keefektifan pembelajaran menulis berbasis outbound
TRANSCRIPT
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MENULIS BERBASIS OUTBOUND TERHADAP HASIL BELAJAR MENULIS
SISWA KELAS VI SD NEGERI 24 MACANANG KECAMATAN TANETE RIATTANG BARAT
KABUPATEN BONE
EFFECTIVENESS OF OUTBOUND BASED LEARNING TO WRITE LEARNING OUTCOMES WRITING CLASS VI SD STATE 24 MACANANG TANETE RIATTANG
DISTRICT WESTDISTRICT OF BONE
Oleh ST. NURHAYATI MALIK NIM 105.04.09.096.14
PROGRAM PASCASARJANA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MENULIS BERBASIS OUTBOUND TERHADAP HASIL BELAJAR MENULIS
SISWA KELAS VI SD NEGERI 24 MACANANG KECAMATAN TANETE RIATTANG BARAT
KABUPATEN BONE
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister
Prpgram Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun dan Diajukan oleh
Oleh ST. NURHAYATI MALIK NIM 105.04.09.096.14
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR _______________________________________________________________
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Proposal : KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MENULIS
BERBASIS OUTBOUND TERHADAP HASIL BELAJAR MENULIS SISWA KELAS VI SD NEGERI 24 MACANANG KECAMATAN TANETE RIATTANG BARAT KABUPATEN BONE
Nama Mahasiswa : ST. NURHAYATI MALIK Nim : 105.04.09.096.14 Program Studi PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Setelah diperiksa dan diteliti, tesis ini dinyatakan memenuhi syarat untuk
ujian tutup. Menyetujui
Komisi Pembimbing,
Pembimbing I
Dr. A. RAHMAN RAHIM, M.Hum.
Pembimbing II
Dr. H. ANDI SUKRI SYAMSURI, M.Hum.
Mengetahui,
Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dr. A. RAHMAN RAHIM, M.Hum
Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar
Prof. Dr. H. M. IDE SAID D.M., M.Pd. NBM: 988 463
PRAKATA
Puji syukur, penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Tesis ini berjudul: “Keefektifan Pembelajaran Menulis
Berbasis Outbound terhadap Hasil Belajar Menulis Siswa Kelas VI SD
Negeri 24 Macanang Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone.”
Terdapat banyak kendala dan tantangan yang penulis hadapi selama masa studi
dan penyelesaian tesis ini, namun atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
akhirnya studi tersebut dapat teratasi sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dr. A. Rahman Rahim, M.Hum. pembimbing I
dan Dr. H.Andi Sukri Syamsuri, M.Hum. pembimbing II yang dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, saran serta motivasi sejak penyusunan proposal hingga penyelesaian
tesis ini.
Ucapan terima kasih kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,
Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, Ketua
Program Studi Pendidikan Pendidikan Bahasa Indoensia Program Pascasrjana
Universitas Muhammadiyah Makassar, dan semua Dosen serta para Karyawan
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.
Secara khusus ucapan terima kasih kepada suami tercinta dan anak-anak
tersayang serta orang tua yang telah memberikan dukungan dan perhatian,
bahkan pengorbanan selama penulis menempuh studi. Juga kepada seluruh guru
yang telah membantu terselnggaranya penelitian ini.
Akhirnya, ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini. Semoga segala bantuan, petunjuk
dan dorongannya dapat bernilai ibadah dan mendapatkan rahmat dari Allah Swt.
Amin
Makassar, Juli 2016
Penulis,
ST. NURHAYATI MALIK
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL DEPAN i
HALAMAN JUDUL DALAM ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
PRAKATA v
DAFTRA ISI vii
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
ABSTRAK x
ABSTRACT xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 7
D. Manfaat Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinajauan Pustaka 9
B. KonsepMGMP 52
C. Hipotesis 54
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Desain Penelitian 55
B. Definisi Operasional Variabel 56
C. Populasi dan Sampel Penelitian 56
D. Instrumen Penelitian 57
E. Teknik Pengumpulan Data 57
F. Teknik Analisis Data 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data Hasil Penelitian 60
B. Pembahasan 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 69
B. Saran 70
DAFTAR PUSTAKA 71 LAMPIRAN 73 BIOGRAFI SINGKAT 87
DAFTAR TABEL
No Deskripsi tabel Halaman
1 Deskripsi Keadaan Populasi 57
2 Deskripsi Keadaan Sampel 57
3 Tabel Kerja Uji t 62
4 Skor Mentah Hasil Belajar Menulis Menggunakan Teknik outbound 73
5 Skor Mentah Hasil Belajar Menulis Menggunakan Teknik Konvensional
75
6 Tabel Kerja Uji t 77
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1 Skor Mentah Hasil Belajar Menulis Menggunakan Teknik outbound
73
2 Skor Mentah Hasil Belajar Menulis Menggunakan Teknik Konvensional
75
3 Tabel Kerja Uji t 77
ABSTRACT
ABSTRAK
NURHAYATI MALIK 2016. Tesis. “Keefektifan Pembelajaran Menulis Berbasis Outbound terhadap Hasil Belajar Menulis Siswa Kelas VI SD Negeri 24 Macanang Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone, dibimbing oleh A. Rahman Rahim sebagai pembimbing II dan Andi Sukri Syamsuri sebagai pembimbing II.
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh, menganalisis, dan mendeskrikan data mengenai Secara operasional tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran menulis berbasis outbound terhadap hasil belajar menulis siswa kelas VI SD Negeri 24 Macanang Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan teknik eksperimen semu. Adapun populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri 24 Macanang Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone tahun pelajaran 2015/2016 sejumlah 68 orang dengan teknik pengambilan sampel adalah total sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa teknik outbound efektif terhadap peningkatan hasil pembelajaran menulis siswa kelas VI SD Negeri 24 Macangan Kecamatan Tanete Riattang Barat,Kabupaten Bone. Hal ini dibuktikan dengan uji efektivitas yang menunjukkan bahwa berdasarkan analisis data diperoleh nilai “t” empiris (hitung) sama dengan 4,92 sedangkan nilai teoritis pada taraf signifikan α0,05 dengan derajat bebas (db) sama dengan 66, ditemukan nilai tabel sebesar 1,67. Hal ini menunjukkan bahwa nilai t empiris lebih besar daripada nilai t teoretis (4,92>1,66). Kata kunci: Pembelajaran Menulis, Outbound dan Hasil Belajar Menulis
BAB I
PENDAULUAN
A. Latar Belakang
Keterampilan menulis berada pada tataran paling tinggi dalam
proses pemerolehan bahasa. Hal ini disebabkan oleh keterampilan
menulis merupakan keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh
sesudah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Dengan
demikian, keterampilan menulis juga merupakan keterampilan
berbahasa yang dianggap paling sulit dari keterampilan berbahasa
lainnya. .
Meskipun keterampilan menulis itu sulit, namun peranannya
dalam kehidupan manusia sangat penting dalam masyarakat sepanjang
zaman. Kegiatan menulis dapat ditemukan dalam aktivitas manusia
setiap hari, seperti menulis surat, laporan, buku, artikel, dan sebagainya.
Dapat dikatakan, bahwa kehidupan menusia hampir tidak bisa dipisahkan
dengan kegiatan menulis Peranan menulis yang sangat tinggi sejalan
dengan pendapat Horn (1988: 12) yang menyatakan bahwa “masyarakat
yang tidak mampu mengekspresikan pikiran dalam bentuk tulisan, akan
tertinggal jauh dari kemajuan karena kegiatan menulis dapat mendorong
perkembangan intelektual seseorang sehingga mampu berpikir kritis”. Hal
senada diungkapkan oleh Tarigan (1992: 44) bahwa “indikasi kemajuan
suatu bangsa dapat dilihat maju-tidaknya komunikasi tulis bangsa itu”
Berdasarkan hal tersesebut di atas, maka keterampilan menulis
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting
diajarkan kepada siswa. Oleh karena itu, sejak dini, mulai sekolah dasar
keterampilan menulis dijadikan aspek pembelajaran bahasa yang
1
2
mempunyai porsi yang cukup tinggi. Kenyataan menunjukkan, bahwa
keterampilan menulis merupakan suatu yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Hampir semua aktivitas manusia di berbagai sektor
membutuhkan keterampilan menulis, seperti menulis surat, menulis di
surat kabar, menulis laporan, menulis makalah, menulis karya sastra,
menulis surat perjanjian dan sebagainya. Karena pentingnya keterampilan
menulis, maka para ahli pengajaran bahasa menempatkan keterampilan
menulis pada tingkatan paling tinggi dalam proses pemerolehan
bahasa.Keterampilan menulis memang merupakan kete-rampilan
produktif yang hanya dapat diperoleh sesudah keterampilan menyimak,
berbicara, dan membaca. Dengan demikian, keterampilan menulis
merupakan keterampilan berbahasa yang dianggap paling rumit.
Kenyataan di atas mengharuskan pengajaran menulis digalakkan
sedini mungkin. Tidak mengherankan jika dalam Kurikulum 2006 di
Sekolah Dasar, pengajaran menulis menjadi aspek pembelajaran
bahasa Indonesia yang mendapat porsi lebih besar daripada
keterampilan lainnya. Berdasarkan pemetaan Standar isi Kurikulum
Bahasa Indonesia SD 2013, terlihat porsi kegiatan keterampilan menulis
dalam pembelajaran bahasa Indonesia sekitar 66,2%.(Permendikbus
no.64 tahun 2013)
Kenyataan dewasa ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis
termasuk di sekolah dasar belum menggembirakan. Banyak penelitian
yang mengungkapkan bahwa kemampuan menulis siswa sekolah
dasar masih rendah. Salam (1998: 42) dalam hasil penelitiannya
mengungkapkan bahwa “kemampuan menulis siswa SD Inpres Andi
Tonro belum memadai.” Sejalan dengan uraian di atas, Ismail (1997)
menilai bahwa pengajaran menulis dewasa ini sangat terlantar.
3
Uraian di atas mengisyaratkan, bahwa dewasa ini dibutuhkan
pembenahan serius dalam pengajaran menulis . Meskipun dipahami
bahwa banyak faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan siswa
dalam menulis. Namun, diakui bahwa peranan guru sangat
menentukan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif
serta memiliki kemampuan yang memadai dalam merancang
pembelajaran menulis bagi siswa, terutama menyangkut teknik dan
strategi yang digunakan. Selama ini, strategi yang ditawarkan belum
dapat memberikan keberhasilan pembelajaran menulis , jika guru hanya
terpaku dengan teknik yang sudah lazim.
Mengembangkan keterampilan menulis di sekolah, memang agak
sulit. Siswa dituntut tidak hanya mengetahui sejumlah teori menulis ,
tetapi yang lebih penting ialah bagaimana teori-teori itu diaplikasikan oleh
siswa secara langsung. Selain itu, harus melalui latihan yang kotinyu. Jika
diamati metode pengajaran menulis di sekolah dasar, maka akan
tampak teknik pengajaran menulis tidak ada yang jelas bagaimana
melakukannnya. Gambaran yang ada hanya kegiatan yang akan
dilakukan, misalnya, menulis laporan berdasarkan hasil pengamatan,
membuat ringkasan, menyadur, menulis ulang suatu karangan,
membuat sinopsis, membuat cerita yang didengar, menulis pengalaman,
dan sebagainya.
Hasil observasi peneliti yang dilakukan terhadap beberapa guru
dalam pembelajaran keterampilan menulis ditemukan bahwa
pengajaran keterampilan menulis yang banyak diterapkan di sekolah
adalah teknik konvensional yakni mengajar siswa menulis secara
langsung dengan memberikan judul, tema, atau topik tertentu, serta
kerangka yang harus ditulis. Bahkan ada beberapa guru langsung
4
menyuruh siswa menulis dengan cara menulis bebas. Selain itu, rata-
rata hasil belajar menulis siswa kelas VI SD Negeri 24 Macanang
Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone menunjukkan rata-
rata nilai siswa masih belum melewati nilai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yakni 67. Selain itu, kualitas karangan siswa masih belum
memadai terutama bagian data dan ide yang akan ditulis. Hal tersebut
diakibatkan karena siswa tidak terbiasa mengkaji secara langsung
permasalahan yang hendak ditulis. Akibatnya, siswa terbentur dalam
menulis materi yang ada dalam pikirannya. Padahal, pada hakikatnya,
kemampuan menulis siswa sangat bergantung kepada penguasaan hal
yang hendak ditulis. Strategi tersebut menjadi kendala bagi
pengembangan keterampilan menulis siswa.
Kondisi tersebut, diindikasikan penyebabnya adalah faktor metode
mengajar guru. Oleh karena itu, guru harus menempuh proses kreatif
mengajarkan menulis, tidak terpaku dengan minimnya waktu yang
disediakan dalam kurikulum dan tuntutan target kurikulum yang bersifat
tidak tuntas. Akan tetapi, harus sejalan dengan tujuan umum
pembelajaran menulis di SD, yaitu agar siswa terampil
mengkomunikasikan idenya secara tertulis. Hal ini tentu membutuhkan
suatu proses kreatif dan kontinyu.
Tentu saja permasalahan ini tidakhanya terjadi di siswa kelas VI
SD Negeri 24 Macanang Kecamatan Tanete Riattang Barat, tetapi juga di
kelas lain dan sekolah lainnya. Permasalahan yang ditemukan di atas
perlu segera diatasi dengan menyodorkan alternatif. Oleh karena itu,
penulis tertarik mengkaji sebuah strategi pembelajaran menulis sebagai
upaya menjawab permasalah di atas, yakni pembelajaran menulis
berbasis outbound melalui suatu penelitian. Pembelajaran ini pada
5
hakikatnya adalah pengembangan metode pembelajaran terpadu yang
didesain di luar kelas/outboaund. Pembelajaran menulis berbasis
outbound ini merupakan strategi yang lebih spesifik dan terencana
dilakukan di luarkelas Penekanan pembelajaran menulis berbasis
outbound ini adalah memberikan pengalaman langsung kepada siswa
terhadap hal yang akan dituangkan dalam bentuk tulisan.
Pembelajaran menulis berbasis outbound berupaya
membelajarkan siswa menulis dengan menggunakan berbagai sudut
pandang disiplin ilmu (lintas mata pelajaran). Hal tersebut memungkinkan,
karena pembelajaran menulis bersifat global. Artinya, segala bentuk ilmu
pengetahuan dapat dijadikan sebagai bahan untuk tulisan, termasuk mata
pelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis berbasis outbound ini
berupaya memadukan berbagai aspek keterampilan dan bahasa dalam
proses pembelajaran. Hal tersebut tentu saja akan menciptakan sebuah
sistem pembelajaran yang lebih bermakna.
Secara empiris penelitian yang relevan sudah cukup banyak.
Penelitian yang diungkapkan oleh Alimuddin (2001) menunjukkan bahhwa
terknik terpadu efektif dalam pembelajaran IPS di sekolahh dasar
Muhammadiyah, Malang. Penelitian ini menggunakan konsep
pembelajaran terpadu yang menggunakan prinsip pembelajaran menulis
berbasis outbound pada pembelajarn IPS. Demikian pula Arsyad (2009)
melaporkan hasil penelitiannya menggunakan pembelajaran menulis
berbasis outbound dalam pembelajaran terpadu menunjukkan bahwa
pembelajaran menulis berbasis outbound efektif dalam pembelajaran
terpadu. Peneleitian lain yang dilakukan oleh Ardianti (2008) mengenai
penggunaan teknik terpadu dalam pembelajaran bahasa Indonesia
terpadu menunjukkan bahwa teknik terpadu efektif dalam pembelajaran
6
bahasa Indonesia secara terpadu. Senada dengan penelitian di atas,
Muhallim (2007) mengungkapkan hasil penelitian bahwa teknik jaringan
topik efektif dalam pembelajaran menulis siswa kelas V SD Negeri 2
Kabupaten Pinrang.
Dari beberapa hasil penelitian di atas tampaknya konsep di
luarkelas efektif terhadap berbagai pembelajaran seperti pembelajaran
terpadu, IPS, Bahasa Indonesia. Demikian pula teknik yang identik
dengan pembelajaran berbasis outbound efektif teradap pembelajaran
menulis. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik melakukan
penelitian mengenai bagaimana keefektif pembelajaran menulis berbasis
outbound terhadap peningkatan kemampuan belajar menulis siswa kelas
VI SD Negeri 24 Macanang Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten
Bone.
Salah satu jenis outbound adalah semi outbound atau sering dikenal
dengan outbound low impact. Outbound low impact dapat diterapkan dalam
kegiatan sekolah dan diintegrasikan dengan pembelajaran yang ada. Siswa tidak
berfikir bahwa yang mereka lakukan itu adalah belajar. Pada kegiatan refleksi
kegiatan akhir outbound guru mengaitkan dengan pelajaran, seperti tadi
mengambil bola berapa, mendapat bendera warna apa, dan disediakan kasus
sederhana agar anak melakukan pemecahan masalah secara berkelompok dan
menulis/membuat karangan atau laporan proses dan yang telah dilakukan
sebagai pembelajaran menulis.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka deskripsi masalah yang
dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah keefektifan
pembelajaran menulis berbasis outbound terhadap hasil belajar menulis
siswa kelas VI SD Negeri 24 Macanang Kecamatan Tanete Riattang
Barat Kabupaten Bone?
C. Tujuan Penelitian
Secara operasional tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan
keefektifan pembelajaran menulis berbasis outbound terhadap hasil
belajar menulis siswa kelas VI SD Negeri 24 Macanang Kecamatan
Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Memperhatikan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan dapat
bermanfaat baik secara teoretis maupun praktis
1. Manfaat Teoretis:
a. Manfaat bagi guru, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
menulis dari yang semula hanya menggunakan metode
konvensional kini menjadi pembelajaran menulis berbasis
outboand.
b. Manfaat bagi guru lain, dapat memeroleh informasi yang dapat
dipertimbangkan untuk meningkatkan kinerjanya.
c. Manfaat bagi sekolah, menjadi bahan untuk melakukan
kebijakan dalam pengembangan pembelajaran di sekolah bagi
peningkatan kinerja guru.
d. Sebagai bahan referensi dalam penelitian pembelajaran
menulis selanjutnya.
8
2. Manfaat Praktis:
a. Sebagai teknik alternatif bagi guru di sekolah dasar untuk
melatih keterampilan menulis siswa.
b. Sebagai bahan perbandingan atau acuan untuk
mengembangkan penelitian tentang strategi menulis .
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Pembelajaran Bahasa Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Indonesia diberikan di semua jenjang pendidikan
formal. Dengan demikian diperlukan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa
Indonesia yang memadai dan efektif sebagai alat berkomunikasi, berinteraksi
sosial, media pengembangan ilmu dan alat pemersatu bangsa. Daerah/sekolah
dapat secara efektif menjabarkan standar kompetensi sesuai dengan kebutuhan.
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia bersumber pada
hakikat pembelajaran bahasa, yaitu belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi
dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai
kemanusiaannya. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia
mengupayakan peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara
lisan dan tertulis seta menghargai karya cipta bangsa Indonesia. Standar
kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia memberikan akses pada situasi
lokal dan global yang menekankan keterbukaan, kemasadepanan, dan
kesejagatan. Dengan demikian siswa menjadi terbuka terhadap beragam
informasi dan dapat menyaring yang berguna, belajar menjadi diri sendiri, dan
menyadari akan eksistensi budayanya sehingga tidak tercabut dari
lingkungannya.
Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia mengupayakan
siswa mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan,
minat, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya bangsa
sendiri. Pada sisi lain sekolah atau daerah dapat menyusun program pendidikan
sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang tersedia.
10
Bahasa merupakan sarana untuk saling berkomunikasi, saling berbagi
pengalaman, saling belajar dari yang lain, serta untuk meningkatkan
pengetahuan intelektual dan kesusassteraan merupakan salah satu sarana untuk
menuju pemahaman tersebut. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa
Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia, serta menghargai
manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.
Standar kompetansi ini disiapkan dengan mempertimbangkan
kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
negara serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual produk budaya yang
berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagaimana
dalam (BSNP, 2006) berikut :
1. Sarana pembinaan kesatuan dan kesatuan bangsa
2. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka
pelestarian dan pengembangan budaya
3. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih
dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
4. Sarana penyebarluasan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik
untuk keperluan menyangkut berbagai masalah
5. Sarana pengembangan penalaran
6. Sarana pemahaman beragam budaya Indonesia melalui
khazanah kesusastraan Indonesia.
Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Siswa menghargai dan mengembangkan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa Negara.
2. Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk makna,
11
dan fungsi, serta menggunakan dengan tepat dan kreatif untuk
bermacam- macam tujuan, keperluan dan keadaan.
3. Siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan itelektual, kematangan emosional, dan
kematangan sosial.
4. Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan
menulis)
5. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk
mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia
Sedangkan ruang lingkup standar kompetensi mata pelajaran Bahasa
Indonesia SD dan MI terdiri dari aspek sebagai berikut:
1. Mendengarkan; seperti mendengarkan berita, petunjuk,
pengumuman, perintah, bunyi atau suara, bunyi bahasa, lagu, kaset,
pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah, pidato, pembicara
narasumber, dialog atau percakapan, pengumuman serta perintah
yang didengar dengan memberikan respon secara tepat serta
mengapresiasi dan berekpresi sastra melalui kegiatan mendengarkan
hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita
binatang, puisi anak, syair lagu, pantun dan menonton drama anak.
2. Berbicara; seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan;
menyampaikan sambutan, dialog, pesan, pengalaman, suatu proses,
menceritakan diri sendiri, teman, keluarga, masyarakat, benda,
tanaman, binatang, pengalaman, gambar tunggal, gambar seri,
kegiatan sehari-hari, peristiwa, tokoh kesukaan/ketidaksukaan,
kegemaran, peraturan, tata tertib, petunjuk dan laporan serta
mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan
12
3. melisankan hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita
rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak
4. Membaca; seperti membaca huruf, suku katam kata, kalimat,
paragraph, berbagai teks bacaan, denah; petunjuk, tata tertib,
pengumuman, kamus, enslikopedia serta mengapresiasi dan
berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa
dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyar, cerita binatang, puisi anak,
syair lagu, pantun, dan drama anak kompetensi membaca juga
diarahkan menumbuhkan budaya membaca.
5. Menulis; seperti menulis karangan naratif dan nonnaratif dengan
tulisan rapi dan jelas dengan memperlihatkan tujuan dan ragam
pembaca, pemakaian ejaan dan tanda baca, dan kosakata yang tepat
dengan menggunakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk serta
mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan menulis hasil
sastra berupa cerita dan puisi. Kompetensi menulis juga diarahkan
menumbuhkan kebiasaan menulis.
Di muka telah diuraikan bahwa fungsi bahasa yang utama adalah
sebagai alat untuk berkomunikasi. Untuk itu, pembelajaran Bahasa Indonesia
diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi. Fungsi utama sastra adalah
sebagai penghalusan budi, peningkatan rasa kemanusiaan dan kepedulian
sosial, penumbuhan apresiasi budaya dan penyaluran gagasan, imajinasi dan
ekspresi secara kreatif dan konstruktif, baik secara lisan maupun tertulis.
Siswa dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk, berkomunikasi, bukan
lebih banyak untuk mengetahui pengetahuan tentang bahasa, sedangkan
pengajaran sastra ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menikmati, menghayati dan memahami karya sastra. Pengetahuan tentang
sastra sebagai penunjang dalam mengapresiasi karya sastra.
13
Kata menduduki posisi penting dalam sistem bahasa. Pemakaian kata
merupakan hal penting dalam berbahasa, baik lisan maupun tulisan. Oleh sebab
itu, penguasaan kosa kata seseorang sangat menetukan keberhasilannya dalam
berkomunikasi.
Pembelajaran kosakata bertujuan untuk memperkaya perbendaharaan
kata siswa. Siswa tidak harus menghafal sejumlah kata, tetapi yang terpenting
dapat menggunakannya di dalam kalimat. Mengenal dan memahami makna kata
merupakan tujuan utama pembelajaran kosakata.
2. Konsep Pembelajaran Menulis
Dalam pembelajaran siswa hendaklah diarahkan ke pengem-
bangan potensi diri sendiri. Segala masalah kebahasaan yang perlu
dimainkan di sekolah haruslah juga sesuai dengan zamannya. Kata,
kalimat, paragraf, bahkan tulisan harus bernuansa kekinian. Sumber
bahasa yang digunakan oleh guru juga harus mengacu ke minat dan
harapan siswa. Dengan demikian siswa dapat tertarik dengan
pembelajaran bahasa Indonesia.
Siswa sudah semestinya dapat berpikir, berkreasi, dan
berkomuikasi baik lisan maupun tulisan dengan bahasa Indonesia secara
logis, langsung, dan lancar. Dengan begitu, suatu saat akan dihasilkan
karya-karya besar dari orang Indonesia dengan bahasa yang mantap. Hal
itu tentunya harus menjadi obsesi guru bahasa Indonesia.
Guru berperan dalam menentukan pembelajaran bahasa
Indonesia. Oleh karena itu, guru dituntut untuk menguasai bahasa
Indonesia dan pembelajarannya sehingga menjadi mata pelajaran yang
menarik bagi siswa. Kemenarikan ini akhirnya membawa siswa ke tingkat
komunikasi yang lancar. Komunikasi yang didasari oleh minat yang kuat
dari siswa. Guru berperan besar dalam hal itu. Peran tersebut didasari
14
oleh kekuatan konsep dan kekuatan mengembangkan strategi
pembelajaran.
Dalam pembelajaran bahasa, banyak strategi pembelajaran yang
tersedia. Namun, mengapa banyak guru bahasa Indonesia yang masih
kesulitan dalam memvariasikan strategi pembelajaran bahasa Indonesia.
Mereka banyak berkutat dengan ceramah, diskusi, dan penugasan.
Padahal hal tersebut merupakan teknik pengelolaan kelas. Teknik adalah
cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru
dapat berganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Adapun strategi meliputi pendekatan, metode, dan teknik.
Pendekatan adalah konsep dasar yang melingkupi metode dengan
cakupan teoritis tertentu. Metode merupakan jabaran dari pendekatan.
Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode. Metode
adalah prosedur pembelajaran yang dapat yang fokuskan kepada
pencapaian tujuan. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara
aplikasi. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik
pembelajaran. Di bawah ini dijelaskan beberapa metode dan teknik
pembelajaran menulis.
a. Karakteristik pembelajaran menulis
Setiap guru keterampilan menulis harus sudah memahami
karakteristik keterampilan menulis karena sangat menentukan dalam
ketepatan penyusunan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian
keterampilan menulis. Sudah dapat dipastikan tanpa memahami
karakteristik keterampilan menulis guru yang bersangkutan tak mungkin
menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran
menulis yang akurat, bervariasi, dan menarik. Ada empat karakteristik
keterampilan menulis yang sangat menonjol, yakni;
15
a. keterampilan menulis merupakan kemampuan yang komplek;
b. keterampilan menulis condong ke arah skill atau praktik;
c. keterampilan menulis bersifat mekanistik;
d. penguasaan keterampilan menulis harus melalui kegiatan yang
bertahap atau akumulatif.
Keterampilan menulis menuntut kemampuan yang kompleks.
Penulisan sebuah karangan yang sederhana sekalipun menuntut kepada
penulisnya kemampuan memahami apa yang hendak ditulis dan
bagaimana cara menulisnya. Persoalan pertama menyangkut isi
karangan dan persoalan kedua menyangkut pemakaian bahasa serta
bentuk atau struktur karangan. Pembelajaran keterampilan menulis yang
tidak memperhatikan kedua hal tersebut di atas pasti akan mengalami
ketidakberesan atau kegagalan.
Keterampilan menulis lebih condong ke arah praktik ketimbang
teori. Ini tidak berarti pembahasan teori menulis ditabukan dalam
pengajaran menulis. Pertimbangan antar praktek dan teori sebaiknya
lebih banyak praktek dari teori.
Keterampilan menulis bersifat mekanistik. Ini berarti bahwa
penguasaan keterampilan menulis tersebut harus melalui latihan atau
praktik. Dengan perkataan lain semakin banyak seseorang melakukan
kegiatan menulis semakin terampil menulis yang bersangkutan.
Karakteristik keterampilan menulis seperti ini menuntut pembelajaran
menulis yang memungkinkan siswa banyak latihan, praktek, atau
mengalami berbagai pengalaman kegiatan menulis.
Di Samping kegiatan menulis harus bervariasi juga sistematis,
bertahap, dan akumulatif. Berlatih menulis yang tidak terarah apalagi
kurang diawasi guru membuat kegiatan siswa tidak terarah bahkan sering
16
membingungkan siswa. Mereka tidak tahu apakah mereka sudah bekerja
benar, atau mereka tidak tahu membuat kesalahan yang berulang.
Latihan mengarang terkendali disertai diskusi di mana sangat diperlukan
dalam memahami dan menguasai keterampilan menulis.
b. Metode pembelajaran menulis
Subyakto (1988) mengemukakan beberapa metode pembelajaran
menulis sebagai berikut.
1) Metode Langsung
Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan
pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari
selangkah demi selangkah. Metode tersebut didasari anggapan bahwa
pada umumnya pengetahuan dibagi dua, yakni pengetahuan deklaratif
dan pengetahuan prosedural. Deklaratif berarti pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu.
Dalam metode langsung, terdapat lima fase yang sangat penting.
Guru mengawali dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang
pembelajaran serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan
guru. Hal itu disebut fase persiapan dan motivasi. Fase berikutnya adalah
fase demontrasi, pembimbingan, pengecekan, dan pelatihan lanjutan.
Pada metode langsung bisa dikembangkan dengan teknik
pembelajaran menulis dari gambar atau menulis objek langsung dan atau
perbandingan objek langsung. Teknik menulis dari gambar atau menulis
objek langsung bertujuan agar siswa dapat menulis dengan cepat
berdasarkan gambar yang dilihat. Misalnya, guru menunjukkan gambar
kebakaran yang melanda sebuah desa atau melihat langsung kejadian
17
kebakaran sebuah desa, Dari gambar tersebut siswa dapat membuat
tulisan secara runtut dan logis berdasarkan gambar.
2) Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan metode komunikatif harus mencakup
semua keterampilan berbahasa. Setiap tujuan diorganisasikan ke dalam
pembelajaran. Setiap pembelajaran dispesifikkan ke dalam tujuan
kongkret yang merupakan produk akhir. Sebuah produk di sini
dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis,
diusahakan, atau disajikan ke dalam nonlinguistik. Sepucuk surat adalah
sebuah produk. Demikian pula sebuah perintah, pesan, laporan atau peta
juga merupakan produk yang dapat dilihat dan diamati. Dengan begitu,
produk-produk tersebut dihasilkan melalui penyelesaian tugas yang
berhasil.
Metode komunikatif dapat dilakukan dengan teknik menulis berita.
Siswa menulis berita tentang yang mereka lakukan dalam sebuah
aktivitas berdasarkan prinsip-prinsip sebuah berita ( 5W dan 1H) alur
yang dibutuhkan adalah kertas kerja. Kegiatan ini dapat dilaksanakan
perseorangan maupun kelompok.
3). Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberap aspek ke dalam satu proses.
Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi.
Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi
diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan
menulis. Menulis diintegrasikan dengan membaca dan berbicara. Materi
kebahasaan diintegrasikan dengan keterampilan bahasa. Sedangkan
antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa
18
bidang studi. Misalnya; antarabahasa Indonesia dengan matematika atau
dengan bidang studi lainnya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi
lebih banyak digunakan. Saat mengajarkan kalimat, guru tidak secara
langsung menyodorkan materi kalimat ke siswa tetapi diawali dengan
membaca atau yang lainnya. Perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan,
guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat
menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi.
Integratif sangat diharapkan oleh Kurikulum Bahasa Indonesia
Berbasis Kompetensi. Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai dengan
kompetensi dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan.
Materi ajar justru merupakan kesatuan yang perlu dikemas secara
menarik.
Metode inregratif dapat dilaksanakan dalam pembelajaran
mambaca dengan memberi catatan bacaan. Siswa dapat membuat
catatan yang diangap penting atau kalimat kunci sebuah bacaan. Dalam
melakukan kegiatan membaca sekaligus siswa menulis.
4) Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran
diintegrasikan ke dalam tema yang sama dalam satu unit pertemuan.
Yang perlu dipahami adalah tema bukanlah tujuan tetapi alat yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus
diolah dan disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan
konseptual.
Tema yang telah ditentukan harus diolah sesuai dengan
perkembangan dan lingkungan siswa. Budaya, sosial, dan religiusitas
mereka menjadi perhatian. Begitu pula isi tema yang disajikan secara
19
kontemporer sehingga siswa senang. Apa yang terjadi sekarang di
lingkungan siswa juga harus terbahas dan terdiskusikan di kelas.
Kemudian, tema tidak disajikan secara abstrak tetapi diberikan secara
kongkret. Semua siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
logika yang dipunyainya. Siswa berangkat dari konsep ke analisis atau
dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
6) Metode Konstruktivistik
Asumsi sentral metode konstruktivistik adalah belajar itu
mnemukan. Artinya, meskipun guru menyampaikan sesuatu kepada
siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas informasi itu
agar informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka.
Konstuktivistik dimulai dari masalah (sering muncul dari siswa sendiri)
dan selanjutnya membantu siswa menyelesaikan dan menemukan
langkah-langkah pemecahan masalah tersebut.
Metode konstruktivistik didasarkan pada teori belajar kognitif yang
menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran generatif
strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan metakognitif
lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar).
7). Metode Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang
membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia
nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan
pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai
anggota keluarga dan masyarakat
Pembelajaran dengan menggunakan metode ini akan memudah
dalam pembelajaran menulis. Anak dimotivasi agar mampu menulis.
20
Menurut Suharyanto (1999) pengajaran kontekstual memungkinkan
siswa menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengatahuan dan
keterampilan akademik mereka dalam berbagai macam tatanan dalam
sekolah dan di luar sekolah agar siswa dapat memecahkan masalah
dunia nyata atau masalah yang disimulasikan. Sebenarnya siswa dalam
belajar tidak berada di awan tetapi berada di bumi yang selalu menyatu
dengan tempat belajar, waktu, situasi, dan suasana alam dan
masyarakatnya. Untuk itu, metode yang dianggap tepat untuk
mengembangkan pembelajaran adalah metode kontekstual (Contextual
Teaching and Learning).
Adapun metode ini dapat diterapkan dalam salah satu pembelajaran
menulis deskripsi. Siswa dapat belajar dalam situasi dunia nyata tidak
dalam dunia awang-awang.
c. Fungsi dan peran pembelajaran menulis di SD
Dalam batasan menulis yang dikemukakan terdahulu, tersirat
fungsi menulis secara umum, yakni sebagai alat komunikasi. Namun,
secara khusus, fungsi menulis dapat diketahui berdasarkan beberapa
referensi, seperti yang dikemukakan oleh Tarigan (1992) bahwa menulis
berfungsi sebagai sarana bagi seseorang untuk berpikir secara kritis.
Selain itu, agar kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan,
memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang
dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, membantu kita
menjelaskan pikiran-pikiran.
Selain fungsi di atas, Darmadi (1996) mengemukakan fungsi
utama menulis / mengarang adalah sebagai sarana untuk belajar dapat
memunculkan ide baru, dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan
menjernihkan berbagai konsep atau ide yang dimiliki, melatih sikap
21
objektif yang ada pada diri seseorang, membantu menyerap dan
memproses informasi, berlatih memecahkan masalah sekaligus, dan
memungkinkan kita dapat menjadi aktif sebagai informan dari pada
penerima informasi.
Menulis yang lebih dikenal istilah ”mengarang” merupakan satu
dari keempat keterampilan berbahasa (languange skill) yang diajarkan
kepada siswa yang belajar bahasa pada umumnya dan bahasa Indonesia
pada khususnya.
Keterampilan menulis merupakan kegiatan yang produktif dimana
menulis menghendaki siswa untuk menggali, menuangkan dan
mengungkapkan gagasannya, perasaannya, dan pengalamannya, serta
penggunaan bahasa yang tepat. Namun, pada kenyataannya tidak
semua siswa dapat menunjukkan keterampilan tersebut. Di dalam
menulis, siswa merasa kurangnya keyakinan, dan minat, serta motivasi
yang memadai untuk menulis.
Mengingat pentingnya menulis bagi siswa, guru seharusnya
membangkitkan dan memertahankan kegairahan siswa untuk menulis
serta menjadikan menulis itu merupakan pekerjaan yang alami dan
menyenangkan dengan memanfaatkan berbagai strategi atau teknik
mengajar yang kondusif.
d. Tujuan menulis di SD
Berdasarkan definisi menulis, jelas pula tergambar tujuan
menulis Achmad (1992: 11) mengemukakan, “tujuan umum pengajaran
menulis di sekolah dasar adalah agar siswa mampu memahami dan
mengomunikasikan serta menerapkan ide dengan baik dan tersusun
dalam bahasa tulis.”
22
Senada dengan tujuan di atas, dalam Petunjuk Khusus
Pengajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar (Depdiknas, 2006: 15)
dijelaskan ”pengajaran menulis di SD bertujuan untuk melatih siswa
dalam menuangkan pikiran dan perasaan dengan bahasa tulis secara
teratur dan teliti.”
Demikian pula yang dikemukakan dalam petunjuk pengajaran
menulis sekolah dasar (Depdiknas, 2006: 111) dikemukakan bahwa
“tujuan pembelajaran menulis di sekolah dasar adalah untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam mengungkapkan gagasan,
pendapat, pengalaman dan pesan sehingga dapat menggunakan
komunikasi tulis.”
e. Ruang lingkup pembelajaran menulis dalam kurikulum SD
Dalam Kurikulum 2006 sekolah dasar, pembelajaran menulis
harus dimulai dari tahap yang paling sederhana lalu pada hal yang
sederhana, ke yang biasa, hingga pada yang paling sukar. Tentu saja hal
ini pula melalui tahapan sesuai dengan tingkat pemikiran siswa. Oleh
karena itu, di sekolah dasar pembelajaran menulis dibagi atas dua
tahap, yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut. menulis
permulaan ditujukan kepada siswa kelas rendah yakni kelas satu hingga
kelas tiga, sedangkan pembelajaran menulis lanjutan diperuntukkan
untuk kelas tinggi yaitu kelas empat hingga kelas enam. Adapun contoh
pembelajaran menulis permulaan (Kurikulum 2006) antara lain:
a) Menulis mengikuti pola dengan cara siswa hanya diminta membuat
karangan seperti contoh (pola) yang diberikan.
b) Menulis dengan melengkapi kalimat, yakni siswa diminta untuk
melengkapi kalimat dalam karangan dengan kata yang telah tersedia.
23
c) Bimbingan dengan memasangkan kelompok kata, yakni siswa
diminta untuk memasangkan kelompok kata dengan kalimat yang
terpenggal atau kurang lengkap.
d) Bimbingan dengan mengurutkan kalimat, yaitu siswa dibimbing untuk
mengurutkan kalimat sesuai dengan gambar seri yang telah memiliki
kalimat-kalimat.
e) Bimbingan dengan pertanyaan, hal ini diharapkan agar siswa
dapat membuat karangan setelah dimulai dengan pertanyaan-
pertanyaan dalam pikirannnya.
Selanjutnya kegiatan menulis lanjutan dapat dilakukan dengan
berbagai metode (Kurikulum 2006) antara lain:
a) Membuat paragraf dengan gambar, yakni siswa diminta untuk
membuat paragraf berdasarkan gambar yang telah disediakan.
b) Mengembangkan paragraf, yakni siswa dilatih untuk mengembangkan
sebuah kalimat utama menjadi sebuah paragraf.
c) Menyusun paragraf dari kalimat yang tersedia.
d) Menghubungkan paragraf dengan paragraf lainnya.
e) Menulis berdasarkan kerangka atau bahan yang telah disiapkan
f) Menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu atau penjelasan tentang
cara membuat sesuatu.
g) Melengkapi bagian cerita yang hilang (rumpang) dengan
menggunakan kata/kalimat yang tepat sehingga menjadi cerita yang
padu.
h) Menulis surat untuk teman sebaya tentang pengalaman atau cita-cita
dengan bahasa yang baik dan benar dan memperhatikan
penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.)
24
i) Menulis berbagai topik sederhana dengan memperhatikan
penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.)
j) Menulis pengumuman dengan bahasa yang baik dan benar serta
memperhatikan penggunaan ejaan
k) Menulis bedsasarkan hasil pengamatan terhadap objek yang sesuai
tema.
l) Melengkapi karangan berdasarkan gambar seri maupun gambar
tunggal
m) Menulis berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan
kata dan penggunaan ejaan
n) Menulis surat undangan (ulang tahun, acara agama, kegiatan
sekolah, kenaikan kelas, dll.) dengan kalimat efektif dan
memperhatikan penggunaan ejaan
o) Menulis laporan pengamatan atau kunjungan berdasarkan tahapan
(catatan, konsep awal, perbaikan, final) dengan memperhatikan
penggunaan ejaan
p) Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat
q) Mengisi formulir (pendaftaran, kartu anggota, wesel pos, kartu pos,
daftar riwayat hidup, dll.) dengan benar
r) Membuat ringkasan dari teks yang dibaca atau yang didengar
s) Menyusun percakapan tentang berbagai topik dengan
memperhatikan penggunaan ejaan
t) Menyusun naskah pidato/sambutan (perpisahan, ulang tahun,
perayaan sekolah, dll.) dengan bahasa yang baik dan benar, serta
memperhatikan penggunaan ejaan
u) Menulis surat resmi dengan memperhatikan pilihan kata sesuai
dengan orang yang dituju (BSNP. 2006)
25
Strategi yang dikemukakan di atas tentu sangat fleksibel. Hal ini
disebabkan oleh pembelajaran menulis di SD cakupannya cukup
luas.
3. Konsep Menulis
a. Hakikat menulis
Hakikat menulis tampaknya tidak sulit karenma semua orang yang
buta huruf dapat menulis. Secara sederhana hakikat menulis, yaitu
menuangkan ide atau pikiran secara tertulis. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia., “menulis adalah menyusun suatu cerita buku dan
sebagainya. (Alwi, dkk. 2003: 506). Sejalan dengan pengertian di atas,
Learner (dalam Abdurrahman, 1996: 192) mengemukakan,bahwa “
menulis atau mengarang adalah mengemukakan ide dalam bentuk
visual.” Demikian pula, Sumarmo (1989: 7) mengemukakan, bahwa
“menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar.”
Berdasarkan kedua batasan di atas, dapat dinyatakan bahwa ada
beberapa komponen menulis , yaitu menulis adalah bentuk komunikasi,
menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide
menggunakan media visual.
Menulis pada hakekatnya menyampaikan ide atau pesan dengan
menggunakan lambang grafik (tulisan) kepada orang lain. Dalam kegiatan
menulis sesorang juga dituntut untuk menguasai komponen-komponen
tulisan yang meliputi isi (materi) tulisan, organisasi tulisan,
kebahagiaan, (kaidah bahasa tulis), gaya penulisan, dan mekanisme
tulisan (Mulyati, 2002). Menulis adalah rangkaian proses berpikir. Proses
berpikir berkaitan erat dengan kegiatan penalaran. Penalaran yang baik
dapat menghasilkan tulisan yang baik pula, bahkan tempat penalaran
tidak akan ada pengetahuan yang benar, Syafi’ie (1988 : 182)
26
mengemukakan bahwa salah satu substansi retorika menulis adalah
penalaran yang baik. Dalam hal ini, berari untuk menghasilkan
kesimpulan yang benar harus dilakukan penalaran secara cermat dengan
berdasarkan pikiran yang logis. Penalaran yang salah akan menuntun
kepada kesimpulan yang salah.
Pada dasarnya menulis merupakan proses pengungkapan ide atau
gagasan, pikiran, pengalaman, perasaan dengan menggunakan bahasa
sebagai medianya. Hal-hal-hal yang dikemukakan dalam tulisan
bersumber dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, atau dari
membaca buku. menulis seperti halnya berbicara, merupakan
keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif. Perbedaannya,
kegiatan menulis merupakan satu keterampilan berbahasa yang dapat
menggunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara
tatap muka dengan orang lain (tidak langsung), sedangkan berbicara
merupakan tatap muka (langsung) (Tarigan, 2000). Secara konseptual,
para ahli mengemukakan batasan menulis antara laian sebagai berikut
Tarigan (1995:21) menyatakan bahwa, ”Menulis adalah menurunkan atau
menuliskan lambang-lambang grafen yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafen tersebut, jika mereka memahami
bahasa atau gambaran grafen itu.” Selanjutnya Enre (1994:5)
memberikan pengertian bahwa: ”Menulis merupakan kegiatan yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung.”
Tarigan (1994) mengemukakan bahwa keterampilan menulis
merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan
27
orang lain, sedangkan kegiatan menulis merupakan kegiatan
penyampaian pesan dengan menggunakan tuloisansebagai medianya.
Pesan yang dimaksud berupa isi atau muatan yang terkandung dalam
suatu tulisan. Tulisan merupakan sistem komunikasi antar manusia yang
menggunakan lambang-lambang yang dapat dilihat dan disepakati
pemakaiannya. Jadi menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif.
Akhadiah, dkk., (1995) menjelaskan bahwa pemerolehan
keterampilan menulis dilakukan melalui proses karena hal ini merupakan
kegiatan yang produktif. Sebagai suatu proses, merupakan suatu
rangkaian aktivitas yang terjadi dari beberapa tahap, yaitu pramenulis,
menulis, dan revisi. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam kegiatan menulis
ini seseorang penulis harus memanfaatkan pengetahuan tentang struktur
bahasa, kosakata, dan pengetahuan yang mendukung tulisannya.
b. Kriteria tulisan yang baik
Menurut Thomkins (1990), disebutkan bahwa untuk mengukur
kriteria tulisan yang baik, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut:
1. Kesesuaian topik yang meliputi: (1) relevansi, dan (2) akurasi.
2. Kesesuaian antarparagraf yang meliputi: (1) pengaruh terhadap
pembaca, (2) kerekatan, argumen, dan butir (3) mudah dimengerti, (4)
informasi diatur dengan terstruktur, (5) hubungan antarkalimat berjalan
dengan lembut, (6) menukik langsung ke persoalan, (7) ide logis, dan
(8) ide dan bukti relevan satu dengan yang lain.
3. Perolehan kata dan rangkaian kalimat yang meliputi: (1) tidak ada
kesalahan ”spelling”, (2) formasi kata teratur dengan baik, (3) pilihan
kata bervariasi, dan (4) model kalimat bervariasi.
28
Sedangkan menurut Enre (1994:5) tulisan yang baik memiliki ciri-
ciri, yaitu: (1) tulisan yang baik selalu bermakna; tulisan yang baik harus
mampu menyatakan sesuatu yang mempunyai makna bagi seseorang
dan memberikan bukti terhadap apa yang dikatakan itu, (2) tulisan yang
baik selalu jelas; sebuah tulisan dapat disebut jelas jika pembaca yang
kepadanya tukisan itu ditunjukkan dapat membacanya dengan kecepatan
yang tetap dan menangkap maknanya sesudah ia berusaha dengan cara
yang wajar, (3) tulisan yang baik selalu padu dan utuh; sebuah tulisan
dikatakan padu dan utuh jika pembaca dapat mengikutinya dengan
mudah karena ia diorganisasikan dengan jelas menurut suatu
perencanaan dan karena bahagian-bahagiannya dihubungkan satu
dengan lainnya, baik dengan perantaraan pola yang mendasarinya atau
dengan kata atau frasa penghubung, (4) tulisan yang baik selalu
ekonomis; penulis yang baik selalu tidak akan membiarkan waktu
pembaca hilang dengan sia-sia, sehingga ia akan membuang semua kata
yang berlebihan dari tulisannya. Seorang penulis yang ingin mengikat
perhatian pembacanya harus berusaha terus untuk menjaga agar
karangannya padat dan lurus ke depan, (5) tulisan yang baik selalu
mengikuti kaidah gramatika; di sini biasa juga disebut tulisan yang
menggunakan bahasa yang baku, yaitu bahasa yang dipakai oleh
kebanyakan anggota masyarakat yang berpendidikan dan mengharapkan
orang lain juga menggunakannya dalam komunikasi formal dan informal
khususnya dalam bentuk tulisan, (6) penyaksian akhir; tulisan dikatakan
mantap atau kuat jika penulis memilih kata-kata yang menunjukkan
kepada pembaca apa yang terjadi melalui gambaran yang jelas dengan
menggunakan contoh-contoh dengan perbandingan yang menggugah,
kongkret, langsung dan efisien. Keperibadian penulis muncul dari
29
tulisannya, sehingga menjadikan pembaca merasakan dan berusaha
mengkonfirmasikan ide-ide dan informasi yang terdapat dalam tulisan
yang dibacanya.
Menurut Nursisto (2000:49) ciri-ciri karangan yang baik adalah: (1)
berisi hal-hal yang bermanfaat, (2) pengungkapan jelas, (3) penciptaan
kesatuan dan pengorganisasian, (4) efektif dan efisien, (5) ketepatan
penggunaan bahasa, (6) ada variasi kalimat, (6) vitalitas, (7) cermat, dan
(8) objektif.
c. Menulis sebagai suatu proses
Kegiatan menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat
dipahami dan dipelajari. Menulis sebagai suatu proses terdiri dari
beberapa tahapan. Nursito (2000). menguraikan lima tahapan menulis,
yaitu pramenulis, siswa diberi kesempatan menentukan apa yang akan
ditulis, tujuan menulis dan kerangka tulisan, setelah siswa menentukan
apa yang akan ditulis dan sistimatika tulisan, siswa mengumpulkan
bahan-bahan tulisan dengan menggunakan buku-buku dan sumber
lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada pengendrapan, siswa
dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk
draf kasar. Pada tahap perbaikan, siswa merevisi drafan yang telah
disusun. Siswa dapat meminta bantuan guru maupun teman sekelompok
untuk membantu dan mempertimbangkan gagasan yang dikemukakan.
Pada tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk memperbaiki aspek
mekanis (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak
sesuai dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan guna memperbaiki
karangan sendiri maupun teman kelompok atau teman sekelas. Pada
tahap publikasi siswa menyampaikan tulisan kepada teman sekelas untuk
30
meminta masukan dari guru dan teman sekelas, agar mereka dapat
berbagi informasi sehingga tulisan menjadi sempurna.
d. Menulis adalah proses kreatif
Pada dasarnya, menulis merupakan proses kreatif. Proses itu
mulai munculnya ide dalam benak penulis, menangkap dan menuangkan
ide tersebut, mematangka ide tersebut dan menatanya dan diakhiri
dengan menuliskan ide tersebut dalam bentuk tulisan.
Penulis yang mampu menghasilkan tulisan sebenarnya hanyalah
kebiasaan saja. Karena terlalu seringnya proses tersebut dilakukannya,
maka setiap kali melakukan proses kreatif, seolah-olah proses tersebut
berlangsung begitu cepat dan singkat. Namun pada dasarnya, tahapan
proses tersebut tetap dilakukannya, hanya saja tahap yang satu dengan
tahap yang berikutnya begitu berhimpitan (Tarigan, 1985).
Cepat lambat proses kreatif berlangsung sangat bergantung pada
tingkat keterampilan penulis, semakin lama proses tersebut berlangsung.
Sebaliknya, semakin tinggi tingkat keterampilan seorang penulis semakin
cepat proses tersebut berlangsung.
Kreativitas dapat diartikan (1)Kreativitas dapat diartikan sebagai
prilaku yang berbeda dari prilaku umum. Misalnya, Khairil Anwar yang
menetapkan puisi-puisi ekspresif dengan aturan lirik dan bait yang
longgar. (2) Kreativitas merupakan kecenderungan jiwa (seseorang)
untuk menciptakan sesuatu yang baru/lain dari umum. Kecenderungan ini
memacu tumbuhnya ide-ide baru. Misalnya, Rianto mengangkat cerita
Maling Kundang yang lain menyimpang dari versi cerita yang
berkembang selama ini. Akan tetapi, ternyata para kritikus Sastra
menganggap itu sebagai sesuatu yang kreatif dan bermakna. (3)Kreatif
31
merupakan bentuk pikiran yang cenderung menentang arus. Orang yang
kreatif menyukai hal-hal yang rumit dan selalu berusaha menemukan
sesuatu yang belum pernah ditemukan orang lain. Misalnya, pemerintah
Indonesia terus berusaha meningkatkan pemanfaatan air sungai untuk
berbagai keperluan (4) Kreativitas bisa mengacu kepada pengertian hasil
yang baru, berbeda dengan yang pernah ada. Misalnya, puisi Sutardji
didominasi permainan bunyi yang banyak dikritisi oleh penyair saat itu.
Akan tetapi, pada akhirnya karya Sutardji diakui sebagai karya yang
membawa perubahan di Indonesia.
e. Tahap kegiatan menulis
Kegiatan menulis yang dilakukan sesungguhnya merupakan suatu
kegiatan tunggal jika yang ditulis hanyalah tulisan sederhana, pendek,
dan bahasanya sudah dikuasai. Akan tetapi, sebenarnya jika diamati
secara cermat kegiatan menulis adalah suatu proses. Artinya, kegiatan itu
melalui tiga tahap yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan dan tahap
revisi.
a) Tahap Prapenulisan
Tahap prapenulisan merupakan tahap persiapan menulis. Yang
pertama dilakukan adalah menentukan topik tulisan. Kemudian,
membatasi topik itu jika masih luas. Dengan membatasi topik sebenarnya
menentukan tujuan. Selanjutnya bahan penulisan dan sumbernya. Hal
yang tidak boleh dilupakan adalah menyusun kerangka tulisan
Penyusunan kerangka tulisan merupakan kegiatan terakhir pada
tahap prapenulisan masuk ke tahapan menulis yang sebenarnya. Untuk
itu, perlu untuk menilai kembali persiapan yang sudah dibuat dengan
32
mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai penulisan tujuan,
kelengkapan kerangka, kelogisan kerangka dan sebagainya.
b) Tahap penulisan
Pada tahap ini, penulis membahas setiap butir topik yang ada
dalam kerangka tulisan yang disusun. Hal ini berarti bahwa hendaknya
menggunakan bahan-bahan yang sudah diklasifikasi. Kadang-kadang
pada saat ini disadari bahwa masih diperlukan bahan lain. Dalam
pengembangan gagasan menjadi suatu tulisan yang utuh diperlukan
bahasa. Itulah sebabnya, seorang penulis harus mampu memilih kata dan
istilah yang tepat sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kata-kata itu
harus dirangkaikan menjadi kalimat-kalimat yang efektif. Selanjutnya,
kalimat-kalimat harus disusun menjadi paragraf yang memenuhi
persyaratan. tetapi itu saja belum cukup, tulisan harus menggunakan
ejaan yang berlaku dan disertai tanda baca yang tepat.
c) Tahap revisi
Jika sudah selesai, tulisan yang dibuat dibaca kembali. Tulisan
tersebut perlu direvisi (diperbaiki, dikurangi, atau diperluas) sebenarnya
revisi sudah dilakukan pada tahap penulisan berlangsung, revisi yang
dilakukan pada tahap ini adalah revisi secara menyeluruh sebelum
naskah ini diketik. Pada tahap ini biasanya penulis meneliti secara
menyeluruh mengenai, sistematika penulisan, ejaan tanda baca, pilihan
kata, hubungan antar kalimat dalam paragraf, dan hubungan antar
paragraf dalam karangan, jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi
persyaratan, maka selesailah tulisan tersebut.
33
4. Pembelajaran Menulis Berbasis Outbound
a. Hakikat Outbound
Pendidikan melalui kegiatan alam terbuka mulai dilakukan tahun 1821
disaat didirikannya Round Hill School Outbound Management Training. Secara
sistematik pendidikan melalui kegiatan outbound dimulai tahun 1941 di Inggris.
Lembaga pendidikan Outbound pertama dibangun oleh seorang pendidik
berkebangsaan Jerman bernama Kurt Hahn dan bekerja sama dengan
pedagang Inggris, Lawrence Holt. Pendidikan berdasarkan petualangan
(adventure based education) tersebut dilakukan dengan menggunakan kapal
layar kecil dengan tim penyelamat untuk mendidik para pemuda di zaman
perang. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran di kalangan kaum muda
bahwa tindakan mereka membawa konsekuensi dan menumbuhkan rasa
kebersamaan dan kasih sayang diantara mereka (Djamaludin, 2002).
Konsep pendidikan di alam terbuka kemudian berkembang sejak tahun
1970-an diseluruh dunia termasuk Indonesia. Banyak lembaga pendidikan
yang menerapkan outbound dalam proses pengajarannya.
Penggunaannya mulai memberikan kontribusi positif terhadap kesuksesan
belajar (www.outwardbound.org).
Berdasarkan sejarah yang telah dikemukakan, outbound adalah sebuah
cara untuk menggali diri sendiri, dalam suasana menyenangkan dan tempat
penuh tantangan yang dapat menggali dan mengembangkan potensi,
meninggalkan masa lalu, berada di masa sekarang dan siap menghadapi
masa depan, menyelesaikan tantangan, tugas-tugas yang tidak umum,
menantang batas pengamatan seseorang,
Outbound adalah sebuah petualangan yang berisi tantangan, bertemu
dengan sesuatu yang tidak diketahui tetapi penting untuk dipelajari,
34
belajar tentang diri sendiri, tentang lainnya dan semua tentang potensi diri
sendiri Anak dapat belajar mengenali kemampuannya serta kelemahannya
sendiri melaluikegiatan outbound.
Secara sederhana Outbound adalah kegiatan di alam terbuka. Outbound juga
dapat memacu semangat belajar serta kemandiriian seseorang, Outbound
merupakan sarana penambah wawasan dan pengetahuan yang didapat dari
serangkaian pengalaman berpetualangan, sehingga dapat memacu kreativitas
dan melatih kemandirian seseorang. (www.outboundprovider.com)
Dari uraian yang telah dikemukakan maka, outbound adalah kegiatan
diluar ruangan yang bersifat petualangan dan penuh tantangan sebagai proses
pembelajaran untuk menemukenali potensi-potensi anak sehingga anak dapat
mengenali dirinya sendiri.
2. Tujuan Outbound
Kegiatan outbound sangat berguna bagi pengembangan kualitas sumber
daya manusia dari segi mental maupun fisik baik bagi karyawan perusahaan,
professional ,maupun pelajar.Tujuan outbound adalah menggali dan
meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh anak melalui berbagai
permainan yang ada yang dibuat menantang melalui media alam.
Pada outbound, anak dituntut untuk belajar mandiri dalam arti luas muali
dari mengatasi rasa takut, ketergantungan pada orang lain, belajar
memimpin, mau mendengarkan orang lain, mau dipimpin dan belajar
percaya diri. Steven Habit mengatakan ada tujuh keterampilan untuk hidup,
yakni leadership life skill, learn to how, self confident, self awareness, skill
communication, management skill and team work. Dari kegiatan kreativitas itu
dilakukan melalui proses pengamatan, interprestasi, rekayasa dan eksperimen
yang dilakukan berdasarkan learning by doing yang berarti anak akan lebih
banyak memiliki kesempatan untuk menggali kemampuan dirinya sendiri
35
dengan mengalami sendiri / discovery learning sehingga anak mendapatkan
pengalaman untuk pembelajaran dirinya sendiri. Outbound memberikan proses
belajar sederhana dimana pengajaran atau pelatihan yang diberikan didesain
untuk memberikan semangat, dorongan dan kemampuan yang didasarkan
pada sebuah cara pendekatan pemecahan masalah. Ini akan memotivasi anak
dalam mengaktualisasikan dirinya sebagai perwujudan konsep diri positif.
(www.outwardbound.com)
Outbound adalah suatu program pembelajaran di alam terbuka yang
berdasarkan pada prinsip experiential learning (belajar melalui pengalaman
langsung) yang disajikan dalam bentuk permainan, simulasi, diskusi dan
petualangan sebagai media penyampaian materi. Artinya dalam
program outbound tersebut siswa secara aktif dilibatkan dalam seluruh kegiatan
yang dilakukan. Dengan langsung terlibat pada aktivitas (learning by doing)
siswa akan segera mendapat umpan balik tentang dampak dari kegiatan yang
dilakukan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengembangan diri
setiap siswa dimasa mendatang. Hal tersebut juga dapat diartikan bahwa
proses belajar dari pengalaman (experiental learning) dengan
menggunakan seluruh panca indera (global learning) yang nampaknya
rumit, memiliki kekuatan karena situasinya “memaksa” siswa memberikan
respon spontan yang melibatkan fisik, emosi, dan kecerdasan sehingga secara
langsung mereka dapat lebih memahami diri sendiri dan orang lain.
Melalui simulasi outdoor activities ini, siswa juga akan mampu
mengembangkan potensi diri, baik secara individu (personal
development) maupun dalam kelompok (team development) dengan melakukan
interaksi dalam bentuk komunikasi yang efektif, manajemen konflik, kompetisi,
kepemimpinan, manajemen resiko, dan pengambilan keputusan serta inisiatif.
Adapun tujuan outbound menurut Adrianus dan Yufiartiantara lain (1)
36
mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan siswa (2) berekspresi sesuai dengan
caranya sendiri yang masih dapat diterima lingkungan (3) mengetahui dan
memahami perasaan, pendapat orang lain dan memahami perbedaan (4)
membangkitkan semangat dan motivasi untuk terus terlibat dalam kegiatan-
kegiatan (5) lebih mandiri dan bertindak sesuai keinginan (6) lebih empati dan
sensitive dengan perasaan orang lain (7) mampu berkomunikasi dengan baik
(8) mengetahui cara belajar yang efektif dan kreatif (9) memberikan
pemahaman terhadap sesuatu tentang pentingnya karakter yang baik (10)
menanamkan nilai- nilai positif sehingga terbentuk karakter siswa melalui
berbagai contoh nyata dalam pengalaman hidup (11) membangun kualitas
hidup siswa yang berkarakter (12) menerapkan dan memberi contoh karakter
yang baik kepada lingkungan.
3. Pembelajaran menulis berbasis outbound di SD
Keberhasilan suatu pembelajaran sangat ditentukan oleh
rancangan yang disiapkan oleh guru. Oleh karena itu, membelajarkan
siswa menulis berbasis outbound harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga pencapaian tujuan yang diharapkan optimal. Adapun proses
atau tahapan rancangan pembelajaran menulis dengan aoutbound
diuraikan sebagai berikut.
Langkah pertama yang harus dilakukan bersama siswa adalah
mengidentifikasi topik yang akan dibahas dan ditulis. Dalam
mengidentifikasi topik, pertimbangan pedagogis yang penting
diperhatikan oleh guru adalah mengupayakan agar topik harus aktual dan
berorientasi pada minat dan kebutuhan yang dirasakan siswa. Jadi,
prinsipnya siswa diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk mencari
dan menentukan topik yang tentu saja dapat diarahkan kepada tema
pembelajaran. Akan tetapi, sebaiknya hal yang dikaji adalah berorientasi
37
kepada minat siswa yang merupakan masalah hangat dibicarakan.
Topik tersebut tidak perlu terikat dengan tema yang disodorkan dalam
standar isi karena semua pasti berhubungan. Hal ini dimaksudkan agar
masalah bisa berkembang lebih luas.
Pada pertemuan pertama, guru melakukan curah pendapat dengan
mengarahkan siswa untuk mengajukan topik yang paling aktual dan
menarik, atau penting akhir-akhir ini. Setiap siswa diharapkan
mengajukan satu topik secara terbuka. Setiap topik yang dikemukakan
oleh siswa diinventarisasi oleh guru dan dicatat/ditata secara acak di
papan tulis.
Setelah diidentifikasi topik dari siswa, selanjutnya dilihat
keterkaitan seluruh topik dan dipilih secara demokratis berdasarkan cara
siswa, misalnya; menentukan yang paling diminati dengan cara voting
atau dikaji keterhubungan antartopik. Jika dikaji keterhubungan, maka
topik yang mempunyai keterhubungan paling banyak yang ditetapkan
sebagai topik yang akan dibahas dan ditulis. Hal ini mencerminkan
bahwa topik yang penting, dibutuhkan, menarik bagi siswa dapat dilihat
dari keterhubungannya. Oleh karena itu, guru mengajak siswa berdiskusi
untuk menentukan ada-tidaknya hubungan antara satu topik dengan topik
lainnya beserta alasannya.
Selanjutnya, siswa membaca diagram keterhubungan tersebut dan
melihat topik yang mempunyai paling banyak garis keterhubungan.
Proses demikian tentu memberikan siswa pengalaman belajar yang
mendalam, sebab siswa digiring untuk menentukan, memahami,
menganalisis, dan mengkaji masalah yang akan ditulis. Dibanding siswa
langsung disuruh menulis dengan hanya menyodorkan tema atau
kerangka, tentu hal ini jauh lebih bermakna.
38
Sebelum pembagian tugas, siswa dilibatkan pula mengidentifikasi
hal sebagai berikut: (a) dalam bentuk apa informasi diperoleh, (b)
bagaimana memperolehnya, dan (c) di mana atau siapa informannya,
sesuai masalah yang dibahas. Siswa diajak untuk menentukan tugas
tersebut secara berkelompok atau individu.
Setelah siswa memahami hal tersebut, selanjutnya dilakukan
pembagian tugas. Pada dasarnya pembagian tugas dilakukan oleh siswa,
guru hanya mengarahkan atau memfasilitasi. Siswa diberikan kebebasan
untuk menentukan pembagian kerja yang dapat dilakukan secara
komplementer atau secara paralel. Komplementer, jika setiap kelompok
menyelesaikan subtopik yang berbeda untuk menyatukan persepsi
mengenai topik. Sedangkan paralel, jika semua kelompok mengerjakan
tugas yang sama, untuk melihat sudut pandang siswa pada topik yang
sama.
Pada pertemuan berikutnya (kedua), dilakukan pencarian dan
pengolahan informasi. Dalam pencarian informasi, siswa ditugaskan ke
sumber informasi dilengkapi dengan alat pengumpulan data sesuai
subtopik.
Jika bentuk tugas siswa tidak dapat terjangkau, maka dapat
diberikan alternatif yang bisa memberikan informasi seperti guru dan
kepala sekolah. Yang dipentingkan adalah siswa harus mengalami suatu
proses kreatif sehingga benar-benar menguasai yang hendak ditulis dan
membiasakan menemukan sendiri. Tidak hanya dijejali informasi
langsung yang dapat mengakibatkan anak tidak kreatif dan selalu
menunggu informasi dari guru saja. Dengan demikian, tentu jauh lebih
bermakna dan berdayaguna dibanding hanya disodorkan kerangka atau
gambar yang selama ini biasa digunakan.
39
Pertemuan berikutnya (ketiga), setiap kelompok mengolah
informasi tersebut di bawah pengawasan guru, sehingga menjadi suatu
pemahaman yang utuh dan lengkap mengenai subtopik yang menjadi
tugasnya. Setelah itu, dilakukan perpaduan informasi melalui pelaporan
dalam bentuk presentasi atau diskusi, untuk menghasilkan informasi
lengkap/terpadu dari setiap subtopik yang siap dibuat tulisan
Berdasarkan hasil rumusan tersebut, maka siswa mulai menulis /
mengarang secara lengkap dan terpadu. Dalam hal ini, sudah ditentukan
tugas individu atau kelompok kecil dalam menyusun sebuah tulisan.
Pembuatan tulisan sudah dapat diimplementasikan dengan teknik/teori
menulis yang sudah pernah diajarkan, demikian pula aspek-aspek
penilaian yang akan dinilai.
Penyajian berikutnya (keempat) adalah kegiatan puncak, yaitu
penyajian laporan dan penilaian.Tulisan yang telah dibuat oleh siswa
harus dilaporkan. Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk keseriusan
perhatian guru. Selama ini, tidak jarang guru yang menilai karangan siswa
hanya membaca saja, bahkan untuk mempersingkat waktu mungkin
hanya dilihat sepintas. Padahal, dibutuhkan latihan bagi siswa untuk
mengkomunikasikan idenya secara lisan, belajar
mempertanggungjawabkan hasil karyanya, melatih diri siswa berpikir
ilmiah dan bersikap kritis, dan yang paling penting adalah anak
membutuhkan pengakuan terhadap karyanya.
Pelaporan tulisan siswa dilakukan dengan presentasi dengan
tatacara pelaksanaan yaitu setiap kelompok terdiri dari tiga orang yakni
seorang presenter, seorang moderator, dan seorang sekretaris. Siswa
lain dalam hal ini menjadi penanggap/peserta. Sedangkan guru menjadi
pengarah dan pengamat.
40
Setelah presentasi, ditentukan karya terbaik, I, II, dan III
berdasarkan karya tulis dan kemampuan presentasi, ada baiknya
diberikan kompensasi atau rangsangan, misalnya diterbitkan pada
majalah dinding (jika ada) atau dikirim ke media cetak yang sesuai
setelah direvisi oleh guru untuk diterbitkan. Dengan begitu, anak merasa
karyanya dihargai dan merasakan kepuasan sehingga termotivasi untuk
selalu menulis
Selain kegiatan di atas, pada kesempatan tersebut, dikaji pula
bersama aspek pembelajaran bahasa lainnya secara terpadu baik
berdasarkan kemunculannya maupun diprogramkan sesuai alokasi
standar isi. Pembahasan seperti ini juga akan melahirkan suatu
keterpaduan antaraspek pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia,
seperti kosakata, lafal, ejaan, tanda baca, struktur, fungsi, dan
sebagainya. Selain itu, secara tidak langsung keterampilan berbahasa
lainnya seperti berbicara dan menyimak sudah diajarkan. Dengan
demikian, waktu empat kali pertemuan tidak sekedar digunakan untuk
pembelajaran menulis tetapi aspek lain, bahkan bidang studi lain dapat
terakomodasi.
Proses pembelajaran seperti di atas, tentu jauh lebih bermakna
dan menarik dibanding pembelajaran “efisien/praktis” (tidak
membutuhkan waktu banyak) yang hanya menyodorkan topik, judul, atau
kerangka. Selain itu, siswa memperoleh dampak pengiring (nurturant
effects) seperti sikap kritis, tangung jawab, keberanian, sikap ilmiah, dan
sebagainya.
5. Contoh rancangan pembelajaran
Keberhasilan suatu pembelajaran sangat ditentukan oleh
rancangan yang disiapkan oleh guru. Guru yang tidak melakukan
41
persencanaan dengan baik maka telah merencanakan kegagalan. Oleh
karena itu, membelajarkan siswa menulis dengan “Pembelajaran menulis
berbasis outbound” harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
pencapaian tujuan yang diharapkan optimal. Adapun proses atau tahapan
rancangan pembelajaran menulis dengan “Pembelajaran menulis
berbasis outbound” diuraikan sebagai berikut.
1. Identifikasi Topik
Langkah pertama yang harus dilakukan bersama siswa adalah
mengidentifikasi topik yang akan dibahas dan ditulis. Dalam
mengidentifikasi topik, pertimbangan pedagogis yang penting
diperhatikan oleh guru adalah mengupayakan agar topik harus aktual dan
berorientasi pada minat dan kebutuhan yang dirasakan siswa. Jadi,
prinsipnya siswa diberi kebebasan yang seluas-luasnya untuk mencari
dan menentukan topik yang tentu saja dapat diarahkan kepada tema
pembelajaran. Akan tetapi, ada baiknya hal yang dikaji adalah
berorientasi kepada minat siswa yang merupakan masalah hangat
dibicarakan. Topik tersebut tidak perlu terikat dengan tema yang
disodorkan dalam silabus karena semua pasti berhubungan. Hal ini
dimaksudkan agar masalah bisa berkembang lebih luas.
Pada pertemuan pertama, guru melakukan curah pendapat
dengan mengarahkan siswa untuk mengajukan tawaran tentang topik
yang paling aktual dan menarik, atau penting akhir-akhir ini. Setiap siswa
diharapkan mengajukan satu topik secara terbuka. Setiap topik yang
dikemukakan oleh siswa diinventarisasi oleh guru dan dicatat/ditata
secara acak di papan tulis.
42
2. Penetapan Topik
Setelah diidentifikasi topik dari siswa, selanjutnya dilihat
keterkaitan seluruh topik dan dipilih secara demokratis berdasarkan cara
siswa, misalnya; menentukan yang paling diminati dengan cara voting
atau dikaji keterhubungan antartopik. Jika dikaji keterhubungan, maka
topik yang mempunyai keterhubungan paling banyak yang ditetapkan
sebagai topik yang akan dibahas dan ditulis. Hal ini mencerminkan
bahwa topik yang penting, dibutuhkan, menarik bagi siswa dapat dilihat
dari keterhubungannya. Oleh karena itu, guru mengajak siswa berdiskusi
untuk menentukan ada-tidaknya hubungan antara satu topik dengan topik
lainnya beserta alasannya.
Contoh hasil diskusi sebagai berikut:
a. Tawuran pelajar berhubungan dengan:
Kemacetan lalulintas bisa diakibatkan oleh tawuran pelajar.
Kebakaran bisa terjadi karena tawuran.
Tawuran dapat menjalar pada perampokan/penjarahan.
Acara TV dapat berdampak pada tawuran karena sadisme.
Akibat tawuran dapat berpengaruh pada prestasi menurun (UAN).
Kepadatan penduduk berpengaruh pada pembinaan moral
yang.berdampak pada tawuran pelajar.
b. Narkoba berhubungan dengan:
Akibat ketagihan narkoba bisa melakukan
perampokan/pencurian.
Pengedaran narkoba bisa memanfaatkan pengasong.
Akibat kecanduan narkoba prestasi belajar (UAN) siswa menurun.
c. Kemacetan lalulintas berhubungan dengan:
43
Kemacetan lalulintas bisa memberi peluang melakukan tawuran.
Kemacetan lalulintas bisa diakibatkan oleh kepadatan penduduk.
Kemacetan lalulintas dapat menyebabkan polusi.
Pengemis dapat memacetkan lalulintas.
Pengasong dapat memacetkan lalulintas.
Kehabisan BBM mengakibatkan kemacetan lalulintas
d. Lapangan kerja berhubunga dengan:
Kepadatan penduduk mengakibatkan ketidakseimbangan
lapangan kerja.
Kurangnya lapangan kerja mengakibatkan banyak pengemis.
Kurangnya lapangan kerja mengakibatkan banyak pengasong.
Kurangnya lapangan kerja mengakibatkan banyak orang yang
merampok/menjambret.
e. Kepadatan penduduk berhubungan:
Kepadatan penduduk mengakibatkan ketidakseimbangan
lapangan kerja.
Kepadatan penduduk mengakibatkan ketidakseimbangan
lapangan kerja
Kebakaran dapat diakibatkan oleh padatnya penduduk yang
mendiami suatu daerah
Lalulintas macet karena kepadatan penduduk
f. Kebakaran berhubungan dengan:
Kebakaran dapat diakibatkan oleh padatnya penduduk yang
mendiami suatu daerah
Kebakaran bisa terjadi karena tawuran.
Kebakaran bisa menyebakan polusi.
44
Perampok bisa melakukan pembakaran.
g. Pertelevisian berhubungan dengan:
Tawuran dapat terjadi karena pengaruh/dampak dari acara TV.
h. Polusi udara berhubungan dengan:
Kebakaran bisa menyebakan polusi.
Kemacetan lalulintas dapat menyebabkan polusi.
i. Pengemis berhubungan dengan:
Pengedaran narkoba bisa memanfaatkan pengasong.
Pengemis dapat memacetkan lalulintas.
Kurangnya lapangan kerja mengakibatkan banyak pengemis dan
pengasong.
j. Pengasong berhubungan dengan :
Kurangnya lapangan kerja mengakibatkan banyak pengasong.
Banyaknya penduduk mengakibatkan banyaknya pengasong.
k. Pencurian/perampokan berhubungan dengan:
Akibat ketagihan narkoba bisa melakukan
perampokan/pencurian.
Kemacetan lalulintas dapat memberi peluang kepada
perampokan/pencurian/penjambretan.
l. UN berhubungan dengan:
Akibat ketagihan narkoba bisa menurunkan prestasi belajar .
Akibat tawuran bisa menurunkan prestasi belajar siswa.
Selanjutnya, siswa disuruh membaca keterhubungan tersebut dan
melihat topik yang mempunyai paling banyak garis keterhubungan.
Sesuai dengan diagram di atas, maka tentu secara bersama-sama, siswa
menetapkan topik yang akan dibahas dan ditulis adalah ‘tawuran pelajar’
45
atau kemacetan lalu lintas. Proses demikian tentu memberikan siswa
pengalaman belajar yang mendalam, sebab siswa digiring untuk
menentukan, memahami, menganalisis, dan mengkaji masalah yang
akan ditulis. Dibanding siswa langsung disuruh menulis dengan hanya
menyodorkan tema atau kerangka, tentu hal ini jauh lebih bermakna.
Selain itu, juga merupakan upaya mengkaji dan menyikapi tawuran
pelajar sebagai bentuk kepedulian terhadap masalah lingkungan. Hal
ini tentu sangat relevan dengan konsep pembelajaran kontektual atau
Contekstual Teaching and Learning (CTL).
2. Pengembangan Topik
Topik yang akan ditulis oleh siswa perlu dikembangkan agar lebih
spesifik melalui diskusi kelompok sehingga siswa tergiring untuk
menghasilkan subtopik dari ramuan beberapa leompoknseperti berikut.
a. Kondisi tawuran pelajar dewasa ini
b. Penyebab tawutan pelajar
c. Akibat tawuran pelajar
d. Upaya penanggulangan tawuran pelajar
e. Tawuran ditinjau dari segi agama
Selanjutnya masing-masing subtopik didiskusikan lagi lebih rinci
sehingga menjadi kerangka yang siap dikembangakan menjadi karangan,
dengan membagi topik tersebut dalam lima kelompok. Setiap kelompok
memaparkan secara kolaboratif kepada kelompok lain dengan cara lima
orang anggota menyebar ke kelompok lain untuk mencari informasi
mengani pengembangan subtopik lalu kembali kekelompoknya untuk
melengkapi seluruh subtopik. Hasil pengembangan diharapkan seperti
contoh berikut:
46
a. Kondisi tawuran pelajar dewasa ini
frekuensi terjadinya
lokasi kejadian yang paling sering.
bentuk-bentuk tawuran
kerugian-kerugian nyawa
kerugian-kerugian harta
b. Penyebab tawuran pelajar
penyebab sebagai dampak acara tv,
pengaruh orang tua,
pengaruh dari segi sekolah,
pengaruh lingkungan masyarakat.
c. Akibat tawuran
akibat dari segi ekonomi,
akibat dari segi sosial,
akibat dari segi budaya,
akibat dari segi politik,
akibat dari segi lingkungan,
akibat dari segi keamanan.
akibat dari segi agama
d. Upaya penanggulangan
pendekatan agama,
pendekatan sekolah,
pendekatan orang tua,
pendekatan aparat keamanan.
e. Tawuran ditinjau dari segi agama
dari segi hukum/dalil agama,
47
dari segi adab,
dari segi budi pekerti,
dari segi akhlak,
Sebelum pembagian tugas, siswa dilibatkan pula mengidentifikasi
hal sebagai berikut: (a) dalam bentuk apa informasi diperoleh, (b)
bagaimana memperolehnya, dan (c) di mana atau siapa informannya,
sesuai masalah yang dibahas. Siswa diajak untuk menentukan tugas
tersebut secara berkelompok atau individu.
Setelah siswa memahami hal tersebut, selanjutnya dilakukan
pembagian tugas. Pada dasarnya pembagian tugas dilakukan oleh siswa,
guru hanya mengarahkan atau memfasilitasi. Siswa diberikan kebebasan
untuk menentukan pembagian kerja yang dapat dilakukan secara
komplementer atau secara paralel. Komplementer, jika setiap kelompok
menyelesaikan subtopik yang berbeda untuk menyatukan persepsi
mengenai topik. Sedangkan paralel, jika semua kelompok mengerjakan
tugas yang sama, untuk melihat sudut pandang siswa pada topik yang
sama.
Pada contoh subtopik di atas, misalnya, disepakati dengan cara
komplementer, maka siswa dibagi menjadi lima kelompok, yaitu:
a. Kelompok I mencari dan mengkaji subtopik kondisi tawuran pelajar
dewasa ini.
b. Kelompok II mencari dan mengkaji subtopik penyebab tawuran
pelajar.
c. Kelompok III mencari dan mengkaji subtopik akibat tawuran pelajar.
d. Kelompok IV mencari dan mengkaji subtopik cara penanggulangan
tawuran pelajar.
48
e. Kelompok V mencari dan mengkaji subtopik tinjauan tawuran dari
segi agama
Jika siswa cukup banyak, maka kelompok tersebut dapat dibuat
dua sesi sehingga terdiri sepuluh kelompok empat sub topik.
5. Pencarian Informasi
Pada pertemuan selanjutnya (kedua), dilakukan penyelidikan/
pencarian informasi melalui survei/wawancara dan pengolahan
data/informasi sebagimana uraian berikut.
Dalam melakukan survei/wawancara atau pencarian informasi,
siswa ditugaskan ke sumber informasi dilengkapi dengan alat
pengumpulan data (instrumen) sesuai subtopik. Tugas tersebut dapat
dibagi sebagaimana contoh berikut.
a. Kelompok I : Mencari informasi ke lapangan dan ke kantor polisi
terdekat.
b. Kelompok II : Mencari inforasi kepada sosiolog, kriminilog, ulama,
polisi, dsb.
c. Kelompok III : Mencari informasi kepada pemerintah daerah, polisi,
dsb.
d. Kelompok IV : Mencari informasi kepada guru, sosiolog, ulama,
polisi, dsb.
e. Kelompok V : Mencari informasi kepada ulama atau guru agama.
Jika tugas siswa tidak dapat terjangkau, maka diberikan alternatif
yang bisa memberikan informasi misalnya guru dan kepala sekolah. Yang
dipentingkan adalah siswa harus mengalami suatu proses pengkajian dan
kreatif sehingga benar-benar menguasai masalah yang hendak ditulis dan
membiasakan menemukan sendiri. Tidak hanya dijejali informasi
49
langsung yang dapat mengakibatkan siswa tidak kreatif dan selalu
menunggu informasi dari guru saja. Tentu ini jauh lebih bermakna dan
berdayaguna dibanding hanya disodorkan kerangka seperti yang selama
ini dilakukan.
6. Pengolahan data/penyusunan laporan
Pertemuan berikutnya (ketiga), setiap kelompok mengolah
informasi tersebut melalui kolaborasi/kooperatif dengan cara setiap
anggota kelompok menyebar ke kelompok lain untuk menyampaikan hasil
wawancara/observasi (data) sekaligus menerima hasil dari kelompok lain.
Dengan cara ini masalah yang dikaji menjadi suatu pemahaman
yang utuh dan lengkap mengenai semua subtopik lengkap dan akurat.
Selain itu, dapat dilakukan perpaduan informasi melalui pelaporan dalam
bentuk presentasi atau diskusi, untuk menghasilkan informasi lengkap
dan terpadu dari setiap subtopik yang siap dibuat tulisan.
Berdasarkan hasil rumusan tersebut, maka siswa mulai
menulis/mengarang secara lengkap. Dalam hal ini, sudah ditentukan
tugas individu dalam menyusun sebuah karangan. Pembuatan tulisan
sudah dapat diimplementasikan dengan teknik/teori menulis yang sudah
pernah diajarkan, demikian pula aspek-aspek penilaian yang akan dinilai.
Tulisan dapat dipilih dalam bentuk laporan ilmiah populer atau ilmiah,
bergantung pilihan yang akan dialtihkan kepada siswa.
7. Penyajian Karangan dan Penilaian
Pertemuan berikutnya (keempat) adalah kegiatan puncak, yaitu
penyajian laporan dan penilaian. Tulisan yang telah dibuat oleh siswa
harus dilaporkan. Hal ini dimaksudkan sebagai bentuk keseriusan
perhatian guru. Selama ini, tidak jarang guru yang menilai karangan siswa
hanya membaca saja, bahkan untuk mengefisiensi waktu mungkin hanya
50
dilihat sepintas. Padahal, dibutuhkan latihan bagi siswa untuk
mengkomunikasikan idenya secara lisan, belajar
mempertanggungjawabkan hasil karyanya, melatih diri siswa berpikir
ilmiah dan bersikap kritis, dan yang paling penting adalah anak
membutuhkan pengakuan terhadap karyanya.
Pelaporan tulisan siswa dilakukan dengan presentasi dengan tata
cara pelaksanaan yaitu setiap kelompok terdiri dari tiga orang yakni
seorang presenter, seorang moderator, dan seorang sekretaris. Siswa
lain dalam hal ini menjadi penanggap/peserta. Sedangkan guru menjadi
pengarah dan pengamat.
Adapun karya tulis siswa dinilai pada beberapa aspek sesuai
dengan penilaian pada umumnya, yaitu penyajian/penuangan ide dan
sistematika, penalaran, penggunaan bahasa yang meliputi; pilihan kata,
kalimat efektif, kepaduan paragraf, ejaan, dan tanda baca dengan
menggunakan contoh format sebagai berikut.
FORMAT PENILAIAN KARANGAN
No Aspek Penilaian Skor Nilai Akhir 1. 2. 3.
Penuangan ide dan sistematika Penalaran Penggunaan bahasa a. Pilihan kata b. Kalimat efektif c. Paragraf d. Ejaan dan tanda baca
40 25 15 10 5 5 5 5
Jumlah: 100
Setelah presentasi, ditentukan karya terbaik, I, II, dan III
berdasarkan karya tulis dan kemampuan presentasi, ada baiknya
diberikan kompensasi atau rangsangan, misalnya diterbitkan pada
majalah dinding atau dikirim ke media cetak yang relevan. Dengan
51
demikian, siswa puas karena karyanya dihargai sehingga termotivasi
untuk selalu menulis.
Selain kegiatan di atas, pada kesempatan tersebut, dikaji pula
bersama aspek pembelajaran bahasa lainnya secara terpadu baik
berdasarkan kemunculannya maupun diprogramkan sesuai alokasi
GBPP. Pembahasan seperti ini juga akan melahirkan suatu keterpaduan
antaraspek pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia, seperti
kosakata, lafal, ejaan, tanda baca, struktur, fungsi, dan sebagainya.
Selain itu, secara tidak langsung keterampilan berbahasa lainnya seperti
berbicara dan menyimak sudah diajarkan. Dengan demikian, waktu
empat kali pertemuan tidak sekadar digunakan untuk pembelajaran
menulis tetapi aspek lain, bahkan beberapa aspek pada bidang studi lain
dapat terakomodasi.
Proses pembelajaran seperti di atas, tentu jauh lebih bermakna
dan menantang dibanding pembelajaran “efisien/praktis” (tidak
membutuhkan waktu banyak) yang hanya menyodorkan topik, judul, atau
kerangka. Selain itu, siswa memperoleh dampak pengiring (nurturant
effects) seperti sikap kritis, tangung jawab, keberanian, sikap ilmiah, dan
sebagainya.
8. Penilaian
Penilaian dalam teknik ini dilakukan terhadap dua hal pokok yaitu:
a. Pengamatan proses
Pengamatan dilakukan terhadap seluruh kegiatan mulai
perencanaan hingga pelaksanaan yang menyangkut beberapa hal seperti
antusias belajar, produktivitas, sikap kritis, dan partisipasi dalam kegiatan,
dengan menggunakan contoh format berikut.
52
FORMAT PENGAMATAN PROSES
No
Nama Siswa
Aspek Penilaian/Skor Jumla
h
Nilai
Ket. 1 2 3 4
1 2 3
dst.
Keterangan:
a. 1 : aspek antusias,
2 : partisipasi,
3 : sikap kritis,
4 : produktivitas/prakarsa
b. Sikap dinilai secara kualitatif dengan skala nilai 1-5
c. Penentuan nilai menggunakan rumus : n/Nx10.
n: skor perolehan
N: Skor tertinggi (40)
Contoh: Siswa mendapat skor 34, maka nilai siswa adalah
34/40x10=8,5
b. Karangan dan Presentasi
Karangan dan presentasi dinilai sesuai dengan format. Untuk
menentukan hasil akhir, baik karangan maupun presentasi menggunakan
rumus yang sama: n:/Nx10 dengan skala nilai 1-10. Nilai kedua
komponen tersebut dijumlah lalu dibagi dua:
(NA= Karangan + Presentasi/ 2)
B. Kerangka Pikir
Tulisan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa aspek keterampilan
berbahasa yang diajarkan di SD terdiri atas empat aspek. Satu di
antaranya adalah keterampilan menulis. Dalam pengajaran keterampilan
53
menulis, perlu menggunakan/ mengembangkan strategi atau metode baru
dalam proses pembelajarannya, sehingga hasil yang dicapai efektif.
Strategi yang dianggap baik dikembangkan adalah strategi pembelajaran
menulis berbasis outbound. Untuk mengetahui keefektifan strategi ini,
maka diadakan uji coba dan hasilnya dibandingkan dengan kemampuan
menulis siswa sebelum dilakukan uji coba, lalu ditarik sebuah kesimpulan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir berikut.
BAGAN KERANGKA PIKIR
UJI COBA PEMBELAJARAN MENULIS BERBASIS OUTBOUND
KETERAMPILAN MENULIS
PERBANDINGAN
Analisis
Kemampuan Menulis Pembelajaran Berbasis Outbound
Kemampuan Menulis Teknik Konvensional
Temuan (Efektif/Tidak
Efektif)
54
C. Hipotesis
Sebagai pengarah penelitian ini dikemukakan hipotesis yang
berbunyi:
Hi : Pembelajaran menulis berbasis outbound efektif terhadap
peningkatan hasil belajar menulis siswa kelas VI SD Negeri 24
Macangan Kecamatan Tanete Riattang Barat,Kabupaten Bone
Ho : Pembelajaran menulis berbasis outbound tidak efektif terhadap
peningkatan hasilbelajar menulis siswa kelas VI SD Negeri 24
Macangan Kecamatan Tanete Riattang Barat,Kabupaten Bone
Hipotesis di atas diuji dengan kriteria : Hipotesis nol (Ho) diterima
apabila nilai empiris rendah daripada nilai teoretis dengan
analisis uji “t” pada taraf signikansi 0,05.
55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Penelitian ini menguji dua variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mendahului atau
mempengaruhi varibel yang terikat. Sedangkan variabel terikat adalah
variabel yang merupakan akibat atau yang tergantung pada varibel yang
mendahuluinya.
Berdasarkan masalah penelitian ini maka yang menjadi variabel
dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas (independen) adalah pembelajaran menulis berbasis
outbound
b. Variabel terikat (dependen) adalah hasil belajar menulis siswa kelas
VI SD Negeri 24 Macanang Kecamatan Tanete Riattang Barat
Kabupaten Bone (Y).
B. Desain Penelitian
Desain penelitian pada hakekatnya merupakan tahap atau strategi
yang bersifat teknis dalam melakukan suatu penelitian guna memperoleh
suatu informasi atau data dan menganalisisnya untuk dapat menarik
kesimpulan sebagai hasil akhir dalam penelitian. Langka awal yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah mengadakan penelitian pustaka.
Dari penelitian pustaka ini ditetapkan variabel secara operasional,
membuat hipotesis berdasarkan masalah penelitian dan mengumpulkan
bahan-bahan yang mendukung penelitian. Langkah selanjutnya adalah
menetapkan metode penelitian yaitu metode eksperimen, untuk uji coba
56
kemampuan menulis siswa dengan menggunakan pembelajaran menulis
berbasis outbound. Langkah terakhir adalah memberi evaluasi kepada
siswa sampel .
C. Definisi Operasional Variabel
Untuk lebih mudah memahami penelitian ini dan menghindari
kesimpangsiuran pemahaman dalam penulisan ini maka dikemukakan
definisi operasional variabel sebagai berikut.
1. Pembelajaran menulis berbasis outbound adalah strategi
pembelajaran menulis yang berupaya melibatkan siswa melakukan
pengamatan dan mengkaji atau investigasi ke objek dengan melalui
tahapan menentukan topik, melakukan pengamatan, menulis , dan
melaporkan.yang dilakukan di alam terbuka
2. Hasil belajar menulis adalah kemampuan atau kompetensi menulis
siswa secara utuh dengan kriteria yang jelas sebagai dampak dari
proses pembelajaran menulis.
D. Populasi dan sampel
Populasi adalah objek yang menjadi sasaran penelitian. Winardi,
(Syamsyah, 2003: 28) mengemukakan bahwa “Populasi adalah
kelompok semua elemen yang mengandung keterangan yang diperlukan
guna menjelaskan koheren problem, guna menentukan sebuah problem
atau untuk alasan-alasan lainnya”
Berdasarkan definisi di atas, maka populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri 24 Macanang Kecamatan
Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone tahun pelajaran 2015/2016
sejumlah 64 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
57
Tabel 1. Deskripsi Keadaan Populasi
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1.
2.
VI A
VI B
16
17
18
17
34
34
33 35 68
Sumber: Absen Umum SD Negeri 24 Macanang Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone tahun pelajaran 2015/206
Berdasarkan karakteristik penelitian yakni membutuhkan dua
kelompok yaitu kelompok ekperimen dan kelompok kontrol, maka
populasi penelitian anya dibagi dua saja dengan terlebih dahulu
menyamakan kemampuan awal dalam menulis melalui tes menulis
seingga kemampuan kedua kelompok tersebut relatif sama. Adapun
sampel penelitian yaitu:
Tabel 2. Deskripsi Keadaan Sampel
No Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah
1.
2.
Eksperimen
Kontrol
16
17
18
17
34
34
33 35 68
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan teknik
sebagai berikut :
58
1. Teknik Dokumentasi
Teknik pengumpulan data melalui metode dokumentasi ini
dimaksudkan untuk memperoleh data awal tentang hasil belajar menulis
siswa melalui hasil ulangan harian pada buku daftar nilai.
2. Teknik Tes
Teknik tes dalam penelitian digunakan untuk memperoleh data
hasil belajar siswa sesudah penggunaan pembelajaran menulis berbasis
outbound maupun konvensional dalam pembelajaran menulis berupa tes
hasil belajar menulis. Hasil belajar menulis siswa kelas VI SD Negeri 24
Macanang Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone
menggunakan kriteria sebagai mana matrik berikut.
No Aspek Penilaian Skor
1.
2.
3
4
Kelengkapan data
Sistematika
Isi
Bahasa (Pilihan kata, Kalimat efektif, Ejaan dan Tanda Baca)
20
20
40
20
Jumlah: 100
3. Observasi
Metode observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran selama penelitian, yang ditinjau dari segi
afektif dan psikomotorik siswa (penunjang)
59
F. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini adalah data hasil
belajar berupa angka-angka. Data tersebut dianalisis untuk mengetahui
keefektifan pembelajaran menulis berbasis outbound terhadap hasil
belajar menulis siswa kelas VI SD Negeri 24 Macanang Kecamatan
Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone Makassar digunakan metode
eksperimen. Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah desain
kelas eksperimen dan kelas kontrol“. Rancangan analisis ini
menggunakan langkah-langkah penelitian terhadap kelompok populasi
dengan mengujicobakan pembelajaran menulis berbasis outbound dalam
pelajaran menulis pada kelompok eksperimen dan teknik konvensional
pada kelompok kontrol. Pada akhir pelaksanaan pembelajaran dilakukan
test hasil belajar pada kedua kelompok populasi yakni tes keterampilan
menulis. Hasil dari tes dibandingkan dengan teknik t - test dengan
rumus:
Atau dapat juga menggunakan analisis komputer program SPSS.
(Surakhmat, 1994:122)
n21
n11
2 - n2) (n1SSy SSx
Y
X t -
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Hasil Analisis Data
Pada bagian ini diuraikan secara rinci hasil penelitian dengan
memaparkan bukti empiris yang diperoleh dari penelitian. Pemaparan ini merujuk
pada rumusan masalah yaitu bagaimanakah keefektifan pembelajaran
menulis berbasis outbound terhadap hasil belajar menulis siswa kelas VI
SD Negeri 24 Macanang Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten
Bone? Keefektifan tersebut dilihat dari perbandingan hasil belajar menulis
menulis menggunakan teknik outbound dan teknik menulis konvensional.
Oleh karena itu, dikemukakan rumusan masalah secara spresifik yaitu (1)
Bagaimana tingkat kemampuan menulis siswa kelas VI SD Negeri 24
Macanang Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone
menggunakan teknik konvensional? (2) Bagaimana tingkat kemampuan menulis
siswa kelas VI SD Negeri 24 Macanang Kecamatan Tanete Riattang
Barat Kabupaten Bone menggunakan teknik outbond? (3) adakah pebedaan
yang signifikan antara hasil belajar menulis menggunakan teknik konvensional
dan outbound siswa kelas VI SD Negeri 24 Macanang Kecamatan Tanete
Riattang Barat Kabupaten Bone?
Untuk membahas masalah tersebut di atas, maka data dalam penelitian
ini dianalisis sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan pada bab III.
Adapun data yang dianalisis adalah hasil belajar menulis siswa yang
diajar menggunakan teknik konvensional dan hasil belajar menulis siswa yang
diajar menggunakan outbound. Untuk lebih jelasnya data tersebut diuraikan
sebagai berikut.
61
1. Tingkat kemampuan menulis siswa kelas VI SD Negeri 24 Macanang Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone menggunakan teknik konvensional
Berdasarkan hasil analisis data terlihat bahwa skor perolehan tertinggi
hasil belajar menulis siswa kelas VI SD Negeri 24 Macanang Kecamatan
Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone menggunakan teknik konvensional
adalah 76 dari skor maksimun 100 sebanyak dua orang, sedangkan skor
terendah adalah 50 yang diperoleh satu orang. Jumlah skor seluruh siswa
yaitu 4146 sehingga rata-rata skor perolehan siswa adalah 65,80952. Skor hasil
belajar menulis menggunakan teknik konvensional secara lengkap dapat dilihat
pada lampiran 1.
2. Tingkat kemampuan menulis siswa kelas VI SD Negeri 24 Macanang Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone menggunakan outbound
Berdasarkan hasil analisis data terlihat bahwa skor perolehan tertinggi
hasil belajar menulis sebelum dilakukan uji coba teknik outbound adalah 80 dari
skor maksimun 100 sebanyak dua orang, sedangkan skor terendah adalah 66
yang diperoleh satu orang. Jumlah skor seluruh siswa yaitu 4518 sehingga
rata-rata skor perolehan siswa adalah 71,7302. Skor hasil belajar menulis
sesudah uji coba outbound secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 2.
3. Uji efektivitas teknik outbound terhadap pembelajaran menulis siswa kelas VI SD Negeri 24 Macanang Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone (Uji t)
Analisis perbandingan hasil belajar menulis pada kedua tes (X) dan (Y)
dapat dilihat pada tabel kerja, (tabel uji ‘t’) sebagaimana berikut.
62
Tabel 3. Tabel Kerja Uji t
No X X2 Y Y2
1 70 4900 66 4356
2 70 4900 64 4096
3 75 5625 68 4624
4 70 4900 67 4489
5 69 4761 61 3721
6 75 5625 67 4489
7 69 4761 61 3721
8 75 5625 71 5041
9 80 6400 76 5776
10 78 6084 76 5776
11 69 4761 65 4225
12 69 4761 63 3969
13 68 4624 50 2500
14 67 4489 54 2916
15 67 4489 56 3136
16 81 6561 75 5625
17 70 4900 65 4225
18 70 4900 66 4356
19 70 4900 66 4356
20 70 4900 68 4624
21 70 4900 67 4489
22 71 5041 67 4489
63
23 78 6084 75 5625
24 76 5776 72 5184
25 78 6084 73 5329
26 67 4489 65 4225
27 70 4900 65 4225
28 69 4761 61 3721
29 73 5329 59 3481
30 73 5329 67 4489
31 70 4900 61 3721
32 70 4900 63 3969
33 69 4761 65 4225
34 68 4624 65 4225
2434 174744 2230 147418
Selanjutnya dianalisis dengan langkah sebagai berikut.
X 2334 Mx = =
n1 34
= 71,59
Y 2230
My = = N2 34
= 65, 59
SSx = X2
(x)2 n1
SSx = 174744-174245,8
= 498,24
64
SSy = Y2
(Y)2 N2
SSy = 147418- 146261,8
= 1156,24
Selanjutnya, dianalisis dengan menggunakan rumus uji sebagai berikut.
71,59-65,59 t= √ (498,24+1156,24) (1+1)
34+34-2 34 6,00
t= √ (1654,48) (2) 66 34
6,00 t= √ (25,07) (0,06)
6,00 t= √ 1,50
t= 6,00/1,22
t= 4,92
Secara deskriptif dapat dikemukakan bahwa data kedua kelompok
variabel diringkas sebagai berikut.
X : 71,59
Y : 65,59
SSx : 498,24
n21
n11
2 - n2) (n1SSy SSx
Y
X t -
65
SSy : 1156,24
ta : 4,92
tt : 1,67
4. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil pengolahan dan penyajian data, maka dapat
dipaparkan pengujian hipotesis bahwa hasil analisis data diperoleh nilai “t”
empiris (hitung) sama dengan 4,92 sedangkan nilai teoretis pada taraf signifikan
0,05 dengan drajat bebas (db) sama dengan 66, ditemukan nilai tabel sebesar
1,67. Hal ini menunjukkan bahwa nilai t empiris lebih besar daripada nilai t
teoretis (tabel) (4,92>1,67). Oleh karena itu, berdasarkan kriteria pengujian
hipotesis yang telah dirumuskan yaitu apabila nilai empiris lebih besar daripada
nilai teoretis, maka hipotesis alternatif diterima, maka hipotesis alternatif
berbunyi “Pembelajaran menulis berbasis outbound efektif terhadap
peningkatan hasil belajar menulis siswa kelas VI SD Negeri 24
Macangan Kecamatan Tanete Riattang Barat,Kabupaten Bone” diterima.
Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa hipotesis nol yang berbunyi
“Pembelajaran menulis berbasis outbound tidak efektif terhadap
peningkatan hasilbelajar menulis siswa kelas VI SD Negeri 24 Macangan
Kecamatan Tanete Riattang Barat,Kabupaten Bone” ditolak pada taraf
signifikansi 95%.
B. Pembahasan
Hasil analisis data yang telah diuraikan di atas dapat dijelaskan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar menulis siswa kelas VI
SD Negeri 24 Macanang Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone
menggunakan teknik konvensional dan pembelajaran menulis dengan
menggunakan teknik outbound, yakni lebih tinggi hasil belajar menulis siswa
66
menggunakan teknik outbound dengan rata-rata 65,8<171,73. Selain itu, nilai t
empiris lebih besar daripada nilai t teoretis (tabel) (4,92>1,67). Jika mengacu
pada kriteria pengujian hipotesis yang telah dirumuskan yaitu hipotesis nol (ho)
yang berbunyi Ho : Pembelajaran menulis berbasis outbound tidak efektif
terhadap peningkatan hasilbelajar menulis siswa kelas VI SD Negeri 24
Macangan Kecamatan Tanete Riattang Barat,Kabupaten Bone, ditolak
dan hipotesis alternatif (ha) yang berbunyi “Pembelajaran menulis berbasis
outbound efektif terhadap peningkatan hasilbelajar menulis siswa kelas VI
SD Negeri 24 Macangan Kecamatan Tanete Riattang Barat,Kabupaten
Bone,” diterima. Artinya, teknik outbound efektif terhadap peningkatan hasil
belajar menulis siswa kelas VI SD Negeri 24 Macangan Kecamatan
Tanete Riattang Barat,Kabupaten Bone
Dari hasil penelitian ini dapat dipahami bahwa salah satu upaya efektif
untuk meningkatkan hasil belajar menulis siswa di sekolah dasar adalah
menggunakan teknik outbound. Hal ini telah dibuktikan dengan hasil uji coba
yang menunjukkan efektif terhadap hasil belajar menulis siswa .
Kondisi objektif di lapangan menunjukkan bahwa salah satu kesulitan
dalam menulis bagi siswa sekolah dasar adalah sulitnya menuangkan gagasan
secara runtut dalam bentuk tulisan dengan baik sesuai kerangka. Selain itu,
siswa kesulitan membangun kerangka yang menjembatani pemikirannya untuk
ditulis demikian halnya akurasi data yang akan ditulis merupakan masalah
mendasar. Dengan demikian, teknik outbound merupakan alternatif yang efektif
dalam meningkatkan hasil belajar menulis di sekolah dasar. Dalam
menggunakan teknik outbound siswa terbantu dalam membuat kerangka dan
fakta serta data yang akan ditulis. Teknik outbound dapat menjadi pemicu
pengetahuan siswa dalam mengembangkan kreativitas untuk menulis. Oleh
karena itu, tidak ada salahnya teknik outbound ini dijadikan bahan pemikiran
67
untuk dikembangkan dalam pembelajaran menulis di sekolah dasar. Hal ini
sangat memungkinkan dilakukan karena selain sangat mudah diterapkan oleh
guru juga menyenangkan bagi siswa, serta memberi pengalaman belajar lintas
mata pelajaran atau terpadu.
Hal ini sesuai pandangan Horn (1988) bahwa dalam menerapkan
pembelajaran outbound terdapat kelebihan yang dapat diperoleh yaitu dapat
memotivasi siswa, membantu siswa untuk melihat keterhubungan antargagasan
sehingga mudah menulis apa yang akan ditulis. Halini juga sejalan dengan
Landasan pembelajaran terpdu mencakup: Landasan filosofis dalam
pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1)
progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme
memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan
kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan
memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman
langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut
aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia
mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena,
pengalaman dan lingkungannya.
Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada
anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa.
Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang
berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin
tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran
humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan
motivasi yang dimilikinya (Indrawati. 2009).
Hal ini juga sejalan dengan pandangan Fogarty (1991) mengemukakan
bahwa pada dasarnya siswa memahami konsep keterpaduan secara vertikal
maupun secara horizontal. Keterpaduan secara vertikal berlangsung dari materi
pembelajaran yang terendah hingga berlanjut ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi (sekolah lanjutan). Pemahaman terhadap suatu topik/konsep diharapkan
68
akan dapat membangun dasar pemahaman topik/konsep berikutnya, melalui
konsep keterpaduan yang selalu bersinergi. Sementara pemahaman secara
horizontal merupakan keterpaduan yang merentang keluasan dan kedalaman
materi pembelajaran. Dari pemahaman yang terpadu inilah diharapkan akan
terjadinya dampak keterpaduan pemahaman akumulatif yang selalu terus-
menerus berkembang pada pembelajaran di masa mendatang. Tahap yang
ditampilkan memperlihatkan keterpaduan antartema, konsep, dan topik melalui
lintas mata pelajaran. Kaitan ini sangat bermanfaat untuk dapat meningkatkan
kebermaknaan pembelajaran secara menyeluruh ketika siswa berupaya
membuat hubungan dari gagasan/konsep suatu mata pelajaran ke mata
pelajaran lainnya. Dalam hal ini keterpaduan tidak mesti selalu merupakan
keterpaduan antarbidang pelajaran (lintas kurikulum-Webbed) melainkan juga
dapat dilakukan intrabidang pengembangan (connected).
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian terdahulu dapat disimpulkan bahwa teknik outbound efektif
terhadap peningkatan hasil pembelajaran menulis siswa kelas VI SD Negeri
24 Macangan Kecamatan Tanete Riattang Barat,Kabupaten Bone. Hal ini
dibuktikan dengan uji efektivitas yang menunjukkan bahwa berdasarkan analisis
data diperoleh nilai “t” empiris (hitung) sama dengan 4,92 sedangkan nilai
teoritis pada taraf signifikan α0,05 (95%) dengan derajat bebas (db) sama
dengan 66, ditemukan nilai tabel sebesar 1,67. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
t empiris lebih besar daripada nilai t teoretis. Oleh karena itu, terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar menulis siswa kelas VI SD Negeri
24 Macanang Kecamatan Tanete Riattang Barat Kabupaten Bone yang diajar
menggunakan teknik outbound dan teknik konvensional. Dengan demikian,
maka dapat dinyatakan penggunaan teknik outbound dalam pembelajaran
menulis efektif terhadap hasil belajar menulis siswa siswa kelas VI SD Negeri
24 Macangan Kecamatan Tanete Riattang Barat,Kabupaten Bone.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, ma. ka dapat dikemukakan beberapa
saran praktis yaitu sebagai berikut.
1. Hendaknya guru dapat meningkatkan kualitas pembelajarannya dari
yang semula hanya menggunakan metode konvensional kini menjadi
teknik outbound.
2. Hendaknya penelitian ini dijadikan bahan referensi dalam penelitian
pembelajaran menulis selanjutnya.
70
3. Hendaknya teknik outbound dijadikan alternatif bagi guru di sekolah
dasar untuk melatih keterampilan menulis siswa.
4. Hendaknya teknik outbound sebagai bahan perbandingan atau acuan
untuk mengembangkan penelitian tentang strategi menulis .
71
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, 1996. Tulislah Apa yang Anda Lihat. Jakarta: Gramedia
Achmad DS. 1992. Pembelajaran Menulis . Bandung: Angkasa
Akkhadiah, Sabarti. dkk. 1995. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alimuddin, 2001. “Terknik Terpadu Efektif dalam Pembelajaran IPS di Sekolahh Dasar Muhammadiyah “ Malang:Jurnal Pendidikan Vol.1 Tahun 2002.
Alwi, Hasan, dkk.2003 Kamus Besar Bahasa Indonesia .Jakarta: Pusat Bahasa
Ancok, Djamaludin, 2002. Mengembangkan Keterampilan Menuls.Jakarta: Mega Press
Ardianti, Rina. 2008. Teknik Terpadu dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Terpadu. Tesis. Makassar: UNM
Arsyad. Muhammad. 2009. Pembelajaran Menulis Berbasis Outbound dalam Pembelajaran Terpadu di SD Negeri 2 Bojongoro. Jurnal Didaktika Vol.2 No. 1 .
BSNP. 2006. Standar Isi SD. Jakarta: BSNP
Darmadi, Kaswan. 1996. Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Sekolah Dasar . Jakarta: Dirjen Dikdasmen
Enre, Fahruddin Ambo. 1994. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Ujungpandang: IKIP
Horn, Van. 1988. Tulis Apa yang Kamu Lihat (terjemahan). Jakarta: Rosdakarya.
Indrawati. 2009. Membangun Kreativitas Pembelajaran. Yogjyakarta: Analisisa
Ismail, Taufik. 1997. “Pengajaran Sastra Terabaikan” dalam Mimbar karya: Maassar
Muhallim. 2007. Teknik Jaringan Topik dalam Pembelajaran Menulis Siswa Kelas V SD Negeri 24 Macanang Kabupaten Bone. Surakhmat, Winarno. 1994. Peneltian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Trans Group
Muliyati. Menulis dalam Kehidupan Pelajar. Jakarta: Ema Insani
Nursito, 2000. Penuntung Mengarang. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
72
Salam.1998.“Kemampuan Menulis Siswa SD Inpres Andi Tonro”. Ujung Pandang: Skripsi UNM
Subyakto. Ari. 1988. Pembelajaran Menulis di Sekolah dasar. Jakarta: Gema Press
Suharyanto. 1999. Belajar di Luar Sekolah. Jakarta: Gema Press
Sumarmo. 1992. Pembelajaran Menulis . Bandung: Angkasa
Syafei’ie.Akhmad. 1988. Pembelajaran Bahasa Indoensia. Jakarta Depdiknas
Syamsyah. 2003. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Gema Media
Tarigan, Djago dan Henry Guntur Tarigan. 1994. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
-------------. 1992. Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.
-------------. 2000. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa.
Tarigan, HG. 1985. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Thomkins, Gail. E. 1990. Teaching Balancing Proses and Product. New York: Maximillang Publishing Company.
73
Lampiran 1
Tabel 4. Skor Mentah Hasil Belajar Menulis Menggunakan Teknik outbound
No X
1 70
2 70
3 75
4 70
5 69
6 75
7 69
8 75
9 80
10 78
11 69
12 69
13 68
14 67
15 67
16 81
17 70
18 70
19 70 20 70
21 70
bersambung
74
Sambungan tabel 4
22 71
23 78
24 76
25 78
26 67
27 70
28 69
29 73
30 73
31 70
32 70
33 69
34 68
Sigma 2434
Rerata 71,58824
75
Lampira 2
Tabel 5. Skor mentah hasil belajar menulis menggunakan teknik konvensional
No Y
1 66
2 64
3 68
4 67
5 61
6 67
7 61
8 71
9 76
10 76
11 65
12 63
13 50
14 54
15 56
16 75
17 65
18 66
19 66
20 68
21 67
bersambung
76
Sambungan tabel 5
22 67
23 75
24 72
25 73
26 65
27 65
28 61
29 59
30 67
31 61
32 63
33 65
34 65
Sigma 2230
Rerata 65,58824
77
Lampiran 3
Tabel 6. Tabel Kerja Uji t
No X X2 Y Y2
1 70 4900 66 4356
2 70 4900 64 4096
3 75 5625 68 4624
4 70 4900 67 4489
5 69 4761 61 3721
6 75 5625 67 4489
7 69 4761 61 3721
8 75 5625 71 5041
9 80 6400 76 5776
10 78 6084 76 5776
11 69 4761 65 4225
12 69 4761 63 3969
13 68 4624 50 2500
14 67 4489 54 2916
15 67 4489 56 3136
16 81 6561 75 5625
17 70 4900 65 4225
18 70 4900 66 4356
19 70 4900
66 4356
20 70 4900 68 4624
bersambung
78
Sambungan tabel 6
21 70 4900 67 4489
22 71 5041 67 4489
23 78 6084 75 5625
24 76 5776 72 5184
25 78 6084 73 5329
26 67 4489 65 4225
27 70 4900 65 4225
28 69 4761 61 3721
29 73 5329 59 3481
30 73 5329 67 4489
31 70 4900 61 3721
32 70 4900 63 3969
33 69 4761 65 4225
34 68 4624 65 4225
2434 174744 2230 147418
79
Lampiran 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pedidikan : Sekolah Dasar
Mata Pelajaran : Bahasa Indoneisa
Kelas/Semester : VI/2
Alokasi waktu : 5x35 menit (2 x pertemuan)
STANDAR KOMPETENSI 8 Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas.
KOMPETENSI DASAR 8.2 Menulis laporan pengamatan atau kunjungan berdasarkan tahapan (catatan, konsep awal, perbaikan, final) dengan memperhatikan penggunaan ejaan.
INDIKATOR
1. Menentukan topik dan narasumber untuk melakukan wawancara 2. Menyusun pertanyaan untuk melakukan wawancara 3. Melakukan wawancara den gan bahasa yang santun. 4. Menyusun laporan hasil wawancara (karangan) 5. Melaporkan hasil wawancara secara lisan dengan bahasa yang baik dan benar
TUJUAN PEMBELAJARAN Melalui diskusi, wawacara, analisis kasus dan tugas kelompok:
1. Siswa dapat menentukan pertanyaan untuk melakukan wawancara sesuai narasumber
2. Siswa dapat menggunakan bahasa santun dan runtut dalam melakukan wawancara kepada narasumber sesuai topik
3. Mewujudkan karangan/laporan hasil wawancara 4. Melaporkan hasil wawancara secara lisan dengan bahasa yang baik dan
benar
80
DAMPAK PENGIRING
1. Mengembangkan keterampilan melakukan komunikasi lisan kepada orang lian
2. Memupuk keberanian dalam berinteraksi dengan orang lain (narasumber) 3. Meningkatkan tanggungjawab terhadap tugas yang dberikan kepadanya 4. Meningkatkan kesadaran sosial dan moral terhadap masalah yang dibahasa
seperti perkelahian pelajar, narkoba dll. (disesuikan topik wawancara) 5. Melatih siswa menyelesaikan masalah-masalah sosial.
MATERI POKOK Teknik menentukan topik/objek pengamatan wawacara Teknik membuat laporan/karangan Teknik melaporkan/memprestasikan hasil laporan Apa, dimana, bagimana, perkelahian pelajar
METODE PEMBELAJARAN
Pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran Investigasi Kelompok/Group Investigation dengan beberapa metode: Ceramah Bervariasi Diskusi Penugasan Pemecahan masalah
Alat Dan Sumber Belajar
Pembelajaran ini membutuhkan sarana pendukung agar berjalan dengan baik
yaitu:
sumber belajar berupa sumber informasi (narasumber) lembar pengamatan buatan siswa alat perekam HP atau tape recorder
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
NO KEGIATAN PERTEMUAN I (3x 35 MENIT)
1 Kegiatan Awal 1. Menginformasikan tujuan dan penilaian dalam pembelajaran 2. Memotivasi siswa pentingnya KD tersebut dipelajari
2 Kegiatan Inti 1. Siswa mengajukan topik aktual yang diketahui 2. Siswa mendiskusikan topik secara kooperatif 3. Siswa mengInventarisi topik yang telah didiskusikan 4. Siswa menetapkan topik yang akan dibahas secara demokratis
81
yang disepakati siswa, 5. Siswa mengembangkan topik menjadi sebuah kerangka dan
membuat pertanyaan untuk wawancara . 6. Pembagian tugas untuk kegiatan wawancara
3 Kegiatan Akhir penegasan dan pesan-pesan moral Refleksi pembelajaran
PERTEMUAN II ( 2X35 MENIT) 4 Kegiatan Awal
1. Menginformasikan tujuan dan penilaian dalam pembelajaran 2. Mengingatkan kembali hasil pembelajaran yang lalu berkaitan
dengan topik yang disepakati 3. Memotivasi siswa pentingnya KD tersebut dipelajari
5 Kegiatan Inti 1. Secara berkelompok siswa melakukan observasi, wawancara
kepada narasumber. Kelompok tersebut disesuaikan dengan subtopik masing-masing.
2. Diskusi penyempurnaan hasil wawancara 6 Kegiatan Akhir
1. Penegasan terkait dengan hasil belajar dan dan pesan-pesan moral
2. Refleksi pembelajaran
PERTEMUAN III ( 3X35 MENIT)
7 Kegiatan Awal 1. Menginformasikan tujuan dan penilaian dalam pembelajaran 2. Mengingatkan kembali hasil pembelajaran yang lalu 3. Memotivasi siswa pentingnya KD tersebut dipelajari
8 Kegiatan Inti 1. Setiap kelompok mengolah informasi tersebut melalui
kolaborasi/kooperatif dengan cara setiap anggota kelompok menyebar ke kelompok lain untuk menyampaikan hasil wawancara/observasi (data) sekaligus menerima hasil dari kelompok lain sebagaimana kegiatan kooperatif pada kegiatan pengembangan topik. Setelah itu mereka merampungkan datanya pada kelompok masing-masing
2. Berdasarkan hasil rumusan tersebut, maka siswa menulis laporan /karangan secara lengkapsecara individu
9 Kegiatan Akhir 1. Penegasan terkait dengan hasil belajar dan dan pesan-pesan
moral 2. Refleksi pembelajaran
PERTEMUAN IV ( 3X35 MENIT)
82
10 Kegiatan Awal 1. Menginformasikan tujuan dan penilaian dalam pembelajaran 2. Mengingatkan kembali hasil pembelajaran yang lalu 3. Memotivasi siswa pentingnya KD tersebut dipelajari
11 Kegiatan inti 1. Siswa melaporkan hasil tulisan dengan cara presentasi. Adapun
tata cara pelaksanaan yaitu setiap kelompok terdiri dari tiga orang yakni seorang presenter, seorang moderator, dan seorang sekretaris.
2. Siswa lain dalam hal ini menjadi penanggap/peserta sekaligus melakukan penyimakan dari seluruh penampilan siswa untuk dibuat laporan deskripsi berdasarkan proses pemaparan siswa sehingga kompetensi menyimaknnya juga berkembang.
3. Guru menjadi pengarah dan pengamat. 12 Kegiatan Akhir
1. Penegasan terkait dengan hasil belajar dan dan pesan-pesan moral
2. Refleksi pembelajaran
Watampone , 2016.
Mengetahui
Kepala Sekolah Peneliti,
Nurhayati Nurhayati
83
LAMPIRAN 5
EVALUASI
Penilaian Proses
Pengamatan dilakukan terhadap seluruh kegiatan mulai perencanaan hingga
pelaksanaan yang menyangkut beberapa hal seperti kerja sama dalam
kelompok, produktivitas, dan, presentasi dengan menggunakan contoh format
berikut.
84
LAMPIRAN 6
FORMAT PENILAIAN PROSES
NAMA PESERTA DIDIK
ASPEK PENILAIAN/SKOR
JUM NILAI
1 2 3 4
Catatan:
Aspek proses (pengamatan)
d. 1 : aspek antusias,
2 : partisipasi,
3 : kerja sama,
4 : produktivitas/prakarsa
e. Sikap dinilai secara kualitatif dengan skala nilai 10-50
f. Penentuan nilai menggunakan rumus : n/Nx100.
n: skor perolehan
N: Skor tertinggi (200)
85
Penilaian Hasil
Dilakukan terhadap tujuan pembelajaran berupa laporan/karangan dengan
kriteria penilaian sebagai berikut
FORMAT PENILAIAN KARANGAN
No Aspek Penilaian Skor Nilai Akhir 1. 2. 3.
Kelengkapan dat/hasil wawancara Keruntutan alur pikir laporan Penggunaan bahasa
40 30 30
Jumlah: 100
Karangan dan presentasi dinilai sesuai dengan format. Untuk
menentukan hasil akhir, baik karangan maupun presentasi menggunakan rumus
yang sama: n:/Nx100 dengan skala nilai 1-100. Nilai kedua komponen tersebut
dijumlah lalu dibagi dua: (NA= Karangan + Presentasi/ 2)
RANGKUMAN MATERI
1. Teknik menentukan topik/objek pengamatan wawacara. Topik
pengamatan sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Upto date dan lagi trend
b. menarik minat pembaca
c. tidak sulit dijangkau
d. Dipahami oleh pewawancara
2. Teknik membuat laporan/karangan adalah:
a. Judul jelas
b. Pembukaan
c. Isi dengan data harus lengkap
d. buat dalam bentuk deskripsi
e. gunakan kalimat sederhana
86
f. jelaskan setiap data yang ada
g. buat kesimpulan yang tegas
3. Teknik melaporkan/mempresentasikan hasil laporan
a. Baca dengan tenang laporan
b. Baca secara utuh/atau baca bagian-bagian penting
c. Simpulkan dengan tegas
4. Apa, di mana, bagimana perkelahian pelajar
Perkelahian pelajar disebut juga tawuran yaitu perkelahian yang tidak
hanya terdiri dari dua orang tetapi melibatkan lebih dari dua orang.
Bahkan banyak orang atau perkelahian antara kelompok dengan
kelompok lainnya. Hal ini biasa terjadi lnkungan sekolah, jalan raya,
lapangan dan sebagainya. Perkelahian biasa dilakuakn menggunakan
alat seperti batu, kayu, bahkan benda tajam.
87
Lampiran 6