kecepatan pelarutan disolusi

6
ARTIKEL UJI DISOLUSI DAN PENETAPAN KADAR TABLET LORATADIN INOVATOR DAN GENERIK BERMEREK Mariana Raini,* Daroham Mutiatikum,* Pudji Lastari* DISSOL UTION PROFILE AND DETERMINA TION OF LORA TADINE CONTENT IN INNO VA TOR AND BRANDED GENERIC TABLET: A COMPARATIVE STUDY Abstract Antihistamines Loratadin available in tablet form, as loratadin tablets innovator, branded generic preparations. Socializing generic drugs need information about quality of these drugs, to ensure that the quality of generic drugs not lower or similar to its innovator drugs. The impact of economic crisis caused the price of very expensive drugs. The information quality of generic drugs is expected to increase the use of generic drugs by health practitioners and public. It is necessary for the laboratory data that are qualityparameters, such as dissolution profiles, dissolution testing and determinationof drug dosage levels. Dissolution test method anddetermination of levelsconducted in accordanceto the requirements of the USP (United State of Pharmacopeia). Loratadin dissolution test resultsof tablets A, B and Cin accordancewith the requirements of the USP. Loratadin contentin tablet Ais 103, 73%, B=99,62% and C=100,21%. Loratadin levels in all of these tablets meet the requirements of the USP. Keywords: innovator,branded generic drug, dissolution, content Pendahuluan A ntihistamin atau antagonis histamin me- rupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan. 1 Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi alergi. Antihistamin generasi pertama dapat mem- berikan efek sedasi dan menimbulkan efek anti- kolinergik yang lebih nyata karena antihistamin ini kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibandingkan dengan generasi kedua. Loratadin termasuk anti- histamin generasi kedua, secara oral cepat diabsorbsi di saluran pencernaan dan konsentrasi maksimum dalam plasma darah dicapai sekitar satu jam. 1 ' 2 Pemberian tunggal dapat menimbul- kan efek hingga 24 jam karena itu loratadin cukup diberikan satu tablet setiap hari. Loratadin juga tidak mempengaruhi kemampuan mengendarai, tingkat kewaspadaan siang hari dan produktivitas kerja. 3 ' 4 Pada dasarnya obat yang beredar di pasaran terbagi menjadi dua yaitu obat innovator atau paten dan obat generik. Obat inovator merupakan obat yang ditemukan berdasarkan penelitian dan memiliki masa paten dalam jangka waktu tertentu. 5 ' 6 Di Amerika Serikat, perlindungan obat paten berlaku selama 20 tahun tetapi dihitung sebelum uji klinik dimulai sehingga masa berlaku paten selama 11 sampai 12 tahun. 5 Sedangkan di Indonesia, berdasarkan Undang-undang No. 14 tahun 2001, masa berlaku paten selama 20 tahun. 6 Selama masa itu perusahaan Farmasi memiliki hak eksklusif untuk memproduksi dan memasar- kan obat tersebut kecuali jika memiliki perjanjian khusus dengan perusahaan pemilik paten. 5 ' Perusahaan farmasi yang memproduksi obat inovator hams mengeluarkan biaya yang besar untuk penelitian dan pengembangan obat, keamanan, pemasaran, transportasi sehingga harga obat inovator lebih mahal dari obat generik. Puslitbang Biomedis dan Farmasi 59 Media Litbang Kesehatan Volume XXNomor 2 Tahun 2010

Upload: stefanie-garner

Post on 13-Nov-2015

47 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

farmasi fisika

TRANSCRIPT

  • ARTIKEL

    UJI DISOLUSI DAN PENETAPAN KADAR TABLETLORATADIN INOVATOR DAN GENERIK BERMEREK

    Mariana Raini,* Daroham Mutiatikum,* Pudji Lastari*

    DISSOL UTION PROFILE AND DETERMINA TION OF LORA TADINE CONTENT IN INNO VA TORAND BRANDED GENERIC TABLET: A COMPARATIVE STUDY

    AbstractAntihistamines Loratadin available in tablet form, as loratadin tablets innovator, branded genericpreparations. Socializing generic drugs need information about quality of these drugs, to ensure that thequality of generic drugs not lower or similar to its innovator drugs. The impact of economic crisiscaused the price of very expensive drugs. The information quality of generic drugs is expected toincrease the use of generic drugs by health practitioners and public. It is necessary for the laboratorydata that are qualityparameters, such as dissolution profiles, dissolution testing and determinationofdrug dosage levels. Dissolution test method anddetermination of levelsconducted in accordanceto therequirements of the USP (United State of Pharmacopeia). Loratadin dissolution test resultsof tablets A,B and Cin accordancewith the requirements of the USP. Loratadin contentin tablet Ais 103, 73%,B=99,62% and C=100,21%. Loratadin levels in all of these tablets meet the requirements of the USP.

    Keywords: innovator,branded generic drug, dissolution, content

    Pendahuluan

    A ntihistamin atau antagonis histamin me-rupakan salah satu obat yang palingbanyak digunakan.1 Antihistamin inibiasanya digunakan untuk mengobati reaksialergi. Antihistamin generasi pertama dapat mem-berikan efek sedasi dan menimbulkan efek anti-kolinergik yang lebih nyata karena antihistaminini kurang selektif dan mampu berpenetrasi padasistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibandingkandengan generasi kedua. Loratadin termasuk anti-histamin generasi kedua, secara oral cepatdiabsorbsi di saluran pencernaan dan konsentrasimaksimum dalam plasma darah dicapai sekitarsatu jam.1'2 Pemberian tunggal dapat menimbul-kan efek hingga 24 jam karena itu loratadin cukupdiberikan satu tablet setiap hari. Loratadin jugatidak mempengaruhi kemampuan mengendarai,tingkat kewaspadaan siang hari dan produktivitaskerja.3'4

    Pada dasarnya obat yang beredar di pasaranterbagi menjadi dua yaitu obat innovator ataupaten dan obat generik. Obat inovator merupakanobat yang ditemukan berdasarkan penelitian danmemiliki masa paten dalam jangka waktutertentu.5'6 Di Amerika Serikat, perlindungan obatpaten berlaku selama 20 tahun tetapi dihitungsebelum uji klinik dimulai sehingga masa berlakupaten selama 11 sampai 12 tahun.5 Sedangkan diIndonesia, berdasarkan Undang-undang No. 14tahun 2001, masa berlaku paten selama 20 tahun.6Selama masa itu perusahaan Farmasi memilikihak eksklusif untuk memproduksi dan memasar-kan obat tersebut kecuali jika memiliki perjanjiankhusus dengan perusahaan pemilik paten.5'

    Perusahaan farmasi yang memproduksi obatinovator hams mengeluarkan biaya yang besaruntuk penelitian dan pengembangan obat,keamanan, pemasaran, transportasi sehingga hargaobat inovator lebih mahal dari obat generik.

    Puslitbang Biomedis dan Farmasi

    59 Media Litbang Kesehatan Volume XXNomor 2 Tahun 2010

  • Setelah masa berlaku obat paten selesai, makaobat itu boleh ditiru, diproduksi dan dipasarkanoleh perusahaan Farmasi lain. Obat tiruan itudinamakan obat generik atau obat copy.7'8'9 Olehkarena itu obat paten yang telah selesai masapatennya (eks paten) juga berubah menjadi obatgenerik. Mayoritas obat yang beredar di Indonesiasaat ini termasuk dalam obat generik. Obatgenerik dibedakan lagi dengan obat generikberlogo dengan obat generik bermerek. Obatgenerik berlogo merupakan obat generik yangdijual menggunakan nama generik sebagai namadagangnya dengan tambahan logo perusahaanprodusennya, sedangkan obat generik bermerekmenggunakan nama sesuai keinginan produsen-nya.10'11

    Pada kenyataannya meskipun obat inovatortelah habis masa patennya, perusahaan farmasimultinasional tetap menjual obat paten yang telahhabis masa patennya (off patent) dengan hargayang sama seperti saat obat tersebut masih beradadalam masa patennya.6'10 Sedangkan, pada umum-nya obat generik bermerek mempunyai harga jualyang lebih rendah dari obat inovator.6 Padaumumnya, masyarakat menganggap kualitas obatmahal lebih tinggi dari obat yang lebih murah.Pasien seharusnya tidak terjebak pada keharusanmembeli obat yang tertulis pada resep padahaltersedia obat yang mempunyai bahan aktif samadengan kualitas setara dan harga terjangkau.

    Uji disolusi dan penetapan kadar zat khasiatmerupakan faktor penting dalam pengendalianmutu obat. Pengujian ini dipersyaratkan padaproduk farmasi yang berbentuk tablet. Uji disolusiini pada industri farmasi merupakan informasiberharga untuk keseragaman kadar zat khasiatdalam satu produksi obat (batch), perkiraanbioavailabilitas dari zat khasiat obat dalam suaruformulasi, variabel kontrol proses dan untukmelihat pengaruh perubahan formulasi.12'13

    Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan(BPOM) mempersyaratkan uji disolusi terbanding(Profil disolusi) berdasarkan perbandingan profildisolusi antara obat inovator dan obat "copy"(generik dan generik bermerek) untuk memastikankualitas dan sifat-sifat produk obat denganperubahan minor dalam formulasi atau pembuatansetelah izin pemasaran obat.14 Sebelum melaku-kan uji bioekivalensi, BPOM juga menganjurkanuntuk melakukan uji disolusi in vitro yangdilaporkan dalam bentuk profil disolusi antaraobat uji dan pembanding/inovator.14

    Penelitian ini bertujuan untuk melakukanuji disolusi dan penetapan kadar 2 (dua) produktablet loratadin generik bermerek dengan loratadinproduk inovator. Informasi ini diharapkan dapatmemberikan masukan kepada instansi terkait danmasyarakat tentang mutu tablet loratadin baikproduk innovator maupun generik bermerek.Metoda uji disolusi dan penetapan kadardilakukan sesuai dengan The United State ofPharmacopeia 29 (USP)15 karena monografi lora-tadin belum tercantum dalam FarmakopeIndonesia IV.

    MetodogiPengujian yang dilakukan mencakup uji

    disolusi dan penetapan kadar tablet loratadininovator A, dan tablet loratadin generik bermerekB dan C.

    Uji DisolusiUji disolusi menggunakan alat uji disolusi

    tipe 2 dengan kecepatan putar dayung 50 rpmdengan media disolusi 900ml HC1 0,1 N. Padamasing-masing basket diletakkan 1 tablet lora-tadin dari no. Batch yang sama. Penetapan jumlahC22H23C1N2O2 yang terlarut, menggunakanspektrofotometri UV, dilakukan dengan mengukurserapan filtrat larutan uji dan serapan larutan bakuloratadin dengan media yang sama pada panjanggelombang serapan 280 nm. Penetapan jumlahloratadin yang terlarut dilakukan dengan meng-ambil alikot dari tiap basket pada menit ke 10, 20,30, 40, 45, 50 dan 60. Dalam waktu 60 menittidak boleh larut kurang dari 80% C22H23C1N2O2dari jumlah yang tertera pada etiket.15 Pengujiandilakukan 3 (tiga) kali. (Disolusi loratadin yangterlarut dari tablet A, B dan C tergambar padaprofil disolusi masing-masing tablet tersebut).

    Penetapan KadarPenetapan kadar loratadin dilakukan dengan

    mengambil 20 tablet loratadin, dihomogenkan dandilarutkan dalam metanol. Penetapan ini dilaku-kan dengan menggunakan Kromatografi CairKinerja tinggi (KCKT) pada panjang gelombang254 nm, dengan kolom 4 mm x 30cm berisi bahanpengisi LI, fasa gerak (K2HPO4 dalam air danmetanol=3:8), laju aliran 2 ml permenit. Pengujianini menggunakan baku pembanding: loratadinBPFI, dan baku internal: metiltestos-teron, dengan

    Media Litbang Kesehatan Volume XXNomor 2 Tahun 2010 60

  • pelarut metanol. Penetapan kadar ini dilakukan 3(tiga) kali. Persyaratan tablet loratadin mengikutiketentuan USP, mengandung loratadin tidakkurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% darijumlah yang tertera di etiket.15

    BasilHasil penetapan kadar dari uji disolusi

    tablet loratadin produk inovator (A) dan 2 produkgenerik bermerek (B dan C) yang dilakukan pada

    menit ke-10, 20, 30, 40, 45, 50 dan 60 dapatdilihat pada tabel 1.

    Dari hasil penetapan kadar loratadin tabletA, B dan C terlihat kadar loratadin meningkatdengan meningkatnya waktu pengambilan. Padamenit ke-60, loratadin yang terlarut pada tabletA= 109,17%, B= 94,64% dan C= 93,76%,masing-masing tablet larut lebih dari 80% yangsesuai dengan persyaratan USP.

    Profil uji disolusi dari tablet loratadinproduk A, B dan C dapat dilihat pada grafik 1.

    Tabel 1. Hasil Uji Disolusi Tablet Loratadin A, B dan C

    No. Waktu Kadar zat aktif loratadin Kadar zat aktif loratadinpengambilan dalam tablet A dalam tablet Balikot (menit) ^>/o) ^/o)

    1234567

    10 46,49 4,024 30,08 3,32820 78,33 10,732 54,20 2,27830 100,94 6,710 88,17 4,16940 106,20 2,829 92,64 4,31745 105,97 3,370 93,67 4,48950 105,54 2,296 93,74 4,45260 109,17 2,475 94,64 4,421

    Kadar zat aktifloratadin dalam tablet C

    (%)90,04 6,49492,65 5,44294,02 4,36794,17 3,94394,53 4,09994,56 4,46993,76 6,481

    1(adar

    1201101009080706050403020100

    A^ * *-

    * / J*"

    / /

    y\ \ i

    10 20 30 40 45 50 60

    -*-A

    -*-B

    C

    Menit

    Grafik 1. Profil Uji Disolusi dari Tablet Loratadin Produk A, B dan C

    61 Media Litbang Kesehatan Volume XXNomor 2 Tahun 2010

  • Tabel 2. Hasil Penetapan Kadar Tablet Loratadin Tablet A, B dan C

    No. Nama produk1. A

    2. B

    3. C

    Kadar (%)104,31103,33103,57100,1799,7

    91,0299,95101,4399,23

    Kadar rata-rata (%)103,74 0,511

    96,75 4,996

    100,20 1,122

    Grafik uji disolusi menunjukkan bahwakelarutan loratadin pada 10 menit pertama daritablet A sekitar 46% meningkat hingga menit ke-40 dan mulai stabil pada menit ke 45. Pada tabletB, kelarutan pada 10 menit pertama sekitar 30%,mulai stabil pada menit ke-45. Sedangkan tablet Cpaling mudah larut, kelarutan pada 10 menitpertama sangat tinggi sekitar 90% dan mulai stabilpada menit ke-30.

    Hasil penetapan kadar tablet loratadin daritablet A, B dan C dapat dilihat pada tabel 2.

    Kadar loratadin rata-rata dari masing-masing tablet A, B dan C cukup tinggi, beradadalam interval kadar 90%-110%.

    PembahasanPenelitian ini mengikuti persyaratan

    pengujian yang ditetapkan USP karena loratadinbelum tercantum dalam farmakope Indonesia IV.Uji disolusi loratadin menurut USP, dalam waktu60 menit harus larut > 80%. Absorpsi puncakloratadin terjadi pada 60 menit setelah pelarutan,5ini terlihat pada disolusi menit ke 60, loratadintablet A, Bdan C telah larut lebih dari 90%. Ujidisolusi dilakukan juga pada 45 menit untukmelengkapi profil disolusi.

    Pada grafik profil uji disolusi, kadar zatkhasiat loratadin dalam produk inovator A mulaimeningkat pada menit ke sepuluh (46,49%) danmencapai 105,97% pada menit ke 45. Produkloratadin generik bermerek C lebih cepat larutdibandingkan dengan loratadin inovator tablet A,kelarutan pada menit ke sepuluh (90,04%) danmencapai kadar khasiat 94,53% pada menit ke 45.Sedangkan, tablet loratadin generik bermerk B

    lebih lambat larut dibandingkan dengan tabletinovator, pada sepuluh menit pertama kadar zatkhasiat telah larut 30,08% dan setelah 45 menitmencapai 93,67%. Profil laju disolusi inimenunjukkan bahwa pelepasan zat khasiat obatgenerik bermerek C pada awal pelarutan (menitke-10 dan 20), lebih cepat sehingga diharapkanloratadin generik bermerek C bekerja lebih cepatdibandingkan dengan obat inovator A. Sedangkantablet loratadin generik bermerek B, lebih lambatlarut dan bekerja lebih lambat dibandingkandengan tablet inovator. Meskipun demikian profilketiga tablet loratadin memenuhi syarat USPkarena pada waktu 60 menit telah larut > 80%.

    Perbedaan laju disolusi ketiga tabletloratadin ini dapat disebabkan beberapa faktor,antara lain: 1) Sifat fisika kimia obat. Adanyaperbedaan ukuran partikel dari zat khasiat obatakan mempengaruhi pelarutan. Zat khasiat dalambentuk kristal lebih sukar larut daripada zatkhasiat dalam bentuk amorf karena bentuk kristallebih keras dan kaku sehingga lebih stabil. Disamping itu kelarutan obat dalam air jugamempengaruhi laju disolusi. Zat khasiat dalarnbentuk garam akan lebih mudah larut dari padadalam bentuk asamnya. 2) Faktor formulasi.Berbagai macam bahan tambahan yang digunakanpada sediaan obat dapat mempengaruhi teganganpermukaan antara medium tempat obat melarutdengan zat khasiat obat, sehingga mempengaruhikecepatan pelarutan zat khasiat obat. Penggunaanbahan tambahan yang bersifat hidrofob sepertimagnesium stearat, dapat menaikkan teganganpermukaan obat dengan medium disolusi.Beberapa bahan tambahan lain dapat membentukkompleks dengan bahan obat. Hal ini menyebab-

    Media Litbang Kesehatan Volume XX Nomor 2 Tahun 2010 62

  • kan jumlah obat terdisolusi menjadi lebih sedikit,sehingga berpengaruh juga terhadap obat yangdiabsorpsi. 3. Faktor alat dan kondisi lingkungan.Adanya perbedaan alat yang digunakan dalam ujidisolusi akan mempengaruhi kecepatan pelanitanobat. Kecepatan pengadukan akan mempengaruhikecepatan pelarutan obat, semakin cepat peng-adukan, semakin cepat pergerakan mediumsehingga akan meningkatkan kelarutan obat.Selain itu, suhu viskositas dan komposisi mediumserta pengambilan sampel juga akan mem-pengaruhi kecepatan pelarutan obat.16'1''18

    Adanya perbedaan laju disolusi pada awalpelarutan kemungkinan disebabkan, karena per-bedaan sifat fisika kimia obat atau faktorformulasi karena penelitian ini dilakukan denganmenggunakan alat dan kondisi yang sama. Bentukzat khasiat dan formula obat tidak dapatdiinformasikan oleh produsen. Pada umumnyakandungan zat aktif obat inovator sama denganobat generik. Perbedaan antara keduanya bukanpada zat aktifnya, tetapi biasanya pada formulayang mencakup bentuk, warna, rasa atau zatinaktifnya (inactive ingredients).*'13

    Dalam tubuh, absorpsi obat dalam bentuktablet atau kapsul tergantung dari pelepasan zatkhasiat dari tablet, kelarutan obat dalam kondisifisiologis dan permeabilitas dalam melintasisaluran pencernaan. Sehingga, disolusi obat secarainvitro dapat memprediksi kinerja obat secarainvivo.16,17

    Hasil penelitian ini, menunjukkan kadarloratadin generik bermerek tablet B dan Cmempunyai kualitas relatif sama dengan tabletloratadin inovator A karena tablet B dan Cmempunyai profil uji disolusi yang relatif sama.

    Penetapan kadar senyawa aktif merupakanpersyaratan farmakope. Penetapan ini bertujuanunruk menjamin efikasi, keamanan dan mutu obatyang beredar. Penetapan kadar ketiga produktablet loratadin ini memenuhi persyaratan yangditetapkan oleh USP. Hal ini menunjukkan mutuketiga tablet tersebut relatif sama, sehinggadiharapkan mempunyai efek terapi yang sama.

    KcsimpulanHasil uji disolusi tablet loratadin produk

    inovator dan generik bermerek sesuai denganpersyaratan USP, pada waktu 60 menit loratadintelah larut >80%.

    Loratadin generik bermerek tablet B dan Cmempunyai kualitas yang relatif sama dengantablet loratadin inovator A.

    Hasil penetapan kadar loratadin dalamtablet inovator A = 103,73%, generik bermerektablet B = 99,62% dan tablet C = 100,21%. Baikproduk inovator A maupun generik bermerek Bdan C memenuhi persyaratan USP, berada dalambatas persyaratan kadar 90% - 110%.

    Daftar Pustaka1. Optimalisasi Terapi Antihistamin, Majalah

    Farmacia Edisi Desember 2006 , Halaman:64 (5249 hits)http://www.majalahfarmacia.com/rubrik/

    2. S. Racheva, P. Drumeva, J. Dimitrova, Non-Sedating Antihistamins in the Therapy ofSome Dermatoses, 2008, Journal of IMAB -Annual Proceeding (Scientific Papers) book7,Departemen of Dermato-Venereology,Medical University - Varna, Bulgaria

    3. Galenium Pharmasia, Antihistamin yangsesuai untukpasien yang aktif bekerja,diperoleh dari http://www.galenium.com/News.aspx?ArtID=274&id=detail&article=detail

    4. File: Loratadin. png, diperoleh darihttp://commons.wikimedia.Org/wiki/File:Loratadin.png, 10 Agustus 2009

    5. Generic Drug, diperoleh darihttp://en.wikipedia.org/wiki/Generic_drug,diperoleh, 10 Agustus 2009

    6. Bioekivalensi, diperoleh darihttp://ricobachtiar.wordpress.com/2009/07/17/bioekuivalensi/, 16 Juli 2009

    7. Massarie logs, Hati-hati Minum Obat,diperoleh dari hrtp:///masarie.wordpress.com/tag/obat, 10 Agustus 2009

    8. Medicastore, Apotek Online, Obat GenerikHarga Murah Tapi Mutu Tidak Kalahdiperoleh dari http://www.medicastore.com/obat_generik/, 19Nopember2009.

    9. Trisha Torrey, Generic Drugs : Know theBenefits and Differences of Generic Drugs,diperoleh dari http://patients.about.com/od/drugsandsafety/a/genericdrugs.htm, 10Agustus 2009

    10. Obat generik: Pilihan rasional untuk sehat,mulai dari anak-anak, diperoleh dari http://is-

    63 Media Litbang Kesehatan Volume XXNomor 2 Tahun 2010

  • is.facebook.com/note.php?note_id=230450195570, 15 Juli 2009

    11. Antara Komisi dan Nurani, diperoleh darihttp://www.indofarma.co.id/index.php7Itemid=140&id=56&option=com_content&task=view, 15 Juli 2009

    12. Stippler E, Predictive Dissolution Methods,diperoleh darihttp://rnediaserver.aapspharmaceutica.com/rneetings/webinars/apq3/dissolution.pdf., 20Juli 2009

    13. Kun Nie et. All, Monitoring AmbroxolHydrochloride Sustain Release TabletRelease by Fiber-Optic Drug Dissolution InSitu Test System, diperoleh darihttp://www.pharmainfo.net, 20 Juli 2009

    14. Badan Pengawas Obat dan Makanan,Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat danMakanan Indonesia No. HK 00.05.3.1818

    Tentang Pedoman Uji Bioekivalensi, Jakarta,29 Maret 2005.

    15. The USP NF, The Official Compedia ofStandards, The United States Pharmacopeia,The National Formulary, 2006, Rockville, hal1273-1276.

    16. Hadi L., Disolusi, diperoleh darihttp://lhdisolusi.blogspot.com/, 19 Nopember2009

    17. Lee SL, Raw AS, Yu L, Dissolution Testing,Biopharmaceutics Applications in DrugDevelopment, 2007, Food and DrugAdministration, Center for Drug Evaluation& Research, 5600 Fishers Lane,20855 Rockville, MD, USA, p 47

    18. Banakar UV, 1992, PharmaceuticalDissolution Testing with contribution HansonWA, Drug and Pharmaceuticl Sciences; vol.49,pl33-137.

    Media Litbang Kesehatan Volume XX Nomor 2 Tahun 2010 64