kata pengantar - bi.go.id · ekonomi dan moneter, bank indonesia, yang tercantum pula pada buku...
TRANSCRIPT
Kata Pengantar
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
i i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER)
Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) periode triwulan IV-2012 ini dapat
hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Wilayah Kalimantan ini mengulas perkembangan terakhir
berbagai variabel makro ekonomi di tingkat provinsi, meliputi
perkembangan ekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan
daerah, indikator kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan
inflasi triwulan mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi
salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi pemangku kebijakan,
akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya
yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi
Provinsi Kalsel.
Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerja
perekonomian Kalsel pada triwulan IV-2012 mencatat laju pertumbuhan
yang meningkat dari 4,71% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,04%
(yoy), terutama ditopang oleh kinerja konsumsi yang mengalami akselerasi
dan investasi yang masih terjaga pada level yang tinggi.
Pergerakan inflasi menunjukkan peningkatan selama triwulan
laporan. Pada triwulan IV-2012, inflasi Kalimantan Selatan yang diwakili
Kota Banjarmasin tercatat mengalami tekanan lebih tinggi dari 5,14%(yoy)
pada triwulan III-2012 menjadi 5,96%(yoy). Kenaikan laju inflasi ini
terutama terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi,
dan kelompok sandang.
Secara umum, kinerja perbankan Kalimantan Selatan pada triwulan
IV-2012 menunjukkan perkembangan yang positif walaupun ada
kecenderungan melambat. Perkembangan aset, kredit dan DPK tercatat
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya namun di lain sisi
perkembangan yang menggembirakan dicatat oleh risiko kredit perbankan
Kalimantan Selatan yang secara umum terindikasi lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya, sebagaimana tercermin dari rasio NPL
sebesar 1,24%. Transaksi uang tunai melalui Kantor Perwakilan BI Wilayah
Kalimantan secara keseluruhan menunjukkan net-outflow. Sementara itu,
transaksi non-tunai melalui kliring dan RTGS cenderung mengalami
peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.
Ke depan, kami memperkirakan prospek ekonomi diperkirakan
tumbuh lebih rendah dari triwulan laporan. Pertumbuhan ekonomi
Kata Pengantar
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
ii
Kalimantan Selatan pada triwulan I-2013 diperkirakan dapat tumbuh pada
kisaran 5,3%-5,8% (yoy)1, melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan
laporan yang mencapai 6,04% (yoy) 2. Di sisi permintaan, kinerja ekspor
diperkirakan belum sepenuhnya pulih meskipun dengan tingkat kontraksi
yang lebih landai. Sedangkan di sisi penawaran, kinerja subsektor pertanian
diperkirakan tumbuh moderat dan sektor pertambangan diperkirakan masih
mengalami fase konstraksi. Laju inflasi Kota Banjarmasin pada triwulan I-
2013 diperkirakan bergerak relatif stabil dibandingkan triwulan
sebelumnya. Laju inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan I-2013
diperkirakan berada pada kisaran 5,89%±1% (yoy)3.
Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi
berbagai pihak yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masih
banyak langkah-langkah penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Saran
dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya
kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang
kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang
akan datang.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan
kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik
Banjarmasin, 7 Februari 2013 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA
WILAYAH KALIMANTAN
Khairil Anwar Direktur Eksekutif
1 Angka proyeksi KPw BI Wilayah Kalimantan
2 Angka proyeksi KPw BIWilayah Kalimantan
3 Angka proyeksi KPw BIWilayah Kalimantan
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
iii iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... iii KETERANGAN DAN SUMBER DATA ....................................................... v TABEL INDIKATOR TERPILIH ................................................................... vii
RINGKASAN EKSEKUTIF . 1 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ........................ 7
1. Sisi Permintaan .......................................................................... . 9 1.1 Konsumsi Rumah Tangga .................................................... 10 1.2 Pengeluaran Pemerintah ........................................................ 11 1.3 Investasi ................................................................................. 12 1.4 Perkembangan Ekspor ............................................................ 13 1.5 Perkembangan Impor ............................................................. 15
2. Sisi Penawaran ........... 15 2.1 Sektor Pertanian .................................................................... 16 2.2 Sektor Pertambangan ............................................................. 17 2.3 Sektor Industri Pengolahan .................................................... 19 2.4 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) .................... 20
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ................. 21
1. Kondisi Umum .......... 23 1.1 Sisi Produksi ......................................................................... 25 1.2 Sisi Pasokan dan Distribusi ................................................... 26 1.3 Sisi Permintaan .................................................................... 27
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi ... 27 2.1 Inflasi Volatile Food ............................................................. 28 2.2 Inflasi Administered Price ..................................................... 29 2.3 Inflasi Inti ............................................................................. 30
3. Inflasi Pedesaan ................................................. 31
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN .............. 33
1. Perkembangan Bank Umum.................................. ...................... 35 1.1 Perkembangan Volume Usaha dan Kelembagaan Bank Umum ...................................................................... 35
1.2 Penghimpunan Dana Masyarakat .................................... .. 36 1.3 Penyaluran Kredit ............................................................. 37
1.4 Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit .................................... . 39 1.5 Kredit Usaha Rakyat (KUR) ................................................ 40
2. Perkembangan Bank Umum Syariah ........................................... 41
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
iv
3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ......................... ............ 43 4. Perkembangan Sistem Pembayaran ......................... .................... 45
4.1 Transaksi Pembayaran Tunai.............................................. 46 4.2 Transaksi Pembayaran Non Tunai.................................... .. 50
BAB 4. KEUANGAN DAERAH .............................. 54
1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah .............................................. 58 2. Realisasi Belanja Daerah.......................... ................................... 60 3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2013 ........... 61
BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN.... ....................... 65
......................................................... 67
2. Kesejahteraan .......... ................................................................... 70
BAB 6. PROSPEK EKONOMI ............................................................. 79
1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi .... . .............................. 81
2. Perkiraan Inflasi .......... ................................................................ 83
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
v
KETERANGAN DAN SUMBER DATA
Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar
tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen
Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Divisi PDIE-Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab II Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh
lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis.
Bab III Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang
berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring KPw Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan).
Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan. Bab V Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional
(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel. Sebagai suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil SKDU KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan.
Bab VI Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi
dan moneter dengan didukung oleh hasil survei yang dilakukan KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan seperti SKDU, SK, dan SPE.
Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian di antaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012 vi
Visi Bank Indonesia Menjadi Lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Menjadi Kantor Perwakilan BI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan Misi KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Mendukung pencapaian kebijakan BI di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
vii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB
TW - I TW - II TW - III TW - IV
MAKRO
119,4 130,22 135,4 130,83 131,84 141,02 143,47
3,86 9,06 3,98 7,95 5,51 5,14 5,96
Pertanian 7.087 7.259 7.544 1.323 2.175 2.534 1.783
Pertambangan & Penggalian 6.332 6.811 7.256 1.834 1.872 1.864 1.878
Industri Pengolahan 3.157 3.248 3.351 849 859 885 894
Listrik, Gas, & Air Bersih 144 156 166 43 44 45 46
Bangunan 1.603 1.707 1.839 470 485 506 559
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4.427 4.732 5.121 1.295 1.367 1.457 1.512
Pengangkutan dan Komunikasi 2.522 2.685 2.873 721 744 788 822
Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1.176 1.260 1.343 347 355 365 386
Jasa 2.603 2.816 3.061 769 821 846 886
5,29% 5,58% 6,12% 6,41% 5,93% 4,71% 6,04%
5446 5616 9783 2.496 2.653 1.934 2.372
85095 86276 122229 29.545 33.822 25.837 37.614
659 467 667 154,91 244,38 158,64 88,32
252 249 274 57,39 56,45 54,06 29,45
2012TAHUN
2011
TAHUN
2010
Volume Impor Nonmigas (ribu ton)
INDIKATORTAHUN
2009
IHK Banjarmasin
Inflasi Banjarmasin (y-o-y)
PDRB Harga Konstan (Rp Miliar)
Pertumbuhan PDRB (y-o-y)
Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)
Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012 viii
b. Perbankan
1 2 3 4
21.544 26.169 33.092 36.206 38.674 40.481 41.257
17.782 21.307 27.728 29.391 31.636 32.576 33.827
4.188 4.304 6.223 8.628 9.174 9.423 8.199
9.765 12.056 15.543 14.742 15.744 16.194 18.288
3.829 4.947 5.963 6.021 6.719 6.959 7.340
17.508 20.153 28.278 29.606 32.905 35.185 36.460
6.114 7.073 9.297 9.855 11.299 12.201 12.486
5.297 5.768 8.263 8.815 10.249 10.934 332
6.098 7.312 10.718 10.936 11.357 12.051 12.642
98,46% 94,58% 101,98% 100,7% 104,0% 108,0% 107,78%
13.706 17.107 20.688 21.320 23.368 25.211 26.633
4.861 6.199 7.338 7.514 8.647 9.050 9.457
3.603 4.376 5.450 5.594 6.022 6.670 7.027
5.243 6.532 7.900 8.213 8.699 9.492 10.149
77,08% 80,29% 74,61% 72,54% 73,86% 77,39% 78,73%2,14% 2,13% 1,61% 1,73% 1,61% 1,59% 1,24%
Total Asset 272 371 411 418 414 394 419
168 192 259 275 256 221 248
63 77 90 110 143 107 121
105 115 169 165 114 114 127
209 264 265 237 241 237 248
61 73 65 96 105 107 111
111 145 162 80 69 57 59
37 46 39 61 67 73 78 5,76% 3,11% 4,69% 4,99% 4,58% 6,16% 7,06%
124,28% 136,99% 102,32% 86,23% 101,73% 107,23% 99,95%
Kredit - Lokasi Proyek
Konsumsi
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
LDR
LDR - Lokasi Proyek
Kredit - Lokasi Bank
LDR
NPL
NPL
Investasi
Konsumsi
DPK
Tabungan
Deposito
Kredit lokasi bank
Modal Kerja
Bank Umum (Rp miliar)
BPR
20102009 2011INDIKATOR2012
PERBANKAN
Deposito
Modal Kerja
Investasi
DPK
Total Asset
Giro
Tabungan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
ix
c. Sistem Pembayaran
IndikatorTw.IV-
2010
Tw.I-
2011
Tw.II-
2011
Tw.III-
2011
Tw.IV-
2011
Tw.I-
2012
Tw.II-
2012
Tw.III-
2012
Tw.IV-
2012
Posisi Kas Gabungan
(Rp miliar) 2.364 1.749 2.121 3.761 2.862 2.877 2.832 4.090 3.091
Inflow (Rp miliar) 936 1.170 991 1.883 1.320 2.128 1.469 2.382 1.760
Outflow (Rp miliar) 1.427 579 1.130 1.878 1.542 748 1.362 1.708 1.331
Pemusnahan Uang
(Rp miliar) 1.012 761 761 705 763 748 78 37 157
Nominal Transaksi RTGS
(Rp Miliar) 32.483 37.405 37.762 42.223 47.191 46.530 61.075 45.168 52.275
Volume Transaksi RTGS
(ribu lbr) 49 43 44 47 51 44 50 49 53
Nominal Kliring
(Rp Miliar) 3.762 3.860 4.276 3.252 4.713 4.486 4.260 3.637 4.254
Volume Kliring (ribu lbr) 80 79 83 58 84 84 85 70 82
Rata-rata Harian Nominal
Kliring59,71 59,38 70,09 54,19 74,80 71,22 68,72 60,31 71,01
Rata-rata Harian Volume
Kliring (ribu lbr) 1,27 1,22 1,36 0,97 1,32 1,34 1,37 1,16 1,37
Nominal Kliring
Pengembalian (Rp miliar) 101 88 120 82 148 461 117 133 83
Volume Kliring
Pengembalian (lembar) 2.038 1.791 1.838 1.300 2.056 2.131 2.205 2.059 1.642
Rata-rata Harian Nominal
Kliring Pengembalian
(Rp Miliar)
1,35 1,17 1,96 1,36 2,35 2,35 1,89 2,18 1,32
Rata-rata Harian Volume
Kliring Pengembalian
(lembar)
27 24 30 22 33 33 36 34 26
Rata-rata Harian Nominal
Cek/BG Kosong (%) 1,92 2,45 1,81 1,93 1,72 1,87 2,06 2,45 1,61
Rata-rata Harian Volume
Cek/BG Kosong (%) 1,88 1,78 2,45 2,43 2,43 2,83 2,38 3,26 1,48
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
8
paman
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI
MAKRO REGIONAL
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
9
Grafik 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
*) angka sementara Sumber: BPS Prov.Kalsel
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2012 mencatat
laju pertumbuhan yang meningkat dari 4,71% (yoy) pada triwulan
sebelumnya menjadi 6,04% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi
pada triwulan laporan terutama ditopang oleh kinerja konsumsi yang mengalami
akselerasi dan investasi yang masih terjaga pada level yang tinggi. Sementara
ekspor yang selama ini menopang pertumbuhan kembali mencatat penurunan.
Dari sisi penawaran, hampir seluruh kinerja sektor unggulan Kalimantan
Selatan menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya. Hal tersebut mampu
menahan kontraksi yang terjadi
pada sektor pertambangan. Selama
triwulan laporan, terkoreksinya
pertumbuhan ekonomi negara mitra
dagang batubara akibat krisis
keuangan eropa yang belum
kunjung pulih nampaknya mampu
diimbangi oleh kinerja sektor utama
lainnya yaitu pertanian, industri
pengolahan dan perdagangan yang
lebih banyak menyasar segmen
pasar domestik/dalam negeri.
1.1. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, konsumsi dan investasi mencatat peningkatan
selama triwulan laporan. Sementara itu, kinerja ekspor yang kembali
mengalami pelemahan telah memberikan tekanan terhadap laju pertumbuhan
ekonomi. Meskipun demikian, secara keseluruhan perekonomian mampu tumbuh
pada tingkat 6,04% (yoy) selama triwulan laporan.
1
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
10
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (yoy) Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan
*) angka sementara Sumber: BPS Provinsi Kalsel
1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2012 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
yaitu dari 5,40% (yoy) pada triwulan III-2012 menjadi 7,80% (yoy) pada triwulan
laporan. Meningkatnya konsumsi rumah tangga ini juga tercermin dari indikator
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan laporan yang masih terjaga di
atas batas tingkat optimis, yaitu sebesar 110,17.
Grafik 1.2 Perkembangan Konsumsi Rumah tangga
Grafik 1.3 Komponen Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: BPS Kalsel
Jika dilihat dari Indeks Kondisi Ekonomi (IKE), selama triwulan laporan juga
masih terjaga di atas angka batas optimis, yaitu 113,40. Hal ini berkat
meningkatnya keyakinan masyarakat untuk melakukan pembelian barang tahan
lama yang berada pada indeks 111,70, meningkat dari triwulan sebelumnya
105,90. Sementara keyakinan masyarakat akan ketersediaan lapangan kerja
tercermin dari peningkatan indeks dari 107,50 pada triwulan III-2012 menjadi
110,50 selama triwulan laporan.
0%
2%
4%
6%
8%
10%
3.000
3.200
3.400
3.600
3.800
4.000
4.200
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
2010 2011 2012
Nilai Kons RT (Rp miliar) G.Kons RT (yoy)
0
50
100
150
200
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
2010 2011 2012
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Ekspektasi Konsumen (IEK)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
11
0
50
100
150
200
Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4
2010 2011 2012
Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)
Indeks Penghasilan Konsumen
Indeks Konsumsi Barang-Barang Kebutuhan Tahan Lama
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Grafik 1.4 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan di Kalimantan Selatan
(Berdasarkan Lokasi Proyek)
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wilayah Kalimantan
Sumber: LBU Bank Indonesia,diolah
Indikator lainnya yang menggambarkan kuatnya kinerja konsumsi rumah
tangga adalah pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang
masih terjaga pada level tinggi. Pada triwulan laporan, jumlah kredit konsumsi
berdasarkan lokasi proyek tumbuh sebesar 17,96% (yoy).
1.1.2. Pengeluaran Pemerintah
Selama triwulan IV-2012, konsumsi pemerintah mengalami
peningkatan, yaitu tumbuh 5,58% (yoy) atau sedikit lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,5% (yoy).
Meningkatnya pertumbuhan ini disebabkan karena percepatan realisasi belanja
operasional yang dilakukan oleh pemerintah, terutama pemerintah di tingkat
Provinsi.
Grafik 1.6 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Provinsi
Grafik 1.7 Realisasi Belanja APBD Pemerintah Provinsi Kalsel
Sumber: BPS Kalsel Sumber: Biro Keuangan Provinsi
Hasil liaison kepada Biro Keuangan Provinsi kalimantan Selatan
menginformasikan bahwa selama triwulan laporan, belanja daerah terealisasi
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
2010 2011 2012
Kredit Konsumsi g. konsumsi (y-o-y)
0%2%4%6%8%10%12%14%
- 200 400 600 800
1.000 1.200 1.400
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
2010 2011 2012
Nilai Kons Pemerintah (Rp miliar)
G.Kons Pemerintah (yoy)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
12
sebesar Rp4,01 triliun atau mencapai realisasi sebesar 115,03% dari total
anggaran sebelum perubahan, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang hanya mencapai realisasi sebesar 71,12% dari total anggaran.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan realisasi belanja dapat
menopang pertumbuhan dari sisi konsumsi.
Secara umum, peningkatan tersebut terjadi pada hampir semua komponen
belanja, terutama didorong oleh kinerja belanja modal yang mencapai realisasi
sebesar 142,10%. Sementara realisasi anggaran sub komponen utama belanja
operasi lainnya, yaitu belanja pegawai serta belanja barang dan jasa masing-masing
mencapai 89,19% dan 119,92% dari total anggaran sebelum penyesuaian.
Peningkatan yang terjadi pada pos belanja terutama dipengaruhi oleh naiknya
efektivitas keuangan daerah yang terindikasi dari pencapaian penerimaan daerah
sebesar 132,59% dari total anggaran yang ditargetkan Rp3,30 triliun, atau sebesar
Rp4,38 triliun .
1.1.3. Investasi
Kegiatan investasi Kalsel yang tercermin pada komponen
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mencatat peningkatan dari
8,43% (yoy) di triwulan III-2012 menjadi 13,78% (yoy) pada triwulan
laporan. Menguatnya kinerja investasi ini juga terkonfirmasi dari perkembangan
kredit investasi yang masih terjaga pada level relatif tinggi.
Grafik 1.7 Perkembangan Investasi Pemerintah Provinsi
Grafik 1.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi Perbankan Berdasarkan Lokasi
Proyek
Sumber: BPS Kalsel Sumber: LBU, Bank Indonesia
Selama triwulan laporan, penyaluran kredit investasi tumbuh 37,14%
(yoy) atau mencapai nominal sebesar Rp 11,33 triliun. Pertumbuhan ini masih
cukup tinggi walaupun mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0
500
1000
1500
2000
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
2010 2011 2012
Nilai Investasi(Rp miliar) G.Investasi(yoy)
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
2010 2011 2012
Kredit Investasi g. investasi (y-o-y)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
13
yang tumbuh 43,82% (yoy) dengan angka penyaluran mencapai Rp10,93 triliun.
Meningkatnya investasi pada triwulan ini terutama terjadi pada sektor
konstruksi seiring dengan maraknya pembangunan infrastruktur di Kalimantan
Selatan. Sementara itu, investasi di sektor pertambangan yang selama ini
mendorong pembentukan modal tetap bruto masih mengalami pelambatan
seiring dengan koreksi investasi yang dilakukan oleh investor pada awal triwulan
laporan.
1.1.4. Perkembangan Ekspor
Pada triwulan IV-2012, ekspor Kalimantan Selatan tercatat kembali
mengalami kontraksi sebesar -3,47% (yoy), menurun semakin dalam
dibandingkan triwulan sebelumnya yang telah mengalami kontraksi
sebesar -1,32%(yoy). Nilai ekspor pada triwulan laporan tercatat U$2,37 milyar,
atau masih dalam kondisi mengalami kontraksi sebesar -17,92% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai hanya U$1,93 milyar dengan
kontraksi hingga -22,66%(yoy).
Penurunan nilai ekspor tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh lambannya
pemulihan harga komoditas di pasar internasional, mengingat pada triwulan yang
sama volume ekspor komoditas asal Kalimantan Selatan telah berangsur
mengalami kenaikan. Selama triwulan laporan, volume ekspor tercatat mencapai
39,73 juta ton atau tumbuh positif 10,73%(yoy), lebih baik dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang mencatat kontraksi sebesar -10,80% (yoy) dengan
volume ekspor hanya sebesar 27,88 juta ton.
Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor Kalimantan Selatan
Grafik 1.10 Nilai dan Volume Ekspor Kalimantan Selatan
Sumber: BPS Kalsel
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4
2010 2011 2012
Nilai Ekspor (Rp miliar) G.Ekspor (yoy)
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3
2010 2011 2012
Volume ekspor (ribu ton) Growth (yoy)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
14
Perlambatan ekspor tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya ekspor
komoditas batubara ke pasar internasional akibat pasokan batubara dunia yang
masih berlebih paska melemahnya perekonomian global. Pada triwulan laporan,
komoditas batubara masih mengalami kontraksi nilai ekspor sebesar -16,82% (yoy),
relatif belum membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat kontraksi
sebesar -25,19% (yoy). Meskipun belum sepenuhnya berangsur pulih, total volume
ekspor batubara di triwulan laporan berangsur naik menjadi 37,64 juta ton, lebih
baik dibandingkan triwulan III-2012 sebesar 25,84 juta ton.
Selain batu bara, lambannya pemulihan komoditas ekspor unggulan
Kalimantan Selatan lainnya, seperti karet dan CPO, juga juga terjadi akibat
pergerakan harga komoditas di pasar internasional yang relatif lamban seiring
permintaan dunia yang masih lemah selama triwulan laporan.
Grafik 1.11 Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan
Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah
Sementara itu, dilihat dari negara tujuan ekspor, pasar Asia masih
mendominasi dimana China masih tetap menjadi negara tujuan utama ekspor
dengan share sebesar 29,15% dari total nilai ekspor. Selanjutnya, India menjadi
negara tujuan ekspor kedua dengan share sebesar 27,13%, dan India menempati
posisi ketiga dengan dengan share sebesar 20,11%.
29%
27%
20%
6%
6% 3%
9% RRC
India
Japan
South Korea
Philippines
Hongkong
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
15
1.1.5 Perkembangan Impor
Impor Kalimantan Selatan
pada triwulan IV-2012 tumbuh
10,06% (yoy), atau lebih rendah
dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mampu
tumbuh 17,67% (yoy). Secara
nominal, nilai impor selama
triwulan laporan hanya mencapai
U$88,32 milyar, atau mengalami
kontraksi terutama untuk pembelian barang-barang modal dan fasilitas produksi
guna mendukung aktivitas pertambangan dan perkebunan.
Melemahnya impor selama triwulan laporan diperkirakan karena adanya
koreksi belanja investasi (capital expenditure) oleh beberapa investor utama
menyusul adanya koreksi target produksi pertambangan akibat kontrak penjualan
yang tertunda seiring pelemahan permintaan komoditas dari negara mitra dagang.
1.2. SISI PENAWARAN
Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan selama
triwulan IV-2012 ditopang oleh kinerja sektor pertanian dan sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR). Data BPS dan survei Bank Indonesia
menyatakan bahwa pada triwulan laporan, kontribusi sektor pertambangan justru
negatif. Sementara sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor PHR,
serta sektor jasa-jasa mencatat kinerja yang relatif lebih baik.
Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan
*) angka sementara
Sumber: BPS Prov.Kalsel
Grafik 1.12 Perkembangan Impor Kalimantan Selatan
Sumber: BPS Kalsel
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
2010 2011 2012
Nilai Impor (Rp miliar) G.Impor (yoy)
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
16
1.2.1. Sektor Pertanian
Laju pertumbuhan sektor pertanian mengalami pelambatan dari
3,30% (yoy) pada triwulan III-2012 menjadi 3,11% (yoy) selama triwulan
IV-2012. Pelambatan yang terjadi disebabkan oleh menurunnya produksi
tanaman bahan pangan yang terjadi selama triwulan laporan di beberapa sentra
padi Kalimantan Selatan pasca panen raya yang terjadi pada triwulan sebelumnya.
Hal ini terlihat dari pertumbuhan sub sektor tanaman pangan yang mengalami
kontraksi sebesar -1,18% (yoy).
Grafik 1.13 Perkembangan Sektor Pertanian Grafik 1.14 Penggunaan Tenaga Kerja Pertanian
Sumber: BPS Kalsel
Di lain sisi, kinerja perkebunan justru mengalami peningkatan. Hal
tampak dari pertumbuhan ekspor karet sudah berangsur pulih, walau masih
mengalami kontraksi sebesar -46,34% (yoy), namun lebih baik dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya sebesar -50,64% (yoy). Disisi lain, beberapa
komoditas seperti CPO, volume ekspor turun hingga -19,71% (yoy) dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sempat mengalami pertumbuhan sebesar
11,74%(yoy).
Melemahnya ekspor komoditas CPO, terutama disebabkan oleh
penurunan harga di pasar internasional hanya berada pada kisaran USD 679,115
per metric ton, atau turun sebesar 30,31% (yoy) dibandingkan periode yang sama
pada tahun sebelumnya yang mencapai sebesar USD 974,45 per metric ton.
Sementara harga karet turun hingga -13.14%(yoy), dari USD 3,49 per metric ton
menjadi hanya USD 3,03 pada triwulan laporan.
0%1%2%3%4%5%6%7%
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
2010 2011 2012
Sektor Pertanian (Rp miliar) G.Sektor Pertanian (yoy)
-4
-2
0
2
4
Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4
2010 2011 2012
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
17
Grafik 1.17 Pertumbuhan Sektor Pertambangan Kalimantan Selatan
Sumber: BPS Propinsi Kalsel
-5%
0%
5%
10%
15%
-
1.000
2.000
3.000
4.000
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
2010 2011 2012
Sektor Pertambangan (Rp miliar)
G.Sektor Pertambangan (yoy)
1.2.2. Sektor Pertambangan
Sektor pertambangan pada triwulan laporan mengalami kontraksi
sebesar -1,42% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami
pertumbuhan melambat sebesar 0,19% (yoy). Menurunnya pertumbuhan ini
terkonfirmasi dari penurunan penyaluran kredit di sektor pertambangan yang
mengalami kecenderungan menurun. Selama triwulan laporan, kredit
membukukan pertumbuhan yang menurun dari 58,34% (yoy) pada triwulan III-
2012 menjadi hanya sebesar
45,02% (yoy).
Tertekannya kinerja pertambangan juga tercermin dari nilai ekspor batu
bara yang hanya tercatat U$2,37 milyar, atau mengalami kontraksi -17,92%
(yoy). Angka tersebut tidak berbeda jauh dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang membukukan ekspor senilai U$1,93 milyar atau telah
terkontraksi hingga -22,66%(yoy).
Grafik 1.15 Perkembangan Harga Internasional CPO
Sumber: Bloomberg
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
2010 2010 2011 2012
Grafik 1.16 Perkembangan Harga Internasional Karet
Sumber: Bloomberg
0
1
2
3
4
5
6
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
2009 2010 2011 2012
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
18
Berdasarkan data ekspor yang diperoleh melalui Departemen Statistik dan
Moneter (DSM), volume ekspor batubara sebenarnya telah menunjukkan adanya
indikasi pemulihan, tercermin dari adanya trend kenaikan volume ekspor batubara
dari 25,84 juta ton pada triwulan III-2012 menjadi 37,61 juta ton selama triwulan
laporan. Namun pemulihan harga komoditas di pasar internasional yang berjalan
relatif lamban telah menyebabkan perbaikan volume ekspor selama triwulan
laporan menjadi kurang signifikan.
Menurunnya kinerja sektor pertambangan diperkirakan karena belum
pulihnya harga batu bara di pasar internasional yang hanya berada pada kisaran
USD 68,15 per metric ton, atau turun sebesar 10,47% (yoy) dibandingkan periode
yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai sebesar USD 76,12 per metric
ton. Penurunan yang belum sepenuhnya pulih tersebut mengakibatkan produsen
batubara menurunkan pengajuan kredit sektoral untuk pengembangan lebih
lanjut. Berdasarkan hasil survei dan liaison Bank Indonesia, menurunnya harga
komoditas batubara tersebut diperkirakan karena permintaan dari pasar
internasional yang cenderung mengalami pelemahan akibat oversupply.
Grafik 1.19 Penyaluran Kredit Sektor Pertambangan
Sumber : LBU, Bank Indonesia Sumber : Bloomberg, diolah
-50%
0%
50%
100%
150%
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4
2010 2011 2012
Pertambangan g. Pertambangan (y-o-y)
Grafik 1.18 Perkembangan Harga Batubara Internasional
Sumber : Bloomberg
020406080
100
Tw-1
Tw-3
Tw-1
Tw-3
Tw-1
Tw-3
Tw-1
Tw-3
2010 2010 2011 2012
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
19
Grafik 1.20 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Kalimantan Selatan
Sumber: BPS Kalimantan Selatan
0%1%2%3%4%5%6%7%
740 760 780 800 820 840 860 880 900 920
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
2010 2011 2012
Sektor Industri Pengolahan (Rp miliar)
G.Sektor Ind. Pengolahan (yoy)
Grafik 1.21 Kredit Sektor Industri Pengolahan Kalimantan Selatan
Sumber: LBU, Bank Indonesia
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
200
400
600
800
1.000
1.200
1.400
1.600
1.800
Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4
2010 2011 2012
Industri pengolahan g. Industri pengolahan (y-o-y)
1.2.3.Sektor Industri Pengolahan
Ditengah melambatnya laju pertumbuhan sektor pertambangan,
industri pengolahan pada triwulan IV-2012 mencatatkan kondisi yang
semakin meningkat. Laju pertumbuhan mengalami kenaikan dari 3,60%
(yoy) di triwulan III-2012 menjadi 6,23% (yoy) pada triwulan IV-2012.
Peningkatan tersebut dikonfirmasi oleh penyaluran kredit di sektor industri
pengolahan yang mengalami kenaikan dari Rp1,34 triliun pada triwulan III-2012
menjadi Rp1,56 triliun selama triwulan laporan. Dari sisi pertumbuhan, pembiayaan
yang disalurkan pada sektor ini meningkat sebesar 21,60%(yoy), jauh lebih baik
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -0,32%(yoy).
Pertumbuhan tersebut juga searah dengan hasil survei pertumbuhan
produksi industri manufaktur berskala besar/sedang wilayah Kalimantan Selatan1
selama triwulan laporan yang menginformasikan adanya kecenderungan kinerja
yang semakin menguat pada sektor industri pengolahan. Khusus pada jenis
industri tersebut, pertumbuhan tercatat mencapai 3,12% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,89% (yoy). Kelompok industri
pengolahan yang memiliki andil terbesar terhadap pertumbuhan selama triwulan
laporan antara lain kelompok industri pangan dan jenis minuman, industri kayu,
industri bahan kimia, dan industri karet serta barang dari karet/plastik.
1 Survei dilaksanakan oleh BPS Provinsi Kalimantan Selatan
Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
20
Grafik 1.22 Pertumbuhan Sektor PHR Kalimantan Selatan
Sumber: BPS Provinsi Kalsel
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
- 200 400 600 800
1.000 1.200 1.400 1.600
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
2010 2011 2012
Sektor PHR (Rp miliar) G.Sektor PHR (yoy)
1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Seperti halnya industri pengolahan, kinerja sektor perdagangan,
hotel, dan restoran (PHR) di wilayah Kalimantan Selatan juga mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju pertumbuhan sektor
PHR mencapai 12,78% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 9,80% (yoy). Peningkatan tersebut merupakan kelanjutan dari
pertumbuhan sejak beberapa triwulan sebelumnya yang menunjukkan
kecenderungan semakin prospektif. Membaiknya aktivitas perdagangan ini
tercermin terjaganya penyaluran kredit pada sektor perdagangan di level yang
tinggi. Selama triwulan laporan, realisasi pertumbuhan kredit mencapai
32,42%(yoy) relatif sama tingginya bila dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya sebesar 32,67%(yoy).
Peningkatan aktivitas perdagangan tersebut juga tercermin dari hasil
survei liaison pada perusahaan retailer utama di Kalimantan Selatan yang
mencatat perbaikan omset pendapatan mencapai hingga 6,99%(yoy) selama
triwulan laporan, relatif membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu
sebesar 2,26% (yoy). Terjaganya kinerja sektor PHR tersebut diperkirakan berkat
konsumsi masyarakat yang masih relatif tinggi selama triwulan laporan, terdorong
berkat terjaganya daya beli serta adanya perayaan Natal dan tahun baru.
Grafik 1.23 Penyaluran Kredit Sektor Perdagangan
Sumber: LBU, Bank Indonesia SKDU, KPw BI Wilayah Kalimantan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4
2010 2011 2012
Perdagangan g. Perdagangan (y-o-y)
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
23
PERKEMBANGAN INFLASIDAERAH
Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2012 secara umum
lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan
tercatat 5,96% (yoy), atau meningkat dari triwulan sebelumnya yang hanya
mencapai 5,14% (yoy). Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) serta
hasi diskusi dalam TPID dan liaison ke dinas terkait, meningkatnya laju inflasi ini
terutama dipengaruhi komoditas volatile food khususnya daging ayam ras dan
beberapa komoditas sayur-sayuran yang pasokannya berkurang pada triwulan
laporan.
1. KONDISI UMUM
Secara tahunan, pada triwulan laporan terjadi peningkatan
tekanan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada akhir triwulan IV-
2012, inflasi Kalimantan Selatan yang tercermin dari perubahan Indeks harga
Konsumen (IHK) Kota Banjarmasin tercatat 5,96% (yoy). Berdasarkan data BPS
Provinsi Kalimantan Selatan, angka tersebut berada di atas angka inflasi rata-rata
Kalimantan maupun inflasi nasional yang masing-masing tercatat sebesar 5,29%
(yoy) dan 4,31% (yoy).
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kalsel
Sumber: BPS Kalsel,diolah
1.361.74
5.14
5.96
(0.03)
0.85
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010 2011 2012
Inflasi Bulanan (%)Inflasi tahunan /
triwulanan (%)
inflasi triwulanan (q-t-q) Inflasi tahunan (y-o-y) Inflasi bulanan (m-t-m)
2
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
24
Dilihat dari kelompok pengeluarannya, meningkatnya inflasi tahunan pada
triwulan laporan terutama terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok
makanan jadi, dan kelompok sandang. Terganggunya pasokan kelompok sayur-
sayuran, bumbu-bumbuan, dan daging menyebabkan inflasi pada kelompok
bahan makanan meningkat dari 5,57% (yoy) menjadi 8,83% (yoy). Sementara itu,
terganggunya pasokan gula pasir dan penyesuaian harga yang terjadi pada
komoditas rokok, mie, dan nasi menyebabkan inflasi kelompok makanan jadi
mencapai 7,85% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya inflasi kelompok
tersebut berada pada 7,14% (yoy). Penyesuaian harga pada beberapa produk
manufaktur sandang juga meningkatkan inflasi kelompok sandang dari 3,87%
(yoy) menjadi 3,91% (yoy).
Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Kalsel dan Nasional (yoy)
Sumber: BPS Kalsel,diolah
Jika dilihat dari inflasi triwulanan, tekanan inflasi yang terjadi selama
triwulan IV-2012 juga lebih tinggi apabila dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, yaitu 1,37% (qtq) pada triwulan III-2012 menjadi 1,74% (qtq) pada
triwulan laporan. Peningkatan inflasi triwulanan ini terutama terjadi pada
kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi. Terganggunya pasokan
dari luar Kalimantan akibat faktor cuaca serta kenaikan permintaaan angkutan
udara selama masa liburan natal dan akhir tahun menjadi faktor utama kenaikan
kedua kelompok ini.
Tekanan inflasi selama triwulan IV-2012 cukup bervariasi. Pada bulan
Oktober 2012 terjadi deflasi yang merupakan kelanjutan dari deflasi yang terjadi
pada bulan September 2012. Tekanan dari sisi permintaan pada bulan laporan
masih belum tinggi di tengah ketersediaan pasokan yang relatif cukup. Komoditas
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010 2011 2012
y-o-y (%)
Kalimantan Selatan (y-o-y) NASIONAL (y-o-y)
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
25
beras menjadi salah satu penyebab deflasi pada bulan laporan yaitu sebesar -
1,08% (mtm), seiring panen raya yang masih berlangsung.
Pada bulan November 2012, Kalsel mengalami inflasi sebesar 0,91%
(mtm). Pada bulan ini, intensitas permintaan masyarakat kembali meningkat
khususnya karena adanya perayaan Tahun Baru Hijriah. Beberapa komoditas
pangan utama tercatat mengalami kenaikan inflasi seperti beras, telur ayam ras,
daging sapi, dan lain-lain. Sementara itu, masuknya musim penghujan mulai
berdampak pada ketersediaan pasokan, seperti ikan gabus yang semakin sulit
ditangkap saat permukan air rawa meningkat. Pada bulan November komoditas
ikan gabus tercatat mengalami inflasi sebesar 26,49% (mtm).
Pada bulan Desember 2012, inflasi Kalsel tercatat sebesar 0,85% (mtm).
Inflasi pada bulan Desember didorong oleh gangguan pasokan beberapa
komoditas pangan strategis serta kenaikan permintaan seiring masa liburan
sekolah, perayaan Natal dan akhir tahun. Meningkatnya tekanan inflasi terutama
terjadi pada kelompok daging-dagingan, ikan segar, sayur mayur dan bumbu-
bumbuan. Tekanan inflasi pada bulan Desember 2012 dapat sedikit tertahan oleh
penurunan harga beras dan emas perhiasan sehingga tidak setinggi bulan
sebelumnya.
a. Sisi Produksi
Peningkatan produksi padi di Kalimantan Selatan selama tahun 2012 ini
ternyata mampu mengerem laju inflasi Kalimantan Selatan sehingga tidak terus
melambung ke level yang tinggi. Berdasarkan liaison Bank Indonesia ke Dinas
Pertanian Kalimantan Selatan, hingga akhir triwulan keempat 2012 luasan panen
padi Kalsel tercatat mencapai 508.349 hektar,meningkat 1,86% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai
499.045 hektar .
Meningkatnya produksi padi ini tercermin dari kondisi deflasi yang terjadi
pada komoditas beras sepanjang tahun 2012. Pada akhir triwulan IV-2012 beras
mengalami deflasi sebesar -0,07% (yoy). Kondisi ini juga terkonfirmasi dari hasil
Survei Pemantauan Harga, di mana harga rata-rata komoditas beras kembali
mengalami penurunan sebesar -1,95% dari triwulan sebelumnya, yaitu dari
Rp11.919/kg menjadi Rp11.686/kg.
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
26
Grafik 2.3 Perkembangan Luas Panen Padi Kalsel
Sumber: Dinas Pertanian Prov Kalsel,diolah
b. Sisi Pasokan dan distribusi
Pada triwulan laporan, pasokan gula non rafinasi di Kalimantan Selatan
tidak sebanyak triwulan sebelumnya. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh
menurunnya pasokan gula non rafinasi dari Sulawesi Selatan akibat terhambatnya
produksi PT Makassar Tene. Berdasarkan data Dinas Perdagangan Provinsi dan
Perindustrian Propinsi Kalimantan Selatan, stok gula pasir non rafinasi akhir
Desember 2012 hanya mencapai 2.000 ton, atau lebih rendah daripada stok
pada akhir September 2012 yang mencapai 4.000 ton.
Grafik 2.4 Perkembangan Stok Gula Pasir Non Rafinasi
Sumber: Disperindag Prov Kalsel,diolah
Terhambatnya pasokan gula pasir ke Kalimantan Selatan tersebut telah
memicu peningkatan inflasi pada komoditas ini. Berdasarkan data BPS, inflasi
komoditas gula pasir pada triwulan laporan mencapai 23,84% (yoy), atau lebih
tinggi dari triwulan III-2012 sebesar 21,74% (yoy).
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2010 2011 2012
Hektar
0
1000
2000
3000
4000
5000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2010 2011 2012
stok gula pasir nonrafinasi
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
27
Selain gula pasir, beberapa bahan makanan yang dipasok dari pulauJawa
khususnya sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan tercatat mengalami kenaikan
harga. Gangguan transportasi bukan menjadi faktor pemicu inflasi komoditas
tersebut mengingat ketinggian permukaan laut di selatan Pulau Kalimantan pada
bulan Oktober - Desember2012 masih relatif normal yakni hanya berada pada
kisaran 1,5 2.5 meter. Kenaikan harga di Kalimantan Selatan ini terjadi seiring
dengan datangnya musim penghujan sehingga produksi dari komoditas tersebut
di sentra produksi menjadi berkurang.
c. Sisi Permintaan
Tekanan inflasi dari sisi permintaan selama triwulan laporan terindikasi
mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2011.
Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, kenaikan intensitas
permintaan tersebut terutama terjadi pada barang-barang tahan lama (durable
goods). Hasil Survei Konsumen mencatat terdapat kenaikan rata-rata indeks
pemenuhan barang tahan lama dari 107,63 pada triwulan IV-2011 menjadi
108,47 pada triwulan laporan.
Grafik 2.5 Perkembangan Indeks
Pengeluaran Konsumen Grafik 2.6 Perkembangan Indeks Konsumsi
Barang Tahan Lama
Sumber: Survei Konsumen BI, diolah Sumber: Survei Konsumen BI,diolah
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Peningkatan inflasi pada triwulan IV-2012 terutama didorong oleh
meningkatnya tekanan dari kelompok volatile food khususnya komoditas daging
dan hasil-hasilnya. Sementara itu tekanan inflasi dari kelompok inti (core) dan harga
yang diatur pemerintah (administered price) tercatat mengalami penurunan.
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
200.00
1 2 3 4 1 2 3 4
2011 2012
Indeks Pengeluaran Konsumen
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011 2012
Indeks konsumsi barang tahan lama
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
28
Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Kalsel
Sumber: BPS Kalsel, diolah
a. INFLASI VOLATILE FOOD
Pada triwulan IV-2012, inflasi volatile food meningkat dari 7,53% (yoy)
menjadi 10,56% (yoy). Efek dari kekeringan di Amerika Serikat secara tidak
langsung menjadi andil utama terhadap memburuknya inflasi volatile food di
Kalimantan Selatan. Kekeringan tersebut memicu kenaikan harga jagung dan
gandum di pasar internasional yang pada akhirnya mempengaruhi harga pakan
ternak ayam di pasaran lokal. Kondisi ini diperparah dengan berjangkitnya virus
flu burung di beberapa sentra produksi daging ayam nasional sehingga
mempengaruhi kondisi pasokan daging ayam ras secara umum. Dengan
perkembangan tersebut, inflasi komoditas ini mencapai 12,17% (yoy) setelah
sebelumnya mengalami deflasi sebesar -4,27% (yoy) pada triwulan III-2012.
Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Daging Ayam Ras
Grafik 2.9 Perkembangan Harga Daging Ayam Ras
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS,diolah
Dec-11 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12
Umum 1.08 -0.14 0.59 -0.20 2.29
Administered Prices 0.15 -1.35 0.32 -0.15 0.03
Volatile Food 3.07 0.07 1.59 -1.21 2.52
Core 0.80 0.13 0.22 0.25 0.31
Dec-11 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12
Umum 0.95 2.45 0.28 1.37 4.51
Administered Prices 6.95 1.74 0.39 1.26 0.57
Volatile Food 0.98 4.04 0.47 1.26 4.45
Core 5.58 1.63 0.16 1.44 0.84
Dec-11 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12
Umum 3.98 6.03 5.53 5.14 5.96
Administered Prices 7.15 5.90 5.50 4.13 4.02
Volatile Food 0.05 7.01 6.44 7.53 10.56
Core 5.25 5.64 5.11 4.37 4.13
Disagregasi Inflasi
Disagregasi Inflasi
Disagregasi Inflasim-t-m (%)
q-t-q (%)
y-o-y (%)
-20
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2010 2011 2012
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
Jan
-10
Fe
b-1
0
Ma
r-1
0
Ap
r-1
0
Ma
y-1
0
Jun
-10
Jul-
10
Au
g-1
0
Se
p-1
0
Oc
t-1
0
No
v-1
0
De
c-1
0
Jan
-11
Fe
b-1
1
Ma
r-1
1
Ap
r-1
1
Ma
y-1
1
Jun
-11
Jul-
11
Au
g-1
1
Se
p-1
1
Oc
t-1
1
No
v-1
1
De
s-2
01
1
Jan
-12
Fe
b-1
2
Ma
r-1
2
Ap
r-1
2
Ma
y-1
2
Jun
-12
Jul-
12
Au
g-1
2
Se
p-1
2
Oc
t-1
2
No
v-1
2
De
c-1
2
Rp/Kg
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
29
Komoditas lain yang menjadi pemicu meningkatnya inflasi volatile food
adalah kelompok komoditas sayur-sayuran. Beberapa pasokan sayur-sayuran
menjadi langka di pasaran karena terbatasnya produksi pada sentra komoditas
tersebut. Komoditas yang tercatat mengalami kenaikan harga yang signifikan
yakni sawi hijau yang inflasinya melonjak dari -13,77% (yoy) menjadi 47,68%
(yoy) serta kacang panjang yang inflasinya meningkat 6,10% (yoy) menjadi
12,53% (yoy). Selain masalah produksi, meningkatnya harga pupuk turut memicu
kenaikan harga sayur-sayuran.
Grafik 2.7 Inflasi Volatile Food
Sumber: BPS Kalsel,Diolah
b. INFLASI ADMINISTERED PRICE
Inflasi administered price pada triwulan laporan hanya 4,02% (yoy), atau
lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 4,13% (yoy). Tekanan inflasi
administered price yang lebih rendah ini dipengaruhi oleh membaiknya pasokan
bahan bakar rumah tangga khususnya elpiji 3 kg. Masyarakat Kalsel yang sudah
mulai terbiasa dengan program konversi bahan bakar juga menjadi faktor
pendorong stabilnya harga minyak tanah yang juga merupakan komponen
komoditas bahan bakar rumah tangga.
-5
0
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2010 2011 2012
y-o-y (%)
Volatile Food (y-o-y)
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
30
Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Administered rice
Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi Bahan Bakar Rumah Tangga
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS,diolah
c. INFLASI INTI
Inflasi inti Kalsel pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,13% (yoy), atau
lebih rendah dari triwulan III-2012 sebesar 4,37% (yoy). Berdasarkan data BPS,
turunnya tekanan inflasi inti pada triwulan laporan ini, salah satunya dipengaruhi
oleh kenaikan harga komoditas emas di pasar internasional yang tidak terlalu
tinggi. Inflasi emas perhiasan pada akhir triwulan laporan hanya mencapai 7,05%
(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mencapai 7,96% (yoy).
Selain itu, turunnya inflasi inti pada triwulan laporan juga dipengaruhi oleh
terjaganya pasokan komoditas bahan bangunan seperti semen dan batubata di
tengah meningkatnya permintaan akan komoditas tersebut. Berbeda dengan
akhir tahun 2011 di mana komoditas semen sempat menghilang dari pasaran,
pada tahun ini komoditas ini relatif tersedia sepanjang tahun. Komoditas semen
tercatat mengalami deflasi sebesar -7,20% (yoy) setelah pada triwulan
sebelumnya mengalami inflasi sebesar 10,42% (yoy).
Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi Inti
Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi Emas
Perhiasan
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS,diolah
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 9
2009 2010 2011 2012
-20
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2010 2011 2012
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2010 2011 2012
y-o-y (%)
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2010 2011 2012
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
31
3. INFLASI PEDESAAN
Searah dengan inflasi di kota Banjarmasin, inflasi di wilayah pedesaan
Kalimantan Selatan secara umum juga tercatat mengalami peningkatan. Hingga
akhir triwulan laporan, inflasi pedesaan tercatat sebesar 4,74% (yoy) sama
dengan inflasi pada triwulan sebelumnya. Inflasi tertinggi pada akhir triwulan
laporan terjadi pada kelompok makanan jadi sebesar 5,78% (yoy) sedangkan
inflasi terendah pada kelompok transportasi sebesar 1,42% (yoy).
Tabel 2.2 Inflasi Pedesaan Kalsel
Sumber BPS Provinsi Kalsel
Dilihat dari kelompok barang dan jasa, kelompok pengeluaran yang
mendorong terjadinya peningkatan inflasi adalah kelompok bahan makanan,
makanan jadi, dan perumahan. Sama halnya dengan yang terjadi di kota
Banjarmasin, tingginya harga komoditas daging ayam ras dan komoditas
subsitusinya seperti daging sapi dan ikan segar menjadi pendorong inflasi
kelompok bahan makanan dari 4,12% (yoy) menjadi 5,78% (yoy). Sementara itu,
meningkatnya inflasi pada kelompok makanan jadi dan kelompok perumahan
adalah cerminan ekspektasi masyarakat akan rencana kebijakan pemerintah di
awal tahun 2013 yang akan menaikkan TDL dan Elpiji 12 kg.
Di lain sisi, pengendali inflasi pedesaan pada triwulan laporan berasal dari
kelompok sandang dan kelompok transportasi. Dengan turunnya harga emas
perhiasan, inflasi pada kelompok sandang di pedesaan turun dari 4,31% (yoy)
menjadi 4,21% (yoy). Sementara itu, inflasi kelompok transportasi tercatat turun
dari 1,83% (yoy) menjadi 1,42% (yoy) seiring dengan terjaganya pasokan bahan
bakar ke pedesaan yang direspon dengan menurunnya tekanan inflasi pada jasa-
jasa penyewaan transportasi (komoditas kendaraan carter, tarif sewa motor,
angkutan dalam kota, dan sejenisnya) .
TW III-2012 TW IV-2012 TW III-2012 TW IV-2012 TW III-2012 TW IV-2012
UMUM 1.48 0.90 3.80 4.74 3.72 4.74
Bahan Makanan 2.17 1.05 4.68 5.78 4.12 5.78
Makanan Jadi 0.72 0.25 4.84 5.10 5.07 5.10
Perumahan 0.13 1.41 1.24 2.67 1.74 2.67
Sandang 1.71 0.97 3.20 4.21 4.31 4.21
Kesehatan 0.71 1.06 2.86 3.96 3.61 3.96
Pendidikan 1.22 0.62 1.13 1.76 1.12 1.76
Transportasi -0.37 0.14 1.28 1.42 1.83 1.42
Inflasi
Pedesaan
Q-t-Q Y-t-D Y-O-Y
Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
32
Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Pedesaan Kelompok Bahan Makanan
Grafik 2.15 Perkembangan Inflasi Pedesaan Kelompok Sandang
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS,Diolah
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2010 2011 2012
Bahan Makanan
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2010 2011 2012
Sandang
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
49
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
35
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN
Berbagai indikator utama kinerja perbankan di Kalimantan Selatan
pada triwulan IV-2012 masih menunjukkan perkembangan yang positif
walaupun ada kecenderungan melambat. Berdasarkan data Laporan Bulanan
Bank Umum (LBU) yang disampaikan kepada Bank Indonesia, perkembangan
kredit, aset, dan DPK tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Di
lain sisi, perkembangan yang menggembirakan dicatat oleh risiko kredit
perbankan Kalimantan Selatan yang secara umum terindikasi lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya.
1. PERKEMBANGAN BANK UMUM
1.1. Perkembangan Volume Usaha dan Kelembagaan Bank Umum
Hingga akhir triwulan IV-2012, aset perbankan di Provinsi Kalimantan
Selatan telah mencapai Rp41,26 triliun atau tumbuh 1,92% (qtq) dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp40,48 triliun. Secara tahunan,
pertumbuhan aset perbankan mencapai 24,67% (yoy), lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 29,10% (yoy).
Tabel 3.1 Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum Kalimantan Selatan
Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4
Aset Rp triliun 29.01 31.36 33.09 36.01 38.58 40.48 41.26
(y-o-y) 20.89% 23.63% 26.45% 31.88% 33.01% 29.10% 24.68%
(q-t-q) 6.23% 8.11% 5.53% 8.82% 7.13% 4.93% 1.92%
DPK Rp triliun 23.82 25.72 27.73 29.02 31.29 32.58 33.83
(y-o-y) 23.78% 28.45% 30.14% 32.15% 31.34% 26.68% 21.99%
(q-t-q) 8.48% 7.97% 7.82% 4.65% 7.82% 4.14% 3.82%
Kredit (Lokasi Proyek) Rp triliun 23.88 25.79 28.28 29.61 32.91 35.19 36.46
(y-o-y) 25.93% 26.73% 40.35% 31.29% 37.82% 36.45% 28.93%
(q-t-q) 5.88% 8.02% 9.65% 4.69% 11.14% 6.94% 3.61%
LDR (Lokasi proyek) 100.24% 100.28% 101.99% 102.03% 105.17% 108.01% 107.79%
NPL gross (Lokasi proyek) 2.77% 2.60% 1.61% 1.73% 1.61% 1.59% 1.24%
2011
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Uraian Satuan2012
Sumber: Bank Indonesia
3
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
36
Melambatnya laju pertumbuhan volume usaha bank umum ini terutama
dipengaruhi oleh melambatnya perkembangan DPK dan Kredit. Sementara itu
dari sisi jaringan kantor perbankan terdapat penambahan 4 kantor bank, yang
terdiri dari 2 Kantor Cabang Pembantu (KCP), 1 Kantor Kas (KK), dan 1 Kantor
Unit. Sementara itu Bank Kalsel juga melakukan ekspansi usahanya dengan
menambah 1 Kantor Cabang (KC) di Jakarta.
Dilihat dari kelompok banknya, melambatnya perkembangan aset untuk
triwulan laporan terjadi pada seluruh kelompok bank baik bank pemerintah
maupun swasta. Bank pemerintah tumbuh melambat dari 28,96% (yoy) menjadi
24,75% (yoy), sementara Bank Swasta tumbuh lebih rendah dari 29,48% (yoy)
[ada triwulan III-2012 menjadi 24,46% (yoy).
Grafik 3.1. Pertumbuhan Aset Bank Umum Kalimantan Selatan (yoy)
Sumber: LBU Kalimantan Selatan, diolah
1.2. Penghimpunan Dana Masyarakat
Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Kalimantan
Selatan pada triwulan IV-2012 mencapai Rp33,83 triliun atau tumbuh 21,99%
(yoy). Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 26,68% (yoy).
Pada triwulan laporan, simpanan dalam bentuk giro dan tabungan tercatat
masih tumbuh cukup tinggi meskipun melambat. Giro tumbuh 31,73% (yoy)
lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 48,95% (yoy).
Pertumbuhan giro tersebut terutama dipicu oleh realisasi belanja pemerintah
daerah yang meningkat pada akhir tahun. Pergerakan data perbankan di LBU juga
mengkonfirmasi hal tersebut dimana Giro milik Pemda tumbuh melambat dari
75,06% (yoy) menjadi 55,26% (yoy).
29,09%
24,67%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
Growth Asset Bank Umum Pemerintah (y-o-y)Growth Asset Bank Umum Swasta (y-o-y)Growth Asset Bank Umum Kalsel (y-o-y)
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
37
Tabungan tumbuh 17,66% (yoy) sedikit lebih rendah dari pertumbuhan
triwulan sebelumnya sebesar 18,88%(yoy). Liburan sekolah dan akhir tahun
memicu meningkatnya intensitas konsumsi masyarakat khususnya pada Bulan
Desember 2012 yang terkonfirmasi dari meningkatnya angka inflasi pada bulan
tersebut. Dengan demikian pertumbuhan tabungan milik individu mengalami
perlambatan dari 18,81% (yoy) menjadi 17,79% (yoy). Selain itu, kondisi
ketidakpastian perekonomian ke depan juga turut memperlambat perkembangan
tabungan di triwulan laporan. Para pelaku usaha cenderung lebih banyak
menggunakan dana milik sendiri yang terindikasi dari melambatnya tabungan
milik sektor swasta non lembaga keuangan yang hanya tumbuh 11,67% (yoy)
setelah pada triwulan sebelumnya mencatat pertumbuhan sebesar 24,10% (yoy).
Di lain sisi, perkembangan deposito masih menunjukkan pertumbuhan yang
mengembirakan. Deposito masyarakat terekam tumbuh meningkat dari 20,62%
(yoy) menjadi 23,11% (yoy).
Grafik 3.2. Perkembangan DPK Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan (yoy)
Sumber: Data warehouse Bank Indonesia, diolah
1.3. Penyaluran Kredit
Berdasarkan data LBU Bank Indonesia, kredit yang disalurkan oleh bank
umum di Kalimantan Selatan (kredit menurut lokasi bank) hingga akhir triwulan IV-
2012 mencapai Rp26,63 triliun atau tumbuh 28,74% (yoy) dari posisi yang sama
pada tahun sebelumnya. Sementara itu kredit yang disalurkan seluruh bank umum
ke wilayah Kalimantan Selatan (kredit menurut lokasi proyek) pada triwulan laporan
mencapai Rp36,46 triliun atau tumbuh sebesar 28,93% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 36,45% (yoy).
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
TW I TW II TWIII
TWIV
TWIII
TWIV
TW I TW II TWIII
TWIV
TW I TW II TWIII
TWIV
2009 2011 2012
(yoy)
DPK Giro Tabungan Deposito
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
38
Dilihat dari jenis penggunaannya, melambatnya pertumbuhan kredit
terjadi pada seluruh jenis kredit baik kredit konsumtif maupun produktif. Kredit
konsumsi yang memiliki pangsa terbesar dibandingkan jenis kredit lainnya tercatat
tumbuh 37,14% (yoy), lebih rendah dari triwulan III-2012 yang tumbuh 43,82%
(yoy). Penerapan batas minimal uang muka untuk kredit kendaraan bermotor
berdampak pada menyusutnya kredit kendaraan bermotor di Kalimantan Selatan.
Kredit untuk kendaraan bermotor tercatat menyusut -8.85% (yoy) setelah pada
triwulan sebelumnya masih tumbuh positif 11,43% (yoy). Dampak dari aturan
baru tersebut sangat mempengaruhi penjualan sepeda motor secara kredit
dimana kredit tersebut anjlok hingga -32,07% (yoy) pada akhir periode laporan.
Sementara itu, kredit modal kerja tumbuh 34,30% (yoy) atau lebih
rendah dari triwulan III-2012 yang mencapai 47,67% (yoy). Perlambatan tersebut
seiring dengan lesunya sektor tambang batubara sebagai akibat berkurangnya
permintaan di pasar internasional. Hal ini terlihat dari kredit modal kerja pada
sektor pertambangan yang tumbuh melambat dari 109,36% (yoy) menjadi
52,62% (yoy). Selain itu, belum pulihnya permintaan internasional pada
komoditas sawit turut mempengaruhi kinerja kredit modal kerja di sektor
pertanian yang tumbuh melambat dari 203,27% (yoy) menjadi 36,77% (yoy).
Grafik 3.3. Perkembangan Kredit Kalimantan Selatan Menurut Jenis Penggunaan (yoy)
Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah
Hal yang sama juga terjadi pada kredit investasi yang tumbuh 37,14%
(yoy), atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 43,82% (yoy).
Ketidakpastian kondisi ekonomi global tampaknya mempengaruhi ekspektasi para
pelaku usaha terhadap kinerja usahanya pada triwulan mendatang sehingga
mempengaruhi permintaannya akan kredit investasi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh
-20,00%
-10,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011 2012
g. kredit (y-o-y) g. konsumsi (y-o-y)
g. investasi (y-o-y) g. modal kerja (y-o-y)
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
39
hasil SKDU di mana saldo bersih tingkat ekspektasi pelaku usaha terhadap
perkembangan usahanya 3 bulan mendatang memang lebih rendah yakni turun
dari 20,04 menjadi 10,34.
Perlambatan kredit investasi terutama terjadi pada sektor pertanian dan
industri pengolahan. Kredit investasi di sektor pertanian tercatat hanya tumbuh
14,29% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 29,37% (yoy). Sedangkan
kredit investasi di industri pengolahan kembali mengalami penyusutan sebesar -
23,25% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya telah menyusut -1,20% (yoy).
Grafik 3.4. Perkembangan DPK, Kredit, dan LDR Bank Umum Kalimantan Selatan
Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah
Dengan perkembangan tersebut, fungsi intermediasi perbankan Kalsel
terindikasi tidak sebaik triwulan sebelumnya. LDR perbankan Kalimantan Selatan
menurut lokasi proyek tercatat sebesar 107,78%, sedikit menurun dari triwulan
III-2012 yang mencapai 108,01%.
1.4. Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit
LDR berdasarkan lokasi bank yang mencapai 78,73% sedikit meningkat
dari triwulan sebelumnya sebesar 77,39%, dari sisi manajemen risiko belum
berpotensi memberi tekanan pada risiko likuiditas bank umum yang beroperasi di
Kalimantan Selatan. Angka LDR tersebut masih berada dalam batas kewajaran.
Sementara itu risiko kredit yang diindikasikan oleh rasio kredit bermasalah
(NPL), mencatat sedikit penurunan dari 1,59% menjadi 1,24%. Ditinjau dari jenis
penggunaannya, turunnya rasio NPL tersebut terutama disebabkan oleh turunnya
80%
90%
100%
110%
0,00
5.000,00
10.000,00
15.000,00
20.000,00
25.000,00
30.000,00
35.000,00
40.000,00
Miliar Rp LDR (%)
DPK Kredit (lokasi proyek) LDR
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
40
NPL pada kredit konsumsi dan kredit modal kerja dimana masing-masing
mengalami penurunan dari 1,26% dan 2,62% menjadi 1,04% dan 1,81% pada
triwulan laporan.
Di tengah masih lesunya permintaan pasar internasional terhadap
komoditas ekspor Kalsel, kinerja risiko kredit sektor utama mulai menunjukkan
tanda-tanda perbaikan. NPL kredit di sektor pertanian tercatat mengalami
penurunan dari 1,78% menjadi 1,35% seiring dengan suksesnya panen padi di
Kalsel. Sementara itu, meningkatnya aktivitas perdagangan eceran seiring
perayaan hari besar keagamaan (Idul Adha dan Natal) dan masa liburan akhir
tahun nampaknya mampu mengembalikan kinerja pengembalikan kredit dari
pelaku usaha sektor pedagangan. NPL sektor perdagangan tercatat menurun dari
2,61% menjadi 2,15%.
Tabel 3.2. Perkembangan NPL Bank Umum Kalimantan Selatan
Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah
1.5 Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Berdasarkan data Kementerian Koordinator Perekonomian, pada triwulan
laporan tercatat plafon yang telah disetujui sebesar Rp2,35 triliun atau naik
10,04% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp2,13 triliun, dengan
peningkatan baki debet sebesar 7,25% (qtq) dibandingkan triwulan III-2012. KUR
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV
Nominal NPL 647.745 662.543 670.990 454.944 513.515 530.329 560.342 453.643
NPL % 2,87% 2,77% 2,60% 1,61% 1,73% 1,61% 1,59% 1,24%
NPL per jenis penggunaan
Modal Kerja 5,24% 5,11% 4,71% 2,99% 3,12% 2,69% 2,62% 1,81%
Investasi 2,48% 2,28% 2,17% 0,94% 0,93% 0,90% 0,82% 0,85%
Konsumsi 1,21% 1,22% 1,18% 0,93% 1,13% 1,18% 1,26% 1,04%
NPL per sektor ekonomi
Pertanian 0,62% 2,16% 1,92% 1,97% 2,81% 2,42% 1,78% 1,35%
Pertambangan 3,80% 6,70% 2,26% 0,78% 0,75% 0,65% 1,20% 1,07%
Industri pengolahan 9,48% 9,73% 8,81% 6,50% 6,15% 4,66% 5,03% 1,30%
Listrik,Gas dan Air 0,00% 0,00% 0,59% 0,02% 0,00% 0,00% 0,16% 0,00%
Konstruksi 7,26% 7,52% 6,82% 1,85% 1,98% 3,05% 2,59% 2,73%
Perdagangan 3,00% 3,00% 3,18% 2,60% 2,79% 2,83% 2,61% 2,15%
Pengangkutan 9,12% 0,64% 5,10% 0,46% 0,48% 0,23% 0,23% 0,27%
Jasa Dunia Usaha 2,34% 2,17% 1,75% 1,48% 1,27% 1,22% 1,29% 1,26%
Jasa Sosial Masyarakat 1,12% 1,46% 1,67% 1,81% 3,62% 1,21% 1,29% 1,31%
Lain-lain 1,24% 1,27% 2,60% 0,91% 1,12% 1,14% 1,22% 1,01%
2011NPL Kredit
2012
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
41
tersebut untuk membiayai 143.754 debitur, atau naik 6,91% (qtq) dari triwulan
sebelumnya yang tercatat sebanyak 134.458 debitur.
Secara tahunan, plafon KUR dan baki debet mengalami pertumbuhan
masing-masing sebesar 43,7% (yoy) dan 33,83% (yoy), begitu pula pertumbuhan
jumlah debitur KUR masih relatif tinggi, yaitu mencapai 31,02%% (yoy).
Dengan dikeluarkannya ketentuan baru oleh Pemerintah Republik
Indonesia pada awal tahun 2013 mengenai Penurunan suku bunga KUR menjadi
0,95%, diharapkan dapat semakin mendorong penyaluran KUR kepada UMKM
yang selama ini masih terkendala oleh tingginya tingkat suku bunga.
Grafik 3.5. Perkembangan KUR Kalimantan Selatan
2. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH
Searah dengan perkembangan perbankan secara umum, kinerja
perbankan syariah juga masih menunjukkan perkembangan yang positif
khususnya dari sisi aset dan penghimpunan dana pihak ketiga. Pada akhir
triwulan laporan, aset bank umum syariah dan unit usaha syariah di Kalimantan
Selatan mencapai Rp3,02 triliun, atau meningkat 10,34% (qtq) dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan perkembangan volume usaha
kelompok syariah ini meningkat dari 35,96% (yoy) pada triwulan III-2012 menjadi
38,78% (yoy) pada triwulan laporan seiring dengan meningkatnya perkembangan
kredit dan DPK dari kelompok ini.
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
Plafon Realisasi Debitur
43%
35%31%
44%
34%31%
yoy
Sumber : Data Menko Perekonomian
TW III-2012 TW IV-2012
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
42
Perkembangan DPK perbankan syariah pada akhir triwulan laporan mencapai
Rp2,24 triliun atau tumbuh 34,32% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya
sebesar 33,81% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan DPK kelompok ini terutama
dipengaruhi oleh simpanan deposito yang meningkat dari 31,60% (yoy) menjadi
32,90% (yoy). Deposito syariah memang menawarkan return yang lebih tinggi
dibandingkan suku bunga deposito konvensional. Secara rata-rata tertimbang, rate
deposito syariah sebesar 5,66% sementara konvensional sebesar 5,44%.
Giro syariah juga tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan yakni dari
9,34% (yoy) menjadi 18,79% (yoy). Giro syariah milik swasta non lembaga
keuangan yang tumbuh sangat tinggi yakni sebesar 65,83% (yoy) setelah pada
triwulan III-2012 tumbuh 51,67% (yoy) menjadi penopang pertumbuhan jenis
simpanan ini. Kondisi ini juga menjadi indikasi perbaikan kondisi keuangan pada
pelaku usaha (sektor swasta).
Sementara itu, realisasi pembiayaan syariah untuk berbagai kegiatan
ekonomi tumbuh sebesar 30,87% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 25,93% (yoy). Dari sisi nominal, pembiayaan yang
disalurkan oleh perbankan syariah ke Kalimantan Selatan (berdasarkan lokasi
proyek) telah mencapai Rp2,48 triliun.
Tabel 3.3. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah
Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia dan LBUS, diolah
Dilihat dari jenis kreditnya, meningkatnya pembiayaan syariah pada
triwulan laporan terutama didorong oleh pembiayaan konsumtif yang mencapai
Rp798,36 miliar, atau tumbuh 23,58% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya
hanya tumbuh 15,33% (yoy). Belum diterapkannya aturan LTV pada perbankan
syariah berdampak pada meningkatnya pembiayaan perumahan dari kelompok
ini. Pembiayaan perbankan syariah untuk kepemilikan rumah tercatat tumbuh
28,60% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar
20,53% (yoy). Dari sisi suku bunga (atau rate pembiayaan untuk perbankan
syariah), perbankan syariah menawarkan rate pembiayaan konsumtif yang lebih
TW II-2011 TW III-2011 TW IV-2011 TW I-2012 TW II-2012 TW III-2012 TW IV-2012
Asset 1.952.619 2.013.382 2.176.347 2.274.820 2.566.630 2.737.305 3.020.405
Pembiayaan lokasi proyek 1.657.503 1.794.309 1.895.468 1.892.191 2.045.147 2.259.554 2.480.565
Dana 1.341.451 1.540.679 1.668.886 1.694.910 1.925.944 2.061.508 2.241.698
FDR lokasi bank (%) 97,08% 93,18% 113,58% 111,64% 106,19% 109,61% 110,66%
NPF lokasi proyek (%) 7,21% 6,62% 0,89% 1,15% 1,35% 2,45% 2,16%
Keterangan
(Juta Rp)
Posisi
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
43
rendah yakni sebesar 11,45% (rata-rata tertimbang) dibandingkan dengan
perbankan konvensional yang mencapai 12,13%.
Dengan perkembangan teresebut, maka financing to deposit ratio (FDR)
menurut lokasi proyek pada triwulan IV-2012 meningkat dari 109,61% menjadi
110,66%. Kondisi ini menjadi indikasi bahwa fungsi intermediasi perbankan
syariah pada triwulan laporan masih berjalan baik.
Sementara itu risiko pembiayaan bermasalah yang tercermin dari rasio Non
Performing Financing (NPF) tercatat mengalami penurunan. NPF perbankan syariah
Kalimantan Selatan yang pada triwulan sebelumnya yang sempat tercatat sebesar
2,45%, pada akhir triwulan laporan turun menjadi 2,16%. Penurunan tingkat risiko
pembiayaan terjadi pada pembiayaan yang bersifat konsumtif di mana NPF tercatat
turun dari 2,22% menjadi 1,39% serta pembiayaan produktif di sektor
pertambangan dengan NPF yang membaik dari 7,58% menjadi 6,75%.
Grafik 3.6 Perkembangan Pembiayaan Syariah, DPK dan FDR Bank Syariah
Kalimantan Selatan
Grafik 3.7 Perkembangan NPF Bank Syariah Kalimantan Selatan
Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah
3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Secara umum berbagai indikator kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
pada triwulan IV-2012 menunjukkan kondisi yang kurang menggembirakan. Hal
ini terlihat dari hampir seluruh indikator seperti DPK dan kredit yang masih
mengalami kontraksi, serta risiko kredit yang mengalami peningkatan.
70%
80%
90%
100%
110%
120%
130%
140%
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
Dana Pembiayaan lokasi proyek FDR lokasi proyek
2.45%
2.16%0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
NPF lokasi proyek (%)
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
44
Tabel 3.4. Perkembangan Indikator BPR Kalimantan Selatan
Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah
Dari sisi jaringan kantor, jumlah BPR di Kalimantan Selatan pada triwulan
laporan tidak banyak berubah. Saat ini terdapat 25 BPR yang didukung dengan
35 jaringan kantor. Total aset BPR Kalimantan Selatan pada akhir triwulan
laporan mencapai Rp419 miliar atau tumbuh 7,68% (yoy). Meningkatnya
pertumbuhan aset BPR dipengaruhi oleh beroperasinya kantor BPR baru sejak
triwulan III-2012.
Secara umum hingga akhir triwulan IV-2012 kredit yang disalurkan BPR
mengalami perbaikan setelah sebelumnya menyusut sebesar -23,66% (yoy)
menjadi hanya menyusut sebesar -6,54% (yoy). Dilihat dari jenis penggunaannya,
kontraksi kredit terutama terjadi pada kredit investasi yang mengalami
penyusutan -48,66% (yoy). Di sisi lain, kredit produktif lainnya yakni kredit modal
kerja tumbuh meningkat dari 22,2% (yoy) pada triwulan III-2012 menjadi 39,31%
(yoy).
Tw 4
2010
Tw 1
2011
Tw 2
2011
Tw 3
2011
Tw 4
2011
Tw 1
2012
Tw 2
2012
Tw 3
2012
Tw 4
2012
Jumlah BPR 23 23 23 23 23 23 25 25 25
PD 18 18 18 18 18 18 20 20 20
PT 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Total Aset 371 417 452 422 411 418 414 394 419
DPK 192 232 280 264 259 275 256 221 248
- Tabungan 77 84 85 91 90 110 143 107 121
- Deposito 115 148 195 173 169 165 114 114 127
Kredit 264 319 354 310 265 237,32 241,00 236,88 247,66
LDR 136,99% 137,61% 126,27% 117,51% 102,32% 86,27% 94,14% 107,23% 99,95%
NPL (%) 3,11% 3,82% 3,77% 6,58% 4,93% 4,99% 4,58% 6,16% 7,06%
2012
Indikator
2010 2011
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
45
Grafik 3.8 Pertumbuhan (yoy) Kredit dan DPK serta LDR BPR Kalimantan
Selatan
Grafik 3.9 Perkembangan Kredit dan Rasio NPL BPR Kalimantan Selatan
Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah
Walaupun perkembangan DPK oleh BPR masih menunjukan penyusutan
sebesar -4,25% (yoy) namun demikian kondisi ini sudah membaik daripada triwulan
sebelumnya yang menyusut sebesar -16,34% (yoy). Dilihat dari jenis simpanannya,
perbaikan terutama terjadi pada simpanan tabungan yang tumbuh sebesar 34,44%
(yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 17,28% (yoy). Sementara itu deposito
BPR masih menyusut sebesar -24,85% (yoy). Kondisi ini mengindikasikan bahwa
untuk menghimpun dana masyarakat yang lebih banyak BPR perlu menawarkan
keunggulan yang lebih kompetitif selain bunga depostio yang tinggi. Dari
perkembangan kredit dan DPK tersebut, rasio LDR BPR Kalimantan Selatan pada
akhir triwulan laporan mengalami penurunan dari 102,32% menjadi 99,95%.
Lesunya kondisi perekonomian beberapa sektor utama ikut memperburuk
kualitas kredit yang disalurkan BPR yang terindikasi dari meningkatnya rasio NPL
(gross) menjadi 7.06% setelah pada triwulan sebelumnya sebesar 6,16%.
4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Selama triwulan IV-2012, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan
Selatan melalui Bank Indonesia menunjukkan net outflow. Kegiatan pemusnahan
uang tidak layak edar (Pemberian Tanda Tidak Berharga/PTTB) mengalami
peningkatan, sedangkan penemuan uang palsu dan penukaran uang pecahan
kecil mengalami penurunan selama triwulan laporan. Sementara itu pada sistem
pembayaran non tunai baik melalui kliring maupun RTGS cenderung mengalami
peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tw 42010
Tw 12011
Tw 22011
Tw 32011
Tw 42011
Tw 12012
Tw 22012
Tw 32012
Tw 42012
growth DPK (y-o-y) growth Kredit (y-o-y) LDR
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
Rp0
Rp50
Rp100
Rp150
Rp200
Rp250
Rp300
Rp350
Rp400
Tw 42010
Tw 12011
Tw 22011
Tw 32011
Tw 42011
Tw 12012
Tw 22012
Tw 32012
Tw 42012
Kredit (Rp Miliar)
Kredit NPL (%)
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
46
4.1. TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI
Total transaksi tunai melalui loket Kantor Perwakilan (KPw) BI Wilayah
Kalimantan khususnya uang kartal keluar (outflow) tercatat mengalami sedikit
peningkatan yang didorong masih tingginya konsumsi masyarakat seiring
perayaan hari keagamaan (Idul Adha & Natal) serta liburan akhir tahun yang jatuh
pada triwulan laporan.
a. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)
Selama triwulan IV-2012, total perputaran aliran uang kartal menurun
24,42% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp4,09 triliun
menjadi Rp3,09 triliun. Penurunan tersebut terutama terjadi pada aliran uang
masuk (inflow) yang turun cukup tajam sebesar 44,14% (qtq) dari Rp2,38 triliun
pada triwulan II-2012 menjadi Rp1,33 triliun.
Grafik 3.10 Perkembangan Inflow dan Outflow
Sumber: KPw BI Wilayah Kalimantan, diolah
Di sisi lain, jumlah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia (outflow)
mengalami sedikit peningkatan sebesar 3,1% (qtq) yaitu dari Rp1,71 triliun menjadi
Rp1,76 triliun, yang dipicu oleh meningkatnya permintaan uang kartal yang
signifikan akibat tingginya kebutuhan konsumsi masyarakat seiring perayaan hari
keagamaan (Idul Adha & Natal) serta liburan akhir tahun dan perayaan tahun
baru. Selain itu, penarikan uang kartal sehubungan dengan realisasi APBD di
triwulan IV-2012 terutama untuk membiayai proyek pembangunan sebagaimana
yang biasa terjadi menjelang akhir tahun dan keperluan perbankan dalam rangka
pengisian ATM menghadapi cuti bersama Natal dan tahun baru, turut
berkontribusi terhadap tingginya jumlah ouflow pada triwulan laporan.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2008 2009 2010 2011 2012
Rp Miliar
Inflow Outflow
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
47
Dengan kondisi tersebut, aliran uang kartal di Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Wilayah II (Kalimantan) pada triwulan IV-2012 secara total mengalami net
outflow sebesar Rp430 miliar.
Secara tahunan, transaksi pembayaran tunai di Kalsel pada tahun 2012
menunjukkan net inflow yang mengalami peningkatan tajam dibandingkan tahun
2011. Meskipun jumlah uang kartal yang keluar (outflow) meningkat
dibandingkan tahun lalu yaitu sebesar 8,78% (yoy) dari Rp5,13 triliun menjadi
Rp5,58 triliun, namun tingginya peningkatan jumlah uang kartal yang masuk dari
Rp5,36 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp7,31 triliun atau tumbuh 36,33%
mendorong terjadinya kondisi net inflow tersebut. Peningkatan inflow secara
tahunan tersebut terutama disumbang oleh inflow pada triwulan I dan III-2012 .
b. Perkembangan Penukaran Uang Rupiah
Selama triwulan IV-2012, jumlah nominal penukaran uang baik melalui
kegiatan kas keliling maupun loket penukaran uang di KPw BI Wilayah Kalimantan
tercatat mencapai Rp35,2 miliar, atau menurun tajam sebesar 70,35% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp118,72 miliar seiring
berlalunya hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan III-2012. Uang pecahan
Rp10.000,-, Rp20.000,- dan Rp5.000,- menjadi pecahan yang paling banyak
diminta oleh masyarakat dalam kegiatan penukaran uang di KPw BI Wilayah
Kalimantan.
Grafik 3.11 Perkembangan Penukaran Uang Rupiah
Sumber: KPw BI Wilayah Kalimantan, diolah
0,00
20.000,00
40.000,00
60.000,00
80.000,00
100.000,00
120.000,00
140.000,00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011 2012
Rp Juta
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
48
c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Dalam pelaksanaan kebijakan clean money policy sebagai upaya untuk
memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat, Bank
Indonesia secara rutin melakukan pemilahan untuk memisahkan Uang Layak Edar
(ULE) dan Uang Tidak Layak Edar (UTLE), serta melakukan pemusnahan uang yang
tidak layak edar melalui Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terlebih dahulu.
Grafik 3.12 Perkembangan Triwulanan Kegiatan Pemusnahan Melalui PTTB
Sumber: KPw BI Wilayah Kalimantan, diolah
Pada triwulan IV-2012, terdapat 18,34 juta lembar uang yang
dimusnahkan karena kondisinya sudah lusuh dan tidak layak edar. Jumlah
tersebut mengalami peningkatan tajam sebesar 108,95% (qtq) dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Seiring peningkatan jumlah lembar uang yang
dimusnahkan, dari sisi nominal jumlah uang yang dimusnahkan juga meningkat
tajam sebesar 327,43% dibanding triwulan sebelumnya, dari Rp36,72 miliar
menjadi Rp156,95 miliar.
Meskipun pada triwulan laporan mengalami peningkatan, namun secara
tahunan jumlah PTTB pada tahun 2012 justru mengalami penurunan tajam
sebesar 63,77% (yoy) dari Rp2,82 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp1,02 triliun.
kondisi ini sedikit banyak mengindikasikan bahwa masyarakat semakin ter-edukasi
tentang bagaimana cara memperlakukan uang dengan baik agar uang tidak
cepat rusak atau lusuh.
d. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan
Berdasarkan data Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan,
jumlah uang palsu di provinsi Kalimantan Selatan yang ditemukan selama triwulan
IV-2012 mencapai Rp13,85 juta, atau meningkat sebesar 44,02% dibandingkan
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2008 2009 2010 2011 2012
Rp Miliar
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
49
triwulan sebelumnya. Uang palsu ini berasal dari penukaran uang di loket Bank
Indonesia, kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang
dilaporkan masyarakat atau ditemukan oleh pihak kepolisian. Demikian halnya
dengan jumlah bilyet uang palsu yang mengalami peningkatan tajam sebesar
135,48%, dari 124 lembar pada triwulan III-2012 menjadi 292 lembar. Dari jumlah
uang palsu yang ditemukan tersebut, pecahan yang paling banyak dipalsukan
adalah Rp100.000,- dan Rp50.000,- dengan pangsa 92,92%.
Sumber: KPw BI Wilayah Kalimantan, diolah
Seiring peningkatan jumlah nominal dan bilyet uang palsu pada triwulan
IV-2012, rasio jumlah uang palsu terhadap aliran uang masuk (inflow) juga
meningkat dibandingkan triwulan III-2012 yaitu dari 0,0004% menjadi 0,00104%
di triwulan laporan.
Grafik 3.14. Rasio Jumlah Uang Palsu terhadap Inflow
Sumber: KPw BI Wilayah Kalimantan, diolah
Rp 100,000 55,45%
Rp 50,000 37,48%
Rp 20,000 7,00%
Rp 10,000 0,06%
Grafik 3.13 Komposisi Penemuan Uang Palsu Tw IV- 2012
0,0000%
0,0020%
0,0040%
0,0060%
0,0080%
0,0100%
0,0120%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2008 2009 2010 2011 2012
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
50
Secara tahunan, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan
mengalami penurunan tajam sebesar 57,11% (yoy) dibandingkan tahun 2011 yaitu
dari Rp75,27 juta menjadi Rp32,28 juta dengan total jumlah uang palsu selama
tahun 2012 mencapai 537 lembar, menurun 50,32% dibandingkan tahun 2011
yaitu sebanyak 1.081 lembar.
Berbagai upaya telah dilakukan Bank Indonesia untuk meminimalisir uang
palsu pada tahun 2012, antara lain dengan lebih mengintensifkan kegiatan
sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah guna meningkatkan pemahaman
masyarakat, sehingga diharapkan masyarakat semakin jeli dalam membedakan
uang Rupiah asli dan palsu.
Selain melalui sosialisasi, Bank Indonesia juga selalu berupaya melakukan
kajian terhadap peningkatan fitur pengamanan uang kertas rupiah yang
sebelumnya telah ada. Dengan upaya penambahan fitur-fitur pengamanan uang
kertas rupiah yang terus dikembangkan Bank Indonesia, diharapkan jumlah
pemalsuan uang rupiah dapat ditekan seminimal mungkin.
4.2. TRANSAKSI PEMBAYARAN NON-TUNAI
Transaksi non tunai baik melalui BI-RTGS maupun kliring yang dilakukan
melalui KPwBI Wilayah Kalimantan selama triwulan IV-2012 cenderung
mengalami peningkatan. Secara tahunan, seiring dengan melambatnya aktivitas
ekonomi tahun 2012, transaksi non tunai juga mengalami perlambatan dibanding
tahun 2011.
a. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Tansaksi non-tunai yang bernilai besar melalui sarana Bank Indonesia Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS) mengalami peningkatan baik dari sisi nominal
maupun volume. Nilai nominal transaksi melalui BI-RTGS pada triwulan laporan
tercatat sebesar Rp52,27 triliun atau meningkat 15,73% (qtq). Searah dengan
itu, volume transaksi juga mengalami peningkatan sebesar 9,37% dari 48.540
transaksi menjadi 53.090 transaksi.
Secara tahunan, transaksi non-tunai melalui sarana BI-RTGS tumbuh 24,6%
dari Rp164,5 triliun menjadi Rp205,05 triliun. Pertumbuhan tersebut jauh menurun
dibandingkan pertumbuhan tahun 2011 yang mencapai 41,31%.
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
51
Tabel 3.5. Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS di Kalimantan Selatan
Sumber: Bank Indonesia, diolah
b. Transaksi Kliring
Pada triwulan IV-2012, nilai nominal transaksi kliring tercatat mengalami
peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan
nominal transaksi kliring mencapai Rp4,25 triliun atau meningkat 16,97% (qtq)
dari triwulan sebelumnya, dengan rata-rata harian perputaran kliring sebesar
Rp71,01 miliar. Sementara itu, jumlah warkat yang ditransaksikan tercatat
meningkat 17,03% (qtq), yaitu dari 70.304 lembar menjadi 82.277 lembar,
dengan rata-rata perputaran harian sebanyak 1.371 lembar.
Grafik 3.15. Perkembangan Kliring di Kalimantan Selatan
Sumber: KPw BI Wilayah Kalimantan, diolah
Nilai Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
1 16.568 16.003 6.353 13.425 1.719 2.599 24.641 32.027
2 20.123 17.711 7.793 15.284 2.046 2.985 29.961 35.980
3 17.344 17.023 7.807 16.727 2.031 3.086 27.182 36.836
4 18.113 19.301 8.412 19.119 3.506 4.051 30.031 42.471
1 16.857 14.439 8.364 19.479 2.764 3.890 27.985 37.808
2 18.562 15.223 9.749 21.089 3.322 4.198 31.633 40.510
3 11.067 15.626 10.163 23.016 2.975 4.355 24.204 42.997
4 14.075 18.303 13.754 25.943 4.804 5.646 32.633 49.892
1 19.292 17.164 13.419 21.756 4.735 4.977 37.446 43.897
2 19.362 12.032 13.713 22.081 4.628 5.056 37.702 39.169
3 21.262 18.696 15.923 22.815 5.038 5.165 42.223 46.676
4 23.349 20.305 18.066 25.107 5.777 5.700 47.191 51.112
1 23.216 17.547 18.201 21.627 5.114 4.775 46.531 43.949
2 31.699 21.394 22.743 23.651 6.634 5.272 61.076 50.317
3 24.859 21.048 14.982 22.437 5.327 5.055 45.168 48.540
4 28.709 22.721 17.406 24.750 6.160 5.619 52.275 53.090
Volume Volume
2011
2012
TOTAL
Volume
2009
2010
Periode
FROM TO FROM - TO
Volume
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
100.000
0
500.000
1.000.000
1.500.000
2.000.000
2.500.000
3.000.000
3.500.000
4.000.000
4.500.000
5.000.000
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2010 2011 2012
nominal (Rp juta) volume (lembar axis kanan)
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
52
Sepanjang tahun 2012, total perputaran kliring juga mengalami sedikit
peningkatan baik dari sisi nominal maupun jumlah warkat dibandingkan tahun
2011, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 3,34% dan 6,03%.
Sementara itu, jumlah penolakan cek dan bilyet kosong justru mengalami
penurunan dari sisi nominal. Pada triwulan IV-2012, terdapat cek dan bilyet kosong
dengan nominal sebesar Rp63,24 miliar, atau menurun tajam (47,77%) dibanding
triwulan sebelumnya yang mencapai Rp121,08 miliar. Namun jika dilihat secara
tahunan penolakan cek dan bilyet giro kosong mengalami peningkatan sebesar
14,11% (yoy) dari Rp362,88 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp414,1 miliar.
Di sisi lain, jumlah warkat cek dan bilyet giro yang ditolak meningkat
15,69% (qtq) dari 1.128 lembar pada triwulan III-2012 menjadi 1.305 lembar,
dengan pertumbuhan tahunan mencapai 18,57% dari 5.374 lembar menjadi
6.372 lembar selama tahun 2012.
Tabel 3.6. Penolakan Cek/Bilyet Giro Kosong di Kalimantan Selatan (juta Rp)
LBR NOM LBR NOM LBR NOM
Januari 207 16.638,67 317 31.888,88 524 48.527,55
Februari 216 13.555,85 310 38.037,68 526 51.593,53
Maret 229 13.662,59 302 13.968,18 531 27.630,77
April 200 10.312,99 380 15.190,08 580 25.503,07
Mei 225 15.833,63 411 29.879,65 636 45.713,28
Juni 200 12.032,71 342 18.776,98 542 30.809,69
Juli 142 6.174,17 315 18.222,92 457 24.397,09
Agustus 241 7.986,53 461 40.198,29 702 48.184,82
September 217 10.253,17 352 38.243,19 569 48.496,36
Oktober 203 12.386,43 392 18.908,95 595 31.295,38
November 50 2.812,85 109 4.436,11 159 7.248,96
Desember 195 7.443,05 356 17.250,63 551 24.693,68
Total 2.325 129.093 4.047 285.002 6.372 414.094
BulanCek B.Giro Jumlah Tolakan
Sumber: KPw BI Wilayah Kalimantan, diolah
Sebagaimana yang dilakukan terhadap sistem pembayaran tunai, Bank
Indonesia pun senantiasa melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
keamanan, kecepatan dan kehandalan dalam sistem pembayaran non tunai
melalui berbagai kebijakan.
Langkah terbaru dalam peningkatan transaksi melalui sistem pembayaran
non tunai adalah peresmian penggunaan sistem transfer dana bagi BPR atau yang
dikenal dengan nama Sistem Transfer Kredit Elektronik (STKE) BPR di wilayah
Jatim pada tanggal 29 November 2012. Dengan adanya sistem transfer yang baru
diaplikasikan di wilayah Jatim ini, antar nasabah BPR di Jatim dapat melakukan
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
53
Transfer Dana baik kepada sesama BPR maupun kepada bank umum yang
terhubung ke Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) melalui bank
pengayom (apex bank) BPR di Jatim yakni PT Bank Pembangunan Daerah Jatim
Tbk (Bank Jatim). Ke depan, STKE ini juga akan diimplementasikan ke daerah lain
terutama yang sudah mempunyai Apex Bank BPR, sehingga nantinya tidak ada
lagi hambatan bagi BPR dalam melakukan transfer dana, baik kepada sesama BPR
maupun kepada bank umum.
Upaya peningkatan transaksi pembayaran non tunai lain yang telah diambil
oleh Bank Indonesia adalah melalui penerbitan Surat Edaran Bank Indonesia
No.14/27/DASP tanggal 25 September 2012 perihal Mekanisme Penyesuaian
Kepemilikan Kartu Kredit. Dalam melakukan penyesuaian kepemilikan kartu
kredit, penerbit diberikan jangka waktu selama 2 (dua) tahun terhitung sejak
tanggal 1 Januari 2013.
Selain itu, Bank Indonesia juga telah menerbitkan Surat Edaran Bank
Indonesia No.14/34/DASP tanggal 27 November 2012 perihal Batas Maksimum
Suku Bunga Kartu Kredit. Surat Edaran Bank Indonesia ini diterbitkan untuk
meningkatkan aspek perlindungan konsumen pengguna Kartu Kredit di Indonesia
serta mendukung praktek pemberian Kartu Kredit yang lebih memperhatikan
manajemen risiko pemberian kredit. Materi utama dalam Surat Edaran Bank
Indonesia ini adalah penetapan batas maksimum suku bunga kartu kredit yang
wajib diterapkan oleh Penerbit Kartu Kredit sejak 1 Januari 2013, yaitu sebesar
2,95% (dua koma sembilan puluh lima persen) per bulan atau 35,40% (tiga
puluh lima koma empat puluh persen) per tahun, yang berlaku baik untuk
transaksi pembelanjaan maupun transaksi tarik tunai.
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
57
KEUANGAN DAERAH
Berdasarkan liaison dengan Biro Keuangan Provinsi Kalimantan
Selatan pada triwulan IV-2012 ini, diperoleh informasi bahwa realisasi
pendapatan dan belanja daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan
periode yang sama tahun sebelumnya.
Realisasi pendapatan pada APBD1 Provinsi Kalimantan Selatan triwulan IV-
2012 menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan. Hal ini tercermin dari
realisasinya yang mencapai 132,59% terhadap APBD 2012, atau sebesar Rp4,38
triliun dari Rp3,31 triliun yang dianggarkan pada awal tahun. Kinerja tersebut
lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang
hanya terealisir 124,92%, atau sebesar Rp3,06 triliun dari anggaran sebesar
Rp2,45 triliun.
Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp miliar)
Uraian Pos APBD APBD Realisasi s/d Triwulan IV % Realisasi
2011 2012 2011 2012 2011 2012
Pendapatan Daerah 2.451,95 3.305,28 3.063.051 4.382.515 124.92% 132.59%
Pendapatan asli daerah 1,392,30 1.882,94 1.783.154 2.520.394 128.07% 133.85%
Dana perimbangan 1.038,86 1.052,77 1.264.144 1.845.390 121.69% 175.29%
Lain-lain pendapatan yang sah 20,79 369,57 15.753 16.731 75.79% 4.53%
Belanja Daerah 2.601,98 3.481,90 2.335.902 4.005.204 89.77% 115.03%
Belanja operasi 1.950,31 2.909,36 1.196.199 3.195.579 61.33% 109.84%
Belanja modal 648,67 567,84 593.111 806.882 91.44% 142.10%
Belanja tidak terduga 3,00 4,70 1.784 2.742 59.47% 58.34% Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Sementara itu realisasi belanja daerah APBD Provinsi Kalimantan Selatan
pada triwulan laporan mencapai 115,03%, atau terserap sebesar Rp4,01 triliun
dari Rp3,48 triliun yang direncanakan. Penyerapan tersebut meningkat cukup
signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya
mencapai 89,77%, atau sebesar Rp2,34 triliun dari Rp2,60 triliun yang
1 Data APBD yang digunakan adalah data APBD yang ditetapkan pada awal tahun anggaran dan
tidak memperhitungan perubahannya
4
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
58
dianggarkan. Peningkatan tersebut berkat upaya Pemerintah daerah dalam
menghimpun pendapatan baik melalui pendapatan asli daerah maupun
pendapatan transfer / dana perimbangan.
1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah
Dari sisi pos pendapatan, realisasi APBD Provinsi Kalimantan
Selatan di triwulan IV-2012 menunjukkan kinerja yang semakin optimal
dibandingkan periode sebelumnya. Pencapaian kinerja dari pos pendapatan
ini terlihat dari realisasi pada triwulan laporan yang telah mencapai 132,59% dari
anggaran dengan nominal sebesar Rp4,38 triliun atau jauh di atas pencapaian
pada priode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 124,92% dengan nominal
Rp3,06 triliun. Hal tersebut juga menunjukan semakin membaiknya efektivitas
keuangan daerah2 pada triwulan laporan, karena pencapaiannya mampu melebihi
penerimaan yang ditetapkan sebesar Rp3,31 triliun pada awal tahun 2012.
Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel (Rp miliar)
Uraian Pos APBD APBD Realisasi s/d Triwulan IV Persentase (%)
2011 2012 2011 2012 2011 2012
Pendapatan Asli Daerah 1.392,30 1.882,94 1.783.154 2.520.394 128.07% 133.85%
Hasil Pajak Daerah 1.178,21 1.598,45 1.643.862 2.199.647 139.52% 137.61%
Hasil Retribusi Daerah 38,36 5,89 41.196 11.913 107.40% 202.19%
Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan
35,70 43,26 45.968 42.302 128.76% 97.80%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
140,02 235,35 52.126 266.530 37.23% 113.25%
Dana Perimbangan 1.038,86 1.052,77 1.264.144 1.845.390 121.69% 175.29%
Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 505,50 492,10 722.022 1.154.007 142.83% 234.51%
Dana Alokasi Umum 483,36 521,82 504.876 652.535 104.45% 125.05%
Dana Alokasi Khusus 25,00 38,85 37.246 38.848 74.49% 100.00%
Lain-lain Pendapatan yang Sah 20,79 369,57 15.753 16.731 75.79% 4.53%
Pendapatan Daerah 2.451,95 3.305,28 3.063.051 4.382.515 124.92% 132.59%
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang memiliki kontribusi terbesar terhadap
realisasi pendapatan daerah pada tahun 2012 mencapai Rp2,52 triliun atau
terealisasi hingga 133,85% dari anggaran PAD tahun 2012. Realisasi tersebut
lebih baik dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2011, yang mencapai
Rp1,78 miliar atau 128,07% dari anggaran PAD 2011. Hal tersebut
mengindikasikan semakin meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat
2 Efektivitas Keuangan Daerah merupakan rasio realisasi pendapatan asli daerah terhadap rencana pendapatan asli daerah yang dianggarkan. Indikator ini menunjukkan sejauh mana efektivitas pemerintah daerah dalam merealisasikan target pendapatan asli daerahnya.
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
59
110%
115%
120%
125%
130%
135%
Tw 4-2010 Tw 4-2011 Tw 4-2012
serta dunia usaha di Kalimantan Selatan dalam mendorong pembangunan melalui
pembayaran pajak. Namun demikian, meskipun masih menunjukkan kemampuan
fiskal yang relatif cukup tinggi, rasio kemandirian daerah3 selama triwulan laporan
justru mengalami penurunan sebesar 62,93% dari periode yang sama di tahun
2011 sebesar 76,34%. Hal tersebut tidak hanya mengindikasikan bahwa laju
pembangunan di Kalimantan Selatan relatif lebih cepat dibandingkan dengan laju
pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan daerah, namun juga
mengisyaratkan adanya potensi baru sumber-sumber pendapatan yang masih
belum dikenakan pajak.
Grafik 4.1 Efektivitas Pemerintah dalam
merealisasikan pendapatan daerah yang dianggarkan
Grafik 4.2 Rasio kemandirian daerah /
desentralisasi fiskal
Sumber: Biro Keuangan Kalsel, diolah
Komponen PAD yang mengalami peningkatan cukup besar terjadi pada
komponen pendapatan pajak daerah yang mencapai Rp2,20 triliun atau
meningkat 35,67% (yoy) dari pencapaian pada periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar Rp1,64 triliun. Peningkatan hasil pajak daerah tersebut
terutama ditopang oleh aktivitas sektor ekonomi sepanjang triwulan laporan,
terutama investasi berupa pembelian alat-alat berat oleh beberapa produsen
pertambangan dan perkebunan. Sementara di sisi lain, daya beli masyarakat yang
cukup terjaga juga menopang konsumsi kendaraan bermotor yang masih berada
pada level tinggi seperti tercermin pada data Dinas Pendapatan Daerah Kalsel.
Sementara itu, persentase realisasi dana perimbangan juga meningkat
dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu dari 121,69%
menjadi 175,29%, atau dari Rp1,26 triliun menjadi Rp1,85 triliun. Meningkatnya
realisasi dana perimbangan terutama dipengaruhi oleh subkomponen Bagi Hasil
3 Rasio kemandirian daerah (desentralisasi fiskal) merupakan perbandingan Pendapatan asli daerah
(PAD) terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan, semakin tinggi rasio yang dimiliki maka semakin mandiri daerah tersebut
56%
57%
57%
58%
58%
59%
Tw 4-2010 Tw 4-2011 Tw 4-2012
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
60
Pajak/Bukan Pajak, yang realisasinya pada triwulan IV-2012 mencapai Rp1,15
triliun (234,51%), lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
Rp722,02 miliar (142,84%).
2. Realisasi Belanja Daerah
Dari sisi pos belanja Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan,
realisasi belanja daerah dibandingkan anggaran sampai triwulan IV-2012
mencatat peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan periode yang
sama di tahun 2011, yaitu dari 89,77% menjadi 115,03%. Sementara itu, jika
dilihat dari nilai nominalnya, besarnya realisasi belanja mengalami peningkatan
sebesar 71,46% (yoy), yaitu dari Rp2,34 triliun pada akhir triwulan IV-2011
menjadi Rp4,01 triliun pada triwulan laporan.
Ditinjau dari komponen belanja daerah, realisasi belanja terbesar terutama
pada belanja operasi yang sampai dengan akhir triwulan IV-2012 mencapai
Rp3,20 triliun, atau 109,84% dari anggaran 2012 sebesar Rp2,91 triliun. Realisasi
ini lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2011 yang hanya terealisir
61,33% dengan nominal Rp1,20 triliun. Cukup optimalnya realisasi belanja
operasi tersebut terutama disebabkan oleh kinerja belanja untuk bantuan
keuangan yang terserap sebesar 115,68%.
Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp miliar)
Uraian Pos APBD APBD Realisasi Triwulan IV Prosentase (%)
2011 2012 2011 2012 2011 2012
Belanja Operasi 1.950,31 2.909,36 1.196.199 3.195.579 61.33 109.84
Belanja Pegawai 677,69 688,06 578.312 613.733 85.36 89.19
Belanja Barang dan Jasa 616,30 669,68 450.536 803.079 73.24 119.92
Belanja Bantuan Sosial 132,77 432,37 78.488 25.619 96.14 70.97
Belanja Bantuan Keuangan 24,88 1.119,47 88.861 1.753.148 16.93 115.68
Belanja Modal 675,57 567,84 593.111 806.882 91.44 142.10
Belanja Tidak Terduga 3,00 4,70 1.784 2.742 59.47 58.34
Total Belanja 2.630,21 3.481,90 2.335.902 4.005.204 89.77 115.09
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Sementara itu, realisasi anggaran subkomponen utama belanja operasi
lainnya, yaitu belanja pegawai mencapai 89,19% atau hanya sedikit mengalami
kenaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
85,36%. Sedangkan realisasi belanja barang dan jasa tercatat 119,92% atau
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
61
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
Tw 4-2010 Tw 4-2011 Tw 4-20120%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
Tw 4-2010 Tw 4-2011 Tw 4-2012
sebesar Rp803,08 miliar dari total anggaran Rp669,68. Realisasi belanja barang
dan jasa periode laporan ini lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2011 yang
mencatat realisasi sebesar 73,24%.
Tidak jauh berbeda dengan belanja operasi, realisasi belanja modal juga
mengalami peningkatan penyerapan selama triwulan laporan, yaitu dari 91,44%
atau sebesar Rp593,11 miliar pada triwulan IV-2011 menjadi Rp806,88 miliar
pada triwulan laporan, atau naik 142,10%. Meskipun demikian, rasio belanja
modal terhadap belanja daerah justru mengalami penurunan, yaitu dari 25,39%
menjadi hanya 20,15%. Belum maksimalnya penyerapan dana APBD pada tahun
2012 khususnya belanja modal tersebut disebabkan adanya beberapa kendala
pada proyek pembangunan di beberapa wilayah, seperti pembebasan lahan.
Penurunan yang merupakan kelanjutan dari trend yang telah terjadi
selama beberapa tahun terakhir tersebut merupakan sebuah indikasi yang perlu
dicermati lebih lanjut, mengingat belanja modal merupakan komponen strategis
karena sebagai motor pendorong perekonomian daerah yang harus senantiasa
diupayakan untuk mengalami peningkatan realisasinya dari waktu ke waktu.
Grafik 4.3 Persentase Realisasi Belanja Modal terhadap Anggaran Belanja Modal
Grafik 4.4 Rasio Realisasi Belanja Modal
terhadap Belanja Total
Sumber: Biro Keuangan Kalsel, diolah
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2013
Pemerintah Provinsi menargetkan peningkatan APBD 2013 sebesar
32,20% (yoy) untuk pos pendapatan daerah, atau dari Rp3,31 triliun pada
tahun 2012 menjadi Rp4,37 triliun. Sementara untuk pos belanja daerah,
pemerintah menaikkan anggaran menjadi Rp4,55 triliun dari sebelumnya
Rp3,48 triliun, atau mengalami kenaikan sebesar 30,72% (yoy)
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
62
Kenaikan yang relatif tinggi tersebut mencerminkan adanya upaya
Pemerintah Provinsi Kalsel untuk semakin memperkuat fungsi fiskal daerah dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut merupakan indikasi yang cukup
positif, mengingat kondisi perekonomian dunia yang masih diliputi ketidakpastian
telah mempengaruhi pertumbuhan negara-negara mitra dagang sehingga tidak
dapat optimal dalam mendorong ekonomi Kalsel, khususnya dari sisi ekspor.
Tabel 4.3. Trend APBD Provinsi Kalsel (Rp miliar)
Uraian Pos APBD APBD Pertumbuhan y-o-y (%)
2011 2012 2013 2011 2012 2013
Pendapatan Daerah 2.451,95 3.305,28 4.369,71 51,96 7,91 32,20
Pendapatan asli daerah 1,392,30 1.882,94 2.751,77 63,58 5,60 46,14
Dana perimbangan 1.038,86 1.052,77 1.270,21 39,71 -16,72 20,65
Lain-lain pendapatan yang sah 20,79 369,57 347,72 -24,21 2246,04 -5,91
Belanja Daerah 2.601,98 3.481,90 4.551,71 7,31 49,06 30,72
Belanja operasi 1.950,31 2.909,36 3.542,14 -24,71 143,22 21,75
Belanja modal 648,67 567,84 999,57 1,36 -4,26 76,03
Belanja tidak terduga 3,00 4,70 10,00 -40,53 163,45 112,77
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Dibandingkan periode 2012, peningkatan pendapatan APBD tahun 2013
terbilang cukup tinggi, mengingat pada tahun sebelumnya kenaikan yang terjadi
hanya sebesar 7,91%(yoy). Meskipun demikian, kenaikan tersebut masih berada
di bawah kenaikan tahun 2011 yang mencapai hingga 51,96% (yoy). Pada tahun
2013, pos pendapatan terutama ditopang oleh subkomponen Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang mengalami peningkatan cukup signifikan, yaitu dari Rp1,88
triliun menjadi Rp2,75 triliun, atau naik sebesar 46,14% (yoy).
Grafik 4.5 Trend Pendapatan Daerah 2010-2013
Grafik 4.6 Proporsi Pendapatan Daerah 2010-2013
Sumber: Biro Keuangan Kalsel, diolah
0%
20%
40%
60%
-
2,00
4,00
6,00
2010 2011 2012 2013
Pendapatan Daerah (Rptriliun)
Peningkatan yoy (%)
54,08% 58,21% 56,97% 62,97%
44,89% 41,27% 31,85% 29,07%
1,03% 0,51% 11,18% 7,96%
2010 2011 2012 2013
PAD Dana Perimbangan Lain-lain
Bab 4 – Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
63
Peningkatan ini merupakan indikasi yang sejalan dengan semakin kuatnya
kemampuan fiskal daerah, terutama dalam merealisasikan anggaran pendapatan
daerah. Di sisi lain, kontribusi dana perimbangan terhadap pendapatan daerah
semakin menurun dari 31,85% pada tahun 2012 menjadi 29,07% pada tahun
2013. Hal tersebut mempertegas adanya rencana pemerintah provinsi untuk
semakin mengurangi ketergantungan fiskal terhadap pemerintah pusat.
Sementara meskipun secara nominal mengalami kenaikan dari Rp3,48
triliun menjadi Rp4,55 triliun, pos belanja daerah 2013 ditargetkan tumbuh lebih
rendah bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencatatkan
pertumbuhan sebesar 49,06% (yoy). Namun demikian, proporsi belanja modal
terhadap total belanja mengalami kenaikan dari 16,31% (yoy) menjadi 21,96%
(yoy), atau menjadi sebesar Rp999,57 miliar dari sebelumnya Rp267,84 miliar.
Grafik 4.7 Trend Belanja Daerah 2010-2013
Grafik 4.8 Proporsi Belanja Daerah 2010-2013
Sumber : Biro Keuangan Kalsel, diolah
Kenaikan tersebut mengindikasikan rencana pemerintah untuk semakin
mendorong laju pembangunan Kalsel melalui fiskal daerah, sebuah indikasi yang
sangat positif di tengah melemahnya rencana belanja investasi beberapa pelaku
usaha sektor utama Kalsel selama tahun 2013.
0%
20%
40%
60%
-
2,00
4,00
6,00
2010 2011 2012 2013
Belanja Daerah (Rptriliun)
Peningkatan yoy (%)
72,98% 51,21% 83,56% 77,82%
26,88% 25,39% 16,31% 21,96%
0,14% 0,08% 0,13% 0,22%
2010 2011 2012 2013
Belanja OperasiBelanja ModalBelanja Tidak Terduga
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
67
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan pada triwulan IV-
2012 mengalami pelemahan seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang
bergerak melambat. Melambatnya penyerapan tenaga kerja ini terindikasi dari
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)1 yang mencatat beberapa penurunan
pada beberapa indikator ketenagakerjaan. Hal ini juga dikonfirmasi dari hasil
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada
triwulan laporan yang juga menunjukkan kecenderungan penurunan penyerapan
tenaga kerja secara umum.
Di sisi lain, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan
pada triwulan laporan masih tetap terjaga pada level tinggi sebagaimana
tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) dimana Indeks Ekspektasi Penghasilan
dan Indeks Penghasilan Saat Ini masih berada pada level optimis. Hal yang sama
juga tercermin dari indikator kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar Petani (NTP)
yang selama triwulan laporan tetap terjaga pada level yang tinggi serta persentase
jumlah penduduk miskin yang menunjukkan penurunan.
1. Ketenagakerjaan
Secara umum kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan
selama triwulan IV-2012 mengalami penurunan. Dari hasil SKDU yang
dilaksanakan pada triwulan laporan menunjukkan bahwa realisasi penggunaan
tenaga kerja menurun tajam, dimana terjadi penurunan nilai Saldo Bersih
Tertimbang (SBT) di sebagian besar sektor ekonomi.
Penurunan penyerapan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor
pertambangan dan penggalian, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan
komunikasi serta sektor jasa-jasa. Sementara itu, peningkatan penyerapan tenaga
kerja hanya terjadi pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan.
1 Susenas adalah survei yang diselenggarakan BPS untuk mengumpulkan data sosial kependudukan yang luas
dan dilaksanakan setiap tahun, seperti data bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, sosial ekonomi lainnya,
5
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
68
Sedangkan sektor industri pengolahan, sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran relatif tidak
mengalami perubahan.
Tabel 5.1. Penggunaan Tenaga Kerja Oleh Dunia Usaha Kalimantan Selatan
No SEKTOR Realisasi Triwulan
III-2012 Realisasi Triwulan
IV-2012
1. Pertanian -1,40 1,62
2. Pertambangan 0,00 -0,42
3. Industri Pengolahan 0,00 0,00
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,07 -0,02
5. Konstruksi 0,00 -1,47
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran -0,95 0,00
7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,89 -0,58
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Keuangan 0,82 0,00
9. Jasa-jasa 0,00 -9,05
TOTAL 0,43 -9,94
Sumber : Survei SKDU KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Berdasarkan data BPS Kalimantan Selatan, penurunan kondisi
ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan juga ditunjukkan oleh angka Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang menunjukkan sedikit penurunan. Pada
Agustus 2012, TPAK mengalami penurunan sebesar 1,38% dibandingkan dengan
periode yang sama tahun 2011, yaitu dari 73,31% menjadi 71,93%. Dengan
demikian, rasio jumlah penduduk bekerja juga mengalami penurunan dari
69,48% pada Agustus 2011 menjadi 68,16% pada Agustus 2012. Dengan
demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) justru mengalami kenaikan
sebesar 0,03%, yaitu dari 5,23% pada Agustus 2011 menjadi 5,25% pada
Agustus 2012.
Meningkatnya jumlah pengangguran terbuka tersebut diduga karena
adanya pelambatan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertambangan maupun
jasa pendukungnya. Hal ini mengingat melemahnya kinerja sektor tersebut
sebagai imbas dari pelemahan ekonomi global yang belum kunjung membaik
hingga saat ini.
Tabel 5.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Kalimantan Selatan Periode Agustus 2010 - Agustus 2012
No RINCIAN Agustus 2010 Agustus 2011 Agustus 2012
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 71,26 73,31 71,93
2. Rasio JumlahPenduduk bekerja (%) 67,51 69,48 68,16
3. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5,25 5,23 5,25
Sumber : BPS Provinsi Kalsel
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
69
Jika dilihat dari wilayahnya, Kabupaten Banjar, Kabupaten Hulu Sungai
Utara (HSU), dan Kabupaten Balangan merupakan wilayah dengan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) yang relatif rendah dengan kisaran masing-masing
sebesar 2,62%; 3,69%; dan 3,95%. Sementara beberapa kabupaten dengan TPT
relatif tinggi yaitu Kab. Tanah Bumbu, Kota Banjarbaru, dan Kota Banjarmasin
dengan kisaran masing-masing sebesar 8,68%, 8,56%, dan 7,08%.
Grafik 5.1. Tingkat Pengangguran Terbuka Kab/Kota di Kalsel
Sumber : BPS Provinsi Kalsel, diolah
Dari sisi konsumen, optimisme masyarakat Kalimantan Selatan secara
umum terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini mengalami sedikit
peningkatan. Sementara itu, ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan
lapangan pekerjaan 6 bulan yang akan datang, meskipun sempat meningkat pada
awal triwulan, namun pada akhir triwulan laporan mengalami penurunan cukup
tajam (hasil Survei Konsumen triwulan IV-2012). Hal ini kemungkinan besar dipicu
oleh masih lesunya pasar tambang batubara internasional yang diprediksi
berlangsung hingga semester I-2013, sehingga membentuk ekspektasi masyarakat
bahwa hal tersebut akan cukup berdampak pada nasib tenaga kerja di sektor
pertambangan di Kalimantan selatan yang jumlahnya cukup besar.
0
2
4
6
8
10
TPT Ags 2011 (%) TPT Ags 2012 (%)
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
70
Di sisi lain, berdasarkan hasil liaison pada triwulan IV-2012, diindikasikan
bahwa sebagian besar pelaku usaha melakukan penambahan jumlah tenaga kerja
sebagai dampak dari peningkatan kapasitas produksi, pembangunan kantor/pabrik
baru dan pemenuhan terhadap tingginya permintaan.
2. Kesejahteraan
Di sisi lain, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan
masih tetap terjaga pada level yang tinggi selama triwulan IV-2012. Hal ini
dikonfirmasi dari beberapa indikator kesejahteraan yang dihasilkan hingga
triwulan laporan.
2.1 Daya Beli Masyarakat
Berdasarkan hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Wilayah
Kalimantan, Indeks Penghasilan Konsumen selama triwulan laporan tercatat
sebesar 118,00 atau masih berada dalam level optimis, walaupun secara nominal
mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan III-2012 yang mencapai
134,60. Penurunan ini sejalan dengan melambatnya kondisi ekonomi Kalimantan
Selatan, yang turut mendorong pelambatan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Sementara itu, hal yang sama terjadi pada Indeks Ekspektasi Penghasilan
Konsumen yang juga masih berada pada level yang optimis, yaitu sebesar 115,50
pada triwulan IV-2012, walaupun mengalami penurunan dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mencapai 135,00.
Grafik 6.2 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan
Sumber : Survei Konsumen KPwBI Wilayah II (Kalimantan)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4
2010 2011 2012
Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
Indeks Ketersediaan Lap. Kerja Saat Ini
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
71
Masih relatif tingginya optimisme masyarakat Kalimantan Selatan
terhadap kesejahteraan masyarakat juga terlihat pada Indeks Tendensi Konsumen
(ITK) Kalimantan Selatan. Dari ITK tersebut tampak bahwa komponen Indeks
Pendapatan Rumah Tangga pada triwulan IV-2012 ini menunjukkan masih berada
dalam level yang optimis, meskipun mengalami penurunan yaitu menjadi sebesar
107,45 dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 107,49. Hal ini
mencerminkan bahwa persepsi masyarakat akan kondisi ekonomi pada triwulan
mendatang yang masih dalam kondisi baik.
Grafik 6.3. Indeks Ekspektasi Penghasilan dan Penghasilan Saat Ini
Sumber : Survei Konsumen, KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Sejalan dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan petani juga relatif
terjaga. Hal tersebut diindikasikan dengan stabilnya Nilai Tukar Petani (NTP)
Kalimantan Selatan selama triwulan IV-2012. NTP yang merupakan perbandingan
antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar
petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi, mencatat
angka sebesar 107,00 pada triwulan laporan, atau relatif stabil dibandingkan NTP
triwulan sebelumnya yaitu sebesar 107,55.
Relatif stabilnya NTP selama triwulan IV-2012 tersebut terutama berkat
adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani dari 146,02 pada triwulan
III-2012 menjadi 146,55 pada triwulan laporan, yang juga diiringi dengan
kenaikan indeks harga yang dibayar petani menjadi 136,96, dari sebelumnya
135,75.
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4
2010 2011 2012
Indeks Ekspektasi Penghasilan Indeks Penghasilan Saat Ini
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
72
Grafik 6.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel
Sumber : BPS Provinsi Kalsel, diolah
Dilihat dari sektor ekonominya, selama triwulan laporan terdapat tiga
subsektor dengan NTP yang cenderung menguat. Sementara dua subsektor
lainnya mengalami pelemahan. Meskipun demikian, perubahan yang terjadi
selama triwulan laporan relatif tidak signifikan. Beberapa subsektor yang
mengalami penguatan antara lain, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan
perikanan. Sementara yang mengalami pelemahan yaitu subsektor hortikultura
dan tanaman pangan.
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
73
Tabel 5.3 Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun dasar 2007)
Sektor, Kelompok, dan Subkelompok Triwulan IV-2011
Triwulan III-2012
Triwulan IV-2012
perubahan (%)
qtq yoy
Tanaman Pangan 109,34 106,66 106,01 -0,61 -3,05
Indeks harga yang diterima petani (It) 146,13 147,27 147,91 0,43 1,22
Indeks harga yang dibayar petani (Ib)
133,65 138,08 139,52 1,04 4,39
Hortikultura 129,46 128,84 126,04 -2,17 -2,64
Indeks harga yang diterima petani (It) 171,34 176,07 173,76 -1,31 1,41
Indeks harga yang dibayar petani (Ib)
132,35 136,65 137,87 0,89 4,17
Tanaman Perkebunan Rakyat 98,84 94,28 95,34 1,12 -3,54
Indeks harga yang diterima petani (It) 128,68 127,12 129,41 1,80 0,57
Indeks harga yang dibayar petani (Ib)
130,19 134,83 135,74 0,67 4,26
Peternakan 103,46 104,58 104,90 0,31 1,39
Indeks harga yang diterima petani (It) 129,63 134,44 135,77 0,99 4,74
Indeks harga yang dibayar petani (Ib)
125,30 128,55 129,42 0,68 3,29
Perikanan 86,57 86,51 88,17 1,92 1,85
Indeks harga yang diterima petani (It) 107,75 111,27 113,89 2,35 5,70
Indeks harga yang dibayar petani (Ib)
124,47 128,63 129,17 0,42 3,78
Gabungan 109,56 107,57 107,00 -0,53 -2,34
Indeks harga yang diterima petani (It) 144,02 146,02 146,55 0,36 1,76
Indeks harga yang dibayar petani (Ib)
131,45 135,75 136,96 0,89 4,19
Sumber : BPS Provinsi Kalsel
Secara tahunan, NTP Kalimantan Selatan yang mencapai 107,00 pada
akhir tahun 2012, mengalami penurunan sebesar -2,34% (yoy) dari NTP pada
periode yang sama tahun lalu yaitu 109,56. Penurunan terbesar terjadi pada
subsektor tanaman perkebunan rakyat yaitu -3,54% (yoy) yang diperkirakan
dipicu oleh adanya penurunan harga karet sebagai komoditas yang banyak
diusahakan oleh petani perkebunan Kalimantan Selatan.
Penurunan NTP selama tahun 2012 tersebut juga mengakibatkan
turunnya peringkat NTP Kalimantan Selatan pada level nasional. Jika
dibandingkan dengan seluruh provinsi di Indonesia, NTP Kalimantan Selatan pada
tahun 2012 berada pada peringkat ke-8 atau menurun dibandingkan tahun 2011
yang berada pada posisi ke-4, meskipun pada wilayah Kalimantan masih
menduduki peringkat pertama dibandingkan 4 provinsi lainnya.
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
74
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui SK
Gubernur No.188/44/0502/KUM/2012 telah menetapkan Upah Minimum Provinsi
(UMP) Kalimantan Selatan 2013 sebesar Rp1.337.500 atau naik 9,18% dari UMP
Tahun 2013 yang sebesar Rp1.225.000. Jumlah UMP Kalimantan Selatan tahun
2012 tersebut hanya mencapai 97,12% dari total kebutuhan hidup layak (KHL) di
Kalimantan Selatan.
KHL merupakan salah satu pertimbangan dalam menetapkan UMP dan
tidak semata-mata sebagai proses tawar-menawar untuk menentukan UMP,
namun ada faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam menentukan upah
minimum tersebut seperti inflasi, dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, faktor
kemampuan perusahaan terutama untuk perusahaan yang digolongkan kurang
mampu atau perusahaan marjinal, juga menjadi salah satu pertimbangan.
Sumber : BPS Provinsi Kalsel
2.2. Indeks Pembangunan Manusia
Tingkat kemajuan dan kesejahteraan manusia di Provinsi Kalimantan
Selatan terus menunjukkan peningkatan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2011 tercatat sebesar 70,44, mengalami
kenaikan dibandingkan dengan tahun 2010 yang hanya sebesar 69,92.
Peningkatan IPM selama beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang diukur melalui indeks harapan hidup, indeks
pendidikan (angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah), dan indeks standar
hidup layak. Hal ini menunjukkan pula bahwa kebijakan ekonomi yang diambil
pemerintah telah berhasil mendorong peningkatan kualitas hidup masyarakat.
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
-
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
1.600.000
2008 2009 2010 2011 2012 2013
% Rp
Grafik 5.5 Upah Minimum Provinsi (UMP) Kalsel
UMP % UMP
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
75
Namun demikian, meskipun setiap tahun mengalami peningkatan,
peringkat IPM Kalimantan Selatan masih berada di peringkat ke-26 dari 33
provinsi di Indonesia. Hal ini tentunya perlu mendapatkan perhatian Pemerintah
Provinsi Kalsel dalam bentuk langkah dan program nyata untuk meningkatkan
angka IPM terutama pada sektor kesehatan, dengan dukungan dari dinas dan
instansi terkait serta seluruh masyarakat Kalimantan Selatan.
Sementara itu, target IPM tahun 2012 yang ditetapkan oleh Pemerintah
Provinsi Kalimantan dalam Musrenbang Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012
adalah 72,12 dan diperkirakan dapat tercapai dengan didukung oleh pencapaian
indeks-indeks pembentuk IPM diatas.
2.3 Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Selatan relatif
menunjukkan trend penurunan. Berdasarkan data BPS Provinsi Kalsel, jumlah
penduduk miskin di Kalimantan Selatan pada bulan September 2012 mencapai
189.214 orang atau sebesar 5,01% dari total penduduk. Jumlah tersebut
menurun sebanyak 661 orang (0,35%) dibandingkan dengan bulan Maret tahun
2012. Trend penurunan jumlah penduduk miskin terus terjadi sejak tahun 2007.
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan
0
2
4
6
8
10
0,00
100,00
200,00
300,00
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Mar-12
Sep-12
%
Rib
u J
iwa
Grafik 5.7 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Kalsel
Jumlah Penduduk Miskin % Penduduk Miskin
Sumber : BPS Provinsi Kalsel
66,7 67,44 67,75 68,01
68,72 69,3
69,92 70,44
72,12
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012(target)
Grafik 5.6 IPM Provinsi Kalimantan Selatan
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
76
Mayoritas penduduk miskin berada di wilayah pedesaan, yaitu dengan
jumlah sebesar 132.675 jiwa atau 70,12% dari jumlah penduduk miskin.
Sementara itu, jumlah penduduk miskin yang berada di perkotaan mencapai
56.539 jiwa (29,88%).
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis
Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran/kapita/ bulan dibawah Garis Kemiskinan. Sementara itu, Garis
Kemiskinan merupakan nilai minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan non makanan.
Tabel 5.4 Garis Kemiskinan menurut Daerah Maret 2010 September 2012
Daerah
Garis Kemiskinan
(Rp/Kapita/Bln)
2010 2011 2012 (mar)
2012 (sept)
Perkotaan 230.712 256.850 280.260 286.844
Perdesaan 196.753 225.235 249.469 257.282
Kota+Desa 210.850 238.535 262.459 269.714
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan
Pada September 2012, Garis Kemiskinan di Kalimantan Selatan mencapai
Rp269.714/kapita/bulan, mengalami kenaikan sebesar 2,76% dibandingkan
Maret 2012. Berdasarkan komponen pembentuk garis kemiskinan yang terdiri
dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan
(GKNM), menunjukkan bahwa komoditi makanan berperan lebih besar
dibandingkan peranan komoditi non makanan. Komoditi makanan berkontribusi
sebesar 71,59% (Rp193.089/Kapita/Bln) dalam pembentukan garis kemiskinan
pada September 2012. Angka ini relatif stabil dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang mencapai 71,75% (Rp188.328/Kapita/Bln).
Meningkatnya garis kemiskinan yang diiringi dengan penurunan jumlah
penduduk miskin menunjukkan suatu peningkatan kesejahteraan dalam
masyarakat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan masyarakat
Kalimantan Selatan dalam memenuhi kebutuhan mendasarnya telah meningkat.
Namun demikian, persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa
jumlah dan persentase penduduk miskin, tapi ada beberapa dimensi lain yang
perlu diperhatikan yakni tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan itu
sendiri. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
77
pengentasan kemiskinan juga harus mampu mengurangi tingkat kedalaman dan
keparahan kemiskinan.
Pada September 2012 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks
Keparahan Kemiskinan menunjukkan peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan
meningkat dari 0,654 pada Maret 2012 menjadi 0,759. Demikian pula pada
Indeks Keparahan Kemiskinan yang mengalami peningkatan dari 0,127 pada
Maret 2012 menjadi 0,173 pada September 2012. Peningkatan nilai kedua indeks
ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung
makin menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk
miskin juga semakin tinggi, terutama pada penduduk miskin yang berada di
daerah perdesaan.
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan
Maret2010
Maret2011
Maret2012
Sept 2012
Indeks KedalamanKemiskinan (P1)
0,69 0,81 0,65 0,76
Indeks KeparahanKemiskinan (P2) (axis
kanan)0,18 0,20 0,13 0,17
0,100,120,140,160,180,200,22
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
Grafik 5.8 Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Kalsel
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
81
BAB VI PROSPEK EKONOMI
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
81
PROSPEK EKONOMI
Pada triwulan I-2013 mendatang pertumbuhan ekonomi
Kalimantan Selatan diperkirakan mengalami pelambatan. Di lain sisi, laju
inflasi diproyeksi cenderung stabil bila dibandingkan dengan triwulan
laporan. Berdasarkan beberapa indikator pendukung serta survey dan liason
terhadap pelaku usaha Kalsel maupun masyarakat, perekonomian Kalimantan
Selatan pada triwulan I-2012 diperkirakan kembali melambat dengan laju
pertumbuhan pada kisaran 5,3%-5,8% % (yoy).
Sementara itu, berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia,
ekspektasi masyarakat terhadap pergerakan harga di triwulan mendatang
cenderung stabil. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut serta perkiraan
cuaca yang semakin kondusif, laju inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan
berada pada kisaran 5,89% ± 1% (yoy).
1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi
Perekonomian Kalimantan Selatan di triwulan I-2012 diperkirakan
dapat tumbuh pada kisaran 5,3%-5,8% (yoy)1, melambat dibandingkan
pertumbuhan triwulan laporan yaang mencapai 6,04% (yoy). Dari sisi
permintaan, kinerja ekspor diperkirakan belum sepenuhnya pulih meskipun
dengan tingkat kontraksi yang lebih landai. Sementara sesuai siklusnya, kinerja
investasi dan konsumsi pemerintah juga akan mengalami pelambatan selama
triwulan I-2013. Meskipun telah ada komitmen Pemerintah Daerah untuk
mempercepat realisasi belanja daerah sehingga diharapkan pada triwulan
pertama mampu melakukan penyerapan dana hingga 20 persen dari total
anggaran, namun pelaksanaannya akan sulit mengingat pada awal triwulan biasa
berada pada fase persiapan dan proses lelang.
Sementara itu, penopang pertumbuhan diperkirakan berasal dari
konsumsi rumah tangga yang tetap akan tumbuh kuat seiring dengan
peningkatan pendapatan melalui realisasi UMP 2013. Selain itu, dengan tingkat
1 Angka proyeksi KPw BI Wilayah Kalimantan
6
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
82
Grafik 6.1
Ekspektasi Perkembangan Kegiatan Usaha
Sumber: Survei Konsumen, diolah
25,11
36,72
15,99
24,14
30,87
20,26
37,09
31,98
21,08 22,77
6,27
20,04
10,34
05
10152025303540
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
2010 2011 2012 2013
Grafik 6.2
Ekspektasi Penggunaan Tenaga Kerja
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), diolah
6,38
11,85 13,26 13,77
11,59
7,87
15,55
8,08
3,97
9,36
19,12
1,66 1,33
0
5
10
15
20
25
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
Tw-2
Tw-3
Tw-4
Tw-1
2010 2011 2012 2013
inflasi yang relative stabil, dan terjaganya suku bunga perbankan pada tingkat
yang rendah diharapkan akan menjaga daya beli masyarakat sehingga konsumsi
masih akan terjaga pada level yang tinggi. Selain itu, kebijakan pemerintah
dengan menaikkan batas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang akan berlaku
mulai awal triwulan I-2013 diperkirakan akan berdampak positif pada kinerja
konsumsi rumah tangga, karena dapat meningkatkan daya beli masyarakat.
Dari sisi penawaran, sektor pertanian diperkirakan tumbuh moderat
seiring dengan masih adanya beberapa daerah yang masih panen walaupun masa
panen raya telah lewat. Disamping itu, harga karet dan kelapa sawit yang belum
kembali normal meskipun mulai ada perbaikan harga internasional, diperkirakan
turut mempengaruhi petumbuhan di sektor ini. Di sisi lain, sektor pertambangan
diperkirakan masih mengalami fase kontraksi meskipun tidak sedalam pada
triwulan laporan.
Penopang pertumbuhan diperkirakan berasal dari sektor perdagangan dan
sektor industri pengolahan. Selain didukung oleh pasar lokal yang luas dengan
daya beli yang kuat, kinerja sektor perdagangan juga akan terakselerasi berkat
penyelenggaraan aktivitas Meeting, Incentive, Conference, dan Exhibition (MICE)
yang sudah mulai marak sejak triwulan I-2013. Adanya peringatan Maulid Nabi
dan Tahun Baru Imlek, serta libur akhir pekan yang cukup panjang di akhir
triwulan laporan diperkirakan akan mendorong pertumbuhan sektor perdagangan
ini. Sementara itu, sektor industri yang akan mengalami peningkatan terutama
adalah industry yang berbasis makanan dan minuman. Peningkatan pada sektor
ini juga didukung oleh beroperasinya PLTU Asam-Asam III dan IV sebesar 2x60
megawatt, yang diharapkan dapat mengatasi gangguan listrik yang selama ini
cukup mengganggu kinerja dunia usaha.
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
83
Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2013 mendatang
juga diperkuat oleh hasil survey terhadap pelaku usaha yang cenderung bersikap
pesimis dalam memasuki triwulan I-2013, seperti yang tercermin pada ekspektasi
indeks kegiatan usaha yang menunjukkan kecenderungan menurun dari 20,04
pada triwulan IV-2012 menjadi 10,34 di triwulan I-2013. Hal tersebut
mengakibatkan angka indeks ekspektasi penggunaan tenaga kerja pada triwulan
mendatang juga mengalami penurunan menjadi hanya sebesar 1,22 pada
triwulan I-2013 dari sebelumnya yang tercatat 1,66.
2. Perkiraan Inflasi
Laju inflasi Kota Banjarmasin pada triwulan I-2013 diperkirakan
bergerak relatif stabil dibandingkan triwulan IV-2012, yaitu berada pada
kisaran 5,89% ± 1% (yoy)2. Tekanan inflasi pada triwulan mendatang akan
ditahan oleh inflasi inti yang diperkirakan stabil sepanjang triwulan I-2013.
Sementara itu pasokan komoditas volatile food diperkirakan akan tertekan pada
awal triwulan akibat cuaca yang kurang bersahabat.
Dari sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan akan meningkat.
Meskipun sempat mengalami gangguan pasokan sayur-sayuran, buah dan
bumbu-bumbuan di awal triwulan I-2013, namun ketersediaan pasokan pangan
diperkirakan akan membaik seiring komitmen Pemerintah Daerah dalam
menjamin kecukupan pangan. Khusus dari sisi produksi, pasokan beras varietas
lokal yang masih cukup berlimpah di pasar diperkirakan juga mampu
mengimbangi peningkatan permintaan masyarakat sehingga mampu meredam
inflasi pada triwulan mendatang.
Dari sisi ekspektasi masyarakat, tekanan inflasi juga relatif stabil. Hasil
Survei Konsumen Bank Indonesia mengindikasikan bahwa Indeks Ekspektasi
Konsumen terhadap harga-harga dalam 3 bulan mendatang bergerak tipis dari
132,20 pada akhir triwulan IV-2012 menjadi 132,50 pada awal triwulan I-2013.
Kondisi tersebut terjaga berkat kembali lancarnya pasokan volatile food yang
sempat terhambat oleh cuaca yang kurang kondusif selama Januari 2013. BMKG
setempat memperkirakan bahwa selama akhir triwulan I-2013 kondisi cuaca akan
lebih stabil sehingga dapat menjaga kelancaran distribusi antar pulau maupun
antar provinsi.
2 Angka proyeksi KPw BIWilayah Kalimantan
Bab 6 – Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012
84
Sementara itu, tekanan inflasi administered price diperkirakan bersumber
dari kenaikan tarif PDAM dan TDL 2013 yang mulai berlaku pada triwulan I-2013.
Di sisi lain, harga emas dunia yang mengalami trend meningkat pada awal tahun
2013 diperkirakan dapat memberikan tekanan pada inflasi inti triwulan I-2013.
Grafik 7.12 Indeks Ekspektasi Harga 3 dan 6 Bulan Mendatang
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wilayah Kalimantan
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1
2010 2011 2012 2013
Ekspektasi Harga 3 bulan mendatang Ekspektasi Harga 6 bulan mendatang