kenali tanda gejala stroke - repository.umku.ac.id
TRANSCRIPT
2
KENALI TANDA GEJALA STROKE
Penulis:
Heny Siswanti, S.Kep., Ns.M.Kep
ISBN : 978-623-96524-2-5
Editor :
Indah Puspita, S.SiT., M.Keb
Penyunting :
Noor Cholifah, S.SiT.,M.Kes
Ukuran :
17 x 25 CM
Penerbit :
MU Press
Redaksi :
Jl. Ganesha I Purwosari Kudus 59316
Telp/Fax. (0291) 437218/442993
Email: [email protected]
Distributor Tunggal :
Mu Press
Jl. Ganesha I purwosari Kudus 59316
Telp/Fax. (0291) 437218/442993
Email: [email protected]
Cetakan Pertama, Juli 2021
Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
3
KATA PENGANTAR
Dengan Mengucap Syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat dan
salam semoga tetap terlimpah kepada Nabi Agung junjungan
kita, Nabi Muhamad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh
umatnya hingga akhir zaman. penulis telah dapat menyelesaikan
buku KENALI TANDA GEJALA STROKE yang merupakan
informasi tentang pengenalan penyakit stroke dan faktor lainya.
Buku ini kami susun dengan harapan dapat menjadi pegangan
bagi penderita Stroke untuk tetap selalu ingat dan
menyandarkan segala hal hanya kepada Allah semata. Namun,
bukan berarti meninggalkan ikhtiar lainnya.
Kami menyadari bahwa penulis buku KENALI TANDA
GEJALA STROKE ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan
saran yang membangun kami perlukan untuk perbaikan di
waktu mendatang. Besar harapan kami semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Heny Siswanti
Juli 2021
4
SINOPSIS
Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak. Definisi
menurut WHO, Stroke adalah keadaan dimana ditemukan
tanda-tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit
neurologik fokal dan global, yang dapat memberat dan
berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan atau
dapat menyebabkan kematian (Kemenkes, 2018).Stroke
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, faktor risiko
stroke yang tidak dapat dikontrol terdiri atas usia, ras
jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan faktor resiko yang
dapat dikontrol terdiri atas riwayat 437 hipertensi,
riwayat diabetes mellitus, obesitas, kolesterol (Tarwoto,
2013) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2016
menunjukkan bahwa penyakit stroke merupakan
penyakit yang sangat berbahaya dan penyakit ini
menempati peringkat kedua sebagai penyakit tidak
menular penyebab kematian.Selain itu stroke juga
menjadi peringkat ketiga penyebab utama kecacatan di
seluruh dunia. (WHO, 2012)
Terapi adalah latihan yang terdiri gerakan tubuh untuk
mcngatasi gangguan atau mempcrbaiki fungsi.
Fisioterapi sendiri bertujuan untuk mengembalikan
fungsi tubuh, agar pasien stroke bisa kembali beraktivitas
secara normal. Fisioterapi stroke akan dilakukan setelah
serangan stroke. Biasanya, stroke menyebabkan
kerusakan otak. Akibatnya, akan mengalami kelemahan
atau kelumpuhan dan kesulitan menggerakkan tubuh
sehingga menghambat aktivitas harian.
5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. 2
SINOPSIS .................................................................................................... 4
DAFTAR ISI ............................................................................................... 5
BAB I ........................................................................................................... 6
A. ANATOMI FISIOLOGI OTAK ........................................................ 6
B.BAGIAN DAN FUNGSI OTAK ......................................................... 7
C.ANATOMI PEREDARAN DARAH OTAK ..................................... 14
BAB II ....................................................................................................... 17
A. Pengertian Stroke .............................................................................. 18
B. Gejala Stroke ..................................................................................... 19
C. Klasifikasi Stroke .............................................................................. 22
D. Penyebab Stroke................................................................................ 23
E. Etiologi dan Faktor Risiko Stroke ..................................................... 24
E. Patofisiologi....................................................................................... 26
F. Manifestasi Klinis .............................................................................. 29
G. Penatalaksanaan ................................................................................ 31
H. Komplikasi ........................................................................................ 42
I. Gangguan Pada Penderita Penyakit Stroke ........................................ 45
J. Sistem Dan Sel Saraf .......................................................................... 48
BAB III ...................................................................................................... 56
FisioTerapi ............................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 63
GLOSARIUM ............................................................................................ 65
6
BAB I
ANATOMI DAN FISIOLOGI OTAK
A. ANATOMI FISIOLOGI OTAK
Otak adalah salah satu organ vital yang dimiliki manusia
karna di dalamnya terdiri dari 100 - 200 milyar sel aktif yang
saling berhubungan mendukung satu dengan lainya dan
bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita
(Risa Nur Pajri Ds, 2017). Di dalam otak terdiri dari sel - sel
otak yang disebut neuron. Namun,otak merupakan organ
yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron - neuron di
otak mati dan neuron tersebut tidak mengalami regenerasi
kemampuan adaptif atau plastisitas. Secara garis besar sistem
saraf dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan
medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem
saraf tepi (Noback dkk, 2005).
Gambar 1.1 Anatomi Otak
7
Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik
antara SSP dengan bagian tubuh lainnya.Sistem saraf memiliki
bagian-bagian utama yang berguna untuk
menjalankan fungsinya dengan baik,salah sau fungsi utamanya
yaitu Otak(Noback dkk, 2005).
B.BAGIAN DAN FUNGSI OTAK
Disebutkan jika belahan kiri otak besar memainkan peran
penting dalam kemampuan berbahasa, berhitung, dan berbicara.
Sementara belahan kanan membantu menafsirkan hal-hal
abstrak, seperti musik, bentuk, emosi, dan warna Purves dkk,
2004).Namun sebetulnya, otak kiri dan otak kanan bekerja
secara bersamaan secara terkoordinasi, dalam menjalani
fungsinya.Berikut beberapa bagian dan fungsi otak,
a. Cerebrum
Cerebrum merupakan salah satu bagian otak yang terbesar
yang didalamnya terdiri dari sepasang hemisfer kanan dan
hemisfer kiri serta tersusun dari korteks. Korteks ditandai
dengan sulkus (celah) dan girus. Cerebrum merupakan
bagian terbesar dari otak.
8
Gambar 1.2 Cerebrum
adapun fungsi dari cerebrum sering kita jumpai dan rasakan
seperti peran dari belahan otak kanan berfungsi untuk
mengontrol pergerakan di sisi kiri tubuh dan begitupun
sebalinya peran belahan otak kiri mengontrol gerakan di sisi
kanan tubuh.Di dalam cerebrum ada sebuah lobus dan dibagi
menjadi beberaoa lobus yaitu,
1 Lobus Frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual
yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan
nalar, bicara (area broca di hermisfer kiri), pusat penghidit
dan emosi. Bagian ini mengandung pusat pengontrolan
gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik primer)
dan terdapat area asosiasi motorik (area premotor). Pada
lobus ini terdapat daerah broca yang mengatur ekspresi
9
bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku
sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif (White, 2008)
Gambar 1.3 Lobus Frontalis
2 Lobus Temporalis
Lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk
impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung
korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan
dan menyadari sensasi warna. Lobus temporalis mencakup
bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura
lateral dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis
dan memiliki fungsi seperti mengatur daya ingat verbal,
visual, pendengaran dan berperan dalam pembentukan dan
perkembangan emosi. (White, 2008)
10
Gambar 1.4 Lobus Temporal
3 Lobus Parietalis
Lobus parietal terletak di belakang lobus frontal. Bagian ini
mempunyai peranan penting dalam menafsirkan pesan dari
bagian otak yang lain. Lobus parietal juga berperan dalam
menafsirkan sentuhan, gerakan tubuh, sensasi nyeri, dan
kemampuan berhitung. Kemampuan motorik halus yang
menggunakan jari tangan, seperti menulis atau melukis, juga
dikendalikan oleh bagian otak besar ini.
Ga,bar 1.5 Lobus Parietalis
11
4 Lobus Oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area
asosiasi penglihatan: menginterpretasi dan memproses
rangsang penglihatan dari nervus optikus dan
mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain
dan memori (White, 2008).
Gambar 1.6 Lobus Oksipitalis
5 Lobus Limbik
Lobus limbik untuk mengatur emosi manusia, memori
emosi dan bersama hipothalamus menimbulkan perubahan
melalui pengendalian atas susunan endokrin dan susunan
autonomy (White, 2008)
12
Gambar 1.7 Lobus Limbik
B.Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung
lebih banyak neuron dibandingkan otak secara keseluruhan.
Memiliki peran koordinasi yang penting dalam fungsi
motorik yang didasarkan pada informasi somatosensori
yang diterima inputnya 40 kali lebih banyak dibandingkan
output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang
berbeda yang menerima dan menyampaikan informasi ke
bagian lain dari sistem saraf pusat. Cerebellum merupakan
pusat koordinasi untuk keseimbangan dan tonus otot.
Mengendalikan kontraksi otot - otot volunter secara optimal.
Bagian - bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus
medialis dan lobus fluccolonodularis (Purves, 2004)
13
Gambar 1.8 Cerebellum
C.Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur
seluruh proses kehidupan yang mendasar. Berhubungan
dengan diensefalon diatasnya dan medulla spinalis
dibawahnya. Struktur - struktur fungsional batang otak yang
penting adalah jaras asenden dan desenden traktus
longitudinalis antara medulla spinalis dan bagian - bagian
otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang saraf cranial. Secara
garis besar brainstem terdiri dari tiga segmen, yaitu
mesensefalon, pons dan medulla oblongata (White, 2008).
14
Gambar 1.9 Brainstem
C.ANATOMI PEREDARAN DARAH OTAK
Darah mengangkut zat asam, makanan dan substansi lainnya yang
diperlukan bagi fungsi jaringan hidup yang baik. Kebutuhan otak
sangat mendesak dan vital, sehingga aliran darah yang konstan
harus terus dipertahankan. Suplai darah arteri ke otak merupakan
suatu jalinan pembuluh - pembuluh darah yang bercabang -
cabang, berhubungan erat satu dengan yang lain sehingga dapat
menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel.Penyebab stroke
sangat beragam namun semuanya berhubungan dengan aliran
darah yang masuk kedalam otak yang disalurkan oleh tubuh
1. Peredaran Darah Arteri
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri
vertebralis dan arteri karotis interna, yang bercabang dan
beranastosmosis membentuk circulus willisi. Arteri karotis
15
interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis
yang berakhir pada arten serebri anterior dan arteri serebri
medial. Di dekat akhir arteri karotis interna, dari pembuluh
darah ini keluar arteri communicans posterior yang bersatu
kearah kaudal dengan arteri serebri posterior (Eric Hartono,
2019).
Arteri serebri anterior saling berhubungan melalui arteri
communicans anterior. Arteri vertebralis kiri dan kanan
berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteria
subklavia kanan merupakan cabang dari arteria inominata,
sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang
langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak
melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan
medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk
arten basilaris dan lain sebagainya (Ivana Purnama Dewi,
2016)
2. Peredaran Darah Vena
Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus - sinus
duramater, suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di
dalam struktur duramater. Sinus - sinus duramater tidak
mempunyai katup dan sebagian besar berbentuk triangular.
Sebagian besar vena cortex superfisial mengalir ke dalam
sinus longitudinalis superior yang berada di medial.
(Diponegoro University Library, 2016)
Dua buah vena cortex yang utama adalah vena anastomotica
magna yang mengalir ke dalam sinus longitudinalis superior
dan vena anastomotica parva yang mengalir ke dalam sinus
16
transversus. Vena -vena serebri profunda memperoleh aliran
darah dari basal ganglia
Gambar 1.10 Circilus Walsi
17
BAB II
STROKE
Stroke adalah salah satu gejala yang dapat dialami oleh siapa
saja, kapan saja dan dimana saja. Tidak pandang bulu lakilaki
atau perempuan, tua ataupun muda. Hal inilah yang
menjadikan seseorang merasa takut terhadap kondisi
tersebut. Terdapat beberapa pendapat dari para ahli yang
salah satunya menyatakan bahwa gaya hidup modern yang
saat ini melanda masyarakat telah memudahkan seseorang
mengalami stroke. (Kemenkes, 2018)Makanan beralkohol,
rokok, diabetes militus juga dapat menyebabkan seseorang
terkena stroke. Sehingga pola hidup harus dirubah dari yang
mengkonsumsi beberapa makanan yang cenderung
mengakibatkan stroke kea rah gaya hidup sehat, tidak hanya
pola makan, tapi pola tidur, olah raga, pola kerja juga harus
mulai ditata untuk menuju hidup sehat dan dapat terhindar
dari stroke. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Nasional tahun 2013, prevalensi stroke di Indonesia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar tujuh per mil
dan yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan (nakes) atau
gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen
penyakit stroke telah terdiagnosis oleh nakes. Prevalensi
stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi
Utara (10,8%), diikuti DI Yogyakarta (10,3%), Bangka
Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil
sedangkan Sumatera Barat 7,4 per mil. Prevalensi stroke
berdasarkan diagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di
Sulawesi Selatan (17,9%), DI Yogyakarta (16,9%), Sulawesi
18
Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil
sedangkan Sumatera Barat sebesar 12,2 per mil (Kemenkes,
2018).
A. Pengertian Stroke
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah
ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu, karena sebagian
selsel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah
karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak. Dalam
jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan
serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusakan atau
mematikan sel-sel saraf otak (Kemenkes, 2018). Kematian
jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang
dikendalikan oleh jaringan itu. Aliran darah yang berhenti
membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak berhenti,
sehingga sebagian otak tidak bisa berfungsi sebagaimana
mestinya.Sementara menurut WHO(World Health
Organization) mendefinisikan stroke adalah manifestasi
klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global
(menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih
dari 24 jam atau sampai menyebabkan kematian, tanpa
penyebab lain selain gangguan vaskuler (WHO, 2012).
Gejala stroke yang muncul sangat bergantung pada bagian
otak yang terganggu, gejala kelemahan sampai kelumpuhan
anggota gerak, bibir tidak simetris, bicara pelo atau tidak
dapat berbicara (afasia), nyeri kepala, penurunan kesadaran,
dan gangguan rasa (misalnya kebas di salah satu anggota
gerak). Sedangkan stroke yang menyerang cerebellum akan
memberikan gejala pusing berputar (vertigo (Diponegoro
19
University Library, 2016)). Penyakit stroke sebenarnya sudah
tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini
diakibatkan oleh cukup tingginya insidensi (jumlah kasus
baru) kasus stroke yang terjadi di masyarakat. Menurut
WHO, setiap tahun 15 juta orang di seluruh dunia mengalami
stroke. Sekitar lima juta menderita kelumpuhan permanen. Di
kawasan Asia tenggara terdapat 4,4 juta orang mengalami
stroke.Pada tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang akan
meninggal dikarenakan penyakit stroke ini, Berdasarkan
hasil suatu penelitian menyatakan jenis kelamin pria lebih
berisiko terkena stroke dari pada wanita, tetapi penelitian
menyimpulkan bahwa lebih banyak wanita yang meninggal
karena stroke. Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi dari pada
wanita, serangan stroke pada pria terjadi pada pria terjadi di
usia lebih muda sedangkan wanita lebih berpotensi terserang
stroke pada usia lanjut hingga kemungkinan meninggal
karena penyakit itu lebih besar (Abdul G, 2009). Prevalensi
penyakit stroke pada kelompok yang didiagnosis oleh nakes
menunjukkan laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan yaitu masing-masing sebesar 7,1% dan 6,8%
sedangkan yang didiagnosis nakes atau berdasarkan gejala
menunjukkan persentase yang berbeda yaitu perempuan lebih
tinggi dibandingkan dengan laki-laki walaupun hanya selisih
0,1%. (WHO, 2012)
B. Gejala Stroke
Gejala stroke untuk pertama kalinya biasa disebut dengan
stroke ringan. Perbedaan mendasar antara stroke ringan
dengan stroke adalah ukuran atau tingkat keparahan sumbatan
20
yang menghalangi aliran darah ke otak. Pada stroke ringan,
sumbatan masih kecil dan belum menyebabkan kerusakan
saraf otak yang permanen. (Putra Agina Widyaswara
Suwaryo, 2019) Gejala stroke ringan bisa membaik dalam
hitungan jam. Sedangkan pada stroke, sumbatan yang terjadi
sudah lebih besar atau parah, dan biasanya sudah ada
kerusakan pada saraf otak.Gejala umum yang terjadi pada
stroke yaitu wajah, tangan atau kaki yang tiba tiba kaku atau
mati rasa dan lemah, biasanya terjadi pada satu sisi tubuh.
Gejala lainnya yaitu pusing, kesulitan untuk berbicara atau
mengerti perkataan, kesulitan untuk melihat baik dengan satu
mata maupun kedua mata, kesulitan jalan, kehilangan
keseimbangan dan koordinasi, pingsan atau kehilangan
kesadaran, dan sakit kepala yang berat dengan penyebab yang
tidak diketahui (Smeltzer C., 2002). Menurut WHO stroke
adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan
gejalagejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler.Berikut Gejala-gejala stroke ringan sebelum
menuju stroke yang lebih parah (WHO, 2012)
a Stroke ringan dapat menyebabkan kelemahan otot
wajah, tanda-tandanya adalah wajah turun ke salah
satu sisi (wajah terlihat tidak simetris), tidak bisa
senyum, tidak dapat mengerutkan dahi, dan mata atau
mulut turun ke bawah
b Penderita stroke ringan kemungkinan tidak mampu
mengangkat kedua lengan dan tungkai. Hal ini terjadi
karena anggota gerak mereka lemas atau mati
21
rasa pada salah satu sisi
c Kesemutan di bagian tubuh yang terkena serangan
stroke ringan, seperti wajah, lengan, dan tungkai pada
sisi yang terganggu.
d Kemampuan bicara juga bisa terganggu. Misalnya
bicara cadel, tidak beraturan, tidak dapat memahami
ucapan orang lain, atau bahkan tidak mampu bicara
sama sekali.
e Pandangan terganggu pada salah satu atau kedua
mata,sakit kepala dan pusing.
f Kesulitan berjalan atau mempertahankan posisi tubuh
karena adanya gangguan sistem koordinasi tubuh.
Kesulitan berjalan juga bisa disebabkan oleh
kelemahan pada tungkai dan kaki.
Bahaya lain dari adanya strok ringan ini meski gejalanya
hanya berlangsung singkat, namun bisa menunjukkan bahwa
tubuh sedang terancam bahaya. Orang yang terkena stroke
ringan diprediksi memiliki harapan hidup yang lebih rendah
pada sembilan tahun pertama, dibandingkan mereka yang
tidak pernah mengalaminya. Hal tersebut berdasarkan data
bahwa sekitar 4 dari 10 orang yang terkena stroke ringan
kemudian menderita stroke yang sebenarnya (Donna M.R.
Pasaribu, 2016). Yang mengkhawatirkan adalah setengah dari
stroke tersebut terjadi dalam kurun waktu 48 jam setelah
stroke ringan. Penelitian lain juga menemukan bahwa sekitar
10 persen orang yang pernah mengalami stroke ringan akan
mengalami stroke dalam kurun waktu 1 hingga 5 tahun ke
depan.
22
Meski stroke ringan menyerang hanya dalam waktu yang
relatif singkat dan bisa pulih sempurna, kondisi ini bisa secara
mudah berujung pada stroke yang berdampak permanen.
Kondisi yang lebih parah bisa terjadi jika gejala stroke ringan
tidak terdeteksi, sehingga dibiarkan saja tanpa penanganan.
Gangguan pada otak yang tidak mendapat pengobatan dapat
memicu komplikasi yang memengaruhi kualitas hidup, seperti
demensia. (Putra Agina Widyaswara Suwaryo, 2019)
C. Klasifikasi Stroke
Secara garis besar, stroke dibagi menjadi stroke hemoragik (stroke
perdarahan) yang ditandai dengan terlalu banyak darah dalam
rongga tengkorak tertutup, dan stroke non hemoragik (stroke
iskemik) yang ditandai dengan terlalu sedikit darah untuk
memasok oksigen dan nutrisi supaya cukup ke bagian otak.
Pembedaan antara stroke hemoragik dengan stroke non
hemoragik dalam mendiagnosis sangatlah penting untuk
manajemen stroke dan penentuan terapi. Dari keseluruhan
kasus stroke yang terjadi 88% di antaranya merupakan stroke
non hemoragik dan 12% sisanya adalah stroke hemoragik
Stroke diklasifikasikan menjadi dua (Kemenkes, 2018) :
1. Stroke Non Hemoragik
Stoke Non Hemoragika adalah suatu gangguan peredaran darah
otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang ditandai dengan
kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau
hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan
dysfhagia atau kesulitan menelan (Udani, 2013). Stroke non
haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke embolik dan
stroke trombotik sedangkan berdasarkan tempat terjadinya
23
perdarahan, stroke hemoragik terbagi atas dua macam, yaitu
stroke hemoragik intra serebrum dan stroke hemoragik
subaraknoid
2. Stroke Non Hemoragik atau Iskemik
Stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan oleh terjadinya
penyumbatan pada arteri yang mengarah ke otak yang
mengakibatkan suplai oksigen ke otak mengalami gangguan
sehingga otak kekurangan oksigen. Berdasarkan perjalanan
klinisnya, stroke non haemoragik dibagi menjadi 4, yaitu:
(1) Transient Ischemic Attack (TIA) merupakan serangan
stroke sementara yang berlangsung kurang dari 24 jam.
(2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
merupakan gejala neurologis yang akan menghilang
antara > 24 jam sampai dengan 21 hari.
(3) Progressing Stroke atau Stroke in Evolution merupakan
kelainan atau defisit neurologis yang berlangsung
secara bertahap dari yang ringan sampai menjadi berat.
(4) Complete Stroke atau stroke komplit merupakan
kelainan neurologis yang sudah menetap dan tidak
berkembang lagi
D. Penyebab Stroke
Berdasarkan hasil penyelidikan pada zaman pra CT-scan
mengungkapkan bahwa stroke yang didiagnosis secara klinis
dan kemudian diverifikasi oleh autopsi penyebabnya adalah
sebagai berikut
a) 52 - 70% disebabkan oleh infark non emboli
24
b) 7 - 25% disebabkan oleh perdarahan intra serebral
primer
c) 5 - 10% disebabkan oleh perdarahan subaraknoidal
d) 7 - 9% tidak diketahui penyebabnya
e) 6% adalah adalah kasus TIA yang pada autopsi tidak
memperhatikan kelainan
f) 5% disebabkan oleh emboli g) 3% disebabkan oleh
neuplasma Setelah CT-scan digunakan secara rutin dalam
kasus - kasus stroke, diketahui bahwa 81% stroke non-
hemoragik dan 9% stroke hemoragik Setelah CT-scan
digunakan secara rutin dalam kasus - kasus stroke, diketahui
bahwa 81% stroke non-hemoragik dan 9% stroke hemoragik
E. Etiologi dan Faktor Risiko Stroke
Sebagian besar stroke terjadi akibat kombinasi faktor penyebab medis
misalnya, peningkatan tekanan darah dan faktor penyebab
perilaku misalnya merokok (Udani, 2013). Berdasarkan
penyebabnya, ada dua jenis stroke, yaitu:
1.Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah arteri yang
membawa darah dan oksigen ke otak mengalami
penyempitan, sehingga menyebabkan aliran darah ke
otak sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan
iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi lagi ke dalam 2
jenis, stroke trombotik dan stroke embolik.
2.Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak
pecah dan menyebabkan perdarahan. Pendarahan di otak
25
dapat dipicu oleh beberapa kondisi yang memengaruhi
pembuluh darah. Kondisi tersebut meliputi hipertensi
yang tidak terkendali, melemahnya dinding pembuluh
darah, dan pengobatan dengan pengencer darah. Stroke
hemoragik terdiri dari dua jenis, yaitu perdarahan
intraserebral dan subarachnoid (Wijaya, 2017).
Sedangkan terdapat beberapa faktor yang meningkatkan risiko
stroke. Selain stroke, faktor risiko ini juga dapat meningkatkan
risiko serangan jantung. Faktor-faktor tersebut meliputi:
Faktor kesehatan, yang meliputi:
a Hipertensi. b
Diabetes.
c Kolesterol tinggi.
d Obesitas.
e Penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit
jantung bawaan, infeksi jantung, atau aritmia. f
Sleep apnea.
g Pernah mengalami TIA atau serangan jantung
sebelumnya.
Faktor gaya hidup, yang meliputi: a
Merokok. b Kurang olahraga atau
aktivitas fisik. c Konsumsi obat-obatan
terlarang.
d Kecanduan alkohol.
26
Faktor lainnya: a Faktor keturunan. Orang yang memiliki anggota
keluarga yang pernah mengalami stroke, berisiko
tinggi mengalami penyakit yang sama juga.
b Dengan bertambahnya usia, seseorang memiliki
risiko stroke lebih tinggi dibandingkan orang
yang lebih muda.
E. Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai
cadangan oksigen. Jika aliran darah kesetiap bagian otak
terhambat karena trombus dan embolus, maka mulai terjadi
kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1
menit dapat mengarah pada gejalan yang dapat menyebabkan
nekrosisi mikroskopik neuron-neuron (Mahmudah, 2012).
Area nekrotik kemudian disebur infark. Kekurangan oksigen
pada awalnya mungkin akibat iskemia mum (karena henti
jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena akibat proses
anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena embolus
dapat mengakibatkan akibat dari bekuan darah, udara, palque,
ateroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah
hemorrhagi maka faktor pencetus adalah hipertensi.
Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi ruptur
dan dapat menyebabkan hemorrhagi (Mardjono, 2009).
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke
otak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (stroke
iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen
27
dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan
mati.berikut beberapa patofisiologi stroke yaitu a (Cohen,
2000)
a Patofisiologi Stroke Isekemik
Patofisiologi stroke iskemik dibagi menjadi dua bagian:
vaskular dan metabolisme. Iskemia terjadi disebabkan oleh
oklusi vaskular. Oklusi vaskular yang menyebabkan iskemia
ini dapat disebabkan oleh emboli, thrombus, plak, dan
penyebab lainnya. Iskemia menyebabkan hipoksia dan
akhirnya kematian jaringan otak. Oklusi vaskular yang
terjadi menyebabkan terjadinya tanda dan gejala pada stroke
iskemik yang muncul berdasarkan lokasi terjadinya iskemia.
Sel-sel pada pada otak akan mati dalam hitungan menit dari
awal terjadinya oklusi. Hal ini berujung pada onset stroke
yang tiba-tiba.
Infark serebri diawali dengan terjadinya penurunan Cerebral
Blood Flow (CBF) yang menyebabkan suplai oksigen ke
otak akan berkurang. Nilai kritis CBF adalah 23 ml/100
gram per menit, dengan nilai normal 50 ml/100 gram per
menit. Penurunan CBF di bawah nilai normal dapat
menyebabkan infark. Suatu penelitian menyebutkan bahwa
nilai CBF pada pasien dengan infark adalah 4,8-8,4ml/100
gram per menit.
Gangguan metabolisme terjadi pada tingkat selular, berupa
kerusakan pompa natrium-kalium yang meningkatkan kadar
natrium dalam sel. Hal ini menyebabkan air tertarik masuk
ke dalam sel dan berujung pada kematian sel akibat edema
sitotoksik. Selain pompa natrium-kalium, pertukaran
28
natrium dan kalsium juga terganggu. Gangguan ini
menyebabkan influks kalsium yang melepaskan berbagai
neurotransmiter dan pelepasan glutamat yang memperparah
iskemia serta mengaktivasi enzim degradatif. Kerusakan
sawar darah otak juga terjadi, disebabkan oleh kerusakan
pembuluh darah oleh proses di atas, yang menyebabkan
masuknya air ke dalam rongga ekstraselular yang berujung
pada edema. Hal ini terus berlanjut hingga tiga sampai 5 hari
dan sembuh beberapa minggu kemudian. Setelah beberapa
jam, sitokin terbentuk dan terjadi inflames. Akumulasi asam
laktat pada jaringan otak bersifat neurotoksik dan berperan
dalam perluasan kerusakan sel. Hal ini terjadi apabila kadar
glukosa darah otak tinggi sehingga terjadi peningkatan
glikolisis dalam keadaan iskemia dan kabar buruknya adalah
Stroke iskemik dapat berubah menjadi stroke hemorrhagik.
Perdarahan yang terjadi tidak selalu menyebabkan defisit
neurologis. Defisit neurologis terjadi apabila perdarahan
yang terjadi luas. Hal ini dapat disebabkan oleh rusaknya
sawar darah otak, sehingga sel darah merah terekstravasasi
dari dinding kapiler yang lemah.
b Patofisiologi Stroke Hemorhagik
Pada perdarahan intraserebral, perdarahan masuk ke dalam
parenkim otak akibat pecahnya arteri penetrans yang
merupakan cabang dari pembuluh darah superficial dan
berjalan tegak lurus menuju parenkim otak yang di bagian
distalnya berupa anyaman kapiler. Hal ini dapat disebabkan
oleh diathesis perdarahan dan penggunaan antikoagulan
seperti heparin, hipertensi kronis, serta aneurisma.
29
Masuknya darah ke dalam parenkim otak menyebabkan
terjadinya penekanan pada berbagai bagian otak seperti
serebelum, batang otak, dan thalamus. Darah mendorong
struktur otak dan merembes ke sekitarnya bahkan dapat
masuk ke dalam ventrikel atau ke rongga subaraknoid yang
akan bercampur dengan cairan serebrospinal dan
merangsang meningen. Hal ini menyebabkan peningkatan
tekanan intrakranial yang menimbulkan tanda dan gejala
seperti nyeri kepala hebat, papil edema, dan muntah
proyektil.Lokasi perdarahan umumnya terletak pada daerah
ganglia basalis, pons, serebelum dan thalamus (Khairunnisa,
2014). Perdarahan pada ganglia basalis sering meluas
hingga mengenai kapsula interna dan kadang-kadang ruptur
ke dalam ventrikel lateral lalu menyebar melalui sistem
ventrikuler ke dalam rongga subaraknoid dengann adanya
perluasan intraventrikuler sering berakibat fatal
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis stroke bergantung pada arteri serebral
yang terkena, fungsi otak dikendalikan atau diperantarai
oleh bagian otak yang terkena, keparahan kerusakan serta
ukuran daerah otak yang terkena selain bergantung pula
pada derajat sirkulasi kolateral.Manifestasi klinis pasien
stroke juga sangat beragam tergantung dari daerah yang
terkena dan luasnya kerusakan jaringan serebral (Mardjono,
2009). Manifestasi yang umumnya terjadi yaitu kelemahan
alat gerak, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan,
gangguan komunikasi, sakit kepala, dan gangguan
30
keseimbangan. Tanda dan gejala ini biasanya terjadi secara
mendadak, fokal, dan mengenai satu sisi dan gejala umum
mencakup kebas atau kelemahan pada wajah, lengan, atau
kaki terutama pada satu sisi tubuh; kebingungan/konfusi
atau perubahan status mental sulit berbicara atau memahami
pembicaraan; gangguan visual,kehilangan keseimbangn ,
pening, kesulitan berjalan atau sakit kepala berat secara
mendadak.
Namun,Manifestasi penyakit stroke biasanya terjadi berbeda
antara stroke Isekemik dan Hemorhagik sebagai berikut
a Stroke iskemik
a) Transient ischemic attack (TIA)
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit
sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan
atau tanpa pengobatan. Serangan bisa muncul lagi
dalam wujud sama, memperberat atau malah
menetap
b) Reversible Ischemic Neurogic Difisit (RIND)
Gejala timbul lebih dari 24 jam.
c) Progressing stroke atau stroke inevolution
Gejala makin lama makin berat (progresif)
disebabkan gangguan aliran darah makin
lamamakin berat
d) Sudah menetap atau permanen
b. Stroke Hemorhagik
31
a) Lobus parietal, fungsinya yaitu untuk sensasi
somatik, kesadaran menempatkan posisi.
b) Lobus temporal, fungsinya yaitu untuk
mempengaruhi indra dan memori
c) Lobus oksipital, fungsinya yaitu
untuk penglihatan
d) Lobus frontal, fungsinya untuk mempengaruhi
mental, emosi, fungsi fisik, intelektual
Manifestasi klinis pada penyakit stroke menyebabkan
berbagai defisit neurologis, bergantung pada lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral
(sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya (Broederick, 2007)
G. Penatalaksanaan
Penanganan stroke ditentukan oleh penyebab stroke dan
dapat berupa terapi farmasi, radiologi intervensional, atau
pun pembedahan. Untuk stroke iskemik, terapi bertujuan
untuk meningkatkan perfusi darah keotak, membantu lisis
bekuan darah dan mencegah trombosis lanjutan, melindungi
jaringan otak yang 25 masih aktif, dan mencegah cedera
sekunder lain. Pada stroke hemoragik, tujuan terapi adalah
mencegah kerusakan sekunder dengan mengendalikan
tekanan intrakranial dan vasospasme, serta mencegah
perdarahan lebih lanjut.Berikut lebih terperinci tentang
penatalaksanaan penyakit stroke (Nasution, 2013),
a) Farmakologis
32
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri
(ADS) secara percobaan, tetapi maknanya pada
tubuh manusia belum dapat dibuktikan
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin,
asetazolamid, papaverin intraarterial.
3. Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena
trombositmemainkan peran sangat penting dalam
pembentukan trombus dan ambolisasi.
Antiagresi trombosis seperti aspirin digunakan
untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi
trombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
4. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah
terjadinya atau memberatnya trombosis atau
embolisasi dari tempat lain dalam sistem
kardiovaskuler
b) Non Farmakologis
1. Terapi Wicara
Terapi wicara membantu penderita untuk
mengunyah, berbicara, maupun mengerti
kembali kata – kata
2. Fisioterapi
Kegunaan metode fisioterapi yang digunakan
untuk menangani kondisi stroke stadium akut
bertujuan untuk :
• Mencegah komplikasi pada fungsi paru
akibat tirah baring yang lama
33
• Menghambat spastisitas, pola sinergis
ketika ada peningkatan tonus
• Mengurangi oedem pada anggota gerak
atas dan bawah sisi sakit d. Merangsang
timbulnya tonus ke arah normal, pola
gerak dan koordinasi gerak
• Meningkatkan kemampuanaktivitas
fungsional
3. Akupuntur
Akupuntur merupakan metode penyembuhan
dengan cara memasukkan jarum dititik-titk
tertentupada tubuh penderita stroke. Akupuntur
dapat mempersingkat waktu penyembuhan dan
pemulihan gerak motorik serta ketrampilan
sehari-hari
4. Terapi Ozon
Terapi ozon bermanfaat untuk melancarkan
peredaran darah ke otak, membuka dan
mencegah penyempitan pembuluh darah otak,
mencegah kerusakan sel-sel otak akibat
kekurangan oksigen, merehabilitasi pasien pasca
serangan stroke agar fungsi organ tubuh yang
terganggu dapat pulih kembali, meningkatkan
sistem kekebalan tubuh, serta mengendalikan
kadar kolestrol dan tekanan darah
34
5. Terapi Sonolisis (Sonolysis Theraphy)
Terapi ini bertujuan untuk memecahkan
sumbatan pada pembuluh darah agar menjadi
partikel-partikel kecil yang sangat halus
sehingga tidak menjadi resiko untuk timbulnya
sumbatan-sumbatan baru ditempat lain. Terapi
sonolisis ini dilakukan dengan teknik ultrasound
dan tanpa menggunakan obat-obatan
6. Hidroterapi
Kolam hidroterapi digunakan untuk
merehabilitasi gangguan saraf motorik pasien
pascastroke. Kolam hidroterapi berisi air hangat
yang membuat tubuh bisa bergerak lancar,
memperlancar peredaran darah dengan
melebarnya pembuluh darah, dan memberikan
ketenangan.kolam hidroterapi memungkinkan
pasien untuk berlatih menggerakan anggota
tubuh tanpa resiko cedera akibat terjatuh
7. Senam Ergonomik
Senam ini berfungsi untuk melatih otot-otot yang
kaku dengan gerakan-gerakan yang ringan dan
tidak menimbulkan rasa sakit bagi penderitanya.
Senam ergonomik diawali dengan menarik napas
menggunakan pernapasan dada. Hal ini
bertujuan supaya paru-paru dapat lebih banyak
menghimpun udara. Ketika napas, oksigen
dialirkan keotak yang memerlukan oksigen
35
dalam jumlah yang banyak supaya dapat
berfungsi dengan baik. Dengan demikian, senam
ergonomik dapat dikatakan membantu penderita
stroke karena kondisi stroke merupakan
terganggunya suplai oksigen ke otak
8. Yoga Terapi (Meditasi)
Yoga menurunkan resiko terkena stroke dengan
meningkatkan suplai darah keotak bila yoga
dilakukan secara teratur. Aktivitas yang
dilakukan dalam yoga khusus penderita stroke
yaitu latihan peregangan seluruh bagian tubuh,
memijit organ-organ internal, kelenjar, sistem
peredaran darah dan sistem pembuangan,
demikian pernyataan Rahmat Darmawan,
seorang master of energy yang juga praktisi yoga
9. Terapi Musik
Dengan mendengarkan musik setiap hari,
penderita akan mengalami peningkatan pada
ingatan verbalnya dan memiliki mood yang lebih
baikdibandingkan dengan penderita stroke yang
tidak mendengarkan musik. Selain itu,
mendengarkan musik pada tahap awal
pascastroke dapat meningkatkan pemulihan daya
kognitif dan mencegah munculnya perasaan
negatif
10. Terapi Bekam
36
Dalam konsep bekam, darah kotor yaitu darah
yang tidak berfungsi lagi, sehingga tidak
diperlukan tubuh dan harus dibuang. Bekam juga
dapat menurunkan tekanan darah berkurang
setelah dibekam. Dengan terhindar dari
penggumpalan darah dan tekanan darah tinggi
dapat mencegah dan mengobati stroke
11. Terapi Nutrisi
Beberap zat gizi yang membantu dalam proses
terapi nutrisi terkait stroke, diantaranya, yaitu :
• Vitamin A
Vitamin A berperan sebagai antioksidan
yang dapat mencegah terbentuknya
tumpukan (plak) kolestrol dalam
pembuluh darah, misalnya wortel.
Penelitian Harvard menunjukkan adanya
penurunan risiko terkena stroke hingga
68% pada orang yang mengonsumsi lima
porsi wortel dalam seminggu
• Asam folat.
Asam folat dapat menurunkan risiko
penyempitan pembuluh darah otak.
Asam folat terkandung dalam jenis
sayuran, seperti bayam, salada, dan pada
buah papaya
• Isoflavon.
Penelitian di Hong Kong, yang
dipublikasikan dalam European Heart
Journal, melaporkan bahwa isoflavon
37
meningkatkan fungsi pembuluh darah
nadi (arteri) pada pasien stroke
• Vitamin C.
Vitamin C dan bioflavonoid yang banyak
terdapat pada nanas dapat membantu
mengencerkan darah, sehingga
mengurangi hipertensi. Dengan jauh dari
resiko hipertensi, maka risiko stroke
menurun.Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Mustaqimah pada tahun 2016
selama 10 hari terhadap 15 responden
yang menderita hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Pekauman didapatkan
hasil pengukuran tekanan darah sesudah
konsumsi mix jus seledri dan jus nanas
terjadi penurunan tekanan darah.
12. Aroma Terapi
Vitamin C. Vitamin C dan bioflavonoid yang
banyak terdapat pada nanas dapat membantu
mengencerkan darah, sehingga mengurangi
hipertensi. Dengan jauh dari resiko hipertensi,
maka risiko stroke menurun
13. Terapi Herbal
Terapi herbal membantu meningkatkan
fleskibilitas pembuluh darah dan menstimulasi
sirkulasi darah. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Agita Devi menjelaskan bahwa terdapat
38
pengaruh obat herbal ekstrak wortel dan jambu
biji terhadap penderita hipertensi lansia.
14. Hipno Terapi
Dengan hipnoterapi, penderita stroke memahami
apa yang sebenarnya dibutuhkan untuk mencapai
kesembuhan sugesti yang diberikan dirancang
supaya pasien mau menjalankan tahapan dalam
proses penyembuhan dan merasa nyaman tanpa
paksaan
15. Pisiko Terapi
Mengalami gangguan diotak karena serangan
stroke dapat menyebabkan penderita mengalami
gangguan emosional, seperti depresi. Hal ini
disebabkan oleh ketidaksiapan penderita
menghadapi penurunan produktivitas setalah
terserang stroke, yang dilihat dari
ketidakmampuan secara fisik melakukan
berbagai aktivitas seperti saat masih sehat.
Psikoterapi dapat diterapkan dengan mengajak
penderita melakukan hal yang menyenangkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Apriani
menunjukkan bahwa motivational interviewing
memiliki pengaruh terhadap penurunan depresi.
Hal ini dapat dilihat dari aspek penerimaan,
ekspresi dan kemampuan responden dalam
menjelaskan apa saja yang telah dilakukan serta
39
afirmasi responden setelah beberapa kali
mendapatkan motivasi dan kunjungan.
c) Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah
serebri dengan :
• Endoseterektomi karotis membentuk
kembali arteri karotis, yaitu dengan
membuka arteri karotis dileher
• Revaskularisasi terutama
merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh klien
TIA
• Evaluasi bekuan darah dilakukan pada
stroke akut
• Ligasi arteri karotis komunis di leher
khususnya pada aneurisma
d) Pemeriksaan Saraf Kranial
a Saraf 1 (olfaktorius)
Teknik pemeriksaan dimulai dengan mata
klien ditutup dan pada saat yang sama satu
lubang hidung ditutup, klien diminta
membedakan zat aromatis lemah seperti
vanili, cologne dan cengkeh
b Saraf II
40
Pemeriksaan saraf optikus meliputi tes
ketajaman penglihatan, tes lapang pandang
dan tes fundus
c Saraf III(okulomotor),IV(troklearis),VI
(abdusen)
Pemeriksaan saraf okulomotor, troklearis dan
abdusen meliputi pemeriksaan fungsi dan
reaksi pupil, observasi bentuk dan ukuran
pupil, perbandingan pupil kanan dan kiri,
pemeriksaan refleks pupil, pemeriksaan
gerakan bolamata volunter dan involunter
d Saraf V (trigeminus)
Pemeriksaan fungsi saraf trigeminus meliputi
pemeriksaan fungsi motorik saraf
trigeminus, pemeriksaan fungsi saraf
sensorik trigeminus dan pemeriksaan refleks
trigeminal
e Saraf VII
Teknik pemeriksaan saraf fasialis adalah
dengan menginspeksi adanya asimetri wajah,
kemudian lakukan tes kekuatan otot dengan
meminta klien memandang keatas dan
mengerutkan dahi, selanjutnya klien disuruh
menutup kedua matanya dengan kuat dan
bandingkan seberapa dalam bulu mata
terbenam dan kemudian mencoba memaksa
kedua mata klien untuk terbuka
f SarafV III (vestibulokoklearis /saraf
akustikus)
41
Perawat dapat memeriksa fungsi vestibular
dimulai dengan mengkaji adanya keluhan
pusing, gangguan pendengaran. Pemeriksaan
vestibular dapat dengan pemeriksaan
pendengaran dengan garputala
g Saraf IX dan X (glosofaringeus dan vagus)
Langkah pertama evaluasi saraf
glosofaringeus dan vagus adalah
pemeriksaan palatum mole. Palatum mole
harus simetris dan tidak boleh miring kesatu
sisi. Kalau klien mengucapkan “ah”, palatum
mole harus terangkat secara simetris. Reflek
menelan diperiksa dengan memperhatikan
reaksi wajah klien waktu minum segelas air
h Saraf XI (asesorius)
Fungsi saraf asesorius dapat dinilai dengan
memperhatikan adanya atrofi
sternokleidomastoideus dan trapezius dan
dengan menilai kekuatan otot tersebut. Untuk
menguji kekuatan otot sternokleid
omastoideus, klien diminta untuk memutar
kepala ke arah satu bahu dan berusaha
melawan usaha pemeriksa untuk
menggerakkan kepala ke arah bahu yang
berlawanan.Kekuatan otot sternokleidomas
toideus pada sisi yang berlawanan dapat
dievaluasi dengan mengulang tes ini pada sisi
yang berlawanan
i Saraf XII (hipoglosus)
42
Pada pemeriksaan klien disuruh menjulurkan
lidahnya yang mana yang akan berdeviasi
kearah sisi yang lemah (terkena) jika terdapat
lesi upper atau lower motor neuron unilateral.
Lessi upper motor neuron dari saraf
hipoglosus biasanya bilateral dan
menyebabkan imobil dan kecil. Kombinasi
lesi upper motor neuron bilateral dari saraf
IX,X, XII disebut kelumpuhan pseudobulber.
Lesi lower motor neuron dari saraf XII
menyebabkan fasikulasi atrofi dan
kelumpuhan serta disartria jika lesinya
bilateral.
H. Komplikasi
Stroke merupakan penyakit yang mempunyai risiko tinggi
terjadinya komplikasi medis, adanya kerusakan jaringan saraf
pusat yang terjadi secara dini pada stroke, sering diperlihatkan
adanya gangguan kognitif, fungsional, dan defisit sensorik.
Pada umumnya pasien pasca stroke memiliki komorbiditas
yang dapat meningkatkan risiko komplikasi medis sistemik
selama pemulihan stroke. (Mahmudah, 2012) Komplikasi
medis sering terjadi dalam beberapa minggu pertama serangan
stroke. Pencegahan, pengenalan dini, dan pengobatan
terhadap komplikasi pasca stroke merupakan aspek penting.
Beberapa komplikasi stroke dapat terjadi akibat langsung
stroke itu sendiri, imobilisasi atau perawatan stroke. Hal ini
memiliki pengaruh besar pada luaran pasien stroke sehingga
dapat menghambat proses pemulihan neurologis dan
meningkatkan lama hari rawat inap di rumah sakit.
43
Komplikasi jantung, pneumonia, tromboemboli vena, demam,
nyeri pasca stroke, disfagia, inkontinensia, dan depresi adalah
komplikasi sangat umum pada pasien stroke. Selain
itu,komplikasi pada penderita stroke sangat umum terjadi
seoerti dibawah ini (Nareza, 2021)
a) Edema Otak
Edema adalah pembengkakan otak yang biasa terjadi
akibat stroke. Beberapa kasus stroke dapat
menyebabkan pembengkakan otak, khususnya
stroke iskemik. Stroke iskemik menyebabkan sel
otak mati dan otak membengkak sebagai respons
terhadap cedera.Edema terjadi karena adanya
penumpukan cairan di otak, sehingga akan terasa
sakit kepala dan sulit bicara. Apabila edema ini tidak
ditangani maka akan berakibat kematian.
b) Deep Vein Thrombosis
Gejala DVT termasuk pembengkakan di kaki atau
lengan, yang terkadang disertai nyeri, kemerahan,
dan sensasi hangat pada kulit.DVT sendiri tidak
mengancam jiwa. Akan tetapi, gumpalan bisa pecah
dan mengalir melalui aliran darah. Jika bersarang di
pembuluh darah paru-paru, ini menyebabkan kondisi
yang mengancam jiwa.Tergantung pada apa yang
menyebabkan stroke Anda, Anda mungkin memiliki
risiko penggumpalan darah (DVT) yang lebih besar.
c) Depresi
Depresi sebagai komplikasi stroke tampaknya
berkembang secara bertahap. Berdasarkan studi dari
American Heart Association, gejala depresi dan
44
gangguan kecemasan umum tampak selama masa
tindak lanjut pasca pengobatan.
d) Gangguan Berbahasa(Aphasia)
Afasia adalah gangguan berkomunikasi dan
berbahasa yang disebabkan oleh kerusakan sistem
saraf pada otak akibat stroke.Komplikasi stroke ini
mencakup sulit memahami kata atau kalimat,
kesulitan dalam menulis, kesulitan memahami
bahasa dan berekspresi dengan bahasa, serta
kesulitan membaca. Afasia dapat terjadi bersamaan
dengan gangguan bicara lainnya.
e) Kejang Otot
Ketegangan otot dalam jangka panjang dapat
menyebabkan kemunculan kejang otot (spasme)
yang tidak disengaja.
f) Sakit Kepala Kronis
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada penderita
stroke hemoragik, karena darah dari perdarahan
dapat mengiritasi otak
g) Sakit Kepala Kronis
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada penderita
stroke hemoragik, karena darah dari perdarahan
dapat mengiritasi otak
h) Komplikasi Lainya
Komplikasi ini bisa saja terjadi terhadap penderita
penyakit stroke
• Pneumonia: penyakit paru yang terjadi
akibat pengaruh bedrest yang terlalu lama
setelah mengalami stroke.
45
• Infeksi saluran kencing: bisa terjadi akibat
pemasangan kateter ketika penderita stroke
tidak dapat mengontrol fungsi kandung
kemihnya.
• Kejang pasca stroke: umum terjadi akibat
stroke berat.
• Kontraktur tungkai: otot lengan atau kaki
yang memendek karena berkurangnya
kemampuan untuk menggerakkan anggota
badan atau kurang olahraga.
• Nyeri bahu: terjadi akibat kurangnya
kelemahan atau kelumpuhan otot sehingga
tulang lengan “jatuh tergantung” dan
menarik otot bahu.
I. Gangguan Pada Penderita Penyakit Stroke
A.Kehilangan Motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan
mengakibatkan kehilangan volunter terhadap gerakan
motorik. Karena neuron motor atas melintas, gangguan
kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat
menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada
sisi yang berlawanan dari otak (PERDOSSI, 2011).
Disfungsi motor paling umum hemiplegia (paralisis
pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang
46
berlawanan.Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi
tubuh adalah tanda yang lain.
Di awal tahapan stroke , gambaran klinis yang muncul
biasanya adalah paralisis dan hilang atau menurunnya
reflex tendon dalam. Apabila reflex tendon dalam ini
muncul kembali (biasanya dalam waktu 48 jam pasca
serangan), peningkatan tonus disertai dengan spastisitas
( peningkatan tonus otot abnormal) pada ekstremitas
yang terkena dapat dilihat
b.Kehilangan Kemampuan Untuk berkomunikasi Fungsi
otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa
dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling
umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat
dimanifestasikan oleh hal berikut;
• Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan
dengan bicara yang sulit dimengerti yang
disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung
jawab untuk menghasilkan bicara.
• Disfasia atau afasia ( bicara defektif atau
kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau
reseptif.
47
• Apraksia ( ketidakmampuan untuk melakukan
tindakan yang dipelajari sebelumnya) seperti
terlihat ketika pasien mengambil sisir dan
berusaha untuk menyisir rambutnya.
c.Gangguan Persepsi
Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan untuk
menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan
disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan
visual – spasial dan kehilangan sensori
d.Kerusakan Fungsi Kognitif Dan Efek Psikologik
Bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal,
mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual
kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini
dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas,
kesulitan dalam pemahaman, lupa, kurang motivasi, yang
menyebabkanpasien ini menghadapi masalah frustasi
da;am program rehabilitasi mereka. Depresi pada
umumnya terjadi dan mungkin diperberat oleh respon
alamiah pasien terhadap penyakit katastrofik ini. Masalah
psikologik lain juga umumnya terjadi dan
dimanifestasikan oleh labilitas emosional, bermusuhan,
frustasi, dendam, dan kurang Kerjasama
e.Disfungsi Kandung Kemih
Setelah serangan stroke pasien mungkin mengalami
inkontinensia urinarius sementara karena konfusi,
48
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan
ketidak mampuan untuk menggunakan bedpan karena
kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang –
kadang setelah stroke kandung kemih menjadi atonik,
dengan kerusakan sensasi dalam respons terhadap
pengisian kandung kemih. Kadang – kadang kontrol
sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang.
Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermitten
dengan tehnik steril.Ketika tonus otot meningkat dan
reflex tendon kembali, tonus kandung kemih
meningkat dan spasisitas kandung kemih dapat terjadi.
Karena indera kesadaran pasien kabur, inkontinensia
urinarius menetap atau retensi urinarius mungkin
simtomatik karena kerusakan otak
bilateral.Inkontinensia ani dan urine yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologik luas
J. Sistem Dan Sel Saraf
1. Pengertian
Sel saraf atau Neuron adalah unit kerja sistem saraf pusat.
Terdiri dari 12 nervus kranial, semua nervus spinal, dan
49
cabangnya. Fungsinya sebagai penghantar informasi berupa
rangsangan atau impuls. Dengan adanya sel-sel saraf ini, baik
organ maupun sistem gerak bisa memberikan respons
sebagaimana mestinya. Fungsi yang paling utama adalah
untuk menerima, mengolah dan menyampaikan rangsangan
dari seluruh organ. (Mutiarasari, 2019) Fungsi ini akan
berjalan dengan baik jika ada koordinasi antara fungsi
sensorik, fungsi pengatur, dan fungsi motorik. Pada dasarnya
sistem saraf pada manusia secara fisiologis dan histologis
dibentuk oleh suatu jaringan yang tersusun dari sel saraf
(Neuron) dan sel penunjang (Sel glia/Neuroglia). Secara
fungsional neuron merupakan unit yang mengatur sitem saraf
pusat dan sistem saraf tepi. Sebagian besar neuron memiliki
banyak cabang yang panjang dan terdiri dari 3 bagian penting
yaitu badan sel atau perikarion, dendrit dan akson. Ketiga
bagian neurontersebut memiliki fungsi yang berbeda. Badan
sel berfungsi sebagai pusat trofik untuk keseluruhan sel saraf
dan meneruma stimulus, dendrit adalah prosesus panjang
yang digunakan untuk menerima stimulus dari lingkungan,
sel epitel ataupun dari neuron lain, sedangkan akson
merupakan prosesus tunggal yang berfungsi sebagai
penghantar impuls saraf ke sel-sel lain (Mahmudah,
2012).Neuroglia adalah sel penunjang yang memiliki cabang
pendek dan berfungsi sebagai penyangga dan melindungi
serta ikut serta dalam aktivitas saraf, nutrisi saraf dan proses
pertahan sel disistem saraf pusat. Pada umumnya sel
neuroglia yang berrada dalam sistem saraf pusat manusia
mengelilingi sebagian besar badan sel neuron, bagian bagian
sel neuroglia sama dengan sel neuron tetapi pada sel
50
neuroglia prosesus akson serta dendritnya menempati ruang
antar neuron.Terdapat 6 jenis Neuro glia yaitu
oligodendrosit, astrosit, sel ependim, mikroglia,
neurolemmosit (sel scwan) dan sel satelit ganglia (Tarwoto,
2013). Selain itu, jika diuraikan lebih lanjut, sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi memiliki fungsi sebagai berikut:
a) Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat mengendalikan seluruh
pengaturan dan pengolahan rangsangan, mulai dari
mengatur pikiran, gerakan, emosi, pernapasan,
denyut jantung, pelepasan berbagai hormon, suhu
tubuh, hingga koordinasi seluruh sel saraf untuk
melakukan fungsi pengaturan di dalam tubuh.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum
tulang belakang. Sistem saraf pusat ini berfungsi
sebagai pusat pengendali utama pada tubuh. Sistem
saraf inilah yang mengatur pergerakan tubuhmu,
misalnya saat tangan kamu melakukan gerakan
refleks ketika menyentuh mangkuk bakso yang
panas. Gerakan refleks itu, tanpa kamu sadari
merupakan tugas dari sistem saraf pusat lho,
Pahamifren.Berikut adalah bagian dari sistem
pusat,antara lain sebagai berikut
• Otak
Otak merupakan organ terpenting dari tubuh
manusia yang tersusun oleh jutaan sel saraf.
Permukaan otak manusia yang berlipat-lipat,
membuat otak manusia mampu menyimpan
lebih banyak neuron dibandingkan otak yang
51
permukaannya mulus seperti pada sebagian
besar hewan.Berkat permukaan otak yang
berlipat-lipat ini, manusia bisa memiliki
kemampuan kognitif yang lebih tinggi
dibandingkan hewan
• Sumsus Tulang Belakang
Sumsum tulang belakang ini terhubung
dengan otak. Bagian pangkalnya disebut
sumsum lanjutan atau medula oblongata, dan
bagian yang memanjang dalam rongga
tulang belakang disebut sebagai medula
spinalis. Medula oblongata berfungsi untuk
mengatur denyut jantung, menyempitkan
pembuluh darah, melakukan gerakan
menelan, batuk, bersin, bersendawa dan
muntah. Medula oblongata juga menjadi
pusat kendali pernapasan utama pada tubuh
manusia. Sementara medula spinalis
berfungsi untuk menghubungkan rangsangan
dari dan menuju otak. Sumsum tulang
belakang manusia juga berfungsi untuk
mengatur gerakan refleks alias gerakan yang
terjadi tanpa disadari. Gerakan refleks ini
terjadi sebagai respon tubuh manusia
terhadap adanya ancaman atau hal yang
berbahaya.
b) Sistem Saraf Tepi
52
Fungsi saraf tepi adalah menghubungkan respon
sistem saraf pusat ke organ tubuh dan bagian lainnya
di tubuh Anda. Saraf ini meluas dari saraf pusat ke
area terluar tubuh sebagai jalur penerimaan dan
pengiriman rangsangan dari dan ke
otak.Masingmasing susunan saraf tepi
(HERNAWATI, 2019). yaitu somatik dan otonom,
memiliki fungsi yang berbeda. Berikut adalah
penjelasan mengenai fungsi dari bagian-bagian
sistem saraf tepi:
• Sistem Saraf Somatik
Sistem saraf somatik bekerja dengan
mengontrol semua hal yang Anda sadari dan
secara sadar memengaruhi respon tubuh,
seperti menggerakkan lengan, kaki, dan
bagian tubuh lainnya. Fungsi saraf ini
menyampaikan informasi sensorik dari kulit,
organ indera, atau otot ke sistem saraf pusat.
Selain itu, saraf somatik juga membawa
respons keluar dari otak untuk menghasilkan
respon berupa gerakan.
• sistem saraf Otonom
Sistem Saraf Otonom mengontrol aktivitas
yang Anda lakukan secara tak sadar atau
tanpa perlu memikirkannya. Sistem ini terus
menerus aktif untuk mengatur berbagai
aktivitas, seperti bernapas, detak jantung, dan
proses metabolisme tubuh
53
Menurut kementrian Kesehatan Republik (Kemenkes,
2018),ada beberapa tahapan sebelum mendiagnosa seseorang
terkena stroke dan Sebagai langkah awal diagnosis, dokter
akan melakukan tanya jawab dengan pasien atau anggota
keluarga pasien mengenai:
• Gejala yang dialami, awal munculnya gejala, dan apa
yang sedang pasien lakukan ketika gejala tersebut
muncul
• Jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi
• Pernah atau tidak mengalami cedera di bagian kepala
• Riwayat kesehatan pasien dan keluarganya, terkait
penyakit jantung, TIA, dan stroke
Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pasien
secara keseluruhan yang biasanya diawali dengan memeriksa
tekanan darah, detak jantung, dan bunyi abnormal di
pembuluh darah leher dengan menggunakan stetoskop
(Diponegoro University Library, 2016). Selama melakukan
pemeriksaan fisik, dokter juga akan memeriksa beberapa hal
berikut:
• Kemampuan koordinasi dan keseimbangan tubuh
• Tingkat kewaspadaan
• Mati rasa atau kelemahan pada wajah, lengan, dan
tungkai
• Gangguan berbicara atau penglihatan
Selain itu,untuk memastikan diagnosis lebih lanjut dokter
melakukan pemeriksaan lanjutan sebagai berikut;
a) Tes Darah
54
Tes darah dilakukan untuk memeriksa beberapa hal
berikut ini:
• Kadar gula dalam darah
• Jumlah sel darah untuk mengetahui kemungkinan
adanya infeksi
• Kecepatan pembekuan darah (hemostasis)
• Keseimbangan zat kimia dan elektrolit dalam darah
untuk mengetahui fungsi organ
b) CT SCAN
CT SCAN dapat menghasilkan gambar otak secara
detail, sehingga dokter dapat mendeteksi tanda-tanda
perdarahan, tumor, dan stroke.
c) MRI
Pemeriksaan MRI menggunakan gelombang radio
dan magnet untuk menghasilkan gambaran detail
dari otak pasien. MRI dapat mendeteksi jaringan
otak yang mengalami kerusakan akibat stroke
iskemik dan perdarahan otak.Dalam proses
pemeriksaan MRI, dokter juga dapat menyuntikkan
zat pewarna ke dalam pembuluh darah agar dapat
melihat kondisi aliran darah di pembuluh arteri dan
vena lebih jelas.
d) Elektrokardiografi
Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) dilakukan
untuk mengetahui aktivitas listrik pada jantung,
sehingga dokter dapat mendeteksi adanya gangguan
55
irama jantung atau penyakit jantung koroner yang
mungkin menyertai.
e) USG Doopler Krotis
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara
untuk menghasilkan gambar detail aliran darah
dalam pembuluh arteri karotis di leher. Arteri katoris
merupakan arteri yang menuju ke otak dan terdapat
di setiap sisi leher.Dengan USG doppler karotis,
dokter dapat mendeteksi timbunan lemak (plak) dan
memeriksa kondisi aliran darah di dalam arteri karoti
f) Ekokardiografi
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara
untuk menghasilkan gambar detail jantung.
Ekokardiografi dilakukan untuk mendeteksi
penurunan fungsi pompa jantung dan sumber
gumpalan di dalam jantung yang mungkin bergerak
dari pembuluh darah jantung ke pembuluh darah
otak, sehingga menyebabkan stroke.
56
BAB III
FISIOTERAPI
FisioTerapi
a. Pengertian
Fisioterapi adalah tindakan rehabilitasi untuk menghindari
atau meminimalkan keterbatasan fisik akibat cedera atau
penyakit. Fisioterapi bisa dilakukan pada pasien dari semua
rentang usia dengan berbagai macam tujuan, mulai dari
meredakan sakit punggung hingga persiapan olahraga dan
persalinan (Nareza, 2021).Umumnya fisioterapi stroke
dilakukan untuk menjaga kondisi kesehatan pasca
terjadinya stroke dan menghindari komplikasi yang bisa
memperlambat proses pemulihan. Waktu yang paling tepat
untuk segara memulai terapi pasca stroke adalah 24-48 jam
asalkan kondisi umum pasien sudah lebih stabil, dan golden
periode nya atau waktu awal pemulihan fungsional gerak
nya adalah 3-6 bulan setelah terjadinya serangan. Sehingga
dapat meningkatkan kemampuan alat gerak atas dan bawah
(tangan dan kaki) dan didalam konteks penyembuhan,
restorasi atau terapi pasca stroke tidak dapat
menyembuhkan kerusakan otak yang diakibatkan oleh
stroke nya. Namun untungnya otak manusia mempunayai
kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat dan baik.
Seiring berjalannya waktu, bagian sel otak yang mengalami
kerusakan akan digantikan fungsinya oleh bagian sel otak
lain yang lebih baik
Beberapa manfaat Melakukan Fisioterapi yaitu:
57
1. Mengatasi kekakuan otot (spastisitas)
Spastisitas adalah jenis kekakuan otot yang terjadi
pasca stroke. Beberapa penelitian telah
mengevaluasi manfaat fisioterapi untuk pengobatan
spastisitas pasca stroke. Dibandingkan pengobatan
lainnya, fisioterapi secara signifikan dapat
menurunkan spastisitas pasca stroke, terutama di
pergelangan tangan, lutut dan siku.
2. Mengurangi rasa sakit
Fisioterapi bisa menghilangkan sakit dan memulihkan
otot dan sendi. Teknik saat Anda menjalani fisioterapi
yaitu dengan melalui ultrasound, stimulasi listrik,
terapi panas, dan lain-lain.
3. Mengurangi kebutuhan pemakaian obat oral dan
insulin (Tarwoto, 2013)
Pelaksanaan fisioterapi disesuaikan dengan problem pada
pasien sehingga tujuan dari pemberian tindakan
fisioterapi dapat terlaksana dengan baik,Tahapan Latihan
sederhana fisioterapi pada penderita penyakit stroke
Tugiyo sebagai berikut (Tugiyo, 2018)
• Positioning saat tidur, duduk, berdiri
• Stimulasi otot-otot sela-sela jari kaki dan jari tangan
(interrosea muscle) dengan menggunakan handuk
• Latihan gerakan-gerakan yang sifatnya mendorong
58
• Latihan duduk ke berdiri dengan kaki yang simetris,
saat pergerakan berdiri tumpuan diarahkan ke kedua
sisi kaki
• Latihan duduk atau berdiri dengan telapak tangan
menempel di atas meja atau alat bantu yang lain
• Latihan membuka jari-jari kaki untuk mempersiapkan
pola jalan sejak dari awal
• Latihan aktivasi otot-otot postural (penopang tubuh),
seperti : otot-otot dasar panggul, bisa dimulai saat
posisi terlentang, duduk maupun berdiri
• Jinjit dengan pola yang benar (bisa di kombinasikan
gerakan tangan mendorong keatas)
• Latihan melangkah
• Latihan jongkok berdiri dan di ikuti gerakan
melompat
• Latihan jalan menyamping dan latihan jalan mundur
• Latihan ke lingkungan yang sesungguhnya/aktivitas
riil yang berkaitan dengan hobby, kegemarannya,
pekerjaannya, komunitasnya dan lain sebagainya
Latihan diatas berguna untuk mempermudah pasien
“memanggil” memori gerak yang sudah tertanam.
b. Indikasi fisioterapi memberikan layanan kepada
individu atau kelompok individu untuk memperbaiki,
mengembangkan, dan memelihara gerak dan
kemampuan fungsi yang maksimal selama perjalanan
kehidupan individu atau kelompok tersebut. Layanan
fisioterapi diberikan dimana individu atau kelompok
individu mengalami gangguan gerak dan fungsi pada
proses pertambahan usia dan atau mengalami gangguan
59
akibat dari injuri atau sakit. Gerak dan fungsi yang sehat
dan maksimal adalah inti dari hidup sehat(Hargani,2001)
c. Pengkajian
Pengkajian data merupakan komponen dalam proses
fisioterapi yang menentukan Langkah-langkah yang akan
diambil.berikut pengkajian sebelum fisioterapi
a) Anamnesis
Anamnesis adalah suatu cara dalam pengumpulan
data dengan menggunakan tanya jawab/wawancara
antara terapis dengan sumber data. Tanya 51 jawab
ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1) Autoanamnesis, adalah melakukan tanya
jawab yang dilakukan langsung kepada pasien/klien
yang bersangkutan,
2) Heteroanamnesis, adalah tanya jawab yang
dilakukan terhadap orang lain, seperti keluarga,
teman atau orang lain yang dapat mengetahui
keadaan pasien atau klien. Anamnesis dibedakan atas
anamnesis umum dan anamnesis khusus dan di
dalam Amnesis umum meliputi data-data seorang
pasien seperti nama, jenis kelamin, umur, alamat.
pekerjaan dan sebagainya. Sementara pada amnesis
khusus meliputi
a. Keluhan Utama
Ditanyakan kepada pasien atau keluarganya
apa saja yang dirasakan pasien tentang
kondisi fisik maupun fungsionalnya atau
gejala yang mendorong pasien untuk ke
60
Rumah Sakit atau klinik fisioterapi. Dalam
hal ini keluhan utama pasien adalah
kelemahan anggota gerak badan sebelah
kanan dan pada anggota sebelah kanan
pasien merasakan keju, kemeng dan
geringgingan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada riwayat penyakit sekarang hal-hal yang
ditanyakan adalah kapan mulai serangan
stroke, apakah terjadi saat pasien beraktivitas
ataukah setelah bangun tidur, lalu ditanyakan
bagaimana kondisi pasien pada serangan
distai gangguan kesadaran atau tidak, pasca
serangan apakah langsung mencari
pertolongan medis kemana, tindakan apa saja
yang sudahdiberikan dan bagaimana hasilnya
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu adalah
penyakitpenyakit yang pernah dialami oleh
pasien yang berhubungan dengan munculnya
keluhan sekarang. Biasanya pada pasien
dengan riwayat Hipertensi sangat beresiko
untuk terkena serangan, Stroke apalagi
disertai mengidap Diabetes Mellitus (Priguna
Sidharta, 1999)
d. Riwayat Pribadi
Dalam riwayat ini dimaksutkan untuk
mengetahui hobi, pekerjaan atau
61
kebiasankebiasaan pasien yang berkaitan
dengan penyakit yang diderita oleh pasien
e. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga mencakup
penyakitpenyakit heredofamiliar
f. Amnesis sistem
Anamnesis sistem meliputi
• kepala dan leher
• system kardiovaskuler
• respirasi
• gastrointestinalis
• urogenitalis
• musculoskeletal
• nervorum
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan memeriksa
tubuh pasien untuk mendapatkan data mengenai
keadaan fisik pasien dan dilakukan karena semua
pengkajian data berdasarkan hasil pemeriksaan
langsung kepada pasien, adapun pemeriksaanya
terdiri atas
a. Pemeriksaan Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital di tubuh meliputi
• Tekanan darah
• Denyut nadi
• Pernapasan
• Temperatur
• Tinggi badan
• Berat Badan
•
62
b. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara
melihat dan mengamati yang bersifat
obyektif. Inspeksi terdiri dari dua macam,
yaitu inspeksi Statis dan 54 inspeksi
Dinamis.
63
DAFTAR PUSTAKA
Diponegoro University Library. (2016, Maret 8). Retrieved from
Digilib Undip: https://digilib.undip.ac.id/v2/2016/03/08/stroke/
Donna M.R. Pasaribu, m. T. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Pengetahuan Masyarakat tentang Stroke di RT 010 RW 03 Kelurahan
Tanjung Duren Selatan Jakarta Barat. 6.
HERNAWATI, I. Y. (2019). PENATALAKSANAAN TERAPI
LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE
DEXTRA STADIUM RECOVERY. 44.
http://scholar.unand.ac.id/. (2021, 5 27). Retrieved
from http://scholar.unand.ac.id/3595/2/BAB_1.pdf
Ivana Purnama Dewi, R. T. (2016). Stroke In Asia. Australia: John
Wiley & Sons Australia, Ltd.
Kemenkes. (2018, Juli 05). Apa itu Stroke. Retrieved from Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia:
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stroke/apa-itu-
stroke
Mahmudah, R. (2012). LEFT HEMIPARESIS e.c HEMORRHAGIC
STROKE. Jurnal Medula, Volume 2, Nomor 4, 36.
Mutiarasari, D. (2019). ISCHEMIC STROKE: SYMPTOMS, RISK F
ACTORS, AND PREVENTION. Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No.
1, 45.
Nareza, M. (2021, Maret 10). Halo Dokter. Retrieved from
https://www.alodokter.com/apa-yang-dimaksud-dengan
fisioterapi
Putra Agina Widyaswara Suwaryo, W. T. (2019). FAKTOR RISIKO
YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STROKE. Jurnal
64
Keperawatan Volume 11No 4 , 251-260.
Risa Nur Pajri Ds, S. I. (2017). GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB TERJADINYA STROKE. 2-9.
Tarwoto. (2013). Keperawatan Medikal. Jakarta: C.V Agung Seto.
Tugiyo. (2018, Agustus 4). RSJ Dr. Radjiman W. Lawang. Retrieved
from http://rsjlawang.com/news/detail/181/latihan-fisioterapi
sederhana-pada-pasien-pasca-stroke
Udani, G. (2013). FAKTOR RESIKO KEJADIAN STROKE. Jurnal
Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VI No.1, 16.
WHO. (2012). Stroke: a global response is needed. Swiss: WHO.
Wijaya, A. K. (2017). PATOFISIOLOGI
STROKE NON HEMORAGIK AKIBAT TROMBUS. 19.
Apa yang Dimaksud dengan Fisioterapi? - Alodokter
https://www.alodokter.com/apa-yang-dimaksud-dengan-
fisioterapi Accessed: 2021-05-28
Misbach, J dan Kalim, H, 2007; Stroke Mengancam Usia Produktif;
diakses tanggal 7/11/2007, dari
http://www.medicastore.com.
Suyono, A., 1992; Gangguan Sensori Motor pada Penderita Hemiplegi
Pasca Stroke, Workshop Fisioterapi pada Stroke, IKAFI Jakarta.
Khairunnisa N. 2014. Hemiparese sinistra, parese nervus vii, ix, x, xii
e.c stroke Nonhemorrhagic. JUKE Unila. 2(3): 53.
Broderick J, Sander C, Edward F, Daniel H, Carlos K, Derk K., et al.
2007. Guidelines for the management of spontaneous intracerebral
hemorrhage in adults. J of American Heart Association. (1): 2005-17.
Mardjono, M. 2009. Mekanisme gangguan vascular susunan saraf
dalam Neurologi klinis dasar edisi kesebelas. Dian Rakyat.
65
GLOSARIUM
Stroke Keadaan darurat medis.Gejala
stroke yaitu sulit berjalan,
berbicara dan memahami serta
kelumpuhan atau mati rasa pada
wajah, lengan, atau tungkai.
Fisioterapi Prosedur untuk memeriksa,
menangani, dan mengevaluasi
pasien yang mengalami
keterbatasan pada gerak dan
fungsi tubuh.
Sel Neuroglia sel penunjang tambahan pada
system saraf pusat (SSP) yang
berfungsi sebagai pemberi
nutrisi kepada neuron,
pelindung dan menunjang
neuron
atrofi sternokleidomastoideus tot leher terbesar dan yang
paling dekat dengan kulit
978-623-96524-2-5