kelompok 3 _ poliomyelitis

25
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN POLIOMYELITIS Disusun oleh : Kelompok 3: 1. Nunung Widiyanti (130915076) 2. Gabby Novikadarti R (130915099) 3. Fitria Dwi R (130915117) 4. Priyo Febri N (130915138) PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 1 | Poliomyelitis

Upload: edy-rmc

Post on 19-Dec-2015

226 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

silikan dibaca

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

POLIOMYELITIS

Disusun oleh :

Kelompok 3:

1. Nunung Widiyanti (130915076)

2. Gabby Novikadarti R (130915099)

3. Fitria Dwi R (130915117)

4. Priyo Febri N (130915138)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2009

1 | P o l i o m y e l i t i s

Page 2: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua sehingga tugas makalah

dengan judul Asuhan Keperawatan Anak dengan poliomylitis ini dapat

terselesaikan.

Dalam pembuatan makalah ini kami tidak sendiri. Banyak pihak yang

telah membantu menyelesaikan makalah ini sehingga dapat selesai tepat pada

waktunya. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ilya Krisnana, S.Kep., Ns.

sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan kritik membangun. Terima

kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu kami baik

berupa saran maupun sarana.

Kami telah berusaha semaksimal mungkin agar memenuhi tujuan. Namun

kami sadar bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu

saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan.

Wassalamualaikum wr. wb.

Surabaya, 8 Juni 2012

Pen

ulis

2 | P o l i o m y e l i t i s

Page 3: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus.

Polio menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalam

hitungan jam. Virus ini memasuki tubuh melalui mulut dan berkembang biak

dalam usus. Gejala awal adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah,

kekakuan pada leher dan nyeri pada anggota badan. Satu dari 200 infeksi

menyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di kaki). Di antara mereka yang

lumpuh, 5% sampai 10% meninggal ketika otot pernapasan mereka lumpuh.

(http:// www. Litbang. Depkes.go.id).

Di Indonesia banyak dijumpai penyakit polio terlebih pada anak-anak hal

ini disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Disamping asupan gizi juga dapat

dipengaruhi oleh faktor keturunan dari orang tua, apalagi dengan kondisi di negeri

ini yang masih banyak dijumpai keluarga kurang mampu sehingga kebutuhan gizi

anaknya kurang mendapat perhatian.

Peran serta pemerintah disini sangat diharapkan untuk membantu dalam

menangi masalah gizi buruk yang masih banyak ditemui khususnya di daerah

terpencil atau yang jauh dari fasilitas pemerintah, sehingga sulit terjangkau oleh

masyarakat pinggiran.Kalau hal ini tidak mendapat perhatian, maka akan lebih

banyak lagi anak-anak Indonesia yang menderita penyakit polio.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang kelompok angkat dalam makalah ini,

antara lain :

1. Bagaimana konsep Poliomyelitis?

2. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan Poliomyelitis?

3 | P o l i o m y e l i t i s

Page 4: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

1. Menjelaskan konsep Poliomyelitis.

2. Menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan Poliomyelitis.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan definisi Poliomyelitis.

2. Menjelaskan etiologi Poliomyelitis

3. Menjelaskan manifestasi klinis Poliomyelitis.

4. Menjelaskan patofisiologi Poliomyelitis.

5. Menjelaskan penatalaksanaan Poliomyelitis.

6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostic Poliomyelitis.

7. Menjelaskan komplikasi Poliomyelitis.

8. Menjelaskan prognosis Poliomyelitis.

9. Menjelaskan WOC Poliomyelitis

10. Menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan Poliomyelitis.

1.4 ManfaatMenambah pengetahuan mahasiswa tentang konsep teori dan asuhan

keperawatan pada anak dengan Poliomyelitis.

4 | P o l i o m y e l i t i s

Page 5: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat merusak

sistem saraf dan menyebabkan paralysis. Penyakit ini paling sering terjadi pada

anak-anak di bawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti demam

yang disertai panas, muntah dan sakit otot. Kadang-kadang hanya satu atau

beberapa tanda tersebut, namun sering kali sebagian tubuh menjadi lemah dan

lumpuh (paralisis). Kelumpuhan ini paling sering terjadi pada salah satu atau

kedua kaki. Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil dan tidak

tumbuh secepat anggota gerak yang lain.

Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus

dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti

motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan

terjadi kelumpuhan serta autropi otot.

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang

disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan

poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus

ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan

melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).

2.2 Klasifikasi

1. Polio non-paralisis

Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan

sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung. Otot terasa lembek

jika disentuh.

2. Polio Paralisis

Kurang dari 1% orang yang terinfeksi virus polio berkembang menjadi

polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio paralisis dimulai dengan

demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya akan muncul gejala dan tanda-

5 | P o l i o m y e l i t i s

Page 6: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

tanda lain, seperti: sakit kepala, kram otot leher dan punggung,

sembelit/konstipasi, sensitif terhadap rasa raba.

Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi terinfeksinya,

yaitu:

1) Polio Spinal

Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang,

menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada

batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan

kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan

mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi

pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh

kapiler darah pada dinding usus dan diangkut ke seluruh tubuh. Poliovirus

menyerang saraf tulang belakang dan motorneuron yang mengontrol gerak

fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita

yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya

akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang

otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebar

sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembangbiaknya virus dalam

sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan motorneuron. Motorneuron

tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan

dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.

Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas. Kondisi ini

disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat

dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada dada

dan perut, disebut quadriplegia. Anak-anak dibawah umur 5 tahun

biasanya akan menderita kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkena

orang dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi pada kedua lengan dan

tungkai.

2) Bulbar polio

Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami

sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung

6 | P o l i o m y e l i t i s

Page 7: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

motorneuron yang mengatur pernapasan dan saraf otak, yang mengirim

sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf

trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air

mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran;

saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi

di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim

sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur

pergerakan leher.

Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian.

Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan

meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian

biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf otak yang bertugas

mengirim ‘perintah bernapas’ ke paru-paru. Penderita juga dapat

meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat

‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau

diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan

sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit

dilakukan apabila penderita telah menggunakan ‘paru-paru besi’ (iron

lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah

dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara

ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi,

paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar

masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat

menyebabkan koma dan kematian.

Tingkat kematian karena polio bulbar.

2.3 Etiologi

Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus

(PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus dan menyebar ke

sistem saraf dibawa melalui aliran darah.

7 | P o l i o m y e l i t i s

Page 8: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

2.4 Patofisiologi

Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak

semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan

sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul

gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :

1. Medula spinalis terutama kornu anterior

2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta

formasio retikularis yang mengandung pusat vital

3. Sereblum terutama inti-inti virmis

4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan

kadang-kadang nucleus rubra

5. Talamus dan hipotalamus

6. Palidum, dan

7. Korteks serebri, hanya daerah motorik

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah, cairan

serebrospinal dan isolasi virus polio.

2. Pemeriksaan radiologi

2.6 Penatalaksanaan

Begitu penyakit mulai timbul, kelumpuhan sering kali tidak tertangani lagi

karena ketidakadaan obat yang dapat menyembuhkannya. Antibiotika yang

biasanya digunakan untuk membunuh virus juga tidak mampu berbuat banyak.

Rasa sakit dapat diatasi dengan memberikan aspirin atau acetaminophen, dan

mengompres dengan air hangat pada otot-otot yang sakit.

1. Poliomielitis abortif

1) Diberikan analgesic dan sedative

2) Diet adekuat

8 | P o l i o m y e l i t i s

Page 9: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

3) Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya dicegah

aktivitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa

neuroskeletal secara teliti.

2. Poliomielitis non paralitik

1) Sama seperti abortif

2) Selain diberi analgesic dan sedative dapat dikombinasikan dengan

kompres hangat selama 15 – 30 menit, setiap 2 – 4 jam.

3. Poliomielitis paralitik

1) Perawatan dirumah sakit

2) Istirahat total

3) Selama fase akut kebersihan mulut dijaga

4) Fisioterafi

5) Akupuntur

6) Interferon

Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif

diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktivitas dapat

dimulai lagi. Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak

paling sedikit 2 minggu perlu pengawasan yang teliti karena setiap saat dapat

terjadi paralysis pernapasan.

Fase akut :

a. Analgetik untuk rasa nyeri otot.

b. Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan

penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai

terhadap tungkai.

c. Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan tergaggu

sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala

anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.

Sesudah fase akut :

Kontraktur, atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterapi. Tindakan ini

dilakukan setelah 2 hari demam hilang.

9 | P o l i o m y e l i t i s

Page 10: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

2.7 Komplikasi

1. Hiperkalsuria2. Melena3. Pelebaran lambung akut4. Hipertensi ringan5. Pneumonia6. Ulkus dekubitus dan emboli paru7. Psikosis

2.8 Prognosis

Pasien dengan penyakit minor dan jenis nonparalitik dapat sembuh total,

dan kebanyakan orang dengan penyakit mayor yang lumpuh juga dapat kembali

sembuh total. Kurang dari 25 % dari orang-orang dengan polio yang hidup cacat.

Meskipun Anda dapat sembuh sepenuhnya dari gejala polio, polio

meninggalkan beberapa kerusakan. Seiring pertambahan usia, sistem saraf Anda

mungkin menjadi kurang mampu mengkompensasi kerusakan yang disebabkan

polio, sehingga gejala secara bertahap dapat muncul kembali. Hal ini dapat terjadi

15 atau 30 tahun setelah infeksi polio aktif. Gejala berulang dari polio yang

disebut post-polio syndrome.

10 | P o l i o m y e l i t i s

Page 11: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

BAB 3

CONTOH KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus :

Anak W berumur 3 tahun dibawa oleh kakaknya ke RS. Kakak pasien

menyatakan bahwa adiknya tiba-tiba merasa lemas di sekujur tubuhnya, dan

tungkai kanan susah digerakkan. Gejala awal demam, kemudian mual-mual dan

muntah disertai pusing, hingga sekarang tidak mampu berdiri dan berjalan. Kakak

pasien merasa cemas karena adiknya belum pernah mendapatkan vaksin polio

sejak kecil.

3.1 Pengkajian Anak 3.1.1 Anamnesa

a. Data Demografi klien :

1) Nama : An. W

2) Usia : 3 tahun

3) Jenis Kelamin : Laki-laki

4) Suku / bangsa :Jawa/

Indonesia

5) Alamat : Setro Baru

Utara Gg.7 No.50, Surabaya

6) Agama : Islam

7) Tgl MRS :7/6/2012

8) Jam MRS : 16.00 WIB

9) Diagnosa : Poliomyelitis

b. Identitas Penanggung Jawab :

1) Nama : Tn. P

2) Umur : 40 tahun

3) Jenis kelamin : Laki-laki

4) Pendidikan/ pekerjaan : SLTA/ wiraswasta

5) Hubungan dg klien : ayah klien

c. Keluhan Utama: pasien merasa lemas di sekujur tubuhnya

d. Riwayat Penyakit Sekarang: Kakak pasien menyatakan bahwa

adiknya tiba-tiba merasa lemas di sekujur tubuhnya, dengan gejala

awal demam (Suhu 38,9 C), kemudian disertai pusing, hingga

11 | P o l i o m y e l i t i s

Page 12: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

sekarang tidak mampu berdiri dan berjalan. Imunisasi polio (-)

e. Riwayat Penyakit sebelumnya : -

f. Riwayat Tumbuh Kembang anak :

- Imunisasi : Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah

lahir, BCG diberikan saat lahir, Polio oral belum pernah

diberikan

- Status Gizi : Baik

Tahap perkembangan anak menurut teori psikososial :

Klien An. W mencari kebutuhan dasarnya seperti

kehangatan, makanan dan minuman serta kenyamanan dari

orang tua sendiri.

g. Riwayat Kesehatan Keluarga:

- Komposisi keluarga : Keluarga berperan aktif terutama ibu

klien An. W dalam merawat klien.

- Lingkungan rumah dan komunitas : Lingkungan sekitar

rumah berada di area pemukiman kumuh.

- Kultur dan kepercayaan : -

- Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : -

- Persepsi keluarga tentang penyakit anak : cobaan Tuhan

3.1.2 Pemeriksaan Fisik

a. B1 (breath) : RR normal, Tidak ada penggunaan otot bantu

pernafasan Suhu (38,9 °C)

b. B2 (blood) : normal

c. B3(brain) : gelisah (rewel) dan pusing

d. B4 (bladder) : normal

e. B5 (bowel) : mual muntah, anoreksia, konstipasi

f. B6 (bone) : letargi atau kelemahan, tungkai kanan mengalami

kelumpuhan, pasien tidak mampu berdiri dan berjalan

3.1.3 Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan laboratorium : pada pemeriksaan sampel feses

ditemukan adanya Poliovirus. Pada pemeriksaan serum

ditemukan adanya peningkatan antibody.

12 | P o l i o m y e l i t i s

Page 13: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

2. Pemeriksaan radiologi

3.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan

muntah.

Tujuan : kebutuhan nutrisi anak terpenuhi.

Kriteria Hasil :

- Pasien memperlihatkan peningkatan berat badan yang progresif

- Nilai laboratorium pasien (albumin, protein, elektrolit)

menunjukkan nilai normal

- Mual muntah berkurang dan nafsu makan bertambah.

Intervensi Rasional

1. Kaji pola makan anak

2. Berikan makanan secara adekuat

3. Berikan nutrisi kalori, protein,

vitamin dan mineral

4. Timbang berat badan

5. Berikan makanan kesukaan anak

1. Berikan makanan tapi sering

Mengetahui intake dan output anak

Untuk mencakupi masukan sehingga

output dan intake seimbang

Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan

seimbang

Mengetahui perkembangan anak

Menambah masukan dan merangsang

anak untuk makan lebih banyak

Mempermudah proses pencernaan

2. Hipertermi b/d proses infeksi

Tujuan : suhu akan kembali normal dalam waktu 1x 24 jam

Kriteria hasil :

- Suhu normal 36,50 – 37,5 0C

- Nadi dan pernapasan dalam rentan normal (N= < 160 x /

menit , RR= 30-40 x/menit)

Intervensi Rasional

1. Pantau suhu tubuh Untuk mencegah kedinginan tubuh

yang berlebih

13 | P o l i o m y e l i t i s

Page 14: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

2. Jangan pernah menggunakan

usapan alcohol saat mandi/kompres

3. Hindari mengigil.

4. Kompres mandi hangat durasi 20-

30 menit.

Dapat menyebabkan efek neurotoksi

Mengurangi penguapan tubuh

Dapat membantu mengurangi demam

3. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.

Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas

fisik sesuai dengan kemampuannya.

Kriteria hasil :

- Klien dapat ikut serta dalam program latihan.

- Tidak terjadi kontraktur sendi.

- Bertambahnya kekuatan otot.

- Klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

Intervensi Rasional

1. Tentukan aktivitas atau keadaan

fisik anak.

2. Catat dan terima keadaan kelemahan

(kelelahan yang ada).

3. Indetifikasi factor-faktor yang

mempengaruhi kemampuan untuk

aktif seperti pemasukan makanan

yang tidak adekuat.

4. Evaluasi kemampuan untuk

melakukan mobilisasi secara aman.

Memberikan informasi untuk

mengembangkan rencana perawatan

bagi program rehabilitasi.

Kelelahan yang dialami dapat

mengindikasikan keadaan anak.

Memberikan kesempatan untuk

memecahkan masalah untuk

mempertahankan atau meningkatkan

mobilitas.

Latihan berjalan dapat meningkatkan

keamanan dan efektifan anak untuk

berjalan.

14 | P o l i o m y e l i t i s

Page 15: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang

disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan

poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus

ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sytem syaraf pusat menyebabkan

melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis). Polio menyerang tanpa

mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga

5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.

Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita

yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka

sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar

melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan

virus.

4.2 Saran

Perawat dalam membuat asuhan keperawatan sebaiknya benar-benar

memperhatikan setiap keluhan dari pasien sehingga komplikasi dapat dihindari

dan dapat meningkatkan kualitas hidup klien. Selain itu, perawat juga harus

berkolaborasi dengan tim medis lain untuk memberi terapi pada klien serta

keluarga sehingga penatalaksanaan dapat dilakukan secara maksimal, baik secara

mandiri dan berkolaborasi.

15 | P o l i o m y e l i t i s

Page 16: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn.2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC.

Johnson, Joyce Y., 2010. Pediatric Nursing Demystified. New York : Mc Graw

Hill Medical

Rohman, Fauzi. (2009). Penyakit Polio. Diakses tanggal 5 Mei 2012.

http://gladiator07.wordpress.com/2009/11/02/penyakit-polio/

WHO. (2012). Poliomyelitis. Diakses tanggal 3 Mei 2012.

www.who.int/topics/poliomyelitis/en/

16 | P o l i o m y e l i t i s

Page 17: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

Mengkontaminasi

Vaksinasi Non-vaksinasiPOLIO

Makanan & MinumanDroplet

Mulut

Berkembang di tenggorokan

Usus

Kapiler darah pada dinding usus

Seluruh Tubuh

Poliovirus

Non Paralisis Paralisis spinal POLIO Bulbar

Saraf tulang belakang

Sel pengontrol gerakan tubuh terganggu

Lumpuh pd kaki Menyerang seluruh bagianbatang saraf tulang belakang dan batang otak

Batang otak terserang

Saraf kranial terganggu

Demam,muntah,kram otot pd leher & punggung, otot lembek jika disentuh

Sembuh 2-10 hari

Gejala FLU

17 | P o l i o m y e l i t i s

WOC

Page 18: Kelompok 3 _ Poliomyelitis

Sel pengatur pernafasan terganggu

Saraf Glosofaringeal

Mual & Muntah

Gg. MenelanGg. Indra perasa

MK:Nutrisi kurang dari kebutuhan

Infeksi pd system saraf pusat

Saraf motorik tak mampu regenerasi

Saraf motorik rusak

Kelumpuhan pada seluruh anggota gerak badan

MK:Kerusakan Mobilitas Fisik

MK:Ketidakefektifan pola nafas

MK:Nyeri

MK:Hipertermi

18 | P o l i o m y e l i t i s