kepribadian anti sosial
DESCRIPTION
Kepribadian Anti SosialTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan kepribadian antisosial, awalnya menunjukkan kelompok perilaku kriminal
yang terjadi. Psikopat ditentukan oleh karakter pribadi dan perilaku sosial yang menyimpang.
Kebanyakan kriminal bukanlah psikopat, namun banyak individu yang bekerja di “bawah
bayangan hukum” tetap bebas sebagai psikopat.
Dalam perspektif WCC tidak mudah menggambarkan suatu makna, menarik, karena
menyangkut dan menyentuh aspek yang dilihat tetapi tidak dilihat, yaitu terlibatnya individu
terhormat dalam suatu komunitas/negara. Mereka diharapkan memberi contoh dan teladan,
ternyata menjadi kapten korporasi. Jika awalnya diarahkan kepada perbuatan, dalam
perkembangan diarahkan kepada individu yang melakukan dan selanjutnya korporasi itu sendiri.
Antisosial adalah gangguan di mana penderitanya tidak peduli dengan hak orang lain.
Tindakan mereka tidak didasarkan pada apa pun kecuali hasrat mereka sendiri. Orang dengan
gangguan ini menunjukkan pola perilaku impulsif, tidak bertanggung jawab, tidak dipikirkan,
dan kadang-kadang kriminal. Mereka seringkali cerdas dan pandai berbicara, dengan
kemampuan untuk mempesona dan memanipulasi orang lain. Mereka dapat menjadi penjahat
keji yang sangat berbahaya bagi masyarakat karena kemampuan mereka untuk mendapatkan
kepercayaan dari orang lain dikombinasikan dengan kurangnya kesadaran atau rasa bersalah.
Istilah lain yang terkait dengan gangguan ini adalah psikopat atau sosiopat.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PSIKOPAT, SOSIOPAT DAN ANTISOSIAL
Kita mungkin pernah mendengar tentang seseorang yang berkali-kali melanggar
hukum/aturan, berurusan dengan polisi dan melakukan banyak perilaku yang merugikan orang
lain. Atau mungkin di tempat kerja kita ada rekan kerja yang sangat sulit diajak kerja sama
karena perilakunya yang mau menang sendiri saja. Bisa juga orang itu adalah orang dengan
gangguan kepribadian antisosial. Mereka dengan ganggua kepribadian antisosial ini sulit untuk
bisa beradaptasi dengan suatu lingkungan atau keadaan sosial yang baik dan cenderung menjadi
‘biang kerok’ dalam setiap masalah yang muncul.
Secara harafiah psikopati berarti sakit jiwa-berasal dari kata psyche, jiwa dan pathos,
penyakit. Masyarakat awam menyebutnya “gila”
Pada tahun 1952 dalam psikiatri terjadi revisi nomenklatur kepribadian psikopatik
menjadi kepribadian sosiopatik. Tahun 1968, terminologi kepribadian sosiopatik berubah
menjadi bentuk gangguan kepribadian antisosial, yang dipakai sampai sekarang ini.
Ciri-ciri psikopat sebagai berikut: fasih berbicara dengan daya tarik yang superfisial,
merasa diri berharga, berbohong, menipu dan manipulatif, emosi dangkal atau kurangnya rasa
bersalah, kurangnya empati dan sifat tidak berperasaan, gaya hidup parasit, rendahnya kontrol
perilaku, perilaku seksual yang sembarangan, tidak realistik, impulsif, tidak bertanggung jawab,
gagal mengerjakan tanggung jawab pribadi, relasi pernikahan yang pendek, kenakalan masa
remaja, pandai dalam tindak kriminal.
Sosiopat hanya peduli terhadap keinginan dan kebutuhan mereka, sangat selfishness dan
egosentris. Terbanyak pada pria, meningkat juga pada wanita. Mereka memiliki temperamen
normal, beberapa bersikap agresif, tidak punya rasa takut, yang lain dikenal sebagai
manipulation
3
2.2 MEMAHAMI KEPRIBADIAN ANTISOSIAL
Banyak pembaca terkejut mengetahui beberapa sifat terbaik mereka menunjukkan ciri-
ciri kepribadian antisosial, dalam bentuk pasif, contoh Christopher Columbus. Petualangan
membuat mereka dikagumi dan disebut jantan. Mereka adalah orang yang menyukai tantangan,
menganggap orang-orang dapat menjaga diri mereka sendiri, persuasif secara interpersonal dan
enggan untuk menetap. Di masa kanak dan remaja mereka nakal, pemberani dan kuat saat
dewasa.
Dissenting Personality (kepribadian yang kerap berselisih) mewakili varian antisosial
lingkup normal, sedikit lebih patologis. Melakukan segala hal dengan cara mereka sendiri, mau
menanggung konsekuensinya, kadang bermain-main dengan batas hukum untuk mengejar
tujuan/keinginannya. Mereka melihat diri sendiri sebagai orang merdeka, berotonomi. Otoritas
dipandang rendah. Tidak suka rutinitas sehari-hari, impulsif, tidak bertanggung jawab, dapat
memotivasi diri sendiri dan sangat kaya ide/kreatif.
Pribadi yang menderita disorder secara konsisten melanggar norma sosial melalui
aktifitas ilegal, sementara style antisosial meletakkan sistem nilai dirinya diatas nilai kelompok.
Jika pasien gangguan menggunakan berbagai bentuk kebohongan untuk mencapai tujuannya,
style pribadi antisosial sangat licin, cenderung menyiasati dan memutar fakta demi
keuntungannya tanpa harus nyata-nyata berbohong. Jika pasien gangguan terlalu impulsif untuk
mempertimbangkan konsekuensi tindakannya, style pribadi antisosial terlalu mengasihi diri
sendiri, tetapi tahu kapan ia harus menunda melakukan sesuatu demi kepuasan diri, karena jika
tidak hal itu akan melanggar norma sosial atau akan melukai diri sendiri atau orang lain. Jika
pasien gangguan mudah marah, agresif sampai berkelahi atau menyerang berulang-ulang, style
pribadi antisosial bertindak asertif dalam menciptakan kesan kehadirannya secara fisik. Jika
pasien gangguan secara sembrono mengabaikan keselamatan dirinya dan orang lain, style
antisosial melihat diri sendiri sebagai orang yang lebih resistant terhadap risiko, tidak sembrono.
Jika pasien gangguan secara konsisten tidak bertanggungjawab terhadap pekerjaan dan
kewajiban keuangannya, style pribadi antisosial lebih suka merdeka dan menghabiskan uang
4
untuk bersenang-senang sekarang daripada menabung dengan bijaksana untuk masa depan.
Akhirnya, jika pasien gangguan tidak memiliki nurani/kesadaran dan merasionalisasi eksploitasi
terhadap orang lain, style pribadi antisosial secara agresif/impulsif melayani dirinya sendiri tetapi
dalam batas moral, sosial dan hukum.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi ASPD 2-3% populasi di Amerika. Mereka , 2005 ditemukan di daerah tengah
kota yang miskin, banyak yang drop out dari sekolah. Populasi ASPD di penjara kira-kira 75%.
Perbandingan laki dan perempuan bervariasi dari 4:1 hingga 8:1. Onset terjadinya sebelum usia
15 tahun. Pada laki-laki dapat lebih awal.
Antisosial dapat timbul pada perempuan. Perempuan yang menarik, menggairahkan
dengan pesona interpersonal, manipulatif sering dianggap histeria, histrionik dan borderline.
Setiap orang akan memberinya keuntungan tanpa ragu-ragu. Pola familial, 5 kali lebih sering
pada sanak saudara first degree dari laki-laki.
2.4 PENYEBAB GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTI SOSIAL
Penyebab gangguan kepribadian anti sosial (ASP), sampai saat ini belum dapat
diketahui. Asp dapat dikatakan sebagai permasalahan kesehatan mental, poin bukti untuk
mewarisi sifat-sifat. Tapi kehidupan keluarga disfungsional juga meningkatkan kemungkinan
ASP. Jadi meskipun ASP kemungkinan disebabkan dari dasar keturunan, faktor lingkungan juga
memberikan kontribusi untuk pengembangannya. Kondisi dan Situsi lingkungan juga dapat
menyebabkan.
Para peneliti telah mengemukakan gagasan mereka sendiri tentang penyebab ASP’s.
Satu teori menyatakan bahwa kelainan dalam perkembangan sistem saraf dapat menyebabkan
ASP. Kelainan yang menyarankan pengembangan sistem saraf yang abnormal termasuk
gangguan belajar, mengompol gigih dan hiperaktivitas.
Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa jika ibu merokok selama kehamilan, keturunan
mereka pada risiko mengembangkan perilaku antisosial. Hal ini menunjukkan bahwa merokok
membawa menurunkan tingkat oksigen dengan mungkin dihasilkan dalam cedera otak halus
untuk janin.
5
Namun teori lain menunjukkan bahwa orang dengan ASP memerlukan input sensorik
yang lebih besar untuk fungsi otak normal. Bukti bahwa antisocials telah beristirahat rendah
denyut nadi dan konduktansi kulit rendah, dan menunjukkan penurunan amplitudo pada ukuran
otak tertentu mendukung teori ini. Individu dengan gairah rendah kronis dapat mencari
berpotensi berbahaya atau berisiko situasi untuk meningkatkan gairah mereka ke tingkat yang
lebih optimal untuk memuaskan keinginan mereka untuk kesenangan.
Pencitraan otak telah juga menyatakan bahwa fungsi otak abnormal merupakan penyebab
perilaku antisosial. Demikian pula, neurotransmiter serotonin telah dikaitkan dengan perilaku
impulsif dan agresif. Kedua lobus temporal dan korteks prefrontal membantu mengatur suasana
hati dan perilaku. Bisa jadi perilaku impulsif atau kurang terkontrol berasal dari kelainan
fungsional dalam kadar serotonin atau di wilayah otak.
Lingkungan sosial dan lingkungan rumah juga berperan dalam menunjang perkembangan
perilaku antisosial. Orang tua dari anak-anak bermasalah sering menunjukkan tingkat tinggi
perilaku antisosial sendiri. Dalam satu penelitian besar, orang tua anak laki-laki lebih sering
bermasalah alkohol atau pidana, dan rumah mereka sering terganggu oleh perceraian, perpisahan
atau tidak adanya orangtua.
Dalam kasus anak asuh dan adopsi, merampas seorang anak muda dari ikatan emosional
yang signifikan dapat merusak kemampuannya untuk membentuk hubungan intim dan percaya,
yang mungkin menjelaskan mengapa beberapa anak yang diadopsi cenderung untuk
mengembangkan ASP. Sebagai anak-anak muda, mereka mungkin lebih cenderung bergerak dari
satu pengasuh ke yang lain sebelum adopsi akhir, sehingga gagal untuk mengembangkan
lampiran emosi yang tepat atau mempertahankan angka dewasa.
Disiplin tidak menentu atau tidak patut dan pengawasan yang tidak memadai telah
dikaitkan dengan perilaku antisosial pada anak-anak. Melibatkan orang tua cenderung untuk
memonitor perilaku anak, menetapkan aturan dan melihat bahwa mereka mematuhi, memeriksa
keberadaan anak, dan mengarahkan mereka dari teman-teman bermain bermasalah. pengawasan
yang baik adalah kurang cenderung di rumah-rumah yang rusak karena orang tua mungkin tidak
tersedia, dan orang tua sering antisosial kurangnya motivasi untuk mengawasi anak-anak
mereka. Pentingnya pengawasan orangtua juga ditekankan ketika antisocials tumbuh dalam
keluarga besar dimana setiap anak kurang mendapat perhatian secara proporsional.
6
Seorang anak yang tumbuh di sebuah rumah terganggu dapat memasukkan orang dewasa
di dunia terluka secara emosional. Tanpa memiliki ikatan yang kuat dikembangkan, dia egois
dan tidak peduli kepada orang lain. Kurangnya disiplin hasil konsisten dalam hal kecil untuk
aturan dan menunda kepuasan. Dia tidak memiliki model peran yang tepat dan belajar untuk
menggunakan agresi untuk memecahkan perselisihan. Dia gagal untuk mengembangkan empati
dan kepedulian bagi orang-orang di sekitarnya.
2.4.1 ANTI SOSIAL ANAK- ANAK
Antisosial anak-anak cenderung memilih teman bermain dengan anak yang sama. Pola
dasar biasanya berkembang selama tahun-tahun sekolah dasar, ketika rekan kelompok
penerimaan dan perlu menjadi bagian pertama menjadi penting. anak agresif adalah yang paling
mungkin akan ditolak oleh rekan-rekan mereka, dan penolakan ini mendorong orang buangan
sosial untuk membentuk ikatan dengan satu sama lain. Hubungan ini dapat mendorong dan
pahala agresi dan perilaku antisosial lainnya. Asosiasi tersebut kemudian dapat mengakibatkan
keanggotaan geng.
2.4.2 PENYALAHGUNAAN ANAK
Penyalahgunaan Anak juga telah dikaitkan dengan perilaku antisosial. Orang dengan ASP
lebih mungkin daripada yang lain telah disalahgunakan sebagai anak-anak. Hal ini tidak
mengherankan karena banyak dari mereka tumbuh dengan orang tua antisosial lalai dan kadang-
kadang kekerasan. Dalam banyak kasus, pelecehan perilaku belajar menjadi orang dewasa yang
sebelumnya disiksa mengabadikan dengan anak-anak mereka sendiri.
Telah dikemukakan bahwa pelecehan awal (seperti gemetar penuh semangat anak) adalah
sangat berbahaya, karena dapat mengakibatkan cedera otak. Trauma kejadian dapat mengganggu
perkembangan normal sistem saraf pusat, sebuah proses yang berlanjut selama bertahun-tahun
remaja. Dengan memicu pelepasan hormon dan bahan kimia otak lainnya, peristiwa stress dapat
mengubah pola perkembangan normal.
7
2.5 TANDA DAN GEJALA KEPRIBADIAN ANTI SOSIAL
Salah satu gangguan kepribadian yang ada dalam DSM IV (diagnostic statistical manual)
adalah gangguan kepribadian antisosial yang ditandai dengan ciri-ciri :
1. Tidak peduli dengan perasaan orang lain
2. Secara menetap tidak bertanggung jawab terhadap norma, peraturan, kewajiban sosial
3. Tidak mampu mempertahankan hubungan interpersonal walaupun tidak ada kesulitan
4. Mudah frustrasi dan bertindak agresif / kekerasan
5. Tidak mampu menerima kesalahan atau belajar dari pengalaman / hukuman
6. Bila ia mengalami konflik sosial, ia cenderung menyalahkan orang lain, atau memberikan
rasionalisasi dari perbuatannya
Selain itu, tanda dan gejala kepribadian anti sosial adalah sebagai berikut:
Mengabaikan nilai-nilai benar dan salah.
Berbohong atau menipu untuk mengeksploitasi orang lain.
Menggunakan pesona atau kecerdasan untuk memanipulasi orang lain dengan tujuan
meraih keuntungan pribadi atau untuk kesenangan semata.
Egosentrisme intens, rasa superioritas, dan eksibisionisme.
Berulang kali mengalami masalah hukum.
Berulang kali melanggar hak orang lain dengan menggunakan intimidasi, ketidakjujuran,
dan penipuan.
Tindakan pelecehan terhadap anak atau melalaikannya.
Menunjukkan sikap permusuhan, agitasi, impulsif, atau kekerasan.
Kurangnya empati terhadap orang lain dan kurangnya penyesalan saat melakukan
tindakan merugikan.
Mengambil resiko atau melakukan tindakan berbahaya yang tidak perlu.
Hubungan yang buruk atau kasar.
Perilaku kerja yang tidak bertanggung jawab.
Kegagalan untuk belajar dari konsekuensi perilaku negatif di masa lalu.
8
Gangguan kepribadian ini sangat menyulitkan mereka yang mengalaminya dan juga
menyulitkan bagi keluarga, tempat kerja dan lingkungannya. Mereka dengan gangguan
kepribadian antisosial memiliki kesulitan untuk bisa beradaptasi dengan baik dalam suatu pola,
sistem atau norma tertentu dan memiliki kecenderungan untuk melanggarnya. Tidak adanya rasa
bersalah setelah melakukan suatu pelanggaran atau perilaku yang merugikan membuat gangguan
ini sulit untuk diterapi. Gangguan kepribadian yang seperti ini terbentuk dari usia kecil,
lingkungan dan pola asuh memegang peranan utama disamping memang ada juga faktor genetik
yang berperan.
2.6 PERILAKU ANTISOSIAL DAN DISKRIMINALITAS
Kita sering cenderung berpikir bahwa perilaku antisosial sinonim dengan perilaku
kriminal. Meski ada hubungan kuat antara keduanya, tidak semua kriminalis menunjukkan
tanda-tanda psikopati dan tidak semua orang dengan kepribadian psikopati menjadi kriminalis.
Para peneliti mulai memandang bahwa kepribadian psikopat terdiri dari dua dimensi yang agak
terpisah. Dimensi itu antara lain :
1. Dimensi kepribadian
Dimensi ini terdiri dari trait-trait seperti kharisma yang tampak dari luar saja, seperti
mementingkan diri sendiri, kurang empati, keji dan tidak aja penyesalan meski telah
memanfaatkan orang lain, serta tidak menghargai perasaan dan kesejahteraan orang lain.
Tipe kepribadian psikopati ini dikenakan pada orang lain yang memiliki trait psikopati
namun tidak menjadi pelanggar hukum.
2. Dimensi perilaku
Dimensi ini ditandai dengan gaya hidup yang tidak stabil dan antisosial, termasuk sering
berhadapan dengan masalah hokum, riwayat pekerjaan yang minim, dan hubungan yang
tidak stabil
9
Kedua dimensi ini tidak sepenuhnya terpisah; banyak individu psikopati
menunujukkan bukti memiliki kedua macam trait itu.
2.7 VARIASI KEPRIBADIAN ANTISOSIAL
Ragam antisosial dibawah ini, menggambarkan kombinasi gagasan yang diwariskan
langsung oleh teori evolusi.
Lima variasi kepribadian antisosial:
1. Antisosial pencemburu/ iri ( varian murni)
Selalu menyangkal dan merasa kekurangan
Tamak, loba, serakah
Iri, dengki, pencemburu
Mencari ganti rugi
Selalu ingin mendapat dari pada memberi
2. Antisosial penjaga reputasi ( ciri narsistik)
Tidak mau dianggap cacat, rapuh
Tak terkalahkan
Tidak dapat diganggu gugat
Bersikeras ketika satusnya dipertanyakan
Tidak mau diremehkan
3. Antisosial pengambil resiko (ciri histrionik)
Tidak takut, berani
10
Suka berpetualang
Sembrono, membabi buta, impulsif
Tidak peduli bahaya resiko
4. Antisosial Nomadis ( ciri skizoid, avoidant)
Bernasib sial atau buruk
Dianggap tidak penting, tidak diinginkan
Gelandangan/ tunawisma
Impulsif, namun tidak berbahaya
5. Antisosial pendengki ( ciri sadistik, paranoid)
Suka berkelahi, penuh dendam
Kejam, sangat jahat, brutal
Mengantisipasi pengkhianatan dan hukuman
Temperamen kasar dan tidak berperasaan
Tidak merasa takut dan bersalah
2.8 PSIKODINAMIKA
Ada 3 struktur dalam pikiran id, ego dan superego. Id, paling primitif dari personality dan
satu-satunya yang ada sejak lahir, bekerja berdasarkan prinsip kesenangan. Dorongan seksual
dan yang agresif harus segera direspon langsung: jika seseorang membuatmu marah, bunuhlah.
Pertama, reward dapat diperoleh dengan mengikuti urutan tingkah laku tertentu, misalnya,
sebuah mobil baru membutuhkan uang, berarti membutuhkan perkerjaan layak, dimana
11
membutuhkan pendidikan/latihan tertentu. Inilah yang dikerjakan oleh “ego”. Ego bekerja
berdasarkan prinsip realitas.
Kedua, batasan pemenuhan keinginan dipaksakan oleh superego. Melalui peran model
penuh kasih tetapi tegas, anak-anak normal belajar bahwa orang lain merupakan individu
berbeda, memiliki perasaan dan kemampuan yang berbeda, tetapi sama berharganya seperti
dirinya sendiri. Dalam diri orang normal, superego yang dewasa berkembang menjadi parental
values dan larangan-larangan diinternalisasi sebagai conscience/kesadaran/hati nurani dan ego
ideal. Ego ideal terdiri dari nilai-nilai yang mengarah kepada aktualisasi diri, apa yang
seharusnya dilakukan seseorang untuk memperoleh self-esteem dan memenuhi potensi khusus
seseorang sebagai manusia.
Kepribadian antisosial mudah dimengerti dalam kerangka klasik psikoanalitis, ego
berkembang, tetapi superego tidak berkembang. Akibatnya seluruh kepribadian didominasi oleh
“id kanak-kanak“ beserta prinsip mengutamakan kesenangan. Sama seperti id tidak memiliki
toleransi atas rasa frustasi, pula antisosial. Mereka hanya dapat dihalangi oleh ancaman hukuman
yang konkrit.
2.9 DIAGNOSIS GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL
Kriteria DSM-IV-TR
1. Terdapat pola pervasif dari sikap acuh tak acuh dan kekerasan untuk berkuasa atas orang lain
sejak 15 tahun, yang terdiri dari 3 atau lebih :
a. Gagal untuk menyesuaikan diri dengan norma sosial dan hormat pada tindakan berdasarkan
hukum, ditandai dengan berkali-kali melakukan tindakan yang merupakan alasan ia ditahan
b. Ketidakjujuran, ditandai bohong berulang-ulang, menggunakan nama lain/menipu
c. Impulsivitas/kegagalan untuk merencanakan sesuatu
d. Mudah tersinggung, agresif, ditandai perkelahian berulang kali/penyerangan
e. Sikap acuh tak acuh yang sembrono terhadap keselamatan diri sendiri/orang lain
f. Tindakan tidak bertanggung jawab yang konsisten ditandai dengan kegagalan berulang dalam
mempertahankan perilaku bekerja yang konsisten/menghormati kewajiban keuangan
12
g. Kurangnya rasa penyesalan ditandai dengan biasa saja/merasionalisasi dirinya disakiti, dicuri,
dianiaya oleh orang lain
2. Berusia minimal 18 tahun
3. Bukti terjadinya gangguan tingkah laku timbul sebelum 15 tahun
4. Timbulnya perilaku antisosial yang tidak terjadi pada keadaan skizofrenia/episode manik
2.10 PENATALAKSANAAN
Pengobatan biasanya dipaksakan/disertai ancaman/mungkin dikeluarkan dari
sekolah/dipecat dari pekerjaan/dihadapkan pada perceraian/dipenjarakan. Terapi farmakologis
dan terapi individual tidak efektif bagi antisosial murni. Beberapa terapis percaya, perubahan
seiring bertambahnya usia. Selama terapi, pasien-pasien ini dapat berbohong, curang, mencuri,
mengancam dan memperdaya.
Antisosial dan perilaku agresif pada remaja yang menunjukkan CU trait disarankan memakai
metode terapi fisik seperti electric shock. Bila gangguan sangat berat dapat dilakukan prefrontal
lobotomy, topectomy dan transorbital lobotomy. (Cleckley, 1988; Kimonis, 2008)
Salah satu terapi yang berkembang sejak akhir tahun 1970-an yaitu Multisystemic Therapy
(MST), melibatkan individu, keluarga dan lingkungan/extrafamilial (peer, sekolah, tetangga).
Pendekatannya sangat kompleks Target utama MST adalah mengurangi aktivitas kriminal
remaja, menurunkan perilaku antisosial bentuk lain seperti drug abuse, mengurangi pengeluaran
biaya dengan menurunnya penahanan.
Pengobatan Gangguan Kepribadian Antisosial, pengobatan gangguan kepribadian
antisosial biasanya melibatkan jangka panjang psikoterapi dengan seorang terapis yang memiliki
pengalaman dalam memperlakukan jenis gangguan kepribadian. Emosi biasanya merupakan
aspek kunci dari pengobatan gangguan ini. Pasien sering memiliki hubungan emosional oleh
karena itu, ini bisa sangat menakutkan bagi klien awalnya, dan itu mungkin menjadi tak
13
tertahankan. Sebuah hubungan terapeutik dekat hanya bisa terjadi jika hubungan yang baik dan
solid telah didirikan dengan klien dan ia percaya terapis implisit.
Orang yang memiliki gangguan kepribadian antisosial sering mengalami kesulitan dengan
tokoh otoritas. Terapis biasanya harus mengambil sikap netral dalam hal ini, karena merupakan
kepercayaan dipegang teguh oleh klien. Klinisi harus menghindari argumen dan memihak pada
masalah otoritas dan mereka yang memegang otoritas atas klien.
Kebanyakan gangguan kepribadian memang seringkali sulit diobati. Keadaan ini
diperparah karena individu yang mengalami gangguan ini tidak punya tilikan atau kesadaran diri
bahwa dirinya perlu diobati. Orang di sekitar individu yang akan merasakan dampak yang sangat
tidak menyenangkan dari perilaku orang yang mengalami gangguan ini.
Biasanya salah satu cara yang lebih efektif untuk orang dengan gangguan ini belajar
untuk mengubah perilaku tidak efektif mereka harus menghadapi konsekuensi dari perilaku
mereka. Hal ini terkadang berarti berurusan dengan pengadilan dan penjara, tetapi juga bisa pada
akhirnya menjadi faktor pendorong dalam perawatan klien. Modalitas lain psikoterapi, seperti
kelompok dan terapi keluarga, dapat membantu.
Meskipun gangguan kepribadian antisosial bisa sangat resisten terhadap pengobatan,
intervensi yang paling efektif yaitu menekankan pengajaran individu yang mengalami gangguan
kepribadian antisosial dengan keterampilan yang dapat digunakan untuk hidup mandiri dan
produktif dalam aturan dan batas-batas masyarakat.
Jika tidak diobati, orang dengan gangguan kepribadian antisosial beresiko untuk lebih
buruk lagi. Individu dengan gangguan kepribadian antisosial juga berisiko untuk melukai diri
sendiri dan orang lain.
2.11 PROGNOSIS
Sekali gangguan kepribadian antisosial berkembang, perjalanannya akan terus menerus,
perilaku antisosial memberat, biasanya terjadi pada remaja akhir. Prognosisnya bervariasi.
Beberapa laporan menunjukkan berkurangnya gejala pada usia tua.
14
BAB III
KESIMPULAN
Semua psikopat adalah antisosial namun tidak semua kepribadian antisosial adalah
psikopat. Faktor lingkungan memang menghasilkan perilaku agresi, tidak adanya emosi dan sifat
tidak berperasaan, namun ternyata aspek biologi memegang peran penting. Dua area penting di
otak yang berperan terhadap disfungsi psikopatik adalah amigdala dan vmPFC. Kepribadian dan
kejahatan dihubungkan melalui 2 jalur. Pertama, secara ciri kepribadian dihubungkan dengan
perilaku antisosial. Kedua, melalui pernyataan individu yang memiliki kepribadian antisosial.
Kemungkinan perubahan bertambah besar seiring penambahan usia pasien.
Gangguan kepribadian ini sangat menyulitkan mereka yang mengalaminya dan juga
menyulitkan bagi keluarga, tempat kerja dan lingkungannya. Mereka dengan gangguan
kepribadian antisosial memiliki kesulitan untuk bisa beradaptasi dengan baik dalam suatu pola,
sistem atau norma tertentu dan memiliki kecenderungan untuk melanggarnya. Tidak adanya rasa
bersalah setelah melakukan suatu pelanggaran atau perilaku yang merugikan membuat gangguan
ini sulit untuk diterapi. Gangguan kepribadian yang seperti ini terbentuk dari usia kecil,
lingkungan dan pola asuh memegang peranan utama disamping memang ada juga faktor genetik
yang berperan.
Pengobatan gangguan kepribadian antisosial biasanya melibatkan jangka panjang
psikoterapi dengan seorang terapis yang memiliki pengalaman dalam memperlakukan jenis
15
gangguan kepribadian. Emosi biasanya merupakan aspek kunci dari pengobatan gangguan ini.
Jika tidak diobati, orang dengan gangguan kepribadian antisosial beresiko untuk lebih buruk lagi.
Individu dengan gangguan kepribadian antisosial juga berisiko untuk melukai diri sendiri dan
orang lain.
Sekali gangguan kepribadian antisosial berkembang, perjalanannya akan terus menerus,
perilaku antisosial memberat, biasanya terjadi pada remaja akhir. Prognosisnya bervariasi.
Beberapa laporan menunjukkan berkurangnya gejala pada usia tua.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ & Sadock VA, 2007, ‘Personality Disorders’, in Grebb JA, Pataki
CS, Sussman N (eds), Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 10th edn, Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia, p.798-99.
2. Gabbard GO, 2005, ‘Cluster B Personality Disorders’, in Psychodynamic
Psychiatry in Clinical Practice, 4th edn, American Psychiatric Publishing Inc.,
USA, p.513-39.
3. Hare RD, 2006, ‘Tanpa Nurani’, dalam Aziza L (ed), PT. Graha Media
Medika, Jakarta, p.1-210.
4. James BL, 2010, ‘Antisocial Personality, Sociopathy and Psychopathy’, in
Personality 100.com. http;//www.personalitybook.com
5. Reid JA, 2011, ‘Crime and Personality : Personality Theory and Criminality
Examined. Student Pulse’ Academic Journal, vol. 3, issue 1.
http://ww.studentpulse.com