kerajaan sriwijaya

14
Kerajaan Sriwijaya Sejarah dan Lokasi Pengetahuan mengenai sejarah Sriwijaya baru lahir pada permulaan abad ke-20 M, ketika George Coedes menulis karangannya berjudul Le Royaume de Crivijaya pada tahun 1918 M. Coedes kemudian menetapkan bahwa, Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan. Lebih lanjut, Coedes juga menetapkan bahwa, letak ibukota Sriwijaya adalah Palembang, dengan bersandar pada anggapan Groeneveldt dalam karangannya, Notes on the Malay Archipelago and Malacca, Compiled from Chinese Source, yang menyatakan bahwa, San-fo- ts‘I adalah Palembang yang terletak di Sumatera Selatan, yaitu tepatnya di tepi Sungai Musi atau sekitar kota Palembang sekarang Kerajaan Sriwijaya adalah nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing, karena Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara pada waktu itu (abad 7 - 15 M). Perkembangan Sriwijaya hingga mencapai puncak kebesarannya sebagai kerajaan Maritim.

Upload: mu2gammabunta

Post on 09-Jun-2015

76.193 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

mengenal sejarah dari Kerajaan Sriwijaya

TRANSCRIPT

Page 1: Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya

Sejarah dan Lokasi

Pengetahuan mengenai sejarah Sriwijaya baru lahir pada permulaan abad ke-20 M,

ketika George Coedes menulis karangannya berjudul Le Royaume de Crivijaya pada

tahun 1918 M.

Coedes kemudian menetapkan bahwa, Sriwijaya adalah nama sebuah kerajaan di

Sumatera Selatan. Lebih lanjut, Coedes juga menetapkan bahwa, letak ibukota Sriwijaya

adalah Palembang, dengan bersandar pada anggapan Groeneveldt dalam karangannya,

Notes on the Malay Archipelago and Malacca, Compiled from Chinese Source, yang

menyatakan bahwa, San-fo-ts‘I adalah Palembang yang terletak di Sumatera Selatan,

yaitu tepatnya di tepi Sungai Musi atau sekitar kota Palembang sekarang

Kerajaan Sriwijaya adalah nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing, karena Sriwijaya

adalah salah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara pada

waktu itu (abad 7 - 15 M). Perkembangan Sriwijaya hingga mencapai puncak

kebesarannya sebagai kerajaan Maritim. Sumber-sumber sejarah kerajaan Sriwijaya

selain berasal dari dalam juga berasal dari luar seperti dari Cina, India, Arab, Persia.

Kerajaan Sriwijaya berpusat di daerah yang sekarang dikenali sebagai Palembang di

Sumatra Pengaruhnya amat besar di atas semenanjung malayasia dan Pilipina. Kuasa

Sriwijaya merosot pada abad ke-11.Kerajaan Sriwijaya mulai ditakluk berbagai kerajaan

Jawa, pertama oleh kerajaan Singosari (Singhasari) dan akhirnya oleh kerajaan Kerajaan

Majapahit. Malangnya, sejarah Asia Tenggara tidak didokumentasikan dengan baik.

Sumber sejarahnya berdasarkan laporan dari orang luar, prasasti dan penemuan arkaelogi,

artifak seperti patung dan lukisan, dan hikayat.

Page 2: Kerajaan Sriwijaya

Berikut daftar silsilah para Raja Kerajaan Sriwijaya :

Dapunta Hyang Sri Yayanaga (Prasasti Kedukan Bukit 683 M, Prasasti Talangtuo 684

M)

Cri Indrawarman (berita Cina, 724 M)

Rudrawikrama (berita Cina, 728 M)

Wishnu (Prasasti Ligor, 775 M)

Maharaja (berita Arab, 851 M)

Balaputradewa (Prasasti Nalanda, 860 M)

Cri Udayadityawarman (berita Cina, 960 M)

Cri Udayaditya (Berita Cina, 962 M)

Cri Cudamaniwarmadewa (Berita Cina, 1003. Prasasti Leiden, 1044 M)

Maraviyatunggawarman (Prasasti Leiden, 1044 M)

Cri Sanggrama Wijayatunggawarman (Prasasti Chola, 1004 M)

Pengaruh Budaya

Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India , pertama oleh budaya agama Hindu

dan kemudiannya diikuti pula oleh agama Buddha. Agama Buddha diperkenalkan di

Sriwijaya pada tahun 425 Masehi. Sriwijaya merupakan pusat terpenting agama Buddha

Mahayana.Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu menerusi perdagangan dan

penaklukan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9. Kerajaan Sriwijaya juga membantu

menyebarkan kebudayaan Melayu ke seluruh Sumatra, Semenanjung Melayu, dan

Borneo Barat.Pada masa yang sama, agama Islam memasuki Sumatra menerusi Aceh

yang telah disebarkan menerusi perhubungan dengan pedagang Arab dan India. Pada

tahun 1414 pangeran terakhir Majapahit, Paramisora , memeluk agama Islam dan

berhijrah ke Tanah Melayu di mana dia telah mendirikan kesultanan Melaka. Agama

Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana disebarkan di pelosok kepulauan

Melayu dan Palembang menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Pada tahun 1025 ,

Sriwijaya telah diserbu kerajaan Cholas dari India. Pada masa itu juga, Sriwijaya telah

Page 3: Kerajaan Sriwijaya

hilang kuasa monopoli ke atas lalu-lintas perdagangan Tiongkok -India . Dengan itu,

kemewahan Sriwijaya menurun. Kerajaan Singhasari yang berada di bawah naungan

Sriwijaya melepaskan diri daripadanya. Pada tahun 1088 kerajaan Melayu Jambi, yang

dahulunya berada di bawah naungan Sriwijaya menjadikan Sriwijaya taklukannya.

Kekuatan kerajaan Melayu Jambi berangsur hingga 2 abad.

Sumber-Sumber Dari Dalam Negeri

Sumber-sumber sejarah yang mendukung tentang keberadaan Kerajaan Sriwijaya

berasal dari berita asing dan prasasti-prasasti.

B. Sumber Asing

Sumber Cina

Kunjungan I-sting, seorang peziarah Budha dari China pertama adalah tahun 671

M. Dalam catatannya disebutkan bahwa, saat itu terdapat lebih dari seribu orang pendeta

Budha di Sriwijaya. Aturan dan upacara para pendeta Budha tersebut sama dengan aturan

dan upacara yang dilakukan oleh para pendeta Budha di India. I-tsing tinggal selama 6

bulan di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sansekerta, setelah itu, baru ia berangkat ke

Nalanda, India. Setelah lama belajar di Nalanda, tahun 685 I-tsing kembali ke Sriwijaya

dan tinggal selama beberapa tahun untuk menerjemahkan teks-teks Budha dari bahasa

Sansekerta ke bahasa Cina.

Catatan Cina yang lain menyebutkan tentang utusan Sriwijaya yang datang secara

rutin ke Cina, yang terakhir adalah tahun 988 M

Page 4: Kerajaan Sriwijaya

Sumber Arab

Arab, Sriwijaya disebut Sribuza. Mas‘udi, seorang sejarawan Arab klasik menulis

catatan tentang Sriwijaya pada tahun 955 M. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya

merupakan sebuah kerajaan besar, dengan tentara yang sangat banyak. Hasil bumi

Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kardamunggu,

gambir dan beberapa hasil bumi lainya.

Sumber India

Kerajaan Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan yang

ada di India seperti dengan Kerajaan Nalanda, dan Kerajaan Chola. Dengan Kerajaan

Nalanda disebutkan bahwa Raja Sriwijaya mendirikan sebuah prasasti yang dikenal

dengan nama Prasasti Nalanda

Sumber lain

Pada tahun 1886 Beal mengemukakan pendapatnya bahwa, Shih-li-fo-shih

merupakan suatu daerah yang terletak di tepi Sungai Musi, Sumber lain, yaitu Beal

mengemukakan pendapatnya pada tahun 1886 bahwa, Shih-li-fo-shih merupakan suatu

daerah yang terletak di tepi Sungai Musi.

Pada tahun 1913 M, Kern telah menerbitkan Prasasti Kota Kapur, prasasti

peninggalan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka. Namun, saat itu, Kern

menganggap Sriwijaya yang tercantum pada prasasti itu adalah nama seorang raja, karena

Cri biasanya digunakan sebagai sebutan atau gelar raja

Page 5: Kerajaan Sriwijaya

Demikianlah bukti-bukti tentang sumber dari luar negeri yang menjelaskan keberadaan

Sriwijaya, sehingga melalui sumber-sumber tersebut dapat diketahui perkembangan

Sriwijaya dalam berbagai aspek kehidupan.

Sumber Lokal atau Dalam Negeri

Sumber dalam negeri berasal dari prasasti-prasasti yang dibuat oleh raja-raja dari

Kerajaan Sriwijaya. Prasasti itu antara lain sebagai berikut.

Prasasti Kota Kapur

Prasasti ini merupakan yang paling tua, bertarikh 682 M, menceritakan tentang

kisah perjalanan suci Dapunta Hyang dari Minana dengan perahu, bersama dua laksa

(20.000) tentara dan 200 peti perbekalan, serta 1.213 tentara yang berjalan kaki.

Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti berangka tahun 683 M itu menyebutkan bahwa raja Sriwijaya bernama

Dapunta Hyang yang membawa tentara sebanyak 20.000 orang berhasil menundukan

Minangatamwan. Dengan kemenangan itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi makmur. Daerah

yang dimaksud Minangatamwan itu kemungkinan adalah daerah Binaga yang terletak di

Jambi. Daerah itu sangat strategis untuk perdagangan

Prasasti Talangtuo

Prasasti berangka tahun 684 M itu menyebutkan tentang pembuatan Taman

Srikesetra atas perintah Raja Dapunta Hyang.

Prasasti Karang Berahi

Page 6: Kerajaan Sriwijaya

Prasasti berangka tahun 686 M itu ditemukan di daerah pedalaman Jambi, yang

menunjukan penguasaan Sriwijaya atas daerah itu.

Prasasti Ligor

Prasasti berangka tahun 775 M itu menyebutkan tentang ibu kota Ligor dengan

tujuan untuk mengawasi pelayaran perdagangan di Selat Malaka.

Prasasti Nalanda

Prasasti itu menyebutkan Raja Balaputra Dewa sebagai Raja terakhir dari Dinasti

Syailendra yang terusir dari Jawa Tengah akibat kekalahannya melawan Kerajaan

Mataram dari Dinasti Sanjaya. Dalam prasasti itu, Balaputra Dewa meminta kepada Raja

Nalanda agar mengakui haknya atas Kerajaan Syailendra. Di samping itu, prasasti ini

juga menyebutkan bahwa Raja Dewa Paladewa berkenan membebaskan 5 buah desa dari

pajak untuk membiayai para mahasiswa Sriwijaya yang belajar di Nalanda.

Prasasti Telaga Batu.

Prasasti ini Karena ditemukan di sekitar Palembang pada tahun 1918 M.

Berbentuk batu lempeng mendekati segi lima, di atasnya ada tujuh kepala ular kobra,

dengan sebentuk mangkuk kecil dengan cerat (mulut kecil tempat keluar air) di

bawahnya. Menurut para arkeolog, prasasti ini digunakan untuk pelaksanaan upacara

sumpah kesetiaan dan kepatuhan para calon pejabat. Dalam prosesi itu, pejabat yang

disumpah meminum air yang dialirkan ke batu dan keluar melalui cerat tersebut. Sebagai

sarana untuk upacara persumpahan, prasasti seperti itu biasanya ditempatkan di pusat

kerajaan., maka diduga kuat Palembang merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya

Prasasti-prasasti dari Kerajaan Sriwijaya itu sebagian besar menggunakan huruf

Pallawa dan bahasa Melayu Kuno.

Page 7: Kerajaan Sriwijaya

Kehidupan Politik

Dalam kehidupan politik. Raja pertama Sriwijaya adalah Dapunta Hyang Sri Jayanaga,

dengan pusat kerajaannya ada 2 pendapat yaitu pendapat pertama yang menyebutkan

pusat Sriwijaya di Palembang karena daerah tersebut banyak ditemukan prasasti

Sriwijaya dan adanya sungai Musi yang strategis untuk perdagangan. . .

Sedangkan pendapat kedua letak Sriwijaya di Minangatamwan yaitu daerah pertemuan

sungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan yang diperkirakan daerah Binaga yaitu terletak di

Jambi yang juga strategis untuk perdagangan. Dari dua pendapat tersebut, maka oleh ahli

menyimpulkan bahwa pada mulanya Sriwijaya berpusat di Palembang. Kemudian

dipindahkan ke Minangatamwan.

Untuk selanjutnya Sriwijaya mampu mengembangkan kerajaannya melalui keberhasilan

politik ekspansi/perluasan wilayah ke daerah-daerah yang sangat penting artinya untuk

perdagangan. Hal ini sesuai dengan prasasti yang ditemukan Lampung, Bangka, dan

Ligor. Bahkan melalui benteng I-tshing bahwa Kedah di pulau Penang juga dikuasai

Sriwijaya.

Dengan demikian Sriwijaya bukan lagi sebagai negara senusa atau satu pulau, tetapi

sudah merupakan negara antar nusa karena penguasaannya atas beberapa pulau. Bahkan

ada yang berpendapat Sriwijaya adalah negara kesatuan pertama. Karena kekuasaannya

luas dan berperan sebagai negara besar di Asia Tenggara. Kehidupan EkonomiKerajaan

Sriwijaya memiliki letak yang strategis di jalur pelayaran dan perdagangan Internasional

Asia Tenggara. Dengan letak yang strategis tersebut maka Sriwijaya berkembang

menjadi pusat perdagangan dan menjadi Pelabuhan Transito sehingga dapat menimbun

barang dari dalam maupun luar.Dengan demikian kedudukan Sriwijaya dalam

perdagangan internasional sangat baik. Hal ini juga didukung oleh pemerintahan raja

yang cakap dan bijaksana seperti Balaputradewa. Pada masanya Sriwijaya memiliki

armada laut yang kuat yang mampu menjamin keamanan di jalurjalur pelayaran yang

Page 8: Kerajaan Sriwijaya

menuju Sriwijaya, sehingga banyak pedagang dari luar yang singgah dan berdagang di

wilayah kekuasaan Sriwijaya tersebut.

Dengan adanya pedagang-pedagang dari luar yang singgah maka penghasilan Sriwijaya

meningkat dengan pesat. Peningkatan diperoleh dari pembayaran upeti, pajak maupun

keuntungan dari hasil perdagangan dengan demikian Sriwijaya berkembang menjadi

kerajaan yang besar dan makmur.

Kehidupan sosial dan Budaya

Masyarakatnya meningkat dengan pesat terutama dalam bidang pendidikan dan hasilnya

Sriwijaya terbukti menjadi pusat pendidikan dan penyebaran agama Budha di Asia

Tenggara. Hal ini sesuai dengan berita I-Tshing pada abad ke 8 bahwa di Sriwijaya

terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha di bawah bimbingan pendeta

Budha terkenal yaitu Sakyakirti.Di samping itu juga pemuda-pemuda Sriwijaya juga

mempelajari agama Budha dan ilmu lainnya di India, hal ini tertera dalam prasasti

Nalanda. Dari prasasti ini diketahui pula raja Sriwijaya yaitu Balaputra Dewa mempunyai

hubungan erat dengan raja Dewa Paladewa (India). Raja ini memberi sebidang tanah

untuk asrama pelajar dari Sriwijaya. Sebagai penganut agama yang taat maka raja

Sriwijaya juga memperhatikan kelestarian lingkungannya (seperti yang tertera dalam

Prasasti Talang Tuo) dengan tujuan untuk meningkatkan kemakmuran rakyatnya. Dengan

demikian kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Sriwijaya sangat baik dan makmur,

dalam hal ini tentunya juga diikuti oleh kemajuan dalam bidang kebudayaan. Kemajuan

dalam bidang budaya sampai sekarang dapat diketahui melalui peninggalanpeninggalan

suci seperti stupa, candi atau patung/arca Budha seperti ditemukan di Jambi, Muaratakus,

dan Gunung Tua (Padang Lawas) serta di Bukit Siguntang (Palembang).Kebesaran dan

kejayaan Sriwijaya akhirnya mengalami kemunduran dan keruntuhan akibat serangan

dari kerajaan lain.

Page 9: Kerajaan Sriwijaya

Serangan pertama dari Raja Dharmawangsa dari Medang, Jatim tahun 990 M. pada waktu

itu raja Sriwijaya adalah Sri Sudarmaniwarmadewa. Walaupun serangan tersebut gagal

tetapi dapat melemahkan Sriwijaya.

Serangan berikutnya datang dari kerajaan Colamandala (India Selatan) yang terjadi pada

masa pemerintahan Sri Sangramawijayatunggawarman pada tahun 1023 dan diulang lagi

tahun 1030 dan raja Sriwijaya ditawan.

Tahun 1068 Raja Wirarajendra dari Colamandala kembali menyerang Sriwijaya tetapi

Sriwijaya tidak runtuh bahkan pada abad 13 Sriwijaya diberitakan muncul kembali dan

cukup kuat sesuai dengan berita Cina.

Keruntuhan Sriwijaya terjadi pada tahun 1477 ketika Majapahit mengirimkan tentaranya

untuk menaklukan Sumatera termasuk Sriwijaya.

Kehidupan Ekonomi

Menurut catatan asing, Bumi Sriwijaya menghasilkan bumi beberapa diantaranya, yaitu

cengkeh, kapulaga, pala, lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading,

timah, emas, perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah dan penyu. Barang-barang

tersebut dijual atau dibarter dengan kain katu, sutera dan porselen melalui relasi

dagangnya dengan Cina, India, Arab dan Madagaskar.

Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Akibat dari persaingan di bidang pelayaran dan perdagangan, Raja Rajendra Chola

melakukan dua kali penyerangan ke Kerajaan Sriwijaya. Bahkan pada penyerangganya

yang kedua, Kerajaan Chola berhasil menawan Raja Cri Sanggrama

Wijayatunggawarman serta berhasil merebut kota dan bandar-bandar penting Kerajaan

Sriwijaya.

Page 10: Kerajaan Sriwijaya

Pada abad ke-13 M, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran yang luar biasa.

Kerajaan besar di sebelah utara, seperti Siam. Kerajaan Siam yang juga memiliki

kepentingan dalam perdagangan memperluas wilayah kekuasaannya ke wilayah selatan.

Kerajaan Siam berhasil menguasai daerah semanjung Malaka, termasuk Tanah Genting

Kra. Akibat dari perluasan Kerajaan Siam tersebut, kegiatan pelayaran perdagangan

Kerajaan Sriwijaya semakin berkurang. Sriwijaya menjadi kerajaan kecil dan lemah yang

wilayahnya terbatas di daerah Palembang, pada abad ke-13 Kerajaan Sriwijaya di

hancurkan oleh Kerajaan Majapahit.