kerjaan teknik penyanggaan
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
1/28
BAB I
TEKNIK PENYANGGAAN
DAN PERKUATAN PADA TEROWONGAN
1.1. Tujuan utama merancang penyangga pada lubang buka di bawah tanah
adalah untuk membantu massa batuan menyangga dirinya sendiri.
Gambar 1.1 adaiah contoh sebuah terowongan yang digali secara full face
dengan pemboran dan peledakan, menggunakan penyangga besi (steel set
support) yang dipasang sesudah mucking.
Horisontal dan vertikal in-situ stress dianggap sama = po
- Pada tahap 1, tunnel face belum mencapai seksi x-x.
Massa batuan yang berada pada bagian dimana tunnel akan dibuat
dalam keadaan seimbang dengan massa batuan disekelilingnya.Tekanan yang diberikan oleh penyangga p tpada profil yang akan
digali sama dengan in-situ stress po (titik A pada Gambar 1.1).
- Pada tahap 2, tunnel face sudah melewati seksi x-x dan tekanan penyangga pt
yang sebelumnya diberikan oleh batuan yang berada didalam
tunnel, turun menjadi 0.
Bagaimanapun juga, tunnel tidak akan runtuh karena deformasi radial u
dibatasi oleh ujung tunnel (tunnel face) dengan pengendalian yang cukup
baik. Jika pengendalian u oleh face tidak ada, tekanan penyangga ptyang
diberikan oleh titik B dan C pada gambar 1.1 yang dibutuhkan untuk
membatasi u adalah sama.
Tekanan penyangga pi yang dibutuhkan untuk membatasi u pada atap
(roof) adalah lebih besar dari yang dibutuhkan untuk membatasi u pada
dinding (side wall) karena berat dari daerah batu lepas (zone of loosened
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
2/28
rock) diatas atap tunnel harus ditambahkan untuk menghitung tekanan
penyangga yang dibutuhkan untuk membatasi strees yang menyebabkan
displacement pada atap.
-Pada tahap 3, tunnel sudah selesai di-"mucking" dan steel set sudah
dipasang dekat dengan face. Pada keadaan ini, penyangga
belum terbebani seperti ditunjukkan oleh titik D pada Gambar
1.1, karena tidak ada deformasi yang terjadipada tunnel.
Jika batuan mempunyai sifat deformasi yang tidak tergantung
pada waktu, maka deformasi radial tunnel masih ditunjukkan
oleh titik B dan C.
-Pada tahap 4, tunnel face maju kira-kira 1 1/2 kali diameter dari seksi x-x
dan pengendalian deformasi didekat face sudah berkurang
sekali. Oleh karena itu deformasi radial selanjutnyadari dinding
dan atap dinyatakan oleh kurva C E G dan B F H pada Gambar
1.1.
Deformasi radial atau convergence dari tunnel menyebabkan
penyangga terbebani.
Tekanan penyangga pt yang tersedia dari steel set bertambah dengan
deformasi radial tunnel seperti digambarkan oleh garis D E F.
- tahap 5, tunnel face maju jauh dari seksi x-x sehingga tidak ada lagi
pengendalian untuk massa batuan pada seksi x-x.
Jika tidak ada
penyangga-penyangga yang dipasang, maka deformasi radial pada
tunnel bertambah seperti digambarkan oleh kurva E G dan F H pada
Gambar 1.1.
Untuk dinding, tekanan yang dibutuhkan untuk membatasi deformasi
turun menjadi 0 pada titik G dan dalam hal ini dinding akan stabil jika
tidak ada lagi gaya yang dapat menyababkan deformasi.
Dipihak lain, penyangga yang dibutuhkan untuk membatasi deformasi
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
3/28
pada atap turun sampai minimum dan akan mulai lagi naik. Ini karena
displacement kebawah atap dari daerah batuan lepas di dalam atap
Po= Stress insitu vertikal = Stress insitu horizontal
Gambar 1.1
Kurva load-deformation massabatuan dansistem penyangga menurut DAEMAN
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
4/28
menyebabkan tambahan batuan yang menjadi lepas dan berat dari
tambanan batuan lepas, ditambahkan untuk tekanan penyangga yang dibutuhkan.
Pada contoh diatas, atap akan runtuh jika tidak ada penyangga yang
dipasang di dalam tunnel.
Gambar 1.1 dibagian bawah, kurva reaksi penyangga untuk steel set
berpotongan dengan kurva Load-deformasi dinding dan atap terowongan pada
titik E dan F.
Pada titik-titik ini, tekanan penyangga yang dibutuhkan untuk membatasi
deformasi pada dinding dan atap adalah tepat seimbang dengan tekanan penyangga
yang tersedia dari steel set dan terowongan dan sistem penyangga adalah dalam
keseimbangan stabil.
Gambar 1.2
Grafik LANE
P
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
5/28
Penyangga Pada Pembuatan Tunnel Dengan Cara Klasik dan Dengan Cara
NATM
Tunneling dengan metoda klasik :
- Pemasangan penyangga sementara (temporary support) membutuhkan
waktu lama.
- Kontak antara penyangga sementara dan batuan tidak kontinu.
- Penyangga sementara membutuhkan tempat dan dapat mengurangi penampang
terowongan sampai 30 %.
- Karena pemasangan penyangga tetap (permanent support) lama maka batuan
disekitar tunnel kehilangan tegangan dan mengalami deformasi yang besar -->
akan terjadi "overbreak".
Gambar1.3 menunjukkan penyangga pada metoda kiasik dan NATM.
Kurva Intrinsic Untuk Metoda Klasik
o ----> Kurva interinsic dari karakteristik batuan sebelum penggalian kurva
intrinsic ini berubah secara tidak menguntungkan dari segi kestabilan selama
penggalian dan sesudah lubang buka terbentuk , kurva ini menjadi kurva 1 (Kurva 1
jika panggalian secara mekanis, kurva 1jika menggunakan bahan peledak).
Disini tidak diperhatikan cara operasi dan rencana oenggalian yang merupakan
faktor penting juga.
Jika terjadi kehilangan tegangan, maka kekuatan batuan turun secara drastis (kurva 2
atau 3) sehingga dengan mudan kekuatan batuan dapat dilampaui oleh stress yang
bekerja (digambarkan oleh lingkaran Mohr).Fenomena ini dapat menyebabkan gangguan pada massa (seperti kelakuan
batuan menjadi plastik, deformasi yang besar, terjadi hancuran dan retakan
batuan setempat, dll).
Menurut Prof. Muller (1964) pengembangan volumik sekitar 2 sampai 3 % dapat
menyebabkan menurunnya kekuatan batuan sampai 80 - 90 %.
Pada NATM degradasi batuan tidak akan terjadi karena :
1.
Cara penggalian tidak "full face".
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
6/28
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
7/28
Gambar 1.3
Penyangga Pada Metoda Klasik dan NATM
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
8/28
1.2.
Penyangga Kayu
1.2.1. Material Kayu
Kayu sudah sejak lama dikenal sebagai bah an penyangga di berbagai
operasi penambangan bawah tanah. Sebagaibahan penyangga, keuntungan yang
dimiliki material kayu adalah :
a. Ringan, mudah bibawa, dibentuk dan dipasang.
b. Akan retak sepanjang seratnya sehingga mudah dideteksi.
c. Sisa potongan atau patahan dapat digunakan sebagai pasak, material isian
dan sebagainya.
Adapun kerugiannya adalah sebagai berikut :a. Kekuatan mekaniknya tergantung pada struktur serat dan cacat a 1ami.
b. Kelembaban dapat mempengaruhi kekuatannya.
c. Jamur dan hewan yang tinggal didaerah lembab berpengaruh dalam
penurunan kekuatannya.
d. Mudah terbakar.
Kayu sebagai penyangga harus mampu menyangga beban dengan aman.
Karenanya dalam perancangan penyangga kayu, kekuatan kayu dan beban yang
akan diterima perlu diperhatikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu :
a. Kandungan air.
b. Struktur serat.
c. Cacat alami seperti knot dan crack.
Adapun kekuatan kayu dari berbagai kelas, menurut PKKI 1961, dapat dilihat
pada Tabel I.1.
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
9/28
Tabel I.1
Kekuatan Kayu
Sesuai dengan bentuk susunan dalam pemasangannya penyangga kayu
mempunyai nama berbeda anatara lain :
a. Three piece set
b. Square set.
c.
Cribbing.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.4.
1.2.2. Perancangan Penyangga Kayu
Perancangan penyangga kayu terdiri dari penentuan ukuran yang cocok
untuk "cap", "post" dan perlengkapan lainnya. Susunan dari penyangga kayu
yang sering digunakan adalah "three pieces set", Dengan mengetahui tegangan-
tegangan yang terjadi, maka ukuran "cap dan "side post dapat ditentukan.
a. Tegangan pada cap
Kayu yang digunakan sebagai cap harus mempunyai kuat pelengkungan
yang lebih besar dari tegangan pelengkungan yang dialami. Tegangan
pelengkungan dihitung sebagai berikut :
qt = t x a
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
10/28
Mmax = 0, 125 qt 2
b = M max / W ef
W =bh2/ 6 (penampang persegi)
= d3/ 32 (penampang lingkaran)Dengan qt =beban persatuan panjang (t/m)
t = tekanan pada penyangga (t/m2)
a =jarak antar penyangga (m)
Mmax =momen pelengkungan maksimum (tm)
=panjang cap
b = tegangan pelengkungan
ef = tegangan pelengkungan dari kayu yang diijinkan
W = modulus tampang (m3)
b = lebar penampang kayu (m)
h = tinggi penampang kayu (m)
d = diameter penampang kayu (m)
b. Tegangan pada side post
sidepost menerima tekanan dari samping dan reaksi panjang ujung cap.
Karenanya dalam perancangan tegangan tekan dan tegangan pelengkungan
harus dihitung, biasanya diameter side post yang digunakan relatif sama
dengan cap. Tegangan pada side post dihitung sebagai berikut :
ef n t
ef - W R/F 0,85 Mmax / w
F = dy 2 = 0,785 dy 2Mmax= 0,125 qy y2W = 0,098 dy
3
= 4 k/dy= 4 y/dy = f ()
R
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
11/28
ef - 0,637 / dy2 1,084 y 2/dy2dengan :
n = tegangan normal (t/m2)
f = buckling factor (lihat tabel I.2)
= angka kerampingan ( slenderness)
R = Beban reaksi (ton)
= beban samping (t/m)y = panjang side post (m)dy = diameter side post (m)
k
y = panjang untuk penekukan (m)
Tabel I.2
Buckling Faktor
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
12/28
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
13/28
1.3.
PENYANGGA BAJA
1.3.1.
Material Baja
Baja dalam penggunaannya sebagai bahan bangunan memiliki beberapa
keuntungan antara lain :a. Dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan
b. Mempunyai modulus elastisitas E yang besar, sehingga deformasi yang
diakibatkan oleh beban menjadi kecil
c.
Relatif mudah dalam pelaksanaan.
Kekuatan baja sesuai dengan PBBI 1984 dapat dilihat pada tabel I.3
Tabel I.3
Kekuatan Baja
Baja yang banyak terdapat dipasaran dan banyak digunakan adalah Bj 37 dengan
tegangan dasar 1600 kg/cm2.
Pada umumnya modulus elastisitas baja adalah sama besarnya walaupun
tegangan lelehnya berbeda begitu juga dengan angka pembanding Poisson (Poissons
ratio). Sifat mekanik dari baja adalah :
E = 2,1 x 106kg/ cm
2
= 0,3
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
14/28
1.3.2.
Jenis Penyangga Baja
Terdapat bermacam-macam cara penyanggan dengan baja seperti terlihat pada
gambar 1.5 :
a.
Countiniuous rib type (leg dan rib bersatu)b. rib and post type (rib diatas post)
c. rib andpost wall type
d.
rib wall plate and post type (rib diatas well plate dan post)
e.
full circle rib type
Pada umumnya, untuk mencegah pergerakan dan keruntuhan atap rib dipasang
lagging. Pada umumnya lagging dipasang searah dengan sumbu memanjang
terowongan (gambar 1.6)
1.3.3. Analisa Tegangan pada Bubur Baja
Ay = By =
.(1.1)
M = 0,5 untuk 0 < < (1.2)M = - Ay .x untuk 0 < x < h (1.3)
N = -
r cos
2
- Aysin
. (1.4)
Dimana : Ay= By = reaksi horisontal (ton)
h = jarak vertikal dari busur (m)
r = jari-jari busur (m)
= beban merata (uniform load) dalam ton/mM = momen
N = gaya normal terhadap penampang (ton)
Untuk menentukan momen maksimal, persamaan 1.2 harus di deferensialkan :
( ) .. (1.5)
( i ) cos = 0 , maka = /2 .. (1.6)( ii ) ( )= 0 .. (1.7)
.. (1.8)
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
15/28
Dengan memasukkan nilai ke persamaan 1.2 akan diperoleh
momen maksimum :
Mmax = 0,5 - Ay ( h + r ) .. (1.9)Mmax = - Ay( h + 0,5 Ay/ ) (1.10)
N = - Ay ............... (1.11)
N = - (1.12)Persamaan 3.10 dan 3.12 mempunyai harga lebih besar dibanding persamaan 3.9
dan 3.11.
Penampang dan mutu baja yang dipilih dapat menggunakan persamaan berikut :
||
=
. (1.13)
Dengan || = tegangan absolut (ton/m2)F = luas penampang baja yang dipilih (m
2)
W = Modulus tampang (m3)
= tegangan dasar, dari baja yang dipilih (t/m2)Harga-harga F dan W dapat dilihat pada tabel salah satu contoh penampang baja
(tabel 1.4)
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
16/28
Gambar 1.5Macam-macam Peyangga Baja
Gambar 3.6
Macam-macam Lagging
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
17/28
Gambar 1.7Tegangan dan momen yang bekerja pada penyangga Busur Baja
Tabel 1.4
Penampang Baja
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
18/28
1.4.
BAUT BATUAN (ROCK BOLT)
Penggunaan baut batuan untuk menjaga kestabilan atap dan dinding lubang
bukaan, tergantung kepada kuat ikat (anchoring capacity) baut batuan dengan
batuan, selain tegangan dasar (yeild strength) dari baut batuan tersebut.Persyaratan yang harus dipenuhi untuk pengikatan (anchoring) baut batu
adalah :
a.
Pengikatan harus kuat
b.
Batuan tempat pengikatan harus kuat dan kontinyu
c. Panjang baut batuan harus cukup untuk menciptakan pre-compression
zone sekitar lubang bukaan untuk mengatasi stress failure. Baut batuan
harus terikat di belakang daerah tarikan (tension zone)
Sedangkan Talobre memberikan aturan yaitu :
a. Pemasangan dan ukura/dimensi baut batuan bergantung kepada keadaan
batuan. Baut batuan pada batuan agak kuat, mempunyai jarak dan panjang
lebih rapat dan lebih panjang. Batuan plastis tidak cocok untuk dilakukan
penyanggaan dengan baut batuan (roof bolting)
b. Ketebalan dari batuan (tempat pengikatan) harus mampu menerima beban
c. Panjang baut batuan harus paling sedikit sama dengan ketebalan batuan
yang disangga ditambah dengan jarak rata-rata antar baut batuan
d.
Jarak tiap baut batuan diusahakan seragam
Terdapat bermacam-macam baut batuan antara lain (gambar 1.8) :
a. Slot & wedge bolt
b. Expansion bolt
c. Grouted bolt
d. Resin bolt
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
19/28
Gambar 1.8
Macammacam baut batuan
Pada batuan dengan kualitas baik, pengikatan cara mekanis (mechanical
anchoring) misalnya expansion shell sangat cocok digunakan. Pada batuan lebih
lemah atau batuan lebih lunak, egektifitasnya menurun dengan adanya kehancuran
lokal (local crushing).
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
20/28
Gambar 1.9
Perfobolt
Pengikatan dengan adonan semen (grouted/mortar) kurang baik dibandingkan
dengan pengikanan secara mekanis atau dengan resin. Kesulitannya adalah
penempatan aonan semen pada bagian ujung baut batuan (anchor root) di dalam
lubang bor. Pengikatannya pun bergantung kepada besarnya gaya geser antara
dinding lubang bor dengan adonan ketika mengering. Karena adonan tidak
menerima tekanan yang besar, kemungkinan kecil adonan akan masuk ke dalam
celah-celah pada dinding bor sehingga kurang memberikan pengikatan yang kuat.
Contoh dari baut batuan dengan adonan semen adalah perfobolt. Pada perfobolt, adonan semen kental ditaruh dalam tabung berlubang
(perfotube) dan dimasukkan dalam lubang bor. Ketika batang baut batuan
(tendon/rebar bolt) dimasukkan ke dalam perfotube, adonan semen keluar dari
tabung dan mengisi ruang antar dinding lubang bor dengan baut batuan.
Pengikatan dengan resin(resin anchoring) memberikan kuat ikat yang besar
dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara grout anchoring.
Resin terdiri dari campuran :
Polyester resin 28,5%
Filler (crushea limestone) 66 % + catalist
Accelator 0,5 %
Panjang dan jarak baut batuan adalah :
- Panjang 1 :
atap yang kuat (strong roof) = L/3 (1.14)atap yang lemah (weak roof) = L/2 (1.15)
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
21/28
- Jarak b :
b = 2/3 = 2/9 L (1.16)
.(1.17)
Diameter baut batuan ditentukan berdasarkan yield strength dari bahan baut
batuan :
Rmax = . F (1.18)R = Rmax / n =
(1.19)
Dimana :
L = lebar lubang bukaan
Rmax = beban maksimum yang boleh diberikan kepada baut batuan
= bobot isi batuan = tegangan ijin atau yield strength dari baut batuanF = luas penampang baut batuan
R = beban tarik yang boleh diberikan kepada baut batuan
N = faktor keamanan 2 - 4
Untuk menstabilkan suatu block failure pada suatu dinding lubang buka, dapat
digunakan perhitungan seperti terlihat pada gambar 1.10.
a) b)
Gambar 1.10
Rock Bolting pada dinding
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
22/28
Gambar 1.10 a :
PB =
=
=
..(1.20)
Gambar 1.10 b :
R = PF = =
PF =
(1.21)
1.5. PENYANGGA BETON
Beton adalah campuran antara semen, pasir dan air yang kadang-kadang
ditambah CaCl2 (Calcium Chlorida) yang berfungsi mempercepat waktu
pengerasan (curing time).
Dalam bidang teknik, beton banyak digunakan karena antara lain :
a. Mempunyai kuat tekan tinggi
b. Mudah dalam pelaksanaan kontruksi
c.
Bahan-bahan mudah didapat
d. Tahan terhadap pengaruh cuaca
e. Relatif ekonomis
Kelemahan dari beton adalah :
a. Mempunyai kuat tarik rendah
b. Dapat hancur tiba-tiba, tanpa menunjukkan tanda-tanda lebih dahulu
c. Hancuran beton tak dapat digunakan lagi.
Untuk mengatasi kuat tarik yang rendah, beton dipasang tulungan baja yang
ditanam di dalam kontruksi beton sehingga membentuk satu kesatuan yang
disebut beton bertulang (reinforced concrete).
Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI) 1971, kelas dan
mutu beton terlihat pada Tabel I.5.
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
23/28
1.5.1.
Selimut beton (Concrete Lining)
Dalam kontruksi beton berbentuk lengkung yang disebut selimut beton,
tekanan yang dapat dihasilkan oleh selimt beton atau tekanan maksimum yang
diperbolehkan adalah :
Pscmax =Pc con [
] (5.1)Dengan :
Pscmax = tekanan yang dapat dihasilkan oleh selimut beton ( kg/cm2)
Pc con = Kuat tekan veton yang digunakan ( kg/cm2)
=jari-jari dalam (cm) = tebal selimut beton (cm)
Tabel 3.5
Kelas dan Mutu Beton
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
24/28
Gambar 1.11
Selimut Beton
1.5.2.
Beton Tembak (Shotcrete)
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh beton tembak adalah :
a.Shotability yaitu kemampuan untuk dapat melekat di atas dengan
kemungkinan kecil untuk dapat lepas.
b.Kekuatan awal (early strenght) harus cukup kuat untuk menyediakan
penyanggaan dalam waktu kurang dari 4-8 jam.
c.Harus mampu mencapai kekuatan 28 hari dengan komposisi
pemercepat (accelator) yang dibutuhkan untuk mendapatkan kekuatan
awal.
d.
Tahan lama terhadap pengaruh cuaca
e.Ekonomis
Karena beton tembak dipergunakan beberapa saat setelah penggalian, maka
diperlukan kekuatan awal sehingga mampu memberikan penyanggaan dengan
segera. Untuk itu pada campuran bahan untuk semen ditambahkan pemercepat
yang mengandung garam-garam larut dalam air (water soluble salts), yang
berfungsi mempercepat pengerasan.
Dengan menggunakan pemercepat 3 %, campuran beton tembak dapatmencapat kekuatan 0,69 Mpa (6,9 kg/cm
2) dalam jangka waktu antara 2 sampai 3
jam dan dapat bertambah kekuatannya dalam jangka waktu yang relatif pendek.
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
25/28
Tabel 1.6
Pengaruh Penambahan Pemercepat (Accelerator)
Tehadap Kuat Tekan Beton Tembak
Ketebalan beton tembak dapat dihitung dengan rumus Rabcewicz
t = 0, 434
dengan : t = tebal beton tembak (m)
p = tekanan pada beton tembak ( t/m2)
r = jari-jari (m)
= tegangan geser yang diijinkan dari bahanBeton tembak (t/m
2)
= 0,2 t (kuat tekan beton)
1.6. PENYANGGAAN KHUSUS
1.6.1. Forepoling
Ini adalah salah satu bentuk penyanggan dari kayu atau baja atau kombinasi
yang diterapkan untuk pemuka kerja pada penggalian di batuan lunak. Pemasangan
forepoling dimaksudkan untuk mencegah runtuhnya atap pada saat penggalian
dilakukan.
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
26/28
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
27/28
1.6.4.
Powered Roof Support
Powered Roof Support adalah suatu bentuk penyangga yang diterapkan pada
suatu tambang Batubara Modern (Modern Long Wall). Powered Roof Support ini
tidak hanya bertugas menyangga atap tetapi juga bertugs untuk mendorong
Conveyor depan dan Spill plate, bergerak maju dengan etenaganya sendiri, dan
menyediakan ruang yang cukup aman untuk kegiatan penambangan. Bentuk dari
salah satu Powered Roof Support (Shield Support) dapat dilihat gambar 1.14.
Gambar 1.13
Hydraulics Props
-
8/10/2019 Kerjaan Teknik Penyanggaan
28/28
Gambar 1.14
Shield Support
1.6.5.
Truss Bolting
Truss Bolting ini diperkenalkan pada akhir 1960-an sebagai alat untuk
mengatasi kondisi atap yang jelek dimana kondisi tersebut tidak dapat diatasi
dengan Roof Bolt atau metoda konventional lainnya. Metoda ini dikembangkan
pada tambang Batubara di Inggris dan merupakan patent dari Birmingham Bolt
Co.
Prinsip dari penyangga jenis ini dapat dilihat pada gambar 1.15.
Gambar 1.15
Truss Bolting