kerentanan wilayah tanaman semusim terhadap …
TRANSCRIPT
KERENTANAN WILAYAH TANAMAN SEMUSIM TERHADAP PERUBAHAN IKLIM (STUDI KASUS : KECAMATAN DRAMAGA DAN
KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BOGOR) 1Neneng Eva Nurfadillah 2Sobirin 3Tarsoen Waryono
1)2)3)Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok [email protected]
Abstrak
Perubahan Iklim merupakan salahsatu peristiwa alam yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, seperti tanaman semusim. Penelitian ini mengkaji kerentanan wilayah tanaman semusim di Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Cisarua yang berada Kabupaten Bogor terhadap perubahan iklim, dimana fenomena perubahan iklim yang terjadi di wilayah penelitian dideteksi dengan menganalisis tren perubahan suhu dan curah hujan. Kerentanan wilayah terhadap perubahan iklim dipengaruhi oleh tiga dimensi kerentanan yaitu keterpaparan, sensitivitas, dan kapasitas adaptif. Ketiga dimensi tersebut disusun oleh variabel-variabel yang ditentukan berdasarkan studi literatur dan penelitian terdahulu. Sebelum dianalisis, maka dilakukan skoring terlebih dahulu terhadap variabel dengan menggunakan metode AHP sehingga dihasilkan bobot pengaruh setiap variabel terhadap nilai kerentanan wilayah. Analisis menunjukkan bahwa tingkat kerentanan wilayah tanaman semusim terhadap perubahan iklim di kecamatan Dramaga dan Cisarua adalah sedang dan rendah, dimana kategori sedang mendominasi. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa pengaruh variabel, dimana variabel (ketersediaan) irigasi adalah penyebab utama perbedaan kerentanan tersebut.
Climate Change Regional Vulnerability of Seasonal Plant (Case Study : Dramaga Sub District and Cisarua Sub District, Bogor District)
Abstract
Climate change is one of the natural events that influence plant growth, such as annual plant. This study examines the vulnerability of seasonal crops area to climate change in the Dramaga sub district and Cisarua sub district, Bogor district, where the phenomenon of climate change that occurred in the study area are detected by analyzing the trend of changes in temperature and rainfall. The vulnerability of the region is influenced by three dimensions: exposure, sensitivity and adaptive capacity. The third dimension is composed by variables that are determined based on literature study and previous research. Before analyzed, the scoring is done prior to variable by using AHP to produce the weight of influence of each variable on the value of the vulnerability of the region. Analysis showed that the degree of vulnerability of seasonal plant area to climate change in the sub-district Dramaga and Cisarua are low and medium, which medium is most dominate. It is caused by several influences of variables, where variables (availability) of irrigation is the main cause of the susceptibility differences.
Keywords : climate change; rainfall; air temperature; vulnerability; seasonal plant; irrigation
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan Iklim merupakan isu global yang cenderung berpengaruh negatif terhadap
keberlangsungan kehidupan di bumi. Hal ini dikarenakan perubahan iklim menyebabkan
berubahnya suhu dan curah hujan yang membuat keberlangsungan kesehatan lingkungan fisik,
sosial, ekonomi, dan keberlangsungan kehidupan lainnya terganggu.
Dalam hal pengaruhnya, perubahan iklim ini dapat berpengaruh dalam berbagai hal, salahsatu
contohnya dalam hal tanaman, dimana perubahan iklim mempunyai pengaruh yang kurang baik
dalam perkembangan pertumbuhan tanaman, seperti tanaman semusim, perubahan iklim dapat
mengakibatkan pertanian rawan terhadap kekeringan, seperti yang dilansir dari penelitian yang
mengatakan bahwa rentannya pertanian terhadap kekeringan disebabkan oleh iklim, sifat-sifat
tanah, penggunaan lahan, geomorfologinya, dan akses ke irigasi (Bezdan et al, 2012).
Pujiyanti (2010) mengatahkan bahwa diperkirakan sekitar 500 juta orang mengalami
kelaparan dan kurang gizi tinggal di Asia dan ironisnya sebagian besar dari 500 juta orang
tersebut tinggal di negara penghasil pangan. Indonesia adalah salahsatu negara di dunia yang
merupakan negara agraris dan kebanyakan penduduknya bergantung pada lahan pertanian.
Dengan iklim tropis yang mengalami kenaikan suhu pada setiap tahunnya membuat beberapa
tempat di Indonesia memiliki sifat yang cenderung rentan untuk tanaman semusim, seperti
tanaman sayuran dan tumbuhan palawija yang notabene menjadi bahan-bahan pokok konsumsi
masyarakatnya. Sebagai contoh, Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Cisarua yang berada di
Kabupaten Bogor, dimana wilayah tersebut merupakan wilayah yang mempunyai tanaman
semusim.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana kerentanan wilayah tanaman semusimterhadap perubahan iklimdi
Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor?
Tujuan
1. untuk mengetahui dan memetakan kerentanan tanaman semusim di Kecamatan Dramaga
dan Kecamatan Cisarua yang berada di Kabupaten Bogor yang diakibatkanoleh
perubahan iklimberdasarkan metode AHP.
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
Batasan Penelitian
a. Daerah penelitian yang dikaji adalah Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Cisarua
yang berada di Kabupaten Bogor.
b. Perubahan iklim adalah perubahan rata-rata satu atau lebih unsur iklim pada daerah
tertentu dengan skala waktu tertentu. Pada penelitian ini, indikator yang dipakai dalam
perubahan iklim adalah curah hujan dan suhu udara. Curah hujan dan suhu dibatasi
dari tahun 1984-2013.
c. Tanaman Semusim adalah tanaman yang hanya mampu tumbuh selama semusim pada
tahun yang samadan atau kurang dari satu tahun dan bisa dipanen dalam waktu kurang
dari 1 tahun. Tanaman semusim yang dikaji dalam penelitian ini adalah tanaman
sayuran (kacang panjang, cabe, tomat, terong, buncis, bayam, bawang daun, kubis,
sawi, wortel), dan palawija (jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai).
d. Kerentananadalah kondisi penurunan ketahanan lingkungan akibat dari pengaruh
eksternal yang berpengaruh terhadap keberlangsungan kehidupan. Kerentanan dalam
penelitian ini difokuskan kepada exposure, adaptive capacity, dan sensitivity.
e. Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah metode pengambilan keputusan dengan
mamanfaatkan persepsi pakar dalam bidangnya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Perubahan Iklim Perubahan iklim menurut Nasrullah (2011) adalah kejadian berubahnya pola dan
intensitas unsur-unsur iklim pada periode waktu yang dapat dibandingkan (biasanya terhadap
rata-rata 30 tahun).
3. METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada Bulan Maret-Desember 2014 dengan memakai data
yang sudah ada dan wawancara kepada informan kunci dan beberapa responden lain. Lokasi
penelitian berada di kecamatan Dramaga dan kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Titik pengukuran dalam penelitian ini ialah Stasiun meteorologi Citeko yang berada di kecamatan
Cisarua dan Stasiun meteorologi Dramaga yang berada di kecamatan Dramaga.
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
Alur Pikir Penelitian
Variabel Penelitian
Gambar 3-1. Alur Pikir Penelitian
Geometry
CurahHujan(CH)
KecamatanDramaga
KecamatanCisarua
AdaptiveCapacity:
1.Irigasi
2.KelompokTani
Exposure:
1.PerubahanCurahHujan
2.PerubahanSuhuUdara
Sensitivity:
1. JenisTanah2. JenisTanaman
Semusim
TanamanSemusim
PerubahanIklim
KerentananWilayahTanamanSemusimTerhadapPerubahanIklimdiKecamatanDramagadanKecamatanCisarua,KabupatenBogor
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : curah hujan, suhu udara, jenis
tanah, jenis tanaman semusim,kelompok tani, dan irigasi.
Perolehan Data
Metode pengumpulan data dilakukan melalui kajian/studi literatur, survei instansi, telaah
dokumen, wawancara terhadap informan dan pengamatan langsung. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder :
a. Data Primer
Data primer dikumpulkan dari para informan kunci dan responden lain yang terdiri dari petani
tanaman semusim, pejabat atau staf, ketua kelompok tani, penyuluh pertanian di lapangan, dan
pihak-pihak yang berkompeten dalam urusan iklim dan pertanian.
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari dokumen atau data dari instansi terkait.
Berikut adalah daftar data sekunder dalam penelitian ini :
1) Curah Hujan harianStasiun Dramaga didapatkan dari BMKG
2) Curah Hujan harian Stasiun Citeko didapatkan dari BMKG
3) Curah Hujan tahunan Stasiun Meteorologi Katulampadidapatkan dari BMKG
4) Curah Hujan tahunan Stasiun Meteorologi Empang didapatkan dari BMKG
5) Suhu Harian Stasiun Darmaga didapatkan dari BMKG
6) Suhu Harian Stasiun Citeko didapatkan dari BMKG
7) Shp jenis tanah Kabupaten Bogor dari BIG
8) Lahan Pertanian tanaman semusim didapatkan dari Landuse Balai Penelitian Tanah dan
disempurnakan dengan mendijitasi Citra Google Erath
9) Shp Administrasi Kabupaten Bogor didapatkan dari dari BIG
10) Jumlah Kelompok Tani, didapatkan dari BPS
Pengolahan Data
Penelitian ini menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan software ArcGIS10
dalam mengolah data primer dan sekunder untuk mendapatkan pemetaannya. Selain SIG,
penelitian ini menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process), interpolasi IDW
(Inverse Distance Weighting) dan metode Weighted Overlaydalam pengolahan datanya.
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis peta secara spasial dan
temporal, analisis statistik dan analisis grid dengan ukuran 250x250 m.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perubahan Curah Hujan
a. Kecamatan Dramaga
Dari hasil pengolahan data dari stasiun meteorologi Dramaga, di kecamatan Dramaga
telah terjadi kejadian hujan lima hari berturut-turut dengan curah hujan diatas 100mm pada setiap
tahunnya selama 1984-2013, dimana yang paling sering terjadi pada tahun 1998 dengan 16 kali
kejadian dan paling sedikit terjadi pada tahun 1988 dengan 4 kali kejadian. Sedangkan kejadian
dry spell (musim kering) paling sering terjadi pada tahun 1989 dengan 11 kali kejadian, dan
musim kering yang paling sedikit adalah pada tahun 1996, 2010, dan 2011 dengan tidak
terjadinya kejadian musim kering.
b. Kecamatan Cisarua
Dari hasil pengolahan data dari data stasiun meteorology Citeko, di Kecamatan Cisarua
telah terjadi kejadian hujan lima hari berturut-turut dengan curah hujan diatas 100mm pada setiap
tahunnya selama 1984-2013, dimana yang paling sering terjadi pada tahun 2001 dengan 15 kali
kejadian dan paling sedikit terjadi pada tahun 1985 dengan 2 kali kejadian. Sedangkan kejadian
musim kering paling sering terjadi pada tahun 1997 sebanyak 12 kali kejadian dan kejadian
musim kering paling jarang terjadi pada tahun 1998, 2005, dan 2010 dengan 0 kejadian atau tidak
terjadi sama sekali.
Perubahan Suhu Udara
a. Kecamatan Dramaga
Berdasarkan pengamatan suhu udara harian pada Stasiun Meteorologi Dramaga dengan
ketinggian 190 mdpl yang berada di Kecamatan Dramaga kabupaten Bogor, dengan melihat rata-
rata delta suhu harian pada setiap tahunnya, maka dapat dilihat rata-rata selisih suhu harian
maksimum terjadi pada tahun 1997 yaitu 9,90C dan rata-rata selisih suhu harian minimum terjadi
pada tahun 1998 dan tahun 2000 yaitu 8,20C. Selama periode 1984-2013 telah terjadi
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
peningkatan selisih (delta) suhu harian pada stasiun Dramaga setiap tahunnya, dimana stasiun
Dramaga memiliki tren peningkatan rata-rata delta suhu harian sekitar 0,00690C per tahun.
b. Kecamatan Cisarua
Berdasarkan pengamatan suhu udara harian pada Stasiun Meteorologi Citeko dengan
ketinggian 920 mdpl yang berada di Kecamatan Cisarua kabupaten Bogor, dengan melihat rata-
rata delta suhu harian pada setiap tahunnya, maka dapat dilihat bahwa hasil pengolahan data
suhu harian pada stasiun meteorologi Citeko menunjukkan rata-rata suhu harian maksimum pada
tahun 2002 yaitu 9,30C dan rata-rata suhu harian minimumnya terjadi pada tahun 2001 yaitu
sekitar 7,10C. Disamping itu, selama kurun 30 tahun terakhir ini (1984-2013) telah terjadi
peningkatan selisih (delta) suhu harian pada masing-masing tahunnya dengan tren peningkatan
0,00380Cper tahun.
Variabel Kerentanan Wilayah Tanaman Semusim Terhadap Perubahan Iklim
a. Perubahan Curah Hujan
Dari hasil pengolahan data, variabel curah hujan di Kecamatan Dramaga mempunyai
tingkat resiko kerentanan yang tinggi. Hal ini bisa dijelaskan dari kejadian hujan selama lima hari
berturut-turut yang mempunyai curah hujan lebih dari 100 mm terjadi lebih sering dibandingkan
Kecamatan Cisarua, dimana pada stasiun Dramaga, rata-rata curah hujan dalam sekali kejadian
hujan yang berpotensi mengganggu pertumbuhan tanaman semusim ini adalah 141,72 mm.
Sedangkan pada Kecamatan Cisarua dapat dilihat bahwa variabel curah hujan mempunyai tingkat
resiko kerentanan yang rendah. Hal ini bisa dijelaskan dari kejadian hujan selama lima hari
berturut-turut yang mempunyai curah hujan lebih dari 100 mm lebih jarang terjadi dibandingkan
Kecamatan Dramaga, dimana pada stasiun Citeko, rata-rata curah hujan dalam sekali kejadian
hujan yang berpotensi mengganggu pertumbuhan tanaman semusim ini adalah 139,37 mm.
Sedangkan untuk Variabel dry spell, kecamatan Dramaga mempunyai kejadian dry spell yang
lebih jarang dibandingkan Kecamatan Cisarua, sehingga Kecamatan Dramaga mempunyai
kerentanan rendah pada variabel dry spell. Hal ini bisa dilihat dari rata-rata kejadian dry spell di
Kecamatan Dramaga yang mempunyai rata-rata 3-4 kali/tahun, sedangkan di Kecamatan Cisarua
mempunyai kejadian dry spell 4-5 kali/tahun. Semakin tinggi kejadian dry spell maka
diasumsikan akan semakin tinggi pula resiko kerentanan yang terjadi, begitu juga sebaliknya,
semakin rendah kejadian dry spell, maka semakin rendah pula resiko kerentanan.
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
b. Perubahan Suhu Udara
Dari hasil pengolahan data, maka terlihat bahwa peningkatan rata-rata delta suhu udara
harian di Kecamatan Cisarua terdiri dari dua kriteria, yaitu 0,0038-0,00483 (oC/tahun) dan
0,00483 – 0,00586 (oC/tahun). Sebagian besar wilayah tanaman semusim mengalami peningkatan
rata-rata delta suhu udara harian 0,0038-0,00483 (oC/tahun) yang terjadi di sebelah selatan
kecamatan Cisarua. Sedangkan di Kecamatan Dramaga hanya terdiri dari satu kriteria, yaitu
0,0038-0,00483 (oC/tahun).
c. Jenis Tanah
Dari hasil pengolahan data, terlihat bahwa terdapat dua jenis tanah di kecamatan Dramaga
yaitu jenis tanah Alluvial dan tanah Podzolik. Apabila dilihat dari aspek jenis tanah, hal ini
mengindikasikan bahwa kerentanan wilayah tanaman semusim terhadap perubahan iklim di
Kecamatan Dramaga ada dalam dua kategori, yaitu rendah dan tinggi. Begitu juga untuk
Kecamatan Cisarua, dimana pada wilayah ini terdiri terdiri jenis tanah Alluvial, podzolik, dan
kambisol, dimana Kecamatan Cisarua mempunyai kerentanan rendah dan tinggi pada variabel
kerentanan.
d. Jenis Tanaman Semusim
Dari hasil pengolahan data, terlihat bahwa di Kecamatan Dramaga terdapat tanaman
sayurdan palawija yang terdiri jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang kedelai.
Jenis tanaman semusim di Kecamatan Dramaga didominasi tanaman palawija, dimana sayuran
adalah jenis tanaman semusim yang sedikit terdapat di Kecamatan Dramaga. Hal ini
mengindikasikan bahwa dari aspek jenis tanaman semusim, Kecamatan Dramaga didominasi oleh
Kerentanan wilayah tanaman semusim terhadap iklim sedang dan sedikit dengan tingkt
kerentanan rendah. Sedangkan di Kecamatan Cisarua terdapat sayuran, jagung, kacang tanah, ubi
jalar, dan ubi kayu, dimana persebaran wilayah tanaman semusimnya bervariasi, tanaman
sayuran dan tanaman palawija cukup banyak di Kecamatan Cisarua. Hal ini mengindikasikan
bahwa dari aspek jenis tanaman semusim, Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Cisarua
mempunyai kerentanan wilayah tanaman semusim terhadap perubahan iklim yang bervariasi,
tetapi didominasi oleh tingkat kerentanan sedang.
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
e. Kelompok Tani
Kecamatan Dramaga mempunyai kelompok tani sebanyak 39 kelompok tani, dimana
kelompok tani tersebut tersebar di setiap wilayah tanaman semusim di Kecamatan Dramaga dan
sudah biasa mengadakan agenda rapat kelompok tani pada setiap bulan panen dan atau ketika ada
masalah dengan pertanian. Sehingga, dilihat dari variabel kelompok tani, wilayah tanaman
semusim di Kecamatan Dramaga mempunyai kerentanan rendah terhadap perubahan
iklim.Adapun Adapun Kecamatan Cisarua mempunyai kelompok tani sebanyak 44 kelompok
tani, dimana kelompok tani tersebut tersebar di setiap wilayah tanaman semusim di Kecamatan
Cisarua dan sudah biasa mengadakan agenda rapat kelompok tani pada setiap bulan panen dan
atau ketika ada masalah dengan pertanian. Sehingga, dilihat dari variabel kelompok tani, wilayah
tanaman semusim di Kecamatan Cisarua mempunyai kerentanan rendah terhadap perubahan
iklim.
f. Irigasi
Dari hasil pengolahan data, terlihat bahwa Kecamatan Dramaga mempunyai wilayah
tanaman semusim yang mempunyai irigasi cukup banyak, dimana daerah yang mempunyai
irigasi ini tersebar pada semua desa. Hal ini mengindikasikan bahwa dari aspek irigasi,
Kecamatan Dramaga mempunya Kerentanan wilayah tanaman semusim terhadap Perubahan
Iklim cukup rendah.Sedangkanwilayah tanaman semusim untuk Kecamatan Cisarua, yang
mempunyai irigasi hanya tersebar di wilayah utara, dimana pada bagian selatan tidak ada irigasi
sama sekali. Hal ini bisa mengindikasikan bahwa apabila dilihat dari aspek irigasi, kerentanan
wilayah tanaman semusim terhadap iklim di Kecamatan Cisarua bervariasi, dimana wilayah yang
kerentanannya rendah berada di utara Kecamatan Cisarua dan yang mempunyai kerentanan tinggi
berada di selatan Kecamatan Cisarua.
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
Hasil Pembobotan Menggunakan Metode AHP
Penelitian ini menggunakan metode AHP dengan tujuan untuk menentukan peringkat dan
pembobotan variabel kerentanan tanaman semusim. Langkah dari metode AHP yaitu membuat
matriks persepsi dari 3 pakar ahli (informan kunci), dimana persepsi tersebut dijadikan input
utama dalam memperoleh bobot dari masing-masing variabel.
Hasil akhir dalam menghitung bobot adalah dengan menghitung nilai rata-rata bobot yang
terdiri dari persentase informan 1, informan 2 dan informan 3. Nilai rata-rata bobot pada setiap
variabel adalah sebagai berikut :
Tabel 4-1 Persentase Bobot Rata-rata
Variabel Persentase Bobot
Informan 1
Informan 2
Informan 3 Rata-Rata
Curah Hujan 22,17887 22,17887 27,30822 23,88865
Suhu Udara 2,504399 2,504399 32,41286 12,47389
Jenis Tanah 9,101176 9,101176 11,55221 9,918187
Jenis Tanaman Semusim 14,72241 14,72241 15,94473 15,12985
Kelompok Tani 22,26052 22,26052 7,097846 17,2063
Irigasi 29,23263 29,23263 5,684135 21,38313
Jumlah 100% [Sumber : Pengolahan Data, 2014]
Dari hasil pembobotan tersebut, dapat dilihat bahwa curah hujan adalah variabel yang
mempunyai bobot tertinggi dengan nilai 23,8%, hal ini menunjukkan bahwa curah hujan adalah
variabel yang paling berpengaruh dalam wilayah tanaman semusim terhadap perubahan iklim
dibanding variabel lainnya. Sedangkan variabel yang mempunyai bobot terkecil dengan nilai
9,9%adalah jenis tanah, hal ini mengindikasikan bahwa jenis tanah merupakan variabel yang
paling sedikit pengaruhnya dibanding variabel lain dalam wilayah tanaman semusim terhadap
perubahan iklim.
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
Kerentanan Wilayah Tanaman Semusim Terhadap Perubahan Iklim
Kerentanan wilayah tanaman semusim terhadap perubahan iklim di Kecamatan Dramaga
dan Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor diperoleh dari semua variabel yang telah dilakukan
klasifikasi nilai kerentanan kemudian dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode AHP.
Pembuatan peta kerentanan diolah dengan menggunakan metode Weighted Overlay dengan
perangkat lunak Arcgis 10.
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
Gambar 4-1 Peta Kerentanan wilayah Tanaman Semusim Terhadap Perubahan Iklim di
Kecamatan Dramaga
Dari Gambar 4-1, dapat terlihat bahwa kerentanan wilayah tanaman semusim terhadap
perubahan iklim di Kecamatan Dramaga terdiri dari dua kategori, yaitu rendah dan sedang,
dimana kategori sedangmendominasi dan kategori rendahsangat sedikit. Kategori sedang tersebar
pada semua daerah pertanian pada setiap desa. Hal ini disebabkan karena Kecamatan Dramaga
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
mempunyai saluran irigasi yang tersebar pada setiap wilayah pertanian tanaman semusim.
Adapun untuk wilayah kerentanan dengan kategori rendah dan hanya berada pada dua titik yang
luasannya sangatlah sedikit, hal ini dikarenakan pada wilayah tersebut terdapat saluran irigasi
yang wilayahnya ditanami oleh tanaman palawija yang notabene adalah tanaman yang lebih
tahan akan curah hujan yang tinggi dan curah hujan yang rendah dibandingkan tanaman sayuran.
Tabel 4-2. Luasan Tingkat Kerentanan Wilayah Tanaman Semusim terhadap Perubahan Iklim di Kecamatan Dramaga
Tingkat Kerentanan Luas (ha) Persentase (%) Kerentanan Rendah 0,18 0,07 Kerentanan Sedang 388,8 15,1
[Sumber : Pengolahan Data, 2014]
Tingkat kerentanan tanaman semusim terbesar adalah pada kelas kerentanan sedang yaitu
dengan luas sebesar 388,8 ha dengan persentase sebesar 15,1 % dari luas wilayah kecamatan
Dramaga. Kemudian kelas kerentanan rendah yaitu dengan luas sebesar 0,18 ha dengan
persentase sebesar 0,07 %. Adapun untuk kelas kerentanan tinggi tidak terdapat pada wilayah
penelitian.
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
Gambar 4-2 Peta Kerentanan Wilayah Tanaman Semusim Terhadap Perubahan Iklim di
Kecamatan Cisarua
Dari Gambar 4-2, dapat terlihat bahwa kerentanan wilayah tanaman semusim terhadap
perubahan iklim di Kecamatan Cisarua terdiri dari dua kategori, yaitu rendah dan sedang, dimana
kategori sedang mendominasi. Kategori rendah terletak di sebelah utara Kecamatan Cisarua yang
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
tersebar pada 9 titik, dimana luasannya sangatlah kecil.Hal ini disebabkan karena pada wilayah
kerentanan dengan kategori rendah tersebut terdapat irigasi.
Tabel 4-3. Luasan Tingkat Kerentanan Wilayah Tanaman Semusim terhadap Perubahan Iklim di Kecamatan Cisarua
Tingkat Kerentanan Luas (ha) Persentase (%) Kerentanan Rendah 0,81 0,01 Kerentanan Sedang 1673,28 22,5
[Sumber : Pengolahan Data, 2014]
Tingkat kerentanan tanaman semusim terbesar adalah pada kelas kerentanan sedang yaitu dengan
luas sebesar 1673,28 ha dengan persentase sebesar 22,5 % dari luas wilayah kecamatan Cisarua.
Kemudian kelas kerentanan rendah yaitu dengan luas sebesar 0,81 ha dengan persentase sebesar
0,1 %. Adapun untuk kelas kerentanan tinggi tidak terdapat pada wilayah penelitian.
5. KESIMPULAN Kecamatan Dramaga mempunyai kerentanan wilayah tanaman semusim terhadap
perubahan iklim dengan kategori sedang dan rendah, dimana kategori sedang mendominasi
dengan luas 388,8 ha dan kategori rendah 0,18 ha. Begitu pun untuk Kecamatan Cisarua,
kerentanan wilayah tanaman semusim terhadap perubahan iklim didominasi oleh kerentanan
sedang dengan luas673,28 ha dan kategori rendah 0,81 ha. Penyebab utama perbedaan kerentanan
tersebut adalah ketersediaannya irigasi, dimana dengan adanya irigasi, maka wilayah tersebut
mempunyai tingkat kerentanan lebih rendah dibanding wilayah yang tidak mempunyai irigasi.
6. DAFTAR PUSTAKA
Benka, P., Bezdan A., Grabic, J., Salvai, A. (2012). Estimation of AgriculturalDroughtVulnerability UsingGISTools: aCase Study of Vojvodina Region (Serbia). University of Novi Sad, Faculty of Agliculture. Serbia.Hal. 9.
Nasrullah. (2011). Perubahan Iklim dan Trend Data Iklim. Jakarta : BidangInformasi PerubahanIklim, BMKG.
Pujayanti, A. (2010). Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan di EraGlobalisasi.PusatPengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI). Sekretariat Jendral DPR Republik Indonesia. Hal. 166.
Saaty, T.L. (1993). Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin, Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
7. LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner AHP
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN GEOGRAFI
KUESIONER KERENTANAN WILAYAH TANAMAN SEMUSIM TERHADAP
PERUBAHAN IKLIM (STUDI KASUS : KECAMATAN DRAMAGA DAN
KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BOGOR) MENGGUNAKAN METODE
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
Informan
Nama :
Pekerjaan :
Instansi :
Tujuan Kuesioner
Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui bobot dari tiap variabel yang mempengaruhi kerentanan tanaman semusim terhadap perubahan iklim. Adapun nilainya yaitu dengan menggunakan skala penilaian berikut ini.
Tabel. Nilai skala perbandingan berpasangan Tingkat
Kepentingan Definisi
1 Kedua elemen sama penting 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari yang lain 5 Elemen yang satu lebih penting dari yang lain 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak lebih penting dari elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Cara pengisian Variabel pada kolom kiri dibandingkan dengan variabel pada kolom kanan. Tingkat kepentingan 2-9 (pada bagian kiri) adalah milik kriteria pada kolom paling kiri, sedangkan tingkat kepentingan 2-9 (pada bagian kanan) adalah milik kriteria pada kolom paling kanan. Kemudian, berilah tanda (ü) pada kolom yang sesuai untuk penilaian tingkat kepentingan antara masing-masing variabel (kolom kiri dibandingkan dengan kolom kanan).
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
Tabe
l Kue
sion
er A
HP
Kol
om K
anan
Suhu
Uda
ra
Jeni
s Tan
ah
Jeni
s Tan
aman
Se
mus
im
Kel
ompo
k Ta
ni
Irig
asi
Diis
i bila
var
iabe
l kol
om k
anan
le
bih
pent
ing
diba
ndin
gkan
ko
lom
kiri
9
8
7
6
5
4
3
2
Diis
i bila
var
iabe
l kol
om k
iri
lebi
h pe
ntin
g di
band
ingk
an
kolo
m k
anan
9
8
7
6
5
4
3
2
Diis
i bila
sam
a pe
ntin
g
1
Kol
om K
iri
Cur
ah H
ujan
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
Kol
om K
anan
Jeni
s Tan
ah
Jeni
s Tan
aman
Se
mus
im
Kel
ompo
k Ta
ni
Irig
asi
Diis
i bila
var
iabe
l kol
om k
anan
le
bih
pent
ing
diba
ndin
gkan
ko
lom
kiri
9
8
7
6
5
4
3
2
Diis
i bila
var
iabe
l kol
om k
iri
lebi
h pe
ntin
g di
band
ingk
an
kolo
m k
anan
9
8
7
6
5
4
3
2
Diis
i bila
sam
a pe
ntin
g
1
Kol
om K
iri
Suhu
Uda
ra
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
Kol
om K
anan
Jeni
s Tan
aman
Se
mus
im
Kel
ompo
k Ta
ni
Irig
asi
Diis
i bila
var
iabe
l kol
om k
anan
le
bih
pent
ing
diba
ndin
gkan
ko
lom
kiri
9
8
7
6
5
4
3
2
Diis
i bila
var
iabe
l kol
om k
iri
lebi
h pe
ntin
g di
band
ingk
an
kolo
m k
anan
9
8
7
6
5
4
3
2
Diis
i bila
sam
a pe
ntin
g
1
Kol
om K
iri
Jeni
s Tan
ah
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
Kol
om K
anan
Kel
ompo
k Ta
ni
Irig
asi
Kol
om K
anan
Irig
asi
Diis
i bila
var
iabe
l kol
om k
anan
le
bih
pent
ing
diba
ndin
gkan
ko
lom
kiri
9 D
iisi b
ila v
aria
bel k
olom
kan
an
lebi
h pe
ntin
g di
band
ingk
an
kolo
m k
iri
9
8 8
7 7
6 6
5 5
4 4
3 3
2 2
Diis
i bila
var
iabe
l kol
om k
iri
lebi
h pe
ntin
g di
band
ingk
an
kolo
m k
anan
9 D
iisi b
ila v
aria
bel k
olom
kiri
le
bih
pent
ing
diba
ndin
gkan
ko
lom
kan
an
9
8 8
7 7
6 6
5 5
4 4
3 3
2 2
Diis
i bila
sam
a pe
ntin
g
1
Diis
i bila
sam
a pe
ntin
g
1
Kol
om K
iri
Jeni
s Tan
aman
Se
mus
im
Kol
om K
iri
Kel
ompo
k Ta
ni
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015
Kerentanan wilayah ..., Neneng Eva Nurfadillah, FMIPA UI, 2015