kel. 1 cross sectional

20
Cross Sectional Method Kelompok 1 : 1. Adinda Rizki Maharani 2. Dwi Yulistiyanti 3. Karina Aulia Hasmi 4. Latief Shafiyudin 5. Rizka Akbar Fauziyati 6. Rizka Fauziah Riady 7. Rizki Leoni Harnelita D3-B

Upload: dessy

Post on 05-Jan-2016

236 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

metodologi penelitian

TRANSCRIPT

Page 1: Kel. 1 Cross Sectional

Cross Sectional Method

Kelompok 1 :1. Adinda Rizki Maharani

2. Dwi Yulistiyanti3. Karina Aulia Hasmi4. Latief Shafiyudin

5. Rizka Akbar Fauziyati6. Rizka Fauziah Riady7. Rizki Leoni Harnelita

D3-B

Page 2: Kel. 1 Cross Sectional

Pengertian

Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (point time approach). Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana

yang jadi pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya

(Notoatmodjo, 2002).

Page 3: Kel. 1 Cross Sectional

Tujuan

Tujuan penelitian crossesctional menurut Budiarto (2004) yaitu sebagai berikut:

• Mencari prevalensi serta indisensi satu atau beberapa penyakit tertentu yang terdapat di masyarakat.

• Memperkirakan adanya hubungan sebab akibat pada penyakit-penyakit tertentu dengan perubahan yang jelas.

• Menghitung besarnya resiko tiap kelompok, resiko relatif, dan resiko atribut.

Page 4: Kel. 1 Cross Sectional

Perbedaan Crosssectional

• Deskriptif cross sectional hanya sekedar mendesripsikan distribusi penyakit dihubungkan dengan variabel penelitian

• Analitik crossectional: diketahui dengan jelas mana yang jadi pemajan dan outcome, serta jelas kaitannya hubungan sebab akibatnya.

• Contoh penelitian deskriptif cross sectional adalah angka kejadian diare di Desa X tahun 2001

• Contoh penelitian analitik crosssectional adalah hubungan pendidikan orang tua dengan kejadian diare yang diukur pada waktu bersamaan.

Page 5: Kel. 1 Cross Sectional

Ciri-ciriCiri-ciri penelitian cross sesctional menurut Budiarto (2004) yaitu sebagai berikut:• Pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satu periode

tertentu dan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama satu penelitian.

• Perhitungan perkiraan besarnya sampel tanpa memperhatikan kelompok yang terpajan atau tidak.

• Pengumpulan data dapat diarahkan sesuai dengan kriteria subjek studi. Misalnya hubungan antara Cerebral Blood Flow pada perokok, bekas perokok dan bukan perokok.

• Tidak terdapat kelompok kontrol dan tidak terdapat hipotesis spesifik.

• Hubungan sebab akibat hanya berupa perkiraan yang dapat digunakan sebagai hipotesis dalam penelitian analitik atau eksperimental.

Page 6: Kel. 1 Cross Sectional

Kekuatan

Kekuatan penelitian cross sectional yang dikutip dari Sayogo (2009) adalah sebagai berikut:

a.Studi cross sectional memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya para pasien yang mencari pengobatan, hingga generalisasinya cukup memadaib. Relatif murah dan hasilnya cepat dapat diperolehc. Dapat dipakai untuk meneliti banyak variabel sekaligusd. Jarang terancam loss to follow-up (drop out)e. Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian kohort atau eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali menambah biayaf. Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang bersifat lebih konklusifg. Membangun hipotesis dari hasil analisis

Page 7: Kel. 1 Cross Sectional

Kelemahan

Kelemahan penelitian cross sectional yang dikutip dari Sayogo (2009) adalah sebagai berikut:• Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data risiko

dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas)

• Studi prevalens lebih banyak menjaring subyek yang mempunyai masa sakit yang panjang daripada yang mempunyai masa sakit yang pendek, karena inidividu yang cepat sembuh atau cepat meninggal mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk terjaring dalam studi

• Dibutuhkan jumlah subjek yang cukup banyak, terutama bila variabel yang dipelajari banyak

• Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidensi maupun prognosis• Tidak praktis untuk meneliti kasus yang jarang• Tidak menggambarkan perjalanan penyakit

Page 8: Kel. 1 Cross Sectional

Rancangan Penelitian

Penelitian cross sectional adalah sesuatu penelitian dimana variabel-variabel yang

termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Oleh karena itu, rancangan

(desain) penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 9: Kel. 1 Cross Sectional
Page 10: Kel. 1 Cross Sectional

Dari skema tadi, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penelitian cross sectional dalah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2002):– Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan

mengidentifikasi faktor resiko dan faktor efek.– Menetapkan subjek penelitian.– Melakukan observasi atau pengukuran variabel-

variabel yang merupakan faktor resiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data).

– Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran).

Page 11: Kel. 1 Cross Sectional

Contoh

Contoh sederhana: ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil dengan berat badan bayi lahir (BBL), dengan menggunakan rancangan atau pendekatan cross sectional (Notoatmodjo, 2002).a) Tahap pertama: mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan kedudukkannnya masing-masing:1) Variabel dependen (efek): Berat badan bayi lahir2) Variabel independen (resiko): Anemia besi

Page 12: Kel. 1 Cross Sectional

• Tahap Kedua: menetapakan studi penelitian atau populasi dan sampelnya. Subjek penelitian disini adalah ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi dari daerah mana mereka ini dapat diambil, apakah lingkup di Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Bersalin, atan Rumah Bersalin. Demikian pula batas waktunya juga ditentukan. Kemudian cara pengambilan sampelnya, apakah bedasarkan teknik random atau non random.

Page 13: Kel. 1 Cross Sectional

• Tahap Ketiga: melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran terhadap variabel dependen dan independen (dalam waktu yang sama). Caranya, mengukur berat badan bayi yang baru dilahirkan dan memeriksa Hb darah ibu.

Page 14: Kel. 1 Cross Sectional

• Tahap Keempat: mengolah dan menganalisis data dengan cara membandingkan anatara berat badan bayi lahir dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan diperoleh bukti adanya atau tidak adanya hubungan antara anemia besi dengan berat badan bayi lahir.Contoh penelitian Cross sectional bersifat analitik yang dikutip dalam Budiarto (2004) yaitu hubungan antara anemia dengan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Pada setiap ibu hamil yang akan melahirkan dilakukan pemeriksaan Hb kemudian setelah bayi lahir ditimbang berat badannya. Kriteria inklusi adalah persalinan normal/fisiologis dengan kehamilan yang cukup bulan. Batasan untuk anemia adalah Hb kurang dari 11gr%.

Page 15: Kel. 1 Cross Sectional
Page 16: Kel. 1 Cross Sectional

Hasil dari tabel tersebut menunjukkan bahwa resiko anemia terhadap BBLR 2 kali lebih besar

dibandingkan dengan tidak anemia. Resiko atribut (RA) = 0,15 – 0,008 = 0,007. Ini berarti

bahwa resiko BBLR yang dapat dihindarkan bila tidak terjadi anemia pada ibu hamil sebesar

0,007.

Page 17: Kel. 1 Cross Sectional

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian yaitu dengan uji Chi-Square. Uji Chi-Square

berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan

mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal lainnya

(Wijayanto, 2009).

Page 18: Kel. 1 Cross Sectional
Page 19: Kel. 1 Cross Sectional

Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara anemia dan BBLR. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross

sectional karena pengumpulan data dilakukan pada waktu yang hampir bersamaan, tetapi bersifat analitis

karena dilakukan analitis seperti penelitian kohor. Kelemahan penelitian ini antara lain tidak diketahui apakah anemia terjadi sebelum hamil atau setelah

hamil dan komparabilitas kedua kelompok tidak dapat dilakukan, misalnya tingkat pendidikan, makanan yang dikonsumsi, sosial ekonomi, dan lain-lain yang mungkin

berpengaruh terhadap terjadinya anemia (Budiarto, 2004)

Page 20: Kel. 1 Cross Sectional

Terima Kasih