kelimpahan vibrio spp. pemicu wfd pada lokasi yang …digilib.unila.ac.id/33537/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
i
KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANGBERBEDA PADA AREAL PERTAMBAKAN DESA PURWOREJO
KECAMATAN PASIR SAKTI LAMPUNG TIMUR
(Skripsi)
OlehAnnisa Husnul Khotimah
1414111008
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRANJURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
2018
ABSTRACT
THE ABUNDANCE Vibrio spp. TRIGGERS WFD IN DIFFERENTLOCATIONS ON AREAL CULTIVATION IN PURWOREJO VILLAGE
PASIR SAKTI DISTRICT EAST LAMPUNG
ByAnnisa Husnul Khotimah
Shrimp vaname is one type of shrimp that is often cultivated. The shrimp havepromising prospects and profits. The rapid cultivation of vaname shrimp canallow disease attacks. Disease that appears on shrimp farming is White FecesDisease (WFD), the disease is characterized by the appearance of white dirt on thesurface of the culture medium. This research is about the abundance and types ofbacteria Vibrio pathogen triggers WFD for shrimp farming in Purworejo village,Pasir Sakti District, East Lampung. The samples from 6 locations is primarysources, secondary sources, tertiary sources, ponds 1, ponds 2, and ponds 3. Thesamples were inoculated using 10-1, 10-2, and 10-3 dilutions, then planted on TCBSmedium is a selective medium. Samples were then observed after incubation for24 hours. The abundance is calculated by using a colony counter. The abundanceobtained is positive water samples WFD 3,5×105±0,9×105, positive prawnintestine WFD 4,4×105±0,1×105, primary source 3,9×104±2,1×104, secondarysource 1,0×105±0,1×105, tertiary source 3,2×105±1,1×105, ponds 12,2×105±0,3×105, ponds 2 1.3×105±0.3×105, ponds 3 5,2×104±1,0×104, andhealthy shrimp intestine ≤2,5×104±0,5×104. Types of Vibrio bacteria are found inaffected shrimp WFD V. vulnificus, V. fluvialis, V. parahaemolitycus, V.algynoliticus, V. mimicus, V. cholerae, and V. damselae. Types of Vibrio bacteriaidentified at research sites and suspected WFD disease triggers were V. vulnificus,V. parahaemolitycus, and V. algynoliticus.
Keywords: Litopenaeus vanname, The abundance of Vibrio bacteria, TriggerWFD
ABSTRAK
KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANGBERBEDA PADA AREAL PERTAMBAKAN DESA PURWOREJO
KECAMATAN PASIR SAKTI LAMPUNG TIMUR
OlehAnnisa Husnul Khotimah
Udang vaname merupakan salah satu jenis udang yang sering dibudidayakan. Halini disebabkan udang tersebut memiliki prospek dan profit yang menjanjikan.Pesatnya budidaya udang vaname dapat memungkinkan serangan penyakit. Salahsatu penyakit yang muncul pada budidaya udang yaitu White Feces Disease(WFD), penyakit ini ditandai dengan munculnya kotoran putih di permukaanmedia budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan jenisbakteri Vibrio patogen pemicu WFD pada areal pertambakan desa Purworejo,Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur. Sampel diambil dari 6 lokasi yaitusaluran primer, saluran sekunder , saluran tersier, kolam tambak 1, kolam tambak2, dan kolam tambak 3. Sampel diinokulasi dengan menggunakan pengenceran10-1, 10-2, dan 10-3 kemudian ditanam pada media TCBS, yang merupakan salahsatu media selektif. Sampel kemudian diamati setelah diinkubasi selama 24 jam.Kelimpahan dihitung dengan menggunakan colony counter. Kelimpahan yangdidapat yaitu sampel air positif WFD 3,5×105±0,9×105, usus udang positif WFD4,4×105±0,1×105, saluran primer 3,9×104±2,1×104, saluran sekunder1,0×105±0,1×105, saluran tersier 3,2×105±1,1×105, kolam tambak 12,2×105±0,3×105, kolam tambak 2 1,3×105±0,3×105, kolam tambak 35,2×104±1,0×104, dan usus udang sehat ≤2,5×104±0,5×104. Beberapa jenis bakteriVibrio ditemukan pada udang yang terserang WFD V. vulnificus, V. fluvialis, V.parahaemolitycus, V. algynoliticus, V. mimicus, V. cholerae, dan V. damselae.Jenis bakteri Vibrio yang diidentifikasi pada lokasi penelitian dan diduga pemicupenyakit WFD yaitu V. vulnificus, V. parahaemolitycus, dan V. algynoliticus.
Kata kunci: Litopenaeus vanname, Kelimpahan bakteri Vibrio, Pemicu WFD
KELIMPAHAN Vibrio spp. PEMICU WFD PADA LOKASI YANGBERBEDA PADA AREAL PERTAMBAKAN DESA PURWOREJO
KECAMATAN PASIR SAKTI LAMPUNG TIMUR
Oleh
Annisa Husnul Khotimah
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan KelautanFakultas Pertanian
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 2 Juli 1996,
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ibnu
Rusdi dan Ibu Bimasnun. Penulis menyelesaikan pendidikan di
TK Al-Kautsar Padang pada tahun 2002, SDN 2 Palapa Bandar
Lampung pada tahun 2008, SMP PGRI 6 Bandar Lampung pada 2011 dan SMAN
12 Bandar Lampung pada 2014. Selanjutnya, pada tahun 2014 penulis diterima
sebagai mahasiswa Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung melalui Jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Plankton
dan Tanaman Air 2016/2017, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum
Limnologi tahun ajaran 2016/2017, 2017/2018, dan 2018/2019, asisten praktikum
Fisiologi Hewan Air tahun ajaran 2016/2017, asisten praktikum Genetika Ikan
2016/2017, asisten praktikum Manajemen Kualitas Air 2016/2017 dan 2017/2018,
asisten praktikum Teknologi Produksi Udang 2017/2018. Penulis telah
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Banjar Agung Mataram
Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah pada bulan Januari -
Febuari 2017, dan pada Juli-Agustus 2017 penulis melaksanakan Praktik Umum
(PU) di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL) Serang dengan
judul “Deteksi Enterocytozoon hepatopenaei (EHP) pada Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) dengan Metode PCR Konvensional di Loka Pemeriksaan
Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang”. Tahun 2018, penulis menyelesaikan tugas
akhir dengan menulis skripsi yang berjudul “Kelimpahan Vibrio spp. Pemicu
WFD pada Lokasi yang Berbeda pada Areal Pertambakan di Desa Purworejo
Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur”.
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan
rahmat-Nya. kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana karya kecilku
dengan kerendahan hati ini, kepada:
Ibunda Bimasnun dan Ayahanda Ibnu Rusdi yang tanpa henti
mendo’akan dan mendukungku.
Teman-teman senasib seperjuangan yang menjadi tempat keluh kesah
semasa studi.
Almamater tercinta, Universitas Lampung.
Terima Kasih
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kelimpahan
Vibrio spp. Pemicu WFD pada Lokasi yang Berbeda pada Areal Pertambakan di
Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur”.
Selama proses penyelesaian skripsi, penulis telah memperoleh banyak bantuan
dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan
Universitas Lampung.
3. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Ibnu Rusdi dan Ibu Bimasnun untuk
setiap do’a, motivasi, kasih sayang, materi, dan tetesan keringat yang
selalu menjadi semangat dalam setiap langkah kakiku serta Adikku yang
menjadi motivasi terbesar dalam hidupku.
4. Bapak Dr. Supono, S.Pi., M.Si., selaku dosen Pembimbing Utama yang
telah membimbing dengan penuh keuletan dan kesabaran dari awal hingga
selesainya skripsi ini dengan baik.
5. Bapak Wardiyanto, S.Pi., M.P., selaku dosen Pembimbing Kedua yang
membimbing dengan penuh semangat dan kesabaran sehingga skripsi ini
menjadi semakin baik.
6. Ibu Esti Harpeni, S.T., MappSc., selaku dosen Penguji yang memberikan
saran dan masukan yang amat membangun.
7. Ibu Berta Putri, S.Si., M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan nasihat, bimbingan, dan motivasi selama menjalani
studi di Jurusan Perikanan dan Kelautan.
8. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Perikanan dan Kelautan yang telah
memberikan motivasi dan saran selama menjalani studi di Jurusan
Perikanan dan Kelautan.
9. Terimakasih kepada Acib, Astri, Farida, Dian, Fitri, Arum, Anggraini,
Ramaita, Arif, Ketur, Fajri, Bambang, Donna, Maol, Novia, dan Vika yang
telah menemani dan membantu selama penelitian.
10. Teman-teman angkatan 2014 yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas
kebersamaan dan kerjasamannya selama ini.
11. Laboran dan staf administrasi jurusan Perikanan dan Kelautan yang telah
membantu dalam memfasilitasi selama proses penyelesaian skripsi.
12. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
yang membaca, Amin.
Bandar Lampung, September 2018
Penulis
Annisa Husnul Khotimah
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL............................................................................................... iiiDAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ivDAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... v
I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 11.1. Latar Belakang .......................................................................................... 11.2. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 21.3. Manfaat ..................................................................................................... 31.4. Kerangka Pemikiran.................................................................................. 31.5. Hipotesis ................................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 72.1 Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) ................................................... 7
2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Udang Vaname....................................... 72.1.2 Sifat Udang Vaname......................................................................... 82.1.3 Habitat Udang Vaname .................................................................... 92.1.4 Siklus Hidup Udang Vaname .......................................................... 9
2.2 White Feces Disease (WFD)...................................................................... 102.3 Bakteri Vibrio spp ..................................................................................... 112.4 Kualitas Air Budidaya Udang Vaname...................................................... 122.5 Kondisi Lokasi Penelitian .......................................................................... 14
III. METODOLOGI ............................................................................................ 153.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 153.2 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 153.3 Denah Lokasi Pengambilan Sampel ......................................................... 163.4 Pelaksanaan Penelitian............................................................................... 18
3.4.1 Pengambilan Sampel ....................................................................... 183.4.2 Media TCBS .................................................................................... 183.4.3 Larutan Trisalt .................................................................................. 18
3.5 Inokulasi Sampel Air ................................................................................. 183.6 Perhitungan Bakteri ................................................................................... 193.7 Identifikasi Bakteri .................................................................................... 193.8 Analisis Data.............................................................................................. 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 204.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 204.1.1 Kelimpahan Bakteri Vibrio spp pada Lokasi Penelitian ......................... 204.1.2 Hasil Identifikasi Vibrio spp pada Lokasi Penelitian ............................. 214.2 Pembahasan ................................................................................................ 214.2.1 Kelimpahan Vibrio spp pada Lokasi Penelitian ....................................... 214.2.2 Hasil Identifikasi Vibrio spp pada Lokasi Penelitian............................... 24
V. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 295.1 Kesimpulan ................................................................................................. 29`5.2 Saran ........................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 30
LAMPIRAN........................................................................................................ 34
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Alat Penelitian yang digunakan dalam Penelitian ................................15
2. Bahan Penelitian yang digunakan dalam Penelitian ............................16
3. Hasil Kelimpahan Vibrio spp pada Lokasi Penelitian ..........................20
4. Hasil Identifikasi Vibrio spp pada Lokasi Penelitian............................21
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ................................................................. 5
2. Morfologi Udang Vaname ................................................................ 8
3. Siklus Hidup Udang Vaname .......................................................... 10
4. Denah Pengambilan Sampel ........................................................... 17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Alat dan Bahan Penelitian ......................................................................34
2. Koloni Vibrio spp pada Media ...............................................................38
3. Data Hasil Kelimpahan Vibrio spp pada Lokasi Penelitian ...................39
4. Hasil identifikasi Vibrio spp pada Lokasi Penelitian .............................40
5. Prosedur Identifikasi...............................................................................49
6. Lokasi Pengambilan Sampel ..................................................................50
7. Kualitas Air Tambak ..............................................................................52
v
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budidaya merupakan salah satu kegiatan alternatif dalam meningkatkan produksi
perikanan. Vaname merupakan salah satu jenis udang yang sering dibudidayakan.
Hal ini disebabkan udang tersebut memiliki prospek dan profit yang menjanjikan
(Babu et al., 2014). Di pasar lokal maupun internasional permintaan udang
vaname cukup tinggi, karena memiliki keunggulan nilai gizi dan nilai ekonomis
yang tinggi. Dalam kegiatan budidaya udang vaname sering terjadi serangan
penyakit. Penyakit yang muncul disebabkan oleh serangan bakteri, parasit, virus,
dan jamur, hal ini terjadi apabila kondisi lingkungan, patogen, dan induk tidak
seimbang (Yusuf, 2014).
Salah satu penyakit yang muncul pada budidaya udang yaitu White feces disease
(WFD), penyakit ini ditandai dengan munculnya kotoran putih di permukaan
media budidaya. Penyakit ini dapat menyebabkan nafsu makan menurun,
pertumbuhan lambat, dan kematian massal. Penyebab terjadinya WFD yaitu
kualitas pakan yang tidak stabil/ cenderung turun, TOM (Total Organic Matter) di
perairan dan tambak cenderung tinggi, pemberian pakan yang berlebihan,
penggunaan probiotik yang berlebihan, daya dukung lingkungan yang terbatas dan
20% populasi di tambak didominasi oleh bakteri Vibrio spp (Yusuf, 2014). V.
vulnificus, V. fluvialis, V. parahaemolitycus, V. algynoliticus, V. mimicus, V.
cholerae, dan V. damselae ditemukan pada udang yang terserang WFD (Taslihah
et al., 2004). Bakteri Vibrio spp dapat berkembang dengan cepat jika bahan
organik di dalam media budidaya tinggi. Jika populasi Vibrio spp lebih banyak
dibanding dengan populasi bakteri non patogen dapat menyebabkan penurunan
tingkat kelulushidupan udang budidaya. Chanratchakool et al. (1994) dan
Lightner et al. (1992) menyatakan bahwa fluktuasi pH, oksigen terlarut, suhu,
2
salinitas, kadar amonia, dan bahan organik dapat sebagai penyebab stress pada
udang dan memicu terjadinya penyakit. Peningkatan jumlah bakteri Vibrio spp
disebabkan kondisi lingkungan yang tidak optimum. Kelimpahan bakteri Vibrio
spp yang tinggi dapat menjadi penyebab utama timbulnya penyakit pada kegiatan
budidaya udang (Yusuf, 2014).
Salah satu langkah efektif yang dapat ditempuh untuk mencegah penularan dan
penyebaran penyakit di tambak budidaya ikan maupun udang yaitu manajemen
lingkungan dan deteksi dini. Menurut Taslihan et al. (2004), untuk menjaga
produksi ikan dan udang tetap melimpah dapat dilakukan dengan cara
pengawasan kualitas air, pemberian pakan yang tepat, dan pemberian dosis
probiotik atau antibiotik dengan tepat. Dalam budidaya udang tingkat kesehatan
merupakan faktor penting, maka deteksi dini tentang kondisi kesehatan udang
budidaya dan kondisi lingkungan perairan sangat diperlukan. Desa Purworejo,
Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu
kawasan daerah penghasil udang di provinsi Lampung. Kondisi tambak di lokasi
tersebut sudah mengalami serangan White feces disease (WFD) yang
menyebabkan kerugian sangat besar bagi petambak. Deteksi dini mengenai
penyebab dan penanggulangannya perlu dilakukan untuk mengetahuinya. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang kelimpahan bakteri Vibrio spp pada
sumber air udang vaname sebagai deteksi dini penyakit WFD. Deteksi dini dapat
juga digunakan sebagai upaya dalam pengawasan kualitas air tambak.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mempelajari kelimpahan Vibrio spp pada lokasi di areal pertambakan di Desa
Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur pada lokasi yang berbeda.
2. Mengidentifikasi jenis Vibrio spp penyebab penyakit WFD pada lokasi di areal
pertambakan di Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur pada
lokasi yang berbeda.
3
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu mendapatkan informasi terkait dengan
kelimpahan Vibrio spp pada lokasi yang berbeda di Desa Purworejo Kecamatan
Pasir Sakti Lampung Timur.
1.4 Kerangka Pikir
Udang Vaname merupakan salah satu udang yang memiliki nilai profit cukup
tinggi, sehingga budidaya udang vaname di Indonesia cukup pesat. Serangan
penyakit merupakan permasalahan dalam budidaya, karena dapat menurunkan
hasil produksi. Serangan penyakit muncul akibat adanya interaksi antara agen
penyebab penyakit (virus, jamur, bakteri, parasit), inang, dan lingkungan
(Hanggono & Junaidi, 2015). Pada umumnya serangan penyakit diawali dengan
menurunnya kualitas lingkungan budidaya seperti Total Amonia Nitrogen (TAN),
alkalinitas, tingkat kecerahan, suksesi plankton, dan jumlah vibrio koloni hijau
yang lebih tinggi dibandingkan tambak normal (Adiwidjaya et al., 2008).
Salah satu penyakit yang menyerang udang budidaya yaitu White feces disease
(WFD). Penyakit ini memiliki gejala klinis yaitu kotoran atau feces udang seperti
benang berwarna keputihan, nafsu makan menurun serta kematian hingga 60%.
Biasanya penyakit ini menyerang udang yang berusia 60 hari. Penyakit WFD
dapat disebabkan oleh Microsporidia (dari kelompok Enterocytozoon) dan
gregarin (diduga dari species Nematopsis spp) berkolaborasi dengan bakteri
Vibrio sp (Sriurairatana et al., 2014).
Pada udang sehat ditemukan dua jenis bakteri vibrio yaitu Vibrio algynolitycus
dan Vibrio parahaemolitycus di hepatopankreas, usus, dan haemolymph, namun
jumlah bakteri ini tidak sebanyak pada udang yang sakit (Isnansetyo, 2011).
Vibrio diduga dalam tubuh udang vaname berubah menjadi patogen pada saat
mendominasi lingkungan dan dapat masuk melalui makanan. Jika, kondisi udang
telah menunjukkan gejala WFD dapat dilakukan penanggulangan dengan
memperbaiki kondisi kualitas air dan kualitas tambak secara fisik, kimia, dan
4
biologis. Hal ini merupakan upaya untuk mengurangi bahan organik di kolam
tambak agar bakteri vibrio tidak berkembang (Yanuhar, 2009). Tindakan ini
hanya bersifat sementara dan hanya dapat dilakukan pada kasus infeksi awal.
Tindakan lain yang dapat dilakukan yaitu deteksi dini dengan mengetahui
kelimpahan bakteri vibrio penyebab WFD, sehingga dapat dengan cepat dan tepat
dalam penanganannya.
Desa Purworejo merupakan salah satu desa yang terletak di pesisir Timur Provinsi
Lampung. Desa ini berada di Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.
Mayoritas masyarakat desa tersebut bekerja sebagai pembudidaya tambak dan
petani. Selain itu, masyarakat desa tersebut bekerja sebagai guru, wirausaha, dan
berkebun. Proses budidaya tambak di desa Purworejo dimulai sejak tahun 1980-
an, diawali dari masyarakat transmigrasi daerah lamongan.
Pada lokasi penelitian di desa Purworejo terdapat empat lokasi pengambilan
sampel yaitu kolam tambak, saluran tersier, saluran primer, dan saluran sekunder.
Sistem yang diterapkan pada tambak tersebut mulanya menggunakan sistem
tradisional. Pada tahun 2016 mulai dilakukan proses budidaya dengan sistem
intensif. Budidaya dengan sistem intensif menghasilkan limbah lebih banyak
dibandingkan dengan sistem tradisional. Sistem intensif pada saat ini dapat
menyebabkan banyaknya penyakit masuk akibat turunnya kondisi kualitas air
(Utami, 2016). Kualitas air yang menurun disebabkan adanya limbah yang tidak
diolah lebih lanjut dan menyebabkan penumpukan kandungan limbah dan bahan
organik. Penyakit yang masuk biasanya disebabkan oleh proses penambahan air
ke areal pertambakan dan adanya carier atau pembawa (Amri, 2006). Salah satu
penyakit yang menyerang areal pertambakan lokasi penelitian ini yaitu White
feces disease (WFD) yang diduga disebabkan oleh bakteri Vibrio spp pada saluran
perairan tambak.
5
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Budidaya udang memilikiprofit tinggi
Permasalahan yang seringdihadapi pembudidaya yaitu
serangan penyakit
Kelimpahanbakteri
meningkat
Salah satu pemicu WFDyaitu bakteri vibrio
Kondisilingkungan yang
tidak optimal
Kondisi udangmenjadi stress
sehingga rentanterserangpenyakit
Deteksi dini dengan mengetahuigejala klinis WFD dan
kelimpahan vibrio pada perairan
WFD
6
1.5 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu:
1. H0 Kelimpahan Vibrio spp pada beberapa lokasi di areal pertambakan Desa
Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur tidak berbeda.
H1 Kelimpahan Vibrio spp pada beberapa lokasi di areal pertambakan Desa
Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur berbeda.
2. H0 Jenis Vibrio spp pemicu WFD di areal pertambakan Desa Purworejo
Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur tidak dapat diidentifikasi.
H1 Jenis Vibrio spp pemicu WFD di areal pertambakan Desa Purworejo
Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur dapat diidentifikasi.
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Udang Vaname
Wyban & Sweeny (1991), klasifikasi udang vaname sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Bagian tubuh udang vaname secara umum terdiri dari dua bagian yaitu kepala
yang bergabung dengan dada (cephalothorax) dan perut (abdomen). Kepala udang
vaname terdiri dari antenula, antena, mandibula, dan sepasang maxillae serta
dilengkapi 5 pasang kaki jalan (periopod). Pada bagian abdomen terdiri dari 6
ruas dan terdapat 6 pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip
ekor) (Gambar 2).
8
Gambar 2. Morfologi Udang Vaname(Sumber: Daryono, 2013)
Kepala terdiri dari enam ruas, pada ruas pertama terdapat mata majemuk yang
bertangkai. Pada ruas kedua terdapat antenula yang mempunyai dua buah flagella
pendek yang berfungsi sebagai alat peraba dan pencium. Bagian dada terdiri
daridelapan ruas yang masing-masing ruas mempunyai sepasang anggota badan
yang disebut thoracopoda. Thoracopoda pertama sampai dengan ketiga
dinamakan maxilla yang berfungsi sebagai pelengkap bagian mulut dalam
memegang makanan. Thoracopoda kelima sampai dengan kedelapan berfungsi
sebagai kaki jalan yang disebut pereiopod. Pereiopod pertama sampai dengan
ketiga memiliki capit kecil yang merupakan ciri khas dari udang penaid (Amri &
Kana, 2008).
Abdomen (perut) terdiri dari enam ruas yaitu lima pasang kaki renang dan
sepasang uropod. Ruas pertama hingga ruas ke lima merupakan pleopod yang
berfungsi sebagai alat untuk berenang. Pada ruas keenam pleopod berubah bentuk
menjadi pipih dan melebar yang dinamakan uropod. Uropod bekerjasama dengan
telson berfungsi sebagai kemudi (Wahyuni, 2011).
2.1.2 Sifat Udang Vaname
Udang vaname memiliki sifat nocturnal yang berarti aktif mencari makan pada
malam hari. Saat dalam kondisi normal udang vaname akan jarang menampakan
diri atau naik kepermukaan. Udang vaname merupakan udang yang memiliki sifat
kanibalisme yaitu suka memangsa sesama jenis. Sifat ini muncul pada udang yang
9
sehat dengan memangsa udang lain terutama udang yang sedang moulting atau
ganti kulit (Darmono, 1993).
Pergantian kulit pada udang disebut dengan moulting, pergantian kulit terjadi
secara periodik untuk tumbuh. Moulting adalah suatu proses pergantian kutikula.
Kutikula yang lama akan lepas dan diganti dengan kutikula yang baru. Udang
memiliki kerangka luar yang keras (karapaks). Ciri udang yang akan berganti
kulit yakni warna mata udang terlihat agak buram, nafsu makan akan menurun
dan aktifitas gerak semakin pasif. Proses pergantian kulit berlangsung pada tiga
tahap yaitu pre-moult, post-moult, dan inter-moult. Ketika pada kondisi ganti kulit
udang akan menjadi sangat lemah karena karapaksnya belum terbentuk secara
sempurna (Wahyuni, 2011).
2.1.3 Habitat Udang Vaname
Udang vaname hidup di habitat laut tropis. Secara umum, udang Penaeid
membutuhkan kondisi lingkungan dengan suhu berkisar antara 23 - 32 °C,
kelarutan oksigen lebih dari 3 ppm, pH 8, dan salinitas berkisar antara 10 - 30 ppt.
Udang vaname sangat toleran dan dapat bertahan hidup pada suhu yang rendah
(dibawah 15°C), walaupun pertumbuhannya akan sedikit terganggu. Sifat ini
memungkinkan budidaya udang ini di musim dingin. Namun, pertumbuhan
terbaik dicapai pada suhu berkisar antara 23 – 30 °C, dengan pertumbuhan
optimum pada suhu 30 °C untuk udang muda (dengan berat rata-rata satu gram)
dan suhu 27 °C untuk udang yang lebih besar (12 - 18 gram). Udang vaname juga
mempunyai kisaran toleransi yang tinggi terhadap salinitas. Udang ini mampu
hidup pada salinitas yang berkisar antara 0,5 - 45 ppt (Muzaki, 2004).
2.1.4 Siklus Hidup Udang Vaname
Tahapan siklus hidup udang vaname menurut Soemardjati & Suriawan (2007)
yaitu:
10
1. Tahap Nauplius
Stadia Nauplius terbagi atas enam tahapan yang lamanya berkisar 46 - 50 jam
untuk Litopenaeus vannamei, belum memerlukan pakan karena masih mempunyai
kandungan telur.
2.Tahap Zoea
Stadia zoea terbagi atas tiga tahapan, berlangsung selama kira-kira 4 hari. Stadia
zoea sangat peka terhadap perubahan lingkungan terutama kadar garam dan suhu
air. Zoea mulai membutuhkan pakan berupa fitoplankton (Skeletonema sp).
3.Stadia Mysis
Terbagi atas tiga tahapan, yang lamanya 4 - 5 hari. Bentuk udang stadia mysis
mirip udang dewasa, bersifat planktonis dan bergerak mundur dengan cara
membengkokkan badannya. Udang stadia mysis mulai menggemari pakan berupa
zooplankton, misalnya Artemia salina.
4. Post larva
Stadia larva ditandai dengan tumbuhnya pleopoda yang berambut untuk renang.
Stadia larva bersifat bentik atau organisme penghuni dasar perairan, pada stadia
ini pakan yang sesuai dengan bukaan mulut seperti zooplankton.
Gambar 3. Siklus Hidup Udang vaname(Sumber: Stewart, 2005)
1.
3.
.
2.
4..
11
2.2 White Feces Disease (WFD)
White feces disease (WFD) merupakan penyakit yang sering menyerang udang
budidaya. Penyakit ini muncul pada usia 60 hari. Penyakit WFD disebabkan
pemilihan kolam tambak, pakan berlebih, proses pembentukan plankton, sirkulasi
air yang buruk, kombinasi serangan parasit, dan air tambak kurang mengandung
bakteri Lactobacillus sp. (Sriurairatana et al, 2014). Kolam tambak yang
digunakan dapat berupa tanah dan non tanah, namun sebaiknya menggunakan
tambak tanah karena bahan organik dapat terserap dan dinetralisir oleh tanah
dinding dan lantai tambak. Pakan berlebih yang diberikan akan menimbulkan sisa
pakan yang cukup tinggi, penumpukan sisa pakan tersebut mengandung bahan
organik protein tinggi menyebabkan munculnya protozoa dan gregarin yang
masuk ke dalam pencernaan udang sehingga mengakibatkan WFD (Yusuf, 2014).
Menurut Taslihah et al. (2004) & Somboon et al. (2012), WFD disebabkan oleh
microsporidia (dari kelompok Enterocytozoon) dan gregarin (diduga dari species
Nematopsis spp.) berkolaborasi dengan bakteri Vibrio, beberapa vibrio
diidentifikasi pada udang yang terserang WFD, yaitu V. vulnificus, V. fluvialis, V.
parahaemolitycus, V. algynoliticus, V. mimicus, V. cholerae, dan V.damselae.
Penyakit ini ditandai dengan adanya kotoran putih yang melayang pada
permukaan tambak atau media budidaya udang dan anco (feeding tray). Tanda
klinis lainnya yaitu lepasnya kulit luar udang, insang berwarna gelap, nafsu
makan menurun, pertumbuhan terhambat, dan dapat menyebabkan kematian
(Taslihah et al., 2004). Pencegahan yang dapat dilakukan menjaga kualitas
lingkungan budidaya dan deteksi dini.
2.3 Bakteri Vibrio spp
Vibrio merupakan jenis bakteri yang hidupnya di laut dan memiliki daya tahan
terhadap salinitas cukup tinggi (Lightner, 1992). (Liston, 1989 dalam Retno
Widowati, 2008). Beberapa Vibrio patogen antara lain V. alginolyticus, V.
anguillarum, V. charcariae, V. cholerae, V. damsela, V. ordalii, V. vulnificus, V.
parahaemolyticus, V. mimicus, V. hollisae, V. fluvialis, V. metchnikovii, dan V.
12
Furnisii (Kamiso et al, 2005).V. harveyi, V. vulnificus, V. parahaemolyticus, V.
alginolyticus, dan Vibrio sp. adalah bakteri patogen yang selalu ditemukan pada
hatchery maupun pembesaran udang, sementara V. damsella, V. fluvialis dan
Vibrio spp masih jarang dilaporkan (Yanuhar, 2009).
Salah satu spesies dalam kelompok ini yang paling banyak menyebabkan penyakit
dan kematian pada budidaya krustasea adalah Vibrio harveyi. Bakteri ini bersifat
oportunistik dan akan menjadi patogen jika pada media pemeliharaannya terjadi
perubahan secara drastis, seperti perubahan suhu, pH, salinitas dan faktor lainnya
(Rosa & Zafran, 1998). Jenis-jenis bakteri selain Vibrio harveyi yang dapat
menyebabkan penyakit yaitu V. carcharial, V. alginolyticus dan V.
parahaemolyticus (Panrenrengi et al., 1993). Sebagai organisme aquatik, Vibrio
mempunyai kelimpahan yang tinggi pada lingkungan perairan dan biasanya
berhubungan erat dengan organisme laut. Umumnya bakteri ini merupakan
patogen oportunistik untuk hewan poikiloterm dan homoioterm di perairan
(Hatmanti, 2003).
2.4 Kualitas Air Budidaya Udang Vaname
Kualitas air tambak sangat mempengaruhi pertumbuhan udang yang
dibudidayakan. Kualitas air yang optimal akan mendukung pertumbuhan yang
optimal, sedangkan kualitas air yang tidak optimal dapat menurunkan nafsu
makan udang budidaya yang akan berakibat pada pertumbuhan dan kondisi udang
budidaya tidak optimal. Penyakit pada udang budidaya akan muncul jika terjadi
interaksi antara kualitas air yang rendah, keberadaan pathogen yang mendominasi,
dan kondisi udang yang tidak optimal. Beberapa parameter kualitas air yang
mempengaruhi pertumbuhan dan SR (Survivale Rate) udang yang dibudidayakan,
antara lain: suhu, oksigen terlarut, dan pH (Sahrijanna & Sahabuddin, 2014).
Suhu air dapat mempengaruhi berbagai proses baik biologi, fisika maupun kimia
air. Kenaikan suhu yang masih dapat ditoleransi organisme akan diikuti oleh
kenaikan derajat metabolisme dan aktivitas fotosintesis pakan alami
(fitoplankton). Demikian juga suhu air akan mempengaruhi kelangsungan hidup,
13
pertumbuhan morfologi, reproduksi, tingkah laku, laju pergantian kulit (untuk
udang) dan metabolisme udang (Kilawati & Yunita, 2015). Besarnya pengaruh
suhu air terhadap kehidupan ditentukan oleh daya toleransi serta kecepatan
perubahan suhu air. Semakin tinggi suhu dalam air akan menurunkan kelarutan
oksigennya (Boyd, 1990). Suhu optimal untuk budidaya udang di tambak berkisar
antara 26 - 30°C. Perubahan suhu secara mendadak sebesar ± 2°C atau lebih
meskipun suhu air berada dalam kisaran normal bagi udang dapat menyebabkan
stress dan bahkan dapat berakibat kematian massal (Yusuf, 2014).
Oksigen terlarut mempunyai arti penting dalam budidaya. Oksigen terlarut
bermanfaat untuk respirasi berbagai organisme perairan. Tersedianya oksigen
terlarut dalam air sangat menentukan kehidupan udang. Oksigen terlarut yang
rendah dapat menyebabkan pertumbuhan udang budidaya lambat, nafsu makan
menurun, menyebabkan kematian, dan meningkatkan pertumbuhan bakteri
anaerob di dasar kolam (Boyd, 1990). Oksigen terlarut mempengaruhi feed
intake, resistensi terhadap penyakit, dan metabolisme organisme budidaya.
Derajat keasaman (pH) air menunjukkan kadar ion hidrogen atau proton yang
terkandung dalam air. pH mempengaruhi proses dan kecepatan reaksi kimia di
dalam air media maupun reaksi biokimia dalam tubuh udang, mempengaruhi daya
racun suatu senyawaan, kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang (Suwarsih et
al., 2016). Fluktuasi pH air sebesar (> 0,5) mempengaruhi nafsu makan, nilai pH
yang tinggi (> 8) akan meningkatkan kandungan amonia dalam air yang dapat
mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan organisme akuatik. Setiap jenis
organisme mempunyai daya toleransi berbeda terhadap perubahan pH. pH yang
baik untuk pertumbuhan udang antara 6,5 - 9 dan optimumnya antara pH 6,5 -
8,5. pH kurang dari 4 dan lebih dari 11 menyebabkan organisme mati. Hasil
pengukuran pH di tambak berkisar antara 7,9 - 9,1. Jadi masih dalam batas sesuai
untuk budidaya (Yusuf, 2014).
Salinitas merupakan kadar keseluruhan ion terlarut dalam air. Komposisi ion air
dapat dikatakan baik apabila didominasi oleh ion tertentu seperti chlorida,
karbonat, bikarbonat, sulfat, magnesium, natrium dan kalsium (Boyd, 1990).
14
Salinitas berpengaruh terhadap osmotik air, semakin tinggi salinitas air akan
semakin besar tekanan osmotiknya. Kisaran optimum salinitas tambak antara 15 -
25 ppt. Salinitas yang terlalu tinggi dapat menghambat terjadinya moulting udang.
Sebaliknya, salinitas antara 5 - 10 ppt dapat mempercepat moulting, akan tetapi
udang sensitif terhadap penyakit (Buwono, 1993).
2.5 Kondisi Lokasi Penelitian
Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Lampung yang secara geografis terletak pada posisi 105º15' BT - 106º20' BT dan
4º37' LS - 5º37' LS. Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang-
undang Nomor 12 Tahun 1999, yang secara resmi menjadi kabupaten pada
tanggal 27 April 1999. Kabupaten Lampung Timur memiliki luas 433.789 km2
yang terbagi dalam 257 desa/kelurahan dan 24 kecamatan, salah satunya
Kecamatan Pasir Sakti (BPS & Bappeda Provinsi Lampung, 2006).
Desa Purworejo merupakan desa yang terletak di pesisir Timur Provinsi
Lampung. Desa ini berada di Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur,
mayoritas masyarakat desa tersebut bekerja sebagai pembudidaya tambak dan
petani, sedangkan sebagian dari masyarakat bekerja sebagai guru, wirausaha, dan
berkebun. Daerah tambak Pasir Sakti khususnya desa Purworejo menerapkan
sistem budidaya polikultur udang windu (Penaeus monodon) dan ikan bandeng
(Chanos chanos) secara ekstensif. Komoditas yang dibudidayakan pada daerah
pertambakan ini adalah udang windu dan bandeng. Kedua komoditas ini di
budidayakan secara ekstensif polikultur dalam satu petakan tambak. Sistem
polikultur memberikan sisi positif dalam margin pendapatan petani. Hal ini
disebabkan karena adanya produk tambahan yang dihasilkan selain udang windu
yaitu ikan bandeng.
Usaha budidaya tambak di Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten
Lampung Timur dimulai sejak tahun 1980-an. Produksi udang di Tambak Desa
Purworejo pernah mengalami puncak produksi pada tahun 1998 sampai dengan
tahun 2007 dengan produksi udang sebanyak 200kg/ha. Pada tahun 2007 sampai
15
dengan 2010 produksi udang di daerah pertambakan ini mulai mengalami
penurunan jumlah produksi menjadi 120kg/ha atau sekitar 40%. Penurunan
jumlah produksi udang di lokasi penelitian diduga akibat masalah kondisi
lingkungan yang tidak sesuai dan dapat memicu munculnya patogen penyebab
penyakit.
16
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2018 selama 14 hari. Pengambilan
sampel dilakukan di Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur dan
analisis sampel dilakukan di Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan
Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan selama penelitian terdapat pada Tabel 1, sedangkan bahan
yang digunakan selama penelitian terdapat pada Tabel 2.
Tabel 1. Alat
No Alat Keterangan1 Inkubasi Untuk inkubasi bakteri yang sudah
diinokulasi2 Mikropipet Untuk memindahkan cairan dengan
volume cukup kecil3 Cawan petri Untuk membiakkan kultivasi
mikroorganisme3 Hot plate stirrer Untuk menghomogenkan suatu larutan
dengan pengadukan4 Tabung reaksi Untuk uji-uji biokimiawi dan
menumbuhkan mikroba5 Rak tabung reaksi Untuk meletakkan tabung reaksi6 Bunsen Untuk menciptakan kondisi steril saat
inokulasi sampel7 Gelas ukur Untuk mengukur suatu cairan8 Erlenmeyer Untuk menampung larutan, bahan atau
cairan yang9 Vortex Untuk menghomogenkan suatu cairan10 Sarung tangan Untuk melindungi tangan peneliti11 Masker Sebagai pelindung wajah
17
12 Timbangan digital Untuk menimbang media atau sampel
13 Spatula Untuk mengambil media yang akanditimbang
14 Autoclave Untuk mensterilisasi alat dan bahan15 Spidol Untuk mencatat jumlah bakteri dan
pemberi tanda16 Colony counter Untuk menghitung koloni yang
tumbuh pada cawan petri
Tabel 2. Bahan
No Nama Bahan Keterangan1 TCBS Sebagai media tumbuh Vibrio spp2 TSA Sebagai media tumbuh bakteri3 NaCl Sebagai larutan trisalt4 MgSO4 Sebagai larutan trisalt5 KCl Sebagai larutan trisalt6 Alkohol Sebagai sterilisasi tempat7 Aquades Untuk pembuatan media TCBS, trisalt,
dan TSA
3.3 Lokasi Pengambilan Sampel
Kolam budidaya pada penelitian ini berukuran 1000 m2 dengan kedalaman air
setinggi 100 - 120 cm. Lebar pematang kolam yang digunakan yaitu 1,5 - 2,5 m
dengan kontruksi pematang berupa lumpur berpasir. Pada pematang kolam
dilapisi dengan plastik mulsa berukuran 0,8 mm. Pada dasar kolam menggunakan
lumpur berpasir sehingga dapat membantu perkembangan dari bakteri yang
berada pada media budidaya.
Sampel air diambil dari enam titik lokasi di areal pertambakan Desa Purworejo
Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur. Denah lokasi penelitian pada
Gambar 4.
1. Saluran tersier (inlet/ outlet)
2. Saluran primer
3. Saluran sekunder
4. 3 Kolam tambak
18
19
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil sampel air sebanyak 100 ml
menggunakan botol sampel. Sampel diambil dari 6 titik lokasi dengan 3 kali
pengulangan tiap lokasi. Sampel yang telah diambil langsung diinokulasi pada
media TCBS.
3.4.2 Media TCBS
TCBS agar adalah jenis agar plate selektif yang digunakan dalam mikrobiologi
laboratorium untuk mengisolasi Vibrio TCBS sangat selektif untuk isolasi V.
cholerae dan V. parahaemolyticus serta vibrio lainnya. Pembuatan media TCBS
yaitu dengan melarutkan 88 gr TCBS kedalam 1 L aquades steril. Kemudian
media dihomogenkan dengan menggunakan hotplate stirrer sampai mendidih,
kemudian media didinginkan dan dituang pada cawan petri.
3.4.3 Larutan Trisalt
Pembuatan larutan trisalt ini dengan mencampurkan 0,375gr KCL, 3,47gr MgSO4
dan 9,3gr NaCl ke dalam erlenmeyer yang berisi 500 ml akuades dan kemudian
disetrilkan ke dalam autoklaf dengan suhu 1210C selama 15 menit dengan tekanan
1 atm.
3.5 Inokulasi Sampel Air
Inokulasi sampel air menggunakan spread plate methode memiliki beberapa tahap
yaitu
1. Sampel air diencerkan pada larutan trisalt dengan pengenceran 10-1, 10-2, dan
10-3
2. Sampel air yang telah diencerkan diambil sebanyak 100 µl, kemudian
ditanam kedalam media TCBS.
3. Setelah sampel bakteri ditanam pada media TCBS kemudian diinkubasi
selama 24 jam dengan posisi terbalik.
20
3.6 Perhitungan Bakteri
Perhitungan bakteri dilakukan dengan beberapa tahap yaitu:
1. Setelah diinkubasi selama 24 jam, koloni bakteri yang telah tumbuh dihitung
dengan meletakkan cawan petri diatas alat Colony Counter dan kemudian
koloni bakteri dihitung.
2. Kemudian hasil dimasukkan kedalam rumus:
CFU/ml =
Keterangan :
N = Jumlah koloni (CFU/ml)
= Jumlah koloni pada cawan yang dihitung
= Faktor Pengenceran
= Volume Sampel
3.7 Identifikasi Bakteri
Pada penelitian ini dilakukan identifikasi Vibrio dengan metode goresan kuadran
beberapa tahap sehingga diperoleh 1 isolat murni, isolat yang telah diperoleh
kemudian diidentifikasi. Identifikasi bakteri Vibrio spp dilakukan dengan
menggunakan MICROBACTTM 24 E Gram Negative Identification System
(OXOID) (Oxoid, 2005) dan dibaca dengan menggunakan software microbact
2000. Pengamatan morfologi sel meliputi uji pewarnaan gram, bentuk sel, dan uji
motilitas. Uji sifat fisiologis meliputi uji katalase, uji indol, uji MR-VP, uji
Simmons Citrate, dan uji TSIA.
3.8 Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu Deskriptif dimana data
yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel excel dan di analisis secara
deskriptif berdasarkan data yang didapatkan.
28
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu:
1. Kelimpahan Vibrio spp. pada lokasi di areal pertambakan di Desa Purworejo
Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur berbeda.
2. Jenis Vibrio spp yang ditemukan pada lokasi di areal pertambakan di Desa
Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Lampung Timur yaitu V.
parahaemolyticus, V. vulnificus, dan V. alginolyticus.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu perlu dilakukan penelitian lanjutan terkait
kelimpahan vibrio pada udang budidaya di lokasi penelitian.
29
DAFTAR PUSTAKA
Adiwijaya, D., Supito, & Sumantri, I. (2008). Penerapan Teknologi Budidaya
Udang Vanname (L. vannamei) Semi Intensif Pada Lokasi Tambak
salinitas Tinggi. Jepara: Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau.
Amri, K. (2006). Budi Daya Udang Windu Secara Intensif. Jakarta: Agro Media
Pustaka.
Amri, K., & Kanna, I. (2008). Budidaya Udang Vaname Secara Intensif, Semi
Intensif, dan Tradisional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Babu, D., Ravuru, & Mude, J. N. (2014). Effect of Density on Growth and
Production of Litopenaeus Vannamei of Brackish Water Culture System
in Summer Season with Artificial Diet in Prakasam District. American
International Journal of Research in Formal, Applied, dan Natural
Sciences 5 (1), 10-13.
Bailey, B. J., & Moss, S. M. (1992). Penaeid Taxonomy, Biology and
Zoogeography. In Marine Shrimp Culture: Principles And Practices.
Elsevier Sciense Publishers 23, 9-27.
Boyd, C. E. (1990). Water Quality in Pond for Aquaculture. USA: Department of
Fisheries and Allied Aquacultures.
Buwono, L. B. (1993). Tambak Udang Windu: Sistem Pengelolaan Berpola
Intensif. Jogjakarta: Kanisius.
30
Chanratchakool, P., Tumbull, J. F., & Limsuwan, C. (1995). Health Management
in Shrimp Ponds. Thailand: Aquatic Animal Health Research Institute.
Darmono. (1993). Budidaya Udang Penaeus. Jogjakarta: Kanisius.
Daryono, M. (2013). Analisis White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada
Litopenaeus vanammei (Udang vaname) dengan metode Polymerase
Chain Reaction (PCR). Medan: Universitas Negeri Sumatera Utara.
Haliman, & Adiwijaya. (2005). Pembudidaya dan Prospek Pasar Udang Putih
yang Tahan Penyakit. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hameed, S. A., Rahaman, K. H., Alagan, A., & Yoganandha, K. (2003).
Antibiotic Resistance in Bacteria Isolated from Hatchery-reared Larvae
and Post-larvae of Macrobrachium rosenbergii. Aquaculture 217, 39-48.
Hanggono, B., & Junaidi, M. (2015). Deteksi Penyakit Viral Pada Udang
Vannamei. Jurnal Ilmu Perikanan 6 (1), 13-18.
Hatmanti, A. (2003). Penyakit Bakterial pada Budidaya Krustasea Serta Cara
Penanganannya. Oseana 28 (3), 10-15.
Isnansetyo, A., Muhtadi, Istiqomah, I., Nitimulyo, K. H., & Triyanto. (2011).
Selective Media for In Vitro Activity Evaluation of Bacterial Biocontrol
Against Pathogenic Vibrio. Journal of Biosciences 18 (3), 129-134.
Kharisma, A., & Manan, A. (2012). Kelimpahan Bakteri Vibrio sp. pada Air
Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) sebagai Deteksi
Dini Serangan Penyakit Vibriosis. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan
4 (2), 129-134.
31
Kilawati, Y., & Maimunah, Y. (2015). Lingkungan Tambak Intensif Litapenaeus
vannamei dalam Kaitannya dengan Prevalensi Penyakit White Spot
Syndrome Virus. Journal of Life Science 2 (1), 50-59.
Lightner, D. V., Bell, T. A., Redman, R. M., Mohney, L. L., Natividad, J. M.,
Rukyani, A., et al. (1992). A Review of Some Major Disease of Economic
Significance in Penaeid Prawns/Shrimp of the Americans and Indopacific.
Proceedings of the First Symposium on Disease in Asian Aquaculture.
Bali.
Liston, J. (1989). Microbial Hazard of Seafood Consumption dalam Food
Technology. California: Anaheim.
Murtidjo, B. A. (1992). Budidaya Udang Galah Sistem Monokuler. Jogjakarta:
Kanisius.
Muzaki, A. (2004). Produksi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) pada Padat
Penebaran Berbeda Di Tambak Biocrete. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nitimulyo, K. H., Isnansetyo, A., Triyanto, Istiqomah, I., & Murdjani, M. (2005).
Isolasi, Identifikasi dan Karakterisasi Vibrio Spp. Patogen Penyebab
Vibriosis pada Kerapu di Balai Budidaya Air Payau Situbondo. Jurnal
Perikanan 7 (2), 80-94.
Nurbaya, Muliani, & Tompo, A. (2010). Penelitian Aplikasi Bakteri Probiotik
Pada Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon) di Tambak. Prosiding
Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, (pp. 279-284).
Otto, S. K., & Karunasagar, I. (2001). Bacteriological Study of Shrimp Penaeus
monodon Fabricius, Hatcheries In India. Jurnal Appl Ichthyology 17 (2),
59-63.
32
Panrenrengi, A., Zafran, Boer, D. R., & Rusdi, I. (1993). Identifikasi dan
Patogenisitas Beberapa Bakteri Vibrio pada Larva Kepiting Bakau, Scylla
serrata. Jurnal Penelitian Budidaya Pantai 9 (3), 125-130.
Pfeffer, C. S., Hite, F. M., & Oliver, J. D. (2003). Ecology of Vibrio vulnificus in
estuarine waters of Eastern North Carolina. Appl Environ Microbiol 69,
3526-3531.
Priosoeryanto, B. P., Ersa, I. M., Tiuria, R., & Handayani, S. U. (2010).
Gambaran Histopatologi Insang, Usus dan Otot Ikan Mujair (Oreochromis
mossambicus) yang Berasal dari Daerah Ciampea Bogor. Indonesian
Journal of Veterinary Science dan Medicine.
Roberts, R. J. (2001). Fish Pathology Edisi III. London: W.B. Saunders.
Rosa, D., & Zafra, I. (1998). Pengendalian Vibrio harveyi secara Biologis pada
Larva Udang Windu (Peneaus monodon) : Aplikasi Bakteri Penghambat.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 4 (2), 24-30.
Sahrijanna, A., & Sahabuddin. (2014). Kajian Kualitas Air pada Budidaya Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei) dengan Sistem Pergiliran Pakan di
Tambak Intensif. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, (pp.
313-319).
Samboon, M., & Purivirojkul, W. (2012). Effect of Vibrio spp. in White Feces
Infected Shrimp in Chantaburi, Thailand. Jurnal Kasetsart University 36
(1), 7-15.
Soemardjati, & Suriawan. (2007). Petunjuk Teknis Budidaya Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) di Tambak. Situbondo: Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya.
33
Sriurairatana, S., Boonyawiwat, W., Gangnonngiw, C., Laosutthipong, J.,
Hiranchan, & Flegel, T. W. (2014). White Feces Syndrome of Shrimp
Arises from Transformation, Sloughing and Aggregation of
Hepatopancreatic Microvilli into Vermiform Bodies Superficially
Resembling Gregarines. Plos One 9 (6), 8.
Stewart, R. (2005). Invertebrates: The Other Food Source. Ocean World 6.
Suwarsih, Marsoedi, Harahab, N., & Mahmudin, M. (2016). Kondisi Kualitas Air
pada Budidaya Udang di Tambak Wilayah Pesisir Kecamatan Palang
Kabupaten Tuban. Prosiding Seminar Nasional Kelautan (pp. 138-143).
Madura: Universitas Trunojoyo.
Taslihan, A. W., Ani, Retna, H., & Astuti, S. M. (2004). Pengendalian Penyakit
Pada Budidaya Ikan Air Payau. Jepara: Direktorat Jenderal Perikanan
Balai Besar Budidaya Air Payau.
Tompo, A. M., Madeali, I., & Endang, S. (2008). Dinamika Populasi Bakteri
Vibrio sp. di Tambak Aplikasi Bakterin untuk Pencegahan Penyakit pada
Budidaya Udang Windu. Prosiding Semnaskan V. Jogjakarta.
Tompo, A. M., Madeali, I., & Endang, S. (2016). Kajian Populasi Bakteri Vibrio
sp. pada Tambak Budidaya Udang Vaname (Lithopenaeus vannamei)
Sistem Semi Intensif dengan Persentase Pemberian Pakan yang Berbeda.
Jurnal Unismuh 5.
Utami, W., Sarjito, & Desrina. (2016). Pengaruh Salinitas Terhadap Efek Infeksi
Vibrio harveyi pada Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei). Journal of
Aquaculture Management and Technology 5 (1), 82-90.
34
Vandenberghe, J. F., Thompson, L., Gomez-Gill, B., & Swings, J. (2003).
Phenotypic Diversity Amongst Vibrio Isolates from Marine Aquaculture
Systems. Aquaculture 219, 9-20.
Wahyuni, D. A. (2011). Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
Skala Rumah Tangga (Back Yard) di Stasiun Lapangan Praktek
Pembenihan Akademi Perikanan Sidoarjo (SLPP-APS), Kecamatan
Paciran, Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur. Surabaya:
Universitas Airlangga.
Wang, L., & Chen, J. (2005). The Immune Response of White Shrimp
Litopenaeus vannamei and Its Susceptibility to Vibrio alginolyticus at
Different Salinity Levels. Fish and Shellfish Immunology 18, 269-278.
Widowati, R. (2008). Keberadaan Bakteri Vibrio parahaemolyticus pada Udang
yang Dijual di Rumah Makan Kawasan Pantai Pangandaran. Vis Vitalis 1
(1), 9-14.
Wyban, J. A., & Sweeney, J. N. (1991). Intensive Shrimp Production Technology.
The Oceanic Institute, 158.
Yanuhar, U. (2009). Mekanisme Infeksi Vibrio pada Reseptor Ikan Kerapu Tikus
Cromileptes altivelis. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 1 (1) , 15-22.
Yusma, Y. (2011). Isolasi dan Identifikasi Vibrio parahaemolyticus Patogenik
Pada Udang Tambak. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Yusuf, C. (2014). BMP Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon) tambak
tradisional dan Semi Intensif. Jakarta: WWF-Indonesia.