kepemimpinan d.sirojuddin ar pada lembaga kaligrafi al...
TRANSCRIPT
KEPEMIMPINAN D. SIROJUDDIN AR
PADA LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA)
DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KALIGRAFI DI INDONESIA
Oleh:
Saiful Huda NIM: 104053002035
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H
KEPEMIMPINAN D. SIROJUDDIN AR
PADA LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA)
DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KALIGRAFI DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Saiful Huda NIM : 104053002035
Di Bawah Bimbingan:
DR. H. M. Idris Abdul Shomad, MA
NIP. 150 311 326
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi dengan judul: "KEPEMIMPINAN D. SIROJUDDIN AR PADA
LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA) DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN KALIGRAFI DI INDONESIA" ini telah telah diajukan
dalam sidang munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 11 Desember 2008. Skipsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu (S1)
pada jurusan Manajemen Dakwah.
Jakarta, 11 Desember 2008
Sidang Munaqosyah
Ketua Sekretaris
Drs. Mahmud Jalal, MA Drs. Cecep Castrawijaya, MA
NIP. 150 202 342 NIP. 150 287 029
Anggota,
Penguji I Penguji II
Drs. Tarmi, MM Drs. Sugiharto, MA
NIP. 150 026 569 NIP. 150 177 690
Pembimbing
DR. M. Idris Abdul Shomad, MA
NIP. 150 311 326
ABSTRAK
S A I F U L H U D A
Kepemimpinan D. Sirojuddin. AR pada Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA)
dalam Upaya Pengembangan Kaligrafi di Indonesia
Kepemimpinan adalah sebuah sifat pemimpin dalam proses mempengaruhi
orang-orang atau bawahan dalam rangka untuk mencapai sebuah tujuan yang telah
ditentukan. Setiap pemimpin memiliki karakteristik dan model kepemimpinannya
masing-masing. Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah sebab yang dihadapi
adalah manusia dengan subyektifitasnya masing-masing. Oleh karena itu, seorang
pemimpin hendaknya memiliki sifat, ciri, atau nilai-nilai pribadi dalam dirinya
diantaranya: berpandangan jauh ke masa depan, bersikap dan bertindak bijaksana,
berpengetahuan luas, pempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil, berhati
ikhlas, mampu berkomunikasi, memiliki kondisi fisik yang baik. Kepemimpinan atau leadership pada hakikatnya adalah satu state of mind dan
state of the spirit, suatu sikap hidup dalam pikiran dan sikap kejiwaan yang merasa
terpanggil untuk memimpin dengan segala tindakan, perbuatan, prilaku dan ucapan,
mendorong dan mengantarkan yang dipimpin kearah cita-cita luhur. Penulis
menganggap bahwa sifat, ciri, atau nilai-nilai dan Leadership itu ada dalam jiwa Drs. H. D. Sirojuddin. AR, M.Ag, seorang pemimpin lembaga pengembangan kaligrafi
yang memiliki sikap hidup dalam pikiran dan sikap kejiwaan diatas. Seorang Khattat (Khattat terbaik I tingkat ASEAN) yang juga akademisi (seorang Dosen tetap di
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Penulis tertarik melakukan penelitian ini untuk mengetahui lebih jelas
bagaimana kepemimpinan D. Sirojuddin AR pada Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) dalam upaya pengembangan kaligrafi di Indonesia, bagaimana peran D.
Sirojuddin AR sendiri, dan kemudian bagaimana peran LEMKA. Dimulai dari
berusaha mengetahui aktivitas-aktivitas dalam kepemimpinannya, kemudian dari
aktivitasnya tersebut akan terlihat gaya kepemimpinannya dan dari aktivitas dan gaya
kepemimpinannaya tersebut bisa diklasifikasikan tipe-tipe kepemimpinannya.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan beberapa tektik
pengumpulan data, observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, kepemimpinan D. Sirojuddin
AR merupakan pemimpin yang teladan khususnya bagi para khattat/kaligrafer. D.
Sirojuddin AR memposisikan diri sebagai teladan sebelum mengajak atau menyuruh
orang lain, Dalam kepemimpinannya D. Sirojuddin AR bertipologi, demokratis,
kharismatis, dan paternalistis. D. Sirojuddin AR dalam perannya telah banyak yang ia
lakukan untuk perkembangan seni kaligrafi di Indonesia yang terbukti dengan di
dirikannya Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) dan Pesantren Kaligrafi al-Quran yang telah melahirkan khattat/kaligrafer-kaligrafer berprestasi yang telah menyebar di
seluruh daerah di tanah air Indonesia.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena dengan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada hamba-hamba-Nya, sehingga, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: KEPEMIMPINAN D. SIROJUDDIN
AR PADA LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA) DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN KALIGRAFI DI INDONESIA.
Sholawat teriring salam, semoga tetap terlimpahcurahkan kepada proklamator
Islam yaitu: Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya, pengikutnya,
dan umatnya.
Penulis menyadari adanya berbagai kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh
sebab itu, tanpa bantuan dari berbagai pihak yang turut serta dalam proses penulisan
skripsi ini, maka penulis tidak akan dapat menyelesaikannya untuk mendapatkan
gelar "Sarjana Sosial Islam" (S. Sos.I). Untuk itu, dengan segala kerendahan hati,
penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ayahanda Nurdin dan Ibunda Sumini, yang telah berjuang keras dan tak
bosan-bosannya untuk mendo'akan penulis dalam menuntut ilmu. Walaupun
jauh untuk bertemu namun dekat dihati. Harapan, semoga ananda menjadi
anak yang bermanfaat bagi keluarga, bangsa dan agama.
2. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. DR. Komaruddin Hidayat, yang
sedang mengembangkan kampus baik secara fisik maupun secara kualitas
untuk menjadikan kampus berkelas internasional, semoga segera terwujud.
3. DR. Murodi, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Hasan Ibnu Hibban, MA selaku Ketua Jurusan Manajeman Dakwah.
Serta Drs. Cecep Catrawijaya, MA selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. DR. H. Idris Abdul Shomad, MA, selaku dosen pembimbing skripsi ini,
dimana walaupun dengan berbagai kesibukan beliau, tetap berusaha
memberikan yang terbaik dalam bimbingan skripsi ini.
6. Drs. H. D. Sirojuddin. AR, M.Ag sebagai objek dalam skripsi ini yang telah
banyak memberikan pelajaran bagi penulis khususnyaFAFFAF.
7. Para tim penguji skripsi ini, yang telah memberikan masukan, saran dan
kritiknya sehingga penulis nantinya bisa untuk lebih baik khususnya dalam
menulis sebuah karya ilmiah.
8. Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Jakarta yang telah menyediakan banyak buku sebagai referensi.
9. Para narasumber sumber dalam penulisan skripsi ini, yang di antaranya: Ust.
H. Momon A Syarif, Ust. Apifuddin S, MA dan Ust. H. Edy Amin, MA serta
seluruh pengajar dan teman-teman LEMKA.
10. Seluruh dosen-dosenku yang telah yang telah banyak memberikan ilmu dan
perubahan bagi penulis, "terima kasih guru, jasamu kan ku kenang selalu".
11. Teman-teman se-kelasku angkatan '04, yang telah banyak memberikan
inspirasi-inspirasi bagi penulis.
12. Semua pihak yang telah membantu, memotivasi, dan memberikan masukan-
masukan selama penulis kuliah dan dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, sehingga penulis dapat menyelesaikan study di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tercinta ini.
Akhirnya, penulis hanya bisa berharap, semoga kebaikan bapak, Ibu, dan
temen-temenku semua dibalas oleh Allah SWT. Jazakumullah khairal jaza. Semoga
sebuah skripsi sederhana ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya. Saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan demi kebaikan
selanjutnya.
Jakarta, 3 Desember 2008
Saiful Huda
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil karya jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 11 Desember 2008
Saiful Huda
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Seiring dengan berjalannya waktu, sekarang ini banyak sekali figur seorang
pemimpin, baik sebagai pemimpin negara, pemimpin perusahaan bisnis, pemimpin
dalam sebuah organisasi sosial atau pemimpin organisasi lainnya yang eksis ditengah-
tengah masyarakat. Karakteristik dan model kepemimpinan pada tiap-tiap organisasi
tersebut dipengaruhi oleh situasi dan tujuan yang berbeda, misalnya seorang
pemimpin negara merupakan pemimpin nasional yang tugasnya memimpin rakyat,
seorang pemimpin perusahaan menjalankan kepemimpinannya kepada karyawan
untuk memajukan perusahaan, seorang pemimpin agama membimbing umatnya untuk
beribadah kepada Tuhan dan sebagainya. Jadi pribadi seorang pemimpin dalam situasi
yang berbeda memiliki tujuan yang berbeda pula dan tentu saja memiliki gaya
kepemimpinan dan karakter yang berbeda pula.
Untuk menjadi pemimpin yang baik dan bijaksana seorang pemimpin harus
memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Seorang pemimpin harus memiliki akidah yang konsisten.
2. Seorang pemimpin harus mampu menjabarkan dan menyatakan gagasannya
dalam realitas melalui bentuk amal sholeh.
3. Seorang pemimpin adalah dia yang gandrung atau cinta terhadap kebenaran
serta memiliki kekuatan dan daya nalar yang dinamis.
4. Seorang pemimpin memiliki kesabaran yang tinggi, sehingga tidak mudah
terjebak dalam situasi yang merugikan dirinya maupun kelompoknya.1
Menjadi seorang pemimpin tidaklah mudah sebab yang dihadapi adalah
manusia dengan subyektifitasnya masing-masing. Oleh karena itu, seorang pemimpin
hendaknya memiliki sifat, ciri, atau nilai-nilai pribadi dalam dirinya diantaranya:
1. Berpandangan jauh ke masa depan.
2. Bersikap dan bertindak bijaksana.
3. Berpengetahuan luas.
4. Bersikap dan bertindak adil.
5. Berpendirian teguh.
6. Pempunyai keyakinan bahwa misinya akan berhasil.
7. Berhati ikhlas.
8. Memiliki kondisi fisik yang baik.
9. Mampu berkomunikasi.2
Kepemimpinan atau leadership pada hakikatnya adalah satu state of mind dan
state of the spirit, suatu sikap hidup dalam pikiran dan sikap kejiwaan yang merasa
terpanggil untuk memimpin dengan segala tindakan, perbuatan, prilaku dan ucapan,
mendorong dan mengantarkan yang dipimpin kearah cita-cita luhur dalam segala
bidang kehidupan beragama, berbangsa dan bermasyarakat.3 Penulis menganggap
bahwa Leadership itu ada dalam jiwa Drs. H. D. Sirojuddin. AR, M.Ag, seorang
pemimpin lembaga pengembangan kaligrafi yang memiliki kriteria di atas. Seorang
Khattat (Khattat terbaik I tingkat ASEAN) yang juga akademisi (seorang Dosen tetap
1 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, ( Jakarta: Gajah Media Pratama. 1999), cet. Ke-2, h.
104 2 Abdul Rasyad Sholeh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang. 1977), h. 39-42
3 Ranoh, Ayub, Kepemimpinan Karismatik, (Jakarata: PT BPK Gunung Mulia. 1999), cet. Ke-
11,h.Vii.
di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Jakarta). Khattat yang pernah diajukan oleh
beberapa orang yang sangat simpatik terhadapnya, yakni Prof. Dr. H. Hasan Muarif
Ambari, MA, Prof. Dr. Din Syamsuddin, MA, Prof. Drs. AD. Firous, Prof. Dr. Badri
Yatim, MA, Prof. Dr. Uka Candra Sasmita, MA untuk mendapatkan gelar "Doktor
Honoris Causa" sebuah gelar Doktor kehormatan berkat, pengabdiannya, karya, dan
penemuan-penemuannya. Namun, karena beberapa hal gelar tersebut urung
diambilnya.
Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) yang berdiri tahun 1985 yang
dipimpin D. Sirojuddin. AR ini adalah sebuah wadah untuk menumbuhkan dan
meningkatkan kecintaan para generasi muda terhadap seni kaligrafi Islam di Indonesia
melalui kegiatan-kegiatan: pembinaan kreativitas, pengembangan minat dan bakat,
kursus kaligrafi terpadu, kompetisi, pergelaran dan pameran, pengembangan galeri,
dan diskusi wawasan seni budaya.4 Sampai sekarang LEMKA terbukti telah berhasil
melahirkan ribuan seniman kaligrafi yang berprestasi dalam berbagai pentas lokal,
nasional, ASEAN, bahkan internasional.
Oleh karena itu, penulis merasa sangat tertarik untuk memaparkan siapa
sebenarnya D. Sirojuddin. AR, bagaimana kememimpinan beliau, dan apa saja yang
telah beliau perbuat demi berkembangnya kaligrafi di tanah air Indonesia ini dan
bagaimana peran LEMKA untuk pengembangan kaligrafi.
Dengan demikian, penulis memilih judul skripsi ini yaitu“Kepemimpinan D.
Sirojuddin. AR pada Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) Dalam Upaya
Pengembangan Kaligrafi Islam di Indonesia”.
4 D. Sirojudin, AR, Kaligrafi: Peristiwa dan ide-ide pengembangannya, Jakarat,
LEMKAStudio, 1995. hal. 35.
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Banyak hal yang menarik dan patut diceriatakan tentang D. Sirojuddin. AR
baik dalam individu maupun dalam kepemimpinannya dan juga berbagai aktivitas
kesehariannya.
Mengingat keterbatasan penulis dan supaya lebih fokus dalam pembahasan ini,
maka penulis membatasi pembahasan pada satu lingkup yaitu: tentang kepemimpinan
yang dilakukan oleh D. Sirojudin. AR dalam upaya pengembangan kaligrafi Islam di
Indonesia melalui sebuah lembaga yaitu Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) yang
dipimpinnya hingga sekarang.
Berdasarkan hal itu, rumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
Pertama : Bagaimana kepemimpinan D. Sirojuddin. AR pada Lembaga Kaligrafi al-
Quran (LEMKA) ?
Kedua : Bagaimana peran D. Sirojuddin. AR dalam upaya mengembangan
Kaligrafi di Indonesia ?
Ketiga : Bagaimana urgensi Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) sebagai
salah satu wadah dalam pengembangan kaligrafi di Indonesia ?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Dalam penulisan skripsi ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
1. untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang kepemimpinan yang
dilakukan D. Sirojuddin. AR .
2. Untuk mengetahui peran apa saja yang dilakukan D. Sirojuddin. AR dalam
upaya mengembangkan kaligrafi di Indonesia.
3. Untuk mengetahui urgensi Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) sebagai
salah satu wadah dalam pengembangan kaligrafi di Indonesia
Adapun manfaat yang dapat di peroleh dari penelitia ini di antaranya sebagai
berikut:
1. Secara teoritis : Diharapkan dapat menjadi sebuah kontribusi khasanah ilmu
pengetahuan bagi civitas akademika fakultas, jurusan, dan mahasiswa
tentang pola kepemimpinan.
2. Secara praktis : Diharapkan dapat menambah wawasan tentang model
kepemimpinan bagi para pemimpin sebuah lembaga kaligrafi khususnya dan
para pemimpin lembaga atau organisasi lain umumnya.
D. METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini menggunakan
kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutif dari “Metodologi
Penelitian Kualitatif” metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan prilaku yang dapat
diamati. Pendekatan analisis Deskriptif,5 maksudnya adalah penelitian ini
berusaha menggambarkan sebuah kepemimpinan seorang tokoh yang kemudian
menganalisanya sehingga dapat memberikan penjelasan baik bagi penulis sendiri
maupun masyarakat pada umumnya.
5 Lexy J. Moleong, Pengantar Metodologi Penelitian, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002), Cet Ke-17, hal.3.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan D. Sirajuddin. AR sebagai
subjek penelitian. Karena subjek penelitian masih hidup sehingga memudahkan
penulis untuk melakukan wawancara dan pencarian data dalam pembuatan skripsi
ini, sedangkan objek penelitian adalah kepemimpinan D. Sirajuddin. AR dalam
upaya pengembangan kaligrafi Islam di Indonesia melalui Lembaga Kaligrafi al-
Quran (LEMKA).
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di kediaman nara sumber, Jl. Semanggi I No
26 Ciputat Timur, dan studio Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) Ciputat.
Sedangkan waktu penelitian, penulis menganggarkan waktu empat bulan, yaitu
Juli s/d November 2008 untuk melakukan penelitian sekaligus penulisan skripsi
ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data-data yang berkenaan dengan penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa tekhnik yaitu :
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data di mana peneliti mencatat
informasi sebagaimana peneliti saksikan selama penelitian4 Teknik ini penulis
gunakan untuk mendapatkan gambaran umum dan bentuk kongkrit, penulis
mengadakan pengamatan langsung melalui kegiatan-kegiatan narasumber.
4 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Grasindo, 2002). Hal. 116
Dalam observasi ini penulis melakukan pengamatan dan mencatat secara
langsung terhadap subjek penelitian yaitu D. Sirajuddin. AR.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan
narasumber. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam
hubungan tatap muka. Dalam melakukan wawancara, penulis menggunakan
tekhnik wawancara berbentuk wawancara riwayat secara lisan kepada
narasumber, dalam hal ini D. Sirojuddin. AR. Maksud wawancara ini adalah
untuk mengungkapkan riwayat hidup, kepemimpinan, perannya dan LEMKA,
terutama untuk melengkapi data guna menjawab rumusan masalah yang
peneliti ajukan.
Wawancara semacam ini dilakukan sedemikian rupa, sehingga narasumber
berbicara terus menerus, sedangkan wawancara mendengarkan dengan baik
diselingi dengan sesekali mengajukan pertanyaan.5 Wawancara ini bersifat
bebas dan terbuka. Peneliti bertanya kepada narasumber kemudian dapat
dijawab secara bebas tanpa terikat pada pola-pola tertentu.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau
peristiwa pada waktu yang lalu. Data-data diperoleh melalui dokumen-
dokumen artikel, majalah, buku-buku dan bahan informasi lainnya yang
memiliki relevansi dengan masalah penelitian serta dapat memperkaya dan
mempertajam analisa studi ini.
5 Lexy J. Maleong, Op Cit, hal. 137-138
Sumber-sumber yang terdapat dalam penelitian ini berasal dari sumber
tertulis seperti buku-buku yang telah ditulis oleh D. Sirojuddin. AR , koran
atau majalah, arsip atau dokumen pribadi.
d. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan suatu usaha untuk memperoleh data
skunder, hal ini penting untuk mmendapatkan teori-teori dan data-data untuk
memperkuat argumentasi. Selanjutnya penelitian kepustakaan yang dilakukan
dengan membaca buku-buku atau sumber-sumber lainnya yang menjadi
rujukan yang bersifat ilmiah dan ada relevansinya dengan masalah-masalah
yang sedang diteliti atau dibahas dalam skripsi ini. Adapun tekhnik penulisan
pada skripsi ini merujuk pada pedoman penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi
terbitan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan CeQDA
tahun 2007.
5. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data hasil observasi, wawancara dan studi kepustakaan
penulis menginterpretasikan data yang ada dan menganalisisnya dengan baik dan
melihat data satu dengan yang lainnya, setelah itu menganalisis indikator-
indikator yang nampak pada data tersebut, dimulai dari menganalisis data-data
aktivitas-aktivitas dalam kepemimpinannya, kemudian dari data-data aktivitasnya
tersebut akan terlihat gaya kepemimpinannya dan dari aktivitas, gaya, dan fungsi
kepemimpinannaya bisa diklasifikasikan tipe kepemimpinannya, efektifitas
kepemimpinannya, peran D. Sirojuddin. AR dan LEMKA, kemudian terakhir
menyimpulkannya secara menyeluruh.
E. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah meneliti buku-buku atau skripsi
yang judul materi pembahasannya mirip atau hampir sama dengan skipsi penulis,
antara lain :
1. Kepemimpinan Ahmad Zairofi dalam Upaya Pengembangan Dakwah Melalui
Majalah Tarbawi, di susun oleh Fitriah mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah, tahun 2006. Berisi tentang
bagaimana kepemimpinan Ahmad Zairofi dalam upaya mengembangkan
dakwah melalui sebuah media cetak yaitu majalah Tarbawi, diantaranya:
metode dakwahnya, kepemimpinannya, dan urgensi majalah Tarbawi dalam
pengembang dakwah.
2. Kepemimpinan KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) pada Pondok Pesantren
Darut Tauhid Geger Kalong Bandung Tahun 2006-2008, di susun oleh
Muhammad Arifin Sholeh mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Jurusan Manajemen Dakwah tahun 2008. Berisi tentang kepemimipinan KH.
Abdullah Gymnastiar, diantaranya: manajemen Aa Gym dalam mencetak
SDM dan gaya kepemimpinan Aa Gym pada sanrti pada Pondok Pesantren
Darut Tauhid di Geger Kalong Bandung pada tahun 2006-2008.
3. Kepemimpinan Bupati H. Irianto M. S. Syarifuddin Dalam Pengembangan
Masyarakat Islam Di Kabupaten Indramayu, di sususn oleh As'ad Syamsul
Arifin mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam tahun 2004. berisi tentang bagaimana kepemimpinan
Bupati H. Irianto M. S. Syarifuddin dalam pengembangan masyarakat Islam di
Kabupaten Indramayu.
4. Peran D. Sirojudin AR, MA Dalam Dakwah Melalui Seni Kaligrafi Islam,
disusun oleh Enny Nur Fajriyah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Jurusan Komunikasi dan Penyiran Islam tahun 2007. Berisi tentang peran D.
Sirojuddin AR, MA dalam berdakwah melalui seni kaligrafi Islam.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Mengacu pada penelitian di atas, maka pembahasan dalam penulisan ini di
sistemasikan sebagai berikut:
Pembahasan diawali dengan pendahuluan yang mengurai argumentasi seputar
menariknya kepemimpinan D. Sirojuddin. AR pada studi ini. Bagian ini merupakan
BAB I yang berisi latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penulisan.
Selanjutnya pembahasan dalam BAB II menguraikan tinjauan secara teoritis
meliputi beberapa hal diantaranya tentang kepemimpinan dengan sub bahasan
pengertian, hakikat, fungsi, tipe-tipe, dan gaya kepemimpinan serta kepemimpinan
yang efektif dan pengembangan kaligrafi dengan sub bahasan pengertian
pengembangan, pengertian kaligrafi, dan konsep pengembangan kaligrfi.
BAB III membahas gambaran tentang D. Sirojuddin. AR dan lembaga
kaligrafi al-Quran (LEMKA). Dalam pembahasan ini akan dijelaskan beberapa tetang
riwayat hidup D. Sirojuddin. AR dengan sub bahasan latar belakang keluarga,
pendidikan, dan perjalanan hidupnya, aktivitas kepemimpinannya kemudian sejarah
Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) dengan sub pembahasan latar belakang
berdirinya, visi dan misi, struktur, dan ciri khas pada lembaga ini.
Setelah mengurai gambaran tentang D. Sirojuddin. AR dan LEMKA, maka
pada BAB IV selanjutnya penulis akan membahas untuk konsentrasi analisisnya yang
terangkum dalam “kepemimpinan D. Sirojuddin.AR dalam upaya pengembangan
kaligrafi di Indonesia melalui Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) beberapa poin
yang menjadi pembahasanya adalah sebagai berikut: Pendekatan kepemimpinan D.
Sirojuddin. AR, Gaya, tipe, fungsi, hakikat, dan efektifitas kepemimpinan, Peran D.
Sirojuddin. AR dalam pengembangan kaligrafi di Indonesia, serta urgensi LEMKA
dalam pengembangan kaligrafi di Indonesia.
Akhirnya penulis skripsi ini ditutup dengan BAB V yang berisikan kesimpulan
dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah terjemahan dari kata leadership. Kepemimpinan
berbeda arti dengan pimpinan ”pimpinan adalah orang yang tugasnya memimpin,
sedangkan kepemimpinan adalah bakat atau sifat yang seharusnnya dimiliki oleh
setiap pemimpin”.2 Sedangkan secara terminologi kepemimpinan mempunyai
banyak arti di antaranya Pertama, menurut Cheppy Hari Cahyono ”kepemimpinan
adalah merupakan kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bekerja sama dalam
rangka mencapai tujuan yang mereka kehendaaki”.3 Kedua menurut Zaini
Muchtarom, seraya mengutip pendapat G.R. Terry ”kepemimpinan adalah
hubungan dimana seseorang atau pemimpin mempengaruhi orang-orang untuk
mengerjakan tugas bersama dengan kemauan mereka guna mencapai tujuan yang
dikehendaki sang pemimpin.4 Ketiga, Abdul Syani, ”kepemimpinan adalah
merupakan suatu proses pemberian pengaruh dan pengarahan dari seorang
pemimpin terhadap orang lain (sekelompok orang) untuk melakukan aktivitas
tertentu sesuai dengan kehendaknya.5
Dari beragam pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah sebuah sifat pemimpin dalam proses mempengaruhi oarang-orang atau
bawahan dalam rangka untuk mencapai sebuah tujuan yang telah ditentukan.
2 Alex S. Nitisemito, Manajemen Suatu Dasar dan Pengantar, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1989). Cet. Ke-3, h.140 3 Cheppy Hari Cahyono, Psikologi Kepemimpinan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), Cet.
Ke-1, h.15 4 Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Jogyakarta: Al-Amin dan IKFA,
1996), Cet. Ke-1, h. 15 5 Abdul Syani, Manajemen Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Cet. Ke-11, h. 321
2. Hakikat Kepemimpinan
Hakikat kepemimpinan menurut Wahjosumidjo dalam bukunya Kiat
Kepemimpinan Dalam Teori dan Praktek menjelaskan bahwa hakikat
kepemimpinan adalah kepengikutan, yaitu yang menyebabkan seseorang menjadi
pemimpin adalah jika adanya kemauan orang lain untuk mengikuti.6 Dimana
tingkah laku bawahan searah dengan kemauan pemimpin karena pengaruh
interpersonal pemimpin terhadap bawahannya tersebut. Sebab sekelompok orang
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan memerlukan seorang pemimpin
(leader) agar kerja sama tersebut bisa mejadi efektif. Sejarah manusia dalam
bekerjasama atau berorganisasi menunjukan keberhasilan mencapai tujuan.
Sebagian besar ditentukan oleh pemimpin dan efektifitas kepemimpinan. Oleh
karena itu kepemimpinan merupakan hal yang sangat sentral dalam sebuah
organisasi. Senang atau tidaknya seseorang dalam suatu organisasi, dan tercapai
atau tidaknya tujuan organisasi sebagian ditentukan oleh tepat atau tidaknya
seorang yang diangkat sebagai pemimpin dan efektif atau tidaknya kepemimpinan
yang diterapkan.7 Oleh karena itu untuk menjadi seorang pemimpin, harus dapat
memahami dan mengendalikan anggota yang terdiri banyak orang dengan segala
perbedaannya.8
Terkait mengenai hal ini, Wahjosumidjo menyatakan bahwa dalam kehidupan
sebuah kelompok (organisasi), diperlukan adanya keterkaitan antara tiga unsur
kepemimpinan,9 sebagai berikut :
6 Wahjosumidjo, Kiat Kepemimpinan dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: PT. Harapan Masa
PGRI, 1994), cet. 1, h. 22 7 Uber Silalahi, Pemahaman Praktis Asas-asas Manajemen, (Bandung: CV. Manda Maju,
2002), cet. II, h. 302 8 Panji Anoraga, Psikologi Kependidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), cet. II, h. 4
9 Ibid
1. Kemampuan untuk memahami, bahwa manusia dalam situasi yang berbeda
mempunyai kekuatan motivasi yang berbeda pula.
2. Kemampuan untuk menghidupkan motivasi pengikut agar menggunakan
kapasitas mereka secara penuh dalam pekerjaan.
3. Kemampuan untuk menerapkan prilaku dan iklim yang serasi, hal ini dapat
dipandang sebagai suatu kepemimpinan.
Dengan kata lain penulis dapat menyimpulkan bahwa hakikat kepemimpinan
adalah kepengikutan bawahan pada atasan atau pimpinan, yang dimana seorang
pemimpin harus memahami bawahannya supaya tujuan bersama dalam organisasi
dapat dicapai.
3. Fungsi Kepemimpinan
Menurut Pius A Partanto dalam Kamus Ilmiah Populer fungsi merupakan
jabatan, kedudukan, peranan, kegunaan dan manfaat.10 Sedangkan menurut Made
Wahyu Sutedjo bahwa fungsi adalah kata benda menyatakan posisi yang
mencerminkan sesuatu yang statis.11
Sedangkan menurut Veith Rifai, dalam bukunya yang berjudul,
Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang
dilakukan atau kegunaan suatu hal atau kerja sebagian tubuh. Sedang
kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan
kelompok atau organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa pemimpin
berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan
10
Pius A Partanto et. Al, kamus Ilmiah populer, (Yogyakarta : Arkola, 1994), h. 190 11
Made Wahyu Sutejo et. al, Manajemen Pembangun Desa, (Surabaya : Usaha Nasional,
1981), h. 22
gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam interaksi dalam individu dalam
situasi sosial suatu kelompok atau organisasi.12
Dalam hal ini lebih lagi, J. Reberu dalam bukunya Dasar-dasar
Kepemimpinan, telah menjelaskan dan membagi fungi kepemimpinan kepada tiga
bagian yaitu :
a. Tugas menanggapi situasi hidup masyarakat.
b. Tugas menilai hidup masyarakat.
c. Tugas menentukan sikap atau tindakan terhadap situasi hidup.13
Berbicara mengenai fungsi kepemimpinan, Kartini Kartono dalam bukunya,
Pemimpin dan Kepemimpinan, menjelaskan: ”fungsi kepemimpinan ialah :
memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi, atau membangunkan
motivasi-motivasi kerja. Mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi
yang baik memberikan supervisi atau pengawasan yang efesien, dan membawa
para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan
waktu perencanaan".14
Menurut Kadarman SJ dan Jusuf Udaya dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Ilmu Manajemen menjelaskan tentang fungsi kepemimpinan yang
harus dijalankan oleh seorang pemimpin, agar suatu kelompok dapat dipimpin
dengan efektif, 2 (dua) fungsi utamanya ialah :
a. Fungsi pemecahan masalah (problem solving function). Fungsi ini
berhubungan dengan tugas atau pekerjaan yaitu memberikan jalan keluar,
pendapat dan informasi terhadap masalah yang dihadapi kelompok.
12
Veithezal Rivai, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, (Jakarata: PT, Raja Grafindo
Persada, 2004), cet. Ke-2, h. 53 13
Riberu, Dasar-Dasar Kepemimpinan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h. 13 14
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 81
b. Fungsi sosial. Fungsi ini berhubungan dengan kehidupan kelompok, yaitu
memberikan dorongan kepada anggota kelompok untuk mencapai tujuan
dan menciptakan suasana kerja bagi kelompoknya.15
Dari beberapa defenisi di atas penulis mencoba menyimpulkan bahwa fungsi
kepemimpinan adalah seorang pemimpin yang memfungsikan posisinya sebagai
orang yang memimpin yang menjadi penggerak utama dalam keberlangsungan
sebuah organisasi.
4. Tipe-tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan adalah suatu bentuk atau pola seseorang dalam
memimpin, tindak tanduk dari seorang pemimpin dapat dijadikan sebagai pola
untuk mencocokkan tipe apa yang dipakai oleh seorang pemimpin dalam
menjalankan roda kepemimpinannya tersebut.16
Pada umumnya para pemimpin
dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe :
a. Tipe Pemimpin Otokratis
Tipe kepemimpinan ini menerapkan kekuasaan ditangan satu orang
atau kelompok kecil yang di antara mereka tetap ada seseorang yang paling
berkuasa, dan pada hal ini bawahan atau orang yang dipimpin semata-mata
sebagai alat pelaksana keputusan, perintah dan kehendak pimpinan.17
Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :
1). Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi.
2). Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
15
Kadarman SJ dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT. Prenhalindo,
2000), h. 143 16
Abdul Syani, Op.cit, h. 234 17
Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, (Yogyakarta : Gajah
Mada University Press, 2000), cet. Ke-3, h. 94-100
3). Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata.
4). Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat dari orang lain karna
dia menganggap dialah yang paling benar.
5). Selalu bergantung kepada kekuasaan formal.
6). Dalam menggerakkan bawahan sering menggunakan pendekatan
(approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.18
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe kepemimpinan otokratis tersebut
di atas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia,
karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam organisasi.
b. Tipe Pemimpin Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan
seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin dalam
organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe
militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :
1) Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah
mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama.
2) Dalam mengerakkan bawahan sangat suka menggunakan pangkat dan
jabatannya.
3) Senang pada formalitas yang berlebihan.
4) Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan
5) Tidak mau menerima kritik dari bawahan.
18
http:// library.usu.ac.id/modules.php/2008/10 Teori Kepemimpinan dan Tipe-Tipe
Kepemimpinan. html
6) Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaaan.19
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah
bahwa tipe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.
c. Tipe Pemimpin Fathernalistis
Tipe kepemimpinan fathernalistis mempunyai ciri tertentu yaitu
bersifat fathenal atau kebapakan. Kepemimpinan serperti ini menggunakan
pengaruh yang sifatnya kebapakan dalam menggerakkan bawahan mencapai
tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil.
Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin fathernalistis dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1). Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
2). Bersikap terlalu melindungi bawahan.
3). Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan. Karena itu jarang dan berlimpahan wewenang.
4). Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya kepada bawahannya
untuk mengembangkan inesiatif daya kreasi.
5). Sering menganggap dirinya maha tahu.20
Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini
sangat diperlukan akan tetapi ditinjau dari segi negatifnya pemimpin
fathernalistis kurang menunjukkan kontinuitas terhadap organisasi yang
dipimpinnya.
d. Tipe Kepemimpinan Karismatis
19
Ibid 20
Ibid
Tipe kepemimpinan ini adalah kemampuan seseorang dalam
menggerakkan orang lain dengan mendayagunakan keistimewaan dalam aspek
kepribadian yang dimiliki pemimpin sehingga menimbulkan rasa hormat,
segan dan kepatuhan pada orang yang dipimpinnya.21
Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menemukan
sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki karisma. Hal yang di
ketahui ialah tipe pemimimpin seperti ini mempunyai daya tarik yang sangat
besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar.
Mengapa mereka mengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang
faktor penyebab karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka
sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan
kekuatan gaib (super natural powers), perlu dikemukan bahwa kekayaan,
umur, kesehatan, profil pendidikan dan sebagainya tidak dapat digunakan
sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.
e. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis yaitu tipe kepemimpinan di mana
pemimpin menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam
setiap organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi prilaku pelindung dan
penyelamat dan prilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan
organisasi.22
Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan
demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini
21
Ibid,. 22
Fitriah, "Kepemimpinan Ahmad Zairofi dalam Upaya Pengembangan Dakwah Melalui
Majalah Tarbawi", Skripsi Sarjana Sosial Islam, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2006), h. 27
disebabkan karena tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepemimpinan
kelompok dibandingkan dengan kepemimpinan individu.
Beberapa ciri dari kepemimpinan demokratis adalah di antaranya :
1). Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat
bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
2). Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan
kepentingan organisasi.
3). Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya.
4). Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan memberikan pendidikan
kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi
daya kreativitas, inisiatif dan prakarsa dari bawahan.
5). Lebih menitikberatkan kerja sama dalam mencapai tujuan.23
Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis,
dijelaskan bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.
5. Gaya Kepemimpinan
Kata gaya berasal dari kata style yang berarti gaya bahasa: cara (hidup,
bertindak dan sebagainya). Gaya kepemimpinan menurut istilah ialah cara
bagaimana seorang pemimpin membawa dirinya sebagai pemimpin, cara ia
”bergerak” dan tampil dalam menggunakan kekuasaannya.
Leadership Styles dapat diartikan dengan gaya kepemimpinan. Maksudnya,
cara yang diambil seseorang dalam rangka mempraktekkan kepemimpinannya.
Gaya kepemimpinan bukan bakat. Oleh karena itu gaya kepemimpinan dapat
23
Op.Cit,.
dipelajari dan dipraktekkan dalam penerapannya harus disesuaikan dengan situasi
yang dihadapi.24
Sehubungan dengan itu Agus Dharma seperti yang dikutip Hadari Nawawi
dalam bukunya Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, mendefenisikan
bahwa "gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang ditunjukkan seseorang
pada saat ia mencoba mempengaruhi orang lain".25
Dalam pelaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, maka akan berlangsung
aktifitas kepemimpinan. Apabila aktivitas tersebut dipilah-pilah maka akan telihat
gaya kepemimpinannya dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan
tersebut merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe-tipe kepemimpinan.
Menurut Veithazal Rivai dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan dan
Prilaku Organisasi, kepemimpinan memiliki tiga pola dasar yaitu :26
a. Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan tugas.
b. Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja
sama.
c. Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai.
Sedangkan menurut T. Hani Handoko dalam buku Manajemen, membagi gaya
kepemimpinan menjadi dua yaitu dengan orientasi tugas (task oriented) dan gaya
dengan orientasi karyawan (employer oriented). Manajer berorientasi pada tugas
pengarahan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas
dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Manajer dengan gaya
kepemimpinan ini memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dari pada
24
Yayat M. Herujito, Dasar-Dasar Manajemen, (Jakarta: PT. Gramedia, 2004), cet. Ke-2, h.
188 25
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, (Yogyakarta: UGM Press,
2003), cet. Ke-1, h. 155 26
Veithezal Rivai, Op. cit., h. 2
pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Manajer berorientasi karyawan
mencoba lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka. Mereka
mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan
memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan saling mempercayai
dan menghormati dengan para anggota kelompok.27
Penulis menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu cara
bagaimana seorang pemimpin mempraktekan kepemimpinannya yang gaya
tersebut dapat dilihat dari aktivitas kepemimpinannya.
6. Kepemimpinan Yang Efektif
Permasalahan-permasalahan yang dihadapi beberapa kelompok akhir-akhir ini
tidak dapat dipecahkan tanpa adanya organisasi yang sukses. Tetapi organisasi
tidak akan sukses tanpa adanya kepemimpinan yang efektif.28 Para pemimpin saat
ini menghadapi keadaan yang sulit, di mana kecepatan laju globalisasi yang
meningkat dengan cepat. Akibatnya kegiatan kepemimpinan menjadi begitu rumit
dalam situasi bahwa armada kerja adalah majemuk sehingga efektifitas
kepemimpinan sangat diperlukan dalam menjawab tantangan ke depan. Oleh
karena itu menurut Muhammad Ramadhan kepemimpinan yang efektif yaitu
kepemimpinan yang mampu mengadaptasi gayanya agar sesuai dengan situasi
yang tertentu. Hal ini erat hubungannya dengan tingkat perkembangan dan
kematangan bawahan dalam melaksanakan tugas tertentu.
Efektifitas seorang pemimpin tidak ditentukan oleh gaya atau tipe
kepemimpinan yang dipergunakannya, tetapi tergantung pada caranya
27
T. Hani Handoko, M.BA, Manajemen, (Yogyakarta : BPFE, 1998), cet. Ke13, h. 294 28
Abdul Sholeh, Manajemen Dakwah, (Jakrata : Bulan Bintang, 1993), cet. Ke-3, h. 7
menerapkan gaya atau tipe kepemimpinannya tersebut dalam situasi yang
dihadapinya.
Makin efektif interaksi pimpinan dengan bawahan terutama melalui
pendekatan manusiawi (human approach), menunjukkan kecenderungan semakin
tinggi dan terbina satu sikap saling pengertian dan keeratan hubungan emosional
antara pimpinan dengan bawahan, dan keadaan ini menjadi potensi untuk
bersama.29
Interaksi yang dilakukan terhadap pimpinan dapat berlangsung secara
formal atau informal tergantung sesuai dengan tuntutan situasi, tempat dan
kepentingan.30
Sedangkan menurut Yayat M. Herujito dalam bukunya yang berjudul Dasar-
Dasar Manajemen, mengatakan :
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas pemimpin antara lain sebagai
berikut :
a. Kepribadian, pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin.
b. Harapan dan prilaku atasan.
c. Kebutuhan tugas.
d. Karakteristik, pengharapan dan perilaku bawahan.
e. Iklim dan kebijakan organisasi.
f. Harapan dan perilaku rekan.
Semua faktor-faktor ini mempengaruhi pemimpin adalah melakukan fungsi
kepemimpinan.31
Sedangkan Edwin Ghiselli, menyebutkan ada beberapa syarat atau sifat dari
kepemimpinan efektif. Yaitu :
29
Ibid 30
Ibid.,h. 305 31
Yayat M. Herujito, Log. Cit, h. 188
a. Kemampuan pengawasan dalam kedudukan atau pelaksanaan fungsi
manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain (para
pahlawan).
b. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung
jawab dan keinginan untuk sukses
c. Kecerdasan, mencakup kebijaksanaan, pemikiran kreatif dan daya fikir.
d. Ketegasan (devisevenis), atau kemampuan membuat keputusan dan
memecahkan masalah dengan cakap dan tepat.
e. Kepercayaan diri, atau pandangan kepada dirinya dalam menghadapi masalah-
masalah.
f. Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan
suatu aktivitas dan menemukan cara-cara baru dan inovasi.32
Jadi, elementasi fungsi kepemimpinan yang efektif menjadikan bawahan
bekerja efektif, ke arah pencapain tujuan dan karenanya organisasi menjadi efektif.
Dengan demikian menurut penulis kepemimpinan yang efektif tergantung bagaimana
kemampuan seorang pemimpin dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya pada
situasi dan kondisi yang dihadapi. Dapat menyesuaikan diri yaitu dapat
mendelegasikan wewenang secara efektif dengan mempertimbangkan kemampuan
mereka, kemampuan bawahan dan tujuan yang harus diselesaikan.
B. Pengembangan Kaligrafi
1. Pengertian Pengembangan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pengembangan adalah
"perihal", perkembangan, berasal dari kata "kembang" yang mempunyai proses,
cara, perbuatan pengembangan”.33
32
Abdul Syani, Op.cit., h. 250
Menurut Malayu SP Hasibuan dalam bukunya Manajemen Sumber Daya
Manusia mengatakan bahwa pengembangan adalah suatu usaha untuk
meningkatkan kemampuan, teknis, teoritis, konseptual, melalui pendidikan dan
pelatihan. Pendidikan dan latihan harus sesuai dengan pekerjaan masa kini,
maupun masa depan. Kata pengembangan mengarah pada penciptaan dalam
bentuk perluasan dan peningkatan.34
AA. Anwar Prabu Mangkunegara dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Sumber Daya Manusia Perusahaan mengatakan bahwa "pengembangan
merupakan suatu proses pendidikan jangka panjang yang menggunakan prosedur
yang sistematis dan terorganisir dimana pegawai manajerial mempelajari
pengetahuan konseptual atau teoritis guna mencapai tujuan yang umum".35
Menurut T Hani Handoko dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Personalia berpendapat bahwa ”pengembangan (development) adalah mempunyai
ruang lingkup yang lebih luas dalam rangka untuk memperbaiki dan
meningkatkan pengetahuan, kemampuan sikap dan sifat-sifat kepribadian".36
Dalam beberapa pengertian di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa
pengembangan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan melalui proses
pendidikan jangka panjang yang sistematis dan terorganisir.
2. Pengertian Kaligrafi
Kaligrafi secara etimologis berasal dari bahasa inggris, calligraphy yang
berasal dari dua suku kata bahasa Yunani, yaitu kallos: beauty (indah) dan
33 Tim penysun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 1995), h. 414 34
Malayu SP Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara 2000), h.
10 35
AA. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia perusahaan
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2001), cet. Ke-3, h. 44 36
T Hani Handoko, Manajemen Personalia (Yogyakarata: BPFF , 1996),cet. Ke-10, h. 104
graphein: to write (menulis) yang berarti: tulisan yang indah atau seni tulisan
indah. Dalam bahasa arab biasa disebut khat yang berari garis atau coretan pena
yang membentuk tulisan tangan, dan disebut fann al-khath yang berarti seni
memperhalus tulisan atau memperbaiki coretan.37
Secara terminologis, Syeikh Syam al-Din al-Afkani mengatakan : "kaligrafi
adalah ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya,
dan tata cara merangkainya menjadi sebuah kata yang tersusun. Atau apa-apa
yang ditulis di atas garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana
yang tidak perlu ditulis, mengubah ejaan yang perlu digubah dan menentukan
bagaimana cara menggubahnya".38
Adapula yang mengatakan bahwa kaligrafi merupakan apa-apa yang ditulis
para ahli dengan dengan sentuhan kesenian. Kaligrafi melahirkan ilmu tersendiri
tentang tata cara menulis, yang meneliti tentang tanda-tanda bahasa yang biasa
dikomunikasikan, yang ditorehkan secara proporsional dan harmonis, yang dapat
dilihat secara kasat mata dan diakui sebagai susunan yang dihasilkan lewat kerja
kesenian.39
Muhammad Thahir ibn ‘Abd al-Qodir al-Kurdi dalam karyanya Tarikh al-
Khath al-‘Arabi wa Adabihi pernah mengumpulkan sekitar tujuh macam
pengertian kaligrafi atau khat dan kemudian menyimpulkan bahwa yang dimaksud
kaligrafi adalah suatu kepandaian untuk mengatur gerakan ujung-ujung jari
dengan memanfaatkan pena dengan tata cara tertentu. “Pena” di sini adalah pusat
37 Al-Mu’jam al-Wajiz, (Majma al-Lughah al-‘Arabyah, 1995), h. 203. Di kutif pulaoleh
Ilham Khoiri. Dalam: al-Quran dan Kaligrafi Arab, (Jakarta, PT. Logos, 1999), h. 49-50. 38
Irsyad al-Qasid bab Hasr al-Ulum oleh Abu al-Abbas Ahmad ibn ‘Ali alQalqassyandi dalam
subh al-A syafi Syina ,ah al-insya, (Kairo: Kustatasumas wa Syarikahu, tth), h. 3-4. dikutif oleh D.
Sirojuddin.AR. dalam: Seni Kaligrafi Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000),
h. 3 39
Ilham Khoiri: al-Quran dan Kaligrafi Arab, (Jakarta, PT. Logos, 1999), h. 50
gerakan ujung-ujung jari, semantara “tata cara tertentu” merujuk pada semua jenis
kaidah-kaidah penulisan.40
Menurut penulis sendiri kaligrafi adalah suatu ilmu yang mempelajari bentuk
huruf-huruf tunggal, cara merangkainya, dan cara menyusunnya menjadi sebuah
kata dan kalimat yang kemudian untuk menjadi sebuah tulisan yang indah.
3. Konsep Pengembangan Kaligrafi
Pembinaan kaligrafi dapat diwujudkan secara intensif, terstrutur, dan
propesional.41
Di Indonesia pembinaan yang dipelopori oleh D. Sirojuddin. AR
misalnya dengan mendirikan Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) pada 17
April 1985 pembinaan melalui lembaga ini dapat diwujudkan melalui pendidikan
dan latihan (diklat) atau yang bersifat kursus-kursus terpadu ditambah dengan
kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya mendukung kearah pengembangan dan tujuan
yang ingin dicapai.
Pengembangan kaligrafi khususnya yang dikembangkan Lembaga Kaligrafi
al-Quran (LEMKA), mengambil gaya tersendiri, yaitu didasarkan pada dimensi
skill dan pengembangan wawasan. Pelaksanaan keempat dimensi tersebut
diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan:42
a. Pembinaan kreativitas, pengembangan minat dan bakat melalui kursus
kaligrafi terpadu.
b. Kompetisi, perlombaan-perlombaan kaligrafi yang dapat dilaksanakan di
sekolah, kampus, pesantren, karang taruna, even-even hari besar Islam dan
nasional.
40
Muhammad Thahir ibn ‘Abd al-Qodir al Kurdi , Tarikh al-Khath al-‘Arabi wa Adabihi,
(Hijaz, 1982), cet. Ke-3, h. 17. Dikutip oleh: Ilham Khoiri: al-Quran dan Kaligrafi Arab, (Jakarta, PT.
Logos, 1999), h. 50 41
D. Sirojuddin. AR, Makalah Training para Pembina Kaligrafii, ( Banten: LPTQ, 2008), h.
1 42
D. Sirojuddin AR, Membina Kaligrafi Gaya LEMKA, (Depbinkat LEMKA, 1999 ), h. 6
c. Pergelaran, pameran, dan pengembangan galeri untuk memotivasi supaya
mereka berkarya. Dan
d. Diskusi wawasan seni budaya, guna menyeimbangkan antara skill dan
wawasan.
Pengembangan kaligrafi berdasarkan buku Desain Pengembangan Seni
Kaligrafi Islam di Indonesia yang disusun oleh LEMKA bahwa pengembangan
kaligrafi dapat ditempuh melalui :
a. Melangsungkan penataran/pengkaderan para khattat dan guru-guru khat di
berbagai sekolah dan pesantren.
b. Menawarkan beberapa kegiatan yang menarik gairah para khattat, seperti :
penulisan kitab atau buku-buku agama, penulisan mushaf-mushaf al-
Quran, melatih para utusan daerah untuk diikutkan dalam lomba-lomba
kaligrafi nasional (seperti MTQ), ASEAN (seperti Peraduan Menulis Khat
ASEAN) di Brunai Darussalam, atau internasional (seperti, Internasional
Calligraphy Competition).
c. Bertukar pengalaman dan ilmu di antara para khattat dan pelukis. Pelukis
mengajarkan tekhnik pengolahan media dan cat, sebaliknya mereka dapat
menulis ragam-ragam khat kepada para khattat.
d. Membuka sanggar-sanggar pengembangan kaligrafi di sekolah-sekolah
(madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah), pesantren atau di tempat-
tempat di luar lembaga pendidikan formal.
Penulis sendiri berdasarkan konsep pengembangan di atas menyimpulkan
bahwa konsep pengembangan kaligrafi yang terpenting adalah penumbuhan
semangat para kahattat/kaligrafer melalui kegiatan-kegiatan yang terkonsep dan
menarik
BAB III
PROFIL D. SIROJUDDIN. AR DAN
LEMBAGA KALIGRAFI AL-QURAN (LEMKA)
A. Riwayat Hidup D. Sirojuddin. AR
1. Latar Belakang Keluarga, Pendidikan, dan Perjalanan Hidup
Dilahirkan di desa Karang Tawang, Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 15 juli
1957, dengan nama lengkap Didin Sirojuddin anak pertama dari enam bersaudara
buah perkawinan H. Abdul Rahman dengan Hj. Sukrinah. Hobinya semenjak
kecil sebelum SD adalah melukis, apa saja akan dicoreti oleh Sirojuddin kecil
bahkan dinding rumah pun dilukis diberinya gambar dengan memanfaatkan arang
dapur. Ia juga menggunakan arang kuali dan blendok lampu untuk menulis halus
dengan pena kodok yang ditancapkan ke gagang kalam. Ketika itu pak Sirojuddin
banyak melukis gambar-gambar pemandangan dengan cat oker. Ia belajar sering
dari melihat gambar-gambar pemandangan yang digelar di pinggir jalan atau
gambar yang digantung di dinding rumah Bu Zaenab, salah seorang tetangganya.
Hal ini yang akhirnya menjadi kebiasaannya setelah berada di Jakarta. Ia sering
berkeliling melihat pameran, dari satu pameran ke pameran lainnya.1
Pada tahun 1960-an, di desanya mungkin hanya ada tiga orang anak yang
pandai menggambar. Selain Didin kecil ada juga Uung Masyhuri Yano
Suharyono. Tetapi yang paling dikenal dikalangan guru dan kawan-kawannya di
antara ketiganya adalah pak Sirojuddin. Hasratnya untuk mengkritik dan
menganalisa sudah tampak ketika ia menyalahkan hurup ra pada poster peraga
1 Tim 7 Lemka, Pak Didin Menabur Ombak Kaligrafi, (Jakarta: LEMKA Studio, 2006), cet.
Ke-5, h. iv-v
lukisan guru madrasahnya, E.S. Muchtaruddin, karena terlalu tipis pada
lengkungannya.
Ayahnya H. Abdul Rahman adalah Mantri Kesehatan di RSU ’45 Kuningan,
yang karena perjuangannya di desa Karang Tawang akhinya terpilih menjadi
kepala desa Kuwu selama 11 tahun (1968-1979). Selain mendirikan Pondok
Pesantren al-Abshori, Abdul Rahman juga termasuk pelopor berdirinya Madrasah
Tsanawiyah Karang Tawang. Sedangkan ibunya, Hj. Sukrinah datang dari
kalangan pesantren tua terbesar di Kabupaten Kuningan, Pondok Pesantren
Raudhotul Tholibin, pimpinan KH. Uci Syaripuddin di desa Lengkong yang
bersebelahan dengan desa Karang Tawang. Ini pula yang mengalirkan darah
kepemimpinannya pada Sirojuddin.
Lazimnya orang mabuk, hari-hari selama di Sekolah Dasar (sebelumnya
Sekolah Rakyat) pak Sirojuddin disibukkan dengan kerja menggambar. Padahal
sore harinya harus belajar di Madrasah Diniyah. Usai sholat maghrib ngaji al-
Quran dan kitab kuning kepada ayahnya yang guru ngaji di kampungnya. Pada
malam-malam tertentu, ikut pendalaman kitab pada Kiai Muhyiddin, Lengkong.
Setiap hari Ahad bersama beberapa kawannya, belajar Tilawah (lagu al-Quran)
pada Kiai Jemod di Desa Ciporang, dengan jalan kaki sepanjang 6 KM.
Gambar yang banyak dilukisnya ketika itu adalah gambar pemandangan
dengan cat oker. Ia belajar dari sering melihat gambar-gambar pemandangan yang
digelar di pinggir-pinggir jalan atau yang digantung di dinding Ibu Zainab
tetangganya dengan cara menginti-intip, hal yang kemudian menjadi kebiasaannya
setelah berada di Jakarta dengan sering menonton pameran dari hotel ke hotel dan
gedung-gedung pameran.
Gambar manusia dipelajarinya juga dari komik-komik. Ia terkesan dengan
komik Gibraltar karya Alyson SR dari Surabaya dan komik-komik tentang
kebiadaban orang-orang PKI di tahun 1960-an. Komik-komik wayang karya R.
Kosasih sudah dibacanya juga waktu itu. Semuanya ditiru habis dengan
menggunakan pena kodok dan tinta hitam dari tinta kuali. Tapi gurunya di bidang
ini, seperti diakuinya, adalah Empud Mahfud, guru agamanya, dan Fuad Fauzi,
kawannya dari Bogor saat nyantri di Pondok Modern Gontor. Kemahirannya
menggambar peta di pelajarinya dari sebuah peta tua susunan R. Boss yang
ditemukan ayahnya di selipan kitab-kitab kuning di lemari bukunya.
Pak Sirojuddin waktu itu tidak terlalu prestisius. Ia hanya pernah mendapat
hadiah uang untuk beberapa gambar orang sholat di sekolahnya yang dibelikannya
seekor kambing. Hobinya yang sudah tak terbendung ini hanya menyisakan rasa
senang pada mata pelajaran sejarah dan mengarang, dan ”setengah membenci”
pelajaran menghitung. Bahkan menyagkut angka-angka hasil usahapun, ia tidak
tertarik karena, seperti dikomentarinya: ”Cuma ngitung duit siluman!” pak
Sirojuddin juga berterus terang, ”Dari 20 soal berhitung, kadang-kadang dua yang
betul. Sisanya yang salah, tolonglah dijumlahkan ada berapa?” saat nyantri di
Gontor, ia juga sering mendapat nilai 1 (satu) untuk Pelajaran Ilmu hisab
(aritmatika). Rupanya angka itu dianggapnya ”angka juara”. Karena pak
Sirojuddin selalu ingin jadi pelopor di bidang yang digelutinya.
Seharusnya pak Sirojuddin termasuk murid angkatan pertama di Madrasah
Tsanawiyah yang dirintis ayahnya. Namun, ayahnya memasukkannya ke Pondok
Modern Gontor, Jawa Timur, tahun 1969. dan di sinilah pak Sirojuddin benar-
benar menemukan dunianya ia banyak belajar dan memperdalam hobinya di
Pesantren ini. Pesantren yang menerapkan disiplin ketat ini sarat dengan kegiatan
seni, dan pelajaran khat termasuk kurikulum wajib di kelas. Mungkin sudah
suratan takdir, ketika pak Sirojuddin tidak dikabulkan ayahnya masuk ASRI
(Akademi Seni Rupa Indonesia) di Yogyakarta. Ketika tahun 1976 akhirnya
masuk kuliah pada jurusan Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Di luar jadwal kuliah, pak Sirojuddin semakin giat untuk
mengasah hobinya dan menganggap "Jakarta adalah guru, di Jakarta juga ada
segalanya".2
Berkat hobi dan kemampuannya, sejak kuliah tahun 1976, pak Sirojuddin
bekerja sebagai ilustrator majalah, lalu beralih menjadi editor Pustaka Panjimas
Sampai tahun 1982. hobinya mengarang dan baca-baca buku cerita, petualangan,
dan humor di samping buku-buku agama menghasilkan cerpen-cerpen dan
karangan ilmiah dan laporan peliputan selama menjadi wartawan Panji
Masyarakat (1982-1989).
Selama jadi mahasiswa, Beliau hanya memendam keinginan yang dicita-
citakannya. Di Jakarta hanya ada beberapa khattat. Selain sulit dihubungi, mereka
juga tidak mudah diajak berserikat membentuk asosiasi. Namun masa-masa
tersebut adalah masa subur bagi pak Sirojuddin untuk menulis kaligrafi buku
dibeberapa penerbit di Jakarta. Ia memperoleh cukup uang sehingga
berkesempatan membeli banyak buku. Uang juga banyak diperoleh dari menulis
kaligrafi di masjid, membuat ilustrasi dan komik, selain cerpen dan artikel. Pak
Sirojuddin hampir-hampir bekerja sebagai khattat di penerbit Bulan Bintang,
Jakarta, dan PT. al-Ma'arif, Bandung. Namun keduanya urung diambil, karena
masih aktif kuliah.
2 D. Sirojuddin. AR, Direktur Lemka, Wawancara Pribadi, 20 Agustus 2008
Selesai kuliah tahun 1982, pak Sirojuddin sampai ke puncak kegelisahannya.
Setelah kemudian (1983) ia dipinta mengajar kaligrafi di Fakultas Adab eks
almamaternya. Kehormatan itu dilihatnya sebagai peluang. Hingga akhirnya, pak
Sirojuddin Berhasil mendirikan Lembaga Kaligrafi al-Qur'an (LEMKA).
Kemudian, mendirikan Pesantren Kaligrafi al-Quran LEMKA di Sukabumi.
Pesantren seni model baru yang pertama di Indonesia ini membina para kader
daerah yang diplot untuk menjadi pelopor-pelopor pengembangan kaligrafi di
seluruh kawasan Nusantara. Ia juga memimpikan sebuah Akademi Seni Islam
sebagai pusat studi dan pembinaan kaligrafi.3
2. Aktivitas Kepemimpinan D. Sirojuddin. AR
Di sela-sela kesibukannya sebagai dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta D. Sirojuddin. AR aktif dalam kegiatan-kegiatan
kaligrafi yang penulis klasifikasikan sebagai berikut:
a. Aktivitas Penjurian:
1). Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Nasional Ke-13, 1983, Padang, Sumatera
Barat
2). Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Nasional Ke-15, 1988, Bandar Lampung
3). Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Nasional Ke-16, 1991, Yogyakarta
3 Bill/Ft.Bill*HC, "Tokoh Kaligrafer dari Salabintana", Majalah al-Kisah, (No.22/tahun IV/23
Oktober-5 November 2006), h. 74
4). Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Nasional Ke-17, 1994, Pekan Baru, Riau
5). Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Nasional Ke-18, 1997, Jambi
6). Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Nasional Ke-19, 2000 Palu Sulawesi
Tengah
7). Koordinator Juri Sayembara Kaligrafi Festifal Istiqlal Ke-1, 1991, Jakarta
8). Koordinator Juri Sayembara Kaligrafi Festifal Istiqlal Ke-2, 1995, Jakarta
9). Koordinator Juri Kaligrafi Hari Anak Sholeh Nasional, 1990 s/d 1998,
Jakarta
10). Dewan Hakim MTQ Tingkat Wilayah Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jambi, Riau, dan beberapa Kabupaten di Jawa Barat dan Banten.
11). Koordinator Juri Sayembara Melukis Kaligrafi SCTV,1995, Jakarta.
12). Dewan Hakim Lomba Kaligrafi Festifal Anak Sholeh II,1994,IV,1999,
Jakarta.
13). Koordinator Juri Lomba Disain Cover Mushaf al-Quran Departemen
Agama RI, 1995, Jakarta.
14). Dewan Hakim Peraduan Menulis Khat ASEAN, 1998, di Brunei
Darussalam.
15). Dewan Hakim Peraduan Menulis Khat ASEAN, 2002, di Brunei
Darussalam.
16). Koordinator Sewan Hakim Kaligrafi Pospenas I, 2001, Ma’had Al-
Zaytun, Indramayu, Jawa Barat.
17). Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Nasional Ke-20, 2003, Palangkaraya,
Kalimantan Tengah.
18). Koordinator Dewan Hakim Kaligrafi Pospenas II,2003, Palembang,
Sumatra Selatan.
19). Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Mahasiswa Nasional Ke-8, 2003, Bandung
Jawa Barat.
20). Koodinator Juri Lomba Kaligrafi Festifal Budaya Islam Nusantara
(Fesbin), 2003,TMII, Jakarta.
21). Koordinator Juri Lomba Kaligrafi Arsitektur Fakultas Teknnik
Universitas Muhammadiyah Jakarta, 2004, Jakarta
22). Koordinator Juri Lomba Kaligrafi Pesta Budaya Sinbad, FIB Universitas
Indonesia, 2004, Depok, Jawa Barat.
23). Dewan Hakim Peraduan Menulis Khat ASEAN, 2004, Brunei
Darussalam.
24). Koordinator Dewan Hakim POSPENAS III, 2005, Medan, Sumatera
Utara.
25). Ketua Majelis Hakim Kaligrafi MTQ Nasional Ke-21, 2006, Kendari
Sulawesi Tenggara.
26). Dewan Hakim Peraduan Menulis Khat ASEAN, 2006, di Brunei
Darussalam.
27). Ketua Dewan Hakim Kaligrafi MTQ Mahasiswa Nasional X, Kampus
UNSRI Palembang 2007
28). Ketua Dewan Juri Sayembara Logo UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008
29). Ketua Juri Lomba Kaligrafi POSPENAS I IV, GOR Samarinda 2007
30). Ketua Majelis Hakim Kaligrafi MTQ Nasional XXII, Kota Serang-Banten
2008
31). Ketua Dewan Hakim Kaligrafi Musabaqoh al-Quran Nasional VII
Telkom group, Banda Aceh 2008
32). Ketua Juri Lomba Kaligrafi Festifal Anak Sholeh Indonesia (FASI)
Nasional VII, Jakarta 2008.4
b. Aktivitas Pembinaan
D. Sirojuddin. AR sebagai Kaligrafer kenamaan di Indonesia beliau aktif
dalam pembinaan-pembinaan kaligrafi di tanah air dan juga beberapa kali
diundang untuk membina di Brunei Darussalam, di antaranya daerah-daerah
yang beliau bina sebagai berikut:5
1). Propinsi DKI Jakarta
2). Propinsi Jawa Barat
3). Propinsi Jawa Tengah
4). Propinsi Jawa Timur
5). Propinsi Lampung
6). Propinsi Jambi
7). Propinsi Sumatera Selatan
8). Propinsi Sumatera Barat
9). Propinsi Sumatera Utara
10). Propinsi Riau
11). Propinsi Kepulauan Riau
12). Propinsi Yogyakarta
13). Propinsi Sulawesi Tengah
14). Propinsi Nangro Aceh Darussalam
15). Propinsi Kalimantan Selatan
16). Propinsi. Kalimantan Timur
4 D. Sirojuddin. AR, Katalog Pelukis dan Guru Kaligrafi Indonesia, (Jakarta: LEMKA, 2008),
h. 3, t. d. 5 Ibid, h. 13
17). Propinsi Kalimantan Barat
18). Propinsi Nusa Tenggara Barat
19). Propinsi Irian Jaya Barat
20). Propinsi Papua Barat
21). Propinsi Banten.
22). Negara Brunei Darussalam
c. Aktivitas Pameran
D. Sirojuddin. AR juga aktif berpameran kaligrafi islami di Yogyakarta,
Riau, Jambi, Kudus, Cirebon, Sukabumi dan Ibu Kota Jakarta (antara lain di
Hotel Mandarin, Hotel Hilton, Hotel Gran Melia, Taman Ismail Marjuki,
Gedung Seni Rupa Dekdikbud/Galeri Nasional Indonesia, Musium Nasional,
Gedung World Trade Center, Menara Kebon Sirih, Taman Mini Indonesia
Indah, Taman Seni Jaya Ancol, Masjid Istiqlal, Musium Istiqlal dan beberapa
kampus perguruan tinggi di Jakarta), Teheran Iran, dan Sarjah Uni Emirat Arab.6
d. Buku dan Diktat Karangan:
1). Seni Kaligrafi Islam, 1985
2). Pelajaran Kaligrafi Islam (2jilid), 1985
3). Belajar Kaligrafi (7jlid), 1991
4). Dinamika Kaligrafi Islam (terjemahan), 1992
5). Belajar Cepat Menulis Alquran (4 jilid) 1993
6). Mewarnai Kaligrafi (8 jilid, 1995 & 7 jilid), 2005
7). Keterampilan Menulis Kaligrafi Bagi Santri Pondok Peasantren, 2001
8). Cara Mengajar Kaligrafi (terjemahan), 2002
6 D. Sirojuddin. AR, Asah Asuh Huruf Kaligrafi Islam, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2006), h.
116
9). Kaligrafi Hitam Putih D. Sirojuddin. AR, 2001
10). Pak Didin Menabur Ombak Kaligrafi, 2002
11). Latihan Melukis Kaligrafi dari Hitam Putih ke Warna-warna, 2002
12). Desain Pelajaran Kursus Kaligrafi (4 jilid), 1986
13). Tentang LEMKA dan Desain Pengembangan Seni Kaligrafi di
Indonesia, 1991
14). Corat-coret Bukan Asal Coret,1993
15). Gores Kalam: Butir-butir Pemikiran Sekitar Pengembangan Seni
Kaligrafi Islam di Indonesia (artikel koran dan majalah1984-1999)
16). Desain Mewarnai Kursus Kaligrafi Terpadu LEMKA, 1996
17). Asah Asuh Huruf : Himpunan Karya Master Bahan Latihan Pengajar
LEMKA,1996
18). Kaligrafi Arab: Peralihan dari Kufi ke Naskhi, 1996
19). Membina Kaligrafi Gaya Lemka, 1996
20). Persiapan Menuju MTQ: Kiat Latihan Para Khattat Peserta MTQ, 1996
21). Khat Naskhi untuk Kebutuhan Baca Tulis, 1997
22). Seni Kaligrafi Islam di Indonesia Angkatan Perangkatan, 1998
23). Tafsir al-Qolam, 1992
24). Tariq Ila Kitabi al-Insya, 1992
25). Pengantar Kuliah Seni Islam, 2004
26). Nuansa Kaligrafi Islam (kumpulan karangan), 2005
27). Koleksi Karya Master Kaligrafi Islam (7jilid), 2005
28). Kaligrafi di MTQ (Kiat Pelatihan dan Perhakiman), 2006.7
7 Ibid,.
C. Sejarah Lembaga Kaligrafi Alquran (LEMKA)
1. Latar belakang berdirinya
Keinginan mendirikan sebuah lembaga kaligrafi al-Quran, merupakan
’khayalan’ D. Sirojuddin. AR sejak tahun 1975, tepatnya menjelang ia lulus dari
Pondok Pesantren Madern Gontor. Setamat dari pesantren tersebut, pak
Sirojuddin melanjutkan kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama kuliah
beliau menekuni kegemarannya yang muncul sejak kecil, yakni melukis kaligrafi.
Setamat kuliah, tahun 1982, khayalan terpendam itu masih tetap membara.
Tetapi, pak Sirojuddin belum menemukan teman sesama khattat (para penulis
khat) yang mau diajak untuk mendirikan lembaga impiannya itu. Gagasan untuk
mendirikan wadah pengembangan kaligrafi sama sekali tidak menarik perhatian
mereka. Namun rasa penasaran pak Sirojuddin terus bergolak. Sementara melukis
hanya untuk dirinya saja, baginya merasa membosankan. Meskipun diakuinya
telah menghasilkan banyak uang.
Selama jadi mahasiswa, beliau hanya memendam keinginan yang dicita-
citakannya beliau harus berjuang sendiri tak seorangpun yang mambantu
mewujudkan cita-cita pak Sirojuddin kala itu, di Jakarta hanya ada beberapa
khattat. Selain sulit dihubungi, mereka juga tidak mudah diajak berserikat
membentuk asosiasi. Akhirnya, hingga sampailah pada momen yang bersejarah
bagi cikal bakal berdirinya LEMKA, yakni, tahun tahun 1983. Di Padang ketika
beliau untuk pertama kalinya menjadi Dewan Hakim Kaligrafi pada MTQ
Nasional XIII/1983, di sini lebih jauh pak Sirojudddin kerkenalan dengan KH. M.
Abdul Razaq Muhilli, penulis buku propesional, dan Prof. H. M. Salim Fachry,
penulis al-Quran Pusaka Indonesia atas pesanan Presiden Soekarno, yang bertugas
sebagai Dewan Hakim dan diakuinya sebagai gurunya. Saat itulah, semenjak di
pesawat menuju Padang hingga di area MTQ, pak Sirojuddin tidak henti-hentinya
menyampaikan gagasannya untuk membentuk wadah pengembangan kaligrafi.
Menanggapi gagasan itu, Salim Fachry menyambut agak kaget "itu yang
sebenarnya sejak dulu ana cita-citakan, sejak ana belajar kaligrafi di Mesir.
Namun ana tidak punya kader". Beliau dianggap sebagai kadernya yang selama ini
dicari-cari.
Dewan Hakim lainnya di MTQ tersebut adalah C. Israr, seorang analis seni
Islam, dan H.M. Bachtiar, dosen IAIN Padang yang turut mendorong rencana
besar pak Sirojuddin.
Selesai kuliah tahun 1982, pak Sirojuddin sampai ke puncak kegelisahannya.
Setelah kemudian (1983) ia dipinta mengajar kaligrafi di Fakultas Adab (sekarang
Fakultas Adab dan Humaniora). Kehormatan itu kemudian dilihatnya sebagai
peluang, tapi masih kesulitan harus mulai dari mana. Dua tahun kemudian,
barulah pak Sirojuddin ”nekat”. Kali ini ia mengajak salah satu mahasiswanya di
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
yang baru duduk di semester dua, bernama Ece Abidin. Ece waktu itu disuruh
mengumpulkan kawan-kawan sekelasnya yang sudah ditentukan untuk menjalin
kerjasama. Semula, mereka ragu karena merasa tidak tahu apa-apa mengenai
kaligrafi. Namun, atas pesan pak Sirojuddin, Ece meyakinkan kawan-kawannya
tersebut. Akhirnya, Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) diproklamirkan 17
April 1885, dan pengurusnya diambil langsung dari para mahasiswa semester II
yang diasuhnya. "Semuanya serba baru dan darurat. Tidak ada referensi apapun,"
aku pak Sirojuddin yang langsung mencanangkan tujuan didirikannya LEMKA
yaitu, memasyarakatkan kaligrafi di tanah air.8
8 D. Sirojuddin AR, direktur Lemka, Wawancara Pribadi, 20 November 2008
Tapi dari mana ia dapat memobilisasi komunitas kaligrafer? Ia hanya
menjawab bahwa modalnya itupun dari ayahnya. Ia melihat bagaimana ayahnya
mengajar ngaji dengan tekun, menjadi imam di surau, dan bagaimana ia harus
ronnda setiap malam mengatur atau memimpin rakyatnya saat jadi kepala desa.
Tetapi kesukaannya membaca lakon para petualang, pelopor, dan penemu
memberikannya pengaruh sangat mendalam. Nabi Muhammad SAW adalah yang
patut dijadikan contoh dengan nmenghimpun pengikutnya dari satu orang, tiga,
ratusan, ribuan. Tertarik pula dengan kitab Ramayana yang menggambarkan
Rama mencari Shinta dengan memobilisasi seekor kera Hanoman, lalu lima ekor,
jadi lima ratus, sepuluh ribu, lima ratus ribu, sepuluh juta.9
Bukan tanpa kendala, kursus kaligrafi yang diselenggarakan LEMKA ternyata
mengundang banyak peminat. Pada gelombang pertama sebanyak 83 orang yang
mendaftar. Di antaranya adalah mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tapi
pada semester berikutnya program tersebut bangkrut, karena belum menemukan
pembelajaran yang tepat.
Perlahan-lahan, pak Sirojuddin mencoba menyususun metode pengajaran
kaligrafi sendiri. Pada gelombang ketiga, mulailah metode penemuan pak
Sirojuddin tersebut diterapkan. Di antaranya, pertama, metode demonstratif,
yakni, metode penggunaan asistem pengajar di kelas. Kedua, menggunakan alat-
alat peraga, termasuk diantaranya karya-karya yang bisa dicontoh oleh peserta.
9 Tim 7 Lemka, Op Cit, h. vii-xix
Ketiga, pemungutan iuran. Menurut pak Sirojuddin, salah-satu bangkrutnya
gelombang pertama ialah tidak adanya iuran, sehingga peserta cendrung kurang
serius. Metode lain yang digunakan agar menambah gairah peserta adalah
diadakannya apresiasi terhadap karya-karya mereka, dalam bentuk pameran,
demonstrasi di depan khalayak, juga rekreasi seni.
Hingga sekarang LEMKA terus berjalan dan berkembang, yang sampai saat
ini sudah mencapai gelombang ke-45, dan telah melahirkan ribuan khattat maupun
pelukis kaligrafi yang menyebar di seluruh tanah air Indonesia.
2. Visi dan Misi
Adapun Visi dan Misi Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) adalah sebagai
Berikut :
Visi: Memperkenalkan serta mengembangkan seni budaya Islam, Khususnya seni
kaligrafi.
Misi: Membina dan mengembangkan kader-kader potensial di bidang seni
kaligrafi secara propesional.
a. Mempelopori dan mengembangkan seni dan budaya Islam, khususnya di
bidang seni kaligrafi kepada masyarakat luas di seluruh Tanah air.
b. Menjalin kerjasama dengan lembaga seni Internasional.
c. Membina usaha organisasi pengembangan kaligrafi, termasuk di dalamnya
memotivasi tumbuhnya sanggar-sanggar kaligrafi di berbagai tempat di
Tanah air.
d. Berperan aktif dalam setiap kegiatan yang menunjang seni dan budaya
Islam, khususnya seni kaligrafi.
e. Menanamkan citra seni kaligrafi sebagai sebagian dari pembinaan
tamaddun Islam yang pempertinggi harkat dan martabat kemanusiaan.
f. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan identitas dan asas organisasi serta
berguna untuk mencapai tujuan organisasi.10
3. Struktur Kepengurusan
Berikut ini adalah struktur kepengurusan LEMKA untuk masa amanah tahun
2008-2010 yang terdiri dari Konsultan Ahli, Dewan Pertimbangan Organisasi,
Badan Pengurus Harian, beberapa Departemen yang sangat mendukung dalam
upaya pengembangan Kaligrafi di LEMKA pada khususnya dan di Indonesia pada
umumnya.11
10
LEMKA, Draft AD/ART LEMKA(Pada Musyawarah Tahunan LEMKA, 2008) 11
Lemka, Draft Musyawarah Tahunan LEMKA2008
STRUKTUR KEPENGURUSAN
LEMBAGA KALIGRAFI ALQURAN (LEMKA)
PERIODE 2008-2010
Konsultan Ahli
Prof. DR. H. Komaruddin Hidayat, MA
Prof. Drs. AD. Pirous
Prof. DR. H. Chotibul Umam, MA
Prof. DR. H. M. Din Syamsuddin, MA
Prof. DR. Badri Yatim, MA
DR. H. Abdul Chair, MA
Dewan Pertimbangan Organisasi
Ketua : Drs. Ece Abidin
Sekretaris : Uud Mas’udin, SPd.I
Anggota : Drs. Ali Akbar, M.Hum
Drs. H. M. Hamid Ibrahim, MM
H. Momon Abdurrahman Syarif
DR. H. M. Oman Faturrahman, M.Hum
Ahmad Tholabi Kharlie, SHI, MA
H. Aep Ermana DE, S.Ag
Badan Pengurus Harian
Direktur : Drs. H. D. Sirojuddin. AR, M.Ag
Sekretaris : Dede Syamsuddin. A
Bendahara : Noor Halimah
Departemen Pembinaan Minat dan Bakat
Ketua : Martnus, SS
Sekretaris : Djoko Setiawan
Anggota : Ahmad Sholeh
Husnul Khatimah
Nurhasan Ghozali, SH.I
Nasruddin
Katirah
Ummi Kulsum
Departemen Pembinaan Aparat dan Organisasi
Ketua : H. Edi Amin, MA
Sekretaris : Saiful Huda
Anggota : Baldi Kholiq, S.Pd.I
Nurul Hikmah
Iyus. F
Departemen Pameran dan pengembangan Galeri
Ketua : Kusna Sanjaya
Sekretaris : Abdul Khaliq, S.Ag
Drs. Efendi Le’ong
Kurnia Agung Robiansyah, SHI
Boby Essyawwal, S.Ag
Irfan Wahyudi
Heri Sumarna
Sri Wahyuningsih
Departemen Pengembangan Kewirausahaan
Ketua : H. M. Zhohiruddin, SS
Sekretaris : Sri Wahidah
Abdul Khaliq
Ahmad Ridho, SS
Husaini
Muta’allima
Departemen Informatika dan Kontak Kelembagaan
Ketua : H. Mauluddin Anwar, S.Ag
Sekretaris : Suhailid Hafidz, SS
Bambang
Rini Maulidurrahman
Neng Hikmah
Forum Mubahasah Seni dan Budaya
Ketua : Yusuf Firdaus
Sekretaris : Fatmawati
Anggota Ilham Khoiri, S.Ag, MSR
Iman Saiful Mu’minin, SPd.I
Nursa’dah Asih
Forum Pembinaan Pengajar
Ketua : H. Isep Misbah, S.Ag
Sekretaris : H. Zainuddin Rais, SS
Anggota : Ahmad Munir
Afifuddin Syarif, MA
Ujang Badrussalam
H. Ohan Jauharuddin, S.Ag
H. Nurkholis, AM. A
Hj. Ernawati, S.Pd.I
4. Ciri Khas Pada Lembaga
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pak Sirojuddin beberapa
pengurus dan pengajar LEMKA, penulis mencoba mengambil poin-poin
kesimpulan yang menjadi ciri khas dan kelebihan LEMKA yang bisa dituliskan
sebagai berikut:
a. Pembelajaran kaligrafi di LEMKA lebih intensif, dan terstruktur
b. LEMKA telah mempunyai buku-buku kurikulum tersendiri baik diktat
kursus maupun buku-buku yang berkaitan dengan kaligrafi seperti tentang
wawasan kaligrafi dan ide-ide pengembangan kaligrafi.
c. Untuk memaksimalkan program-programnya LEMKA mempunyai
Departeman-departemen seperti, Departemen Pembinaan Minat dan Bakat,
Departemen Pengembangan Organisasi, Departemen Kewirausahaan,
Departemen Informatika dan Kontak Kelembagaan. Juga forum-forum
seperti, Forum Diskusi Seni dan Budaya dan Forum Pembinaan Pengajar.
d. Para pengajarnya yang sangat kompeten yang terdiri dari para kaligrafer
kelas nasional dan ASEAN. Juga didukung dengan pendidikan yang
kebanyakan sarjana S1, dan beberapa S2 maupun S3.
e. Alumninya yang sudah mencapai ribuan dan berprestasi di tingkat lokal,
nasional, dan ASEAN. Alumninya juga telah menyebar dihampir seluruh
propinsi yang ada di Indonesia.
f. LEMKA terkenal sangat humoris dalam kebanyakan kegiatannya sehingga
sehingga tidak membosankan.
g. Rasa kekeluargaan yang sangat terasa di antara pengurus maupun anggota.
h. Dan lain-lain.
LEMKA memiliki ciri khas maupun keunggulan yang tidak ada di
lembaga atau tempat belajar kaligrafi lain. Sehingga LEMKA banyak diminati
oleh para pecinta kaligrafi/kaligrafer, maupun pengamat untuk belajar maupun
meneliti, termasuk penulis sendiri yang tertarik untuk menulisnya dalam
sebuah skripsi ini.
BAB IV
ANALISIS KEPEMIMPINAN D. SIROJUDDIN. AR
A. Pendekatan Kepemimpinan D. Sirojuddin. AR
Pendekatan kepemimpinan D. Sirojuddin. AR yang dipraktekkan adalah
beliau selalu berusaha untuk menjadi teladan atau contoh bagi para kaligrafer atau
pelukis, jadi menurut beliau kalau beliau mengajak orang untuk berbuat sesuatu maka
beliau sudah berbuat terlebih dahulu memperbuatnya. Ust. Apifuddin Syarif
menambahkan bahwa pak Sirojuddin sosok pemimpin yang patut diteladani, dimana
pak Sirojuddin seorang yang pragmatis (yang bisa menuliskan kaligrafi secara
keahlian kaligrafi) tetapi pak Sirojuddin juga seorang konseptor (yang mampu
menciptakan ide-ide pengembangan secara konsep baik melalui buku maupun media)
menurutnya ini sebuah teladan sekali yang perlu dicontoh dan diteladani oleh para
kaligrafer.1 Kemudian dalam kepemimpinannya beliau juga berusaha untuk menjadi
icon atau lambang dalam pengembangan kaligrafi khususnya di Indonesia, dan pada
kenyataannya beliau memang banyak kalangan yang menganggap khususnya
kaligrafer/pengamat kaligrafi termasuk penulis sendiri bahwa beliau sebagai tokoh
1 Apifuddin Syarif, Pengurus dan Pengajar LEMKA, Wawancara Pribadi, 27 November 2008
atau boleh dibilang sebagai bapak kaligrafinya Indonesia.2 Ini karena banyaknya
peran beliau dalam pengembangan kaligrafi khususnya di Indonesia. Sehingga,
dengan ketokohannya tersebut gagasan-gagasan pengembangan kaligrafi yang beliau
sampaikan dengan mudah untuk diterima dan diikuti, ini terlihat dengan semakin
meningkatnyan jumlah santri pada pesantren kaligrafinya yang merupakan
laboraturium dari LEMKA pada setiap angkatan atau setiap tahunnya dan semakin
padatnya jadwal beliau untuk memenuhi undangan untuk membina di daerah-daerah
di tanah air bahkan di luar negeri yakni di Brunai Darussalam.3 Dalam hal ini beliau
mengatakan bahwa beliau mencontoh kepemimpinan Rasulullah tentunya sebagai
pemimpin teladan yang utama, menurut beliau apa yang dilakukan Rasulullah
sebenarnya memberikan keteladanan dan akibatnya mereka mengikuti Rasulullah
karena Rasulullah memang teladan.4
D. Sirojuddin AR dapat memobilisasi para kaligrafer mencontoh dari ayahnya.
Beliau melihat bagaimana ayahnya mengajar ngaji dengan tekun, menjadi imam di
surau, dan bagaimana ia harus ronda setiap malam mengatur atau memimpin
rakyatnya saat jadi kepala desa. Tetapi kesukaannya membaca lakon para petualang,
pelopor, dan penemu memberikannya pengaruh sangat mendalam. Nabi Muhammad
SAW adalah yang patut dijadikan contoh beliau mencontoh kepemimpinan Rasulullah
tentunya sebagai pemimpin teladan yang utama, menurut beliau apa yang dilakukan
Rasulullah sebenarnya memberikan keteladanan dan akibatnya mereka mengikuti
Rasulullah karena Rasulullah memang teladanDFDFDFDF. Dengan menghimpun
pengikutnya dari satu orang, tiga, ratusan, ribuan. Tertarik pula dengan kitab
Ramayana yang menggambarkan Rama mencari Shinta dengan memobilisasi seekor
2 Momon A Syarif, Pengurus, Pengajar LEMKA dan Dewan Juri Kaligrafi, Wawancara
Pribadi, 27 November 2008 3 Lihat halaman, 37
4 D. Sirojuddin. AR, Direktur Lemka, Wawancara Pribadi, 10 Agustus 2008
kera Hanoman, lalu lima ekor, jadi lima ratus, sepuluh ribu, lima ratus ribu, sepuluh
juta.5 Ia begitu yakin bahwa sejarah benar-benar dapat dijadikan sebagai pelajaran
dan bahkan teladan.
Dalam pengembangan kaligrafi lewat lembaga yang beliau pimpin beliau lebih
kepada menghidupkan sistem kaderisasi misalkan seperti dalam pengajaran di
LEMKA, beliau tidak menghabiskan waktu untuk mengajar sendiri tetapi lebih pada
memposisikan diri untuk mengawasi dalam artian mengawasi secara terbuka untuk
tujuan evaluasi pemberian motivasi dan sebagainya kepada para pengajar atau sebagai
supervisor. Beliau berusaha untuk ”ber-Tutwuri Handayani” kemudian juga bisa
terlihat dari misalnya beliau dalam memimpin pesantrennya beliau lebih pada
memberikan pengasuhan dan motivasi-motivasi maka di pesantren kaligrafi yang
beliau dirikan ada yang menangani tersendiri dalam menjalankan program-
programnya misalnya program pendidikan dan latihan (Diklat) ada direktur tersendiri
yang menjalankan program-program tersebut.
Dalam kepemimpinannya D. Sirojuddin. AR juga selalu bersifat terbuka,
misalnya dalam pengambilan keputusan beliau selalu mengadakan musyawarah
dengan para pengurus maupun anggota. Selain itu selanjutnya beliau lebih suka
membiarkan bawahannya untuk berinisiatif dan berkreasi.
Keteladanan pak Sirojuddin juga terlihat pada kepribadiannya yang gigih,
tekun, dan sabar misalnya di mana seringkali ketika penulis datang di kediamannya
selalu saja beliau ada yang dikerjakan seperti selalu lagi ngetik dihadapan Laptop
atau lagi menulis maupun melukis kaligrafi. Selain itu beliau juga seorang yang
dermawan dimana penulis tahu sendiri misalnya hampir setiap hari minggu selalu ada
5 Tim 7 Lemka, Pak Didin Menabur Ombak Kaligrafi, (Jakarta : LEMKA Studio, 2006), cet.
Ke-5, h. vii-xix
yang datang untuk minta sumbangan dan pak Sirojuddin selalu memberinya. Penulis
sendiri banyak merasakan kedermawanan beliau.
a. Gaya Kepemimpinan D. Sirojuddin. AR
Gaya kepemimpinan sebagaimana dikatakan T. Hani Handoko dalam bukunya
Manajemen membagi gaya kepemimpinan menjadi dua yaitu gaya dengan orientasi
tugas (task oriented) dan gaya dengan orientasi karyawan (employer orented)
pimpinan berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup
untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkan. Manajer dengan
gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksana pekerjaan dari pada
pengembangan dan pertumbuhan bawahan. Manajer berorientasi karyawan mencoba
untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka. Mereka mendorong
para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan
kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan
suasana persahabatan, serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan
menghormati dengan para anggota kelompok.
Berdasarkan pemaparan di atas penulis yang juga aktif di LEMKA dapat
penulis kemukakan bahwa gaya kepemimpinan D. Sirojuddin. AR adalah lebih
kepada gaya kepemipinan yang berorientasi karyawan atau bawahan, anggota dan
para kaligrafer. Ini dapat dilihat misalnya dalam hal kebijakan-kebijakan terkait
pengembangan kaligrafi maupun lembaga yang dipimpinnya, beliau selalu
mengakomodir pendapat-pendapat bawahannya dan juga kemudian memberikan para
anggotanya untuk berinisiatif dan kreatif.
b. Tipe Kepemipinan D. Sirojuddin. AR
Sebagai mana yang telah dijelaskan di atas bahwa yang dimaksud tipe
kepemimpinan adalah suatu bentuk atau pola seseorang dalam memimpin, tindak
tanduk dari seorang pemimpin dapat dijadikan sebagai pola untuk mencocokkan tipe
apa yang dipakai oleh seorang pemimpin dalam menjalankan roda kepemimpinannya
tersebut
Tipe kepemimpinan D. Sirojuddin. AR adalah bersifat demokratis, kharismatis
dan juga pathernalistis yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
Demokratis, tipe kepemimpinan demokratis adalah tipe kepemimpinan
dimana pemimpin menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam
setiap organisasi. Tipe ini diwujudkan dengan dominasi prilaku pelindung dan
penyelamat dan prilaku yang cenderung memajukan dan mengembangkan organisasi.6
Tipe kepemimpinan ini selalu mendahulukan kepemimpinn kelompok
dibandingkan dengan kepemimpin individu.
Beberapa ciri dari kepemimpinan demokratis di antaranya adalah :
1. Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat
bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia didunia.
2. Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan
kepentingan organisasi.
3. Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya.
4. Mentolerir bawahan yang membuat kesalahan dan memberikan pendidikan
kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi
daya kreativitas, inisiatif dan prakarsa dari bawahan
5. Lebih metitik beratkan kerja sama dalam mencapai tujuan.
Tipe kepemimpinan D. Sirojuddin AR adalah sifatnya yang demokratis, tipe
demokratis ini terlihat pada saat rapat-rapat dengan pengurus maupun anggota yaitu
dengan memberikan kebebasan berpendapat pada saat rapat berlangsung,
6 Fitriah, "Kepemimpinan Ahmad Zairofi dalam Upaya Pengembangan Dakwah Melalui
Majalah Tarbawi", Skripsi Sarjana Sosial Islam, (Jakarta: Perpustakaan UIN, 2006), h. 27
menselaraskan ide atau pemikiran-pemikirannya dengan pengurus lainnya untuk
tujuan organisasi, kemudian dalam pergantian kepengurusan sebenarnya beliau juga
menyerahkan kepada forum yang ada di musyawarah untuk memilih ketua baru,
namun lagi-lagi tidak ada atau belum ada yang mampu seperti pak Sirojuddin yang
seorang konseptor yang mempunyai konsep-konsep pengembangan kaligrafi yang
strategis dan cemerlang yang juga dibarengi dengan talenta secara pkaktek tentunya.
Kemudian beliau juga sangat senang menerima saran pendapat, maupun kritikan
bahkan kritikan yang tidak benarpun beliau dengan senang hati menerimanya dari
bawahannya maupun orang-orang di luar LEMKA. Beliau tidak pernah membawa
atau mencampurkan masalah pribadi dengan tujuan organisasi.7
Tipe kedua yang ada pada D. Sirojuddin AR yaitu, tipe kepemimpinan
Kharismatik, Tipe kepemimpinan ini adalah kemampuan seseorang dalam
menggerakkan orang lain dengan mendayagunakan keistimewaan dalam aspek
kepribadian yang dimiliki pemimpin sehingga menimbulkan rasa hormat, segan dan
kepatuhan pada orang yang dipimpinnya.8
Tipe kepemimpinan kharismatik D. Sirojuddin AR ini terlihat ketika beliau
berada dimanapun khususnya dikalangan khattat maupun pelukis kaligrafi. Khattat
yang juga seorang imam masjid AsCCCsalam ini dikenal sebagai pribadi yang
religius yang seringkali mananamkan nilai-nilai agama pada bawahannya seperti
keikhlasan, keberkahan dan lain lain. Ia selalu disegani dan sangat dihormati,
walaupun beliau tidak pernah menonjolkan dirinya untuk dihormati.
D. Sirojuddin AR mempunyai kharisma tetapi tidak seperti sebagian orang
bahwa kharisma itu ditakuti dan sebagainya, tetapi pak Sirojuddin kharismanya itu
7 D. Sijuddin AR Log.Cit,.
8 Hadari Nawawi dan M. Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, (Yogyakarta : Gajah
Mada University Press, 2000), cet. Ke-3, h. 94-10
bagaimana ketika beliau berbicara kemudian orang memperhatikan semua, ingin
mendengarkannya, tetapi di tengah pembicaraan beliau bisa membuat orang tertawa.
Kharisma bukan berarti tidak canda, bukan berarti pasif dalam arti tidak ada tawa atau
canda sehingga seolah-olah beliau membuat image bahwa saya tidak boleh bercanda
supaya kelihatan kharismatik. Pak Sirojuddin berkarakter "lentur" yang bisa membaur
dengan bawahannya maupun denga orang lain.
Tipe Kharismatik pak Sirojuddin berbeda dengan kebanyakan yang ada di
pesantren-pesantren yang terlalu bahwa santri harus seperti ini, tidak boleh seperti ini
dan itu. Beliau tidak ada sekat seperti itu. Ust. Apifuddin Syarif, MA menambahkan,
apalagi kalau beliau berbicara melalui teks, kalau sudah menulis bahasanya sangat
"nyastra" bahasanya mengandung sastra, terbukti dalam buku-bukunya, khutbah,
ceramah/seminar, ini karena memang karena beliau yang berlatar belakang sarjana
sastra dan disamping beliau sebagai mantan wartawan bahasanya indah dan enak
didengarkan sehingga Ust. Apifuddin sendiri pun mengaku pernah mengutip
sebagian/pembukaan dari khutbah beliau karena sangat indah dan enak didengar.
Ketika membaca buku orang berpikir seolah-olah atau jangan-jangan orangnya sangat
kharismatik dan kenyataannya beliau memang punya kharisma. 9
Kemudian tipe kepemimpinan yang ada pada D. Sirojuddin AR yaitu tipe
kepemimpinan Fathernalistis, Tipe kepemimpinan fathernalistis mempunyai ciri
tertentu yaitu bersifat fathernal atau kebapakan. Kepemimpinan seperti ini
menggunakan pengaruh yang sifat kebapakan dalam menggerakkan bawahan untuk
mencapai tujuan. Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil.
Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat
diperlukan akan tetapi ditinjau dari segi negatifnya pemimpin fathernalistis kurang
9 Log. Cit.
menunjukkan kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya. Tipe kepemimpinan
Fathernalistik juga terdapat dalam diri D. Sirojuddin AR dalam artian Faternalistik
yang positif, ini terlihat dari sifatnya yang selalu mengayomi, membimbing dan
menasehati anggotanya yang memang kebanyakan mereka adalah para muridnya atau
binaannnya.
Kalau dilihat ketika pak Sirojuddin memberikan kata-kata yang bermutukan
pembekalan kepada bawahannya pasti akan menganggap bahwa beliau adalah guru
besar di organisasi ini yang omongannya atau pembicaraannya mesti benar dan diakui
keabsahannya artinya kalau seperti demikian bisa saja beliau bapaknya LEMKA.
Misal kecil dari nasehat beliau "teruslah berkarya melukis dan seterusnya karena
suatu saat akhirnya buat kita juga" ini salah satu kalimat yang bersifat kebapakan
yang seolah-olah beliau melihat ini bukan lagi bawahan saya tetapi benar-benar anak
saya. Contoh lain ketika ada pekerjaan beliau seringkali membaginya, karena banyak
organisasi yang ketika ada kepentingan dikumpulkan bawahannya, tetapi ketika ada
proyek diambil sendiri seolah-olah tidak ada hubungan emosional. Karena yang
menjadikan anak dan bapak bisa menyatu dikarenakan ada hubungan emosional dan
itu selalu dibangun oleh D. Sirojuddin AR.10
c. Fungsi Kepemimpinan D. Sirojuddin. AR
Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam
interaksi dalam individu dalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi.11
Dalam hal ini lebih lagi, J. Reberu dalam bukunya Dasar-dasar Kepemimpinan,
telah menjelaskan dan membagi fungi kepemimpinan kepada tiga bagian yaitu :
10
Ibid,. 11
Veithezal Rivai, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, (Jakarata: PT, Raja Grafindo
Persada, 2004), cet. Ke-2, h. 53
a. Tugas menanggapi situasi hidup masyarakat.
b. Tugas menilai hidup masyarakat.
c. Tugas menentukan sikap atau tindakan terhadap situasi hidup.12
Berbicara mengenai fungsi kepemimpinan, Kartini Kartono dalam bukunya,
Pemimpin dan Kepemimpinan, menjelaskan: ”fungsi kepemimpinan ialah: memandu,
menuntun, membimbing, membangun, memberi, atau membangunkan motivasi-
motivasi kerja. Mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik
memberikan supervisi atau pengawasan yang efesien, dan membawa para
pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu
perencanaan".13
Dalam hal ini fungsi kepemimpinan D. Sirojuddin AR dalam hal
pengembangan kaligrafi melalui LEMKA adalah dengan cara memandu,
membimbing dan memotivasi bawahannya kepada pencapaian tujuan dari visi dan
misi LEMKA salah satunya yaitu turut memasyarakatkan seni kaligrafi di Indonesia.
Selain itu fungsi kepemimpinan D. Sirojuddin AR adalah bahwa beliau mampu
membangun komunikasi yang baik dengan para pelukis dan khattat di daerah-daerah
serta mampu membangun komunikasi yang baik dengan berbagai instansi seperti
pemerintah daerah maupun pusat. Dan ini merupakan salah satu syarat untuk
menunjang perkembangan seni kaligrafi di Indonesia.
Menurut Kadarman SJ dan Jusuf Udaya dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Ilmu Manajemen menjelaskan tentang fungsi kepemimpinan yang harus
dijalankan oleh seorang pemimpin, agar suatu kelompok dapat dipimpin dengan
efektif, 2 (dua) fungsi utamanya ialah :
12
Riberu, Dasar-Dasar Kepemimpinan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h. 13 13
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 81
a. Fungsi pemecahan masalah (problem solving function). Fungsi ini
berhubungan dengan tugas atau pekerjaan yaitu memberikan jalan keluar,
pendapat dan informasi terhadap masalah yang dihadapi kelompok. Dalam
hal ini kepemimpinan D. Sirojuddin AR berusaha untuk memberikan
saran, tanggapan serta solusi atas permasalahan-permasalahan yang
dihadapi bawahannya maupun Khattat di daerah-daerah. Selain itu beliau
yang selalu mengamati dan mengkaji dunia seni kaligrafi beliau juga
memberikan informasi-informasi mengenai perkembangannya dan lain
sebagainya.
b. Fungsi sosial. Fungsi ini berhubungan dengan kehidupan kelompok, yaitu
memberikan dorongan kepada anggota kelompok untuk mencapai tujuan
dan menciptakan suasana kerja bagi kelompoknya.14 Dalam hal ini D.
Sirojuddin AR selalu berusaha memberikan dorongan baik kepada
bawahannya maupun Khattat-khattat di tanah air untuk mengembangkan
seni kaligrafi yang merupakan seni Islam.
d. Hakikat Kepemimpinan D. Sirojuddin AR
Hakikat kepemimpinan berdasarkan tinjauan teoritis pada bab II di atas adalah
kepengikutan bawahan pada atasan atau pimpinan, yang dimana seorang pemimpin
harus memahami bawahannya supaya tujuan bersama dalam organisasi dapat dicapai.
Tingkah laku bawahan searah dengan kemauan pemimpin karena pengaruh
interpersonal pemimpin terhadap bawahannya tersebut. Sebab sekelompok orang yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan memerlukan seorang pemimpin (leader) agar
14
Kadarman SJ dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT. Prenhalindo,
2000), h. 143
kerja sama tersebut bisa mejadi efektif. Sehingga menurut pengamatan penulis
kepemimpinan D. Sirojuddin AR bisa dikatakan berhasil karna kegiatan beliau dalam
mempengaruhi orang lain bisa dikategorikan sangat banyak pengikutnya ini bisa kita
lihat dari sejarah perjalanan LEMKA yang dipimpinnya hingga sekarang.15
Dan inilah
hakikat kepemimpinan.
e. Efektifitas Kepemimpinan D. Sirojuddin AR
Terkait efektivitas kepemimpinan D. Sirojuddin AR berdasarkan penelitian
kualitatif. Penulis dapat menjelaskan bahwa kepemimpinan yang efektif tergantung
bagaimana kemampuan seorang pemimpin dapat menyesuaikan gaya
kepemimpinannya pada situasi dan kondisi yang dihadapi. Makin efektif interakksi
pimpinan dengan bawahan terutama melalui pendekatan manusiswi (human
approach), menunjukkan kecendrungan semakin tinggi dan terbina satu sikap saling
pengertian dan keeratan hubungan emosional antara pimpinan dengan bawahan dan
keadaan ini menjadi potensi untuk bersama terciptanya kepemimpinan yang efektif.
Efektivitas kepemimpinan D. Sirojuddin. AR berdasarkan asumsi di atas sudah cukup
efektif dilihat dari segi interaksinya dengan bawahannya dimana pak Sirojuddin
selalu menjaga interaksi yang baik dengan bawahannya. Beliau tidak pernah
mencampurkan urusan pribadi dengan urusan organisasi atau kepemimpinannya.
Sehingga hubungan emosional dengan bawahannya terjalin dengan baik dan itu selalu
dibangun oleh pak Sirojuddin.16
15
Lihat bab III. 16
Apifiddin Syarif, Log. Cit.
B. Peran D. Sirojuddin. AR dalam Pengembangan Kaligrafi di Indonesia
D Sirojuddin AR mengembangkan kaligrafi yaitu dengan cara langsung
menjadi pelaku aktif dan menjadi nafas dari kaligrafi. Pelaku aktif dengan cara di
antaranya dengan memberikan trining kaligrafi, pameran, dialog tentang dunia
kaligrafi, seni budaya dan ide-ide pengembangannya. Pak Sirojuddin selalu pro aktif
dalam mengembangkan kaligrafi, dengan cara begitu Sirojuddin sudah otomatis
berjuang untuk mengembangkan seni kaligrafi tersebut. Kemudian dengan tampil
seperti itu beliau juga langsung memberikan contoh jadi kalau beliau mengajak orang
untuk belajar menguasai kaligrafi karena beliau pakarnya kaligrafi, kalau beliau
mengajak melukis karena beliaupun melukis, kalau beliau mengajak para seniman
berdiskusi tentang seni Islam karena beliau juga aktif menulis artikel-artikel tentang
seni Islam dalam hal ini include kaligrafi. Sehingga yang beliau sampaikan menjadi
bagian yang memang dinanti oleh para kaligrafer.10
Usaha-usaha meningkatkan mutu dan kader kaligrafer sudah banyak
dilakukan D. Sirojuddin. AR misalnya, ia membentuk LEMKA (Lembaga Kaligrafi
al-Quran) tahun 1985, sebagai langkah untuk mempercepat proses pengembangan
kaligrafi di Indonesia.18 H. Edi Amin, MA pengajar yang juga pengurus LEMKA
menambahkan, beliau telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
perkembangan kaligrafi murni di Indonesia, ini dibuktikan dengan berdirinya
LEMKA di Jakarta dan Pesantren Kaligrafi al-Quran LEMKA di Sukabumi. Semakin
maraknya event-event kaligrafi, khususnya di MTQ dengan banyaknya kader-kader
daerah yang dikirim ke Pesantren Kaligrafi al-Quran LEMKA dan lomba tingkat
17
D. Sirojuddin. AR, Log. Cit. 18
Syai,"Keindahan Goresan Huruf", Media Ka'bah, edisi 9 (20 juni 1999), h. 68
nasional yang didominasi oleh sebagian besar binaan pak Sirojuddin dan di tingkat
ASEAN. Ini jelas banyak memberikan kontribusi hampir semua kejuaraan ASEAN
menandakan peran beliau dalam membina kaligrafer di tanah air dan pengkaderan
yang beliau lakukan berhasil.12
D. Sirojuddin. AR memaksimalkan perannya untuk pengembangan kaligrafi
dengan menawarkan beberapa kegiatan yang kegiatan-kegiatan ini kemudian menjadi
kebijaksanaan LEMKA yaitu sebagai berikut:
1. Kursus Kaligrafi Terpadu
Dalam hal ini kursus kaligrafi terpadu lebih spesifik di LEMKA dikelola oleh
Departemen Pembinaan Minat dan Bakat yang di dalamnya terdapat (inclode)
pembinaan kreativitas, pengembangan minat dan bakat, kompetisi, dan safari seni.
Penyelenggaraan kursus kaligrafi terpadu merupakan kegiatan ”garda depan” dan
mendapat prioriatas utama di antara seluruh program kegiatan dan usaha LEMKA.
Kegiatan tersebut menjadi sarana pembinaan minat dan bakat untuk melahirkan
khattat-khattat mahir atau pelukis kaligrafi yang lihai mengolah karya sebagai bagian
dari upaya pelestarian kaligrafi Islam, meningkatkan sikap mental serta wawasan
keIslaman dengan penguasaan skill menulis kaligrafi al-Quran dan pendalaman
terhadap makna yang terkandung di dalam kaligrafi itu sendiri.20
Materi program pengajaran terdiri dari paket-paket pelajaran mengenai semua
jenis khat, sejarah perkembangan kaligrafi dan wawasan seni budaya Islam secara
umum.
Materi-materi tersebut yang jika dirinci jumlahnya cukup banyak, agar dapat
diselesaikan dengan baik, terarah dan sempurna, maka diberikan pada peserta kursus
19
Edi Amin, Pengurus dan Pengajar Lemka, Wawancara Pribadi, 20 Agustus 2008 20
Martnus, Ketua Depbinkat LEMKA, Wawancara Pribadi, 23 November 2008
secara berjenjang dengan menyesuaikan tingkat kesukaran materi, nilai kegunaan
yang diprioritaskan, aspek relevansi dan kontinuitasnya.
Ada empat jenjang kursus yang diistilahkan dengan basic yang harus diikuti
oleh peserta kursus LEMKA, sebagian jenjang memilki beberapa kelas yang
perkelasnya secara ideal hanya boleh diikuti tidak lebih dari dua puluh peserta,
dengan satu tutor/guru dan dua orang asisten.21
a. Basic I mempelajari materi khat Naskhi dengan penambahan materi
sejarah kaligrafi.
b. Basic II mempelajari khat Tsulus dengan penambahan wawasan dasar seni
Islam.
c. Basic III mempelajari khat Dewani dan khat Farisi serta memperkenalkan
khat Riqah serta menambahkan materi wawasan seni Islam lanjutan. Dan
terakhir.
d. Basic IV, memantapkan semua jenis khat yang pernah dipelajari di basic-
basic sebelumnya kemudian diarahkan pada aplikasi seni melalui berbagai
media dengan media utama tata warna.
Setiap jenjang (basic) ditempuh selama empat bulan dengan enam belas kali
pertemuan (sekali seminggu). Setiap satu pertemuan membutuhkan waktu 90 menit.
Bagi peserta kursus yang telah berhasil menyelasaikan satu basic, berhak
mendapatkan Sertifikat hal ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana setiap
peserta kursus hanya berhak memperoleh Sertifikat setelah menamatkan 4 basic.
Dalam pembinaan kreativitas dan pengembangan minat dan bakat melalui
kursus maka perlu sebuah kompetisi sebagai ajang praktek dan untuk memacu para
kader lebih baik. Dan juga diperlukan adanya safari seni hal ini yang juga selalu
21
Dokumen, Tentanag LEMKA dan Desain Pengembangan Kaligrafi Islam di Indonesia,
(Jakarta, Studio LEMKA, 1995), h. 73
dilakukan LEMKA pimpinan pak Sirojuddin baik dilakukan pada internal LEMKA
(dengan mengajak para peserta didik bersafari ke tempat-tempat seni, galeri, tempat
tokoh-tokoh seniman kaligrafi dan tempat-tempat yang bernilai seni). Maupun para
kaligrafer di nusantara hal ini yang sering dilakukan pak Sirojuddin misalnya ketika
ada event kaligrafi nasional sebuah even yang mempertemukan khattat-khattat dari
seluruh propinsi di Indonesia, pak Sirojuddin sering kali mengajak para khattat
tersebut untuk demontrasi dengan cara melukis bersama sambil menikmati keindahan
alam di tempat-tempat wisata, pantai dan lain-lain.
Program ini sangat positif untuk mempererat tali silatarrahmi dan saling
mengenal di antara sesama Khattat atau kaligrafer se-Nusantara.
2. Pameran dan Pengembangan Galeri
Program pengembangan yang kedua adalah pameran dan pengembangan
galeri yaitu menawarkan gagasan apresiasi yang di sini lebih kepada bentuk melukis
sebagai upaya penerus ekspresi para khattat atau pelukis kaligrafi, yang mana kader
LEMKA setelah sekian lama digembleng dalam kursus LEMKA.
Bagi seorang pelukis, pemeran mengandung makna yang strategis untuk
memperkenalkan diri pada publik. Boleh dikatakan, popularitas seorang pelukis
sangat ditentukan oleh sering atau tidaknya berpameran. Boleh jadi, yang mempunyai
tujuan ”al-Awwalu wal-Akhiru”-nya tertumpu pada pameran karya-karyanya, sebab
dari kegiatan tersebut ia dapat mengekpresikan segala kepuasan batinnya kepada para
peminat dan penonton. Selain itu, pameran juga dapat menjadi ajang komersialisasi
karya seni lukis kaligrafi yang dapat mendatangkan nilai materi yang cukup besar.
LEMKA memahami kenyataan adanya hasrat pelukis seperti itu. Oleh
karenanya, di antara tujuan pameran LEMKA diarahkan kepada beberapa hal sebagai
berikut:
a. Sebagai ajang promosi atas suatu hasil karya.
b. Untuk mengukuhkan jati diri sang pembuat karya.
c. Untuk mencari popularitas sang pembuat karya.
d. Untuk mencari kepuasan batin sang pembuat karya.
e. Untuk mencari keuntungan materi.22
Karya-karya yang dipamerkan seringkali tidak seluruhnya hasil lukisan
anggota LEMKA. Sebagian diikutkan pula dari para khattat atau pelukis kaligrafi dari
luar anggota LEMKA.
Dalam dunia pameran para khattat atau pelukis kaigrafi juga dianjurkan untuk
membentuk galeri atau asosiasi yang dengan adanya wadah ini maka para kaligrafer
bisa berkumpul, berdiskusi, bertukar pikiran dan ilmu, berkarya bersama.
3. Diskusi Wawasan Seni Budaya
Di bawah Forum Mubahasah Seni Budaya Lemka, para khattat dan pelukis
kaligrafi diajak untuk aktif dalam diskusi atau dialog-dialog kaligrafi sebagai ajang
pengembangan wawasan seni Islam. Dengan diskusi atau dialog diharapkan nanti
para khattat/kaligrfer ini bukan hanya bisa berkarya tetapi juga faham hakikat
kaligrafi, latar belakang sejarahnya dan sebagainya.23 Yang bisa disimpulakan yaitu
bahwa para khattat diajak untuk jadi orang pintar yang berilmu yang tidak hanya
terampil.
4. Pesantren Kaligrafi al-Quran LEMKA di Sukabumi
22
Ibid, 178 23
D. Sirojuddin AR, Log. Cit.
Pesantren Kaligrafi al-Quran yang diistilahkan pak Sirojuddin, pada mulanya
lebih merupakan ”proyek mewujudkan mimpi jadi kenyataan”. Dikhayalan dua tahun
kebelakang, ketika memikirkan keinginan ”memberi makna” pada usianya yang ke-
40. Saat melaksanakan ibadah haji, unek-unek yang belum tahu formatnya tu
dilampiyaskan berulang-ulang dihadapan Ka’bah: ” Ya Allah, besarkanlah LEMKA,
sekiranya itu akan bermaslahat”.24
Dan ternyata memang terlihat sekarang bahwa
Allah mengabulkan do’a Sirojuddin karena memang sangat bemberikan maslahat
yang sangat kontributif bagi perkembangan kaligrafi di Indonesia. Ini bisa dilihat
dengan antusiasme para kaligrafer untuk belajar kaligrafi di Pesantren LEMKA ini,
yang jumlah santrinya selalu meningakat setiap tahunnya dari berbagai propinsi di
tanah air.
Adapun cara belajar kaligrafi di Pesantren Kaligrafi al-Quran LEMKA adalah
sebagai berikut:
a. Pelajaran diberikan dalam bentuk pengarahan dan bimbingan.
b. Kegiatan harian lebih difokukan pada tugas-tugas mandiri.
c. Menguasai seluruh aliran kaligrafi tahap-pertahap.
d. Bagi santri yang modal tulisannya masih dasar, bimbingan diarahkan
padalatihan dan penguasaan huruf, dan bagi santri yang modal tulisannya
sangat cukup bimbingan lebih diarahkan pada pendalaman dan kreativitas
mengolah karya.
e. Belajar dan praktek melukis di aneka media.
f. Praktek mengajar melalui latihan pembinaan dan mengajar orang lain.
g. Mengikuti aneka lomba kaligrafi di berbagai instansi dan kesempatan.
h. Latihan mengembangkan wawasan dan apresiasi.
24
Departemen Informasi dan Kontak Kelembagaan LEMKA, Mengenal Pesantren Kaligrafi
al-Quran Lemka, ( Sukabumi: Perpustakaan PKAL, 2002), h. 16
i. Mengikuti program ektravagansa dan safari seni.
j. Latihan kesanggaran.
k. Membuat karya-karya master untuk program pameran dan pasar.25
Dengan sistem pengajaran seperti ini para santri akan cukup kapabel dalam
berkaligrafi. Dan diharapakan untuk pulang kampung/pulang ke daerahnya masing-
masing dan mampu untuk mengembangkan di daerahnya.
Dengan program-program tersebut di atas sangat mendukung peran dan
uasaha-usaha D. Sirojuddin AR dalam upaya mengembangan kaligrafi di tanah air.
C. Urgensi LEMKAdalam Pengembangan Kaligrafi di Indonesia
Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) memiliki urgensi yang sangat penting
dalam pengembangan kaligrafi di Indonesia bisa ini dilihat dari sejarah dimulai dari
tahun berdirinya dan berbagai hasil yang telah dilakukan oleh peran dari LEMKA
yang di antaranya dapat penulis paparkan berdasarkan hasil wawancara dengan pak
Sirojuddin dan beberapa pengajar LEMKA adalah sebagai berikut:
1. LEMKA merupakan pelopor lembaga kaligrafi yang eksis di Indonesia
sampai saat ini dalam pengembangan kaligrafi di Indonesia.
2. Sebagai pencetak kader-kader pengembang kaligrafi di tanah air. Yang
akibatnya kehadiran LEMKA seperti ”mesin” jadi kehadiran LEMKA itu
sendiri adalah seperti mesin yang memproduksi banyak kader pengembang
kaligrafi di nusantara. Ini bisa dilihat dari banyaknya alumni LEMKA
setiap tahunnya yang notabandnya adalah dari sebagian besar propinsi
yang ada di Indonesia.
3. Pencipta teknik-teknik atau metode pembelajaran dan pengembangan
kaligrafi yang tidak dilahirkan oleh lembaga lain. Ini bisa dilihat dari dari
25
Log. Cit.
banyaknya buku-buku atau artikel-artikel atau diktat yang disusun oleh
LEMKA yang kemudian banyak dijadikan sebagai referensi
lembaga/sanggar kaligrafi di tanah air.
4. Memotivasi lahirnya banyak lembaga/sanggar kaligrafi di nusantara. Ini
yang selalu dilakukan LEMKA melalui Departemen Informatika dan
Kontak Kelembagaan selalu mengakomudir para khattat untuk mendirikan
organisasi baik lembaga atau sanggar kaligrafi. Dan ini pula yang selalu
disampaikan kepada para khattat atau kaligrafer daerah oleh pak
Sirojuddin apabila selagi membina kaligrafi ke daerah-daerah.
5. Melahirkan para kaligrafer berprestasi. Ini bisa dilihat dari even-even
perlombaan kaligrafi baik tingkat lokal, nasional dan ASEAN yang
pemenangnya sering kali didominasi oleh para kaligrafer didikan atau
binaan dari LEMKA.
6. Dan lain-lain.
LEMKA sebagai lembaga kaligrafi mempunyai peranan yang sangat penting
di tanah air khususnya di wilayah Indonesia dan Asia. Dan tentunya LEMKA tidak
akan berkembang tanpa orang-orang di dalamnya yang mengembangkan LEMKA
sesuai dengan visi-misinya di bawah kepemimpinan pak Sirojuddin. LEMKA menjadi
penting daya tawarnya di sini karena LEMKA bisa dikatakan sebagai pelopor dan
lembaga kaligrafi satu-satunya di tanah air yang eksis.26
Khususnya pada even-even lomba dengan banyaknya kader LEMKA yang
dikirim ke daerah-daerah atau orang daerah yang menyengajakan diri untuk belajar di
Pesantren Kaligrafi al-Quran, sehingga perang penting lembaga di sini sangat
kelihatan sekali dan ini adalah nilai yang positif yang dapat terus dikembangkan
26
Edi Amin, Log. Cit.
sehingga peran penting LEMKA ini akan terus mendapat posisi yang strategis yang
akhirnya akan berimplikasi pada pengembangan kaligrafi yang lebih dinamis lagi di
tanah air Indonesia.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehadiran Drs. H. D. Sirojuddin. AR, M.Ag sebagai tokoh kaligrafi Indonesia
yang mengabdikan dan mencurahkan hidupnya untuk pengembangan kaligrafi di
Indonesia melalui lembaga dan pesantren yang beliau dirikan yaitu Lembaga Kaligrafi
al-Quran (LEMKA) dan Pesantren Kaligrafi al-Quran telah memberikan perubahan
dan perkembangan yang sangat besar dalam dunia kaligrafi di Indonesia.
Dari skripsi ini dapat disimpulkan beberapa kesimpulan diantaranya sebagai
berikut:
1. Dalam kepemimpinannya D. Sirojuddin AR selalu menjadi teladan baik dalam
dunia kaligrafi maupun dalam kepribadiannya. Gaya kepemimpinan D.
Sirojuddin AR termasuk gaya kepemimpinan dengan orientasi karyawan,
tipologi kepemimpinan D. Sirojuddin. AR termasuk tipe pemimpin yang
demokratis, kharismatis dan fathernalistis, fungsi kepemimpinan D.
Sirojuddin. AR sebagai pemecahan masalah (Problem solving function) dan
sebagai fungsi sosial, hakikat kepemimpinan D. Sirojuddin. AR bisa dikatakan
berhasil karena kegiatan beliau dalam mempengaruhi orang lain bisa
dikategorikan sangat banyak pengikutnya, dan efektifitas Kepemimpinan D.
Sirojuddin. AR termasuk sudah cukup efektif.
2. Peran D. Sirojuddin AR dalam upaya pengembangan kaligrafi di Indonesia
adalah sangat kontributif bagi perkembangan kaligrafi di Indonesia ini terbukti
dengan beliau mendirikan Lembaga Kaligrafi al-Quran (LEMKA) dan
Pesantren Kaligrafi yang merupakan pesantren pertama di Indonesia yang
secara khusus mengajarkan kaligrafi sebagai usaha untuk mempercepat
perkembangan kaligrafi di Indonesia. Dan aktivitas beliau yang dibutuhkan
khattat di berbagai daerah untuk memberikan pembinaan.
3. Urgensi LEMKA dalam pengembangan kaligrafi di Indonesia sangat urgen dan
memiliki peranan yang sangat penting karena LEMKA merupakan lembaga
kaligrafi pelopor dalam banyak hal yang terkait dengan kaligrafi di Indonesia
yang visinya yaitu turut mengembangkan kaligrafi di Indonesia.
B. Saran-saran
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini, maka GFDGFpenulis mengajukan
saran-saran sebagai berikut:
1. Kepemimpinan D. Sirojuddin. AR hendaknya bisa lebih formal terutama
dalam kegiatan keorganisasian, seperti rapat tahunan, rapat kerja, dan lain-
lain.
2. Kepemimpinan D. Sirojuddin. AR hendaknya bisa lebih tegas dan bijak
dalam menyikapi kejadian-kejadian negatif yang ditimbulkan dari pihak
luar terhadap LEMKA.
3. LEMKA dengan kemajuan yang sudah ada, kiranya untuk bisa lebih
meningkatkannya dengan manajemen yang lebih baik lagi. Misalnya,
dalam pelaksanaan program yang telah ditetapkan pada rapat kerja.
4. Bagi para khattat/kaligrafer untuk dapat mengambil pelajaran dari
kepemimpinan D. Sirojuddin AR dengan keahlian kaligrafinya,
pemikirannya, dan kepribadiannya. maupun dari LEMKA yang merupakan
lembaga kaligrafi yang teladan dalam upaya pengembangan kaligrafi.
5. Kalangan-kalangan yang berkompeten, seperti LPTQ, departemen agama,
Pemerintah daerah, lembaga-lembaga pendidikan dan kebudayaan
hendaknya untuk lebih aktif memberikan dukungan, karena ini juga sangat
menetukan terealisasinya pengembangan kaligrafi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Panji, Psikologi Kependidikan, cet. II, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992
Ayub, Ranoh, Kepemimpinan Kharismatik, cet. Ke-11, Jakarata: PT BPK Gunung
Mulia, 1999
Bill/Ft.Bill*HC, "Tokoh Kaligrafer dari Salabintana", Majalah al-Kisah, No.22/tahun
IV/23 Oktober-5 November 2006
Cahyono, Hari Cheppy, Psikologi Kepemimpinan, Cet. Ke-1, Surabaya: Usaha
Nasional, 1984
Departemen Informasi dan Kontak Kelembagaan LEMKA, Mengenal Pesantren
Kaligrafi al-Quran LEMKA, Sukabumi: Perpustakaan PKAL, 2002
Dokumen LEMKA, Tentang LEMKA dan Desain Pengembangan Kaligrafi Islam di
Indonesia, Jakarta, 1995
Fitriah, "Kepemimpinan Ahmad Zairofi dalam Upaya Pengembangan Dakwah
Melalui Majalah Tarbawi", Skripsi Sarjana Sosial Islam, Jakarta:
Perpustakaan UIN, 2006
Gulo, W, Metodologi Penelitian, Jakarta: Grasindo, 2002
Handoko, T Hani, M.BA, Manajemen, cet. Ke13, Yogyakarta : BPFE, 1998
--------------------------. Manajemen Personalia , cet. Ke-10, Yogyakarata: BPFF ,
1996
Hasibuan, Malayu SP, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara
2000
Herujito, Yayat M , Dasar-Dasar Manajemen, cet. Ke-2, Jakarta: PT. Gramedia, 2004
http:// library.usu.ac.id/modules.php/2008/10 Teori Kepemimpinan dan Tipe-Tipe
Kepemimpinan. html
Kartono, Kartini, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Bumi Aksara, 2000
Khoiri, Ilham, al-Quran dan Kaligrafi Arab, Jakarta, PT. Logos, 1999
Mangkunegara, AA Anwar Prabu Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
cet. Ke-3, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2001
Moleong, Lexy J, Pengantar Metodologi Penelitian, Cet Ke-17, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2002
Muchtarom, Zaini, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, Cet. Ke-1, Jogyakarta: Al-
Amin dan IKFA, 1996
Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, cet. Ke-1, Yogyakarta:
UGM Press, 2003
-----------------. dan Martini Hadari, Kepemimpinan yang Efektif, cet. Ke-3,
Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2000
Nitisemito, Alex S, Manajemen Suatu Dasar dan Pengantar, Cet. Ke-3, Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1989
Partanto, Pius A, et. Al, Kamus Ilmiah Populer, Yogyakarta: Arkola, 1994
----------------. dan M Dahlan al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Penerbit
ARKOLA 1994
Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. Ke-4, Jakarta: Balai
Pustaka, 1982
Riberu, Dasar-Dasar Kepemimpinan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992
Rivai, Veithezal, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi, cet. Ke-2 Jakarata: PT, Raja
Grafindo Persada, 2004
Sholeh, Abdul, Manajemen Dakwah, cet. Ke-3, Jakrata: Bulan Bintang, 1993
Sholeh, Abdul Rasyad, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang. 1977
Silalahi, Uber, Pemahaman Praktis Asas-Asas Manajemen, cet. II, Bandung: CV.
Manda Maju, 2002
Sirojuddin AR, D, Kaligrafi: Peristiwa dan Ide-ide Pengembangannya, Jakarta,
LEMKA Studio, 1995.
-------------------. Membina Kaligrafi Gaya LEMKA, Jakarta: Depbinkat
LEMKA,1999
--------------------. Seni Kaligrafi Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000
SJ, Kadarman, dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta : PT.
Prenhalindo, 2000
Sutejo, Made Wahyu, et. al, Manajemen Pembangun Desa, Surabaya: Usaha
Nasional, 1981
Syai, "Keindahan Goresan Huruf", Media Ka'bah, edisi 9 20 juni 1999
Syani, Abdul, Manajemen Organisasi, Cet. Ke-11, Jakarta: Bumi Aksara, 1994
Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, cet. Ke-2, Jakarta: Gajah Media Pratama. 1999
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka 1995
Tim 7 LEMKA, Pak Didin Menabur Ombak Kaligrafi, cet. Ke-5, Jakarta: LEMKA
Studio, 2006
Wahjosumidjo, Kiat Kepemimpinan dalam Teori dan Praktek, cet. 1, Jakarta: PT.
Harapan Masa PGRI, 1994
Dalam pelaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, maka akan berlangsung
aktifitas kepemimpinan. Apabila aktivitas tersebut di pilah-pilah maka akan telihat
gaya kepemimpinannya. Dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan
tersebut merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe-tipe kepemimpinan.
Menurut Veithazal Rivai dalam bukunya yang berjudul
(sehingga kepemimpinan beliau bisa dikatakan berhasil karna kegiatan beliau dalam
mempengaruhi orang lain bisa dikategorikan sangat banyak pengiktnya dan inilah
hakikat kepemimpinan)
(sehingga berdasarkan fungsi kepemimpinan yaitu: memandu, menuntun,
membimbing, membangun, memberi, atau membangunkan motivasi-motivasi kerja.
Mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi yang baik memberikan
supervisi atau pengawasan yang efesien, dan membawa para pengikutnya kepada
sasran yang ingin dituju. Sudah tepat beliau mampu memfungsikan dirinya sebagai
pemimpin)
(Yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan menurut istilah ialah cara bagaimana
seorang pemimpin membawa dirinya sebagai pemimpin, cara ia ”bergerak” dan
tampil dalam menggunakan kekuasaannya. Gaya kepemimpinan D. Sirojuddin AR
berorientasi karyawan)
(Efektifitas seorang pemimpin tidak ditentukan oleh gaya atau tipe
kepemimpinan yan dipergunakannya. Tetapi tergantung pada caranya menerapkan
gaya atau tipe kepemimpinannya tersebut dalam situasi yang dihadapinya.
Makin efektif interakksi pimpinan dengan bawahan terutama melalui
pendekatan manusiswi (human appoach), menunjukkan kecendrungan semakin tinggi
dan terbina satu sikap saling pengertian dan keeratan hubungan emosional antara
pimpinan dengan bawahan, dan keadaan ini menjadi potensi untuk bersama>
efektivitas kepemimpinan D. Sirojuddin. AR sudah sangat efektif di lihat dari segi
interaksinya dengan bawahannya hanya saja dalam.
B. Saran-saran
(di saran aja> Namun harus terus ditingkatkan dengan manajemen yang lebih baik
juga memikirkan kaligrafi sebagai komoditas prodak yang dapat juga dapat
menghasilkan ekonomis yang baik sehingga peluang pasar dapat membantu para
anggota dan kader Lemka. Sehingga kaligrafi dapat diterima di masyarakat luas
sebagai hiasan-hiasan rumah, masjid dsb
KLIPING KORAN DAN MAJALAH
Lembaga kaligrfi alquran terbentuk, Panji Masyarakat, no 466, 25 Agustus 1999.
Lemka: Bukan Sekedar Mencetak “Juru Tulis”. Mimbar, no 03 edisi:Mei-Juni 2000.
Melacak Seni Kaligrfi di Indonesia, Suara Merdeka, 29 Januari 1997.