kerajaan gowa tallo

12
1 Kerajaan Gowa Tallo 1. Islamisasi di Sulawesi Setelah kerajaan Malaka (kini salah satu negeri bagian di Malaysia) jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511 dan arus niaga di pulau Jawa menurun maka pusat perdagangan Nusantara berpindah tempat ke Makassar di bawah pemerintahan kembar Gowa-Tallo, dan daerah ini pun dijadikan sebagai the Second Malacca. Sebagai Bandar niaga terbesar di Nusantara, datangnya pedagang yang beragama Islam. Diperkirakan para pedagang inilah yang pertama kali memperkenalkan Islam baik dalam skala Nusantara maupun skala lokal di Makassar. Selain itu, disebutkan bahwa awal kedatangan Islam secara terang-terangan di Sulawesi Selatan dibawa oleh tiga da’i yang berasal dari Minangkabau yang terkenal dengan Datu’ Tellue. Mereka adalah: Abdul Qadir Datuk Tunggal dengan julukan Datuk ri Bandang, Sulung Sulaeman sebagai Datuk Patimang, dan Khatib Bungsu sebagai Datuk ri Tiro.[3] Ketiga da’i di atas memiliki metode atau cara yang berbeda antara satu sama lain. Mereka berdakwah sesuai situasi, kondisi dan toleransi pada obyeknya. Khatib Bungsu alias Datuk ri Tiro,misalnya, melihat fenomena masyarakat daerah Tiro Bulukumba terdiri dari para penganut faham animisme atau percaya pada hal-hal yang berbau mistik, maka beliau memperkenalkan agama Islam dengan menggunakan metode dan ajaran tasawuf. Abdul Qadir Datuk Tunggal alias Datuk ri Bandang dan Sulung Sulaeman sebagai Datuk Patimang, mereka berdua ini berdakwah melalui jalur birokrasi. Raja yang pertama menerima Islam sebagai agamanya adalah Raja Tallo yang bernama I Mallingkang Daeng Mannyonri, Karaeng Tumenanga ri Bontobiraeng. Baginda juga merangkap jabatan sebagai Tumabbicara Butta (Mangkubumi) Kerajaan Gowa. Menurut catatan lontara dan berbagai buku sejarah di Sulawesi Selatan bahwa tanggal resmi penerimaan Islam sebagai agama adalah pada malam Jumat 22 September 1605 atau 9 Jumadil Awal 1014 Hijriah. Setelah resmi masuk agama Islam maka baginda langsung mendapatkan gelar sebagai Sultan dan diberi nama Islam yaitu Sultan Awwalul Islam. Tidak berapa lama kemudian Raja Gowa ke 14 yang bernama I

Upload: elvicarum

Post on 26-Dec-2015

76 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kerajaan Gowa Tallo

1

Kerajaan Gowa Tallo

1. Islamisasi di Sulawesi

Setelah kerajaan Malaka (kini salah satu negeri bagian di Malaysia) jatuh ke tangan Portugis

pada tahun 1511 dan arus niaga di pulau Jawa menurun maka pusat perdagangan Nusantara

berpindah tempat ke Makassar di bawah pemerintahan kembar Gowa-Tallo, dan daerah ini pun

dijadikan sebagai the Second Malacca.

               Sebagai Bandar niaga terbesar di Nusantara,              datangnya pedagang yang

beragama Islam. Diperkirakan para pedagang inilah yang pertama kali memperkenalkan Islam

baik dalam skala Nusantara maupun skala lokal di Makassar. Selain itu,            disebutkan bahwa

awal kedatangan Islam secara terang-terangan di Sulawesi Selatan dibawa oleh tiga da’i yang

berasal dari Minangkabau yang terkenal dengan Datu’ Tellue. Mereka adalah: Abdul Qadir Datuk

Tunggal dengan julukan Datuk ri Bandang,  Sulung Sulaeman sebagai Datuk Patimang, dan

Khatib Bungsu sebagai Datuk ri Tiro.[3]

                 Ketiga da’i di atas memiliki metode atau cara yang berbeda antara satu sama

lain. Mereka berdakwah sesuai situasi, kondisi dan toleransi pada obyeknya.

Khatib Bungsu alias Datuk ri Tiro,misalnya, melihat fenomena masyarakat daerah Tiro

Bulukumba terdiri dari para penganut faham animisme atau percaya pada hal-hal yang

berbau mistik, maka beliau memperkenalkan agama Islam dengan menggunakan metode

dan ajaran tasawuf.

Abdul Qadir Datuk Tunggal alias Datuk ri Bandang dan Sulung Sulaeman sebagai Datuk

Patimang, mereka berdua ini berdakwah melalui jalur birokrasi. 

             Raja yang pertama menerima Islam sebagai agamanya adalah Raja Tallo yang bernama I

Mallingkang Daeng Mannyonri, Karaeng Tumenanga ri Bontobiraeng. Baginda juga merangkap

jabatan sebagai Tumabbicara Butta (Mangkubumi) Kerajaan Gowa. Menurut catatan lontara dan

berbagai buku sejarah di Sulawesi Selatan bahwa tanggal resmi penerimaan Islam sebagai agama

adalah pada malam Jumat 22 September 1605 atau 9 Jumadil Awal 1014 Hijriah. Setelah resmi

masuk agama Islam maka baginda langsung mendapatkan gelar sebagai Sultan dan diberi nama

Islam yaitu Sultan Awwalul Islam. Tidak berapa lama kemudian Raja Gowa ke 14 yang

bernama I Manngerengi Daeng Manrabia juga turut memeluk Islam dan diberi gelar Sultan

Alauddin. Dua tahun kemudian seluruh rakyat Gowa dan Tallo telah selesai di-Islamkan dengan

diadakannya shalat Jumat secara berjamaah pertama di Tallo pada tanggal 9 Nopember 1607,

bertepatan dengan 19 Rajab 1016 H.

               Setelah Kerajaan kembar Gowa-Tallo menjadi kerajaan Islam dan raja-rajanya

memperoleh gelar Sultan, maka secara otomatis kerajaan ini telah menjadi pusat penyebaran

Islam di daerah Sulawesi. Raja Gowa sebagai penguasa super power di daerah sulawesi mulai

menampakkan pengaruhnya dengan menyerukan kepada seluruh raja-raja yang ada di Sulawesi

supaya menerima Islam sebagai agama tunggal.

 

2. Sejarah Awal Kerajaan Gowa Tallo

Page 2: Kerajaan Gowa Tallo

2

Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa kerajaan bercorak Hindu di antaranya Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Masing-masing kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-masing.

Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makasar. Nama Makasar sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan. Sebelum abad ke 16, kerajaan-kerajaan di Sulawesi masih bercorakkan Hindu, barulah ketika  adanya dakwah dari Dato'ri Bandang dan Dato' Sulaiman, perlahan-lahan kerajaan-kerajaan tersebut mulai memeluk islam. Kerajaan gowa-tallo sendiri merupakan sebuah Kerajaan yang bercorak Islam.  Setelah bergabung menjadi Gowa Tallo, Raja Gowa Daeng Manrabia menjadi Raja Gowa Tallo Karaeng Matoaya menjadi perdana menteri (patih) dan bergelar Sultan Abdullah.

Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di jalur pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan daerah Makasar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang berasal dari Indonesia bagian Timur maupun yang berasal dari Indonesia bagian Barat.Dengan posisi strategis tersebut maka kerajaan Makasar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara. (Faktor kerajaan mejadi besar)

3. Letak Kerajaan Gowa TalloKerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan

ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya adalah ibukota Gowa yang dulu disebut sebagai Ujungpandang. 

4. Raja-raja yang memerintah

1. I Mangari Daeng Manrabbia Sultan Alauddin Tuminanga ri Gaukanna (berkuasa dari tahun 1593- 15 juni 1639 – wafat)

2. I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid Tuminanga ri Papang Batuna (lahir 11 Desember 1605, memerintah 1639-wafat 6 November 1653)

3. I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin Tuminanga ri Balla`pangkana (lahir 31 Maret 1656, berkuasa 1653-1669, & wafat 12 Juni 1670)

4. I Mappasomba Daeng Mattimung Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu` (lahir 31 Maret 1656, memerintah 1669-1674, wafat 7 Mei 1681)

5. Sultan Mohammad Ali (Karaeng Bisei) Tumenanga ri Jakattara (lahir 29 November 1654, memerintah 1674-1677, wafat 15 Agustus 1681)

6. I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil Tuminanga ri Lakiyung (1677-1709)

7. La Pareppa Tosappe Wali Sultan Ismail Tuminanga ri SombaOpu (1709-1711)

8. I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi

Page 3: Kerajaan Gowa Tallo

3

9. I Manrabia Sultan Najamuddin

10. I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi (menjabat untuk kedua kalinya tahun 1735)

11. I Mallawagau Sultan Abdul Chair (1735-1742)

12. I Mappibabasa Sultan Abdul Kudus (1742-1753)

13. Amas Madina Batara Gowa (diasingkan oleh Belanda ke Sri Lanka) (1747-1795)

14. I Mallisujawa Daeng Riboko Arungmampu Tuminanga ri Tompobalang (1767-1769)

15. I Temmasongeng Karaeng Katanka Sultan Zainuddin Tuminanga ri Mattanging (1767-1769)

16. I Manawari Karaeng Bontolangkasa (1778-1810)

17. I Mappatunru / I Mangijarang Karaeng Lembang Parang Tuminang ri Katangka (1816-1825)

18. La Oddanriu Karaeng Katangka Tuminanga ri Suangga (1825-1826)

19. I Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh. Aidid Tuminanga ri Kakuasanna (1826-wafat 30 Januari 1893)

20. I Malingkaan Daeng Nyonri Karaeng Katangka Sultan Idris Tuminanga ri Kakuasanna (1893-wafat 18 Mei 1895)

21. I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain Tuminang ri Bundu`na (memerintah sejak 18 Mei 1895, dimahkotai di Makassar pada 5 Desember 1895, ia melakukan perlawanan terhadap Hindia-Belanda pada 19 Oktober 1905 dan diberhentikan paksa oleh pemerintah Hindia-Belanda pada 13 April 1906. Beliau wafat akibat terjatuh di Bundukma, dekat Enrekang pada 25 Desember 1906)

22. I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur Muhibuddin Tuminanga ri Sangguminasa (1936-1946)

23. Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin (1956-1960) (merupakan Raja Gowa terakhir, meninggal di Jongaya pada tahun 1978)

24. Andi Kumala Karaeng Sila (lahir tahun 1959 – menggantikan ayahnya sebagai Kepala Rumah Tangga Kerajaan Gowa pada tahun 1978)

Penjelasan :

Sultan Alauddin

Pada abad ke-17 M, agama Islam berkembang cukup pesat di Sulawesi Selatan. Raja pertama Makassar yang memeluk agama Islam adalah Raja Alauddin yang memerintah Makassar dari tahun 1591-1638 M. Dibawah pemerintahannya Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran dan perdagangan (dunia maritim). Perkembangan ini menyebabkan meningkatnya kesejahteraan rakyat Kerajaan Makassar. Tetapi, setelah wafatnya raja Alauddin, keadaan pemerintahan tidak diketahui dengan pasti.

. Sultan Hasanuddin

Page 4: Kerajaan Gowa Tallo

4

Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar mencapai masa kejayaannya. Dalam waktu yang cukup singkat, Kerajaan Makassar telah berhasil menguasai seluruh Sulawesi Selatan. Cita-cita sultan Hasanuddin untuk menguasai sepenuhnya jalur perdagangan Nusantara mendorong perluasan kekuasaannya ke wilayah kepualauan Nusa tenggara seperti Sumbawa dan sebagian Flores. Dengan demikian seluruh aktifitas pelayaran perdagangan yang melelui laut flores harus singgah dulu di ibu kota Kerajaan Makassar.

Keadaan seperti itu ditentang oleh Belanda yang mempunyai daerah kekuasaan di maluku dengan pusatnya di Ambon. Hubungan Batavia dengan Ambon terhalang oleh kekuasaan Kerajaan Makassar. Pertentangan antara Makassar dengan Belanda sering menimbulkan peperangan. Keberanian Sultan Hasanuddin memimpin pasukan Kerajaan Makassar untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku mengakibatkan Belanda semakin terdesak. Atas keberaniannya, Belanda memberi julukan kepada Sultan Hasanuddin dengan sebutan Ayam jantan dari Timur.

Mapasomba

Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta, ia digantikan oleh puteranya yang bernama Mapasomba. Sultan Hasanuddin sangat berharap agar Mapasomba dapat bekerjasama dengan Belanda. Tujuannya agar Kerajaan Makassar dapat terus bertahan. Ternyata Mapasomba jauh lebih keras dari ayahnya, akibatnya Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menghadapi Mapasomba. Pasukan Mapasomba dapat dilkalahkan dan akhirnya Belanda berkuasa sepenuhnya atas Kerajaan Makassar.

Tunipalangga

Tunipalangga dikenang karena sejumlah pencapaiannya, seperti:

1.      Menaklukkan dan menjadikan bawahan Bajeng, Lengkese, Polombangkeng, Lamuru, Soppeng dan berbagai Negara/Kerajaan kecil.

2.      Orang pertama kali yang membawa orang-orang Sawitto, Suppa dan Bacukiki ke Gowa.

3.      Menciptakan jabatan Tumakkajananngang.

4.      Menciptakan jabatan tumailalang untuk menangani administrasi internal.

5.      Menciptakan system resmi ukuran berat dan pengukuran.

6.      Pertama kali memasang meriam yang diletakan di benteng-benteng besar.

7.      Pemerintah pertama ketika orang Makassar mulai membuat peluru, mencampur logam dan membuat batu bara.

8.      Pertama kali membuat dinding batu bata mengelilingi pemukiman Gowa dan SombaOpu.

9.      Penguasa pertama yang didatangi oleh orang asing (melayu).

10.  Yang pertama membuat perisai besar menjadi kecil, memendekkan gagang tombak dan membuat peluru Palembang.

11.  Penguasa pertama yang meminta tenaga lebih dari rakyatnya.

Page 5: Kerajaan Gowa Tallo

5

12.  Penyusun siasat perang yang cerdas, seorang pekerja keras, seorang narasumber, kaya dan sangat berani.

5. Kehidupan Ekonomi

Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat

perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :

letak yang strategis,

memiliki pelabuhan yang baik

jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak

pedagang- pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.

Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.

Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang pesat.

Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.

Faktor-faktor penyebab Kerajaan Gowa Tallo berkembang menjadi pusat perdagangan adalah sebagai berikut:

Letaknya strategis yaitu sebagai penghubung pelayaran Malaka dan Jawa ke Maluku. Letaknya di muara sungai, sehingga lalu lintas perdagangan antar daerah pedalaman

berjalan dengan baik. Di depan pelabuhan terdapat gugusan pulau kecil yang berguna untuk menahan

gelombang dan angin, sehingga keamanan berlabuh di pelabuhan ini terjamin. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mendorong para pedagang mencari daerah atau

pelabuhan yang menjual belikan rempah-rempah. Halauan politik Mataram sebagai kerajaan agraris ternyata kurang memperhatikan

pemngembangan pelabuhan-pelabuhan di Jawa. Akibatnya dapat diambil alih oleh Makasar.

Kemahiran penduduk Makasar dalam bidang pelayaran dan pembuatan kapal besar jenis Phinisi dan Lambo.

6. Kehidupan Soial Budaya

Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.

Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.

Page 6: Kerajaan Gowa Tallo

6

Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo.Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.

7. Kehidupan Politik

Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato’ Ri Bandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk agama Islam.

Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng Ma’towaya Tumamenanga Ri Agamanna (Raja Gowa) yang bergelar Sultan Alaudin yang memerintah Makasar tahun 1591 – 1638 dan dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) bergelar Sultan Abdullah. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Muhammad Said (1639 – 1653).

Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.

Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.

Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.

Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.

Page 7: Kerajaan Gowa Tallo

7

Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.b. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.c. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makasar.d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda.

Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.

8. Keruntuhan Kerajaan

Raja Bone Aru Palaka meminta bantuan Belanda untuk menyerang Hasanuddin karena wilayahnya dikuasai Gowa Tallo, maka dengan cepat Belanda menyambutnya.Belanda menyerang dari laut, sedangkan Aru Palaka menyerang dari darat. Dengan tekanan yang demikian berat akhirnya Belanda mempu memaksa Gowa Tallo menandatangani Perjanjian Bongaya (1667).

Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:

a. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.b.Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.c. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makasar.d. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

Gowa Tallo menyerah kepada Belanda tahun 1669.

Akibat penyerahan Gowa Tallo kepada Belanda adalah seperti berikut:

•Peranan Makasar sebagai pusat pelayaran dan perdagangan di Indonesia Timur berakhir.•Belanda menguasai Gowa Tallo dan mendirikan benteng di New Rotterdam.•Pejuang Makasar banyak yang pergi ke luar daerah untuk melanjutkan perjuangannya melawan penjajah Belanda. Para pejuang tersebut antara lain Kraeng Galengsung dan Montemaramo yang pergi ke Jawa melanjutkan perjuangannya di Jawa.

Beberapa akibat di atas mengakhiri Kerajaan Gowa Tallo (Makasar) dan berakhir pula peranannya sebagai pelabuhan transito yang besar.

9. Peninggalan Kerajaan Gowa dan Tallo Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum

Pandang)

Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang)

adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo.

Page 8: Kerajaan Gowa Tallo

8

Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng

Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah

liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng

ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di

daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak

merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa

penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya

di daratan maupun di lautan. Nama asli benteng in i adalah Benteng Ujung Pandang.

Mesjid Katangka

Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak

berdirinya telah mengalami beberapa kali pemugaran.

Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh Sultan

Mahmud  (1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur Daeng

Limpo, Kadi Gowa (1948), dan Andi Baso, Pabbicarabutta

Gowa (1962) sangat sulit mengidentifikasi bagian paling

awal (asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa ini. Kolmplek Makam raja-raja Tallo

Kolmplek Makam raja-raja Tallo adalah

sebuah kompleks makam kuno yang dipakai

sejak abad XVII sampai dengan abad XIX

Masehi. Letaknya di RK 4 Lingkungan Tallo,

Kecamatan Tallo, Kota Madya Ujungpandang.

Lokasi makam terletak di pinggir barat muara

sungai Tallo atau pada sudut timur laut dalam

wilayah benteng Tallo. Ber¬dasarkan basil

penggalian (excavation) yang dilakukan oleh

Suaka Peninggalan sejarah dan Purbakala (1976¬-1982) ditemukan gejala bah  wa komplek makam

ber¬struktur tumpang-tindih. Sejumlah makam terletak di atas pondasi bangunan, dan kadang-

kadang ditemukan fondasi di atas bangunan makam.

Kompleks makam raja-raja Tallo ini sebagian ditempat¬kan di dalam bangunan kubah,

jirat semu dan sebagian tanpa bangunan pelindung: Jirat semu dibuat dan balok¬balok ham pasir.

Bangunan kubah yang berasal dari kuran waktu yang lebih kemudian dibuat dari batu bata.

Penempatan balok batu pasir itu semula tanpa memper¬gunakan perekat. Perekat digunakan

Proyek Pemugaran. Bentuk bangunan jirat dan kubah pada kompleks ini kurang lebih serupa

dengan bangunan jirat dan kubah dari kompleks makam Tamalate, Aru Pallaka, dan Katangka.

Pada kompleks ini bentuk makam dominan berciri abad XII Masehi.

Daftar Pustaka