kegiatan olahraga dalam perspektif pariwisata
DESCRIPTION
Sport Event ManagementTRANSCRIPT
KEGIATAN OLAHRAGA DALAM PERSPEKTIF KEPARIWISATAAN
OlehNi Made Eka Mahadewi
Dosen Kepariwisataan STP Nusadua Bali
ABSTRAK
Kegiatan olahraga sebagai kegiatan Pariwisata dapat dijabarkan sebagai kegiatan bersenang-senang, dilakukan pada waktu luang (bagi pemain olahraga) dan mengeluarkan uang (bagi penonton). Dalam hal ini ada dua hal yang dilibatkan, karena kegiatan olahraga menyangkut antara pihak yang ditonton dan pihak yang menonton. Apabila definisi kepariwisataan diterapkan terhadap sisi pemain (pihak yang ditonton), maka penjabarannya adalah kegiatan bersenang-senang, dilakukan pada waktu luang, dan mengeluarkan uang (jika pemain berada diluar dari daerahnya, yang secara tidak langsung pemain olahraga samadengan definisi wisatawan). Penjabaran yang kedua dapat dilihat dari sisi pemain olahraga dan sisi event organizer atau tim Pembina olahraga yang menangani.
Kegiatan olahraga dalam kepariwisataan, dilihat dari sisi usaha jasa impresariat dan usaha jasa konvensi, merupakan peluang yang besar yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kunjungan ke destinasi, baik untuk mendatangkan wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Usaha jasa impresariat adalah usaha untuk mendatangkan olahragawan, artis ke destinasi; dan usaha jasa konvensi terutama dalam usaha perjalanan insentif adalah usaha perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan konvensi yang membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang bersangkutan (Kepmen Parpostel KM.108/HM.703/MPPT-91).
Kegiatan olahraga dan usaha perjalanan insentif sebagai kegiatan Pariwisata didaerah Bali sudah bukan hal yang baru, hanya saja perlu dilirik hal-hal lain yang dapat dilihat dari sisi usaha jasa impresariat dan usaha jasa konvensi.
Kata Kunci : olahraga, usaha jasa impresariat, usaha perjalanan insentif, Pariwisata event.
PENDAHULUAN
Kegiatan olahraga melibatkan banyak pemain, penonton dan sponsor, dan tidak
tertutup kemungkinan melibatkan para artis penari didalamnya. Dalam penanganan
mendatangkan para olahragawan olahragawati, telah diatur dalam peraturan
kepariwisataan. Berdasarkan Kepmen Parpostel Nomer KM.103/UM.201/MPPT-91
tentang Usaha Jasa Impresariat, yang dimaksudkan dengan usaha Jasa Impresariat adalah
kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan baik yang berupa mendatangkan,
mengirim maupun mengembalikannya serta menentukan tempat, waktu dan jenis
hiburan.
Hiburan adalah segala bentuk penyajian/pertunjukan dalam bidang seni dan
olahraga yang semata-mata bertujuan untuk memberikan rasa senang kepada pengunjung
dengan mendapatkan imbalan jasa. Selanjutnya yang dimaksudkan dengan Pengurusan
Penyelenggaraan Hiburan adalah usaha, kegiatan dan pelaksanaan atas suatu pertunjukan
mulai dari pengurusan surat-surat dan dokumen mendatangkan artis/seniman/
olahragawan sampai kepada terselenggaranya suatu pertunjukan hiburan (Lastara,
1997:33).
Dalam penanganan perjalanan yang dibiayai oleh suatu perusahaan atau sponsor
diatur dalam peraturan usaha jasa konvensi. Dengan berpedoman pada Kepmen Parpostel
Nomor KM.108/HM.703/MPPT-91 tentang Ketentuan Usaha Jasa Konvensi, Perjalanan
Insentif dan Pameran, maka yang dimaksudkan dengan Perjalanan Insentif adalah
merupakan suatu kegiatan perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk
para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan atas prestasi mereka dalam
kaitan penyelenggaraan konvensi yang membahas perkembangan kegiatan untuk
menyebarluaskan informasi dan promosi yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan
konvensi atau yang ada kaitannya dengan Pariwisata.
Kegiatan kepariwisataan sesuai dengan UU No.9/1990, adalah segala sesuatu
yang berhubungan dengan penyelenggaraan Pariwisata; dan Pariwisata adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik
2
wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Pada Gambar 1 berikut,
digambarkan aktivitas Pariwisata dengan posisi kegiatan olahraga sebagai kegiatan untuk
bersenang-senang, posisi incentive travel dan business meetings sebagai sebuah kegiatan
mendatangkan keuntungan (bisnis).
Gambar 1. Aktivitas Pariwisata (Trigg, 1996:3)
Berdasarkan gambar 1, aktivitas atau kegiatan Pariwisata dapat dilihat dari sisi yang
berbeda, yaitu sisi kegiatan bersenang-senang dan sisi bisnis. Kegiatan olahraga dapat
sebagai kegiatan bersenang-senang, dan kegiatan olahraga dapat merupakan pertemuan
bisnis yang penanganannya melalui usaha jasa insentif. Tujuan kegiatan tersebut adalah
untuk mendatangkan wisatawan baik mancanegara maupun domestik.
Leisure
- Holidays- Visitors,friends and
relatives (VFR)- Sports- Culture
Business
Business MeetingsExhibition & TradeConference &
ConventionIncentive Travel
Overseas
Tourists
Domestic
3
KEGIATAN OLAHRAGA
Olahraga adalah permainan, pertandingan atau kegiatan yang meliputi latihan
jasmani dan biasanya memerlukan ketrampilan tertentu (Disney Encyclopedia). Kegiatan
olahraga yang besar dilakukan dan ditunjukkan pada acara-acara Olimpiade. Olimpiade
adalah pertandingan-pertandingan olahraga internasional yang diadakan empat tahun
sekali dinegara-negara berbeda. Para atlit yang bertanding adalah olahragawan-
olahragawan handal. Dalam sejarahnya, olimpiade mula-mula diadakan di Yunani kuno
tahun 776 SM. Olimpiade modern dimulai tahun 1896. Pertandingan saat itu meliputi 200
cabang olahraga- antara lain atletik, renang, yudo,senam dan olahraga kano. Olimpiade
Musim Dingin diselenggarakan terpisah mulai tahun 1924, dan cabang yang
diperlombakan berupa ski, main skat serta kereta luncur (Disney, Encyclopedia). Yang
menarik untuk dilihat dari sisi kepariwisataan adalah, dalam kegiatan olimpiade Kuno
diselenggarakan di dataran Olimpiade dekat Kuil Zeus, yaitu kuil dewa yang paling
berkuasa. Dalam perlombaan dinyatakan orang yang bertanding berusaha menandingi
keahlian para dewa. Pada pembukaan olimpiade para atlet pria dan wanita terlebih
dahulu berpawai dihadapan penonton.
WISATA OLAHRAGA (SPORTS TOURISM)
Setiap kegiatan olahraga banyak mendatangkan, melibatkan organisasi/asosiasi
olahraga di kota/wilayah tempat terselenggaranya kegiatan olahraga, dan hal ini
mempengaruhi strategi pengembangan ekonomi (Johnson, 1991; Euchner,1993 dalam
Murphy 1997:32). Kota-kota yang siap menjadi tuan rumah penyelenggaraan kejuaraan
4
olahraga, berkeyakinan bahwa melalui kegiatan olahraga dapat memberi keuntungan
ekonomi (Murphy,1997:32). Dengan siapnya kota-kota sebagai tempat penyelenggaraan
olahraga, dapat memberi pengaruh langsung atas perbaikan infrastruktur kota, serta
meningkatkan kegiatan kepariwisataan dan citra yang baik bagi kota tempat
penyelenggaraan olahraga dilakukan (Marshall Macklin Monagan Limited in association
with Christopher Lang and Associates Ltd, 1993). Hasil penelitian yang dilakukan di
Toronto, melalui kejuaraan NBA Tim Bolabasket mampu mendatangkan US$ 347 juta
pertahun belum termasuk pendapatan dari penggemar/fans bolabasket yang menonton
((Chianello, 1992 dalam Murphy, 1997:32); dan selama 16 hari Pan-Am Games yang
diselenggarakan di Winnipeg di tahun 1999, mampu mendatangkan US$ 179 juta bagi
pengembangan ekonomi dikota tersebut (Taylor, 1994 dalam Murphy, 1997:32).
Keuntungan yang diperoleh dari penyelenggaraan kegiatan olahraga, bergantung
pada besar kecilnya event, lamanya penyelenggaraan dan jumlah penonton yang datang
dari luar daerah tempat penyelenggaraan (Murphy,1997). Di tahun 1990 perlombaan
balap Molson CART Indy Race di Vancouver mampu menarik 169.000 penonton,
dengan 35.000 penonton yang berasal dari luar kota Vancouver; penghasilan yang
diperoleh dari kegiatan ini sejumlah US$ 12,4 juta selama 3 hari dari event yang
dilaksanakan (Tourism Vancouver, 1990). Penelitian yang dilakukan di tahun 1994
terhadap Victoria Commonwealth Games, pengunjung mengeluarkan uang sejumlah
US$ 32 juta selama 10 hari dan pihak pemerintah kota mendapatkan keuntungan melalui
siaran televisi bagi 300 juta orang dengan 130 jam siaran langsung (Cooper & Lybrand
Smith, 1990). Hal ini merupakan metode yang efektif bagi sebuah kota untuk
5
meningkatkan pendapatan wilayahnya, serta mampu untuk menciptakan image yang
positif (Ritchie and Smith, 1991).
PANGSA PASAR OLAHRAGA (The Sports Market)
Kegiatan olahraga oleh Hoyle et.al., disebutkan dapat menjadi pangsa pasar yang
potensial bagi industri kepariwisataan daerah. Tim olahraga hanya sebagian kecil dari
pangsa pasar olahraga dalam kegiatan mendatangkan bisnis pariwisata. Yang perlu
diperhatikan adalah para peminat (fans) dari kegiatan olahraga, termasuk para media
cetak dan elektronik yang meliput kegiatan acara, sehingga perlu untuk disiapkan sarana
dan fasilitas akomodasi, tempat pertemuan bagi tim olahraga, makanan sebelum
pertandingan (pre-game meals), hidangan dari sponsor (awards banquets), pertemuan
antar tim (booster meetings), dan perlombaan (rallies).
Club, rekreasi dan olahraga turnamen di Amerika berkembang pesat (Hoyle,
1989:59).Kegiatan olaharaga seperti soccer, volleyball, bowling, softball,dan renang
merupakan jenis kegiatan olahraga yang diminati, sehingga secara langsung
mempengaruhi kebutuhan akan sarana akomodasi. Sumber informasi kegiatan olahraga
dapat diperoleh melalui lokal CVB (Convention Visitor Beurau), perguruan tinggi ,
sekolah-sekolah menengah dan organisasi-organisasi olahraga (Hoyle, 1989:60).
Hoyle (1989:61)menyebutkan ada 10 (sepuluh) hal yang perlu diperhatikan oleh
para eksekutif yang memiliki fasilitas akomodasi/hotel dan pertemuan dalam kaitannya
dengan wisata olahraga, antara lain :
1. Tim olahraga memperhatikan tempat penyelenggaraan kegiatannya dekat dengan
bandar udara dan mempunyai fasilitas latihan yang memadai.
6
2. Para atlet top yang sudah layaknya seorang artis/public figur, memerlukan
pengamanan dan kenyamanan selama ditempat penyelenggaraan kegiatan
3. Dibandingkan dengan kelompok senior, kesesuaian harga adalah hal yang penting
diperhitungkan bagi kelompok yunior, kalangan perguruan tinggi atau sekolah
menengah umum yang mengikuti pertandingan/perlombaan.
4. Apabila pelayanan makanan diperuntukkan bagi anggota tim, pihak penyedia
akomodasi sebaiknya menetapkan menu khusus dengan nutrisi yang baik bagi
para atlet yang menginap.
5. Ukuran tempat tidur harus menyesuaikan dengan ukuran para atlet. Ukuran kamar
bukan ukuran bagi pemain bolabasket atau pemain sepakbola, tapi yang dijadikan
ukuran adalah ukuran tempat tidur yang disediakan. Dua tempat tidur ukuran
besar per kamar adalah ukuran ideal, meskipun hal ini perlu disiapkan lebih awal
oleh pihak hotel. Pemain bolabasket profesional biasanya memerlukan tempat
tidur sendiri per kamar, berbeda dengan pemain sepakbola yang bisa menempati
satu kamar berdua.
6. Banyak tenaga hotelier bernegosiasi dengan perguruan tinggi atau usaha
perjalanan wisata yang menangani kegiatan olahraga, dan mereka menawarkan
akomodasi dengan acara fun games di hotel. Selain menawarkan kamar, pihak
hotel dapat menawarkan acara welcome party, pep rally, post games party untuk
acara tambahan bagi atlet.
7. Kebanyakan tim olahraga memesan harga kamar secara paket, termasuk harga
yang sudah membebaskan tenaga pelatih mereka, akomodasi, makanan tim/atlet,
dan penggunaan ruang pertemuan. Kamar komplimen (complimentary suite) yang
7
mempunyai ruang pertemuan khusus didalamnya (parlor) bagi pelatih/pembina
adalah penawaran yang efektif bagi tim sehubungan dengan pemesanan dengan
harga paket.
8. Untuk keamanan dan kenyamanan para atlet, pihak hotel sebaiknya tidak
mencantumkan jadwal kegiatan tim yang menginap pada jadwal/schedule event
hotel.
9. Pelayanan khusus telepon hotel antar tim mesti harus diperhatikan, guna
memberikan pelayanan yang maksimal kepada tim/atlet beserta pelatih/pembina
yang menginap di hotel.
10. Hotel sudah selayaknya untuk selalu berinovasi dalam meningkatkan pelayanan
bagi wisatawan dengan tujuan olahraga. Dalam hal ini pelayanan tidak saja dapat
ditujukan bagi tim/pemain akan tetapi dapat bagi penonton dan supporter masing-
masing tim. Dan ini merupakan peluang usaha baru dalam usaha perhotelan.
CONTOH KASUS THE INDIANAPOLIS
Indianapolis, Indiana, adalah daerah yang menetapkan pasar olahraga sebagai
sumber penghasilan yang terbesar bagi industri kepariwisataan mereka. Kerjasama
dilakukan antara city’s convention bureau, convention center/stadium complex, dengan
pemerintah kota.
Langkah awal yang ditempuh adalah melakukan kerjasama dengan asosiasi
pertemuan (association meetings). Pemerintah kota menjadi tuan rumah bagi kelompok-
kelompok yang terlibat, baik dari asosiasi kesehatan, olahraga, sekolah pariwisata,
sekolah olahraga serta kelompok pelatih, seperti American College of Sport Marine, the
8
US Olympic Council House Delegates, the Golf Course Superintendents Association, the
Professional Golfers Association, the National Conference of High School Directors of
Athletics, and the National High School Athletic Coaches Association. Di kelompok lain,
Pan American Economic Leadership Conference mempunyai kekuatan mempengaruhi
pemerintah kota dalam penyelenggaraan Pan American Games di tahun 1987.
Bagi Indianapolis, Pan American Games mampu memberikan tingkat hunian
kamar sebanyak 6.000 kamar selama 21 malam. Pendapatan yang diperoleh sebanyak
126.000 room nights. Pendapatan tersebut belum termasuk pendapatan langsung dan
tidak langsung dari para perencana kegiatan, biaya belanja dari para pendukung/fans dan
atlet itu sendiri (Hoyle, 1989:61).
PARIWISATA EVENT (EVENT TOURISM)
Menurut Getz (1991), ada dua pengertian dari event, pertama yaitu kegiatan rutin
yang dipertunjukkan,tidak dibuat-buat dan menjadi menarik bagi wisatawan, sedangkan
pengertian kedua pariwisata event adalah kegiatan yang memang sengaja dibuat dan
dipertunjukkan untuk menarik wisatawan. Contoh pertama yang dikaitkan dengan
kegiatan olahraga adalah kegiatan Olimpiade, Sea Games, ASEAN Games, Pekan
Olahraga Nasional, Porda,Popsi; dan contoh kedua adalah Bali 10K dan Golf
Tournament.
Mill,et.al (1985:196) menyebutkan istilah Sporting Event dengan contoh
kejuaraan tenis Wimbledon yang mampu mendatangkan wisatawan dengan
pengeluarannya dalam mengikuti pertunjukan. Contoh lain yang diberikan Mill et.al.
9
adalah Winter Olympics di Sapporo, bagian utara Jepang , dalam kegiatan olahraga ini
telah mampu mendatangkan jumlah kunjungan wisatawan Eropa yang sangat besar.
Dalam penyelenggaraan wisata olahraga perlu diperhatikan kondisi cuaca, iklim
dari daerah tempat diselnggarakannya kegiatan. Daerah Eropa dan Amerika mengalami
tingkat kunjungan yang tinggi untuk wisata olahraga pada bulan Juni, Juli dan Agustus
(Mill, 1985:187). Pada periode tersebut bersamaan dengan musim semi, dan liburan anak
sekolah. Di beberapa negara seperti Perancis, Skandinavia dan New Zealand hampir
secara bersamaan menentukan kegiatan rekreasi selama satu bulan dalam musim semi
mereka (Mill,1985:187). Menurut Mill et.al., yang perlu mendapat perhatian adalah
fasilitas wisata yang disediakan bagi para olahraga pada musim dingin (winter) lebih
mendapat perhatian khusus dibandingkan pada musim semi. Hal ini dikarenakan, pada
musim dingin banyak anak-anak muda dan olahragawan/ti melakukan aktivitas wisata.
Dalam Bab Event Management in Leisure and Tourism, Trigg (1996:353)
menyebutkan :
An Event is something which includes a range of different activities which have significant requirements for planning resources and evaluation.
Event adalah kegiatan khusus yang dilakukan diluar kegiatan rutin dalam kehidupan
sehari-hari. Kegiatan event memberi peranan penting bagi kehidupan. Event dibuat untuk
tujuan antisipasi dan dalam banyak hal dapat memberi pengalaman yang bermanfaat.
Dalam banyak event, seperti Grand National, mampu menarik banyak pengunjung yang
bermanfaat bagi event yang dilaksanakan dan bagi daerah penyelenggara event.
Menurut Trigg (1996:354), ada beberapa karakteristik dari event, yaitu :
1. Menawarkan sesuatu hal yang special
2. Biasanya merupakan satu hal yang berbeda dari kegiatan rutin atau program
10
3. Memberi kesempatan kepada pihak penyelenggara (organizer) untuk mencapai
tujuan mereka
4. Mempunyai jangka waktu tertentu (deadline schedule)
5. Memerlukan kerjasama dan koordinasi, tidak bisa bekerja sendiri
6. Mempunyai Tema Event atau tanda yang mudah diingat (mark) penyelenggaraan
7. Biasanya melibatkan tim kerja kelompok
8. Melibatkan banyak organisasi
9. Memerlukan tenaga bantu yang sesuai dengan penyelenggaraan event (tenaga
liaison officer yang sesuai dengan event)
10. Memberikan kesempatan dan hiburan bagi masyarakat/public
11. Memberikan kesempatan kepada masyarakat/public untuk mengisi waktu liburan
Kegiatan pariwisata yang bertemakan olahraga, dalam setiap kegiatannya mempunyai
tujuan-tujuan tertentu. Sebagai contoh misalnya Women in Sport Event, kegiatan ini
dilaksanakan untuk menarik para olahragawati untuk melakukan kegiatan olahraga.
Contoh lain yang lebih specifik adalah event Blackpool Illuminations, yang bertujuan
untuk mendatangkan wisatawan ke Blackpool, dan kegiatan ini berhasil dilakukan
sepanjang tahun (Trigg,1996:355).
Trigg (1996:357) dan Mill et.al. (1985:211) menyebutkan beberapa tujuan
diselenggarakannya event olahraga adalah :
1. Promosi kegiatan yang diharapkan melalui mulut ke mulut
2. Meningkatkan pendapatan
3. Memberikan nilai lebih bagi produk/pelayanan organisasi
4. Meningkatkan kerjasama staf
11
5. Membangun moral atlet
6. Promosi sebuah organisasi
7. Promosi citra antar organisasi
8. Hiburan bagi penggemar olahraga
9. Memberikan keuntungan bagi masyarakat
10. Membina staf dalam organisasi
11. Merayakan hari liburan
12. Memberi pengetahuan dan pengalaman.
Penyelenggaraan kegiatan olahraga dikaitkan dengan usaha jasa konvensi, mempunyai
berbagai jenis pertemuan antara lain disebut dengan istilah : working party meeting, sub
committee meetings, buzz groups, brainstorming session meetings, informal meetings dan
full committee meetings. Dan dalam setiap kegiatan event olahraga melibatkan hampir 8-
16 jenis kegiatan yang berbeda disertai dengan parade, queen and beauty
contest,carnivals dengan hiburannya, acara makan siang dan malam, hiburan musik,
tarian dan aktivitas bagi anak-anak (Mill,et.al., 1985:211).
PENANGANAN WISATA OLAHRAGA DI BALI
Pada Bali sebagai daerah tujuan wisata yang mementingkan nilai budaya,
kegiatan olahraga masih dapat dikatakan belum banyak dilakukan sebagai wisata
olahraga yang mengedepankan nilai event-nya. Melalui data Kemeterian Budpar dalam
Penelitian Wisatawan Mancanegara yang meninggalkan Indonesia di tahun 2002,
ditunjukkan distribusi wisman menurut maksud kunjungan dengan tujuan olahraga hanya
0,84%. Dan hasil pengamatan kegiatan olahraga di Bali diimbangi dengan wisata
12
petualangan (adventure tourism) banyak ditangani oleh Biro Perjalanan Wisata, bukan
oleh usaha jasa impresariat ataupun usaha jasa konvensi, misalnya trekking, hiking,
mountain climbing, cycling. Penanganan wisata ini masih dalam jumlah yang yang tidak
besar. Meskipun jasa insentif ditangani oleh banyak usaha perjalanan, data yang
menunjukkan kegiatan usaha jasa insentif dan impresariat yang
menangani/mendatangkan para atlet secara pasti belum ditemukan. Banyak hal yang
dapat dijadikan jawaban, usaha jasa konvensi di Bali baik dari usaha perjalanan maupun
hotel, cenderung lebih memanfaatkan kegiatan conference dan meeting daripada
perjalanan insentif. Untuk meraih wisatawan dengan tujuan insentif memerlukan keahlian
tertentu, baik dari cara meraih pasarnya maupun lobbying yang diperlukan. Biasanya
usaha perjalanan insentif melibatkan organisasi yang besar dan mempunyai keuntungan
cukup sehingga dia akan mampu membiayai perjalanan karyawannya. Dalam wisata
olahraga, sponsor yang mampu mendanai kegiatannya sebagian besar berasal berasal dari
asosiasi atau perusahaan yang berkaitan dengan olahraga dan event itu sendiri, misalnya
Nike, Speec, Reebock, Nikon, Kodak dan sebagainya. Penanganan wisata insentif untuk
Bali banyak ditangani oleh perusahaan usaha perjalanan yang berkonsentrasi sebagai
Destination Management Company (DMC).
Meskipun diluar dari ketentuan yang berkaitan dengan olahraga yang identik
dengan kesehatan dan membentuk moral atlet, kegiatan yang diselenggarakan di Bali
masih mampu untuk mendatangkan para atlet public figur luar negeri, seperti misalnya
Wismilak Bali Open Tournament untuk kejuaraan Tenis yang sudah beberapa kali
diadakan di Nusa Dua; A Mild Billiard International Open 2005 di sebuah hotel di
kawasan Kuta yang melibatkan juara Asian Ladies dari Singapura; Bali TV National Golf
13
Tournament yang diselenggarakan di Bali Handara Bedugul dan Tanah Lot, Tournament
World Volley Beach 2003 di Pantai Petitenget Kuta, serta kejuaraan A Mild Indonesian
Basketball League (IBL) yang mampu melibatkan siswa sekolah dan masyarakat lokal.
Dari sekian banyak yang disebutkan diatas sponsor kegiatan masih identik dengan rokok
yang mampu memberikan kontribusi dan pelayanan lebih. Hanya kegiatan World Volley
Beach dan Bali TV yang mampu memberikan nilai lebih yang tidak menyebutkan
sponsor utama dari rokok.
Ada yang unik yang perlu menjadi catatan bagi Bali dalam pengadaaan event
yang berkaitan dengan olahraga, adalah Festival Mixed Martial Arts (campuran seni
beladiri) Bali yang berlangsung di Pantai Kuta. Para peserta lomba olahraga beladiri ini
tidak bertarung, tetapi hanya melakukan atraksi sesuai keahlian masing-masing dengan
menggunakan udeng (kain tradisional yang digunakan di kepala). Dalam kegiatan ini
mampu melibatkan 345 atlet dan bertujuan untuk menjalin persahabatan, menumbuhkan
sikap mental yang positif pemain dan melestarikan budaya Bali (Bali Post, 2004/052).
PENUTUP
Kegiatan olahraga sebagai wisata olahraga dapat dirangkai sebagai usaha jasa
pariwisata yang ditangani melalui usaha jasa impresariat dan usaha jasa konvensi
terutama usaha perjalanan insentif. Kerjasama antar asosiasi dan perusahaan sangat
dibutuhkan dalam penyelenggaraan event ini.
Pada Bali sebagai daerah tujuan wisata perlu untuk mengkaji lebih lanjut wisata
olahraga yang dikaitkan dengan pariwisata event, yang tidak meninggalkan nilai-nilai
budaya masyarakat lokal.
14
DAFTAR PUSTAKA
Chris Ryan, 1993, Recreational Tourism, A Social Science Perspective, Routledge London and New York.
Getz, D.1991. Festivals, Special Events, and Tourism. Van Nostrand Reinhold. New York
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, 2002, Penelitian Wisatawan Mancanegara yang Meninggalkan Indonesia (Passenger Exit Survey) tahun 2002, Jakarta.
Hildreth.R.A, 1990. The Essentials of Meeting Management. Englewood Cliffs New Jersey: A National Publishers Book Prentice Hall.
Hoyle,et.al., 1989, Convention, By The Educational Institute of the American Hotel and Motel Association, Michigan:59-62
Lastara, 1997, Peraturan Kepariwisataan, Sekolah Tinggi Pariwisata Bali, Nusa Dua.
Mahadewi,N.M.E, 2004, Faktor-faktor yang Menentukan Kepuasan Wisatawan Konvensi terhadap Bali sebagai Destinasi MICE, Tesis, Universitas Udayana.
Mill, R.C., Morrison. A.M. 1985.The Tourism System: An Introductory System. Englewood Cliffs, New Jersey 07632 : Prentice-Hall International Editions
Murphy,.Peter.E, 1997, Quality Management in Urban Tourism, John Wiley & Sons Ltd, Baffins Lane, Chichester West Sussex, England.
Pendit,S.Nyoman, 1999, Wisata Konvensi,Potensi Gede Bisnis Besar, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Trigg,Peter, 1996, Leisure and Tourism GNVQ, Advanced Textbook, Butterworth Heinemann, Linacre House Jordan Hill, Oxford.
World Tourism Organization, 1999, International Tourism: A Global Perspective, WTO Tourism Education and Training Series, 2nd Edition, WTO Madrid, Spain.
Yoeti,Oka.A., 2000, Manajemen Wisata Konvensi, PT.Pertja, Jakarta.
15