kep dewasa ii tentang meningitis

15
TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN DEWASA II MENINGITIS DI SUSUN OLEHKELOMPOK : 1. NOOR FADILLA ASHARA PELU 14220130004 2. MARYAM KAREPESINA 14220130026 3. NURLAILA SIAUTA 14220130031 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Upload: nur-fadyla-pelu

Post on 18-Feb-2016

235 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

file ini berisi tentang meningitis sesuai dengan pengkajian medis dan pengkajian keperawatannya

TRANSCRIPT

Page 1: Kep Dewasa II tentang Meningitis

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN DEWASA II

MENINGITIS

DI SUSUN OLEHKELOMPOK :

1. NOOR FADILLA ASHARA PELU 14220130004

2. MARYAM KAREPESINA 14220130026

3. NURLAILA SIAUTA 14220130031

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR 2015-2016

Page 2: Kep Dewasa II tentang Meningitis

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkat rahman dan

karunianya sehingga kita dapat menyelsikan tugas makalah KEPERAWATAN DEWASA

II dengan judul MENINGITIS ini tepat pada waktu yang di tentukan.

Kami sadari di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga kami

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen mata kuliah dan

teman-teman. Agar kami dapat mengetahui kesalahan atau kekurangan yang terdapat

dalam makalah ini.

Kami harapkan. Semoga tugas makalah yang berjudul MENINGITIS ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang

makalah ini.

Page 3: Kep Dewasa II tentang Meningitis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Manfaat

BAB II : TINJAUAN TEORI

KONSEP MEDIS

A. Anatomi Fisiologi

B. Definisi

C. Etiologi

D. Patofisiologi

E. Komplikasi

F. Manifestasi Klinis

G. Pemeriksaan Diagnostik

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

B. Diagnosa

C. Intervensi

D. Evaluasi

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Kep Dewasa II tentang Meningitis

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI

Sitem persyarafan terdiri dari otak, medula spinalis, dan saraf perifer.

Struktur-struktur ini bertangung jawab untuk kontlon dan koordinasi aktivitas sel

tubuh melalui inpuls-inpuls elektrik.

Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat

operasi dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak dalam rongga

kranium yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak dibagi menjadi tiga bagian

besar yaitu serebrum, batang otak, dan serebbelum. Semua berada dalam suatu bagian

struktur tulang yang disebut tengkorak, dan juga menjaga otak dari cedera. Pada dasar

tengkorak terdiri dari tiga bagian vossa-vossa. Bagian vossa senterior berisi lobus

vontal, serebral, bagian hemisfer, bagian tengah vossa berisi lobus varietal, temporal

dan oksivital dan bagian vossa posterror berisi batang otak dan medulla.

a. Meningen

Menigen terletak dibawah tengkorak. Komposisi meningen berupa jaringan

serabut penghubung yang melindungi, mendukung dan memelihara otak.

Meningen terdiri dari tiga lapisan, yaitu :

1. Durameter

2. Arakhnoid

3. Piameter

b. Serebrum

Serebrum terdiri dari dua hemisver dan empat lobus. Substansia grisea terdapat

pada bagian luar dinding serebrum bagian dalam. Pada prinsipnya komposisi

Page 5: Kep Dewasa II tentang Meningitis

substansial grisea yang terbentuk dari badan-badan saraf memenuhi korteks

serebri, nukleus, dan basal ganglia. Substansi alba terdiri dari sel-sel saraf yang

menghubungkan bagian-bagian otak dengan bagian yang lain. Sebagian besar

hemisves serebri berisi jaringan sistem saraf pusat (SSP) area inilah yang

mengontrol fungsi motorik tertinggi, yaitu terhadap fungsi individu dan intelejensi

pada serebrum ada empat lobus

1. Lobus vontal adalah lobus besar yang terletak pada vosa anterior, ara ini

mnegontrol perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan menahan

diri

2. Lobus parietal adalah lobus sentral. Area ini menginterpretasikan sensasi dan

di depan lobus oksipitalis. Sensasi rasa yang tidak berpengaruh adalah bau.

Lobus parietal mengatur individu mampu mengetahui posisi dan letak bagian

tubuhnya.

3. Lobus temporal adalah bagian bawah lateral dan visura serebralis dan di depan

lobus oksipitalis. Area ini berfungsi mengintegrasikan sensasi kecap, bau dan

pendengaran.

4. Lobus oksipitalis terletak pada lobus posterior hemisves serebrititi, bagian ini

bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan.

c. Giensephalon

Vosa bagian tengah atau diensephalon berisi talamus, hipetalamus, dan kelenjar

hipofisis. Diensephalon terdiri dari dua lapisan yaitu

1. Talamus

Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel dan aktivitas

primernya sebagai pusan penyambung sensasi bau yang diterima.

2. Hipotalamus

Hipotalamus terletak pada anterior dan inverior talamus. Berfungsi

mengontrol dan mengatur sistem saraf otonom

d. Batang otak

Batang otak terletak pada vosa anterior. Bagian-bagian batang otak ini terdiri dari

otak tengah, pons, dan medula oblongata. Bagian ini berisi jalr sensorik dan

motorik dan sebagai pusat refleks pendengaran dan penglihatan. Pons terletak

didepan serebrum antara otak tengah dan medulla dan merupakan jembatan antara

dua bagian serebrum dan juga antara medulla dan serebrum. Pons berisi jarak

Page 6: Kep Dewasa II tentang Meningitis

sensori dan motorik. Medulla oblongata meneruskan serabut-serabut sensori dari

medulla spinalis ke otak

e. Serebrum

Serebrum terletak pada vosa posterior dan terpisah dari hemisver serebral, lipatan

durameter, tonteriom serebrum. Sebelumnya mempunyai dua aksi yaitu

merangsang dan menghambat dan tanggunga jawab yang luas terhadap koordinasi

dan gerakan halus. Ditambah mengontrol gerakan yang benar, keseimbangan,

posisi dan mengintegrasikan input sensori.

B. DEFINISI

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak

dan medula spinalis) dan di sebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur

meningitis selanjutnya diklasifikasikan sebagai asepsis, sepsis, dan tuberculosa.

Meningitis aseptic mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi

meninget yang di sebabkan oleh akses otak, enzevalitis, limpoma, leukimia, atau

darah di ruang subrakhoit. Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang di

sebabkan oleh organisme bakteri seperti miningokokus, stavirokokus, atau basilus

influensa. Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tubercel

Infeksi meningeal umumnya dihubungkan dengan satu atau dua jalan melalui

salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi-infeksi bagian lain, seperti

selulitis, atau penekanan lansung seperti di dapat setelah cedera teromatik tulang

wajah.

Meningitis bakteri

Meningitis bakteri adalah inflamasi arakhnoid dan piamater yang mengenai

CSS. Infeksi menyebar ke subaraknoid dari otak dan medula spinalis biasanya dari

ventrikel. Hampir semuah bakteri yang masuk ke dalam tubuh menyebabkan

meningitis

Ketika organisme patogen memasuki daerah subrakhnoid, terjadi reaksi

inflamasi berupa CSS berwarnah kelabu, formasi eksudat, perubahan arteri

subrakhnoid, dan komisti jaringan.

C. ETIOLOGI

Penyebab penyakit menengitis adalah

Page 7: Kep Dewasa II tentang Meningitis

a. Bakteri (peneumococus, meningococus, stafilococus, salmonela)

b. Virus (hemofirus influenza, herpes simplek)

c. Jamur (Cryptococcus dan histoplasma)

Organisme-organisme ini seringkali ada pada nasofaring, tetapi tidak diketahui

bagaimana organisme tersebut bisa masuk kedalam darah dan ruang subranoid.

D. PATOFISIOLOGI

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orovaring dan diikuti septik

kimia, yang menyebar ke meningen otak dan daerah medulla spinalis bagian atas.

Faktor-faktor predisposisi mencakup infeksi jalan napas bagian atas, otitis media,

mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru,

trauma kepala, dan pengaruh immunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring

posterior, telinga bagian tengah, dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran

vena-vena maningen. Semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan

bakteri.

Organisme masuk kedalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di

dalam meningen dan dibawah daerah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan

penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme

akibat eksudat meningen, vaskulitis, dan hipoperfusi. Eksuden purulen dapat

menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding

membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan

fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah

pertahanan otak (barier otak), edema serebral dan peningkatan TIK

Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi

meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adreanal, kolaps

sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindrom waterhouse-

friderichen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah

yang disebabkan oleh meningokokus.

E. KOMPLIKASI

1. Ventrikulitis atau abses intraserebral

2. Trombosiseptik dari vena sinus

3. Kelumpuhan saraf kranial

4. Struk

Page 8: Kep Dewasa II tentang Meningitis

5. Subdural empiema

6. Komplikasi lanjutan yang dapat dialami oleh klien adalah menjadi tuli akibat

kerusakan saraf kranial VIII

7. Kerusakan serebral

F. MANIFESTASI KLINIS

1. Sakit kepala dan demam

2. Perubahan pada tingkat kesadaran

3. Iritasi meningen

4. Rigiditas nukal (kaku leher)

5. Tanda kernig positif

6. Tanda brudzinski

7. Kejang dan peningkatan TIK

8. Inveksi volume nating

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Hitung darah lengkap dengan perbedaannya memperlihatkan adanya peningkatan

sel darah putih dan neutrofil

2. Kultur darah mengindikasikan adanya organisme

3. Lumbal fungsi dengan kultur CSS peningkatan hitung sel, mengindikasikan

adanya organisme

4. MRI atau CT-Scan dengan/tanpa kontaks untuk mengetahui adanya kelainan

Page 9: Kep Dewasa II tentang Meningitis

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Riwayat inveksi terakhir (inveksi pada saluran pernapasan atas, telinga, sinus),

prosedur, atau trauma yang dapat menempuh sistem saraf pusat

2. Sakit kepala, sakit punggung, kaku leher, dan foto fobia

3. Demam dan muntah

4. Perubahan status mental

5. Tanda-tanda karakteristik iritasi meningen : kaku kuduk, brudzinski’s sign dan

kernig’s sign positif (dapat dilihat pada figur 10-1)

6. Ruam petekia atau purpuria yang mengindikasikan meningitis meningokokal

B. DIAGNOSA

1. Hipertermia yang berhubungan dengan proses inveksi dan edema serebral

2. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan demam dan intake

cairan yang kurang

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan proses

inveksi dan edema serebral

4. Nyeri yang berhubungan dengan iritasi meningen

C. INTERVENSI

1. Hipetermi yang berhubungan dengan proses infeksi dan edema serebral

Tujuan : menguangi demam

Berikan antibiotik sesuai dengan indikasi

Monitor suhu tubuh secara teratur

Berikan antipiretik sesuai program

Page 10: Kep Dewasa II tentang Meningitis

Gunakan selimut hipotermia jika diindikasikan

2. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan demam dan intake

cairan yang kurang

Tujuan : cairan seimbang

Berikan cairan IV sesuai program, cegah kelebihan cairan yang dapat

memperburuk edema serebral

Monitor intake dan output secara ketat

Monitor tekanan vena pusat (sentral vena pressure – CVP) secaa continue

(jika diindikasikan)

3. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan proses

inveksi dan edema serebral

Tujuan : perfusi jaringan serebral membaik

Kaji tingkat kesadaran dan tanda-tanda vital menggunakan parameter

neorologi secara teratur (misalnya GCS)

Atur lingkungan yang aman dan tenang untuk mencegah agitasi yang dapat

menyebabkan peningkatan TIK, kejang, atau gangguan pernapasan yang

menandaan kegawatan

4. Nyeri yang berhubungan dengan iritasi meningen

Tujuan : mengurangi nyeri

Berikan analgesic sesuai program; monitor respons dan reaksi terapi. Obat-

obatan narkotik harus dihindari untuk mencegah penurunan tingkat

kesadaran.

Kurangi cahaya jika terjadi fotofobia

Bantu mengatur posisi yang nyaman dengan leher diekstensikan.

D. EVALUASI

1. Suhu tubuh < 38°C

2. Tanda vital dan CVP stabil

3. Klien mudah menerima rangsangan

4. Klien mengatakan nyeri hilang

Page 11: Kep Dewasa II tentang Meningitis

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

Page 12: Kep Dewasa II tentang Meningitis

DAFTAR PUSTAKA