kesadaran orang tua akan pentingnya ... - core.ac.uk · mengetahui sejauh mana orang tua telah...
TRANSCRIPT
KESADARAN ORANG TUA AKAN PENTINGNYA
PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK
STASI FLORENTINUS BABARSARI PAROKI BACIRO YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Karolina Bikan
NIM : 011124024
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UMIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2006
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
• Para suster Provinsi Timor.
• Para suster Regio Timor Leste.
• Para suster Provinsi Jawa.
• Komunitas Biara Roh Suci Yogyakarta.
• Orang Tua Stasi Florentinus Babarsari Paroki
BaciroYogyakarta.
• Keluarga besar kampus IPPAK Universitas Sanata Dharma.
• Teman-teman angkatan 2001
• Anggota keluarga secara khusus bagi kak Mia dan kak
Wens yang selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
iv
MOTTO
Aku ini pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya
Barang siapa tinggal di dalam AKU dan AKU di dalam dia, ia akan berbuah
banyak sebab di luar AKU kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
(Yoh, 15:5)
v
PERYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 8 Juli 2006
Penulis,
Karolina Bikan
vi
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah ”KESADARAN ORANG TUA AKAN
PENTINGNYA PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK STASI FLORENTINUS BABARSARI PAROKI BACIRO YOGYAKARTA.” Penulisan Skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis akan pentingnya pendidikan iman anak, khususnya kesadaran orang tua dalam memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan iman anak dalam keluarga. Di sisi lain penulis mempunyai pemikiran bahwa pendidikan iman anak dalam keluarga sangat berarti dan merupakan tempat yang pertama dan utama bagi orang tua untuk mendidik dan mengajarkan berbagai hal yang membantu pertumbuhan dan perkembangan iman anak, terutama pendidikan nilai-nilai iman kristiani.
Menanggapi permasalahan yang terungkap dalam latar belakang tersebut, maka ada dua hal penting yang akan penulis lakukan. Yang pertama, penulis melakukan studi pustaka tentang pentingnya pendidik iman anak dalam keluarga katolik. Yang kedua, penulis melakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana orang tua telah memperhatikan pendidikan iman anak dalam keluarga katolik. Penelitian tersebut diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap responden yang diteliti di stasi Florentinus Babarsari paroki Baciro.
Dari hasil kuesioner diketahui 67,5 % dari responden yang mengungkapkan bahwa pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga adalah orang tua. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada nilai positif dari orang tua akan pentingnya pendidikan iman anak dalam keluarga.
Untuk menindaklanjuti hasil penelitian, penulis mengusulkan katekese sebagai salah satu usaha dalam meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan iman anak dalam keluarga dengan model pengalaman hidup dan biblis. Melalui program yang ditawarkan ini, diharapkan orang tua semakin terbantu untuk tugas dan tanggung jawab mereka sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga, sehingga mampu mengembangkan usaha mendidik anak melalui kesaksian hidup setiap hari dalam kata dan perbuatan, serta menciptakan suasana yang mendukung perkembangan iman anak.
vii
ABSTRACT
The title this thesis is “PARENTS AWARENESS TOWARD THE IMPORTANCE OF CHILDREN’S FAITH EDUCATION IN CATHOLIC FAMILY OF STASI FLORENTINUS BABARSARI PAROKI BACIRO YOGYAKARTA”. Background of this thesis is the researcher’s concern toward the importance of children’s fait education, especially parents’ awareness to show the interest to the children’s faith growth and the development in family. Besides, the researcher has the point of view that faith education in family is very important and it is the first and basic place to parents to educate and teach many things that help the children’s faith growth and the development, especially the faith values education of Christianity.
Answering the problems showed above, there are two important points that done by the researcher. Firstly, the researcher did the library research about parents’ awareness toward the importance of children’s faith education in catholic family. Secondly, the researcher did the research to know how far parents have concerned about children’s fait in catholic family. The data of this research is come from the questionnaires and interviews with the respondent being researched.
We can know from the result of the questionnaires that 67’5% of respondent revealed that the first and the basic of children’s faith in family is parent. Therefore, we can say that there is a positive value from the parent toward the importance of children’s fait in family.
For the continuity the research result, the researcher suggests catechesis as one of the efforts to improve the parents’ awareness toward the importance of first and basic children’s faith in family with the model of life experience and bibles. Through the program offered here, can help the parents aware more their duty and responsibility as the educator of first and basic children’s faith, and able to develop the effort to educate their children from the everyday witness in words and behaviour, and also create the situations to support the development of children’s faith.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Tritunggal Maha Kudus
atas segala cinta dan berkat, serta kesetian-Nya yang telah membimbing dan
menyertai penulis dari awal sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini, begitu banyak kesulitan
dan hambatan yang penulis alami dan rasakan, tetapi semuanya dapat dilalui
dengan sikap yang sabar dan tenang, sehingga segala macam kesulitan dapat
teratasi dengan baik.
Skripsi berjudul ” KESADARAN ORANG TUA AKAN PENTINGNYA
PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK STASI
FLORENTINUS BABARSARI PAROKI BACIRO YOGYAKARTA”. Penulis
mencoba mengetengahkan permasalahan yang masih berkaitan dengan pentingnya
pendidikan iman anak dalam keluarga, khususnya perhatian orang tua akan
pertumbuhan dan perkembangan iman anak dalam keluarga.
Dalam skripsi ini, penulis bermaksud untuk memberi sumbangan
pemikiran bagi orang tua katolik dalam memperhatikan pentingnya pendidik iman
anak dalam keluarga katolik melalui katekese.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari banyak dukungan dan
perhatian dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, dari hati yang iklas penulis mengucapkan limpah terima kasih kepada:
ix
1. Drs. F.X. Heryatno W, W, SJ., M. Ed, selaku kaprodi yang telah memberi ijin
dan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.
2. P. Banyu Dewa HS, S., Ag, M. Si, selaku dosen pembimbing utama dan
penguji pertama, yang dengan sabar telah meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran dalam membimbing penulis dari awal penyusunan sampai dengan
pertanggungjawab skripsi ini.
3. Drs. Y. a. C. H. Mardiraharjo, selaku dosen pembimbing akademik dan penguji
dua yang dengan sabar telah menuntun dan membimbing penulis selama masa
studi sampai pertanggungjawab skripsi ini.
4. Drs. H. J. Suhardiyanto., SJ, selaku dosen penguji tiga yang telah membimbing
penulis selama masa studi sampai pertanggungjawab skripsi ini.
5. Keluarga besar IPPAK yang telah membekali penulis dengan berbagai
pengetahuan dan pengalaman serta penyediaan semua fasilitas dan sarana yang
telah mendukung dalam menyelesaikan studi penulis.
6. Para suster SSpS Provinsi Jawa, khususnya para suster komunitas Biara Roh
Suci yang dengan caranya masing-masing telah mendukung penulis dari awal
sampai dengan pertanggungjawaban skripsi ini.
7. Pengurus stasi Florentinus Babarsari yang bersedia menerima penulis untuk
melakukan penelitian dan juga membantu dalam mengumpulkan data-data
serta informasi yang dibutuhkan penulis.
x
8. Ketua lingkungan yang memberi kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan katekese bersama orang tua katolik lingkungan Santo Yusuf
TambakBayan.
9. Teman-teman angkatan 2001 yang dengan caranya masing-masing telah
mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Para suster Regio Timor Leste dan Timor yang selalu menyertai penulis
dengan doa-doanya, sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik sampai
dengan pertanggungjawab skripsi akhir.
11. Untuk seluruh anggota keluarga, khususnya bapak dan mama, mama Yuliana,
kakak Mia dan kak Wens, adik Rita sekeluarga, adik Redi, dan adik Warti
yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama masa studi sampai
pertanggungjawaban skripsi akhir.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari segala macam kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang ingin
menyempurnakan skripsi ini, sangat penulis terima dengan senang hati dalam
penyempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta, 8 Juli 2006
Penulis
Karolina Bikan
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... iv
MOTTO............................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIHAN KARYA........................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Permasalahan .............................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 6
D. Manfaat Penulisan ....................................................................................... 6
E. Metode Penulisan........................................................................................ 7
BAB II. PENTINGNYA PENDIDIKAN IMAN ANAK
DALAM KELUARGA ...................................................................... 8
xii
A. PENDIDIKAN IMAN ANAK .................................................................... 8
1. Pengertian Pendidikan Iman anak ........................................................... 8
a. Pendidikan Anak.................................................................................. 9
b. Iman..................................................................................................... 10
2. Perlunya Pendidikan Iman Anak............................................................. 12
3. Tujuan Pendidikan Iman Anak................................................................ 15
4. Bentuk-bentuk Pendidikan Iman Anak ................................................... 17
B. SITUASI PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA ............. 18
1. Ditinjau Dari Orang Tua.......................................................................... 18
a. Kebiasaan Mengajak Anak Untuk Berdoa Bersama ........................... 18
b. Kebiasaan Mengajak Anak Untuk Terlibat dalam Kegiatan
Gereja dan Lingkungan ....................................................................... 19
c. Kebiasaan Anak Untuk Membaca dan
Mendengarkan Sabda Tuhan ............................................................. 21
2. Ditinjau Dari Pandangan Gereja.............................................................. 21
a. Pendidikan Dilihat dari Perjanjian Lama............................................. 21
b. Pendidikan Dilihat dari Perjanjian Baru.............................................. 22
C. PENDIDIKAN IMAN DILIHAT DARI DOKUMEN GEREJA................ 23
1. Catechesi Tradendae................................................................................ 23
a. Anak-anak Kecil .................................................................................. 23
b. Anak-anak ........................................................................................... 24
2. Gravissimum Educationis....................................................................... 24
xiii
3. Apostolicam Actuositatem ..................................................................... 25
4. Familiaris Consortio ............................................................................... 26
BAB III. GAMBARAN UMUM TENTANG SITUASI
ORANG TUA DALAM MENDIDIK IMAN ANAKNYA
DI STASI FLORENTINUS BABARSARI
PAROKI BACIRO YOGYAKARTA............................................... 28
A. SITUASI UMUM STASI FLORENTINUS BABARSARI
PAROKI BACIRO..................................................................................... 28
1. Pembagian Lingkungan.......................................................................... 29
2. Jumlah Umat........................................................................................... 30
3. Mata Pencaharian Umat ......................................................................... 30
4. Situasi Pendidikan Umat ........................................................................ 31
5. Macam-macam Kegiatan........................................................................ 31
a. Kegiatan Rutin.................................................................................... 32
b. Kegiatan Insedental ............................................................................ 32
c. Kegiatan Sosial ................................................................................... 33
B. PENELITIAN MENGENAI SITUASI ORANG TUA DI STASI
FLORENTINUS BABARSARI DALAM MENDIDIK
IMAN ANAKNYA ..................................................................................... 34
1. Latar Belakang Penelitian ........................................................................ 34
2. Permasalahan Penelitian........................................................................... 35
3. Tujuan Penelitian...................................................................................... 36
xiv
4. Metode Penelitian..................................................................................... 36
5. Instrumen Penelitian................................................................................. 37
6. Responden Penelitian ............................................................................... 37
7. Waktu dan Tempat ................................................................................... 37
8. Variabel Penelitian ................................................................................... 39
C. LAPORAN HASIL PENELITIAN ............................................................. 39
1. Identitas Responden ................................................................................. 40
2. Pengetahuan Orang Tua tentang Pendidikan Iman Anak......................... 42
3. Kesulitan-kesulitan Orang Tua dalam Mendidik Iman Anak .................. 48
D. PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN ........................................ 51
1. Identitas Responden ................................................................................. 52
2. Pengetahuan Orang Tua tentang Pendidikan Iman Anak......................... 53
3. Kesulitan-kesulitan Orang Tua dalam Mendidik Iman Anak .................. 57
E. RANGKUMAN ........................................................................................... 59
1. Pandangan Orang Tua tentang Pendidikan Iman
Anak dalam Keluarga............................................................................. 60
2. Upaya Orang Tua dalam Pendidikan Iman Anak dalam Keluarga ......... 60
3. Komunikasi dalam Keluarga ................................................................... 61
BAB IV. KATEKESE SEBAGAI SALAH SATU USAHA DALAM
MENINGKATKAN KESADARAN ORANG TUA AKAN
PENTINGNYA PENDIDIKAN IMAN ANAK
DALAM KELUARGA .................................................................... 62
xv
A. POKOK-POKOK PENGERTIAN KATEKESE ........................................ 62
1. Pengertian Katekese .................................................................................. 62
2. Tujuan Katekese ........................................................................................ 64
3. Isi Katekese ............................................................................................... 65
4. Model-model Katekese.............................................................................. 66
a. Model SCP............................................................................................. 67
b. Model Pengalaman Hidup ..................................................................... 68
c. Model Biblis .......................................................................................... 69
d. Model Campuran Pengalaman Hidup dan Model Biblis....................... 71
e. Model Katekese Sotarae ........................................................................ 72
B. USULAN PROGRAM KATEKESE........................................................... 73
1. Pengertian Program ................................................................................ 73
2. Latar Belakang Program......................................................................... 74
3. Tujuan Program...................................................................................... 75
4. Usulan Tema........................................................................................... 75
5. Pemilihan Model Katekese..................................................................... 77
C. PENJABARAN PROGRAM....................................................................... 78
D. CONTOH PERSIAPAN KATEKESE........................................................ 81
1. Contoh 1 .................................................................................................. 81
2. Contoh 2 .................................................................................................. 88
xvi
E. EVALUASI.................................................................................................. 94
1. Refleksi Persiapan Pelaksanaan Katekese............................................... 94
2. Refleksi Pelaksanaan Katekese ................................................................ 94
3. Refleksi Setelah Pelaksanaan Kegiatan.................................................... 96
BAB V. PENUTUP.......................................................................................... 98
A. KESIMPULAN ........................................................................................... 98
B. SARAN........................................................................................................ 100
1. Saran Khusus............................................................................................ 100
2. Saran Umum............................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 102
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat ijin penelitian. Lampiaran 2 : Surat ijin orang tua. Lampiran 3 : Kuesioner. Lampiran 4 : Wawancara. Lampiran 5 : Struktur Kepengurusan. Lampiran 6 : Tugas dari masing-masing pengurus lampiran 7 : Lagu-lagu Lampiran 8 : Teks Familiaris Consortio. Lampiran 9 : Teks Bacaan Injil Matius.
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A. DAFTAR SINGKATAN KITAB SUCI.
Seluruh singkatan dari Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia ditambah
dengan Kitab-Kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika
Indonesia (Konferensi Wali Gereja Indonesia,1993).
B. DAFTAR SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA.
AA : Apostolicam Actuositatem, dekrit konsili vatikan II tentang
kerasulan awan
CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Aspostolik Sri Paus Yohanes Paulus II
kepada para Uskup, Klerus dan segenap umat beriman tentang katekese
masa kini, 16 oktober 1979.
DCG : Directorium Catechisticum Generale, Direkterium Kateketik Umum,
diterbitkan oleh konggregasi Suci Para klerus, 29 Februari 1972.
FC : Familiaris Consortio, Amanat Apostolik Paus Yohanes Paulus Ke II
tentang Keluarga Kristiani Dalam Dunia Modern, 22 November
1981.
GE : Gravissimum Educationis, pernyataan konsili vatikan II tentang
Pendidikan Kristen.
xviii
KHK : Kitab Hukum Kanonik, yang diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II,
tanggal 25 Januari 1983.
C. DAFTAR SINGKATAN LAIN Art : Artikel.
Bdk : Bandingkan
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.
KAS : Keuskupan Agung Semarang.
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia.
KK : Kepala Keluarga.
NTT : Nusa Tenggara Timur.
NO : Nomor.
PPL : Program Pengalaman Lapangan.
PS : Puji Syukur.
PIA : Pendidikan Iman Anak
RT : Rukun Tetangga.
RW : Rukun Warga.
SD : Sekolah Dasar.
SMP : Sekolah Menengah Pertama.
SMA : Sekolah Menengah Atas.
SSpS : Servarum Spritus Sancte (Konggregasi Suster Misi Abdi Roh Kudus).
Sr : Suster.
xix
St : Santo.
USD : Universitas Sanata Dharma.
WIB : Waktu Indonesia Barat.
xx
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peran dan tanggungjawab orang tua sebagai pendidik iman anak yang
pertama dan utama dalam keluarga nampaknya makin terabaikan di masyarakat
jaman sekarang ini. Alasan kesibukan orang tua, baik karena desakan kebutuhan
ekonomi, profesi, dan hobi, sering menyebabkan kurang adanya kedekatan antara
orang tua dengan anak-anaknya dalam keluarga. Kondisi demikian apabila tidak
disadari lama kelamaan akan menjadi penghalang terhadap kedekatan hubungan
antara orang tua dengan anak-anaknya, berarti terganggulah hubungan pengaruh
di antara mereka.
Sementara itu kita semua mengetahui bahwa rumah adalah tempat yang
cocok dan menyenangkan bagi anak untuk bermain, belajar untuk menemukan
nilai-nilai positif, yang mendukung perkembangan iman anak dalam keluarga
yang berguna bagi kehidupan pribadi maupun kehidupan orang lain. Karena anak
yang masih kecil, lebih banyak berada di rumah dari pada di tempat lain.
Orang tua dalam konteks ini mempunyai posisi yang sah dan sangat
menentukan dalam penanaman nilai-nilai iman pada anak di dalam keluarga
(Wignyasumarta, 2000: 158). Tentu saja pendidikan yang diselenggarakan oleh
sekolah, Gereja dan pemerintah tidak bisa diabaikan, tetapi yang menjadi dasar
pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga adalah orang tua.
2
Dalam realitas hidup masyarakat khususnya keluarga seperti jaman
sekarang ini, kedekatan antara orang tua dan anak ada kecenderungan mulai
berkurang. Tidak mengherankan jika banyak anak lari dari keluarga untuk
mencari jati dirinya, dan akhirnya bersentuhan dengan hal-hal yang
membahayakan masa depan mereka. Anggapan yang keliru di masyarakat, bahwa
pendidikan sama dengan sekolah, telah membawa para orang tua mempercayakan
sepenuhnya pendidikan putra-putrinya kepada para guru di sekolah. Mereka lupa
bahwa waktu terbanyak bagi pembentukan sikap, prilaku, dan iman anak
semestinya berada di dalam keluarga bukan di luar keluarga.
Orang tua sebagai pemegang peranan yang terbesar dalam keluarga
seharusnya tetap memberi perhatian dan kasih sayang serta menasehatinya bila
anak berbuat sesuatu yang kurang baik. Dalam buku prilaku anak usia dini
dikatakan bahwa:
“ Orang tua perlu menunjukan perhatian dan kasih sayangnya, tetapi sekaligus bersikap tegas kalau anak berbuat yang kurang sepantasnya. Perlu diingat, tegas tidak berarti kasar atau dengan kata-kata yang menyakitkan hati. Anak perlu dialihkan perhatiannya pada hal lain yang sangat menariknya apabila ia hendak merebut permainan adiknya atau temannya. Anak juga perlu dilatih untuk mengendalikan diri serta berempati pada apa yang dirasakan orang lain bila diganggu atau disakiti. Yang perlu digarisbawahi adalah anak akan belajar memahami orang lain, kalau ia merasa dipahami. Ia akan bersikap kasar, kalau ia sering mendapatkan perlakuan kasar” (Laksmi Gamayanti, 2003:134).
Oleh karena itu, sejak kecil anak perlu dididik tentang pelbagai hal oleh
orang tua misalnya, orang tua mengajarkan anaknya tentang nilai-nilai kehidupan
di antaranya nilai cinta kasih, sosial, budaya, budi pekerti, moral, pergaulan dan
3
nilai pendidikan yang berguna bagi pembentukan mental dan kepribadian iman
anak itu sendiri. Dengan demikian anak akan lebih mudah mengingat dan
menghafal apa yang telah diajarkan orang tuanya. Karena itu, orang tua
hendaknya memiliki iman yang dapat diandalkan agar mereka mampu menjadi
pendidik iman yang baik yang bisa mengarahkan dan mendidik anak sesuai
dengan taraf perkembangannya.
Tugas pendidikan berakar dalam panggilan asli suami-istri untuk
mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah. Bila orang tua dalam kasih
dan karena kasih melahirkan pribadi baru yang dipanggil untuk tumbuh dan
berkembang, maka orang tua bertanggungjawab mengemban tugas membantunya
menjadi manusia seutuhnya.
“ Karena mereka memberi kehidupan kepada anak-anaknya, maka para orang tua mengemban tugas mahaberat mendidik anak dan sebab itu mereka harus diakui pendidik pertama dan utama. Tugas pendidik ini begitu penting sehingga bila tidak ditunaikan, sulit dapat dilengkapi. Para orang tua wajib menciptakan lingkungan keluarga, yang dijiwai cinta kasih terhadap Allah dan manusia, sehingga membantu pendidikan pribadi dan sosial anak-anak yang utuh. Sebab itu keluarga adalah sekolah pertama keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan tiap masyarakat. Terutama di dalam keluarga kristen, yang dilengkapi rahmat dan tugas sakramen perkawinan, anak-anak sejak dini harus diajar memandang dan menyembah Allah serta mencintai sesama sesuai iman yang diterima dalam permandian. Dalam keluarga anak-anak mendapat pengalaman pertama baik sekitar masyarakat manusia yang sehat, maupun sekitar gereja. Akhirnya melalui keluarga, anak-anak mulai perlahan-lahan dihantar masuk ke dalam pergaulan para warga dan ke dalam umat Allah. Oleh karena itu para orang tua harus sadar betapa pentingnya keluarga yang benar-benar kristen untuk kehidupan dan kemajuan umat Allah sendiri. Maka mereka harus diakui pendidik pertama dan utama anak-anaknya. Tugas pendidikan ini begitu menentukan sehingga hampir tak tergantikan bila tidak ada”. (GE art 3)
4
Dari sakramen perkawinan, seharusnya tugas pendidik iman anak dalam
keluarga kristen sungguh mendapat perhatian penting dalam pelayanan Gereja.
Gereja sungguh memberi perhatian khusus pada orang tua untuk membangun para
anggotanya. Maka orang tua mempunyai kewajiban dan tanggungjawab yang
berat dalam mengusahakan pendidikan yang membantu pertumbuhan dan
perkembangan iman anak. Bantuan orang lain berupa pengajaran dan pelatihan
sangat mendukung kehidupan anak dalam mengembangkan internalisasi dan
sosialisasi nilai-nilai dalam hidup sehari-hari. Walaupun ada bantuan dari orang
lain yang memperkaya iman anak, tetapi orang tua tetap menjadi pendidik iman
anak yang pertama dan utama dalam keluarga.
Berdasarkan pengalaman penulis yang sering kali hadir dalam misa setiap
hari Minggu dan terlibat dalam kegiatan lingkungan dan melihat keaktifan anak
dalam mengikuti Sekolah Minggu dan kegiatan lingkungan begitu sedikit dan
berdasarkan wawancara secara informal dengan koordinator PIA, penulis
mempunyai keprihatinan tersendiri. Penulis melihat bahwa faktor pengetahuan,
pemahaman dan perhatian orang tua dalam pendidikan iman anak merupakan
faktor yang perlu dikaji untuk menangani permasalahan pendidikan iman anak.
Mensikapi permasalahan di atas penulis mencoba untuk mengikuti perayaan
misa pada hari Minggu pagi dan kegiatan lingkungan khususnya doa rosario
untuk mengetahui situasi umat stasi Babarsari khususnya orang tua dalam
pendampingan iman anaknya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Keterlibatan ini dengan maksud untuk mengetahui seberapa jauh orang tua sadar
5
dalam memberi perhatian kepada anaknya untuk terlibat dalam doa lingkungan
dan sekolah Minggu. Melihat permasalahan di atas ini, maka penulis berani
mengangkat judul skripsi: “KESADARAN ORANG TUA AKAN PENTINGNYA
PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK STASI
FLORENTINUS BABARSARI PAROKI BACIRO YOGYAKARTA”.
Melalui judul ini, penulis ingin mengajak para orang tua katolik stasi
Florentinus Babarsari untuk lebih memperhatikan pendidikan iman anak dalam
keluarga, terutama melibatkan anak-anak untuk terlibat aktif dalam setiap
kegiatan hidup menggereja.
B. RUMUSAN PERMASALAHAN
1. Sejauh mana Gereja mengartikan pendidikan iman anak bagi orang tua katolik
dalam keluarga?
2. Sejauh mana orang tua katolik menyadari tugas dan tanggungjawabnya sebagai
pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga?
3. Apa dasar utama orang tua katolik menyelenggarakan pendidikan iman anak
dalam keluarga?
4. Sumbangan katekese macam apa yang dapat membantu orang tua dalam
memperhatikan pendidikan iman anak dalam keluarga?
6
C. TUJUAN PENULISAN
Skipsi ini ditulis dengan tujuan:
1. Mengetahui sejauh mana Gereja telah memperhatikan pendidikan iman anak
dalam keluarga.
2. Membantu meningkatkan kesadaran orang tua akan tugas dan tanggungjawab
mereka sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga.
3. Mengetahui sejauh mana orang tua katolik telah memperhatikan pendidikan iman
anak dalam keluarga.
4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua dan kepada mereka yang
berkecimpung dalam pendampingan iman anak dalam keluarga melalui katekese.
5. Memenuhi persyaratan ujian kelulusan Sarjana Strata Satu (1) IPPAK Sanata
Dharma Yogyakarta.
D. MANFAAT PENULISAN
Skripsi ini ditulis dengan maksud:
1. Memberi masukan kepada orang tua agar mereka semakin menyadari tugas dan
tanggungjawabnya sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam
keluarga.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam menghayati pendidikan
iman anak dalam keluarga.
3. Memberi motivasi pengembangan katekese bagi orang tua katolik dalam
memperhatikan pendidikan iman anak dalam keluarga?
7
E. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini analisis deskriptif, yaitu
memaparkan dan menganalisis permasalahan yang ada sehingga ditemukan jalan
pemecahan yang tepat. Data yang dibutuhkan, diperoleh dengan menggunakan
angket dan wawancara terhadap orang tua sebagai responden. Selain itu penulis
akan menggunakan studi pustaka yang mendukung judul skripsi yang telah
ditulis.
8
BAB II
PENTINGNYA PENDIDIKAN IMAN ANAK
DALAM KELUARGA
Dalam bab II ini lebih pada kajian pustaka yang akan penulis uraikan dalam
dua bagian yaitu bagian pertama tentang pendidik iman anak yang meliputi,
pengertian pendidikan iman anak, perlunya pendidikan iman anak, tujuan pendidikan
iman anak dan bentuk-bentuk pendidikan iman anak.
Bagian kedua tentang situasi pendidikan iman anak dalam keluarga yang
ditinjau dari orang tua yang meliputi, kebiasaan mengajak anak untuk berdoa
bersama, kebiasaan mengajak anak untuk terlibat dalam kegiatan gereja dan
lingkungan, dan kebiasaan anak untuk membaca dan mendengarkan Kitab Suci.
Ditinjau dari pandangan Gereja yang meliputi, pendidikan dilihat dari Perjanjian
Lama, pendidikan dilihat dari Perjanjian Baru, dan pendidikan dilihat dari dokumen
Gereja.
A. PENDIDIKAN IMAN ANAK
1. Pengertian Pendidikan Iman Anak.
Di sini penulis akan menguraikan tentang dua kata yaitu “ Pendidikan”
dan“Iman”dengan pengertiannya masing-masing.
9
a. Pendidikan Anak.
Menurut kamus umum bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia dalam upaya pengajaran dan latihan (Departemen
pendidikan dan kebudayaan, 1988: 204). Mengingat bahwa pendidikan
berlangsung seumur hidup, dimana setiap orang berhak memperoleh pendidikan
pada tahap hidup, maupun dalam perjalanan hidup imannya.
Pelaksanaan pendidikan itu tidak hanya berlangsung di dalam keluarga saja,
melainkan pendidikan itu dapat belangsung di beberapa tempat antara lain
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga pendidikan tersebut memiliki
perbedaan, tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab
pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat terpadu artinya, pendidikan
yang diterima anak bersifat menyeluruh apa yang diterima anak dalam keluarga,
sekolah, dan masyarakat merupakan rangkaian dari suatu proses yang
berlangsung seumur hidup.
Dari semua tempat tersebut, yang menjadi pendidikan anak yang pertama
adalah keluarga. Keluarga merupakan pendidikan dasar bagi pertumbuhan dan
perkembanbangan iman anak di sekolah dan masyarakat, sebab itu orang tua
sebagai penanggungjawab iman anak dalam keluarga bertanggung jawab dan
berkewajiban untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan yang berguna bagi
pembentukan mental dan kepribadian anak itu sendiri.
10
Dalam anjuran Apostolik Familiaris Consortio Paus Yohanes Paulus ke II
mengatakan demikian:
“Tugas mendidik berakar dalam panggilan suami istri untuk berperan serta dalam karya penciptaan Allah, karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka terikat kewajiban amat berat untuk mendidik mereka. Oleh karena itu orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama. Begitu pentinglah tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan, sangat sukar pula dilengkapi. Sebab merupakan kewajiban orang tua: menciptakan lingkup keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa, sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Maka keluarga itulah lingkungan pendidikan pertama keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat. Hak maupun kewajiban orang tua untuk mendidik anak bersifat hakiki, karena berkaitan dengan penyaluran hidup manusia. Selain itu bersifat asali dan utama terhadap peran serta orang-orang lain dalam pendidikan, karena keistimewaan cinta kasih antara orang tua dan anak-anak. Lagi pula tidak bergantian dan tidak dapat diambil alih, dan karena itu tidak dapat diserahkan kepada orang-orang lain atau direbut oleh mereka”
(Familiaris Consortio, 1993: 60-61).
b. Iman.
Penulis akan menguraikan pengertian iman dalam dua bagian yaitu bagian
pertama dilihat dari kamus bahasa Indonesia yaitu iman merupakan kepercayaan
atau keyakinan kepada Allah (Departemen pendidikan dan Kebudayaan,
1988:326).
Sedangkan bagian kedua dilihat dari Ensiklopedi Perjanjian Baru yaitu iman
adalah jawaban pribadi atas prakarsa Allah yang dikenal dalam firman-Nya dan
dalam campur tangan Allah demi keselamatan. Iman bukan hasil refleksi manusia
11
tetapi merupakan buah cuma-cuma yang dihasilkan oleh kuasa Allah oleh Roh
Kudus dalam diri kita (Xavier Leon, 1990:282).
Melihat bahwa iman merupakan jawaban pribadi manusia atas prakarsa
yang dikenal dalam firmanNya, maka dalam pengalaman kongkret setiap hari
manusia perlu menanggapi setiap sapaan Tuhan dalam hidupnya sehari-hari,
sehingga dalam situasi apapun manusia tetap setia dan beriman pada Allah.
Beriman kepada Allah berarti menyerahkan diri sepenuhnya kepada kuasa Tuhan.
Dalam buku ilmu kateketik dikatakan bahwa seorang beriman adalah:
“ Orang yang menerima dan mau tunduk serta berserah kepada Allah, mempercayakan diri sungguh kepada Allah, menerima bahwa Allah adalah kebenaran, menaruh sandaran kepada-Nya dan bukan dirinya sendiri, dan dengan demikian menjadi teguh dan benar oleh karena keteguhan dan kebenaran Allah” (Telaumbanua, 1999: 44)
Untuk sampai pada iman yang mendalam dan penyerahan diri seutuhnya
pada Tuhan, maka manusia perlu membiasakan diri terus menerus menghadirkan
bimbingan Roh Kudus dalam seluruh peristiwa hidupnya, dan membiarkan
hidupnya dipimpin oleh-Nya, karena melalui dan di dalamnya hidup kita semakin
terarah dan akhirnya memampukan kita untuk semakin percaya dan berharap pada
Tuhan yang adalah kebenaran.
Boleh dikatakan orang yang beriman kepada Tuhan berarti menyerahkan
seluruh hidupnya hanya untuk Tuhan, dan tanpa ada suatu paksaan melainkan
suatu keyakinan penuh dan sukarela. Oleh karena itu iman sesungguhnya adalah,
penyerahan total kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa
12
melainkan “dengan sukarela” seperti yang ditulis dalam buku Iman Katolik
(Konferensi Wali Gereja Indonesia, 1996:128).
2. Perlunya Pendidikan Iman Anak
Melihat situasi jaman yang semakin maju karena ditandai dengan berbagai
macam perkembangan teknologi dan informasi yang begitu canggih.
Perkembangan yang semakin pesat ini tentunya mempunyai dampak yang besar
pula dalam kehidupan manusia sekarang ini. Berbagai macam persoalan yang
selalu saja terjadi seperti pergaulan bebas, aborsi, narkoba, pembunuhan, dan
permokasaan. Dari persoalan tersebut tentu saja akan mempengaruhi sikap hidup
manusia yang di dalamnya adalah pendidikan iman dan tatanan nilai akan
berubah dan bergeser juga.
Oleh karena itu, orang tua sebagai pendidik iman anak yang pertama dan
utama dalam keluarga perlu memperhatikan setiap perkembangan sikap dan
prilaku anak dalam keluarga. Perkembangan sikap dan prilaku yang dimaksudkan
disini adalah perkembangan fisik, mental, dan spiritual.
Awal kehidupan dan lingkungan utama anak adalah keluarga. Dalam
keluarga ini, anak belajar dasar-dasar kepribadian, sikap, dan prilaku yang akan
dipergunakan untuk berhubungan dengan orang lain di luar keluarga (Adiyanti,
2003: 93). Apabila orang tua telah memperhatikan dasar-dasar kepribadian, sikap,
dan prilaku anak dalam keluarga dengan memberi kasih sayang dan perhatian
13
penuh, maka iman anak akan bertumbuh dan berkembang kearah yang lebih baik
terutama ketika anak berada di luar keluarga.
Namun dalam kehidupan setiap hari sering kali orang tua salah mengartikan
peran mereka sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam
keluarga. Mereka berpikir bahwa, tugas yang paling pertama dan utama adalah
mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dengan memberi uang dan
materi tugas mereka dianggab sudah selesai tanpa ada waktu sedikit pun untuk
berdialog dan bersahabat dengan anak-anak untuk mengetahui situasi hidup
mereka, jadi tidak mengherankan bila anak-anak mereka lebih mengasihi
pembantu dari pada orang tuanya sendiri.
Dalam buku pedoman Gereja katolik Indonesia dikatakan bahwa:
“Arus besar di dalam masyarakat sering menciptakan gambaran seakan-akan yang terpenting dalam hidup adalah mengumpulkan uang dan materi, kedudukan dan kekuasaan. Lalu tidak sedikit orang tua yang mengira bahwa dengan menyediakan materi bagi keluarga tugasnya selesai. Padahal anak pertama-tama memerlukan perhatian, kehangatan, dan kemesraan hubungan dengan orang tua dan saudara-saudara mereka. Anak-anak memerlukan keleluasaan isi hati, emosi dan pengalaman kepada orang tua. Oleh karena itu, orang tua harus menyediakan diri dan harus juga dapat bertindak sebagai sahabat bagi anak-anaknya. Orang tua perlu mengunakan cara-cara yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan kedewasaan anak. Mereka perlu dilatih supaya bersikap dan bertindak secara bertanggung jawab. Apabilah anak tidak menemukan suasana kerasan tersebut di dalam keluarga, mereka akan lari ketempat lain, kepergaulan di luar rumah, yang mungkin akan membahayakan perkembangan jasmani dan rohaninya “
(Pedoman Gereja Katolik Indonesia, 1995: 23)
Dokumen ini sangat jelas mengutarakan bagaimana perlunya perhatian
orang tua akan pentingnya pendidikan iman anak serta peran dan tanggungjawab
14
mereka sebagai orang tua dalam keluarga terutama menciptakan suasana yang
harmonis bersama anak-anaknya, bukan pertama-tama uang dan materi yang anak
inginkan tetapi perhatian dan kasih sayang dari orang tualah yang mereka
harapkan.
Memang kebutuhan yang lain sangat menunjang, tetapi yang paling penting
dan mendasar dalam hidup anak yang masih kecil dalam keluarga adalah
perhatian dan kasih sayang, karena sikap inilah yang akan mempengaruhi seluruh
hidup anak selanjutnya dalam bertindak dan berbuat sesuatu yang lebih berguna
bagi hidupnya.
Sebagai orang tua yang bijaksana perlu memperhatikan bagaimana cara
terbaik yang dapat menciptakan suasana keluarga yang kondusif, terutama
membantu pertumbuhan dan perkembangan iman anak dalam keluarga. Anak
akan melihat dan belajar banyak dari kehidupan keluarga di mana mereka tinggal.
Seorang tokoh yang cukup terkenal namanya Dorothy Law Nolti mengatakan:
Jika seorang anak hidup dalam kecaman, ia belajar untuk menyalahkan. Jika seorang anak hidup dalam permusuhan, ia belajar untuk berkelahi.
Jika seorang anak hidup dalam ketakutan, ia belajar untuk gelisah. Jika seorang anak hidup dalam belas kasihan, ia belajar mudah memaafkan dirinya sendiri.
Jika seorang anak hidup dalam ejekan, ia belajar untuk malu. Jika serang anak hidup dalam kecemburuan, ia belajar bagaimana iri hati.
Jika seorang anak hidup dalam rasa malu, ia belajar untuk merasa bersalah. Jika seorang anak hidup dalam jiwa besar dan bersemangat, ia belajar untuk percaya diri.
Jika seorang anak hidup penuh toleransi, ia belajar untuk setia dan sabar. Jika seorang anak diterima apa adanya, ia belajar untuk mencintai.
Jika seorang anak hidup dalam suasana rukun, ia belajar untuk mencintai dirinya sendiri.
15
Jika seorang anak hidupnya dihargai, ia belajar bahwa hal itu sangat baik berhasil mencapai cita-cita.
Jika seorang anak hidup dalam suasana adil, ia belajar akan kemurahan hati. Jika seorang anak hidup dalam kejujuran dan lurus hati, ia belajar akan kebenaran dan keadilan.
Jika seorang anak hidup dalam keamanan, ia belajar mendapatkan kekuatan dalam dirinya dan dalam diri orang lain di sekitarnya.
Jika seorang anak hidup dalam penuh persahabatan, ia belajar bahwa dunia ini merupakan suatu tempat untuk hidup.
Jika anak hidup dalam ketentraman, ia akan belajar dalam ketenangan pikiran. (Widagdo, 2003:56-57) Oleh sebab itu, orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam
keluarga perlu memperhatikan pendidikan iman anak dalam keluarga secara lebih
bijaksana dan bertanggungjawab, terutama bagaimana caranya orang tua
menunjukan kesaksian hidup yang baik dalam keluarga.
Ada pepatah mengatakan bahwa: “Anak-anak tidak pernah menjadi pendengar
yang baik bagi orang tuanya, tetapi mereka dapat menjadi peniru ulung pada
orang tuanya” (Handoko, 2004:71). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa,
kesaksian hidup orang tua dalam keluarga sangat besar pengaruhnya bagi
kehidupan anak dalam keluarga karena, anak lebih banyak melihat dan merekam
apa yang dilakukan orang tua terhadap mereka di dalam keluarga.
3. Tujuan Pendidikan Iman Anak.
Pendidikan iman dalam keluarga bertujuan untuk membantu anak agar
semakin berkembang dan bertumbuh menjadi seorang pribadi yang lebih dewasa
dan bertanggungjawab serta mampu mewujudkan iman dalam pengalaman
16
kongkret sehari-hari melalui kedekatan mereka secara pribadi akan Yesus yang
telah mereka hidupi dalam keluarga.
Oleh karena itu tahap demi tahap anak perlu dibantu dan dibina terus-
menerus, sehingga pengalaman iman akan Yesus yang sudah mereka peroleh
dalam keluarga tetap mewarnai seluruh hidup mereka. Dalam Familiaris consortio
artikel 39 menegaskan lagi isi pendidikan Kristen sebagai berikut:
“ Pendidikan itu tidak hanya bertujuan pendewasaan pribadi manusia, melainkan terutama hendak mencapai, supaya mereka yang telah dibaptis langkah demi langkah makin menyelami misteri keselamatan, dan dari hari ke hari makin menyadari kurnia iman yang telah mereka terima, supaya mereka belajar bersujud kepada Allah Bapa dalam Roh dan kebenaran (Yoh, 4: 23), terutama dalam perayaan Liturgi, supaya mereka dibina untuk menghayati hidup mereka sebagai manusia baru dalam kebenaran dan kekudusan yang sejati (Ef, 4:22-24), supaya dengan demikian mereka mencapai kedewasaan penuh, serta tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Ef, 4: 13), dan ikut serta mengusakan pertumbuhan. Kecuali itu hendaklah umat beriman menyadari panggilan mereka, dan melatih diri untuk memberi kesaksiaan tentang harapan yang ada dalam diri mereka (Ptr, 3:15), serta mendukung perubahan dunia menurut tata nilai Kristen”
Artikel ini mempertegas lagi pentingnya tujuan pendidikan iman anak dalam
keluarga. Tempat pelayan dan kesaksian iman anak yang pertama dalam keluarga
adalah orang tua, melalui kesaksian hidup orang tua dalam berdoa bersama,
membaca sabda Tuhan bersama, ke gereja bersama, maka dengan sendirinya
orang tua telah menghantar anak-anaknya untuk sampai pada kepenuhan iman
yang mendalam akan Yesus yang sengasara, wafat, dan bangkit, akhirnya dalam
diri anak tumbuh suatu kerinduan besar untuk semakin mencintai Yesus dalam
hidup mereka setiap hari.
17
4. Bentuk-bentuk Pendidikan Iman Anak.
Selain nilai-nilai iman yang ditanamkan dalam keluarga, orang tua juga
perlu menanamkan bentuk-bentuk pendidikan iman lainnya yang bisa membantu
perkembangan dan pertumbuhan iman anak melalui setiap cara yang nantinya
dapat membantu pribadi anak semakin dewasa, mandiri dan bertanggungjawab.
Bentuk-bentuk pendidikan iman anak yang dimaksudkan di sini adalah:
pendidikan sosial, pendidikan keterampilan, dan pendidikan kedisiplinan.
Pendidikan sosial, bagaimana orang tua mengajari anak-anak mereka dalam
bersikap seperti, sikap melayani dengan penuh cinta, sikap untuk bergaul dengan
semua orang, sikap menerima orang lain apa adanya, sikap menghargai, dan sikap
berempati atau tenggang rasa kepada orang lain yang menderita dan mengalami
kesusahan.
Pendidikan keterampilan, bagaimana orang tua mengajari anak-anak untuk
terampil dalam memasak, terampil dalam menjahit, terampil dalam menata bunga
dan menata ruang makan, terampil dalam dekorasi, dan terampil dalam melukis.
Pendidikan kedisiplinan, bagaimana orang tua mengajari anak-anak untuk
disiplin dalam waktu belajar, waktu makan, waktu bermain, waktu bekerja dan
waktu berdoa baik dalam keluarga, lingkungan dan Gereja.
Apabila dalam keluarga orang tua sudah menanamkan pendidikan ini dan
memberikan kepercayaan penuh pada anak-anaknya sejak masih kecil dalam
keluarga, maka anak akan semakin bertanggungjawab dengan sikap hidupnya,
baik di dalam keluarga, sekolah, Gereja, maupun di masyarakat yang lebih luas.
18
B. SITUASI PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA
1. Ditinjau dari Orang Tua.
Keluarga merupakan tempat persemaian, pertumbuhan dan perkembangan
iman anak. Dari orang tua, anak mulai mendapat pendidikan iman yang pertama
dan utama, dan mulai mengalami perhatian dan kasih sayang. Perhatian dan kasih
sayang dari orang tua ini merupakan tanda nyata bagi anak yang dikasihi Allah.
Anak adalah milik Tuhan, diserahkan sepenuhnya kepada orang tua untuk
mengasuh dan mendidik mereka. Orang tua dipanggil pada suatu tanggung
jawab baru. Tanggung jawab ini harus diterima sebagai suatu anugerah dari
Allah. Oleh karena itu, orang tua berkewajiban untuk menyampaikan iman
kepada anak-anaknya, mendidik anak dengan kata dan teladan, membantu anak
untuk memilih panggilan hidupnya, serta memelihara dan memupuk panggilan
suci yang mungkin ditemukan dalam diri anak melalui pendidikan yang
diterimanya di dalam keluarga seperti:
a. Kebiasaan mengajak anak untuk berdoa bersama.
Anak merupakan peniru ulung. Sifat peniru inilah yang menjadi modal dasar
bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai iman pada diri anak. Sebelum anak
dapat berpikir dan memahami hal-hal yang abstrak serta belum sanggup
membedakan hal-hal yang baik dan buruk dalam diri mereka, sebaiknya orang tua
19
sudah membiasakan anak untuk selalu terlibat dalam kegiatan bersama seperti
makan bersama, doa bersama, dan rekreasi bersama.
Karena dengan kebiasaan tersebut yang diterima anak dalam keluarga
sangat penting dalam pembentukan iman anak. Anak sudah banyak mengetahui
dan belajar bagaimana harus berdoa dengan baik walaupun mereka belum terlalu
mengikuti cara berdoa dengan baik dan lancar, tetapi kalau dibiasakan untuk
selalu hadir dalam doa bersama dan terus menerus mengajarkan mereka secara
pelan-pelan tentang tanda salib, doa Bapa Kami, dan doa salam Maria, serta doa
singkat dan sederhana yang mudah dihafal dan dimengerti anak, lama kelamaan
anak akan berdoa dengan lebih baik dan lancar.
Di sini orang tua tidak bisa memaksakan anak-anaknya dengan caranya
sendiri, sebaiknya mengajak anak untuk berdoa melalui sikap dan keteladanan
orang tua, dengan demikian anak akan melihat dan meniru apa yang diperbuat
oleh orang tuanya seperti yang ditulis oleh Anne Maria Zanzucchi (1995 : 49)
b. Kebiasaan mengajak anak untuk terlibat dalam kegiatan Gereja dan
lingkungan.
Pada umumnya orang tua merasa malas dan bosan mengajak anak-anak
mereka hadir dalam perayaan misa dan ibadat lingkungan, karena selalu
mengganggu suasana doa, akhirnya orang tua memutuskan untuk tinggal di
rumah dan tidak mengajak anak lagi untuk hadir dalam perayaan ekaristi dan
20
ibadat lingkungan, padahal anak yang masih kecil senang sekali untuk diajak
bermain dan senang melihat bangunan Gereja yang begitu megah.
Barang- barang kudus yang dilihatnya di dalam Gereja seperti patung,
salib, lilin dan bunga bahkan manusia yang dilihatnya begitu banyak. Sifat
keingintahuan anak sangat besar dan pasti anak akan banyak bertanya tentang apa
saja yang dilihatnya.
Oleh karena itu, orang tua jangan pernah bosan dan malas mengajak anak
ke gereja dan menjelaskan satu persatu kepada anak akan arti bangunan Gereja,
sikap dalam Gereja, makna perayaan ekaristi, dan bagaimana cara berdoa yang
baik.
Apabila orang tua dengan sikap sabar menjelaskan satu persatu kepada
anak dengan kata yang halus dan penuh kasih, maka dengan sendirinya anak akan
mencoba dan melakukannya dengan baik sesuai dengan apa yang telah
diajarkannya kepada mereka. Sehingga suatu saat tiba waktunya untuk menerima
komuni pertama atau dipilih menjadi anggota misdinar, dan mengikuti Sekolah
Minggu anak tidak merasa kaget lagi karena orang tua sudah menjelaskannya
kepada mereka.
Demikian juga dengan keterlibatan anak di lingkungan, apabila orang tua
sudah mengajarkan hal-hal baik tentang Tuhan dan sesama, maka dengan
sendirinya kebaikan yang diterima anak dalam keluarga akan dibagikan juga di
lingkungan seperti sikap berdoa yang baik, sikap menghargai orang yang lebih
tua, dan memberi sapaan kepada setiap orang yang dijumpainya.
21
c. Kebiasaan anak untuk membaca dan mendengarkan sabda Tuhan.
Anak yang masih kecil sama sekali belum mengerti dan menangkap sabda
Tuhan yang dibacakan orang tua dalam keluarga saat berdoa bersama, bahkan
membaca pun mungkin belum bisa, tetapi terus menerus membiasakan anak
untuk hadir bersama serta setia melatih anak-anak membaca Kitab Suci setiap
hari sebelum mengadakan doa bersama tentunya akan membantu anak untuk lebih
mengerti dan menangkapnya.
Apabila anak sudah bisa membaca dengan baik dan lancar, maka berilah
mereka giliran untuk membaca sabda Tuhan secara bergantian setiap malam, dan
memberi tugas kepada anak untuk mencari salah satu ayat Kitab Suci yang sangat
cocok dengan kehidupan anak, kemudian disharingkan waktu doa bersama. Selain
itu juga orang tua dapat menceriterakan kisah dari Kitab Suci, kehidupan Santo-
Santa kepada anak-anak sebelum mereka tidur malam, karena dengan ceritera
tersebut membantu anak untuk semakin ingat dan meneladani sikap hidup orang
kudus dalam kehidupan sehari-hari.
2. Ditinjau Dari Pandangan Gereja.
a. Pendidikan Dilihat Dari Perjanjian Lama.
Sejauh yang penulis temukan dalam Perjanjian Lama tentang isi pendidikan
iman anak menurut Kitab Suci. Dalam Perjanjian Lama ( Ul 6 : 6-7 ) dikatakan:
“ Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada
22
anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau berbaring, dan apabila engkau bangun”
Di sini jelas sekali bagaimana pentingnya tugas dan tanggung jawab orang
tua sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam mengajar,
membimbing, dan mendidik nilai-nilai iman setiap hari kepada anak-anak sejak
mereka lahir sampai dengan menginjak usia dewasa. Pendidikan yang
dimaksudkan di sini adalah usaha orang tua untuk menumbuhkembangkan iman
anak untuk semakin mengerti, memahami, dan mengenal serta melibatkan diri
sepenuhnya akan setiap nasehat-nasehat yang sungguh menyentuh aspek
kehidupan mereka setiap hari.
b. Pendidikan Dilihat Dari Perjanjian Baru.
Pendidikan iman yang patut ditiru dan diteladani orang tua kristiani dalam
mendidik iman anak-anaknya dalam keluarga adalah Yesus Kristus, Yesuslah
yang menjadi pokok iman yang pertama dan utama yang patut diteladani.
Dalam injil (Yoh,15: 9-10) Yesus telah memberikan kasih dan keteladanan
yang begitu besar kepada murid-muridnya. Perhatian Yesus akan pendidikan
iman lebih tertuju pada suatu relasi yang mendalam. Demikian juga dengan daya-
daya kekuatan pada diri anak dalam hidup beriman yang akan
ditumbuhkembangkan lebih-lebih yang berkaitan dengan kesanggupan anak
untuk memperkuat relasi percaya dan setia dengan orang tua yang akan
23
membimbing dan menghantar kepada suatu kepercayaan dan penyerahan
sepenuhnya kepada Allah.
C. PENDIDIKAN IMAN DILIHAT DARI DOKUMEN GEREJA.
Ada empat dokumen Gereja yang isinya masih berkaitan dengan pendidikan
iman anak.yang ingin penulis sampaikan di sini antara lain: Catechesi Tradendae,
Gravissimum Educationis, Apostolicam Actuositatem, dan Familiaris Consortio.
1. Catechesi Tradendae.
Dalam dokumen ini, Paus Yohanes Paulus ke II menganjurkan agar orang
tua katolik dalam mendidik iman anaknya perlu memotivasi anak dengan penuh
perhatian, membantu penghayatan iman akan Yesus. Dalam rangka membantu
perkembangan pendidikan iman anak, Catechesi Tradendae mengetengakan
kekhasan pokok mengenai pendidikan iman dari pelbagai tahap usia. Pendidikan
iman dalam tahap usia ini diharapkan, mampu menyentuh seluruh pengalaman-
pengalaman bagi pertumbuhan hidup kristen yang dewasa.
Catechesi Tradendae membedakan pendidikan iman anak dalam dua (2)
tahap. Pertama tahap anak-anak kecil, kedua tahap anak-anak.
a. Anak-anak kecil.
Orang tua perlu melaksanakan inisiasi awal bagi anak-anaknya yang masih
kecil. Pendidikan tersebut dimaksudkan agar pada awal hidupnya sudah
24
mengalami cara hidup kristen. Secara sederhana anak diperkenalkan dengan Allah
Bapa yang baik dan penuh kasih kepada mereka melalui pengenalan akan Bapa
yang baik dan penuh kasih ini anak-anak kemudian belajar membuka hati bagi-
Nya. Dengan demikian anak dihantar untuk masuk dalam suatu dialog cinta yang
lebih mendalam dengan Allah. Relasi yang mendalam dengan Allah terwujud
secara istimewa dalam mendengar sabda-Nya dan doa (CT art 36).
b. Anak-anak.
Pada saat anak-anak memasuki kalangan sosial yang lebih luas dari keluarga
sendiri, seperti di sekolah dan di gereja, maka tiba saatnya bagi orang tua dalam
menghantar anak-anaknya terlibat dalam katekese awal yang bertujuan untuk
mempersiapkan anak dalam kegiatan-kegiatan Gereja dan kehidupan iman.
Seiring dengan hal tersebut, secara elementer semua misteri utama iman dan
buah-buahnya bagi kehidupan moral perlu ditampilkan. Dengan begitu anak
dihantar kepada kegembiraan menjadi saksi Kristus dalam hidup sehari-hari (CT
art 37).
2. Gravissimum Educationis.
Dalam dokumen Gravissimum Educationis, khususnya pada artikel 3 digaris
bawahi pentingnya peranan dan tanggungjawab orang tua sebagai pendidik iman
anak yang pertama dan utama dalam keluarga menciptakan dan menghidupi nilai-
nilai iman kristiani dalam diri anak-anak mereka. Orang tua telah menerima tugas
25
dan tanggung jawab penuh dari Tuhan untuk menjaga dan memelihara serta
mendidik anak-anak sesuai dengan jalan Tuhan.
Oleh karena itu para orang tua wajib menciptakan lingkungan keluarga,
yang selalu dijiwai oleh semangat cinta kasih terhadap Allah dan manusia.
Kehidupan keluarga semacam inilah yang kemungkinan besar akan menciptakan
pendidikan iman anak secara menyeluruh dan utuh, terutama hal-hal yang
menyangkut perkembangan pribadi anak maupun kehidupan sosialnya. Maka
dengan demikian anak akan banyak belajar mengintegrasikan nilai-nilai iman
dalam hidupnya setiap hari, terutama kebajikan-kebajikan yang telah ia terima
dalam keluarga.
3. Apostolicam Actuositatem.
Para suami istri bekerja sama dengan rahmat dan menjadi saksi iman satu
bagi yang lain, bagi anak-anak mereka dan bagi kaum kerabat lainnya. Bagi anak-
anak mereka, mereka itulah pewarta iman dan pendidik yang pertama. Dengan
kata-kata maupun teladan suami istri membina anak-anak untuk menghayati
hidup kristiani dan kerasulan. Dengan bijaksana suami istri membantu mereka
dalam memilih panggilan mereka, sekiranya barangkali terdapat panggilan suci,
memupuk itu dengan perhatian sepenuhnya ( AA art 11).
Dokumen ini dengan jelas mau mengungkapkan bagaimana peran dan
tanggungjawab orang tua dalam mendidik anak-anak mereka, karena merekalah
pewarta iman dan pendidik yang pertama dan utama di dalam keluarga. Terutama
26
perhatian orang tua dalam memotivasi panggilan iman anak yang tumbuh dalam
keluarga, seperti panggilan menjadi seorang biarawan dan biarawati.
4. Familiaris Consortio.
Tugas mendidik berakar dalam panggilan utama suami istri untuk berperan
serta dalam karya penciptaan Allah. Dengan membangkitkan dalam dan demi
cinta kasih seorang pribadi yang baru, yang dalam dirinya mengemban panggilan
untuk bertumbuh dan mengembangkan diri, orang tua sekaligus sanggup bertugas
mendampinginya secara efektif untuk menghayati hidup manusiawi yang
sepenuhnya.
Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka
terikat kewajiban amat berat untuk mendidik mereka. Oleh karena itu orang
tualah yang harus diakui sebagai pendidik pertama dan utama (FC art 36).
Berpatokan dari semua Dokumen gereja yang terungkap di atas ini, keluarga
katolik dewasa ini diingatkan akan tugas mulia yang mereka terima dari Allah.
Maka pendampingan secara pribadi kepada anak semakin perlu diperhatikan oleh
orang tua.
Pendampingan yang dimaksudkan di sini adalah agar orang tua dapat
membimbing, dan mengarahkan hidup mereka kepada hidup yang lebih baik yaitu
hidup kristiani. Maka sudah menjadi kewajiban orang tua dalam memberikan
yang terbaik kepada anak-anak mereka untuk bertumbuh dan berkembang
27
menjadi seorang pribadi yang beriman dewasa dan bertanggungjawab akan hidup
iman selanjutnya.
28
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG SITUASI ORANG TUA
DALAM MENDIDIK IMAN ANAK DI STASI
FLORENTINUS BABARSARI PAROKI BACIRO YOGYAKARTA
Penting bagi orang tua untuk mengetahui dan mengerti bagaimana
mendidik iman anak di dalam keluarga sejak mereka lahir sampai dewasa. Mendidik
iman anak bukan hanya melalui perkataan dan nasehat saja tetapi lebih dari itu
melalui kesaksian hidup di dalam keluarga.
Melihat bahwa pendidikan iman anak dalam keluarga sangat penting, maka
dalam bab III ini penulis akan menguraikan tentang situasi orang tua dalam mendidik
iman anak yang di dalamnya mencakup situasi umum stasi Florentinus Babarsari
paroki Baciro, penelitian mengenai situasi orang tua dalam mendidik iman anak,
pembahasan data hasil penelitian dan rangkuman.
A. SITUASI UMUM STASI FLORENTINUS BABARSARI PAROKI BACIRO.
Stasi Florentinus Babarsari berada di bawah paroki Kristus Raja Baciro
Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang. Stasi Florentinus Babarsari terletak
diantara kota dan pinggir kota, yang memiliki umat dengan latar belakang yang
beraneka ragam. Sebagian besar umat adalah menetap dan datang dari berbagai
daerah seperti Jakarta, Semarang, Kalimantan, Sumatera, NTT, Ambon,
29
Surabaya. Boleh dikatakan umat stasi Florentinus Babarsari kebanyakkan
pensiunan dan pendatang yang sudah lama tinggal di stasi Florentinus Babarsari
ini. Demikian juga bagi para mahasiswa yang datang dan pergi dari berbagai
daerah. Mereka tinggal di sekitar delapan (8) lingkungan di stasi Florentinus
Babarsari Yogyakarta.
Pada umumnya umat stasi Florentinus Babarsari merupakan umat yang
mempunyai mobilitas dan solidaritas tinggi. Dan ini bisa dilihat dari suasana
kekeluargaan dan keterlibatan umat dalam kegiatan menggereja baik dilingkup
gereja maupun di masyarakat.
Umat stasi Florentinus Babarsari cukup berkembang dan maju dengan
situasi lingkungan sosialnya, seperti banyak pertokoan, rental, internet, foto copy,
restoran, rumah makan, kantor pos, dan ada sekolah SD sampai dengan perguruan
tinggi. Hal ini tentunya sangat membantu umat dan para mahasiswa dalam
menghemat uang transportasinya, karena semuanya bisa di tempu dengan jalan
kaki.
1. Pembagian Lingkungan.
Dilihat dari organisasinya stasi Florentinus Babarsari terdiri dari 8
lingkungan yaitu:
a) Lingkungan Santo Bartolomeus Babarsari.
b) Lingkungan Santa Maria Bantulan.
c) Lingkungan Sang Timur Janti.
30
d) Lingkungan Santo Yusuf TambakBayan.
e) Lingkungan Menara Gading Mundusaren.
f) Lingkungan Santa Maria Imaculata Kledokan,
g) Lingkungan Santo Stefanus Polodadi.
h) Lingkungan Santa Elisabeth Seturan.
2. Jumlah Umat.
Sesuai dengan data yang ada umat stasi Florentinus Babarsari berjumlah
200-300 KK dengan pembagiannya sebagai berikut:
a) Lingkungan Santa Maria Imaculata Kledokan 25 KK.
b) Lingkungan Santo Stefanus Polodadi 20 KK.
c) Lingkungan Santa Maria Bantulan 26 KK.
d) Lingkungan Santa Elisabeth Seturan 37 KK.
e) Lingkungan Santo Bartolomeus Babarsari 47 KK.
f) Lingkungan Menara Gading 36 KK.
g) Lingkungan Sang Timur Janti 42 KK.
h) Lingkungan Santo Yusuf TanbakBayan 27 KK.
3. Mata Pencaharian Umat.
Melihat kehidupan umat dan status sosial umat di stasi Florentinus
Babarsari sangat bervariasi dengan kehidupan mata pencahariannya. Ada yang
mata pencahariannya sebagai wiraswasta, pegawai negri, wirausaha, pensiunan,
31
sehingga untuk biaya kehidupan dalam keluarga sangat terjamin dan serba
kecukupan.
Mereka yang berpenghasilan rendah selalu ada pekerjaan tambahan seperti
dagang kecil-kecilan, membuat rumah kos-kosan, rumah makan, rental dan
mengolah tanah.
4. Situasi Pendidikan Umat.
Pada umumnya pendidikan umat stasi Florentinus Babarsari khususnya
orang tua kebanyakan tingkat SMA, ada orang tua yang sampai perguruan tinggi,
dan sebagian hanya tamat SD dan SMP. Meskipun berpendidikan rendah, tetapi
anak-anak mereka ada yang sudah diperguruan tinggi, bahkan ada yang sudah
bekerja.
5. Macam-macam Kegiatan.
Kehidupan umat stasi Florentinus Babarsari sama sekali tidak terlepas dari
kegiatan rohani, jasmani dan kegiatan sosial yang mendukung hidup imannya
baik secara pribadi maupun bersama. Dan setiap lingkungan selalu ada kegiatan
rutin entah itu seminggu sekali atau sebulan sekali. Penulis akan membagi
kegiatan tersebut dalam tiga bagian seperti kegiatan rutin, kegiatan insedental dan
kegiatan soial sebagai berikut:
32
a. Kegiatan Rutin:
1) Sarasehan Prapaskah, adven, dan bulan Kitab Suci.
2) Doa Rosario bulan Mei dan Oktober.
3) Misa lingkungan.
4) Pertemuan ibu-ibu.
5) Tabungan cinta kasih.
6) Pendalaman iman.
7) Pertemuan lansia.
8) Rapat pengurus lingkungan.
9) Pertemuan bapak-ibu.
10) Sekolah Minggu.
11) Pesta pelindung lingkungan.
12) Pelatihan remaja (misdinar).
13) Novena Roh kudus.
14) Pangrutilaya .
15) Rapat mudika.
b. Kegiatan Insedental :
1) Latihan koor.
2) Pelantikan pengurus mudika.
3) Ziarah.
4) Kunjungan panti asuhan.
33
5) Doa khusus (arwah,ujud).
6) Pengumpulan dana.
7) Peduli umat (mengunjungi warga yang sakit).
8) Katekese liturgi.
c. Kegiatan Sosial :
1) Pertemuan RT/RW sebulan sekali, pertemuan ini dengan maksud untuk menjalin
persaudaraan dan kerukunan beragama, dan kerja bakti serta merayakan hari-hari
besar secara bersama seperti Natal dan Idulfitri maupun kegiatan lain seperti ada
acara mantenan atau syukuran, Setiap anggota diharapkan untuk terlibat sebagai
penerima tamu dan menjadi panitia untuk memeriahkan pesta bersama.
2) Setiap hari Jumat jam 05.00 pagi umat stasi Florentinus Babarsari khususnya bagi
bapak-ibu selalu senam dan jalan santai bersama, bukan hanya seiman tetapi bagi
semua saudara yang bukan seiman.
3) Setiap Minggu kedua umat stasi Florentinus Babarsari selalu ada kunjungan orang
sakit baik yang di lingkungan maupun yang di rumah sakit bukan hanya seiman
tetapi bagi semua orang yang bukan seiman yang sama-sama tinggal dalam satu
RT/RW.
4) Adanya koperasi sapulidi bagi umat stasi Florentinus Babarsari. Koperasi ini
khusus untuk membantu umat yang mengalami kesulitan dalam bidang
pendidikan dan kesehatan. Umat boleh meminjamnya tetapi ada jangkah waktu
34
tertentu untuk dikembalikan. Koperasi ini selalu terbuka bagi siapa saja yang
meminjamnya, khususnya umat stasi Florentinus Babarsari.
5) Arisan ibu-ibu dari semua RT/RW bukan seiman saja tetapi dari saudara-saudara
kita yang bukan seiman. Arisan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan iuran dari
masing-masing ibu untuk keperluan bersama dalam membangun ikatan kasih
persaudaraan diantara mereka.
B. PENELITIAN MENGENAI SITUASI ORANG TUA DI STASI
FLORENTINUS BABARSARI DALAM MENDIDIK IMAN ANAKNYA.
Dalam bagian ini penulis akan mengungkapkan latar belakang penelitian,
permasalahan penelitian, tujuan penelitian, responden penelitian, waktu dan
tempat, serta variabel penelitian.
1. Latar Belakang Penelitian.
Melihat bahwa peranan orang tua sebagai pendidik iman anak dalam
keluarga sangat penting, diharapkan agar orang tua semakin menyadari akan
tugas dan tanggungjawab mereka sebagai seorang pendidik. Menjadi seorang
pendidik, tentunya mempunyai teladan iman yang baik bagi anak-anaknya,
teladan yang dimaksudkan penulis adalah bagaimana orang tua memberi
kesaksian hidup setiap hari kepada anak-anaknya dalam bersikap, berkata, dan
bertindak.
35
Pendidikan yang diterima anak dalam keluarga sangat membantu
perkembangan pribadi iman anak karena pendidikan orang tua pada umumnya
bersifat mengarahkan, membimbing, dan mendidik agar anak-anaknya dapat
bertumbuh dan berkembang menjadi seorang pribadi yang dewasa dan
bertanggungjawab.
Namun kenyataan yang penulis lihat seperti yang sudah penulis tulis pada
pendahuluan pertama tentang latar belakang masalah, khususnya situasi
perkembangan iman anak dalam keluarga pada umumnya masih sangat
memprihatinkan. Keterlibatan anak dalam kegiatan lingkungan, hadir dalam
perayaan ekaristi hari Minggu, dan mengikuti Sekolah Minggu masih terlalu
sedikit. Melihat situasi semacan ini akhirnya penulis mempunyai keprihatinan
tersendiri dan melihat bahwa faktor pengetahuan serta kesadaran orang tua akan
pentingnya pendidikan iman anak dalam keluarga masih terlalu kurang dan ini
perlu ditangani.
2. Permasalahan Penelitian.
Bertolak dari latar belakang penelitian, maka penulis mencoba merumuskan
persoalan yang ada terutama mengenai pendidikan iman anak dalam keluarga
sebagai berikut:
a. Masalah apa yang menghambat orang tua dalam mendidik iman anak dalam
keluarga?
b. Usaha apa yang telah dibuat orang tua dalam mendidik iman anak?
36
c. Bagaimana perhatian orang tua dalam melibatkan anaknya untuk terlibat dalam
hidup menggereja?
3. Tujuan Penelitian.
a. Mengetahui hambatan- hambatan orang tua dalam mendidik iman anak.
b. Mengetahui usaha apa yang telah dibuat orang tua dalam mendidik iman anak.
c. Mengetahui sejauh mana orang tua telah melibatkan anaknya untuk terlibat dalam
kegiatan mengereja.
4. Metode Penelitian.
Untuk memperoleh data yang lengkap, penulis menggunakan metode
penelitian dengan pengisian angket dan wawancara. Angket pada umumnya
meminta keterangan tentang fakta yang diketahui oleh responden ( Nasution,
1995 : 128), dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang ditujukan langsung
kepada responden.
Jenis angket yang digunakan bersifat tertutup, dengan tetap menyediakan
tempat yang kosong bagi para responden, apabila pertanyaan yang telah tersedia
tidak sesuai dengan responden. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi
verbal untuk memperoleh informasi dari responden (Nasution, 1995:142).
Dalam wawancara, peneliti mengusahakan agar responden lebih banyak
bicara, dengan maksud untuk memperoleh informasi yang lebih jelas dan nyata
melalui setiap pengakuan responden yang akan diwawancarai secara langsung.
37
Rencana wawancara akan dilakukan terhadap tokoh umat dan aktifis Gereja
seperti prodiakon, ketua lingkungan, koordinator PIA, dan beberapa orang tua.
5. Instrumen Penelitian.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket berupa daftar
pertanyaan untuk membantu penulis memperoleh data yang lengkap yang
diberikan kepada responden.
6. Responden Penelitian.
Responden dalam penelitian ini adalah keluarga katolik, khususnya orang
tua katolik yang berada dalam 8 lingkungan di stasi Florentinus Babarsari.
Melihat keterbatasan materi, tenaga dan waktu dari pihak penulis, maka penulis
hanya mengambil 40 responden yang berasal dari satu lingkungan, yaitu
lingkungan Santo Yusuf TambakBayan Babarsari untuk mewakili semua
lingkungan yang ada di stasi Florentinus Babarsari.
7. Waktu dan Tempat.
Penulis melaksanakan penelitian ini selama bulan Februari 2006 di stasi
Florentinus Babarsari. Sebelum pelaksanaan penelitian waktu dan tempat, peneliti
sudah lebih dahulu observasi pada bulan Oktober 2005 sampai Januari 2006
untuk menghubungi tokoh umat yang berperan penting dalam stasi Florentinus
Babarsari menyampaikan semua rencana yang akan peneliti laksanakan dan
38
memohon ijin, sehingga dalam proses pelaksanaan tidak ada hambatan karena
sudah ada persetujuan dengan semua pihak yang bersangkutan.
Pengisian angket hanya satu lingkungan yaitu lingkungan Santo Yusuf
TambakBayan Babarsari. Waktu dan tempat pelaksanaan yaitu tanggal 12
Februari 2006 mulai pukul 16.00 sore WIB, tempat rumah bapak Subarno (ketua
lingkungan), peserta yang hadir semuanya berjumlah 47 orang. Pertemuan ini
merupakan pertemuan arisan bagi bapak-ibu lingkungan SantoYusuf
TambakBayan Babarsari yang sudah menjadi kegiatan rutin setiap Minggu kedua
dalam bulan.
Rencana semula kuesioner akan dibagikan kepada orang tua katolik pada
hari Minggu tanggal 5 Februari 2006 dan tanggal 12 Februari 2006 baru diambil,
ternyata semua rencana dibatalkan oleh ketua lingkungan berhubung pada
Minggu kedua selalu ada arisan bapak-ibu dan banyak yang hadir dalam arisan,
maka saya mengundang suster untuk hadir dan sekaligus memberi kami
renungan, setelah itu 30 menit untuk mengisi kuesioner supaya lebih praktis dan
langsung diambil.
Peneliti merasa bersyukur karena langsung mengenal orang tua katolik
lingkungan St.Yusuf TambakBayan, sehingga memudahkan peneliti untuk bisa
mengumpulkan data sekaligus bisa wawancara.
8. Variabel Penelitian.
39
No Aspek Yang Terungkap Frekwensi % 1 Identitas Responden 1,2,3,4 4 2. Pengetahuan orang tua tentang pendidikan
Iman anak 5,6,7,8,9,10, 11,12,13,14,
15
11
3. Kesulitan-kesulitan orang tua dalam mendidik iman anak
16,17,18,19, 20,21,22
7
Setelah variabel penelitian di buat, penulis akan memaparkan data hasil
penelitian yang diperoleh melalui angket yang disebarkan kepada orang tua
katolik yang sudah dipilih menjadi obeyek peneliti. Data-data, penulis akan
menguraikannya menurut variabel yang terungkap dalam tabel berikut ini.
C. LAPORAN HASIL PENELITIAN.
Untuk mendapatkan laporan data hasil penelitian penulis membuatnya
dengan tabel distribusi frekwensi relatif yang diperoleh dengan cara yang
sederhana yaitu untuk mendapatkan jumlah prosentasi caranya, 100% dibagi
dengan jumlah responden N= 40 dikalikan dengan hasil dari responden yang
diperoleh yaitu F (frekwensi).
1. Identitas Responden
Tabel I
40
Identitas Responden N = 40
No Item
Aspek yang terungkap Frekwensi %
1. Jenis kelamin a. Pria b. Wanita
20 20
50% 50%
2. Usia a. 20-25 tahun b. 26-30 tahun c. 31-35 tahun d. 36 tahun keatas
2 6 14 18
5% 15% 35% 45%
3. Pendidikan terakhir a. SD b. SMP c. SMA d. Sarjana
4 6 20 10
10% 15% 50% 25%
4. Pekerjaan a. Pegawai negri b. Wiraswasta c. Wirausaha d. Ibu rumah tangga
12 18 5 5
30% 45%
12,5% 12,5%
Pada tabel I, aspek yang terungkap dalam identitas responden yaitu
meliputi, jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan. Peneliti menyebarkan
angket masing-masing kepada responden sebanyak 40 orang dengan perincian
sebagai berikut, 20 orang laki-laki dan 20 orang perempuan. 40 Responden ini
semuanya berasal dari satu lingkungan yaitu lingkungan St.Yusuf TambakBayan
sebagai sampel untuk mewakili 8 lingkungan yang ada di stasi Florentinus
Babarsari.
41
Dari usia, kebanyakan orang tua stasi Florentinus Babarsari sangat
bervariasi dan ini dapat dilihat dari aspek yang terungkap. Usia 20-25 tahun 5%,
usia 26-30 tahun 15%, usia 31- 35 tahun 35% sedangkan usia 36 tahun ke atas
sebanyak 45%.
Situasi pendidikan orang tua di stasi Florentinus Babarsari pada umumnya
adalah orang yang berpendidikan, ini dapat dilihat dari aspek responden yang
terungkap, meskipun ada orang tua yang tamat SD dan SMP tetapi boleh
dikatakan semuanya berijasah. Pendidikan orang tua terakhir yang paling banyak
terungkap adalah SMA 50%, sarjana 25%, SMP 15%, SD 10%. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa pendidikan orang tua stasi Florentinus Babarsari tidak ada
yang buta huruf.
Dari segi mata pencaharian, umat stasi Florentinus Babarsari kebanyakan
bekerja di kantor, boleh dikatakan sebagian orang tua bekerja sebagai wiraswasta
sebanyak 45 %, pegawai negri 30%, wirausaha 12,5%, dan masih ada juga orang
tua yang tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga sebanyak 12,5%. Dari
segi mata pencaharian kehidupan orang tua cukup terjamin dan ini bisa dilihat
dari kemampuan orang tua dalam menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah
yang bermutu dan terkenal.
2. Pengetahuan Orang Tua tentang Pendidikan Iman Anak
42
Tabel II
Pengetahuan Orang Tua tentang Pendidikan Iman Anak
N = 40
No Item
Aspek yang terungkap Frekwensi %
5. Pendidik pertama dan utama bagi iman anak dalam keluarga a. Orang tua b. Guru c. Gereja d. Pengasuh
27 6 7 -
67,5%15%
17,5% -
6. Tugas orang tua dalam keluarga a. Mendidik dan membesarkan b. Mencari nafkah c. Memberi makan dan minum d. Menanamkan nilai-nilai kristiani
12 6 4 18
30% 15% 10% 45%
7. Mengajak anak untuk berdoa bersama a. Kewajiban sebagai orang tua b. Pendidikan iman anak c. Keinginan saja d. Lain-lain
20 16 4 -
50% 40% 10%
-
8. Di rumah ada tersediah buku-buku rohani a. Kitab suci, Madah Bakti dan Kidung
Pujian b. Buku-buku renungan harian c. Buku Santo-Santa d. Majalah Rohani
25 8 5 2
62,5%
20%
12,5% 5%
9 Bapak ibu sering mengajak anak berdoa bersama di lingkungan a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah karena terlalu malam
21 12 7
52,5%30%
17,5% 10 Bapak-ibu memperkenalkan Tuhan kepada
anak a. Umur 0-3 tahun
20
50%
43
b. Umur 4- 6 tahun c. 7- 12 tahun d. 12 tahun ke atas
12 6 4
30% 15% 10%
11 Yang sering bapak-ibu lakukan dalam hidup sebagai orang tua beriman kristiani a. Menekankan kesetiakawanan anak-anak
dalam hidup di sekolah b. Menekankan pengampunan teman yang
bersalah c. Menekankan sikap kejujuran dalam
diri anak d. Menekankan perbuatan adil bagi anak-
anak
5 7
15 13
12,5%
17,5%
45% 25%
12 Cara apa yang terbaik yang sering bapak-ibu lakukan untuk membantu perkembangan iman anak a. Mengajak anak untuk berdoa bersama b. Mengajak anak ke gereja dan mengi- kuti ziarah bersama c. Mengajak anak-anak melayani orang sakit d. Mengajak anak membantu orang tua di
sawah
13 17 5 5
35% 45%
10%
10%
13 Menurut bapak-ibu iman bagi anak adalah a. Penyerahan diri kepada Allah b. Jawaban manusia akan cinta Allah c. Manusia dengan bebas menyerahkan
diri kepada Allah dengan mempersembahkan akal budi serta kehendaknya kepadaNya dengan bebas
d. Lain-lain
10 10 20 -
25% 25% 50%
-
14 Pendidikan iman anak mempunyai tujuan a. Membantu anak untuk berelasi dengan
Tuhan b. Membantu anak untuk mandiri dan beriman c. Membantu anak untuk menghayati
hidup imannya melalui kedekatan pribadi dengan Allah
d. Lain-lain
10
12
18 -
25%
30%
45%
-
15 Bapak-ibu sering mengajak anak mengikuti
44
sekolah Minggu di gereja a. Setiap hari Minggu b. Seminggu dua kali dalam bulan c. Seminggu sekali dalam bulan d. Tidak pernah
10 8 12 10
25% 20% 30% 25%
Tabel II pengetahuan orang tua tentang pendidikan iman anak. Dalam tabel
II ini, penulis akan menguraikan setiap aspek yang terungkap yang di dalamnya
meliputi, bagaimana pengertian dan pemahaman akan peran dan tanggungjawab
mereka sebagai pendidik iman anak dalam keluarga. Usaha apa yang telah dibuat
orang tua dalam pendidikan iman anak dalam keluarga. Penulis akan memaparkan
setiap item yang terungkap.
Item no 5, dari tabel II di atas berdasarkan hasil penelitian diketahui
penanggungjawab iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga adalah
orang tua sebanyak 67,5%, tetapi sebagian orang tua yang masih mempunyai
pemahaman bahwa guru yang menjadi tempat pertama dan utama pendidikan
iman anak sebanyak 15%, bahkan masih ada orang tua juga yang mengharapkan
bahwa yang menjadi pendidik pertama dan utama iman anak adalah Gereja
sebanyak 17,5%.
Item no 6 dari tabel di atas berdasarkan penelitian diketahui bahwa, orang
tua yang mengatakan tugas mereka dalam keluarga adalah mendidik dan
membersarkan anak sebanyak 30%, orang tua melihat bahwa tugas mereka dalam
keluarga adalah mencari nafkah sebanyak 15%, memberi makan dan minum agar
45
anak tetap sehat sebanyak 10%, sedangkan menanamkan nilai-nilai kristiani
sebanyak 45 %.
Item no 7 dari tabel di atas berdasarkan penelitian diketahui bahwa,
kebiasaan mengajak anak untuk berdoa bersama dalam keluarga masih dilihatnya
sebagai suatu kewajiban dari orang tua sebanyak 50%, melihatnya sebagai suatu
pendidikan iman anak 40%, keinginan saja sebanyak 10%.
Item no 8 dari tabel di atas berdasarkan penelitian diketahui bahwa, orang
tua sudah menyediakan buku-buku rohani yang dapat membantu pertumbuhan
dan perkembangan iman anak dalam keluarga. Di rumah tersediah Kitab Suci,
Madah Bakti dan Kidung Pujian sebanyak 62,5%, buku renungan harian sebanyak
20%, buku Santo-Santa 12,5%, dan majalah rohani dan Mingguan hidup
sebanyak 5%.
Item no 9 dari tabel di atas berdasarkan penelitian diketahui bahwa, orang
tua selalu mengajak anak berdoa di lingkungan sebanyak 52,5%, kadang-kadang
sebanyak 17,5%, sedangkan sama sekali tidak mengajak anak berdoa di
lingkungan sebanyak30%.
Item no 10 dari tabel di atas, berdasarkan penelitian diketahui bahwa orang
tua sejak awal sudah mulai memperkenalkan Tuhan kepada anak melalui berbagai
macam cara yang dapat membantu anak untuk mengerti dan menangkap apa yang
diajarkan orang tua kepada mereka seperti dengan tanda salib di dahi, atau dengan
tangan mereka yang mungil digerakkan atau dipegangnya untuk membuat tanda
salib. Sejak umur 0-3 tahun sebanyak 50%, umur 4-6 tahun sebanyak 30%,
46
sedangkan umur 7-12 tahun sebanyak 15 %. Dan masih ada orang tua yang
memperkenalkan Tuhan kepada anaknya 12 tahun ke atas sebanyak 5 %.
Item no 11 dari tabel di atas berdasarkan penelitian diketahui bahwa dalam
keluarga orang tua sudah menekankan sikap hidup iman anaknya melalui
berbagai cara. Menekankan kesetiakawanan anak-anak dalam hidup di sekolah
sebanyak 12,5 %, menekankan pengampunan bagi teman yang bersalah sebanyak
17,5%, menekankan sikap kejujuran dalam diri anak sebanyak 45%, sedangkan
menekankan perbuatan adil bagi anak-anaknya sebanyak 25%.
Item no 12 dari tabel di atas, berdasarkan penelitian diketahui ada orang tua
membantu perkembangan hidup iman anaknya melalui mengajak anak untuk
berdoa bersama sebanyak 35%, mengajak anak ke gereja dan mengikuti ziarah
bersama sebanyak 45%, mengajak anak melayani orang sakit sebanyak 10%,
sedangkan mengajak anak membantu orang tua di sawah sebanyak 10%.
Item no 13 dari tabel di atas, berdasarkan penelitian diketahui bahwa ada
orang tua yang memahami iman bagi anak dalam keluarga. Hampir sebagian yang
menjawab iman adalah penyerahan diri kepada Allah sebanyak 25%, iman adalah
jawaban atas cinta Tuhan sebanyak 25%, sedangkan yang lain mengungakapkan
bahwa iman adalah manusia dengan bebas menyerahkan diri kepada Allah dengan
mempersembahkan akal budi serta kehendaknya kepada Allah dengan bebas
sebanyak 50%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemahaman dan
penghayatan iman orang tua dalam keluarga cukup mendalam, dan ini bisa dilihat
dari data yang terungkap.
47
Item no 14 dari tabel di atas, berdasarkan penelitian diketahui pendidikan
iman anak dalam keluarga mempunyai tujuan, membantu anak untuk berelasi
dengan Tuhan sebanyak 25 %, membantu anak untuk mandiri dan beriman
sebanyak 30 %, sedangkan yang lain menjawab tujuan iman adalah membantu
anak untuk menghayati hidup imannya melalui kedekatan pribadi dengan Allah
sebanyak 45 %.
Item no 15 dari tabel di atas, berdasarkan penelitian diketahui bahwa hampir
sebagian orang tua belum membiarkan anak-anaknya terlibat dalam kegiatan
sekolah Minggu. Dari aspek yang terungkap orang tua yang menghantar anak
untuk mengikuti sekolah Minggu setiap hari Minggu sebanyak 25 %, dua Minggu
sekali sebanyak 20 %, seminggu sekali dalam bulan sebanyak 30 %. Dan bahkan
sama sekali tidak menghantar anaknya untuk mengikuti kegiatan sekolah Minggu
di gereja sebanyak 25 %.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemahaman orang tua akan
pentingnya mengikuti kegiatan sekolah Minggu bagi anak masih kurang. Padahal
kita tahu bahwa anak yang terlibat dalam kegiatan sekolah Minggu akan sangat
membantu pertumbuhan dan perkembangan imannya, karena banyak pengetahuan
yang ia peroleh dari kegiatan sekolah Minggu. Boleh dikatakan bahwa semakin
membuka wawasan anak untuk lebih megetahui berbagai macam hal yang
mungkin orang tua belum pernah mengajarinya, seperti permainan, lagu-lagu,
ceritera, doa-doa, dan sikap-sikap dalam liturgi.
48
3. Kesulitan-kesulitan Orang Tua dalam Mendidik Iman Anak.
Tabel III
Kesulitan-kesulitan Orang Tua dalam Mendidik Iman Anak
N = 40
No Item
Aspek yang terungkap Frekwensi %
16 Kesulitan apa saja yang sering bapak-ibu hadapi dalam mendidik iman anak a. Kurang pengetahuan iman b. Kurang waktu bersama anak di rumah c. Terlalu sibuk bekerja d. Kurang memahami situasi anak dengan baik
13 3 14 10
32,5% 7,5% 35% 25%
17 Jika anak terlalu nakal dan sulit diarahkan
bagaimana tindakan bapak ibu a. Mengasihi b. Menasehati c. Memukul agar anak tidak nakal lagi d. Bersikap sebagai teman dan sahabat mereka
10 20 2 8
25% 50% 5% 20%
18. Kesulitan bapak-ibu dalam mengaktifkan anak untuk mengikuti kegiatan gereja a. Anak yang nakal b. Tidak ada waktu untuk menghantar dan menjemput c. Terlalu banyak bermain d. Terlalu jauh
8 13 7 12
20% 32,5%17,5% 30%
19 Anak bapak-ibu sedang mengalamipermasalahan apa yang harus dibuat a. Mendekati dan bertanya b. Memanggil dan Menasehati c. Membiarkan anak sendiri yang menyelesaikan- nya d. Bersama anak menyelesaikan masalah tersebut
7 22 6 5
17,5% 55% 15%
12,5%
49
20 Bapak-ibu sedang konflik dengan anak-anak
bagaimana cara mengatasinya a. Saling memaafkan di depan anak-anak b.Saling mendiaminya c. saling mempersalahkan d Peknik bersama anak untuk menyelesaikan
masalah tersebut
14 6 5 15
35% 15% 12,5
37,5%
21 Dalam keluarga sering terjadi kemacetan dalam komunikasi, hal ini di sebabkan oleh a. Kurang keterbukaan dalam keluarga b. Konfilik antara bapak-ibu c.Anak-anak terlalu nakal sehingga sulit
mengatasinya d. lain-lain
24 3 13 -
60% 7,5% 32,5%
-
22 Anak bapak-ibu berkelahi tindakan apa yang harus dibuat a. Memarahi b. Memanggil dan mendengarkan kemudian
minta maaf dengan saling merangkul sebagai tanda kasih
c. Memihak salah satunya d. Menegur dengan keras supaya tidak terulang
lagi
7 25 5 3
17,5% 62,5%
12,5% 7.5%
Tabel III tentang kesulitan orang tua dalam mendidik iman anak dalam
keluarga. Aspek yang terungkap dalam tabel ini meliputi, kesulitan orang tua
dalam mendidik iman anak, kesulitan orang tua dalam menghadapi permasalahan
yang dihadapi anak-anak dalam keluarga seperti anak yang nakal, anak yang
bermasalah, mengatasi konflik yang terjadi dalam keluarga, kemacetan dalam
keluarga.
Item no 16 dari tabel di atas, berdasarkan penelitian diketahui ada orang tua
merasa kesulitan dalam mendidik iman anak dalam keluarga karena kurang
50
pengetahuan iman sebanyak 32,5 %, kesibukan orang tua dalam pekerjaan
sebanyak 35%, kurang waktu bersama anak di rumah sebanyak 7,5%, sedangkan
kurang memahami situasi anak dengan baik sebanyak 25%.
Item no 17 dari tabel di atas, berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa
kesulitan orang tua dalam mengatasi anak yang nakal dan sulit diarahkan, orang
tua mengatakan dengan cara mengasihi sebanyak 25%, dengan cara menasehati
sebanyak 50%, dengan cara memukul agar anak tidak nakal lagi sebanyak 5%,
sedangkan dengan cara bersikap sebagai teman dan sahabat sebanyak 20%.
Item no 18 dari tabel di atas, berdasarkan penelitian diketahui kesulitan
orang tua dalam mengaktifkan anak dalam mengikuti kegiatan di gereja.
Kesulitan orang tua dalam menghadapi anak yang nakal sebanyak 20%, tidak ada
waktu untuk menghantar dan menjemput sebanyak 32,5%, terlalu banyak bermain
sebanyak 17,5%, sedangkan terlalu jauh sebanyak 30%.
Item no 19 dari tabel di atas, berdasarkan penelitian diketahui kesulitan
orang tua dalam menghadapi anak yang bermasalah. Ada orang tua yang
mendekati dan bertanya sebanyak 17,5%, memanggil dan menasehati sebanyak
55%, membiarkan anak sendiri yang menyelesaikan masalah tersebut sebanyak
15%, sedangkan bersama anak menyelesaikan masalah tersebut sebanyak 37,5%.
Item no 20 dari tabel di atas, berdasarkan penelitian diketahui orang tua
mengalami konflik dengan anak cara mengatasinya dengan saling memaafkan di
depan anak sebanyak 35%, saling mendiam sebanyak 15%, saling
51
mempersalahkan 12,5%, sedangkan dengan piknik bersama anak untuk
menyelesaikan masalah tersebut sebanyak 37,5%.
Item no 21 dari tabel di atas, berdasarkan penelitian diketahui bahwa ada
orang tua mengalami kemacetan komunikasi dalam keluarga karena tidak ada
keterbukaan dalam keluarga sebanyak 60%, konflik antara bapak-ibu sebanyak
7,5%, sedangkan anak terlalu nakal dan sulit mengatasinya sebanyak 32,5%.
Item no 22 dari tabel di atas, berdasarkan penelitian diketahui ada orang tua
yang bertindak dalam mengatasi anak yang berkelahi dalam keluarga. Orang tua
mengatasinya dengan cara memarahi sebanyak 17,5 %, memanggil dan
mendengarkan kemudian minta maaf dengan saling merangkul sebagai tanda
kasih sebanyak 62,5%, memihak salah satunya sebanyak12,5%, menegur dengan
keras supaya tidak terulang lagi sebanyak 7,5 %
D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Bertitik tolak dari hasil penelitian di atas, penulis akan membahasnya
menurut variabel yang terungkap sesuai dengan data yang diperoleh. Dalam
pembahasan ini penulis akan memaparkannya dalam tiga bagian yaitu, identitas
responden, pengetahuan orang tua tentang pendidikan iman anak serta kesulitan
orang tua dalam melaksanakan pendidikan iman anak dalam keluarga.
Pembahasan ini akan didukung dengan berbagai sumber pustaka serta
pemahaman penulis sendiri.
1. Identitas Responden.
52
Dari hasil penelitian diketahui bahwa orang tua sungguh bertanggung jawab
dan mampu dalam memperhatikan pendidikan iman anak dalam keluarga. Stasi
Florentinus Babarsari adalah orang yang sudah matang dan bertanggungjawab
serta mampu dalam mendidik iman anak dalam keluarga melalui berbagai
kesempatan yang bisa membantu pertumbuhan dan perkembangan iman anak. Hal
ini dapat dilihat dari data yang terungkap. Usia yang paling banyak dan tertinggi
adalah di atas 31 tahun sebanyak 45% sedangkan usia terendah 5%.
Tingkat pendidikan orang tua stasi Florentinus Babarsari pada umumnya
adalah mereka yang berpendidikan dan semuanya tamatan SD, SMP, SMA dan
bahkan ada orang tua yang sampai perguruan tinggi. Dari data yang terungkap
pendidikan yang paling banyak dan tertinggi adalah tamatan SMA sebanyak 50%,
sedangkan yang tamat SD sebanyak 10%.
Dari mata pencaharian, orang tua stasi Florentinus Babarsari adalah orang
yang bekerja dan cukup terjamin, sehingga mampu untuk membiayai kehidupan
keluarganya. Dari data yang terungkap pekerjaan yang paling banyak adalah
wiraswasta sebanyak 45%, sedangkan pekerjaan sebagai ibu rumah tanggga
sebanyak 12,5%.
2. Pengetahuan Orang Tua Tentang Pendidikan Iman Anak.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, pendidik iman anak yang pertama dan
utama dalam keluarga adalah orang tua sebanyak 67,5%, sedangkan pendidikan
yang dilimpahkan kepada orang lain seperti guru sebanyak 15%. Dengan
53
demikian dapat dikatakan bahwa orang tua cukup bertanggungjawab dalam
memperhatikan pendidikan iman anak dalam keluarga.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, tugas orang tua dalam keluarga
adalah menanamkan nilai-nilai iman sebanyak 45%, sedangkan 10% orang tua
menjawab tugas orang tua adalah memberi makan dan minum. Data tersebut mau
mengungkapkan bahwa perhatian orang tua akan pertumbuhan dan perkembangan
iman anak dalam keluarga, baik jasmani maupun rohani cukup terjamin, dan ini
dapat dilihat bagaimana usaha dan perjuangan orang tua dalam mendidik dan
membesarkan anak-anak dalam keluarganya.
Dalam KHK kanon 1136 dikatakan bahwa: “orang tua mempunyai
kewajiban sangat berat dan hak primer untuk sekuat tenaga mengusahakan
pendidikan anak baik fisik, sosial, dan kultural, maupun moral dan religius”.
Perhatian orang tua akan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan iman anak
dalam keluarga sangat menentukan kehidupan anak selanjutnya, baik yang
bersifat jasmani maupun rohani, sebab orang tualah yang menjadi dasar
pertumbuhan dan perkembangan iman anak dalam keluarga.
Dari hasil penelitian diketahui, mengajak anak berdoa bersama dalam
keluarga orang tua melihatnya sebagai kewajiban orang tua sebanyak 50%,
sedangkan keinginan saja sebanyak 10%. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa orang tua masih memahaminya sebagai kewajiban saja, padahal semua
yang dilakukan orang tua dalam keluarga merupakan pendidikan iman, memang
tidak salah orang tua menjawab sebagai kewajiban orang tua karena orang tualah
54
yang bertanggunjawab atas pendidikan iman anak. Namun yang ingin penulis
tegaskan adalah apa yang diajarkan kepada anak yang masih berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan pendidikan iman.
Dari hasil penelitian diketahui, orang tua telah menyediakan buku-buku
rohani dalam keluarga seperti Kitab Suci, Madah Bakti, dan Kidung Pujian
sebanyak 62,5%, sedangkan Majalah Rohani sebanyak 5%. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa orang tua telah membantu anak-anak mereka untuk
mengenal buku-bulu rohani seperti Kitab Suci, Madah Bakti dan Kidung Pujian,
sehingga membantu anak untuk terlibat dan mengambil bagian dalam kegiatan
liturgi baik yang diadakan di gereja maupun di dalam lingkungan.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, orang tua mengajak anak berdoa
bersama di lingkungan. Orang tua menjawab selalu sebanyak 52,5%, sedangkan
tidak pernah sebanyak 7%. Kebiasaan yang baik dalam keluarga dapat menjadi
wujud perhatian orang tua dalam menanankan nilai-nilai iman kepada anak
melalui mengajak anak berdoa bersama dalam keluarga, mengajak anak terlibat
dalam doa lingkungan, mengaja anak ke gereja merupakan contoh iman yang baik
bagi anak-anak dalam keluarga.
Dari data hasil penelitian diketahui bahwa, orang tua telah memperkenalkan
Tuhan kepada anak-anak mereka sejak usia O-3 tahun sebanyak 50%, sedangkan
usia 12 tahun ke atas sebanyak 10%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
perhatian orang tua akan pentingnya pendidikan iman anak dalam keluarga sudah
55
mulai dihidupi orang tua dalam keluarga, orang tua sudah memperkenal Tuhan
kepada anak-anaknya sejak mereka masih bayi.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, yang sering dilakukan orang tua
beriman kristiani dalam keluarga adalah menekankan sikap kejujuran dalam diri
anak sebanyak 45%, sedangkan menekankan kesetiakawanan anak-anak di
sekolah sebanyak 12,5%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam
keluarga orang tua sudah menekankan sikap kejujuran dalam diri anak-anak.
Sikap kejujuran inilah yang akan mempengaruhi seluruh hidup anak untuk
bertumbuh dan berkembang menjadi seorang pribadi yang bertanggungjawab
dalam hidup imannya kepada Allah dan sesama.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, dalam keluarga orang tua sudah mulai
membantu pertumbuhan dan perkembangan iman anak dengan mengajak anak ke
gereja dan mengikuti ziarah bersama sebanyak 45%, sedangkan mengajak anak
melayani orang sakit dan membantu orang tua di sawah sebanyak 10%. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa orang tua sudah berusaha dengan berbagai cara
yang membantu iman anak semakin bertumbuh dan berkembang dengan baik
yaitu mengajak anak ke gereja, ikut ziarah bersama, doa bersama, maka
kemungkinan besar iman anak semakin bertumbuh dan berkembang kearah yang
lebih baik.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, pemahaman dan penghayatan iman
orang tua dalam keluarga sungguh mendalam dan ini bisa dilihat dari pengertian
orang tua dalam memahami dan menghayati imannya setiap hari dalam keluarga,
56
terutama iman yang dajarkan kepada anak-anak mereka. Orang tua menjawab
iman adalah manusia yang bebas menyerahkan diri kepada Allah dengan
mempersembahkan akal budi serta kehendaknya dengan bebas sebanyak 50%,
sedangkan jawaban manusia akan cinta Allah sebanyak 25%.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, orang tua melihat pendidikan iman
dalam keluarga mempunyai tujuan membantu anak untuk menghayati hidup
imannya melalui kedekatan pribadi dengan Allah sebanyak 45%, sedangkan
membantu anak untuk berelasi dengan Tuhan sebanyak 25%. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa, orang tua semakin mengerti dan memahami makna dan
tujuan pendidikan iman anak dalam keluarga. Iman yang diajarkan kepada anak
dalam keluarga semata-mata mau menghantar anak untuk semakin dekat dengan
Yesus dalam hidup setiap hari.
Dari data diketahui bahwa, orang tua menghantar anak untuk terlibat dalam
kegiatan sekolah Minggu sebanyak 30%, sedangkan sama sekali tidak terlibat
dalam kegiatan sekolah Minggu sebanyak 25 %. dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pemahaman orang tua akan kegiatan Sekolah Minggu masih
terlalu kurang, padahal kita tahu bahwa dengan mengikuti kegiatan sekolah
Minggu akan membantu pengetahuan iman anak semakin luas.
3. Kesulitan-Kesulitan Orang Tua dalam Mendidik Iman Anak.
Berdasarkan data yang terungkap dalam tabel III diketahui bahwa kesulitan
orang tua yang paling banyak adalah terlalu sibuk bekerja sebanyak 32,5%,
57
sedangkan kurang waktu bersama anak di rumah sebanyak 7,5%. Data tersebut
mau mengungkapkan bahwa masalah yang dihadapi orang tua dalam pendidikan
iman anak dalam keluarga adalah berasal dari orang tua sendiri, karena banyak
kesibukan sehingga waktu bersama anggota keluarga sangat kurang.
Kesulitan orang tua dalam menghadapi anak yang nakal. Dari hasil
penelitian yang terungkap diketahui bahwa orang tua sudah berusaha dengan
sikap sabar menasehati agar anak tidak terlalu nakal sebanyak 50%, dengan cara
memukul agar anak tidak nakal lagi sebanyak 5%. Dari data tersebut mau
mengungkapkan bahwa pada umumnya orang tua sungguh memberi perhatian
kepada anak-anaknya, namun orang tua perlu memperhatikan secara lebih
bijaksana lagi dalam menghadapi anak yang nakal terutama dalam membimbing
dan mengarahkan anak sesuai dengan usia mereka.
Kesulitan yang paling besar yang dihadapi orang tua dalam mengaktifkan
anak untuk terlibat dalam kegiatan Gereja orang tua menjawab tidak ada waktu
untuk menghantar dan menjemput sebanyak 32,5%, terlalu banyak bermain
sebanyak 17,5%. Dari data tersebut mau mengungkapkan bahwa orang tua dalam
bertanggungjawab mengembangkan pertumbuhan dan perkembangan iman anak
dalam keluarga sangat baik dan terjamin, namun dalam hal tertentu orang tua
masih kurang terutama membiarkan anak untuk terlibat dalam mengikuti kegiatan
Gereja yang diadakan seperti latihan misdinar, lector, latihan koor, dan mengikuti
Sekolah Minggu.
58
Dalam keluarga orang tua selalu menghadapi anak yang bermasalah, dari
data terungkap orang tua memanggil dan menasehati sebanyak 55%, sedangkan
membiarkan anak sendiri menyelesaikan masalah tersebut sebanyak 15%. Data
tersebut mau mengungkapkan bahwa orang tua bertanggungjawab, merangkul
serta memanggil dan menasehati anak-anak mereka untuk menyelesaikan masalah
tersebut, walaupun ada orang tua membiarkan anak untuk menyelesaikan masalah
tersebut, tetapi belum tentu anak akan merasa aman.
Dalam menghadapi konflik dalam keluarga entah konflik antara ibu dengan
bapak atau orang tua dengan anak. Dari data terungkap orang tua menjawab
mengajak peknik bersama anak untuk menyelesaikan masalah tersebut sebanyak
37,5%, sedangkan orang tua menjawab saling mempersalahkan sebanyak 12, 5%
Komunikasi dalam keluarga sering macet karena kurang adanya
keterbukaan antara satu dengan yang lain, baik antara orang tua dengan anak atau
sebaliknya. Dari data yang terungkap orang tua menjawab kurang adanya
keterbukaan sebanyak 60%, sedangkan orang tua menjawab konflik antara bapak-
ibu sebanyak 7,5%. Data ini mau mengungkapkan bahwa kesulitan yang paling
besar dalam keluarga adalah kurang adanya komunikasi diantara orang tua dan
anak.
Agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan tidak macet, maka
sebagai anggota keluarga berusaha mencari waktu yang tepat dan cocok dan
duduk bersama dan mencoba mencari akar permasalahan, setelah menemukan
akar permasalahan, kemudian mencari jalan yang terbaik untuk mengatasi setiap
59
permasalahan tersebut dengan keterbukaan dan saling mendengarkan secara aktif
antara orang tua dan anak. Dengan mendengarkan secara aktif, hubungan antara
orang tua dan anak, kemungkinan besar akan menjadi baik (Alex Sobur,1985:15).
Kesulitan yang sering dihadapi orang tua dalam menghadapi anak yang
berkelahi, orang tua menjawab memanggil dan mendengarkan mereka kemudian
minta maaf dengan saling merangkul sebagai tanda kasih sebanyak 62,5%, orang
tua menjawab menegur dengan keras supaya tidak terulang lagi sebanyak 7,5%.
Data tersebut mau mengungkapkan bahwa orang tua telah menanamkan
sikap iman yang baik kepada anak-anaknya dengan saling memaafkan dan
merangkul sebagai tanda kasih. Dengan demikian secara tidak langsung orang tua
telah menghantar anak-anak mereka untuk semakin mencintai Tuhan dalam hidup
mereka setiap hari melalui pendidikan yang mereka terima dalam keluarga.
E. RANGKUMAN .
Setelah melihat data hasil penelitian responden, pengetahuan orang tua
tentang pendidikan iman anak, dan kesulitan-kesulitan orang tua dalam mendidik
iman anak dalam keluarga, penulis dapat merangkumnya secara singkat hal-hal
penting yang perlu diperhatikan orang tua dalam mendukung perkembangan iman
anak dalam keluarga.
1. Pandangan orang tua tentang pendidikan iman anak dalam keluarga.
60
Orang tua sudah bertanggungjawab sebagai pendidik iman anak yang
pertama dan utama dalam keluarga, tetapi apa yang diusahakan orang tua dalam
memajukan penghayatan iman anak masih bersifat menyeluruh dan belum ada
suatu pola yang pasti, jelas dan terarah yang bisa menghantar anak-anaknya
sampai pada suatu sikap pemahaman iman yang lebih mendalam. Semua yang
dilaksanakan orang tua pada umumnya adalah masih bersifat spontanitas dan
desakan tanggung jawab sebagai orang tua dalam keluarga.
2. Upaya orang tua dalam pendidikan iman anak dalam keluarga.
Orang tua sudah mengupayakan barbagai macam kegiatan yang dapat
membantu perkembangan iman anak yang di dalamnya mencakup bagaimana
orang tua menunjukan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya dengan
menyediakan buku-buku rohani, menyekolahkan anak-anak di sekolah katolik,
mendidik dan menasehati, serta mengajari nilai-nilai iman kristiani kepada
anaknya di dalam keluarga.
Oleh karena itu, orang tua sebagai pendidik iman anak yang pertama dan
utama dalam keluarga berusaha untuk selalu memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan iman anak dalam keluarga, agar iman anak semakin bertumbuh
dengan baik, maka diharapkan agar orang tua juga selalu mendukung kegiatan
lain yang dapat membantu perkembangan iman anak melalui Sekolah Minggu,
dan menghantar anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan tersebut, karena dengan
demikian anak dilatih untuk semakin bertanggungjawab dengan hidup imannya,
61
dan pada akhirnya anakpun semakin terlibat dalam hidup mengereja yang
diadakan baik di lingkungan maupun di gereja.
3. Komunikasi dalam keluarga.
Faktor yang menghambat anggota keluarga yang paling besar dan sering
terjadi kemacetan dalam keluarga adalah kurang adanya keterbukaan. Dan hal ini
tentunya akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga terutama pendidikan iman
anak dalam keluarga.
Keluarga yang harmonis selalu ditandai dengan adanya sikap saling terbuka,
dan inilah kunci pertama dan utama dalam keluarga untuk menciptakan suasana
yang harmonis, rukun, dan menyenangkan.
Oleh karena itu, orang tua sebagai pendidik iman anak yang pertama dan
utama dalam keluarga perlu memperhatikan sikap keterbukaan ini dalam
keluarga, terutama perhatian kepada anak-anak, sehingga anak-anak semakin
kerasan untuk berada di rumah, karena dengan adanya keterbukaan segala sesuatu
akan teratasi dengan baik.
62
BAB IV
KATEKESE SEBAGAI SALAH SATU USAHA DALAM
MENINGKATKAN KESADARAN ORANG TUA AKAN PENTINGNYA
PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA
Dalam Bab ini penulis akan berbicara mengenai katekese yang di dalamnya
mencakup 5 (lima) bagian pokok yang akan penulis uraikan dalam bab IV ini yaitu,
pokok-pokok pengertian katekese, usulan program katekese, contoh persiapan
katekese, penjabaran program, dan evaluasi.
A. POKOK-POKOK PENGERTIAN KATEKESE
1. Pengertian Katekese.
Kata katekese berasal dari bahasa Yunani ”katekhesis” atau bahasa latin
”catechesis” yang berarti “ pengajaran” (Nyiolah, 2004: 5). Dalam Kitab Suci
ditemukan sejumlah kata katekese. Arti aslinya adalah bergema, membuat sesuatu
bergaung.
Ada bermacam-macam pengertian tentang kata katekese dalam Kitab Suci
Luk, 1: 4 (diajarkan); Rom 2:18 (diajar); Kis 18: 25 (pengajaran dalam jalan
Tuhan); I Kor 14: 19 (mengajar), Gal 6:6 (pengajaran). Dalam konteks ini
katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan iman agar
seorang kristen semakin dewasa dalam iman. Dengan kata lain, katekese adalah
63
usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami,
menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di
dalam keluarga maupun di lingkungan. Bagian ini penulis memilih pengertian
katekese yang dapat menghantar pandangan orang tua dalam membantu
pendalaman dan kematangan iman mereka, untuk memperhatikan pertumbuhan
dan perkembangan imannya. Dalam anjuran Aspotolik Catechesi Tradendae, Sri
Paus Yohanes Paulus II merumuskan:
“Katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistimatis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen” (CT art 18).
Demikian pula dalam Direktorium Catechisticum Generale. Katekese
dirumuskan sebagai, salah satu tugas pastoral Gereja yang bertujuan”
menghidupkan iman dalam diri manusia lewat pengajaran menjadi iman yang
sadar dan aktif” (DCG art 17). Dari pengertian-pengertian katekese yang
diungkapkan di atas ini, penulis dapat merumuskan bahwa katekese adalah
sebagai salah satu bentuk pelayanan sabda yang diusahakan oleh Gereja untuk
semakin memperdalam iman umat akan Yesus, usaha pelayanan tersebut tidak
lain adalah untuk keselamatan umat manusia yang telah mengimani dan percaya
kepada Yesus sebagai putra Allah yang menyelamatkan.
Oleh karena itu, sebagai orang kristiani yang telah mengimani dan percaya
kepada Yesus diharapkan mampu mewartakan kabar gembira Yesus Kristus
dalam situasi kongkret setiap hari baik secara pribadi maupun bersama dalam
64
keluarga ataupun dalam lingkungan setempat, khususnya bagi pertumbuhan dan
perkembangan iman.
2. Tujuan Katekese.
Secara umum dapat dikatakan tujuan katekese adalah membantu peserta
untuk semakin dekat dengan Yesus, sehingga dalam pengalaman kongkret sehari-
hari imannya semakin bertumbuh dan berkembang menjadi seorang yang lebih
beriman dewasa. Beriman dewasa selalu bersifat kreatif artinya seorang yang
beriman tidak takut dan cemas terhadap situasi-situasi baru, malahan hal-hal baru
itu selalu dijadikannya sebagai sumber motivasi baru (Telaumbanua,1999: 62).
Oleh karena itu, melalui katekese umat terbantu untuk membangun diri sendiri
dengan selalu berusaha mendewasakan dan memperdalam imanya pada Tuhan
dalam kehidupan setiap hari.
Dalam Anjuran Aspostolik Paus Yohanes Paulus II tentang katekese jaman kini menegaskan bahwa:
“Tujuan katekese adalah menjadi tahap pengajaran dan pendewasaan, artinya masa orang Kristen sesudah dalam iman menerima pribadi Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan, dan sesudah menyerahkan diri utuh-utuh kepada-Nya melalui pertobatan hati yang jujur, berusaha makin mengenal Yesus, yang menjadi tumpuan kepercayaannya mengerti misteri-Nya, kerajaan Allah yang diwartakan oleh-Nya, tuntutan-tuntutan maupun janji-janji yang tercantum dalam amanat Injil-Nya, dan jalan yang telah digariskan-Nya bagi siapapun yang mengikuti-Nya”( CT art 20).
Dengan demikian dapat dikatakan katekese bertujuan mendewasakan iman
seseorang bertumbuh dan berkembang. Iman dapat bertumbuh dengan baik, maka
iman perlu dikomunikasikan, dipelihara, dirawat, diteguhkan, dihayati,
65
diperbaharui secara intensif dalam hidup setiap hari, baik secara pribadi maupun
bersama dan mampu memaknai setiap pristiwa itu dalam terang Injil, seperti yang
kita ketahui tentang katekese sebagai komunikasi iman dalam konteks situasi
Indonesia yang dirumuskan oleh PPKI II sebagai berikut:
a). Dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman dalam kehidupan
sehari- hari.
b). Kita bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam
kenyataan sehari-hari.
c). Kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan makin
dikukuhkan hidup kristiani kita.
d). Kita semakin bersatu dengan Kristus.
e). Kita semakin mengumat.
f). Kita semakin berani memberi kesaksiaan tentang Yesus Kristus yang kita imani
dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam keluarga dan masyarakat yang lebih
luas (Telaumbanua, 1999:88).
3. Isi Katekese.
Pada hakekatnya yang menjadi isi pokok katekese adalah pribadi Yesus
Kristus, yang menderita, sengsara, wafat, dan bangkit mulia demi umat yang
dicintai. Yesus Kristus menjadi pusat pewartaan yang harus disampaikan kepada
para peserta dalam katekese. Oleh karena itu, ajaran yang disampaikan itu bukan
66
semata-mata ajaran kita, melainkan ajaran kebenaran yang kita terima dari sabda
Allah.
Yesus Kristus tidak hanya meneruskan sabda Allah, Dia sendirilah sabda
Allah, oleh karena itu katekese harus terikat pada-Nya. Maka, ciri khas pesan
yang diteruskan oleh katekese terutama adalah “keberpusatannnya pada Kristus”
(Petunjuk umum katekese, 2000: 268). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
katekese yang disampaikan dan dilaksanakan kepada semua orang baik yang tua,
muda, maupun yang kecil harus bersumber pada Yesus Kristus karena Dialah
pusat sejarah keselamatan umat manusia.
4. Model-model Katekese.
Ada begitu banyak model katekese yang kita ketahui dan sering kita
gunakan dalam berkatekese. Namun sebelum berkembanganya model-model ini,
arah katekese yang berkembang di Indonesia adalah katekese umat yang
dimengerti sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antara anggota
jemaat atau kelompok (Yosef, 2005: 67).
Dalam menjelaskan katekese umat ada banyak model atau cara yang dapat
digunakan sesuai dengan keadaan atau situasi peserta atau umat setempat seperti:
model SCP, model Sotarae, model pengalaman hidup, model biblis dan model
campuran dengan pengertiannya masing-masing.
67
a. Model SCP (Shared Christian Praxis), lebih menekankan pada pendekatan
katekese yang bersifat dialogal dan partisipatif, yang berarti katekese yang
mengusahakan adanya dialogal antara Visi dan Tradisi hidup peserta dengan Visi
dan Tradisi kristiani. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
Langkah I : Pengungkapan Pengalaman Faktual.
Langkah ini mengajak peserta untuk mengungkapkan pengalaman kongkret yang
dialaminya setiap hari secara terbuka, tanpa ada tanggapan dari peserta atau
pendamping. Pengalaman tersebut dapat diungkapkan dalam bentuk sharing, lagu,
atau puisi yang tidak keluar dari tema dan tujuan tersebut.
Langkah II: Refleksi Kritis atas Sharing Pengalaman Faktual.
Tujuan dari langkah kedua ini adalah mengajak peserta untuk memperdalam
refleksi secara kritis atas sharing pengalaman pada langkah pertama.
Langkah III: Mengusahakan supaya Visi dan Tradisi Kristiani Terjangkau.
Langkah ini mengajak peserta untuk mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan
Visi Tradisi dapat menyentuh pengalaman hidup mereka setiap hari.
Langkah IV: Interprestasi Dialektis antara Tradisi dan Visi Perserta dengan
Tradisi dan Visi Kristiani.
Dalam langkah ini peserta diajak untuk mengolah dan mendialogkan pengalaman
pertama sampai dengan pengalaman ketiga. Dengan maksud untuk melihat
kembali sejauh mana nilai-nilai Tradisi Kristiani dapat mendukung hidup peserta
menuju hidup iman yang baru.
68
Langkah V : Keterlibatan Baru demi Terwujudnya Kerajaan Allah di Dunia.
Dalam langkah ini, peserta diajak untuk berani mengambil sikap yang dapat
membantu peserta untuk meninggalkan hidup lama menuju hidup baru yakni
hidup berdasarkan pada kehendak Allah melalui pertobatan setiap hari. Diktat
mata kuliah PPL PAK Paroki USD (Sumarno, 2005:15).
b. Model Pengalaman Hidup.Yang dimaksudkan dengan katekese pengalaman
hidup adalah katekese yang bertitik tolak dari pegalaman hidup sehari-hari peserta
atau pengalaman hidup konkret peserta yang kemudian direfleksikan dalam
terang iman atau Tradisi Gereja sebagai pengalaman iman. Adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut:
Langkah I : Doa pembukaan/lagu pembukaan yang sesuai dengan tema.
Langkah II : Penyajian suatu pengalaman hidup biasanya diambil dari suatu
peristiwa kongkret sesuai dengan tema dan situasi peserta.
Langkah III: Pendalaman pengalaman hidup, pembimbing mengajak peserta
untuk mengaktualisasikan pengalaman itu dalam situasi hidup mereka yang nyata.
Langkah IV: Rangkuman pendalaman pengalaman hidup, pembimbing
menyaringkan dari sikap-sikap yang dapat diambil oleh peserta berhubung
dengan tema dalam penyajian pengalaman hidup dan teks Kitab Suci dan Tradisi
Gereja yang hendak dipakai dalam langkah berikutnya.
Langkah V: Pembacaan teks Kitab Suci atau Tradisi, pembimbing sebaiknya
menyiapkan teks bacaan yang telah disiapkan. Teks dibaca salah seorang peserta,
69
kemudian mengajak peserta hening untuk merefleksikan teks tersebut dengan
beberapa bantuan pertanyaan pendalaman.
Langkah VI: Pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi, pembimbing mengajak
peserta mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah direnungkan secara
pribadi setelah pembacaan Kitab Suci.
Langkah VII: Rangkuman pendalaman teks Kitab Suci atau tradisi, pembimbing
menghubungkan pesan inti yang diungkapkan peserta dengan pesan inti yang
telah disiapkan berdasarkan sumber-sumber yang diolahnya sehubungan dengan
tema tersebut. Kemudian peserta diajak hening merenungkan buah-buah dari
pribadi katekese yang berupa niat atau tindakan apa yang akan dibuat untuk
kehidupan selanjutnya.
Langkah VIII: Penerapan dalam hidup kongkret, pendamping mengajak peserta
untuk mengambil beberapa kesimpulan praktis yang masih berkaitan dengan tema
untuk hidup sehari-hari dalam situasi nyata dalam keluarga, masyarakat,
lingkungan, dan gereja.
Langkah IX : Penutup, pembimbing mengajak peserta untuk doa spontan dari
hasil katekese atau doa umat secara bebas, kemudian pembimbing mengakhiri
doa penutup yang merangkum keseluruhan tema dan tujuan katekese.
c. Model Biblis.Yang dimaksudkan dengan katekese model biblis adalah katekese
yang prosesnya berangkat atau bertitik tolak dari Kitab Suci atau Tradisi Gereja.
Kitab Suci atau Tradisi tersebut menjadi penerang bagi peserta dalam melihat
70
pengalaman hidup sehari-hari sebagai pengalaman iman. Adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut:
Langkah I: Doa dan lagu pembukaan.
Langkah II: Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi, pendamping mengajak peserta
untuk hening, kemudian mengajak peserta untuk mengungkapkan kata atau
kalimat mana yang menjadi kunci menurut peserta? Apa pesan inti dari teks
tersebut? Apakah arti pesan tersebut bagi hidup peserta?
Langkah III: Pendalaman Kitab Suci, dapat diawali dengan kelompok kecil
untuk mengungkapkan apa yang telah direnungkan secara pribadi dari jawaban-
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang masih berkaitan dengan teks Kitab
Suci.
Langkah IV: Pendalaman pengalaman hidup, pendamping dapat mengajak
peserta untuk mengungkapkan inti pesan dari Kitab Suci dengan pengalaman
hidup yang masih berkaitan dengan tema, baik pengalaman masa lalu atau pun
pengalaman masa sekarang dalam peristiwa yang ada dalam hidup bermasyarakat,
menggereja, berkeluarga, dan bekerja.
Langkah V: Penerapan dalam hidup peserta, pendamping mengajak peserta
untuk merefleksikan dan memikirkan apa yang sebaiknya yang dapat
dilaksanakan dalam kehidupan kongkret sehari-hari.
Langkah VI: Penutup, doa dan lagu penutup.
71
d. Model Campuran Pengalaman Hidup dan Model Biblis. Yang dimaksudkan
dengan model campuran adalah pengalaman yang bertitik tolak pada hubungan
antara Kitab Suci atau Tradisi dengan pengalaman hidup kongkret sehari-hari
peserta. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
Langkah I : Doa pembukaan. Peserta diajak untuk mengungkapkan pokok-pokok
tema yang masih berkaitan dengan tema sebelumnya
LangkahII : Pembacaan Teks Kitab Suci atau Tradisi. Peserta diajak untuk
membaca langsung dari Kitab Suci atau buku dokumen yang telah disiapkan oleh
pendamping.
Langkah III: Penyajian Pengalaman Hidup. Dalam langkah ini pendamping
dapat menyiapkan sarana atau media bagi para peserta jika dapat memungkinkan.
Langkah IV: Pendalaman Pengalaman Hidup dan teks Biblis atau Tradisi, dalam
langkah ini peserta diajak untuk mengungkapkan kesan-kesan yang mengesan
secara pribadi dalam penyajian pengalaman hidup sehari-hari. Peserta diajak
untuk mencoba secara obyektif apa yang terjadi dalam penyajian pengalaman
hidup tadi. Peserta diajak untuk menemukan sendiri apa yang menjadi tema dalam
penyajian pengalaman hidup tadi. Peserta diajak untuk merefleksikan dan
menganalisa pesan tersebut untuk pengalaman hidup setiap hari sehubungan
dengan teks Kitab Suci dan Tradisi yang telah dibacakan, pendamping
merangkum semua pengalaman peserta tersebut, kemudian mengajak peserta
untuk memikirkan suatu tindakan kongkret baik secara pribadi maupun bersama.
72
Langkah V: Evaluasi singkat atas keseluruhan kegiatan yang telah dijalankan
bersama, mulai dari tema sampai dengan penutup.
LangkahVI: Doa penutup, peserta diajak untuk hening, kemudian
mengungkapkan doa spontan secara singkat, setelah itu pendamping mengakhiri
doa penutup yang merangkum keseluruhan kegiatan katekese, kemudian
menyanyikan lagu yang masih berkaitan dengan tema.
e. Model Katekese Sotarae.
1) Situasi: lebih pada kesan perserta, apa yang dirasakan, pengalaman atau ingatan
apa yang muncul saat menonton film atau membaca suatu ceritera.
2) Objektif: langkah pertama untuk mencapai interprestasi yang tepat adalah
penyelidikan yang seksama. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam objektif ini
adalah, untuk mengembangkan kemampuan mengobservasi, untuk
mengungkapkan kepada orang lain apa yang dilihat dan didengar, dan
menyediakan waktu yang cukup untuk mengendapkan buah-buah pikiran,
sehingga penilaian yang tergesa-gesa dapat dihindari.
3) Tema: meringkas hasil observasi menjadi tema pokok, kemudian membuat urutan
menurut prioritas.
4) Analisa: perlu memperhatikan apa yang menonjol, sehubungan dengan fakta,
gagasan dan lingkungan yang lain. Yang berhubungan dengan orang lain, situasi,
fakta atau ide yang lain dari masa lampau atau dari jaman sekarang.
73
5) Rangkuman: kemampuan untuk merumuskan persoalan dengan jelas dan teliti.
Dalam tahap ini tidak perlu sampai pada persetujuan atau penyelesaian setiap
permasalahan.
6) Aksi: jika keadaan sesuai, majulah ke usul-usul kongkret dan organisasi yang
perlu dilaksanakan.
7) Evaluasi: mengevaluasikan kembali semua kegiatan yang telah dilaksanakan.
Jadi sotarae adalah petunjuk untuk mempermudah pengkajian suatu dokumen
(Olivera,1989:30-32).
B. USULAN PROGRAM KATEKESE.
1. Pengertiaan Program.
Menurut kamus besar, program adalah rancangan mengenai asas-asas serta
usulan yang akan dijalankan. (Departamen pendidikan dan kebudayaan,
1988:702). Dengan demikian program dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
dirumuskan untuk mencapai suatu tujuan yang jelas dan terarah.
Program juga dapat membantu dan memudahkan seluruh proses
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan lancar, karena semua telah
dipersiapkan dengan baik. Penyusunan program selalu meliputi, tema, tujuan, sub
tema, tujuan sub tema, materi, metode, serana, sumber bahan, dan proses
pelaksanaan kegiatan.
74
Untuk itu orang tua katolik stasi Florentinus Babarsari perlu mengetahui dan
memiliki pedoman program katekese yang jelas dan terarah sehingga dapat
membantu para orang tua dalam memperhatikan pendidikan iman anak yang
pertama dan utama dalam keluarga.
2. Latar Belakang Program.
Orang tua katolik stasi Florentinus Babarsari pada umumnya adalah orang
yang sibuk bekerja, hampir sebagian besar orang tua yang bekerja sebagai
wiraswasta dan wirausaha. Pagi sudah berangkat kerja dan pulang sore hari,
bahkan ada yang sampai malam hari. Hal ini tentunya menyita waktu untuk
bersama dengan seluruh anggota keluarga, khususnya waktu bersama dengan
anak-anak di rumah, padahal kita semua tahu waktu yang terbaik untuk bersama
keluarga adalah malam hari.
Melihat situasi umat semacam ini, penulis mempunyai suatu keprihatinan
dan mencari jalan keluar untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi orang tua
melalui katekese model pengalaman Hidup dan model pengalaman Biblis.
Katekese yang ditawarkan ini menekankan pada pengalaman hidup orang tua
dalam keluarga, karena orang tua lebih mengetahui setiap persoalan hidup yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Program katekese ini, dimaksudkan untuk membantu dalam meningkatkan
kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan iman anak yang pertama dan
utama dalam keluarga. Dan program kegiatan katekese ini dikhususkan bagi
75
orang tua katolik stasi Florentinus Babarsari, khususnya lingkungan
Tambakbayan.
3. Tujuan Program.
Untuk membuat suatu program yang baik dan sistimatis, maka perlu suatu
persiapan yang terencana dan bertahap, sehingga semua kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam proses katekese dapat berjalan dengan baik karena sudah ada
tujuan yang jelas dan terarah. Dengan adanya tujuan program yang jelas dan
terarah akan membantu penulis dan siapa saja, khususnya para ketua lingkungan,
seksi pewartaan, dan orang tua katolik stasi Florentinus Babarsari dalam
merumuskan suatu tema dan tujuan yang sesuai dengan kebutuhan umat setempat
dalam meningkatkan kesadaran orang tua sebagai pendidik iman anak yang
pertama dan utama dalam keluarga.
4. Usulan Tema.
Usulan tema yang penulis sajikan dalam program ini adalah, tugas dan
tanggungjawab orang tua dalam membina dan mendidik iman anak sebagai
pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga. Tema ini akan
dijabarkan dalam dua sub tema yaitu: yang pertama, tugas dan tanggung jawab
orang tua dalam keluarga. Yang kedua, menjadi orang tua dan sahabat terbaik
bagi anak. Kedua tema ini akan dijabarkan lagi menjadi 6 sub bagian tema dengan
tujuannya masing-masing.
76
Tema I : Orang tua sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama
dalam keluarga.
Tujuan : Membantu peserta untuk semakin menyadari peranan mereka
sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam
keluarga.
Tema II : Menanamkan kebiasaan berdoa dalam keluarga sesuai dengan
teladan hidup Yesus kristus.
Tujuan : Membantu peserta semakin menyadari dan menghayati penting-
nya menanamkan kebiasaan berdoa setiap hari dalam keluarga
sesuai dengan teladan Yesus.
Tema III : Anak sebagai anugerah Tuhan.
Tujuan : Membantu peserta untuk selalu menyukuri kehadiran
anak sebagai anugerah Tuhan dalam keluarga.
Tema IV : Perlunya mengetahui perkembangan sosial pribadi anak dalam
keluarga.
Tujuan : Membantu peserta untuk mengetahui perkembangan diri anak
dalam keluarga
TemaV : Membangun komunikasi yang dilandasi dengan cinta kasih
dan perhatian dalam keluarga.
Tujuan : Membantu peserta untuk semakin memahami pentingnya
komunikasi yang dilandasi cinta kasih dan perhatian dalam
keluarga.
77
Tema VI : Orang tua sebagai contoh dan teladan iman bagi anak dalam
keluarga.
Tujuan : Membantu peserta agar mampu memberi teladan iman yang baik
bagi anak melalui kesaksian hidup setiap hari dalam keluarga.
5. Pemilihan Model Katekese.
Katekese merupakan serana atau salah satu bentuk alternatif untuk
membantu meningkatkan kesadaran orang tua katolik stasi Florentinus Babarsari
dalam memperhatikan pentingnya pendidikan iman anak yang pertama dan utama
dalam keluarga.
Untuk mengembangkan katekese, penulis menggunakan model katekese
Pengalaman Hidup dan Pengalaman Biblis.
C. P
EN
JAB
AR
AN
PR
OG
RA
M
T
ema
: T
ugas
dan
tang
gung
jaw
ab o
rang
tua
dala
m m
enbi
na d
an m
endi
dik
iman
ana
k.
T
ujua
n :
Mem
bant
u or
ang
tua
men
ingk
atka
n ke
sada
ran
akan
tuga
s dan
tang
gung
jaw
ab se
baga
i pen
didi
k im
an a
nak
yang
per
tam
a da
n
u
tam
a da
lam
kel
uarg
a.
78
No
Sub
Tem
a Tu
juan
su
btem
a Ju
dul P
erte
mua
n Tu
juan
Per
tem
uan
Ura
ian
mat
eri
met
ode
sara
na
Sum
ber B
ahan
1 2
3 4
5 6
7 8
9 I
Tuga
s dan
ta
nggu
ngj
awab
O
rang
tua
dala
m
kelu
rga
Mem
bant
u pe
serta
se
mak
in
men
yada
ri ak
an
pent
ingn
ya
tuga
s da
n ta
nggu
ng
jaw
ab
oran
g tu
a da
lam
ke
luar
ga.
1.O
rang
tua
seba
gai
pend
idik
iman
ana
k ya
ng p
erta
ma
dan
utam
a da
lam
kel
uarg
a 2.
Men
anam
kan
kebi
asaa
n be
rdoa
da
lam
kel
uarg
a se
suai
de
ngan
tela
dan
hidu
p Y
esus
Kris
tus
Mem
bant
u pe
serta
un
tuk
sem
akin
m
enya
dari
pera
nan
mer
eka
seba
gai
pend
idik
iman
ana
k ya
ng p
erta
ma
dan
utam
a da
lam
ke
luar
ga
Mem
bant
u pe
rser
ta
sem
akin
men
yada
ri da
n m
engh
ayat
i pe
ntin
gnya
m
enan
amka
n ke
bias
aan
berd
oa
setia
p ha
ri da
lam
- Kel
uarg
a se
baga
i te
mpa
t pen
didi
kan
iman
ana
k - O
rang
tua
seba
gai
guru
per
tam
a da
lam
ke
luar
ga
- Pen
tingn
ya d
oa
bers
ama
dala
m
kelu
rga
- Doa
seba
gai
keku
atan
iman
- M
akna
doa
bag
i
-sha
ring
-tany
a ja
wab
-in
form
asi
-ref
leks
i -s
harin
g -ta
nya
jaw
ab
-info
r m
asi
-dis
kusi
-Kita
b Su
ci
-Mad
ah
Bak
ti -C
eritr
a -C
erga
m
-Kita
b Su
ci
- Puj
i Sy
ukur
- S
pido
l -K
erta
s F
leb
- FC
art
No
36
- Pan
duan
R
ekol
eksi
K
elur
ga
(Wig
nyas
umar
ta,
200
0, 1
48-
169)
- H
abitu
s Bar
u da
lam
litu
rgi (
K
AS,
200
6: 4
1)
-Buk
u im
an
Kat
olik
(KW
I, 19
96: 1
99-2
08
dan
238)
-M
at, 6
: 9-1
3 -
79
kelu
arga
sesu
ai
deng
an t
elad
an
Yes
us
hidu
p ki
ta.
K
elua
rga,
(200
3:23
)
II
Men
jadi
or
ang
tua
dan
saha
bat
terb
aik
bagi
ana
k.
Mem
bant
u pe
serta
un
tuk
beru
saha
m
enja
di
saha
bat
baik
bag
i an
ak
dala
m
kelu
arga
1. A
nak
seba
gai
anug
erah
Tuh
an.
2.Pe
rluny
a m
enge
tahu
i pe
rkem
bang
an so
sial
pr
ibad
i ana
k da
lam
ke
luar
ga
Mem
bant
u pe
serta
un
tuk
sela
lu
men
syuk
uri
keha
dira
n an
ak
seba
gai a
nuge
rah
Tuha
n da
lam
ke
luar
ga
Mem
bant
u pe
serta
un
tuk
men
geta
hui
perk
emba
ngan
diri
an
ak d
alam
ke
luar
ga.
- Ana
k se
baga
i
anu
gera
h
Tuh
an
- Ora
ng tu
a se
baga
i pe
nyal
ur ra
hmat
bag
i an
ak
- Per
luny
a m
enge
tahu
i dan
m
emah
ami
perk
emba
ngan
ana
k se
dini
mun
gkin
da
lam
kel
uarg
a -p
erlu
nya
men
geta
hui
fakt
or-f
akto
r yan
g m
empe
- ng
aruh
i prib
adi a
nak
dala
m k
elua
rga.
- dis
kusi
- t
anya
ja
wab
- s
harin
g - D
inam
ika
- dis
kusi
- t
anya
ja
wab
- s
harin
g
- info
rmas
i - d
isku
si
- kita
b su
ci
- mad
ah
Bak
ti - c
erga
m
- spi
dol
- Ket
as
Fleb
-M
adah
B
akti
- Kita
b su
ci
- ket
as
Fleb
- s
pido
l
- FC
art,
36
- GE
art,
3
- Luk
, 2: 2
2-40
4
1- 5
2 - S
tefa
n Le
ks
( 20
03: 8
6-98
) - M
artin
, (2
004,
6-1
8)
- Yul
iani
200
5:
76-9
2)
- Luk
, 2: 4
1- 5
2 - S
tefa
n Le
ks,
(200
3: 1
00-1
05)
80
3. M
emba
ngun
ko
mun
ikas
i
yang
dila
ndas
i de
ngan
cin
ta k
asih
dan
pe
rhat
ian
dala
m
kelu
arga
. 4.
ora
n tu
a se
baga
i co
ntoh
dan
tela
dan
iman
bag
i ana
k da
lam
ke
luar
ga
Mem
bant
u pe
serta
un
tuk
sem
akin
m
emah
ami
pent
ingn
ya
kom
unik
asi y
ang
dila
ndas
i cin
ta
kasi
h da
n pe
rhat
ian
dala
m k
elua
rga
Mem
bant
u pe
serta
ag
ar m
ampu
m
embe
ri te
lada
n im
an y
ang
baik
ba
gi a
nak
mel
alui
ke
saks
ian
hidu
p se
tiap
hari
dala
m
kela
urga
.
- arti
kom
unik
asi
dala
m k
elua
rga
- per
luny
a ko
mun
ikas
i yan
g m
endu
kung
pe
rkem
bang
an a
nak
- ora
ng tu
a se
baga
i ke
saks
ian
iman
yan
g ba
ik b
agi a
nak
dala
m
kelu
arga
. - o
rang
tua
seba
gai
peny
alur
kas
ih b
agi
anak
dal
am k
elur
ga
- din
amik
a - d
isku
si
- cer
itra
- sha
ring
- info
rmas
i - t
anya
ja
wab
- k
itab
Suci
- M
adah
ba
kti
- cer
itera
- D
inam
ika
- Mad
ah
Bak
ti - K
itab
Suci
- k
erta
s Fl
eb
- Tan
ya
jaw
ab
- dis
kusi
- c
erite
ra
- ker
tas
Fleb
- S
pido
l
- Mem
bang
un
kelu
arga
kat
olik
Se
jati,
( T
im
Publ
ikas
i Pa
stor
al
Red
emto
rist,
2001
: 26
-40)
- P
andu
an
Rek
olek
si
Kel
uarg
a, (W
ig-
nya
sum
arta
, 20
00:7
8-87
) -I
Sam
, 18:
1-5
1
8:1-
5 - Y
oh, 1
5: 9
-17
- Diu
ndan
g un
tuk
baha
gia,
( - W
idag
do,
2003
: 67-
70)
81
D. CONTOH PERSIAPAN KATEKESE.
Contoh 1 : Model Pengalaman Hidup.
a. Judul Pertemuan : Orang tua sebagai pendidik iman anak yang
pertama dan utama dalam keluarga.
b. Tujuan : Membantu peserta semakin menyadari peranan
mereka sebagai pendidik iman anak yang
pertama dan utama dalam keluarga.
c. Peserta : Orang tua katolik
d. Model : Pengalaman Hidup
e. Tempat : Lingkungan TambakBayan.
f. Hari/ Tgl : Selasa, 16 Mei 2006
g. Waktu : Jam 19.00-20.00 malam
h. Metode : - Informasi
- Tanya jawab
- Refleksi pribadi
- Sharing pengalaman
i. Sarana : - Puji Syukur.
- Kitab Suci
- Familiaris Consortio No 36
j. Sumber Bahan : - Cergam
- Familiaris Consortio art 36
82
- Panduan Rekoleksi keluarga (Wignyasumarta,
2000, 148-169.
k. Pemikiran Dasar
Peranan orang tua sangat penting dalam keluarga dan sungguh berpengaruh
dalam perkembangan pendidikan iman anak. Orang tua sebagai pendidik iman
anak yang pertama dan utama dalam keluarga, tanpa pendidikan iman dari orang
tua tidak mungkin anak akan bertumbuh dan berkembang. Untuk dapat
bertumbuh dan berkembang dengan baik, maka anak memerlukan lahan yang
subur yang telah ditaburkan oleh Allah sendiri dalam diri anak melalui
pendidikan dari orang tua dalam keluarga.
Dalam Familiaris Consortio No 36 ditegaskan tugas mendidik anak-anak
berakar dalam panggilan utama suami istri untuk berperan serta dalam karya
penciptaan Allah. Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-
anak, maka terikat kewajiban amat berat untuk mendidik mereka. Oleh karena itu
orang tualah yang diakui sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama.
Begitu pentinglah tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan kehidupan beriman
anak akan terlantar. Keluarga dapat menjadi tempat lahan subur bagi
pertumbuhan dan perkembangan iman anak, kalau orang tua dapat menciptakan
suasana keluarga yang harmonis, rukun, dan damai dalam anggota keluarga, maka
dengan sendirinya anak akan mengalami kerasan tinggal di rumah, sehingga iman
anak kemungkinan besar dapat bertumbuh dan berkembang kearah yang lebih
baik.
83
Pelaksanaan Pertemuan.
1. Pembukaan
a. Pengantar.
Bapak-ibu yang terkasih dalam Kristus pada kesempatan yang berahmat ini
kita bersyukur kepada Tuhan sebab masih diberi waktu kepada kita semua untuk
mengalami kasih-Nya yang berlimpah dalam hidup kita. Dalam kesempatan ini
kita diajak kembali untuk melihat panggilan dan tugas kita sebagai bapak dan ibu
keluarga. Kita dipanggil, disapa secara khusus oleh anak-anak kita dalam
keluarga yaitu, bapak dan ibu. Tentu ini merupakan karunia dan tanggung jawab
kita sebagai orang tua. Maka tugas kita sebagai orang tua adalah sebagai
pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga. Oleh karena itu
sejauh mana kita sebagai orang tua telah memperhatikan iman anak dalam hidup
sehari-hari dalam keluarga.
b. Nyanyian Pembukaan PS No 679 ( Tuhan Kami Bersyukur)
c. Doa Pembukaan:
Bapa yang penuh kasih kami bersyukur dan berterimakasih kepada-Mu
untuk segala rahmat dan penyertaan-Mu bagi kami hingga saat ini. Kami memuji-
Mu sebab anugerah istimewa yang boleh kami alami lewat tugas dan tanggung
jawab kami sebagai orang tua dalam keluarga yang Engkau percayakan kepada
kami dalam memperhatikan dan mendidik iman anak-anak kami. Bantulah kami
ya Bapa agar dengan teladan Yesus Kristus putra-Mu, kamipun semakin mampu
mendidik dan menanamkan nilai-nilai iman yang baik kepada anak-anak kami.
84
Semoga dengan bantuan-Mu, keluarga kami semakin dipenuhi oleh semangat
kasih dan menjadi teladan yang baik bagi anak-anak kami. Semuanya ini kami
mohon kepada-Mu demi Kristus Tuhan dan pengantara kami yang hidup dan
berkuasa kini dan sepanjang masa amin.
2. Penyajian Pengalaman Hidup.
Marilah bapak-ibu kita mencoba membaca dan mendengarkan” Percikan
pengalaman” yang sudah dibagikan kepada para peserta yang hadir, peserta diberi
kesempatan untuk membaca secara pribadi cergam yang telah dibagikan,
kemudian salah seorang peserta dimohon kesediaannya untuk membacakannya.
3. Pendalaman Pengalaman Hidup.
Pendalaman hidup dibantu dengan beberapa pertanyaan panduan:
a. Apa tanggapan bapak-ibu tentang sikap ceritera tadi?
b. Pernahkah dalam keluarga bapak-ibu mengalami masalah dalam mendidik anak
seperti yang dialami oleh Marsi dalam cergam tadi? Ceriterakanlah!
4. Rangkuman Dari Pendalaman Pengalaman Hidup.
Memang tidak gampang mendidik anak dalam keluarga karena pekerjaan
yang sungguh berat. Mendidik anak dengan tidak adil terhadap kedua anaknya.
Yang satu didik dengan cara memanjakan, membela, memuji, menyanjung yang
walaupun memang anaknya Lena tidak pantas diperlakukan demikian, sehingga
Lena tidak dapat berdiri sendiri dan semuanya tergantung dari orang lain.
Dalam mendidik anak terkadang orang tua selalu mengikuti kemauan
anaknya, apa-apa selalu tergantung pada orang lain dan ia selalu merasa bahwa
85
ada yang selalu melindunginya, sehingga pribadi anaknya tidak akan
berkembang. Maka dalam hal ini sikap tegas dari orang tua untuk mendidik anak
perlu dilakukan. Orang tua perlu sikap yang jujur dalam mendidik anak-anak,
sehingga anak tidak merasa bingung dengan cara mana yang harus mereka ikuti
atau turuti.
5. Pembacaan Teks Familiaris Consortio No 36
“ Hak dan kewajiban orang tua mengenai pendidikan”. Tugas mendidik
berakar dalam panggilan utama suami istri untuk berperan serta dalam karya
penciptaan Allah. Dengan membangkitkan dalam dan demi cinta kasih seorang
pribadi yang baru, yang dalam dirinya mengemban panggilan bertumbuh dan
mengembangkan diri, orang tua sekaligus sanggub bertugas mendampinginya
secara efektif untuk menghayati hidup manusiawi sepenuhnya. Konsili vatikan II
mengingatkan:” karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-
anak, maka terikat kewajiban amat berat untuk mendidik mereka. Oleh karena itu
orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik yang pertama dan utama. Begitu
pentinglah tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan sangat sukar pula dapat
dilengkapi. Sebab merupakan kewajiban orang tua menciptakan lingkup keluarga
yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih terhadap manusia.
Hak maupun kewajiban orang tua untuk mendidik bersifat hakiki, karena
berkaitan dengan penyaluran hidup manusiawi. Selain itu juga bersifat asali dan
utama terhadap peran serta orang-orang lain dalam pendidikan karena
keistimewaan hubungan cinta kasih antara orang tua dan anak-anak. Lagipula
86
tidak tergantikan dan tidak dapat diambil alih, dan karena itu tidak dapat
diserahkan sepenuhnya kepada orang lain.
Peranan orang tua selaku pendidik iman anak yang pertama dan utama
dalam keluarga adalah cinta kasih dan perhatian, yang menyempurnakan kepada
kehidupan. Cinta kasih merupakan prinsip yang menjiwai karena itu, norma cinta
kasih mengarah kepada segala yang kongkret dalam mendidik, memperkaya nilai-
nilai iman kristiani seperti, pengampunan, cinta kasih, keramahan, kejujuran,
ketabahan, kebaikan hati, pengabdian, sikap tanpa pamrih dan pengorbanan diri.
6. Mendalami Teks Familiaris Consortio No 36.
Peserta mendalami teks dengan beberapa pertanyaan penuntun
a. Apa inti dari teks FC No 36 tersebut bagi bapak-ibu?
b. Apa saja yang dimaksud sarana pendidikan iman dalam keluarga?
c. Apa yang menjadi hambatan bagi bapak-ibu dalam mendidik iman anak dalam
keluarga?
7. Rangkuman Dari Pendalaman teks Familiaris Consortio No 36
Peran keluarga amat besar untuk pertumbuhan dan perkembangan iman
anak. Keluarga adalah tempat pendidikan iman yang pertama dan utama.
Keluarga dapat menjadi lahan subur bagi perkembangan iman anak, kalau orang
tua dapat menciptakan suasana yang harmonis dalam keluarga, maka dengan
sendirinya anak akan merasa kerasan tinggal di rumah. Dengan demikian
keluarga itu mencerminkan keluarga kristiani yang sejati, yang didasari oleh kasih
dan iman akan Kristus.
87
Serana pendidikan iman dalam keluarga adalah segala sesuatu yang ditemui,
baik itu peristiwa, benda bahkan hidup sendiri dapat dijadikan alat untuk
menanamkan dan memperkembangkan iman anak misalnya, alam dunia
sekitarnya, orang lain atau anggota keluarga, peristiwa ulang tahun, kematian dan
peristiwa-peristiwa religius, kesaksian hidup yang baik dan hidup suci orang tua.
Hambatan-hambatan yang mungkin timbul, sehingga orang tua kurang dapat
memperkembangkan iman anaknya yang begitu kompleks. Dan semua hambatan
itu barasal dari diri orang tua, dari situasi keluarga, dari diri anak-anak dan
lingkungannya. Orang tua kurang waktu untuk berdialog dan rekreasi, berdoa
bersama karena terlalu sibuk dengan pekerjaan.
Sebagai orang tua kristiani memang kita sadari bahwa hidup beriman
bukanlah sesuatu yang secara khusus yang diisi ke dalam hidup anak oleh ayah
dan ibunya, tetapi iman itu adalah pertama-tama adalah suatu anugerah Allah
yang berkembang mengikuti irama hidup sesorang dan kehidupan sekitarnya.
Perkembangan iman tidak bisa terjadi secara otomatis, tetapi sungguh-sungguh
suatu proses yang dihayati dengan seluruh kehendak kebebasannya dan rahmat
Tuhan, Tuhanlah yang menjadi sumber kekuatan kita.
8. Penerapan Dalam Hidup Secara Kongkret.
Peranan dan tanggung jawab bapak dan ibu dalam keluarga sangat penting.
Dengan menghargai anugerah kebebasan rohani pribadi, orang tua mengarahkan
anaknya kepada hidup sebagai orang beriman yang dewasa dan
bertanggungjawab, sehingga pada akhirnya anak sendiri yang merasa bahwa iman
88
itu sebagai iman yang dipilihnya. Apa yang perlu saya lakukan sebagai orang tua
dalam waktu dekat ini untuk memperkembangkan kehidupan beriman anak-anak
baik di dalam keluarga, lingkungan, gereja dan di masyarakat yang lebih luas?
9. Penutup
a. Doa spontan dari peserta sesuai dengan tema.
b. Doa Bapa Kami.
c. Nyanyian penutup PS 564 ( Yesus Tuhan Terimalah diri kami)
Contoh 2 : Model Katekese Biblis
a. Judul Pertemuan : Menanamkan kebiasaan berdoa dalam keluarga
sesuai dengan teladan hidupYesus Kristus.
b. Tujuan : Agar membantu peserta semakin menyadari dan
menanamkan kebiasaan berdoa setiap hari dalam
keluarga sesuai dengan teladan Yesus
Kristus.
c. Peserta : Orang tua katolik.
d. Model : Pengalaman Biblis.
e. Tempat : Lingkungan TambakBayan.
f. Hari/ Tgl : Jumat, 19 Mei 2006.
g. Waktu : Jam 19.00-20.00 malam.
h. Metode : - Informasi.
- Tanya jawab.
89
- Refleksi pribadi.
- Sharing pengalaman.
i. Sarana : - Puji Syukur.
- Pengalaman hidup.
- Kitab Suci.
j. Sumber Bahan : - Mat, 6:9-13.
- Stefen Leks, Tafsir Injil Matius.
- Buku iman katolik.
- Keluarga, (Budiyono, 2003:23).
k. Pemikiran Dasar.
Kita hanya dapat berdoa bila kita percaya kepada kebaikan dan kemurahan
akan kasih dan kuasa Allah. Kemampuan kita untuk percaya dan semakin dekat
dengan Allah hanya dapat dibangun melalui kehidupan keluarga. Tetapi pada
kenyataan seringkali doa bersama dalam keluarga selalu mengalami kesulitan,
karena seharian sudah sibuk dengan pekerjaan, maka sulit untuk berkumpul
bersama dalam keluarga terutama berdoa bersama dengan anak-anak sebelum
mereka tidur.
Dalam hidup bersama dengan murid-murid, Yesus senantiasa mengajarkan
untuk senantiasa berdoa. Doa yang diajarkan kepada para murid-Nya bermula
dengan sapaan” Bapa Kami yang ada di surga”. Orang-orang kafir jauh sebelum
lahirnya Nabi Musa bisa menyapa Allah dengan sebutan “Bapa”. Apalagi orang-
orang Yahudi seperti dalam Yes, 64: 8 dikatakan” Ya Tuhan Engkaulah Bapa
90
kami”. Sehubungan dengan sapaan Bapa dalam doa Yesus, para ahli cukup
berpendapat bahwa Yesus menyapa Allah dengan sebutan Bapa. Dalam Injil
Matius kita akan menemukan doa Yesus di Getsemani,” Ya Abba, Ya Bapa tidak
ada yang mustahil bagi-Mu ambil cawan ini dari padaku” Mrk, 14:36. Jemaah
kristiani purba memahami dalam doa sebagaimana terbukti dalam tulisan-tulisan
rasul paulus (bdk Rom, 8:16, Gal, 4:6). Sapaan Bapa sungguh mempunyai arti
yang mendalam yaitu sebagai seorang anak sedang berbicara dengan bapaknya.
Oleh karena itu, dalam keluarga orang tua sudah membiasakan diri untuk
berdoa bersama, sehingga anak-anak tahu bahwa Tuhan adalah Bapa yang maha
baik, bila menyaksikan bapak-ibu berdoa dan selalu mengungkapkan perasaan
senang dan susah dengan Tuhan. Bila orang tua selalu berdoa bersama anak-anak,
maka dengan sendirinya doa akan menjadi tempat yang pertama dan utama dalam
hidup mereka.
Langkah-langkah pelaksanaan.
1. Pembukaan.
a). Nyanyian Pembukaan: PS 668 (Tuhan Allah Nama-Mu Kami Puji).
b). Doa pembukaan.
Allah Bapa yang maha baik, dalam hidup kami setiap hari, seringkali kami
memanggil-Mu Bapa yang sungguh dekat dengan kami, Bapa yang selalu
membantu setiap kebutuhan kami. Bantulah kami ya Bapa agar kami tetap setia
untuk menjalin relasi yang lebih dekat dengan-Mu melalui doa bersama di dalam
91
keluarga. Semua ini kami sampaikan kepada-Mu dengan perantaraan Yesus
Kristus yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa Amin.
2. Pembacaan Kitab Suci: Mat, 6:9-13 (dibacakan oleh seorang peserta)
3. Pendalaman Kitab Suci.
a). Pengantar oleh pendamping.
Bapak-ibu yang terkasih, Matius dalam injilnya mengemukakan doa Bapa
kami. Doa yang selalu mendekatkan kita pada Bapa. Bapa yang lebih dekat
dengan kita dan memperhatikan kita dengan mesra dan penuh cinta.
b). Pertanyaan penuntun.
1. Apa makna doa Bapa kami bagi bapak-ibu dalam hidup setiap hari dalam
keluarga?
2. Bagaimana perwujudan doa bapak-ibu bersama anak-anak dalam keluarga?
c). Diskusi dalam kelompok: pendamping mengajak peserta untuk mendiskusikan dua
pertanyaan dalam kelompok yaitu kelompok bapak-bapak dan kelompok ibu-ibu.
3. Pendalaman Kitab Suci.
Bapak-ibu yang terkasih, doa Bapa Kami merupakan ungkapan kedekatan
kita dengan Bapa. Bapa yang dimaksudkan disini adalah Bapa yang ada di surga.
Ia selalu memperhatikan, melindungi, mengasihi kita dengan penuh cinta kasih. Ia
seorang Bapa bukan Bapa biasa, melainkan lebih dari segala sesuatu yang
dibayangkan oleh manusia. Ia seolah-olah jauh dan berada di tempat yang kudus
karena ia maha kudus. Tetapi sekaligus Ia dekat dan mengasihi kita lebih dari
ayah kita. Menurut Matius,” doa Bapa Kami” diungkapkan Yesus dalam
92
kotbahnya di bukit, setelah memperingatkan para murid-Nya supaya doa mereka
jangan bertele-tele, mereka mengucapkan doa tersebut sebagai contoh dari setiap
doa.
Dalam keluarga pun diharapkan agar dapat mewujudkan doa yang telah
diajarkan Yesus kepada para Murid-Nya. Doa dalam keluarga merupakan tanda
kedekatan antara orang tua dan anak dengan Bapa sendiri. Doa perlu
dihayati sebagai sesuatu yang menyenangkan dalam keluarga. Doa selalu
disertai dengan usaha yang terus menerus. Jika doa mohon lulus ujian maka
harus ada suatu niat dalam diri kita yaitu semangat untuk giat dan tekun dalam
belajar, tanpa usaha doa merupakan sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Dalam
segala hal kita harus berani menyerahkan seluruh hidup kita kepada Allah Bapa.
Kita berdoa seperti Yesus “ Ya Bapa, bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-
Mu yang terjadi”. Semoga doa Yesus ini merupakan doa kita juga dalam
kehidupan kita setiap hari di dalam keluarga.
4. Pendalaman Pengalaman Hidup:
Pendamping mengajak peserta untuk menghubungkan pesan inti teks
dengan pangalaman masa lalu, masa sekarang dengan pengalaman hidup imannya
baik dalam kehidupan keluarga, gereja dan kehidupan masyarakat. Untuk
menghantar peserta masuk dalam pendalaman pengalaman hidup, ada beberapa
pertanyaan penuntun yang dapat membantu peserta untuk semakin
mendalaminya.
93
a). Bagaimana tugas saya sebagai orang tua apakah saya sudah mendidik anak
semestinya atau belum dalam keluarga?
b). Berdasarkan jawaban a kalau sudah atau belum apa yang seharusnya saya buat?
c). Bagaimana saya menyikapinya dalam tugas dan tanggung jawab sebagai orang
tua yang pertama dan utama dalam pendidikan iman anak dalam keluarga?
d). Rangkuman.
Banyak pengalaman yang nampaknya membuat kita sulit berdoa, karena
kita sibuk dengan tugas, sehingga membuat kita enggan untuk berdoa bersama,
apalagi doa pribadi. Untuk itu marilah kita senantiasa meluangkan waktu untuk
berdoa bersama dalam keluarga.
5. Penerapan Dalam Hidup Kongkret.
Pendamping mengajak peserta untuk merefleksikan dan memikirkan dalam
kehidupan kongkret bagaimana mengupayakan kerasulan doa dalam keluarga
dengan kehidupan yang nyata.
a). Berdasarkan teks Kitab Suci manakah yang perlu saya tiru dari doa yang
diajarkan Yesus pada murid-Nya?
b). Apa yang dapat saya buat dalam waktu dekat ini untuk mewujudkan niat-niatku
dalam doa bersama dalam keluarga?
6. Penutup
a). Doa umat secara pontan dari peserta.
b). Doa Bapa Kami dengan saling bergandengan tangan.
c). Nyanyian penutup: No PS 704 (Terpuji Allah di surga)
94
E. EVALUASI.
Setelah melaksanakan katekese bersama orang tua stasi Florentinus
Babarsari khususnya orang tua katolik lingkungan TambakBayan, penulis akan
menyampaikan refleksi atas keseluruhan proses yang telah dilaksanakan. Refleksi
ini akan dibagi dalam 3 bagian yaitu: refleksi persiapan pelaksanaan, refleksi
pelaksanaan katekese, dan refleksi setelah pelaksanaan katekese.
1). Refleksi persiapan pelaksanaan katekese.
Sebagaimana biasanya bahwa untuk melaksanakan suatu kegiatan orang
perlu persiapan. Persiapan yang dimaksudkan di sini adalah segala sesuatu yang
masih berhubungan dengan seluruh proses pelaksanaan katekese yang meliputi,
bahan, metode, serana, tempat, dan waktu pelaksanaan. Persiapan ini tentunya
membutuhkan banyak waktu, dan tenaga, bahkan menuntut suatu sikap
pengorbanan.
Dalam proses persiapan pelaksanaan katekese ini penulis melihat bahwa
semuanya berjalan dengan baik dan lancar, karena adanya komunikasi dan
kerjasama yang baik dengan semua pihak yang bersangkutan, tanpa ada
komunikasi dan kerjasama, tidak mungkin segala persiapan dapat berjalan dengan
baik.
2). Refleksi pelaksanaan katekese.
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 16 Mei 2006
pukul 19.00 WIB, namun pelaksanaan baru dimulai pukul 19.20. Keterlambatan
95
ini disebabkan kerena masih menunggu kehadiran orang tua yang baru pulang
kerja.
Peserta yang hadir dalam pertemuan ini sebanyak 30 orang tambah
pendamping dan evaluator menjadi 32 orang. Prosesnya berjalan dengan baik,
walaupun ada orang tua yang merasa capai dengan posisi duduknya, tetapi tetap
bersemangat dan terlibat penuh dalam setiap kegiatan.
Tema, materi, dan sarana yang disajikan sangat menarik dan cukup
menyapa orang tua dalam berdialog dan berdiskusi, namun yang menjadi
hambatan dan kesulitan pendamping adalah bahasa, karena kebanyakan orang tua
selalu menggunakan bahasa Jawa saat sharing pengalaman.
Penegasan atas setiap langkah-langkah, pendamping melihat masih terlalu
kurang dan belum begitu mendalam, sehingga membuat peserta kadang merasa
tidak puas dengan apa yang disampaikan.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari jumat tanggal 19 Mei 2006 pukul
19.00 WIB. Pelaksanaan tepat pada waktunya. Peserta yang hadir dalam
pertemuan sebanyak 43 orang. Proses awal berjalan dengan baik dan lancar,
namun pada pertengahan pertemuan ada sedikit gangguan karena hujan sehingga
ada bapak-bapak yang keluar untuk menyelamatkan sepeda motornya supaya
tidak kehujanan.
Tema, materi, dan sarana yang disajikan dalam pertemuan kedua ini sangat
cocok dan sungguh menyentuh kehidupan orang tua dalam memperhatikan iman
anak dalam keluarga. Namun yang paling menarik dalam pertemuan kedua ini
96
adalah kejujuran orang tua dalam mengungkapkan pengalaman mereka dalam
berdoa bersama dan berdoa pribadi dalam keluarga.
Ada peserta yang mengatakan setiap hari, ada yang kadang-kadang,
bahkan ada peserta tidak pernah untuk berdoa bersama dalam keluarga, tetapi doa
pribadi selalu didoakan karena mereka melihat bahwa doalah yang menjadi
kekuatan dan tumpuan dan harapan hidup mereka, tanpa doa tidak mungkin
mereka dapat bertahan sampai dengan sekarang ini.
Melihat bahwa ada pengalaman bagus dari peserta, sehingga membantu
pendamping untuk lebih memberi suatu penegasan yang lebih mendalam bagi
peserta untuk semakin menghidupi doa bersama dan doa pribadi dalam keluarga.
3). Refleksi setelah pelaksanaan kegiatan.
Dari awal pelaksanaan pertemuan pertama dan kedua penulis akan menulis
kesan secara umum atas proses pelaksanaan katekese sebagai berikut:
Dari ketua lingkungan St.Yusuf TambakBayan.
Ketua lingkungan cukup senang, terbuka dan menghargai setiap permintaan,
sehingga pelaksanaan katekese ini dapat berjalan dengan baik.
Dari peserta.
Peserta cukup menerima, menghargai, percaya, senang, semangat, mendengarkan,
terbuka, mau terlibat aktif, tetapi ada beberapa yang kelihatan diam dan tidak
penuh semangat. Namun pada umumnya pendamping melihat bahwa peserta
merasa senang.
97
Dari evaluator.
Kesiap sediaan Sr. Hilda, SSpS sebagai evaluator dalam mendukung dan
mendampingi pendamping selama melaksanakan katekese bersama orang tua
lingkungan tambakBayan stasi Babarsari.
Pendamping.
Menjadi seorang vasilitator, memang tidak mudah apalagi peserta katekesenya
adalah orang yang berpengalaman. Tentu saja banyak pengalaman dirasakan
seperti kurang percaya diri, grogi, takut dan macam-macam perasaan yang
muncul. Namun yang menjadi kekuatan pendamping adalah berdoa, melalui doa
semuanya dapat berjalan dengan baik. Tanpa doa tidak mungkin pendamping
dapat mengatasi semua kelemahan yang ada dalam diriku.
“Akulah pokok Anggur yang baik, dan kamulah ranting-rantinya barang
siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia ia akan berbuah banyak, sebab
di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa”(Yoh, 15 : 5)
Sabda Tuhan inilah yang menjadi Spritualitas penulis dalam melaksanakan
segala sesuatu dalam hidup setiap hari.
98
BAB V
PENUTUP
Sebagai penutup dari skripsi ini penulis dapat mengemukakan hal-hal yang
perlu diperhatikan dan dipikirkan lagi untuk lebih mengembangkan secara lebih
mendalam sehubungan dengan sumbangan katekese untuk meningkatkan kesadaran
orang tua akan pentingnya pendidikan iman anak yang pertama dan utama dalam
keluarga katolik stasi Florentinus Babarsari paroki Baciro Yogyakarta. Bagian
penutup ini akan diuraikan dalam dua bagian yaitu kesimpulan dan saran.
A. KESIMPULAN.
Dari keseluruhan pembahasan setiap bab yang telah diuraikan dalam skripsi
ini, penulis dapat menemukan beberapa hal yang mungkin dapat menjadi
sumbangan pemikiran bagi orang tua katolik stasi Florentinus Babarsari dalam
memperhatikan pendidikan iman anak dalam keluarga.
Tujuan pendidikan iman anak dalam keluarga adalah membantu anak untuk
bertumbuh dan berkembang menjadi seorang pribadi yang dewasa dan
bertanggungjawab. Dengan demikian iman yang sudah ditanamkan dalam diri
anak sejak mereka masih kecil akan membantu anak untuk semakin menemukan
nilai-nilai iman kristiani yang lebih baik. Akhirnya secara tidak langsung orang
tua telah menghantar anak-anaknya sampai pada suatu sikap berani membawa
99
kebenaran dalam hidup setiap hari, terutama kebenaran iman akan Allah yang
diimaninya sebagai Allah yang baik dan penuh kasih.
Pendidikan iman yang diutamakan dalam keluarga adalah membantu anak
untuk semakin bertumbuh dan berkembang dalam hidup imannya. Iman anak
bertumbuh dan berkembang dengan baik melalui keluarga.
Agar iman anak dapat bertumbuh dengan baik, maka diharapkan orang tua
sebagai pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga tetap
memberi perhatian dan kasih sayang dalam diri anak, maka dengan demikian
anak akan merasa kerasan tinggal di rumah, karena ada perhatian dan kasih
sayang dari orang tuanya.
Dalam hal ini orang tua stasi Florentinus Babarsari sudah memberi
perhatian penuh pada diri anak baik dalam hal jasmani maupun rohani. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa ada hal-hal positif dalam diri orang tua yang sudah
menyadari bahwa pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga
adalah orang tua. Orang tua sungguh bertanggungjawab dalam memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan iman anak dalam keluarga.
Meskipun masih ada kelemahan dari orang tua stasi Florentinus Babarsari
terutama dalam melibatkan anak-anak untuk mengikuti Sekolah Minggu masih
terlalu kurang, dan hal ini disebabkan karena orang tua terlalu sibuk, sehingga
waktu untuk menghantar anak-anak agar terlibat dalam kegiatan tersebut sama
sekali tidak ada. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemahaman orang tua
akan kegiatan Sekolah Minggu masih terlalu kurang, padahal kita tahu bahwa
100
kegiatan tersebut akan membantu anak dalam menghayati hidup iman kristianinya
semakin luas dan berkembang.
Melihat kenyataan yang terjadi dalam keluarga katolik stasi Florentinus
Babarsari, maka penulis mencoba untuk memberi usulan program katekese
dengan model pengalaman hidup dan model biblis sebagai salah satu bentuk
pendampinngan untuk membantu orang tua katolik dalam meningkatkan
pendidikan iman anak dalam keluarga. Kedua model ini bertitik tolak dari
pengalaman orang tua sendiri, karena orang tua lebih mengetahui permasalahan
yang ada dalam keluarga terutama pendidikan iman anak dalam keluarga.
B. SARAN
Bertitik tolak dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan dalam
setiap bab, akhirnya penulis mencoba mengungkapkan saran-saran yang mungkin
dapat digunakan demi meningkatnya kesadaran orang tua akan pentingnya
pendidikan iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga. Dalam saran ini
akan dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Saran Khusus:
a). Memberikan perhatian dan waktu yang cukup bagi anak-anak dalam mendengar-
kan pengalaman mereka baik di rumah dan di sekolah.
b). Melibatkan anak untuk berdialog bersama dalam keluarga, jika ada masalah yang
perlu diselesaikan bersama.
101
c). Membiarkan anak untuk terlibat dalam kegiatan menggereja seperti, menjadi
misdinar, latihan koor, lector, mengajak anak ke gereja, doa lingkungan, dan doa
bersama dalam keluarga.
d). Menciptakan suasana yang kondusif dalam keluarga, bagaimana orang tua
menunjukan kesaksian hidup bagi anak-anak di dalam keluarga, (hidup damai,
saling mengasihi, saling menghargai, sikap pengampunan).
2. Saran Umum:
a). Perlunya pemberdayaan bagi para ketua lingkungan dan seksi pewartaan dalam
meningkatkan katekese bagi orang tua katolik dalam meningkatkan perhatian
pendidikan iman anak dalam keluarga di stasi Florentinus Babarsari paroki Baciro
Yogyakarta.
b). Koordinator PIA mengundang para orang tua untuk terlibat aktif dalam setiap
kegiatan yang diadakan oleh paroki, stasi, dan lingkungan, sehingga orang tua
semakin membiarkan anak-anak mereka terlibat dalam setiap kegiatan yang
diadakan di paroki, stasi, dan lingkungan.
c). Koordinasi PIA perlu mengkader setiap orang tua atau mudika dari masing-
masing lingkungan sebanyak 2 orang untuk mendampingi Sekolah Minggu di
gereja, stasi dan lingkungan.
Penulis berharap agar melalui katekese yang telah diselenggarakan bersama
orang tua stasi Florentinus Babarsari, khususnya orang tua katolik lingkungan
santo Yusuf TambakBayan dapat membantu meningkatkan kesadaran orang tua
dalam memperhatikan pendidikan iman anak dalam keluarga.
102
DAFTAR PUSTAKA
Adiyanti, M. S,. MG, dkk. (2003). Prilaku Anak Usia Dini.Yogyakarta: Kanisius.
Budiyono, A., P. (2003). Keluargaku. Yogyakarta: Kanisius.
Handoko Martin, Dkk. (2004). Pendidikan Pada Usia Dini. Jakrta: Gramedia.
KV II. (1991). Gravissimum Educationis. (J. Riberu, penerjemah). Jakarta: KWI.
Konferensi Wali Gereja Indonesia. (1996). Iman Katolik Informasi dan Konfrensi. Jakarta: Obor.
Lalu Yosef. (2005). Katekese Umat. Jakarta: Komisi Kateketik KWI.
Leks Stefan. (2003). Tafsir Injil Lukas. Yogyakarta: Kanisius.
Leon Xavier. (1990). Ensiklopedi Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius.
Nasution, S. (1995). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Nyiolah Hendrik. (2005). Katekese Naratif. Yogyakarta: Kanisius.
Olivera Manuel. (1989). Group Media. Yogyakarta: Kanisius.
Pedoman Gereja Katolik Indonesia. (1995). Sidang Agung KWI Umat Katolik. Jakarta: KWI.
Sobur Alex. (1985). Butir-butir Mutiara. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Sumarno, DS., M. (2005). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik Pendidikan. Diktat Mata Kuliah PPL Pak Paroki Semester V,. Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma, Yokyakarta.
Bambang Sujiono, Dkk. (2005). Mencerdaskan prilaku Anak usia Dini. Jakarta: Gramedia.
Tim Publikasi Pastoral Redemptoris. (2001). Menjadi Keluarga Katolik Sejati. Yogyakarta: Kanisius.
Tim Penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Teleumbanua Marianus. (1999). Ilmu Kateketik, Hakekat, Metode dan Peserta Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor.
Yohanes Paulus II. Paus. 1983. Kitab Hukum Kanonik. Jakarta: Sekretariat MAWI dan Obor.
-------------- (16 Oktober 1979). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, SJ, penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI.
103
----------- (1993). Familiaris Consortio. (R. Hardawiryana, SJ, Penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI (22 November 1981).
----------- (1995). Directorium Catechisticum Generale. (J. S. Setyakarjana, SJ, penerjemah). Yogyakarta: Pusat Kateketik Yogyakarta. (29 Februari 1972).
----------- (1991). Apostolicam Actuositatem. (R. Hardawiryana, SJ, penerjemah) Jakarta: KWI.
Zanzucchi Anne Marie. (1999). Pendampingan Iman Anak. FIPA. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
104
DAFTAR LAMPIRAN
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA.
Yogyakarta, 6 Februari 2006
Kepada
Yth,bapak/ibu
Di tempat
Salam Damai Dalam Kasih Tuhan.
Bapak/ibu yang terkasih.
Untuk meningkatkan pendidikan iman anak dalam keluarga sehingga anak
sungguh menjadi orang beriman kristiani, maka saya mengharapkan bantuan berupa
sumbangan pendapat dari bapak/ibu untuk mengisi daftar pertanyaan di bawah ini.
Di lain pihak, sumbangan yang bapak/ibu berikan ini sungguh membantu saya dalam
pengumpulan data-data untuk penulisan skripsi dengan judul, “ KESADARAN
ORANG TUA AKAN PENTINGNYA PENDIDIKAN IMAN ANAK DALAM
KELUARGA KATOLIK STASI FLORENTINUS BABARSARI PAROKI
BACIRO. jawaban yang dibutuhkan bukan soal benar atau salah, tetapi jawaban
yang sungguh sesuai dengan kenyataan yang bapak/ibu alami.
Atas perhatian dan sumbangan bapak/ibu sebelum dan sesudahnya saya
ucapkan banyak terima kasih.
Hormat saya,
Karolina Bikan Lampiran 3: Kuesioner Penelitian.
( 2 )
Pentunjuk pengisian. Bapak/Ibu dimohon untuk melingkari salah satu huruf yang menjadi pilihan anda. dan jika pilihan bapak/ibu tidak sesuai dengan jawaban yang tersedia, diperkenankan mengisi titik-titik (…..) yang telah disediakan sesuai dengan pendapat anda. A. Identitas Responden. 1. Jenis kelamin.
a. Pria b. Perempuan.
2. Usia anda sekarang a. 20-25 tahun b. 26-30 tahun c. 31-35 tahun d. 36 tahun keatas
3. Pendidikan terakhir a. SMA b. Sarjana c. Mahasiswa d. Lain-lain yaitu……..
4. Pekerjaan a. Pegawai Negri b. Wirausaha c. Wiraswasta d. Lain-lain yaitu,………..
B. Pengetahuan Orang Tua Tentang Pendidikan Iman Anak. 5. Siapa pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam keluarga.
a. Orang tua b. Guru c. Gereja d. pengasuh.
6.Tugas orang tua dalam keluarga adalah: a. Mendidik dan membesarkan b. Mencari Nafkah c. Memberi makan dan minum d. Menanamkan nilai-nilai kristiani.
7. Mengajak anak untuk berdoa bersama merupakan: a. Kewajiban sebagai orang tua b. Pendidikan iman anak c. Keinginan saja d. Lain-lain
8. Apakah di rumah ada tersedia buku-buku rohani
a. Kitab Suci, Madah Bakti
( 3 )
b. Buku-buku renungan harian c. Buku Santo-Santa d. Majalah rohani
9. Apakah bapak/ibu sering mengajak anak berdoa bersama di lingkungan. a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah karena terlalu malam
10. Pernahkah bapak/ibu memperkenalkan kepada anak a. Umur 0-3 tahun b. Umur 4-6 tahun c. Umur 7-12 tahun d. 12 tahun keatas
11. Kegiatan apa yang sering bapak/ibu lakukan dalam hidup sebagai orang beriman kristiani a. Menekankan kesetiakawanan anak-anak dalam hidup di sekolah b. Menekankan pengampunan teman yang bersalah c. Menekankan sikap kejujuran dalam diri anak d. Menekankan perbuatan adil bagi anak-anak
12. Cara apa yang terbaik yang sering bapak/ibu lakukan untuk membantu perkembangan iman anak a. Mengajak anak untuk berdoa bersama b. Mengajak anak ke gereja dan mengikuti Ziarah bersama c. Mengajak anak untuk melayani orang sakit d. Mengajak anak untuk membantu orang tua di sawah
13. Menurut bapak/ibu iman bagi anak adalah: a. Penyerahan diri kepada Allah b. Jawaban manusia akan cinta Allah c. Manusia dengan bebas menyerahkan diri kepada Allah dengan
mempersembahkan akal budi serta kehendaknya kepada-Nya dengan bebas. d. Lain-lain………..
14. Pendidikan iman anak mempunyai tujuan: a. Membantu anak untuk berelasi dengan Tuhan. b. Membantu anak untuk mandiri dan beriman c. Membantu anak untuk menghayati hidup imannya melalui kedekatan dengan
Allah d. Lain-lain……………
15. Apakah bapak/ibu sering mengajak anak-anak untuk mengikuti sekolah Minggu a. Setiap hari Minggu b. Seminggu dua kali dalam bulan c. Seminggu sekali dalam bulan d. Tidak pernah.
( 4 )
C. Kesulitan-Kesulitan Orang Tua Dalam Mendidik Iman Anak. 16. Kesulitan apa yang sering bapak/ibu hadapi dalam mendidik iman anak
a. Kurang pengetahuan iman b. Kurang waktu bersama anak di rumah c. Terlalu sibuk bekerja d. Kurang memahami situasi anak dengan baik
17. Jika anak terlalu nakal dan sulit diarahkan bagaimana tidakan bapak/ibu dalam mengatasi permaslahan tersebut: a. Mengasihi b. Menasehati c. Memukul anak agar tidak nakal lagi d. Bersikap sebagai teman
18. Kesulitan bapak/ibu dalam mengaktifkan anak untuk mengukuti kegiatan gereja a. Anak yang nakal b. Tidak ada waktu untuk menghantar dan menjeput c. Terlalu bermain d. Terlalu jauh
19. Anak bapak/ibu sedang mengalami permasalahan apa yang harus dibuat a. Mendekati dan bertanya b. Menasehati dan menjadi sahabat mereka c. Membiarkan anak sendiri yang menyelesaikannya d. Bersama anak menyelesaikan masalah tersebut
20. Bapak/ibu sedang konflik dengan anak-anak bagaiman cara mengatasinya a. Saling memaafkan di depan anak-anak b. Saling mendiaminya c. Saling mempersalahkan d. Peknik bersama anak untuk menyelesaikan masalah tersebut
21. Dalam keluarga sering terjadi kemacetan dalam komunikasi, hal ini di sebabkan oleh
a. Kurang keterbukaan dalam keluarga b. Konflik antara bapak/ibu c. Anak-anak terlalu nakal sehingga sulit mengatasinya. d. Lain-lain………
22. Anak bapak/ibu sedang berkelahi tindakan apa yang harus dibuat a. Memarahi b. Memanggil dan mendengarkan kemudian minta maaf dengan saling
merangkul sebagai tanda kasih c. Memihak salah satunya d. Menegur dengan keras sehingga tidak terulang lagi.
( 5 )
Lampiran 4: Pertanyaan Wawancara 1. Berapa jumlah KK di setiap Lingkungan stasi Florentinus Babarsari ini? 2. Apa mata pencaharian umat di stasi Florentinus Babarsari? 3. Selain yang sudah terungkap, adakah pekerjaan lain dari umat? 4 Bagaimana jarak antara kedelapan lingkungan antara satu dengan lain? 5. Bagaimana tingkat pendidikan orang tua katolik di stasi Florentinus Babarsari? 6. Orang tua stasi Florentinus Babarsari adalah orang yang berpendidikan, sejauh
mana perhatian orang tua terhadap tingkat pendidikan anak? 7. Segagai koordinatar PIA dalam stasi Florentinus Babarsari ini, berapa jumlah
anak yang hadir dalam kegiatan sekolah Minggu ini? 8. Kegiatan rutin apa saja yang ada di lingkungan ini? 9. Mungkin ibu bisa menjelaskan kegiatan-kegiatan yang sudah dijalankan secara
rutin dalam lingkungan ini. 10. Apakah bapak/ ibu sering mengajak anak-anak dalam doa lingkungan? 11.Bagaimana pandangan orang tua terhadap kegiatan ini, apakah mereka
mendukung dengan menghantar anak-anaknya terlibat dalam kegiatan ini? 12. Jika demikian apakah anak-anak tetap setia dalam mengikuti sekolah Minggu
ini? 13. Menurut bapak ibu siapakah yang bertanggung jawab atas pendidikan iman
anak? 14. Kegiatan apa saja yang bapak-ibu lakukan dalam pendidikan iman anak dalam keluarga?
( 6 )
Lampiran 5: Susunan Pengurus
SUSUNAN PENGURUS ORGANISASI DEWAN STASI FLORENTINUS BABARSARI TAHUN 2003-2006
Ketua Umum Dewan Stasi : Romo Stasi St. Florentinus (ex-officio) Rm. Aloysius Budyo Pranoto, Pr. Ketua Dewan Stasi : Arnoldus Mau Stefanus Soedarman Komisi Pengembangan : 1. Ignatius Sunarto 2. D. Haryanto 3. W. Poegoeh Soedjito 4. Robertus Bambang Suwarnio 5. Elisabeth Irawati Budiadi Sekretaris I : Y. Sabarno Sekretaris : Stefanus R. Budihardjo Bendahara I : J. Buari Bendahara II : Odilia Sumarini Charles RT Ketua Bidang Liturgi Tim Liturgi : Agustinus Mulyono Valentina Sulastri Kristantoro Koordinator Lektor : Severinus Jeffry Mau Monewalu Koordinator Prodiakon : Engelbertus Maryono Kooordinator Dirigent : YF. Desi Hartanti Koordinator Organis : Hendrycus Widiyanto Koordinator Koor : Lusia Iswandari Purwoto Koordinator Putra/i Altar : Franciscus Apriwan Koordinator Tata Laksana : Y. Walidi Kusdiarto Koordinator Pemazmur : Charles Primacahya Koordinator Liturgi Harian : Constantinus Jeharus Paramenta : 1. Stefanus Subardi 2. Al Suyanto Ketua Bidang Kerygma : Engelbertus Maryono Kitab Suci : B. Dhapi Supriyatna Katekis : 1. Martinus Suharlin 2. FE. Sulistyaningsih Constan Pendampingan Iman Anak : W. Suwarsiyah Ketua Bidang Koinonia : Bernarda Retno Purwoko
( 7 )
Pendataan Paguyuban : Bernardus Bambang Sumanto Pengembangan dan Pemberdayaan Paguyuban : Rob. Bambang Maryono Paguyuban St. Yusuf : Engelbertus Maryono Paguyuban Lansia : Maria Kusidinar Sutrisno Paguyuban Worosemedi : Ana Sudjarwo Paguyuban Perempuan Katolik : 1. Godeliva Sumardjilah R 2. Andriana Magdalena S Paguyuban Kaum Muda Katolik : Agustinus Brani Kurnianto Paguyuban Persekutuan Doa Karismatik : Constantinus Jeharus Paguyuban Couple For Christ : Br. Bambang Sumanto Paguyuban Marriage Encounter : Antonius Mulyanto Maria Rosari Asih Suwarsih Ketua Bidang Diakonia : Octavianus Thomas Kristantoro Karya Kemasyarakatan : Chatarina Kusdartini Suwarnio Pangruktiloyo : 1. YB. Madiyono 2. Thomas Tumi M Pengembangan Sosial Ekonomi : 1. Paulus Bambang Setio 2. Theresia Nunik Sri Lestari 3. Theresia Maria Fahmani N Kerukunan Antar umat Beriman : B. Poegoeh Soedjito Pendidikan -Manajemen Organisasi : Antonius Erry Subagyo -Kesadaran Jender : Valentina Sulastrika Pendampingan Keluarga : Fransiskus Xaverius Kun Supriyanta Kehumasan & Komunikasi Sosial : 1. Matheus Abdullah Chaidir 2. Agustinus Aryo Idrasmoro 3. Aloysius Airlangga Bayuaji Ketua Bidang Umum : Thomas Sarbini Pemeliharaan dan Pembangunan Gedung : FC. Randim Nurgianto Pemeliharaan Lingkungan : FX. Kun Supriyanta Inventaris Gereja dan Sound system : 1. Fransiskus Asisi Suwarsono 2. Hilarius Agus Sugiastono Rumah Tangga Gereja : 1. Theresia Tutiek Kustinah 2. Rosalia Budimurwati Sumpeno 3. Lusia Etykristiani Bambang Haryanto 4. Elisabeth Haryani 5. Elisabeth Indartini Pius Gambiro 6. FE. Sulistyaningsih 7. Yoseph Heri Martono Keamanan : Fransiskus Xaverius Rusdiyanto Usaha Dana : 1. ST. Sutarya 2. Matheus Abdullah Chaidir 3. Pamong Lingkungan
( 8 )
Lampiran 6: Tugas Masing-masing pengurus stasi Florentinus Babarsari A. Ketua Dewan
• Tugas utama Dewan Stasi pada umumnya adalah memikirkan,
merencanakan, memutuskan, mengevaluasi, mempertanggungjawabkan apa
yang perlu dan bermanfaat untuk kehidupan dan karya stasi, khususnya di
bidang persekutuan hidup kristiani, pewartaan sabda, perayaan
liturgi/sakramen, penggembalaan dan partisipasi umat dalam membangun
masyarakat.
• Menyusun rencana kerja jangka pendek dn jangka panjang
• Melaksanakan rencana kerja yang telah disahkan Dewan Stasi pleno dan
mempertanggungjawabkan pelaksanan rencana kerja.
• Melaporkan pelaksanaannya kepada Dewan Paroki Pleno
• Menjamin terlaksananya pengurus harian.
• Mempersiapkan rapat/pertemuan.
• Menghadiri Dewan Paroki Inti dan Pleno secar periodik.
• Mengundang Dewan Stasi Inti dan Pleno secara lengkap atau sebagian
daripadanya menurut kebutuhan.
• Memberikan laporan tahunan kepada Uskup melalui RomoParoki.
B. Sekretaris
• Bertanggung jawab atas penyelenggaran rapat dewan dengan membuat
undangan, menyusun acara, melancarkan pelaksanaan rapat dan membuat
notulen.
• Menyampaikan informasi penting kepada umat, bekerja sama dengan
secretariat stasi ( pengumuman Gereja ) dan dengan pmong lingkungan
(melalui surat).
• Bekerja sama dengan para dewan untuk membuat dan mengirimkan surat
keluar, a.l.: permohonan asistensi, permohonan untuk keperluan gereja,
ucapan terima kasih, dll. Khususnya juga membuat berbagai surat keputusan
dan pengangkatan terkait.
( 9 )
• Mengarsip surat masuk dan keluar serta laporan-laporan berbagai kepanitiaan
dan kegiatan parochial.
• Sejauh dipelukan, sekretariat siap membantu ketua dan coordinator seksi
dalam urusan surat menyurat.
C. Bendahara
• Bertanggung jawab atas kekayaan Gereja yang menyangkut keuangan,
mengelola sesuai dengan tanggung jawabnya, yaitu meghitung dan menerima
uang kolekte dan sumber keuangan lain dan penyimpanannya pada Bank
yang ditunjuk.
• Membuat pembukuan dan mengeluarkan untuk operasional stasi serta
menyetorkan uang ke paroki serta menyetorkan uang ke Keuskupan,
Kevikepan, Seminari dan Pastoran sesuai dengan kapasitasnya.
• Dasar pedomannya mengcu pada Pedoman Keuangan KAS. Dilaksanakan
bersama antara bendahara I dan II dengan pembagian tugas yang jelas.
• Secara rutin melaporkan ke kAS melalui Romo Paroki dan
menginformasikannya kepada Dewan Stasi.
• Mebuat perencanaan anggaran dan penggalian dana.
D. Ketua Bidang Liturgia
• Membawahi tim Liturgi dan Paramenta yang terdiri dari: kelompok Lektor,
Prodiakon, Dirigen, Organis, Koor, Putra Altar, Tata Laksana, Pemazmur,
dan Liturgi harian.
• Beratnggung jawab atas jalan dan kelancaran peribadatan dan pengembangan
iman umat sesuai dengan bidangnya.
• Mewakili Dewan Stasi menghadiri rapat dan acara tertentu di dalam maupun
di luar stasi, sekaligus mewakili bilamana Dewan Stasi berhalangan.
• Ikut dalam petemuan kolasi Dewan Paroki dan melibatkan diri dalam
program kerja sama antar Dewan se-Kevikepan DIY.
( 10 )
E. Ketua Bidang Kerygma
• Membawahi seksi Kitab Suci, Katekis, dan pendampingan Iman Anak (PIA),
PIRA dan PID
• Bertanggung jawab atas pengembnagna iman umat stasi a.l.: dengan
memasyrakatkan Arah Dasar KAS, menyelenggarakan pendalaman-
pendalaman iman. Menyelenggarakan pertemuan rutin guru agama dan
mengadakan kaderisasi. Bersama seksi liturgy dan pamong lingkungan
mengatur pelaksanaan sakramen permandian, komuni pertama, dan krisma.
Pendataan nama dan temapat pelajaran agama di lingkungan.
• Mewakili Dewan Stasi menghadiri rapat dan acara tertentu di dalam maupun
di luar stasi, sekaligus mewakilinya bilamana Dewan Stasi berhalangan.
F. Ketua Bidang Koinonia
• Membawahi dan mengkoordinir paguyuban yang ada di stasi.
• Secara aktif membina dan mendorong paguyuban yang ada untuk mencapai
pengembangan visi paguyuban.
• Mewakili Dewan Stasi menghadiri rapat dan acara tertentu di dalam maupun
di luar stasi, sekaligus mewakilinya bilamana Dewan Stasi berhalangan.
G. Ketua Bidang Diakonia
• Membawa seksi-seksi Karya Kemasyarakatan, Pangrutiloyo, Pengembangan
Sosial Ekonomi, Kerukunan Antar Umat Beragama, Pendidikan,
Pendampingan Keluarga, Kehumasan dan Komunikasi.
• Membina dan mengkoordinir sesuai bidang masing-masing.
• Mewakili Dewan Stasi menghadiri rapat dan acara tertentu di dalam maupun
di luar stasi, sekaligus mewakilinya bilamana Dewan Stasi berhalangan.
( 11 )
H. Ketua Bidang Umum
• Membawahi bidang pemeliharaan dan pengembangan.
• Bertanggung jawab atas terpeliharanya keutuhan, kenyamanan, keamanan,
kebersihan bangunan fisik gereja, pasturan, panti pemuda.
• Merencanakan dan melaksanakan pengembangan fisik gereja, termasuk
penghimpunan dananya.
• Menyelenggarakan pelayanan kerumahtanggaan pasturan.
• Mewakili Dewan Stasi menghadiri rapat dan acara tertentu di dalam maupun
di luar stasi, sekaligus mewakilinya bilamana Dewan Stasi berhalangan.
( 12 )
Lampiran 7: Lagu-Lagu
1. TUHAN KAMI BERSYUKUR
Reff. Tuhan kami bersyukur Tuhan kami bersyukur
Alam raya ciptaan-Mu Kami juga ciptaan-Mu
Anak-anak Kau sayangi Kami juga Kau sayangi
2. YESUS TUHAN TERIMLAH DIRI KAMI Yesus Tuhan terimalah diri kami Jiwa dan raga dan seluruh hati Supaya kami hidup bagi-Mu Dan suka duka dalam nama-Mu Dan supaya kami hidup bagi-Mu Dan suka duka dalam nama-Mu
Kuatkanalah dengan berkat dan rahmat Supaya kamipun selalu taat pada perintah Dan amanat-Mu Dan menghayati hidup bagi-Mu Pada perintah dan amant-Mu dan Menghayati hidup bagi-Mu
3. TUHAN ALLAH NAMAMU KAMI JUGA
Tuhan Allah nama-Mu kami puji dan mazmurkan Isi dunia sujud di hadapan-Mu ya Tuhan Bala Surga menyembah Dikau khalik semesta
Bapa agung dan kudus maha murah dan rahmani Putra tunggal penebus Roh penghibur yang sejati Langit bumi penuh dengan kemuliaan nama-Mu
Tiapa hari nama-Mu kami puji dan muliakan Kini dan selalu trus samapi kesudahan jaman Buat kami bertekun hingga hari datang-Mu
( 13 )
4. TERPUJILAH ALLAH DI SURGA
Terpuji Allah di Surga megah Berdandan terang di langit cerah Wahana-Nya awan terbang terbentang Terlindunglah bumi dengan sayap-Nya
Tetap dan teguh kuasa Allah Bertakwalah seluruh alam Lautan dan bumi serta isinya Tertunduh kelu mengemban titah-Nya
Seluruh alam menyanyi merdu Berkidung terus memuji Engkau Dan alu umat-Mu pun ingi serta Mengangkat pujian sykur dan sembah
( 14 )
Lampiran 8: Teks Kitab Suci
HAL BERDOA Matius, 6:9-13
9 Karena itu berdoalah demikian,
Bapa Kami yang ada di Surga
Dikuduskanlah nama-Mu
10 Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu
Di Bumi seperti di dalam surga
11 Berikanlah kami pada hari ini
Makanan kami yang secukupnya
12 Dan ampunilah kami akan kesalahan kami,
Seperti kami juga mengampuni orang
Yang bersalah kepada kami
13 Dan janganlah membawa kami ke dalam percobaan
Tetapi lepaskan kami dari pada yang jahat.
( Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan
kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin).
( 15 )
Lampitan 9: Teks Familiaris Consortio art. 36
“Hak dan kewajiban orang tua mengenai pendidikan”. Tugas mendidik
berakar dalam panggilan utama suami-istri untuk berperan serta dalam karya
penciptaan Allah. Dengan membangkitkan dalam dan demi cinta Allah seorang
pribadi yang baru, yang dalam dirinya mengemban panggilan bertumbuh dan
mengembangkan diri. Orang tua sekaligus sanggup bertugas mendampinginya secara
efektif untuk menghayati hidup manusiawi sepenuhnya. Konsili Vatikan II
mengingatkan : “Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak,
maka terikat kewajiban amat berat untuk mendidik mereka. Oleh karena itu, orang
tualah yang harus diakui sebagai pendidik pertama dan utama. Begitu pentinglah
tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan sangat sukar pula dapat dilengkapi.
Sebab merupakan kewajiban orang tua menciptakan lingkup keluarga yang diliputi
semangat bakti kepada Allah dan kasih terhadap sesama”.
Hak maupun kewajiban orang tua untuk mendidik bersifat hakiki, karena
berkaitan dengan penyaluran hidup manusiawi. Selain itu juga bersifat asali dan
utam terhadap peran serta orang-orang lain dalam pendidikan Karen keistimewaan
hubungan cinta kasih antara orang tua dan anak-anak. Lagipula tidak tergantikan dan
tidak dapat diambil alih, dank arena itu tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada
orang lain.
Peranan orang tua selaku pendidik iman anak yang pertama dan utama dalam
keluarga adalah cinta kasih dan perhatian, yang menyempurnakan kepada kehidupan.
Cinta kasih merupakan prinsip yang menjiwai, karena itu norma cinta kasih
mengarah kepada segala yang konkrit dalam mendidik, memperkaya nilai-nilai iman
kristiani, seperti: pengampunan, cinta kasih, keramahan, kejujuran, ketabahan,
kebaikan hati, pengabdian, sikap tanpa pamrih dan pengorbanan diri.
( 16 )