keberlangsungan usaha industri mie so’on dan...
TRANSCRIPT
i
KEBERLANGSUNGAN USAHA INDUSTRI MIE SO’ON DAN FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN TULUNG
KABUPATEN KLATEN
PUBLIKASI ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-1
Fakultas Geografi
Disusun Oleh:
NENI NOVIANTI
NIM: E100080049
Kepada
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PUBLIKASI ILMIAH
KEBERLANGSUNGAN USAHA INDUSTRI MIE SO’ON DAN FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN TULUNG
KABUPATEN KLATEN
Neni Novianti
NIM : E 100080049
Telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat oleh
Team Pembimbing :
Pembimbing I : Drs. Priyono, M.Si (.............................)
Pembimbing II : Dra. Retno Woro Kaeksi (.............................)
Surakarta, 28 November 2012
Dekan Fakultas Geografi
Drs. Priyono, M.Si
iii
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Bismillahirrahmanirrohim
Yang bertandatangan di bawah ini, saya
Nama : Neni Novianti
NIM : E 100080049
Fakultas : Geografi
Jenis : Skripsi
Judul : Keberlangsungan Usaha Industri Mie So’on dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya di Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten.
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :
1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan karya
ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalihkan mediakan/mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan, serta
menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada
Perpustakaan UMS tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan
Perpustakaan UMS dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas
pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan
sebagaimana semestinya.
Surakarta, 28 November 2012
Yang Menyatakan
(Neni Novianti)
1 Keberlangsungan Usaha......(Neni Novianti)
KEBERLANGSUNGAN USAHA INDUSTRI MIE SO’ON DAN FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN TULUNG
KABUPATEN KLATEN
Sustainability of Business and Industry So'on Noodle Factors Affecting
in Tulung Sub District Klaten District
by
Neni Novianti¹, Priyono², 𝑹𝒆𝒕𝒏𝒐 𝑾𝒐𝒓𝒐 𝑲𝒂𝒆𝒌𝒔𝒊𝟑
¹Mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
²Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Surakarta 57102
ABSTRACT
The research was conducted in the Tulung Sub District entitled: "Sustainability of
Business and Industry So'on Noodle Factors Affecting in Tulung Sub District Klaten
District" aims: 1) Assessing sustainability so'on noodle industry, 2) Assess what are the
factors affecting the business continuity industry so'on noodles, 3) Assessing the
marketing of the product range so'on noodle industry.
The method used in this study is a survey method. Selection of the study area
using purposive sampling method. Determination of the respondents in this study using
the population census which so'on noodle industry employers in the study area were 17
employers, the participants include a number of 17. The data used are primary data and
secondary data. The primary data obtained from interviews with respondents using
questionnaires that have been prepared ahead of time, the data include demographic
characteristics of the respondent employer name data, age, address, marital status,
number of dependents, level of education, duration of effort. While the characteristics of
the data includes the data of capital, raw materials, fuel, labor, total production, and
marketing. Secondary data were obtained from the appropriate agencies include:
Tulung district offices, and regional agencies. The method of data analysis in this study
using frequency tables, scoring techniques, and product moment.
The results showed that the survival of Industry So'on Noodle in Tulung Sub
District is low. So the lower the growth of the factors of production, then the lower the
survival of the business. Factors affecting the business continuity industry so'on noodles
are: capital, raw materials, labor and production. Close relationship with the level of
sustainability of capital is positive (high) with a value of r = 0.824. Close relationship
with the level of sustainability of the raw materials is positive (high) with r = 0,969.
Close relationship with the level of sustainability of labor is positive (high) with a value
of r = 0.828. Close relationship with the level of sustainability of production is positive
(high) with a value of r = 0.962. This proves the amount of capital, raw materials, labor
and production, the higher the business continuity.
Broad range of marketing areas So'on noodle Industry employers include: local
marketing (in one district) is 5.41%, the marketing outside the district in one province is
29.73%, and marketing outside the province is 64.86%. This means showing that the
2 Keberlangsungan Usaha......(Neni Novianti)
interest of the most dominant so'on noodles come from outside the district are both
within one province or outside the province.
Keywords : Sustainability of Business, Factors Affecting
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tulung dengan judul: “Keberlangsungan
Usaha Industri Mie So’on dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Kecamatan
Tulung Kabupaten Klaten”, bertujuan: 1) Mengkaji keberlangsungan industri mie
so’on, 2) Mengkaji faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi keberlangsungan
usaha industri mie so’on, 3) Mengkaji jangkauan pemasaran hasil produk industri mie
so’on.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pemilihan
daerah penelitian menggunakan metode purposive sampling. Penentuan responden
dalam penelitian ini menggunakan metode sensus dimana populasi pengusaha industri
mie so’on di daerah penelitian sebanyak 17 pengusaha, maka diambil responden
sejumlah 17. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari wawancara dengan responden dengan menggunakan kuisioner yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu, data karakteristik demografi responden meliputi data
nama pengusaha, umur, alamat, status kawin, jumlah tanggungan keluarga, tingkat
pendidikan, lama usaha. Sedangkan data karakteristik usaha meliputi data modal, bahan
baku, bahan bakar, tenaga kerja, jumlah produksi, dan pemasaran. Data sekunder
diperoleh dari instansi-instansi terkait meliputi: kantor kecamatan Tulung, maupun
instansi Daerah. Metode analisa data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi,
teknik skoring, dan product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberlangsungan Industri Mie So’on di
Kecamatan Tulung adalah rendah. Sehingga semakin rendah perkembangan dari faktor-
faktor produksi, maka semakin rendah pula keberlangsungan usaha tersebut. Faktor-
faktor yang mempengaruhi keberlangsungan usaha industri mie so’on adalah:
modal,bahan baku, tenaga kerja dan produksi. Keeratan hubungan modal dengan tingkat
keberlangsungan bernilai positif (cukup tinggi) dengan nilai r =0,824. Keeratan
hubungan bahan baku dengan tingkat keberlangsungan bernilai positif (tinggi) dengan
nilai r =969. Keeratan hubungan tenaga kerja dengan tingkat keberlangsungan bernilai
positif (cukup tinggi) dengan nilai r =0,828. Keeratan hubungan produksi dengan
tingkat keberlangsungan bernilai positif (tinggi) dengan nilai r =0,962. Hal ini
membuktikan semakin besar modal, bahan baku, tenaga kerja dan produksi maka
semakin tinggi keberlangsungan usaha
Luas jangkauan wilayah pemasaran pengusaha Industri Mie So’on meliputi:
pemasaran lokal (dalam 1 kabupaten) yaitu 5,41 %, pemasaran luar kabupaten dalam 1
provinsi yaitu 29,73 %, dan pemasaran luar provinsi yaitu 64,86 %. Hal ini berarti
menunjukkan bahwa peminat mie so’on yang paling dominan berasal dari luar
kabupaten baik masih dalam 1 provinsi maupun luar provinsi.
Kata Kunci : Keberlangsungan Usaha, Faktor-faktor yang mempengaruhinya
3 Keberlangsungan Usaha......(Neni Novianti)
PENDAHULUAN
Geografi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan kausal gejala-
gejala dimuka bumi, baik yang
menyangkut fisik maupun mahluk hidup
beserta permasalahannya melalui
pendekatan keruangan, ekologi dan
kewilayahan untuk kepentingan proses
dan keberhasilan pembangunan
(Bintarto, 1977). Salah satu bagian dari
ilmu geografi yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah geografi ekonomi.
J.W. Alexander (1963) menyatakan
bahwa geografi ekonomi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari variasi
daerah di permukaan bumi, tempat
manusia melakukan aktivitas ekonomi
yang berhubungan dengan produksi,
konsumsi, dan pemasaran. Geografi
industri adalah bagian dari geografi
ekonomi yang berkaitan dengan
manufaktur dan aktivitas ekonomi
(Johanston,1981 dalam Mubyarto,
1983).
Kecamatan Tulung merupakan
kecamatan yang masuk ke dalam
Kabupaten Klaten. Kecamatan Tulung
terdiri dari 18 Desa yaitu Mundu,
Sedayu, Pomah, Bono, Kiringan,
Majegan, Dalangan, Gendong Jetis,
Sorogaten, Beji, Kemiri, Sudimoro,
Tulung, Malangan, Pucang Miliran,
Cokro, Daleman dan Wunut. Kecamatan
Tulung terletak kurang lebih 15 km dari
Kabupaten Klaten. Secara Geografis
Kecamatan Tulung terletak pada 7° 35’
936” LU dan 110° 37’ 121“ LS. Dengan
ketinggian 265 m dpl serta luas wilayah
3.199,45 ha dan mempunyai jumlah
penduduk 54708 ribu jiwa. Di daerah
tersebut termasuk daerah penyokong
pangan, sehingga didominasi oleh sektor
pertanian. Seiring dengan krisis ekonomi
yang melanda Indonesia, usaha pertanian
diperkotaan maupun dipedesaan semakin
sulit memberikan hasil kepada petani.
Karena masalah kenaikan harga pupuk,
obat-obatan pertanian dan juga budaya
warisan tanah pada setiap anak masih
berkembang. Akibatnya kecendrungan
pemilikan lahan pertanian setiap
keluarga bertambah sempit. Untuk itu
dikembangkan kegiatan non pertanian
salah satunya adalah pengembangan
Industri mie so`on. Pada tahun 1990an,
industri mie so’on di Kecamatan Tulung
mulai bermunculan satu persatu dan
mulai berkembang industri mie so’on
yang sampai saat ini proses produksinya
masih berlangsung. Hal ini tidak lepas
dari faktor-faktor yang mempengaruhi
usaha tersebut seperti modal, bahan
baku, tenaga kerja, jumlah produksi, dan
pemasaran. Sedangkan masalah yang
dihadapi industri mie so’on adalah dalam
hal pemenuhan kebutuhan produksi
seperti masalah bahan baku berupa
pohon aren yang di ambil patinya untuk
diproses menjadi mie so’on semakin
lama semakin sulit untuk didapat dan
semakin jauh daerah asal bahan baku.
Timbulnya berbagai persaingan dengan
pengusaha lain yang mengutamakan
kualitas dan kuantitas, hal ini membawa
masalah tersendiri untuk kelangsungan
industri tersebut.
Keberlangsungan usaha industri
mie so’on diukur dengan perkembangan
produksi, tenaga kerja, dan bahan baku
yang digunakan pada industri mie so’on.
Kelangsungan usaha industri mie so’on
ini dimana proses suatu industri mampu
mempertahankan dan melakukan proses
produksi barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun
masyarakat.
4 Keberlangsungan Usaha......(Neni Novianti)
Tabel 1. Jumlah Pengusaha Mie So’on di Kecamatan Tulung Tahun 2007-2012
No Desa 2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 Daleman 10 10 10 9 8 7
2 Pucang
Miliran 7 7 7 7 7 7
3 Tulung 1 1 1 - - -
4 Sudimoro 2 2 2 2 2 2
5 Majegan 1 1 1 1 1 1
6 Wunut 1 1 1 1 - -
Jumlah 22 22 22 20 18 17
Sumber : Data Primer, 2012
Dari tabel di atas menunjukkan
bahwa adanya penurunan jumlah
pengusaha industri. Akan tetapi masih
banyak pengusaha yang tetap
mempertahankan kelangsungan
usahanya. Hal ini mengindikasikan
bahwa industri soun dapat memberikan
pendapatan yang baik bagi masyarakat di
Kecamatan Tulung. Salah satunya yaitu
untuk memasarkan hasil produksinya
dengan cara memasarkan produk
kerumah-rumah, dari produsen kepada
konsumen, dan dari produsen kepada
pedagang perantara.
Berpijak dari latar belakang
masalah yang telah dikemukakan diatas,
maka penelitian ini bertujuan untuk: 1)
Mengkaji keberlangsungan industri mie
so’on, 2) Mengkaji faktor-faktor apa
sajakah yang mempengaruhi
keberlangsungan usaha industri mie
so’on, dan 3) Mengkaji jangkauan
pemasaran hasil produk industri mie
so’on.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survei yang disertai
dengan analisa data yaitu
1) teknik skoring digunakan untuk
menyatakan tingkat keberlangsungan
usaha industri mie so’on di daerah
penelitian, dimana variabel yang
diskoring meliputi perkembangan
modal, bahan baku, tenaga kerja dan
jumlah produksi. Dari Dari data nilai
skor diatas, maka dapat diketahui
nilai total skor perolehan
perkembangan modal, perkembangan
tenaga kerja, perkembangan bahan
baku dan perkembangan jumlah
produksi di daerah penelitian pada
masing-masing pengusaha industri
mie so’on. Dari tabel skor tersebut
kemudian dapat diklasifikasikan
tingkat keberlangsungan usaha
industri tersebut apakah baik/tinggi,
sedang ataupun rendah/buruk
2) Analisa korelasi Product Moment
(Sutrisno Hadi, 1986) untuk menguji
hubungan faktor-faktor industri yang
mempengaruhi kelangsungan industri
mie so’on dengan rumus sebagai
berikut:
rxy = ∑𝑥𝑦−
∑𝑥 (∑𝑦 )
17
∑𝑥2− ∑𝑥 2
𝑛 ∑𝑦2−
∑𝑦 2
𝑛
Dimana:
r : Koefisien korelasi
x :Variabel pengaruh : modal,
bahan baku, tenaga kerja dan
produksi
y :Variabel terpengaruh :
keberlangsungan usaha
n : Jumlah Pengusaha
Dalam hal ini variabel faktor-faktor
yang mempengaruhi kelangsungan
industri : modal, bahan baku, tenaga
kerja dan produksi (variabel
5 Keberlangsungan Usaha......(Neni Novianti)
pengaruh) akan dikorelasikan dengan
keberlangsungan usaha (variabel
terpengaruh). Dari uji statistik ini
akan didapatkan nilai koefisien
korelasi (r) koefisien korelasi yang
diperoleh dari hasil perhitungan itu
berarti atau tidak berarti (signifikan
atau non signifikan). Nilai tersebut
dapat langsung dibandingkan dengan
nilai r pada tabel korelasi product
moment. Apabila nilai r sama dengan
atau lebih besar dari nilai r dalam
tabel, maka nilai tersebut adalah
signifikan. Dan apabila nilai r yang
diperoleh 0 maka variabel tersebut
tidak ada hubungan. Apabila nilai r
diperoleh 1,00 maka hubungan
variable tersebut sempurna. Apabila
nilai r yang diperoleh bertanda positif
(+) hal itu menunjukkan hubungan
searah, bila bertanda negatif (-)
menunjukkan hubungan berlawanan
atau terbalik. (Pabundu Tika,2005)
Nilai keeratan koefisien r hitung
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Nilai r hitung 0,90 – 1,00 = tinggi 2. Nilai r hitung 0,78 – 0,89 =
cukup 3. Nilai r hitung 0,64 – 0,77 =
agak rendah
4. Nilai r hitung 0,46 – 0,63 =
rendah 5. Nilai r hitung 0,00 – 0,45
=sangat rendah( tak berkorelasi). 3) Analisa tabel frekuensi untuk
mendapatkan deskripsi
ciri/karakteristik responden atas dasar
analisa variabel tertentu (Masri
Singarimbun dan Sofyan Effendi,
1989). Teknik ini untuk mengetahui
daerah jangkauan pemasaran industri
mie so’on.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Tingkat keberlangsungan Usaha
Industri Mie So’on
Untuk menyatakan tingkat
keberlangsungan usaha industri mie
so’on di daerah penelitian dapat
diketahui dengan menggunakan teknik
skoring, di mana faktor yang diskoring
meliputi faktor modal, tenaga kerja,
bahan baku dan produksi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
TabeL 2. Tingkat Keberlangsungan Usaha Industri Mie So’on
di Kecamatan Tulung Tahun 2012
No Klasifikasi F %
1 Rendah/Buruk 11 64,71
2 Sedang 4 23,53
3 Baik/Tinggi 2 11,76
Jumlah 17 100
Sumber: Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat
diketahui bahwa keberlangsungan usaha
industri mie so’on didaerah penelitian
adalah rendah/buruk dibuktikan dari 17
pengusaha yang memiliki skor total
dalam klasifikasi rendah/buruk sebanyak
11 pengusaha atau 64,71 %. Hal ini
menunjukkan bahwa keberlangsungan
6 Keberlangsungan Usaha......(Neni Novianti)
usaha industri mie so’on sebagian besar
dipengaruhi oleh perkembangan modal,
bahan baku, tenaga kerja dan produksi.
Sehingga semakin rendah perkembangan
dari faktor-faktor produksi, maka
semakin rendah pula keberlangsungan
usaha tersebut. Hal ini akan berakibat
pengusaha tidak dapat mempertahankan
keberlangsungan usahanya/berhenti
menjadi pengusaha industri mie so’on.
2.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keberlangsungan Usaha Industri Mie
So’on
Analisa yang digunakan untuk
mengetahui hubungan tingkat
keberlangsungan usaha dengan faktor
yang mempengaruhinya yaitu faktor
modal, bahan baku, tenaga kerja dan
produksi menggunakan 2 analisa yaitu
analisa tabel silang dan analisa product
moment.
Rumus analisa product moment:
rxy = ∑𝑥𝑦−
∑𝑥 (∑𝑦 )
𝑛
∑𝑥2− ∑𝑥 2
𝑛 ∑𝑦2−
∑𝑦 2
𝑛
Dimana:
r : Koefisien korelasi
x :Variabel pengaruh : modal,
bahan baku, tenaga kerja dan
produksi
y :Variabel terpengaruh :
Keberlangsungan usaha
n : Jumlah responden
2.1. Hubungan Antara Modal dengan
Tingkat Keberlangsungan
Hubungan antara faktor modal
dengan tingkat keberlangsungan
diperkirakan mempunyai hubungan yang
cukup tinggi. Untuk mengetahui
seberapa besar hubungan antara
perkembangan modal dengan tingkat
keberlangsungan usaha dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 3. Hubungan Antara Modal dengan Tingkat Keberlangsungan
Sumber: Data Primer, 2012
Dari tabel diatas dengan perhitungan
menggunakan rumus korelasi diperoleh
nilai r sebesar 0,824 (bernilai positif)
dimana terdapat hubungan yang cukup
tinggi antara penggunaan modal dengan
produksi. Kenaikan jumlah modal tentu
saja akan menaikan tingkat
keberlangsungan pengusaha industri mie
Perkembangan
Modal
Tingkat Keberlangsungan
Tinggi
(%) Sedang
(%) Rendah
(%) Total
(%)
Tinggi 1(5,88) 0(0,00) 0(0,00) 1(5,88)
Sedang 1(5,88) 3(17,69) 2(11,76) 6(35,25)
Rendah 0(0,00) 1 (5,88) 9(52,94) 10(58,82)
Jumlah 2(11,76) 4(23,53) 11(64,71) 17(100)
7 Keberlangsungan Usaha......(Neni Novianti)
so’on. Hal ini dikarenakan modal
merupakan dasar dalam kelancaran
produksi untuk membeli bahan baku dan
upah tenaga kerjanya. Sehingga semakin
besar jumlah modal maka tingkat
keberlangsungan usaha industri mie
so’on semakin tinggi.
2.2. Hubungan Antara Bahan Baku
dengan Tingkat Keberlangsungan
Hubungan antara faktor bahan
baku dengan tingkat keberlangsungan
diperkirakan mempunyai hubungan yang
tinggi. Untuk mengetahui seberapa besar
hubungan antara perkembangan modal
dengan tingkat keberlangsungan usaha
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Hubungan Antara Bahan Baku Tingkat Keberlangsungan
Perkembangan
Bahan Baku
Tingkat Keberlangsungan
Tinggi
(%) Sedang
(%) Rendah
(%) Total
(%)
Tinggi 2(11,76) 0(0,00) 0 (0,00) 2 (11,76)
Sedang 0 (0,00) 4 (23,53) 1 (5,88) 5(29,41)
Rendah 0(0,00) 0 (0,00) 10(58,82) 10(58,82)
Jumlah 2(11,76) 4(23,53) 11(64,71) 17(100)
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel diatas dengan
menggunakan perhitungan rumus
korelasi diperoleh nilai r sebesar 9,69
(bernilai positif) dimana terdapat
hubungan yang tinggi antara penggunaan
bahan baku dengan tingkat
keberlangsungan usaha. Semakin tinggi
tingkat penggunaan bahan baku maka
semakin tinggi pula tingkat
keberlangsungan usaha dimana
permintaan produksi banyak
mengakibatkan jumlah bahan baku yang
digunakan juga semakin banyak.
Sehingga semakin banyak jumlah bahan
baku maka tingkat keberlangsungan
usaha industri mie so’on semakin tinggi
terbukti.
2.3. Hubungan Antara Jumlah Tenaga
Kerja dengan Tingkat
Keberlangsungan
Hubungan antara faktor bahan
baku dengan tingkat keberlangsungan
diperkirakan mempunyai hubungan yang
cukup tinggi. Untuk mengetahui
seberapa besar hubungan antara
perkembangan tenaga kerja dengan
tingkat keberlangsungan usaha dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5. Hubungan Tenaga Kerja dengan Tingkat Keberlangsungan
Perkembangan
Tenaga Kerja
Tingkat Keberlangsungan
Tinggi
(%) Sedang
(%) Rendah
(%) Total
(%)
Tinggi 1 (5,88) 1 (5,88) 0 (0,00) 2(11,76)
Sedang 1 (5,88) 1 (5,88) 0 (0,00) 2(11,76)
Rendah 0 (0,00) 2(11,76) 11(64,71) 13(76,47)
Jumlah 2(11,76) 4(23,53) 11(64,71) 17 (100)
Sumber : Data Primer, 2012
8 Keberlangsungan Usaha......(Neni Novianti)
Berdasarkan tabel diatas dengan
menggunakan perhitungan rumus
korelasi diperoleh nilai r sebesar 0,828
(bernilai positif) dimana terdapat
hubungan yang cukup tinggi antara
penggunaan jumlah tenaga kerja dengan
tingkat keberlangsungan usaha. Dengan
banyaknya jumlah tenaga kerja yang
digunakan maka proses produksi dapat
berjalan dengan cepat dan lancar.
Namun besarnya jumlah tenaga kerja
tidak selalu mempengaruhi produksi
karena produksi terkadang juga
dipengaruhi oleh permintaan, sehingga
pada saat permintaan turun maka akan
mengurangi aktivitas tenaga kerjanya.
Sehingga semakin besar jumlah tenaga
kerja maka tingkat keberlangsungan
industri mie so’on semakin tinggi
terbukti.
2.4. Hubungan Antara Jumlah
Produksi dengan Tingkat
Keberlangsungan
Hubungan antara faktor produksi
dengan tingkat keberlangsungan
diperkirakan mempunyai hubungan yang
tinggi. Untuk mengetahui seberapa besar
hubungan antara perkembangan tenaga
kerja dengan tingkat keberlangsungan
usaha dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Hubungan produksi dengan Tingkat Keberlangsungan
Perkembangan
Produksi
Tingkat Keberlangsungan
Tinggi
(%) Sedang
(%) Rendah
(%) Total
(%)
Tinggi 2(11,76) 0 (0,00) 0 (0,00) 2(11,76)
Sedang 0(0,00) 4(23,53) 0 (0,00) 4(23,53)
Rendah 0 (0,00) 0(0,00) 11(64,71) 11(64,71)
Jumlah 2(11,76) 4(23,53) 11(64,71) 17 (100)
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel diatas dengan
menggunakan perhitungan rumus
korelasi diperoleh nilai r sebesar 0,962
(bernilai positif) dimana terdapat
hubungan yang tinggi antara penggunaan
jumlah produksi dengan tingkat
keberlangsungan usaha. Dengan
banyaknya jumlah produksi yang
dihasilkan maka keberlangsungan
usahanya juga semakin tinggi. Sehingga
semakin besar jumlah produksi maka
tingkat keberlangsungan industri mie
so’on semakin tinggi terbukti.
3. Jangkauan Pemasaran Hasil
Produksi Industri Mie So’on
Pemasaran merupakan suatu
tindakan yang dilakukan guna
menyampaikan barang produksi dari
tangan produsen baik secara langsung
ataupun tidak langsung kepada
konsumen. Pemasaran merupakan salah
satu hal yang pokok dalam suatu usaha,
karena tanpa adanya pemasaran barang
yang dihasilkan tidak akan dapat terjual
dan diketahui secara umum.
Adapun daerah pemasaran hasil
produksi barang industri di daerah
penelitian meliputi : lokal(1 kabupaten),
luar kabupaten dalam 1 provinsi, dan
luar provinsi. Untuk lebih jelasnya
mengenai daerah pemasaran pengusaha
industri mie so’on dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
9 Keberlangsungan Usaha......(Neni Novianti)
Tabel 7. Daerah Pemasaran Pengusaha Industri Mie So’on
di Kecamatan Tulung tahun 2012
No Daerah Pemasaran F %
1 Madiun, Magetan, Pati, Kudus 1 5,88
2 Semarang 3 17,65
3 Jember 1 5,88
4 Ponorogo, Jember, Solo 1 5,88
5 Klaten, Solo, Semarang 2 11,76
6 Jember, Banyuwangi, Lumajang, Jombang 2 11,76
7 Klaten, Ponorogo, Magetan, Pacitan, Ngawi 1 5,88
8 Surabaya, Nganjuk 1 5,88
9 Pacitan, Madiun, Solo, Semarang 3 17,65
10 Banyuwangi 1 5,88
11 Nganjuk, Magetan 1 5,88
12 Madiun 1 5,88
Jumlah 17 100
Sumber : Data Primer, 2012
Dari hasil tabel diatas dapat diperoleh daerah jangkauan pemasaran
dikelompokkan berdasarkan daerah lokal, luar kabupaten 1 provinsi dan luar provinsi.
No Daerah Pemasaran F %
1 Lokal (1kabupaten) 2 5,41
2 Luar kabupaten 1 provinsi 11 29,73
3 Luar provinsi 24 64,86
Jumlah 37 100
Sumber : Data Primer, 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat
diketahui bahwa pengusaha industri mie
so’on di daerah penelitian sebagian besar
memasarkan hasil produksinya ke luar
Kabupaten baik masih dalam 1 provinsi
maupun luar provinsi. Dari penjelasan
diatas, setiap pengusaha tidak hanya
memasarkan produksinya ke satu daerah
saja, melainkan kebeberapa daerah.
Sehingga semakin banyak daerah
jangkauan pemasaran maka semakin
besar pula pendapatan yang diterima
oleh pengusaha industri mie so’on di
daerah penelitian.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil penelitian
dan analisa data tentang industri di
daerah penelitian, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkat keberlangsungan Industri
Mie So’on di Kecamatan Tulung
adalah rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa keberlangsungan usaha
industri mie so’on sebagian besar
dipengaruhi oleh perkembangan
modal, bahan baku, tenaga kerja dan
10 Keberlangsungan Usaha......(Neni Novianti)
produksi. Sehingga semakin rendah
perkembangan dari faktor-faktor
produksi, maka semakin rendah pula
keberlangsungan usaha tersebut. Ini
akan berakibat pengusaha tidak dapat
mempertahankan keberlangsungan
usahanya/ berhenti menjadi
pengusaha industri mie so’on.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat keberlangsungan industri mie
so’on adalah: modal,bahan baku,
tenaga kerja dan produksi.
Adapun rincian tiap hubungan
dapat dilihat sebagai berikut:
a. Terdapat hubungan positif yang
cukup tinggi antara jumlah modal
dengan tingkat keberlangsungan (r =
0,824). Kenaikan jumlah modal akan
diikuti dengan kenaikan tingkat
keberlangsungan usaha.
b. Terdapat hubungan positif yang
tinggi antara jumlah bahan baku
dengan tingkat keberlangsungan (r =
0,969). Kenaikan jumlah bahan baku
akan diikuti dengan kenaikan tingkat
keberlangsungan usaha.
c. Terdapat hubungan positif yang
cukup tinggi antara jumlah tenaga
kerja dengan tingkat keberlangsungan
(r = 0,828). Kenaikan jumlah tenaga
kerja akan diikuti dengan kenaikan
tingkat keberlangsungan usaha
d. Terdapat hubungan positif yang
tinggi antara jumlah produksi dengan
tingkat keberlangsungan (r = 0962).
Kenaikan jumlah produksi akan
diikuti dengan kenaikan tingkat
keberlangsungan usaha
3. Luas jangkauan wilayah pemasaran
yang dilakukan oleh pengusaha
Industri Mie So’on meliputi:
pemasaran lokal (dalam 1 kabupaten)
yaitu 5,41 %, pemasaran luar
kabupaten dalam 1 provinsi (Pati,
Kudus, Semarang, Solo) yaitu 29,73
%, dan pemasaran luar provinsi
(Nganjuk, Surabaya, Ngawi, Madiun,
Magetan, Jember, Banyuwangi,
Lumajang, Jombang, Pacitan) yaitu
64,86 %. Hal ini berarti menunjukkan
bahwa peminat mie so’on yang paling
dominan berasal dari luar kabupaten
baik masih dalam 1 provinsi maupun
luar provinsi.
SARAN
1. Sebaiknya dalam teknis pembuatan
mie so’on, produsen lebih
mengutamakan kualitas barang
yang akan dihasilkan sehingga dapat
bersaing dengan pengusaha lainnya
dan usaha tersebut dapat terus
berlangsung.
2. Karena modal sangat mempengaruhi
keberlangsungan usaha industri mie
so’on, maka pemerintah kecamatan
Tulung diharapkan dapat membantu
atau memudahkan untuk
mendapatkan modal melalui bank-
bank atau instansi yang lain.
3. Dikarenakan industri ini dapat
menyerap tenaga kerja yang banyak,
maka diharapkan pemerintah turut
memperhatikan usaha industri mie
so’on ini demi keberlangsungannya.
12 Keberlangsungan Usaha......(Neni Novianti)
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, JW. 1963. Economic Geography. New Jersey:prachce hall.
Bale, John. 1981. The Location Manufacturing Industries. Edinburg: Oliver and Boyd
Bawsir, Revrisond. 1995. Perekonomian Indonesia. Jakarta: FEU
Bintarto R dan Surastopo Hadi sumarmo. 1982. Metode Analisa Geografi.
Jakarta:LP3ES.
Dawam Raharjo, M. 1976. Peranan Industri Kecil Dalam Pembangunan. Jakarta
Prisma. No.12. LP3ES.
Fakultas Geografi, 2010. Buku Petunjuk Penyusunan Skripsi. Surakarta : Fakultas
Geografi UMS.
Heru Kristanto. 2009. Analisa karakteristik tenaga kerja dan faktor-faktor yang
mempengaruhi keberlangsungan Industri Genting di Desa Girimarto
Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri. Skripsi Sarjana. Fakultas
Geografi UMS.
Kantor Kecamatan Tulung, 2011. Kecamatan Tulung Dalam Angka. Tulung.
Kantor Kecamatan Tulung, 2011. Monografi Kecamatan Tulung. Tulung.
Kartono, 1985. Dampak Industri Manufakturing Dalam Pembangunan. Jakarta : UI.
Meitri Tuntarina. 2004. Pengaruh faktor produksi terhadap kelangsungan usaha dan
pendapatan pengusaha Industri Kerajinan Kulit di Kecamatan Tanggulangin
Kabupaten Sidoarjo Jawa timur. Skripsi Sarjana. Fakultas Geografi UMS.
Mubyarto. 1983. Politik dan Pembangunan Pedesaan. Yogyakarta: PPPPK UGM
Tika,M.Pabundu, 2005. Metode Penelitian Geografi. PT Bumi Aksara : Jakarta.
Perdana Ginting, 2009. Perkembangan Industri Indonesia. Bandung : CV YRAMA
WIDYA.
Renner, GT. 1957. World Economic Geography. New York: Thomas Y Crowell
Company.
Sabari Yunus, Hadi. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Singarimbun, M dan Sofyan Effendi. 1987. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES