kesan pengkid

Upload: saggetha-suthan

Post on 11-Jul-2015

302 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Kesan Penkid Setelah kajian, didapati gejala Penkid sememangnya memberi pelbagai kesan negatif kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan Negara. a) DIRI SENDIRI Hubungan penkid aitu melakukan hubungan seksual dengan sama jenis iaitu perempuan dengan perempuan, akan merosakkan akidah mereka. Perkara ini, sememangnya menjadi larangan agama. Jadi hal ini, dari segi agama ia perilaku dosa perzinahan dan sesama jenis yang membutuhkan uluran perubahan hidup baru dalam pembenaran oleh Allah sendiri dan agama lain juga Selain itu, mereka juga akan mempunyai gangguan mental apabila mereka dipandang rendah oleh masyarakat. Golongan ini sering dikaitkan dengan sesuatu yang tidak normal, berkaitan dengan tingkahlaku syaitan dan tidak akan menerima apa-apa hak dari masyarakat. Jadi mereka sering dipinggirkan tanpa penjelasan yang kukuh. Hal ini menyebabkan mereka berasa rendah diri. Mengikut kajian, didapati bahawa ada sesetengah orang pernah cuba untuk membunuh diri disebabkan mereka rasa malu. Mereka rasa takut untuk memberitahu keluarga tentang hal ini kerana mereka takut dipinggirkan oleh keluarga mereka. Jadi mereka mempunyai konfklik dalam menyimpan rahsia mereka daripada pengetahuan keluarga dan melakukan perkiara ini. Gejala penkid ini juga mendatangkan pelbagai jenis penyakit. Antaranya adalah penyakit ketuat kelamin atau condyloma acuminata, Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), Chlamydia, Gonorea, Herpes Genital, Sifilis, Ketuat Genital, Pediculosis pubis (lice atau "kutu" di kawasan seksual), Hepatitis dan Human Papilloma Viruses (HPVs). Ada antara penyakit ini membawa kepada kematian iaitu contohnya AIDS.

b) KELUARGA Gejala ini boleh dikatakan pembunuh institusi keluarga. Jika kita lihat kesan pada keluarga, perkara ini akan memalukan keluarga di mata masyarakat. Mengikut kajian, kami dapati kebanyakkan keluarga tidak mengambil langkah untuk menyelasaikan masalah ini tetapi meminggirkan anak-anak sebegini. Wujudlah keruntuhan institusi keluarga.

c) MASYARAKAT Gejala penkid ini akan memusnahkan kekuatan moral masyarakat. Perkara ini dipercayai akan mencacatkan sahsiah budaya dan kesatuan masyarakat. Jadi wujud keadaan yang tidak aman antara masyarakat. Gejala ini juga akan mencerminkam kemunduran masyarakat. Apabila masyarakat menjadi terlalu terbuka, segala perbuatab yang di luar taiibi manusia akan timbul dan ini menjadi factor penggalak pada keruntuhan sahsiah masyarakat. Justeru itu, masalah keruntuhan akhlak akan berleluasa..

d) NEGARA Pada mulanya Gejala ini akan meruntuhkan masyarakat dan ini akan mengakibatkan keadaan tidak keamana dalam negara. Secara langsungnya, hal ini akan menjejaskan imej negara di mata dunia .Sepertimana kita tahu, kita bangga akan negara kita disebabkan kemakmuran rakyat dan juga pengekalan budaya timur seperti kesopanan, budi pekerti dan sebagainya. Jadi Gejala pengkid ini akan menurunkan martabat Negara kita sebagai Negara yang mempunyai budaya timur.

Seterusnya, seperti kita ketahui bahawa perhubungan ini yang memilih pasangan sejenis mengakibatkan tiada kelahiran zuriat. Jadi, pertumbuhan penduduk akan semakin berkurangan sekiranya perkara ini semakin berleluasa. Dari segi ekonomi pula, kerajaan terpaksa menanggung kerugian disebabkan perbelanjaan bagi pembinaan pusat pemulihan akhlak yang banyak bagi menempatkan golongan ini. Dari segi politik pula, Negara kita kemungkina kekurangan generasi muda yang berahklak bagi memimpin dan menerajui Negara.

. Baik hubungan secara heteroseksual (hubungan antar jenis) maupun homoseksual (sejenis) juga memiliki kelainan yang harus ditobatkan yaitu kelainan seksual yang disebut dalam ayat diatas sebagai perzinahan (promiskuitas), yaitu melakukan hubungan seksual bukan dengan suami atau isteri sendiri melainkan dengan orang lain, atau dengan kata lain berganti-ganti pasangan. Jelas hubungan ini mengandung resiko menularkan atau ditulari dengan PMS (penyakit menular seksual). Khusus di kalangan pelaku homoseksual, menurut penelitian para ahli ilmu jiwa, disebutkan bahwa berbeda dengan pelaku heteroseksual dimana hubungan sekali menikah adalah umum dan perzinahan adalah penyimpangan, maka dikalangan pelaku homoseksual, masalah ketidak setiaan sangat melekat dan diakui sendiri oleh kalangan homoseksual (Gaya Nusantara). Sudah menjadi biasa bahwa pelaku homoseksual berganti-ganti pasangan, bahkan dilaporkan dalam penelitian ahli-ahli jiwa bahwa seringkali seseorang sudah lupa dengan siapa ia melakukan hubungan seksual sejenis sejam setelahnya dan kemudian menjalin

hubungan dengan pasangan sejenis lainnya. Pasangan tetap sangat langka, bahkan ada penelitian yang menyebutkan bahwa seseorang selama hidupnya bisa berganti-ganti pasangan sampai 1000 kali dan hubungan sejenis dengan pasangan tetap yang paling lama hanya berlangsung 5 tahun. Kondisi berganti-ganti pasangan inilah yang membuka secara luas peluang penularan HIV-AIDS, apalagi dibandingkan hubungan hetero seksual, hubungan seksual lewat anus beresiko lecet yang membuka peluang tinggi terjadinya transfer virus HIVAIDS. Masalah lain yang dihadapi pelaku homoseksual adalah penolakan masyarakat, soalnya pelaku homoseksual yang sekitar 3% dari masyarakat merupakan minoritas yang banyak dilarang oleh agama-agama, itulah sebabnya mereka menjadi minoritas yang dibenci dan dianggap sakit. Kondisi inilah yang menyebabkan pelaku homoseksual berada dalam kondisi kejiwaan yang sangat frustasi dan defensif. Kondisi demikian menyebabkan mereka mudah sekali meledak tanpa kendali. Kondisi kejiwaan yang umumnya labil dikalangan homoseksual menyebabkan mereka mencari pelarian dalam bentuk narkoba, jarum suntik sering dipakai bersama dikalangan pelaku narkoba, akibatnya penularan virus HIV-AIDS sangat tinggi terjadi di kalangan homoseksual. Faktor kejiwaan lain yang diamati adalah kontradiksi antara kecnderungan hati yang berganti-ganti pasangan dengan kecemburuan tinggi yang menyebabkan mereka tidak jarang berlaku sadis menghadapi mereka yang dianggap menghianati kesetiaan seksual. Kondisi psiko-sosial pelaku homoseksual sangatlah kompleks dan itu harus ditolong untuk memperdamaikan dirinya dengan Tuhan Yesus (iman yang hidup) dan memperdamaikan dirinya dengan tubuhnya sendiri (kelahiran baru). Melarang begitu saja tidak akan menolong melainkan hanya menghukum, sebaliknya, membiarkan juga berarti membiarkan perilaku yang rentan menyebarkan penyakit HIV-AIDS, dan membiarkan perilaku seksual yang tidak suci yaitu promiskuitas.

Sekalipun ilmu jiwa menganggap homoseksualitas bukan sebagai penyakit, umat Kristen yang takut akan Tuhan dan menerima Alkitab sebagai otoritas harus berani melihat homoseksualitas sebagai perilaku dosa perzinahan dan sesama jenis yang membutuhkan uluran perubahan hidup baru dalam Kristus dan pembenaran oleh Allah sendiri. Banyak kasus pelayanan terhadap homoseksual bisa ditolong dengan cara kasih dan kuasa perubahan hidup yang dikerjakan oleh Roh Kudus sehingga para pelaku homoseksual mengalami perubahan hidup, pengudusan dan ditolong dalam mengatasi kecenderungan dosa dalam dirinya, dan bahkan banyak yang dipulihkan dan kemudian menikah dan melahirkan anak-anak secara heteroseksual.