kelompok 3 _ poliomyelitis
DESCRIPTION
silikan dibacaTRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
POLIOMYELITIS
Disusun oleh :
Kelompok 3:
1. Nunung Widiyanti (130915076)
2. Gabby Novikadarti R (130915099)
3. Fitria Dwi R (130915117)
4. Priyo Febri N (130915138)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2009
1 | P o l i o m y e l i t i s
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua sehingga tugas makalah
dengan judul Asuhan Keperawatan Anak dengan poliomylitis ini dapat
terselesaikan.
Dalam pembuatan makalah ini kami tidak sendiri. Banyak pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini sehingga dapat selesai tepat pada
waktunya. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ilya Krisnana, S.Kep., Ns.
sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan kritik membangun. Terima
kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah membantu kami baik
berupa saran maupun sarana.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin agar memenuhi tujuan. Namun
kami sadar bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan.
Wassalamualaikum wr. wb.
Surabaya, 8 Juni 2012
Pen
ulis
2 | P o l i o m y e l i t i s
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Polio adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus.
Polio menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan total dalam
hitungan jam. Virus ini memasuki tubuh melalui mulut dan berkembang biak
dalam usus. Gejala awal adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah,
kekakuan pada leher dan nyeri pada anggota badan. Satu dari 200 infeksi
menyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di kaki). Di antara mereka yang
lumpuh, 5% sampai 10% meninggal ketika otot pernapasan mereka lumpuh.
(http:// www. Litbang. Depkes.go.id).
Di Indonesia banyak dijumpai penyakit polio terlebih pada anak-anak hal
ini disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Disamping asupan gizi juga dapat
dipengaruhi oleh faktor keturunan dari orang tua, apalagi dengan kondisi di negeri
ini yang masih banyak dijumpai keluarga kurang mampu sehingga kebutuhan gizi
anaknya kurang mendapat perhatian.
Peran serta pemerintah disini sangat diharapkan untuk membantu dalam
menangi masalah gizi buruk yang masih banyak ditemui khususnya di daerah
terpencil atau yang jauh dari fasilitas pemerintah, sehingga sulit terjangkau oleh
masyarakat pinggiran.Kalau hal ini tidak mendapat perhatian, maka akan lebih
banyak lagi anak-anak Indonesia yang menderita penyakit polio.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kelompok angkat dalam makalah ini,
antara lain :
1. Bagaimana konsep Poliomyelitis?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan Poliomyelitis?
3 | P o l i o m y e l i t i s
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Menjelaskan konsep Poliomyelitis.
2. Menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan Poliomyelitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi Poliomyelitis.
2. Menjelaskan etiologi Poliomyelitis
3. Menjelaskan manifestasi klinis Poliomyelitis.
4. Menjelaskan patofisiologi Poliomyelitis.
5. Menjelaskan penatalaksanaan Poliomyelitis.
6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostic Poliomyelitis.
7. Menjelaskan komplikasi Poliomyelitis.
8. Menjelaskan prognosis Poliomyelitis.
9. Menjelaskan WOC Poliomyelitis
10. Menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan Poliomyelitis.
1.4 ManfaatMenambah pengetahuan mahasiswa tentang konsep teori dan asuhan
keperawatan pada anak dengan Poliomyelitis.
4 | P o l i o m y e l i t i s
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat merusak
sistem saraf dan menyebabkan paralysis. Penyakit ini paling sering terjadi pada
anak-anak di bawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti demam
yang disertai panas, muntah dan sakit otot. Kadang-kadang hanya satu atau
beberapa tanda tersebut, namun sering kali sebagian tubuh menjadi lemah dan
lumpuh (paralisis). Kelumpuhan ini paling sering terjadi pada salah satu atau
kedua kaki. Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil dan tidak
tumbuh secepat anggota gerak yang lain.
Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus
dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti
motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan
terjadi kelumpuhan serta autropi otot.
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan
poliovirus (PV), masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus
ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).
2.2 Klasifikasi
1. Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan
sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung. Otot terasa lembek
jika disentuh.
2. Polio Paralisis
Kurang dari 1% orang yang terinfeksi virus polio berkembang menjadi
polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio paralisis dimulai dengan
demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya akan muncul gejala dan tanda-
5 | P o l i o m y e l i t i s
tanda lain, seperti: sakit kepala, kram otot leher dan punggung,
sembelit/konstipasi, sensitif terhadap rasa raba.
Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi terinfeksinya,
yaitu:
1) Polio Spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang,
menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada
batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan
kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan
mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi
pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh
kapiler darah pada dinding usus dan diangkut ke seluruh tubuh. Poliovirus
menyerang saraf tulang belakang dan motorneuron yang mengontrol gerak
fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita
yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya
akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang
otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebar
sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembangbiaknya virus dalam
sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan motorneuron. Motorneuron
tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan
dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.
Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas. Kondisi ini
disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat
dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada dada
dan perut, disebut quadriplegia. Anak-anak dibawah umur 5 tahun
biasanya akan menderita kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkena
orang dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi pada kedua lengan dan
tungkai.
2) Bulbar polio
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami
sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung
6 | P o l i o m y e l i t i s
motorneuron yang mengatur pernapasan dan saraf otak, yang mengirim
sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf
trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air
mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran;
saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi
di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim
sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur
pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian.
Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan
meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian
biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf otak yang bertugas
mengirim ‘perintah bernapas’ ke paru-paru. Penderita juga dapat
meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat
‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau
diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan
sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit
dilakukan apabila penderita telah menggunakan ‘paru-paru besi’ (iron
lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah
dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara
ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi,
paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar
masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat
menyebabkan koma dan kematian.
Tingkat kematian karena polio bulbar.
2.3 Etiologi
Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus
(PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus dan menyebar ke
sistem saraf dibawa melalui aliran darah.
7 | P o l i o m y e l i t i s
2.4 Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak
semua neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan
sekali dapat terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul
gejala. Daerah yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :
1. Medula spinalis terutama kornu anterior
2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta
formasio retikularis yang mengandung pusat vital
3. Sereblum terutama inti-inti virmis
4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan
kadang-kadang nucleus rubra
5. Talamus dan hipotalamus
6. Palidum, dan
7. Korteks serebri, hanya daerah motorik
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah, cairan
serebrospinal dan isolasi virus polio.
2. Pemeriksaan radiologi
2.6 Penatalaksanaan
Begitu penyakit mulai timbul, kelumpuhan sering kali tidak tertangani lagi
karena ketidakadaan obat yang dapat menyembuhkannya. Antibiotika yang
biasanya digunakan untuk membunuh virus juga tidak mampu berbuat banyak.
Rasa sakit dapat diatasi dengan memberikan aspirin atau acetaminophen, dan
mengompres dengan air hangat pada otot-otot yang sakit.
1. Poliomielitis abortif
1) Diberikan analgesic dan sedative
2) Diet adekuat
8 | P o l i o m y e l i t i s
3) Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya dicegah
aktivitas yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa
neuroskeletal secara teliti.
2. Poliomielitis non paralitik
1) Sama seperti abortif
2) Selain diberi analgesic dan sedative dapat dikombinasikan dengan
kompres hangat selama 15 – 30 menit, setiap 2 – 4 jam.
3. Poliomielitis paralitik
1) Perawatan dirumah sakit
2) Istirahat total
3) Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
4) Fisioterafi
5) Akupuntur
6) Interferon
Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif
diatasi dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktivitas dapat
dimulai lagi. Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak
paling sedikit 2 minggu perlu pengawasan yang teliti karena setiap saat dapat
terjadi paralysis pernapasan.
Fase akut :
a. Analgetik untuk rasa nyeri otot.
b. Lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang footboard (papan
penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang sesuai
terhadap tungkai.
c. Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan tergaggu
sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala
anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.
Sesudah fase akut :
Kontraktur, atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterapi. Tindakan ini
dilakukan setelah 2 hari demam hilang.
9 | P o l i o m y e l i t i s
2.7 Komplikasi
1. Hiperkalsuria2. Melena3. Pelebaran lambung akut4. Hipertensi ringan5. Pneumonia6. Ulkus dekubitus dan emboli paru7. Psikosis
2.8 Prognosis
Pasien dengan penyakit minor dan jenis nonparalitik dapat sembuh total,
dan kebanyakan orang dengan penyakit mayor yang lumpuh juga dapat kembali
sembuh total. Kurang dari 25 % dari orang-orang dengan polio yang hidup cacat.
Meskipun Anda dapat sembuh sepenuhnya dari gejala polio, polio
meninggalkan beberapa kerusakan. Seiring pertambahan usia, sistem saraf Anda
mungkin menjadi kurang mampu mengkompensasi kerusakan yang disebabkan
polio, sehingga gejala secara bertahap dapat muncul kembali. Hal ini dapat terjadi
15 atau 30 tahun setelah infeksi polio aktif. Gejala berulang dari polio yang
disebut post-polio syndrome.
10 | P o l i o m y e l i t i s
BAB 3
CONTOH KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Anak W berumur 3 tahun dibawa oleh kakaknya ke RS. Kakak pasien
menyatakan bahwa adiknya tiba-tiba merasa lemas di sekujur tubuhnya, dan
tungkai kanan susah digerakkan. Gejala awal demam, kemudian mual-mual dan
muntah disertai pusing, hingga sekarang tidak mampu berdiri dan berjalan. Kakak
pasien merasa cemas karena adiknya belum pernah mendapatkan vaksin polio
sejak kecil.
3.1 Pengkajian Anak 3.1.1 Anamnesa
a. Data Demografi klien :
1) Nama : An. W
2) Usia : 3 tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Suku / bangsa :Jawa/
Indonesia
5) Alamat : Setro Baru
Utara Gg.7 No.50, Surabaya
6) Agama : Islam
7) Tgl MRS :7/6/2012
8) Jam MRS : 16.00 WIB
9) Diagnosa : Poliomyelitis
b. Identitas Penanggung Jawab :
1) Nama : Tn. P
2) Umur : 40 tahun
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Pendidikan/ pekerjaan : SLTA/ wiraswasta
5) Hubungan dg klien : ayah klien
c. Keluhan Utama: pasien merasa lemas di sekujur tubuhnya
d. Riwayat Penyakit Sekarang: Kakak pasien menyatakan bahwa
adiknya tiba-tiba merasa lemas di sekujur tubuhnya, dengan gejala
awal demam (Suhu 38,9 C), kemudian disertai pusing, hingga
11 | P o l i o m y e l i t i s
sekarang tidak mampu berdiri dan berjalan. Imunisasi polio (-)
e. Riwayat Penyakit sebelumnya : -
f. Riwayat Tumbuh Kembang anak :
- Imunisasi : Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah
lahir, BCG diberikan saat lahir, Polio oral belum pernah
diberikan
- Status Gizi : Baik
Tahap perkembangan anak menurut teori psikososial :
Klien An. W mencari kebutuhan dasarnya seperti
kehangatan, makanan dan minuman serta kenyamanan dari
orang tua sendiri.
g. Riwayat Kesehatan Keluarga:
- Komposisi keluarga : Keluarga berperan aktif terutama ibu
klien An. W dalam merawat klien.
- Lingkungan rumah dan komunitas : Lingkungan sekitar
rumah berada di area pemukiman kumuh.
- Kultur dan kepercayaan : -
- Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : -
- Persepsi keluarga tentang penyakit anak : cobaan Tuhan
3.1.2 Pemeriksaan Fisik
a. B1 (breath) : RR normal, Tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan Suhu (38,9 °C)
b. B2 (blood) : normal
c. B3(brain) : gelisah (rewel) dan pusing
d. B4 (bladder) : normal
e. B5 (bowel) : mual muntah, anoreksia, konstipasi
f. B6 (bone) : letargi atau kelemahan, tungkai kanan mengalami
kelumpuhan, pasien tidak mampu berdiri dan berjalan
3.1.3 Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan laboratorium : pada pemeriksaan sampel feses
ditemukan adanya Poliovirus. Pada pemeriksaan serum
ditemukan adanya peningkatan antibody.
12 | P o l i o m y e l i t i s
2. Pemeriksaan radiologi
3.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan
muntah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi anak terpenuhi.
Kriteria Hasil :
- Pasien memperlihatkan peningkatan berat badan yang progresif
- Nilai laboratorium pasien (albumin, protein, elektrolit)
menunjukkan nilai normal
- Mual muntah berkurang dan nafsu makan bertambah.
Intervensi Rasional
1. Kaji pola makan anak
2. Berikan makanan secara adekuat
3. Berikan nutrisi kalori, protein,
vitamin dan mineral
4. Timbang berat badan
5. Berikan makanan kesukaan anak
1. Berikan makanan tapi sering
Mengetahui intake dan output anak
Untuk mencakupi masukan sehingga
output dan intake seimbang
Mencukupi kebutuhan nutrisi dengan
seimbang
Mengetahui perkembangan anak
Menambah masukan dan merangsang
anak untuk makan lebih banyak
Mempermudah proses pencernaan
2. Hipertermi b/d proses infeksi
Tujuan : suhu akan kembali normal dalam waktu 1x 24 jam
Kriteria hasil :
- Suhu normal 36,50 – 37,5 0C
- Nadi dan pernapasan dalam rentan normal (N= < 160 x /
menit , RR= 30-40 x/menit)
Intervensi Rasional
1. Pantau suhu tubuh Untuk mencegah kedinginan tubuh
yang berlebih
13 | P o l i o m y e l i t i s
2. Jangan pernah menggunakan
usapan alcohol saat mandi/kompres
3. Hindari mengigil.
4. Kompres mandi hangat durasi 20-
30 menit.
Dapat menyebabkan efek neurotoksi
Mengurangi penguapan tubuh
Dapat membantu mengurangi demam
3. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas
fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil :
- Klien dapat ikut serta dalam program latihan.
- Tidak terjadi kontraktur sendi.
- Bertambahnya kekuatan otot.
- Klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi Rasional
1. Tentukan aktivitas atau keadaan
fisik anak.
2. Catat dan terima keadaan kelemahan
(kelelahan yang ada).
3. Indetifikasi factor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan untuk
aktif seperti pemasukan makanan
yang tidak adekuat.
4. Evaluasi kemampuan untuk
melakukan mobilisasi secara aman.
Memberikan informasi untuk
mengembangkan rencana perawatan
bagi program rehabilitasi.
Kelelahan yang dialami dapat
mengindikasikan keadaan anak.
Memberikan kesempatan untuk
memecahkan masalah untuk
mempertahankan atau meningkatkan
mobilitas.
Latihan berjalan dapat meningkatkan
keamanan dan efektifan anak untuk
berjalan.
14 | P o l i o m y e l i t i s
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan
poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus
ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sytem syaraf pusat menyebabkan
melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis). Polio menyerang tanpa
mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga
5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.
Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita
yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka
sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar
melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan
virus.
4.2 Saran
Perawat dalam membuat asuhan keperawatan sebaiknya benar-benar
memperhatikan setiap keluhan dari pasien sehingga komplikasi dapat dihindari
dan dapat meningkatkan kualitas hidup klien. Selain itu, perawat juga harus
berkolaborasi dengan tim medis lain untuk memberi terapi pada klien serta
keluarga sehingga penatalaksanaan dapat dilakukan secara maksimal, baik secara
mandiri dan berkolaborasi.
15 | P o l i o m y e l i t i s
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn.2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC.
Johnson, Joyce Y., 2010. Pediatric Nursing Demystified. New York : Mc Graw
Hill Medical
Rohman, Fauzi. (2009). Penyakit Polio. Diakses tanggal 5 Mei 2012.
http://gladiator07.wordpress.com/2009/11/02/penyakit-polio/
WHO. (2012). Poliomyelitis. Diakses tanggal 3 Mei 2012.
www.who.int/topics/poliomyelitis/en/
16 | P o l i o m y e l i t i s
Mengkontaminasi
Vaksinasi Non-vaksinasiPOLIO
Makanan & MinumanDroplet
Mulut
Berkembang di tenggorokan
Usus
Kapiler darah pada dinding usus
Seluruh Tubuh
Poliovirus
Non Paralisis Paralisis spinal POLIO Bulbar
Saraf tulang belakang
Sel pengontrol gerakan tubuh terganggu
Lumpuh pd kaki Menyerang seluruh bagianbatang saraf tulang belakang dan batang otak
Batang otak terserang
Saraf kranial terganggu
Demam,muntah,kram otot pd leher & punggung, otot lembek jika disentuh
Sembuh 2-10 hari
Gejala FLU
17 | P o l i o m y e l i t i s
WOC
Sel pengatur pernafasan terganggu
Saraf Glosofaringeal
Mual & Muntah
Gg. MenelanGg. Indra perasa
MK:Nutrisi kurang dari kebutuhan
Infeksi pd system saraf pusat
Saraf motorik tak mampu regenerasi
Saraf motorik rusak
Kelumpuhan pada seluruh anggota gerak badan
MK:Kerusakan Mobilitas Fisik
MK:Ketidakefektifan pola nafas
MK:Nyeri
MK:Hipertermi
18 | P o l i o m y e l i t i s