keefektifan layanan konseling individual skripsi oleh: … · menurut redja mudyahardjo (2012:3)...
TRANSCRIPT
1
KEEFEKTIFAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL
DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR
PESERTA DIDIK KELAS VIII B MTs MUSLIMAT NU
PALANGKA RAYA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
OLEH:
NOR ASIH NIM:10.21.12098
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
TAHUN 2015
2
KEEFEKTIFAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL
DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR
PESERTA DIDIK KELAS VIII B MTs MUSLIMAT NU
PALANGKA RAYA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Ditulis Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan Dan Konseling
OLEH:
NOR ASIH NIM:10.21.12098
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
TAHUN 2015
3
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : NOR ASIH
Nomor Mahasiswa : 10.21.12098
Program Studi : Bimbingan dan Konseling
Lembaga Asal : Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi merupakan hasil karya saya sendiri
dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi, dari sepanjang sepengetahuan saya dalam skripsi ini tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain,
kecuali yang tertulis di acuan dalam daftar pustaka.
Palangka Raya, Januari 2015
Peneliti,
NOR ASIH
4
ABSTRAK
NOR ASIH : 2014. “Keefektifan Layanan Konseling Individu dalam
Meningkatkan Konsentrasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII B MTs Muslimat NU
Palangka Raya”. Skripsi. Program Studi Bimbingan dan Konseling. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.
Pembimbing : (1) Drs. HM. Fatchurahman, M.Pd, M.Psi (2) Heru Nurrahman,
M.Pd
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keefektifan layanan
konseling individual dalam meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik di
MTs Muslimat NU Palangka Raya.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), subjek penelitian peserta didik kelas VIII B MTs
Muslimat NU Palangka Raya, Kalimantan Tengah yang berjumlah 4 orang.
Teknik pengumpulan data dengan menyebarkan angket. Teknik analisis data
kuantitatif menggunakan rumus product moment. Data kualitatif diperoleh dari
hasil lembar observasi terhadap proses konseling individu peserta didik.
Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi belajar peserta didik meningkat setelah diberikan layanan konseling individu pada siklus I. (1) indikator yang menunjukkan prestasi belajar free tes 32,5% post tes 100%, (2) indikator hasil belajar yang dicapai seimbang dengan usaha yang dilakukan free tes 32,5% post tes 100%, (3) indikator cepat dalam melakukan tugas-tugas belajar free tes 27,5% post tes 75,5%, (4) indikator yang menunjukkan sikap yang wajar free tes 27,5% post tes 100%, (5) indikator yang menunjukkan tingkah laku yang tidak berlainan free tes 27,5% post tes 100%.
Kata Kunci : layanan, konseling, individu, konsentrasi, belajar.
i
5
ABSTRACT
NOR ASIH : 2014. "The affectiveness of the Individual Counseling Service
Learning Students Improve Concentration Class VIII B MTs MuslimatNU
Palangkaraya " .Thesis . Study Program Guidance and Counseling . The Faculty
of Education , University of Muhammadiyah Palangkaraya. Advisor: (1) Drs .
HM .Fatchurahman ,M.Pd , M.Psi (2) Heru Nurrahman, M.Pd
This study aimed to describe the effectiveness of individual Counseling
services in increasing concentrations of learners in MTs Muslimat NU
Palangkaraya.
This type of research used in this research is the Classroom Action Research
(CAR), the subject of research students of class VIII B MTs Muslimat NU
Palangkaraya, Central Kalimantan which amounts to 4 people . Data collection
techniques by distributing questionnaires .Quantitative data analysis technique
using product moment formula. The qualitative data obtained from the results of
the observation sheet for individual counseling process learners .
The results showed a concentration of learners increased after given individual counseling services in cycle I. (1) indicator showing the learning achievement of 32.5 % free test post test 100 % , (2) an indicator of learning outcomes achieved by the work done free test post- test 32.5 % to 100%, (3) rapid indicator in performing learning tasks free test post test 27.5 % 75.5 % , (4) indicators that show a reasonable attitude 27.5 % free test post test 100 % , (5) indicators that show different behavior is not free test 27.5 % 100 % post- test .
Keywords : services , counseling , individual , concentration , learning
ii
6
PERSEMBAHAN
Syukur tiada terkira kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat, serta
Hidayah-Nya kepada seluruh hamba-Nya. Dengan mengucap syukur
Alhamdulillah, kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang
kusayang :
1. Suamiku tercinta (M. Murjani), atas segala limpahan kasih sayang, cinta,
dukungan, semangat, pengertian dan perhatian yang selalu diberikan.
2. Ayahanda Abdullah dan Ibunda Sariah (Alm) yang senantiasa mendoakan
keberhasilan setiap langkah yang Ananda tempuh, walaupun ditengah
perjalanan langkah Ananda, Ibunda telah pergi menghadap Allah SWT.
3. Saudara-saudariku (Ernawati, Ratnawati, Bambang Irawan, Ditha Safitri, Dewi
Yana, dan M. Ahmadi) yang selalu memberikan doa dan dukungan.
4. Dosen pembimbing ku Bapak Drs. HM. Fatchurahman, M.Pd, M.Psi dan
Bapak Heru Nurrahman, M.Pd, yang telah banyak membantu mengarahkan,
membimbing dan memberikan dorongan sampai skripsi ini selesai.
5. Teman-temanku Angkatan 2010 BK yang tidak mungkin disebutkan satu
persatu, yang menemani perjuanganku. Semoga kalian semua sukses. Amin
6. Alammaterku, Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
“Kesuksesan berawal dari segala bakat yang Anda mampu lakukan dan
dilanjutkan dengan disiplin diri untuk melakukan apa yang lebih penting
melalui berbagai kesulitan akan membawa Anda pada rasa bangga karena
artinya Anda telah bekerja keras dalam mencapai kesuksesan itu”
iii
7
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi oleh Nor Asih ini telah diperiksa
dan disetujui untuk diuji.
Palangkaraya, Januari 2014
Pembimbing I
Drs. HM. Fatchurahman, M.Pd, M.Psi
Palangkaraya, Januari 2014
Pembimbing II
Heru Nurrahman, M.Pd
iv
8
LEMBAR PENGESAHAN
KEEFEKTIFAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DALAM
MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI MTs
MUSLIMAT NU PALANGKA RAYA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
NOR ASIH NPM : 10.21.12098
Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi
Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Bimbingan Konseling
Tanggal 23 Januari 2015
Tim Penguji :
Nama Jabatan Tanda Tangan
Drs. Bulkani, M.Pd Ketua ........................................
Drs. HM. Fatchurahman, M.Pd, M.Psi Sekretaris ........................................
Heru Nurrahman, M.Pd Anggota ........................................
Esty Aryani Safithary, M.Psi Anggota ........................................
Andi Riswandi Buana Putra, M.Pd Anggota ........................................
Palangka Raya, Januari 2015 Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya
Drs. M. Fatchurahman M.Pd, M.Psi NIP. 19660805 199412 1 001
v
9
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK .............................................................................................................. i ABSTRACT ........................................................................................................... ii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iii LEMBARAN PERSETUJUAN ............................................................................. iv LEMBARAN PENGESAHAN .............................................................................. v KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3 C. Tujuan Masalah ..................................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4 E. Batasan Masalah .................................................................................... 5 F. Definisi Operasional .............................................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoretis ...................................................................................... 7
1. Konseling Individual ......................................................................... 7 2. Konsentrasi Belajar ........................................................................... 10 3. Prosedur Pelaksanaan Konseling Individu dalam
Meningkatkan Konsentrasi Belajar Peserta didik ............................... 19 B. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 31 C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 33 D. Hipotesis Tindakan ................................................................................ 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 35 1. Waktu Penelitian ............................................................................... 35 2. Tempat Penelitian ............................................................................. 35
B. Jenis Penelitian ...................................................................................... 35 C. Kehadiran Dan Peran Peneliti ................................................................ 36 D. Subjek Penelitian ................................................................................... 36 E. Rancangan Penelitian ............................................................................. 37 F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 62 G. Teknik Analisis Data ............................................................................. 68 H. Jadwal Penelitian ................................................................................... 70
vii
10
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ....................................................................................... 71 B. Profil Konsentrasi Belajar Secara Umum .............................................. 72 C. Pengujian Hipotesis Tindakan ................................................................ 75 D. Profil Konsentrasi Belajar Peserta Didik Setelah Diberikan
Layanan Konseling Individu ................................................................. 96 E. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................. 99
BAB V PENUTUP A. Simpulan ............................................................................................... 102 B. Rekomendasi ......................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
11
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Kisi-kisi Angket ............................................................................... 62
Tabel 2 Indeks Korelasi ................................................................................ 65
Tabel 3 Lembar Observasi Peneliti Proses Konseling Individu ...................... 66
Tabel 4 Lembar Observasi Peserta Didik Proses Konseling Individu ............. 67
Tabel 5 Jadwal Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 69
Tabel 6 Data Subjek Penelitian ..................................................................... 70
Tabel 7 Profil Konsentrasi Belajar Peserta Didik Secara Umum .................... 72
Tabel 8 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Prestasi yang Rendah ............... 73
Tabel 9 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Hasil Belajar yang Dicapai
Tidak Sesuai dengan Usaha yang Dilakukan ...................................... 73
Tabel 10 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Lambat dalam Melakukan
Tugas-tugas Belajar ........................................................................... 74
Tabel 11 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Sikap yang Kurang Wajar ...... 74
Tabel 12 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Tingkah Laku yang Berlainan 75
Tabel 13 Lembar Observasi 1 pada Siklus I untuk Subjek 1 Proses
Konseling Individu ............................................................................ 77
Tabel 14 Lembar Observasi 2 pada Siklus I untuk Subjek 1 Proses
Konseling Individu ............................................................................ 78
Tabel 15 Lembar Observasi 3 pada Siklus I untuk Subjek 1 Proses
Konseling Individu ............................................................................ 79
Tabel 16 Lembar Observasi 1 pada Siklus I untuk Subjek 2 Proses
Konseling Individu ............................................................................ 80
Tabel 17 Lembar Observasi 2 pada Siklus I untuk Subjek 2 Proses
ix
12
Konseling Individu ............................................................................ 80
Tabel 18 Lembar Observasi 3 pada Siklus I untuk Subjek 2 Proses
Konseling Individu ............................................................................ 81
Tabel 19 Lembar Observasi 1 pada Siklus I untuk Subjek 3 Proses
Konseling Individu ............................................................................ 82
Tabel 20 Lembar Observasi 2 pada Siklus I untuk Subjek 3 Proses
Konseling Individu ............................................................................ 83
Tabel 21 Lembar Observasi 3 pada Siklus I untuk Subjek 3 Proses
Konseling Individu ............................................................................ 83
Tabel 22 Lembar Observasi 1 pada Siklus I untuk Subjek 4 Proses
Konseling Individu ............................................................................ 84
Tabel 23 Lembar Observasi 2 pada Siklus I untuk Subjek 4 Proses
Konseling Individu ............................................................................ 85
Tabel 24 Lembar Observasi 3 pada Siklus I untuk Subjek 4 Proses
Konseling Individu ............................................................................ 86
Tabel 25 Lembar Observasi 1 pada Siklus I untuk Peneliti Proses Konseling
Individu Subjek 1 .............................................................................. 87
Tabel 26 Lembar Observasi 2 pada Siklus I untuk Peneliti Proses Konseling
Individu Subjek 1 ............................................................................. 87
Tabel 27 Lembar Observasi 3 pada Siklus I untuk Peneliti Proses Konseling
Individu Subjek 1 .............................................................................. 88
Tabel 28 Lembar Observasi 1 pada Siklus I untuk Peneliti Proses Konseling
Individu Subjek 2 ............................................................................. 89
Tabel 29 Lembar Observasi 2 pada Siklus I untuk Peneliti Proses Konseling
Individu Subjek 2 ............................................................................. 89
x
13
Tabel 30 Lembar Observasi 3 pada Siklus I untuk Peneliti Proses Konseling
Individu Subjek 2 .............................................................................. 90
Tabel 31 Lembar Observasi 1 pada Siklus I untuk Peneliti Proses Konseling
Individu Subjek ................................................................................. 91
Tabel 32 Lembar Observasi 2 pada Siklus I untuk Peneliti Proses Konseling
Individu Subjek 3 .............................................................................. 91
Tabel 33 Lembar Observasi 3 pada Siklus I untuk Peneliti Proses Konseling
Individu Subjek 3 ............................................................................. 92
Tabel 34 Lembar Observasi 1 pada Siklus I untuk Peneliti Proses Konseling
Individu Subjek 4 ............................................................................. 93
Tabel 35 Lembar Observasi 2 pada Siklus I untuk Peneliti Proses Konseling
Individu Subjek 4 .............................................................................. 93
Tabel 36 Lembar Observasi 3 pada Siklus I untuk Peneliti Proses Konseling
Individu Subjek 4 ............................................................................. 94
Tabel 37 Profil Konsentrasi Belajar Peserta Didik Secara Umum .................. 96
Tabel 38 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Prestasi yang Rendah ............. 97
Tabel 39 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Hasil Belajar yang Dicapai
Tidak Sesuai dengan Usaha yang Dilakukan ................................................. 97
Tabel 40 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Lambat dalam Melakukan
Tugas-tugas Belajar ...................................................................................... 98
Tabel 41 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Sikap yang Kurang Wajar ...... 98
Tabel 42 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Tingkah Laku yang Berlainan 98
Tabel 43 Hasil Layanan Konseling Individu .................................................. 99
Tabel 44 Hasil Peningkatan Konsentrasi Belajar ............................................. 100
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Redja Mudyahardjo (2012:3) mengatakan bahwa “pendidikan
adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan
dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang
mempangaruhi pertumbuhan individu”.
Secara umum fenomena rendahnya konsentrasi belajar peserta didik
ditunjukkan dengan sikap peserta didik yang cenderung ramai/gaduh di dalam
kelas, berbicara sendiri dengan teman sebangku dan mengantuk saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Oleh karena itu, persoalan tentang kurangnya
konsentrasi belajar peserta didik dalam memahami mata pelajaran harus segera
diatasi, supaya peserta didik dapat fokus saat pelajaran berlangsung, tertib saat
kegiatan belajar/tidak mengantuk.
Menurut Natawidjaja (Yusuf dan Nurihsan, 2011:6) mengatakan bahwa :
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya.
Menurut ASCA (American School Counselor Association) (Yusuf dan
Nurihsan, 2011:8) menerangkan bahwa :
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya.
1
2
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan
konseling adalah sebagai salah satu penyedia lingkungan bagi kehidupan
peserta didik, yang oleh karena itu diharapkan usaha-usaha di bidang
pendidikan dapat memberi pengaruh yang konstruktif bagi kehidupan peserta
didik dalam mencapai kedewasaannya.
Sehubungan dengan hal tersebut kita perlu melihat bagaimana layanan
bimbingan dan konseling dilaksanakan di sekolah dalam (1) membantu
individu agar dapat mengatasi masalahnya sendiri, dengan memilih alternatif
yang tepat sesuai keadaan dirinhya, (2) kalau individu tidak menemukan jalan
keluar atau laternatif dari masalahnya, maka tugas bimbingan adalah
membantuindividu agar memahami masalahnya dan sanggup menerimanya
sebagai suatu kenyataan, (3) membukakan jalan bagi individu karena ia tidak
sadar bahwa ada jalan yang mungkin terbuka baginya, dan (4) dalam keadaan
tertentu karena tekanan emosional, atau dalam keadaan lelah, mungkin
individu hilang kemampuannya mengatasi persoalan sendiri. Maka tugas guru
bimbingan adalah men-sugesti dia untuk jalan keluar yang lebih baik.
Menurut Hellen (2002:128) mengatakan bahwa “konseling individual
adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
mendapat layanan konseling tatap muka (secara perorangan) dengan guru
pembimbing dalam rangka pengentasan permasalahan pribadi yang
dideritanya”.
Realita yang didapat dari hasil observasi di MTs Muslimat NU kelas VIII
B Palangka Raya pada saat proses belajar mengajar berlangsung menunjukkan
3
bahwa beberapa peserta didik mengalami kurangnya konsentrasi dalam belajar
pada saat pembelajaran.
Kurangnya konsentrasi belajar peserta didik di tunjukkan dengan
perilaku cepat bosan terhadap pelajaran atau malas mendengarkan pelajaran
yang diberikan guru di kelas sehingga sering mengobrol, bengong (melamun),
tidak peduli, sangat cuek dan bila dipanggil beberapa kali baru menoleh, lupa
dengan perintah guru di sekolah, suka terburu-buru, dan asik sendiri dengan
aktifitasnnya (menyanyi dan bermain dengan teman). Hal ini berakibat
timbulnya permasalahan belajar bagi peserta didik.
Permasalahan seperti ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, termasuk
perilaku peserta didik yang tidak dapat berkonsentrasi pada saat pembelajaran
dan untuk melakukan aktifitas belajar sesuai dengan kebutuhan seperti yang
telah diatur atau diharapkan. Disinilah perlu tindakan dari konselor untuk
membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah konsentrasi belajar.
Salah satunya ialah dengan memberikan layanan konseling individu. Oleh
karena itu, disini peneliti sangat tertarik untuk mengkaji lebih dalam
bagaimana keefektifan layanan konseling individual meningkatkan konsentrasi
belajar peserta didik kelas VIII B MTs Muslimat NU Palangka Raya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut: “Bagaimanakah keefektifan layanan konseling individual
dalam meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik dikelas VIII B MTs
Muslimat NU Palangka Raya?”
4
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah menggambarkan keefektifan layanan konseling individual dalam
meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik kelas VIII B di MTs Muslimat
NU Palangka Raya.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Secara Teoretis
a. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu
pendidikan terutama dikaitkan dengan hal-hal yang mempengaruhi
konsentrasi belajar peserta didik.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam
rangka penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik
pendidikan sebagai upaya yang strategis dalam pengembangan kualitas
sumber daya manusia.
2. Secara Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk membantu dan
mendukung petugas Bimbingan Konseling dalam melaksanakan
layanan konseling individual agar dapat digunakan dalam
meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik.
b. Bagi Guru atau Petugas Bimbingan Konseling
5
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk dapat melaksanakan
layanan konseling individual dengan teknik-teknik dan metode yang
mudah dipahami oleh peserta didik.
E. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, agar tidak terjadi kesimpangsiuran
maka akan dibatasi masalah sebagai berikut :
1. Layanan konseling individual diberikan kepada peserta didik yang
mengalami gangguan konsentrasi belajar
2. Peserta didik yang diteliti dibatasi pada kelas VIII B MTs Muslimat NU
Palangka Raya.
F. Definisi Operasional
Untuk menjelaskan variabel yang menjadi objek dalam penelitian ini,
dapat peneliti uraikan sebagai berikut :
1. Konseling individual adalah layanan yang diberikan oleh konselor secara
langsung (tatap muka) dalam rangka pengentasan permasalahan yang
dihadapi klien (peserta didik). Konseling individu dilaksanakan dengan
tahapan sebagai berikut: a. Attending (Menghampiri Klien), b. Empati, c.
Refleksi, d. Eksplorasi, e. Menangkap Pesan Utama (Paraphrasing), f.
Bertanya Membuka Percakapan, g. Dorongan Minimal, h. Interpretasi, i.
Mengarahkan, j. Menyimpulkan Sementara, k. Konfrontasi, l. Fokus, m.
Memimpin (Leading), n. Menjernihkan (Clarifying), o. Memudahkan
(Facilitating), p. Mengambil Inisiatif, q. Memberi Nasehat, r. Memberi
6
Informasi, s. Merencanakan Program Bersama Klien, t. Menyimpulkan,
Mengevaluasi, dan Menutup Sesi Konseling.
2. Konsentrasi belajar adalah pemusatan perhatian dalam proses perubahan
tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan
penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi.
Menurut Dalyono (2010:247) mengatakan bahwa beberapa gejala
pertanda adanya gangguan konsentrasi belajar. Misalnya:
1) Menunjukkan prestasi yang rendah/di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
3) Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya :dalam mengerjakan soal-soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
4) Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti :acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, dan lain-lain.
5) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan. Misalnya :mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teoretis
1. Konseling Individual
a. Pengertian Konseling
Konseling sebagai terjemahan dari “Counseling” merupakan
bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagai teknik.
Menurut Hahn (dalam Willis, 2013:18) mengatakan bahwa:
Konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan seorang dengan seorang yaitu individu yang mengalami masalah yang tak dapat diatasinya, dengan seorang petugas professional yang telah memperoleh latihan dan pengelaman untuk membantu agar klien mampu memecahkan kesulitannya.
Menurut Yusuf (2011:9) mengatakan bahwa “konseling adalah
salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu”. Makna bantuan
di sini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu
tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah
yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami
dalam kehidupannya.
Menurut Natawidjaja (dalam Sukardi, 2000:21) mengatakan
bahwa:
Konseling adalah suatu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbale balik antara dua individu, di mana yang seorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (yaitu Klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.
7
8
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa konseling
adalah suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau
tatap muka antara konselor dan klien yang dilakukan dalam suasana
keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku, agar
klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam
memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa
yang akan datang.
b. Pengertian Konseling Individual
Konseling merupakan bimbingan yang ditujukan kepada peserta
didik secara face to face dengan cara wawancara. Layanan ini diberikan
kepada peserta didik yang bermasalah dan umumnya diberikan secara
individu. Karena itu, layanan konseling merupakan hubungan timbal
balik antara peserta didik dengan pembimbing sehingga layanan ini
diperlukan suatu kerja sama antara kedua belah pihak, yaitu keahlian,
keterampilan yang memadai serta teknik yang tepat agar pihak klien
dapat dengan mudah terbuka dengan mengemukakan masalah-
masalahnya, tanpa adanya perasaan ragu-ragu, was-was, dan kurang
aman.
Menurut Sukardi (2000:46) mengatakan bahwa:
Konseling individual adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik yang mendapatkan layanan secara tatap muka dengan guru pembimbing/konselor dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahannya.
Menurut Willis (2013:35) mengatakan bahwa “konseling
individu adalah bantuan yang diberikan oleh konselor kepada seorang
9
peserta didik dengan tujuan berkembangnya potensi peserta didik,
mampu mengatasi masalah sendiri, dan dapat menyesuaikan diri secara
positif”.
Menurut Prayitno (dalam Tohirin, 2009:163) menyatakan
bahwa “layanan konseling perorangan adalah layanan konseling yang
diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang klien dalam
rangka pengentasan masalah pribadi klien (peserta didik)”. Melalui
konseling perseorangan, klien (peserta didik)akan memahami kondisi
dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan
dan kelemahan dirinya, serta kemungkinan upaya untuk mengatasi
masalahnya.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa layanan
konseling individual adalah layanan yang diberikan secara langsung
secara tatap muka dalam rangka pengentasan permasalahan yang
dihadapi klien.
c. Tujuan Konseling Individual
Menurut Tohirin (2009:164) mengatakan bahwa “tujuan layanan
konseling individual adalah agar klien memahami kondisi dirinya
sendiri, lingkungannya, permasalhan yang dialami, kekuatan dan
kelemahan dirinya sehingga klien mampu mengatasinya”.
Menurut Willis (2013:35) mengatakan bahwa “tujuan konseling
individual adalah memberikan bantuan agar berkembangnya potensi
10
peserta didik, mampu mengatasi masalah sendiri, dan dapat
menyesuaikan diri secara positif”.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
konseling individual adalah agar klien memahami seluk belukyang
dialami secara mendalam dan komprehensif, positif, dan dinamis.
Dengan perkataan lain, konseling individual bertujuan untuk
mengentaskan masalah yang dialami klien.
2. Konsentrasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Kembali kepada konsep belajar, setiap ahli psikologi memberi
definisi dan batasan yang berbeda-beda, akibatnya terdapat keragaman
di dalam menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar.
Menurut Dalyono (2010:208) mengatakan bahwa “belajar
adalah usaha untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi atau
situasi-situasi di sekitar kita”. Dalam menyesuaikan diri itu termasuk
mendapatkan kecekatan-kecekatan pengertian-pengertian yang baru,
dan sikap-sikap yang baru.
Menurut Witherington (dalam Suryono dan Haryanto 2012:11)
mengatakan bahwa “belajar adalah perubahan dalam kepribadian, yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Pendapat
yang hampir sama dinyatakan oleh Crow and Crow (dalam Suyono dan
Hariyanto, 2012:12) menyatakan bahwa :
11
Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.Belajar dikatakan berhasil jika seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah dipelajarinya, sehingga belajar semacam ini disebut dengan rote learning, belajar hafalan, belajar melalui ingatan, by heart, di luar kepala, tanpa mempedulikan makna.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian.
b. Tujuan Belajar
1) Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain
tingkah laku, misalnya seorang anak kecil yang tadinya sebelum
memasuki sekolah bertingkah laku manja, egois, cengeng, dan
sebagainya, tetapi setelah beberapa bulan masuk sekolah dasar,
tingkah lakunya berubah menjadi anak yang baik, tidak lagi
cengeng dan sudah mau bergaul dengan teman-temannya.
2) Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi
baik, seperti merokok, minum-minuman keras, keluyuran, tidur
siang, bangun lambat, bermalas-malasan dan sebagainya.
Kebiasaan buruk di atas harus diubah menjadi yang baik. Cara
menghilangkannya ialah belajar melatih diri menjauhkan kebiasaan
buruk dengan modal keyakinan dan tekad bulat harus berhasil.
3) Belajar bertujuan untuk mengubah sikap, dari negatif menjadi
positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang, dan
sebagainya. Misalnya seseorang remaja yang tadinya selalu
12
bersikap menentang orang tuanya, tetapi setelah sering mendengar,
mengikuti pengejian dan ceramah-ceramah agama, sikapnya
berubah menjadi anak yang patuh, cinta dan hormat kepada orang
tuannya.
4) Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang
ilmu, misalnya tidak bisa membaca, menulis, berhitung, berbahasa
inggris menjadi bisa membaca semuanya, dari tidak mengetahui
keadaan di bulan jadi mengetahui dan sebagainya. Ilmu
pengetahuan terus berkembang tanpa mengenal batas. Karena itu
setiap orang, besar, kecil, tua, muda, diharuskan untuk belajar terus
agar dapat mengikuti perkembangan teknologi yang semakin maju
dan canggih.
c. Pengertian Konsentrasi Belajar
Secara garis besar, sebagian besar orang memahami pengertian
konsentrasi sebagai suatu proses pemusatan pikiran kepada suatu objek
tertentu.
Menurut Hakim (2005:1) mengatakan bahwa “konsentrasi
belajar adalah orang harus berusaha keras agar segenap perhatian panca
indera dan pikirannya hanya boleh terfokus pada satu objek saja”.
Selanjutnya konsentrasi yang efektif adalah suatu proses terfokusnya
perhatian seseorang secara maksimal terhadap suatu objek kegiatan
yang dilakukannya dan proses tersebut terjadi secara otomatis serta
13
mudah karena orang yang bersangkutan mampu menikmati kegiatan
yang sedang dilakukannya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:239) mengatakan bahwa
“konsentrasi belajar adalah kemampuan memusatkan perhatian pada
pelajaran”. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar
maupun proses memperolehnya.
Menurut Suwarjo dan Eliasa (2010:46) mengatakan bahwa
“konsentrasi adalah kemampuan seseorang untuk mencurahkan
perhatian dalam waktu yang relatif lama”.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi
belajar adalah pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah
laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan
penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi.
d. Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Konsentrasi Belajar
1) Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor penyebab gangguan
konsentrasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Faktor internal
terbagi ke dalam dua garis besar sebagai berikut:
Faktor penyebab gangguan konsentrasi yang bersumber dari
kondisi jasmani seseorang yang tidak berada di dalam kondisi
normal atau mengalami gangguan kesehatan. Misalnya:
14
a) mengantuk,
b) lapar dan haus,
c) gangguan panca indera,
d) gangguan pencernaan,
e) gangguan jantung,
f) gangguan pernapasan, gangguan di kulit yang menyebabkan
gatal dan perih,
g) gangguan saraf dan otak,
h) tidak betah diam dan hiperaktif, dan
i) sedang tidak enak badan, seperti demam, pusing, dan
gangguan kesehatan lainnya.
Faktor penyebab gangguan konsentrasi berasal dari mental
seseorang (rohaniah) yang sedang mengalami berbagai macam
gangguan, mulai dari gangguan mental ringan (saat pribadi
seseorang masih berada dalam batas normal) sampai pada
gangguan mental berat (saat pribadi orang tersebut sudah berada
dalam kondisi abnormal).
Berikut ini beberapa gangguan mental yang dapat
menimbulkan gangguan konsentrasi seseorang yaitu:
a) tidak tenang dan tidak betah diam yang bersumber dari
pembawaan atau masalah tertentu,
b) ada kecenderungan mudah gugup dan grogi,
c) emosional, tidak sabar, dan selalu sering bersikap terburu-buru,
15
d) mudah tergoda pada sesuatu yang terlihat dan terdengar di
sekitar lingkungan,
e) ada kecenderungan untuk mudah cemas setiap kali
mengerjakan sesuatu yang penting,
f) mudah grogi di tengah lingkungan orang banyak, seperti
kampus, dan kantor,
g) tidak dapat mengendalikan khayalan, ingatan masa lalu, dan
pikiran-pikiran lain yang muncul saat mengerjakan sesuatu,
h) tidak percaya diri yang mengakibatkan timbulnya bayangan
takut gagal yang mencemaskan,
i) sedang dihinggapi gangguan mental tertentu, seperti stress,
trauma, frustasi, psikosomatis, neurosis, dan depresi, mulai
dari yang ringan sampai yang berat. Pada gangguan
psikosomasis, seseorang sudah sering tidak dapat lagi berpikir
secara realistis.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor penyebab gangguan
konsentrasi yang berasal dari luar diri seseorang, yaitu dari
lingkungan di sekitar orang tersebut berada.Faktor gangguan
eksternal yang sering dialami adalah adanya rasa tidak nyaman
dalam melakukan berbagai kegiatan yang memerlukan konsentrasi
penuh, seperti belajar, bekerja, dan beribadah. Berikut ini contoh-
contoh gangguan tersebut:
16
a) Ruang belajar yang terlalu sempit dan menimbulkan rasa tidak
leluasa dan tidak rileks.
b) Ruang belajar yang tidak bersih. Masalah kebersihan dapat
menimbulkan emosi dan pertengkaran jika hal disebabkan oleh
ketidakdisiplinan peserta didik.
c) Tata letak barang-barang yang tidak teratur sehingga
menimbulkan kesan berantakan yang juga dapat menimbulkan
perasaan tak menentu. Masalah ini juga dapat menimbulkan
emosi dan pertengkaran jika penyebabnya adalah ulah peserta
didik.
d) Udara di sekitar lingkungan belajar yang berpolusi dari debu
yang berasal dari ruang belajar yang tidak bersih atau berasal
dari luar karena terlalu ramainya lalu lintas.
e) Adanya aroma yang tidak sedap, seperti bau busuk dari sampah,
bangkai binatang, atau WC yang jarang dibersihkan. Bau badan
orang lain juga dapat menimbulkan gangguan cukup serius jika
anda selalu belajar satu kelas dengan orang tersebut.
f) Suhu udara yang terlalu panas. Masalah ini terutama terjadi
pada lingkungan kelas yang yang fasilitasnya kurang memadai.
g) Hubungan yang kurang harmonis dengan orang-orang yang
sering berada dalam satu lingkungan yang sama. Masalah ini
akan menjadi cukup serius jika seseorang harus belajar setiap
hari bersama dengan orang lain yang hubungannya kurang baik,
17
apalagi jika hubungan tersebut sudah diliputi rasa saling
membenci.
h) Tidak adanya kerjasama yang baik antar peserta didik terutama
kerjasama antarbagian. Akibatnya timbullah gejala saling
menyalahkan yang mengarah pada pertengkaran dan selanjutnya
mengganggu ketenangan serta konsentrasi dalam belajar.
i) Kepemimpinan yang kurang baik. Diberbagai lingkungan,
seperti sekolah, kepemimpinan yang tidak baik dapat
menyebabkan para bawahan tidak bekerja sesuai dengan hak,
kewajiban, dan aturan yang berlaku. Lingkungan seperti ini
sangat rawan dengan penyimpangan tingkah laku dan
perselisihan yang akhirnya merusak ketenagan dan konsentrasi
dalam melakukan kegiatan.
j) Polusi suara yang berasal dari kendaraan bermotor, mesin
pekerja banguanan, suara bising dari kerumunan orang banyak,
dan suara keramaian lalu lintas, terutama jika orang tersebut
belajar di tempat yang lokasinya di daerah pusat bisnis.
k) Gangguan penglihatan yang bersumber dari lingkungan yang
kotor, tata letak barang-barang yang tidak teratur, gambar di
dinding yang tidak sesuai dengan selera dan etika, dan tingkah
laku orang-orang di sekitar lingkungan yang tidak senonoh.
18
e. Masalah-Masalah yang Timbul Akibat Gangguan Konsentrasi
Belajar
1) Terjadinya hambatan di dalam semua kegiatan sehari-hari
khususnya kegiatan hidup yang utama. Misalnya, terhambatnya
pencapaian prestasi yang maksimal yang baik bagi seorang pekerja.
2) Dari sisi keagamaan, gangguan konsentrasi akan menyebabkan
seseorang mengalami kesulitan untuk menjalankan ibadah dengan
khususk.
3) Jika seseorang yang mengalami gangguan konsentrasi menjalani
latihan spiritual, seperti mediasi,yoga, bela diri tenaga dalam,
latihan pernapasan, dan telepati, kemungkinan besar ia akan
mengalami kegagalan. Bahkan lebih dari itu, ia tidak dapat
merasakan sensasi apapun setelah mengikuti latihan spiritual.
4) Dari segi kesehatan mental, terganggunya daya konsentrasi
seseorang yang akan mengakibatkan berbagai gangguan mental,
seperti frustasi yang diakibatkan oleh kegagalan kerja yang
bersumber dari terganggunya konsentrasi. Selain itu, gangguan
konsentrasi akan mengakibatkan kecenderungan untuk mudah
terkena stres, waswas, grogi, dan tidak tenang karena pada dasarnya
gangguan konsentrasi merupakan kelemahan seseorang untuk
mengendalikan pikirannya.
19
f. Karakteristik Peserta Didik yang Mengalami Gangguan
Konsentrasi Belajar
Seperti telah dijelaskan murid yang mengalami gangguan
konsentrasi belajar itu memiliki hambatan-hambatan sehingga
menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain (guru,
pembimbing).
Menurut Dalyono (2010:247) mengatakan bahwa beberapa
gejala sebagai pertanda adanya gangguan konsentrasi belajar. Misalnya:
6) Menunjukkan prestasi yang rendah/di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
7) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
8) Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal, misalnya : dalam mengerjakan soal-soal, dalam menyelesaikan tugas-tugas.
9) Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti : acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, dan lain-lain.
10) Menunjukkan tingkah laku yang berlainan. Misalnya : mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
3. Prosedur Pelaksanaan Konseling Individu dalam Meningkatkan
Konsentrasi Belajar Peserta Didik
Prosedur konseling terlaksana karena hubungan konseling
berjalan dengan baik. Menurut Brammer (dalam Willis 2013:50)
mengatakan bahwa “proses konseling adalah peristiwa yang tengah
berlangsung dan meberi makna bagi para peserta konseling tersebut
(konselor dan klien)”. Teknik-teknik dalam proses konseling yaitu :
20
1) Perilaku Attending (Menghampiri Klien)
a) Rasional
Perilaku attendingdapat juga dikatakan sebagai penampilan
konselor yang menampakkan komponen-komponen perilaku
nonverbal, bahasa lisan, dan kontak mata. Perilaku attending
yang ditampilkan konselor akan mempengaruhi kepribadian
klien yaitu meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana
aman bagi klien, dan memberikan keyakinan kepada klien
bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan
segala isi hati dan perasaan.
b) Tujuan
Konselor dapat memperlihatkan penampilan yang attending di
berbagai situasi hubungan interpersonal secara umum,
khususnya dalam relasi konseling dengan klien.
2) Empati
a) Rasional
Orang yang dipercayai oleh klien adalah yang memahami dan
dapat merasakan perasaan, pengalaman, serta pikiran
klien.Konselor yang mudah memasuki dunia dalam klien
sehingga klien tersentuh dengan sikap konselor. Akhirnya klien
akan terbuka dengan jujur terhadap konselor.
21
b) Tujuan
Empati bertujuan agar konselor mampu memasuki dunia dalam
klien melalui ungkapan-ungkapan empati (PE dan AAE) yang
menyentuh perasaan klien. Jika demikian keadaannya maka
klien akan terbuka dan mau mengungkapkan dunia dalamnya
lebih jauh baik berbentuk perasaan, pengalaman, dan pikiran.
3) Refleksi
a) Rasional
Refleksi adalah upaya untuk menangkap perasaan, pikiran dan
pengalaman klien, kemudian merefleksikan kepada klien
kembali. Hal ini harus dilakukan konselor sebab sering klien
tidak menyadari akan perasaan, pikiran dan pengalamannya
yang mungkin menguntungkan atau merugikannya.
b) Tujuan
Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada konselor
agar dapat mereflesikan perasaan, pikiran dan pengalaman klien
melalui pengamatan perilaku verbal dan nonverbal.
4) Eksplorasi
a) Rasional
Sering klien sulit untuk mengungkapkan perasaan, pikiran dan
pengalamannya kepada konselor karena merasa malu, takut,
segan, curiga, tertutup, dan berbagai ganjalan lainnya.Teknik
22
eksplorasi yaitu upaya untuk membuat klien mengatakan semua
perasaan, pikiran dan pengalaman kepada konselor secara jujur.
b) Tujuan
Konselor mampu menyusun kata atau kalimat yang dapat
menggugah perasaan, pikiran, atau pengalaman klien, sehingga
dia menjadi terbuka untuk menjelaskan secara rinci.
5) Menangkap Pesan Utama (Paraphrasing)
a) Rasional
Sering terjadi klien sulit mengarahkan pembicaraan dan
menekankan tentang pokok-pokok permasalahannya.Untuk
mengatasi hal ini perlu ada upaya konselor agar inti
pembicaraan klien bisa ditangkap dan dibahaskan dengan
sederhana serta mudah dimengerti oleh klien.
b) Tujuan
Konselor harus menggunakan kata-kata atau kalimat sendiri
yang sederhana dan mudah dipahami klien, mengatakan kembali
kepada klien bahwa konselor ada bersama dia dan berusaha
memahami apa yang dikatakan klien, memberi arah terhadap
jalannya wawancara konseling, dan pengecekan kembali
persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien.
23
6) Bertanya Membuka Percakapan
a) Rasional
Jika seorang klien tak mampu menyatakan isi hati dan
perasaannya, maka konselor saatnya menggunakan pernyataan
terbuka agar percakapan bisa dilakukan oleh klien.Kata awal
yang mungkin membuka pernyataan adalah apakah, adakah,
bolehkah, bagaimana.
b) Tujuan
Agar konselor terampil menggunakan pertanyaan yang
memungkinkan munculnya pernyataan-pernyataan baru (open-
ended question).
7) Dorongan Minimal
a) Rasional
Klien sering tersendat dalam mengungkapkan emosinya.Hal
disebabkan rasa tertekan yang kuat.Untuk memudahkan emosi
itu keluar, maka teknik memberi dorongan minimal dapat
dipergunakan oleh konselor.
b) Tujuan
Konselor menggunakan dorongan minimal dalam rangka
memperlancar ucapan-ucapan klien dan menggunakan teknik
attending agar klien lebih mudah berbicara.
24
8) Interpretasi
a) Rasional
Untuk menentukan alternatif pilihan dalam mengambil
keputusan, seorang klien sering kebingungan karena kurangnya
rujukan atau referensi. Konselor yang frofesional harus menjadi
rujukan klien.Yaitu konselor mengulas atau menafsirkan
pemikiran, perasaan dan pengalaman klien secara objektif,
ilmiah dan atas dasar teori-teori.
b) Tujuan
Konselor mampu mengulas pemikiran, perasaan dan
pengalaman klien secara ilmiah da menyusun kalimat-kalimat
ulasan atau tafsirannya yang ilmiah sehingga membangkitkan
minat klien untuk membuat alternatif lain yang lebih objektif.
9) Mengarahkan
a) Rasional
Sering klien kurang mampu melakukan sesuatu tanpa petunjuk
orang lain. mengarahkan (directing) merupakan teknik
konseling yang akan membuat klien terarah kepada tujuan
konseling.
b) Tujuan
Konselor agar bisa mengajak/mengarahkan klien dengan sikap
attendinguntuk mampu membuat sesuatu dan mampu menyusun
kalimat-kalimat yang bernada mengajak atau mengarahkan
25
dengan halus sehingga klien terasa tersugesti untuk membuat
sesuai arahan konselor itu.
10) Menyimpulkan Sementara
a) Rasional
Konselor harus mampu membuat kesimpulan sementara
bersama klien agar mempertajam masalah, meningkatkan
kualitas diskusi, maju ketaraf selanjutnya kearah tujuan,
menyimpulkan hal-hal yang dibicarakan, dan klien memperoleh
kilas balik dari hasil pembicaraan sehingga dia tahu bahwa
konseling makin maju.
b) Tujuan
Konselor membuat kesimpulan-kesimpulan dalam suatu diskusi
dengan melibatkan klien dan mampu menyusun kalimat ajakan
terhadap klien untuk membuat kesimpulan sementara dari hasil
diskusi.
11) Konfrontasi
a) Rasional
Kadang-kadang klien tidak konsisten dalam kata dan
perbuatannya, untuk mengatasi hal ini, konselor harus
menguasai teknik konfrontasi agar klien dibantu supaya kembali
konsisten.
26
b) Tujuan
Konselor mempunyai daya kritis terhadap faktor diskrepansi
atau inkonsistensi dari diri klien dan mampu mampu membuat
kalimat-kalimat konfrontasi yang baik dan dengan sikap
attending.
12) Fokus
a) Rasional
Klien yang sudah terlibat dan terbuka dalam proses konseling
sering bicaranya menyimpang dari pokok pembicaraan. Dalam
keadaan demikian, seorang konselor harus membantu kliennya
agar memusatkan perhatiannya pada pokok pembicaraan.
b) Tujuan
Konselor mampu menangkap keadaan klien yang berbicara
sudah menyimpang dari pokok pembicaraan dan mampu
menyusun kalimat yang memberikan dorongan supaya klien
memfokuskan pembicaraan.
13) Memimpin (Leading)
a) Rasional
Sering terjadi klien tak mampu mengarahkan pembicaraan dan
terkesan melantur, menyimpang atau kebanyakan materi diluar
pokok pembicaraan.Untuk mengatasi hal ini konselor harus
mampu memimpin agar pembicaraan klien lurus ke tujuan
konseling sebagaimana diharapkan klien.
27
b) Tujuan
Konselor mampu mengetahui dan memahami bahwa arah
pembicaraan klien sudah menyimpang atau tidak mengarah ke
tujuan konseling dan konselor dapat menyusun kalimat yang
memimpin pembicaraan dalam diskusi dengan klien.
14) Menjernihkan (Clarifying)
a) Rasional
Dalam kedaan ragu-ragu, sering klien berbicara samar-samar
alias tidak jelas.Mungkin ketidakjelasan bersumber dari
lemahnya kemampuan mengkomunikasikan sesuatu secara
jelas.Dalam hal ini konselor harus jeli pengamatannya.Dia
berusaha menggunakan teknik “menjernihkan” atau clarifying.
b) Tujuan
Menangkap pesan klien yang samar-samar alias tidak jelas atau
yang meragukan dan menyusun kalimat yang
menjernihkan/meng-clear-kan (clarifying) pernyataan
pernyataan (pesan-pesan) yang samar-samar, meragukan, dan
tidak jelas.
15) Memudahkan (Facilitating)
a) Rasional
Adalah tugas konselor untuk memudahkan atau memberi
peluang yang besar kepada klien supaya dia mengungkapkan
28
perasaan, pikiran, dan pengalamannya dengan leluasa dengan
teknik facilitating (memudahkan).
b) Tujuan
Membentuk sikap dan kemampuan sebagai seorang fasilitator
melalui attending, empati, toleransi, dan memberikan peluang
lawan bicara bebas menyatakan pendapat, perasaan, dan
pengalaman.Serta mampu member kemampuan kepada konselor
agar mampu menyusun kalimat-kalimat yang member
kemudahan kepada klien untuk berbicara.
16) Mengambil Inisiatif
a) Rasional
Sering kejadian klien kurang bersemangat atau suka diam dalam
suatu diskusi konseling.Untuk mengatasi hal ini konselor harus
menggunakan teknik mengambil inisiatif.
b) Tujuan
Memberi kemampuan konselor untuk menangkap keadaan klien
yang cenderung diam, tidak bersemangat untuk berbicara atau
tersendat-sendat.Memberi kemampuan kepada konselor untuk
membuat kalimat-kalimat yang menggambarkan teknik
mengambil inisiatif.
29
17) Memberi Nasehat
a) Rasional
Konseling bukan hanya untuk memberi nasehat saja namun
lebih luas lagi yakni untuk pengembangan potensi dan
membantu klien agar mampu mengatasi masalah sendiri.Karena
itu sebaiknya nesehat diberikan jika klien memintanya.
b) Tujuan
Konselor memahami sepenuhnya kapan dia harus memberikan
nasehat terhadap klien.Walaupun diminta oleh klien harus
dipertimbangkan apakah nasehat itu perlu, sebab tujuan utama
konseling adalah agar klien mandiri.Konselor mampu membuat
pernyataan yang menolak secara halus bahwa nasehat itu belum
perlu.
18) Memberi Informasi
a) Rasional
Memberi informasi kepada klien sama dengan memberi nasehat
yaitu jika diminta oleh klien. Namun tidak semua permintaan
informasi harus dilayani, akan tetapi harus mempertimbangkan
kondisi klien, dan penting-tidaknya informasi yang diminta.
b) Tujuan
Konselor mampu mempertimbangkan untuk memberikan
informasi berdasarkan kemampuannya, kualitas intelektual dan
emosional klien, pendidikan klien, dan sebagainya.Konselor
30
mampu membuat kalimat pernyataan pemberian informasi
dengan berbagai pertimbangan.Atau konselor mampu menolak
secara halus permintaan klien karena dianggap klien mampu
mencari sendiri informasi yang dibutuhkannya.
19) Merencanakan Program Bersama Klien
a) Rasional
Rencana atau program pada akhir sesi konseling amat penting
yaitu klien, sebagai pedoman untuk kemajuan sesi konseling
berikutnya. Konselor harus mengetahui kapan dia menganggap
bahwa sudah saatnya membuat rencana bersama klien
berdasarkan penilaiannya bahwa akhir sesi konseling sudah tiba.
b) Tujuan
Konselor mampu membuat pertimbangan kapan berakhirnya
sesi konseling, dan sudah saatnya klien membuat rencananya
atas bantuan konselor.konselor mampu membuat kalimat-
kalimat pernyataan yang mengajak klien untuk membuat
rencananya dengan berbagai alas an terutama sesi konseling
hamper selesai.
20) Menyimpulkan, Mengevaluasi, dan Menutup Sesi Konseling
a) Rasional
Jika konselor akan menutup sesi konseling sebaiknya dibuat
bersama klien kesimpulan umum hasil proses konseling sejak
awal. Disamping itu klien diberi kesempatan memberikan
31
penilaian terhadap jalannya konseling dan terhadap perilaku
konselor selama membantu klien. Hal ini sangat berguna
sebagai masukan bagi konselor untuk memperbaiki proses
konseling dan pribadinya sendiri. Jika semua sudah jelas, maka
konselor menyarankan kepada klien apakah sesi konseling
sudah bisa ditutup.
b) Tujuan
Konselor memahami sepenuhnya kapan dia harus menyarankan
klien untuk menyimpulkan hasil diskusi, kapan dia meminta
klien untuk mengevaluasi proses konseling, dan kapan dia akan
menutup sesi konseling.Konselor mampu membuat kalimat
pernyataan yang menyarankan kepada klien untuk membuat
kesimpulan, evaluasi, dan menutup sesi konseling.
B. Penelitian yang Relevan
Pada tahun 2008 Istianah melakukan penelitian tentang Pengaruh
Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa di kelas VIII sekolah SMPN 20
Bekasi.Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan menganalisis pengaruh
sarapan terhadap konsentrasi belajar siswa di kelas, untuk menjelaskan
pentingnya sarapan sebelum melakukan aktifitas di pagi hari, dan untuk
meningkatkan konsentrasi belajar siswa di kelas.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai peneliti akan menggunakan
bentuk penelitian deskriptif analisis korasional yaitu penelitian yang dilakukan
untuk mendapatkan suatu gambaran mengenai suatu kenyataan. Hasil
32
penelitian ini adalah dapat menambah kajian ilmuan para akademis pendidikan
dan dapat dijadikan bahan masukan bagi para guru dalam meningkatkan
konsentrasi belajar siswa dan bagi orang tua dalam memberikan makanan yang
baik dan seimbang untuk sarapan pagi anak.
Selanjutnya Ayu Syarifah (2008) meneliti tentang Pengaruh Konseling
Individu Terhadap Peningkatan Religuisitas (Studi Kasus Pelaksanaan
Konseling Individu Remaja di Panti Pamardhi Putra “Mandiri”
Semarang).Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pelaksanaan konseling
individu dan menganalisa pengaruh antara konseling individu terhadap
peningkatan perilaku kegamaan remaja di Panti Pamardhi Putra (PPP) Mandiri
Semarang.
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan konseling individu dengan
menggunakan wawancara antara konselor dan klien secara face to face.Hasil
penelitian adalah setelah mengikuti konseling individu adanya peningkatan
religiusitas semakin baik daripada sebelum mengikuti konseling individu, hal
ini dapat di lihat dari peningkatan religiusitas remaja dari berbagai sisi dimensi
keberagaman.
Sedangkan penelitian ini mengambil judul tentang Keefektifan Layanan
Konseling Individual dalam Meningkatkan Konsentrasi Belajar Peserta Didik
di MTs Muslimat NU Palangka Raya. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan keefektifan layanan konseling individual dalam meningkatkan
konsentrasi belajar peserta didik di MTs Muslimat NU Palangka Raya.
33
C. Kerangka Berpikir
Permasalahan gangguan konsentrasi belajar tidak hanya menjadi
tanggung jawab guru bidang studi tetapi terlebih juga guru pembimbing, yaitu
melalui layanan konseling individu untuk meningkatkan konsentrasi dalam
belajar.
Menurut Shertzer dan Stone (dalam Willis 2013:36) menyatakan bahwa
“Interaksi antara seorang (konselor) dengan orang lain (klien) yang dapat
menunjang dan memudahkan secara positif baik bagi perbaikan orang (klien)
tersebut”. Karena dengan proses konseling individu peserta didik akan
memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca
buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran
(konsentrasi), dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
Sesuai dengan dengan tujuan konseling individu menurut Willis
(2013:19) mengatakan bahwa “tujuan konseling individu adalah membantu
individu/ klien agar potensi berkembang optimal, mampu memecahkan
masalah, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan”.
D. Hipotesis Tindakan
Menurut F.M. Andrews, et al. L. (dalam Etta Mamang dan Sopiah
2010:90) menyebutkan bahwa “hipotesis adalah suatu jawaban bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul”.
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah
diformulasikan, hipotesis tindakan kelas ini adalah “Keefektifan Layanan
34
Konseling Individu Dapat Meningkatkan Konsentrasi Belajar Peserta Didik
Kelas VIII B MTs Muslimat NU Palangkaraya”.
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan
bulan Januari 2014.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Muslimat NU Palangka Raya, Jln. Jati
Palangka Raya. Peneliti memilih tempat ini karena dianggap permasalahan
gangguan konsentrasi belajar benar-benar ada dan perlu dilaksanakan
konseling individu untuk mengatasinya.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah PTK
(Penelitian Tindakan Kelas).
Menurut Kunandar (2012:44-45) mengatakan bahwa:
Penelitian tindakan kelas sebagai suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam siklus.
Sejalan dengan pendapat diatas maka dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan
konseling individu dalam membantu peserta didik yang mengalami gangguan
konsentrasi belajar.
35
36
C. Kehadiran dan Peran Peneliti
Penelitian Tindakan Kelas sebagai penelitian bertradisi kualitatif
memberikan peranan penting kepada penelitinya seperti menurut
Wiriaattmadja Rochiati (2012:96) yakni “sebagai satu-satunya instrument
karena manusia yang dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak
menentu, seperti hal banyak terjadi di kelas atau ruang kuliah”.
Merinci karakter yang harus dimiliki seorang peneliti sebagai berikut:
1. Responsif, terhadap berbagai petunjuk baik yang bersifat perorangan
maupun yang bersifat lingkungan.
2. Adaktif, dengan mampu mengumpulkan berbagai informasi mengenai
banyak faktor pada tahap yang berbeda-beda secara simultan.
3. Menekankan aspek holistic, karena manusialah yang mampu dengan segera
menempatkan dan menyimpulkan kejadian yang membingungkan di atas ke
dalam posisinya secara keseluruhan.
Dari pemahaman di atas, pentingnya peneliti dalam Penelitian Tindakan
Kelas (PTK), yang harus konsekuensinya peneliti harus memahami betul
tugasnya dan mempersiapkan diri untuk itu.
D. Subjek Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini yang menjadi subjek
penelitian adalah peserta didik kelas VIII B MTs Muslimat NU Palangka Raya
yang berjumlah 40 peserta didik. Dari 40 peserta didik peneliti mengambil 4
orang peserta didik yang mengalami gangguan konsentrasi belajar. Teknik
yang digunakan dalam pengambilan subjek menggunakan teknik purposive
37
sampling, yang mana peneliti harus menentukan kriteria siapa yang layak
dijadikan subjek penelitian. Misalnya kriteria yang dibuat adalah: (1)
menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti: acuh tak acuh, berpura-pura,
berbohong, dan lain-lain dan (2) menunjukkan tingkah laku yang berlainan
seperti: mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang
gembira, selalu sedih.
E. Rancangan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti memberikan layanan berupa
konseling individu dengan menggunakan pendekatan menurut Sofyan Willis.
Adapun rencana tindakan penelitian melalui 2 tahap (siklus I dan siklus II).
Pada siklus I direncanakan 4 kali sesi konseling, sedangkan pada siklus II
direncanakan 3 kali sesi konseling. Dalam penelitain PTKBK terdapat 4
kegiatan dalam I siklus yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Urutan langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini secara rinci dapat
digambarkan sebagai berikut:
SIKLUS I
1. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini meliputi sebagai berikut:
a. Membuat skenario layanan konseling individu dengan menggunakan
pendekatan Sofyan Willis
b. Membuat pedoman observasi untuk peserta didik sewaktu mengikuti
kegiatan konseling individu.
38
c. Membuat pedoman observasi untuk mengamati situasi dan kondisi
pada saat kegiatan konseling individu berlangsung
2. Tindakan
a. Peneliti memberikan informasi kepada peserta didik tentang
penyelenggaraan konseling individu
b. Peneliti melaksanakan layanan konseling individu
c. Peneliti bersama peserta didik membehas topik masalah mengenai
konsentrasi belajar seperti akibat dari gangguan konsentrasi belajar
3. Observasi
Observasi dilaksanakan oleh guru BK. Adapun pelaksanaannya
meliputi:
a. Guru BK mengamati pelaksanaan konseling individu yang dilakukan
oleh peneliti
b. Guru BK mengamati peserta didik selama mereka mengikuti layanan
konseling individu
c. Guru BK mengamati ketepatan strategi yang digunakan peneliti saat
layanan konseling individu berlangsung.
4. Refleksi
Hasil observasi yang dilakukan oleh guru BK dianalisis bersama
peneliti dengan cara sharing dan diskusi serta berkoordinasi sehingga hasil
yang diperoleh tidak bersifat subjektif. Hasil diskusi dan sharing
digunakan untuk mengetahui apa yang sudah dicapai dan dilaksanakan
dalam pelaksanaan layanan kosneling individu, dan sekaligus merupakan
39
cara untuk mengetahui kekurangan dan keberhasilan tindakan pada
layanan konseling individu yang telah dilaksanakan sehingga mendapatkan
hasil yang sesuai dengan yang diinginkan. Dengan mengetahui kekurangan
pada tindakan layanan konseling individu sebelumnya yakni pada siklus I,
dapat direncanakan pembaharuan tindakan yang akan dilaksanakan pada
siklus II.
Tabel Siklus I Konseling Individu
Sesi
Konseling
Pelaksanaan
Konselor Klien
Sesi
Konseling
1
Konselor melakukan attending
agar klien mudah mencurahkan
segala isi hati dan perasaan
Klien menceritakan segala
isi hati dan perasaan
Konselor menunjukkan sikap
empati agar klien terbuka
dengan jujur terhadap konselor
Klien menanggapi sikap
simpati konselor yaitu
berusaha dengan bercerita
jujur
Konselor melakukan refleksi
sebab sering klien tidak
menyadari akan perasaan,
pikiran dan pengalamannya
yang mungkin menguntungkan
atau merugikannya
Klien menyimak refleksi
yang dilakukan konselor
Konselor melakukan
eksplorasi untuk membuat
klien mengatakan semua
perasaan, pikiran, dan
pengalaman kepada konselor
Klien menyimak eksplorasi
yang dilakukan konselor
40
secara jujur
Konselor menangkap pesan
utama (pasraphrasing) agar
inti pembicaraan klien bisa
ditangkap dan dibahaskan
dengan sederhana serta mudah
dimengerti oleh klien
Klien menyimak pesan
utama dari inti
pembicaraannya
Konselor bertanya membuka
percakapan jika seorang klien
tak mampu menyatakan isi hati
dan perasaannya
Klien menjawab
pertanyaan yang diberikan
konselor
Konselor melakukan dorongan
minimal ketika klien sering
tersendat dalam
mengungkapkan emosinya
Klien menanggapi
dorongan minimal yang
dilakukan konselor
Konselor melakukan
interpretasi untuk menentukan
alternatif pilihan dalam
mengambil keputusan saat
klien sering kebingungan
karena kurangnya rujukan atau
referensi
Klien menyimak
interpretasi yang dilakukan
konselor
Konselor mengarahkan klien
saat klien kurang mampu
melakukan sesuatu tanpa
petunjuk orang lain
Klien menyimak arahan
konselor
Konselor menyimpulkan
sementara bersama klien agar
memperoleh kilas balik dari
hasil pembicaraan sehingga dia
Klien bersama konselor
membuat kesimpulan
sementara
41
tahu bahwa konseling makin
maju
Konselor melakukan
konfrontasi karena kadang-
kadang klien tidak konsisten
dalam kata dan perbuatannya
Klien berusaha meyakinkan
dan konsisten dalam kata
dan perbuatannya
Konselor membantu kliennya
agar memusatkan perhatiannya
pada pokok pembicaraan
Klien berusaha
memusatkan perhatiannya
pada pokok pembicaraan
Konselor memimpin (leading)
saat klien tak mampu
mengarahkan pembicaraan dan
terkesan melantur atau
menyimpang materi diluar
pokok pembicaraan
Klien menanggapi usaha
konselor untuk memimpin
pembicaraan yang
diungkapkannya
Konselor menjernihkan
(clarifying) karena dalam
keadaan ragu-ragu, sering
klien berbicara samar-samar
alias tidak jelas
Klien menanggapi usaha
konselor untuk
menjernihkan keadaan
Konselor memudahkan
(facilitating) untuk memberi
peluang yang besar kepada
klien supaya dia
mangungkapkan perasaan,
pikiran dan pengalamannya
dengan leluasa
Klien menanggapi usaha
konselor untuk
memudahkan
mengungkapkan
perasaannya
Konselor mengambil inisiatif
karena sering kejadian klien
kurang bersemangat atau suka
Klien menanggapi inisiatif
yang dilakukan konselor
42
diam dalam suatu diskusi
konseling
Konselor memberi nasehat
untuk mengembangkan potensi
dan membantu klien agar
mampu mengatasi masalah
sendiri
Klien menyimak nasehat
yang diberikan konselor
Konselor memberi informasi
kepada klien yaitu jika diminta
oleh klien
Klien menyimak informasi
yang diberikan konselor
Konselor merencanakan
program bersama klien sebagai
pedoman untuk kemajuan sesi
konseling berikutnya dan
membuat rencana bersama
klien berdasarkan penilaiannya
bahwa akhir konseling sudah
tiba
Klien bersama konselor
merencanakan program
untuk kemajuan sesi
konseling dan membuat
rencana berdasarkan
penilaian bahwa akhir
konseling sudah tiba
Sesi
Konseling
2
Konselor melakukan attending
agar klien mudah mencurahkan
segala isi hati dan perasaan
Klien menceritakan segala
isi hati dan perasaan
Konselor menunjukkan sikap
empati agar klien terbuka
dengan jujur terhadap konselor
Klien menanggapi sikap
simpati konselor yaitu
berusaha dengan bercerita
jujur
Konselor melakukan refleksi
sebab sering klien tidak
menyadari akan perasaan,
pikiran dan pengalamannya
yang mungkin menguntungkan
Klien menyimak refleksi
yang dilakukan konselor
43
atau merugikannya
Konselor melakukan
eksplorasi untuk membuat
klien mengatakan semua
perasaan, pikiran, dan
pengalaman kepada konselor
secara jujur
Klien menyimak eksplorasi
yang dilakukan konselor
Konselor menangkap pesan
utama (pasraphrasing) agar
inti pembicaraan klien bisa
ditangkap dan dibahaskan
dengan sederhana serta mudah
dimengerti oleh klien
Klien menyimak pesan
utama dari inti
pembicaraannya
Konselor bertanya membuka
percakapan jika seorang klien
tak mampu menyatakan isi hati
dan perasaannya
Klien menjawab
pertanyaan yang diberikan
konselor
Konselor melakukan dorongan
minimal ketika klien sering
tersendat dalam
mengungkapkan emosinya
Klien menanggapi
dorongan minimal yang
dilakukan konselor
Konselor melakukan
interpretasi untuk menentukan
alternatif pilihan dalam
mengambil keputusan saat
klien sering kebingungan
karena kurangnya rujukan atau
referensi
Klien menyimak
interpretasi yang dilakukan
konselor
Konselor mengarahkan klien
saat klien kurang mampu
Klien menyimak arahan
konselor
44
melakukan sesuatu tanpa
petunjuk orang lain
Konselor menyimpulkan
sementara bersama klien agar
memperoleh kilas balik dari
hasil pembicaraan sehingga dia
tahu bahwa konseling makin
maju
Klien bersama konselor
membuat kesimpulan
sementara
Konselor melakukan
konfrontasi karena kadang-
kadang klien tidak konsisten
dalam kata dan perbuatannya
Klien berusaha meyakinkan
dan konsisten dalam kata
dan perbuatannya
Konselor membantu kliennya
agar memusatkan perhatiannya
pada pokok pembicaraan
Klien berusaha
memusatkan perhatiannya
pada pokok pembicaraan
Konselor memimpin (leading)
saat klien tak mampu
mengarahkan pembicaraan dan
terkesan melantur atau
menyimpang materi diluar
pokok pembicaraan
Klien menanggapi usaha
konselor untuk memimpin
pembicaraan yang
diungkapkannya
Konselor menjernihkan
(clarifying) karena dalam
keadaan ragu-ragu, sering
klien berbicara samar-samar
alias tidak jelas
Klien menanggapi usaha
konselor untuk
menjernihkan keadaan
Konselor memudahkan
(facilitating) untuk memberi
peluang yang besar kepada
klien supaya dia
Klien menanggapi usaha
konselor untuk
memudahkan
mengungkapkan
45
mangungkapkan perasaan,
pikiran dan pengalamannya
dengan leluasa
perasaannya
Konselor mengambil inisiatif
karena sering kejadian klien
kurang bersemangat atau suka
diam dalam suatu diskusi
konseling
Klien menanggapi inisiatif
yang dilakukan konselor
Konselor memberi nasehat
untuk mengembangkan potensi
dan membantu klien agar
mampu mengatasi masalah
sendiri
Klien menyimak nasehat
yang diberikan konselor
Konselor memberi informasi
kepada klien yaitu jika diminta
oleh klien
Klien menyimak informasi
yang diberikan konselor
Konselor merencanakan
program bersama klien sebagai
pedoman untuk kemajuan sesi
konseling berikutnya dan
membuat rencana bersama
klien berdasarkan penilaiannya
bahwa akhir konseling sudah
tiba
Klien bersama konselor
merencanakan program
untuk kemajuan sesi
konseling dan membuat
rencana berdasarkan
penilaian bahwa akhir
konseling sudah tiba
46
Konselor menyimpulkan hasil
proses konseling sejak awal,
mengevaluasi dengan
memberikan kesempatan
kepada klien untuk menilai
terhadap jalannya konseling
dan terhadap perilaku konselor
selama membantu klien, dan
menyarankan kepada klien
apakah sesi konseling sudah
bisa ditutup
Klien menyimak
kesimpulan hasil proses
konseling, mengevaluasi,
menilai proses konseling
dan perilaku konselor dan
menutup sesi konseling
Sesi
Konseling
3
Konselor melakukan attending
agar klien mudah mencurahkan
segala isi hati dan perasaan
Klien menceritakan segala
isi hati dan perasaan
Konselor menunjukkan sikap
empati agar klien terbuka
dengan jujur terhadap konselor
Klien menanggapi sikap
simpati konselor yaitu
berusaha dengan bercerita
jujur
Konselor melakukan refleksi
sebab sering klien tidak
menyadari akan perasaan,
pikiran dan pengalamannya
yang mungkin menguntungkan
atau merugikannya
Klien menyimak refleksi
yang dilakukan konselor
Konselor melakukan
eksplorasi untuk membuat
klien mengatakan semua
perasaan, pikiran, dan
pengalaman kepada konselor
secara jujur
Klien menyimak eksplorasi
yang dilakukan konselor
47
Konselor menangkap pesan
utama (pasraphrasing) agar
inti pembicaraan klien bisa
ditangkap dan dibahaskan
dengan sederhana serta mudah
dimengerti oleh klien
Klien menyimak pesan
utama dari inti
pembicaraannya
Konselor bertanya membuka
percakapan jika seorang klien
tak mampu menyatakan isi hati
dan perasaannya
Klien menjawab
pertanyaan yang diberikan
konselor
Konselor melakukan dorongan
minimal ketika klien sering
tersendat dalam
mengungkapkan emosinya
Klien menanggapi
dorongan minimal yang
dilakukan konselor
Konselor melakukan
interpretasi untuk menentukan
alternatif pilihan dalam
mengambil keputusan saat
klien sering kebingungan
karena kurangnya rujukan atau
referensi
Klien menyimak
interpretasi yang dilakukan
konselor
Konselor mengarahkan klien
saat klien kurang mampu
melakukan sesuatu tanpa
petunjuk orang lain
Klien menyimak arahan
konselor
Konselor menyimpulkan
sementara bersama klien agar
memperoleh kilas balik dari
hasil pembicaraan sehingga dia
tahu bahwa konseling makin
Klien bersama konselor
membuat kesimpulan
sementara
48
maju
Konselor melakukan
konfrontasi karena kadang-
kadang klien tidak konsisten
dalam kata dan perbuatannya
Klien berusaha meyakinkan
dan konsisten dalam kata
dan perbuatannya
Konselor membantu kliennya
agar memusatkan perhatiannya
pada pokok pembicaraan
Klien berusaha
memusatkan perhatiannya
pada pokok pembicaraan
Konselor memimpin (leading)
saat klien tak mampu
mengarahkan pembicaraan dan
terkesan melantur atau
menyimpang materi diluar
pokok pembicaraan
Klien menanggapi usaha
konselor untuk memimpin
pembicaraan yang
diungkapkannya
Konselor menjernihkan
(clarifying) karena dalam
keadaan ragu-ragu, sering
klien berbicara samar-samar
alias tidak jelas
Klien menanggapi usaha
konselor untuk
menjernihkan keadaan
Konselor memudahkan
(facilitating) untuk memberi
peluang yang besar kepada
klien supaya dia
mangungkapkan perasaan,
pikiran dan pengalamannya
dengan leluasa
Klien menanggapi usaha
konselor untuk
memudahkan
mengungkapkan
perasaannya
Konselor mengambil inisiatif
karena sering kejadian klien
kurang bersemangat atau suka
diam dalam suatu diskusi
Klien menanggapi inisiatif
yang dilakukan konselor
49
konseling
Konselor memberi nasehat
untuk mengembangkan potensi
dan membantu klien agar
mampu mengatasi masalah
sendiri
Klien menyimak nasehat
yang diberikan konselor
Konselor memberi informasi
kepada klien yaitu jika diminta
oleh klien
Klien menyimak informasi
yang diberikan konselor
Konselor merencanakan
program bersama klien sebagai
pedoman untuk kemajuan sesi
konseling berikutnya dan
membuat rencana bersama
klien berdasarkan penilaiannya
bahwa akhir konseling sudah
tiba
Klien bersama konselor
merencanakan program
untuk kemajuan sesi
konseling dan membuat
rencana berdasarkan
penilaian bahwa akhir
konseling sudah tiba
Konselor menyimpulkan hasil
proses konseling sejak awal,
mengevaluasi dengan
memberikan kesempatan
kepada klien untuk menilai
terhadap jalannya konseling
dan terhadap perilaku konselor
selama membantu klien, dan
menyarankan kepada klien
apakah sesi konseling sudah
bisa ditutup
Klien menyimak
kesimpulan hasil proses
konseling, mengevaluasi,
menilai proses konseling
dan perilaku konselor dan
menutup sesi konseling
50
SIKLUS II
1. Perencanaan
a. Membuat rencana skenario layanan konseling individu yang telah di
perbaharui berdasarkan pada sisi-sisi lemah yang diketahui dari
pelaksanaan pada siklus I
b. Membuat pedoman observasi untuk peserta didik sewaktu mengikuti
layanan konseling individu
c. Membuat pedoman observasi untuk mengamati situasi dan kondisi pada
saat layanan konseling individu berlangsung
2. Pelaksanaan tindakan
a. Peneliti memberikan informasi tentang hasil capaian penyelenggaraan
konseling individu kepada peserta didik
b. Peneliti melaksanakan konseling individu
c. Peneliti memberikan topik mengenai konsentrasi belajar
3. Pengamatan
a. Guru BK mengamati pelaksanaan layanan konseling individu yang
dilakukan oleh peneliti
b. Guru BK mengamati peserta didik selama mereka mengikuti layanan
konseling individu
c. Guru BK mengamati ketepatan strategi peneliti saat memberikan
layanan konseling individu
51
4. Refleksi
Hasil observasi diperoleh dari pengamatan pada siklus II yang
dilakukan guru BK dianalisis oleh peneliti sendiri bersama guru BK dengan
cara sharing dan diskusi serta koordinasi agar hasil yang diperoleh tidak
bersifat subjektif. Dari hasil refleksi siklus II akan diketahui apakah
kegiatan yang dilakukan telah mendatangkan hasil yang sesuai dengan
yang didinginkan yaitu perubahan keinginan untuk konsentrasi dalam
belajar.
Tabel Siklus II Konseling Individu
Sesi
Konseling
Pelaksanaan
Konselor Klien
Sesi
Konseling
1
Konselor melakukan attending
agar klien mudah mencurahkan
segala isi hati dan perasaan
Klien menceritakan segala
isi hati dan perasaan
Konselor menunjukkan sikap
empati agar klien terbuka
dengan jujur terhadap konselor
Klien menanggapi sikap
simpati konselor yaitu
berusaha dengan bercerita
jujur
Konselor melakukan refleksi
sebab sering klien tidak
menyadari akan perasaan,
pikiran dan pengalamannya
yang mungkin menguntungkan
atau merugikannya
Klien menyimak refleksi
yang dilakukan konselor
Konselor melakukan
eksplorasi untuk membuat
Klien menyimak eksplorasi
yang dilakukan konselor
52
klien mengatakan semua
perasaan, pikiran, dan
pengalaman kepada konselor
secara jujur
Konselor menangkap pesan
utama (pasraphrasing) agar
inti pembicaraan klien bisa
ditangkap dan dibahaskan
dengan sederhana serta mudah
dimengerti oleh klien
Klien menyimak pesan
utama dari inti
pembicaraannya
Konselor bertanya membuka
percakapan jika seorang klien
tak mampu menyatakan isi hati
dan perasaannya
Klien menjawab
pertanyaan yang diberikan
konselor
Konselor melakukan dorongan
minimal ketika klien sering
tersendat dalam
mengungkapkan emosinya
Klien menanggapi
dorongan minimal yang
dilakukan konselor
Konselor melakukan
interpretasi untuk menentukan
alternatif pilihan dalam
mengambil keputusan saat
klien sering kebingungan
karena kurangnya rujukan atau
referensi
Klien menyimak
interpretasi yang dilakukan
konselor
Konselor mengarahkan klien
saat klien kurang mampu
melakukan sesuatu tanpa
petunjuk orang lain
Klien menyimak arahan
konselor
Konselor menyimpulkan Klien bersama konselor
53
sementara bersama klien agar
memperoleh kilas balik dari
hasil pembicaraan sehingga dia
tahu bahwa konseling makin
maju
membuat kesimpulan
sementara
Konselor melakukan
konfrontasi karena kadang-
kadang klien tidak konsisten
dalam kata dan perbuatannya
Klien berusaha meyakinkan
dan konsisten dalam kata
dan perbuatannya
Konselor membantu kliennya
agar memusatkan perhatiannya
pada pokok pembicaraan
Klien berusaha
memusatkan perhatiannya
pada pokok pembicaraan
Konselor memimpin (leading)
saat klien tak mampu
mengarahkan pembicaraan dan
terkesan melantur atau
menyimpang materi diluar
pokok pembicaraan
Klien menanggapi usaha
konselor untuk memimpin
pembicaraan yang
diungkapkannya
Konselor menjernihkan
(clarifying) karena dalam
keadaan ragu-ragu, sering
klien berbicara samar-samar
alias tidak jelas
Klien menanggapi usaha
konselor untuk
menjernihkan keadaan
Konselor memudahkan
(facilitating) untuk memberi
peluang yang besar kepada
klien supaya dia
mangungkapkan perasaan,
pikiran dan pengalamannya
dengan leluasa
Klien menanggapi usaha
konselor untuk
memudahkan
mengungkapkan
perasaannya
54
Konselor mengambil inisiatif
karena sering kejadian klien
kurang bersemangat atau suka
diam dalam suatu diskusi
konseling
Klien menanggapi inisiatif
yang dilakukan konselor
Konselor memberi nasehat
untuk mengembangkan potensi
dan membantu klien agar
mampu mengatasi masalah
sendiri
Klien menyimak nasehat
yang diberikan konselor
Konselor memberi informasi
kepada klien yaitu jika diminta
oleh klien
Klien menyimak informasi
yang diberikan konselor
Konselor merencanakan
program bersama klien sebagai
pedoman untuk kemajuan sesi
konseling berikutnya dan
membuat rencana bersama
klien berdasarkan penilaiannya
bahwa akhir konseling sudah
tiba
Klien bersama konselor
merencanakan program
untuk kemajuan sesi
konseling dan membuat
rencana berdasarkan
penilaian bahwa akhir
konseling sudah tiba
Sesi
Konseling
2
Konselor melakukan attending
agar klien mudah mencurahkan
segala isi hati dan perasaan
Klien menceritakan segala
isi hati dan perasaan
Konselor menunjukkan sikap
empati agar klien terbuka
dengan jujur terhadap konselor
Klien menanggapi sikap
simpati konselor yaitu
berusaha dengan bercerita
jujur
Konselor melakukan refleksi
sebab sering klien tidak
Klien menyimak refleksi
yang dilakukan konselor
55
menyadari akan perasaan,
pikiran dan pengalamannya
yang mungkin menguntungkan
atau merugikannya
Konselor melakukan
eksplorasi untuk membuat
klien mengatakan semua
perasaan, pikiran, dan
pengalaman kepada konselor
secara jujur
Klien menyimak eksplorasi
yang dilakukan konselor
Konselor menangkap pesan
utama (pasraphrasing) agar
inti pembicaraan klien bisa
ditangkap dan dibahaskan
dengan sederhana serta mudah
dimengerti oleh klien
Klien menyimak pesan
utama dari inti
pembicaraannya
Konselor bertanya membuka
percakapan jika seorang klien
tak mampu menyatakan isi hati
dan perasaannya
Klien menjawab
pertanyaan yang diberikan
konselor
Konselor melakukan dorongan
minimal ketika klien sering
tersendat dalam
mengungkapkan emosinya
Klien menanggapi
dorongan minimal yang
dilakukan konselor
Konselor melakukan
interpretasi untuk menentukan
alternatif pilihan dalam
mengambil keputusan saat
klien sering kebingungan
karena kurangnya rujukan atau
Klien menyimak
interpretasi yang dilakukan
konselor
56
referensi
Konselor mengarahkan klien
saat klien kurang mampu
melakukan sesuatu tanpa
petunjuk orang lain
Klien menyimak arahan
konselor
Konselor menyimpulkan
sementara bersama klien agar
memperoleh kilas balik dari
hasil pembicaraan sehingga dia
tahu bahwa konseling makin
maju
Klien bersama konselor
membuat kesimpulan
sementara
Konselor melakukan
konfrontasi karena kadang-
kadang klien tidak konsisten
dalam kata dan perbuatannya
Klien berusaha meyakinkan
dan konsisten dalam kata
dan perbuatannya
Konselor membantu kliennya
agar memusatkan perhatiannya
pada pokok pembicaraan
Klien berusaha
memusatkan perhatiannya
pada pokok pembicaraan
Konselor memimpin (leading)
saat klien tak mampu
mengarahkan pembicaraan dan
terkesan melantur atau
menyimpang materi diluar
pokok pembicaraan
Klien menanggapi usaha
konselor untuk memimpin
pembicaraan yang
diungkapkannya
Konselor menjernihkan
(clarifying) karena dalam
keadaan ragu-ragu, sering
klien berbicara samar-samar
alias tidak jelas
Klien menanggapi usaha
konselor untuk
menjernihkan keadaan
Konselor memudahkan Klien menanggapi usaha
57
(facilitating) untuk memberi
peluang yang besar kepada
klien supaya dia
mangungkapkan perasaan,
pikiran dan pengalamannya
dengan leluasa
konselor untuk
memudahkan
mengungkapkan
perasaannya
Konselor mengambil inisiatif
karena sering kejadian klien
kurang bersemangat atau suka
diam dalam suatu diskusi
konseling
Klien menanggapi inisiatif
yang dilakukan konselor
Konselor memberi nasehat
untuk mengembangkan potensi
dan membantu klien agar
mampu mengatasi masalah
sendiri
Klien menyimak nasehat
yang diberikan konselor
Konselor memberi informasi
kepada klien yaitu jika diminta
oleh klien
Klien menyimak informasi
yang diberikan konselor
Konselor merencanakan
program bersama klien sebagai
pedoman untuk kemajuan sesi
konseling berikutnya dan
membuat rencana bersama
klien berdasarkan penilaiannya
bahwa akhir konseling sudah
tiba
Klien bersama konselor
merencanakan program
untuk kemajuan sesi
konseling dan membuat
rencana berdasarkan
penilaian bahwa akhir
konseling sudah tiba
58
Konselor menyimpulkan hasil
proses konseling sejak awal,
mengevaluasi dengan
memberikan kesempatan
kepada klien untuk menilai
terhadap jalannya konseling
dan terhadap perilaku konselor
selama membantu klien, dan
menyarankan kepada klien
apakah sesi konseling sudah
bisa ditutup
Klien menyimak
kesimpulan hasil proses
konseling, mengevaluasi,
menilai proses konseling
dan perilaku konselor dan
menutup sesi konseling
Sesi
Konseling
3
Konselor melakukan attending
agar klien mudah mencurahkan
segala isi hati dan perasaan
Klien menceritakan segala
isi hati dan perasaan
Konselor menunjukkan sikap
empati agar klien terbuka
dengan jujur terhadap konselor
Klien menanggapi sikap
simpati konselor yaitu
berusaha dengan bercerita
jujur
Konselor melakukan refleksi
sebab sering klien tidak
menyadari akan perasaan,
pikiran dan pengalamannya
yang mungkin menguntungkan
atau merugikannya
Klien menyimak refleksi
yang dilakukan konselor
Konselor melakukan
eksplorasi untuk membuat
klien mengatakan semua
perasaan, pikiran, dan
pengalaman kepada konselor
secara jujur
Klien menyimak eksplorasi
yang dilakukan konselor
59
Konselor menangkap pesan
utama (pasraphrasing) agar
inti pembicaraan klien bisa
ditangkap dan dibahaskan
dengan sederhana serta mudah
dimengerti oleh klien
Klien menyimak pesan
utama dari inti
pembicaraannya
Konselor bertanya membuka
percakapan jika seorang klien
tak mampu menyatakan isi hati
dan perasaannya
Klien menjawab
pertanyaan yang diberikan
konselor
Konselor melakukan dorongan
minimal ketika klien sering
tersendat dalam
mengungkapkan emosinya
Klien menanggapi
dorongan minimal yang
dilakukan konselor
Konselor melakukan
interpretasi untuk menentukan
alternatif pilihan dalam
mengambil keputusan saat
klien sering kebingungan
karena kurangnya rujukan atau
referensi
Klien menyimak
interpretasi yang dilakukan
konselor
Konselor mengarahkan klien
saat klien kurang mampu
melakukan sesuatu tanpa
petunjuk orang lain
Klien menyimak arahan
konselor
Konselor menyimpulkan
sementara bersama klien agar
memperoleh kilas balik dari
hasil pembicaraan sehingga dia
tahu bahwa konseling makin
Klien bersama konselor
membuat kesimpulan
sementara
60
maju
Konselor melakukan
konfrontasi karena kadang-
kadang klien tidak konsisten
dalam kata dan perbuatannya
Klien berusaha meyakinkan
dan konsisten dalam kata
dan perbuatannya
Konselor membantu kliennya
agar memusatkan perhatiannya
pada pokok pembicaraan
Klien berusaha
memusatkan perhatiannya
pada pokok pembicaraan
Konselor memimpin (leading)
saat klien tak mampu
mengarahkan pembicaraan dan
terkesan melantur atau
menyimpang materi diluar
pokok pembicaraan
Klien menanggapi usaha
konselor untuk memimpin
pembicaraan yang
diungkapkannya
Konselor menjernihkan
(clarifying) karena dalam
keadaan ragu-ragu, sering
klien berbicara samar-samar
alias tidak jelas
Klien menanggapi usaha
konselor untuk
menjernihkan keadaan
Konselor memudahkan
(facilitating) untuk memberi
peluang yang besar kepada
klien supaya dia
mangungkapkan perasaan,
pikiran dan pengalamannya
dengan leluasa
Klien menanggapi usaha
konselor untuk
memudahkan
mengungkapkan
perasaannya
Konselor mengambil inisiatif
karena sering kejadian klien
kurang bersemangat atau suka
diam dalam suatu diskusi
Klien menanggapi inisiatif
yang dilakukan konselor
61
konseling
Konselor memberi nasehat
untuk mengembangkan potensi
dan membantu klien agar
mampu mengatasi masalah
sendiri
Klien menyimak nasehat
yang diberikan konselor
Konselor memberi informasi
kepada klien yaitu jika diminta
oleh klien
Klien menyimak informasi
yang diberikan konselor
Konselor merencanakan
program bersama klien sebagai
pedoman untuk kemajuan sesi
konseling berikutnya dan
membuat rencana bersama
klien berdasarkan penilaiannya
bahwa akhir konseling sudah
tiba
Klien bersama konselor
merencanakan program
untuk kemajuan sesi
konseling dan membuat
rencana berdasarkan
penilaian bahwa akhir
konseling sudah tiba
Konselor menyimpulkan hasil
proses konseling sejak awal,
mengevaluasi dengan
memberikan kesempatan
kepada klien untuk menilai
terhadap jalannya konseling
dan terhadap perilaku konselor
selama membantu klien, dan
menyarankan kepada klien
apakah sesi konseling sudah
bisa ditutup
Klien menyimak
kesimpulan hasil proses
konseling, mengevaluasi,
menilai proses konseling
dan perilaku konselor dan
menutup sesi konseling
62
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengembangan Kisi-kisi Instrument Penelitian
Instrument penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur nilai variabel. Karena instrument penelitian akan digunakan
untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif
yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala. Sugiyono
(2008:92) mengatakan bahwa “skala pengukuran merupakan kesepakatan
yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya
interval yang ada dalam alat ukur, sehingga bila alat ukur tersebut
digunakan dalam pengukuran, akan menghasilkan data kuantitatif”. Karena
data yang akan diukur berupa sikap, pendapat, dan persepsi seseorang
tentang fenomena sosial, maka skala yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah skala likert.
Sugiyono (2008:93) mengatakan bahwa “dengan skala likert, maka
variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan”. Setiap item
yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: selalu,
sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah.
a. Selalu = 1 d. Jarang = 4
b. Sering = 2 e. Tidak Pernah = 5
c. Kadang-kadang = 3
63
Setelah dibuat skala instrument, selanjutnya agar mempermudah dan
lebih terarah dalam pembuatan instrument, maka dibuat kis-kisi instrument
terlebih dahulu, yang terdiri dari variabel, aspek, indikator dan item
pertanyaan. Untuk lebih jelasnya, kisi-kisi instrument konsentrasi belajar
peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Kisi-kisi Angket
Variabel Indikator Item
Konsentarsi Belajar 1. Menunjukkan prestasi yang rendah
1,2,3,4,5,6
2. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan
7,8,9,10,11,12
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar
13,14,15,16
4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar
17,18,19,20,21, 22,23
5. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan
24,25,26,27,28, 29,30,31
Jumlah 30
2. Penilaian Ahli (Judgment Expert) Terhadap Instrumen Penelitian
Setelah kisi-kisi instrument terbentuk, kemudian dikembangkan
menjadi instrument konsentrasi belajar peserta didik dan selanjutnya
dilakukan penilaian ahli terhadap instrument tersebut.Sugiyono (2012:350)
mengatakan bahwa “instrument nontest yang digunakan untuk mengukur
sikap cukup hanya memenuhi construct validity”. Selanjutnya Sugiyono
(2012:352) menjelaskan bahwa “untuk menguji construct validity, maka
64
dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment expert), … jumlah tenaga
ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah
bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti”.
Dalam penelitian ini instrument dikonstruksikan menjadi aspek-aspek
yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, selanjutnya
dikonsultasikan kepada dua ahli bimbingan dan konseling. Kedua ahli
tersebut yaitu Ibu Karyanti, M.Pd., Ibu Esty Ariyani Safitri. M.Psi.
keduanya adalah pakar bimbingan dan konseling yang memilki keahlian
dan pengalaman memadai serta berkualifikasi dosen bimbingan dan
konseling.Para ahli tersebut diminta pendapatnya tentang instrument yang
telah disusun itu, berupa faktor atau aspek dan indikator yang hendak
diukur, redaksi setiap butir pernyataan, keefektifan susunan kalimat dan
koreksi terhadap bentuk format yang digunakan.Para ahli menialai bahwa
perlu ada penyempurnaan ejaan bahasa dan kalimat sehingga mudah
dimengerti oleh sampel, dan isi pernyataan dibuat sesesuai mungkin dengan
keadaan nyata dilapangan.Berdasarkan beberapa masukan dari para
penimbang/ahli, kemudian dilakukan revisi seperlunya.
3. Uji Coba Instrumen Penelitian
a. Pengujian Validitas Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya dalam peneliti salah satu kegiatan intinya yaitu
melakukan pengukuran terhadap data yang diperoleh, oleh sebab itu
alat ukur yang digunakan harus baik.Untuk mendapatkan alat ukur yang
baik dan akurat dalam mengukur data, terlebih dahulu alat ukur tersebut
65
diuji validitas dan reliabilitasnya, alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini adalah instrument.Sugiyono (2012:348) mengatakan
bahwa “valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas berarti bila
instrument digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama”. Proses pengujian validitas
instrument dilakukan dengan menghitung korelasi product moment atau
r hitung (rxy), dengan menggunakan rumus seperti berikut:
2222 yyNxxN
yxxyNrxy
Keterangan:
rxy= Koefisien korelasiantara variabel X dan Variabel Y
X = Item soal yang dicari validitasnya
Y =Skor total yang diperoleh sampel (Arikunto, 2002:72)
Pengujian korelasi item-total product moment untuk mencari
validitas item dilakukan dengan menggunakan software SPSS version
21 for windows, dan dari 31 item diperoleh hasil 27 item yang
dinyatakan valid. Dari 27 item yang valid sehingga taraf signifikasi
95%. Item pernyataan yang valid diantaranya pada item nomor
1,2,3,4,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,19,20,21,22,24,25,26,27,28,29,
dan 31. Sedangkan item pernyataan yang tidak valid adalah nomor
5,18,23, dan 30. Hasil pengujian dapat dilihat dalam lampiran.
66
b. Pengujian Realibilitas Instrumen Penelitian
Pengujian realibilitas instrument penelitian dimaksudkan untuk
melihat konsistensi internal instrument yang digunakan. Pengujian
realibilitas menggunakan rumus Crounbach’s Alpha (α). Menurut
Sugiyono (2008:184) mengatakan untuk memberikan interpretasi
koefisien korelasi mempunyai tolak ukur berikut:
Tabel 2 Indeks Korelasi
No Indeks Koefisien Korelasi Kualifikasi
1 0,80 – 1,000 Sangat Kuat
2 0,60 – 0,799 Kuat
3 0,40– 599 Sedang
4 0,20 – 0,399 Rendah
5 0,00 – 0,199 Sangat Rendah
Hasil uji reliabilitas instrument penyesuaian diri dengan
menggunakan software SPSS 16.0 for Windows diperoleh koefisien
reliabilitas (α) sebesar 0,759. Dengan merujuk pada klasifikasi rentang
koefisien reliabilitas dari Sugiyono (2008), koefisien reliabilitas (α)
sebesar 0,759 termasuk ke dalam kategori kuat/bagus.
4. Observasi
Dalam PTK, observasi menjadi instrument utama yang digunakan
untuk mengumpulkan data. Hal ini disebabkan observasi sebagai proses
pengamatan langsung, observasi merupakan instrument yang cocok untuk
memantau kegiatan pembelajaran baik perilaku guru maupun perilaku
peserta didik. Observasi dilakukan untuk mengukur tingkah laku individu
67
atau proses terjadinya suatu kegiatan dengan cara mengamati setiap
kejadian dan mencatatnya.
Menurut Etta Mamang dan Sopiah (2010:192) mengatakan bahwa:
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan indera sehingga tidak hanya dengan pengamatan menggunakan mata.Mendengarkan, mencium, mengecap, dan meraba termasuk bentuk observasi.Instrument yang digunakan dalam observasi adalah panduan pengamatan dan lembar pengamatan.
Tabel 3
Lembar Observasi untuk Peneliti Proses Konseling Individu
No Aktifitas/Tahapan Konseling
Keterangan
Dilakukan Tidak
Dilakukan
1 Perilaku attending
2 Empati
3 Refleksi
4 Eksplorasi
5 Menangkap pesan utama
6 Bertanya membuka percakapan
7 Dorongan minimal
8 Interpretasi
9 Mengarahkan
10 Menyimpulkan sementara
11 Konfrontasi
12 Fokus
13 Memimpin
14 Menjernihkan
15 Memudahkan
16 Mengambil inisiatif
17 Memberi nasehat
18 Memberi informasi
19 Merencanakan program bersama klien
20 Menyimpulkan, mengevaluasi, dan
menutup sesi konseling
68
Tabel 4
Lembar Observasi untuk Subjek Proses Konseling Individu
No Aktifitas dan Situasi Konseling Komentar
1 Klien menunjukkan keinginan untuk
meningkatkan prestasinya
2 Menunjukkan sikap peduli, tidak berpura-
pura, tidak bohong, dan lain-lain
3 Menunjukkan tingkah laku tidak mudah
tersinggung, tidak murung, tidak pemarah,
tidak bingung, tidak cemberut, gembira,
tidak sedih, dan lain-lain
4 Kondisi Ruang konseling
5 Tata letak ruang konseling
6 Suhu udara ruang konseling
7 Situasi konseling
8 Perlengkapan konseling
5. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen artinya barang-barang
tertulis, jadi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
dokumen, catatan lapangan, catatan harian yang berhubungan dengan
subyek penelitian yang diteliti. Dokumentasi dilakukan sebagai pendukung
data yang diperlukan.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif. Teknik yang dipakai meliputi penyajian data, reduksi data dan
pengambilan kesimpulan. Hal ini digunakan dalam rangka melihat dan
69
menggambarkan tingkat keberhasilan konseling individu dalam meningkatkan
konsentrasi belajar peserta didik.
Teknik analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
2. Penyajian data
Penyajian data alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah
penyajian data yang membatasi pada satu “penyajian” sebagai sekumpul
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan keputusan.
3. Menarik kesimpulan/verifikasi
Kegiatan analisis data ketiga yang penting adalah menarik
kesimpulan/verifikasi.Dari data pengumpulan data, mulai dari benda-
benda mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan konfigurasi-konfigurasi
yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proporsisi, sehingga makna-makna
yang muncul dari data dapat diuji kebenarannya, kekokohan dan
kecocokannya.
70
H. Jadwal Penelitian
Tabel 5
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
NO URAIAN KEGIATAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEPT OKT NOP DES
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Seminar Proposal
2. Revisi Proposal
3. Bimbingan Skripsi
4. Pengurusan Izin Penelitian
5. Pelaksanaan Penelitian
6. Analisis Hasil Penelitian
7. Ujian Skripsi
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Berdasarkan hasil data-data yang didapat dari dokumentasi dan
observasi maka guru, pembimbing dan peneliti dapat mengetahui bahwa ada 4
peserta didik di kelas VIII B MTs Muslimat NU Palangkaraya yang mengalami
gangguan konsentrasi belajar. Berikut adalah nama masing-masing peserta
didik tersebut:
Tabel 6 Subjek Penelitian
No Nama Peserta Didik Jenis Kelamin Kelas
1 AW Laki-laki VIII B
2 FA Laki-laki VIII B
3 ZA Laki-laki VIII B
4 SU Laki-laki VIII B
Nama berupa inisial untuk menjaga kerahasiaan. Setelah itu dibuat
rencana untuk menangani peserta didik yang mengalami gangguan konsentrasi
belajar dengan menerapkan layanan konseling individu. Penelitian awal
dilaksanakan selama I siklus, jika tidak berhasil maka akan dilanjutkan sampai
siklus II. Siklus terdiri dari 3 sesi konseling. Setiap sesi konseling terdiri dari
15 menit. Penelitian ini dilaksanakan di bulan November, dimulai minggu
pertama sampai minggu ke tiga bulan Desember 2014.
71
72
B. Profil Konsentrasi Belajar Secara Umum
Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan data empirik
tentang profil konsentrasi belajar peserta didik (n = 40) di MTs Muslimat NU
Palangka Raya tahun pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian pendahuluan ini
menjadi bahan pertimbangan dalam meningkatkan konsentrasi belajar. Profil
konsentrasi belajar peserta didik disajikan di halaman-halaman berikut.
Hasil penelitian pendahuluan menemukan bahwa konsentrasi belajar
peserta didik secara umum menunjukkan adanya variasi dengan urutan berada
pada kategori tinggi 40%, sedang 32,5%, dan rendah 27,5% dengan skor rata-
rata sebesar 40, skor minimal 37, skor maksimal 131, dan standar deviasi
sebesar 22,5. Secara lebih rinci profil konsentrasi belajar peserta didik
berdasarkan hasil penelitian pendahuluan disajikan pada tabel berikut.
Tabel 7 Profil Konsentrasi Belajar Peserta Didik Secara Umum
No. Pedoman Skor Frek Persentase Kategori
1 X > (Me+1s) X > 90 13 32,5% Tinggi
2 (Me-1s) < X < (Me+1s) 45 < X < 90 16 40% Sedang
3 X < (Me-1s) X < 45 11 27,5% Rendah
Total 40 100%
1. Profil Konsentrasi Belajar Peserta Didik Tiap Indikator
Konsentrasi belajar peserta didik ditinjau dari beberapa aspek yang
terdiri dari indikator prestasi yang rendah, hasil belajar yang dicapai
dengan usaha yang dilakukan, lambat dalam melakukan tugas-tugas
belajar, sikap yang kurang wajar, dan tingkah laku yang berlainan.
73
Pertama, pada indikator prestasi yang rendah menunjukkan temuan
sebagai berikut: 32,5% pada kategori tinggi, 37,5% pada kategori sedang,
dan 30% pada kategori rendah. Secara lebih rinci paparan tentang kategori
konsentrasi belajar diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 8 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Prestasi yang Rendah
Pedoman Skor Frekuensi Persentase Kategori
X > (Me+1s) X > 20 13 32,5% Tinggi
(Me-1s) < X < (Me+1s) 10 < X < 20 15 37,5% Sedang
X < (Me-1s) X < 10 12 30% Rendah
Total 40 100%
Kedua, pada indikator hasil belajar yang dicapai tidak sesuai
dengan usaha yang dilakukan menunjukkan temuan sebagai berikut:
32,5% pada kategori tinggi, 32,5% pada kategori sedang, dan 35% pada
kategori rendah. Secara lebih rinci paparan tentang kategori konsentrasi
belajar diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 9 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Hasil Belajar yang Dicapai
Tidak Sesuai dengan Usaha yang Dilakukan
Pedoman Skor Frekuensi Persentase Kategori
X > (Me+1s) X > 20 13 32,5% Tinggi
(Me-1s) < X < (Me+1s) 10 < X < 20 13 32,5% Sedang
X < (Me-1s) X < 10 14 35% Rendah
Total 40 100%
Ketiga, pada indikator lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar
menunjukkan temuan sebagai berikut: 27,5% pada kategori tinggi, 55%
74
pada kategori sedang, dan 17,5% pada kategori rendah. Secara lebih rinci
paparan tentang kategori konsentrasi belajar diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 10 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Lambat dalam Melakukan
Tugas-tugas Belajar
Pedoman Skor Frekuensi Persentase Kategori
X > (Me+1s) X > 13 11 27,5% Tinggi
(Me-1s) < X < (Me+1s) 7 < X < 13 22 55% Sedang
X < (Me-1s) X < 7 7 17,5% Rendah
Total 40 100%
Keempat, pada indikator sikap yang kurang wajar menunjukkan
temuan sebagai berikut: 27,5% pada kategori tinggi, 57,5% pada kategori
sedang, dan 15% pada kategori rendah. Secara lebih rinci paparan tentang
kategori konsentrasi belajar diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 11 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Sikap yang Kurang Wajar
Pedoman Skor Frekuensi Persentase Kategori
X > (Me+1s) X > 23 11 27,5% Tinggi
(Me-1s) < X < (Me+1s) 12 < X < 23 23 57,5% Sedang
X < (Me-1s) X < 12 6 15% Rendah
Total 40 100%
Kelima, pada indikator tingkah laku yang berlainan menunjukkan
temuan sebagai berikut: 27,5% pada kategori tinggi, 50% pada kategori
sedang, dan 22,5% pada kategori rendah. Secara lebih rinci paparan
tentang kategori konsentrasi belajar diuraikan pada tabel berikut.
75
Tabel 12 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Tingkah Laku yang Berlainan
Pedoman Skor Frekuensi Persentase Kategori
X > (Me+1s) X > 13 11 27,5% Tinggi
(Me-1s) < X < (Me+1s) 7 < X < 13 20 50% Sedang
X < (Me-1s) X < 7 9 22,5% Rendah
Total 40 100%
C. Pengujian Hipotesis Tindakan
1. Deskripsi Hasil Layanan Konseling Individu Siklus I
a. Perencanaan
Hal-hal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Menyusun satuan layanan konseling individu (SATLAN) yang
berisi tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti maupun peserta
didik dalam layanan konseling individu siklus I.
2) Menyusun lembar observasi untuk mengetahui aktifitas peneliti
maupun peserta didik selama proses layanan konseling individu
siklus I dilaksanakan
3) Menyusun lembar observasi untuk mengamati situasi dan kondisi
pada saat kegiatan layanan konseling individu siklus I berlangsung
b. Tindakan
Siklus I dilaksanakan sebanyak 3 kali sesi konseling yang
dilaksanakan dimulai pada bulan November minggu pertama sampai
Desember minggu ke tiga. Sesuai dengan tahapan rencana pelaksanaan
pembelajaran bimbingan dan konseling yang telah disusun, peneliti
memulai kegiatan layanan konseling individu dengan melakukan
76
attending agar klien mudah mencurahkan segala isi hati dan perasaan,
menunjukkan sikap empati agar klien terbuka dengan jujur terhadap
konselor, melakukan refleksi sebab sering klien tidak menyadari akan
perasaan, pikiran dan pengalamannya yang mungkin menguntungkan
atau merugikannya, melakukan eksplorasi untuk membuat klien
mengatakan semua perasaan, pikiran, dan pengalaman kepada konselor
secara jujur, menangkap pesan utama (pasraphrasing) agar inti
pembicaraan klien bisa ditangkap dan dibahaskan dengan sederhana
serta mudah dimengerti oleh klien, bertanya membuka percakapan jika
seorang klien tak mampu menyatakan isi hati dan perasaannya,
melakukan dorongan minimal ketika klien sering tersendat dalam
mengungkapkan emosinya, melakukan interpretasi untuk menentukan
alternatif pilihan dalam mengambil keputusan saat klien, mengarahkan
klien saat klien kurang mampu melakukan sesuatu tanpa petunjuk orang
lain sering kebingungan karena kurangnya rujukan atau referensi,
menyimpulkan sementara bersama klien agar memperoleh kilas balik
dari hasil pembicaraan sehingga dia tahu bahwa konseling makin maju,
melakukan konfrontasi karena kadang-kadang klien tidak konsisten
dalam kata dan perbuatannya, membantu kliennya agar memusatkan
perhatiannya pada pokok pembicaraan, memimpin (leading) saat klien
tak mampu mengarahkan pembicaraan dan terkesan melantur atau
menyimpang materi diluar pokok pembicaraan, menjernihkan
(clarifying) karena dalam keadaan ragu-ragu, sering klien berbicara
77
samar-samar alias tidak jelas, memudahkan (facilitating) untuk member
peluang yang besar kepada klien supaya dia mangungkapkan perasaan,
pikiran dan pengalamannya denga leluasa, mengambil inisiatif karena
sering kejadian klien kurang bersemangat atau suka diam dalam suatu
diskusi konseling, memberi nasehat untuk mengembangkan potensi dan
membantu klien agar mampu mengatasi masalah sendiri, memberi
informasi kepada klien yaitu jika diminta oleh klien, merencanakan
program bersama klien sebagai pedoman untuk kemajuan sesi
konseling berikutnya dan membuat rencana bersama klien berdasarkan
penilaiannya bahwa akhir konseling sudah tiba, menyimpulkan hasil
proses konseling sejak awal, mengevaluasi dengan memberikan
kesempatan kepada klien untuk menilai terhadap jalannya konseling
dan terhadap perilaku konselor selama membantu klien, dan
menyarankan kepada klien apakah sesi konseling sudah bisa ditutup.
c. Observasi
1) Hasil Pengamatan Terhadap Peserta Didik
Berdasarkan pengamatan terhadap peserta didik sewaktu
mengikuti layanan konseling individu sesi konseling ke-1 sampai
ke-3 diperoleh temuan sebagai berikut ini.
Tabel 13 Lembar Observasi 1 pada Siklus I untuk Subjek 1
Proses Konseling Individu
No Aktifitas dan Situasi Konseling Komentar
1 Klien menunjukkan keinginan untuk Belum terlihat
78
meningkatkan prestasinya
2 Menunjukkan sikap peduli, tidak
berpura-pura, tidak bohong, dan lain-
lain
Belum terlihat
3 Menunjukkan tingkah laku tidak
mudah tersinggung, tidak murung,
tidak pemarah, tidak bingung, tidak
cemberut, gembira, tidak sedih, dan
lain-lain
Belum terlihat
4 Kondisi Ruang konseling Cukup bersih
5 Tata letak ruang konseling Cukup tertata dengan
baik
6 Suhu udara ruang konseling Cukup nyaman
7 Situasi konseling
Ribut karena suara
peserta didik disekitar
gedung
8 Perlengkapan konseling Cukup lengkap
Tabel 14
Lembar Observasi 2 pada Siklus I untuk Subjek 1 Proses Konseling Individu
No Aktifitas dan Situasi Konseling Komentar
1 Klien menunjukkan keinginan untuk
meningkatkan prestasinya
Mulai terlihat
2 Menunjukkan sikap peduli, tidak
berpura-pura, tidak bohong, dan lain-
lain
Mulai terlihat
3 Menunjukkan tingkah laku tidak
mudah tersinggung, tidak murung,
tidak pemarah, tidak bingung, tidak
Mulai terlihat
79
cemberut, gembira, tidak sedih, dan
lain-lain
4 Kondisi Ruang konseling Cukup bersih
5 Tata letak ruang konseling Cukup tertata dengan
baik
6 Suhu udara ruang konseling Cukup nyaman
7 Situasi konseling Tenang
8 Perlengkapan konseling Cukup lengkap
Tabel 15
Lembar Observasi 3 pada Siklus I untuk Subjek 1 Proses Konseling Individu
No Aktifitas dan Situasi Konseling Komentar
1 Klien menunjukkan keinginan untuk
meningkatkan prestasinya
Sudah terlihat
2 Menunjukkan sikap peduli, tidak
berpura-pura, tidak bohong, dan lain-
lain
Sudah terlihat
3 Menunjukkan tingkah laku tidak
mudah tersinggung, tidak murung,
tidak pemarah, tidak bingung, tidak
cemberut, gembira, tidak sedih, dan
lain-lain
Sudah terlihat
4 Kondisi Ruang konseling Cukup bersih
5 Tata letak ruang konseling Cukup tertata dengan
baik
6 Suhu udara ruang konseling Cukup nyaman
7 Situasi konseling Tenang
8 Perlengkapan konseling Cukup lengkap
80
Tabel 16 Lembar Observasi 1 pada Siklus I untuk Subjek 2
Proses Konseling Individu
No Aktifitas dan Situasi Konseling Komentar
1 Klien menunjukkan keinginan untuk
meningkatkan prestasinya
Belum terlihat
2 Menunjukkan sikap peduli, tidak
berpura-pura, tidak bohong, dan lain-
lain
Belum terlihat
3 Menunjukkan tingkah laku tidak
mudah tersinggung, tidak murung,
tidak pemarah, tidak bingung, tidak
cemberut, gembira, tidak sedih, dan
lain-lain
Belum terlihat
4 Kondisi Ruang konseling Cukup bersih
5 Tata letak ruang konseling Cukup tertata dengan
baik
6 Suhu udara ruang konseling Cukup nyaman
7 Situasi konseling Tenang
8 Perlengkapan konseling Cukup lengkap
Tabel 17
Lembar Observasi 2 pada Siklus I untuk Subjek 2 Proses Konseling Individu
No Aktifitas dan Situasi Konseling Komentar
1 Klien menunjukkan keinginan untuk
meningkatkan prestasinya
Mulai terlihat
2 Menunjukkan sikap peduli, tidak
berpura-pura, tidak bohong, dan lain-
lain
Mulai terlihat
81
3 Menunjukkan tingkah laku tidak
mudah tersinggung, tidak murung,
tidak pemarah, tidak bingung, tidak
cemberut, gembira, tidak sedih, dan
lain-lain
Mulai terlihat
4 Kondisi Ruang konseling Cukup bersih
5 Tata letak ruang konseling Cukup tertata dengan
baik
6 Suhu udara ruang konseling Cukup nyaman
7 Situasi konseling Tenang
8 Perlengkapan konseling Cukup lengkap
Tabel 18
Lembar Observasi 3 pada Siklus I untuk Subjek 2 Proses Konseling Individu
No Aktifitas dan Situasi Konseling Komentar
1 Klien menunjukkan keinginan untuk
meningkatkan prestasinya
Sudah terlihat
2 Menunjukkan sikap peduli, tidak
berpura-pura, tidak bohong, dan lain-
lain
Sudah terlihat
3 Menunjukkan tingkah laku tidak
mudah tersinggung, tidak murung,
tidak pemarah, tidak bingung, tidak
cemberut, gembira, tidak sedih, dan
lain-lain
Sudah terlihat
4 Kondisi Ruang konseling Cukup bersih
5 Tata letak ruang konseling Cukup tertata dengan
baik
6 Suhu udara ruang konseling Cukup nyaman
82
7 Situasi konseling Tenang
8 Perlengkapan konseling Cukup lengkap
Tabel 19 Lembar Observasi 1 pada Siklus I untuk Subjek 3
Proses Konseling Individu
No Aktifitas dan Situasi Konseling Komentar
1 Klien menunjukkan keinginan
untuk meningkatkan prestasinya
Belum terlihat
2 Menunjukkan sikap peduli, tidak
berpura-pura, tidak bohong, dan
lain-lain
Belum terlihat
3 Menunjukkan tingkah laku tidak
mudah tersinggung, tidak murung,
tidak pemarah, tidak bingung,
tidak cemberut, gembira, tidak
sedih, dan lain-lain
Belum terlihat
4 Kondisi Ruang konseling Cukup bersih
5 Tata letak ruang konseling Cukup tertata dengan
baik
6 Suhu udara ruang konseling Cukup nyaman
7 Situasi konseling
Ribut karena suara
peserta didik disekitar
gedung
8 Perlengkapan konseling Cukup lengkap
83
Tabel 20 Lembar Observasi 2 pada Siklus I untuk Subjek 3
Proses Konseling Individu
No Aktifitas dan Situasi Konseling Komentar
1 Klien menunjukkan keinginan
untuk meningkatkan prestasinya
Mulai terlihat
2 Menunjukkan sikap peduli, tidak
berpura-pura, tidak bohong, dan
lain-lain
Mulai terlihat
3 Menunjukkan tingkah laku tidak
mudah tersinggung, tidak murung,
tidak pemarah, tidak bingung,
tidak cemberut, gembira, tidak
sedih, dan lain-lain
Mulai terlihat
4 Kondisi Ruang konseling Cukup bersih
5 Tata letak ruang konseling Cukup tertata dengan
baik
6 Suhu udara ruang konseling Cukup nyaman
7 Situasi konseling Tenang
8 Perlengkapan konseling Cukup lengkap
Tabel 21 Lembar Observasi 3 pada Siklus I untuk Subjek 3
Proses Konseling Individu
No Aktifitas dan Situasi Konseling Komentar
1 Klien menunjukkan keinginan
untuk meningkatkan prestasinya
Sudah terlihat
2 Menunjukkan sikap peduli, tidak
berpura-pura, tidak bohong, dan
Sudah terlihat
84
lain-lain
3 Menunjukkan tingkah laku tidak
mudah tersinggung, tidak murung,
tidak pemarah, tidak bingung,
tidak cemberut, gembira, tidak
sedih, dan lain-lain
Sudah terlihat
4 Kondisi Ruang konseling Cukup bersih
5 Tata letak ruang konseling Cukup tertata dengan
baik
6 Suhu udara ruang konseling Cukup nyaman
7 Situasi konseling Tenang
8 Perlengkapan konseling Cukup lengkap
Tabel 22 Lembar Observasi 1 pada Siklus I untuk Subjek 4
Proses Konseling Individu
No Aktifitas dan Situasi Konseling Komentar
1 Klien menunjukkan keinginan
untuk meningkatkan prestasinya
Belum terlihat
2 Menunjukkan sikap peduli, tidak
berpura-pura, tidak bohong, dan
lain-lain
Belum terlihat
3 Menunjukkan tingkah laku tidak
mudah tersinggung, tidak murung,
tidak pemarah, tidak bingung,
tidak cemberut, gembira, tidak
sedih, dan lain-lain
Belum terlihat
4 Kondisi Ruang konseling Cukup bersih
5 Tata letak ruang konseling Cukup tertata dengan
baik
85
6 Suhu udara ruang konseling Cukup nyaman
7 Situasi konseling Tenang
8 Perlengkapan konseling Cukup lengkap
Tabel 23 Lembar Observasi 2 pada Siklus I untuk Subjek 4
Proses Konseling Individu
No Aktifitas dan Situasi Konseling Komentar
1 Klien menunjukkan keinginan
untuk meningkatkan prestasinya
Mulai terlihat
2 Menunjukkan sikap peduli, tidak
berpura-pura, tidak bohong, dan
lain-lain
Mulai terlihat
3 Menunjukkan tingkah laku tidak
mudah tersinggung, tidak murung,
tidak pemarah, tidak bingung,
tidak cemberut, gembira, tidak
sedih, dan lain-lain
Mulai terlihat
4 Kondisi Ruang konseling Cukup bersih
5 Tata letak ruang konseling Cukup tertata dengan
baik
6 Suhu udara ruang konseling Cukup nyaman
7 Situasi konseling
Ribut karena suara
peserta didik disekitar
gedung
8 Perlengkapan konseling Cukup lengkap
86
Tabel 24 Lembar Observasi 3 pada Siklus I untuk Subjek 4
Proses Konseling Individu
No Aktifitas dan Situasi Konseling Komentar
1 Klien menunjukkan keinginan
untuk meningkatkan prestasinya
Sudah terlihat
2 Menunjukkan sikap peduli, tidak
berpura-pura, tidak bohong, dan
lain-lain
Sudah terlihat
3 Menunjukkan tingkah laku tidak
mudah tersinggung, tidak murung,
tidak pemarah, tidak bingung,
tidak cemberut, gembira, tidak
sedih, dan lain-lain
Sudah terlihat
4 Kondisi Ruang konseling Cukup bersih
5 Tata letak ruang konseling Cukup tertata dengan
baik
6 Suhu udara ruang konseling Cukup nyaman
7 Situasi konseling Tenang
8 Perlengkapan konseling Cukup lengkap
2) Hasil Pengamatan Terhadap Tindakan Peneliti
Pada kegiatan sesi konseling ke-1 sampai ke-3 tentang
konsentrasi belajar, maka data yang disusun dan diamati oleh guru
BK yang bertindak sebagai pengamat peneliti adalah sebagai
berikut:
87
Tabel 25 Lembar Observasi 1 pada Siklus 1 untuk Peneliti
Proses Konseling Individu Subjek 1
No Aktifitas/Tahapan Konseling Keterangan
Dilakukan Tidak Dilakukan
1 Perilaku attending √ 2 Empati √ 3 Refleksi √ 4 Eksplorasi √ 5 Menangkap pesan utama √ 6 Bertanya membuka percakapan √ 7 Dorongan minimal √
8 Interpretasi √
9 Mengarahkan √ 10 Menyimpulkan sementara √ 11 Konfrontasi √ 12 Fokus √ 13 Memimpin √ 14 Menjernihkan √ 15 Memudahkan √ 16 Mengambil inisiatif √ 17 Memberi nasehat √
18 Memberi informasi √
19 Merencanakan program bersama klien
√
20 Menyimpulkan, mengevaluasi, dan menutup sesi konseling
√
Tabel 26
Lembar Observasi 2 pada Siklus 1 untuk Peneliti Proses Konseling Individu Subjek 1
No Aktifitas/Tahapan Konseling Keterangan
Dilakukan Tidak Dilakukan
1 Perilaku attending √ 2 Empati √ 3 Refleksi √ 4 Eksplorasi √ 5 Menangkap pesan utama √ 6 Bertanya membuka percakapan √ 7 Dorongan minimal √ 8 Interpretasi √
88
9 Mengarahkan √ 10 Menyimpulkan sementara √ 11 Konfrontasi √ 12 Fokus √ 13 Memimpin √ 14 Menjernihkan √ 15 Memudahkan √ 16 Mengambil inisiatif √ 17 Memberi nasehat √ 18 Memberi informasi √ 19 Merencanakan program bersama
klien √
20 Menyimpulkan, mengevaluasi, dan menutup sesi konseling
√
Tabel 27 Lembar Observasi 3 pada Siklus 1 untuk Peneliti
Proses Konseling Individu Subjek 1
No Aktifitas/Tahapan Konseling Keterangan
Dilakukan Tidak Dilakukan
1 Perilaku attending √ 2 Empati √ 3 Refleksi √ 4 Eksplorasi √
5 Menangkap pesan utama √
6 Bertanya membuka percakapan √
7 Dorongan minimal √ 8 Interpretasi √ 9 Mengarahkan √
10 Menyimpulkan sementara √ 11 Konfrontasi √ 12 Fokus √ 13 Memimpin √ 14 Menjernihkan √ 15 Memudahkan √ 16 Mengambil inisiatif √ 17 Memberi nasehat √ 18 Memberi informasi √ 19 Merencanakan program bersama
klien √
20 Menyimpulkan, mengevaluasi, dan menutup sesi konseling
√
89
Tabel 28 Lembar Observasi 1 pada Siklus 1 untuk Peneliti
Proses Konseling Individu Subjek 2
No Aktifitas/Tahapan Konseling Keterangan
Dilakukan Tidak Dilakukan
1 Perilaku attending √ 2 Empati √ 3 Refleksi √ 4 Eksplorasi √ 5 Menangkap pesan utama √ 6 Bertanya membuka percakapan √ 7 Dorongan minimal √ 8 Interpretasi √ 9 Mengarahkan √
10 Menyimpulkan sementara √ 11 Konfrontasi √ 12 Fokus √ 13 Memimpin √ 14 Menjernihkan √ 15 Memudahkan √ 16 Mengambil inisiatif √ 17 Memberi nasehat √ 18 Memberi informasi √ 19 Merencanakan program bersama
klien √
20 Menyimpulkan, mengevaluasi, dan menutup sesi konseling
√
Tabel 29 Lembar Observasi 2 pada Siklus 1 untuk Peneliti
Proses Konseling Individu Subjek 2
No Aktifitas/Tahapan Konseling Keterangan
Dilakukan Tidak Dilakukan
1 Perilaku attending √ 2 Empati √ 3 Refleksi √ 4 Eksplorasi √
5 Menangkap pesan utama √
6 Bertanya membuka percakapan √ 7 Dorongan minimal √
90
8 Interpretasi √ 9 Mengarahkan √
10 Menyimpulkan sementara √ 11 Konfrontasi √ 12 Fokus √ 13 Memimpin √ 14 Menjernihkan √ 15 Memudahkan √ 16 Mengambil inisiatif √ 17 Memberi nasehat √ 18 Memberi informasi √ 19 Merencanakan program bersama
klien √
20 Menyimpulkan, mengevaluasi, dan menutup sesi konseling
√
Tabel 30 Lembar Observasi 3 pada Siklus 1 untuk Peneliti
Proses Konseling Individu Subjek 2
No Aktifitas/Tahapan Konseling Keterangan
Dilakukan Tidak Dilakukan
1 Perilaku attending √ 2 Empati √ 3 Refleksi √ 4 Eksplorasi √ 5 Menangkap pesan utama √ 6 Bertanya membuka percakapan √ 7 Dorongan minimal √ 8 Interpretasi √ 9 Mengarahkan √
10 Menyimpulkan sementara √ 11 Konfrontasi √ 12 Fokus √ 13 Memimpin √ 14 Menjernihkan √ 15 Memudahkan √ 16 Mengambil inisiatif √ 17 Memberi nasehat √ 18 Memberi informasi √ 19 Merencanakan program bersama
klien √
20 Menyimpulkan, mengevaluasi, √
91
dan menutup sesi konseling
Tabel 31 Lembar Observasi 1 pada Siklus 1 untuk Peneliti
Proses Konseling Individu Subjek 3
No Aktifitas/Tahapan Konseling Keterangan
Dilakukan Tidak Dilakukan
1 Perilaku attending √ 2 Empati √ 3 Refleksi √ 4 Eksplorasi √ 5 Menangkap pesan utama √ 6 Bertanya membuka percakapan √ 7 Dorongan minimal √ 8 Interpretasi √ 9 Mengarahkan √
10 Menyimpulkan sementara √ 11 Konfrontasi √ 12 Fokus √ 13 Memimpin √ 14 Menjernihkan √ 15 Memudahkan √ 16 Mengambil inisiatif √ 17 Memberi nasehat √ 18 Memberi informasi √ 19 Merencanakan program bersama
klien √
20 Menyimpulkan, mengevaluasi, dan menutup sesi konseling
√
Tabel 32 Lembar Observasi 2 pada Siklus 1 untuk Peneliti
Proses Konseling Individu Subjek 3
No Aktifitas/Tahapan Konseling Keterangan
Dilakukan Tidak Dilakukan
1 Perilaku attending √ 2 Empati √ 3 Refleksi √ 4 Eksplorasi √
92
5 Menangkap pesan utama √ 6 Bertanya membuka percakapan √ 7 Dorongan minimal √ 8 Interpretasi √ 9 Mengarahkan √
10 Menyimpulkan sementara √ 11 Konfrontasi √ 12 Fokus √ 13 Memimpin √ 14 Menjernihkan √ 15 Memudahkan √ 16 Mengambil inisiatif √ 17 Memberi nasehat √ 18 Memberi informasi √ 19 Merencanakan program bersama
klien √
20 Menyimpulkan, mengevaluasi, dan menutup sesi konseling
√
Tabel 33 Lembar Observasi 3 pada Siklus 1 untuk Peneliti
Proses Konseling Individu Subjek 3
No Aktifitas/Tahapan Konseling Keterangan
Dilakukan Tidak Dilakukan
1 Perilaku attending √ 2 Empati √ 3 Refleksi √ 4 Eksplorasi √ 5 Menangkap pesan utama √ 6 Bertanya membuka percakapan √ 7 Dorongan minimal √ 8 Interpretasi √ 9 Mengarahkan √
10 Menyimpulkan sementara √ 11 Konfrontasi √ 12 Fokus √ 13 Memimpin √ 14 Menjernihkan √ 15 Memudahkan √ 16 Mengambil inisiatif √ 17 Memberi nasehat √ 18 Memberi informasi √
93
19 Merencanakan program bersama klien
√
20 Menyimpulkan, mengevaluasi, dan menutup sesi konseling
√
Tabel 34 Lembar Observasi 1 pada Siklus 1 untuk Peneliti
Proses Konseling Individu Subjek 4
No Aktifitas/Tahapan Konseling Keterangan
Dilakukan Tidak Dilakukan
1 Perilaku attending √ 2 Empati √ 3 Refleksi √ 4 Eksplorasi √ 5 Menangkap pesan utama √ 6 Bertanya membuka percakapan √ 7 Dorongan minimal √ 8 Interpretasi √ 9 Mengarahkan √
10 Menyimpulkan sementara √ 11 Konfrontasi √ 12 Fokus √ 13 Memimpin √ 14 Menjernihkan √ 15 Memudahkan √ 16 Mengambil inisiatif √ 17 Memberi nasehat √ 18 Memberi informasi √ 19 Merencanakan program bersama
klien √
20 Menyimpulkan, mengevaluasi, dan menutup sesi konseling
√
Tabel 35 Lembar Observasi 2 pada Siklus 1 untuk Peneliti
Proses Konseling Individu Subjek 4
No Aktifitas/Tahapan Konseling Keterangan
Dilakukan Tidak Dilakukan
1 Perilaku attending √
94
2 Empati √ 3 Refleksi √ 4 Eksplorasi √ 5 Menangkap pesan utama √ 6 Bertanya membuka percakapan √ 7 Dorongan minimal √ 8 Interpretasi √ 9 Mengarahkan √
10 Menyimpulkan sementara √ 11 Konfrontasi √ 12 Fokus √ 13 Memimpin √ 14 Menjernihkan √ 15 Memudahkan √ 16 Mengambil inisiatif √ 17 Memberi nasehat √ 18 Memberi informasi √ 19 Merencanakan program bersama
klien √
20 Menyimpulkan, mengevaluasi, dan menutup sesi konseling
√
Tabel 36
Lembar Observasi 3 pada Siklus 1 untuk Peneliti Proses Konseling Individu Subjek 4
No Aktifitas/Tahapan Konseling Keterangan
Dilakukan Tidak Dilakukan
1 Perilaku attending √ 2 Empati √ 3 Refleksi √ 4 Eksplorasi √ 5 Menangkap pesan utama √ 6 Bertanya membuka percakapan √ 7 Dorongan minimal √ 8 Interpretasi √ 9 Mengarahkan √
10 Menyimpulkan sementara √ 11 Konfrontasi √ 12 Fokus √ 13 Memimpin √ 14 Menjernihkan √ 15 Memudahkan √ 16 Mengambil inisiatif √
95
17 Memberi nasehat √
18 Memberi informasi √
19 Merencanakan program bersama klien
√
20 Menyimpulkan, mengevaluasi, dan menutup sesi konseling
√
d. Refleksi
Pada siklus I yang telah diselenggarakan di peroleh temuan,
bahwa layanan konseling individu telah dilaksanakan oleh peneliti
dengan baik. Perlakuan pada siklus I tersebut menjadikan peserta didik
mampu mangatasi masalah gangguan konsentrasi belajar yang dihadapi
dengan baik. Penyelenggaraan layanan konseling individu pada siklus I
dapat dikatakan telah berhasil dipergunakan untuk membuat peserta
didik mengerti dan memahami mengenai konsentrasi belajar.
Keberhasilan siklus I ini terlihat pada sesi konseling 1 klien
belum menunjukkan keinginan untuk meningkatkan prestasinya, belum
menunjukkan sikap peduli, berpura-pura, bohong dan lain-lain, dan
menunjukkan tingkah laku mudah tersinggung, murung, pemarah,
bingung, cemberut, sedih dan lain-lain. Sedangkan pada sesi konseling
2 klien mulai menunjukkan keinginan untuk meningkatkan prestasinya,
mulai menunjukkan sikap peduli, tidak berpura-pura, tidak bohong dan
lain-lain, dan mulai menunjukkan tingkah laku tidak mudah
tersinggung, tidak murung, tidak pemarah, tidak bingung, tidak
cemberut, gembira, tidak sedih, dan lain-lain. Kemudian pada sesi
konseling 3 klien sudah menunjukkan keinginan untuk meningkatkan
96
prestasinya yaitu dengan membuat komitmen dengan peneliti untuk
merubah kebiasaan buruk dalam belajar dan belajar lebih rajin lagi,,
sudah menunjukkan sikap peduli, tidak berpura-pura, tidak bohong, dan
lain-lain, dan sudah menunjukkan tingkah laku tidak mudah
tersinggung, tidak murung, tidak pemarah, tidak bingung, tidak
cemberut, gembira, tidak sedih, dan lain-lain.
D. Profil Konsentrasi Belajar Peserta Didik Setelah Diberikan Layanan
Konseling Indivdiu
Penelitian akhir ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang profil
konsentrasi belajar peserta didik (n = 4) di MTs Muslimat NU Palangka Raya
tahun pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian akhir ini menunjukkan
meningkatnya konsentrasi belajar peserta didik setelah diberikan layanan
konseling individual.
Hasil penelitian akhir menemukan bahwa profil konsentrasi belajar
peserta didik secara umum menunjukkan adanya variasi dengan urutan berada
pada kategori tinggi 40%, sedang 32,5%, dan rendah 27,5% dengan skor rata-
rata sebesar 40, skor minimal 37, skor maksimal 131, dan standar deviasi
sebesar 22,5. Secara lebih rinci profil konsentrasi belajar peserta didik
berdasarkan hasil penelitian akhir disajikan pada tabel berikut.
Tabel 37 Profil Konsentrasi Belajar Peserta Didik Secara Umum
No. Pedoman Skor Frek Persentase Kategori
1 X > (Me+1s) X > 90 13 32,5% Tinggi
2 (Me-1s) < X < (Me+1s) 45 < X < 90 16 40% Sedang
3 X < (Me-1s) X < 45 11 27,5% Rendah
97
Total 40 100%
1. Profil Konsentrasi Belajar Peserta Didik Tiap Indikator
Pertama, pada indikator prestasi belajar menunjukkan temuan 100%
pada kategori tinggi. Secara lebih rinci paparan tentang kategori
konsentrasi belajar diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 38 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Prestasi Belajar
Pedoman Skor Frekuensi Persentase Kategori
X > (Me+1s) X > 20 4 100% Tinggi
(Me-1s) < X < (Me+1s) 10 < X < 20 Sedang
X < (Me-1s) X < 10 Rendah
Total 4 100%
Kedua, pada indikator hasil yang dicapai seimbang dengan usaha
yang dilakukan menunjukkan temuan 100% pada kategori tinggi. Secara
lebih rinci paparan tentang kategori konsentrasi belajar diuraikan pada
tabel berikut.
Tabel 39 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Hasil Belajar yang Dicapai
Sesuai dengan Usaha yang Dilakukan
Pedoman Skor Frekuensi Persentase Kategori
X > (Me+1s) X > 20 4 100% Tinggi
(Me-1s) < X < (Me+1s) 10 < X < 20 Sedang
X < (Me-1s) X < 10 Rendah
Total 4 100%
Ketiga, pada indikator cepat dalam melakukan tugas-tugas belajar
menunjukkan temuan 75% pada kategori tinggi dan 25% pada kategori
98
sedang. Secara lebih rinci paparan tentang kategori konsentrasi belajar
diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 40 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Cepat dalam
Melakukan Tugas-tugas Belajar
Pedoman Skor Frekuensi Persentase Kategori
X > (Me+1s) X > 20 3 75% Tinggi
(Me-1s) < X < (Me+1s) 10 < X < 20 1 25% Sedang
X < (Me-1s) X < 10 Rendah
Total 4 100%
Keempat, pada indikator sikap yang wajar menunjukkan temuan
100% pada kategori tinggi. Secara lebih rinci paparan tentang kategori
konsentrasi belajar diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 41 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Sikap yang Wajar
Pedoman Skor Frekuensi Persentase Kategori
X > (Me+1s) X > 20 4 100% Tinggi
(Me-1s) < X < (Me+1s) 10 < X < 20 Sedang
X < (Me-1s) X < 10 Rendah
Total 4 100%
Kelima, pada indikator tingkah laku tidak yang berlainan
menunjukkan temuan 100% pada kategori tinggi. Secara lebih rinci
paparan tentang kategori konsentrasi belajar diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 42 Profil Konsentrasi Belajar Indikator Tingkah Laku yang
Tidak Berlainan
Pedoman Skor Frekuensi Persentase Kategori
X > (Me+1s) X > 20 4 100% Tinggi
99
(Me-1s) < X < (Me+1s) 10 < X < 20 Sedang
X < (Me-1s) X < 10 Rendah
Total 4 100%
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Tabel 43 Hasil Layanan Konseling Individu
No Indikator Sebelum
Layanan
Sesudah
Layanan
1 Menunjukkan prestasi belajar 32,5% 100%
2 Hasil belajar yang dicapai seimbang
dengan usaha yang dilakukan
32,5% 100%
3 Cepat dalam melakukan tugas-tugas
belajar
27,5% 75,5%
4 Menunjukkan sikap yang wajar 27,5% 100%
5 Menunjukkan tingkah laku yang tidak
berlainan
27,5% 100%
Hasil layanan konseling individu yang diberikan kepada 4 orang
peserta didik kelas VIII B di MTs Muslimat NU Palangka Raya untuk
membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang menggangu
konsentrasi belajar. Konseling individu yang diberikan melalui 3 sesi
konseling di siklus I.
Tabel di atas menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan
konsentrasi belajar peserta didik dapat di terapkan melalui layanan
konseling individu. Hal ini terlihat pada (1) indikator yang menunjukkan
prestasi belajar sebelum diberikan layanan konseling individual 32,5%
100
pada kategori rendah, setelah diberikan layanan konseling Individual
meningkat pada skor 100%, (2) indikator hasil yang dicapai seimbang
dengan usaha yang dilakukan sebelum diberikan layanan konseling
individual 32,5% pada kategori rendah, setelah diberikan layanan
konseling individual meningkat pada skor 100%, (3) indikator cepat dalam
melakukan tugas-tugas belajar sebelum diberikan layanan konseling
individual 27,5% pada kategori rendah, setelah diberikan layanan
konseling individual meningkat pada skor 75,5%, (4) indikator
menunjukkan sikap yang wajar sebelum diberikan layanan konseling
individual 27,5% pada kategori rendah, setelah diberikan layanan
konseling individual meningkat pada skor 100%, dan (5) indikator
menunjukkan tingkah laku yang tidak berlainan sebelum diberikan layanan
konseling individual 27,5% pada kategori rendah, setelah diberikan
layanan konseling individual meningkat pada skor 100%.
Tabel 44 Peningkatan Konsentrasi Belajar
Subjek Free Tes Post Tes
AW 37 101
FA 37 107
ZA 38 111
SU 38 116
Dengan demikian dapat diketahui bahwa upaya untuk
meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik dapat diupayakan dengan
101
layanan konseling individu. Hasil ini terlihat setelah siklus I dilaksanakan.
Peserta didik mulai membuka diri yang sebelumnya sangat sulit untuk
diketahui sebab gangguan konsentrasi belajar yang dihadapi, kemudian
memahami sebab masalah dan mampu menemukan penyelesaian
masalahnya sendiri setelah diberikan layanan konseling individu.
Berdasarkan data yang sudah dipaparkan di atas dapat dikatakan bahwa
dalam penelitian ini berhasil dilaksanakan, hal ini terlihat karena dalam
tindakan yang dilaksanakan mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
Peneliti menggunakan layanan konseling individu dapat
meningkatkan konsentrasi belajar peserta didik. Seperti yang dikemukakan
oleh Carkhuff dan Gordon (dalam Willis, 2013:22) mengatakan bahwa
“tujuan konseling adalah agar setelah mengikuti proses konseling seorang
klien akan mampu bekerja dan hidup lebih efektif dalam segala hal seperti
belajar, berkarya, berkeluarga dan sebagainya”.
102
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan analisa data, dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
konsentrasi belajar 4 orang peserta didik kelas VIII B di MTs Muslimat NU
Palangka Raya setelah diberikan layanan konseling individu. Pada siklus I
konseling individu (1) indikator yang menunjukkan prestasi belajar free tes
32,5% pada kategori rendah, post tes 100% meningkat pada kategori tinggi, (2)
indikator hasil belajar yang dilakukan seimbang dengan usaha yang dilakukan
free tes 32,5% pada kategori rendah, post tes 100% meningkat pada kategori
tinggi, (3) indikator cepat dalam melakukan tugas-tugas belajar free tes 27,5%
pada kategori rendah, post tes 75,5% meningkat pada kategori tinggi, (4)
indikator menunjukkan sikap yang wajar free tes 27,5% pada kategori rendah,
post tes 100% meningkat pada kategori tinggi, (5) indikator menunjukkan
tingkah laku yang tidak berlainan free tes 27,5% pada kategori rendah, post tes
100% meningkat pada kategori tinggi
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan kesimpulan yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapat disampaikan rekomendasi sebagai
berikut:
1. Bagi kepala sekolah semoga selalu memberikan dukungan penuh terhadap
pelaksanaan program bimbingan dan konseling khususnya layanan
102
103
konseling individu yang dapat meningkatkan konsentrasi belajar peserta
didik.
2. Bagi guru bimbingan dan konseling agar selalu melaksanakan program
layanan konseling individu di sekolah sehingga peserta didik dapat
mengatasi gangguan konsentrasi belajar.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat memberikan layanan bimbingan dan
konseling lainnya untuk membantu peserta didik dalam mengatasi masalah
gangguan konsentrasi belajar di sekolah.
4. Bagi peserta didik diharapkan agar selalu mengikuti kegiatan layanan
konseling individu di sekolah agar dapat meningkatkan konsentrasi belajar
dan meningkatkan prestasinya.
104
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono. 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Hakim, Thursan. 2005. Mengetasi Gangguan Konsentrasi. Jakarta: Puspa Swara
Hellen. 2002. Bimbingan Konseling dalam Islam. Jakarta: PT. Interman
Kunandar. 2012. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Cetakan ke-8. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada
Mudyaharjo, Redja. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Mamang Etta dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: C.V Andi Offset
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2012. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Suryono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Suwarjo dan Eva Eliasa, Emania. 2012. 55 Permainan Dalam Bimbingan dan
Konseling. Yogyakarta: Paramitra Publishing Tohirin. 2009. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis
Integrasi). Jakarta: Rajawali Pers Willis, Sofyan. 2013. Konseling Individu Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta
Wiriaattmadja Rochiati. 2012. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. 2011. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset