kepemimpinan dalam keperawatan " konsep dasar kepemimpinan dalam keperawatan"
TRANSCRIPT
KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN
DALAM KEPERAWATAN
PEMBIMBING : DR. YULASTRI ARIF, M. Kep
OLEH:
1. ARI SUKMANELA
2. ELVIA MALBENI
3. ERMA ERFIANA
4. ELIZA
5. YULINDA ARIANI
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATANFAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALASPADANG 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya serta petunjuk yang berlimpah sehingga kelompok dapat
menyelesaikan makalah kepemimpinan dalam keperawatan : Review Konsep
kepemimpinan dalam keperawatan. Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah
satu syarat tugas manajemen dasar keperawatan. Dalam penyusunan makalah ini
kelompok tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Dr. Yulastri Arif, M. Kep
sebagai pembimbing dan semua pihak yang telah memberikan konstribusi dalam
tugas ini.
Tiada gading yang tidak retak, demikian pula dengan penulisan
makalah ini, kita menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Kelompok akan sangat berterima kasih dan menerima dengan senang hati
masukan, kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhir harapan kelompok semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan
semoga amal kebaikan kita dibalas oleh Allah SWT. Aamiin.
Padang, September 2016
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan.................................................................................................4
1. Tujuan Umum....................................................................................5
2. Tujuan Khusus...................................................................................5
D. Manfaat...............................................................................................6
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Konsep Kepemimpinan.........................................................7
B. Teori Kepemimpinan Dalam Keperawatan………………………...……...10
C. Prinsip Kepemimpinan Dalam Pelayanan Keperawatan……………..……14
D. Peran Dan Fungsi Kepemimpinan Dalam Keperawatan…………….........15
E. Komunikasi Yang Efektif Dalam Kepemimpinan………………………...16
F. Etika Keperawatan Yang Terkait Dengan Kepemimpinan…………….....18
G. Peran Pemimpin Terkini Secara Nasional Dan Global……………….…...19
H. Peran Pemimpin Dalam Pelaksanaan Fungsi Manajemen……….....….....22
I. Penggunaan Balance Scorecard Dalam Evaluasi Kepemimpinan……......22
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………..………………………...26
B. Saran……………………………………………………………………....26
3
DAFTAR PUSTAKA
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien secara professional (Gilies, 2005). Manajemen keperawatan pada
dasarnya diperlukan adanya manajer atau kepemimpinan yang merencanakan,
mengorganisasi, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang
tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien bagi
individu, keluarga dan masyarakat dan untuk mengelola perawat profesional
serta pekerja keperawatan non profesional. Untuk itu, manajemen
keperawatan berfungsi dalam memudahkan perawat dalam menjalankan
asuhan keperawatan yang holistic sehingga kebutuhan klien selama dirumah
sakit terpenuhi.
Pemimpin dalam keperawatan merupakan seseorang yang dapat
mempersatukan orang-orang dan dapat mengarahkannya sedemikian rupa
untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh
seorang pemimpin, maka ia harus mempunyai kemampuan untuk mengatur
lingkungan kepemimpinannya. Jadi dalam kepemimpinan ada keterkaitan
antara pemimpin dengan berbagai kegiatan yang dihasilkan oleh pemimpin
tersebut.
Dalam rangka memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan, diperlukan manajemen keperawatan yang efektif dan efesien.
Untuk mampu melaksanakannya dibutuhkan berbagai keterampilan, salah
satu diantaranya adalah keterampilan kepemimpinan. Kepemimpinan
diperlukan dalam setiap kegiatan keperawatan. Setiap perawat, apakah staf, ketua tim,
kepala ruangan, pengawas atau kepala bidang keperawatan perlu memiliki
ketrampilan kepemimpinan sehingga efektif dalam mengelola pelayanan dan
4
asuhan keperawatan. Melalui kepemimpinan yang efektif setiap perawat
berupaya memberikan kontribusi dalam kegiatan-kegiatan yang ada dalam
organisasinya untuk pencapain tujuan. Agar perawat mempunyai ketrampilan
kepemimpinan diperlukan pemahaman tentang teori, gaya dan cara-cara
bagaimana seorang dapat berperan sebagai pemimipin yang efektif
Berdasarkan latar belakang di atas, perlunya seorang pemimpin
yang dapat mempengaruhi, memahami dan mengaplikasikan keterampilan
dalam melaksanakan proses manajemen dan kepemimpinannya dan sebaiknya
digunakan sebagai salah satu standar penilaian keberhasilan dalam
pelaksanaan tugas kepemimpinan. Disamping itu baik atasan maupun
bawahan perlu memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik,
yang pada akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang
professional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah
makalah ini sebagai berikut :
1. Apa itu konsep kepemimpinan?
2. Apa saja teori kepemimpinan dalam keperawatan?
3. Apa prinsip kepemimpinan dalam pelayanan keperawatan?
4. Apa peran dan fungsi kepemimpinan dalam keperawatan?
5. Bagaimana komunikasi yang efektif dalam kepemimpinan?
6. Bagaimana etika keperawatan yang terkait dengan kepemimpinan?
7. Bagaimana peran pemimpin dalam pelaksanaan fungsi manajemen?
8. Bagaimana penggunaan balance scorecard dalam evaluasi kepemimpinan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisis konsep-konsep terkait kepemimpinan keperawatan
5
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menguraikan konsep konsep kepemimpinan
b. Mahasiswa mampu menguraikan teori kepemimpinan dalam
keperawatan
c. Mahasiswa mampu menguraikan prinsip kepemimpinan dalam
pelayanan keperawatan
d. Mahasiswa mampu menguraikan peran dan fungsi kepemimpinan
dalam keperawatan
e. Mahasiswa mampu menguraikan bagaimana komunikasi yang efektif
dalam kepemimpinan
f. Mahasiswa mampu menguraikan bagaimana etika keperawatan yang
terkait dengan kepemimpinan
g. Mahasiswa mampu menguraikan bagaimana peran pemimpin dalam
pelaksanaan fungsi manajemen
h. Mahasiswa mampu menguraikan bagaimana penggunaan balance
scorecard dalam evaluasi kepemimpinan
D. Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat menuntun para pemimpin,
khususnya pemimpin keperawatan dalam melaksanakan perannya berdasarkan
pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik. Dan juga diharapkan dapat
memberikan bahan ilmu tambahan terkait dasar kepemimpinan dan dapat
dikembangkan di institusi
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang dimiliki
seseorang sejak lahir maupun lahir dari perilaku dalam memengaruhi dan
mengarahkan staf melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada
mereka. Menurut Arwani (2006) kepemimpinan adalah suatu seni dan
proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka
memiliki motivasi untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu,
sedangkan menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan
adalah suatu proses dalam mengarahkan dan memengaruhi para anggota
dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan.
Gardner (1986) dalam Swanburg (2000) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberikan contoh
sehingga individu (atau pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya
untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau
usulan bersama.. Menurut Sulvian dan Decker (2005), bahwa
kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan seseorang dalam
mempengaruhi orang lain, untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan kemampuannya.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi orang lain dalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
7
untuk memperbaiki kelompok dilakukan oleh seseorang yang memiliki
kemampuan untuk memahami perilaku orang lain tanpa menggunakan
kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya
sebagai sosok yang layak memimpin mereka.
2. Syarat-Syarat pemimpin
Stoq Dill menyatakan bahwa pemimpin itu harus memiliki
beberapa kelebihan yaitu: prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status,
kapasitas. Menurut Earl Nightingale dan Whitf Schult mengemukakan
bahwa seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dan syarat yaitu:
kemandirian, besar rasa ingin tahu, multi terampil atau memiliki
kepandaian beraneka ragam, memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka
berkawan, Selalu ingin mendapatkan yang sempurna, mudah
menyelesaikan diri (beradaptasi), sabar dan ulet, komunikatif serta pandai
berbicara, berjiwa wiraswasta, sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan
berani mengambil risiko, tajam firasatnya dan adil pertimbangannya,
berpengetahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuan, memiliki motivasi
tinggi, punya imajinasi tinggi.
3. Pendekatan Kepemimpinan
Menurut Suarli (2002), ada 3 pendekatan kepemimpinan untuk
memimpin suatu organisasi, diantaranya berdasarkan:
a. Sifat
Pendekatan kepemimpinan berdasarkan sifat seseorang dilakukan
dengan cara membandingkan sifat dari mereka yang menjadi pemimpin
dengan mereka yang bukan pemimpin, membandingkan sifat dari
pemimpin yang efektif dan pemimpin yang tidak efektif.
b. Perilaku
Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang
menjadi pemimpin yang efektif
c. Situasi
8
Pendekatan ini membahas hubungan antara pemimpin dan situasi,
diantaranya hubungan atasan dengan bawahan, struktur tugas yang
harus dikerjakan, dan posisi kewenangan seseorang
4. Macam-macam gaya kepemimpinan
Berikut macam-macam gaya kepemimpinan yaitu:
a. Menurut Tannenbau dan Warrant H.Schmitdt
Gaya kepemimpinan berfokus pada atasan dan berfokus pada
bawahan.
b. Menurut Likert
1) Sistem otoriter-eksploitatif yaitu pemimpin ini sangat otoriter
mempunyai kepercayaan yag rendah terhadap bawahannya.
Komunikasi yang dilakukan bersifat satu arah ke bawah
2) Sistem benevolent-otoritatif yaitu pemimpin mempercayai
bawahan sampai pada tingkat tertentu
3) Sistem konsultatif yaitu pemimpin mempunyai kepercayaan
yang cukup besar terhadap bawahan. Komunikasi dua arah dan
menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan
4) Sistem partisipatif yaitu pemimpin mempunyai kepercayaan
sepenuhnya terhadap bawahan. Komunikasi dua arah dan
menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
c. Menurut Teori X dan teori Y
Douglas McGregor (1960) menyatakan bahwa berdasarkan teori X
bawahan itu tidak menyukai pekerjaan, kurang ambisi, tidak
mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan dan lebih
9
suka dipimpin daripada memimpin. Teori Y mengasumsikan bahwa
bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu
mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi dan kreatif
d. Menurut Robert House
(1) Direktif yaitu pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang
dicapai oleh bawahannya
(2) Suportif yaitu pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada
bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahan
(3) Partisipatif yaitu pemimpin berkonsultasi dengan bawahan
untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka
pengambilan sebuah keputusan
(4) Berorientasi tujuan yaitu pemimpin menetapkan tujuan yang
menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk
mencapai tujuan tersebut seoptimal mungkin
e. Menurut Hersey dan Blanchard : Instruksi, Konsultasi, Partisipasi,
Delegasi
f. Menurut Lippits dan K. White : Otoriter, Demokratis , Liberal
g. Gaya kepemimpinan berdasarkan kekuasaan dan wewenang : Otoriter,
Demokratis, Partisipatif, Bebas tindak
B. Teori Kepemimpinan Dalam Keperawatan
Teori kepemimpinan berusaha untuk mengidentifikasi karakteristik
unik, baik fisik, mental maupun kepribadian yang berkaitan dengan
keberhasilan kepemimpinan. Teori ini menekankan pada ciri khas pribadi dari
para pemimpin. Menurut Kartono (1994: 27) teori kepemimpinan merupakan
penggeneralisasian suatu seri perilaku pemimpin dan konsep-konsep
kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar belakang historis, sebab-sebab
timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin, sifat utama pemimpin,
10
tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan. Teori-teori
dalam Kepemimpinan, antara lain:
a. Teori Bakat ( Trait Theory )
Teori ini lahir pertama kali di Yunani kuno dan Romawi yang
kemudian berkembang dan menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan,
bukannya diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “Great Man
Theory”. Teori bakat menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin
(pemimpin dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai
karakteristik tertentu yang membuat mereka lebih baik daripada orang lain
(Marquis dan Huston, 2010). Pemimpin dilahirkan dengan membawa sifat-
sifat kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi. Analisis teori tentang
kepemimpinan dimulai dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri.
Jadi teori ini menyatakan bahwa efektivitas kepemimpinan tergantung
pada karakter pemimpinnya. Swanburg (2000) menyatakan ciri–ciri
pemimpin menurut teori bakat adalah: inteligensi, kepribadian, dan
kemampuan.
Intelegensi Kepribadian Perilakua. Pengetahuan
b. Keputusan
c. Kelancaran bicara
a. Adaptasi
b. Kreatif
c. Kooperatif
d. Siap/siaga
e. Rasa percaya diri
f. Integritas
g. Keseimbangan emosi
dan mengontrol
h. Independen
i. Tenang
a. Kemampuan
bekerja sama
b. Kemampuan
interpersonal
c. Partisipasi sosial
d. Prestise
b. Teori Perilaku
Teori ini menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan
bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Menurut Vestal
(1994) teori ini dinamakan sebagai gaya kepemimpinan seorang manajer
11
dalam suatu organisasi. Konsepnya beralih dari siapa yang memiliki
pemimpin ke bagaimana perilaku seorang untuk memimpin secara efektif.
Menurut Gillies (1970) gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan
bedasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi
oleh adanya pengalaman dan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang
digunakan. Secara ilmiah, perilaku seorang pemimpin menurut teori ini
memiliki kecendrungan kearah dua hal yaitu: pertama, disebut konsiderasi
yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan
akrab dengan bawahan. Kedua disebut struktur inisiasi yaitu kecendrungan
seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan.
5. Teori Kontingensi dan Situasional
Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah
manajer yang melaksanakan tugasnya dan mengkombinasi antara faktor
bawaan, perilaku dan situasi. Hal ini berarti bahwa tidak ada satu system
manajemen yang optimum, sistem tergantung pada tempat perubahan
lingkungannya. Sistem ini disebut sistem organik (sebagai lawan system
mekanistik), pada system ini mempunyai beberapa ciri, antara lain
substansinya adalah manusia bukan tugas, kurang menekankan hirarki,
mengendalian diri sendiri, penyesuaian bersama, struktur saling
berhubungan, fleksibel dalam bentuk kelompok, kebersamaan dalam nilai,
kepercayaan dan norma.
6. Teori behavioristik
Behaviorisme merupakan salah aliran psikoloki ynag
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmania dan mengabaikan
aspek-aspek mental. Dengan kata lain behaviorisme tidak mengakui
adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasan individu dalam suatu belajar.
Pendekatan ini menekankan bahwa manajemen yang efektif bila ada
pemahaman tentang pekerja lebih berorientasi pada manusia sebagai
pelaku.
7. Teori humanistic
Teori ini menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori
humanistic biasanya dicirikan dengan adanya suasana saling menghargai
12
dan adanya kebebasan. Teori ini secara umum berpendapat, secara alamiah
manusia merupakan “motivated organism”. Orgnaisasi memiliki stuktur
dan sistem control tertentu. Fungsi kepemimpinan adalah memodifikasi
organisasi agar individu bebas untuk merealisasikan potensi motivasinya
didalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan
dengan arah tujuan kelompok (Blanchard & Zigarmi, 2001). Jadi
berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana
seorang pemimpin memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan
terhadap hasil yang tinggi juga. Kemudian juga timbul teori
kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin harus merupakan
seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan
perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
8. Teori Kontemporer (Kepemimpinan dan Manajemen)
Teori ini menekankan pada empat komponen penting dalam
suatu pengelolaan yaitu manajer/ pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan dan
lingkungan. Dia menekankan dalam melaksanakan suatu manajemen
seorang pemimpin harus mengintegrasikan keempat unsur tersebut untuk
mencapai tujuan organisasi. Teori ini perlu didukung oleh teori motivasi,
interaksi dan teori transformasi.
9. Teori Motivasi
Teori ini dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu:
1) Maslow (hierarki kebutuhan) yaitu fisiologis (gaji pokok), aman
(perecanaan yang regular), kasih sayang (kerja sama secara tim), harga
diri (pencapaian posisi), aktualisasi (tantangan dalam bekerja)
2) Clayton Alderfer (teori ERG) yaitu Existence (fisiologis), Relatedness
(kasih sayang), Growth (harga diri dan aktualisasi)
3) Frederich Herzberg (teori dua faktor) yaitu motivators (kepuasaan
kerja), hygiene (lingkungan yang kondusif)
4) Mc Clelleand (teori belajar) yaitu affiliation (bersahabat), power
(memerintah orang lain), achievement (suka tantangan, kompetisi dan
menyelesaikan masalah secara detail)
10. Teori Z (Ouchi 1981)
13
Teori ini merupakan pengembangan teori Y dari Mc Gregor.
Komponen teori Z meliputi pengambilan keputusan dan kesepakatan,
menempatkan pegawai sesuai keahliannya, menekankan pada keamanan
pekerjaan, promosi yang lambat dan pendekatan yang holistik terhadap
staf. Teori ini lebih menekankan pada staf dibandingkan dengan kualitas
produksi
11. Teori Interaktif (Schein 1970)
Teori ini berasumsi bahwa manusia memiliki karakteristik yang sangat
kompleks, mereka mempunyai motivasi yang bervariasi dalam melakukan
suatu pekerjaan, motivasi seseorang tidak tetap tetapi berkembang sesuai
perubahan waktu, tujuan bisa berbeda pada situasi yang berbeda pula,
penampilan seseorang dan produktivitas dipengaruhi oleh tugas yang harus
diselesaikan, kemampuan seseorang , pengalaman, dan motivasi, tidak ada
strategi yang paling efektif bagi pemimpin dalam setiap situasi
C. Prinsip Kepemimpinan dalam pelayanan Keperawatan
Prinsip dipandang sebagai paradigma yang terdiri dari beberapa ide
utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh
yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R.
Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan
konsekuensi. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem
pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti;
keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik
seorang pemimpin yang efektif didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R.
Coney) sebagai berikut: seorang yang belajar seumur hidup, berorientasi pada
pelayanan, membawa energi yang positif, percaya pada orang lain,
keseimbangan dalam kehidupan, melihat kehidupan sebagai tantangan
sinergi, latihan mengembangkan diri sendiri
Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen
yang berhubungan dengan pemahaman materi, memperluas materi melalui
14
belajar dan pengalaman, mengajar materi kepada orang lain, mengaplikasikan
prinsip-prinsip, memonitoring hasil, merefleksikan kepada hasil,
menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi, pemahaman baru
dan kembali menjadi diri sendiri lagi. Mencapai kepemimpinan yang
berprinsip tidaklah mudah, karena akan ada banyak tantangan dan kendala.
Oleh sebab itu manajer dan administrator harusn bekerja bersama dalam
perencanaan dan pengorganisasian serta fungsi manajemen lainnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
D. Peran dan Fungsi Kepemimpinan dalam Keperawatan
1. Peran
Kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan mencakup banyak
hal. Kegiatan tersebut mencakup cara mengarahkan, menunjukkan jalan,
mensupervisi, mengawasi tindakan staf, mengkoordinasikan kegiatan yang
sedang atau akan dilakukan, dan mempersatukan usaha dari berbagai
individu yang memiliki karakteristik yang berbeda (Gillies dalam
Whitebead. K et all, 2010). Menurut Brosten, Hayman dan Naylor (1979)
menyebutkan bahwa kegiatan kepemimpinan paling sedikit mencakup 4
hal yang terkait dengan kegiatan manajerial, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Dengan demikian kegiatan
kepemimpinan selalu bersinggungan dengan kegiatan dalam manajemen.
2. Fungsi
Menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan 5 fungsi
pokok kepemimpinan,yaitu:
a. Fungsi instruktif
Pemimpin berfungsi sebagai komunikastor yang menentukan apa (isi
perintah), bagaimana (cara menjalankan perintah), bila mana (waktu
memulai, melaksanakan, dan melaporkan hasilnya), dan dimana
(tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan
secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah
melaksanakan perintah.
b. Fungsi konsultatif
15
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebgai komunikasi
dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usahan
menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan
berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
c. Fungsi partisipatif
Dalam menjalankanufngsi artisipatif pemimpin berusaha
mengaktifkan ornag-orang yang dipimpinnya, baik dalam
pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap
anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari
tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.
d. Fungsi delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi pemimpin memberikan
pelimpahan wewenag membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi
delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada
orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan
melaksanakannya secara bertanggung jawab.
e. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif
harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam
koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan
bersama secara maksimal.dalam melaksanakan fungsi pengendalian,
pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan,
pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
E. Komunikasi yang Efektif dalam Kepemimpinan
1. Pengertian
Komunikasi efektif dapat berlangsung dengan baik dalam suatu
kepemimpinan. Seorang pemimpin yang efektif harus mampu menjadi
pendengar yang aktif dengan konsentrasi dan usaha untuk melakukan
klarifikasi bila terjadi ketidakjelasan informasi dan memberikan umpan
16
balik dan mengikuti aliran informasi bertujuna untuk mencegah salah
pengertian.
Jalaluddin (2008) menyebutkan bahwa komunikasi yang efektif
ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan,
mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada
akhirnya menimbulkan suatu tindakan, sedangkan Huston (2009)
menunjukkan cara-cara agar komunikasi efektif dapat dicapai.
2. Hukum Komunikasi Efektif
Ada lima hukum komunikasi yang efektif (The 5 Inevitable Laws of
Efffective Communication) yaitu:
a) Respect; hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang
efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran
pesan yang kita sampaikan.
b) Empathy; Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri
kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu
prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita
untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan
atau dimengerti oleh orang lain.
c) Audible; Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau
dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar
terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik.
d) Clarity; Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik,
maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari
pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau
berbagai penafsiran yang berlainan.
e) Humble; Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif
adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait
dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang
lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki.
3. Unsur-unsur dalam komunikasi efektif
a) Niat menyangkut apa yang akan disampaikan, siapa sasaranya, apa
yang akan dicapai, kapan akan disampaikan
17
b) Minat yang dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu factor obyektif (rangsang
yang kita terima) dan faktor subyektif (fackor yang menyangkut diri si
penerima stimulus)
c) Pandangan berupa makna dari informasi yang disampaikan pada
sasaran, menafsirkan informasi yang diterima tergantung pada
pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan kerangka pikir seseorang.
d) Lekat yang berisi informasi yang disimpan oleh si penerima.
e) Libat merupakan keterlibatan panca indra sebanyak-banyaknya.
4. Kriteria Keberhasilan Komunikasi Efektif
Untuk memperoleh keefektifan komunikasi, seseorang harus
memperhatikan beberapa kriteria komunikasi sebagai berikut:
a) Komunikasi membutuhkan lebih dari dua orang yang akan
menentukan tingkat hubungan dengan orang lain.
b) Komunikasi terjadi secara berkesinambungan dan terjadi hubungan
timbal balik .
c) Proses komunikasi dapat melalui komunikasi verbal dan non verbal
yang bisa terjadi secara simultan.
d) Dalam berkomunikasi seseorang akan berespon terhadap peran yang
di terima baik secara langsung maupun tidak langsung ,verbal maupun
non verbal.
e) Pesan yang di terima tidak selalu di asumsikan sama antara penerima
dan pengirim.
F. Etik dalam keperawatan terkait Kepemimpinan
Etika kepemimpinan dalam menjalankan kegiatan organisasi
merupakan dimensi yang tidak terpisahkan dari kehidupan organisasi. Tanpa
adanya etika kepemimpinan yang efektif dapat mengakibatkan keseimbangan
organisasi terganggu. Etika kepemimpinan yang diterapkan oleh pengurus
organisasi dalam menjalankan organisasi dapat menebarkan nilai tambah
(value added) bagi peningkatan karakter diri terutama dalam kekokohan
mental dan spiritual. Sukrisno (2009) menyatakan bahwa kepemimpinan etis
adalah kepemimpinan yang mendemonstrasikan perilaku secara normative
18
tepat melalui tindakan-tindakan personal dan hubungan interpersonal, dan
promosi perbuatan seperti itu kepada para pengikut melalui komunikasi dua
arah, penguatan, dan pembuatan keputusan.
Jika kepemimpinan itu harus dijadikan satu profesi, dan oleh
tugas-tugasnya yang berat pemimpin tersebut mendapatkan imbalan materiil
dan imateriil tertentu, maka sebagai konsekuensinya pada dirinya bisa
dikenakan sanksi-sanksi tertentu. Karena itu profesi kepemimpinan selalu
menyandang nilai-nilai etis dan pengenaan sanksi tersebut. Dengan demikian
etika profesi pemimpin memberikan landasan kepada setiap pemimpin untuk
selalu bersikap kritis dan rasional. Berani mengemukakan pendapat sendiri
dan berani bersikap tegas sesuai dengan rasa tanggung jawab etis sendiri.
Prinsip-prinsip etika harus senantiasa digunakan dalam
pelaksanaan kepemimpinan, diantaranya respek, otonomi, beneficence
(kemurahan hati), non-maleficence, veracity (kejujuran), konfidensialitas
(Kerahasiaan), fidelity (Kesetiaan), justice (keadilan),
Berdasarkan 8 Prinsip kode etik keperawatan diatas maka etika dalam
kepemimpinan keperawatan itu dapat kita bagi :
1. Etika pemimpin sebagai low manager
2. Justice (Keadilan)
3. Etika pemimpin sebagai top manager
G. PERAN KEPEMIMPINAN DALAM PELAKSANAAN FUNGSI
MANAJEMEN
Menurut Rosyidi, Kholid. 2013, peran kepemimpinan dalam
pelaksanaan fungsi manajemen diantaranya Planning, organizing, staffing,
directing dan controlling.
1. Perencanaan (Planning)
Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana
sampai kepada perumusan yang lebih rumit. Pembatasan yang agak
kompleks merumuskan perencanaan sebagai penetapan apa yang harus
dicapai, bila hal itu dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal
itu harus dicapai, siapa yang bertanggungjawab, dan penetapan mengapa
19
hal itu harus dicapai. Hampir sama dengan pembatasan terakhir dimana
perumusan perencanaan merupakan penetapan jawaban kepada pertanyaan
tersebut. Didalam proses keperawatan perencanaan membantu perawat
dalam menentukan tindakan yang tepat bagi klien dan menjamin bahwa
klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka butuhkan sesuai
dengan konsep dasar keperawatan.
2. Organizing
Pengorganisasian adalah suatu langkah menetapkan dan
mengelompokkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan
tugas, wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka
mencapai tujuan. Penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-
fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan
kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut.
Organisasi atau pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai
keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokkan orang-orang
serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-
masing dengan tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdaya guna
dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih
dahulu.
3. Pengelolaan staf (Staffing)
Komponen yang termasuk dalam funggsi staffing adalah prinsip
rekrutment, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas dan
klasifikasi pasien. Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen
berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut
tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga
petugas memberi daya guna maksimal kepada organisasi. Organizing dan
staffing merupakan dua fungsi manajemen yang sangat erat hubungannya.
Organizing yaitu berupa penyusunan wadah legal untuk menampung
berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan pada suatu organisasi,
sedangkan staffing berhubungan dengan penerapan orang-orang yang akan
memangku masing-masing jabatan yang ada di dalam organisasi tersebut.
4. Pengarahan (Directing)
20
Directing atau commanding adalah fungsi manajemen yang
berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah
atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing,
agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada
tujuan yang telah ditetapkan semula. Directing atau commanding
merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan saja agar
pegawai melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi
dapat pula berfungsi mengkoordinasi kegiatan berbagai unsur organisasi
agar efektif tertuju kepada realisasi tujuan yang ditetapkan sebelumnya
5. Leading
Leading meliputi lima macam kegiatan, yakni mengambil
keputusan, mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara
manajer dan bawahan, memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada
bawahan supaya mereka bertindak, memilih orang-orang yang menjadi
anggota kelompoknya, serta memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap
bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
6. Coordinating
Coordinating atau mengkoordinasi merupakan salah satu fungsi
manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi
kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan
menghubungkan, menyatukan, dan menyelaraskan pekerjaan bawahan
sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan
organisasi. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan itu, antara
lain dengan memberi instruksi, perintah, mengadakan pertemuan untuk
memberikan penjelasan, bimbingan atau nasihat, dan mengadakan
coaching dan bila perlu memberi teguran
7. Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu
fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan
kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela
sesuai apa yang dikehendaki oleh atasan. Pemberian inspirasi, semangat
21
dan dorongan oleh atasan kepada bawahan ditujukan agar bawahan
bertambah kegiatannya, atau mereka lebih bersemangat melaksanakan
tugas-tugas sehingga mereka lebih berdaya guna dan berhasil guna
8. Pengawasan (Controling)
Controlling adalah proses pemeriksaan apakah segala sesuatu
yang terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, intruksi yang
dikeluarkan serta prinsip-prinsip yang ditetapkan yang bertujuan untuk
menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak
terulang lagi. Controlling atau pengawasan, sering juga disebut
pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa
mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang
dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud
tercapai tujuan yang sudah digariskan semula. Dalam melaksanakan
kegiatan kontroling, atasan mengadakan pemeriksaan, mencocokkan, serta
mengusahakan agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan serta tujuan yang ingin dicapai. Reporting
atau pelaporan adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian
perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai
segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat
yang lebih tinggi, baik secara lisan maupun tertulis sehingga dalam
menerima laporan dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan tugas
orang yang memberi laporan.
H. Penggunaan Balance Score Card (Bsc) Dalam Evaluasi Kepemimpinan
Hasil pengukuran dan penilaian kinerja menggunakan metode
Balanced Scorecard dapat dijadikan materi pemetaan dalam membuat
perencanaan strategik dan pengambilan keputusan pimpinan dan pengelola
suatu organisasi untuk mengembangkan organisasi tersebut dimasa yang akan
datang sehingga menjadi lebih baik, unggul dan mampu bersaing baik
nasional maupun global. Saat ini metoda yang paling mendapat perhatian
banyak pihak dalam hubungannya dengan penyusunan strategi bisnis adalah
Balanced Scorecard (James, 1998).
22
1. Pengertian Balance Score Card
Balanced Score Card berarti kartu yang digunakan untuk
mencatat skor hasil kinerja kepemimpinan seseorang yang berimbang
antara dua aspek yaitu aspek keuangan dan non keuangan, jangka pendek
dan jangka panjang, intern dan ekstern.
2. Komponen Perspektif Balance Score Card
Menurut Yuwono, Sony, dkk. (2007: 31)
a) Perspektif Keuangan
Perspektif keuangan masih tetap dipertahankan karena
ukuran keuangan masih tetap penting dalam menentukan keberhasilan
kinerja organisasi.
b) Perspektif Pelanggan
Sebuah lembaga memiliki misi melayani golongan
masyarakat tertentu dengan jasa pelayanan tertentu. Pendorong dan
motivasi utamanya adalah pencapaian kebutuhan pelanggan.
c) Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif internal-business-process, manajer
mengenali proses-proses kritis pada yang mana mereka harus unggul
jika mereka akan mencapai tujuan-tujuan dari shareholder dan segmen
pelanggan yang menjadi target. Sistem pengukuran performans
konvensional fokus hanya pada monitoring dan peningkatan biaya,
mutu, dan waktu yang didasarkan pada proses bisnis yang ada. Secara
jelas, pendekatan dari BSC memungkinkan permintaan untuk
performans proses internal untuk menurunkan harapan-haran khusus
dari pihak eksternal perusahaan.
d) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini mengembangkan tujuan dan ukuran yang
mendorong pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan. Tujuan yang
ditetapkan dalam perspektif finansial, pelanggan, dan proses bisnis
internal mengidentifikasikan apa yang harus dikuasai perusahaan
untuk menghasilkan kinerja yang istimewa. Tujuan di dalam
23
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan
infrastruktur yang memungkinkan tujuan yang ambisius dalam ketiga
perspektif lainnya dapat terwujud.
3. Kegunaan Balance Scord card
BSC menjadi populer di kalangan praktisi dan akademisi di
bidang pengukuran hasil dan penuntasan masalah strategi. Pandey (2005)
menjelaskan berbagai alasan mengapa BSC digunakan dalam organisasi.
a. BSC adalah alat komprehensif untuk memahami pelanggan dan
kebutuhannya, dan kesenjangan kinerja.
b. BSC menyiapkan logika untuk menciptakan modal intangible dan
inlektual dimana dengan pengukuran tradisional dalam sistem kinerja
sulit dilakukan.
c. BSC mampu mengartikulasi strategi pertumbuhan menjadi keandalan
bisnis yang fokus kepada upaya-upaya non finansial.
d. BSC memampukan karyawan memahami strategi dan kaitan sasaran ke
dalam operasi perusahaan hari ke hari.
e. BSC memafsilitasi umpan balik review kinerja dari waktu ke waktu.
4. Keunggulan Balance Scorecard
Menurut Rivai (2012), Balanced Scorecard memiliki keunggulan sebagai
berikut:
a) Komprehensif yang mencakup perspektif yang komprehensif:
keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan
pembelajaran/pertumbuhan.
b) Koheren, membangun hubungan sebab-akibat diantara berbagai
sasaran strategis yang dihasilkan dalam perencanaan strategis
c) Seimbang, keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan oleh
sistem perencanaan strategis penting untuk menghasilkan kinerja
keuangan jangka panjang.
d) Terukur, semua sasaran strategis ditentukan ukurannya baik untuk
sasaran strategis perspektif keuangan maupun perspektif non
keuangan.
5. Indikator Pengukuran 4 Dimensi Pengukuran Kinerja
24
Indikator pengukuran dalam balanced scorecard untuk masing-masing
dimensi pengukuran adalah ukuran dimensi keuangan, ukuran dimensi
pelanggan, ukuran dimensi proses internal, ukuran dimensi pertumbuhan
dan pembelajaran
6. Prinsip Penerapan Balance Scorcard
Dalam menerapkan balanced scorecard, Robert Kaplan dan
David Norton, 2000, mensyaratkan dipegangnya lima prinsip utama
berikut:
a. Menerjemahkan sistem manajemen strategi berbasis balanced
scorecard ke dalam terminologi operasional sehingga semua orang
dapat memahami
b. Menghubungkan dan menyelaraskan organisasi dengan strategi itu. Ini
untuk memberikan arah dari eksekutif kepada staf garis depan
c. Membuat strategi merupakan pekerjaan bagi semua orang melalui
kontribusi setiap orang dalam implementasi strategis
d. Membuat strategi suatu proses terus menerus melalui pembelajaran dan
adaptasi organisasi dan
e. Melaksanakan agenda perubahan oleh eksekutif guna memobilisasi
perubahan
7. Piramida Perspektif Balance Scorecard
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan suatu seni dan proses untuk
mempengaruhi dan mengarahkan orang lain supaya mereka memiliki
motivasi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam situasi tertentu.
Kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan mencakup cara mengarahkan,
menunjukkan jalan, menyupervisi, mengawasi tindakan anak buah,
mengoordinasikan kegiatan yang sedang atau akan dilakukan, dan
mempersatukan usaha dan berbagai individu yang memiliki karakteristik
yang berbeda. Komunikasi yang efektifdalam keperawatan dapat dicapai
dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya
antara komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi
yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat
26
persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa. Peran pemimpin dalam
melaksanakan fungsi management ada empat peran yang harus dimainkan
oleh pemimpin visioner dalam melaksanakan kepemimpinannya. Balance
Scoreard dalam evaluasi kepemimpinan merupakan suatu metode penilaian
kinerja suatu institusi dengan mempertimbangkan empat perspektif untuk
mengukur kinerja suatu institusi yaitu: perspektif keuangan, pelanggan,
proses bisnis internal serta proses pebelajaran dan pertumbuhan. Dari
keempat perspektif tersebut dapat dilihat bahwa balanced score card
menekankan perspektif keuangan dan non keuangan
B. Saran
1. Hendaknya para pemimpin, khususnya pemimpin keperawatan
dalam melaksanakan perannya berdasarkan pada kriteria-kriteria
kepemimpinan yang baik.
2. Dalam suatu manajemen pendidikan hendaknya para pemimpin
memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para bawahannya,
dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan kemampuannya.
3. Perlunya seorang pemimpin yang dapat memahami dan
mengaplikasikan konsep etika dalam melaksanakan proses manajemen dan
kepemimpinannya dan sebaiknya digunakan sebagai salah satu standar
penilaian keberhasilan dalam pelaksanaan tugas kepemimpinan
4. Diharapkan kepada tenaga perawat sebagai tenaga yang
professional di bidang keperawatan dapat memahami dan mengaplikasikan
sepenuhnya manajemen keperawatan karena kepemimpinan adalah faktor
kunci dalam suksesnya suatu organisasi serta manajemen. Oleh karena itu
pemimpin mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi agar mampu mengikat, mengharmonisasi, serta
mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara
baik. Sehingga kemudian perilaku yang diterapkan seorang pimpinan akan
memiliki dampak luas bukan bagi dirinya sendiri melainkan seluruh
anggota organisasi.
27
DAFTAR PUSTAKA
Chow, Chee W., Kamal M. Haddad, dan James E. Williamson. “Applying
Balanced Scorecard to Small Companies” Articles of Merit,
International Federation of Accountant (IFAC), 1998, hal. 11-18.
Gillies. (1996). Manajemen Keperawatan. FKUI, Jakarta
Gillies (2005). Manajemen Keperawatan. Suatu Pendekatan Sistem, Edisi
Terjemahan. Alih Bahasa Dika Sukmana dkk. Jakarta
Heru Supriyatno & Arwani (2006). Manajemen Bangsal Keperawatan, Jakarta,
EGC.
28
Kaplan, Robert S., dan David P. Norton. Balanced Scorecard: Menerapkan
Strategi Menjadi Aksi. Penerj. Peter R. Yosi Pasla. Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2000.
Marquis And Huston. 2009. Leadership Roles And Management Fungsions In
Nursing: Theory And Aplplication. 6th Edition. Lippincott William
& Wilkins
Marquis, Bessie L.2010. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Teori dan
Aplikasi. Jakarta : EGC
Nursalam.2011.Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba Medika
Mulyadi. Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda
Kinerja Keuangan Perusahaan. Cetakan ke-1. Jakarta: Salemba Empat,
2001.
Rosyidi, Kholid. 2013. Manajemen Kepemimpinan Dalam Keperawatan. Jakarta:
CV Trans Info Media
Swanburg Russel C. 2000. Pengantar kepemimpinan & manajemen
keperawatan. Jakarta : EGC.
Sulivan & Decker. 2005. Effective Leadership & Management In Nursing.
Pearson Edocaiton : Japan S. Suarli & Bahtiar, Yanyan. (2002).
Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta:
Erlangga
Tunggal, Amin Wijaya. Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard.
Cetakan ke-2. Jakarta: Harvarindo, 2001.
Whitebead. K et all. 2010. Essentials of Nursing Leadership and Management.
fifth edition. Philadelphia: Davis Plus Company.
Yuwono, Sony, dkk. 2007. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
29