kemasan procans 2
DESCRIPTION
. l',TRANSCRIPT
PROPOSAL PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN STERILINJEKSI VITAMIN B1 (Thiamin Hidroklorida)
Oleh :
Kelas : C
Kelompok : I
Anggota :1. Fajar Arif Nugroho (2004210056)2. Muhammad Ridwan (2004210128) 3. Syarifah Alawiah (2005210214)4. Abrian Brecia O (2006210001)5. Cahyani Puji A. M (2006210028)6. Eka Irma Yunita (2006 210054)
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA2010
INJEKSI VITAMIN B1 (Thiamin Hidroklorida) dalam ampul
I. PENDAHULUAN
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadan steril. Secara
tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini dinyatakan
bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relatif dan kemungkinan
menciptakan kondisi mutlak bebas dari organisme hamnya dapat diduga atas dasar
proyeksi kinetis angka kematian mikroba. (R. Voigt hal 464)
Ampul
Ampul adalah wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang memiliki ujung
runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20
kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh karena
total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali pemakaiannya untuk satu
kali injeksi. Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas tidak berwarna, akan tetapi
untuk bahan obat peka cahaya dapat dibuat dari bahan gelas berwarna coklat tua.
Ampul gelas berleher dua ini sangat berkembang pesat sebagai ampul minum untuk
pemakaian peroralia. (R. Voigt hal. 464)
Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau didispersikan dahulu sebelum digunakan yang harus
disuntikkan dengan cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lender. Injeksi di racik dengan melarutkan, mengemulsikan atau
mensuspensikan sejumlah kedalam dosis tunggal atau wadah dosis tunggal. (FI IV
hal.13)
Syarat sedian injeksi :
1. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan atau efek toksis.
2. Harus jernih, berarti tidak ada partikel padat kecuali yang berbetuk suspensi.
3. Tidak berwarna, kecuali bila obatnya memang berwarna.
4. Sedapat mungkin isohidris, dimaksudkan agar bila diinjeksikan kebadan tidak
tersa sakit dan penyerapan obat optimal. Isohidris artinya pH larutan injeksi sama
dengan darah dan cairan tubuh lain yaitu 7,4.
5. Sedapat mungkin isotonis, dibuat isotonis agar tidak terasa sakit bila disuntikkan.
Isotonis adalah mempunyai tekanan osmose yang sama dengan darah dan cairan
tubuh lain.
Injeksi intramuskular
Merupakan larutan atau suspensi dalam air atau minyak atau emulsi.
Disuntikkan masuk otot daging dan volume sedapat mungkin tidak lebih dari 4 ml.
Penyuntikan volume besar dilakukan dengan perlahan-lahan untuk mencegah rasa
sakit, sedapat mungkin tidak lebih dari 4 ml. Ke dalam otot dada dapat disuntikkan
sampai 200 ml, sedangkan otot lain volume yang disuntikkan lebih kecil. (IMO hal
188)
II. DATA PREFORMULASI
1. Zat Aktif
Nama ZA Sifat fisika dan kimia
CaraSterilisasi
Khasiat/Dosis Cara Penggunaan
VitaminB1
(Thiamin
HCl)
Pemerian :
Hablur atau sebuk hablur, putih ; bau khas lemas. ( FI IV hal : 784-785) Kelarutan :
Mudah larut dalam air (1 bagian zat larut dalam 1-10 bagian air). Stabilitas :
Dipengaruhi oleh cahaya dan suhu tidak kurang dari 40 C. Larutan steril pada pH 4, secara perlahan
Filtrasi
(martindale
28 hal 1639)
Khasiat :Defisiensi Thiamin
Dosis :5 – 100 mg
3 kali sehari
(DI 2003 hal
3510)
Intramuskular
dan intravena
(DI 2003, hal
3510)
akan hilang aktivitasnya tetapi pada larutan netral atau basa akan lebih cepat, terutama bila kontak dengan udara. pH :
2,5 – 4,5 ( DI 2003 hal 3510)
OTT :
Dengan zat pengoksidasi dan pereduksi akan mempercepat terjadinya degradasi. Wadah dan
penyimpanan:
dalam wadah tertutup rapat dan
tidak tembus cahaya.
2. Zat aditif
Nama zat Fungsi zat aditif
Sifat fisika dan kimia Konsentrasi Cara sterilisasi
Alasan Pemilihan
Asam Klorida 1 N (FI IV halaman 1212)
Buffering agent
Pemerian : Cairan tidak berwarna,berasap,bau merangsang.Jika diencerkan dengan air,asap hilang.Stabilitas :Bersifat korosif.Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
Otoklaf Untuk
mempertahankan
harga pH dari
sediaan
Natrium Asetat
Buffering agent
Pemerian: kristal tidak berwarna atau
Otoklaf
(FI IV halaman 1139)
serbuk kristal putih,tidak berbau atau sedikit berbau asam asetat.Kelarutan : 1 bagian dalam 0,8 bagian air,1 bagian dalam 19 bagian alkohol,praktis tidak larut dalam kloroform dan eter.
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat kedap udara.
Pelarut
injeksi dan
pelarut
dalam
pembuatan
dapar
Aqua pro
injection (FI
III hal 97)
Pemerian: cairan
jernih; tidak berwarna;
tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
- Autoklaf Aqua pro injection
digunakan sebagai
bahan pelarut
injeksi,
Pengawet Benzalkonium
klorida
Pemerian: gel kental
atau potongan seperti
gelatin, putih atau putih
kekuningan. (FI IV hal
130)
Kelarutan :
Sangat mudah larut
dalam air dan etanol.
(FI IV hal 130)
Stabilitas :
Benzalkonium klorida
tidak stabil terhadap
cahaya. (Excipient hal
27)
0,01%
(Excipient hal
27)
Autoklaf
(Excipient hal
28)
Untuk mencegah
adanya mikroba
karena
menggunakan
metode sterilisasi
filtrasi.
III. FORMULA
Tiap ampul mengandung:
Vitamin B1 50 mg
Benzalkonium klorida 0,01 %
Larutan dapar asetat (pH = 2,45) ad 1 ml
Alasan Pemilihan :
- Pemilihan dosis 50 mg karena pada dosis tersebut sudah dapat berkhasiat sebagai
pengobatan defisiensi vitamin B1.
- Dipilih jalur IM karena vitamin B1 merupakan vitamin yang mudah larut dalam
air maka eksresi nya menjadi sangan cepat jika diberikan secara IV.
- Benzalkonium klorida biasanya digunakan sebagai pengawet pada sediaan
parenteral yang bervolume kecil.
- Benzalkonium klorida mempunyai sifat antimikroba berspektrum luas karena
dapat menghambat bakteri gram positif dan gram negatif. (Excipient hal 27)
IV. ALAT DAN BAHAN
Nama alat dan cara sterilisasinya:
No Nama alat Cara sterilisasi1 Lumpang dan alu Dibakar dengan etanol 96%
( dispensasi = direndam dalam alkohol 15 menit )
2 Vial, erlemeyer, corong gelas, beaker gelas
Dalam oven suhu 150°C, 1 jam
3 Gelas ukur, kertas saring Dalam otoklaf suhu 121°C, 15 menit4 Spatula, kaca arloji Dipanaskan dengan menggunakan api bunsen
( dispensasi = direndam dalam alkohol 15 menit )
5 Buret Perasetat 24 jam ( dispensasi menggunakan etanol selama 1 jam)
V. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN
PERHITUNGAN UNTUK 1 AMPUL Dibuat 12 ampul injeksi vitamin B1
Volume yang dibutuhkan (V): [(n + 2) v + (2 x 3)] ml
: [(12 + 2) 2,2+ (2 x 3)] ml
: 21,4 ml = 25 ml
Keterangan :
n = Jumlah ampul (12 ampul)
v = volume ampul + kelebihan volume
= 1 mL + (1 mL x 10%) = 1,1 mL
2 = Cadangan
2 x 3ml = untuk pembilasan
- Vitamin B1 : 50 mg / 1ml x 25 ml = 1250 mg
- Benzalkonium klorida : 0.01% x 25 ml = 0.025 g
- Larutan dapar asetat : 50 ml
Asam Klorida IN = 200 ml/1000 ml x 50 ml = 10 ml
Na. asetat = 200 ml/1000 ml x 50 ml = 10 ml
Aqua pro injeksi = 50 ml – ( 10 ml + 10 ml ) = 30 ml
PENIMBANGAN
Vitamin B1 = 1250 mg
Benzalkonium klorida = 0,025 g
Asam Klorida 1N = 10 ml
Na. Asetat = 10 ml
Aqua pro injeksi = 30 ml
VI. CARA PEMBUATAN (teknik aseptic di LAF)
- Sterilisasi semua alat yang akan digunakan.
- Sterilkan buret dengan asam parasetat biarkan 24 jam, kemudian buret dibilas
dengan aqua p.i
- Buat aqua p.i. Panaskan aquadest hingga mendidih selama 30 menit, kemudian dinginkan.
- Timbang bahan yang digunakan di kaca arloji.
- buat larutan dapar. Cara pembuatan larutan dapar asetat pH 2,45
Campurkan 10 ml asam klorida 1 N dengan 10 ml Na asetat 1 N dan encerkan
dengan aqua pro injeksi hingga 50 ml. Segera sebelum digunakan atur pH hingga
2,45 dengan penambahan asam klorida atau Na asetat.
- Lakukan pengenceran benzalkonium klorida dengan menggunakan dapar asetat.
Lalu sterilisasi dengan otoklaf.
- Dengan teknik aseptik (dalam LAF) campur vitamin B1 dan benzalkonium
klorida. Tambahkan larutan dapar asetat pH 2,45 ad 50 ml. cek pH larutan.
- Saring larutan tersebut dengan kertas saring steril.
- Bilas buret dengan larutan obat, lalu masukkan ke dalam ampul masing-masing
1 ml
- Tutup ampul, bungkus dengan alumunium foil
- Lakukan evaluasi
- Beri etiket dan label
VII. EVALUASI
IPC (In proses control)
a. Uji kejernihan (Lachman III hal 1355)
Melewatkan injeksi yang diuji pada lampu terang dengan latar belakang gelap untuk
partikel yang baik berwarna akan terlihat gelap yang berwarna pada latar terang.
b. Uji pH
Menggunakan pH Universal
c. Uji keseragaman volume (FI IV hal 1044)
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman volume
secara visual.
Sediaan Akhir
a. Uji kejernihan (Lachman III hal 1355)
Melewatkan injeksi uang diuji pada lampu terang dengan latar belakang gelap untuk
partikel yang baik berwarna akan terlihat gelap yang berwarna pada latar terang.
b. Uji kebocoran
Ampul dibalikkan, masukkan dengan posisi terbalik dalam beaker yang beralaskan
kapas basah atau volume pada ampul berkurang maka terjadinya kebocoran pada
ampul
c. Uji keseragaman volume (FI edisi IV, hal 1044)
Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar, lalu dilihat keseragaman
volumenya secara visual.
d. Uji sterilitas
Metode uji sterilisasi
Inokulasi langsung kepada media uji
Volume tertentu spesimen + volume tertentu media uji diinkubasi selama tidak
kurang dari 14 hari, kemudian amati pertumbuhan secara visual sesering mungkin,
sekurang-kurangnya pada hari ketiga, keempat, kelima, ketujuh atau kedelapan atau
pada hari terakhir pada masa uji.
VIII.PUSTAKA
1. Voight, R. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press; 1995.
2. Anief, Moh. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press; 1996.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia, Edisi IV.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995.
4. Anonim. AHFS - Drug Information 88. American Society of Hospital Pharmacist;
1988.
5. Anonim. Martindale. Edisi XXVIII. London: The Pharmaceutical Press; 1982.
6. Wade, Ainley and Paul J Weller. Handbook of Pharmaceutical Excipien, Second
Edition. London: The Pharmaceutical Press; 1994.
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1979.
8. Leon, Lacman. Teori dan Praktek Farmasi Industri, edisi III. Jakarta: UI Press;
1994.
9. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru; 2007.
IX. RANCANGAN KEMASAN
BROSUR ETIKET WADAH
PROCANS ®
INJEKSIINTRAMUSKULAR
KomposisiTiap ampul mengandung prokain hcl 20 mg
FarmakologiVitamin B1 merupakan katalisator dalam proses
dekarboksilasi dan transketonasi dalam metabolisme karbohidrat, terutama glukosa. Kebutuhan akan
tiamin bertambah bilamana metabolisme meningkat, misalnya sewaktu demam, aktivitas otot yang
meningkat, kehamilan dan menyusui.
IndikasiProkain digunakan secara suntikan untuk anestesia
infiltrasi, blokade syaraf, epidural, kaudal, dan spinal..
KontraindikasiPenderita hipersensitif terhadap
Vitamin B1
Rute PemberianIM (Intramuskular) atau IV (Intravaskular)
Aturan PakaiInjeksi intramuskular 50 mg 1 kali sehari
PenyimpananSimpan ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya
PerhatianJangan digunakan bila larutan berubah warna
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
No. Reg : DKL 2010123456 C1No. Batch : 123456Exp. Date : Maret 2013
Diproduksi oleh :PT. CINTA FARMA
Jakarta - Indonesia
PROCANS ®
INJEKSI INTRAMUSKULAR
Prokain Hcl 20 mg
Diproduksi oleh :PT. FIRST FARMA
Jakarta - Indonesia