kelompok 8.makalah
TRANSCRIPT
![Page 1: Kelompok 8.MAKALAH](https://reader038.vdocuments.site/reader038/viewer/2022102504/5572116d497959fc0b8ef647/html5/thumbnails/1.jpg)
MAKALAH KEBUNTINGAN DAN PARTUS
“PEMERIKSAAN KEBUNTINGAN PADA SAPI”
Dosen Pengampu :
Oleh:
1. Min Rahmatillah (115130100111056)
2. Ja’far Abdul Jabar (115130100111066)
3. Fitriyatunnisa’ Zulisa (115130101111055)
4. Anna Zukiaturrahmah (115130101111065)
5. Donny Prananta (115130101111074)
6. Titis Setyo Putri (115130107111037)
2011-C
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
![Page 2: Kelompok 8.MAKALAH](https://reader038.vdocuments.site/reader038/viewer/2022102504/5572116d497959fc0b8ef647/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Deteksi kebuntingan merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan setelah ternak
dikawinkan. Secara umum, deteksi kebuntingan dini diperlukan dalam hal mengindentifikasi
ternak yang tidak bunting segera setelah perkawinan atau IB, sehingga waktu produksi yang
hilang karena infertilitas dapat ditekan dengan penanganan yang tepat seperti ternak harus
dijual atau diculling. Hal ini bertujuan untuk menekan biaya pada breeding program dan
membantu manajemen ternak secara ekonomis.
Biasanya para peternak mendeteksi kebuntingan dengan memperhatikan tingkah ternak
tersebut, apabila ternak telah dikawinkan tidak terlihat gejala estrus maka peternak
menyimpulkan bahwa ternak bunting dan sebaliknya. Namun cara tersebut tidaklah
sempurna dan sering terjadi kesalahan deteksi kebuntingan. Tidak adanya gejala estrus bisa
saja karena adanya corpus luteum persistent atau gangguan hormonal lainnya, hingga siklus
berahi hewan terganggu.
Metode yang dapat digunakan untuk mendiagnosa kebuntingan pada sapi meliputi
perneriksaan melalui palpasi rektal, harmon assay dan penentuan karakteristik kimia fisik
daripada sekresi vagina dan serviks. Pemeriksaan kebuntingan mempunyai kegunaan untuk
membantu dalam pelaksanaan program Inseminasi Buatan, juga berguna dalam pengawasan
terhadap penyakit penyebab infertilitas dan sterilitas yang merupakan faktor penting dalam
pengelolaan reproduksi sapi. Penggunaan metode pemeriksaan kebuntingan melalui palpasi
rektal selain cepat dan mempunyai ketepatan yang tinggi. juga dapat digunakan untuk
mendiag nosa dengan segera dan kemungkinan untuk dilakukan pemeriksaan secara lengkap
terhadap organ reproduksi. Dengan demikian melalui cara pemeriksaan kebuntingan
diharapkan dapat membantu usaha peningkatan jumlah populasi ternak. khususnya dalam
usaha pengembangan ternak sapi perah yang sekaligus menjamin peningkatan produksi susu.
1.2 Rumusan Masalah
Pengertian pemeriksaan kebuntingan dan waktu dilakukannya?
Tujuan pemeriksaan kebuntingan?
Metode pemeriksaan kebuntingan?
1.3 Tujuan
![Page 3: Kelompok 8.MAKALAH](https://reader038.vdocuments.site/reader038/viewer/2022102504/5572116d497959fc0b8ef647/html5/thumbnails/3.jpg)
Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan kebuntingan dan kapan
waktu untuk melakukannya
Untuk mengetahui tujuan pemeriksaan kebuntingan
Untuk mempelajari metode pemeriksaan kebuntingan
![Page 4: Kelompok 8.MAKALAH](https://reader038.vdocuments.site/reader038/viewer/2022102504/5572116d497959fc0b8ef647/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deteksi Kebuntingan
Kebuntingan adalah suatu periode sejak terjadinya fertilisasi sampai terjadi kelahiran
(Frandson, 1992). Kebuntingan merupakan keadaan di mana anak sedang berkembang dalam
uterus seekor hewan betina (Ilawati, 2009). Menurut Salisbury dan Van Demark (1985)
selama kebuntingan terjadi pertumbuhan dan perkembangan individu baru yang merupakan
hasil dari perbanyakan, pertumbuhan, perubahan susunan serta fungsi sel. Perubahan tersebut
meliputi bertambahnya volume dan sirkulasi darah kelenjer uterus yang tumbuh membesar
dan bekelok–kelok serta infiltrasi sel darah putih yang mempersiapkan saluran reproduksi
betina untuk kebuntingan.
Deteksi kebuntingan merupakan salah satu tindakan yang penting dilakukan untuk
mengetahui bunting atau tidaknya seekor sapi atau untuk mengetahui normal tidaknya
saluran reproduksi ternak tersebut. Pemeriksaan kebuntingan ini juga merupakan salah satu
cara untuk memonitor dan membuktikan basil Inseminasi Buatan secara cepat dan layak.
Siklus berahi yang dipergunakan sebagai dasar diagnosa hasil IB adalah berkisar antara 28-
35 hari. Pemeriksaan kebuntingan sebaiknya dilakukan setelah 60 hari pasca Inseminasi
Buatan, dikhawatirkan terjadi keguguran.
2.2 Tujuan Pemeriksaan Kebuntingan
Pemeriksaan kebuntingan pada sapi ini memiliki suatu tujuan, diantaranya yaitu:
1. Untuk menentukan bunting tidaknya sapi sedini mungkin
2. Untuk mengetahui adanya kelainan di saluran reproduksi yang dapat menjadi penyebab
sapi sulit bunting
3. Untuk meningkatkan efisiensi manajemen peternakan melalui identifikasi sapi yang tidak
bunting dapat segera dikawinkan kembali dengan penundaan waktu seminimal mungkin.
4. Mengindentifikasi ternak yang tidak bunting segera setelah perkawinan atau IB sehingga
waktu produksi yang hilang karena infertilitas dapat ditekan dengan penanganan yang
tepat.
5. Sebagai pertimbangan apabila ternak harus dijual atau di culling
6. Untuk menekan biaya pada breeding program yang menggunakan teknik hormonal yang
mahal
7. Membantu manajemen ternak yang ekonomis
![Page 5: Kelompok 8.MAKALAH](https://reader038.vdocuments.site/reader038/viewer/2022102504/5572116d497959fc0b8ef647/html5/thumbnails/5.jpg)
2.3 Metode Pemeriksaan Kebuntingan
A. Non Return to Estrus (NR)
Selama kebuningan, konseptus menekan regresi corpus luteum (CL) dan mencegah hewan
kembali estrus. Oleh sebab itu, apabila hewan tidak kembali estrus setelah perkawinan maka
diasumsikan bunting. Pada sapi dan kerbau, ketidakhadiran estrus setelah perkawinan
digunakan secara luas oleh peternak dan sentra-sentra IB sebagai indikator terjadinya
kebuntingan, tetapi ketepatan metoda ini tergantung dari ketepatan deteksi estrusnya. Pada
kerbau, penggunaan metoda NR ini tidak dapat dipercaya karena sulitnya mendeteksi estrus.
B. Eksplarasi Rektal
Eksplorasi rektal adalah metoda diagnosa kebuntingan yang dapat dilakukan pada ternak
besar seperti kuda, kerbau dan sapi. Prosedurnya adalah palpasi uterus melalui dinding
rektum untuk meraba pembesaran yang terjadi selama kebuntingan, fetus atau membran
fetus. Teknik yang dapat digunakan pada tahap awal kebuntingan ini adalah akurat, dan
hasilnya dapat langsung diketahui. Sempitnya rongga pelvic pada kambing, domba dan babi
maka eksplorasi rektal untuk mengetahui isi uterus tidak dapat dilakukan. Palpasi transrectal
pada uterus telah sejak lama dilakukan. Teknik yang dikenal cukup akurat dan cepat ini juga
relative murah. Namun demikian dibutuhkan pengalaman dan training bagi petugas yang
melakukannya, sehingga dapat tepat dalam mendiagnosa. Teknik ini baru dapat dilakukan
pada usia kebuntingan di atas 30 hari.
Pada umur kebuntingan muda dapat ditemukan beberapa perubahan di dalam uterus yang
meliputi penipisan dinding uterus, pengumpulan cairan allantois di dalam kedua tanduk
kornua yang mulai dapat ditemukan pacta umur kebuntingan 8 minggu, dan hilangnya bagian
runcing di ujung tanduk kornua. Pada sapi dara fremitus dalam A. uterina media mulai dapat
dideteksi pada umur kebuntingan 13 minggu. Kotiledon mulai dapat ditemukan pada umur
kebuntingan 13 - 16 minggu. Kotiledon pertama kali dapat dikenali melalui palpasi rektal
pada umur kebuntingan antara 3t - 4 bulan, dengan cara meraba garis tengah sepanjang 8 - 10
em di depan agak ke bawah pinggir pelvis. Bahwa ketrampilan seseorang untuk dapat
melalui diagnosa kebuntingan secara tepat hanyalah mungkin setelah umur kebuntingan
mencapai 60 hari atau lebih.
Metode klinik sangat memuaskan untuk mendiagnosa kebuntingan apabila dalam palpasi
dapat ditemukan kantong amnion di dalam uterus. Kantong amnion dapat dipalpasi pada
umur kebuntingan 5 minggu dan cara ini telah digunakan oleh beberapa operator dalam
mendeteksi kebuntingan dan menentukan umur kebuntingan. Perubahan yang terjadi di
![Page 6: Kelompok 8.MAKALAH](https://reader038.vdocuments.site/reader038/viewer/2022102504/5572116d497959fc0b8ef647/html5/thumbnails/6.jpg)
dalam uterus pada umur kebuntingan diatas tiga bulan, bahwa serviks dalam keadaan tertarik
ke arah pinggir pelvis dan sementara karena berat turun ke lantai pelvis. Fetus mencapai
abdomen pada umur kebuntingan antara 5- 7 bulan. Fetus dapat dipalpasi pada umur
kebuntingan 120 - 160 hari dan dalam prakteknya lebih dari 50% dapat dilakukan, walaupun
dalam kasus lain mungkin fetus tidak dapat dipalpasi
Berikut adalah diagnose kebuntingan pada sapi dan kerbau dengan palpasi rektal
C. Ultrasonografi
Ultrasonography merupakan alat yang cukup modern, dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya kebuntingan pada ternak secara dini. Alat ini menggunakan probe untuk mendeteksi
adanya perubahan di dalam rongga abdomen. Alat ini dapat mendeteksi adanya perubahan
bentuk dan ukuran dari cornua uteri. Harga alat ini masih sangat mahal, diperlukan operator
yang terlatih untuk dapat menginterpretasikan gambar yang muncul pada monitor. Ada
resiko kehilangan embrio pada saat pemeriksaan akibat traumatik pada saat memasukkan
pobe. Pemeriksaan kebuntingan menggunakan alat ultrasonografi ini dapat dilakukan pada
usia kebuntingan antara 20 – 22 hari, namun lebih jelas pada usia kebuntingan diatas 30 hari.
Gelombang ultrasonografi tidak terdengar oleh telinga manusia dan dioperasikan pada
frekuensi 1 – 10 megahertz (MHz). Ada dua tipe ultrasonografi yang digunakan pada
manusia dan kedokteran hewan yaitu : fenomena Doppler dan prinsip pulse-echo. Pada
fenomena Doppler transducer atau probe ketika diaplikasikan pada dinding abdominal atau
![Page 7: Kelompok 8.MAKALAH](https://reader038.vdocuments.site/reader038/viewer/2022102504/5572116d497959fc0b8ef647/html5/thumbnails/7.jpg)
dimasukkan ke dalam rektum, akan memancarkan cahaya gelombang frekuensi tinggi
(ultrasonic). Pergerakan jantung fetus dan aliran darah dalam fetus (pembuluh umbilical)
serta sirkulasi maternal (arteri uterina) merubah frekuensi gelombang dan memantul kembali
ke probe dan dikonversi ke suara yang dapat terdengar. Sedang pada pulse-echo ultrasound
getaran ultrasound yang digerakkan oleh kristal piezoelectric dalam transducer ketika kontak
dengan jaringan akan memantul kembali ke transducer
kemudian dikonversi ke dalam energi elektrik dan diidsplay pada osciloscope.
D. Diagnosa Imunologik
Teknik Imunologik untuk diagnosa kebuntingan berdasarkan pada pengukuran level cairan
yang berasal dari konseptus, uterus atau ovarium yang memasuki aliran darah induk, urin dan
air susu. Test imonologik dapat mengukur dua macam cairan yaitu:
1. Pregnancy Specific yg hadir dalam peredaran darah maternal : eCG dan EPF.
2. Pregnancy Not Specific, perubahan-perubahan selama kebuntingan, konsentrasi dalam
darah maternal,urin dan air susu, contoh : progesteron dan estrone sulfate.
Beberapa protein-like substance telah diidentifikasi dari dalam peredaran darah maternal
selama terjadi kebuntingan. Substansi ini merupakan produk yang berasal dari konseptus
yang dapat digunakan sebagai indikator adanya kebuntingan.
E. Diagnosa Kebuntingan berdasarkan konsentrasi hormon
Pengukuran hormon-hormon kebuntingan dalam cairan tubuh dapat dilakukan dengan
metoda RIA dan ELISA. Metoda-metoda yang menggunakan plasma dan air susu ini, dapat
mendiagnosa kebuntingan pada ternak lebih dini dibandingkan dengan metoda rectal.
Sedangkan metode RIA mempunyai kemampuan untuk menentukan zat-zat fisiologis sampai
konsentrasi yang sangat rendah sekali mencapai konsentrasi pictogram (1 pg = 10-12 gram)
untuk setiap satuan ml. Dengan metode ini hampir semua hormon dapat diukur kadarnya.
Akan tertapi secara komersil, metoda RIA
terlalu mahal untuk digunakan sebagai metoda diagnosis kebuntingan.
Progesteron
Progesteron dapat digunakan sebagai test kebuntingan karena CL hadir selama awal
kebuntingan pada semua spesies ternak. Level progesteron dapat diukur dalam cairan
biologis seperti darah dan susu , kadarnya menurun pada hewan yang tidak bunting.
Progesteron rendah pada saat tidak bunting dan tinggi pada hewan yang bunting
![Page 8: Kelompok 8.MAKALAH](https://reader038.vdocuments.site/reader038/viewer/2022102504/5572116d497959fc0b8ef647/html5/thumbnails/8.jpg)
Estrone Sulphate
Estrone sulphate adalah derifat terbesar estrogen yang diproduksi oleh konseptus dan dapat
diukur dalam plasma maternal, susu atau urine pada semua species ternak. Estrone sulphate
dapat dideteksi dalam plasma lebih awal pada sapi hari ke 72.
Gonadotropin
Equine chorionic gonadotropin (eCG atau PMSG) muncul dalam darah kuda 40 hari setelah
konsepsi dan deteksi kehadirannya merupakan bukti terjadinya kebuntingan. Diagnosa
kebuntingan secara imunologi pada kuda berdasarkan pada eCG tersebut, dimana
kehadirannya dalam sampel darah diperiksa dengan hemagglutination – inhibition ( HI ) test.
Bila terjadi aglutinasi dari sel darah merah berarti negative (yaitu tidak bunting) dan apabila
terjadi inhibisi dari aglutinasi, artinya hasilnya positive. Test ini akan lebih akurat apabila
dilakukan antara hari ke 50 dan 100 kebuntingan. Pada kejadian fetus yang mati dalam
periode ini, plasma eCG akan tetap tinggi. Oleh sebab itu apabila pengukuran eCG dilakukan
setelah fetus mati, maka akan menghasilkan false positive.
![Page 9: Kelompok 8.MAKALAH](https://reader038.vdocuments.site/reader038/viewer/2022102504/5572116d497959fc0b8ef647/html5/thumbnails/9.jpg)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kebuntingan adalah suatu periode sejak terjadinya fertilisasi sampai terjadi kelahiran.
Deteksi kebuntingan merupakan salah satu tindakan yang penting dilakukan untuk mengetahui
bunting atau tidaknya seekor sapi atau untuk mengetahui normal tidaknya saluran reproduksi
ternak tersebut. Pemeriksaan kebuntingan pada sapi ini memiliki suatu tujuan, diantaranya adalah
Untuk menentukan bunting tidaknya sapi sedini mungkin, Untuk mengetahui adanya kelainan di
saluran reproduksi yang dapat menjadi penyebab sapi sulit bunting, Untuk meningkatkan
efisiensi manajemen peternakan melalui identifikasi sapi yang tidak bunting dapat segera
dikawinkan kembali dengan penundaan waktu seminimal mungkin, Mengindentifikasi ternak
yang tidak bunting segera setelah perkawinan atau IB sehingga waktu produksi yang hilang
karena infertilitas dapat ditekan dengan penanganan yang tepat, Sebagai pertimbangan apabila
ternak harus dijual atau di culling, Untuk menekan biaya pada breeding program yang
menggunakan teknik hormonal yang mahal,Membantu manajemen ternak yang ekonomis.
Metode Pemeriksaan Kebuntingan adalah : Non Return to Estrus (NR), Eksplarasi Rektal,
Ultrasonografi, Diagnosa Imunologik , dan Diagnosa Kebuntingan berdasarkan konsentrasi
hormone.
![Page 10: Kelompok 8.MAKALAH](https://reader038.vdocuments.site/reader038/viewer/2022102504/5572116d497959fc0b8ef647/html5/thumbnails/10.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, G. F.; Noakes, D.E.;Pearson, H. and Parkison,T.M. 1996. Veterinary
Reproduction and Obstetrics. London : W.B.Sounders.
Dilrukshi, H.N.N and Perera, A.N.F. 2009. Evaluation of an ancient technique to
diagnose the pregnancy in cattle using urine. No 1252245657 Pp (10-15).
Wayamba Journal of Animal Science.
Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Lestari, D.L. 2006. Metode Deteksi Kebuntingan Pada Ternak Sapi. Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor Selatan.
Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka, Tangerang
Partodihadjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Ternak. Edisi ke-3. Sumber Widya, Jakarta.
Salisbury,G.W dan N. L. Van Demark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi
Buatan pada sapi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.