kehidupan pengangguran di jepang
TRANSCRIPT
KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG
NIHON NI SHITSUGYOU NO SEIKATSU
SKRIPSI
Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh:
ANNISA AMALIA
120708022
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Universitas Sumatera Utara
KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG
NIHON NI SHITSUGYOU NO SEIKATSU
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana
dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang
Pembimbing I
Adriana Hasibuan, S.S, M.Hum
NIP. 196207271987032005
Pembimbing II
Drs. Amin Sihombing
NIP. 196004031991031001
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Medan, Oktober 2016
Departemen Sastra Jepang
Ketua,
Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum
NIP: 19600919 198803 1 001
Universitas Sumatera Utara
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
atas kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat beserta karunianya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Kehidupan Pengangguran di Jepang”, disusun untuk
memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar kesarjanaan Program Studi Sastra
Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Dalam proses pengerjaan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan, dan kesalahan di berbagai sisi baik itu dalam hal tulisan, tata bahasa
maupun proses analisisnya yang terdapat didalamnya. Oleh karena itu, Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi skripsi
ini sehingga skripsi ini lebih bermanfaat dan lebih sempurna kedepannya.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih, penghargaan, dan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Program Studi Sastra
Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang selalu
memberikan waktu, tenaga serta pemikiran dalam membimbing,
mengarahkan serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam rangka
penyempurnaan skripsi ini hingga selesai.
3. Ibu Adriana Hasibuan, S.S, M.Hum, selaku pembimbing I yang telah
meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan saran-saran serta
Universitas Sumatera Utara
ii
memberi perhatian penuh untuk membimbing penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Bapak Drs. Amin Sihombing, selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan membuat skripsi saya menjadi lebih sempurna.
5. Seluruh Staf Pengajar Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama duduk di
bangku perkuliahan.
6. Terima Kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda tercinta Erni Djuldjun
dan Ayahanda tersayang Djumadi yang selalu mendukung, mendorong,
memberikan nasihat, dan memotivasi penulis untuk menyelasaikan skripsi
ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini nantinya dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembaca dan pengguna skripsi ini khususnya mahasiswa Sastra Jepang lainnya.
Penulis berharap dengan membaca skripsi ini akan menumbuhkan minat
membaca khususnya membaca karya sastra lainnya.
Medan, Oktober 2016
Penulis
ANNISA AMALIA
(120708022)
Universitas Sumatera Utara
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2.Perumusan Masalah .................................................................................. 4
1.3.Ruang Lingkup Pembahasan ..................................................................... 5
1.4.Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ...................................................... 5
1.5.Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 9
1.6.Metode Penelitian.................................................................................... 10
BAB II KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG
2.1.Pengertian Pengangguran ........................................................................ 11
2.2.Jenis-Jenis Pengangguran........................................................................ 13
2.3.Populasi Pengangguran di Jepang ........................................................... 23
BAB III USAHA PEMERINTAH MENGHADAPI PENGANGGURAN
3.1.Tindakan Pemerintah .............................................................................. 33
3.1.1. Reformasi Sistem Kerja dan Sumber Daya Manusia .............. 33
3.1.2. Perubahan Kebijakan Kerja..................................................... 34
3.1.3. Meningkatkan Fungsi Pencocokan ......................................... 34
Universitas Sumatera Utara
iv
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.Kesimpulan ............................................................................................. 40
4.2.Saran ........................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau
para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah
dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Dalam konteks kenegaraan, negara kelas tiga atau biasanya dikenal dengan
negara berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak memiliki
permasalahan pengangguran dan dianggap suatu hal yang lumrah. Namun berbeda
halnya jika yang mengalami masalah pengangguran adalah negara maju seperti
negara Jepang yang memiliki peringkat perekonomian terbesar kedua didunia
setelah negara Amerika Serikat. Muncul banyak pertanyaan negara maju seperti
negara Jepang dengan kapitalisasi bursa saham dan industri manufaktur juga
mengalami permasalahan pengangguran.
Yang melatarbelakangi terjadinya pengangguran dinegara matahari terbit
ini adalah birokrasi atau persyaratan perusahaan yang tak terpenuhi calon pekerja,
ketidaksesuaian antara pekerjaan dengan bakat, atau hobi pada calon pekerja.
Universitas Sumatera Utara
2
Dapat dipastikan bahwa pengangguran yang terjadi akan membawa
dampak pada aspek (sektor) lainnya. Aspek-aspek yang akan terkena langsung
adalah seperti kesehatan dan pendidikan. Karenanya sebagian beban biaya
pendidikan dan kesehatan harus ditanggung (bahkan merupakan kewajiban)
pemerintah. Bila pengangguran tersebut berlangsung cukup lama, maka
kemiskinan absolut bahkan kelaparan bisa terjadi. Dampak lain dari pengangguran
diantaranya adalah ketimpangan sosial, kecemburuan sosial, meningkatnya budget
pemerintah untuk sektor pendidikan dan kesehatan, meningkatnya kriminalitas,
dan lain-lain.
Pengangguran di Jepang juga memiliki dampak sosioekonomi.
Sebelumnya perlu dijelaskan arti dari kata sosioekonomi. Kata sosioekonomi
berasal dari kata sosiologi dan ekonomi. Sosioekonomi merupakan kedudukan
atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh jenis
aktifitas ekonomi, pendidikan, serta pendapatan. Keterkaitan dampak
sosioekonomi terhadap pengangguran tentu sangatlah erat. Dari semua dampak
sosioekonomi tersebut, akan tampak bagaimana seseorang akan menjadi dan
mengalami pengangguran. Misalnya, seseorang dengan pendidikan yang tinggi,
mungkin akan kecil kemungkinannya menjadi seorang pengangguran
dibandingkan dengan seorang yang tak memiliki kependidikan. Dengan
kurangnya pendidikan seorang tersebut akibat dari kondisi sosioekonomi yang tak
memungkinkan, menyebabkan sulit dalam mencari pekerjaan dan pada akhirnya
menyandang status sebagai pengangguran. Pengangguran inilah akan
menimbulkan kemiskinan yang merupakan suatu masalah sosial dimana
Universitas Sumatera Utara
3
kemiskinan sangat mempengaruhi kondisi ekonomi para pengangguran. Karena
itu juga angka pengangguran dan kemiskinan berjalan beriringan.
Pada umumnya pengangguran sebagai pangkal penyebab masalah sosial
ekonomi. Hilangnya pekerjaan seseorang akan menghambat untuk
melangsungkan kehidupan orang itu sendiri, sehingga akan memicu terjadinya
kemiskinan yang sangat berpengaruh terhadap lingkungan hidup yang pada
akhirnya akan merusak lingkungan itu sendiri seperti yang dilakukan para
homeless demi memiliki tempat tinggal sebagai perlindungan.
Pengangguran juga dikaitkan dengan tingkat peningkatan masalah
kesehatan mental dan fisik. Karena pengangguran dapat berkontribusi terhadap
harapan hidup seseorang menjadi berkurang. Dampak sosioekonomi masyarakat
Jepang membuat pemerintah Jepang ikut terlibat dalam menangani kasus seperti
kemiskinan, kelaparan, homeless, hingga bunuh diri.
Dari sekian banyaknya dampak-dampak pengangguran membuat
pemerintah harus memainkan perannya dalam mengatasi masalah pengangguran.
Seperti menyediakan lowongan pekerjaan, meningkatkan taraf kemakuran
masyarakat, mewujudkan kestabilan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi,
membuat kebijakan fiskal, dan kebijakan moneter.
Oleh karena itu, pemerintah Jepang melihat seperti sektor pertanian
sebagai salah satu dari beberapa industri yang bisa menghasilkan pekerjaan.
Pemerintah juga mengalokasikan dana untuk mengirim para pengangguran baik
usia produktif maupun sudah tidak produktif lagi dalam program pelatihan kerja
baik disektor pertanian, kehutanan, maupun perikanan, mengingat tiga sektor
Universitas Sumatera Utara
4
tersebut adalah sektor yang sangat menjanjikan dalam sebuah karir. (Fackler,
2010, http://www.nytimes.com/2010/04/22/world/asia/22poverty.html).
Selain itu faktor-faktor pengangguran di Jepang juga disebutkan dalam
beberapa istilah antara lain NEET (Not Employment, Education, and Training),
SNEPs (Solitary Non-Employment Persons), Furiitaa, homeless, pengemis, dan
lain-lain.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis bermaksud meneliti
pengangguran yang terjadi di Jepang, melalui skripsi yang berjudul "Kehidupan
Pengangguran yang Terjadi di Jepang Dewasa Ini".
1.2. Perumusan Masalah
Meskipun negara Jepang merupakan negara yang memiliki perekonomian
terbesar kedua didunia, namun tidak menutup kemungkinan negara Jepang tidak
memiliki pengangguran. Pengangguran membawa dampak yang cukup besar bagi
masyarakat Jepang itu sendiri. Sampai saat ini pemerintahan Jepang masih
mencari solusi untuk mengurangi angka pengangguran di Jepang. Oleh karena itu
penulis merumuskan masalah berdasarkan uraian latar belakang, antara lain:
1. Faktor- faktor apa saja yang menyebabkan pengangguran di Jepang?
2. Upaya apa yang dilakukan pemerintah dalam menangani pengangguran di
Jepang?
Universitas Sumatera Utara
5
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
Agar masalah yang akan dibahas lebih terarah, penulis membatasi ruang
lingkup pembahasan, sehingga dapat memudahkan dalam menganalisa topik
permasalahan.
Didalam penelitian ini, pembahasan akan difokuskan pada kehidupan
pengangguran yang terjadi di Jepang saat ini. Serta dikemukakan juga tentang
pengertian pengangguran, kegiatan sehari-hari para penganggur, dan faktor-faktor
terjadinya pengangguran dalam masyarakat Jepang.
1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1. Tinjauan Pustaka
Salah satu hal yang melatarbelakangi terjadinya pengangguran yaitu
karyawan yang tidak memenuhi ekspektasi perusahaan alias kinerja yang kurang
maksimal membuat karyawan tersebut akan diberhentikan dari pekerjaannya,
sehingga menyandang status menjadi seorang pengangguran.
Dilihat dari angka pengangguran suatu negara, Jepang tergolong negara
yang memiliki tingkat pengangguran yang rendah. Pengangguran secara ekonomi
menurut para ahli dalam (http://www.materiakuntansi.com/pengertian-
pengangguran-menurut-para-ahli-ekonomi/) ialah orang yang berada pada usia
kerja, tidak bekerja, dan sedang mencari kerja. Pengangguran adalah orang yang
tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapat pekerjaan yang
layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau
pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
Universitas Sumatera Utara
6
mampu menyerapnya. Pengangguran sering sekali menjadi masalah dalam
perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya
kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Isu pengangguran selalu menarik untuk dicermati baik oleh pemerintah
maupun peneliti, karena pengangguran berkaitan dengan masalah kesejahteraan
penduduk. Asumsinya adalah penduduk yang tidak memiliki pendapatan untuk
menopang kehidupan mereka sehari-hari. Oleh karena itu isu mengenai
pengangguran menjadi jargon politik oleh pemerintah dan parlemen. Dalam
program pembangunan, masalah pengangguran mendapat prioritas untuk
dijalankan. Pemerintah berusaha membuat kebijakan untuk menyediakan
lapangan kerja terutama untuk kelompok penduduk muda, menurut (Hatmadji dkk,
2004:417).
(Nanga, 2001:249) menyatakan pengangguran dapat dibedakan menjadi
pengangguran terbuka dan terselubung. Pengangguran terbuka adalah suatu
keadaan dimana seorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor
force) tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan.
Pengangguran terselubung (setengah pengangguran) adalah suatu keadaan dimana
seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor force), bekerja
dengan jumlah jam kerja dibawah jam kerja normal (batas kerja normal adalah 35
jam perminggu) atau seseorang yang bekerja memenuhi jam kerja normal, namun
memiliki penghasilan yang dibawah standar atau ada ketidaksesuaian antara latar
belakang pendidikan dengan jenis pekerjaan yang ditekuni.
Universitas Sumatera Utara
7
Jenis pengangguran terbuka (open unemployment) menurut Dinas
Nakertrans dengan BPS Provinsi DKI Jakarta (2007) adalah angkatan kerja yang:
Mencari pekerjaan, ialah orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan,
atau orang yang belum pernah atau sudah pernah bekerja karena sesuatu hal
berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.
Mempersiapkan usaha, ialah orang yang tidak bekerja, sedang melakukan
persiapan suatu usaha yang baru, yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan
atas resiko sendiri, baik dengan atau tanpa mempekerjakan pekerja seperti
mengumpulkan modal atau perlengkapan, mencari lokasi, mengurus surat ijin
usaha, dan sebagainya.
Tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan. Sudah memiliki pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.
Dari jenis-jenis pengangguran diatas, negara Jepang dikategorikan dalam
jenis pengangguran alamiah (Natural Unemployment). Dikarenakan dari tingkat
kestabilan inflasi. Tentu pengaruh inflasi sangat berdampak terhadap
pengangguran. Dalam jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi. menunjukkan
pertumbuhan perekonomian, namun dalam jangka panjang, tingkat inflasi yang
tinggi dapat memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat inflasi
menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibanding dengan harga
barang impor.
Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relatif murah.
Harga yang lebih mahal menyebabkan turunnya daya saing barang domestik di
pasar internasional. Hal ini berdampak pada nilai ekspor cenderung turun,
sebaliknya nilai impor cenderung naik.
Universitas Sumatera Utara
8
Kurang bersaingnya harga barang jasa domestik menyebabkan rendahnya
permintaan terhadap produk dalam negeri. Produksi menjadi dikurangi. Sejumlah
pengusaha akan mengurangi produksi. Produksi berkurang akan menyebabkan
sejumlah pekerja kehilangan pekerjaan.
1.4.2. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan fenomenologi.
Fenomenologi (Inggris: Phenomenology) berasal dai bahasa Yunani:
Phainomenon dan logos. Phainomenon berarti tampak dan logos berarti kata,
ucapan, rasio, pertimbangan. Dengan demikian, fenomenologi secara umum dapat
diartikan sebagai kajian terhadap fenomena atau apa-apa yang nampak. Dalam arti
luas, fenomenologi berarti ilmu tentang gejala-gejala atau apa saja yang tampak.
Dalam arti sempit, ilmu tentang gejala-gejala yang menampakkan diri pada
kesadaran kita. Jadi, fenomenologi mempelajari tentang apa yang tampak atau
menampakkan diri.
Penulis juga menggunakan pendekatan sosiologi. Pengertian pendekatan
adalah landasan kajian studi atau penelitian. Sedangkan istilah sosiologi berasal
dari kata latin socius yang berarti "kawan" dan kata yunani logos berarti "kata"
atau "berbicara". Jadi sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat. Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk
perubahan sosial. Perilaku manusia selalu dilihat dalam kaitannya dengan
struktur-struktur kemasyarakatan dan kebudayaan yang dimiliki, dibagi, dan
ditunjang bersama (Veeger, 1985:3). Selain itu sosiologi adalah ilmu sosial yang
kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional,
Universitas Sumatera Utara
9
dan empiris, serta bersifat umum (Soekanto, 1982:20). Sedangkan sosiologi
menurut Pitirim Sorokin dalam Wikipedia sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala
sosial lainnya (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral),
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala
sosial lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan sosiologis adalah landasan kajian
sebuah studi atau penelitian untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.
Dengan pendekatan ini, maka dapat ditinaju interaksi kehidupan masyarakat
Jepang khususnya di usia produktif.
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui faktor penyebab pengangguran di Jepang.
2. Untuk mendekripsikan upaya pemerintah dalam menangani masalah
pengangguran di Jepang.
1.5.2. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Menambah wawasan mengenai pengangguran di negara maju, khususnya di
negara Jepang
2. Menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya pengangguran di negara Jepang.
Universitas Sumatera Utara
10
3. Menambah pengetahuan mengenai solusi pemerintah dalam menangani
pengangguran di negara Jepang.
1.6. Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah cara untuk menemukan, mengembangkan, dan
menguji masalah yang dihadapi.
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Metode ini merupakan metode penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada yang berlangsung pada saat ini
atau saat yang lampau. (Asep Saeful Hamdi, 2005:5).
Penulis juga menggunakan metode kepustakaan. Metode kepustakaan
adalah mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penelitian yaitu dengan
membaca literatur atau buku yang ada di perpustakaan (Asep Saeful Hamdi,
2005:50).
Disamping itu, penulis juga memperoleh data-data dari media online yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Universitas Sumatera Utara
11
BAB II
KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG
2.1. Pengertian Pengangguran
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam http://www.bps.go.id/
pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang
mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang
sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.
Sukirno (2007:472) mendiskripsikan bahwa pengangguran adalah
seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif
sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu tetapi tidak dapat
memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Kemudian Djohanputro (2006:70)
mengatakan pengangguran adalah mereka yang ingin bekerja, sedang berusaha
mendapatkan (atau mengembangkan) pekerjaan tetapi belum berhasil
mendapatkannya (menemukannya). Berdasarkan dua pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa pengangguran adalah orang yang berada digolongan usia
angkatan kerja (usia produktif) tidak memiliki pekerjaan dan sedang berusaha
mencari pekerjaan.
Selain itu, untuk memperkuat pernyataan dari defenisi pengangguran, dan
untuk memperoleh pengertian sepenuhnya tentang arti penting dari masalah
ketenagakerjaan (employment), harus memperhitungkan pula masalah
pertambahan pengangguran yang jumlahnya lebih besar dimana kegiatannya aktif
bekerja tetapi secara ekonomis sebenarnya mereka tidak bekerja secara penuh
(underutilized). Untuk mengelompokkan masing-masing pengangguran, menurut
Universitas Sumatera Utara
12
Edgar O. Edward dalam Lincolin Arsyad (1999:35) perlu diperhatikan dimensi-
dimensi antara lain:
1. Waktu (banyak nya mereka yang bekerja lebih lama, misalnya jam kerja
perhari, perminggu atau pertahun.
2. Produktivitas (kurangnya produktiviyas sering sekali disebabkan oleh
kurangnya sumber daya-sumber daya komplementer untuk melakukan
pekerjaan.
3. Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan)
Pengangguran merupakan masalah yang erat kaitannya dengan
pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan tingkat pengangguran, dapat diketahui
apakah perekonomian berada pada tingkat kesempatan kerja penuh atau tidak.
Secara teoritis perekonomian dianggap mencapai tingkat kesempatan kerja penuh
apabila tenaga kerja yang tersedia seluruhnya digunakan. Namun bila tidak, dapat
menyebabkan penurunan efisiensi ekonomi. Berdasarkan penjelasan tersebut, hal
inilah pengangguran dikategorikan sebagai masalah makroekonomi dimana
permasalahan kebijakan ekonomi makro mencakup masalah-masalah yang
berkaitan dengan pengelolaan dan pengendalian perekonomian secara umum.
Pengangguran juga mempengaruhi manusia secara langsung dan merupakan yang
paling berat. Kebanyakan orang kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar
kehidupan dan tekanan psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran
menjadi topik yang sering dibicarakan dalam perdebatan politik dan para politis
sering mengklaim bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu
menciptakan lapangan kerja. (Mankiw, 2006).
Universitas Sumatera Utara
13
2.2. Jenis-Jenis Pengangguran
Menurut Case (2004:63) dalam bukunya prinsip-prinsip ekonomi makro,
pengangguran dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
2.2.1. Pengangguran Friksional (frictional unemployment)
Pengangguran Friksional adalah bagian pengangguran yang disebabkan
oleh kerja normalnya pasar tenaga kerja. Istilah itu merujuk pada pencocokan
pekerjaan atau keterampilan jangka pendek. Selain itu pengangguran Friksional
juga merupakan jenis pengangguran yang timbul sebagai akibat dari adanya
perubahan didalam syarat-syarat kerja, yang terjadi seiring dengan perkembangan
atau dinamika ekonomi yang terjadi. Jenis pengangguran ini dapat pula terjadi
karena berpindahnya orang-orang dari satu daerah ke daerah lain, atau dari satu
pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibanya harus mempunyai tenggang waktu dan
berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang lain.
Contohnya yaitu adanya perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor
industri.
2.2.2. Pengangguran musiman (seasonal unemployment)
Pengangguran ini berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka
pendek, terutama terjadi di sektor pertanian. Yang dimaksud dengan
pengangguran musiman yaitu pengangguran yang terjadi pada waktu-waktu
tertentu didalam satu tahun. Biasanya pengangguran seperti ini berlaku pada
waktu dimana kegiatan bercocok tanam sedang menurun kesibukannya. Dengan
demikian, jenis pengangguran ini terjadi untuk sementara waktu saja.
Universitas Sumatera Utara
14
2.2.3. Pengangguran siklis (cyclical unemployment)
Pengangguran siklis atau pengangguran konjungtur adalah pengangguran
yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam tingkat kegiatan perekonomian.
Pada waktu kegiatan ekonomi mengalami kemunduran, perusahaan-perusahaan
harus mengurangi kegiatan memproduksinya. Dalam pelaksanaannya berarti jam
kerja dikurangi, Sebagian mesin produksi tidak digunakan, dan sebagian tenaga
kerja diberhentikan. Apabila permintaan barang dan jasa menurun, maka pihak
pengusaha akan memperkecil jumlah produknya. Sehingga banyak tenaga kerja
yang dikeluarkan. Dengan demikian, kemunduran ekonomi akan menaikkan
jumlah dan tingkat pengangguran. Contohnya turunnya permintaan barang
elektronik berupa radio menyebabkan pengangguran.
2.2.4. Pengangguran struktural (structural unemployment)
Dikatakan pengangguran stuktural karena sifatnya yang mendasar. Pencari
kerja tidak mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan
pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam perekonomian yang berkembang
pesat. Makin tinggi dan rumitnya proses produksi atau teknologi produksi yang
digunakan, menuntut persyaratan tenaga kerja yang juga makin tinggi. Dilihat dari
sifatnya, pengangguran struktural lebih sulit diatasi dibanding pengangguran
friksional. Selain membutuhkan pendanaan yang besar, juga waktu yang lama.
Ada dua kemungkinan yang menyebabkan pengangguran struktural yaitu sebagai
akibat dari kemerosotan permintaan atau sebagai akibat dari semakin canggihnya
teknik memproduksi. Faktor yang kedua memungkinkan suatu perusahaan
menaikkan produksi dan pada waktu yang sama mengurangi pekerja. Contohnya
Universitas Sumatera Utara
15
negara Indonesia yang basisnya merupakan negara agraris berganti menjadi
negara industri maka akan mengakibatkan masyarakat yang tidak punya keahlian
akan tersisihkan dari pekerjaan.
Untuk mengetahui defenisi pengelompokan pengangguran berdasarkan
dimensi dimensi yang telah dibahas sebelumnya, sangat berkaitan erat dengan
bentuk-bentuk pengangguran.
Bentuk-bentuk pengangguran menurut Edgar O. Edward (1974:80) adalah:
1. Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah mereka yang mampu dan
seringkali sangat ingin bekerja tetapi tidak tersedia pekerjaan yang cocok untuk
mereka.
2. Setengah pengangguran (under unemployment), adalah mereka yang secara
nominal bekerja penuh namun produktivitasnya rendah sehingga pengurangan
dalam jam kerjanya tidak mempunyai arti atas produksi secara keseluruhan.
3. Tenaga kerja yang lemah (impaired), adalah mereka yang mungkin bekerja
penuh tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.
4. Tenaga kerja yang tidak produktif, adalah mereka yang bekerja secara
produktif tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik
2.3. Populasi Pengangguran di Jepang
Pada bab ini penulis akan menjelaskan populasi pengangguran di Jepang
mengikuti krisis global keuangan hingga akhir tahun 2000-an menggunakan data
dari Survei Angkatan Kerja (LFS) dan Status Survei Pekerjaan (ESS), baik
dilakukan oleh Biro Statisktik maupun Departemen Dalam Negeri dan
Komunikasi. Berdasarkan Survei Angkatan Kerja (LFS) Jepang, populasi
Universitas Sumatera Utara
16
pengangguran pada tahun 2002 hingga 2014 menurun sekitar 32%. Dari 355.000
(orang) jumlah pengangguran pada tahun 2002 menurun menjadi 240.000 (orang)
jumlah pengangguran pada tahun 2014.
Sumber: WWW.TRADINGECONOMICS.COM | STATISTIC BUREAU OF JAPAN
Grafik 2.3. Grafik Jumlah Pengangguran di Jepang
Edisi 2002 "White Paper on the Labour Economy" (Menteri Kesehatan,
Buruh, dan Kesejahteraan 2002) menarik minat signifikan karena menunjukkan
bahwa jumlah pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan selama setahun atau
lebih.
JILPT (2006) mengungkapkan karakteristik pengangguran di Jepang atas
dasar data yang dikumpulkan dengan menyebarkan survei kuesioner untuk dengan
mengunjungi kantor "Hello Work” (Pusat Pelayanan Tenaga Kerja Publik)
didaerah Pusat Metropolitan Tokyo. Dari data yang dikumpulkan JILPT
mengamati sejumlah karakteristik umum, termasuk banyak pekerja beralih ke
pekerjaan dengan perusahaan skala kecil.
Universitas Sumatera Utara
17
Didalam analisis Shinozaki (2004) didefenisikan sebagai orang-orang
yang telah menganggur selama periode enam bulan atau lebih. Hal tersebut juga
diadopsi di Eropa tahun 1990-an yang memberikan dukungan untuk mencari
pekerjaan untuk orang-orang yang keluar dari pekerjaan selama enam bulan atau
lebih.
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan pada tahun 2002 dan 2003,
tingkat pengangguran meroket naik sebesar 1.8% akibat dari dampak krisis
keuangan global yang terjadi di Jepang. Berbagai perusahaan-perusahaan di
Jepang terpaksa memberhentikan sejumlah pegawai-pegawainya untuk
meminimalisir dari dampak krisis keuangan global. Di tahun tersebut
pengangguran friksional sangat berdampak terhadap perekonomian masyarakat
dan negara Jepang. Kemudian antara tahun 2004 hingga tahun 2009 persentasi
perlahan mulai menurun dan kembali naik hingga ke titik tertinggi yaitu 1.9%
yang terjadi pada tahun 2010. Tinggi nya angka pengangguran ini disebabkan
akibat beberapa perusahan di Jepang tidak merekrut pegawai baru. Dan pada
akhirnya kementrian Dalam negeri dan Komunikasi (Ministry of Internal Affair
and Communication) menyatakan akan memprioritaskan perbaikan lapangan
pekerjaan. Untuk ditahun selanjutnya persentasi pengangguran di Jepang perlahan
mulai menurun hingga di titik 1.7%.
Apabila digambarkan dalam bentuk grafik, di Jepang (Japan long term
unemployment) akan terlihat sebagai berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
18
Sumber: WWW.TRADINGECONOMICS.COM | STATISTIC BUREAU OF JAPAN
Gambar 2.4. Grafik Tingkat Populasi Pengangguran
Catatan: 1. Pengangguran Jangka Panjang (Long Term Unemployment)
didefenisikan sebagai bagian dari angkatan kerja yang telah menganggur selama 6
bulan atau lebih.
Agar lebih terperinci lagi, penulis juga akan membuat tabel pengangguran
di Jepang berdasarkan jumlah penduduknya.
Tahun
Jumlah
Pengangguran
(satuan ribu)
2002 355.000
2003 355.000
2004 330.000
2005 300.000
2006 290.000
2007 270.000
2008 270.000
Universitas Sumatera Utara
19
2009 370.000
2010 340.000
2011 320.000
2012 290.000
2013 270.000
2014 240.000
Tabel 2.4. Jumlah Pengangguran berdasarkan Angkatan Kerja Penduduk Jepang
Berdasarkan tabel diatas, jumlah pengangguran berdasarkan angkatan
kerja, tidak jauh berbeda dengan tabel 2.3 dan grafik 2.3 yang sudah dipaparkan
sebelumnya. Tabel 2.4 merupakan jumlah pengangguran kerja di Jepang
berdasarkan individual dimana pengangguran ini adalah kategori .
Berdasarkan jumlah pengangguran kerja di Jepang tahun 2002 sekitar
3600 jiwa mengalami pengangguran, seiring berjalannya waktu hingga tahun
2009 jumlah pengangguran di Jepang kian menurun. Tetapi pada tahun 2010,
jumlah pengangguran di Jepang naik drastis hingga mencapai 370.00 jiwa. Seperti
yang dijelaskan sebelumnya. Melambungnya angka pengangguran di Jepang ini
akibat dari beberapa perusahaan di Jepang tidak merekrut pegawai baru. Namun
dengan kebijakan dari kementrian komunikasi, dengan memperbaiki lapangan
pekerjaan, akhirnya jumlah pengangguran mulai menurun dari 360.000 hingga
ditahun 2014 menjadi 230.00.
Hingga awal tahun 1990-an, tingkat tetap di sekita 1%, tetapi dari
runtuhnya gelembung ekonomi dan seterusnya, terus meningkat menjadi 3,0%
untuk laki-laki dan 2,3% untuk perempuan diawal 2000-an. Dalam pemulihan
ekonomi, secara bertahap, tingkat turun menjadi 2,4% untuk laki-laki dan 1,4%
Universitas Sumatera Utara
20
untuk perempuan., tetapi setelah kemunduran besar di tahun 2000-an meningkat
sekali lagi naik menjadi 2,0% untuk perempuan disekitar 2010. Pada periode
pertengahan 2010-an, tingkat bagi laki-laki dan perempuan mengalami penurunan,
jatuh ke 2,4% untuk laki-laki dan 1,4% untuk perempuan pada tahun 2014. Garis
terpisah untuk laki-laki dan perempuan pada Gambar 1 menunjukkan bahwa
tingkat laki-laki terus melebihi daripada tingkat pengangguran perempuan.
Sebagai skala dan mungkin juga faktor yang menyebabkan berbeda antara laki-
laki dan perempuan, hasilnya disajikan secara terpisah untuk laki-laki dan
perempuan di sejumlah poin-poin berikut.
Dalam rangka untuk mengidentifikasi kecenderungan tingkat
pengangguran ketika terjadinya era resesi besar, Gambar 2.2.5. dapat
menunjukkan bahwa menggunakan data kuartalan dari LFSDT untuk
menampilkan tingkat dari tahun 2002 hingga tahun 2014.
Sumber: Perhitungan Penulis (Shinozaki) dari Survei Angkatan Kerja Biro
Statistik Jepang
Gambar 2.5 Tingkat (Data Kuartal dari tahun 2002)
Universitas Sumatera Utara
21
Catatan: Nilai yang mewakili lima kuartal yang berpusat bergerak rata-rata
tingkat.
Tingkat pengangguran terus menurun antara kuartal pertama 2003 dan
kuartal ketiga tahun 2007 untuk laki-laki dan antara kuartal kedua 2003 dan
kuartal keempat tahun 2006 untuk perempuan. Berikut periode ini tingkat naik,
memuncak pada 3,4 % untuk laki-laki dikedua kuartal tahun 2010, dan pada 2,0%
untuk perempuan pada kuartal yang sama. Setelah mencapai puncaknya, tingkat
menurun sampai kuartal kedua tahun 2014, pada kecepatan yang sama seperti
periode pergantian abad pertengahan 2000-an.
Universitas Sumatera Utara
22
A. LAKI-LAKI
B. PEREMPUAN
Gambar 2.6. Pembagian Pengangguran Berdasarkan Durasi
Gambar 2.6 menunjukkan persentase pengangguran berdasarkan masa
pengangguran. Melihat Panel A, proporsi laki-laki yang menganggur selama enam
bulan atau lebih meningkat dalam jangka panjang menengah, dan pada kuartal
pertama 2014, sekitar 60% dari total jumlah pengangguran laki-laki adalah .
Universitas Sumatera Utara
23
Hingga awal 2000-an, proporsi laki-laki yang telah menagnggur selama
enam bulan sampai kurang dari satu tahun tetap lebih tinggi daripada proporsi
laki-laki yang telah menganggur selama satu tahun sampai kurang dari dua tahun,
dan proporsi laki-laki yang telah menganggur selama dua tahun atau lebih. Namun,
sejak pertengahan 2000-an, telah terjadi peningkatan proporsi pengangguran laki-
laki selama dua tahun atau lebih. Dimaksudkan dalam OECD (2012) sebagai
"pengangguran yang sangat berjangka panjang". Pada tahun 2014, sekitar 25%
laki-laki pengangguran telah keluar dari pekerjaan selama dua tahun atau lebih.
Grafik untuk perempuan di panel B menunjukkan bahwa, seperti dalam
kasus laki-laki, proporsi pengangguran yang keluar dari pekerjaan selama enam
bulan atau lebih cenderung meningkat dalam menengah sampai jangka panjang.
Pada saat yang sama, proporsi jangka panjang pengangguran perempuan lebih
rendah dibandingkan laki-laki, sekitar 40% pada tahun 2014.
Populasi pengangguran di Jepang (kategori: menganggur selama enam
bulan atau lebih/tenaga kerja) dinyatakan sebagai produk proporsi yang dicatat
oleh pengangguran jangka panjang antara jumlah total orang yang menganggur
dan tingkat pengangguran yang telah di survei.
2.4 Faktor Terjadinya Pengangguran di Jepang
2.4.1 Krisis Keuangan Global
Salah satu faktor penyebab pengangguran di Jepang ialah pada saat Jepang
mengalami krisis keuangan global pada akhir tahun 2000-an serta menyebabkan
resesi besar bagi perekonomian Jepang dan bangkrutnya perusahaan-perusahaan
di Jepang. Akibat dari resesi tersebut, tingkat pengangguran meningkat dalam 30
Universitas Sumatera Utara
24
tahun terakhir. Dari tahun 2000-an terdapat tingkat pengangguran besar, yaitu
lebih dari seperempat pengangguran berjenis kelamin laki-laki dihitung dari total
keseluruhan pengangguran, pekerja muda (usia 15-24 tahun), dan yang paling
terbesar adalah lulusan SMA atau lebih rendah pendidikannya.
Selain itu, dampak yang ditimbulkan akibat dari krisis keuangan global,
pekerja menjadi menganggur berkepanjangan hingga menyandang status sebagai
pengangguran. Akibatnya depresi timbul karena tekanan ekonomi yang tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidup dan langkah terakhir yang dilakukan
pengangguran adalah mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Sumber: Tim Proyek Analisis Bunuh Diri (2008)
Salah satu karakteristik yang diamati dalam tingkat bunuh diri di Jepang,
sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 1, total jumlah korban bunuh diri di Jepang
selama krisis keuangan global tahun 1997-1998 meningkat tajam dengan jumlah
naik sekitar 35% dari 24.391 menuju 32.863 kasus bunuh diri. Karena resesi
Universitas Sumatera Utara
25
berkepanjangan setelah ledakan gelembung ekonomi, Yamaichi Securities Co.,
runtuh dalam kebangkrutan pada tahun 1997. Dan kredit Bank Jepang gagal pada
tahun 1998. Meningkatnya jumlah pengangguran yang bunuh diri khususnya
dibulan Maret tahun 1998, dimana pada saat itu jumlah keseluruhan
pengangguran dan perusahaan-perusahaan bangkrut dengan total liabilitas 10 juta
yen atau lebih memiliki korelasi yang sangat kuat dengan perunahan bulanan
dalam jumlah korban bunuh diri. Ini menunjukkan bahwa korban bunuh diri
akibat pengangguran meningkat tajam, khususnya, seiring dengan peningkatan
pengangguran dan kebangkrutan perusahaan selama penutupan tahun fiskal.
Jumlah peningkatan tajam korban bunuh diri di Jepang pada saat krisis finansial
menyarankan pentingnya memastikan dengan benar konteks sosial ekonomi.
Sumber: Tim Proyek Analisis Bunuh Diri (2008)
Universitas Sumatera Utara
26
Sebelumnya, Tabel 1 menunjukkan kontribusi yang signifikan dari korban
setengah baya dengan peningkatan keseluruhan tingkat bunuh diri. Tabel 1
menunjukkan rincian kontribusi berdasarkan kategori pekerjaan antara kenaikan
tingkat (34,73%). Yang tertinggi adalah rasio kontribusi orang-orang
pengangguran, 15.07%, diikuti orang-orang yang bekerja 9.28%, dan bekerja
sendiri 5.44%. Hasil ini menyiratkan bahwa peningkatan tajam dalam jumlah
kasus bunuh diri pada saat krisis keuangan di Jepang terkait erat dengan
pengangguran.
Tabel 2 juga menunjukkan kontribusi yang signifikan dari berdasarkan
motif. 12.75% kasus bunuh diri terjadi karena masalah kesehatan. dan 10.26 %
dikarenakan masalah keuangan dan masalah terkait dengan kehidupan. Faktanya,
hal tersebut merupakan penyebab utama terjadinya bunuh diri di Jepang karena
depresi. Tetapi, pada saat yang sama, masalah finansial dan masalah terkait
dengan kehidupan merupakan kontribusi yang signifikan yang erat
kemungkinannya dengan masalah struktural dan konteks sosioekonomi, seperti
pengangguran, hutang, kemiskinan, dan lingkungan pekerjaan adalah faktor
tersembunyi dibalik sebuah depresi.
2.4.2 Discouraged Workers
Discouraged worker didefenisikan sebagai orang-orang yang menganggur
dan ingin bekerja, tetapi tidak mencari pekerjaan karena mereka percaya bahwa
mereka tidak dapat menemukan pekerjaan. Discouraged worker kebanyakan
kaum perempuan yang dulu pernah menarik diri dari angkatan kerja ketika resesi
terjadi, pernah menjadi salah satu faktor utama yang berpotensi menjelaskan
Universitas Sumatera Utara
27
tingkat pengangguran yang rendah yang resmi di Jepang. Mereka juga dianggap
sebagai "luxury unemployment" atau "pengangguran mewah" dan karena itu para
ahli makroekonomi tidak begitu memperhatikan mereka. Bagaimanapun, jumlah
pengangguran dan discouraged worker dapat dianggap sebagai salah satu
indikator dari pasokan tenaga kerja potensial.
Didalam gambar 10, discouraged worker laki-laki tampaknya cenderung
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah resmi pengangguran, dan
pengangguran tersebut telah melonjak ke tingkat tertinggi dalam 25 tahun terakhir.
Disisi lain untuk perempuan, walaupun jumlah discouraged worker masih sangat
tinggi, tingkat pertumbuhannya tidak terlalu cepat dibandingkan dengan yang
diamati selama periode resesi terakhir.
Universitas Sumatera Utara
28
Sumber: Manajemen dan Badan Koordinasi, Biro Statistik dan Statistik Pusat,
Laporan Survei Khusus dari Survei Angkatan Kerja
Gambar 10 Jumlah Discouraged Workers
2.4.3. Diskriminasi Gaji Antara Laki-lai dan Perempuan
Diskriminasi gaji di perusahaan Jepang terjadi antara pekerja laki-laki
dan perempuan. Berdasarkan hasil penelitian Ministry of Health, Labour, and
Welfare pada tahun 2011 diskriminasi gaji terjadi antara pekerja laki-laki dan
pekerja perempuan meskipun berasal dari pendididkan yang sama. Pada tahun
2011, pada pekerja laki-laki lulusan universitas menerima gaji sebesar 205.000
yen, sedangkan pekerja perempuan menerima gaji sebesar 198.000 yen, terjadi
selisih perbedaan penerimaan gaji sebesar 7.000 yen. Perbedaan gaji ini tidak
hanya berbeda antara pekerja laki-laki dan perempuan saja, hal ini juga terjadi
ketika pendidikan pekerjaan berbeda.
Universitas Sumatera Utara
29
Salah satu teori mengenai diskriminasi gaji yaitu diskriminasi
berdasaerkan statistik (Statictical Discrimination). Diskriminasi tipe ini ada ketika
perusahaan mengaplikasikan karakteristik-karakteristik grup/kelompok. Sebagai
contoh, perusahaan dalam proses menggaji karyawan baru. Ada karakteristik
tertentu yang sangat individual dalam sifatnya dan bervariasi dengan pelamar
lainnya seperti tingkat pendidikan, pengalaman, atau nilai ujian penempatan.
Karakteristik-karakteristik lainnya sangat umum dan ketika dijadikan sebagai
ukuran kemampuan pekerja, mengahasilkan diskriminasi statistik.
Tabel 1. Tipe dan Jumlah Institusi Pendidikan Tertinggi (2009)
Type Provider Number of
Institutions
Number of
Students
University National
Public
Private
All
86
92
595
773
621,800
136,913
2,087,193
2,845,908
Junior College National
Public
Private
All
2
26
378
406
3
9,973
151,000
160,976
College of
Technology
National
Public
Private
All
55
6
3
64
22,579
1,720
836
25,135
Universitas Sumatera Utara
30
Specialized
Training
College
National
Public
Private
All
11
204
3,133
3,348
79
6,845
597,351
624,875
Total 4591 3,656,894
Sumber: MEXT, Abstrak Statistik, Edisi 2010
Pada tabel diatas, terlihat bahwa masyarakat Jepang menyadari bahwa
pendidikan merupakan hal penting. Pada tahun 2009, sebanyak 3.656.894 siswa
mendaftarakan dirinya pada 4.591 institusi (universitas sebanyak 773 institusi,
Junior College atau program diploma satu sampai dua tahun) sebanyak 406
institusi, perguruan tinggi teknologi sebanyak 64 intitusi dan perguruan tinggi
pelatihan khusus sebanyak 3.348 institusi). Sebanyak 2.845.908 mahasiswa
diantaranya memilih Universitas untuk melanjutkan pendidikan tingginya. Hal ini
dikarenakan lulusan dari universitas mendapatkan prioritas utama dibandingkan
dengan institusi lainnya dan hal ini terus berkembang hingga saat ini. Begitu juga
dalam penerimaan gaji, pendidikan sangat berperan tinggi dalam hal tersebut.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula gaji yang
diterimanya. Penerimaan gaji juga berbeda antara pekerja perempuan dan pekerja
laki-laki meski mereka berasal dari lulusan yang sama. Berikut ini adalah data
yang menunjukkan hal tersebut:
Universitas Sumatera Utara
31
Tabel 2. Gaji Awal Pegawai Baru berdasarkan Pendidikan
Year
Upper Secondary
Schools
Technical Colleges
and Junior Colleges
University
Male Female Male Female Male Female
1990 133 126 145 138 170 163
1995 154 145 165 159 194 184
2000 157 148 172 164 197 187
2005 156 148 170 164 197 189
2009 161 153 176 172 201 195
2010 161 153 174 168 200 194
2011 159 152 176 171 205 198
Sumber: MEXT, Abstrak Statistik, Edisi 2010
Pada tabel diatas dapat terlihat perbedaan penerimaan gaji pada pekerja
laki-laki dan perempuan, semakin tinggi pendidikan, maka semaki besar pula gaji
yang diterimanya. Pada lulusan SMA tahun 2011, terjadi perbedaan penerima gaji
pada pekerja laki-laki dan perempuan. Dimana pekerja laki-laki menerima gaji
sebesar 159.000 yen, sedangkan pekerja perempuan menerima gaji sebesar
152.000 yen. Pada lulusan Junior College tahun 2011 terjadi perbedaan
penerimaan gaji antara pekerja laki-laki dan perempuan. Dimana pekerja laki-laki
menerima gaji sebesar 176.000 yen sedangkan pekerja perempuan menerima gaji
sebesar 171.000 yen, terjadi selisih perbedaan penerimaan gaji sebesar 5.000 yen.
Pada lulusan universitas tahun 2011 terjadi perbedaan penerimaan gaji antara
pekerja laki-laki dan pekerja perempuan dimana pekerja laki-laki menerima gaji
sebesar 205.000 yen sedangkan pekerja perempuan menrima gaji 198.000 yen.
Universitas Sumatera Utara
32
terjadi selisih perbedaan penerimaan gaji sebesar 7.000 yen. Pada kasus diatas
pekerja perempuan menerima gaji lebih rendah daripada pekerja laki-laki. Selisih
perbedaan-perbedaan dalam penerimaan gaji membuktikan adanya diskriminasi
dalam perusahaan Jepang. Namun dalam perusahaan Jepang, hal ini merupakan
suatu cara yang efektif dalam memaksimalkan keuntungan perusahaan. Dengan
demikian pekerja perempuan bisa jadi tersingkirkan karena perusahaan yang
bertindak rasional dan sebagai pemaksimalan keuntungan perusahaan. Oleh
karena itulah terjadi diskriminasi gaji antara pekerja laki-laki an perempuan.
Selain itu, usia juga memiliki pengaruh yang besar pula dalam perbedaan
penerimaan gaji di perusahaan. Di Jepang, pada usia 15-19 tahun, masyarakatnya
sudah mulai bekerja dan akan berakhir hingga usia 70 tahun. Ketika perempuan
belum menikah, dia dapat fokus pada pekerjanya. Tidak jarang perempuan yang
sudah menikmati pekerjaan sehingga tidak ingin untuk menikah dan lebih fokus
bekerja. Perusahaan Jepang juga menganggap bahwa pekerja perempuan lebih
beresiko karena pekerja perempuan bisa saja meninggalkan pekerjaannya karena
menikah, hamil, dan mengurus keluarga sebelum mereka memulihkan biaya
perusahaan yang telah dikeluarkannya. Perusahaan Jepang juga tidak lagi
membutuhkan pekerja tersebut dan akan menggantikan dengan pekerja baru. hal
ini dikarenakan karena pekerja perempuan yang sudah menikah, hamil, dan
memiliki anak, akan mengambil cuti melahirkan, dan ketika itu posisi pekerja
perempuan mulai tersingkirkan oleh pegawai baru. Perusahaan takut pekerjaan
pekerja di perusahaan tersebut akan terbengkalai dan mempengaruhi keuntungan
perusahaan tersebut. Ketika pekerja ingin kembali bekerja di perusahaan tersebut,
langkah yang diambil perusahaan ialah gaji yang diberikan kembali ke titik awal
Universitas Sumatera Utara
33
sebagaimana dulu pertama kali dia bekerja. Inilah yang menyebabkan pekerja
perempuan berpikir dua kali untuk kembali bekerja setelah memiliki anak.
Dengan demikian, pekerja wanita bisa jadi tersingkirkan karena perusahaan yang
bertindak rasional dan sebagai pemaksimalan keuntungan perusahaan. Oleh
karena itulah terjadi diskriminasi gaji antara pekerja laki-laki dan perempuan.
Universitas Sumatera Utara
34
BAB III
USAHA PEMERINTAH DALAM MENANGANI MASALAH
PENGANGGURAN DI JEPANG
3.1. Tindakan Pemerintah
3.1.1. Mereformasi sistem kerja dan memperkuat kemampuan sumber daya
manusia
Di tengah globalisasi ekonomi dan populasi yang menua dikombinasikan
dengan kurangnya jumlah anak, untuk memimpin ekonomi untuk pertumbuhan
baru, mengakui bahwa sumber daya manusia merupakan sumber daya terbesar
untuk Jepang, pemerintah harus merumuskan kebijakan drastis dan memperjelas
tujuan dan tenggat waktu dari kebijakan untuk mengamankan jumlah pekerja
(jumlah tenaga kerja) dan meningkatkan tenaga kerja produktivitas (kualitas
tenaga kerja). Untuk tujuan ini, pemerintah akan segera mengambil tindakan
untuk jatuh kelahiran dan pada saat yang sama, bertujuan untuk meningkatkan
tingkat kerja orang berusia antara 20 dan 64 dari tingkat saat ini 75% (2013)
menjadi 80% pada akhir 2020, Pemerintah akan melakukan upaya untuk
mewujudkan gerakan pendidikan dan tenaga kerja kelas dunia yang lebih tinggi
tanpa pengangguran. Di sisi lain, pemerintah akan memperluas peluang bagi kaum
muda, perempuan dan orang tua untuk mengambil peran aktif dalam masyarakat.
Berdasarkan ini, pemerintah akan membentuk sebuah masyarakat di mana setiap
orang berpartisipasi dalam kegiatan sosial, meningkatkan kemampuan mereka dan
sepenuhnya melaksanakan kemampuan mereka.
Universitas Sumatera Utara
35
3.1.2 Perubahan Kebijakan dari stabilitas kerja yang berlebihan untuk
fluiditas tenaga kerja (mewujudkan gerakan buruh tanpa
pengangguran)
Pemerintah akan merevisi kebijakan stabilitas kerja yang telah
berkembang sejak jatuhnya Lehman dan menanggapi dengan cepat tanpa
memperburuk situasi dalam pekerjaan, bagi individu untuk mengubah pekerjaan
mereka lancar, untuk latihan kemampuan mereka, dan berperan aktif untuk
pertumbuhan ekonomi, pemerintah akan drastis bergeser kebijakan untuk
mendukung gerakan buruh termasuk dukungan untuk pengembangan kemampuan.
Berdasarkan ini, selama lima tahun dari sekarang pemerintah akan
berusaha untuk mengurangi jumlah orang yang keluar dari pekerjaan selama lebih
dari enam bulan sebesar 20% dengan 9% dari omset kerja (untuk pekerja umum
tidak termasuk pekerja paruh waktu).
Secara drastis meningkatkan sumber daya anggaran untuk mendukung
gerakan kerja Pemerintah dan akan maju untuk mempertimbangan dalam rangka
membalikkan anggaran dengan menggeser sejumlah sumber daya anggaran dari
dana penyesuaian kerja untuk tenaga kerja dukungan gerakan dana. Setelah itu
pemerintah akan mencerminkan hasil ke permintaan anggaran.
a. Perusahaan tidak hanya kecil dan menengah, tetapi juga perusahaan besar
akan ditargetkan.
b. Pemerintah akan mengembangkan langkah-langkah pendanaan ketika
sebuah perusahaan yang bergerak karyawannya menggunakan pelatihan
yang ditawarkan oleh perusahaan sumber daya pribadi.
Universitas Sumatera Utara
36
• Pendanaan akan digunakan dua kali ketika mempercayakan dukungan
dan ketika mewujudkan kembali kerja.
• Pemerintah akan mengembangkan langkah-langkah pendanaan untuk
pelatihan dilaksanakan oleh perusahaan yang menerima para karyawan.
• Pemerintah akan mempromosikan pengembangan konsultasi karir
teknik untuk membuat gerakan buruh yang melibatkan perubahan karir
yang sukses.
c. Meninjau sistem asuransi tenaga kerja untuk mendukung pendidikan untuk
kaum muda.
Pemerintah akan meninjau sistem asuransi tenaga kerja untuk
mempromosikan pelatihan ulang pekerja sehingga karyawan tidak tetap
mampu mengubah karir dan meningkatkan karier. Pemerintah akan
mengajukan RUU amandemen berikutnya. Pada saat yang sama,
pemerintah akan mengambil dukungan langkah-langkah untuk
memberikan bantuan biaya bagi pengusaha yang memiliki karyawan
mereka mengambil program pelatihan ulang pekerjaan.
d. Meningkatkan fungsi intermediasi pengalihan sementara /dengan
mentransfer Industri Kerja Stabilisasi Center of Japan.
Pemerintah akan sangat meningkatkan fungsi intermediasi dari
Industri Kerja Stabilisasi Center of Japan untuk mendukung Gerakan
Kerja tanpa pengangguran dengan pengalihan sementara / mentransfer
dalam menyediakan karir jasa konsultasi, mengembangkan rencana
dukungan menanggapi masalah individu, dan melaksanakan kuliah /
pelatihan kerja dalam memanfaatkan lembaga sektor swasta.
Universitas Sumatera Utara
37
3.1.3 Meningkatkan fungsi pencocokan dengan memanfaatkan bisnis sektor
swasta sumber daya manusia
Ketika mempromosikan dalam mengungkapkan informasi yang dimiliki
oleh pekerjaan publik kantor keamanan "Hello Work" kepada publik, Pemerintah
akan memaksimalkan penggunaan dari bisnis sektor swasta sumber daya manusia
untuk segera menanggapi secara luas berbagai kebutuhan muda yang keluar dari
pekerjaan setelah lulus, dan lain-lain serta wanita yang ingin kembali bekerja, dan
lain-lain.
a. Mengungkapkan informasi tentang tawaran pekerjaan / job seeking
dipegang oleh Hello Work
Pemerintah akan mulai mengungkapkan informasi tentang tawaran
pekerjaan yang dipegang oleh Hello Work untuk bisnis sumber daya
manusia dibidang sektor swasta dan kotamadya dan memberikan berbagai
layanan lainnya.
Pemerintah akan melakukan survei kebutuhan pelamar kerja dan
bisnis sumber daya manusia sektor swasta pada pengungkapan informasi
dalam mencari pekerjaan yang dipegang oleh "Hello Work" dan
menyimpulkan hasil dalam tahun ini. Selain itu, pemerintah akan mulai
memberikan dukungan untuk bimbingan kepada pelamar kerja dari "Hello
Work" dan berharap untuk menggunakan bisnis sumber daya manusia
sektor swasta secara cepat.
Berdasarkan pengalaman dari Hello Work zona khusus, dan lain-
lain, mempertimbangkan niat dari pemerintah kota, pemerintah
Universitas Sumatera Utara
38
mengembangkan dalam memperkuat hubungan antara Hello Work dan
agen tenaga kerja yang dijalankan oleh pemerintah kota di seluruh Jepang.
b. Reformasi dan memperbaiki sistem insentif keuangan
Pemerintah akan menawarkan insentif keuangan untuk pekerjaan
trial (sekitar 56 ribu karyawan ditutupi oleh dana pada tahun 2012) dan
dana lainnya untuk pekerjaan ke perusahaan. Tidak hanya mempekerjakan
orang melalui pengenalan oleh Hello Work tetapi juga pengantar dari
bisnis sumber daya manusia sektor swasta dan perguruan tinggi dari yang
mereka lulus.
Pemerintah akan memperluas cakupan berlakunya insentif
keuangan untuk pekerjaan percobaan bagi mereka yang berada di luar
pekerjaan setelah lulus, harus kosong dalam karir mereka karena
membesarkan anak, dan dianggap memiliki kesulitan dalam mendapatkan
pekerjaan penuh.
c. Memanfaatkan bisnis sumber daya manusia di sektor swasta yang lebih
baik.
Pemerintah akan memajukan pertimbangan efektif dukungan kerja
dengan memanfaatkan maksimal sektor swasta bisnis sumber daya
manusia untuk operasi yang dijelaskan di bawah ini tentang konseling,
pelatihan kerja, penempatan.
Memberikan layanan konseling karir dan kartu masalah pekerjaan ke
pekerja paruh waktu yang membutuhkan bantuan rinci (Tentang 21 ribu
kartu pekerjaan diterbitkan di Hello Work di seluruh Jepang pada 2012).
Universitas Sumatera Utara
39
• Mendukung orang-orang yang keluar dari pekerjaan setelah lulus
untuk mendapatkan pekerjaan penuh waktu memanfaatkan
Penempatan Kerja jasa pengiriman.
• Menawarkan pelatihan pekerjaan dan penempatan untuk orang-
orang yang dari pekerjaan karena membesarkan dan merawat anak
/ perawatan secara berseragam.
Ketika krisis keuangan global menenggelamkan Jepang kedalam resesi
terburuk sejak Perang Dunia II dan ratusan ribu pekerja di berhentikan, sektor
pertanian telah muncul sebagai jalur karir baru yang menjanjikan. Melihat
pertanian sebagai salah satu industri yang bisa menghasilkan pekerjaan hingga
saat ini, Pemerintah jepang telah mengalokasikan dana sebesar $10 juta untuk
mengirim 900 orang untuk program pelatihan kerja di bagian pertanian, kehutanan,
dan perikanan. Tingkat pengangguran Jepang adalah 4,4% pada bulan Februari,
naik dari 3,9% ditahun sebelumnya, walaupun masih lebih rendah dibandingkan
Amerika Serikat ataupun Eropa.
Para pembuat kebijakan berharap orang-orang pengangguran yang
usianya masih muda ataupun produktif akan membantu menghidupkan kembali
populasi pertanian Jepang yang masih berkurang. Dimana usia para petani yang
bekerja penuh sekitar 65 tahun bahkan lebih. Dari total penduduk Jepang, 6%
bekerja dibidang pertanian, sebagian besar adalah bekerja paruh waktu, turun
sekitar 20% dari tiga dekade lalu.
Selain itu, pemerintah Jepang juga memiliki cara-cara yang kreatif dan
unik untuk menurunkan jumlah pengangguran di Jepang. Yaitu mendapatkan
pengangguran yang berasal dari luar negeri dengan menawarkan kewarganegaraan.
Universitas Sumatera Utara
40
Program ini hanya berlaku untuk orang yang menganggur dengan darah keturunan
Jepang yang lahir diluar negeri atau biasanya dikenal dengan "nikkei". Pemerintah
Jepang berencana membawa mereka ke negara asal mereka dan untuk tidak
kembali sampai kondisi ekonomi di Jepang membaik.
Universitas Sumatera Utara
41
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Negara Jepang memiliki ekonomi terbesar kedua setelah Amerika Serikat.
Kerja sama industri-pemerintah, etika kerja yang kuat, dan menjadi pemimpin
teknologi telah membantu jepang mengembangkan posisi ekonomis hingga saat
ini. Namun, tidak menutup kemungkinan, negara Jepang tidak luput dari suatu
Pengangguran.
Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang
mencari kerja, dan bekerja kurang dari dua hari dalam seminggu. Selain itu
berbagai macam jenis-jenis pengangguran antara lain pengangguran jangka
panjang, pengangguran siklis, pengangguran konjungtur, dan lain-lain.
Pengangguran yang terjadi di Jepang pada umumnya terjadi akibat dari
krisis keuangan global yang pernah melanda di Jepang serta budaya dari suatu
perusahaan khususnya di bidang industri.
Dikombinasikan dengan kurangnya jaringan pengamanan sosial dan
paternalisme dalam budaya perusahaan, hal ini membuat tenaga kerja Jepang lebih
rentan sebagai akibat dari penurunan. Oleh karena itu, dalam rangka
mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan menghadapi populasi penduduk
Jepang yang menua, pemerintah Jepang melakukan tindakan untuk mengurangi
tingkat pengangguran di Jepang antara lain seperti mengirim pekerja yang
menganggur ke sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan untuk mengikuti
program pelatihan kerja mengingat ketiga bidang tersebut merupakan langkah
Universitas Sumatera Utara
42
untuk mengurangi tingkat pengangguran di Jepang. Pemerintah Jepang juga
menyediakan lowongan pekerjaan dengan memperkuat hubungan antara hello
work dan agen tenaga kerja yang dijalankan oleh pemerintah kota di seluruh
Jepang. Pemerintah Jepang memaksimalkan kebutuhan kaum muda atau calon
pekerja dalam mencari pekerjaan setelah lulus. Ataupun kaum wanita yang ingin
kembali bekerja. Layanan ini bertujuan untuk memgungkapkan informasi tentang
tawaran pekerjaan.
Selain itu juga pemerintah Jepang berencana memulangkan kembali
masyarakat Jepang yang menetap diluar negeri (nikkei) untuk kembali ke Jepang
demi memulihkan kondisi ekonomi di Jepang dengan mengurangi tingkat
pengangguran yang ada di Jepang.
4.2. Saran
Negara Jepang dengan tingkat perekonomian yang tinggi, tentu juga
memiliki masalah dalam ketenaga kerjaan, yaitu pengangguran. Namun
pemerintah Jepang sangat responsif dalam mencari jalan keluar untuk mengatasi
hal tersebut. Berbagai macam tindakan dilakukan demi mengurangi angka
pengangguran. Sebaiknya negara Indonesia patut mencontoh hal ini dalam
mengatasi pengangguran di Indonesia untuk mensejahterakan masyarakatnya.
Selain mengharapkan bantuan dari pemerintah, kita secara pribadi juga harus
berusaha memperbaiki kualitas sumber daya kita agar tidak menjadi seorang
pengangguran dan menjadi beban pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. "Japan Unemployment Rate". Diakses melalui serial online
(http://www.tradingeconomics.com/japan/unemployment-rate). Pada
tanggal 24 Maret 2016
Case, Karl. E dan Ray. C. Fair, 2004. "Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro". Edisi
Kelima. Cetakan Kesatu. Jakarta: PT. Indeks
Damsar. 2009. "Pengantar Sosiologi Ekonomi". Jakarta: Prenada Media
Djohanputro, Bramantyo. 2006. "Prinsip-prinsip Ekonomi Makro". Cetakan I.
Penerbit PPM: Jakarta
Fackler, Martin. “Japan Tries to Face Up to Growing Poverty Problem”. Diakses
melalui serial online
(http://www.nytimes.com/2010/04/22/world/asia/22poverty.html). Pada
tanggal 18 Maret 2016
Fukada, Shiho. "Japan: Living in an Internet Cafe". Di akses melalui serial online
(http://pulitzercenter.org/reporting/japan-disposable-workers-unemployme
nt-jobs-crisis-economy-internet-cafe). Pada tanggal 20 November 2015
Fukada, Shiho. "Japan Disposable Workers: Lost in the Global Unemployment
Crisis". Di akses melalui serial online
(http://pulitzercenter.org/projects/japan-disposable-workers-labor-unemplo
yment-crisis-economy). Pada tanggal 20 November 2015
Genda, Yuji. 2007. "Jobless Youth and the NEET Problem in Japan". Di akses
melalui serial online (http://www.jil.go.jp/english/JLR/documents
/2013/JLR40_genda.pdf). Pada tanggal 20 November 2015
Universitas Sumatera Utara
Genda, Yuji. "The Solitary Non-Employed Persons (SNEPs): A New Concept of
Non-Employment. Di akses melalui serial online (http://www.ier.hit-
u.ac.jp/pie/stage2/English/report/PR0906/3.6%20Genda.pdf). Pada tanggal
20 November 2015
Mankiw, Gregory. 2006. "Pengantar Ekonomi Makro", Edisi Ketiga. Salemba
Empat. Jakarta
Muazim Abidin, Ahmad. "Konteks Pengangguran Pada Negara Maju" Diakses
melalui serial online (http://www.kaazima.blogspot.co.id/2013/02/konteks-
pengangguran-pada-negara-maju.html?m=1). Pada tanggal 26 Maret 2016
Muthmainnah, Aida. 2014. "Penyebab Diskriminasi Gaji antara Pekerja Laki-laki
dan Perempuan di Perusahaan Jepang". FIB. Prodi Jepang. Universitas
Indonesia
Narwoko, J.Dwi dan Suyanto Bagong. 2004. “Sosiologi: Teks Pengantar &
Terapan”. Jakarta: Prenada Media
Nurul. "Pengangguran". Di akses melalui serial online
(http://nuruln0879.student.ipb.ac.id/2010/06/20/pengangguran/). Pada
tanggal 24 Maret 2016
Rose, Amrina. "Fenomenologi". Diakses melalui serial online
(http://amrinarose13.blogspot.co.id/2013/03/fenomenologi.html?m=1).
Pada tanggal 24 Maret 2016
Shinozaki, Takehisa. 2004. Nippon no choki shitsugyosha ni tsuite: Jikeiretsu
henka, tokusei, chiiki [Long-term unemployment in Japan in the 1980s and
the 2000s]. The Japanese Journal of Labour Studies 46, no. 7:4‒18.
Universitas Sumatera Utara
Sitorus, Santi. 2008. “Homeless Sebagai Salah Satu Bentuk Kemiskinan
Struktural”. Program Studi Jepang. Universitas Indonesia. Jakarta.
Sternheimer, Karen. 2009. "Unemployment and Socioeconomic Status". Diakses
melalui serial online
(http://nortonbooks.typepad.com/everydaysosiology/2009/07/unemployme
nt-and-socioeconomic-status.html). Pada tanggal 25 Maret 2016
Sukirno, Sadono. 2006. "Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijakan" Edisi Kedua. Jakrta: Kencana
Wikipedia. "Defenisi Pengangguran". Di akses melalui serial online
(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pengangguran). Pada tanggal 24 Maret
2016
Wikipedia. “Defenisi Sosiologi”. Diakses melalui serial online
(http://id.wikipedia.org/wiki/Defenisi_Sosiologi). Pada tanggal 15
November 2015
Wikipedia. "Defenisi Sosioekonomi". Diakses melalui serial online
(http://id.wikipedia.org/wiki/Defenisi_Sosioekonomi). Pada tanggal 5 Mei
2016
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
KEHIDUPAN PENGANGGURAN DI JEPANG
Negara Jepang merupakan Negara yang memiliki perekonomian nomer
dua terbesar setelah Amerika Serikat. Kerja sama industri-pemerintah, etika kerja
yang kuat, dan menjadi pemimpin teknologi telah membantu Jepang
mengembangkan posisi ekonomis hingga saat ini.
Namun, pertumbuhan ekonomi Jepang jatuh antara tahun 1986 hingga
tahun 1990. Hal ini meninggalkan bekas yang mendalam dalam pemerintahan
Jepang. Yang pertumbuhan ekonominya yang kecil selama tahun 1990-an.
Akibatnya Pemerintah Jepang menghadapi dua masalah yaitu masalah penyusutan
populasi penduduk serta juga menghadapi masalah pengangguran.
Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk membahas perekonomian Jepang.
Khususnya masalah-masalah perekonomian yang dihadapi oleh Negara Jepang.
Yaitu pengangguran. Skripsi penulis berjudul Kehidupan Pengangguran di
Jepang. Dimana pengangguran merupakan istilah untuk orang yang tidak bekerja
sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,
atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Didalam skripsi ini penulis menggunakan pendekatan secara teori
sosiologi. Sosiologi adalah landasan kajian studi atau penelitian yang mempelajari
struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial. Penulis juga
menggunakan pendekatan fenomenologi. Fenomenologi berasal dari bahasa
Yunani yang artinya tampak dan kata, jadi teori fenomenologi merupakan teori
Universitas Sumatera Utara
yang mempelajari tentang apa yang tampak. Dengan kedua pendekatan ini maka
dapat ditinjau dalam menganalisa pengangguran di Jepang.
Pada umumnya pengangguran sebagai pangkal penyebab masalah sosial
ekonomi. Hilangnya pekerjaan seseorang akan menghambat untuk kelangsungan
hidup orang itu sendiri. Sehingga dapat memicu terjadinya kemiskinan.
Pengangguran juga dikaitkan dengan tingkat peningkatan masalah kesehatan
mental dan fisik. Karena dapat berkontribusi terhadap harapan hidup seseorang
menjadi berkurang. Selain itu, krisis keuangan global yang pernah melanda di
Jepang mengakibatkan perekonomian di Jepang mengalami kemunduran. Serta
bangkrutnya sejumlah perusahaan-perusaaan di Jepang. Hal ini menyebabkan
sebagian masyarakat Jepang percaya bahwa krisis ekonomi yang terjadi akan
bertahan dalam jangka waktu yang lama. Dikombinasikan dengan kurangnya
jaringan pengamanan sosial dan paternalism dalam budaya perusahaan, hal ini
membuat tenaga kerja Jepang lebih rentan akibat dari penurunan.
Dalam upaya mengatasi pengangguran di Jepang, pemerintah Jepang harus
turun tangan dalam mengatasi pengangguran di Jepang. Juga mempertahankan
pertumbuhan ekonomi dan menghadapi populasi penduduk Jepang yang menua.
Seperti menyediakan lowongan pekerjaan dengan memperkuat hubungan antara
hello work dan agen tenaga kerja yang dijalankan oleh pemerintah kota di seluruh
Jepang. Pemerintah Jepang memaksimalkan kebutuhan kaum muda atau calon
pekerja dalam mencari pekerjaan setelah lulus. Ataupun kaum wanita yang ingin
kembali bekerja. Layanan ini bertujuan untuk memgungkapkan informasi tentang
tawaran pekerjaan. Pemerintah Jepang juga berfokus untuk mengirim calon
pekerja yang menganggur ke sektor perikanan, pertanian, dan kehutanan. Calon
Universitas Sumatera Utara
pekerja tersebut akan mengikuti program pelatihan kerja. Karena ketiga bidang
tersebut merupakan langkah untuk mengurangi jumlah pengangguran di Jepang.
Selain itu pemerintah Jepang juga membuat perubahan kebijakan demi
mewujudkan gerakan buruh tanpa pengangguran.
Universitas Sumatera Utara
用紙よ う し
日本に ほ ん
に失業しつぎょう
の生活せいかつ
日本に ほ ん
の国は米国べいこく
の後に二番に ば ん
の経済大国けいざいたいこく
を持も
っている国くに
である。
業界官ぎょうかいかん
の連携れんけい
と確固か っ こ
とした労働倫理ろうどうりんり
と今いま
までに先達せんだつ
の技術ぎじゅつ
は日本に ほ ん
が経済けいざい
の開発かいはつ
を支援し え ん
する。
しかし、1986年ねん
から1990年ねん
までに日本に ほ ん
の経済成長けいざいせいちょう
は落お
ち
た。これは日本政府にっぽんせいふ
に深ふか
い印象いんしょう
を残のこ
した。1990年代ねんだい
にその小ちい
さな
生長せいちょう
の経済けいざい
である。このため、日本政府にっぽんせいふ
は、さまざまな問題もんだい
に直面ちょくめん
する。
一ひと
つは失業しつぎょう
である。
そこで、筆者ひっしゃ
は日本経済にほんけいざい
を議論ぎ ろ ん
に興味きょうみ
を持も
っている。特とく
に日本に ほ ん
の
国家こ っ か
が直面ちょくめん
している経済問題けいざいもんだい
である。それは失業しつぎょう
です。この論文ろんぶん
は
「日本に ほ ん
に失業しつぎょう
の生活せいかつ
」という題名である。失業しつぎょう
は全まった
く動作ど う さ
していない
人ひと
のための用語よ う ご
、仕事し ご と
を探さが
して、週しゅう
に2日未満にちみまん
の作業さぎょう
と人々ひとびと
は仕事し ご と
を
取得しゅとく
しようとしている。
この論文ろんぶん
には筆者ひっしゃ
は社会学的しゃかいがくてき
の理論り ろ ん
を使つか
いる。社会学しゃかいがく
は研究けんきゅう
と
調査結果ちょうさけっか
には社会構造しゃかいこうぞう
を習ってと社会しゃかい
の方法ほうほう
と社会しゃかい
の変更へんこう
を含有がんゆう
である。
Universitas Sumatera Utara
筆者ひっしゃ
も減少額的げんしょうがく
をつかう。減少額げんしょうがく
がギリシャ語ご
からでった。意味い み
は姿と
単語た ん ご
である。減少額理論げんしょうがくりろん
は姿についてを見習いの理論である。この理論り ろ ん
の
両方りょうほう
によって、日本に ほ ん
の失業しつぎょう
の解析かいせき
で確認かくにん
することがある。
一般的いっぱんてき
には、社会経済しゃかいけいざい
の問題原もんだいはら
が原因げんいん
である。仕事し ご と
の損失そんしつ
は、その
生存せいぞん
を妨さまた
げる。それは、貧困ひんこん
を発生はっせい
することがある。失業しつぎょう
も心身しんしん
の
健康問題けんこうもんだい
の増加ぞ う か
と関連かんれん
している。それは人ひと
の平均寿命へいきんじゅみょう
に貢献こうけん
することが
できるのでさくげんされる。これに、日本に ほ ん
でヒットした世界的せかいてき
な金融危機き ん ゆ う き き
が日本経済にほんけいざい
にもたらしたことを負お
いました。同様どうよう
に日本に ほ ん
の企業きぎょう
の数かず
の倒産とうさん
である。これは日本に ほ ん
の人々ひとびと
のほとんどは経済危機け い ざ い き き
は長期的ちょうきてき
に停泊ていはく
なると思おも
い起お
こする。企業文化きぎょうぶんか
における社会保障しゃかいほしょう
のネットワね っ と わ
ークく
と温情主義おんじょうしゅぎ
の欠如けつじょ
と組く
み合あ
わせて、それは日本に ほ ん
の労働減少ろうどうげんしょう
の影響えいきょう
を受う
けやすく結果け っ か
になる。
日本に ほ ん
では失業しつぎょう
を克服こくふく
するために、日本政府に ほ ん せ い ふ
は参加さ ん か
すべきである。
また、経済成長けいざいせいちょう
を維持い じ
し、日本に ほ ん
の人口じんこう
が減っているのを直面ちょくめん
する。この
ような hello work と全国ぜんこく
の自治体じ ち た い
が運寧うんねい
する雇用代理店こようだいりてん
との関係かんけい
を強化きょうか
、
雇用提供こようていきょう
する。日本政府に ほ ん せ い ふ
は卒業後そつぎょうご
の就 職しゅうしょく
に若者わかもの
のや将来しょうらい
の必要ひつよう
が
最大化さいだいか
する。また、女性じょせい
は働はたら
くに戻もど
りたいである。このサビースす
は求人きゅうじん
Universitas Sumatera Utara
に関かん
する情報じょうほう
を提供ていきょう
することを目的もくてき
とする。日本政府に ほ ん せ い ふ
も漁業ぎょぎょう
、農業のうぎょう
、
林業りんぎょう
への候補者失業こうほしゃしつぎょう
を受う
け入い
れるために注 力ちゅうりょく
している。候補者授業員こうほしゃじゅぎょういん
が職業訓練しょくぎょうくんれん
プログラムに参加さ ん か
する。それは日本に ほ ん
では失業者しつぎょうしゃ
の数かず
を減へ
ら
すことの方法ほうほう
のである。
日本政府に ほ ん せ い ふ
のほかにも労働運動ろうどううんどう
の完全雇用かんぜんこよう
をするための政策変更せいさくへんこう
を
行おこな
った。
Universitas Sumatera Utara