kata pengantar - bpsdm.pu.go.id · pemerintah pusat memiliki tanggungjawab besar untuk menyediakan...
TRANSCRIPT
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus I
KATA PENGANTAR
Modul Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah
khusus bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada peserta tentang
Kemitraan, serta Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus.
Modul ini disusun dalam 4 (empat) bab, meliputi Pendahuluan, Kemitraan dalam
Penyelenggaraan Rumah khusus, Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan
Rumah khusus, serta Penutup. Modul ini disusun secara sistematis agar peserta
pelatihan dapat mempelajari materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran
diarahkan pada peran aktif peserta pelatihan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun
atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan
bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di Pusat dan Daerah dalam
Bidang Penyelenggaraan Rumah Khusus.
Bandung, September 2017
Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jalan, Perumahan, Permukiman, dan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah
II Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. v
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL...................................................................... vi
A. Deskripsi .............................................................................................. vi
B. Persyaratan ......................................................................................... vi
C. Metode ................................................................................................ vi
D. Alat Bantu/Media ................................................................................ vi
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 2
B. Deskripsi Singkat................................................................................... 2
C. Kompetensi Dasar ................................................................................ 2
D. Indikator Hasil Belajar........................................................................... 3
E. Materi dan Submateri Pokok ................................................................ 3
F. Estimasi Waktu ..................................................................................... 3
BAB 2 KEMITRAAN DALAM PENYELENGGARAAN RUMAH KHUSUS ................. 5
A. Indikator Keberhasilan.......................................................................... 6
B. Konsep Kemitraan ................................................................................ 6
C. Pola Kemitraan ....................................................................................... 13
D. Latihan ................................................................................................ 19
E. Rangkuman ......................................................................................... 19
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus III
BAB 3 PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN RUMAH KHUSUS
....................................................................................................................... 21
A. Indikator Keberhasilan........................................................................ 22
B. Konsep Pelibatan Masyarakat ............................................................ 22
C. Pola Pelibatan Masyarakat ..................................................................... 29
D. Latihan ................................................................................................ 36
E. Rangkuman ......................................................................................... 37
BAB 4 PENUTUP ............................................................................................. 39
A. Simpulan ............................................................................................. 40
B. Tindak Lanjut ...................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 42
GLOSARIUM ....................................................................................................... 43
BAHAN TAYANG ................................................................................................. 45
IV Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kemitraan KemenPUPR dengan Kementerian/Lembaga Lain ............... 14
Tabel 2 Skema Pembagian Fungsi Kemitraan .................................................... 24
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus V
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema Pembagian Urusan Pemerintahan ........................................... 7
Gambar 2 Peran Lembaga dalam Penyediaan Rumah Khusus........................... 10
Gambar 3 Skema Pembagian Fungsi Kemitraan ................................................ 13
Gambar 4 Skema Kerjasama Berbasis Program dan TUSI .................................. 15
Gambar 5 Rumah Khusus di Mauk, Tangerang .................................................. 18
Gambar 6 Rumah Susun Cigugur Tengah, Cimahi ............................................. 19
VI Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
A. Deskripsi
Mata pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam
tentang kemitraan dan pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan rumah
khusus. Mata pelatihan disajikan melalui ceramah interaktif. Evaluasi
pembelajaran melalui kemampuan memahami dan menyelesaikan latihan soal
mengenai kemitraan dan pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan rumah
khusus.
Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang
berurutan. Pemahaman setiap materi pada modul ini sangat diperlukan karena
materi ini menjadi dasar pemahaman sebelum mengikuti pembelajaran modul-
modul berikutnya. Hal ini diperlukan karena masing-masing modul saling
berkaitan. Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi.
Latihan atau evaluasi ini menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan
setelah mempelajari materi dalam modul ini.
B. Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan dilengkapi dengan peraturan
perundang-undangan dan pedoman yang terkait dengan materi Kemitraan dan
Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus.
C. Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah metode
ceramah interaktif, yaitu dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh
Widyaiswara, serta adanya kesempatan tanya jawab dan curah pendapat.
D. Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu :
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus VII
a. LCD/projector
b. Laptop
c. Papan tulis atau whiteboard dengan penghapusnya
d. Flip chart
e. Bahan tayang
f. Modul dan/atau Bahan Ajar
g. Laser pointer.
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 1
BAB 1
PENDAHULUAN
2 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam penyelenggaraan rumah khusus
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan khusus (UU No 1 Tahun 2011) bagi
kelompok masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus dan belum mampu
menyediakan rumah layak huni. Secara umum, kemitraan dan pelibatan
masyarakat bertujuan untuk mendukung percepatan pencapaian target
penyelenggaraan Rumah Khusus seiring dengan pencapaian target
pembangunan rumah bagi instansi dan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Pada pelatihan ini peserta diharapkan mampu menjelaskan mengenai kemitraan
dan pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan rumah khusus. Untuk
memberikan pemahaman secara umum mengenai penyelenggaraan rumah
khusus tersebut, maka modul ini disusun sebagai salah satu topik dalam Mata
Pelatihan Penyelenggaraan Rumah Khusus.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam
tentang kemitraan dan pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan rumah
khusus. Mata pelatihan disajikan melalui ceramah interaktif. Evaluasi
pembelajaran melalui kemampuan memahami dan menyelesaikan latihan soal
mengenai kemitraan dan pelibatan masyarakat dalam penyelenggaraan rumah
khusus.
C. Kompetensi Dasar
Pada akhir pembelajaran, peserta pelatihan diharapkan memiliki kompetensi
Mampu memahami Konsep Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Rumah Khusus..
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 3
D. Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu :
1. Menjelaskan dan melaksanakan kemitraan dalam penyelenggaraan rumah
khusus
2. Menjelaskan dan melaksanakan pelibatan masyarakat dalam
penyelenggaraan rumah khusus
E. Materi dan Submateri Pokok
Materi pokok dan sub materi pokok mata pelatihan ini terdiri atas :
1. Kemitraan dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus
a. Konsep Kemitraan
b. Pola Kemitraan
2. Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus
a. Konsep Pelibatan Masyarakat
b. Pola Pelibatan Masyarakat
F. Estimasi Waktu
Untuk mempelajari mata pelatihan Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Rumah Khusus ini, dialokasikan waktu sebanyak 3 (tiga) jam
pelajaran.
4 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 5
BAB 2
KEMITRAAN DALAM PENYELENGGARAAN
RUMAH KHUSUS
6 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Kemitraan dalam Penyelenggaraan Rumah
Khusus A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
menjelaskan tentang konsep dan pola kemitraan dalam penyelenggaraan Rumah
Khusus, yang terdiri atas tujuan dan strategi kemitraan.
B. Konsep Kemitraan
Kemitraan pada Penyediaan Perumahan
Pemerintah Pusat memiliki tanggungjawab besar untuk menyediakan rumah bagi
MBR. Dominasi pemerintah dalam penyediaan perumahan terjadi selama era
awal kemerdekaan hingga Pelita IV, melalui berbagai upaya pembangunan
kelembagaan hingga terbitnya berbagai peraturan legal formal untuk menunjang
kegiatan pembangunan perumahan. Tercantum dalam UU No. 23 Tahun 2014,
dalam kegiatan penyediaan perumahan oleh pemerintah, terdapat pembagian
tugas antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
▪ Pemerintah Pusat
1. Menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR);
2. Menyediakan dan merehabilitasi rumah korban bencana nasional;
3. Memfasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena
relokasi program pemerintah pusat;
4. Mengembangkan system pembiayaan perumahan bagi MBR.
▪ Pemerintah Provinsi
1. Menyediakan dan merehabilitasi rumah korban bencana provinsi;
2. Memfasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena
relokasi program pemerintah pusat;
▪ Pemerintah Kabupaten/Kota
1. Menyediakan dan merehabilitasi rumah korban bencana
kabupaten/kota;
2. Memfasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena
relokasi program pemerintah kabupaten/kota;
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 7
3. Menerbitkan izin pembangunan dan pengembangan perumahan;
4. Menerbitkan sertifikat kepemilikan bangunan gedung.
Gambar 1 Skema Pembagian Urusan Pemerintahan
Sumber : UU No 23 Tahun 2014
Pada Pelita V dan selanjutnya pada PJP II, penyediaan perumahan mulai banyak
bergeser menjadi tanggung jawab bersama/nasional/semua sektor termasuk
swasta dan masyarakat, dengan berbagai fenomena sebagai berikut :
1. Makin kuatnya desentralisasi pemerintah daerah;
2. Makin luasnya peran swasta;
3. Digunakannya perumahan sebagai sarana dan parameter bagi
penanggulangan kemiskinan;
4. Meningkatnya swadaya/pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan
perumahan.
Menurut Parenta W (USAID) definisi kemitraan pemerintah, dunia usaha/swasta
dan masyarakat adalah “an agreement or contract between a public entity and a
private party, under which : a) private party undertakes goverment function for
specified period of time; b) the private party receives compensation for
8 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
performing the function, directly or indirectly; c) the private party is liable for the
risks arising from performing the function; and d) the public facilities, land or
other resourches may be transferred or made available to the private party” atau
dapat dijabarkan bahwa kemitraan 3 sektor publik meliputi :
1. Pihak swasta menyanggupi melaksanakan fungsi pemerintah untuk periode
tertentu;
2. Pihak swasta menerima kompensasi untuk melaksanakan fungsi tersebut,
langsung atau tidak langsung;
3. Pihak swasta bertanggungjawab atas resiko dalam menjalankan fungsi
tersebut;
4. Fasilitas umum, tanah, atau sumber daya lainnya dapat ditransfer atau
disediakan untuk pihak swasta.
Secara umum tujuan kemitraan dalam penyelenggaraan Rumah Khusus adalah
untuk mendukung percepatan pencapaian target penyelenggaraan Rumah
Khusus seiring dengan pencapaian target pembangunan rumah bagi instansi dan
pemerintah daerah di seluruh Indonesia. Adapun tujuan kemitraan secara khusus
dapat dijabarkan berdasarkan aspek dan kepentingan, yaitu :
1. Evaluasi dan peningkatan kualitas kebijakan dan program perumahan khusus
Dalam meningkatkan kualitas kebijakan dan program perumahan khusus,
pemerintah dapat melibatkan para pihak di luar pemerintah seperti
perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat, swasta, dalam bentuk
kemitraan untuk memberikan masukan, ide, inovasi baru, hasil penelitian
dan pengembangan.
2. Peningkatan kapasitas teknis penyelenggara kegiatan Rumah Khusus
Peningkatan kapasitas teknis dapat dilakukan melalui pelatihan dan
pendampingan yang dilakukan melalui kemitraan dengan para pihak yang
berkompeten seperti lembaga pelatihan dan perguruan tinggi dalam hal
peningkatan pengetahuan rumah layak huni, penguasaan teknologi
kontruksi/pertukangan, dan teknis pendampingan kemitraan.
3. Pengembangan pendekatan dan praktek inovatif kegiatan Rumah Khusus
Pendekatan dan praktek inovatif kegiatan Rumah Khusus dapat
dikembangkan melalui kemitraan dalam penerapan teknologi seperti teknik
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 9
konstruksi rumah dan penerapan program baru yang dikembangkan oleh
lembaga litbang, kontraktor perumahan, dan produsen bahan bangunan.
4. Percepatan dan perluasan capaian pelayanan
Pelayanan kepada pemerintah daerah atau instansi terkait dalam
penyelenggaraan Rumah Khusus meliputi penyediaan informasi, konsultasi,
pendampingan, dan pelatihan. Pelayanan ini memerlukan kerja sama dari
para pihak Pemerintah Pusat (Kementerian PUPR dan Keuangan) dan daerah,
masyarakat, pelaku usaha, perguruan tinggi, LSM, donor, pemerhati. Dalam
rangka melaksanakan amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) dimana target pembangunan perumahan dan backlog
melebih kapasitas fiskal Negara, sehingga memerlukan dukungan dari banyak
pihak.
Sebelum melangkah pada pemahaman terhadap peran para pihak pelaku
kemitraan dalam penyelenggaraan Rumah Khusus, perlu dipahami pembagian
elemen dalam penyelenggaraan kepentingan publik. Elemen tersebut meliputi :
1. Pemerintah secara berjenjang sebagai pembina penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman, berperan dalam menerbitkan
peraturan perundang-undangan, melaksanakan koordinasi dengan para
pemangku kepentingan, dan melakukan pelayanan bidang perumahan dan
kawasan permukiman. Pemerintah bertanggung jawab dalam menjamin
terlaksananya pelayanan publik dan penegakan hukum.
2. Swasta sebagai pelaku usaha dalam penyediaan produk dan jasa atau
layanan berbagai bidang untuk Instansi Pengguna. Swasta berperan dalam
melaksanakan etika bisnis secara bertanggung jawab. Berdasarkan peran
yang lebih spesifik, swasta dapat diklasifikasikan menjadi mitra perumahan
khusus yang terdiri atas perguruan tinggi, dunia usaha, LSM, donor, media
masa, lembaga pendidikan dan pelatihan, dan pemerhati perumahan khusus.
3. Masyarakat/Pemerintah Daerah/Instansi sebagai pengguna produk dan jasa
sektor swasta serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan,
berperan menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol sosial secara
objektif dan bertanggungjawab mematuhi peraturan perundang-undangan.
10 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Gambar 2 Peran Lembaga dalam Penyediaan Rumah Khusus
Sumber : Analisis, 2017
Pemerintah mempunyai peranan yang paling penting, karena memiliki fungsi
pengaturan yang memfasilitasi sektor swasta dan Instansi Pengguna. Peran
pemerintah melalui kebijakan publiknya sangat penting dalam memfasilitasi
terjadinya mekanisme pasar yang benar sehingga penyimpangan yang terjadi di
dalam pasar dihindari. Oleh karena itu, dalam mewujudkan good governance dan
good corporate governance, masing-masing komponen harus menjalankan
perannya dengan baik. Tidak hanya pemerintah, tetapi juga swasta dan instansi
pengguna juga harus berperan sesuai dengan perannya masing-masing sehingga
good governance dan good corporate-governance dapat terwujud. Demikian
halnya dalam penyelenggaraan Rumah Khusus, perlu dibangun komitmen
segenap pihak baik pemerintah, swasta, dan Instansi Pengguna dalam
pemenuhan kebutuhan Rumah Khusus.
Pemerintah terdiri atas Pemerintah Pusat (Kementerian PUPR dan Keuangan),
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Masing-masing
pemerintah memiliki peran dalam kemitraan penyelenggaraan Rumah Khusus.
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 11
1. Peran Pemerintah Pusat (Kementerian PUPR dan Keuangan)
a. Melakukan kemitraan dengan mitra perumahan khusus dalam penyiapan
kebijakan/peraturan, pembinaan, pelayanan bidang perumahan khusus,
pelaksanaan program dan kegiatan, serta pemantauan dan evaluasi
b. Melakukan fasilitasi kemitraan bagi pemerintah provinsi dan pemangku
kepentingan di tingkat pusat
2. Peran Pemerintah Provinsi
a. Melakukan kemitraan dengan mitra perumahan khusus dalam
melakukan pembinaan, pelayanan bidang perumahan khusus,
pelaksanaan program dan kegiatan, serta pemantauan dan evaluasi
b. Melakukan fasilitasi kemitraan bagi pemerintah kabupaten/kota dan
pemangku kepentingan di tingkat provinsi
3. Peran Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Melakukan kemitraan dengan mitra perumahan khusus dalam
melakukan pembinaan, pelayanan bidang perumahan khusus,
pelaksanaan program dan kegiatan, serta pemantauan dan evaluasi.
b. Melakukan fasilitasi kemitraan bagi pemerintah desa/kelurahan,
pemangku kepentingan di tingkat kabupaten/kota, kelompok Instansi
Pengguna.
Mitra perumahan khusus terdiri atas pihak-pihak dan lembaga yang berperan dan
peduli terhadap penyelenggaraan Rumah Khusus, antara lain perguruan tinggi,
dunia usaha, LSM, media masa, lembaga pendidikan dan pelatihan, dan
pemerhati perumahan khusus. Peran mitra perumahan khusus sangat beragam,
dalam mendukung pelayanan bidang perumahan khusus seperti penyediaan
informasi, konsultasi, pendampingan, dan pelatihan.
Peran Pemerintah Daerah/ Masyarakat/Instansi Pengguna dalam kemitraan
adalah melaksanakan dan ikut memonitor pembangunan Rumah Khusus sesuai
ketentuan dan menjaga kualitas rumah dan lingkungannya sehingga dapat
berfungsi sebagaimana mestinya.
C. Bentuk Kemitraan
Sesungguhnya terdapat berbagai bentuk kemitraan dalam penyelenggaraan
perumahan, termasuk rumah khusus, yaitu:
12 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
1. PPP (public private partnership)
2. Joint Venture
3. Kontrak DBFO (Design-Build-Finance-Operate)
4. Kontrak BOOT (Build-Own-Operate-Transfer)
5. Project Financing
Dari kelima bentuk kemitraan tersebut, Public Private Partnership mungkin paling
sesuai untuk pembangunan rumah khusus, dengan beberapa pertimbangan,
antara lain, lokasi yang terpencar dengan jumlah unit terbangun tidak besar,
penggunaan oleh masyarakat dapat berupa penghunian dengan sewa atau bukan
sewa dan biaya pembangunan rumah khusus, berdasarkan Undang-Undang No.
1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, hanya melalui
APBN dan/atau APBD.
Beberapa bentuk Public Private Partnership adalah:
• Build-Own-Operate (BOO)
• Build-Operate- Transfer (BOT)
• Build and Transfer (BT)
• Build-Lease-Transfer (BLT)
• Build-Transfer-Operate (BTO)
• Contract-Add-Operate (CAO)
• Develop-Operate-Transfer (DOT)
• Rehabilitate-Operate-Transfer (ROT)
• Rehabilitate-Own-Operate (ROO)
• Lease-Renovate-Operate-Transfer (LROT)
Tentu saja tidak semua bentuk kemitraan ini dapat diterapkan kepada semua
calon lokasi pembangunan rumah khusus di daerah, mengingat karakter
masyarakat yang berbeda-beda dan kapasitas pemerintah daerah yang tidak
sama, dan jikapun dikembangkan kemitraan dengan badan usaha, yang paling
tepat adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) yang ditugasi oleh pemerintah daerah untuk membangun dan
mengembangkan rumah khusus. BUMN, bidang perumahan, seperti Perum
Perumnas tentu kurang tepat untuk dapat masuk dalam penyelenggaraan rumah
khusus, karena skala bisnis, dimana Perum Perumnas yang diwajibkan
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 13
membukukan keuntungan 5 % setiap tahun tidak akan tertarik mengingat
perolehan sewa rumah khusus yang rendah.
C. Pola Kemitraan
Kemitraan merupakan kerjasama antar institusi untuk menjalankan suatu
program bersama untuk mencapai satu tujuan bersama. Pada prinsipnya
kemitraan bisa melibatkan berbagai pihak dan institusi seperti Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Pihak Swasta, Pihak Luar Negeri dan Masyarakat.
Pola Kemitraan dalam penyelenggaraan rumah khusus dapat dikembangkan dari
Konsep Kemitraan di dalam Pembangunan Perumahan. Pola kemitraan harus
mampu meningkatkan proses percepatan pembangunan rumah khusus, sebagai
pemacu bagi penyediaan perumahan oleh sektor swasta dan masyarakat pada
umumnya. Aspek kemitraan bisa meliputi aspek perizinan oleh pemerintah
pusat/daerah, pengadaan tanah oleh pemda atau masyarakat, pembiayaan
melalui fasilitas sektor usaha/perbankan atau pemerintah, dan seterusnya
dengan berbagai kombinasi yang fleksibel.
Gambar 3 Skema Pembagian Fungsi Kemitraan
Sumber : Analisis, 2017
14 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Secara teknis, kemitraan dalam Penyediaan Rumah Khusus dapat
diimplementasikan pada tahapan berikut ini:
1. Tahap Perencanaan Rumah Khusus
Pada tahap ini, kemitraan adalah antara Pemerintah Pusat (Kementerian
PUPR) dengan Kementerian/Lembaga Negara lain, Pemerintah Daerah,
BUMN, atau Perguruan Tinggi. Kerjasama atau kemitraan yang terjadi
berbasis pada program dan tusi. Bentuk Kemitraan bisa berupa pelaksanaan
program/kegiatan atau pelayanan bidang perumahan khusus yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dengan melibatkan pemerintah
daerah/BUMN/perguruan tinggi pada perencanaan kegiatan penyediaan
rumah khusus. Kegiatan pelayanan tersebut sebagai conton fasilitasi
kelompok masyarakat yang hendak membangun rumah, penyediaan lahan,
pelatihan teknis, perizinan, dan sebagainya.
Tabel 1 Kemitraan KemenPUPR dengan Kementerian/Lembaga Lain
Sumber : Analisis, 2017
Dalam hal kerjasama wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
sampai dengan huruf d tidak dilaksanakan oleh Daerah, Pemerintah Pusat
mengambil alih pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang dikerjasamakan.
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 15
Pemerintah Pusat dapat memberikan bantuan dana untuk melaksanakan
kerjasama wajib antar-Daerah melalui APBN.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tersebut tidak secara eksplisit
dinyatakan adanya larangan untuk melakukan kerjasama maupun
kesepakatan bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam
percepatan pembangunan.
Hal penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kerjasama maupun
kesepakatan bersama adalah proses pemrograman dan penganggaran sudah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang penganggaran.
Kekhawatiran para pelaksana kerjasama di lapangan tidak perlu terjadi,
selama anggaran yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan telah
memenuhi persyaratan dalam penganggaran, antara lain:
a. telah sesuai dengan prinsip good governance,
b. sesuai dengan rencana kerja Kementerian PUPR,
c. sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian PUPR,
d. telah dibahas dalam trilateral meeting (Bappenas, Kementerian
Keuangan, dan Kementerian PUPR), dan
e. telah disetujui oleh DPR-RI.
Gambar 4 Skema Kerjasama Berbasis Program dan TUSI
Sumber : Analisis, 2017
16 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Bentuk kemitraan yang lain pada Tahap Perencanaan ini adalah melalui
Program Corporate Social Responsibility (CSR). Pengertian CSR (Program
Corporate Social Reponsibility) secara umum adalah bentuk
pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungan sekitar, sederhananya
bahwa setiap bentuk perusahaan mempunyai tanggungjawab untuk
mengembangkan lingkungan sekitarnya melalui program-program sosial,
ekonomi, dan lingkungan.
2. Tahap Pembangunan Rumah Khusus
Kemitraan antara Instansi Pengguna dengan pemerintah dilakukan dalam
bentuk MOU program/kegiatan sebagai upaya pemberdayaan, dimana
program/kegiatan tersebut menempatkan Instansi Pengguna sebagai subjek
atau pelaku pembangunan yang setara dengan pemerintah selaku pihak yang
memberikan fasilitasi. Contoh kemitraan jenis ini adalah fasilitasi dalam
pembangunan/peningkatan kualitas rumah, dan pembangunan Prasarana,
Sarana, dan Utilitas Umum (PSU) yang dikerjakan secara swakelola oleh
Instansi Pengguna.
3. Tahap Pemanfaatan dan Pengelolaan
Pada tahap pemanfaatan dan pengelolaan rumah khusus, kemitraan yang
terjadi adalah:
a. Pemanfaatan Rumah Khusus dilakukan oleh Penerima Manfaat, karena
dalam aturannya penerima manfaat wajib menghuni rumah khusus.
Dalam hal ini adalah kelompok masyarakat berpenghasilan rendah yang
memiliki kebutuhan khusus, misalnya nelayan;
b. Pengelolaan Rumah Khusus melingkupi kegiatan Operasional, Perawatan,
dan Pemeliharaan dan ini dilaksanakan oleh pemilik rumah khusus,
setelah melalui proses hibah atau alih status;
c. Pemerintah Daerah melaksanakan pembinaan di tingkat daerahmeliputi:
● pendampingan kepada Penerima Manfaat dalam penghunian dan
pengelolaan;
● pengawasan dan pengendalian dalam pelaksanaan pembangunan
rumah khusus, serta serah terima aset rumah khusus;
● pemeriksaan secara berkala terhadap rumah khusus;
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 17
● menjamin berfungsinya bangunan rumah khusus secara optimal;
● mengawasi pelaksanaan kepenghunian sesuai dengan
peruntukkanPenerima Manfaat.
Beberapa Contoh Bentuk Aplikasi Kemitraan
▪ Indonesia Housing Forum
Yakni bentuk diskusi dan aplikasi mewujudkan perumahan layak huni di
Indonesia yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Ikhtisar Indonesia Housing Forum 30 Agustus 2017:
1. Indonesia Housing Forum berfokus pada bagaimana masyarakat
berpenghasilan rendah dapat diberdayakan untuk memiliki rumah layak
terjangkau. Para peserta forum merekomendasikan keterlibatan aktif
semua pemangku kepentingan : pemerintah, organisasi nirlaba,
perusahaan maupun akademisi. Para pemangku kepentingan harus
terjun langsung ke masyarakat untuk memahami persoalan, budaya,
memanfaatkan kearifan lokal, dan mendukung dalam membangun
rumah layak terjangkau.
2. Para peserta forum juga meminta pemerintah untuk mengalokasikan
lebih banyak lahan di kota-kota untuk membangun rumah layak
terjangkau bagi keluarga berpenghasilan rendah.
3. Salah satu tindak lanjut dari forum HFH Indonesia adalah meluncurkan
proyek bersama tiga sektor: LSM, instansi pemerintah, dan sektor
swasta. Sebuah proyek percontohan dimulai di daerah Mauk, Tangerang.
18 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Gambar 5 Rumah Khusus di Mauk, Tangerang
Sumber : Indonesia Housing Forum, 2017
▪ Rumah Susun Cigugur Tengah, Cimahi
Rumah Susun Cigugur Tengah Cimahi dibangun di atas tanah milik PEMKOT
yang diperuntukan khusus buruh yang telah berkeluarga dengan anak satu
maksimal usia 9 tahun. Luas tiap unit seluas 21 m2 dengan dapur dan kamar
mandi di dalam, dan fasilitas listrik sebesar 900 watt tiap unit. Pembangunan
rumah susun sewa ini didanai dari dana Hibah Pusat (Dinas PU). Dengan
demikian maka kepemilikan tanah adalah milik PEMKOT, aset bangunan milik
Pusat (PU). Fasilitas umum dan sosial dibangun dengan menggunakan dana
hibah Propinsi, yang terdiri dari taman, parkir, taman bermain, tempat olah
raga, dan tempat ibadah sedangkan untuk poliklinik, pasar, dan sekolah
tersedia di sekitar lingkungan perumahan. Pengelolaan dilakukan oleh
PEMKOT meliputi kebersihan, keamanan, perawatan, administrasi,
perparkiran, tagihan listrik, tagihan air, dan sampah. Untuk penentuan tarif
sewa ditentukan berdasarkan Surat Keputusan Walikota. Hal-hal yang
menjadi catatan penting yaitu : tempat yang sangat tertata rapi, pengelolaan
profesional, adanya pembinaan bagi para penghuni, pendanaan
pembangunan rumah susun sewa PEMKOT Cimahi berasal dari dana hibah,
mitra yang terlibat adalah PEMKOT Cimahi, PEMDA (Propinsi) dan Pusat (PU).
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 19
Gambar 6 Rumah Susun Cigugur Tengah, Cimahi
Sumber : Analisa, 2017
D. Latihan
1. Jelaskan beberapa bentuk kemitraan.
2. Jelaskan pola kemitraan yang dapat dilakukan dalam penyelenggaraan
Rumah Khusus, dan bentuk kemitraan mana yang paling efektif untuk
wilayah saudara.
E. Rangkuman
1. Tujuan konsep kemitraan dalam penyelenggaraan Rumah Khusus adalah
untuk mendukung percepatan pencapaian target penyelenggaraan
Rumah Khusus seiring dengan pencapaian target pembangunan rumah
bagi instansi dan pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
2. Pola Kemitraan dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus merupakan
hubungan antar pelaku kemitraan berdasarkan tujuan kemitraan yang
disepakati, yaitu kemitraan antar kelompok masyarakat dilaksanakan
antar anggota masyarakat untuk meningkatkan, kemitraan dengan
pemerintah daerah/ instansi pengguna dengan pemerintah
pusat,kemitraan antara instansi pengguna dengan mitra perumahan
khusus, atau kemitraan pemerintah dengan swasta.
20 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 21
BAB 3
PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN RUMAH KHUSUS
22 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan
Rumah Khusus
A. Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
menjelaskan dan menerapkan konsep dan pola pelibatan masyarakat dalam
penyelenggaraan Rumah Khusus.
B. Konsep Pelibatan Masyarakat
Tertuang dalam UU No. 1 tentang Perumahan dan Kawasan permukiman (pasal
131), bahwa Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan
oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat.
Upaya pelibatan masyarakat pada hakikatnya adalah masyarakat akan
melakukan proses menuju kemandirian yang sejati. Melalui pelibatan,
masyarakat diberi hak untuk mengelola sumber daya dalam rangka
melaksanakan pembangunan.Hadirnya konsep pelibatan masyarakat ini
berinisiatif untuk mengubah kondisi dengan memberikan kesempatan kepada
kelompok masyarakat (MBR) untuk terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan
program pembangunan yang manfaatnya akan mereka terima.
Pelibatan masyarakat mengandung makna menciptakan suasana dan iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang melalui penerapan
langkah-langkah nyata yang menampung masukan, menyediakan sarana dan
prasarana baik fisik, sosial, dan memperkuat upaya kemampuan masyarakat
melalui pendidikan, latihan, dan sebagainya.
Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada pasal 131 ayat (1) dilakukan
dengan memberikan masukan dalam:
1. Penyusunan rencana pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;
2. Pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;
3. Pemanfaatan perumahan dan kawasan permukiman;
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 23
4. Pemeliharaan dan perbaikan perumahan dan kawasan permukiman;
dan/atau
5. Pengendalian penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman;
Salah satu cara yang bisa diterapkan dalam pelibatan masyarakat adalah dengan
membentuk forum pengembangan perumahan dan kawasan permukiman. Ini
bisa diterapkan juga pada masyarakat penerima bantuan rumah khusus.
Selanjutnya pada pasal 130 UU No. 1/2011, tertuang bahwa dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, termasuk rumah
khusus, setiap orang wajib:
1. menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan, dan kesehatan di perumahan
dan kawasan permukiman;
2. turut mencegah terjadinya penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman yang merugikan dan membahayakan kepentingan orang lain
dan/atau kepentingan umum;
3. menjaga dan memelihara prasarana lingkungan, sarana lingkungan, dan
utilitas umum yang berada di perumahan dan kawasan permukiman; dan
4. mengawasi pemanfaatan dan berfungsinya prasarana, sarana, dan utilitas
umum perumahan dan kawasan permukiman.
Upaya pelibatan masyarakat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik masyarakat setempat (lokal) yang akan dilibatkan,
termasuk perbedaan karakteristik yang membedakan masyarakat desa yang
satu dengan yang lainnya;
2. Mengumpulkan pengetahuan yang menyangkut informasi mengenai
masyarakat setempat, antara lain distribusi penduduk, pengetahuan tentang
nilai, sikap, ritual dan budaya, serta faktor kepemimpinan baik formal
maupun informal;
3. Memperoleh dukungan dari pimpinan/tokoh-tokoh masyarakat setempat.
Untuk itu, faktor "the local leaders" harus selalu diperhitungkan karena
mereka mempunyai pengaruh yang kuat di dalam masyarakat;
4. Menggunakan pendekatan persuasif agar masyarakat menyadari bahwa
mereka punya masalah yang perlu dipecahkan, dan kebutuhan yang perlu
dipenuhi, mendikusikan masalahnya serta merumuskan pemecahannya
dalam suasana kebersamaan
24 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
5. Melibatkan masyarakat berarti membuat masyarakat mengerti dan percaya
diri bahwa mereka memiliki kekuatan-kekuatan dan sumber-sumber yang
dapat dimobilisasi untuk memecahkan permasalahan dan memenuhi
kebutuhannya.
6. Melibatkan masyarakat adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan,
karenanya masyarakat perlu dibina agar mampu bekerja memecahkan
masalahnya secara mandiri dan kontinyu.
C. Peran Masyarakat
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman dan UU No. 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun, peran
masyarakat diamanatkan sebagai berikut:
Tabel 2 Skema Pembagian Fungsi Kemitraan
No
Substansi Pengaturan
Amanat UU 1/ 2011
Substansi Pengaturan
Amanat UU 20/ 2011
1 Pasal 131
(1) Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memberikan masukan dalam: a. penyusunan rencana
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;
b. pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;
c. pemanfaatan perumahan dan kawasan permukiman;
d. pemeliharaan dan perbaikan perumahan dan kawasan permukiman; dan/atau
Pasal 96
(1) Penyelenggaraan rumah susun dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan tingkat kewenangannya dengan melibatkan peran masyarakat.
(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memberikan masukan dalam:
a. penyusunan rencana pembangunan rumah susun dan lingkungannya;
b. pelaksanaan pembangunan rumah susun dan lingkungannya;
c. pemanfaatan rumah susun dan lingkungannya;
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 25
No
Substansi Pengaturan
Amanat UU 1/ 2011
Substansi Pengaturan
Amanat UU 20/ 2011
e. pengendalian penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman;
(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan membentuk forum pengembangan perumahan dan kawasan permukiman.
d. pemeliharaan dan perbaikan rumah susun dan lingkungannya; dan/atau
e. pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan rumah susun dan lingkungannya.
(3) Masyarakat dapat membentuk forum pengembangan rumah susun.
(4) Forum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mempunyai fungsi dan tugas:
a. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dalam pengembangan rumah susun;
b. membahas dan merumuskan pemikiran arah pengembangan penyelenggaraan rumah susun;
c. meningkatkan peran dan pengawasan masyarakat;
d. memberikan masukan kepada pemerintah; dan/atau
e. melakukan peran arbitrase dan mediasi di bidang penyelenggaraan rumah susun.
(5) Pembentukan forum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
26 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
No
Substansi Pengaturan
Amanat UU 1/ 2011
Substansi Pengaturan
Amanat UU 20/ 2011
2 Pasal 132
(1) Forum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 131 ayat (3) mempunyai fungsi dan tugas: a. menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat; b. membahas dan merumuskan
pemikiran arah pengembangan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman;
c. meningkatkan peran dan pengawasan masyarakat;
d. memberikan masukan kepada Pemerintah; dan/atau
e. melakukan peran arbitrase dan mediasi di bidang penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.
(2) Forum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri dari unsur:
a. instansi pemerintah yang terkait dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman;
b. asosiasi perusahaan penyelenggara perumahan dan kawasan permukiman;
c. asosiasi profesi penyelenggara perumahan dan kawasan permukiman;
d. asosiasi perusahaan barang dan jasa mitra usaha penyelenggara perumahan dan kawasan permukiman;
f. pakar di bidang perumahan dan kawasan permukiman; dan/atau lembaga swadaya masyarakat dan/atau yang
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 27
No
Substansi Pengaturan
Amanat UU 1/ 2011
Substansi Pengaturan
Amanat UU 20/ 2011
mewakili konsumen yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.
3 Pasal 7
(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat
Pasal 7
(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat
4 Pasal 98
(2) Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat.
5 Pasal 100
(4) Peremajaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dengan melibatkan peran masyarakat.
6 Pasal 102
(2) Lokasi yang akan ditentukan sebagai tempat untuk pemukiman kembali ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat.
28 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
PENJELASAN
Pasal 2
Huruf f
Yang dimaksud dengan “asas kemandirian dan kebersamaan”adalah memberikan landasan agar penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman bertumpu pada prakarsa, swadaya, dan peran masyarakat untuk turut serta mengupayakan pengadaan dan pemeliharaan terhadap aspek-aspek perumahan dan kawasan permukiman sehingga mampu membangkitkan kepercayaan, kemampuan, dan kekuatan
sendiri, serta terciptanya kerja sama antara pemangku kepentingan di bidang perumahan dan kawasan permukiman.
PENJELASAN
Pasal 2
Huruf f
Yang dimaksud dengan “asas kemandirian dan kebersamaan” adalah memberikan landasan penyelenggaraan rumah susun bertumpu pada prakarsa, swadaya, dan peran serta masyarakat sehingga mampu membangun kepercayaan, kemampuan, dan kekuatan sendiri serta terciptanya kerja sama antar pemangku kepentingan.
Sumber : Analisis, 2017
Dengan demikian maka peran masyarakat yang dilakukan melalui Forum,
terbatas pada pemberian masukan:
1. penyusunan rencana pembangunan perumahan dan kawasan permukiman,
yang didalamnya termasuk rumah khusus, peran masyarakat dapat meliputi
penentuan dan penetapan lokasi, penyediaan dan legalitas tanah, penyiapaj
jalan akses menuju lokasi pembangunan rumah khusus, penyiapan
masyarakat calon penghuni rumah khusus, dan pengamanan lokasi
pembangunan;
2. pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman, dimana
masyarakat dapat memberikan masukan atas penggunaan tenaga kerja dan
bahan bangunan lokal yang dibutuhkan selama proses pembangunan, dan
turut serta mengamankan lokasi pembangunan dari pencurian bahan
bangunan maupun peralatan konstruksi;
3. pemanfaatan perumahan dan kawasan permukiman, dimana masyarakat
dapat memberi masukan jika pemanfaatan rumah khusus tidak sesuai
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 29
dengan tujuan penggunaan rumah khusus sebagai hunian, pengalihan rumah
khusus kepada yang tidak berhak dan perubahan bentuk dan luas rumah
khusus tanpa sepengetahuan pengelola;
4. pemeliharaan dan perbaikan perumahan dan kawasan permukiman, dimana
masyarakat dapat memberikan masukan dalam hal, penggunaan bahan
bangunan dan tenaga kerja lokal, dan penggantian komponen bangunan
dengan menggunakan produk lokal, misalnya seperti penggantian jendela,
pintu, atau komponen plambing seperti perawatan pompa, dan lain-lain;
5. pengendalian penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman,
dimana masyarakat dapat memberikan masukan untuk lebih menjamin
terselenggaranya pembangunan rumah khusus dengan turut sejak
perencanaan, pembangunan hingga pemanfaatan dan pemeliharaan agar
terwujud sasaran pengendalian penyelenggaraan rumah khusus, yang lebih
berkualitas, tepat waktu pembangunan, tepat sasaran dan efisiensi dalam
pendanaan rumah khusus, termasuk PSU untuk melayani perumahan khusus;
Jika di masyarakat sudah terdapat BKM, maka BKM dapat menjadi anggota
forum, bersama unsur pemangku kepentingan perumahan lainnya, sehingga
forum yang berada pada kabupaten/ kota mungkin saja terdiri dari unsur-unsur
yang lebih luas, misalnya, PKK, LKMD, Karang Taruna dan lainnya, termasuk
media masa (tulis maupun elektronik) dapat saja menjadi organ forum.
C. Pola Pelibatan Masyarakat
Salah satu bentuk pelibatan masyarakat adalah dengan pembentukan kelompok
swadaya masyarakat sebagaimana dimaksud dalam PP No. 14/2016 (Pasal 116)
yang merupakan upaya untuk mengoptimalkan peran masyarakat dalam
mengelola perumahan dan permukiman layak huni dan berkelanjutan, dalam hal
ini rumah khusus. Pembentukan kelompok swadaya masyarakat ini dilakukan
pada tingkat komunitas sampai pada tingkat kota sebagai fasilitator pengelolaan
rumah khusus.
Definisi harfiah dari Kelompok Swadaya Masyarakat adalah individu-individu
yang memiliki posisi dan peran yang sama dalam suatu hubungan sosial, ekonomi
dan politik berkumpul untuk melakukan sesuatu atas dasar kemauan dan
kemampuan bersama.
30 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Definisi kontekstual dari Kelompok Swadaya Masyarakat adalah individu-individu
yang memiliki posisi dan peran yang sama dalam suatu hubungan sosial, ekonomi
dan politik berkumpul untuk mencapai ‘tujuan sosial’ tertentu atas dasar
kemauan dan kemampuan.
Ciri utama Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) adalah :
1. Dibangun atas dasar motif sosial, meskipun untuk membela kepentingan
ekonomi maupun politik anggota;
2. Anggota adalah pelaku langsung yang memegang kedaulatan tertinggi;
3. Organisasi bersifat terbuka meskipun ada persyaratan tertentu untuk
menjadi anggota;
4. Anggota memiliki kemauan untuk menanggung resiko bersama atas dasar
kesepakatan;
5. Melembaga, artinya ada struktur dan aturan main yang dibentuk, disepakati
dan dilaksanakan oleh anggota.
Peran dan fungsi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) adalah :
1. Sebagai sarana pendorong dalam proses perubahan sosial;
2. Sebagai wadah pembahasan dan penyelesaian masalah;
3. Sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi;
4. Sebagai wadah untuk menggalang tumbuhnya saling kepercayaan
(menggalang social trust);
5. Sebagai wahana untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Kelompok Swadaya Masyarakat dibentuk untuk melayani kepentingan kolektif
anggota, dengan cara:
1. Menetapkan aturan main bersama;
2. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah bersama;
3. Memutuskan pemecahan masalah;
4. Merumuskan langkah-langkah berdasarkan kemampuan dan peluang yang
ada;
5. Mengelola pelaksanaan sesuai perkembangan yang dialami oleh kelompok.
Kelompok swadaya masyarakat dibiayai secara swadaya oleh masyarakat yang
dapat diperoleh melalui kontribusi setiap orang. Pembentukan kelompok
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 31
swadaya masyarakat dapat difasilitasi oleh Pemerintah Daerah, dilakukan dalam
bentuk:
1. Penyediaan dan sosialisasi norma, standar, pedoman, dan kriteria;
2. Pemberian bimbingan, pelatihan/penyuluhan, supervisi, dan konsultasi; dan
3. Pemberian kemudahan dan/atau bantuan.
Pembentukan dan keberlanjutan keberadaan KSM tidak lepas dari peran Tenaga
Pendamping Masyarakat (TPM). Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) adalah
seseorang yang ditugaskan untuk menfasilitasi dan menjadi inisiasi proses
pemberdayaan/ pendampingan dan pengembangan masyarakat. Dengan
demikian, TPM lebih sering diterminologikan sebagai fasilitator.
Tugas pokok TPM adalah :
1. Menyebarkan informasi tentang program penyelenggaraan rumah khusus;
2. Memfasilitasi diskusi dengan masyarakat tentang kebutuhan, potensi dan
kendala yang ada dalam masyarakat serta membantu masyarakat dalam
menyeleksi masalah-masalah utama dalam membangun rumah layak huni
serta mencari pemecahannya;
3. Memfasilitasi pembentukan atau pengembangan KSM Rumah Khusus;
4. Melakukan pelatihan kepada KSM rumah khusus mengenai cara pengelolaan
administrasi, pencatatan, pelaporan dan lain lain;
5. Mendorong MBR dan KSM rumah khusus dalam rangka memanfaatkan
program penyelenggaraan rumah swadaya;
6. Membantu mengembangkan sistem informasi yang sederhana bagi KSM
rumah khusus untuk mendorong adanya keterbukaan serta dapat
menampung saran dan keluhan anggota kelompok;
7. Memberikan bantuan teknis;
8. Membantu Pemerintah Daerah dalam menyusun data, dokumen, dan
pelaporan program/kegiatan.
Tahapan pendampingan pembentukan KSM Rumah Khusus, yaitu :
1. Pendampingan melalui Sosialisasi konsep dan substansi KSM kepada
masyarakat oleh fasilitator;
2. Bimbingan Teknis Kepada Relawan, Lurah, Kepala Desa, dan lainnya;
32 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
3. Sosialisasi Konsep KSM oleh relawan pendamping dan Pertemuan Warga
dengan FGD mengenai Dinamika Kelompok;
4. Pendampingan melalui Sosialisasi Konsep KSM;
5. Pertemuan Warga untuk FGD mengenai Dinamika Kelompok;
6. Pendampingan dalam Pembentukan KSM;
7. Pendampingan dalam Membangun KSM Baru;
8. Pendampingan dalam Review Kelompok;
9. Pendampingan Merumuskan Aturan Main KSM;
10. Pendampingan Mengurus Status Hukum KSM;
11. Pendampingan Menyusun rencana kegiatan KSM dan Usulan Kegiatan KSM.
Pada penyelenggaraan rumah khusus, masyarakat adalah pihak Penerima
Manfaat, sehingga masyarakat yang menjadi sasaran penerima manfaat tersebut
dan berhak menghuni rumah khusus tersebut. Sedangkan pola pelibatan
masyarakat dapat diterapkan pada beberapa tahapan penyediaan rumah khusus
berikut :
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, pelibatan masyarakat adalah pada penyusunan
rencana teknis dan penyediaan lahan.
2. Tahap Pelaksanaan Pembangunan
Pada tahap pelaksanaan, masyarakat dapat terlibat sebagai tenaga kerja
pembangunan, pengawasan dan pengendalian.
3. Tahap Pemanfaatan (Penghunian dan Pengelolaan)
Pada tahap ini masyarakat perlu diberikan sosialisasi, pendampingan,
pelatihan, dan penguatan kelembagaan, agar secara mandiri dan kontinyu
dapat mengimplementasikan program pengelolaan sekaligus peningkatan
kualitas permukimannya.
Pembentukan kelompok swadaya masyarakat sebagaimana dimaksud dalam PP
No. 14/2016 (Pasal 116) yang merupakan upaya untuk mengoptimalkan peran
masyarakat dalam mengelola perumahan dan permukiman layak huni dan
berkelanjutan, dalam hal ini rumah khusus. Pembentukan kelompok swadaya
masyarakat ini dilakukan pada tingkat komunitas sampai pada tingkat kota
sebagai fasilitator pengelolaan rumah khusus.
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 33
Kelompok swadaya masyarakat dibiayai secara swadaya oleh masyarakat yang
dapat diperolehmelalui kontribusi setiap orang.Pembentukan kelompok swadaya
masyarakat dapat difasilitasi oleh Pemerintah Daerah, dilakukan dalam bentuk:
1. penyediaan dan sosialisasi norma, standar, pedoman, dan kriteria;
2. pemberian bimbingan, pelatihan/penyuluhan, supervisi, dan konsultasi; dan
3. pemberian kemudahan dan/atau bantuan.
Pemeliharaan dan perbaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 huruf b
merupakan upaya menjaga kondisi Perumahan dan Permukiman yang layak huni
dan berkelanjutan, dan dilakukan sesuai ketentuan peraturanperundang-
undangan.
Pengelolaan Bangunan Rumah Khusus, mengacu pada Permenpera No. 10/2010
tentang Acuan Pengelolaan Lingkungan Perumahan Tapak, meliputi :
1. Pendayagunaan dan penggunaan prasarana, sarana dan utilitas umum serta
pelayanan jasa lingkungan perumahan sesuai dengan fungsi dan
peruntukannya;
2. Pengamanan adalah kegiatan penghindaran segala risiko yang terjadi
terhadap hunian maupun isinya serta prasarana, sarana dan utilitas umum
lingkungan perumahan selama 24 jam yang berkoordinasi dengan aparat
kepolisian.
Sedangkan objek pengelolaannya meliputi :
1. Prasarana yang meliputi antara lain:
a. Jalan lingkungan;
b. Saluran pembuangan air limbah lingkungan;
c. Saluran pembuangan air hujan (drainase) lingkungan;
d. Tempat pembuangan sampah.
2. Sarana lingkungan perumahan yang terdiri dari:
a. Sarana lingkungan perumahan yang rinciannya sesuai peraturan
perundangan yang berlaku;
b. Lahan sarana lingkungan perumahan di luar peruntukannya yaitu lahan-
lahan yang masih kosong dan dimanfaatkan oleh penghuni untuk
kegiatan penghuni yang sifatnya temporer, seperti kegiatan bercocok
tanam, menjual tanaman, basar dan kegiatan lainnya;
34 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
c. Sarana lingkungan perumahan terbangun yang belum dimanfaatkan
penghuni, oleh sebab administrasi perizinannya belum selesai, seperti
rumah ibadah, sekolah dan/atau kegiatannya belum berjalan seperti
posyandu, PKK dan lain-lain.
3. Utilitas Umum yang meliputi antara lain:
a. Jaringan air bersih komunal merupakan jaringan air bersih selain
distribusi yang dimanfaatkan bersama seluruh penghuni;
b. Penerangan jalan umum lingkungan yang dibangun secara swadaya yang
operasionalnya dibiayai oleh kesediaan penghuni dalam rangka menjaga
keamanan lingkungan;
c. Sarana telekomunikasi antara lain meliputi jaringan telepon dan multi
media lainnya; dan
d. Jalur transportasi publik dan penghuni meliputi jalan lingkungan yang
digunakan oleh masyarakat umum dan penghuni sehari-hari dalam
berkehidupan.
Pendayagunaan dan penggunaan prasarana, sarana dan utilitas umum serta
pelayanan jasa lingkungan perumahan sesuai dengan fungsi dan peruntukannya,
mencakup kegiatan pemeliharaan dan perawatan objek pengelolaan pada :
1. Jalan lingkungan sebagai prasarana transportasi di lingkungan perumahan
dengan memperhatikan daya dukung badan jalan yang direncanakan dan
kecepatan aman bagi masyarakat penghuni perumahan;
2. Saluran pembuangan air hujan (drainase) lingkungan untuk pengaliran
genangan air hujan setempat;
3. Saluran pembuangan air limbah lingkungan untuk limbah rumah tangga yang
berasal dari kamar mandi, cuci dan dapur;
4. Tempat pembuangan sampah untuk pengumpulan sampah rumah tangga
setempat;
5. Sarana berupa lahan yang belum dibangun untuk kegiatan yang bermanfaat
bagi masyarakat penghuni perumahan yang sifatnya non permanen;
6. Sarana yang telah dibangun sesuai fungsi dan peruntukan;
7. Penerangan jalan lingkungan; dan
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 35
8. Sarana telekomunikasi dan multi media bagi masyarakat penghuni
perumahan.
Selain pendayagunaan dan penggunaan, perlu dilakukan juga pengamanan
terhadap PSU yang mencakup:
1. Jalan lingkungan terhadap tindakan yang dapat menimbulkan kerusakan
pada prasarana jalan lingkungan perumahan;
2. Saluran pembungan air hujan (drainase) terhadap tindakan yang dapat
menimbulkan terhambatnya aliran air;
3. Saluran pembuangan air limbah terhadap tindakan yang dapat menimbulkan
terhambatnya aliran air dan pencemaran air lingkungan;
4. Tempat pembuangan sampah yang akan menimbulkan pencemaran udara;
5. Lahan yang belum terbangun dan sarana terbangun yang belum
dimanfaatkan terhadap perubahan fungsi, luas dan peruntukan, tindakan
yang akan menimbulkan kerusakan, bersarangnya ular dan/atau binatang
berbisa lainnya, dan pemanfaatan yang tidak mempunyai kekuatan hukum(
illegal); dan
6. Utilitas umum terhadap tindakan yang akan menimbulkan kerusakan.
Pedoman pengelolaan rumah khusus hingga saat ini belum sepenuhnya ada.
Namun Pemerintah Daerah bisa mengacu pada pedoman dan aturan Rumah
susun yang sudah ada, untuk dimodifikasi menjadi pedoman rumah khusus.
Berikut contohnya :
1. Pembentukan lembaga setingkat UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah);
2. UPTD Bersama Kepala bagian dan Kepala Bidang menetapkan jenis dan
jangka waktu kepemilikan Rumah Khusus, apakah Hak Guna Pakai, Hak Guna
Bangunan, Hak Milik, Hak Sewa, atau Hak Pinjam Pakai kepada calon
penghuni Rumah Khusus;
3. UPTD bisa membentuk Pengelola Rumah khusus atau lembaga setingkat RT/
RW, yang diketahui Lurah setempat Dibentuk semacam Pengelola atau se-
tingkat dengan UPTD yang bertugas untuk mengelola Rumah khusus;
4. UPTD mengidentifikasikan seluruh barang atau benda di perumahan rumah
khusus, dan menyusun mana yang menjadi barang milik pribadi dan barang
milik Bersama.
5. Tugas Pengelola adalah
36 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
a. Menyusun perencanaan, program, anggaran dan laporan;
b. Melaksanaan sosialisasi;
c. Melaksanaan manajemen operasional penghunian;
d. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka peningkatan
pendapatan;
e. Melakukan pengaturan terhadap hal – hal yang berkaitan dengan
kepentingan bersama, baik antara penghunian maupun dengan
masyarakat sekitar berdasarkan musyawarah dan mufakat;
f. melaksanakan pemeriksaan, pemeliharaan, kebersihan dan perbaikan
rumah khusus dan lingkungannya pada bagian bersama, benda bersama
dan tanah bersama;
g. Mengawasi ketertiban dan keamanan penghuni, serta penggunaan
bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama;
h. Memberikan laporan secara berkala kepada UPTD atau Badan Pengelola
sekurang – kurangnya setiap 3 (tiga) bulan;
i. Mempertanggung jawabkan kepada UPTD atau Badan Pengelola tentang
penyelenggaraan pengelolaan;
j. Hak dan Kewenangan Badan Pengelola adalah membuat tata tertib dan
aturan lainnya yang berhubungan dengan pengelolaan rumah khusus.
Menetapkan dan memungut iuran pengelolaan. Hak dan Kewenangan
sebagaimana harus didiskusikan dengan Lembaga/UPTD yang dibentuk
Pemda;
k. Pengelola sekurang-kurangnya terdiri dari seorang Ketua, seorang
Sekretaris, seorang Bendahara, dan seorang Pangawas Hunian;
l. Dalam hal diperlukan, UPTD dapat membentuk Unit Pengawasan
tersendiri;
m. UPTD bisa bersifat struktural namun Badan Pengelola Rumah khusus
adalah lembaga non struktural dan berbentuk badan layanan milik
Pemerintah.
D. Latihan
1. Jelaskan maksud dari masyarakat diberi hak untuk mengelola sumber daya dalam rangka melaksanakan pembangunan ?
2. Apa yang dimaksud dengan kelompok swadaya masyarakat?
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 37
E. Rangkuman
Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan melibatkan peran masyarakat.
Upaya pelibatan masyarakat pada hakikatnya adalah masyarakat akan melakukan proses menuju kemandirian yang sejati, masyarakat diberi hak untuk mengelola sumber daya dalam rangka melaksanakan pembangunan. Hadirnya konsep pelibatan masyarakat ini berinisiatif untuk mengubah kondisi dengan memberikan kesempatan kepada kelompok masyarakat (MBR) untuk terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan yang manfaatnya akan mereka terima.
38 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 39
BAB 4
PENUTUP
40 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Penutup
A. Simpulan
Kemitraan dan pelibatan masyarakat mempunyai andil yang besar untuk
mendukung percepatan pencapaian target penyelenggaraan Rumah Khusus bagi
masyarakat berpenghasilan rendah di seluruh Indonesia.Kemitraan dalam hal ini
merupakan hubungan antar mitra berdasarkan atas tujuan yang disepakati, yaitu
kemitraan antar kelompok masyarakat, kemitraan dengan pemerintah
daerah/instansi pengguna dengan pemerintah pusat, kemitraan antara instansi
pengguna dengan mitra perumahan khusus, atau kemitraan pemerintah dengan
swasta.
Upaya pelibatan masyarakat pada hakikatnya memberikan kesempatan
masyarakat untukberproses menuju kemandirian yang sejati, yaitu masyarakat
diberi hak untuk mengelola sumber daya dalam rangka melaksanakan
pembangunan. Hadirnya konsep pelibatan masyarakat ini berinisiatif untuk
mengubah kondisi dengan memberikan kesempatan kepada kelompok
masyarakat (MBR) untuk terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan program
pembangunan yang manfaatnya akan mereka terima.
Pembentukan Kelompok Swadaya masyarakat merupakan upaya untuk
mengoptimalkan peran masyarakat dalam mengelola perumahan dan
permukiman layak huni dan berkelanjutan, dalam hal ini rumah khusus. Peran
dan fungsi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) adalah sebagai sarana
pendorong dalam proses perubahan sosial, wadah pembahasan dan
penyelesaian masalah, wadah untuk menyalurkan aspirasi, wadah untuk
menggalang tumbuhnya saling kepercayaan, dan wahana untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 41
B. Tindak Lanjut
1. Peningkatan peran para pihak pelaku kemitraan dalam penyelenggaraan
Rumah Khusus, yaitu pemerintah pusat dan daerah, pihak
swasta/lembaga, dan masyarakat, dalam melaksanakan dan ikut
memonitor pembangunan Rumah Khusus sesuai ketentuan dan menjaga
kualitas rumah dan lingkungannya sehingga dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
2. Pembentukan kelompok swadaya masyarakat dapat difasilitasi oleh
Pemerintah Daerah, dilakukan dalam bentuk penyediaan dan sosialisasi
NSPK; pemberian bimbingan/pelatihan/penyuluhan/konsultasi;
danpemberian kemudahan dan/atau bantuan.
42 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Peraturan Presiden RI No 66 Tahun 2013 tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2007 tentang Tatacara Pelaksanaan
Kerjasama Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2014 tentang
Pembinaan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman,
Tahun 2014.
Permenpera No. 10/2010 tentang Acuan Pengelolaan Lingkungan Perumahan
Tapak
Bappenas – UNDP, Panduan untuk Fasilitator, Teknik Fasilitasi Pendampingan
Masyarakat, Tim Partnership for e-Prosperify for the Poor (Pe-PP), 2007
Badan Pusat Statistik, Proyeksi Data Indikator Perumahan dan Kesehatan
Lingkungan, Tahun 2011.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Online (KBBI Online), Tahun 2016.
http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=161
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 43
GLOSARIUM
Kemitraan Upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan
pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai
suatu tujuan bersama berdasarkan kesepakatan
prinsip dan peran masing-masing
Kepercayaan Kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang
lain dimana kita memiliki keyakinan padanya
Keterbukaan Keputusan yang diambil dan pelaksanaannya
dilakukan dengan cara atau mekanisme yang
mengikuti aturan atau regulasi yang ditetapkan
oleh lembaga
Perumahan dan
Kawasan Permukiman
Satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,penyelenggaraan Perumahan, penyelenggaraan kawasan Permukiman, pemeliharaan dan perbaikan,pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, penyediaantanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
Penjajakan Tahapan awal dalam proses kemitraan yang terdiri
atas identifikasi permasalahan atau kebutuhan
dukungan dari pihak ekesternal, tujuan dilakukan
kemitraan, pihak-pihak eksternal yang berpotensi,
bentuk-bentuk dukungan dari pihak potensial,
target waktu pelaksanaan kemitraan
44 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Masyarakat
Orang perseorangan yang kegiatannya di bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman, termasuk masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang berkepentingan dengan Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Masyarakat yangmempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan Pemerintah untuk memperoleh rumah.
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 45
BAHAN TAYANG
46 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 47
48 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 49
50 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 51
52 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 53
54 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus
Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah Khusus 55
56 Kemitraan dan Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Rumah khusus