingin ditanyakan ?
Terimakasih teman-teman, saya selaku penyaji
sangat senang sekali dengan antusiasme dari
para teman-teman yang hadir dan memberikan
pertanyaan juga masukan yang baik bagi
kelompok kami, sekian dan terimakasih
Data tuturan 7
Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015)
Penyaji : Nah itu ada beberapa nilai yang ada dalam novel
tersebut, bisa dilihat ya ada nilai moral, estetik dsb.
Ya demikian presentasi dari kelompok kami,
silahkan bagi teman-teman yang mau bertanya. Ya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
siapa lagi ? ada yang ingin bertanya lagi ? ya
silahkan mbaknya dulu
Peserta diskusi : Ya terima kasih kelompok sudah melakukan
presentasi dengan baik, yang saya tanyakan apa
bedanya nilai moral dan sopan santun ? atau
apakah sama ? kalau beda apakah yang
membedakan itu ?
Data tuturan 8
Mata kuliah fonologi (3 maret 2015)
Penyaji : Jadi itu bukan semakna, itu berkaitan dengan
makna, namun yang kita bahasa adalah bunyi
jadi bisa ditanyakan ke kelompok selanjutnya
ya. Jadi seperti itu jawaban dari kelompok kami
mbak, apakah dapat diterima ? atau masih ada
yang ingin ditanyakan ?
Peserta diskusi : Ya ya sudah cukup, makasih
Data tuturan 9
Mata kuliah teori sastra (11 maret 2015)
Penyaji : Ee sekian presentasi dari kelompok kami,
Peserta diskusi : Ehh udah selesai ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Penyaji : Iya maaf sebelumnya kami kekurangan pustaka
karena kami sulit mencarinya jadi contoh yang
disajikan tadi masih kurang dan maaf tadi
sebenarnya dalam pembahasannya agak terlalu
lama, soalnya kata ibu Septi minggu lalu yang
membahas akan ditunjuk dan terima kasih.
Data tuturan 10
Mata kuliah fonologi (3 maret 2015)
Penyaji : Sebelumya saya mohon maaf, soalnya saya itu
agak susah mengatakan huruf “f” dan “ep”, jadi
apabila nanti salah mohon maaf
Peserta diskusi : Hahahaa
Penyaji : Nah ponemik itu....
Peserta diskusi : Hahahahaha po po
Penyaji : Jangan diketawain dong
Data tuturan 11
Mata kuliah fonologi (3 maret 2015)
Penyaji 1 : Ehh kok tidak bisa (powerpoint tidak bisa di klik)
Peserta disusi : Nah nah nah hahahaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
Penyaji 1 : Maaf ibu Yuli dan teman-teman ada kesalahan
teknis sedikit, mohon tunggu sebentar
Data tuturan 12
Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015)
Penyaji : Ya terimakasih, mungkin masih ada yang ingin
ditanyakan ? oh ya mbak silahkan
Peserta diskusi : Saya cuma mau tanya apakah di makalah
dicantumkan daftar pustakanya ? soalnya kan itu di
slide tidak ada, dan seharusnya kan tetap harus di
cantumkan menurut saya dan kalian mengambil dari
buku atau internet atau dari mana, ya terimakasih
Penyaji : Ohh iya maaf, kami lupa mencantumkan
sumbernya, kami mengambil dari internet dan
juga buku tapi kami lupa cantumkan itu mbak
di slide, kalau di makalah ada kok mbak dan ini
kesalahan kami, makasih mbak sudah
mengingatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Data tuturan 13
Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015)
Penyaji : Apakah ada yang mau bertanya lagi ? ohh ya yang
dibelakang
Peserta diskusi : Saya mau menambahkan saja, coba di slide ke 2 apa
3 tadi, nah ya itu, apakah benar cara kalian menulis
kutipan seperti itu ?
Penyaji : Yang mana mbak, ohh iya iya itu kesalahan
kami, kami kurang cermat dalam menulis
kutipan, terimakasih atas pembenarannya mbak,
apakah ada lagi ?
Data tuturan 14
Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015)
Peserta Diskusi 1 : Eee mungkin saya bisa sedikit membantu
kelompok, karena dulu saya di SMA dari jurusan
bahasa dan mengerti akan hal tersebut
Peserta Diskusi 2 : Wuissss, wuihhh hebat (tepuk tangan)
Peserta Diskusi 1 : Yaya sudah makasih, saya lanjutkan yaa...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Data tuturan 15
Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015)
Peserta diskusi : Sebelumnya mari kita beri applouse buat
kalompok ini karena penjelasannya begitu jelas
dan lengkap menurut saya.
Penyaji : Iya terimakasih banyak
Data tuturan 16
Mata kuliah teori sastra (11 maret 2015)
Penyaji : Ya jadi seperti itu, apa sudah dimengerti ?
Peserta diskusi : Ohh ya, terimakasih penjelasan dari teman Ann,
saya rasa penjelasannya sangat baik dan lengkap
dan pertanyaan saya sudah terjawab.
Data tuturan 17
Mata kuliah retorika (9 maret 2015)
Penyaji : Eee kemudian selanjutnya teman-teman yg
memberikan tanggapan, ya yangg pertama suster,
kedua Aan, Puput, Ino dan Ata, silahkan suster
Peserta diskusi : Terimakasih atas kesempatannya, yang pertama
teman-teman mari kita berikan applouse buat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
temen kita, karena saya pikir dalam waktu 1
minggu ini kalian bisa membuat video yang
cukup bagus dan denagn tema yang cukup
menarik. Saya rasa sudah bagus mengingat
banyak tugas-tugas lain yang mengantri ya, dan
kalian bisa membuat seperti itu jadi saya
mengapresiasinya.
Data tuturan 18
Mata kuliah retorika (9 maret 2015)
Penyaji : Yang lain silahkan, Ohhh ya silahkan Petrus
Peserta diskusi : Terimakasih atas waktunya, videonya bagus
sekali suaranya jelas hanya dibagian akhir tadi
agak gak jelas, tapi kelompok ini kompak dan
bagus, masalah formal atau tidaknya itu
masukan bagi kelompok lain yang belum tampil
tapi alangkah lebih bagusnya apabila tadi
ditambahkan simpulan terkait bahan bahasan
yang ada di talkshownya pasti akan lebih bagus,
itu saja makasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Data tuturan 19
Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015)
Penyaji : Makasih teman Petrus sudah membantu
kelompok menjawab pertanyaan dan dengan
jawaban yang bagus dengan literatur yang
berbeda dengan yang kami pakai sehingga bisa
saling melengkapi ya mas, hehe
Peserta diskusi : Iya iya sama-sama
Data tuturan 20
Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015)
Penyaji : Jadi seperti itu penjelasan dari saya, jadi antara
pantomim dan drama itu berbeda
Peserta diskusi : Sebelumnya saya memeperkenalkan diri dulu, nama
saya Danea, saya sependapat dengan jawaban
dari Petrus tadi bahwa pantomim itu berbeda
dengan drama, namun perbedaan yang
signifikan itu dibagian apa ya ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
Data tuturan 21
Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015)
Penyaji : Demikian presentasi dari kelompok kami, silahkan
bagi yang mau bertanya, kami buka 2 sesi dan setiap
sesi 3 penanya, silahkan. Ya maria silahkan
Peserta diskusi : Makasih atas kesempatannya, tadi kelompok
menjelaskan mengenai unsur ekstrinsik karya
sastra dan menurut saya sudah lengkap tatapi
saya masih kurang jelas yang kelompok jelaskan
pas bagian yang psikologis itu, nah bisa
diperjelas ? ya makasih
Data tuturan 22
Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015)
Penyaji : Selanjutnya, silahkan mas
Peserta diskusi : Terimakasih kesempatannya, oke sebenarnya
penjelasan dari mbak Regina sudah jelas dan
saya mengerti, tapi saya hanya ingin lebih
diperjelas lagi bagian latar belakang pengarang,
terimakasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Data tuturan 23
Mata kuliah fonologi (3 maret 2015)
Peserta diskusi : Lho lha itu sama kayak yang tadi ! (memotong
penjelasan penyaji)
Penyaji : Nggak, bisa saya teruskan dulu ?
Data tuturan 24
Mata kuliah fonologi (3 maret 2015)
Penyaji : Opo eneh ?
Peserta diskusi : Responnya ?
Penyaji : Yo kui, responnya kita menangkap itu bo !
Data tuturan 25
Mata kuliah teori sastra (11 maret 2015)
Penyaji : Menurut KBBI novel adalah karangan prosa yang
panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang disekelilingnya dengan
Peserta Diskusi : Kurang cepat !!
Penyaji : Ohh iya iyaa saya ulangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Data tuturan 26
Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015)
Penyaji : Prosa berasal dari bahasa itali
Peserta Diskusi 1 : Ssstt ssstt pinjem bolpen (volume keras)
Peserta Diskusi 2 : Iya iya bentar
Penyaji : Bisa dilanjutkan ?
Data tuturan 27
Mata kuliah fonologi (10 maret 2015)
Penyaji : Ya sudah dijawab ya ? nah silahkan yang mau
memberi saran, kritik atau
Peserta diskusi : Saya ! saya tadi belum dijawab, manfaat itu
seperti apa dan buat apa !
Data tuturan 28
Mata kuliah fonologi (10 maret 2015)
Penyaji : Ohh iya iya, kalau pengalamanku dalam pelajaran
fonologi itu ya seperti yang dibilang mas Phillipus
tadi, yah terimakasih mas philipus sarannya
Peserta diskusi 1 : Loh ! itu pertanyaan ! (intonasi naik)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Peserta diskusi 2 : Hahahahaha
Data tuturan 29
Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015)
Penyaji : Mungkin ada sanggahan, atau masukan lain ?
hehee.... ada gak ? gak ya ? ohh ya masnya yang
dibelakang
Peserta diskusi 1 : Aduh dia lagi (melihat ke orang yang ditunjuk
penyaji)
Peserta diskusi 2 : Hahahahaha
Data tuturan 30
Mata kuliah fonologi (10 maret 2015)
Penyaji 1 : Nah baik teman-teman yang selanjutnya akan
dijelaskan oleh Valen
Peserta diskusi : Uhuyy hahaha (tepuk tangan)
Penyaji 2 : Apasih !
Data tuturan 31
Mata kuliah fonologi (3 maret 2015)
Penyaji : Apakah ada yang ingin bertanya ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Opo ? (apa ?)
(melihat ke peserta diskusi yang tunjuk tangan)
Peserta diskusi 1 : Hahahahaha
Peserta diskusi 2 : Saya mau tanya loh
Data tuturan 32
Mata kuliah fonologi (3 maret 2015)
Penyaji : Ya ya seperti itu, jadi dari menyimak dulu baru
nanti ke ketiga itu sampai dia bisa memahami
ucapan seseorang itu, jadi
Peserta diskusi : Lhah trus kalo organisnya ? (memotong
pembicaraan)
Penyaji : Jadi ya, pie ? eh (melihat ke teman sekelompok)
Data tuturan 33
Mata kuliah fonologi (3 maret 2015)
Penyaji : Apakah masih ada yang ingin ditanyakan ? Pie ?
udah ya ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Data tuturan 34
Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015)
Peserta Diskusi : Hahahaha galau
Penyaji : Ya itu ya, sudah ketawanya ?!! Yang selanjutnya
yang kesembilan memiliki riwayat keluarga bunuh
diri.
Data tuturan 35
Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015)
Penyaji : Mereka melakukan tindakan melawan norma-norma
yang sudah ditetapkan, misalnya orang tuanya
bunuh diri terus apa yang dilakukan anak-anaknya ?
jadi itu hal yang menyimpang menurut kelompok
kami. Apakah ada tanggapan ?
Peserta Diskusi 1 : Dong ra ? (mengerti tidak ?) dong ra ? (mengerti
tidak ?) ra dong (tidak mengerti) hahaha
Peserta Diskusi 2 : Ojo koyo ngono to ! (jangan seperti itu ya) yaya
mengerti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Data tuturan 36
Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015)
Penyaji : Maksudnya ?
Peserta diskusi : Jangan dipotong, ini belum selesai ! Jadi apakah
jika dilakukan euphanasia itu tidak melanggar moral
hidup ? kan jika hidup memberatkan tapi jika
dilakukan menghilangkan nyawa dan itu melanggar
perintah Allah.
Data tuturan 37
Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015)
Penyaji : Intinya gini loh, gimana ya, ya orang bunuh diri
atau euphanasia itu tergantung mental dan imannya
Peserta diskusi : Terus jawabannya ?
Penyaji : Iya itu jawabannya mas, coba mas perhatikan
baik-baik sebelum memberi sanggahan !
Data tuturan 38
Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015)
Peserta diskusi : Hubungan anak dengan orang tua itu yang baik
seperti apa dan yg buruk seperti apa, terus jika ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
konflik anatara orang tua dan anak gereja
memandanganya seperti apa, lalu kan di gereja
dasar hidupnya kasih adalagi gak sih dasar yang
lainnya ? atau syarat-syarat yang mendasar, ya baik
seperti itu.
Penyaji 1 : Ee baik, koe do dong pertanyaane ora ? (kalian
tahu pertanyaannya tidak ?)
Penyaji 2 : Ora e, (tidak) hahaaha
Data tuturan 39
Mata kuliah fonologi (10 maret 2015)
Peserta diskusi 1 : Terus bekalnya ini untuk apa ?
Penyaji : Nah kalu itu saya juga kurang tahu mas,
bekalnya untuk apa ! nanti ditanyakan ke bu
Yuli yaa
Peserta diskusi 2 : Hahahahaa
Data tuturan 40
Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015)
Peserta diskusi : Jadi tokoh protagonis, antagonis daan tritagonis
harus ada ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Penyaji : Iya, biar ceritanya jadi lebih seru juga kan ?!
Peserta diskusi : Iya !
Data tuturan 41
Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015)
Peserta diskusi 1 : Terus tadi kan ada yang dijelaskan oleh fiki
mengenai akibat dari bunuh diri kan memberatkan
keluarga
Fiki (penyaji) : Ehhh saya tidak begitu !!
Peserta diskusi 2 : Hahahaha nah lohh piye (bagaimana ?)
Data tuturan 42
Mata kuliah fonologi (3 maret 2015)
Penyaji : Nah ini adalah perbedan dari fonemik dan fonetik,
sebelumnya ada yang tau gak perbedaan antara
fonemik dan fonem ?
Peserta diskusi : Yo engak lah !! (ya tidak) hahahaha
Data tuturan 43
Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015)
Penyaji : Ya silahkan mbak kalau mau bertanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Peserta diskusi : Terimakasih atas kesempatannya. Oke
terimakasih atas presentasi yang sangat singkat
dan membingungkan ini, kalian disini justru
menjelaskan mengenai anak bukan keseluruhan
keluarga, sementara judulnya kan keluarga, itu
gimana ? makasih
Data tuturan 44
Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015)
Penyaji : Ya siapa yang mau bertanya ? ohh ya mas silahkan
pertanyaannya.
Peserta Diskusi : Jadi begini, sejujurnya saya gak paham dengan
presentasi dari kelompok ini, antara judul dan
pembahasan tidak sesuai. Judulnya kan peranan
keluarga, nah yang di jelaskan kelompok justru
peran anak, anak dan anak
Data tuturan 45
Mata kuliah retorika (9 maret 2015)
Penyaji : Iya mbak puput silahkan
Peserta diskusi : Ohh ya, jadi menurut saya video tadi kurang
jelas, audionya juga kurang jelas, jadi masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
kurang dan kalau bisa membuat videonya itu di
tempat yang sepi biar gak ada suara lain yang
masuk gitu
Data tuturan 46
Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015)
Penyaji : Silahkan yang mau bertanya atau menambahkan, ya
mas silahkan
Peserta diskusi : Begini saya cuma mau menambahkan kalau
copy dari buku atau pun internet itu jangan lupa
cantumkan sumber agar tidak jadi plagiat !
Penyaji : Oh iya mbak makasih
Data tuturan 47
Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015)
Peserta diskusi : (ramaii)
Penyaji : Kalian bisa diam ngak ? kami sedang mencari
jawabannya !
Data tuturan 48
Mata kuliah teori sastra (11 maret 2015)
Peserta diskusi : Terus apa maksud dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
Penyaji : Iya maksudnya itu tadi, saya kan sudah
menjelaskannya mas, makanya kalau dijelaskan
jangan ramai sendiri !
Data tuturan 49
Mata kuliah retorika ( 9 maret 2015)
Penyaji : Yah kami dari kelompok 1, disini kami mengambil
tema video sebuah talkshow
Peserta diskusi : Apa ? kurang keras woy !!
Data tuturan 50
Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015)
Penyaji : Selanjutnya kami akan menjawab pertanyaan
yang kedua, kita tuh ga tau soalnya kita disini
belum berkeluarga !
Data tuturan 51
Mata kuliah retorika (9 maret 2015)
Penyaji : Baiklah teman-teman ini adalah video hasil kerja
kelompok kami dan kami harap kalian
memperhatikannya ya
(video diputar)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Peserta diskusi : Peteng peteng !! (gelap gelap)
Penyaji : Maaf ya memang agak gak jelas
Data tuturan 52
Mata kuliah teori sastra (11 maret 2015)
Penyaji : Jadi maksudnya mas Phillipus itu menyanggah,
memberi saran atau bertanya ?
Peserta diskusi : Ya saya bertanya tapi kan tadi jawaban anda belum
bisa saya mengerti
Penyaji : Intinya unsur pembangun prosa dari luar !!
(nada keras)
Peserta diskusi : Santai
Penyaji : Biar jelas !
Data tuturan 53
Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015)
Penyaji : Gimana mas apakah sudah paham ?
Peserta diskusi : Emmm itu kan unsur sosiologis tapi kok begitu ?
Penyaji : Lah emang begitu, gimana sih, dong gak sih !
(mengerti tidak ?)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
Data tuturan 54
Mata kuliah fonologi (10 maret 2015)
Penyaji : Apakah ada yang masih mau bertanya ? ngak
ada ya ? woow bagus berarti presentasi dari
kelompok kami ya.
Data tuturan 55
Mata kuliah fonologi (10 maret 2015)
Penyaji : Sebentar jawaban dari mas Ato masih kami cari
Peserta diskusi : Pertanyaan saya bagus jadi sulit ditemukan
jawabannya
Data tuturan 56
Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015)
Penyaji : Bisa dimengerti ya yang saya jelaskan ? saya rasa
penjelasan saya sudah sangat jelas dan lengkap
Peserta diskusi : Iya iya
Data tuturan 57
Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015)
Penyaji : Ya demikian presentasi dari kelompok kami,
kami rasa presentasi yang kami lakukan sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
sangat jelas ya teman-teman, nah apakah ada
yang ingin bertanya ?
Data tuturan 58
Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015)
Penyaji : Apa ada tanggapan ?
Peserta diskusi : Ya saya tidak setuju bila jihad adalah jalan
hidup, kebanyakan dari orang yang berjihad itu
karena dicuci otaknya oleh seseorang, jadi saya
tidak sependapat
Data tuturan 59
Mata kuliah teori sastra (11 maret 2015)
Penyaji : Jadi seperti itu perbedaan antara novelet dan cerpen
menurut saya, bagaimana mbak ?
Peserta diskusi : Saya tidak setuju, jika seperti itu maka
perbedaan novelet dan cerpen itu apa ? coba
jelaskan dengan lebih detail !
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Data tuturan 60
Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015)
Penyaji : Kalau menurut kami bisa juga, tapi itu lebih
cenderung ke fanatik ke agamnya itu, jadi gimana
ya
Peserta diskusi : Eee itu perlu diralat ya, karena itu bukan dari
agama tapi karena otaknya itu dicuci, jadi bisa
diralat jangan menyalahkan agama !!
Data tuturan 61
Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015)
Peserta diskusi 1 : Terimakasih atas waktunya, saya ingin
menambahkan kepada kelompok mengenai
pertanyaan dari Raden, nah menurut buku Thew
1984 ya
Peserta diskusi 2 : Wuiss hahahahaa
Peserta diskusi 1 : Sudah ? nah sebenarnya berbeda ya antara
unsur ekstrinsik drama dan prosa, kalo prosa
kita tidak mengalami atau melihat secara
suprasegmental, sementara dalam drama itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
digunakan untuk mendukung drama, jadi buat
kelompok mohon dibaca lagi di sumbernya !
Penyaji : Iya iya mas
Data tuturan 62
Mata kuliah teologi moral (17 maret 2015)
Penyaji : Jadi begitu presentasi dari
Peserta diskusi : Sebentar, saya tidak setuju dengan jawaban
kelompok tadi mengenai keluarga, tadi yang
dijelaskan malah kebanyakan tentang anak
bukan keseluruhan keluarga itu apa.
Data tuturan 63
Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015)
Peserta Diskusi : Hahaha, eaa, eaa, itunya di klik, eaaa
Penyaji : Nahh, ininya gak mau
Peserta Diskusi : Aaa ininya gak mau (menirukan)
Penyaji : Sebentar sebentar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
Data tuturan 64
Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015)
Penyaji : Ya selanjutnya adalah alur, alur adalah rang....
rang... (terdiam)
Peserta Diskusi : Hasyah hasyah hyaaa hyaaaa
Penyaji : Rangkaian, iya rangkaian jalan cerita dan disusun
berdasarkan urutan waktu
Data tuturan 65
Mata kuliah teori sastra (16 maret 2015)
Penyaji 1 : Ya selamat siang teman-teman, ya kami dari
kelompok 6 akan mempresentasikan tentang unsur-
unsur ekstrinsik drama, sebelumnya kami ingin
perkenalan dulu dari yang paling kanan
Penyaji 2 : Oke yang pertama saya akan menjelaskan tentang
Peserta Diskusi : Hahahahahhaha perkenalan perkenalan
Data tuturan 66
Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015)
Penyaji : Lalu apa sih hubungan antara bunuh diri dengan
moral hidup ? ini sebelumnya moral, moral itu apa ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
moral sendiri berasal dari bahasa latin yakni
moremm, eh morest .....
Peserta Diskusi : Hahaha morem opo (apa) morest ? hahahaha
Data tuturan 67
Mata kuliah fonologi (10 maret 2015)
Penyaji : Lalu ada huruf O, O kaya gini misal kata toko, loko,
kalau untuk O separo gini
Peserta diskusi : Hahahahaha separo wooo, bahasa Indonesia woii
Penyaji : Eh setengah maaf (tertunduk malu), lanjut ya
misalnya kata telepon
Data tuturan 68
Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015)
Penyaji : Ohh ngak maaf kalau salah, kan kita masih
membahas isis atau jihad ya, jadi tadi dikatakan
menyangkut ke agama karena fanatiknya dan
pemahamannya yang salah. Jadi isis itu loh, kalo
isis itu kan meee... meee...
Peserta diskusi : Hahahahahah menangis po ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
Data tuturan 69
Mata kuliah fonologi (10 maret 2015)
Penyaji : Dalam huruf I itu ada dua huruf (menulis di papan)
misalnya I, I murni itu tandanya i kecil pake
kotakan gini
Peserta diskusi : Pake ? hahahahaha
Penyaji : Pakai maaf-maaf, misalnya kata I murni misalnya
kata ini, itu
Data tuturan 70
Mata kuliah teologi moral (3 maret 2015)
Penyaji : Yak masnya silahkan
Peserta diskusi : Wuiss Prapto nanya, Prapto nanya hahahaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
LAMPIRAN 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
TRIANGULASI
Berikut ini merupakan tabulasi dan triangulasi data tuturan mahasiswa PBSI Universitas Sanata Dharma dalam kegiatan diskusi kelas, dari penelitian
yang berjudul Kesantunan Berbahasa dalam Kegiatan Diskusi Kelas Mahasiswa PBSI angkatan 2014. Berilah tanda (V) pada kolom setuju apabila Anda setuju
bahwa tuturan yang tercetak tebal merupakan tuturan yang sesuai dengan teori. Berilah tanda (X) pada kolom tidak setuju apabila Anda tidak setuju bahwa
tuturan yang tercetak tebal merupakan tuturan yang tidak sesuai dengan teori.
Maksim Kebijaksanaan dan Strategi Kesantunan
Data
Pematuhan
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian
dengan teori
(Triangulator)
Setuju Tidak
Setuju
1. Maksim Kebijaksanaan:
Buatlah
keuntungan orang
lain sebesar
mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Melebihkan
pengertian dan
keinginan kepada
pendengar
Penyaji : Selamat pagi teman-
teman, kami dari...
Peserta diskusi : (ramai)
Penyaji : Hallo teman-teman ?
bisa dimulai ?
Peserta diskusi : Iyaa dimulai wae
hahahaha....
Penyaji : Terimakasih atas
waktu dan
kesempatannya,
kami harap kalian
memperhatikan ya,
karena diskusi ini
penting bagi kita
semua jadi mohon
kerjasamanya ya.
Penutur adalah seorang
penyaji. Tuturan terjadi
di dalam diskusi kelas.
Tuturan ditujukan kepada
seluruh mitra tutur
(peserta diskusi) ketika
akan memulai jalannya
diskusi kelas.
Penutur bermaksud untuk
menghormati mitra tutur
yang telah datang mengikuti
diskusi kelas, hal ini akan
memberikan keuntungan
kepada mitra tutur yakni
perasaan senang mengikuti
diskusi kelas ini karena
sangat dihormati dan
dihargai kedatangannya.
Terlebih penutur
menggunakan diksi yang
mencerminkan kesantunan
yakni “terimakasih”. Selain
itu, penutur telah
menunjukkan kedekatan dan
solidaritas dengan mitra
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
tutur karena bagaimana pun
mereka teman satu kelas
dan akan lebih baik jika
menghindari pertentangan
sehingga proses diskusi
kelas dapat berjalan dengan
lancar karena adanya rasa
solidaritas.
o Cara bertutur dalam tuturan
tersebut juga menunjukkan,
bahwa penutur menjaga
muka positif mitra tuturnya
dengan menggunakan
kesantunan positif yakni
melebihkan pengertian dan
keinginan kepada
pendengar. Penutur
menunjukkan pengertianya
kepada mitra tutur, sehingga
mitra tutur akan merasa
lebih dihormati.
2.
Maksim kebijaksanaan:
Buatlah
keuntungan orang
lain sebesar
mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Melebihkan
perhatian,
Peserta diskusi : Ini saya buka di buku
dan di slide kalian
kok berbeda ya ?
penulisan pesolek di
buku dan slide tidak
sama, yang benar
yang mana ?
Penyaji : Ohh iya mas halaman
berapa ?
Peserta diskusi : Ini 53,
Penutur adalah seorang
penyaji. Tuturan terjadi
di dalam diskusi kelas.
Tuturan merupakan
tanggapan dari penyaji
ketika mendapat
sanggahan dari mitra
tutur (peserta diskusi)
bahwa yang ditayangkan
di slide berbeda dengan
Penutur bersedia menerima
dan mengakui
kesalahannya. Hal itu akan
memberikan efek positif
dan keuntungan bagi mitra
tutur, karena mitra tutur
akan merasa pendapatnya
benar dan itu akan menjaga
muka positif mitra tutur di
depan peserta diskusi yang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Penyaji : Iya jadi pesolek ehh,
ehh iya maaf kami
salah, penulisan
kami salah, makasih
mas atas masukan
dan pembenarannya
bagi kelompok kami.
yang ada di buku acuan.
lain, serta merasa dihargai
(direspon dengan baik).
o Cara bertutur dalam tuturan
tersebut, mencerminkan
bahwa penutur menjaga
muka positif mitra tuturnya
dengan menggunakan
kesantunan positif yakni
melebihkan perhatian,
persetujuan dan simpati
kepada mita tutur. Penutur
mencoba untuk menghargai
tindakan yang dilakukan
mitra tutur yakni
memberikan masukan untuk
kelompok penyaji dengan
begitu mitra tutur akan
merasa pendapatnya benar
dan dihargai.
3. Maksim kebijaksanaan:
Buatlah
keuntungan orang
lain sebesar
mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Melibatkan penutur
dan mitra tutur
dalam aktivitas
Penyaji 1 : Mungkin menurut
kelompok kami seperti itu
hubungan antara moral
hidup dan bunuh diri.
Untuk yang selanjutnya
akan dijelaskan oleh
teman saya.
Penyaji 2 : Baik terimakasih mas
Thomas, saya akan
menjelaskan mengenai
faktor-faktor penyebab
bunuh diri.
Penutur adalah seorang
penyaji. Tuturan terjadi
di dalam diskusi kelas.
Tuturan merupakan
tanggapan dari penyaji
terhadap mitra tutur
(penyaji lain di
kelompoknya) yang
mempersilahkannya
untuk melanjutkan
penjelasan materi diskusi
presentasi ketika sedang
berlangsung.
Penutur bermaksud untuk
menghargai mitra tutur yang
telah memberikan
kesempatan untuk
menjelaskan materi diskusi,
dengan saling menghargai
maka akan terjadi
solidaritas dan jalannya
proses diskusi akan berjalan
dengan baik. Terlebih
didukung dengan
penggunaan diksi yang
mencerminkan kesantunan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
“terimakasih” dan “mas”
dan dapat diartikan bahwa
penutur menghargai
kesempatan yang diberikan
dan menghormati mitra
tutur yang dianggap lebih
tua darinya, dengan
mengucapkan “mas” dan
juga kata tersebut sering
dijumpai dalam budaya
jawa yang menandakan
bahwa penutur
menghormati mitra tutur
walaupun mitra tutur
mungkin tidak lebih tua dari
penutur.
o Cara bertutur dalam tuturan
tersebut mencerminkan
bahwa penutur menjaga
muka positif mitra tutur
dengan menggunakan
kesantunan positif, yakni
melibatkan penutur dan
mitra tutur dalam aktivitas.
Tuturan tersebut membuat
penutur menjadi terlibat
dalam kegiatan diskusi dan
mendapat kesempatan untuk
menjelaskan materi diskusi,
dengan begitu penutur akan
bisa menjelaskan materi dan
kemampuannya akan dilihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
oleh dosen sehingga
mendapatkan nilai. Dengan
adanya solidaritas, tentu
akan membuat proses
diskusi menjadi semakin
baik dan kondusif.
4. Maksim kebijaksanaan:
Buatlah
keuntungan orang
lain sebesar
mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
Peserta diskusi 1: Pertanyaan saya
belum dijawab loh...
Peserta diskusi 2: Uwes uwes put
Penyaji : Oh ya mohon
maaf, tadi
pertanyaan dari
Putri ternyata
memang belum
kami jawab, kami
lupa dan akan saya
jawab sekarang,
sambil kelompok
selanjutnya
mempersiapkan
presentasi ya. Peserta diskusi 1: Nahh too emang
belom kok
Penutur adalah seorang
penyaji. Tuturan terjadi
di dalam diskusi kelas.
Tuturan merupakan
tanggapan penutur atas
pernyataan dari mitra
tuturnya (salah satu
peserta diskusi) yang
merasa pertanyaannya
belum dijawab.
Penutur mengakui bahwa
salah satu pertanyaan dari
peserta diskusi belum
terjawab, padahal proses
diskusi sudah selesai dan
peserta diskusi sudah lupa
akan hal itu. Hal tersebut
akan membuat keuntungan
bagi mitra tutur, karena
mitra tutur merasa dihargai
dan dihormati oleh
kelompok penyaji, juga
mitra tutur akan senang
karena pernyataanya
memang benar tidak seperti
yang dikatakan peserta
diskusi lainnya yang
mengatakan sudah dijawab.
o Cara bertutur dalam tuturan
tersebut memperlihatkan
bahwa penutur menjaga
muka positif mitra tutur
dengan menggunakan
kesantunan positif yakni
melebihkan perhatian,
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
persetujuan dan simpati.
Penutur mencoba untuk
menghargai dan menerima
pernyataan dari mitra tutur
bahkan membenarkan
pernyataannya, sehingga
melindungi muka positif
mitra tutur.
5. Maksim kebijaksanaan:
Buatlah kerugian
orang lain sekecil
mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
Peserta diskusi: (ramaii)
Penyaji : Maaf ya teman-
teman, tolong
diperhatikan jangan
ramai nanti
mengganggu peserta
diskusi yang lain
Penutur adalah seorang
penyaji. Tuturan terjadi
di dalam diskusi kelas.
Tuturan merupakan
tanggapan penutur ketika
melihat diskusi sudah
tidak kondusif karena
banyak mitra tutur
(peserta diskusi) yang
ramai.
Penutur melihat bahwa
situasi diskusi sudah tidak
kondusif dengan adanya
beberapa peserta diskusi
yang ramai sendiri, padahal
proses diskusi masih
berlangsung. Hal tersebut
akan membuat peserta
diskusi yang lain merasa
terganggu, bahkan juga bagi
kelompok penyaji. Penutur
ingin membuat diskusi
kembali kondusif, dengan
memberikan peringatan
kepada peserta diskusi yang
ramai dengan kata-kata
halus dan diksi yang
mencerminkan kesantunan
“maaf”, yang menandakan
bahwa penutur
menghormati mitra
tuturnya. Penutur tidak
ingin peserta diskusi yang
lain terganggu dan bagi
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
yang ramai pun agar
memperhatikan, karena hal
itu penting menyangkut
materi kuliah bahkan nilai,
dengan begitu penutur telah
meminimalkan kerugian
bagi mitra tuturnya.
o Cara bertutur dalam tuturan
tersebut memperlihatkan
bahwa penutur menjaga
muka positif mitra tutur
dengan menggunakan
kesantunan positif yakni
melebihkan perhatian,
persetujuan dan simpati.
Penutur terlihat
memperhatikan semua
peserta diskusi yang hadir
dan memberikan simpati
kepada peserta diskusi yang
merasa terganggu dengan
kelakuan peserta diskusi
lain yang ramai, dengan
pernyataan yang enak
didengar sehingga peserta
diskusi yang ramai juga
merasa dihargai.
6. Maksim kebijaksanaan:
Buatlah
keuntungan orang
lain sebesar
mungkin
Penyaji : Terimakasih teman-
teman, saya selaku
penyaji sangat senang
sekali dengan
antusiasme dari para
Penutur adalah seorang
penyaji. Tuturan terjadi
di dalam sebuah diskusi
kelas yang ditujukan
kepada seluruh mitra
Penutur bermaksud untuk
menghormati partisipasi
mitra tutur yang telah
mengikuti diskusi kelas
dengan antusias. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
Strategi kesantunan
positif:
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
teman-teman yang
hadir dan
memberikan
pertanyaan juga
masukan yang baik
bagi kelompok kami,
sekian dan
terimakasih
Peserta diskusi: Prokk prokk (tepuk
tangan)
tutur (peserta diskusi)
ketika akan mengakhiri
jalannya diskusi kelas.
akan memberikan
keuntungan kepada mitra
tutur, yakni perasaan senang
mengikuti diskusi kelas ini
karena sangat dihormati dan
dihargai kehadiran dan
partisipasinya ketika diskusi
berlangsung.
o Cara bertutur dalam tuturan
tersebut memperlihatkan
bahwa penutur menjaga
muka positif mitra tutur
dengan menggunakan
kesantunan positif yakni
melebihkan perhatian,
persetujuan dan simpati.
Penutur mencoba untuk
menghargai dan
menghormati partisipasi
dari peserta diskusi.
√
7. Maksim kebijaksanaan:
Buatlah
keuntungan orang
lain sebesar
mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
Penyaji : Silahkan apakah
ada yang mau
bertanya ? Ya
Regina silahkan
Peserta diskusi : Terimakasih,
kelompok sudah
memberi
kesempatan
kepada saya,
begini menurut
kelompok apa
bedanya nilai
Penutur adalah seorang
peserta diskusi. Tuturan
terjadi di dalam diskusi
kelas saat sesi tanya
jawab. Tuturan
merupakan tanggapan
dari penutur (peserta
diskusi) ketika penyaji
memberikan kesempatan
kepadanya untuk
bertanya terkait materi
yang didiskusikan.
Penutur bermaksud untuk
menghargai mitra tutur
yang telah memberikan
kesempatan kepadanya
untuk bertanya tentang
materi diskusi. Penutur
menggunakan diksi yang
mencerminkan kesantunan
“terimakasih”, yang dapat
diartikan bahwa penutur
menghargai kesempatan
yang diberikan dan dengan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
simpati moral dengan
sopan santun ?
sudah, makasih.
notasi yang enak didengar.
Hal tersebut tentunya akan
membuat keuntungan bagi
mitra tutur, karena merasa
dihormati dan dengan
begitu proses diskusi dapat
berjalan dengan baik karena
adanya rasa saling
menghormati dan
menghargai.
o Cara bertutur dalam tuturan
tersebut memperlihatkan
bahwa penutur menjaga
muka positif mitra tutur
dengan menggunakan
kesantunan positif yakni
melebihkan perhatian,
persetujuan dan simpati.
Penutur mencoba untuk
menghargai mitra tuturnya
yang sudah memberikan
kesempatan untuk bertanya,
dengan kalimat yang santun
dan enak didengar membuat
mitra tutur merasa dihargai
dan hal tersebut akan
melindungi muka positifnya
dihadapan peserta diskusi
yang lain.
8. Maksim kebijaksanaan:
Buatlah
keuntungan orang
Penyaji : Jadi seperti itu
jawaban dari
kelompok
Penutur adalah seorang
penyaji. Tuturan terjadi
di dalam diskusi kelas
Tuturan tersebut
dimaksudkan penutur untuk
kembali memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
lain sebesar
mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
kami mbak,
apakah dapat
diterima ? atau
masih ada
yang ingin
ditanyakan ?
terimakasih Peserta diskusi : ya ya sudah cukup,
makasih
saat sesi tanya jawab.
Tuturan ditujukan kepada
mitra tutur (peserta
diskusi) yang bertanya
dan sudah dijawab oleh
anggota penyaji yang
lain.
kesempatan untuk mitra
tutur yang bertanya, dengan
begitu mitra tutur akan
mendapatkan keuntungan
yaitu dapat bertanya
kembali apabila masih ada
yang belum terjawab atau
kurang diterima.
Memberikan kesempatan
adalah salah satu hal yang
dapat memberikan
keuntungan bagi mitra
tuturnya, karena penutur
tidak memaksakan mitra
tutur untuk menerima begitu
saja. Dengan begitu, proses
diskusi akan berjalan
dengan baik karena penutur
selaku kelompok penyaji
sangat memperhatikan mitra
tuturnya.
o Cara bertutur dalam tuturan
tersebut memperlihatkan
bahwa penutur menjaga
muka positif mitra tutur
dengan menggunakan
kesantunan positif yakni
melebihkan perhatian,
persetujuan dan simpati.
Penutur mencoba untuk
menghargai pertanyaan
yang diajukan oleh mitra
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
tuturnya, bahkan penutur
memberikan kesempatan
lagi kepda mitra tutur untuk
bertanya dan hal tersebut
jelas melindungi muka
positif mitra tutur.
Maksim Kedermawanan dan Strategi Kesantunan
Data
Pematuhan
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian
dengan teori
(Triangulator)
Setuju Tidak
Setuju
9. Maksim kedermawanan
Buatlah kerugian
diri sendiri
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Memberikan
alasan
Penyaji : Demikian
presentasi dari
kelompok kami,
Peserta diskusi : Ehh udah selesai ?
Penyaji : Iya maaf
sebelumnya kami
kekurangan
pustaka karena
kami sulit
mencarinya jadi
contoh yang
disajikan tadi
masih kurang dan
maaf tadi
sebenarnya dalam
pembahasannya
Penutur adalah seorang penyaji.
Tuturan terjadi di dalam diskusi
kelas yang ditujukan kepada
mitra tutur (peserta diskusi)
ketika akan mengakhiri
penjelasan materi dari kelompok
penutur.
Penutur mengakui
bahwa presentasi dari
kelompoknya kurang
dalam hal daftar
pustaka dan
pembagian dalam
menjelaskan materi,
terlihat bahwa itu
akan merugikan bagi
dirinya sendiri, karena
bisa mendapatkan
nilai kurang dari
dosen dan juga dari
peserta diskusi yang
hadir. Tuturan
tersebut juga
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
agak terlalu lama,
soalnya kata ibu
Septi minggu lalu
yang membahas
akan ditunjuk
dan terima kasih.
memperlihatkan
bahwa penutur
menghargai mitra
tuutrnya, dengan
menggunakan diksi
yang mencerminkan
kesantunan “maaf”
dan “terimakasih” dan
dengan pengucapan
yang enak didengar.
o Cara bertutur dalam
tuturan tersebut
dimaksudkan penutur
untuk menjaga muka
positif dirinya dan
kelompoknya, dengan
menggunakan
kesantunan postif
yakni memberi
alasan. Penutur
mencoba untuk
memberi alasan
mengapa pembahasan
kelompoknya tadi
agak terlalu lama dan
kurang contoh karena
referensinya sulit
didapatkan.
10. Maksim kedermawanan
Buatlah kerugian
diri sendiri
sebesar mungkin
Penyaji : Sebelumya saya
mohon maaf,
soalnya saya itu
agak susah
Penutur adalah seorang penyaji.
Penutur dan mitra tutur berada
dalam diskusi kelas. Tuturan
merupakan pernyataan dari
Penutur bersedia
mengakui
kekurangannya, hal
itu tentunya akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
Strategi kesantunan
negatif:
o Meminta maaf
mengatakan
huruf “f” dan
“ep”, jadi apabila
nanti salah
mohon maaf. Nah
yang pertama
ponemik itu . . .
Peserta diskusi : Hahaha po po
Penyaji : Jangan diketawain
penutur untuk menjelaskan
kekurangannya yakni dalam hal
menyebutkan huruf kepada
seluruh peserta diskusi.
merugikan bagi
penutur itu sendiri
karena memberikan
jawaban sesuai
dengan fakta itu bisa
mengancam mukanya
sendiri. Hal itu terlihat
dari reaksi yang
diberikan mitra tutur
yakni
menertawakannya,
namun penutur
dengan lapang dada
tidak marah kepada
mitra tutur dan
melanjutkan
menjelaskan materi.
o Cara bertutur dalam
tuturan tersebut
terlihat bahwa penutur
menjaga muka negatif
penutur sendiri, muka
negatif adalah muka
yang terancam.
Penutur mencoba
menggunakan
kesantunan negatif
dengan meminta maaf
kepada mitra tuturnya
akan kekurangan yang
dimiliki dan berharap
agar dirinya bisa
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
dengan bebas ketika
mengucapkan huruf
“f” , walaupun salah
setidaknya mitra tutur
tidak
menertawakannya dan
berharap mitra tutur
menghargai
kekurangannya,
dengan begitu proses
diskusi bisa berjalan
dengan lancar.
11. Maksim kedermawanan
Buatlah kerugian
diri sendiri
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Memberikan
alasan
Penyaji : Ehh kok tidak
bisa (powerpoint
tidak bisa di klik)
Peserta diskusi : Nah nah nahh
hahaha
Penyaji : Maaf ibu Yuli
dan teman-teman
ada kesalahan
teknis sedikit,
mohon tunggu
sebentar.
Penutur adalah seorang penyaji.
Penutur dan mitra tutur (peserta
diskusi) berada dalam diskusi
kelas. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur ketika
terjadi kesalahan saat
menayangkan powerpoint.
Penutur mengakui
telah terjadi
kesalahan, tentu itu
akan merugikan
dirinya sendiri karena
bagi mitra tutur hal itu
dianggap lucu dan
langsung
menertawakannya.
Melihat hal itu,
penutur justru dengan
rendah hati meminta
maaf kepada mitra
tutur dengan
menggunakan diksi
yang mencerminkan
kesantunan yakni
“maaf”, dengan begitu
penutur telah
mencerminkan rasa
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
hormat kepada mitra
tutur dan menambah
nilai kesopanannya,
sehingga proses
diskusi akan menjadi
semakin berjalan
dengan lancar.
o Cara bertutur dalam
tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur
menjaga muka positif
dirinya dan
kelompoknya dengan
menggunakan
kesantunan positif,
yakni memberikan
alasan kepada mitra
tutur. Penutur
mencoba untuk
menyelamatkan muka
dirinya dan
kelompoknya agar
tidak disalahkan atas
kesalahan yang
terjadi, karena
kesalahan pada
powerpoint adalah
kesalahan teknis dan
bisa terjadi kepada
siapa saja dan tidak
disengaja, dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
begitu muka penutur
bahkan kelompoknya
akan terselamatkan
12. Maksim kedermawanan
Buatlah kerugian
diri sendiri
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o memberikan
alasan
Penyaji : Ya terimakasih,
mungkin masih
ada yang ingin
ditanyakan ? oh ya
mbak silahkan
Peserta diskusi: Saya cuma mau
tanya apakah di
makalah
dicantumkan daftar
pustakanya ?
soalnya kan itu di
slide tidak ada, dan
seharusnya kan
tetap harus di
cantumkan
menurut saya dan
kalian mengambil
dari buku atau
internet atau dari
mana, ya
terimakasih
Penyaji : Ohh iya maaf,
kami lupa
mencantumkan
sumbernya, kami
mengambil dari
internet dan juga
buku tapi kami
lupa cantumkan
Penutur adalah seorang penyaji.
Tuturan terjadi di dalam diskusi
kelas yang ditujukan kepada
mitra tutur (peserta diskusi)
ketika sesi tanya jawab masih
berlangsung.
Penutur bersedia
mengakui bahwa
memang
kelompoknya
melakukan kesalahan
dengan tidak
mencantumkan daftar
pustaka di slidenya.
Penutur tidak
berusaha membela
dan justru dengan
gamblang mengakui
bahwa itu kesalahan
kelompoknya. Hal
tersebut jelas bisa
membuat kerugian
bagi dirinya dan
kolompoknya sendiri,
mengingat hal itu bisa
membuat penilaian
dari dosen berkurang
dan menimbulkan
keraguan bagi peserta
diskusi lain terhadap
materi yang sudah
dijelaskan.
o Cara bertutur dalam
tuturan tersebut
memperlihatkan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
itu mbak di slide,
kalau di makalah
ada kok mbak
dan ini kesalahan
kami, makasih
mbak sudah
mengingatkan.
bahwa penutur
menjaga muka positif
dirinya dan
kelompoknya dengan
menggunakan
kesantunan positif,
yakni memberikan
alasan kepada mitra
tutur. Penutur
mencoba untuk
menyelamatkan muka
dirinya dan
kelompoknya agar
tidak disalahkan atas
kelalaian kelompok
tidak mencantumkan
sumber materinya.
13. Maksim kedermawanan
Buatlah kerugian
diri sendiri
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Memberikan
alasan
Penyaji : Apakah ada yang
mau bertanya lagi
? ohh ya yang
dibelakang
Peserta diskusi : Saya mau
menambahkan
saja, coba di slide
ke 2 apa 3 tadi, nah
ya itu, apakah
benar cara kalian
menulis kutipan
seperti itu ?
Penyaji : Yang mana mbak,
ohh iya iya itu
kesalahan kami,
Penutur adalah seorang penyaji.
Tuturan terjadi di dalam diskusi
kelas ketika sesi tanya jawab.
Tuturan merupakan tanggapan
penutur (penyaj) terhadap
masukan dari mitra tutur (peserta
diskusi).
Penutur mengakui
telah terjadi kesalahan
penulisan yang
dilakukan oleh dirinya
dan kelompoknya. Hal
itu bisa merugikan
dirinya sendiri dan
kelompoknya, karena
kesalahan dalam hal
penulisan kutipan itu
sesuatu yang kurang
bisa diterima oleh
dosen karena sudah
pernah diajarkan,
terlihat di akhir
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
kami kurang
cermat dalam
menulis kutipan,
terimakasih atas
pembenarannya
mbak, apakah
ada lagi ?
presentasi dosen
memberitahu
kelompok tentang
kesalahan penulisan
yang dibuat kelompok
itu. Dalam
mengungkapkannya,
penutur juga
menggunakan diksi
yang mencerminkan
kesantunan yakni
“terimakasih”, dengan
begitu penutur telah
mencerminkan rasa
hormat kepada mitra
tutur dan menambah
nilai kesopanannya.
o Cara bertutur dalam
tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur
menjaga muka positif
dirinya dan
kelompoknya dengan
menggunakan
kesantunan positif,
yakni memberikan
alasan kepada mitra
tutur. Penutur
mencoba untuk
menyelamatkan muka
dirinya dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
kelompoknya agar
tidak disalahkan atas
kesalahan dalam
penulisan kutipan.
Maksim Pujian dan Strategi Kesantunan
Data
Pematuhan
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian
dengan teori
(Triangulator)
Setuju Tidak
Setuju
14. Maksim Pujian
Pujilah orang
sebanyak
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Membesar-
besarkan
perhatian dan
simpati kepada
mitra tutur
Peserta Diskusi 1 : Eee mungkin saya
bisa sedikit
membantu
kelompok, karena
dulu saya di SMA
dari jurusan bahasa
dan mengerti akan
hal tersebut
Peserta Diskusi 2 : Wuissss, wuihhh
hebat (tepuk
tangan) Peserta Diskusi 1 : Yaya sudah
makasih, saya
lanjutkan yaa...
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Tuturan terjadi dalam
diskusi kelas ketika sesi tanya
jawab. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (peserta
diskusi 1) terhadap pernyataan
dari mitra tutur (peserta diskusi
2) ketika ingin membantu
kelompok menjawab pertanyaan.
Tuturan tersebut tidak
menggunakan diksi
yang santun, tetapi
tetap dinilai santun
karena kalimat
tersebut mendorong
peserta diskusi lain
untuk ikut memuji
mitra tutur. Hal itu
dibuktikan dengan
tepuk tangan dari
peserta diskusi yang
lain, selain itu juga
menimbulkan rasa
senang bagi mitra
tutur. Pujian seperti
itu sudah cukup untuk
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
bersikap santun
kepada mitra tutur
(peserta diskusi 1),
karena menimbulkan
rasa senang dengan
apa yang dikatakan
penutur.
o Cara bertutur dalam
tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur
mencoba
menggunakan
kesantunan positif,
dengan membesar-
besarkan perhatian
dan simpati kepada
mitra tutur. Dengan
memberikan sugesti
kepada peserta diskusi
lain untuk
memberikan tepuk
tangan seperti yang
dilakukannya, mitra
tutur merasa sangat
senang bahwa apa
yang dilakukannya
dihargai oleh semua
peserta diskusi yang
lain, sehingga muka
positifnya akan
terjaga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
15. Maksim Pujian
Pujilah orang
sebanyak
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Membesar-
besarkan
perhatian dan
simpati kepada
mitra tutur
Peserta diskusi : Sebelumnya mari
kita beri applouse
buat kalompok ini
karena
penjelasannya
begitu jelas dan
lengkap menurut
saya.
Penyaji : Iya terimakasih banyak
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (peserta
diskusi) terhadap presentasi
yang telah dilakukan oleh
kelompok penyaji.
Penutur menyatakan
bahwa presentasi dari
kelompok penyaji
jelas dan lengkap,
bahkan meminta
peserta diskusi lain
untuk memberikan
applouse. Hal ini
tentunya semakin
membuat kelompok
penyaji senang dan
bahagia karena
penjelasannya dapat
dimengerti dan
diterima dengan baik
oleh mitra tutur,
dengan
memaksimalkan
pujian maka tuturan
dari penutur (peserta
diskusi) tersebut
termasuk tuturan yang
santun.
o Cara bertutur dalam
tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur
mencoba untuk
memberikan perhatian
dan bersimpati kepada
apa yang telah
dilakukan mitra
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
tuturnya. Penutur
mengatakan bahwa
presentasi dari
kelompoknya sangat
bagus dan lengkap
dalam menjelaskan
materi, dengan begitu
mitra tutur akan
merasa senang karena
apa yang
dilakukannya dan
kelompoknya sangat
dihargai, sehingga
diskusi kelas menjadi
lebih baik lagi karena
dapat memotivasi
kelompok lain.
16. Maksim Pujian
Pujilah orang
sebanyak
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Membesar-
besarkan
perhatian dan
simpati kepada
mitra tutur
Penyaji : Ya jadi seperti itu,
apa sudah
dimengerti ?
Peserta diskusi : Ohh ya,
terimakasih
penjelasan dari
teman Ann, saya
rasa penjelasannya
sangat baik dan
lengkap dan
pertanyaan saya
sudah terjawab.
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (peserta
diskusi) terhadap jawaban dari
mitra tutur (penyaji) setelah
selesai menjawab
pertanyaannya.
Penutur mengatakan
bahwa penjelasan dari
mitra tutur sangat baik
dan lengkap, dan
pastinya hal tersebut
membuat mitra tutur
menjadi senang
karena telah berhasil
menjawab pertanyaan
penutur. Penutur
memberikan pujian
atas jawaban penyaji,
dengan begitu penutur
telah bertutur santun
karena sesuai dengan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
maksim pujian. Selain
itu, penutur
menggunakan diksi
yang mencerminkan
kesantunan yakni
“terimakasih” untuk
memulai dan
memanggil mitra tutur
dengan sebutan
“teman” yang
membuat mereka
menjadi merasa lebih
dekat serta saling
menghormati satu
sama lain, hal tersebut
semakin menambah
nilai kesantunannya.
o Cara bertutur dalam
tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur
mencoba untuk
memberikan perhatian
dan bersimpati kepada
apa yang telah
dilakukan mitra
tuturnya. Dengan
memberikan pujian
atas apa yang
dilakukannya yakni
menjawab pertanyaan
dengan sangat baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
dan lengkap. Hal itu
membuat muka positif
mitra tutur akan
terjaga di mata dosen
dan para peserta
diskusi yang lain
dengan adanya
pengakuan dari
penutur bahwa
jawaban yang
diberikan sudah baik
dan lengkap, dengan
begitu mitra tutur
akan merasa senang
dan puas karena
jawabannya dapat
diterima dengan baik.
17. Maksim Pujian
Pujilah orang
sebanyak
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Membesar-
besarkan
perhatian dan
simpati kepada
mitra tutur
Penyaji : Eee kemudian
selanjutnya temen2
yg memberikan
tanggapan, ya yangg
pertama suster, kedua
aan, puput, ino dan
ata, silahkan suster
Peserta diskusi: Terimakasih atas
kesempatannya,
yang pertama
teman-teman mari
kita berikan
applouse buat
temen kita, karena
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (peserta
diskusi) terhadap video yang
dibuat oleh kelompok mitra tutur
(penyaji).
Penutur menyatakan
bahwa video yang
dibuat kelompok
penyaji sangatlah
bagus, mengingat
hanya mempunyai
waktu satu minggu.
Penutur
menambahkan, bahwa
dalam satu minggu itu
juga banyak tugas
yang lain dan melihat
hasil yang dibuat
kelompok penyaji
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
saya pikir dalam
waktu 1 minggu ini
kalian bisa
membuat video
yang cukup bagus
dan denagn tema
yang cukup
menarik. Saya rasa
sudah bagus
mengingat banyak
tugas-tugas lain
yang mengantri ya,
dan kalian bisa
membuat seperti
itu jd saya
mengapresiasinya.
sudah sangat bagus.
Terlebih penutur
meminta peserta
diskusi lain untuk
memberikan applouse,
hal ini tentunya
semakin membuat
kelompok penyaji
senang dan bahagia
usahanya sangat
dihargai dan
diapresiasi dengan
sangat baik oleh
peserta diskusi.
o Cara bertutur dalam
tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur
mencoba untuk
memberikan perhatian
dan bersimpati
terhadap apa yang
telah dilakukan mitra
tuturnya. Dengan
memberikan pujian
atas apa yang
dilakukannya yakni
membuat video
presentasi dengan
jangka waktu yang
singkat yakni satu
minggu. Hal itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
membuat muka positif
mitra tutur akan
terjaga di mata dosen
dan para peserta
diskusi yang lain.
18. Maksim Pujian
Pujilah orang
sebanyak
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Membesar-
besarkan
perhatian dan
simpati kepada
mitra tutur
Penyaji :Yang lain silahkan,
Ohhh ya silahkan
Petrus
Peserta diskusi: Terimakasih atas
waktunya,
videonya bagus
sekali suaranya
jelas hanya
dibagian akhir tadi
agak gak jelas, tapi
kelompok ini
kompak dan bagus,
masalah formal
atau tidaknya itu
masukan bagi
kelompok lain yang
belum tampil tapi
alangkah lebih
bagusnya apabila
tadi ditambahkan
simpulan terkait
bahan bahasan
yang ada di
talkshownya pasti
akan lebih bagus,
itu saja makasih.
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (peserta
diskusi) terhadap video yang
dibuat oleh kelompok mitra tutur
(penyaji).
Penutur menyatakan
bahwa video yang
dibuat kelompok
penyaji sangatalah
bagus, baik dari segi
suara dan tampilan,
bahkan penutur
membela kelompok
penyaji mengenai
lingkup formal atau
nonformal yang
banyak di kritik oleh
peserta diskusi yang
lain. Hal itu jelas
sangatlah
menyenangkan bagi
kelompok penyaji,
karena usahanya
sangat dihargai dan
diapresiasi bahkan
diberi pembelaan oleh
penutur.
o Cara bertutur dalam
tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur
mencoba untuk
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
memberikan perhatian
dan bersimpati kepada
apa yang telah
dilakukan mitra
tuturnya, dengan
memberikan pujian
atas apa yang
dilakukannya yakni
membuat video untuk
presentasi. Hal itu
membuat muka positif
mitra tutur akan
terjaga di mata dosen
dan para peserta
diskusi yang lain,
walaupun ada
masukan dari penutur
tetapi penutur
memberikan banyak
pujian sehingga akan
membuat mitra tutur
dan kelompoknya
senang juga tidak
menjatuhkan muka
mitra tuturnya.
19. Maksim Pujian
Pujilah orang
sebanyak
mungkin
Strategi kesantunan
positif
Penyaji : Makasih teman Petrus
sudah membantu
kelompok menjawab
pertanyaan dan
dengan jawaban yang
bagus dengan
literatur yang
Penutur adalah seorang penyaji.
Tuturan terjadi dalam diskusi
kelas. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (peserta
diskusi) atas bantuan dari mitra
tutur (peserta diskusi) yang telah
membantu menjawab pertanyaan
Penutur mengatakan
bahwa bantuan ketika
menjawab pertanyaan
yang menyulitkan
kelompok penyaji
sangat baik dan
membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
o Membesar-
besarkan
perhatian dan
simpati kepada
mitra tutur
berbeda dengan yang
kami pakai sehingga
bisa saling
melengkapi ya mas,
hehe
Peserta diskusi : iya iya sama-sama
yang sulit dijawab oleh
kelompok penyaji.
kelompoknya. Hal
tersebut membuat
mitra tutur menjadi
senang, karena merasa
sangat dihargai dan
dengan tuturan yang
diucapkan penutur
membuat peserta
diskusi yang lain
memberikan applouse
dan perhatian dari
dosen, dengan begitu
penutur telah bertutur
santun karena sesuai
dengan maksim
pujian. Selain itu,
penutur menggunakan
diksi yang
mencerminkan
kesantunan yakni
“terimakasih” untuk
memulai dan
memanggil mitra tutur
dengan sebutan
“teman” yang
membuat mereka
menjadi merasa lebih
dekat serta saling
menghormati satu
sama lain, hal tersebut
semakin menambah
nilai kesantunannya.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
o Cara bertutur dalam
tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur
mencoba untuk
memberikan perhatian
dan bersimpati kepada
apa yang telah
dilakukan mitra
tuturnya, dengan
memberikan pujian
atas apa yang
dilakukannya yakni
melengkapi jawaban
penutur dengan sangat
baik dan lengkap. Hal
itu membuat muka
positif mitra tutur
akan terjaga di mata
dosen dan para peserta
diskusi yang lain
dengan adanya
pengakuan dari
penutur bahwa
jawaban yang
diberikan baik dan
sangat membantu
penutur dan
kelompoknya, dengan
begitu mitra tutur
akan merasa senang
dan puas karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
jawabannya dapat
diterima dengan baik.
Maksim Kesepakatan dan Strategi Kesantunan
Data
Pematuhan
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian
dengan teori
(Triangulator)
Setuju Tidak
Setuju
20. Maksim Kesepakatan
Buatlah
kesepakatan
diri dan orang
lain sebanyak
mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan
dan simpati
kepada mita
tutur
Penyaji : Jadi seperti itu
penjelasan dari saya,
jadi antara
pantomim dan
drama itu berbeda
Peserta diskusi : Sebelumnya saya
memeperkenalkan
diri dulu, nama saya
Danea, saya
sependapat dengan
jawaban dari
Petrus tadi bahwa
pantomim itu
berbeda dengan
drama, namun
perbedaan yang
signifikan itu
dibagian apa ya ?
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Tuturan terjadi dalam
diskusi kelas. Tuturan
merupakan tanggapan dari
penutur (peserta diskusi) ketika
menanggapi jawaban mitra tutur
(penyaji).
Tuturan tersebut
memperlihatkan bahwa
sebenarnya penutur
masih belum puas
dengan jawaban mitra
tutur, akan tetapi
penutur mengawali
tuturannya dengan
mengatakan
sependapat. Hal ini
menjadikan tuturan
tersebut enak didengar
dan terasa santun,
karena penutur
berusaha menghargai
dan menerima jawaban
dari mitra tutur dan
tidak mengatakan
ketidaksetujuannya
secara langsung,
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
sehingga tidak
mengancam muka mitra
tuturnya.
o Cara bertutur dalam
tuturan tersebut
memperlihatkan bahwa
penutur mencoba
menggunakan
kesantunan positif
dengan memberikan
persetujuan terhadap
apa yang telah
dijelaskan oleh mitra
tutur, meskipun
sebenarnya masih ada
keraguan dalam benak
penutur. Dengan begitu,
muka mitra tutur akan
aman di mata dosen
maupun peserta diskusi
yang lain, karena
jawabannya masih
dapat diterima
walaupun masih
kurang. Penutur telah
mengusahakan
kesepakatan dengan
mitra tutur dan secara
tidak langsung penutur
telah menyelamatkan
muka mitra tutur.
Penutur juga telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
bertutur santun kepada
mitra tutur dan hal itu
akan menambah
solidaritas diantara
keduanya, sehingga
tidak terjadi
pertentangan sehingga
diskusi bisa dilanjutkan
dengan lancar.
21. Maksim Kesepakatan
Buatlah
kesepakatan
diri dan orang
lain sebanyak
mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan
dan simpati
kepada mita
tutur
Penyaji : Demikian presentasi
dari kelompok kami,
silahkan bagi yang
mau bertanya, kami
buka 2 sesi dan setiap
sesi 3 penanya,
silahkan. Ya maria
silahkan
Peserta diskusi : Makasih atas
kesempatannya, tadi
kelompok
menjelaskan
mengenai unsur
ekstrinsik karya
sastra dan menurut
saya sudah lengkap
tatapi saya masih
kurang jelas yang
kelompok jelaskan
pas bagian yang
psikologis itu, nah
bisa diperjelas ? ya
makasih
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
(penyaji) berada dalam suatu
diskusi kelas ketika sesi tanya
jawab. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur setelah
dipersilahkan untuk bertanya.
Tuturan tersebut
memperlihatkan bahwa
sebenarnya penutur
masih ragu dan belum
puas terhadap
penjelasan dari
kelompok penyaji,
tetapi penutur
mengawali tuturannya
dengan mengatakan
bahwa presentasi yang
dilakukan kelompok
penyaji sudah lengkap.
Hal ini menjadikan
tuturan tersebut enak
didengar dan terasa
santun, karena penutur
berusaha menghargai
dan menerima
penjelasan yang sudah
dilakukan oleh mitra
tutur. Sebenarnya
masih ada hal yang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
belum dimengerti,
namun tidak
mengatakan
ketidaksetujuannya
secara langsung
sehingga tidak
mengancam muka mitra
tuturnya.
o Cara bertutur dalam
tuturan tersebut
memperlihatkan bahwa
penutur mencoba
menggunakan
kesantunan positif
dengan memberikan
persetujuan terhadap
apa yang telah
dijelaskan oleh mitra
tutur, meskipun
sebenarnya masih ada
yang kurang jelas bagi
penutur. Dengan begitu,
muka mitra tutur akan
aman di mata dosen
maupun peserta diskusi
yang lain karena
penjelasannya dan
kelompoknya masih
dapat diterima,
walaupun masih
kurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
22.
Maksim Kesepakatan
Buatlah
kesepakatan
diri dan orang
lain sebanyak
mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan
dan simpati
kepada mita
tutur
Penyaji : Selanjutnya, silahkan
mas
Peserta diskusi: Terimakasih
kesempatannya, oke
sebenarnya
penjelasan dari
mbak Regina sudah
jelas dan saya
mengerti, tapi saya
hanya ingin lebih
diperjelas lagi
bagian latar
belakang pengarang,
terimakasih
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Tuturan terjadi dalam
diskusi kelas ketika sesi tanya
jawab. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (peserta
diskusi) ketika dipersilahkan
penyaji untuk memberi
pertanyaan atau sanggahan.
Tuturan tersebut
memperlihatkan bahwa
mengusahakan
kesepakatan atau
sependapat dengan
mitra tuturnya, padahal
masih ada bagian yang
belum dimengerti. Hal
ini menjadikan tuturan
tersebut enak didengar
dan terasa santun,
karena penutur
berusaha menghargai
dan menerima
penjelasan dari mitra
tutur dan tidak
mengatakan
ketidaksetujuannya
secara langsung.
o Cara bertutur dalam
tuturan tersebut
memperlihatkan bahwa
penutur mencoba
menggunakan
kesantunan positif
dengan memberikan
persetujuan terhadap
apa yang telah
dijelaskan oleh mitra
tutur, meskipun masih
ada bagian yang belum
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
dimengerti. Secara
tidak langsung, muka
mitra tutur akan aman
di mata dosen maupun
peserta diskusi yang
lain, karena
penjelasannya
dikatakan sudah bagus,
walaupun sebenarnya
masih kurang. Penutur
telah mengusahakan
kesepakatan dengan
mitra tutur dan secara
tidak langsung penutur
telah menyelamatkan
muka mitra tutur.
Penutur juga telah
bertutur santun kepada
mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
Maksim Kebijaksanaan dan Strategi Kesantunan
Data
Pelanggaran
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian
dengan teori
(Triangulator)
Setuju Tidak
Setuju
23. Maksim Kebijaksanaan
Buatlah
keuntungan
orang lain
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Peserta diskusi : Lho lha itu sama
kayak yang tadi ! (memotong
penjelasan penyaji)
Penyaji : Nggak, bisa saya
teruskan dulu ?
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
(penyaji) berada dalam diskusi
kelas. Tuturan merupakan
sanggahan dari penutur terhadap
penjelasan dari mitratutur
(penyaji) yang dianggap sama
seperti materi yang sudah
dijelaskan sebelumnya ketika
mitratutur (penyaji) masih
menjelaskan materi.
Tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur
menimbulkan
kerugian bagi mitra
tutur. Hal itu
dibuktikan ketika
mitra tutur belum
selesai menjelaskan
dan penutur
memotong
pembicaraannya tanpa
didahului dengan
diksi halus, misalnya
“maaf” atau nonverbal
misalnya
“mengacungkan jari”.
Selain itu juga
menimbulkan efek
buruk bagi mitra tutur,
yakni bisa membuat
konsentrasinya
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
terganggu dan
tersingung. Hal itu
dibuktikan dengan
tanggapan dari mitra
tutur yang
menuturkan “nggak,
bisa saya teruskan
dulu ?”, dengan nada
agak keras dari
sebelumnya yang
menandakan bahwa
mitra tutur merasa
terganggu, bahkan
emosi dengan tuturan
penutur, dan hal ini
jelas bertentangan
dengan maksim
kebijaksanaan yang
mengharuskan
keuntungan bagi mitra
tutur.
o Penutur seharusnya
menjaga muka positif
mitra tutur dengan
menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mita
tutur. Namun, tuturan
tersebut justru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
memperlihatkan
bahwa penutur
membuat mitra
tuturnya terpojok dan
menimbulkan
keraguan bagi peserta
diskusi yang lain, dan
terlihat bahwa penutur
tidak menghargai atau
memberikan simpati
terhadap apa yang
telah dilakukan oleh
mitra tuturnya.
24. Maksim Kebijaksanaan
Buatlah
keuntungan
orang lain
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Penyaji : Opo eneh ?
Peserta diskusi: Responnya ?
Penyaji : Yo kui, responnya
kita menangkap
itu bo !
Penutur adalah seorang penyaji.
Penutur dan mitra tutur (peserta
diskusi) berada dalam diskusi
kelas ketika sesi tanya jawab.
Tuturan merupakan tanggapan
dari penutur terhadap pertanyaan
dari mitra tutur (peserta diskusi)
yang belum puas akan jawaban
dari penutur.
Tuturan tersebut
diucapkan dengan
nada yang kurang
enak didengar bagi
mitra tuturnya.
Tuturan itu
memperlihatkan
penutur merugikan
mitra tuturnya, karena
mitra tutur merasa
jawabannya belum
sepenuhnya terjawab
dan ingin
memperjelasnya,
tetapi penutur
mengatakan “opo
eneh ? “ dan “yo kui
!” dimana kedua diksi
tersebut tidak halus
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
dan tidak santun,
karena dalam lingkup
formal dan dikatakan
dengan nada yang
kurang enak didengar
(tekanan naik). Jadi
bisa diartikan
merendahkan mitra
tutur, bahkan dapat
memancing emosi
mitra tutur. Hal ini
menjadikan proses
komunikasi terhenti,
mitra tutur merasa
tidak senang karena
jawabannya tidak
terjawab dan justru
diberi tanggapan
negatif dari penutur
dan jelas bahwa
tuturan tersebut tidak
santun.
o Penutur seharusnya
berusaha menjaga
muka positif mitra
tutur dengan
menggunakan
kesantunan positif
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
tutur. Namun, dalam
tuturan tersebut jelas
terlihat bahwa penutur
tidak memberikan
simpati kepada mitra
tutur yang belum puas
akan jawaban yang
diberikan, justru
seperti mengejek
mitra tutur dan
penutur juga tidak
berusaha membuat
persetujuan, justru
membuat
pertentangan yang
dapat memancing
emosi mitra tuturnya.
25. Maksim Kebijaksanaan
Buatlah
keuntungan
orang lain
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Penyaji : Menurut KBBI
novel adalah
karangan prosa
yang panjang
mengandung
rangkaian cerita
kehidupan
seseorang dengan
orang
disekelilingnya
dengan
Peserta Diskusi : Kurang cepat !!
Penyaji : Ohh iya iyaa saya
ulangi
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
(penyaji) berada dalam sebuah
diskusi kelas ketika sesi tanya
jawab. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur saat
mitra tutur (penyaji)
menjelaskan materi diskusi.
Tuturan “kurang
cepat!!” diucapkan
dengan nada yang
keras dan kurang enak
didengar. Tuturan
tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur justru
menimbulkan
kerugian bagi mitra
tutur. Hal itu
dibuktikan ketika
mitra tutur sedang
menjelaskan materi
dan penutur langsung
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
berteriak “kurang
cepat!!” tanpa
didahului dengan
diksi halus, misalnya
“maaf” sehingga bagi
penutur akan
menimbulkan efek
buruk yakni bisa
membuat tersingung
dan proses diskusi
bisa menjadi kacau.
o Penutur seharusnya
dapat menjaga muka
positif mitra tutur
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mita
tutur. Namun, tuturan
tersebut justru dapat
membuat mitra tutur
menjadi tertekan dan
bisa terpancing
emosinya karena
penutur tiba-tiba
menyela
pembicaraanya.
26. Maksim Kebijaksanaan
Buatlah
Penyaji : Prosa berasal
dari bahasa itali
Penutur adalah seorang peserta
diskusi 1. Penutur dan mitra Tuturan “Ssstt ssstt
pinjem bolpen!!”,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
keuntungan
orang lain
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Peserta Diskusi 1: Ssstt ssstt
pinjem bolpen (volume keras)
Peserta Diskusi 2: Iya iya bentar
Penyaji : Bisa dilanjutkan?
tutur (penyaji) berada dalam
diskusi kelas. Tuturan
merupakan perkataan penutur
(peserta diskusi 1) terhadap
peserta diskusi 2 ketika penyaji
sedang menjelaskan materi.
sebenarnya
menggunakan diksi
yang masih dikatakan
santun, tetapi
dikatakan pada saat
penyaji masih
berbicara (memotong
pembicaraan) dan
dengan volume yang
keras sehingga hal itu
jelas mengganggu
jalannya diskusi yang
menjadikan tuturan
tersebut menjadi tidak
santun. Penutur boleh
saja meminjam
sesuatu, tetapi harus
memperhatikan
konteks situasinya,
misalnya pada saat
jeda diskusi atau
dengan volume yang
lembut sehingga tidak
terdengar sampai ke
penyaji, jadi penyaji
tidak akan terganggu
dengan tuturannya.
Terlihat jika penutur
menggagu mitra
tuturnya seperti itu,
dapat menyebabkan
hilangnya konsentrasi
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
untuk menjelaskan
materi, hal itu juga
membuat diskusi
terhenti dan jelas
merugikan mitra
tuturnya.
o Penutur terlihat tidak
memberikan perhatian
terhadap mitra tutur
yang sedang
menjelaskan materi di
depan, bahkan tidak
memberikan simpati
atas apa yang
dilakukan mitra tutur
yang telah susah
payah mempersiapkan
materi dan
menjelaskan. Penutur
justru dengan
santainya meminjam
bolpoin ke temannya
dengan volume yang
keras dan membuat
mitra tutur
menghentikan
penjelasannya, bahkan
menjadi emosi dengan
penutur. Hal seperti
ini seharusnya tidak
terjadi saat diskusi
kelas berlangsung,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
karena akan sangat
mengganggu dan
membuat diskusi
terhenti.
27. Maksim Kebijaksanaan
Buatlah
keuntungan
orang lain
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Penyaji : Ya sudah dijawab
ya ? nah silahkan
yang mau
memberi saran,
kritik atau
Peserta diskusi : Saya ! saya tadi
belom dijawab,
manfaat itu
seperti apa dan
buat apa !
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Tuturan terjadi dalam
diskusi kelas ketika sesi tanya
jawab. Tuturan adalah tanggapan
penutur terhadap pernyataan
yang diberikan mitra tutur
(penyaji).
Tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur justru
menimbulkan
kerugian bagi mitra
tuturnya. Hal itu
terlihat dari
tuturannya yang
terlihat emosi dan
kurang enak didengar,
yang menandakan
bahwa penutur tidak
suka dengan apa yang
dikatakan mitra
tuturnya. Padahal,
mungkin bisa saja
mitra tutur lupa
menjawab dan
alangkah lebih
baiknya jika tidak
disertai emosi dan
bisa menggunakan
diksi yang
mencerminkan
kesantunan, misalnya
“„maaf”, agar terlihat
menghormati mitra
tuturnya. Selain itu,
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
juga bisa
menimbulkan
keraguan bagi peserta
diskusi yang lain. Hal
itu juga menimbulkan
efek buruk bagi mitra
tutur, yakni bisa
membuat
konsentrasinya
terganggu dan
tersingung.
Dibuktikan dengan
tanggapan dari
penutur, bahkan emosi
dengan tuturan
penutur dan hal ini
jelas bertentangan
dengan maksim
kebijaksanaan yang
mengharuskan
keuntungan bagi mitra
tutur.
o Penutur seharusnya
menjaga muka positif
mitra tutur dengan
menggunakan
kesantunan positif
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mita
tutur. Namun, tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
tersebut justru
memperlihatkan
bahwa penutur
membuat mitra
tuturnya terpojok dan
menimbulkan
keraguan bagi peserta
diskusi yang lain.
28. Maksim Kebijaksanaan
Buatlah
keuntungan
orang lain
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Penyaji : Ohh iya iya, kalau
pengalamanku
dalam pelajaran
fonologi itu ya
seperti yang
dibilang mas
Phillipus tadi,
yah terimakasih
mas philipus
sarannya
Peserta diskusi 1: Loh ! itu
pertanyaan !
(intonasi naik)
Peserta diskusi 2: Hahahahaha
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Tuturan terjadi dalam
diskusi kelas ketika sesi tanya
jawab. Tuturan adalah tanggapan
penutur terhadap pernyataan
yang diberikan mitra tutur
(penyaji).
Tuturan tersebut
diucapkan penutur
dengan nada yang
kurang enak didengar
bagi mitra tuturnya.
Terlihat jika penutur
justru merugikan bagi
mitra tutur, mitra tutur
merasa penutur
memberikan saran
bagi kelompoknya,
akan tetapi itu adalah
pertanyaan dan
langsung ditanggapi
dengan tuturan yang
mengandung emosi
dan bernada kurang
enak didengar.
Tuturan tersebut dapat
memancing emosi
mitra tuturnya, karena
mitra tutur mungkin
kurang cermat
terhadap apa yang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
disampaikan oleh
penutur dan tidak
seharusnya langsung
ditanggapi dengan
emosi oleh penutur,
bahkan tuturan
tersebut menjadikan
proses komunikasi
terhenti. Mitra tutur
merasa tidak senang,
karena seakan
dibentak oleh penutur
dan membuat peserta
diskusi yang lain
menertawakannya,
sehingga tuturan
tersebut dinilai tidak
santun.
o Penutur seharusnya
menjaga muka positif
mitra tuturnya dengan
menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mita
tutur. Namun, tuturan
tersebut justru
memperlihatkan
bahwa penutur dapat
memancing emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
mitra tuturnya, karena
mitra tutur mungkin
kurang cermat
terhadap apa yang
disampaikan oleh
penutur. Terlihat
bahwa penutur tidak
menghargai atau
memberikan simpati
terhadap apa yang
telah dilakukan oleh
mitra tuturnya.
Tuturan tersebut
membuat peserta
diskusi yang lain
menertawakannya dan
hal tersebut membuat
muka mitra tutur
terjatuh.
29. Maksim Kebijaksanaan
Buatlah
keuntungan
orang lain
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
Penyaji : Mungkin ada
sanggahan, atau
masukan lain ?
hehee.... ada gak
? gak ya ? ohh ya
masnya yang
dibelakang
Peserta diskusi 1: Aduh dia lagi
(melihat ke
orang yang
ditunjuk
penyaji) Peserta diskusi 2: Hahahahaha
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Tuturan terjadi dalam
diskusi kelas ketika sesi tanya
jawab. Tuturan adalah tanggapan
penutur ketika mengetahui
penyaji menunjuk ke salah
seorang peserta diskusi.
Tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur
merendahkan mitra
tuturnya, ketika
penyaji menunjuk
peserta diskusi untuk
bertanya penutur
justru dengan lantang
mengatakan “aduhh
dia lagi”, yang dapat
diartikan bahwa
penutur merendahkan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
239
mita tutur peserta diskusi yang
bertanya entah dengan
alasan apa. Parahnya
lagi, dengan tuturan
tersebut peserta
diskusi langsung
menertawakannya dan
membuat peserta
diskusi yang bertanya
tertunduk malu. Hal
tersebut jelas
merugikan baginya,
karena membuatnya
malu dan merasa
direndahkan padahal
dia belum bertanya,
sehingga seolah-olah
pertanyaan dia
ngawur atau jelek bagi
peserta diskusi yang
lain dan jelas hal
tersebut tidak santun.
o Penutur seharusnya
menjaga muka positif
mitra tutur dengan
menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mita
tutur. Namun, tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
tersebut justru
memperlihatkan
bahwa penutur tidak
memberikan perhatian
dan simpati kepada
mitra tuturnya, terlihat
ketika mitra tutur mau
bertanya justru
dikatakan “aduh dia
lagi” yang jelas akan
menjatuhkan muka
mitra tuturnya di
depan peserta diskusi
yang lain, padahal
mitra tutur belum
mengungkapkan
pertanyaanya.
30. Maksim Kebijaksanaan
Buatlah
keuntungan
orang lain
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Penyaji 1 : Nah baik teman-
teman yang
selanjutnya akan
dijelaskan oleh
Valen
Peserta diskusi : Uhuyy hahaha
(tepuk tangan)
Penyaji 2 : Apasih !
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Tuturan terjadi dalam
diskusi kelas ketika sesi tanya
jawab. Tuturan adalah tanggapan
penutur ketika mengetahui
penyaji mempersilahkan penyaji
lain untuk menjelaskan materi
diskusi.
Tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur justru
menimbulkan
kerugian bagi mitra
tuturnya. Hal itu
dibuktikan, ketika
mitra tutur ditujuk
untuk melanjutkan
menjelaskan materi,
lalu penutur langsung
tertawa dan tepuk
tangan padahal mitra
tutur belum bicara
apapun. Hal itu akan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
menimbulkan efek
buruk bagi mitra tutur,
yakni bisa membuat
konsentrasinya
terganggu dan
tersingung. Hal itu
dibuktikan dengan
tanggapan dari mitra
tutur yang
menuturkan “apasih
!”, dengan nada agak
keras dari
sebelumnya, yang
menandakan bahwa
mitra tutur merasa
terganggu bahkan
emosi dengan tuturan
penutur. Hal ini jelas
bertentangan dengan
maksim kebijaksanaan
yang mengharuskan
keuntungan bagi mitra
tutur.
o Penutur seharusnya
menjaga muka positif
mitra tutur dengan
menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
tutur. Namun, tuturan
tersebut justru
memperlihatkan
bahwa penutur tidak
memberikan simpati
kepada mitra tuturnya.
Penutur seakan
merendahkan mitra
tuturnya dihadapan
peserta diskusi yang
lain, karena mitra
tutur belum berkata
apa-apa dan langsung
disoraki. Jelas hal
tersebut akan
menjatuhkan muka
mitra tuturnya, karena
dapat diartikan
merendahkan mitra
tutur.
31. Maksim Kebijaksanaan
Buatlah
keuntungan
orang lain
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
Penyaji : Apakah ada yang
ingin bertanya ?
Opo ? (apa ?)
(melihat ke peserta
diskusi yang
tunjuk tangan)
Peserta diskusi 1 : Hahahahaha
Peserta diskusi 2 : Saya mau tanya
loh
Penutur adalah seorang penyaji.
Tuturan terjadi dalam diskusi
kelas ketika sesi tanya jawab.
Tuturan adalah tanggapan
penutur ketika ada salah seorang
peserta diskusi yang ingin
bertanya.
Tuturan seharusnya
membuat keuntungan
bagi orang lain,
namun yang terlihat
dalam tuturan tersebut
justru tidak
menguntungkan bagi
mitra tuturnya.
Terlihat ketika
penutur mengatakan
“opo ?” itu sudah
salah, karena
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
simpati kepada
mita tutur
menggunakan kata
daerah dan bisa dirasa
merendahkan mitra
tuturnya. Terlebih
peserta diskusi lain
menjadi tertawa,
padahal mitra tuturnya
hanya ingin bertanya
tetapi respon yang
diberikan penutur
kurang baik.
o Penutur seharusnya
berusaha menjaga
muka positif mitra
tutur dengan
menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mita
tutur. Namun, dalam
tuturan tersebut jelas
terlihat bahwa penutur
tidak memberikan
simpati kepada mitra
tutur yang ingin
bertanya. Penutur
seakan mengejek
mitra tutur dengan
berkata “opo ?” yang
dapat menjatuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
muka mitra tuturnya
juga dapat memancing
emosi mitra tutur.
32. Maksim Kebijaksanaan
Buatlah
keuntungan
orang lain
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Penyaji : Ya ya seperti itu,
jadi dari menyimak
dulu baru nanti ke
ketiga itu sampai
dia bisa memahami
ucapan seseorang
itu, jadi
Peserta diskusi: Lhah trus kalo
organisnya ?
(memotong
pembicaraan)
Penyaji : Jadi ya, pie ? eh
(melihat ke teman
sekelompok)
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Tuturan terjadi dalam
diskusi kelas ketika sesi tanya
jawab. Tuturan diucapkan ketika
mitra tutur (penyaji) belum
menyelesaikan penjelasannya.
Tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur justru
menimbulkan
kerugian bagi mitra
tutur. Hal itu
dibuktikan, ketika
mitra tutur belum
selesai menjelaskan
dan penutur
memotong
pembicaraannya tanpa
didahului dengan
diksi halus, misalnya
“maaf” atau nonverbal
misalnya
“mengacungkan jari”.
Efek buruk lain bagi
mitra tutur, yakni bisa
membuat
konsentrasinya
terganggu, bahkan
menjadi bingung dan
bertanya
kekelompoknya. Hal
itu membuat mitra
tutur seakan tidak bisa
menjelaskan dengan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
245
baik, padahal itu bisa
terjadi karena
konsentrasinya
terganggu dengan
ucapan punutur yang
tiba-tiba.
o Penutur seharusnya
menjaga muka positif
mitra tutur dengan
menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mitra
tutur. Namun, tuturan
tersebut justru
memperlihatkan
bahwa penutur
membuat mitra
tuturnya terkejut dan
bingung, bahkan
menimbulkan
keraguan bagi peserta
diskusi yang lain.
Terlihat bahwa
penutur tidak
menghargai atau
memberikan simpati,
karena mitra tutur
belum selesai
menjelaskan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
langsung dipotong,
hal itu jelas
menjatuhkan muka
positif mitra tuturnya.
33. Maksim Kebijaksanaan
Buatlah
keuntungan
orang lain
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Penyaji : Apakah masih ada
yang ingin ditanyakan
? Pie ? udah ya ?
Penutur adalah seorang penyaji.
Tuturan terjadi dalam diskusi
kelas ketika sesi tanya jawab.
Tuturan diucapkan penutur
kepada seluruh peserta diskusi
yang hadir.
Tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur seperti
tidak memberikan
kesempatan bertanya
lagi bagi peserta
diskusi yang hadir.
Terlebih penutur
menggunakan diksi
yang kurang santun
“pie?”, dan jelas
kurang enak didengar
bagi peserta diskusi.
Hal itu tentunya
berlawanan dengan
maksim
kebijaksanaan, yang
seharusnya tuturan itu
memberikan
keuntungan bukan
malah menutup
kesempatan untuk
bertanya dan
berakibat merugikan
bagi mitra tuturnya.
o Penutur seharusnya
menjaga muka positif
mitra tutur dengan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
247
menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mita
tutur. Namun, tuturan
tersebut justru
memperlihatkan
bahwa penutur tidak
ingin ada yang
bertanya lagi dan
seakan memaksa
mitra tuturnya untuk
menerima begitu saja
apa yang sudah
dijelaskan. Hal
tersebut tidak
menghargai atau
memberikan simpati
terhadap kehadiran
mitra tuturnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
Maksim kedermawanan dan Strategi Kesantunan
Data
Pelanggaran
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian
dengan teori
(Triangulator)
Setuju Tidak
Setuju
34. Maksim kedermawanan
Buatlah kerugian
diri sendiri
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Peserta Diskusi : Hahahaha galau
Penyaji : Ya itu ya, sudah
ketawanya ?!! Yang selanjutnya
yang kesembilan
memiliki riwayat
keluarga bunuh
diri.
Penutur adalah seorang penyaji.
Penutur dan mitra tutur berada
dalam diskusi kelas. Tuturan
merupakan tanggapan dari
penutur (penyaji) terhadap
tuturan yang diucapkan oleh
mitratutur (peserta diskusi).
Tuturan “ ya itu ya,
sudah ketawanya ?!!”
terasa kurang enak
didengar dan
mempunyai kesan
marah, karena dengan
notasi yang tinggi.
Kesan itu yang
menyebabkan penutur
melanggar maksim
kedermawanan.
Sebenarnya diksi yang
digunakan adalah
diksi santun, akan
tetapi dalam
pengucapannya
disertai notasi yang
tinggi, kesan penutur
memarahi mitra tutur.
Hal itu jelas telah
meminimalkan rasa
hormat kepada orang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249
lain dan merugikan
mitra tutur karena
menimbulkan rasa
tidak menyenangkan,
sehingga melanggar
maksim
kedermawanan dan
dapat dikatakan tidak
santun.
o Cara bertutur seperti
itu bisa menjatuhkan
muka mitra tuturnya.
Penutur boleh tidak
suka dengan apa yang
dikatakan mitra tutur,
tetapi harus
memperhatikan
kesantunan, misalnya
dengan nada yang
tidak sekeras itu dan
lebih baik lagi bila
disertai diksi yang
mencerminkan
kesantunan misalnya,
“maaf” atau “tolong”
yang akan membuat
tuturannya terasa
lebih santun dan tidak
akan mengancam
muka mitra tuturnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
250
35. Maksim kedermawanan
Buatlah kerugian
bagi diri sendiri
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Penyaji : Mereka
melakukan
tindakan
melawan
norma-norma
yang sudah
ditetapkan,
misalnya orang
tuanya bunuh
diri terus apa
yang dilakukan
anak-anaknya ?
jadi itu hal yang
menyimpang
menurut
kelompok kami.
Apakah ada
tanggapan ?
Peserta Diskusi 1: Dong ra ?
(mengerti
tidak ?) dong
ra ? (mengerti
tidak ?) ra
dong (tidak
mengerti)
hahaha
Peserta Diskusi 2: Ojo koyo ngono
to ! (jangan
seperti itu) yaya
mengerti
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
berada dalam diskusi kelas
dalam sesi tanya jawab. Tuturan
merupakan tanggapan dari mitra
tutur (peserta diskusi 1) terhadap
pertanyaan yang sebenarnya
ditujukan kepada mitra tutur
(peserta diskusi 2).
Tuturan seharusnya
membuat kerugian
bagi diri sendiri
sebesar mungkin,
namun tuturan
tersebut justru dapat
mengakibatkan
perasaan negatif bagi
mitra tutur (peserta
diskusi 2) yakni
membuat tersinggung
dan menjatuhkan
muka mitra tutur. Hal
itu dibuktikan dengan
respon dari mitra tutur
(peserta diskusi 2)
yang mengatakan “ojo
koyo ngono to, yaya
mengerti” yang berarti
jangan seperti itu,
saya itu mengerti. Hal
ini mencerminkan
bahwa mitra tutur
(peserta diskusi 2)
tidak senang dengan
tuturan penutur
(peserta diskusi 1) dan
merasa diremehkan,
karena dianggap tidak
mengerti dengan
jawaban akan
pertanyaannya.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
251
Tuturan seperti itu
secara tidak langsung
dapat merendahkan
dan tidak
menghormati mitra
tutur (peserta diskusi
2) selain mengejek,
tuturan tersebut juga
menggunakan bahasa
daerah dan dilingkup
formal itu kurang
tepat, sehingga tuturan
tersebut semakin tidak
santun.
o Penutur seharusnya
dapat menjaga muka
positif mitra tuturnya
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mita
tutur. Namun, dalam
tuturan tersebut
penutur justru
merendahkan mitra
tutur, sehingga
mengancam muka
mitra tutur karena
dianggap tidak
mengerti dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
252
jawaban yang
diberikan penyaji.
Penutur jelas akan
membuat mitra
tuturnya kehilangan
muka di hadapan
dosen dan para
peserta diskusi yang
lain dengan tuturan
yang seperti itu.
36. Maksim kedermawanan
Buatlah kerugian
bagi diri sendiri
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Penyaji : Maksudnya ?
Peserta diskusi : Jangan dipotong,
ini belum selesai ! Jadi apakah jika
dilakukan
euphanasia itu
tidak melanggar
moral hidup ? kan
jika hidup
memberatkan tapi
jika dilakukan
menghilangkan
nyawa dan itu
melanggar perintah
Allah.
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
berada dalam diskusi kelas.
Tuturan merupakan tanggapan
dari penutur (peserta diskusi)
ketika mitra tutur (penyaji)
meminta penegasan terhadap
pertanyaan yang diajukan oleh
penutur (peserta diskusi).
Tuturan “jangan
dipotong, ini belum
selesai !!”, terasa
kurang enak didengar
dan mempunyai kesan
marah karena dengan
notasi yang tinggi.
Kesan itu yang
menyebabkan penutur
melanggar maksim
kedermawanan,
karena jelas tidak
menghormati mitra
tutur (peserta diskusi).
Sebenarnya diksi yang
digunakan adalah
diksi santun, akan
tetapi dalam
pengucapannya
disertai notasi yang
tinggi, kesan penutur
memarahi mitra tutur.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
253
Hal itu jelas telah
meminimalkan rasa
hormat kepada orang
lain, sehingga
melanggar maksim
kedermawanan dan
dapat dikatakan tidak
santun.
o Penutur seharusnya
dapat menjaga muka
positif mitra tuturnya
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mita
tutur. Namun, dalam
tuturan tersebut
penutur justru
mempunyai kesan
memarahi mitra tutur
yang ingin meminta
kejelasan akan
jawabannya sehingga
mengancam muka
mitra tutur.
37. Maksim kedermawanan
Buatlah kerugian
bagi diri sendiri
sebesar mungkin
Penyaji : Intinya gini loh,
gimana ya, ya
orang bunuh diri
atau euphanasia itu
tergantung mental
Penutur adalah seorang penyaji.
Penutur dan mitra tutur berada
dalam diskusi kelas saaat sesi
tanya jawab. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (penyaji)
Tuturan “coba mas
perhatikan baik-baik
sebelum memberi
sanggahan !!”, terasa
kurang enak didengar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
254
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
dan imannya
Peserta diskusi : Terus jawabannya ?
Penyaji : Iya itu
jawabannya mas,
coba mas
perhatikan baik-
baik sebelum
memberi
sanggahan !
ketika mitra tutur (peserta
diskusi) menanyakan kejelasan
akan jawaban dari penutur
(penyaji)
dan mempunyai kesan
marah dengan notasi
yang tinggi. Kesan itu
yang menyebabkan
penutur melanggar
maksim
kedermawanan karena
jelas tidak
menghormati mitra
tutur. Sebenarnya
diksi yang digunakan
adalah diksi santun,
akan tetapi dalam
pengucapannya
disertai notasi yang
tinggi, kesan penutur
memarahi mitra tutur.
Penutur seharusnya
bisa menjaga emosi
karena wajar apabila
peserta diskusi kurang
setuju dengan
jawaban dari penyaji
dalam suatu diskusi,
karena diskusi adalah
sarana untuk bertukar
pikiran.
o Penutur seharusnya
dapat menjaga muka
positif mitra tuturnya
dengan menggunakan
kesantunan positif,
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
255
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mitra
tutur. Di dalam
tuturan tersebut,
penutur justru
mempunyai kesan
memarahi mitra tutur
yang hanya ingin
menanyakan jawaban
yang dirasa kurang
jelas, namun penutur
justru membentak dan
menilai bahwa mitra
tuturnya tidak
memperhatikan
sehingga mengancam
muka mitra tuturnya.
38. Maksim kedermawanan
Buatlah kerugian
bagi diri sendiri
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
Peserta diskusi : Hubungan anak
dengan orang tua
itu yang baik
seperti apa dan
yg buruk seperti
apa, terus jika ada
konflik anatara
orang tua dan
anak gereja
memandanganya
seperti apa, lalu
kan di gereja
Penutur adalah seorang penyaji.
Penutur dan mitra tutur berada
dalam diskusi kelas ketika sesi
tanya jawab. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (penyaji
1) yang ditujukan kepada mitra
tutur (penyaji 2) ketika
mendapat pertanyaan dari
peserta diskusi
Tuturan seharusnya
membuat kerugian
bagi diri sendiri
sebesar mungkin,
namun tuturan
tersebut justru dapat
mengakibatkan
perasaan negatif bagi
mitra tutur , yakni
membuat tersinggung
dan menjatuhkan
muka mitra tutur.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
256
mita tutur dasar hidupnya
kasih adalagi gak
sih dasar yang
lainnya ? atau
syarat-syarat
yang mendasar,
ya baik seperti
itu.
Penyaji 1 : Ee baik, koe do
dong
pertanyaane ora
? (kalian tahu
pertanyaannya
tidak ?) Penyaji 2 : Ora e, (tidak)
hahaaha
Ketika penutur
mengatakan “koe
dong pertanyaane ora
?”, hal itu bisa
membuat mitra tutur
tersinggung, karena
bagi mitra tutur
pertanyaan yang dia
utarakan dianggap
tidak jelas dan penutur
menggunakan bahasa
yang tidak santun
bahkan membuat
semua yang hadir
menertawakannya.
o Penutur seharusnya
dapat menjaga muka
positif mitra tuturnya
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mitra
tutur. Tuturan seperti
itu secara tidak
langsung dapat
merendahkan dan
tidak menghormati
mitra tutur (peserta
diskusi), karena selain
mengejek, tuturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
257
tersebut juga
menggunakan bahasa
daerah dan dilingkup
formal itu kurang
tepat dan jelas akan
menjatuhkan muka
mitra tuturnya.
39. Maksim kedermawanan
Buatlah kerugian
bagi diri sendiri
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Peserta diskusi 1: Terus bekalnya
ini untuk apa ?
Penyaji : Nah kalu itu
saya juga
kurang tahu
mas, bekalnya
untuk apa !
nanti
ditanyakan ke
bu Yuli ya
Peserta diskusi 2 : Hahahahaa
Penutur adalah seorang penyaji.
Penutur dan mitra tutur berada
dalam diskusi kelas ketika sesi
tanya jawab. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (penyaji)
ketika mitra tutur (peserta
diskusi) menanyakan kejelasan
akan jawaban dari penutur
(penyaji)
Tuturan seharusnya
membuat kerugian
bagi diri sendiri
sebesar mungkin,
namun tuturan
tersebut justru
sebaliknya. Terlihat
dari tuturan “Nah kalu
itu saya juga kurang
tahu mas, bekalnya
untuk apa ! nanti
ditanyakan ke Bu Yuli
yaa, dengan tuturan
seperti itu terlihat
bahwa penutur tidak
mau merugi atau
menghormati mitra
tuturnya. Seharusnya
penutur bisa baik-baik
ketika
mengucapkannya,
tidak dengan notasi
yang keras dan terlihat
meremehkan mitra
tutur seperti itu.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
258
Terlebih peserta
diskusi yang lain
menertawakannya dan
semakin membuat
perasaan mitra
tuturnya tidak senang
dan hal tersebut
menjadikan tuturan
tidak santun.
o Penutur seharusnya
dapat menjaga muka
positif mitra tuturnya
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mitra
tutur. Tuturan seperti
itu tidak menghormati
mitra tutur dan tidak
memperlihatkan
bahwa penutur tidak
memberi perhatian
dan simpati kepda
mitra tutur yang
menanyakan
kejelasan. Tuturan
tersebut terkesan
meremehkan dan bisa
menjatuhkan muka
mitra tutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
259
40. Maksim kedermawanan
Buatlah kerugian
bagi diri sendiri
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Peserta diskusi : Jadi tokoh
protagonis,
antagonis daan
tritagonis harus
ada ?
Penyaji : Iya, biar
ceritanya jadi
lebih seru juga
kan ?!
Peserta diskusi : Iya !
Penutur adalah seorang penyaji.
Penutur dan mitra tutur berada
dalam diskusi kelas ketika sesi
tanya jawab. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (penyaji)
ketika mitra tutur (peserta
diskusi) menanyakan kejelasan
akan jawaban dari penutur
(penyaji)
Tuturan seharusnya
membuat kerugian
bagi diri sendiri
sebesar mungkin,
namun tuturan
tersebut justru
sebaliknya. Terlihat
dari tuturan “iya, biar
ceritanya jadi lebih
seru juga kan, disertai
dengan notasi tinggi
sehingga membuat
mitra tutur merasa
tidak senang, karena
mitra tutur meminta
kejelasan tetapi
direspon dengan tidak
menyenangkan oleh
penutur. Hal itu tentu
menimbulkan
perasaan tidak senang
bagi mitra tutur dan
menandakan bahwa
penutur telah benar
padahal bagi mitra
tutur belum jelas,
sehingga mitra tutur
tidak melanjutkan
untuk bertanya.
o Penutur seharusnya
dapat menjaga muka
positif mitra tuturnya
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mita
tutur. Tuturan seperti
itu bisa membuat
mitra tuturnya emosi
dan bisa terjadi
pertentangan. Hal
tersebut juga
memperlihatkan
bahwa penutur
meremehkan mitra
tuturnya dihadapan
peserta diskusi yang
lain, karena dianggap
tidak mengerti dan
jelas itu akan
menjatuhkan muka
mitra tutur.
41. Maksim kedermawanan
Buatlah kerugian
bagi diri sendiri
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
besarkan
perhatian,
Peserta diskusi 1 : Terus tadi kan
ada yang
dijelaskan oleh
Fiki mengenai
akibat dari bunuh
diri kan
memberatkan
keluarga
Fiki (penyaji) : Ehhh saya tidak
begitu !!
Penutur adalah seorang penyaji.
Penutur dan mitra tutur berada
dalam diskusi kelas ketika sesi
tanya jawab. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (penyaji)
ketika mitra tutur (peserta
diskusi 1) menanyakan
kejelasan akan jawaban dari
penutur (penyaji)
Tuturan seharusnya
membuat kerugian
bagi diri sendiri
sebesar mungkin,
namun tuturan
tersebut justru
sebaliknya. Di dalam
tuturan terlihat bahwa
penutur mengelak
ketika diminta
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
261
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Peserta diskusi 2 : Hahahaha nah
lohh piye
(bagaimana ?)
kejelasan oleh mitra
tutur, dan ketika
ditunjuk langsung
mengelak dengan
mengatakan bahwa
prnutur tidak
mengatakan hal itu.
Jelas bahwa penutur
tidak mau merugi,
bahkan tidak
mengakui telah
menjelaskan hal itu
dan bagi mitra tutur
bisa membuat
perasaan tidak senang,
karena ingin meminta
kejelasan dan sudah
memperhatikan malah
dibantah penutur.
Jelas hal tersebut
membuat tidak
menghargai mitra
tuturnya, mungkin
bisa diterima dahulu
bukannya langsung
dibantah seperti itu
dan hal tersebut jelas
tidak santun.
o Penutur seharusnya
dapat menjaga muka
positif mitra tuturnya
dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
262
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mitra
tutur. Namun, tuturan
tersebut justru
menjatuhkan mitra
tuturnya dihadapan
peserta diskusi yang
lain, karena penutur
menyangkal tuduhan
yang tujukan padanya.
Hal tersebut tentu
menimbulkan
perdebatan dan muka
mitra tutur akan jatuh,
karena penutur
langsung menyangkal
tuduhan yang
ditujukan padanya
tanpa memperhatikan
dulu apa yang
dituduhkan padanya.
42. Maksim kedermawanan
Buatlah kerugian
bagi diri sendiri
sebesar mungkin
Strategi kesantunan
positif:
o Membesar-
Penyaji : Nah ini adalah
perbedan dari
fonemik dan
fonetik,
sebelumnya ada
yang tau gak
perbedaan antara
fonemik dan
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
berada dalam diskusi kelas
ketika penyaji menjelaskan
materi. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (peserta
diskusi) ketika mitra tutur
(penyaji) memberikan
Tuturan seharusnya
membuat kerugian
bagi diri sendiri
sebesar mungkin,
namun tuturan
tersebut justru
sebaliknya. Terlihat
dari tuturan “yo ngak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
263
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
fonem ?
Peserta diskusi : Yo engak lah !!
(ya tidak)
hahahaha
pertanyaan bagi seluruh peserta
diskusi.
lah !! hahaha, padahal
maksud dari mitra
tutur adalah untuk
memancing atau
stimulus sebelum
amsuk ke dalam
materi. Namun,
tanggapan dari
penutur justru kurang
baik, bukannya
menjawab atau jika
memang tidak tahu ya
bilang tidak tahu
tetapi tidak dengan
notasi tinggi dan
menertawakannya.
Hal tersebut bisa
membuat mitra
tuturnya tersinggung,
bahkan hilang
konsentrasi untuk
menjelaskan materi
dan jelas membuat
efek buruk bagi mitra
tutur.
o Penutur seharusnya
dapat menjaga muka
positif mitra tuturnya
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
264
persetujuan dan
simpati kepada mitra
tutur. Namun, tuturan
tersebut langsung
menjatuhkan mitra
tuturnya. Mitra tutur
hanya ingin
menyanyakan
mengenai materi yang
akan dibahas, akan
tetapi langsung
direspon dengan
kurang baik oleh
penutur.
Maksim pujian dan Strategi Kesantunan
Data
Pelanggaran
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian
dengan teori
(Triangulator)
Setuju Tidak
Setuju
43. Maksim pujian
Kecamlah orang
lain sedikit
mungkin
Penyaji : Ya silahkan mbak
kalau mau
bertanya
Peserta diskusi : Terimakasih atas
kesempatannya.
Oke terimakasih
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
(penyaji) berada dalam diskusi
kelas ketika sesi tanya jawab.
Tuturan merupakan tanggapan
dari penutur terhadap presentasi
Tuturan seharusnya
meminimalkan
kecaman terhadap
orang lain, tetapi
penutur dengan jelas
mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
265
Strategi kesantunan
positif
o Menghindari
ketidaksetujuan
dengan pura-pura
setuju
atas presentasi
yang sangat
singkat dan
membingungkan
ini, kalian disini
justru
menjelaskan
mengenai anak
bukan
keseluruhan
keluarga,
sementara
judulnya kan
keluarga, itu
gimana ? makasih
yang telah dilakukan oleh
kelompok penyaji.
kekurangan dari
kelompok mitra tutur.
Sebenarnya tuturan
tersebut tidak salah,
tetapi karena isi
tuturannya cenderung
menjelekkan atau
memojokkan
kelompok mitra tutur,
maka tuturan tersebut
menjadi tidak santun.
Hal itu bisa berakibat
buruk bagi mitra tutur,
karena akan
menimbulkan
keraguan bagi peserta
diskusi yang hadir,
selain itu juga bisa
membuat tersinggung
dan bisa mengacaukan
jalannya diskusi.
o Tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur tidak
berusaha menjaga
muka positif mitra
tuturnya dan jelas
bertentangan dengan
strategi kesantunan
positif, yakni
menghindari
ketidaksetujuan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
266
dengan pura-pura
setuju. Jika penutur
menggunakan strategi
kesantunan tersebut,
pasti tuturannya dapat
menjaga muka positif
mitra tutur dan tidak
menimbulkan
pertentangan, dengan
begitu proses diskusi
akan jauh lebih baik
karena adanya rasa
saling mengerti dan
menghormati.
44. Maksim pujian
Kecamlah orang
lain sedikit
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
Penyaji : Ya siapa yang
mau bertanya ?
ohh ya mas
silahkan
pertanyaannya.
Peserta Diskusi: Jadi begini,
sejujurnya saya
gak paham
dengan
presentasi dari
kelompok ini,
antara judul dan
pembahasan
tidak sesuai.
Judulnya kan
peranan
keluarga, nah
yang di jelaskan
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
(penyaji) berada dalam diskusi
kelas ketika sesi tanya jawab.
Tuturan adalah tanggapan dari
penutur yang ditujukan kepada
kelompok penyaji ketika akan
memulai sesi tanya jawab.
Tuturan tersebut bisa
diartikan memojokkan
atau menjelekkan
kelompok penyaji, hal
ini bertentangan
dengan maksim pujian
yang seharusnya
meminimalkan
kecaman terhadap
orang lain. Namun,
penutur secara
terang-terangan
menyebut
pembahasannya tidak
sesuai dan tuturan
yang seperti itu jelas
akan menjatuhkan
muka mitra tuturnya,
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
267
kelompok justru
peran anak,
anak dan anak.
padahal penjelasan
dari mitra tutur belum
tentu tidak sesuai
karena antara penutur
dengan peserta diskusi
lain pastilah berbeda
pendapat dan
mungkin ada peserta
diskusi yang paham.
Tuturan yang
diungkapkan penutur
ini tentu akan
memberikan efek
buruk bagi kelompok
penyaji dan hal ini
membuat tuturan
tersebut tidak santun.
o Penutur seharusnya
bisa menjaga muka
positif mitra tutur
dengan menggunakan
kesantunan positif
yakni melebihkan
perhatian, persetujuan
dan simpati. Namun,
tuturan tersebut justru
tidak menghargai apa
yang telah dilakukan
mitra tuturnya, yakni
menyajikan materi
padahal mitra tutur
telah berusaha sebaik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
268
mungkin untuk
menjelaskannya.
Penutur justru
menjatuhkan muka
positif mitra
tuturnya.
45. Maksim pujian
Kecamlah orang
lain sedikit
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
Penyaji : Iya mbak puput
silahkan
Peserta diskusi : Ohh ya, jadi
menurut saya
video tadi
kurang jelas,
audionya juga
kurang jelas,
jadi masih
kurang dan
kalau bisa
membuat
videonya itu di
tempat yang sepi
biar gak ada
suara lain yang
masuk gitu
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
(penyaji) berada dalam diskusi
kelas ketika sesi tanya jawab.
Tuturan adalah tanggapan dari
penutur ketika diberi
kesempatan untuk bertanya oleh
mitra tutur (penyaji).
Tuturan seharusnya
meminimalkan
kecaman terhadap
orang lain, tetapi
dalam tuturan tersebut
terlihat bahwa penutur
mengatakan
kekurangan video
yang dibuat mitra
tuturnya dengan
sangat terus terang.
Tuturan tersebut tidak
salah karena memang
diminta untuk
mengomentari, akan
tetapi isi tuturannya
cenderung
menjelekkan atau
memojokkan
kelompok penutur,
padahal sudah
berusaha membuat
video tersebut dalam
waktu yang singkat.
Tidak terlihat bahwa
penutur menghargai
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
269
usaha yang sudah
dilakukan mitra tutur
dan kelompoknya.
o Penutur seharusnya
bisa menjaga muka
positif mitra tutur
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni melebihkan
perhatian, persetujuan
dan simpati. Namun,
tuturan penutur
tersebut justru tidak
menghargai apa yang
telah dilakukan mitra
tuturnya, yakni
menyajikan materi
padahal mitra tutur
telah berusaha sebaik
mungkin untuk
menjelaskannya.
46. Maksim pujian
Kecamlah orang
lain sedikit
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
Penyaji : Silahkan yang
mau bertanya
atau
menambahkan,
ya mas silahkan
Peserta diskusi : Begini saya cuma
mau
menambahkan
kalau copy dari
buku atau pun
internet itu
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
(penyaji) berada dalam diskusi
kelas ketika sesi tanya jawab.
Tuturan adalah tanggapan dari
penutur terhadap presentasi yang
telah dilakukan oleh mitra tutur
(penyaji) dan kelompoknya.
Tuturan seharusnya
meminimalkan
kecaman terhadap
orang lain, tetapi
dalam tuturan tersebut
terlihat bahwa penutur
mengatakan kesalahan
mitra tuturnya dengan
langsung. Sebenarnya
itu hal yang bagus,
karena penutur ingin
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
270
jangan lupa
cantumkan
sumber agar
tidak jadi
plagiat !
Penyaji : Oh iya mbak
makasih
membenarkan mitra
tuturnya, tetapi lebih
baik dengan kalimat
atau kata yang lebih
halus, misalnya
didahului kata “maaf”
agar tidak membuat
mitra tutur
tersinggung, dengan
begitu telah
meminimalkan
kecaman kepada mitra
tutur.
o Penutur seharusnya
bisa menjaga muka
positif mitra tuturnya
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni melebihkan
perhatian, persetujuan
dan simpati. Namun,
tuturan penutur
tersebut justru tidak
menghargai dan
bersimpati terhadap
apa yang telah
dilakukan mitra
tuturnya yakni
menyajikan materi.
Mitra tutur memang
salah karena tidak
mencantumkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
271
sumber rujukan, akan
tetapi hal itu
mungkin karena lalai
atau lupa dan tidak
seharusnya penutur
mengatakan
kekurangan mitra
tutur dengan begitu
keras, bisa dengan
nada yang enak
didengar atau diawali
dengan kata “maaf”
sehingga menjaga
muka positif mitra
tuturnya.
47. Maksim pujian
Kecamlah orang
lain sedikit
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
Peserta diskusi : (ramaii)
Penyaji : Kalian bisa
diam ngak ?
kami sedang
mencari
jawabannya !
Penutur adalah seorang penyaji.
Penutur dan mitra tutur (peserta
diskusi) berada dalam diskusi
kelas ketika sesei tanya jawab.
Tuturan adalah tanggapan dari
penutur ketika melihat peserta
diskusi yang ramai dan
mengganggu kelompok penyaji.
Tuturan seharusnya
meminimalkan
kecaman terhadap
orang lain, tetapi
dalam tuturan tersebut
terlihat bahwa penutur
memarahi mitra
tuturnya. Penutur
tidaklah salah karena
kelompoknya sedang
mencari jawaban dan
peserta diskusi malah
ramai sendiri dan
mengganggunya,
tetapi caranya
mengondisikan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
272
peserta diskusi justru
bisa membuat peserta
diskusi tersinggung.
Penutur seakan
memarahi peserta
diskusi karena penutur
menggunakan notasi
tinggi ketika ingin
mengondisikan
peserta diskusi.
Seharusnya penutur
menggunakan kata
yang halus atau tidak
dengan notasi tinggi
seperti itu, agar
peserta diskusi merasa
dihargai dan akan
menghargai kelompok
penyaji juga sehingga
tidak terjadi
pertentangan.
o Penutur seharusnya
bisa menjaga muka
positif mitra tutur
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni melebihkan
perhatian, persetujuan
dan simpati. Namun,
tuturan penutur
tersebut justru bisa
menyakitkan hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
273
mitra tutur dan terlihat
bahwa penutur tidak
memberikan perhatian
juga simpati terhadap
mitra tuturnya.
Tuturan tersebut jelas
akan menjatuhkan
muka positif mitra
tuturnya, karena
merasa dimarahi dan
bisa membuat
pertentangan.
48. Maksim pujian
Kecamlah orang
lain sedikit
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
Peserta diskusi : Terus apa
maksud dari
Penyaji : Iya maksudnya
itu tadi, saya
kan sudah
menjelaskannya
mas, makanya
kalau dijelaskan
jangan ramai
sendiri !
Penutur adalah seorang penyaji.
Penutur dan mitra tutur (peserta
diskusi) berada dalam diskusi
kelas ketika sesi tanya jawab.
Tuturan adalah tanggapan dari
penutur ketika mitra tutur
(peserta diskusi) menanyakan
hal yang dianggap belum jelas
baginya.
Tuturan seharusnya
meminimalkan
kecaman terhadap
orang lain, tetapi
dalam tuturan tersebut
terlihat bahwa penutur
memarahi dan
menjatuhkan mitra
tuturnya. Mitra tutur
hanya ingin meminta
kejelasan akan
jawaban yang
diberikan penutur,
tetapi tanggapan dari
penutur sangatlah
kasar. Tuturan
tersebut jelas
menjatuhkan mitra
tuutrnya karena
dibilang ramai sendiri
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
274
atau tidak
memperhatikan. Hal
tersebut bisa membuat
mitra tuturnya
tersinggung, bahkan
bisa emosi karena
ingin meminta
kejelasan tapi justru
direndahkan.
o Penutur seharusnya
bisa menjaga muka
positif mitra tutur
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni melebihkan
perhatian, persetujuan
dan simpati. Namun,
tuturan penutur
tersebut justru tidak
menghargai dan
bersimpati terhadap
apa yang telah
dilakukan mitra
tuturnya, yakni sudah
memberi pertanyaan
kepada kelompok
penutur. Mitra tutur
tidaklah salah untuk
menanyakan kembali
apa yang belum
dimengerti olehnya,
akan tetapi tanggapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
275
dari penutur justru
menyebutnya ramai
sendiri, dan hal itu
jelas akan
menjatuhkan muka
mitra tuturnya
dihadapan dosen
maupun peserta
diskusi yang lain.
49. Maksim pujian
Kecamlah orang
lain sedikit
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
Penyaji : Yah kami dari
kelompok 1, disini
kami mengambil
tema video sebuah
talkshow
Peserta diskusi: Apa ? kurang
keras woy !!
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
(penyaji) berada dalam diskusi
kelas ketika penyaji memulai
menjelaskan materi diskusi.
Tuturan adalah tanggapan dari
penutur ketika penjelasan dari
mitra tutur (penyaji) dianggap
kurang keras.
Tuturan seharusnya
meminimalkan
kecaman terhadap
orang lain, tetapi
dalam tuturan tersebut
terlihat bahwa penutur
memarahi mitra
tuturnya. Penutur
tidaklah salah karena
hanya
mengungkapkan
pendapatnya terhadap
suara mitra tutur yang
kurang keras. Namun,
ketika menyampaikan
pendapatnya penutur
seakan memarahi
mitra tuturnya,
terlebih langsung
memotong penjelasan
dari mitra tutur tanpa
didahului kata “maaf”
atau “tolong”. Hal
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
276
tersebut bisa membuat
pertentangan dan bisa
mengacaukan
jalannya diskusi kelas.
o Penutur seharusnya
bisa menjaga muka
positif mitra tutur
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni melebihkan
perhatian, persetujuan
dan simpati. Namun,
tuturan penutur
tersebut justru tidak
menghargai mitra
tutur yang sedang
menjelaskan dan
langsung berteriak
kurang keras,
padahal penutur bisa
menggunakan tuturan
yang lebih enak
didengar, sehingga
tidak menjatuhkan
muka positif mitra
tuturnya.
50. Maksim pujian
Kecamlah orang
lain sedikit
mungkin
Penyaji : Selanjutnya kami akan
menjawab pertanyaan
yang kedua, kita tuh ga
tau soalnya kita disini
belum berkeluarga !
Penutur adalah penyaji. Penutur
dan mitra tutur (peserta diskusi)
berada dalam diskusi kelas
ketika penyaji memulai
menjelaskan materi diskusi.
Tuturan adalah tanggapan dari
Tuturan seharusnya
meminimalkan
kecaman terhadap
orang lain, tetapi
dalam tuturan tersebut
terlihat bahwa penutur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
277
Strategi kesantunan
positif
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
penutur ketika mitra tutur
(peserta diskusi) meminta
kejelasan akan jawabannya.
seakan memarahi
mitra tuturnya.
Seharusnya, penutur
bisa menyampaikan
pendapatnya dengan
lebih halus dan tidak
dengan nada yang
keras, karena dengan
begitu akan
memberikan efek
negatif bagi mitra
tuturnya.
o Penutur seharusnya
bisa menjaga muka
positif mitra tutur
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni melebihkan
perhatian, persetujuan
dan simpati. Namun,
tuturan penutur
tersebut justru tidak
menghargai mitra
tutur yang meminta
kejalasan akan
jawabannya.
Seharusnya penutur
bisa menggunakan
tuturan yang lebih
enak didengar,
sehingga tidak
menjatuhkan muka
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
278
positif mitra
tuturnya.
51. Maksim pujian
Kecamlah orang
lain sedikit
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
Penyaji : Baiklah teman-
teman ini adalah
video hasil kerja
kelompok kami
dan kami harap
kalian
memperhatikannya
ya
(video diputar)
Peserta diskusi: Peteng peteng !!
(gelap gelap) Penyaji : Maaf ya memang
agak gak jelas
Penutur adalah peserta diskusi.
Penutur dan mitra tutur (penyaji)
berada dalam diskusi kelas
ketika penyaji memulai diskusi.
Tuturan adalah tanggapan dari
penutur ketika mitra tutur
(penyaji) melihat video yang
dipresentasikan mitra tutur
(penyaji).
Tuturan seharusnya
meminimalkan
kecaman terhadap
orang lain, tetapi
dalam tuturan tersebut
terlihat bahwa penutur
merendahkan atau
mengecam video yang
telah dibuat mitra
tuturnya. Penutur
seharusnya tidak
langsung mengatakan
kekurangan video
yang telah dibuat
dengan susah payah
oleh mitra tutur. Hal
tersebut tentu
merugikan mitra tutur
dan terlihat tidak ada
rasa simpati dari
penutur.
o Penutur seharusnya
bisa menjaga muka
positif mitra tutur
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni melebihkan
perhatian, persetujuan
dan simpati. Namun,
tuturan penutur
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
279
tersebut justru bisa
menyakitkan hati
mitra tutur dan terlihat
bahwa penutur tidak
memberikan simpati
terhadap mitra
tuturnya. Tuturan
tersebut jelas akan
menjatuhkan muka
positif mitra tuturnya
karena merasa
direndahkan dan bisa
membuat
pertentangan.
52. Maksim pujian
Kecamlah orang
lain sedikit
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
Penyaji : Jadi maksudnya
mas Phillipus itu
menyanggah,
memberi saran
atau bertanya ?
Peserta diskusi: Ya saya bertanya
tapi kan tadi
jawaban anda
belum bisa saya
mengerti
Penyaji : Intinya unsur
pembangun prosa
dari luar !! (nada
keras)
Peserta diskusi : Santai
Penyaji : Biar jelas !
Penutur adalah seorang penyaji.
Penutur dan mitra tutur (penyaji)
berada dalam diskusi kelas
ketika sesi tanya jawab. Tuturan
adalah tanggapan dari penutur
ketika mitra tutur (penyaji)
meminta kejelasan terhadap
pertanyaan yang sudah
diajukannya.
Tuturan seharusnya
meminimalkan
kecaman terhadap
orang lain, tetapi
dalam tuturan tersebut
terlihat bahwa penutur
memarahi dan
menjatuhkan mitra
tuturnya. Mitra tutur
hanya ingin meminta
kejelasan akan
jawaban yang
diberikan penutur,
akan tetapi tanggapan
dari penutur sangatlah
kasar. Tuturan
tersebut jelas
menjatuhkan mitra
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
280
tuutrnya.
o Penutur seharusnya
bisa menjaga muka
positif mitra tutur
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni melebihkan
perhatian, persetujuan
dan simpati. Namun,
tuturan penutur
tersebut justru tidak
menghargai dan
bersimpati terhadap
apa yang telah
dilakukan mitra
tuturnya yakni sudah
memberi pertanyaan
kepada kelompok
penutur. Mitra tutur
tidaklah salah untuk
menanyakan kembali
apa yang belum
dimengerti olehnya,
akan tetapi tanggapan
dari penutur justru
tidak baik dan jelas
akan merugikan
mitra tutur.
53. Maksim pujian
Kecamlah orang
lain sedikit
mungkin
Penyaji : Gimana mas
apakah sudah
paham ?
Peserta diskusi : Emmm itu kan
Penutur adalah seorang penyaji.
Penutur dan mitra tutur berada
dalam diskusi kelas ketika sesi
tanya jawab. Tuturan merupakan
Tuturan seharusnya
meminimalkan
kecaman terhadap
orang lain, tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
281
Strategi kesantunan
positif
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
unsur sosiologis
tapi kok begitu ?
Penyaji : Lah emang begitu,
gimana sih, dong
gak sih !
(mengerti tidak ?)
tanggapan dari penutur terhadap
pertanyaan dari mitra tutur
(peserta diskusi) yang meminta
kejelasan dari jawaban penutur.
dalam tuturan tersebut
terlihat bahwa penutur
seakan memarahi
mitra tuturnya. Mitra
tutur hanya ingin
meminta kejelasan
akan jawaban yang
diberikan penutur,
tetapi tanggapan dari
penutur sangatlah
kasar. Tuturan
tersebut jelas
menjatuhkan mitra
tuutrnya karena
dianggap tidak
mengerti. Hal tersebut
bisa membuat mitra
tuturnya tersinggung
bahkan bisa emosi.
o Penutur seharusnya
bisa menjaga muka
positif mitra tutur
dengan menggunakan
kesantunan positif
yakni melebihkan
perhatian, persetujuan
dan simpati. Namun,
tuturan penutur
tersebut justru tidak
menghargai dan
bersimpati terhadap
apa yang telah
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
282
dilakukan mitra
tuturnya, yakni sudah
memberi pertanyaan
kepada kelompok
penutur. Mitra tutur
tidaklah salah untuk
menanyakan kembali
apa yang belum
dimengerti olehnya,
akan tetapi tanggapan
dari penutur justru
merendahkan mitra
tutur karena dianggap
tidak mengerti
dengan apa yang
telah dijelaskan.
Maksim Kerendahan Hati dan Strategi Kesantunan
Data
Pelanggaran
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian
dengan teori
(Triangulator)
Setuju Tidak
Setuju
54. Maksim kerendahan hati
Pujilah diri
sendiri sedikit
mungkin
Penyaji : Apakah ada
yang masih mau
bertanya ? ngak
ada ya ? woow
Penutur adalah seorang penyaji.
Tuturan merupakan pernyataan
dari penutur (penyaji) kepada
seluruh mitra tutur (peserta
Tuturan seharusnya
tidak memuji diri
sendiri, namun dalam
tuturan “woow bagus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
283
Strategi kesantunan
positif
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
bagus berarti
presentasi dari
kelompok kami
ya.
diskusi) mengenai presentasi
yang sudah dilakukan.
berarti presentasi dari
kelompok kami ya”,
terlihat tuturan
tersebut memuji
kelompok penutur itu
sendiri, jadi tuturan
tersebut menjadi
kurang santun.
Tuturan seperti itu
dapat menimbulkan
kesan sombong dari
para peserta diskusi.
Presentasi dari
kelompoknya
sebenarnya belum
tentu bagus, hanya
karena tidak ada yang
bertanya jadi
dikatakan bagus oleh
penutur sendiri,
bahkan tidak ada yang
bertanya mungkin
karena penjelasan dari
kelompok penyaji
yang tidak jelas, jadi
peserta diskusi
bingung mau bertanya
apa.
o Cara bertutur yang
seperti itu, justru
akan menjatuhkan
muka penutur itu
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
284
sendiri, karena
penutur terkesan
sombong, dan sifat
sombong itu akan
memberikan kesan
negatif bagi penutur
itu sendiri.
Seharusnya penutur
dapat menyelamatkan
mukanya sendiri
dihadapan dosen dan
peserta diskusi yang
lain dengan
kesantunan positif,
yakni melebihkan
perhatian, persetujuan
dan simpati.
55. Maksim kerendahan hati
Pujilah diri
sendiri sedikit
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
Penyaji : Sebentar jawaban
dari mas Ato masih
kami cari
Peserta diskusi: Pertanyaan saya
bagus jadi sulit
ditemukan
jawabannya
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
berada dalam diskusi kelas
ketika sesi tanya jawab. Tuturan
merupakan tanggapan penutur
terhadap pernyataan yang
diutarakan mitra tutur (penyaji).
Tuturan seharusnya
maksimalkan pujian
kepada mitra tutur
bukan penutur sendiri,
namun dalam tuturan
tersebut terlihat
bahwa penutur merasa
pertanyaan yang dia
ajukan itu bagus dan
secara terang-terangan
mengatakannya,
dengan begitu bisa
menimbulkan rasa
tidak senang dari para
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
285
peserta diskusi lain
bahkan dinilai
sombong. Mitra tutur
bisa saja memang
kesulitan menjawab
pertanyaan tersebut,
tapi alangkah lebih
baik jika penutur tidak
menanggapinya secara
berlebihan, karena
dengan begitu
kesannya menjadi
tidak santun.
o Tuturan tersebut juga
mencerminkan bahwa
penutur tidak
menggunakan strategi
kesantunan. Entah
secara sadar atau
tidak, dengan tuturan
yang seperti itu
penutur justru
menjatuhkan
mukanya sendiri
dihadapan dosen
maupun peserta
diskusi yang lain,
karena mereka
beranggapan bahwa
penutur itu sombong
tidak hebat seperti
yang dikatakannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
286
sendiri. Citra diri
penutur dihadapan
mitra tuturnya akan
tercoreng karena sifat
sombong tidak
disenangi banyak
orang.
56. Maksim kerendahan hati
Pujilah diri
sendiri sedikit
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
Penyaji : Bisa dimengerti
ya yang saya
jelaskan ? saya
rasa penjelasan
saya sudah sangat
jelas dan lengkap
Peserta diskusi: Iya iya
Penutur adalah seorang penyaji.
Penutur dan mitra tutur (peserta
diskusi) berada dalam diskusi
kelas ketika sesi tanya jawab.
Tuturan merupakan pernyataan
dari penutur ketika selesai
menjawab pertanyaan mitra
tuturnya (peserta diskusi).
Tuturan seharusnya
maksimalkan pujian
kepada mitra tutur
bukan penutur sendiri,
namun dalam tuturan
tersebut terlihat,
bahwa penutur
memuji penjelasannya
sendiri dan seakan
memaksa mitra
tuturnya untuk
menerima jawabannya
tersebut. Tuturan
tersebut juga bisa
menimbulkan
perasaan tidak senang
bagi mitra tuturnya,
karena terlihat
sombong dan kurang
enak didengar.
o Tuturan tersebut juga
mencerminkan bahwa
penutur tidak
menggunakan strategi
kesantunan. Terlihat
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
287
penutur justru
menjatuhkan
mukanya sendiri
dihadapan peserta
diskusi yang hadir,
karena mereka
beranggapan bahwa
penutur itu sombong.
Citra diri penutur
dihadapan mitra
tuturnya akan
tercoreng karena sifat
sombong tidak
disenangi banyak
orang.
57. Maksim kerendahan hati
Pujilah diri
sendiri sedikit
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Melebihkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati
Penyaji : Ya demikian presentasi
dari kelompok kami,
kami rasa presentasi
yang kami lakukan
sudah sangat jelas ya
teman-teman, nah
apakah ada yang ingin
bertanya ?
Penutur adalah seorang penyaji.
Penutur dan mitra tutur (peserta
diskusi) berada dalam suatu
diskusi kelas ketika penutur
selesai menjelaskan materi.
Tuturan merupakan pernyataan
penutur kepada mitra tutur
(peserta diskusi) yang ingin
bertanya.
Tuturan seharusnya
maksimalkan pujian
kepada mitra tutur
bukan penutur sendiri,
namun dalam tuturan
tersebut terlihat
bahwa penutur
memuji penjelasannya
sendiri dan
kelompoknya, seakan
sudah sangat bagus
mereka
menjelaskannya.
Akan tetapi, tuturan
tersebut kurang enak
didengar karena
presentasinya belum
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
288
mendapat tanggapan
dan pertanyaan dari
peserta diskusi dan
dosen, jadi seakan
sangat percaya disri
dan sombong.
o Cara bertutur seperti
itu justru akan
menjatuhkan muka
penutur itu sendiri,
karena penutur
memuji dirinya
sendiri dan terlihat
sombong, sifat
sombong itu akan
memberikan kesan
negatif bagi penutur
itu sendiri.
Seharusnya penutur
dapat menyelamatkan
mukanya sendiri
dengan kesantunan
positif yakni
melebihkan
perhatian, persetujuan
dan simpati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
289
Maksim Kesepakatan dan Strategi Kesantunan
Data
Pelanggaran
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian
dengan teori
(Triangulator)
Setuju Tidak
Setuju
58. Maksim kesepakatan
Usahakan
kesepakatan diri
dan orang lain
sebanyak
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Menghindari
ketidaksetujuan
dengan pura-pura
setuju
Penyaji : Apa ada
tanggapan ?
Peserta diskusi : Ya saya tidak
setuju bila jihad
adalah jalan
hidup,
kebanyakan dari
orang yang
berjihad itu
karena dicuci
otaknya oleh
seseorang, jadi
saya tidak
sependapat
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
(penyaji) berada dalam diskusi
kelas ketika sesi tanya jawab.
Tuturan merupakan sanggahan
dari penutur terhadap jawaban
dari mitra tutur (penyaji).
Tuturan tersebut
tidaklah salah, tetapi
alangkah lebih baik
jika penutur
mengawalinya dengan
diksi yang
mencerminkan
kesantunan, seperti
“maaf” atau dengan
nada yang enak
didengar, mungkin
tuturan tersebut akan
terasa lebih santun.
Bagi mitra tutur
mungkin akan lebih
enak didengar,
sehingga dapat
megusahakan
kesepakatan antara
dua belah pihak
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
290
sehingga tidak terjadi
pertentangan.
o Penutur telah
mengancam muka
mitra tuturnya, karena
mengatakan
ketidaksetujuan secara
langsung dan jelas
bertentangan dengan
strategi kesantunan
yang diusulkan oleh
Brown dan Levinson
mengenai strategi
menjaga muka positif
mitra tuturnya.
Penutur seharusnya
bisa menjaga muka
positif mitra tuturnya
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni menghindari
ketidaksetujuan
dengan pura-pura
setuju, jadi penutur
boleh saja tidak
sependapat akan tetapi
tidak secara terang-
terangan mengatakan
hal tersebut.
59. Maksim kesepakatan
Usahakan
Penyaji : Jadi seperti itu
perbedaan antara
Penutur adalah peserta diskusi.
Penutur dan mitra tutur (penyaji) Tuturan tersebut
memperlihatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
291
kesepakatan diri
dan orang lain
sebanyak
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Menghindari
ketidaksetujuan
dengan pura-pura
setuju
novelet dan cerpen
menurut saya,
bagaimana mbak ?
Peserta diskusi : Saya tidak
setuju, jika
seperti itu maka
perbedaan
novelet dan
cerpen itu apa ?
coba jelaskan
dengan lebih
detail !
berada dalam diskusi kelas
ketika sesi tanya jawab. Tuturan
adalah sanggahan dari penutur
terhadap penjelasan dari mitra
tutur (penyaji).
bahwa penutur
menggunakan notasi
tinggi dan kurang
enak didengar ketika
bertutur, bahkan
seakan membentak
mitra tutur. Tuturan
tersebut dapat
menimbulkan efek
negatif bagi mitra
tutur, yakni rasa
tertekan, sehingga
dapat meminimalkan
terjadinya
kesepakatan.
Sebenarnya tidak
setuju adalah hal
wajar terlebih dalam
diskusi kelas, akan
tetapi ketika
mengungkapkan
ketidksetujuannya
juga harus
menghargai dan
menghormati mitra
tuturnya, tidak dengan
disertai emosi agar
bisa saling mengerti.
o Penutur tidak
berusaha
mengusahakan
persetujuan dengan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
292
mitra tutur, bahkan
tidak memberikan
simpati terhadap mitra
tutur yang sudah
berusaha menjawab
pertanyaan dengan
sebaik mungkin.
Penutur memang
boleh berbeda
pendapat dalam
sebuah diskusi kelas,
akan tetapi tetap harus
menghargai pendapat
orang lain dan dapat
menerimanya, apabila
tidak setuju haruslah
disampaikan dengan
tuturan yang lebih
santun agar tidak
menjatuhkan muka
positif mitra tuturnya,
bagaimanapun diskusi
adalah wadah untuk
bertukar pikiran agar
mencapai suatu
kesepakatan bersama.
60. Maksim kesepakatan
Usahakan
ketaksepakatan
diri dan orang
lain sesedikit
mungkin
Penyaji : Kalau menurut
kami bisa juga,
tapi itu lebih
cenderung ke
fanatik ke
agamnya itu, jadi
Penutur adalah peserta diskusi.
Penutur dan mitra tutur (penyaji)
berada dalam diskusi kelas
ketika sesi tanya jawab. Tuturan
adalah sanggahan dari penutur
terhadap penjelasan dari mitra
Tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur
menggunakan notasi
tinggi dan kurang
enak didengar ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
293
Strategi kesantunan
positif
o Menghindari
ketidaksetujuan
dengan pura-pura
setuju
gimana ya
Peserta diskusi : Eee itu perlu
diralat ya, karena
itu bukan dari
agama tapi
karena otaknya
itu dicuci, jadi
bisa diralat
jangan
menyalahkan
agama !!
tutur (penyaji). bertutur, bahkan
seakan membentak
mitra tutur sehingga
dapat menimbulkan
efek negatif bagi mitra
tutur yakni
tersinggung. Penutur
mengungkapkan
ketaksepakatan
dengan ucapan yang
kurang baik, bukan
dari segi kata tapi
notasi tinggi yang
digunakan, sehingga
dapat meminimalkan
terjadinya
kesepakatan.
o Penutur tidak
berusaha
mengusahakan
persetujuan dengan
mitra tutur, bahkan
tidak memberikan
simpati terhadap mitra
tutur yang sudah
berusaha menjawab
pertanyaan dengan
sebaik mungkin.
Penutur dengan
lantang langsung
memotong penjelasan
mitra tutur dan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
294
menyatakan
ketidaksetujuannya.
Dengan begitu terlihat
jelas, penutur
menjatuhkan muka
positif mitra tuturnya
secara langsung dan
sangat merugikan
mitra tuturnya. Hal
tersebut bisa
menimbulkan
pertentangan dan
mengganggu jalannya
diskusi.
61. Maksim kesepakatan
Usahakan
ketaksepakatan
diri dan orang
lain sesedikit
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Menghindari
ketidaksetujuan
dengan pura-pura
setuju
Peserta diskusi 1: Terimakasih atas
waktunya, saya
ingin
menambahkan
kepada kelompok
mengenai
pertanyaan dari
Raden, nah
menurut buku
Thew 1984 ya
Peserta diskusi 2: Wuiss hahahahaa
Peserta diskusi 1 : Sudah ? nah
sebenarnya
berbeda ya
antara unsur
ekstrinsik
drama dan
prosa, kalo
Penutur adalah peserta diskusi.
Penutur dan mitra tutur (peserta
diskusi 2) berada dalam diskusi
kelas ketika sesi tanya jawab.
Tuturan adalah masukan dari
penutur (peserta diskusi 1)
kepada kelompok penyaji yang
telah menjelaskan materi
diskusi.
Tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur kurang
sependapat dengan
apa yang telah
dijelaskan oleh
kelompok penyaji,
akan tetapi ketika
menyampaikannya
cenderung
menjatuhkan
kelompok penyaji.
Sebenarnya hal
tersebut bagus karena
bisa melengkapi
kelompok penyaji,
tetapi cara
menyampaikan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
295
prosa kita tidak
mengalami atau
melihat secara
suprasegmental,
sementara
dalam drama itu
digunakan
untuk
mendukung
drama, jadi buat
kelompok
mohon dibaca
lagi di
sumbernya !
Penyaji : Iya iya mas
ketaksetujuannya
kurang bisa diterima,
karena menjatuhkan
kelompok penyaji dan
seakan tidak
menghargai usaha
penyaji yang sudah
membuat bahan
presentasi bagi
seluruh peserta
diskusi.
o Penutur tidak
berusaha
mengusahakan
persetujuan dengan
mitra tutur bahkan
tidak memberikan
simpati terhadap mitra
tutur. Penutur
menyatakan secara
terang-terangan
ketidaksetujuannya
dengan nada yang
kurang enak didengar.
Selain dapat
menjatuhkan mitra
tuturnya, tuturan
tersebut juga bisa
menimbulkan emosi
bagi mitra tuturnya.
Penutur memang
boleh berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
296
pendapat dalam
sebuah diskusi kelas,
akan tetapi tetap harus
menghargai pendapat
orang lain dan dapat
menerimanya.
62. Maksim kesepakatan
Usahakan
ketaksepakatan
diri dan orang
lain sesedikit
mungkin
Strategi kesantunan
positif
o Menghindari
ketidaksetujuan
dengan pura-pura
setuju
Penyaji : Jadi begitu
presentasi dari
Peserta diskusi : Sebentar, saya
tidak setuju
dengan jawaban
kelompok tadi
mengenai
keluarga, tadi
yang dijelaskan
malah
kebanyakan
tentang anak
bukan
keseluruhan
keluarga itu apa.
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
(penyaji) berada dalam diskusi
kelas ketika sesi tanya jawab.
Tuturan merupakan sanggahan
dari penutur terhadap penjelasan
dari mitra tutur (penyaji).
Tuturan tersebut
tidaklah salah, karena
ketidaksetujuan wajar
terjadi di dalam
kegiatan diskusi kelas,
tetapi alangkah lebih
baik jika penutur tidak
langsung memotong
tuturan dari mitra
tuturnya. Akan lebih
baik jika penutur
mengawalinya dengan
diksi yang
mencerminkan
kesantunan, seperti
“maaf” atau dengan
nada yang enak
didengar, mungkin
tuturan tersebut akan
terasa lebih santun.
o Penutur telah
mengancam muka
mitra tuturnya, karena
mengatakan
ketidaksetujuan secara
langsung dan jelas
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
297
bertentangan dengan
strategi kesantunan
yang diusulkan oleh
Brown dan Levinson
mengenai strategi
menjaga muka positif
mitra tuturnya.
Penutur seharusnya
bisa menjaga muka
positif mitra tuturnya
dengan menggunakan
kesantunan positif,
yakni menghindari
ketidaksetujuan
dengan pura-pura
setuju. Jadi penutur
boleh saja tidak
sependapat, akan
tetapi tidak secara
terang-terangan
mengatakan hal
tersebut dan tidak
dengan cara yang
seperti penutur
lakukan yakni
memotong
pembicaraan dari
mitra tuturnya begitu
saja, terlebih mitra
tutur akan menutup
jalannya proses
diskusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
298
Maksim Kesimpatisan dan Strategi Kesantunan
Data
Pelanggaran
Tuturan
Konteks
Analisis
Kesesuaian
dengan teori
(Triangulator)
Setuju Tidak
Setuju
63. Maksim kesimpatisan
Tingkatkan rasa
simpati
sebanyak-
banyaknya
Strategi kesantunan
positif
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Peserta Diskusi : Hahaha, eaa,
eaa, itunya di
klik, eaaa
Penyaji : Nahh, ininya gak
mau
Peserta Diskusi : Aaa ininya gak
mau
(menirukan)
Penyaji : Sebentar sebentar
Penutur adalah peserta diskusi.
Penutur dan mitra tutur (penyaji)
berada dalam diskusi kelas.
Tuturan merupakan tanggapan
dari peserta diskusi (mitra tutur)
saat media powerpoint
mengalami gangguan tidak dapat
di klik (di tekan tombol next).
Tuturan tersebut dapat
menimbulkan
perasaan negatif
kepada mitra tutur,
yakni bisa membuat
grogi, tidak tenang
dan panik yang bisa
membuat proses
diskusi menjadi tidak
lancar. Tidak hanya
itu, penutur juga
menirukan perkataan
dari mitra tuturnya
“aaa ininya gak mau”,
dengan nada
mengejek dan justru
tidak membantu untuk
memperbaiki
powerpointnya. Hal
itu mencerminkan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
299
bahwa penutur tidak
memberikan simpati
kepada mitra tutur
yang sedang
mengalami kesusahan.
o Cara bertutur seperti
itu berlawanan dengan
strategi kesantunan
positif yakni
membesar-besarkan
perhatian, persetujuan
dan simpati kepada
mita tutur. Penutur
justru mengejek mitra
tutur yang sedang
mengalami kesusahan,
sehingga mengancam
muka mitra tutur,
karena bisa dianggap
tidak mempersiapkan
presentasi dengan
sebaik mungkin oleh
dosen maupun peserta
diskusi yang lain.
Penutur seharusnya
tidak bertutur seperti
itu, karena mitra
tutur sudah berusaha
mempersiapkan
materi begitu juga
dengan powerpoint
untuk diskusi kelas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
300
akan tetapi kesalahan
itu sebenarnya adalah
kesalahan teknis dan
bisa menimpa siapa
saja bahkan tidak
disengaja oleh mitra
tutur
64. Maksim kesimpatisan
Tingkatkan rasa
simpati
sebanyak-
banyaknya
Strategi kesantunan
positif
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Penyaji : Ya selanjutnya
adalah alur, alur
adalah rang....
rang... (terdiam)
Peserta Diskusi : Hasyah hasyah
hyaaa hyaaaa
Penyaji : Rangkaian, iya
rangkaian jalan
cerita dan disusun
berdasarkan urutan
waktu
Penutur adalah peserta diskusi.
Penutur dan mitra tutur (penyaji)
berada dalam diskusi kelas.
Tuturan merupakan tanggapan
dari penutur ketika mitra tutur
(penyaji) lupa dalam
menjelaskan materi.
Tuturan tersebut
selain menggunakan
diksi yang tidak
santun, juga dapat
menimbulkan
perasaan negatif
kepada penutur, yakni
bisa membuat grogi,
tidak tenang, panik
dan lupa akan materi
yang seharusnya
dijelaskan yang bisa
membuat proses
diskusi menjadi tidak
lancar. Seharusnya,
ketika mengetahui
mitra tutur membuat
kesalahan, penutur
membantu jika bisa
atau lebih baik diam
agar mitra tutur
tenang dan dapat
mengingat materinya
kembali. Namun,
penutur justru
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
301
mengejek mitra tutur.
o Cara bertutur seperti
itu dapat mengancam
keselamatan muka
mitra tutur. Penutur
seharusnya dapat
menjaga muka positif
mitra tutur dengan
menggunakan
kesantunan positif
yakni, membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mita
tutur. Tuturan yang
demikian,
memperlihatkan
bahwa penutur tidak
memberikan simpati
terhadap apa yang
dialami mitra tutur
justru mengejek mitra
tutur yang salah atau
lupa materi.
65. Maksim kesimpatisan
Tingkatkan rasa
simpati
sebanyak-
banyaknya
Penyaji 1 : Ya selamat siang
teman-teman, ya
kami dari
kelompok 6 akan
mempresentasikan
tentang unsur-
unsur ekstrinsik
Penutur adalah peserta diskusi.
Penutur dan mitra tutur berada
dalam diskusi kelas. Tuturan
merupakan tanggapan dari
penutur (peserta diskusi) atas
kekeliruan yang dilakukan oleh
mitra tutur (penyaji 2) ketika
Tuturan seharusnya
dapat memperbanyak
rasa simpati kepada
orang lain, namun
dalam tuturan tersebut
penutur justru tidak
memberikan simpati
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
302
Strategi kesantunan
positif
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
drama, sebelumnya
kami ingin
perkenalan dulu
dari yang paling
kanan
Penyaji 2 : Oke yang pertama
saya akan
menjelaskan
tentang
Peserta Diskusi: Hahahahahhaha
perkenalan
perkenalan
akan memulai jalannya diskusi
kelas.
terhadap kekeliruan
yang dilakukan oleh
mitra tutur dan malah
menertawakannya.
Hal ini menimbulkan
efek negatif bagi mitra
tutur yakni menjadi
malu, bahkan
menundukkan kepala
dan hal ini agak
menghambat jalannya
diskusi, karena mitra
tutur sempat diam
beberapa saat sampai
peserta diskusi
berhenti tertawa.
Tertawa bukanlah hal
yang salah, jika dalam
konteks dan situasi
yang tepat misalnya
saat bercanda akan
tetapi hal ini terjadi di
saat diakusi kelas
yang seharusnya
meminimalkan
bercanda dan lebih
serius.
o Cara bertutur seperti
ini jelas dapat
menjatuhkan muka
mitra tutur dan
berlawanan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
303
strategi kesantunan,
dimana penutur
seharusnya dapat
menjaga muka positif
mitra tutur dengan
menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mita
tutur. Tuturan yang
demikian,
memperlihatkan
bahwa penutur tidak
memberikan simpati
terhadap apa yang
dialami mitra tutur,
dan seharusnya ketika
mitra tutur melakukan
kesalahan tidak
langsung
ditertawakan, karena
hal terebut akan
merugikan mitra tutur.
66. Maksim kesimpatisan
Tingkatkan rasa
simpati
sebanyak-
banyaknya
Penyaji : Lalu apa sih
hubungan antara
bunuh diri
dengan moral
hidup ? ini
sebelumnya
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
(penyaji) berada dalam diskusi
kelas. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (peserta
diskusi) atas kesalahan yang
Tuturan seharusnya
memperbanyak rasa
simpati kepada orang
lain, namun tuturan
tersebut justru
sebaliknya. Tuturan “
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
304
Strategi kesantunan
positif
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
moral, moral itu
apa ? moral
sendiri berasal
dari bahasa latin
yakni moremm,
eh morest .....
Peserta Diskusi : Hahaha morem
opo (apa) morest
? hahahaha
dilakukan oleh salah sorang
penyaji ketika menyebutkan
istilah latin.
hahaha....morem opo
morest ? haha”, dapat
menimbulkan
perasaan negatif
kepada mitra tutur,
yakni bisa membuat
keraguan bagi mitra
tutur dan kehilangan
konsentrasi, bahkan
bisa tidak tenang dan
panik sehingga bisa
memancing emosi
yang bisa membuat
proses diskusi
menjadi tidak lancar.
o Cara bertutur seperti
itu jelas dapat
menjatuhkan muka
mitra tutur dan
berlawanan dengan
strategi kesantunan,
dimana penutur
seharusnya dapat
menjaga muka positif
mitra tutur dengan
menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mita
tutur. Tuturan yang
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
305
demikian,
memperlihatkan
bahwa penutur tidak
memberikan simpati
atau pun perhatian
terhadap apa yang
dialami mitra tutur.
67. Maksim kesimpatisan
Tingkatkan rasa
simpati
sebanyak-
banyaknya
Strategi kesantunan
positif
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Penyaji : Lalu ada huruf O,
O kaya gini misal
kata toko, loko,
kalau untuk O
separo gini
Peserta diskusi: Hahahahaha
separo wooo,
bahasa indonesia
woii Penyaji : Eh setengah maaf
(tertunduk malu),
lanjut ya misalnya
kata telepon
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
(penyaji) berada dalam diskusi
kelas. Tuturan merupakan
tanggapan dari penutur (peserta
diskusi) atas kesalahan yang
dilakukan oleh mitra tutur
(penyaji) ketika menjelaskan
materi diskusi.
Tuturan seharusnya
dapat memperbanyak
rasa simpati kepada
orang lain, namun
dalam tuturan tersebut
penutur justru tidak
memberikan simpati
terhadap kesalahan
yang dilakukan oleh
mitra tutur dan malah
menertawakannya.
Hal ini menimbulkan
efek negatif bagi mitra
tutur, yakni menjadi
malu dan hal ini agak
menghambat jalannya
diskusi, karena
penutur sempat diam
beberapa saat sampai
mitra tutur berhenti
tertawa.
o Cara bertutur seperti
itu jelas dapat
menjatuhkan muka
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
306
mitra tutur dan
berlawanan dengan
strategi kesantunan,
dimana penutur
seharusnya dapat
menjaga muka positif
mitra tutur dengan
menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mitra
tutur. Tuturan yang
demikian,
memperlihatkan
bahwa penutur tidak
memberikan simpati
atau pun perhatian
terhadap kesalahan
yang dilakukan oleh
mitra tutur.
68. Maksim kesimpatisan
Tingkatkan rasa
simpati
sebanyak-
banyaknya
Strategi kesantunan
positif
o Membesar-
besarkan
Penyaji : Ohh ngak maaf
kalau salah, kan
kita masih
membahas isis atau
jihad ya, jadi tadi
dikatakan
menyangkut ke
agama karena
fanatiknya dan
pemahamannya
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
(penyaji) berada dalam diskusi
kelas ketika sesi tanya jawab.
Tuturan merupakan tanggapan
dari penutur ketika mitra tutur
(penyaji) lupa akan materi yang
dijelaskan.
Tuturan seharusnya
memperbanyak rasa
simpati kepada orang
lain, termasuk ketika
orang lain berbuat
salah. Namun, tuturan
tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur
mengejek mitra tutur
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
307
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
yang salah. Jadi
isis itu loh, kalo
isis itu kan meee...
meee...
Peserta diskusi : Hahahahahah
menangis po ?
yang lupa akan materi
diskusi yang
dijelaskannya.
Pastinya apa yang
dilakukan oleh
penutur dapat
menimbulkan
perasaan negatif
kepada mitra tutur,
yakni bisa membuat
mitra tutur kehilangan
konsentrasi dan
memancing emosi
yang membuat proses
diskusi berjalan tidak
lancar.
o Cara bertutur seperti
itu jelas dapat
menjatuhkan muka
mitra tutur dan
berlawanan dengan
strategi kesantunan,
dimana penutur
seharusnya dapat
menjaga muka positif
mitra tutur dengan
menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mitra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
308
tutur. Tuturan tersebut
memperlihatkan
bahwa penutur tidak
memberikan simpati
atau pun perhatian
terhadap mitra
tuturnya yang
melakukan kesalahan.
69. Maksim kesimpatisan
Tingkatkan rasa
simpati
sebanyak-
banyaknya
Strategi kesantunan
positif
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
Penyaji : Dalam huruf I itu
ada dua huruf
(menulis di papan)
misalnya I, I
murni itu tandanya
i kecil pake
kotakan gini
Peserta diskusi : Pake ?
hahahahaha Penyaji : Pakai maaf-maaf,
misalnya kata I
murni misalnya
kata ini, itu
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
(penyaji) berada dalam diskusi
kelas ketika mitra tutur
menjelaskan materi. Tuturan
merupakan tanggapan dari
penutur (peserta diskusi) ketika
mitra tutur (penyaji) salah
menyebutkan kata.
Tuturan seharusnya
dapat memperbanyak
rasa simpati kepada
orang lain, namun
dalam tuturan tersebut
penutur justru tidak
memberikan simpati
terhadap kesalahan
yang dilakukan oleh
mitra tutur , bukannya
dengan baik
membenarkannya
justru malah langsung
menertawakannya.
Melihat konteks
situasi yang tidak
tepat maka tuturan
tersebut terasa kurang
santun, karena
menertawakan
kesalahanan orang
lain di depan banyak
orang.
o Cara bertutur seperti
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
309
itu jelas dapat
menjatuhkan muka
mitra tutur dan
berlawanan dengan
strategi kesantunan,
dimana penutur
seharusnya dapat
menjaga muka positif
mitra tutur dengan
menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mita
tutur. Tuturan yang
demikian,
memperlihatkan
bahwa penutur tidak
memberikan simpati
atau pun perhatian
terhadap kesalahan
yang dilakukan oleh
mitra tutur.
70. Maksim kesimpatisan
Tingkatkan rasa
simpati
sebanyak-
banyaknya
Penyaji : Yak masnya
silahkan
Peserta diskusi : Wuiss Prapto
nanya, Prapto
nanya hahahaha
Penutur adalah seorang peserta
diskusi. Penutur dan mitra tutur
berada dalam diskusi kelas
ketika sesi tanya jawab. Tuturan
merupakan tanggapan dari
penutur (peserta diskusi) ketika
mengetahui bahwa Prapto yang
ditunjuk untuk bertanya oleh
Tuturan seharusnya
dapat memperbanyak
rasa simpati kepada
orang lain, namun
dalam tuturan tersebut
penutur justru tidak
memberikan simpati
terhadap peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
310
Strategi kesantunan
positif
o Membesar-
besarkan
perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada
mita tutur
penyaji. diskusi yang ining
mengajukan
pertanyaan. Peserta
diskusi tersebut
bahkan belum berkata
apapun, tetapi penutur
langsung mengatakan
hal yang bisa
dianggap
merendahkan dan
mengejeknya. Jelas
hal tersebut tidak
mencerminkan
kesantunan.
o Cara bertutur seperti
itu jelas dapat
menjatuhkan muka
mitra tutur dan
berlawanan dengan
strategi kesantunan,
dimana penutur
seharusnya dapat
menjaga muka positif
mitra tutur dengan
menggunakan
kesantunan positif,
yakni membesar-
besarkan perhatian,
persetujuan dan
simpati kepada mitra
tutur. Tuturan yang
demikian,
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
311
memperlihatkan
bahwa penutur tidak
memberikan simpati
atau pun perhatian
terhadap mitra
tuturnya.
Triangulator
Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
312
LAMPIRAN 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
313
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
314
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
315
BIODATA PENULIS
Fendi Eko Prabowo lahir di Temanggung, Jawa Tengah,
tanggal 20 April 1993. Ia menyelesaikan pendidikan tingkat
sekolah dasar di SD Negeri 1 Kalirejo, Kledung,
Temanggung pada tahun 2004. Kemudian, ia melanjutnya
studinya di SMP N 2 Kledung dan tamat pada tahun 2007.
Pendidikan tingkat menengah atas ditempuhnya di SMA Negeri 4 Temanggung
pada tahun 2010. Setelah menyelesaikan sekolah tingkat menengah atas, ia
melanjutnya studi S1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan S1
tersebut berakhir pada tahun 2016 dengan menyelesaikan skripsi Kesantunan
Berbahasa dalam Kegiatan Diskusi Kelas Mahasiswa PBSI Universitas Sanata
Dharma Angkatan 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI