kelimpahan vibrio spp. pemicu wfd pada lokasi yang …digilib.unila.ac.id/33537/3/skripsi tanpa bab...

43
i KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG BERBEDA PADA AREAL PERTAMBAKAN DESA PURWOREJO KECAMATAN PASIR SAKTI LAMPUNG TIMUR (Skripsi) Oleh Annisa Husnul Khotimah 1414111008 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 07-Nov-2019

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

i

KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANGBERBEDA PADA AREAL PERTAMBAKAN DESA PURWOREJO

KECAMATAN PASIR SAKTI LAMPUNG TIMUR

(Skripsi)

OlehAnnisa Husnul Khotimah

1414111008

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANJURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

2018

Page 2: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

ABSTRACT

THE ABUNDANCE Vibrio spp. TRIGGERS WFD IN DIFFERENTLOCATIONS ON AREAL CULTIVATION IN PURWOREJO VILLAGE

PASIR SAKTI DISTRICT EAST LAMPUNG

ByAnnisa Husnul Khotimah

Shrimp vaname is one type of shrimp that is often cultivated. The shrimp havepromising prospects and profits. The rapid cultivation of vaname shrimp canallow disease attacks. Disease that appears on shrimp farming is White FecesDisease (WFD), the disease is characterized by the appearance of white dirt on thesurface of the culture medium. This research is about the abundance and types ofbacteria Vibrio pathogen triggers WFD for shrimp farming in Purworejo village,Pasir Sakti District, East Lampung. The samples from 6 locations is primarysources, secondary sources, tertiary sources, ponds 1, ponds 2, and ponds 3. Thesamples were inoculated using 10-1, 10-2, and 10-3 dilutions, then planted on TCBSmedium is a selective medium. Samples were then observed after incubation for24 hours. The abundance is calculated by using a colony counter. The abundanceobtained is positive water samples WFD 3,5×105±0,9×105, positive prawnintestine WFD 4,4×105±0,1×105, primary source 3,9×104±2,1×104, secondarysource 1,0×105±0,1×105, tertiary source 3,2×105±1,1×105, ponds 12,2×105±0,3×105, ponds 2 1.3×105±0.3×105, ponds 3 5,2×104±1,0×104, andhealthy shrimp intestine ≤2,5×104±0,5×104. Types of Vibrio bacteria are found inaffected shrimp WFD V. vulnificus, V. fluvialis, V. parahaemolitycus, V.algynoliticus, V. mimicus, V. cholerae, and V. damselae. Types of Vibrio bacteriaidentified at research sites and suspected WFD disease triggers were V. vulnificus,V. parahaemolitycus, and V. algynoliticus.

Keywords: Litopenaeus vanname, The abundance of Vibrio bacteria, TriggerWFD

Page 3: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

ABSTRAK

KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANGBERBEDA PADA AREAL PERTAMBAKAN DESA PURWOREJO

KECAMATAN PASIR SAKTI LAMPUNG TIMUR

OlehAnnisa Husnul Khotimah

Udang vaname merupakan salah satu jenis udang yang sering dibudidayakan. Halini disebabkan udang tersebut memiliki prospek dan profit yang menjanjikan.Pesatnya budidaya udang vaname dapat memungkinkan serangan penyakit. Salahsatu penyakit yang muncul pada budidaya udang yaitu White Feces Disease(WFD), penyakit ini ditandai dengan munculnya kotoran putih di permukaanmedia budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan jenisbakteri Vibrio patogen pemicu WFD pada areal pertambakan desa Purworejo,Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur. Sampel diambil dari 6 lokasi yaitusaluran primer, saluran sekunder , saluran tersier, kolam tambak 1, kolam tambak2, dan kolam tambak 3. Sampel diinokulasi dengan menggunakan pengenceran10-1, 10-2, dan 10-3 kemudian ditanam pada media TCBS, yang merupakan salahsatu media selektif. Sampel kemudian diamati setelah diinkubasi selama 24 jam.Kelimpahan dihitung dengan menggunakan colony counter. Kelimpahan yangdidapat yaitu sampel air positif WFD 3,5×105±0,9×105, usus udang positif WFD4,4×105±0,1×105, saluran primer 3,9×104±2,1×104, saluran sekunder1,0×105±0,1×105, saluran tersier 3,2×105±1,1×105, kolam tambak 12,2×105±0,3×105, kolam tambak 2 1,3×105±0,3×105, kolam tambak 35,2×104±1,0×104, dan usus udang sehat ≤2,5×104±0,5×104. Beberapa jenis bakteriVibrio ditemukan pada udang yang terserang WFD V. vulnificus, V. fluvialis, V.parahaemolitycus, V. algynoliticus, V. mimicus, V. cholerae, dan V. damselae.Jenis bakteri Vibrio yang diidentifikasi pada lokasi penelitian dan diduga pemicupenyakit WFD yaitu V. vulnificus, V. parahaemolitycus, dan V. algynoliticus.

Kata kunci: Litopenaeus vanname, Kelimpahan bakteri Vibrio, Pemicu WFD

Page 4: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANGBERBEDA PADA AREAL PERTAMBAKAN DESA PURWOREJO

KECAMATAN PASIR SAKTI LAMPUNG TIMUR

Oleh

Annisa Husnul Khotimah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERIKANAN

Pada

Jurusan Perikanan dan KelautanFakultas Pertanian

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

Page 5: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang
Page 6: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang
Page 7: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang
Page 8: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 2 Juli 1996,

anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ibnu

Rusdi dan Ibu Bimasnun. Penulis menyelesaikan pendidikan di

TK Al-Kautsar Padang pada tahun 2002, SDN 2 Palapa Bandar

Lampung pada tahun 2008, SMP PGRI 6 Bandar Lampung pada 2011 dan SMAN

12 Bandar Lampung pada 2014. Selanjutnya, pada tahun 2014 penulis diterima

sebagai mahasiswa Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian,

Universitas Lampung melalui Jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SBMPTN).

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Plankton

dan Tanaman Air 2016/2017, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum

Limnologi tahun ajaran 2016/2017, 2017/2018, dan 2018/2019, asisten praktikum

Fisiologi Hewan Air tahun ajaran 2016/2017, asisten praktikum Genetika Ikan

2016/2017, asisten praktikum Manajemen Kualitas Air 2016/2017 dan 2017/2018,

asisten praktikum Teknologi Produksi Udang 2017/2018. Penulis telah

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Banjar Agung Mataram

Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah pada bulan Januari -

Febuari 2017, dan pada Juli-Agustus 2017 penulis melaksanakan Praktik Umum

(PU) di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL) Serang dengan

judul “Deteksi Enterocytozoon hepatopenaei (EHP) pada Udang Vaname

(Litopenaeus vannamei) dengan Metode PCR Konvensional di Loka Pemeriksaan

Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang”. Tahun 2018, penulis menyelesaikan tugas

akhir dengan menulis skripsi yang berjudul “Kelimpahan Vibrio spp. Pemicu

WFD pada Lokasi yang Berbeda pada Areal Pertambakan di Desa Purworejo

Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur”.

Page 9: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan

rahmat-Nya. kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana karya kecilku

dengan kerendahan hati ini, kepada:

Ibunda Bimasnun dan Ayahanda Ibnu Rusdi yang tanpa henti

mendo’akan dan mendukungku.

Teman-teman senasib seperjuangan yang menjadi tempat keluh kesah

semasa studi.

Almamater tercinta, Universitas Lampung.

Terima Kasih

Page 10: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, hidayah,

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kelimpahan

Vibrio spp. Pemicu WFD pada Lokasi yang Berbeda pada Areal Pertambakan di

Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur”.

Selama proses penyelesaian skripsi, penulis telah memperoleh banyak bantuan

dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan

Universitas Lampung.

3. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Ibnu Rusdi dan Ibu Bimasnun untuk

setiap do’a, motivasi, kasih sayang, materi, dan tetesan keringat yang

selalu menjadi semangat dalam setiap langkah kakiku serta Adikku yang

menjadi motivasi terbesar dalam hidupku.

4. Bapak Dr. Supono, S.Pi., M.Si., selaku dosen Pembimbing Utama yang

telah membimbing dengan penuh keuletan dan kesabaran dari awal hingga

selesainya skripsi ini dengan baik.

5. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P., selaku dosen Pembimbing Kedua yang

membimbing dengan penuh semangat dan kesabaran sehingga skripsi ini

menjadi semakin baik.

6. Ibu Esti Harpeni, S.T., MappSc., selaku dosen Penguji yang memberikan

saran dan masukan yang amat membangun.

Page 11: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

7. Ibu Berta Putri, S.Si., M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan nasihat, bimbingan, dan motivasi selama menjalani

studi di Jurusan Perikanan dan Kelautan.

8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Perikanan dan Kelautan yang telah

memberikan motivasi dan saran selama menjalani studi di Jurusan

Perikanan dan Kelautan.

9. Terimakasih kepada Acib, Astri, Farida, Dian, Fitri, Arum, Anggraini,

Ramaita, Arif, Ketur, Fajri, Bambang, Donna, Maol, Novia, dan Vika yang

telah menemani dan membantu selama penelitian.

10. Teman-teman angkatan 2014 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas

kebersamaan dan kerjasamannya selama ini.

11. Laboran dan staf administrasi jurusan Perikanan dan Kelautan yang telah

membantu dalam memfasilitasi selama proses penyelesaian skripsi.

12. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

yang membaca, Amin.

Bandar Lampung, September 2018

Penulis

Annisa Husnul Khotimah

Page 12: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL............................................................................................... iiiDAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ivDAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... v

I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 11.1. Latar Belakang .......................................................................................... 11.2. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 21.3. Manfaat ..................................................................................................... 31.4. Kerangka Pemikiran.................................................................................. 31.5. Hipotesis ................................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 72.1 Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) ................................................... 7

2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Udang Vaname....................................... 72.1.2 Sifat Udang Vaname......................................................................... 82.1.3 Habitat Udang Vaname .................................................................... 92.1.4 Siklus Hidup Udang Vaname .......................................................... 9

2.2 White Feces Disease (WFD)...................................................................... 102.3 Bakteri Vibrio spp ..................................................................................... 112.4 Kualitas Air Budidaya Udang Vaname...................................................... 122.5 Kondisi Lokasi Penelitian .......................................................................... 14

III. METODOLOGI ............................................................................................ 153.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 153.2 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 153.3 Denah Lokasi Pengambilan Sampel ......................................................... 163.4 Pelaksanaan Penelitian............................................................................... 18

3.4.1 Pengambilan Sampel ....................................................................... 183.4.2 Media TCBS .................................................................................... 183.4.3 Larutan Trisalt .................................................................................. 18

3.5 Inokulasi Sampel Air ................................................................................. 183.6 Perhitungan Bakteri ................................................................................... 193.7 Identifikasi Bakteri .................................................................................... 193.8 Analisis Data.............................................................................................. 19

Page 13: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 204.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 204.1.1 Kelimpahan Bakteri Vibrio spp pada Lokasi Penelitian ......................... 204.1.2 Hasil Identifikasi Vibrio spp pada Lokasi Penelitian ............................. 214.2 Pembahasan ................................................................................................ 214.2.1 Kelimpahan Vibrio spp pada Lokasi Penelitian ....................................... 214.2.2 Hasil Identifikasi Vibrio spp pada Lokasi Penelitian............................... 24

V. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 295.1 Kesimpulan ................................................................................................. 29`5.2 Saran ........................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 30

LAMPIRAN........................................................................................................ 34

ii

Page 14: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Alat Penelitian yang digunakan dalam Penelitian ................................15

2. Bahan Penelitian yang digunakan dalam Penelitian ............................16

3. Hasil Kelimpahan Vibrio spp pada Lokasi Penelitian ..........................20

4. Hasil Identifikasi Vibrio spp pada Lokasi Penelitian............................21

Page 15: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................. 5

2. Morfologi Udang Vaname ................................................................ 8

3. Siklus Hidup Udang Vaname .......................................................... 10

4. Denah Pengambilan Sampel ........................................................... 17

Page 16: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alat dan Bahan Penelitian ......................................................................34

2. Koloni Vibrio spp pada Media ...............................................................38

3. Data Hasil Kelimpahan Vibrio spp pada Lokasi Penelitian ...................39

4. Hasil identifikasi Vibrio spp pada Lokasi Penelitian .............................40

5. Prosedur Identifikasi...............................................................................49

6. Lokasi Pengambilan Sampel ..................................................................50

7. Kualitas Air Tambak ..............................................................................52

v

Page 17: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budidaya merupakan salah satu kegiatan alternatif dalam meningkatkan produksi

perikanan. Vaname merupakan salah satu jenis udang yang sering dibudidayakan.

Hal ini disebabkan udang tersebut memiliki prospek dan profit yang menjanjikan

(Babu et al., 2014). Di pasar lokal maupun internasional permintaan udang

vaname cukup tinggi, karena memiliki keunggulan nilai gizi dan nilai ekonomis

yang tinggi. Dalam kegiatan budidaya udang vaname sering terjadi serangan

penyakit. Penyakit yang muncul disebabkan oleh serangan bakteri, parasit, virus,

dan jamur, hal ini terjadi apabila kondisi lingkungan, patogen, dan induk tidak

seimbang (Yusuf, 2014).

Salah satu penyakit yang muncul pada budidaya udang yaitu White feces disease

(WFD), penyakit ini ditandai dengan munculnya kotoran putih di permukaan

media budidaya. Penyakit ini dapat menyebabkan nafsu makan menurun,

pertumbuhan lambat, dan kematian massal. Penyebab terjadinya WFD yaitu

kualitas pakan yang tidak stabil/ cenderung turun, TOM (Total Organic Matter) di

perairan dan tambak cenderung tinggi, pemberian pakan yang berlebihan,

penggunaan probiotik yang berlebihan, daya dukung lingkungan yang terbatas dan

20% populasi di tambak didominasi oleh bakteri Vibrio spp (Yusuf, 2014). V.

vulnificus, V. fluvialis, V. parahaemolitycus, V. algynoliticus, V. mimicus, V.

cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang WFD (Taslihah

et al., 2004). Bakteri Vibrio spp dapat berkembang dengan cepat jika bahan

organik di dalam media budidaya tinggi. Jika populasi Vibrio spp lebih banyak

dibanding dengan populasi bakteri non patogen dapat menyebabkan penurunan

tingkat kelulushidupan udang budidaya. Chanratchakool et al. (1994) dan

Lightner et al. (1992) menyatakan bahwa fluktuasi pH, oksigen terlarut, suhu,

Page 18: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

2

salinitas, kadar amonia, dan bahan organik dapat sebagai penyebab stress pada

udang dan memicu terjadinya penyakit. Peningkatan jumlah bakteri Vibrio spp

disebabkan kondisi lingkungan yang tidak optimum. Kelimpahan bakteri Vibrio

spp yang tinggi dapat menjadi penyebab utama timbulnya penyakit pada kegiatan

budidaya udang (Yusuf, 2014).

Salah satu langkah efektif yang dapat ditempuh untuk mencegah penularan dan

penyebaran penyakit di tambak budidaya ikan maupun udang yaitu manajemen

lingkungan dan deteksi dini. Menurut Taslihan et al. (2004), untuk menjaga

produksi ikan dan udang tetap melimpah dapat dilakukan dengan cara

pengawasan kualitas air, pemberian pakan yang tepat, dan pemberian dosis

probiotik atau antibiotik dengan tepat. Dalam budidaya udang tingkat kesehatan

merupakan faktor penting, maka deteksi dini tentang kondisi kesehatan udang

budidaya dan kondisi lingkungan perairan sangat diperlukan. Desa Purworejo,

Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu

kawasan daerah penghasil udang di provinsi Lampung. Kondisi tambak di lokasi

tersebut sudah mengalami serangan White feces disease (WFD) yang

menyebabkan kerugian sangat besar bagi petambak. Deteksi dini mengenai

penyebab dan penanggulangannya perlu dilakukan untuk mengetahuinya. Oleh

karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang kelimpahan bakteri Vibrio spp pada

sumber air udang vaname sebagai deteksi dini penyakit WFD. Deteksi dini dapat

juga digunakan sebagai upaya dalam pengawasan kualitas air tambak.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mempelajari kelimpahan Vibrio spp pada lokasi di areal pertambakan di Desa

Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur pada lokasi yang berbeda.

2. Mengidentifikasi jenis Vibrio spp penyebab penyakit WFD pada lokasi di areal

pertambakan di Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur pada

lokasi yang berbeda.

Page 19: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

3

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu mendapatkan informasi terkait dengan

kelimpahan Vibrio spp pada lokasi yang berbeda di Desa Purworejo Kecamatan

Pasir Sakti Lampung Timur.

1.4 Kerangka Pikir

Udang Vaname merupakan salah satu udang yang memiliki nilai profit cukup

tinggi, sehingga budidaya udang vaname di Indonesia cukup pesat. Serangan

penyakit merupakan permasalahan dalam budidaya, karena dapat menurunkan

hasil produksi. Serangan penyakit muncul akibat adanya interaksi antara agen

penyebab penyakit (virus, jamur, bakteri, parasit), inang, dan lingkungan

(Hanggono & Junaidi, 2015). Pada umumnya serangan penyakit diawali dengan

menurunnya kualitas lingkungan budidaya seperti Total Amonia Nitrogen (TAN),

alkalinitas, tingkat kecerahan, suksesi plankton, dan jumlah vibrio koloni hijau

yang lebih tinggi dibandingkan tambak normal (Adiwidjaya et al., 2008).

Salah satu penyakit yang menyerang udang budidaya yaitu White feces disease

(WFD). Penyakit ini memiliki gejala klinis yaitu kotoran atau feces udang seperti

benang berwarna keputihan, nafsu makan menurun serta kematian hingga 60%.

Biasanya penyakit ini menyerang udang yang berusia 60 hari. Penyakit WFD

dapat disebabkan oleh Microsporidia (dari kelompok Enterocytozoon) dan

gregarin (diduga dari species Nematopsis spp) berkolaborasi dengan bakteri

Vibrio sp (Sriurairatana et al., 2014).

Pada udang sehat ditemukan dua jenis bakteri vibrio yaitu Vibrio algynolitycus

dan Vibrio parahaemolitycus di hepatopankreas, usus, dan haemolymph, namun

jumlah bakteri ini tidak sebanyak pada udang yang sakit (Isnansetyo, 2011).

Vibrio diduga dalam tubuh udang vaname berubah menjadi patogen pada saat

mendominasi lingkungan dan dapat masuk melalui makanan. Jika, kondisi udang

telah menunjukkan gejala WFD dapat dilakukan penanggulangan dengan

memperbaiki kondisi kualitas air dan kualitas tambak secara fisik, kimia, dan

Page 20: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

4

biologis. Hal ini merupakan upaya untuk mengurangi bahan organik di kolam

tambak agar bakteri vibrio tidak berkembang (Yanuhar, 2009). Tindakan ini

hanya bersifat sementara dan hanya dapat dilakukan pada kasus infeksi awal.

Tindakan lain yang dapat dilakukan yaitu deteksi dini dengan mengetahui

kelimpahan bakteri vibrio penyebab WFD, sehingga dapat dengan cepat dan tepat

dalam penanganannya.

Desa Purworejo merupakan salah satu desa yang terletak di pesisir Timur Provinsi

Lampung. Desa ini berada di Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.

Mayoritas masyarakat desa tersebut bekerja sebagai pembudidaya tambak dan

petani. Selain itu, masyarakat desa tersebut bekerja sebagai guru, wirausaha, dan

berkebun. Proses budidaya tambak di desa Purworejo dimulai sejak tahun 1980-

an, diawali dari masyarakat transmigrasi daerah lamongan.

Pada lokasi penelitian di desa Purworejo terdapat empat lokasi pengambilan

sampel yaitu kolam tambak, saluran tersier, saluran primer, dan saluran sekunder.

Sistem yang diterapkan pada tambak tersebut mulanya menggunakan sistem

tradisional. Pada tahun 2016 mulai dilakukan proses budidaya dengan sistem

intensif. Budidaya dengan sistem intensif menghasilkan limbah lebih banyak

dibandingkan dengan sistem tradisional. Sistem intensif pada saat ini dapat

menyebabkan banyaknya penyakit masuk akibat turunnya kondisi kualitas air

(Utami, 2016). Kualitas air yang menurun disebabkan adanya limbah yang tidak

diolah lebih lanjut dan menyebabkan penumpukan kandungan limbah dan bahan

organik. Penyakit yang masuk biasanya disebabkan oleh proses penambahan air

ke areal pertambakan dan adanya carier atau pembawa (Amri, 2006). Salah satu

penyakit yang menyerang areal pertambakan lokasi penelitian ini yaitu White

feces disease (WFD) yang diduga disebabkan oleh bakteri Vibrio spp pada saluran

perairan tambak.

Page 21: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

5

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Budidaya udang memilikiprofit tinggi

Permasalahan yang seringdihadapi pembudidaya yaitu

serangan penyakit

Kelimpahanbakteri

meningkat

Salah satu pemicu WFDyaitu bakteri vibrio

Kondisilingkungan yang

tidak optimal

Kondisi udangmenjadi stress

sehingga rentanterserangpenyakit

Deteksi dini dengan mengetahuigejala klinis WFD dan

kelimpahan vibrio pada perairan

WFD

Page 22: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

6

1.5 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini yaitu:

1. H0 Kelimpahan Vibrio spp pada beberapa lokasi di areal pertambakan Desa

Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur tidak berbeda.

H1 Kelimpahan Vibrio spp pada beberapa lokasi di areal pertambakan Desa

Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur berbeda.

2. H0 Jenis Vibrio spp pemicu WFD di areal pertambakan Desa Purworejo

Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur tidak dapat diidentifikasi.

H1 Jenis Vibrio spp pemicu WFD di areal pertambakan Desa Purworejo

Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur dapat diidentifikasi.

Page 23: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)

2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Udang Vaname

Wyban & Sweeny (1991), klasifikasi udang vaname sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Malacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Penaeidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

Bagian tubuh udang vaname secara umum terdiri dari dua bagian yaitu kepala

yang bergabung dengan dada (cephalothorax) dan perut (abdomen). Kepala udang

vaname terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan sepasang maxillae serta

dilengkapi 5 pasang kaki jalan (periopod). Pada bagian abdomen terdiri dari 6

ruas dan terdapat 6 pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip

ekor) (Gambar 2).

Page 24: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

8

Gambar 2. Morfologi Udang Vaname(Sumber: Daryono, 2013)

Kepala terdiri dari enam ruas, pada ruas pertama terdapat mata majemuk yang

bertangkai. Pada ruas kedua terdapat antenula yang mempunyai dua buah flagella

pendek yang berfungsi sebagai alat peraba dan pencium. Bagian dada terdiri

daridelapan ruas yang masing-masing ruas mempunyai sepasang anggota badan

yang disebut thoracopoda. Thoracopoda pertama sampai dengan ketiga

dinamakan maxilla yang berfungsi sebagai pelengkap bagian mulut dalam

memegang makanan. Thoracopoda kelima sampai dengan kedelapan berfungsi

sebagai kaki jalan yang disebut pereiopod. Pereiopod pertama sampai dengan

ketiga memiliki capit kecil yang merupakan ciri khas dari udang penaid (Amri &

Kana, 2008).

Abdomen (perut) terdiri dari enam ruas yaitu lima pasang kaki renang dan

sepasang uropod. Ruas pertama hingga ruas ke lima merupakan pleopod yang

berfungsi sebagai alat untuk berenang. Pada ruas keenam pleopod berubah bentuk

menjadi pipih dan melebar yang dinamakan uropod. Uropod bekerjasama dengan

telson berfungsi sebagai kemudi (Wahyuni, 2011).

2.1.2 Sifat Udang Vaname

Udang vaname memiliki sifat nocturnal yang berarti aktif mencari makan pada

malam hari. Saat dalam kondisi normal udang vaname akan jarang menampakan

diri atau naik kepermukaan. Udang vaname merupakan udang yang memiliki sifat

kanibalisme yaitu suka memangsa sesama jenis. Sifat ini muncul pada udang yang

Page 25: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

9

sehat dengan memangsa udang lain terutama udang yang sedang moulting atau

ganti kulit (Darmono, 1993).

Pergantian kulit pada udang disebut dengan moulting, pergantian kulit terjadi

secara periodik untuk tumbuh. Moulting adalah suatu proses pergantian kutikula.

Kutikula yang lama akan lepas dan diganti dengan kutikula yang baru. Udang

memiliki kerangka luar yang keras (karapaks). Ciri udang yang akan berganti

kulit yakni warna mata udang terlihat agak buram, nafsu makan akan menurun

dan aktifitas gerak semakin pasif. Proses pergantian kulit berlangsung pada tiga

tahap yaitu pre-moult, post-moult, dan inter-moult. Ketika pada kondisi ganti kulit

udang akan menjadi sangat lemah karena karapaksnya belum terbentuk secara

sempurna (Wahyuni, 2011).

2.1.3 Habitat Udang Vaname

Udang vaname hidup di habitat laut tropis. Secara umum, udang Penaeid

membutuhkan kondisi lingkungan dengan suhu berkisar antara 23 - 32 °C,

kelarutan oksigen lebih dari 3 ppm, pH 8, dan salinitas berkisar antara 10 - 30 ppt.

Udang vaname sangat toleran dan dapat bertahan hidup pada suhu yang rendah

(dibawah 15°C), walaupun pertumbuhannya akan sedikit terganggu. Sifat ini

memungkinkan budidaya udang ini di musim dingin. Namun, pertumbuhan

terbaik dicapai pada suhu berkisar antara 23 – 30 °C, dengan pertumbuhan

optimum pada suhu 30 °C untuk udang muda (dengan berat rata-rata satu gram)

dan suhu 27 °C untuk udang yang lebih besar (12 - 18 gram). Udang vaname juga

mempunyai kisaran toleransi yang tinggi terhadap salinitas. Udang ini mampu

hidup pada salinitas yang berkisar antara 0,5 - 45 ppt (Muzaki, 2004).

2.1.4 Siklus Hidup Udang Vaname

Tahapan siklus hidup udang vaname menurut Soemardjati & Suriawan (2007)

yaitu:

Page 26: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

10

1. Tahap Nauplius

Stadia Nauplius terbagi atas enam tahapan yang lamanya berkisar 46 - 50 jam

untuk Litopenaeus vannamei, belum memerlukan pakan karena masih mempunyai

kandungan telur.

2.Tahap Zoea

Stadia zoea terbagi atas tiga tahapan, berlangsung selama kira-kira 4 hari. Stadia

zoea sangat peka terhadap perubahan lingkungan terutama kadar garam dan suhu

air. Zoea mulai membutuhkan pakan berupa fitoplankton (Skeletonema sp).

3.Stadia Mysis

Terbagi atas tiga tahapan, yang lamanya 4 - 5 hari. Bentuk udang stadia mysis

mirip udang dewasa, bersifat planktonis dan bergerak mundur dengan cara

membengkokkan badannya. Udang stadia mysis mulai menggemari pakan berupa

zooplankton, misalnya Artemia salina.

4. Post larva

Stadia larva ditandai dengan tumbuhnya pleopoda yang berambut untuk renang.

Stadia larva bersifat bentik atau organisme penghuni dasar perairan, pada stadia

ini pakan yang sesuai dengan bukaan mulut seperti zooplankton.

Gambar 3. Siklus Hidup Udang vaname(Sumber: Stewart, 2005)

1.

3.

.

2.

4..

Page 27: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

11

2.2 White Feces Disease (WFD)

White feces disease (WFD) merupakan penyakit yang sering menyerang udang

budidaya. Penyakit ini muncul pada usia 60 hari. Penyakit WFD disebabkan

pemilihan kolam tambak, pakan berlebih, proses pembentukan plankton, sirkulasi

air yang buruk, kombinasi serangan parasit, dan air tambak kurang mengandung

bakteri Lactobacillus sp. (Sriurairatana et al, 2014). Kolam tambak yang

digunakan dapat berupa tanah dan non tanah, namun sebaiknya menggunakan

tambak tanah karena bahan organik dapat terserap dan dinetralisir oleh tanah

dinding dan lantai tambak. Pakan berlebih yang diberikan akan menimbulkan sisa

pakan yang cukup tinggi, penumpukan sisa pakan tersebut mengandung bahan

organik protein tinggi menyebabkan munculnya protozoa dan gregarin yang

masuk ke dalam pencernaan udang sehingga mengakibatkan WFD (Yusuf, 2014).

Menurut Taslihah et al. (2004) & Somboon et al. (2012), WFD disebabkan oleh

microsporidia (dari kelompok Enterocytozoon) dan gregarin (diduga dari species

Nematopsis spp.) berkolaborasi dengan bakteri Vibrio, beberapa vibrio

diidentifikasi pada udang yang terserang WFD, yaitu V. vulnificus, V. fluvialis, V.

parahaemolitycus, V. algynoliticus, V. mimicus, V. cholerae, dan V.damselae.

Penyakit ini ditandai dengan adanya kotoran putih yang melayang pada

permukaan tambak atau media budidaya udang dan anco (feeding tray). Tanda

klinis lainnya yaitu lepasnya kulit luar udang, insang berwarna gelap, nafsu

makan menurun, pertumbuhan terhambat, dan dapat menyebabkan kematian

(Taslihah et al., 2004). Pencegahan yang dapat dilakukan menjaga kualitas

lingkungan budidaya dan deteksi dini.

2.3 Bakteri Vibrio spp

Vibrio merupakan jenis bakteri yang hidupnya di laut dan memiliki daya tahan

terhadap salinitas cukup tinggi (Lightner, 1992). (Liston, 1989 dalam Retno

Widowati, 2008). Beberapa Vibrio patogen antara lain V. alginolyticus, V.

anguillarum, V. charcariae, V. cholerae, V. damsela, V. ordalii, V. vulnificus, V.

parahaemolyticus, V. mimicus, V. hollisae, V. fluvialis, V. metchnikovii, dan V.

Page 28: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

12

Furnisii (Kamiso et al, 2005).V. harveyi, V. vulnificus, V. parahaemolyticus, V.

alginolyticus, dan Vibrio sp. adalah bakteri patogen yang selalu ditemukan pada

hatchery maupun pembesaran udang, sementara V. damsella, V. fluvialis dan

Vibrio spp masih jarang dilaporkan (Yanuhar, 2009).

Salah satu spesies dalam kelompok ini yang paling banyak menyebabkan penyakit

dan kematian pada budidaya krustasea adalah Vibrio harveyi. Bakteri ini bersifat

oportunistik dan akan menjadi patogen jika pada media pemeliharaannya terjadi

perubahan secara drastis, seperti perubahan suhu, pH, salinitas dan faktor lainnya

(Rosa & Zafran, 1998). Jenis-jenis bakteri selain Vibrio harveyi yang dapat

menyebabkan penyakit yaitu V. carcharial, V. alginolyticus dan V.

parahaemolyticus (Panrenrengi et al., 1993). Sebagai organisme aquatik, Vibrio

mempunyai kelimpahan yang tinggi pada lingkungan perairan dan biasanya

berhubungan erat dengan organisme laut. Umumnya bakteri ini merupakan

patogen oportunistik untuk hewan poikiloterm dan homoioterm di perairan

(Hatmanti, 2003).

2.4 Kualitas Air Budidaya Udang Vaname

Kualitas air tambak sangat mempengaruhi pertumbuhan udang yang

dibudidayakan. Kualitas air yang optimal akan mendukung pertumbuhan yang

optimal, sedangkan kualitas air yang tidak optimal dapat menurunkan nafsu

makan udang budidaya yang akan berakibat pada pertumbuhan dan kondisi udang

budidaya tidak optimal. Penyakit pada udang budidaya akan muncul jika terjadi

interaksi antara kualitas air yang rendah, keberadaan pathogen yang mendominasi,

dan kondisi udang yang tidak optimal. Beberapa parameter kualitas air yang

mempengaruhi pertumbuhan dan SR (Survivale Rate) udang yang dibudidayakan,

antara lain: suhu, oksigen terlarut, dan pH (Sahrijanna & Sahabuddin, 2014).

Suhu air dapat mempengaruhi berbagai proses baik biologi, fisika maupun kimia

air. Kenaikan suhu yang masih dapat ditoleransi organisme akan diikuti oleh

kenaikan derajat metabolisme dan aktivitas fotosintesis pakan alami

(fitoplankton). Demikian juga suhu air akan mempengaruhi kelangsungan hidup,

Page 29: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

13

pertumbuhan morfologi, reproduksi, tingkah laku, laju pergantian kulit (untuk

udang) dan metabolisme udang (Kilawati & Yunita, 2015). Besarnya pengaruh

suhu air terhadap kehidupan ditentukan oleh daya toleransi serta kecepatan

perubahan suhu air. Semakin tinggi suhu dalam air akan menurunkan kelarutan

oksigennya (Boyd, 1990). Suhu optimal untuk budidaya udang di tambak berkisar

antara 26 - 30°C. Perubahan suhu secara mendadak sebesar ± 2°C atau lebih

meskipun suhu air berada dalam kisaran normal bagi udang dapat menyebabkan

stress dan bahkan dapat berakibat kematian massal (Yusuf, 2014).

Oksigen terlarut mempunyai arti penting dalam budidaya. Oksigen terlarut

bermanfaat untuk respirasi berbagai organisme perairan. Tersedianya oksigen

terlarut dalam air sangat menentukan kehidupan udang. Oksigen terlarut yang

rendah dapat menyebabkan pertumbuhan udang budidaya lambat, nafsu makan

menurun, menyebabkan kematian, dan meningkatkan pertumbuhan bakteri

anaerob di dasar kolam (Boyd, 1990). Oksigen terlarut mempengaruhi feed

intake, resistensi terhadap penyakit, dan metabolisme organisme budidaya.

Derajat keasaman (pH) air menunjukkan kadar ion hidrogen atau proton yang

terkandung dalam air. pH mempengaruhi proses dan kecepatan reaksi kimia di

dalam air media maupun reaksi biokimia dalam tubuh udang, mempengaruhi daya

racun suatu senyawaan, kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang (Suwarsih et

al., 2016). Fluktuasi pH air sebesar (> 0,5) mempengaruhi nafsu makan, nilai pH

yang tinggi (> 8) akan meningkatkan kandungan amonia dalam air yang dapat

mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan organisme akuatik. Setiap jenis

organisme mempunyai daya toleransi berbeda terhadap perubahan pH. pH yang

baik untuk pertumbuhan udang antara 6,5 - 9 dan optimumnya antara pH 6,5 -

8,5. pH kurang dari 4 dan lebih dari 11 menyebabkan organisme mati. Hasil

pengukuran pH di tambak berkisar antara 7,9 - 9,1. Jadi masih dalam batas sesuai

untuk budidaya (Yusuf, 2014).

Salinitas merupakan kadar keseluruhan ion terlarut dalam air. Komposisi ion air

dapat dikatakan baik apabila didominasi oleh ion tertentu seperti chlorida,

karbonat, bikarbonat, sulfat, magnesium, natrium dan kalsium (Boyd, 1990).

Page 30: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

14

Salinitas berpengaruh terhadap osmotik air, semakin tinggi salinitas air akan

semakin besar tekanan osmotiknya. Kisaran optimum salinitas tambak antara 15 -

25 ppt. Salinitas yang terlalu tinggi dapat menghambat terjadinya moulting udang.

Sebaliknya, salinitas antara 5 - 10 ppt dapat mempercepat moulting, akan tetapi

udang sensitif terhadap penyakit (Buwono, 1993).

2.5 Kondisi Lokasi Penelitian

Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi

Lampung yang secara geografis terletak pada posisi 105º15' BT - 106º20' BT dan

4º37' LS - 5º37' LS. Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang-

undang Nomor 12 Tahun 1999, yang secara resmi menjadi kabupaten pada

tanggal 27 April 1999. Kabupaten Lampung Timur memiliki luas 433.789 km2

yang terbagi dalam 257 desa/kelurahan dan 24 kecamatan, salah satunya

Kecamatan Pasir Sakti (BPS & Bappeda Provinsi Lampung, 2006).

Desa Purworejo merupakan desa yang terletak di pesisir Timur Provinsi

Lampung. Desa ini berada di Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur,

mayoritas masyarakat desa tersebut bekerja sebagai pembudidaya tambak dan

petani, sedangkan sebagian dari masyarakat bekerja sebagai guru, wirausaha, dan

berkebun. Daerah tambak Pasir Sakti khususnya desa Purworejo menerapkan

sistem budidaya polikultur udang windu (Penaeus monodon) dan ikan bandeng

(Chanos chanos) secara ekstensif. Komoditas yang dibudidayakan pada daerah

pertambakan ini adalah udang windu dan bandeng. Kedua komoditas ini di

budidayakan secara ekstensif polikultur dalam satu petakan tambak. Sistem

polikultur memberikan sisi positif dalam margin pendapatan petani. Hal ini

disebabkan karena adanya produk tambahan yang dihasilkan selain udang windu

yaitu ikan bandeng.

Usaha budidaya tambak di Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten

Lampung Timur dimulai sejak tahun 1980-an. Produksi udang di Tambak Desa

Purworejo pernah mengalami puncak produksi pada tahun 1998 sampai dengan

tahun 2007 dengan produksi udang sebanyak 200kg/ha. Pada tahun 2007 sampai

Page 31: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

15

dengan 2010 produksi udang di daerah pertambakan ini mulai mengalami

penurunan jumlah produksi menjadi 120kg/ha atau sekitar 40%. Penurunan

jumlah produksi udang di lokasi penelitian diduga akibat masalah kondisi

lingkungan yang tidak sesuai dan dapat memicu munculnya patogen penyebab

penyakit.

Page 32: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

16

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2018 selama 14 hari. Pengambilan

sampel dilakukan di Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur dan

analisis sampel dilakukan di Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan

Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan selama penelitian terdapat pada Tabel 1, sedangkan bahan

yang digunakan selama penelitian terdapat pada Tabel 2.

Tabel 1. Alat

No Alat Keterangan1 Inkubasi Untuk inkubasi bakteri yang sudah

diinokulasi2 Mikropipet Untuk memindahkan cairan dengan

volume cukup kecil3 Cawan petri Untuk membiakkan kultivasi

mikroorganisme3 Hot plate stirrer Untuk menghomogenkan suatu larutan

dengan pengadukan4 Tabung reaksi Untuk uji-uji biokimiawi dan

menumbuhkan mikroba5 Rak tabung reaksi Untuk meletakkan tabung reaksi6 Bunsen Untuk menciptakan kondisi steril saat

inokulasi sampel7 Gelas ukur Untuk mengukur suatu cairan8 Erlenmeyer Untuk menampung larutan, bahan atau

cairan yang9 Vortex Untuk menghomogenkan suatu cairan10 Sarung tangan Untuk melindungi tangan peneliti11 Masker Sebagai pelindung wajah

Page 33: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

17

12 Timbangan digital Untuk menimbang media atau sampel

13 Spatula Untuk mengambil media yang akanditimbang

14 Autoclave Untuk mensterilisasi alat dan bahan15 Spidol Untuk mencatat jumlah bakteri dan

pemberi tanda16 Colony counter Untuk menghitung koloni yang

tumbuh pada cawan petri

Tabel 2. Bahan

No Nama Bahan Keterangan1 TCBS Sebagai media tumbuh Vibrio spp2 TSA Sebagai media tumbuh bakteri3 NaCl Sebagai larutan trisalt4 MgSO4 Sebagai larutan trisalt5 KCl Sebagai larutan trisalt6 Alkohol Sebagai sterilisasi tempat7 Aquades Untuk pembuatan media TCBS, trisalt,

dan TSA

3.3 Lokasi Pengambilan Sampel

Kolam budidaya pada penelitian ini berukuran 1000 m2 dengan kedalaman air

setinggi 100 - 120 cm. Lebar pematang kolam yang digunakan yaitu 1,5 - 2,5 m

dengan kontruksi pematang berupa lumpur berpasir. Pada pematang kolam

dilapisi dengan plastik mulsa berukuran 0,8 mm. Pada dasar kolam menggunakan

lumpur berpasir sehingga dapat membantu perkembangan dari bakteri yang

berada pada media budidaya.

Sampel air diambil dari enam titik lokasi di areal pertambakan Desa Purworejo

Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur. Denah lokasi penelitian pada

Gambar 4.

1. Saluran tersier (inlet/ outlet)

2. Saluran primer

3. Saluran sekunder

4. 3 Kolam tambak

Page 34: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

18

Page 35: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

19

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel air sebanyak 100 ml

menggunakan botol sampel. Sampel diambil dari 6 titik lokasi dengan 3 kali

pengulangan tiap lokasi. Sampel yang telah diambil langsung diinokulasi pada

media TCBS.

3.4.2 Media TCBS

TCBS agar adalah jenis agar plate selektif yang digunakan dalam mikrobiologi

laboratorium untuk mengisolasi Vibrio TCBS sangat selektif untuk isolasi V.

cholerae dan V. parahaemolyticus serta vibrio lainnya. Pembuatan media TCBS

yaitu dengan melarutkan 88 gr TCBS kedalam 1 L aquades steril. Kemudian

media dihomogenkan dengan menggunakan hotplate stirrer sampai mendidih,

kemudian media didinginkan dan dituang pada cawan petri.

3.4.3 Larutan Trisalt

Pembuatan larutan trisalt ini dengan mencampurkan 0,375gr KCL, 3,47gr MgSO4

dan 9,3gr NaCl ke dalam erlenmeyer yang berisi 500 ml akuades dan kemudian

disetrilkan ke dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama 15 menit dengan tekanan

1 atm.

3.5 Inokulasi Sampel Air

Inokulasi sampel air menggunakan spread plate methode memiliki beberapa tahap

yaitu

1. Sampel air diencerkan pada larutan trisalt dengan pengenceran 10-1, 10-2, dan

10-3

2. Sampel air yang telah diencerkan diambil sebanyak 100 µl, kemudian

ditanam kedalam media TCBS.

3. Setelah sampel bakteri ditanam pada media TCBS kemudian diinkubasi

selama 24 jam dengan posisi terbalik.

Page 36: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

20

3.6 Perhitungan Bakteri

Perhitungan bakteri dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:

1. Setelah diinkubasi selama 24 jam, koloni bakteri yang telah tumbuh dihitung

dengan meletakkan cawan petri diatas alat Colony Counter dan kemudian

koloni bakteri dihitung.

2. Kemudian hasil dimasukkan kedalam rumus:

CFU/ml =

Keterangan :

N = Jumlah koloni (CFU/ml)

= Jumlah koloni pada cawan yang dihitung

= Faktor Pengenceran

= Volume Sampel

3.7 Identifikasi Bakteri

Pada penelitian ini dilakukan identifikasi Vibrio dengan metode goresan kuadran

beberapa tahap sehingga diperoleh 1 isolat murni, isolat yang telah diperoleh

kemudian diidentifikasi. Identifikasi bakteri Vibrio spp dilakukan dengan

menggunakan MICROBACTTM 24 E Gram Negative Identification System

(OXOID) (Oxoid, 2005) dan dibaca dengan menggunakan software microbact

2000. Pengamatan morfologi sel meliputi uji pewarnaan gram, bentuk sel, dan uji

motilitas. Uji sifat fisiologis meliputi uji katalase, uji indol, uji MR-VP, uji

Simmons Citrate, dan uji TSIA.

3.8 Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu Deskriptif dimana data

yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel excel dan di analisis secara

deskriptif berdasarkan data yang didapatkan.

Page 37: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

28

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu:

1. Kelimpahan Vibrio spp. pada lokasi di areal pertambakan di Desa Purworejo

Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur berbeda.

2. Jenis Vibrio spp yang ditemukan pada lokasi di areal pertambakan di Desa

Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur yaitu V.

parahaemolyticus, V. vulnificus, dan V. alginolyticus.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan yaitu perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait

kelimpahan vibrio pada udang budidaya di lokasi penelitian.

Page 38: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

29

DAFTAR PUSTAKA

Adiwijaya, D., Supito, & Sumantri, I. (2008). Penerapan Teknologi Budidaya

Udang Vanname (L. vannamei) Semi Intensif Pada Lokasi Tambak

salinitas Tinggi. Jepara: Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau.

Amri, K. (2006). Budi Daya Udang Windu Secara Intensif. Jakarta: Agro Media

Pustaka.

Amri, K., & Kanna, I. (2008). Budidaya Udang Vaname Secara Intensif, Semi

Intensif, dan Tradisional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Babu, D., Ravuru, & Mude, J. N. (2014). Effect of Density on Growth and

Production of Litopenaeus Vannamei of Brackish Water Culture System

in Summer Season with Artificial Diet in Prakasam District. American

International Journal of Research in Formal, Applied, dan Natural

Sciences 5 (1), 10-13.

Bailey, B. J., & Moss, S. M. (1992). Penaeid Taxonomy, Biology and

Zoogeography. In Marine Shrimp Culture: Principles And Practices.

Elsevier Sciense Publishers 23, 9-27.

Boyd, C. E. (1990). Water Quality in Pond for Aquaculture. USA: Department of

Fisheries and Allied Aquacultures.

Buwono, L. B. (1993). Tambak Udang Windu: Sistem Pengelolaan Berpola

Intensif. Jogjakarta: Kanisius.

Page 39: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

30

Chanratchakool, P., Tumbull, J. F., & Limsuwan, C. (1995). Health Management

in Shrimp Ponds. Thailand: Aquatic Animal Health Research Institute.

Darmono. (1993). Budidaya Udang Penaeus. Jogjakarta: Kanisius.

Daryono, M. (2013). Analisis White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada

Litopenaeus vanammei (Udang vaname) dengan metode Polymerase

Chain Reaction (PCR). Medan: Universitas Negeri Sumatera Utara.

Haliman, & Adiwijaya. (2005). Pembudidaya dan Prospek Pasar Udang Putih

yang Tahan Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Hameed, S. A., Rahaman, K. H., Alagan, A., & Yoganandha, K. (2003).

Antibiotic Resistance in Bacteria Isolated from Hatchery-reared Larvae

and Post-larvae of Macrobrachium rosenbergii. Aquaculture 217, 39-48.

Hanggono, B., & Junaidi, M. (2015). Deteksi Penyakit Viral Pada Udang

Vannamei. Jurnal Ilmu Perikanan 6 (1), 13-18.

Hatmanti, A. (2003). Penyakit Bakterial pada Budidaya Krustasea Serta Cara

Penanganannya. Oseana 28 (3), 10-15.

Isnansetyo, A., Muhtadi, Istiqomah, I., Nitimulyo, K. H., & Triyanto. (2011).

Selective Media for In Vitro Activity Evaluation of Bacterial Biocontrol

Against Pathogenic Vibrio. Journal of Biosciences 18 (3), 129-134.

Kharisma, A., & Manan, A. (2012). Kelimpahan Bakteri Vibrio sp. pada Air

Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) sebagai Deteksi

Dini Serangan Penyakit Vibriosis. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan

4 (2), 129-134.

Page 40: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

31

Kilawati, Y., & Maimunah, Y. (2015). Lingkungan Tambak Intensif Litapenaeus

vannamei dalam Kaitannya dengan Prevalensi Penyakit White Spot

Syndrome Virus. Journal of Life Science 2 (1), 50-59.

Lightner, D. V., Bell, T. A., Redman, R. M., Mohney, L. L., Natividad, J. M.,

Rukyani, A., et al. (1992). A Review of Some Major Disease of Economic

Significance in Penaeid Prawns/Shrimp of the Americans and Indopacific.

Proceedings of the First Symposium on Disease in Asian Aquaculture.

Bali.

Liston, J. (1989). Microbial Hazard of Seafood Consumption dalam Food

Technology. California: Anaheim.

Murtidjo, B. A. (1992). Budidaya Udang Galah Sistem Monokuler. Jogjakarta:

Kanisius.

Muzaki, A. (2004). Produksi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) pada Padat

Penebaran Berbeda Di Tambak Biocrete. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nitimulyo, K. H., Isnansetyo, A., Triyanto, Istiqomah, I., & Murdjani, M. (2005).

Isolasi, Identifikasi dan Karakterisasi Vibrio Spp. Patogen Penyebab

Vibriosis pada Kerapu di Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Jurnal

Perikanan 7 (2), 80-94.

Nurbaya, Muliani, & Tompo, A. (2010). Penelitian Aplikasi Bakteri Probiotik

Pada Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon) di Tambak. Prosiding

Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, (pp. 279-284).

Otto, S. K., & Karunasagar, I. (2001). Bacteriological Study of Shrimp Penaeus

monodon Fabricius, Hatcheries In India. Jurnal Appl Ichthyology 17 (2),

59-63.

Page 41: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

32

Panrenrengi, A., Zafran, Boer, D. R., & Rusdi, I. (1993). Identifikasi dan

Patogenisitas Beberapa Bakteri Vibrio pada Larva Kepiting Bakau, Scylla

serrata. Jurnal Penelitian Budidaya Pantai 9 (3), 125-130.

Pfeffer, C. S., Hite, F. M., & Oliver, J. D. (2003). Ecology of Vibrio vulnificus in

estuarine waters of Eastern North Carolina. Appl Environ Microbiol 69,

3526-3531.

Priosoeryanto, B. P., Ersa, I. M., Tiuria, R., & Handayani, S. U. (2010).

Gambaran Histopatologi Insang, Usus dan Otot Ikan Mujair (Oreochromis

mossambicus) yang Berasal dari Daerah Ciampea Bogor. Indonesian

Journal of Veterinary Science dan Medicine.

Roberts, R. J. (2001). Fish Pathology Edisi III. London: W.B. Saunders.

Rosa, D., & Zafra, I. (1998). Pengendalian Vibrio harveyi secara Biologis pada

Larva Udang Windu (Peneaus monodon) : Aplikasi Bakteri Penghambat.

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 4 (2), 24-30.

Sahrijanna, A., & Sahabuddin. (2014). Kajian Kualitas Air pada Budidaya Udang

Vaname (Litopenaeus vannamei) dengan Sistem Pergiliran Pakan di

Tambak Intensif. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, (pp.

313-319).

Samboon, M., & Purivirojkul, W. (2012). Effect of Vibrio spp. in White Feces

Infected Shrimp in Chantaburi, Thailand. Jurnal Kasetsart University 36

(1), 7-15.

Soemardjati, & Suriawan. (2007). Petunjuk Teknis Budidaya Udang Vaname

(Litopenaeus vannamei) di Tambak. Situbondo: Direktorat Jenderal

Perikanan Budidaya.

Page 42: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

33

Sriurairatana, S., Boonyawiwat, W., Gangnonngiw, C., Laosutthipong, J.,

Hiranchan, & Flegel, T. W. (2014). White Feces Syndrome of Shrimp

Arises from Transformation, Sloughing and Aggregation of

Hepatopancreatic Microvilli into Vermiform Bodies Superficially

Resembling Gregarines. Plos One 9 (6), 8.

Stewart, R. (2005). Invertebrates: The Other Food Source. Ocean World 6.

Suwarsih, Marsoedi, Harahab, N., & Mahmudin, M. (2016). Kondisi Kualitas Air

pada Budidaya Udang di Tambak Wilayah Pesisir Kecamatan Palang

Kabupaten Tuban. Prosiding Seminar Nasional Kelautan (pp. 138-143).

Madura: Universitas Trunojoyo.

Taslihan, A. W., Ani, Retna, H., & Astuti, S. M. (2004). Pengendalian Penyakit

Pada Budidaya Ikan Air Payau. Jepara: Direktorat Jenderal Perikanan

Balai Besar Budidaya Air Payau.

Tompo, A. M., Madeali, I., & Endang, S. (2008). Dinamika Populasi Bakteri

Vibrio sp. di Tambak Aplikasi Bakterin untuk Pencegahan Penyakit pada

Budidaya Udang Windu. Prosiding Semnaskan V. Jogjakarta.

Tompo, A. M., Madeali, I., & Endang, S. (2016). Kajian Populasi Bakteri Vibrio

sp. pada Tambak Budidaya Udang Vaname (Lithopenaeus vannamei)

Sistem Semi Intensif dengan Persentase Pemberian Pakan yang Berbeda.

Jurnal Unismuh 5.

Utami, W., Sarjito, & Desrina. (2016). Pengaruh Salinitas Terhadap Efek Infeksi

Vibrio harveyi pada Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei). Journal of

Aquaculture Management and Technology 5 (1), 82-90.

Page 43: KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANG …digilib.unila.ac.id/33537/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang

34

Vandenberghe, J. F., Thompson, L., Gomez-Gill, B., & Swings, J. (2003).

Phenotypic Diversity Amongst Vibrio Isolates from Marine Aquaculture

Systems. Aquaculture 219, 9-20.

Wahyuni, D. A. (2011). Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)

Skala Rumah Tangga (Back Yard) di Stasiun Lapangan Praktek

Pembenihan Akademi Perikanan Sidoarjo (SLPP-APS), Kecamatan

Paciran, Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur. Surabaya:

Universitas Airlangga.

Wang, L., & Chen, J. (2005). The Immune Response of White Shrimp

Litopenaeus vannamei and Its Susceptibility to Vibrio alginolyticus at

Different Salinity Levels. Fish and Shellfish Immunology 18, 269-278.

Widowati, R. (2008). Keberadaan Bakteri Vibrio parahaemolyticus pada Udang

yang Dijual di Rumah Makan Kawasan Pantai Pangandaran. Vis Vitalis 1

(1), 9-14.

Wyban, J. A., & Sweeney, J. N. (1991). Intensive Shrimp Production Technology.

The Oceanic Institute, 158.

Yanuhar, U. (2009). Mekanisme Infeksi Vibrio pada Reseptor Ikan Kerapu Tikus

Cromileptes altivelis. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 1 (1) , 15-22.

Yusma, Y. (2011). Isolasi dan Identifikasi Vibrio parahaemolyticus Patogenik

Pada Udang Tambak. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor.

Yusuf, C. (2014). BMP Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon) tambak

tradisional dan Semi Intensif. Jakarta: WWF-Indonesia.