kesalahan berbahasa.docx
TRANSCRIPT
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
1/63
pemoles kata
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
2/63
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
3/63
Sabtu, 08 Oktober 2011
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KARANGAN SISWA KELAS 5 SD
BAB I
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
4/63
PENDAHULUAN
1.1 Fenomena Kemampuan Bahasa Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Bahasa merupakan alat komunikasi yang terpenting dalam kehidupan manusia, dengan bahasa juga
dapat saling bertukar pikiran, gagasan, pengetahuan serta dapat menjalin hubungan dengan baik.
Dengan bahasa pula cara hidup dan berfikir manusia dapat dipengaruhi, untuk itu bahasa adalah alat
untuk mengenal dunia.
Dalam belajar bahasa, siswa mengembangkan kemampuannya untuk memahami dan memproduksi
bahasa. Pengembangan tersebut meliputi belajar menyusun bahasa dan penggunaannya dalam
berkomunikasi. Kemampuan berbahasa anak bervariasi. Pada umumnya anak yang memiliki
kemampuan berbahasa yang baik yang diperoleh dari kebiasaan komunikasinya dengan
menggunakan bahasa sehari-hari mereka. Anak yang kacau kemampuan berbahasanya atau
perkembangan bahasanya belum sampai pada tingkat kebahasaan yang digunakan dalam bacaan
dimungkinkan akan mengalami kesulitan dalam membaca. Salah satu faktor yang mungkin
menyebabkan kegagalan siswa dalam belajarnya adalah kurangnya kemampuan siswa menggunakan
bahasa yang digunakan dalam teks.
Menurut Chomsky, pada usia muda seorang anak sudah dapat menguasai struktur bahasanya karena
dilengkapi oleh peranti pemerolehan bahasa (LAD) lalu anak dapat menguasai kosa kata mencapai
ratusan pada usia prasekolah dan ia juga sudah dapat berkomunikasi dengan lancar menggunakan
kalimat yang lengkap. Hal ini berangkat dari teori nativisme yang berpendapat bahwa anak sejak
lahir sudah dibekali dengan potensi bahasa. Berdasartkan teori stimulus, semua pengetahuan dalam
manusia yang tampak dalam pelaku berbahasa merupakan hasil dari intergrasi peristiwa dan
lingkuhan yang dialami atau diamati lalu timbulah respon.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
5/63
Jean Piage dalam teori Teori Hipotesis Kemestaan Kognitif-nya menyatakan bahwa ketika usia
0 hingga 1,5 tahun, anak-anak mengembangkan pola-pola aksi dengan cara bereaksi alam sekira. Hal
inilah yang kemudian menjadi struktur akal dan mental. Usia 2 hingga 7 tahun merepresentasikan
kecerdasan. Seorang anak mulai dari membentuk representasi simbolik, gambar-gambar, atau
permainan. Kemampuan anak akan terus berkembang dalam nilai-nilai sosialnya. Lalu Zwart
mengemukakan ada tiga tahap pemerolehan anak-anak, yaitu: (1) Anak-anak memiliki satu
gabungan bunyi pendek dari bunyi-bunyi yang dikerahkannya untuk menyampaikan pola aksinya. (2)
Pola aksi itu terjalin unsur agen + aksi + penderita. (3) Dengan kata lain muncul fungsi-fungsi tata
bahasa yang pertama yaitu S + P + O.
Menurut McNeill (1970), sampai pada usia lima tahun anak yang berbahasa pertama bahasa Inggris
belum menguasai sintaksis secara lengkap. Penelitian Gvozdev menunjukkan bahwa beberapa cirri
gramatikal tertentu belum dapat dikuasai sebelum anak mencapai umur tiga tahun; pada beberapa
anak bahkan sampai tujuh tahun (Beilin 1975:28,29)
Di dalam tingkat-tingkat perkembangan bahasa pada anak perlu dibedakan antara kemampuan
memahami dan kemampuan mengutarakan diri; di dalam proses perkembangan itu terjadi
kemampuan memahami terlebih dahulu baru kemampuan mengutarakan diri. Di dalam
eksperimennya terhadap anak-anak usia lima tahun ke atas, Palermo dan Molfese (1972)
menyimpulkan bahwa anak usia lima tahun baru mulai sepenuhnya memahami konstruksi pasif, dan
masih sulit untuk ditentukan apakah anak tersebut sudah dapat mengutarakan diri dengan kelimat
di dalam konstruksi pasif. Selanjutnya menurut Palermo dan Molfese, usia antara 5-7 dan antara 12-14 merupakan titik transisi di dalam perkembangan bahasa; pada masa itu terjadi perubahan yang
genting di dalam penguasaan bahasa. Pada Usia itu Seharusnya Penguasaan Bahasa Sudah
Terbentuk atau Sempurna.
Leneeberg (1967 : 156 ) merinci tahap-tahapan perkembangan bahasa itu ke dalam mintakat-
mintakat berikut :
Di sebuah Sekolah Dasar di Jakarta menunjukkan bahwa masih banyak di antara mereka yang belum
menguasai struktur kalimat bahasa Indonesia secara sempurna, padahal usia mereka sudah berada
di ambang pintu berakhirnya masa paling peka dan paling plastas di dalam proses pemerolehan
bahasa. Jika ternyata benar bahwa penguasaan bahasa Indonesia siswa Sekolah Dasar di seluruh
Indonesia memang seperti itu keadaanya , ini berarti bahwa akan semakin lebih sulit lagi pada
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
6/63
tahun-tahun berikutnya bagi para pendidik untuk membenahi kemampuan berbahasa Indonesia
siswa-siswa lulusan Sekolah Dasar.
Jadi, kemampuan berbahasa yang dirasa kurang memadai bagi para siswa SD karenapembelajaran bahasa di SD tersebut masih kurang, bukan karena kemampuan anak-anak SD
tersebut, melainkan metode pembelajaran bahasanya yang perlu kita tinjau kembali, sebab peranan
guru juga sangat membantu dalam proses pembelajaran bahasa. Apa masalahnya? Masih terjadi
kesalahan apa saja?
Masalah kesalahan berbahasa pada anak usia sekolah dasar terjadi karena tidak maksimalnya
pengajaran bahasa di sekolah dasar. Lenneberg memaparkan, usia antara tiga dan sepuluh tahun
adalah masa penyempurnaan kekurangan-kekurangan di dalam tata bahasa.[1] Pada masa itu rasa
peka bahasa pada diri anak-anak mencapai titik optimal. Otak dapat berfungsi cukup mudah dan
lentur di dalam mengatur segala sesuatu yang diperlukan dalam proses penguasaan bahasa. Namun,
kondisi tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal di sekolah dalam hal pengajaran bahasa anak.
Sedangkan, masih menurut hipotesis Lanneberg, perkembangan bahasa pada anak cenderung untuk
menjadi beku setelah proses penyebelahan (lateralization). Proses penyebelahan ini berlangsung
pada saat anak mencapai usia puber. Palermo dan Molfese pun berpendapat, usia lima dan tujuh
tahun serta antara dua belas dan empat belas tahun merupakan titik transisi di dalam
perkembangan bahasa, tidak dimanfaatkan secara maksimal bagi pengajaran bahasa.
Pengamatan Bambang Kaswanti Purwo terhadap tulisan (karangan) siswa kelas VI di sebuah Sekolah
Dasar di Jakarta dapat dijadikan sebagai model dari kesalahan berbahasa anak usia sekolah dasar.
Hasil pengamatannya menunjukkan, masih banyak di antara siswa yang belum menguasai struktur
kalimat bahasa Indonesia secara sempurna. Padahal, usia mereka sudah berada di ambang pintu
berakhirnya masa paling peka dan paling plastis dalam proses pemerolehan bahasa, masa emas
untuk belajar bahasa. Jika hal ini terjadi pada seluruh siswa Sekolah Dasar di Indonesia, berarti akan
semakin sulit lagi pada tahun-tahun berikutnya bagi para pendidik untuk membenahi kemampuan
berbahasa Indonesia siswa lulusan Sekolah Dasar.
Dalam pengamatan tersebut, terdapat beberapa kesalahan berbahasa siswa usia sekolah dasar pada
taraf morfologi dan sintaksis. Kesalahan berbahasa tersebut di antaranya:
penggunaan afiks, misalnya -kan: Pada waktu kami masuk diberikan penjelasan-penjelasan
bagaimana [....]; Jakarta telah kami keliling tiga hari. Kesalahan ini berada pada taraf morfologi.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
7/63
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Teori Psikolinguistik
1. Pemerolehan Bahasa
Teori pemerolehan bahasa, menampilkan berbagai hipotesis yang dijadikan dasar kajiannya.Beberapa di antara beraneka hipotesis yang muncul dirumuskan secara utuh dan mendalam serta
dikaji dan diuji terutama oleh Krashen (1982; 1985). Lima hipotesis yang dikemukakan oleh Krashen
bertalian terutama dengan pemerolehan bahasa kedua: hipotesis pemerolehan-pembelajaran,
hipotesis urutan alamiah, hipotesis pemantau, hipotesis masukan, dan hipotesis saringan afektif.
Pemerolehan Pembelajaran
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
8/63
Krashen (1982:1; 1985:10) berpendapat bahwa ada dua cara yang masing-masing berdiri sendiri
dalam mengembangkan kemampuan B2: pemerolehan dan pembelajaran. Pemerolehan adalah
proses yang serupa dengan yang dilalui oleh anak dalam mengembangkan kemampuan B1-nya.
Pemerolehan bahasa merupakan proses ambang sadar; pemeroleh bahasa biasanya tidak sadar
bahwa ia tengah memperoleh bahasa, tetapi hanya sadar akan kenyataan bahwa ia tengah
menggunakan bahasa untuk komunikasi. Hasil dari pemerolehan bahasa, yaitu kompetensi yang
diperoleh, juga bersifat di ambang sadar.
Hipotesis Urutan Alamiah
Hipotesis urutan alamiah menyatakan bahwa kita memperoleh kaidah bahasa dengan urutan yang
dapat diperkirakan. Kaidah tertentu cenderung muncul lebih dini daripada kaidah lainnya dalam
pemerolehan bahasa itu. Anak-anak yang memperoleh bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
menunjukkan urutan alamiah bagi morfem gramatikal yang diperolehnya dengan tanpa dipengaruhi
oleh bahasa pertamanya yang berbeda. Urutan pemerolehan B2 berbeda dari B1-nya menunjukkan
keserupaan yang berarti. Urutan alamiah ini terlihat juga pada orang dewasa.
Hipotesis Pemantau
Hipotesis pemantau mengetengahkan bahwa pemerolehan dan pembelajaran digunakan dengan
cara yang spesifik. Biasanya pemerolehan memprakarsai tuturan kita dan bertanggung jawab atas
kefasihan kita. Adapun pembelajaran hanya mempunyai satu fungsi saja, yaitu sebagai pemantau
atau penyunting. Pembelajaran hanya memainkan peran untuk mengubah bentuk tuturan kita,
setelah diproduksi oleh sistem yang terperoleh. Hal ini dapat terjadi sebelum atau sesudah berbicara
maupun menulis. Hipotesis ini menyiratkan bahwa kaidah formal, atau pembelajaran sadar, hanya
memainkan peranan yang terbatas dalam performansi bahasa kedua.
Hipotesis Masukan
Hipotesis masukan menyatakan bahwa manusia itu memperoleh bahasa hanya dengan satu cara,
yaitu dengan memahami pesan, atau dengan menerima masukan yang dipahami. Hipotesis masukan
itu bertalian dengan pemerolehan bukan dengan pembelajaran. Dinyatakan bahwa kita memperoleh
dengan memahami bahasa yang berisi struktur sedikit melintasi tingkat kompetensi yang ada.
Hipotesis ini sejalan dengan apa yang dikenal sebagai tuturan penjaga (caretaker speech), yaitu
modifikasi yang dilakukan oleh orang tua atau orang dewasa lainnya menakala berbicara dengan
anak-anak. Tuturan penjaga itu dimodifikasi untuk membantu pemahaman.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
9/63
Hipotesis Saringan Afektif
Hipotesis saringan afektif bertalian dengan perlunya keterbukaan dalam pemerolehan bahasa.
Masukan yang dapat dipahami penting dalam pemerolehan tetapi tidak cukup itu saja. Si pemeroleh
perlu terbuka terhadap masukan itu. Saringan afetif akan menghambat si pemeroleh bahasa dalam
memanfaatkan masukannya. Apabila saringan itu jalan, si pemeroleh mungkin saja memahami apa
yang dipersepsinya tetapi masukan itu tidak akan mencapai alat pemerolehan bahasa. Hal ini terjadimanakala si pemeroleh tidak termotivasi, kekurangan kepercayaan pada diri, atau merasa risi
(anxious) terhadap lingkungannya.
2.2 Teori Neuropsiologis
Otak mereupakan organ manusia untuk berfikir, pernyataan ini sudah dikenal sejak abad ke-5
sebelum Masehi. Setelah ini barulah para ilmuan berminat untuk menyelidiki struktur otak manusi.
Jadi fungsi otak tidak hanya untuk berfikir. Namun, pada pertengahan abad ke-17 sesudah Masehi
ditemukan struktur otak manusia berkaitan dengan fungsi fisik dan mental. Pierre Paul Broca pada
tahun 1861 adanya otak yang berhubungan dengan bahasa, Fritz dan Hitzig pada tahun 1870 yang
membagi otak manusia menjadi dua bagian dan hubungan kedua bagian ini dengan kekidalan atau
ketidakkidalan mahluk, serta Wernick pada tahun 1874 hubungan otak dengan pendengaran
(auditory).
Sesuai pernyataantersebut dapat diterima yaitu bahwa kemampuan manusia berbahasa itu
merupakan suatu perpaduan antara strukturbiologis otak dengan lingkungan alam sekitar. Dari segi
biologis otak manusia mempunyai bagian-bagian yang berbeda dengan otak binatang.
Ketika seorang bayi lahir, ia hanya memiliki 40% dari otak orang dewasa, sedangkan makhluk
lain 70% dari otak orang dewasa. Dari perbandingan ini Nampak bahwa manusia dikodratkan secara
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
10/63
biologis untuk mngembangkan otak dan kemampuannya, secara drastis, sedangkan makhluk lain
yang diberikan 70% otaknya tentunya sudah dapat berbuat sejak lahir, hanya memerlukan
tambahan-tambahan sedikit saja.
Pada otak manusia ada bagian-bagian yang sifatnya manusiawi, yakni, bagian-bagian yang
berkaitan dengan pendengaran, ujaran, pengontrolan alat ujaran dan sebagainya. Jadi, yang
membedakan manusia dengan binatang bukan hanya ukuran otaknya melainkan struktur dan
fungsinya masing-masing.
Perkembangan struktur otak sesuai dengan fungsi otak masing-masing. Otak manusia dibagi
menjadi dua bagian bsgisn kanan (hemisfir kiri) dan bagian kiri (hemisfir kiri). Fungsi otak kanan
digunakan sebagai pusat untuk mengontrol kesadaran letak tubuh dan anggota badan lainnya serta
konsepsi mengenai ruang, tapi tida terkodratkan untuk pembentukan ide. Sedangkan otak kiri
digunakan untuk mempentuk ide dan juga mempunya bagian-bagian untuk pengontrolan suara dan
nampaknya ada kerja sama antara bagian-bagian ini.
Di sini Broca juga mengatakan bahwa dasar ujaran tergantung pada empat factor: (1) sebuah
ide, (2) hubungan konvensional antara ide dan kata, (3) cara penggandengan gerak artikulasi dengan
kata, dan (4) penggunaan alat-alat artikulasi. Sedangkan wernick menemukan bahwa bagian
belakang di sebelah agak kanan otak itu bersarang tanggapan-tanggapan rasa.
Di samping daerah Broca dan Wernicke, kelihatannya ada satu daerah lagi yang langsung
berkaitan dengan yjaran. Daerah ini ditemukan oleh Penfield pada tahun 1950. Daerah yang di
namakan daerah korteks superior (motoris suplementer) ini berdekatan dengan hemisfir kanan, agak
kebelakang dari daerah Broca.
Korteks superior ini mengontrol mekanisme kortikal yang di pakai untuk menggerakkan saraf-
saraf penyuara. Saraf-saraf ini berbentuk suatu rentetan mekanisme di daerah Roland, berjajar
menuju daerah Broca. Yang digerakkan adalah alat-alat penyuara seperti lidah, bibir, rahang, dan
sebagainya.
Dari uraian di atas sudah mulai jelas bahwa dari ketiga daerah di otak ini, daerah korteks
superior adalah daerah yang paling kurang penting. Daerah Broca yang lebih kritis dan lebih penting
dari pada daerah korteks superior.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
11/63
Bambang mngatakan dalam bukunya (Ancangan Psikolinguistik dan Pengajaran Bahasa
Pertama) bahawa kegiatan berbahasa mulai muncul pada anak usia antara dua dan tiga tahun itu
tetap berlangsung terus dan subur antara usia tiga tahun dan awal remaja. Pada masa-masa itu
tampak bahwa rasa peka-bahasa pada diri anak-anak mencapai titik optimalnya. Otak dapat
berfungsi cukup mudah dan lentur di dalam mengatur segala sesuatu yang diperlukan di dalam
proses penguasaan berbahasa. Kemudahan dan kelenturan fungsi otak seperti ini mulai menurun
setelah si anak mengalami masa puber.
Selama sepuluh atau sebelas tahun di dalam masa pemerolehan bahasa itu perkembangan
bahasa pada diri anak mengalami tahap-tahap tertentu. Lenneberg (1967:156) merincikan tahap-
tahap perkembangan bahasa itu ke dalam mintakat-mintakat berikut:
0 Belum ada bahasa (NO LANGUAGE)
1 Mintakat ke-1 kata-kata tunggal saja (ZONE 1-SINGLE WORDS ONLY)
2 Mintakat ke-2 dari frasa ke kalimat (ZONE 2-FROM PHRASES TO SENTENCES)
3 Mintakat ke-3-kesalahan tata bahasadi sana sini (ZONE KE-3-OCCASIONAL GRAMMER)
Bahasa sepenuhnya terbentuk (LANGUAGE FULLY ESTABLISHED)
Yang dimaksud lenneberg dengan bahasa sepenuhnya terbentuk pada anak usia lima tahun itu
berkenaan dengan penguasaan berbahasa yang sudah bebas dari kesalahan-kesalahan bentuk yang
mendasar (pada peringkat morfologi). Ia menagatakan juga bahwa masa antara tiga sampai sepuluhtahun merupakan masa penyempurnaan kekurangan-kekurangan di dalam tata bahasa dan masa
pemerluasan kosa kata.
2.3 Teori Morfologi
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
12/63
Morfologi dapat dipandang sebagai subsistem yang berupa proses yang mengolah leksem
menjadi kata. Leksem adalah satuan terkecil dalam leksikon. Kesalahan berbahasa dalam bidang
morfologis sebagian besar berkaitan dengan dengan bahasa tulis. Proses morfologis yang terdapat
dalam buku Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia terdapa enam proses yaitu:
1. Derivasi zero : dalam proses ini leksem menjadi kata tunggal tanpa perubahan apa-apa:
2.
3. 2. Afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks.
a) Jenis afiks
1) Prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar, contoh: me-, di-, ke-, ter-, pe-, per-, se-.
2) Infiks, yaitu afiks yang diletakkan di dalam dasar, contoh: -el-, -er-, -em-, danin-.
3) Sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang dasar, contoh :
an-, -kan, -i.
4) Simulfiks, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan cirri-ciri segmental yang dileburkan pada
dasar.
5) Konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar an satu dibelakang
bentuk dasar; dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi.
Dalam bahasa Indonesia konfiks ke-an, pe-an, per-an, dan ber-an terlihat dalam:
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
13/63
1) Keadaan
2) Pengiriman
3) Persahabatan
4) Bertolongan
6) Superfiks atau suprafiks, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan cirri-ciri suprasegmental atau
afiks afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental. Afiks ini tidak ada dalam bahasa
Indonesia.
7) Kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan dasar. Afiks ini
bukan jenis afiks yang khusus, dan hanya merupakan gabungan beberapa afiks yang mempunyai
bentuk dan makna gramatikal tersendiri, muncul secara bersama pada bentuk dasar, tetapi berasal
dari proses yang berlainan. Contoh:
a. memprkatakan : sebuah bentuk dasar dengan kombinasi tiga afiks, dua prefix dan datu sufiks.
b. mempercayakan : sebuah bentuk dasar dengan kombinasi dua afiks, satu prefix dan satu sufiks.
Dalam bahasa Indonesia kombinasi afiks yang lazim ialah me-kan, mei-I, memper-kan, memper-I,ber-kan, ter-kan, per-kan, pe-an, dan se-nya.
3. 3. Reduplikasi : dalam proses ini leksem berubah menjadi kata komples dengan berapa
macam proses pengulangan.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
14/63
Ada tiga macam bentuk reduplikasi, yaitu:
1. Reduplikasi fonologis
Di dalam reduplikasi fonologis tidak terjadi perubahan makna, karena pengulangannya hanya
bersifat fonologis artinya bukan atau tidak ada pengulangan leksem. Bentuk-bentuk dada, pipi, kuku,
paru-paru, dan sebagainya termasuk bentuk reduplikasi fonilogis.
2. Reduplikasi morfemis
Dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal atas leksem yang diulang, sehingga
terjadilah satuan yang berstatus kata.
3. Reduplikasi sintaksis
Reduplikasi sintaksis adalah proses yang terjadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang
berstatus klausa, jadi berada diluar cakupan morfologi. Contoh:
Jauh-jauh, didatangi juga rumah sahabat lamanya itu.
Asam-asam, dimakannya juga mangga itu.
4. 4. Abreviasi (pemendekan) adalah proses penanggalan satu atau beberpa bagian leksem atau
kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata. Dalam proses ini lesksem atau
gabungan leksem menjadi kata kompleks atau akronim atau singkatan dengan pembagai proses
abreviasi.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
15/63
Ada beberapa jenis abrebiasi:
a) Pemenggalan
b) Kontraksi
c) Akronimi
d) penyingkatan
5. 5. Komposisi (perpaduan) adalah perpaduan atau pemajemukan atau komposisi proses
penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Dalam proses ini dua leksem atau lebih
berpadu dan outputnya adalah paduan leksem atau kompositum dalam tingkat morfologi atau kata
majemuk dalam tingkat sintaksis; dan bagannya adalah:
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
16/63
Kompositum itu dibagi atas lima golongan:
a) Kompositum subordinatif substantif
b) Kompositum subordinatif atributif
c) Kompositum koordinatif
d) Kompositum berpoleksem
e) Kompositum sintetis
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
17/63
6. 6. Derivasi balik proses pembentukan kata karena bahasawan membentuknya berdasarkan
pola-pola yang ada tanpa mengenal unsur-unsurnya. Dalam proses ini inputnya leksem tunggal, dan
outputnya kata kompleks. Kejadiannya seperti afiksasi. Akibatnya terjadi bentuk yang secara historis
tidak diramalkan. Contoh pembentukan kata itu adalah:
1) Kata pungkir dalam dipungkiri yang dipakai orang karena mengira bentuk itu merupakan
padanan pasif dari memungkiri (padahal kata pungkir tidak ada yang ada adalah kata mungkir, dan
ini kita ketahui karena kata ini berasal dari kata bahasa Arab). Terjadinya mungkir pungkir
didasarkan pada pola peluluhan fonem dalam pasang memasang dipasang.
Minta pnta
Mohom pohon
Maju paju
2) Kata kerik dalam diketik dipaki orang karena dikira bentuk itu merupakan padanan pasif dari
mengetik (padahal di sini tidak tidak terjadi proses peluluhan fonem /k/ seperti dugaan orang,
melainkan terjadi proses pemunculan //. Terjadinya tik ketik disasrkan pada pola peluluhan
fonem.
3) Kata tikah dalam ditikahkeun (bahasa Sunda) digunakan orang karena dikira pentuk itu
merupakan padanan pasif dari menikah.
4) Bentuk pengapakan dalam dipengapakan pun dapat dipandang sebagai derivasi balik yakni
bentuk yang terjadi lewat mengapakan. Bentuk yang betul tentu saja ialah diapakan..
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
18/63
2.4 Teori Sintaksis
a. Struktur Sintaksis
Strukttur sintaksis terdiri dari; bentuk, kategori, fungsi, dan peran
Bentuk kalimat dasar:
S-P
S-P-O
S-P-Pel
S-P-Ket
S-P-O-Pel
S-P-O-Ket
Kategori :
Nomina
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
19/63
Verba
Adjektiva
Adverbia, dsb
Fungsi:
Subjek
Predikat
Objek
Pelengkap
Keterangan
Peran:
Pelaku
Perbuatan
Sasaran
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
20/63
Peruntung
Waktu
Struktur sintaksis yang terdiri dari; bentuk, kategori, fungsi, dan peran tidak ada hubungan satu
lawan satu. Fungsi merupakan suatu tempat dalam struktur kalimat dengan unsur pengisi berupa
bentuk (bahasa) yang tergolong dalam kategori tertentu dan mempunyai peran semantis tertentu
pula.
Pola kalimat dasar
Fungsi
Tipe
Subjek
predikat
objek
pelengkap
Keterangan
1. SP
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
21/63
Mahasiswa itu
sedang wawancara
-
-
-
Saya
penari
-
-
-
2. S-P-O
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
22/63
UNJ
menerima
Mahasiswa baru
-
-
Kami
mendapat
Beasiswa
-
-
3. S-P-Pel
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
23/63
Paman saya
Menjadi
-
ketua koperasi
-
Pancasila
merupakan
-
dasar Negara kita
-
4. S-P-Ket
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
24/63
Anak kecil
Tinggal
-
-
di jalanan
Kebakaran itu
Terjadi
-
-
31 Mei 2010
5. S-P-O-Pel
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
25/63
Ayah
mengirimi
ibunya
uang
-
Angel
mengambilkan
Ayahnya
Majalah
-
6. S-P-O-Ket
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
26/63
Pak Burhan
memasukkan
Uang
-
ke Bank
Pak kepsek
menerima
kami
-
dengan senag hati
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
27/63
Jenis kalimat
Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan berbagai kriteria atau sudut pandang, yaitu:
1. Kalimat inti adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap, bersifat deklaratif, aktif,
dan netral atau afirmatif. Dalam bahasa Indonsia dikenal kalimat inti dengan pola sebagai berikut:
FN + FV : Ibu mencari
FN + FV + FN : Bibi memberi sayuran
FN + FV + FN + FN : kakak membacakan adik dongeng
FN + FN : Ayah guru
FN + FA : gula manis
FN + FNum : Uangnya seratus ribu
FN + FPrep : sepetunya di rak
Pola kalimat dasar dilihat dari fungsi, sedangkan kalimat inti dilihat dari kategori.
Kalimat noninti
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
28/63
Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat noninti dengan berbagai proses transformasi seperti:
pemasifan, pengingkaran, pertanyaan, perintah, penginversian, pelesapan, dan penambahan.
Proses pengubahan dari kalimat inti menjadi kalimat noninti, secara umum mengikuti proses berikut:
Kalimat inti + proses transformasi kalimat noninti
Contoh: Buku dibaca oleh Rina.
Rina tidak membaca buku.
Apakah Rina membaca buku?
Membaca buku Rina.
Struktur sintaksis tidak bisa kita lepaskan dari masalah fungsi sintaksis, kategori sintaksis, dan peran
sintaksis. Ketiganya tidak dapat kita pisahkan. Subjek, predikat, objek, dan keterangan merupakan
peristilahan yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba, ajektiva, dan numeralia adalah
peristilahan yang berkenaan dengan kategori sintaksis, sedangkan peristilahan yang terdapat pada
peran sintaksis adalah pelaku, penderita, dan penerima.
Secara umum, struktur sintaksis itu terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek (O), danketerangan (K). Fungsi-fungsi sintaksis yang terdiri dari unsure-unsur S, P, O, dan K itu merupakan
kotak-kotak kosong yang tidak mempunyai arti apa-apa karena kekosongannya. Tempat-tempat
kosong itu akan diisi oleh sesuatu yang berupa kategori dan memiliki peranan tertentu.
Dalam struktur sintaksis, keempat fungsi sintaksis tidak harus selalu ada. Banyak pakar
mengatakan bahwa suatu struktur sintaksis minimal harus memiliki fungsi subjek dan fungsi
predikat. Tanpa fungsi subjek dan fungsi predikat, konstruksi itu belum dapat disebut sebagai sebuah
struktur sintaksis. Sedangkan objek dan keterangan boleh tidak muncul, apalagi kemunculan objek
ditentukan alaeh tarnsitif atau tidaknya verba yang mengisi fungsi predikat, dan fungsi keterangan
hanya muncul apabila diperlukan.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
29/63
Djoko Kentjono menyatakan, hadir tidaknya suatu fungsi sintaksis tergantung pada
konteksnya. Seperti, dalam kalimat jawaban kalimat perintah, dan kalimat seruan, maka yang
muncul hanyalah fungsi yang menyatakan jawaban, perintah, atau seruan itu.
Para ahli tata bahasa tradisional berpendapat bahwa fungsi subjek harus diisi oleh kategori
nomina, fungsi predikat harus diisi oleh kategori verba, fungsi objek harus diisi oleh kategori nomina,
dan fungsi keterangan harus selalu diisi oleh kategori adverbial. Akibat pandangan ini, maka kalimat
(1) Dia guru adalah salah, karena tidak ada predikatnya. Yang benar seharusnya adalah kalimat 1
diberi kata adalah atau menjadi sehingga kalimat menjadi (2) Dia dalah guru atau (3) Dia menjadi
guru.
Kata adalah merupakan verba kopula yang sepadan dengan to be dalam bahasa inggris.
Secara deskriptif dalam bahasa inggris kata kerja to be ini harus selalu digunakan dalam konstruksi
seperti he is a driver, tetapi dalam bahasa Indonesia kata adalah bisa dilesapkan menjadi konstruksi
seperti kalimat 1 di atas.
Makna gramatikal unsur-unsur leksikal yang mengisi fungsi-fungsi sintaksis sangat tergantung
pada tipe atau jenis kategori kata yang mengisi fungsi predikat dalam struktur sintaksis itu. Jika
predikatnya diisi oleh verba transitif makan, misalnya, maka pengisi fungsi subjek akan berperan pelaku dan pengisi fungsi objek akan berperan sasaran.
Alat Sintaksis
Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata, dan intonasi atau
dapat ditambah dengan konektor yang biasanya berupa konjungsi. Peranan ketiga alat sintaksis itu
(urutan kata, bentuk kata dan intonasi) tidaka sama antara bahasa satu dengan bahasa yang lain.Ada bahasa yang lebih mementingkan urutan kata, ada juga yang lebih mementingkan bentuk kata,
tetapi ada juga yang lebih mementingkan intonasi.
Urutan Kata
Urutan kata adalah letak atau posisi kata yang satu dengan kata yang lain dalam suatu
konstruksi sintaksis. Dalam bahasa Indonesia uurutan kata ini memegang peranan yang sangatpenting. Perbedaan urutan kata dapat menimbulkan perbedaan makna. Sebagai contoh, konstruksi
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
30/63
tiga jam memiliki makna yang tidak sama denga konstruksi yang mempunyai urutan jam tiga. Contoh
lain perbedaan makna antara konstruksi ibu memanggil ayah dengan ayah memanggil ibu.
Perbedaannya adalah, pada kalimat pertama ibu menjadi pelaku perbuatan, dan ayah menjadi
sasaran perbuatan. Sedangkan dalam kalimat kedua, ayah menjadi pelaku dan ibu menjadi sasaran.
Perbedaan makna pelaku dan sasaran itu terjadi karenaletak urutan kata ibu dan ayah
dipertukarkan.
Jika dalam bahasa Indonesia urutan kata itu sangat penting, meskipun sampai tahap tertentu
urutan itu dapat diubah, tetapi dalam beberapa bahasa lain,terutama dalam bahasa-bahasa berfleksi
seperti bahasa latin, urutan kata itu sangat tidak penting. Artinya,urutan kata itu dapat
dipertukarkan tanpa mengubah makna gramatikal kalimat.
Dalam bahasa latin dan bahasa fleksi lainnya, yang memegang peranan penting dalam
sintaksis bukanlah urutan kata, melainkan bentuk kata. Sebuah kata yang sama dalam bahasa fleksi
mempunyai bentuk-bentuk yang berbeda, untuk menduduki fungsi subjek, predikat, objek,dan
fungsi lainnya. Jadi, meskipun letaknya tidak beraturan tetapi makna gramatikalnya tidak akan
berubah dan tidak akan terjadi kesalahpahaman karena sudah ditentukan bentuknya.
Bentuk Kata
Dalam bahasa Indonesia ternyata bentuk kata juga sangat penting. Seperti jika kata
memanggil pada kalimat ibu memanggil ayah diganti dengan kata dipanggil sehingga kalimat itu
menjadi ibu dipanggil ayah maka makna kalimat itu pun akan berubah. Derajat pentingnya bentuk
kata bahasa Indonesia dan bahasa latin tidak sama.Dalam bahasa latin bentuk kata berperan sangat
mutlak, sedangkkan dalam bahasa Indonesia tidak. Hal ini terjadi karena dalam bahasa latin urutan
kata hampir tidak mempunyai peranan, sedangkan dalam bahasa Indonesia urutan kata mempunyai
peranan yang sangat penting. Fungsi subjek dalam kalimat bahasa Indonesia lebih umum ditentukan
oleh urutan kata atau posisi kata daripada bentuk katanya.
intonasi
Alat sintaksis yang ketiga, yaitu intonasi di dalam bahasa tulis tidak dapat digambarkan secara
akurat dan teliti sehingga menimbulkan kesalah pahaman. Intonasi memiliki peran yang penting
dalam semua bahasa. Perbedaan modus kalimat bahasa Indonesia lebih ditentukan oleh intonasinya
daripada komponen segmentalnya.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
31/63
Batas antara subjek dan predikat dalam bahas Indonesia biasanya ditandai dengan intonasi
berupa nada naik dan tekanan. Oleh karena itu, kalau konstruksi kalimat guru sejarah baru diberi
tekanan sebagai bata subjek dan predikat pada tempat yang berbeda, maka kalimat tersebut akan
memiliki makana garamatikal yang berbeda.
Konektor
Alat sintaksis yang keempat, adalah konektor, yang biasanya berupa sebuah morfem atau
gabungan morfem yang secara kuantitas merupakan kelas yang tertutup. Konektor bertugas
menghubungkan satu konstituen dengan konstiuten lain, baik yang berada dalam kalimat maupun
yang berada di luar kalimat.
Dari sifat hubungannya, konektor dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Konektor koordinatif
Konektor koordinatif adalah konektor yang menghubungkan dua buah konstituen yang sama
kedudukannya atau yang sederajat. Konjungsi koordinatif seperti dan, atau, dan tetapi dalam bahasaIndonesia adalah konektor koordinatif.
b. Konektor Koordinatif
Konektor koordinatif adalh konektor yang menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya
tidak sederajat. Maksudnya, konstituen yang satu merupakan konstituen atasan dan konstituen yang
lain menjadi konstituen bawahan. Konjungsi kalau, meskipun,, dank arena dalam bahasa Indonesiaadalah contoh konektor subordinatif.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
32/63
BAB III
METODOLOGI
Sumber karangan ini berasal dari siswa kelas 5 SD Rawa Bunga 12 Pagi yang bernama Sahal.
Kebersihan Lingkungan
Di tempat kami tinggal setiap 1 bulan sekali diadakan kebersihan lingkungan. Yang di ketuai
oleh pak Rt setiap akan diadakan kebersihan. Pak Rt sebelumnya menyebarkan surat kepada
warganya masing-masing untuk pemberitahuan akan diadakan kebersihan lingkungan /kerja bakti.
Kerja bakti akan diadakan setiap hari minggu jam 07.00 pg masing masing warganya
dianjurkan berkumpul ditempat yg pak Rt tentukan. Masing masing warga dianjurkan membawa alat
alat seperti : sapu lidi, pacul, pengki, alat alat itu untuk digunakan membersihkan sampah sampah yg
ada dihalaman rumah warga setempat danada yg di saliran air seperti : sampah pelastik, sampah
kaleng, dan kayu-kayu.
Setelah membersihkan saluran air lalu warga membersihkan jalanan ditempat kami tinggal
kami sampah sampah yang sudah di kumpulkan lalu dimasukan ke dalam karung yang sudah
disediakan. Lalu diangkut oleh mobil dinas kebersihan. Setelah diangkut warga beristirahat lalu pak
Rt datang pak Rt sungguh senang karena lingkungan jadi bersih.
3.1 Analisis Morfologi
Paragraf 1.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
33/63
Di tempat kami tinggal setiap 1 bulan sekali diadakan kebersihan lingkungan. Yang di ketuai oleh pak
Rt setiap akan diadakan kebersihan. Pak Rt sebelumnya menyebarkan surat kepada warganya
masing-masing untuk pemberitahuan akan diadakan kebersihan lingkungan /kerja bakti.
Dekontekstualisasi:
1. Di tempat kami tinggal setiap 1 bulan sekali diadakan kebersihan lingkungan.
Analisis :
Morfologis : dalam kalimat tersebut terdapat kesalahan morfologis pada tataran :
Afiks: yaitu penggunaan imbuhan di-kan pada kata diadakan seharusnya mengadakan karena
membuat jadi.
Sintaksis : dari segi sintaksis kalimat tersebut terdapat satu klausa,kesalahan pada kalimat tersebut
adalah pada aspek urutan kata. Seharusnya menjadi
Di tempat kami tinggal setiap satu bulan sekali mengadakan kebersihan lingkungan.
2. Yang di ketuai oleh pak Rt setiap akan diadakan kebersihan.
Analisis :
Morfologi : dalam kalimat tersebut terdapat kesalahan morfologis pada tataran :
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
34/63
Afiks : yaitu penggunaan imbuhan ke-i pada kata ketuai. seharusnya ketua karna mengandung
makna yang di. Dan imbuhan di-kan pada kata diadakan seharusnya mengadakan karna
memgandung makna menbuat jadi.
Sintaksis : dari segi sintaksis kalimat tersebut terdapat satu klausa. Kesalahan pada kalimat
tersebut adalah pada aspek bentuk kata. Seharusnya
pak Rt menjadi ketua setiap mengadakan kebersiahan.
3. Pak Rt sebelumnya menyebarkan surat kepada warganya masing masing untuk pemberitahuan
akan diadakan kebersihan lingkungan /kerja bakti.
Analisis :
Morfologi : dalam kalimat tersebut terdapat kesalahan morfologis pada tataran :
Afiks: penggunaan pronomina pada kata sebelumnya, penggunaannya menunjukan
kepemilikan, sedangkan pada kata tersebut masih merujuk pada kata pronomina Aku. Sehingga
kurang memiliki kesinambungan. Seharusnya kata yang tepat untuk kalimat di atas menjadi sebelum
itu, ada penambahan pronominal petunjuk. Dan pada imbuhan di-kan pada kata diadakan
seharusnya mengadakan karna memgandung makna menbuat jadi.
Reduplikasi : pengulangan leksem (dwilingga) pada kata masing masing seharusnya masing-
masing, diberi tanda (-)
Sintaksis : dari segi sintaksis kalimat tersebut terdapat dua klausa yang dihubungkan dengan atau,
dan terdapat kesalahan pada aspek tuturan kata. seharusnya
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
35/63
sebelum mengadakan kebersihan lingkungan atau keja bakti pak Rt mnyebarkan surat kepada
masing-masing warganya.
Paragraf 2.
Kerja bakti akan diadakan setiap hari minggu jam 07.00 pg masing masing warganya dianjurkan
berkumpul ditempat yg pak Rt tentukan. Masing masing warga dianjurkan membawa alat alat
seperti : sapu lidi, pacul, pengki. alat alat itu untuk digunakan membersihkan sampah sampah yg ada
dihalaman rumah warga setempat danada yg di saliran air seperti : sampah pelastik, sampah kaleng,
dan kayu-kayu.
Dekontekstualisasi :
1. Kerja bakti akan diadakan setiap hari minggu jam 07.00 pg masing masing warganya dianjurkan
berkumpul ditempat yg pak Rt tentukan.
Analisis :
Morfologi : dalam kalimat tersebut terdapat kesalahan morfologis pada tataran :
Afiks : pada imbuhan di-kan pada kata diadakan seharusnya mengadakan karna memgandung
makna menbuat jadi.dan kata pg seharusnya pagi tidak ada singkatan. Dan kesalahan pronominal
pada kata warganya penggunaannya menunjukan kepemilikan, sedangkan pada kata tersebut
masih merujuk pada kata pronomina Aku. Sehingga kurang memiliki kesinambungan. Seharusnya
kata yang tepat untuk kalimat di atas yaitu warga tidak ada penambahan. Dan pada imbuhan di-kanpada kata diaanjurkan seharusnya menganjurkan karna memgandung makna menbuat jadi.
Reduplikasi : pengulangan leksem (dwilingga) pada kata masing masing seharusnya masing-
masing, diberi tanda (-)
Sintaksis : dari segi sintaksis kalimat tersbut memiliki 2 klausa yang dihubungkan oleh konjungsi
penjumlahan (dan). Kesalahan pada kalimat tersebut adalah pada aspek urutan kata.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
36/63
Pak Rt mengadakan kerja bakti setiap hari minggu jam 07.00 pagi dan menganjurkan kepada
warganya agar berkumkumpul pada tempat yang telah ditentukan
2. Masing masing warga dianjurkan membawa alat alat seperti : sapu lidi, pacul, pengki.
Morfologi : dalam kalimat tersebut terdapat kesalahan morfologis pada tataran :
Reduplikasi : pengulangan leksem (dwilingga) pada kata masing masing dan alat alat
seharusnya masing-masing dan alat-alat, diberi tanda (-),
Afiks : pada imbuhan di-kan pada kata diaanjurkan dalam kalimat di atas kurang
berkesinambungan. Seharusnya di ganti menjadi diharuskan karna memgandung sungguh-sungguh.
Sintaksis : dari segi sintaksis kalimat tersbut memiliki satu klausa, kesalahan pada kalimat
terdapat pada urutan kata. Seharusnya :
Masing-masing warga diharuskan membawa alat-alat seperti : sapu lidi, pacul dan pengki.
3. alat alat itu untuk digunakan membersihkan sampah sampah yg ada dihalaman rumah warga
setempat dan ada yg di saluran air seperti : sampah pelastik, sampah kaleng, dan kayu-kayu.
Analisis :
Morfologi : dalam kalimat tersebut terdapat kesalahan morfologis pada tataran :
Reduplikasi : pengulangan leksem (dwilingga) pada kata alat alat dan sampah sampahseharusnya alat-alat dan sampah-sampah, diberi tanda (-),
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
37/63
Afiks : pada kata yg seharusnya yang tidak ada singkatan, dan kata ada seharusnya berada,
karna menunjukan keberadaan. Penambahan prefiks ber-
Sisntaksis: dari segi sintaksis kalimat tersebut memiliki dua klausa dan memiliki kesalahan dalam
urutan kata, seharysnya kata untuk meyatakan tujuan (konjungsi) diletakan setelah predikat.
Alat-alat itu digunakan untuk membersihkan sampah-sampah yang berada di halaman rumah warga
setempat dan ada yang di saluran air seperti sampah pelastik, sampah kaleng, dan kayu-kayu.
Paragraf 3
Setelah membersihkan saluran air lalu warga membersihkan jalanan ditempat kami tinggal kami
sampah sampah yang sudah di kumpulkan lalu dimasukan ke dalam karung yang sudah disediakan.
Lalu diangkut oleh mobil dinas kebersihan. Setelah diangkut warga beristirahat lalu pak Rt datang
pak Rt sungguh senang karena lingkungan jadi bersih.
Dekontektualisasi :
1. Setelah membersihkan saluran air lalu warga membersihkan jalanan ditempat kami tinggal
kami sampah sampah yang sudah di kumpulkan lalu dimasukan ke dalam karung yang sudah
disediakan.
Analisis :
Morfologi : dalam kalimat tersebut terdapat kesalahan morfologis pada tataran :
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
38/63
Afiks : pada imbuhan prefiks di- pada kata ditempat seharussnya di tempat, dan kata di
kumpulkan seharusnya dikumpulkan.
Reduplikasi : pengulangan leksem (dwilingga) pada kata sampah sampah seharusnya sampah-sampah, diberi tanda (-),
Sintaksis : pada kalimat tersebut kesalahan pada tataran sintaksis yang dilakukan adalah pada
urutan kata yang digunakan (alat sintaksis). Kalimat tersbut memiliki urutan kata yang tidak
sistematis. Kalimat tersebut terdiri dari 3 klausa yang dihubungkan oleh konjungsi, dalam
penempatan konjungsi juga terdapat kata yang kurang baku seperti kata lalu seharusnya kemudian,
dan kata sudah seharusnya telah, namun kalimat tersebut kurang kohesi dan koheren. Seharusnya
kalimat tersebut:
Setelah membersihkan saluran air kemudian warga membersihkan jalanan di tempat kami tinggal,
sampah samp[ah yang telah dikumpulkan kemudian dimasukkan ke dalam karung yang telah di
sediakan.
2. Lalu diangkut oleh mobil dinas kebersihan.
Analisis :
Morfologi : dalam kalimat tersebut tidak terdapat kesalahan morfologis.
Sintaksis : dari segi sintaksis kalimat tersebut juga tidak memiliki kesalahan sintaksis.
3. Setelah diangkut warga beristirahat lalu pak Rt datang pak Rt sungguh senang karena
lingkungan jadi bersih.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
39/63
Analisis :
Morfologis : dalam kalimat tersebut terdapat kesalahan morfologis.
Afiks : pada kata jadi seharusnya menjadi ada penambahan apiks me- menyatakan membuat
jadi.
Sintaksis : pada kalimat tersebut kesalahan pada tataran sintaksis yang dilakukan adalah pada urutan
kata yang digunakan (alat sintaksis).
penghilSeharusnya dalam kalimat tersebut :
Setelah diangkut warga beristirahat, lalu pak Rt datang, ia sungguh senang karena lingkungannya
menjadi bersih.
Rekapitulasi Kesalahan Berbahasa
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
40/63
1. Rekapitulasi Analisis Kesalahan Morfologi
a. Kesalahan Morfologis
No.
Paragraf Pertama
Kalimat
Jenis Kesalahan Morfologis
Afiksasi
Reduplikasi
1.
Di tempat kami tinggal setiap 1 bulan sekali diadakan kebersihan lingkungan. Yang di ketuai oleh pak
Rt setiap akan diadakan kebersihan. Pak Rt sebelumnya menyebarkan surat kepada warganya
masing-masing untuk pemberitahuan akan diadakan kebersihan lingkungan /kerja bakti.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
41/63
1.Di tempat kami tinggal setiap 1 bulan sekali diadakan kebersihan lingkungan.
2. Yang di ketuai oleh pak Rt setiap akan diadakan kebersihan.
3. Pak Rt sebelumnya menyebarkan surat kepada warganya masing-masing untuk pemberitahuan
akan diadakan kebersihan lingkungan /kerja bakti
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
42/63
-
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
43/63
Jumlah
3
1
Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada paragraf pertama yang terdiri dari tiga
kalimat, ditemukan empat kesalahan morfologis yaitu tiga penggunaan afiksasi yang tidak tepat dan
satu reduplikasi.
Paragraf Kedua
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
44/63
Kalimat
Jenis Kesalahan Morfologis
Afiksasi
Reduplikasi
Kerja bakti akan diadakan setiap hari minggu jam 07.00 pg masing masing warganya dianjurkan
berkumpul ditempat yg pak Rt tentukan. Masing masing warga dianjurkan membawa alat alat
seperti : sapu lidi, pacul, pengki. alat alat itu untuk digunakan membersihkan sampah sampah yg ada
dihalaman rumah warga setempat danada yg di saliran air seperti : sampah pelastik, sampah kaleng,
dan kayu-kayu.
1.Di tempat kami tinggal setiap 1 bulan sekali diadakan kebersihan lingkungan.
2. Yang di ketuai oleh pak Rt setiap akan diadakan kebersihan.
3. Pak Rt sebelumnya menyebarkan surat kepada warganya masing-masing untuk pemberitahuan
akan diadakan kebersihan lingkungan /kerja bakti.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
45/63
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
46/63
Jumlah
3
3
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
47/63
Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada paragraf kedua yang terdiri dari tiga kalimat,
ditemukan enam kesalahan morfologis yaitu tiga penggunaan afiksasi yang tidak tepat dan tiga
reduplikasi.
Paragraf Ketiga
Kalimat
Jenis Kesalahan Morfologis
Afiksasi
Reduplikasi
Setelah membersihkan saluran air lalu warga membersihkan jalanan ditempat kami tinggal kami
sampah sampah yang sudah di kumpulkan lalu dimasukan ke dalam karung yang sudah disediakan.
Lalu diangkut oleh mobil dinas kebersihan. Setelah diangkut warga beristirahat lalu pak Rt datang
pak Rt sungguh senang karena lingkungan jadi bersih.
1. Setelah membersihkan saluran air lalu warga membersihkan jalanan ditempat kami tinggal kami
sampah sampah yang sudah di kumpulkan lalu dimasukan ke dalam karung yang sudah disediakan.
2. Lalu diangkut oleh mobil dinas kebersihan.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
48/63
3. Setelah diangkut warga beristirahat lalu pak Rt datang pak Rt sungguh senang karena lingkungan
jadi bersih.
-
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
49/63
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
50/63
-
Jumlah
2
1
Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada paragraf kedua yang terdiri dari tiga kalimat,ditemukan tiga kesalahan morfologis yaitu dua penggunaan afiksasi yang tidak tepat dan satu
reduplikasi.
b. Rekapitulasi Analisis Kesalahan sintaksis
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
51/63
No.
Paragraf Pertama
Kalimat
Jenis Kesalahan Sintaksis
1
2
3
4
5
1.
Di tempat kami tinggal setiap 1 bulan sekali diadakan kebersihan lingkungan. Yang di ketuai oleh pak
Rt setiap akan diadakan kebersihan. Pak Rt sebelumnya menyebarkan surat kepada warganya
masing-masing untuk pemberitahuan akan diadakan kebersihan lingkungan /kerja bakti.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
52/63
Di tempat kami tinggal setiap 1 bulan sekali diadakan kebersihan lingkungan.
-
-
-
-
Yang di ketuai oleh pak Rt setiap akan diadakan kebersihan.
-
-
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
53/63
-
-
Pak Rt sebelumnya menyebarkan surat kepada warganya masing-masing untuk pemberitahuan akan
diadakan kebersihan lingkungan /kerja bakti.
-
-
-
-
Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada paragraf pertama yang terdiri dari tiga
kalimat, ditemukan tiga kesalahan sintaksis yaitu satu kesalahan penggunaan bentuk kata, dua
kesalahan dalam urutan kata.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
54/63
No.
Paragraf kedua
Kalimat
Jenis Kesalahan Sintaksis
1
2
3
4
5
1.
Kerja bakti akan diadakan setiap hari minggu jam 07.00 pg masing masing warganya dianjurkanberkumpul ditempat yg pak Rt tentukan. Masing masing warga dianjurkan membawa alat alat
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
55/63
seperti : sapu lidi, pacul, pengki. alat alat itu untuk digunakan membersihkan sampah sampah yg ada
dihalaman rumah warga setempat danada yg di saliran air seperti : sampah pelastik, sampah kaleng,
dan kayu-kayu.
Kerja bakti akan diadakan setiap hari minggu jam 07.00 pg masing masing warganya dianjurkan
berkumpul ditempat yg pak Rt tentukan.
-
-
-
-
Masing masing warga dianjurkan membawa alat alat seperti : sapu lidi, pacul, pengki.
-
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
56/63
-
-
-
alat alat itu untuk digunakan membersihkan sampah sampah yg ada dihalaman rumah warga
setempat danada yg di saliran air seperti : sampah pelastik, sampah kaleng, dan kayu-kayu.
-
-
-
-
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
57/63
Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada paragraf kedua yang terdiri dari tiga kalimat,
ditemukan tiga kesalahan sintaksis yaitu satu kesalahan penggunaan alat sisntaksis, satu kesalahan
bentuk urutan dan satu kesalahan bentuk konektor.
No.
Paragraf ketiga
Kalimat
Jenis Kesalahan Sintaksis
1
2
3
4
5
1.
Setelah membersihkan saluran air lalu warga membersihkan jalanan ditempat kami tinggal kami
sampah sampah yang sudah di kumpulkan lalu dimasukan ke dalam karung yang sudah disediakan.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
58/63
Lalu diangkut oleh mobil dinas kebersihan. Setelah diangkut warga beristirahat lalu pak Rt datang
pak Rt sungguh senang karena lingkungan jadi bersih.
Setelah membersihkan saluran air lalu warga membersihkan jalanan ditempat kami tinggal kami
sampah sampah yang sudah di kumpulkan lalu dimasukan ke dalam karung yang sudah disediakan.
-
-
-
-
Lalu diangkut oleh mobil dinas kebersihan.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
59/63
-
-
-
-
Setelah diangkut warga beristirahat lalu pak Rt datang pak Rt sungguh senang karena lingkungan jadi
bersih.
-
-
-
-
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
60/63
Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada paragraf ketiga yang terdiri dari tiga kalimat,
ditemukan dua kesalahan sintaksis yaitu dua kesalahan penggunaan alat sisntaksis.
Keterangan :
1 : Alat sintaksis 3 : bentuk kata 5 : intonasi
2 : urutan kata , 4 : konektor
Temuan
Berdasarkan karangan siswa kelas 5 SD ditemukan kesalahan dalam proses morfologi dan
sintakis. Kesalah morfologis yaitu proses afiksasi dan reduplikasi. Kesalahan afiksasi sebanyak 8
kalimat dan reduplikasi sebanyak 5 kalimat. Kesalahan sintaksis yaitu berupa alat sintaksis, bentuk
kata, urutan kata dan konektor. Kesalahan alat sistaksis sebanyak 4 kalimat, kesalahan bentuk kata
sebanyak satu kalimat, kesalahan urutan kata sebanyak 3 kalimat, dan kesalahan konektor 1 kalimat.Dalam morfologis kesalahan yang paling banyak adalah bentuk afiksasi, sedangkan kesalahan
sintaksis yang paling banyak terdapat pada alat sisntaksis.
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
61/63
Kesimpulan
Berdasarkan temuan di atas maka kajian analisis kesalahan berbahasa terhadap karangan siswa kelas
V dapat disimpulkan sebagai berikut: analisis di atas terdapat banyak kesalahan secara morfologis
dan sintaksis, yakni terdapat dua kesalahan morfologis pada paragraph pertama, kedua, dan ketiga
yaitu berupa kesalahan afiksasi. Dan kesalahan yang lainnya secara morfologi ada kesalahan
reduplikasi terdapat pada kalimat satu dan kesalahan penulisan kata sebanyak dua kesalahan.
Selanjutnya kesalahan sintaksis hampir terjadi hamper di semua kalimat. Kesalahan umumnya
terjadi pada tataran kalimat, alat sisntaksis sedangkan secara khusus kesalahan yang terjadi berupa
kesalahan pembentukan frasa, penggunaan konjungsi yang tidak tepat dan urutan kata serta bentuk
kata yang tidak koheren dan koherensi.
Daftar Pustaka
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
62/63
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
HP, Ahmad. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta
Dardjowidjojo, Soenjono. 1982. Dasar-Dasar Neurofisiologis Dalam
Penguasaan Bahasa. Jakarta: Majalah Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Purwo Kaswanti, Bambang. 1985. Ancangan Psikolinguistik dan
Pengajaran Bahasa Pertama. Jakarta: Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa
-
5/19/2018 kesalahan berbahasa.docx
63/63
Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.