keefektifan model picture and picture ...iii persetujuan pembimbing skripsi atas nama fifin eka...
TRANSCRIPT
-
i
KEEFEKTIFAN MODEL PICTURE AND
PICTURE TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
MATERI PERUBAHAN LINGKUNGAN FISIK
SISWA KELAS IV SDN GUGUS PLANGKAWATI
SEMARANG
SKRIPSI
Disusun Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Fifin Eka Yuliana
1401412126
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
-
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fifin Eka Yuliana
NIM : 1401412126
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
judul skripsi : Keefektifan Model Picture and Picture Terhadap Hasil
Belajar IPA Materi Perubahan Lingkungan Fisik Siswa
Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang.
Menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan hasil karya tulis orang lain baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
-
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi atas nama Fifin Eka Yuliana NIM 1401412126 berjudul
“Keefektifan Model Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar IPA Materi
Perubahan Lingkungan Fisik Siswa Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang”
telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian
Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang pada:
hari : Selasa
tanggal : 2 Agustus 2016
Semarang, Agustus 2016
-
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi atas nama Fifin Eka Yuliana NIM 1401412126 berjudul
“Keefektifan Model Picture and Picture Terhadap Hasil Belajar IPA Materi
Perubahan Lingkungan Fisik Siswa Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang”
telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
pada:
hari : Senin
tanggal : 15 Agustus 2016
Panitia Ujian Skripsi
-
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya meereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah” (Thomas
Alva Edison)
“Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas kelengahan
kita tak akan bisa dikembalikan seperti semula” (Peneliti)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk Ibu dan Bapak tercinta (Ibu Kasmiati dan
Bapak Sulastur) beserta keluarga, terimakasih atas kasih sayang, semangat,
dukungan, motivasi, dan doa yang selalu menyertai langkahku.
-
vi
PRAKATA
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, hidayah,dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Keefektifan Model Picture and Picture terhadap Hasil
Belajar IPA Materi Perubahan Lingkungan Fisik Siswa Kelas IV SDN Gugus
Plangkawati Semarang”.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari
bimbingan, bantuan, dan sumbang saran dari segala pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk studi dan
menyelesaikan skripsi;
2. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan ijin melaksanakan penelitian;
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah memotivasi peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini;
4. Sutji Wardhayani, S.Pd.,M.Kes. Pembimbing yang dengan sabar memberikan
bimbingan dan pengalaman hidup yang bermakna;
5. Drs. Jaino, M.Pd. Pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan
dan motivasi;
6. Dra. Sri Hartati, M.Pd. Penguji Utama yang dengan sabar memberikan
bimbingan dan masukan yang bermanfaat selama ujian sampai skripsi ini
dapat terselesaikan;
7. Dra. Mudrikah, M.Si. Kepala SD Negeri Gedawang 01 yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian;
8. Sri Rochani, S.Pd, M.Si. Kepala SD Negeri Gedawang 02 dan Guru Kelas IV
SD Negeri Gedawang 02 yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan
penelitian dan telah membantu pelaksanaan penelitian ini;
9. Ernayanti, S.Pd. Guru Kelas IV SD Negeri Gedawang 01 yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian ini;
-
vii
10. Siswa Kelas IV SD Negeri Gedawang 01 dan SD Negeri Gedawang 02 yang
bersedia bekerjasama dengan peneliti;
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
Demikian yang dapat peneliti sampaikan, semoga bantuan dan bimbingan
yang diberikan menjadi amal kebaikan dan skripsi ini bermanfaat bagi peneliti
khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Semarang, 2016
Peneliti
-
viii
ABSTRAK
Yuliana, Fifin Eka. 2016. Keefektifan Model Picture and Picture Terhadap Hasil
Belajar IPA Materi Perubahan Lingkungan Fisik Siswa Kelas IV SDN
Gugus Plangkawati Semarang. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I
Sutji Wardhayani, S.Pd.,M.Kes.,II Drs.Jaino, Mpd.
Data awal menunjukkan hasil belajar IPA kelas IV SDN Gugus
Plangkawati Semarang belum maksimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah
pembelajaran di kelas sudah menggunakan pembelajaran kooperatif, tetapi belum
terlihat jelas nama model pembelajarannya, bahan ajar yang digunakan LKS dan
menggunakan buku paket, guru pada pembelajaran menggunakan ceramah, tanya
jawab, diskusi, dan penugasan. Selain itu, kesempatan siswa untuk berdiskusi
belum dilakukan secara maksimal. Sehingga siswa cenderung individualis dan
belum bisa berfikir secara kritis dalam menyelesaikan permasalahan. Model
pembelajaran Picture and Picture dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi
permasalahan tersebut sehingga siswa dapat berfikir kritis dengan jalan
memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh
gambar yang disajikan, selain itu juga model ini sangat sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan siswa sekolah dasar, karena model ini membuat siswa
menjadi aktif dalam pembelajaran dan membuat siswa lebih mengetahui aplikasi
materi yang akan disampaikan melalui gambar.
Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah model pembelajaran jigsaw
lebih efektif terhadap hasil belajar IPA materi Sumber Daya Alam siswa kelas IV
SDN Gugus Dewi Sartika Pati. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui
keefektifan model pembelajaran jigsaw terhadap hasil belajar IPA materi Sumber
Daya Alam siswa kelas IV SDN Gugus Dewi Sartika Pati.
Bentuk penelitian ini adalah Quasi Experimental Design dengan desain
Non equivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang. Pengambilan sampel
menggunakan teknik cluster sampling dan terpilih SDN Gedawang 01 sebagai
kelompok eksperimen dan SDN Gedawang 02 sebagai kelompok kontrol. Teknik
pengumpulan data menggunakan tes, catatan lapangan, dokumentasi dan
wawancara tidak terstruktur. Data hasil belajar dianalisis dengan uji-t dan n-gain.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen
lebih besar daripada kelass kontrol. Rata-rata nilai posttest kelas eksperimen 80,02
, sedangkan kelas kontrol 73,88. Hasil uji t menunjukkan thitung sebesar 9,38318,
sedangkan ttabel sebesar 2,02. Karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa
ada perbedaan yang signifikan di antara kedua kelompok tersebut.
Simpulan penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran Picture and Picture efektifterhadap hasil belajar IPA materi
Perubahan Lingkungan Fisik siswa kelas IV SDN GugusPlangkawati Semarang.
Kata kunci: IPA; keefektifan; picture and picture;
-
ix
DAFTARISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
PRAKATA ...................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 10
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 10
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 10
1.5 Definisi Operasional ............................................................................. 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori .......................................................................................... 13
2.1.1 Hakikat Belajar ..................................................................................... 13
2.1.2 Hakikat Pembelajaran .......................................................................... 18
2.1.3 Hasil Belajar ......................................................................................... 20
2.1.4 Hakikat Pembelajaran IPA ................................................................... 22
2.1.5 Hakikat Pembelajaran IPA di SD ......................................................... 24
2.1.6 Model Pembelajaran ............................................................................. 27
2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif .......................................................... 28
-
x
2.1.8 Model Pembelajaran Picture and Picture ............................................ 30
2.1.9 Belajar Kelompok ................................................................................ 31
2.1.10 Teori Belajar Yang Mendukung ........................................................... 34
2.2 Kajian Empiris ...................................................................................... 39
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................ 43
2.4 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 44
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Eksperimen ............................................................... 45
3.2 Prosedur Penelitian ............................................................................... 47
3.3 Subjek Penelitian, Lokasi, dan Waktu Penelitian ................................ 49
3.3.1 Subjek Penelitian .................................................................................. 49
3.3.2 Lokasi Penelitian .................................................................................. 49
3.3.3 Waktu Penelitian .................................................................................. 49
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 49
3.4.1 Populasi Penelitian ............................................................................... 49
3.4.2 Sampel Penelitian ................................................................................. 50
3.5 Variabel Penelitian ............................................................................... 51
3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 52
3.6.1 Dokumentasi ......................................................................................... 52
3.6.2 Wawancara tidak terstruktur ................................................................ 53
3.6.3 Catatan Lapangan ................................................................................. 53
3.6.4 Tes ........................................................................................................ 54
3.7 Uji Coba Instrumen,Validitas, dan Reliabilitas .................................... 54
3.7.1 Uji Coba Instrumen .............................................................................. 54
3.7.2 Validitas ............................................................................................... 55
3.7.3 Reliabilitas ............................................................................................ 56
3.7.4 Daya Pembeda ...................................................................................... 57
3.7.5 Taraf Kesukaran Soal....................................................................... 58
3.8 Analisis Data ........................................................................................ 60
3.8.1 Analisis Data Awal ............................................................................... 60
3.8.2 Analisis Data Akhir .............................................................................. 61
-
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 65
4.1.1 Analisis Instrumen Penelitian ............................................................... 65
4.1.2 Analisis Data Awal ............................................................................... 69
4.1.3 Analisis Data Akhir .............................................................................. 71
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 79
4.2.1 Pemaknaan Temuan ............................................................................. 79
4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian .................................................................... 84
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................... 87
5.2 Saran ..................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 89
LAMPIRAN .................................................................................................... 93
-
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Rincian Siswa Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang ...... 50
Tabel 3.2 Kriteria Skor Gain ......................................................................... 64
Tabel 4.1 Hasil Analisis Validitas Soal ........................................................ 66
Tabel 4.2 Hasil Analisis Daya Beda Soal...................................................... 68
Tabel 4.3 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal ............................................ 69
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Populasi ....................................................... 70
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Populasi ................................................... 71
Tabel 4.6 Nilai Pretest Kelompok dan Kelompok Kontrol........................... 72
Tabel 4.7 Hasil Analisis Data Pretest ........................................................... 74
Tabel 4.8 Nilai Posttest Kelompok dan Kelompok Kontrol ......................... 74
Tabel 4.9 Hasil Analisis Data Posttest .......................................................... 76
Tabel 4.10 Peningkatan Nilai Pretest dan Posttest ......................................... 78
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Desain Eksperimen ................................................................... 46
Gambar 4.1 Diagram Validitas Soal............................................................. 67
Gambar 4.2 Diagram Hasil Analisis Daya Beda Soal .................................. 68
Gambar 4.3 Diagram Hasil Analisis Taraf Kesukaran Soal ......................... 69
Gambar 4.4 Diagram Nilai Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ..... 72
Gambar 4.5 Diagram Nilai Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 75
Gambar 4.6 Diagram Peningkatan Nilai Pretest dan Posttest...................... 78
-
xiv
DAFTAR BAGAN
Halaman
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir ............................................................ 43
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kisi-kisi Soal Uji Coba ............................................................. 94
Lampiran 2 Soal Uji Coba ........................................................................... 97
Lampiran 3 Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Beda, Taraf Kesukaran ......... 105
Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ........................................... 110
Lampiran 5 Soal Pretest dan Posttest .......................................................... 113
Lampiran 6 Uji Normalitas dan Homogenitas Populasi .............................. 120
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 1 .................. 128
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 2 .................. 143
Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pem\belajaran Eksperimen 3................. 161
Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 4 .................. 178
Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol 1 ........................ 195
Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol 2 ........................ 208
Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol 3 ........................ 225
Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kontrol 4 ........................ 240
Lampiran 15 Catatan Lapangan ..................................................................... 255
Lampiran 16 Daftar Nilai Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ........ 270
Lampiran 17 Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Eksperimen ............... 271
Lampiran 18 Uji Normalitas Data Pretest Kelompok Kontrol ...................... 272
Lampiran 19 Uji Kesamaan Dua Varians DataPretest .................................. 273
Lampiran 20 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata DataPretest ............................... 274
Lampiran 21 Daftar Nilai Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ....... 275
Lampiran 22 Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Eksperimen .............. 276
Lampiran 23 Uji Normalitas Data Posttest Kelompok Kontrol ..................... 277
Lampiran 24 Uji Kesamaan Dua Varians Data Posttest ................................ 278
Lampiran 25 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Data Posttest ............................ 279
Lampiran 26 Hasil Uji Gain ........................................................................... 280
Lampiran 27 Hasil Pengamatan Ranah Afektif dan Psikomotor ................... 281
Lampiran 28 Hasil Wawancara ...................................................................... 299
-
xvi
Lampiran 29 Surat-surat Penelitian................................................................ 300
Lampiran 30 Foto-foto Dokumentasi ............................................................. 310
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Setiap warga Negara
berhak mendapatkan pendidikan, pengajaran yang layak tanpa terkecuali. Guru
sebagai fasilitator harus memahami kebijakan pendidikan, menguasai berbagai
ketrampilan, keahlian agar dapat bekerja secara optimal dalam proses
pembelajaran di sekolah.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 dijelaskan
mengenai tujuan pendidikan, yaitu berbunyi “Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan dari
pendidikan nasional tersebut merupakan suatu rumusan mengenai kualitas
manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
-
2
Demi tercapainya tujuan dari pendidikan itu, maka diperlukan suatu
peraturan yang mengatur tentang standar bagi pendidikan itu sendiri. Hal tersebut
seperti tertulis pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang sudah
menetapkan kurikulum pada jenjang dasar (sekolah dasar). Kurikulum untuk jenis
pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar terdiri
dari beberapa kelompok mata pelajaran. Salah satunya yakni kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang mencakup mata pelajaran ilmu
pengetahuan alam (IPA).
IPA adalah rumpun ilmu yang memiliki karakteristik khusus yaitu
mempelajari fenomena alam faktual, baik berupa kenyataan atau kejadian dan
hubungan sebab-akibatnya. IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh
dan dikembangkan berdasarkan percobaan namun pada perkembangan selanjutnya
IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori. Ada dua hal berkaitan
yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA
yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dan
IPA sebagai proses, yaitu kerja ilmiah (Wisudawati, 2014: 22 ). IPA merupakan
mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan,
gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh
melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan
penyajian gagasan-gagasan.
Tujuan pembelajaran IPA SD/MI dalam KTSP yang tercantum dalam
Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, bertujuan agar siswa
-
3
memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memperoleh keyakinan terhadap
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan
keteraturan alam ciptaan-Nya; (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari; (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat; (4) mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan mapersalah dan membuat keputusan; (5)
meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam; (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai
alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; (7) memperoleh
bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Dalam Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses,
mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran
pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberi
ruang yang cukup untuk berkreasi, memunculkan ide gagasan yang selaras dengan
bakat, minat, fisik dan suasana psikologi siswa. Sebagai seorang pendidik yang
profesional, seorang guru dituntut agar mampu mengupayakan hal tersebut.
-
4
Pada tahun 2012 hasil studi PISA, diketahui bahwa kemampuan sains
siswa Indonesia masih rendah. PISA atau Programme for International Student
Assessment sendiri merupakan sebuah program penilaian internasional yang
dikembangkan dan diikuti oleh negara-negara yang berpartisipasi didalamnya, dan
diselenggarakan terhadap anak-anak usia 15 tahun. Hasil studi ini dapat dijadikan
rujukan mengenai rendahnya kemampuan sains anak-anak Indonesia
dibandingkan dengan negara lain. Dalam laporan hasil PISA 2012 (OECD, 2013)
dituliskan bahwa rata-rata nilai sains siswa Indonesia adalah 382. Indonesia
menempati peringkat 64 dari 65 negara peserta, atau dengan kata lain menempati
peringkat kedua terbawah dari seluruh negara peserta PISA.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa pendidikan di Indonesia
masih memiliki kualitas yang rendah jika dibandingkan dengan negara-negara
lainnya, khususnya dalam bidang sains. Seorang guru yang mengajarkan IPA di
sekolah dasar, haruslah memahami konsep-konsep dari pelajaran IPA itu sendiri.
Selain itu guru juga harus membuat proses pembelajaran menjadi semenarik
mungkin. Hal yang tidak boleh dilupakan yaitu guru harus memahami
karakteristik dari siswa di sekolah dasar. Karena itu guru tidaklah mungkin
mengabaikan kehadiran dan kepentingan mereka. Kita akan selalu dituntut untuk
memahami betul karakteristik siswa, arti belajar dan tujuan kegiatan belajar bagi
mereka di sekolah dasar. Cakupan mata pelajaran IPA sebagian berisi
pengetahuan-pengetahuan yang bersifat hafalan yang harus diketahui oleh siswa,
sehingga sering kali siswa dituntut untuk mengingat materi yang banyak tanpa ada
pemahaman dalam diri siswa.
-
5
Berdasarkan observasi di kelas IV SDN Gugus Plangkawati ditemukan
beberapa permasalahan dalam pembelajaran IPA. Diantaranya adalah
pembelajaran di kelas sudah menggunakan pembelajaran kooperatif, tetapi belum
terlihat jelas nama model pembelajarannya, bahan ajar yang digunakan guru LKS
dan menggunakan buku paket, guru pada proses pembelajaran menggunakan
ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Selain itu, kesempatan siswa untuk
berdiskusi belum dilakukan secara maksimal. Sehingga, siswa cenderung
individualis dan belum bisa berfikir secara kritis dalam menyelesaikan
permasalahan pembelajaran. Sehingga suasana pembelajaran menjadi kurang
menyenangkan. Pembelajaran yang kurang menyenangkan tentunya tidak dapat
membantu siswa agar aktif bertanya dan berani mengeluarkan pendapat. Hal ini
tentu saja tidak sesuai dengan pendidikan yang dimaksud dalam UU No. 20 tahun
2003 dimana disebutkan bahwa melalui pendidikan siswa dapat mengembangkan
potensinya. Demi terwujudnya pendidikan yang dapat membantu siswa untuk
dapat aktif bertanya dan berani mengungkapkan pendapat, guru harus bisa
mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan, sehingga memungkinkan siswa
untuk mengembangkan potensinya, dan memberikan kesempatan bagi siswa
untuk berkreasi. Dari hasil observasi tersebut juga diketahui bahwa sebagian besar
siswa belum mencapai KKM yang sudah ditentukan. Sehingga guru perlu
menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa.
Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas IV SDN Gugus
Plangkawati menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA materi perubahan
lingkungan fisik pada siswa kelas IV SD Gedawang 01 Semarang didapat rata-
-
6
rata hasil belajar dari 43 siswa ada 20 siswa (46,51%) yang tidak tuntas, SD
Gedawang 02 Semarang dari 41 siswa ada 8 siswa (19,51%) yang tidak tuntas,
dari SD Banyumanik 01 Semarang dari 41 siswa ada 9 siswa (23,68%) tidak
tuntas, dari SD Pudakpayung 01 dari 40 siswa ada 4 siswa (10%) yang tidak
tuntas, dari SD Pudakpayung 02 dari 46 siswa ada 6 siswa (13,04%) yang tidak
tuntas, dan dari SD Pudakpayung 03 dari 44 siswa ada 12 siswa (27,27%) yang
tidak tuntas. Dari data yang diperoleh maka perlu dilaksanakan penelitian
eksperimen untuk melihat keefektifan model pembelajaran yang inovatif guna
meningkatkan hasil belajar IPA.
Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, maka
pembelajaran cooperative learning dalam hal ini picture and picture adalah salah
satu model pembelajaran yang dirasa dapat mewujudkan suasana belajar yang
menyenangkan dan meningkatkan aktivitas siswa. Menurut Silberman (2011: 30),
dengan belajar secara berkelompok siswa SD memperoleh rasa aman. Dia
berpendapat “perasaan saling memiliki memungkinkan siswa untuk menghadapi
tantangan. Ketika siswa belajar bersama teman, mereka mendapat dukungan
emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka melampaui ambang
pengetahuan mereka.” Silberman (2011: 30) juga berpendapat bahwa
mengelompokkan siswa dan memberi mereka tugas untuk dikerjakan bersama
merupakan cara yang baik untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka. Siswa
menjadi cenderung lebih terlibat dalam aktivitas belajar karena mereka
mengerjakan secara bersama-sama.
-
7
Model picture and picture adalah model yang menggunakan media
gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong
siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-
permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.
Penerapan model picture and picture dalam pembelajaran membuat pengetahuan
siswa lebih berkesan namun tetap memiliki kelemahan diantaranya adalah
memakan banyak waktu dan adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak
senang jika disuruh bekerja sama dengan yang lain, (Miftahul Huda, 2014: 239).
Menurut Aris Shoimin (2014: 125) model picture and picture memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya:
1) Memudahkan siswa untuk mkelekeemahami apa yang dimaksudkan oleh guru
ketika menyampaikan materi pembelajaran.
2) Siswa cepat tanggap atas materi yang disampaikan karena diiringi dengan
gambar-gambar.
3) Siswa dapat membaca satu per satu sesuai dengan petunjuk yang ada pada
gambar-gambar yang diberikan.
4) Siswa lebih berkonsentrasi dan merasa asik karena tugas yang diberikan oleh
guru berkaitan dengan permainan mereka sehari-hari, yakni bermain gambar.
5) Siswa lebih kuat mengingat konsep-konsep atau bacaan yang ada pada
gambar.
6) Manarik bagi siswa dikarenakan melalui audio visual dalam bentuk gambar-
gambar.
-
8
Dari kelebihan model yang dipaparkan di atas, model pembelajaran
picture and picture dirasa sangat sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa
sekolah dasar. Karena model ini membuat siswa menjadi aktif dalam
pembelajaran dan membuat siswa lebih mengetahui aplikasi dari materi yang akan
disampaikan melalui gambar. Selain itu juga pembelajaran ini akan lebih
bermakna bagi siswa karena siswa terlibat dalam proses penemuan bagi
pengetahuan mereka. Sehingga diharapkan dapat lebih efektif dalam pembelajaran
IPA di SD.
Penelitian yang mendukung dalam pemecahan masalah ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh I Kd. Putra Jaya, dkk (2014) yang berjudul “Model
Pembelajaran Picture and Picture Berpengaruh Berbantuan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa dalam Pembelajaran IPA Kelas V SD Gugus Budi Utomo”. Hasil
penelitiannya adalah didapatkan nilai rata - rata kelompok eksperimen lebih tinggi
dari kelompok kontrol (79,29>74,06) dan hasil analisis uji-t diketahui =
2,02 > (α = 0.05, 61) = 2.00. Dengan demikian disimpulkan bahwa model
pembelajaran picture and picture berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
kreatif siswa dalam pembelajaran IPA siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo
Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014.
Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian Ni Md Kurniati, dkk
(2014) yang berjudul “Pengaruh Metode Picture and Picture Terhadap Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Semester Genap di Gugus Kecamatan Buleleng”.
Adapun hasil penelitiannya yaitu berdasarkan hasil analisis data, diperoleh
=5,194 dan , (pada taraf signifikansi 5%) = 2,021. Hal ini berarti bahwa
-
9
> , sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar menggunakan
metode Picture and Picture dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan
metode pembelajaran konvensional.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Endah Purwaningsih pada tahun 2012,
yang berjudul “Improving Students Writing Skill Through Picture and Picture at
The Eight Grad Students of SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo in Academic Year
2012/2013”. Berdasarkan hasil penelitian ini, pelaksanaan picture and picture
dapat meningkatkan siswa kompetensi dalam menulis teks deskriptif pada siswa
kelas SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo, terlihat dari peningkatan rata-rata siswa
skor dari 58 meningkat menjadi 76,25. Akhirnya, peneliti memberikan saran
bahwa guru bahasa inggris dapat menggunakan gambar dalam pembelajaran yang
dapat mengundang siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti ingin meneliti
keefektifan model pembelajaran picture and picture pada pembelajaran IPA yang
diyakini dapat meningkatkan hasil belajar IPA kelas IV SDN Gugus Plangkawati
Semarang. Antara lain dapat meningkatkan keefektifan siswa, membangun daya
ingat siswa, mendorong guru lebih inovatif dalam kegiatan belajar mengajar,
siswa menjadi aktif dan termotivasi, serta siswa lebih kritis dan teliti dalam
mengamati persoalan belajar.
Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti akan melakukan
penelitian eksperimen dengan judul “Keefektifan Model Picture and Picture
-
10
terhadap Hasil Belajar IPA Materi Perubahan Lingkungan Fisik Siswa
Kelas IV SDN Gugus Plangkawati Semarang”
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah penerapan model picture and picture lebih efektif terhadap hasil
belajar IPA materi perubahan lingkungan fisik pada siswa kelas IV SDN Gugus
Plangkawati Semarang?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui keefektifan model picture and picture terhadap hasil
belajar IPA materi perubahan lingkungan fisik pada siswa kelas IV SDN Gugus
Plangkawati Semarang.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik yang bersifat
teoritis dan praktis. Secara teoritis, model picture and picture mampu
meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga dapat menjadi pendukung teori untuk
kegiatan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemecahan masalah guru
dalam membelajarkan materi IPA.
-
11
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Siswa
Siswa dapat menerima pengalaman belajar yang bermakna melalui
penerapan model picture and picture sehingga dapat menumbuhkan minat belajar
siswa pada pembelajaran IPA dan meningkatkan aktivitas siswa dalam
pembelajaran.
1.4.2.2 Bagi Guru
Pembelajaran melalui model picture and picture diharapkan dapat
membantu guru untuk lebih kreatif dalam melaksanakan proses pembelajaran dan
memungkinkan guru secara aktif membimbing diskusi kelompok kecil dan per
orangan, serta mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya.
1.4.2.3 Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di
sekolah, meningkatkan mutu lulusan sekolah, serta dapat mendorong sekolah
untuk melakukan pembelajaran yang inovatif.
1.4.2.4 Bagi Peneliti
Bagi peneliti, hasil penelitian ini digunakan untuk mengetahui keefektifan
model picture and picture pada pembelajaran IPA. Hasil penelitian ini juga
digunakan sebagai alternatif model pembelajaran di kelas apabila peneliti sudah
terjun di dunia pendidikan sebagai guru.
-
12
1.5 Definisi Operasional
1) Pengertian keefektifan menurut Hamdani (2010:194) merupakan suatu konsep
yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai
keberhasilan individu dalam mencapai sasaran atau tingkat pencapaian tujuan-
tujuan.
2) Model Pembelajaran Picture and Picture merupakan model belajar aktif
dengan media gambar. Penggunaan gambar sebagai media penyampaian
materi dapat menarik perhatian dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
3) Hasil belajar siswa adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada seseorang
yang telah belajar, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti (Oemar Hamalik, 2015: 30).
4) Belajar kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih untuk membahas suatu materi dalam pelajaran yang sedang
dihadapinya (Abu Ahmadi, 2013: 111).
-
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 KAJIAN TEORI
2.1.1 Hakikat Belajar
Seriap manusia akan mengalami proses untuk mendapatkan pengetahuan
yang disebut belajar. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh setiap
individu. Melalui kegiatan belajar, individu memperoleh informasi dan
pengetahuan baru. Ada beberapa pandangan tentang definisi belajar. Menurut
Slameto (2010: 2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Tetapi tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, tetapi
aktivitas belajar umumnya disertai dengan perubahan tingkah laku. Menurut
Siregar, dkk (2014: 3) belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang
terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi
(bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat.
Kegiatan belajar akan lebih baik jika subjek belajar mengalami atau
melakukannya sendiri. Kosasih (2014: 2) berpendapat bahwa belajar merupakan
perubahan tingkah laku, yakni ditandai oleh adanya sesuatu yang baru pada diri
seseorang, entah itu bentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, ataupun
kecakapan. Belajar merupakan hasil dari suatu pengalaman, yakni berupa interaksi
dengan sumber belajar yang berupa lingkungan, buku (bacaan), ataupun orang.
-
14
Pendapat lain dari Hamalik (2011: 27), menyebutkan bahwa belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is difined
as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Menurut
pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu,
yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil pelatihan melainkan
pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lama
tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan,
bahwa belajar adalah latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis dan
seterusnya.
Dari beberapa definisi mengenai pengertian belajar di atas, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Dalam belajar, belajar memiliki prinsip-prinsip dalam pelaksanaannya.
Prinsip belajar merupakan ketentuan yang dijadikan pegangan pelaksanaan
kegiatan belajar. Menurut Suprijono (2014: 4), menyebutkan bahwa ada 3 prinsip
belajar. Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku
sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:
1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.
2. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
-
15
4. Positif atau berakumulasi.
5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
6. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar sebagai any
relatively permanent change in an organism’s behavioral reperoire that occurs
an result of experience.
7. Bertujuan dan berarah.
8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistematik yang
dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari
berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman.
Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya.
Sedangkan menurut Slameto (2010: 27-28), prinsip-prinsip belajar sebagai
berikut:
1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
Dalam belajar setiap siswa harus berpartisipasi aktif, menimbulkan
motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan instruksional, dan perlu ada
interaksi siswa dengan lingkungan.
2) Sesuai hakekat belajar
Belajar adalah proses kontinu, maka harus tahap demi tahap sesuai
perkembangannya.
3) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
-
16
Belajar bersifat keseluruhan dengan penyajian sederhana, sehingga siswa
mudah mengerti.
4) Syarat keberhasilan belajar
Belajar memerlukan sarana yang cukup agar siswa belajar dengan tenang.
Perlu ulangan berkali-kali agar materi mendalam pada siswa.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu kegiatan atau tindakan seseorang untuk melakukan perubahan
pada diri sendiri. Perubahan yang terjadi ditandai dengan adanya perubahan
tingkah laku dari diri seseorang yang dihasilkan dari pengalaman yang dialami.
Perubahan yang diharapkan merupakan berubahan yang bersifat positif yaitu dari
yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang buruk menjadi lebih baik.
Dalam belajar kita tidak akan terlepas dari tujuan belajar. Tujuan belajar
dapat diartikan sebagai suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan
tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Menurut Sardiman
(2011: 26) menyebutkan bahwa tujuan belajar itu ada tiga jenis, yaitu:
(1) Untuk mendapatkan pengetahuan.
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan
kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak
dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya
kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.
(2) Penanaman konsep dan ketrampilan.
Penenaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu
ketrampilan. Jadi soal ketrampilan yang bersifat jasmani maupun rohani.
-
17
Ketrampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat,
diamati, sehingga akan menitik beratkan pada ketrampilan gerak/ penampilan dari
anggota tubuh seseorang yang sedang belajar
(3) Penanaman sikap.
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru
harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk ini dibutuhkan
kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa
menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.
Selain memiliki tujuan, juga terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
belajar, menurut Hamalik (2014: 32), menyatakan bahwa belajar yang efektif
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor tersebut
adalah sebagi berikut:
(1) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan; siswa yang belajar melakukan
banyak kegiatan baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar,
merasakan, berpikir, kegiatan motoris dan sebagainya maupun kegiatan-
kegiatan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan.
(2) Belajar memerlukan latihan, dengan jalan: relearning, recalling, dan
reviewing agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali.
(3) Belajar siswa lebih berhasil, belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa
berhasil dan mendapat kepuasannya.
(4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam
belajarnya.
-
18
(5) Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar, karena semua pengalaman
belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan
sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.
(6) Pengalaman masa lampau dan pengertian yang telah dimiliki oleh siswa.
(7) Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan
kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.
(8) Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat akan mendorong siswa belajar
lebih baik daripada belajar tanpa minat.
(9) Faktor-faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang belajar sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar
(10) Faktor intelegensi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan
belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses dasar dari pendidikan, dari sanalah
lingkup terkecil sacara formal yang menentukan dunia pendidikan berjalan baik
atau tidak. Menurut Winata Putra (2008: 1.18), menyatakan bahwa pembelajaran
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan
meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Oleh karena
itu pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk menginisiasi,
memfasilitasi, dan meningkatkan proses belajar, maka kegiatan pembelajaran
berkaitan erat dengan jenis hakikat dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut.
Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi
-
19
karena pembelajaran. Proses belajar terjadi juga dalam konteks interaksi sosial-
kultural dalam lingkungan masyarakat.
Pembelajaran bukan hanya proses menyampaikan materi pembelajaran
kepada peserta didik, melainkan proses memfasilitasi peserta didik untuk belajar.
Menurut Komalasari (2011: 3), berpendapat bahwa pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/
pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakanm dan dievaluasi secara
sistematis agar subjek didik/ pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran dapat dipandang dari dua
sudut, yaitu:
1. Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem
Pembelajarn terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi. Komponen
tersebut antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode
pembelajaran, media pembelajaran/ alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi
pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remidial dan pengayaan).
2. Pembelajaran dipandang sebagai suatu proses
Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau
kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses belajar meliputi:
1. Persiapan, dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan,
semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut
penyiapan alat kelengkapannya, antara lain berupa alat peraga dan alat-alat
evaluasi. Persiapan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan guru untuk
membaca buku atau media cetak lainnya yang akan disajikan kepada siswa.
-
20
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan
pembelajaran yang telah dibuatnya. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran
ini, struktur dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak.
3. dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran
yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan
komitmen guru, persepsi, dan sikapnya terhadap siswa.
Menindak lanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca
pembelajaran ini dapat berbentuk pengayaan, dapat pula berupa pemberian
layanan pengajaran tambahan (remidial teaching) bagi siswa yang berkesulitan
belajar.
Selain itu, pembelajaran dapat diartikan sebagai interaksi dua arah dari
seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi
(transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang tela ditetapkan
sebelumnya (Trianto, 2014:19).
Dari uraian tentang pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa ada 3
rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar, yaitu
meliputi persiapan, pelakssanaan pembelajaran dengan mengaju pada persiapan
pembelajaran, dan pengaruh pendekatan dan metode-metode pembelajaran yang
digunakan.
2.1.3 Hasil Belajar
Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar
manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan
bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata
-
21
yang dicapai oleh siswa dalam belajar. Menurut Oemar Hamalik (2015: 30)
mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada
seseorang yang telah belajar, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti.
Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah dipelajari
selama proses belajar itu sendiri. Menurut Susanto (2014: 5), menyebutkan secara
sederhana bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri
merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu
bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajarn atau
kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang
berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran
atau tujuan instruksional.
Pendapat lain diungkapkan Dimyati dan Mudjiono (2009: 250-251) hasil
belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, yaitu dari sisi siswa dan
sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental
yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi
guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Menurut Suprihatiningrum (2016: 38) hasil belajar dibedakan menjadi tiga
aspek, yaitu hasil belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif
adalah kemampuan berhubungan dengan berpikiran, mengetahui, dan
memecahkan masalah seperti pengetahuan komprehensifik, aplikatif, sintesis,
analisis dan pengetahuan evaluatif. Aspek afektif adalah kemampuan yang
-
22
berhubungan dengan sifat, nilai, minat, dan apresiasi. Sedangkan aspek
psikomotor berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan
syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kawasan psikomotor mencakup,
tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) yang bersifat manual atau
motorik.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, kita dapat
menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku yang didapat oleh
individu dan merupakan hasil dari kegiatan belajar. Perubahan perilaku ini berupa
kemampuan baru yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan aktivitas belajar
dan mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini
difokuskan pada salah satu ranah dalam teori hasil belajar yaitu pada ranah
kognitif. Sehingga, peneliti akan mengolah data dari tes yang diberikan kepada
siswa yang akan menentukan tingkat kelulusan belajar siswa.
2.1.4 Hakikat Pembelajaran IPA
Dalam kurikulum KTSP, IPA adalah salah satu mata pelajaran yang wajib
di sekolah. IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu
mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan
(reality) atau kejadian (event) dan hubungan sebab-akibatnya. Sebagai alat
pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, IPA sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang alam, sudah seyogyanya harus dikuasai
oleh siswa.
Menurut Carin dan Sund (1989) dalam Samatowa (2010: 20) menyebutkan
bahwa unsur IPA terdiri dari tiga macam yaitu proses produk dan sikap.
-
23
1) Proses artinya, proses pemecahan masalah pada IPA menungkinkan adanya
prosedur yang sistemastis melalui metode ilmiah.
2) Produk artinya, IPA menghasilkan sebuah fakta, prinsip, teori dan hukum.
Produk IPA tersebut membantu siswa untuk memahami tentang alam dan
menerapkannya dalam kehidupan.
3) Sikap artinya, IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang fenomena alam serta
hubungan sebab akibat. Oleh karena itu IPA sebagai sikap menuntut siswa agar
mampu menanggapi fenomena alam secara bijaksana.
Asih Widi Wisudawati (2014: 24) menambahkan satu unsur untuk IPA
yaitu aplikasi. Aplikasi artinya, metode ilmiah dan konsep IPA diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari dengan berbagai kreativitas, sehingga pemahaman IPA di
SD sebagai bekal dasar pengenalan konsep IPA.
Merujuk pada pengertian IPA, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA
meliputi empat unsur utama yaitu: pertama, proses: prosedur pemecahan masalah
melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis,
perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan; kedua, produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; ketiga, sikap:
rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan
sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui
prosedur yang benar, IPA bersifat open ended; keempat, aplikasi: penerapan
metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2007: 100).
Sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum, bahwa pembelajaran IPA
sesuai dengan teori taksonomi Bloom yang menyebutkan bahwa tujuan utama dari
-
24
pembelajaran adalah dapat memberikan pengetahuan (kognitif). Selain
memberikan pengetahuan (kognitif), pembelajaran IPA juga diharapkan dapat
memberikan ketrampilan (psikomotorik), dan kemampuan sikap (afektif).
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan kumpulan
fakta yang mempelajari peristiwa-peristiwa alam yang tersusun secara sistematis
dan lebih menekankan pada pendekatan ketrampilan proses, sehingga siswa dapat
menemukan sendiri fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip ilmiah yang
berpengaruh positif dan dapat menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
2.1.5 Hakikat Pembelajaran IPA di SD
IPA sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD atau MI diharapkan ada
penekanan pembelajaran yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk
merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan
kompetensi bekerja ilmiah.
Menurut Usman Samatowa (2010:4) ada berbagai alasan yang
menyebabkan IPA perlu dimasukkan dalam mata pelajaran di Sekolah Dasar,
yakni: (a) IPA berfaedah bagi suatu bangsa. IPA merupakan dasar teknologi dan
sering disebut sebagi tulang punggung pembangunan, (b) bila diajarkan dengan
cara yang tepat, IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan
kesempatan siswa untuk berpikir kritis, (c) bila IPA diajarkan melalui percobaan-
percobaan yang dilakukan sendiri oleh siswa , maka IPA tidaklah merupakan mata
pelajaran hapalan semata melainkan mata pelajaran yang bermakna dan berkesan
-
25
bagi siswa, (d) IPA merupakan mata pelajaran yang memiliki potensi yang dapat
membentuk kepribadian siswa secara keseluruhan.
Aspek pokok dalam pembelajaran IPA adalah siswa dapat menyadari
keterbatasan kemampuannya, sehingga memiliki rasa ingin tahu untuk menggali
pengetahuan baru, dan akhirnya dapat mengaplikasikan dalam kehidupan mereka.
Hal ini tentu saja harus ditunjang dengan perkembangan dan meningkatkannya
rasa ingin tahu siswa, cara siswa mengkaji informasi dan mencari berbagai bentuk
aplikasi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bila perkembangan
IPA diarahkan dengan tujuan yang demikian, diharapkan pembelajaran IPA
disekolah dasar dapat memberikan sumbangan yang nyata dalam memberdayakan
siswa untuk bekal dimasa depan.
Berhubungan dengan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Dale dalam
Kerucut Pengalaman Dale (Dale’s Cone Experience) mengatakan hasil belajar
seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada
dilingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada
lambang verbal (abstrak). Semakin keatas puncak kerucut semakin abstrak media
penyampai pesan itu. Proses belajar dan interaksi mengajar tidak harus dari
pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan
mempertimbangkan situasi belajar”. Pengalaman langsung akan memberikan
informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena ia
melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba.
(Radyan, 2014)
-
26
Berikut merupakan kerucut pengalaman Edgar Dale mulai dari
pengalaman langsung (konkret) sampai lambang kata (abstrak):
Gambar 2.1
Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Dasar pengembangan kerucut di atas bukanlah tingkat kesulitan,
melainkan tingkat keabstrakan jumlah jenis indera yang turut serta selama
penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan
kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai informasi dan gagasan yang
terkandung dalam pengalaman itu.
Dengan demikian, pembelajaran IPA penting diterapkan di sekolah dasar
agar siswa dapat mempelajari gejala-gejala alam disekitarnya secara dini sehingga
siswa dapat menggali informasi untuk mendapatkan suatu persepsi baru tentang
lingkungan disekitarnya. Pembelajaran IPA harus memperbanyak menggunakan
pengalaman langsung agar daya ingat siswa terhadap hal yang baru dipelajari
dapat bertahan lebih lama dalam memori otak.
Lambang Kata
Lambang Visual
Gambar Diam, Rekaman Radio
Gambar Hidup Pameran
Televisi
Karyawisata
Dramatisasi
Benda Tiruan/Pengamatan
Pengalaman Langsung
-
27
2.1.6 Model Pembelajaran
Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang
tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru
harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-
sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan
secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.
Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian model pembelajaran,
diantaranya Agus Suprijono (2012: 45) menyatakan bahwa model pembelajaran
merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi
pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap
implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas.
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan harus
mempertimbangkan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, serta
tingkat kemampuan peserta didik (Trianto, 2014:24).
Menurut Priansa (2015: 150), berpendapat bahwa model merupakan
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu
kegiatan. Model dapat dipahami juga sebagai gambaran tentang keadaan
sesungguhnya. Berangkat dari pemahaman tersebut, maka model pembelajaran
dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
-
28
sistematis dan terencana dalam mengorganisasikan proses pembelajaran peserta
didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Model
pembelajaran juga dapat dipahami sebagai blueorint guru dalam mempersiapkan
dan melaksanakan proses pembelajaran. Model pembelajaran berfungsi sebagai
pedoman bagi perancang kurikulum maupun guru dalam merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran.
Dari beberapa pemikiran tentang model pembelajaran seperti yang
dikemukakan di atas, dapat kita ambil kesimpulan tentang model pembelajaran.
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar.
Selain itu, model pembelajaran juga bertujuan untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para guru untuk merencanakan dan melaksanankan aktivitas pembelajaran. Model
pembelajaran juga dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat
dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing
aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat-tempat lain yang melaksanankan
aktivitas-aktivitas pembelajaran.
2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif
Melalui model pembelajaran kooperatif, siswa diharapkan akan mampu
mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang mereka miliki.
Di samping itu, siswa secara penuh dan sadar dapat menggunakan potensi sumber
belajar yang terdapat di lingkungan sekitarnya. Menurut (Trianto, 2007: 27),
model pembelajaran cooperative learning bernaung pada teori kontruktivisme,
-
29
yang pengajarannya menerapkan pembelajaran kooperatif secara intensif, bahwa
siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila
mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya.
Sedangkan menurut Agus Suprijono (2012: 54) menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termsuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan
oleh guru. Pendapat lain bahwa pembelajaran kooperatif diyakini sebagai praktik
pedagogis untuk meningkatkan proses pembelajaran, gaya berpikir tingkat tinggi,
perilaku sosial, sekaligus kepedulian terhadap siswa-siswa yang memiliki latar
belakang kemampuan, penyesuaian, dan kebutuhan yang berbeda-beda Miftahul
Huda (2015: 27).
Menurut Rusman (2014: 207) pembelajaran kooperatif memiliki
karakteristik atau ciri-ciri sebagai berikut:
1) Pembelajaran secara tim
2) Didasarkan pada manajemen kooperatif
3) Kemauan untuk bekerja sama
4) Keterampilan bekerja sama
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah suatu pembelajaran yang menekankan pada kerja sama dan interaksi antar
siswa yang heterogen untuk memperdalam tingkat pemahaman mereka mengenai
suatu pembelajaran.
-
30
2.1.8 Model Pembelajaran Picture and Picture
Model pembelajaran picture and picture merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif, dimana guru menggunakan alat bantu atau media
gambar untuk menerangkan sebuah materi atau memfasilitasi siswa untuk aktif
belajar. Menurut Shoimin (2014: 122), menyatakan model picture and picture
adalah suatu model belajar menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan
menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar yang
menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, sebelumnya guru
sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan, baik dalam bentuk kartu atau
carta ukuran besar.
Gambar sangat penting digunakan untuk memperjelas pengertian. Melalui
gambar, siswa mengetahui hal-hal yang belum pernah dilihatnya. Gambar dapat
membantu guru mencapai tujuan instruksional karena selain merupakan media
yang murah dan mudah diperoleh, juga dapat meningkatkan keaktifan siswa.
Menurut Huda (2014: 239), menyatakan keuntungan model pembelajaran picture
and picture anatara lain: 1) guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing
siswa; 2) siswa dilatih berpikir logis dan sistematis; 3) siswa dibantu belajar
berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan
kebebasan siswa dalam praktik berpikir; 4) motivasi siswa untuk belajar semakin
dikembangkan; dan 5) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
Sedangkan menurut Hamdani (2011: 89), menyebutkan kekurangan model ini
adalah memakan banyak waktu dan banyak siswa yang pasif.
-
31
Langkah-langkah pembelajaran model picture and picture menurut
Suprijono (2012: 125) yaitu:
(1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
(2) Menyajikan materi sebagai pengantar
(3) Guru menunjukkan/ memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan
dengan materi
(4) Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian
(5) Guru menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan gambar tersebut
(6) Dari alasan/ urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/
materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
(7) Kesimpulan/ rangkuman
Berdasarkan uraian di atas, menurut saya model pembelajaran picture and
picture memiliki keistimewaan diantaranya adalah memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berdiskusi tentang materi dalam bentuk gambar. Penyajian
materi dalam bentuk gambar dapat menarik perhatian siswa dan meningkatkan
keaktifan siswa, sehingga menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan.
Indikator model pembelajaran picture and picture adalah terciptanya
suasana belajar menyenangkan yang memungkinkan siswa untuk aktif bertanya
dan berani mengeluarkan pendapat sehingga hubungan antara guru dan siswa
berjalan secara seimbang.
2.1.9 Belajar Kelompok
Agar siswa efektif dalam proses belajar mengajar, maka siswa perlu dilatih
mengembangkan ketrampilan berpikir untuk memahami suatu proses dengan cara
-
32
mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan dan mencatat penalarannya
secara sistematis agar tidak terkesan monoton. Dalam setiap model pembelajaran
apapun yang digunakan dalam pembelajaran, ceramah tidak akan terlepas dari
model yang digunakan, termasuk juga dalam belajar kelompok.
Belajar kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih untuk membahas suatu materi dalam pelajaran yang sedang
dihadapinya (Abu Ahmadi, 2004: 111). Sedangkan menurut Nana S. Sukmadinata
(dalam M. Jumarin, 2000 : 50) mengemukakan pengertian bimbingan kelompok
yaitu “usaha penyuluh pendidikan atau guru untuk membantu anak atau siswa
yang berlangsung dalam situasi kelompok.
Jadi dari pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa belajar kelompok
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan kedewasaan dan
meningkatkan kemampuan anak dalam menguasai materi apapun yang mereka
kehendaki secara belajar bersama-sama. Dengan melalukan kerja kelompok siswa
memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mengeksplor bakat yang mereka
miliki,serta memilih teman yang mereka anggap baik dan tepat untuk belajar
bersama-sama, sehingga mereka dapat dengan mudah menguasai semua
pengetahuan yang mereka harapkan.
Samsudin (dalam Jumarin, 2000 : 63) mengemukakan bahwa bimbingan
kelompok belajar mempunyai tujuan:
1) Dapat menguasai ilmu pengetahuan dan kecakapan secara bersama-sama.
2) Dapat mengatasi kesulitan-kesulitan, terutama dalam belajar bersama-sama.
-
33
3) Dapat belajar bagaimana mengatasi kesulitan-kesulitan khususnya dalam
belajar dari anggota kelompok yang lain.
4) Membiasakan menghargai pendapat dan usulan orang lain.
5) Berlatih belajar mengeluarkan ;pendapat dan usul kepada orang lain.
6) Dapat memupuk gotong royong bagi anggota kelompoknya.
Manfaat bimbingan belajar kelompok antara lain:
1) Belajar dalam kelompok belajar dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih
menyenangkan dan dinamis karena ditemani oleh teman dan berada di rumah
sendiri sehingga dapat lebih santai. Agar efektif dan tidak berubah menjadi
bermain diperlukan pembimbing
2) Tersedianya kondisi belajar yang nyaman,
3) Mudah saling memberi informasi,
4) Dapat menghemat biaya untuk sarana belajar karena siswa dapat saling
berbagi pakai fasilitas atau sarana belajar,
5) Terperhatikannya karakteristik pribadi siswa,
6) Siswa dapat mereduksi kemungkinan kesulitan belajar,
7) Siswa dapat berperan aktif dalam mengelola pengetahuan yang telah dimiliki
untuk memecahkan suatu masalah. Kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah melalui belajar secara kelompok dapat membantu siswa tersebut
meningkatkan prestasi belajarnya,
8) Dengan belajar kelompok, dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang
tinggi pada diri setiap siswa. Siswa dibina untuk mengendalikan rasa egois
yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina kesetiakawanan
-
34
sosial antara siswa dengan siswa. (Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain
2002:63),
9) Dapat membantu siswa dalam rangka bertukar pikiran mengenai soal-soal
yang akan dibahas tersebut, kebiasaan tukar pikiran antara siswa yang satu
dengan siswa yang lain akan memacu cara belajar untuk lebih mengetahui
banyak tentang objek atau bahan yang sedang dipelajari.
2.1.10 Teori Belajar yang Mendukung
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam
kandungan) hingga liang lahat. Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan
tiap individu untuk meperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk
pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai
pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.
Menurut Siregar dan Nara (2011: 25-42) teori belajar dibagi menjadi 4 yaitu:
2.1.10.1 Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori belajar behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar
diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi
antara stimulus dan respons. Belajar menurut psikogi behavioristik adalah suatu
kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya (Thobroni, 2011: 64).
Sejalan dengan Rifa’I dan Anni (2012: 89) belajar adalah perubahan perilaku.
Perubahan perilaku dapat berwujud perilaku tampak (overt behavior) atau
-
35
perilaku yang tidak tampak (innert behavior). Perilaku yang tampak misalnya:
menulis, memukul, menendang. Sedangkan perilaku yang tidak tampak misalnya:
berfikir, menalar, dan berkhayal. Perubahan tingkah laku yang diperoleh dari hasil
belajar bersifat permanen.
Teori belajar Behaviorisme adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori ini menggunakan model
hubungan stimulus respon dan menempatkan peserta didik sebagai individu yang
pasif.
2.1.10.2 Teori Belajar Kognitivisme
Teori ini lebih menekankan proses belajar dari pada hasil belajar. Bagi
penganut aliran Kognitivisme belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respons. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu berkesinambungan
dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tapi
melalui proses yang mengalir bersambung-sambung menyeluruh.Menurut
psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai suatu usaha utuk mengerti sesuatu.
Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari
pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan,
mempraktikan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Piaget (dalam Rifa’i, 2012: 32-35) menggambarkan tahap perkembangan
kognitif seseorang mencakup empat tahap, yaitu:
-
36
a) Tahap Sensorimotori (0 – 2 Tahun) Pada tahap ini pengetahuan masih terbatas
pada persepsi yang diperoleh dari penginderaan dan kegiatan motorik.
Perilaku yang dimiliki masih terbatas pada respons, motorik sederhana yang
disebabkan oleh rangsangan penginderaan.
b) Tahap Praoperasional (2 – 7 Tahun) Pada tahap ini pemikiran lebih bersifat
simbolis, egosentries dan intuitif sehingga tidak melibatkan pemikiran
operasional. Pada tahap simbolis (2 – 4 tahun) anak sudah mampu
mempresentasikan objek yang tidak nampak dan penggunaan bahasa mulai
berkembang yang ditunjukan dengan sikap bermain sehingga muncul egoisme
dan animisme.
c) Tahap Operasional Konkret (7 – 11 Tahun) Pada tahap ini siswa mampu
mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda
konkret. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, namun hanya pada
situasi konkret dan kemampuan untuk menggolonggolongkan sudah ada.
Operasi yang mendasari pemikirannya berdasarkan pada yang konkret atau
nyata, dapat dilihat, diraba atau dirasa dari suatu benda atau kejadian.
d) Tahap Operasional Formal (11 – 15 Tahun) Pada tahap ini siswa sudah bisa
berpikir abstrak, idealis, dan logis. Pemikiran operasional formal tampak lebih
jelas dalam pemecahan problem verbal. Siswa juga mampu berpikir spekulatif
tentang kualitas ideal yang mereka inginkan dalam diri mereka dan diri orang
lain.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan teori kognitif menekankan
belajar merupakan peristiwa mental seseorang dari adaptasi intelektual. Jadi,
-
37
dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif, pembelajaran dapat lebih
efektif dan bermakna sehingga akan lebih memudahkan dalam pencapaian
kompetensi dan tujuan pembelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran
Picture and Picture terdapat beberapa harapan diantaranya kemampuan untuk
menggolonggolongkan, operasi yang mendasari pemikirannya berdasarkan pada
yang nyata, dapat dilihat atau dirasa dari suatu kejadian, mencarian informasi
baru, menganalisis berbagai masalah, menarik simpulan dan sebagainya. Hal
tersebut sangat didukung oleh teori belajar kognitif
2.1.10.3 Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia. Dari teori-teori belajar, seperti behavioristik, kognitif, dan
konstruktivistik, teori inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia
filsafat daripada dunia pendidikan. Pada kenyataanya teori ini lebih banyak
berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling
ideal. Dengan kata lain teori ini lenih tertarik pada gagasan tentang belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa yang diamati dalam
dunia keseharian.
Thobroni dan Mustofa (2011: 157) menjelaskan bahwa bagi para penganut
teori humanistik, proses belajar harus bermuara pada manusia. Pendapat tersebut
didukung oleh Rifa’i dan Anni, bahwa teori humanistik menganggap bahwa
pembelajaran merupakan wahana bagi siswa untuk melakukan aktualisasi diri,
sehingga pendidik harus membangun kecenderungan dan mengorganisir kelas
agar siswa melakukan kotak dengan peristiwa-peristiwa yang bermakna. Fokus
-
38
utama teori ini adalah hasil pendidikan yang bersifat afektif, belajar tentang cara-
cara belajar (learning how to lear) dan meningkatkan kreativitas dan semua
potensi siswa.
2.1.10.4 Teori Belajar Konstruktivisme
Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri
dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi
siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka
harus bekerja memacahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya,
berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Trianto, 2014: 29).
Konstruktivisme menekankan pada belajar sebagai proses operatif dan
autentik. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur
pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam
situasi. Sedangkan belajar autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek
yang dipelajari secara nyata. Belajar bukan hanya sekadar mempelajari teks-teks,
terpenting adalah bagaimana menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata (Agus
Suprijono, 2012: 39).
Berdasarkan uraian tersebut maka teori belajar yang mendasari penelitian ini
adalah adalah teori belajar kognitivisme dan konstruksivisme. Berdasarkan teori
kognitif piaget, peserta didik usia Sekolah Dasar berada pada tahap operasional
konkrit (7-11 tahun), oleh karena itu dalam pembelajaran hendaklah
menggunakan benda-benda konkrit dan sesuai dengan situasi nyata sehingga
siswa mudah memahami materi yang diberikan guru. Teori konstruktivisme
-
39
digunakan sebagai dasar dalam mengembangkan pengalaman siswa dalam
menerima pengetahuan, karena pada pembelajaran siswa dituntut untuk
memikirkan, menanggapi, dan memecahkan permasalahan yang diberikan guru
secara mandiri dengan mengontruksi berbagai pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya.
2.2 KAJIAN EMPIRIS
Beberapa hasil penelitian yang mendukung pada penelitian ini diantaranya
adalah:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ulil Aidi (2014), yang berjudul
“Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture untuk Meningkatkan Sikap
Toleran terhadap Keberagaman Siswa”. Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan
Pembelajaran dengan Model Picture and Picture menunjukkan hasil yaitu pada
siklus I secara keseluruhan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sebesar
47,37%, sedangkan hasil observasi pelaksanaan PTK pada siklus II secara
keseluruhan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sebesar 78,95%.
Peningkatan kegiatan layanan setiap siklus dari siklus I ke siklus II sebesar
78,95% - 47,37%, = 31,58%. Simpulan dari penelitian ini adalah: dari hasil
observasi yang dilaksanakan pada siklus I menunjukkan 47,37% siswa memahami
akan arti rasa toleransi pada Pembelajaran dengan Model Picture and Picture, di
siklus II siswa mengalami peningkatan dalam pemahamannya tentang arti rasa
toleransi Pembelajaran dengan Model Picture and Picture sebasar 78,95%, mereka
-
40
lebih banyak bersosial dan berani mngungkapkan pendapatnya pada saat diskusi
maupun saat pembelajaran..
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Bambang Riyono volume 2 tahun
2015, yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Picture and Picture dengan
Strategi Inkuiri terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa”. Hasil penelitian
menunjukan bahwa hasil belajar afektif menunjukkan peningkatan 4 sikap yang
berada pada kriteria baik dan sangat baik. Hasil belajar psikomotorik
menunjukkan 3 aspek yang dinilai pada kriteria baik dan sangat baik. Hasil belajar
kognitif menunjukkan bahwa 77,8% siswa tuntas KKM. Dalam hal ini, nilai LDS
lebih dominan menentukan nilai akhir dibandingkan nilai posttest. Hasil analisis
tanggapan model picture and picture dengan strategi inkuiri terbukti efektif
terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi protista.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Fauzi, dkk (2013) yang
berjudul “pengaruh Model Picture and Picture terhadap Hasil Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial Kelas III SD”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui
analisis data diperoleh rata-rata post-test pada kelas eksperimen diperoleh sebesar
77,85 sedangkan kelas kontrol sebesar 74,17. Hasil perhitungan effect size data
hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh sebesar 0,3
diklasifikasikan dalam kategori sedang, yang berarti bahwa penerapan model
picture and picture memberikan pengaruh yang sedang terhadap hasil belajar
siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas III Sekolah Dasar Negeri
03 Pontianak Selatan.
-
41
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh I Komang Gunadi (2013), yang
berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan teknik
Tutor Sebaya Berbantuan Picture and Picture terhadap Hasil Belajar TIK Siswa
Kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Sukasada tahun Ajaran 2011/2012”.
Dari pengujian hipotesis dengan taraf signifikan 5% dan dk 79 diperoleh
sebesar 5,493 dengan sebesar 1,990, karena , maka Ho
ditolak, ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil
belajar antara siswa yang belajar dengan menggunakan penerapan model
pembelajaran dengan teknik tutor sebaya berbantuan picture and picture dengan
model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri
1 Sukasada tahun pelajaran 2011/2012.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Subbarono Pri Hartoyo, dkk
volume 3 tahun 2013, yang berjudul “Implementasi Metode Picture and Picture
untuk Meningkatkan Ketrampilan Menulis Cerita Bagi Siswa Kelas VI SLB
Negeri Klungkung”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi
metode picture and picture dapat meningkatkan ketrampilan dalam menulis cerita
pada pelajaran Bahasa Indonesia, dibuktikan dengan hasil perhitungan nilai t-
score : -8,613 < = -2,060 peningkatan dari hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada kelas
kontrol.
Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Maryam Lalilehvand volume 8
nomor 3 tahun 2012, yang berjudul “The Effects of Text Length and Picture on
Reading Comprehension of Iranian EFL Students”. hasil penelitian ini
-
42
menunjukkan panjang teks bacaan tidak mempengaruhi pemahaman bacaan
pembaca, nemun menunjukkan bahwa gambar memiliki pengaruh yang sangat
signifikan terhadap kemampuan belajar peserta didik.
Ketujuh, penelitian yang dilakukan oleh Varibia Zulkarnaen, dkk volume
2 nomor 3 tahun 2013, yang berjudul “The Effect of Using Composite Pictures On
reading Comprehension Achievement of The Seventh Grade Students at SMP N 2
Tenggarang Bondowoso”. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa nilai rata-rata
(M) dari kelompok eksperimen adalah 75,91 dan kelompok kontrol adalah 59,52
dan nilai t-test adalah 3,016 dan t-tabel 5% dan derajat kebebasan 70 adalah 2,00.
Hasil nilai rata-rata pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol dan juga nilai t-test adalah lebih tinggi dari t-tabel. Ini berarti
bahwa penggunaan gambar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
pemahaman membaca ketujuh siswa kelas di SMPN 2 Tenggarang Bandowoso.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, penggunaan model Picture
and Picture efektif meningkatkan hasil dan aktivitas belajar, serta pemahaman
siswa. Penelitian yang dilakukan sebelumnya relevan dengan penelitian yang akan