kata pengantar - bi.go.id · ekonomi dan moneter, bank indonesia, yang tercantum pula pada buku...

81
Kata Pengantar Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012 i i K ATA P ENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) periode triwulan IV-2012 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan ini mengulas perkembangan terakhir berbagai variabel makro ekonomi di tingkat provinsi, meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, indikator kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi triwulan mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi Provinsi Kalsel. Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerja perekonomian Kalsel pada triwulan IV-2012 mencatat laju pertumbuhan yang meningkat dari 4,71% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,04% (yoy), terutama ditopang oleh kinerja konsumsi yang mengalami akselerasi dan investasi yang masih terjaga pada level yang tinggi. Pergerakan inflasi menunjukkan peningkatan selama triwulan laporan. Pada triwulan IV-2012, inflasi Kalimantan Selatan yang diwakili Kota Banjarmasin tercatat mengalami tekanan lebih tinggi dari 5,14%(yoy) pada triwulan III-2012 menjadi 5,96%(yoy). Kenaikan laju inflasi ini terutama terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, dan kelompok sandang. Secara umum, kinerja perbankan Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2012 menunjukkan perkembangan yang positif walaupun ada kecenderungan melambat. Perkembangan aset, kredit dan DPK tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya namun di lain sisi perkembangan yang menggembirakan dicatat oleh risiko kredit perbankan Kalimantan Selatan yang secara umum terindikasi lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, sebagaimana tercermin dari rasio NPL sebesar 1,24%. Transaksi uang tunai melalui Kantor Perwakilan BI Wilayah Kalimantan secara keseluruhan menunjukkan net-outflow. Sementara itu, transaksi non-tunai melalui kliring dan RTGS cenderung mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Ke depan, kami memperkirakan prospek ekonomi diperkirakan tumbuh lebih rendah dari triwulan laporan. Pertumbuhan ekonomi

Upload: others

Post on 29-Aug-2019

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kata Pengantar

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

i i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER)

Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) periode triwulan IV-2012 ini dapat

hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Wilayah Kalimantan ini mengulas perkembangan terakhir

berbagai variabel makro ekonomi di tingkat provinsi, meliputi

perkembangan ekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan

daerah, indikator kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan ekonomi dan

inflasi triwulan mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi

salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi pemangku kebijakan,

akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya

yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap perkembangan ekonomi

Provinsi Kalsel.

Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerja

perekonomian Kalsel pada triwulan IV-2012 mencatat laju pertumbuhan

yang meningkat dari 4,71% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,04%

(yoy), terutama ditopang oleh kinerja konsumsi yang mengalami akselerasi

dan investasi yang masih terjaga pada level yang tinggi.

Pergerakan inflasi menunjukkan peningkatan selama triwulan

laporan. Pada triwulan IV-2012, inflasi Kalimantan Selatan yang diwakili

Kota Banjarmasin tercatat mengalami tekanan lebih tinggi dari 5,14%(yoy)

pada triwulan III-2012 menjadi 5,96%(yoy). Kenaikan laju inflasi ini

terutama terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi,

dan kelompok sandang.

Secara umum, kinerja perbankan Kalimantan Selatan pada triwulan

IV-2012 menunjukkan perkembangan yang positif walaupun ada

kecenderungan melambat. Perkembangan aset, kredit dan DPK tercatat

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya namun di lain sisi

perkembangan yang menggembirakan dicatat oleh risiko kredit perbankan

Kalimantan Selatan yang secara umum terindikasi lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya, sebagaimana tercermin dari rasio NPL

sebesar 1,24%. Transaksi uang tunai melalui Kantor Perwakilan BI Wilayah

Kalimantan secara keseluruhan menunjukkan net-outflow. Sementara itu,

transaksi non-tunai melalui kliring dan RTGS cenderung mengalami

peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.

Ke depan, kami memperkirakan prospek ekonomi diperkirakan

tumbuh lebih rendah dari triwulan laporan. Pertumbuhan ekonomi

Kata Pengantar

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

ii

Kalimantan Selatan pada triwulan I-2013 diperkirakan dapat tumbuh pada

kisaran 5,3%-5,8% (yoy)1, melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan

laporan yang mencapai 6,04% (yoy) 2. Di sisi permintaan, kinerja ekspor

diperkirakan belum sepenuhnya pulih meskipun dengan tingkat kontraksi

yang lebih landai. Sedangkan di sisi penawaran, kinerja subsektor pertanian

diperkirakan tumbuh moderat dan sektor pertambangan diperkirakan masih

mengalami fase konstraksi. Laju inflasi Kota Banjarmasin pada triwulan I-

2013 diperkirakan bergerak relatif stabil dibandingkan triwulan

sebelumnya. Laju inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan I-2013

diperkirakan berada pada kisaran 5,89%±1% (yoy)3.

Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi

berbagai pihak yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masih

banyak langkah-langkah penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Saran

dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya

kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai

pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang

kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang

akan datang.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan

kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik

Banjarmasin, 7 Februari 2013 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

WILAYAH KALIMANTAN

Khairil Anwar Direktur Eksekutif

1 Angka proyeksi KPw BI Wilayah Kalimantan

2 Angka proyeksi KPw BIWilayah Kalimantan

3 Angka proyeksi KPw BIWilayah Kalimantan

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

iii iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... iii KETERANGAN DAN SUMBER DATA ....................................................... v TABEL INDIKATOR TERPILIH ................................................................... vii

RINGKASAN EKSEKUTIF . 1 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ........................ 7

1. Sisi Permintaan .......................................................................... . 9 1.1 Konsumsi Rumah Tangga .................................................... 10 1.2 Pengeluaran Pemerintah ........................................................ 11 1.3 Investasi ................................................................................. 12 1.4 Perkembangan Ekspor ............................................................ 13 1.5 Perkembangan Impor ............................................................. 15

2. Sisi Penawaran ........... 15 2.1 Sektor Pertanian .................................................................... 16 2.2 Sektor Pertambangan ............................................................. 17 2.3 Sektor Industri Pengolahan .................................................... 19 2.4 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) .................... 20

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ................. 21

1. Kondisi Umum .......... 23 1.1 Sisi Produksi ......................................................................... 25 1.2 Sisi Pasokan dan Distribusi ................................................... 26 1.3 Sisi Permintaan .................................................................... 27

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi ... 27 2.1 Inflasi Volatile Food ............................................................. 28 2.2 Inflasi Administered Price ..................................................... 29 2.3 Inflasi Inti ............................................................................. 30

3. Inflasi Pedesaan ................................................. 31

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN .............. 33

1. Perkembangan Bank Umum.................................. ...................... 35 1.1 Perkembangan Volume Usaha dan Kelembagaan Bank Umum ...................................................................... 35

1.2 Penghimpunan Dana Masyarakat .................................... .. 36 1.3 Penyaluran Kredit ............................................................. 37

1.4 Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit .................................... . 39 1.5 Kredit Usaha Rakyat (KUR) ................................................ 40

2. Perkembangan Bank Umum Syariah ........................................... 41

Daftar Isi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

iv

3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ......................... ............ 43 4. Perkembangan Sistem Pembayaran ......................... .................... 45

4.1 Transaksi Pembayaran Tunai.............................................. 46 4.2 Transaksi Pembayaran Non Tunai.................................... .. 50

BAB 4. KEUANGAN DAERAH .............................. 54

1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah .............................................. 58 2. Realisasi Belanja Daerah.......................... ................................... 60 3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2013 ........... 61

BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN.... ....................... 65

......................................................... 67

2. Kesejahteraan .......... ................................................................... 70

BAB 6. PROSPEK EKONOMI ............................................................. 79

1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi .... . .............................. 81

2. Perkiraan Inflasi .......... ................................................................ 83

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

v

KETERANGAN DAN SUMBER DATA

Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas dasar

tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari Dokumen

Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Divisi PDIE-Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.

Bab II Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan, dioleh

lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis.

Bab III Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank yang

berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring KPw Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan).

Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi

Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan. Bab V Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional

(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel. Sebagai suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil SKDU KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan.

Bab VI Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi

dan moneter dengan didukung oleh hasil survei yang dilakukan KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan seperti SKDU, SK, dan SPE.

Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian di antaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012 vi

Visi Bank Indonesia Menjadi Lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Menjadi Kantor Perwakilan BI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan Misi KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Mendukung pencapaian kebijakan BI di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

vii

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH a. Inflasi dan PDRB

TW - I TW - II TW - III TW - IV

MAKRO

119,4 130,22 135,4 130,83 131,84 141,02 143,47

3,86 9,06 3,98 7,95 5,51 5,14 5,96

Pertanian 7.087 7.259 7.544 1.323 2.175 2.534 1.783

Pertambangan & Penggalian 6.332 6.811 7.256 1.834 1.872 1.864 1.878

Industri Pengolahan 3.157 3.248 3.351 849 859 885 894

Listrik, Gas, & Air Bersih 144 156 166 43 44 45 46

Bangunan 1.603 1.707 1.839 470 485 506 559

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4.427 4.732 5.121 1.295 1.367 1.457 1.512

Pengangkutan dan Komunikasi 2.522 2.685 2.873 721 744 788 822

Keuangan, Persewaan, dan Jasa 1.176 1.260 1.343 347 355 365 386

Jasa 2.603 2.816 3.061 769 821 846 886

5,29% 5,58% 6,12% 6,41% 5,93% 4,71% 6,04%

5446 5616 9783 2.496 2.653 1.934 2.372

85095 86276 122229 29.545 33.822 25.837 37.614

659 467 667 154,91 244,38 158,64 88,32

252 249 274 57,39 56,45 54,06 29,45

2012TAHUN

2011

TAHUN

2010

Volume Impor Nonmigas (ribu ton)

INDIKATORTAHUN

2009

IHK Banjarmasin

Inflasi Banjarmasin (y-o-y)

PDRB Harga Konstan (Rp Miliar)

Pertumbuhan PDRB (y-o-y)

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta)

Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton)

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta)

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012 viii

b. Perbankan

1 2 3 4

21.544 26.169 33.092 36.206 38.674 40.481 41.257

17.782 21.307 27.728 29.391 31.636 32.576 33.827

4.188 4.304 6.223 8.628 9.174 9.423 8.199

9.765 12.056 15.543 14.742 15.744 16.194 18.288

3.829 4.947 5.963 6.021 6.719 6.959 7.340

17.508 20.153 28.278 29.606 32.905 35.185 36.460

6.114 7.073 9.297 9.855 11.299 12.201 12.486

5.297 5.768 8.263 8.815 10.249 10.934 332

6.098 7.312 10.718 10.936 11.357 12.051 12.642

98,46% 94,58% 101,98% 100,7% 104,0% 108,0% 107,78%

13.706 17.107 20.688 21.320 23.368 25.211 26.633

4.861 6.199 7.338 7.514 8.647 9.050 9.457

3.603 4.376 5.450 5.594 6.022 6.670 7.027

5.243 6.532 7.900 8.213 8.699 9.492 10.149

77,08% 80,29% 74,61% 72,54% 73,86% 77,39% 78,73%2,14% 2,13% 1,61% 1,73% 1,61% 1,59% 1,24%

Total Asset 272 371 411 418 414 394 419

168 192 259 275 256 221 248

63 77 90 110 143 107 121

105 115 169 165 114 114 127

209 264 265 237 241 237 248

61 73 65 96 105 107 111

111 145 162 80 69 57 59

37 46 39 61 67 73 78 5,76% 3,11% 4,69% 4,99% 4,58% 6,16% 7,06%

124,28% 136,99% 102,32% 86,23% 101,73% 107,23% 99,95%

Kredit - Lokasi Proyek

Konsumsi

Modal Kerja

Investasi

Konsumsi

LDR

LDR - Lokasi Proyek

Kredit - Lokasi Bank

LDR

NPL

NPL

Investasi

Konsumsi

DPK

Tabungan

Deposito

Kredit lokasi bank

Modal Kerja

Bank Umum (Rp miliar)

BPR

20102009 2011INDIKATOR2012

PERBANKAN

Deposito

Modal Kerja

Investasi

DPK

Total Asset

Giro

Tabungan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

ix

c. Sistem Pembayaran

IndikatorTw.IV-

2010

Tw.I-

2011

Tw.II-

2011

Tw.III-

2011

Tw.IV-

2011

Tw.I-

2012

Tw.II-

2012

Tw.III-

2012

Tw.IV-

2012

Posisi Kas Gabungan

(Rp miliar) 2.364 1.749 2.121 3.761 2.862 2.877 2.832 4.090 3.091

Inflow (Rp miliar) 936 1.170 991 1.883 1.320 2.128 1.469 2.382 1.760

Outflow (Rp miliar) 1.427 579 1.130 1.878 1.542 748 1.362 1.708 1.331

Pemusnahan Uang

(Rp miliar) 1.012 761 761 705 763 748 78 37 157

Nominal Transaksi RTGS

(Rp Miliar) 32.483 37.405 37.762 42.223 47.191 46.530 61.075 45.168 52.275

Volume Transaksi RTGS

(ribu lbr) 49 43 44 47 51 44 50 49 53

Nominal Kliring

(Rp Miliar) 3.762 3.860 4.276 3.252 4.713 4.486 4.260 3.637 4.254

Volume Kliring (ribu lbr) 80 79 83 58 84 84 85 70 82

Rata-rata Harian Nominal

Kliring59,71 59,38 70,09 54,19 74,80 71,22 68,72 60,31 71,01

Rata-rata Harian Volume

Kliring (ribu lbr) 1,27 1,22 1,36 0,97 1,32 1,34 1,37 1,16 1,37

Nominal Kliring

Pengembalian (Rp miliar) 101 88 120 82 148 461 117 133 83

Volume Kliring

Pengembalian (lembar) 2.038 1.791 1.838 1.300 2.056 2.131 2.205 2.059 1.642

Rata-rata Harian Nominal

Kliring Pengembalian

(Rp Miliar)

1,35 1,17 1,96 1,36 2,35 2,35 1,89 2,18 1,32

Rata-rata Harian Volume

Kliring Pengembalian

(lembar)

27 24 30 22 33 33 36 34 26

Rata-rata Harian Nominal

Cek/BG Kosong (%) 1,92 2,45 1,81 1,93 1,72 1,87 2,06 2,45 1,61

Rata-rata Harian Volume

Cek/BG Kosong (%) 1,88 1,78 2,45 2,43 2,43 2,83 2,38 3,26 1,48

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

8

paman

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI

MAKRO REGIONAL

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

9

Grafik 1.1

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan

*) angka sementara Sumber: BPS Prov.Kalsel

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2012 mencatat

laju pertumbuhan yang meningkat dari 4,71% (yoy) pada triwulan

sebelumnya menjadi 6,04% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi

pada triwulan laporan terutama ditopang oleh kinerja konsumsi yang mengalami

akselerasi dan investasi yang masih terjaga pada level yang tinggi. Sementara

ekspor yang selama ini menopang pertumbuhan kembali mencatat penurunan.

Dari sisi penawaran, hampir seluruh kinerja sektor unggulan Kalimantan

Selatan menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Hal tersebut mampu

menahan kontraksi yang terjadi

pada sektor pertambangan. Selama

triwulan laporan, terkoreksinya

pertumbuhan ekonomi negara mitra

dagang batubara akibat krisis

keuangan eropa yang belum

kunjung pulih nampaknya mampu

diimbangi oleh kinerja sektor utama

lainnya yaitu pertanian, industri

pengolahan dan perdagangan yang

lebih banyak menyasar segmen

pasar domestik/dalam negeri.

1.1. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, konsumsi dan investasi mencatat peningkatan

selama triwulan laporan. Sementara itu, kinerja ekspor yang kembali

mengalami pelemahan telah memberikan tekanan terhadap laju pertumbuhan

ekonomi. Meskipun demikian, secara keseluruhan perekonomian mampu tumbuh

pada tingkat 6,04% (yoy) selama triwulan laporan.

1

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

10

Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (yoy) Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan

*) angka sementara Sumber: BPS Provinsi Kalsel

1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV-2012 mengalami

peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

yaitu dari 5,40% (yoy) pada triwulan III-2012 menjadi 7,80% (yoy) pada triwulan

laporan. Meningkatnya konsumsi rumah tangga ini juga tercermin dari indikator

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan laporan yang masih terjaga di

atas batas tingkat optimis, yaitu sebesar 110,17.

Grafik 1.2 Perkembangan Konsumsi Rumah tangga

Grafik 1.3 Komponen Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: BPS Kalsel

Jika dilihat dari Indeks Kondisi Ekonomi (IKE), selama triwulan laporan juga

masih terjaga di atas angka batas optimis, yaitu 113,40. Hal ini berkat

meningkatnya keyakinan masyarakat untuk melakukan pembelian barang tahan

lama yang berada pada indeks 111,70, meningkat dari triwulan sebelumnya

105,90. Sementara keyakinan masyarakat akan ketersediaan lapangan kerja

tercermin dari peningkatan indeks dari 107,50 pada triwulan III-2012 menjadi

110,50 selama triwulan laporan.

0%

2%

4%

6%

8%

10%

3.000

3.200

3.400

3.600

3.800

4.000

4.200

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

2010 2011 2012

Nilai Kons RT (Rp miliar) G.Kons RT (yoy)

0

50

100

150

200

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

2010 2011 2012

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Ekspektasi Konsumen (IEK)

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

11

0

50

100

150

200

Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4

2010 2011 2012

Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

Indeks Penghasilan Konsumen

Indeks Konsumsi Barang-Barang Kebutuhan Tahan Lama

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Grafik 1.4 Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Grafik 1.5 Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan di Kalimantan Selatan

(Berdasarkan Lokasi Proyek)

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wilayah Kalimantan

Sumber: LBU Bank Indonesia,diolah

Indikator lainnya yang menggambarkan kuatnya kinerja konsumsi rumah

tangga adalah pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang

masih terjaga pada level tinggi. Pada triwulan laporan, jumlah kredit konsumsi

berdasarkan lokasi proyek tumbuh sebesar 17,96% (yoy).

1.1.2. Pengeluaran Pemerintah

Selama triwulan IV-2012, konsumsi pemerintah mengalami

peningkatan, yaitu tumbuh 5,58% (yoy) atau sedikit lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,5% (yoy).

Meningkatnya pertumbuhan ini disebabkan karena percepatan realisasi belanja

operasional yang dilakukan oleh pemerintah, terutama pemerintah di tingkat

Provinsi.

Grafik 1.6 Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Provinsi

Grafik 1.7 Realisasi Belanja APBD Pemerintah Provinsi Kalsel

Sumber: BPS Kalsel Sumber: Biro Keuangan Provinsi

Hasil liaison kepada Biro Keuangan Provinsi kalimantan Selatan

menginformasikan bahwa selama triwulan laporan, belanja daerah terealisasi

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

2010 2011 2012

Kredit Konsumsi g. konsumsi (y-o-y)

0%2%4%6%8%10%12%14%

- 200 400 600 800

1.000 1.200 1.400

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

2010 2011 2012

Nilai Kons Pemerintah (Rp miliar)

G.Kons Pemerintah (yoy)

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

12

sebesar Rp4,01 triliun atau mencapai realisasi sebesar 115,03% dari total

anggaran sebelum perubahan, atau lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang hanya mencapai realisasi sebesar 71,12% dari total anggaran.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa peningkatan realisasi belanja dapat

menopang pertumbuhan dari sisi konsumsi.

Secara umum, peningkatan tersebut terjadi pada hampir semua komponen

belanja, terutama didorong oleh kinerja belanja modal yang mencapai realisasi

sebesar 142,10%. Sementara realisasi anggaran sub komponen utama belanja

operasi lainnya, yaitu belanja pegawai serta belanja barang dan jasa masing-masing

mencapai 89,19% dan 119,92% dari total anggaran sebelum penyesuaian.

Peningkatan yang terjadi pada pos belanja terutama dipengaruhi oleh naiknya

efektivitas keuangan daerah yang terindikasi dari pencapaian penerimaan daerah

sebesar 132,59% dari total anggaran yang ditargetkan Rp3,30 triliun, atau sebesar

Rp4,38 triliun .

1.1.3. Investasi

Kegiatan investasi Kalsel yang tercermin pada komponen

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mencatat peningkatan dari

8,43% (yoy) di triwulan III-2012 menjadi 13,78% (yoy) pada triwulan

laporan. Menguatnya kinerja investasi ini juga terkonfirmasi dari perkembangan

kredit investasi yang masih terjaga pada level relatif tinggi.

Grafik 1.7 Perkembangan Investasi Pemerintah Provinsi

Grafik 1.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi Perbankan Berdasarkan Lokasi

Proyek

Sumber: BPS Kalsel Sumber: LBU, Bank Indonesia

Selama triwulan laporan, penyaluran kredit investasi tumbuh 37,14%

(yoy) atau mencapai nominal sebesar Rp 11,33 triliun. Pertumbuhan ini masih

cukup tinggi walaupun mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

0

500

1000

1500

2000

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

2010 2011 2012

Nilai Investasi(Rp miliar) G.Investasi(yoy)

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

2010 2011 2012

Kredit Investasi g. investasi (y-o-y)

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

13

yang tumbuh 43,82% (yoy) dengan angka penyaluran mencapai Rp10,93 triliun.

Meningkatnya investasi pada triwulan ini terutama terjadi pada sektor

konstruksi seiring dengan maraknya pembangunan infrastruktur di Kalimantan

Selatan. Sementara itu, investasi di sektor pertambangan yang selama ini

mendorong pembentukan modal tetap bruto masih mengalami pelambatan

seiring dengan koreksi investasi yang dilakukan oleh investor pada awal triwulan

laporan.

1.1.4. Perkembangan Ekspor

Pada triwulan IV-2012, ekspor Kalimantan Selatan tercatat kembali

mengalami kontraksi sebesar -3,47% (yoy), menurun semakin dalam

dibandingkan triwulan sebelumnya yang telah mengalami kontraksi

sebesar -1,32%(yoy). Nilai ekspor pada triwulan laporan tercatat U$2,37 milyar,

atau masih dalam kondisi mengalami kontraksi sebesar -17,92% (yoy)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai hanya U$1,93 milyar dengan

kontraksi hingga -22,66%(yoy).

Penurunan nilai ekspor tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh lambannya

pemulihan harga komoditas di pasar internasional, mengingat pada triwulan yang

sama volume ekspor komoditas asal Kalimantan Selatan telah berangsur

mengalami kenaikan. Selama triwulan laporan, volume ekspor tercatat mencapai

39,73 juta ton atau tumbuh positif 10,73%(yoy), lebih baik dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang mencatat kontraksi sebesar -10,80% (yoy) dengan

volume ekspor hanya sebesar 27,88 juta ton.

Grafik 1.9 Perkembangan Ekspor Kalimantan Selatan

Grafik 1.10 Nilai dan Volume Ekspor Kalimantan Selatan

Sumber: BPS Kalsel

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4

2010 2011 2012

Nilai Ekspor (Rp miliar) G.Ekspor (yoy)

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3

2010 2011 2012

Volume ekspor (ribu ton) Growth (yoy)

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

14

Perlambatan ekspor tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya ekspor

komoditas batubara ke pasar internasional akibat pasokan batubara dunia yang

masih berlebih paska melemahnya perekonomian global. Pada triwulan laporan,

komoditas batubara masih mengalami kontraksi nilai ekspor sebesar -16,82% (yoy),

relatif belum membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat kontraksi

sebesar -25,19% (yoy). Meskipun belum sepenuhnya berangsur pulih, total volume

ekspor batubara di triwulan laporan berangsur naik menjadi 37,64 juta ton, lebih

baik dibandingkan triwulan III-2012 sebesar 25,84 juta ton.

Selain batu bara, lambannya pemulihan komoditas ekspor unggulan

Kalimantan Selatan lainnya, seperti karet dan CPO, juga juga terjadi akibat

pergerakan harga komoditas di pasar internasional yang relatif lamban seiring

permintaan dunia yang masih lemah selama triwulan laporan.

Grafik 1.11 Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan

Sumber: DSM Bank Indonesia, diolah

Sementara itu, dilihat dari negara tujuan ekspor, pasar Asia masih

mendominasi dimana China masih tetap menjadi negara tujuan utama ekspor

dengan share sebesar 29,15% dari total nilai ekspor. Selanjutnya, India menjadi

negara tujuan ekspor kedua dengan share sebesar 27,13%, dan India menempati

posisi ketiga dengan dengan share sebesar 20,11%.

29%

27%

20%

6%

6% 3%

9% RRC

India

Japan

South Korea

Philippines

Hongkong

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

15

1.1.5 Perkembangan Impor

Impor Kalimantan Selatan

pada triwulan IV-2012 tumbuh

10,06% (yoy), atau lebih rendah

dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mampu

tumbuh 17,67% (yoy). Secara

nominal, nilai impor selama

triwulan laporan hanya mencapai

U$88,32 milyar, atau mengalami

kontraksi terutama untuk pembelian barang-barang modal dan fasilitas produksi

guna mendukung aktivitas pertambangan dan perkebunan.

Melemahnya impor selama triwulan laporan diperkirakan karena adanya

koreksi belanja investasi (capital expenditure) oleh beberapa investor utama

menyusul adanya koreksi target produksi pertambangan akibat kontrak penjualan

yang tertunda seiring pelemahan permintaan komoditas dari negara mitra dagang.

1.2. SISI PENAWARAN

Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan selama

triwulan IV-2012 ditopang oleh kinerja sektor pertanian dan sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR). Data BPS dan survei Bank Indonesia

menyatakan bahwa pada triwulan laporan, kontribusi sektor pertambangan justru

negatif. Sementara sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor PHR,

serta sektor jasa-jasa mencatat kinerja yang relatif lebih baik.

Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan

*) angka sementara

Sumber: BPS Prov.Kalsel

Grafik 1.12 Perkembangan Impor Kalimantan Selatan

Sumber: BPS Kalsel

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

2010 2011 2012

Nilai Impor (Rp miliar) G.Impor (yoy)

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

16

1.2.1. Sektor Pertanian

Laju pertumbuhan sektor pertanian mengalami pelambatan dari

3,30% (yoy) pada triwulan III-2012 menjadi 3,11% (yoy) selama triwulan

IV-2012. Pelambatan yang terjadi disebabkan oleh menurunnya produksi

tanaman bahan pangan yang terjadi selama triwulan laporan di beberapa sentra

padi Kalimantan Selatan pasca panen raya yang terjadi pada triwulan sebelumnya.

Hal ini terlihat dari pertumbuhan sub sektor tanaman pangan yang mengalami

kontraksi sebesar -1,18% (yoy).

Grafik 1.13 Perkembangan Sektor Pertanian Grafik 1.14 Penggunaan Tenaga Kerja Pertanian

Sumber: BPS Kalsel

Di lain sisi, kinerja perkebunan justru mengalami peningkatan. Hal

tampak dari pertumbuhan ekspor karet sudah berangsur pulih, walau masih

mengalami kontraksi sebesar -46,34% (yoy), namun lebih baik dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya sebesar -50,64% (yoy). Disisi lain, beberapa

komoditas seperti CPO, volume ekspor turun hingga -19,71% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sempat mengalami pertumbuhan sebesar

11,74%(yoy).

Melemahnya ekspor komoditas CPO, terutama disebabkan oleh

penurunan harga di pasar internasional hanya berada pada kisaran USD 679,115

per metric ton, atau turun sebesar 30,31% (yoy) dibandingkan periode yang sama

pada tahun sebelumnya yang mencapai sebesar USD 974,45 per metric ton.

Sementara harga karet turun hingga -13.14%(yoy), dari USD 3,49 per metric ton

menjadi hanya USD 3,03 pada triwulan laporan.

0%1%2%3%4%5%6%7%

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

2010 2011 2012

Sektor Pertanian (Rp miliar) G.Sektor Pertanian (yoy)

-4

-2

0

2

4

Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4

2010 2011 2012

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

17

Grafik 1.17 Pertumbuhan Sektor Pertambangan Kalimantan Selatan

Sumber: BPS Propinsi Kalsel

-5%

0%

5%

10%

15%

-

1.000

2.000

3.000

4.000

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

2010 2011 2012

Sektor Pertambangan (Rp miliar)

G.Sektor Pertambangan (yoy)

1.2.2. Sektor Pertambangan

Sektor pertambangan pada triwulan laporan mengalami kontraksi

sebesar -1,42% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami

pertumbuhan melambat sebesar 0,19% (yoy). Menurunnya pertumbuhan ini

terkonfirmasi dari penurunan penyaluran kredit di sektor pertambangan yang

mengalami kecenderungan menurun. Selama triwulan laporan, kredit

membukukan pertumbuhan yang menurun dari 58,34% (yoy) pada triwulan III-

2012 menjadi hanya sebesar

45,02% (yoy).

Tertekannya kinerja pertambangan juga tercermin dari nilai ekspor batu

bara yang hanya tercatat U$2,37 milyar, atau mengalami kontraksi -17,92%

(yoy). Angka tersebut tidak berbeda jauh dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang membukukan ekspor senilai U$1,93 milyar atau telah

terkontraksi hingga -22,66%(yoy).

Grafik 1.15 Perkembangan Harga Internasional CPO

Sumber: Bloomberg

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

2010 2010 2011 2012

Grafik 1.16 Perkembangan Harga Internasional Karet

Sumber: Bloomberg

0

1

2

3

4

5

6

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

2009 2010 2011 2012

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

18

Berdasarkan data ekspor yang diperoleh melalui Departemen Statistik dan

Moneter (DSM), volume ekspor batubara sebenarnya telah menunjukkan adanya

indikasi pemulihan, tercermin dari adanya trend kenaikan volume ekspor batubara

dari 25,84 juta ton pada triwulan III-2012 menjadi 37,61 juta ton selama triwulan

laporan. Namun pemulihan harga komoditas di pasar internasional yang berjalan

relatif lamban telah menyebabkan perbaikan volume ekspor selama triwulan

laporan menjadi kurang signifikan.

Menurunnya kinerja sektor pertambangan diperkirakan karena belum

pulihnya harga batu bara di pasar internasional yang hanya berada pada kisaran

USD 68,15 per metric ton, atau turun sebesar 10,47% (yoy) dibandingkan periode

yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai sebesar USD 76,12 per metric

ton. Penurunan yang belum sepenuhnya pulih tersebut mengakibatkan produsen

batubara menurunkan pengajuan kredit sektoral untuk pengembangan lebih

lanjut. Berdasarkan hasil survei dan liaison Bank Indonesia, menurunnya harga

komoditas batubara tersebut diperkirakan karena permintaan dari pasar

internasional yang cenderung mengalami pelemahan akibat oversupply.

Grafik 1.19 Penyaluran Kredit Sektor Pertambangan

Sumber : LBU, Bank Indonesia Sumber : Bloomberg, diolah

-50%

0%

50%

100%

150%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4

2010 2011 2012

Pertambangan g. Pertambangan (y-o-y)

Grafik 1.18 Perkembangan Harga Batubara Internasional

Sumber : Bloomberg

020406080

100

Tw-1

Tw-3

Tw-1

Tw-3

Tw-1

Tw-3

Tw-1

Tw-3

2010 2010 2011 2012

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

19

Grafik 1.20 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Kalimantan Selatan

Sumber: BPS Kalimantan Selatan

0%1%2%3%4%5%6%7%

740 760 780 800 820 840 860 880 900 920

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

2010 2011 2012

Sektor Industri Pengolahan (Rp miliar)

G.Sektor Ind. Pengolahan (yoy)

Grafik 1.21 Kredit Sektor Industri Pengolahan Kalimantan Selatan

Sumber: LBU, Bank Indonesia

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4

2010 2011 2012

Industri pengolahan g. Industri pengolahan (y-o-y)

1.2.3.Sektor Industri Pengolahan

Ditengah melambatnya laju pertumbuhan sektor pertambangan,

industri pengolahan pada triwulan IV-2012 mencatatkan kondisi yang

semakin meningkat. Laju pertumbuhan mengalami kenaikan dari 3,60%

(yoy) di triwulan III-2012 menjadi 6,23% (yoy) pada triwulan IV-2012.

Peningkatan tersebut dikonfirmasi oleh penyaluran kredit di sektor industri

pengolahan yang mengalami kenaikan dari Rp1,34 triliun pada triwulan III-2012

menjadi Rp1,56 triliun selama triwulan laporan. Dari sisi pertumbuhan, pembiayaan

yang disalurkan pada sektor ini meningkat sebesar 21,60%(yoy), jauh lebih baik

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -0,32%(yoy).

Pertumbuhan tersebut juga searah dengan hasil survei pertumbuhan

produksi industri manufaktur berskala besar/sedang wilayah Kalimantan Selatan1

selama triwulan laporan yang menginformasikan adanya kecenderungan kinerja

yang semakin menguat pada sektor industri pengolahan. Khusus pada jenis

industri tersebut, pertumbuhan tercatat mencapai 3,12% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,89% (yoy). Kelompok industri

pengolahan yang memiliki andil terbesar terhadap pertumbuhan selama triwulan

laporan antara lain kelompok industri pangan dan jenis minuman, industri kayu,

industri bahan kimia, dan industri karet serta barang dari karet/plastik.

1 Survei dilaksanakan oleh BPS Provinsi Kalimantan Selatan

Bab 1 – Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

20

Grafik 1.22 Pertumbuhan Sektor PHR Kalimantan Selatan

Sumber: BPS Provinsi Kalsel

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

- 200 400 600 800

1.000 1.200 1.400 1.600

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

2010 2011 2012

Sektor PHR (Rp miliar) G.Sektor PHR (yoy)

1.2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Seperti halnya industri pengolahan, kinerja sektor perdagangan,

hotel, dan restoran (PHR) di wilayah Kalimantan Selatan juga mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Laju pertumbuhan sektor

PHR mencapai 12,78% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 9,80% (yoy). Peningkatan tersebut merupakan kelanjutan dari

pertumbuhan sejak beberapa triwulan sebelumnya yang menunjukkan

kecenderungan semakin prospektif. Membaiknya aktivitas perdagangan ini

tercermin terjaganya penyaluran kredit pada sektor perdagangan di level yang

tinggi. Selama triwulan laporan, realisasi pertumbuhan kredit mencapai

32,42%(yoy) relatif sama tingginya bila dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya sebesar 32,67%(yoy).

Peningkatan aktivitas perdagangan tersebut juga tercermin dari hasil

survei liaison pada perusahaan retailer utama di Kalimantan Selatan yang

mencatat perbaikan omset pendapatan mencapai hingga 6,99%(yoy) selama

triwulan laporan, relatif membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu

sebesar 2,26% (yoy). Terjaganya kinerja sektor PHR tersebut diperkirakan berkat

konsumsi masyarakat yang masih relatif tinggi selama triwulan laporan, terdorong

berkat terjaganya daya beli serta adanya perayaan Natal dan tahun baru.

Grafik 1.23 Penyaluran Kredit Sektor Perdagangan

Sumber: LBU, Bank Indonesia SKDU, KPw BI Wilayah Kalimantan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4Tw-1Tw-2Tw-3Tw-4

2010 2011 2012

Perdagangan g. Perdagangan (y-o-y)

Bab 2 – Perkembangan Inflasi

ai

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

23

PERKEMBANGAN INFLASIDAERAH

Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2012 secara umum

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan

tercatat 5,96% (yoy), atau meningkat dari triwulan sebelumnya yang hanya

mencapai 5,14% (yoy). Berdasarkan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) serta

hasi diskusi dalam TPID dan liaison ke dinas terkait, meningkatnya laju inflasi ini

terutama dipengaruhi komoditas volatile food khususnya daging ayam ras dan

beberapa komoditas sayur-sayuran yang pasokannya berkurang pada triwulan

laporan.

1. KONDISI UMUM

Secara tahunan, pada triwulan laporan terjadi peningkatan

tekanan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada akhir triwulan IV-

2012, inflasi Kalimantan Selatan yang tercermin dari perubahan Indeks harga

Konsumen (IHK) Kota Banjarmasin tercatat 5,96% (yoy). Berdasarkan data BPS

Provinsi Kalimantan Selatan, angka tersebut berada di atas angka inflasi rata-rata

Kalimantan maupun inflasi nasional yang masing-masing tercatat sebesar 5,29%

(yoy) dan 4,31% (yoy).

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Kalsel

Sumber: BPS Kalsel,diolah

1.361.74

5.14

5.96

(0.03)

0.85

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011 2012

Inflasi Bulanan (%)Inflasi tahunan /

triwulanan (%)

inflasi triwulanan (q-t-q) Inflasi tahunan (y-o-y) Inflasi bulanan (m-t-m)

2

Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

24

Dilihat dari kelompok pengeluarannya, meningkatnya inflasi tahunan pada

triwulan laporan terutama terjadi pada kelompok bahan makanan, kelompok

makanan jadi, dan kelompok sandang. Terganggunya pasokan kelompok sayur-

sayuran, bumbu-bumbuan, dan daging menyebabkan inflasi pada kelompok

bahan makanan meningkat dari 5,57% (yoy) menjadi 8,83% (yoy). Sementara itu,

terganggunya pasokan gula pasir dan penyesuaian harga yang terjadi pada

komoditas rokok, mie, dan nasi menyebabkan inflasi kelompok makanan jadi

mencapai 7,85% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya inflasi kelompok

tersebut berada pada 7,14% (yoy). Penyesuaian harga pada beberapa produk

manufaktur sandang juga meningkatkan inflasi kelompok sandang dari 3,87%

(yoy) menjadi 3,91% (yoy).

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Kalsel dan Nasional (yoy)

Sumber: BPS Kalsel,diolah

Jika dilihat dari inflasi triwulanan, tekanan inflasi yang terjadi selama

triwulan IV-2012 juga lebih tinggi apabila dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, yaitu 1,37% (qtq) pada triwulan III-2012 menjadi 1,74% (qtq) pada

triwulan laporan. Peningkatan inflasi triwulanan ini terutama terjadi pada

kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi. Terganggunya pasokan

dari luar Kalimantan akibat faktor cuaca serta kenaikan permintaaan angkutan

udara selama masa liburan natal dan akhir tahun menjadi faktor utama kenaikan

kedua kelompok ini.

Tekanan inflasi selama triwulan IV-2012 cukup bervariasi. Pada bulan

Oktober 2012 terjadi deflasi yang merupakan kelanjutan dari deflasi yang terjadi

pada bulan September 2012. Tekanan dari sisi permintaan pada bulan laporan

masih belum tinggi di tengah ketersediaan pasokan yang relatif cukup. Komoditas

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2010 2011 2012

y-o-y (%)

Kalimantan Selatan (y-o-y) NASIONAL (y-o-y)

Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

25

beras menjadi salah satu penyebab deflasi pada bulan laporan yaitu sebesar -

1,08% (mtm), seiring panen raya yang masih berlangsung.

Pada bulan November 2012, Kalsel mengalami inflasi sebesar 0,91%

(mtm). Pada bulan ini, intensitas permintaan masyarakat kembali meningkat

khususnya karena adanya perayaan Tahun Baru Hijriah. Beberapa komoditas

pangan utama tercatat mengalami kenaikan inflasi seperti beras, telur ayam ras,

daging sapi, dan lain-lain. Sementara itu, masuknya musim penghujan mulai

berdampak pada ketersediaan pasokan, seperti ikan gabus yang semakin sulit

ditangkap saat permukan air rawa meningkat. Pada bulan November komoditas

ikan gabus tercatat mengalami inflasi sebesar 26,49% (mtm).

Pada bulan Desember 2012, inflasi Kalsel tercatat sebesar 0,85% (mtm).

Inflasi pada bulan Desember didorong oleh gangguan pasokan beberapa

komoditas pangan strategis serta kenaikan permintaan seiring masa liburan

sekolah, perayaan Natal dan akhir tahun. Meningkatnya tekanan inflasi terutama

terjadi pada kelompok daging-dagingan, ikan segar, sayur mayur dan bumbu-

bumbuan. Tekanan inflasi pada bulan Desember 2012 dapat sedikit tertahan oleh

penurunan harga beras dan emas perhiasan sehingga tidak setinggi bulan

sebelumnya.

a. Sisi Produksi

Peningkatan produksi padi di Kalimantan Selatan selama tahun 2012 ini

ternyata mampu mengerem laju inflasi Kalimantan Selatan sehingga tidak terus

melambung ke level yang tinggi. Berdasarkan liaison Bank Indonesia ke Dinas

Pertanian Kalimantan Selatan, hingga akhir triwulan keempat 2012 luasan panen

padi Kalsel tercatat mencapai 508.349 hektar,meningkat 1,86% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai

499.045 hektar .

Meningkatnya produksi padi ini tercermin dari kondisi deflasi yang terjadi

pada komoditas beras sepanjang tahun 2012. Pada akhir triwulan IV-2012 beras

mengalami deflasi sebesar -0,07% (yoy). Kondisi ini juga terkonfirmasi dari hasil

Survei Pemantauan Harga, di mana harga rata-rata komoditas beras kembali

mengalami penurunan sebesar -1,95% dari triwulan sebelumnya, yaitu dari

Rp11.919/kg menjadi Rp11.686/kg.

Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

26

Grafik 2.3 Perkembangan Luas Panen Padi Kalsel

Sumber: Dinas Pertanian Prov Kalsel,diolah

b. Sisi Pasokan dan distribusi

Pada triwulan laporan, pasokan gula non rafinasi di Kalimantan Selatan

tidak sebanyak triwulan sebelumnya. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh

menurunnya pasokan gula non rafinasi dari Sulawesi Selatan akibat terhambatnya

produksi PT Makassar Tene. Berdasarkan data Dinas Perdagangan Provinsi dan

Perindustrian Propinsi Kalimantan Selatan, stok gula pasir non rafinasi akhir

Desember 2012 hanya mencapai 2.000 ton, atau lebih rendah daripada stok

pada akhir September 2012 yang mencapai 4.000 ton.

Grafik 2.4 Perkembangan Stok Gula Pasir Non Rafinasi

Sumber: Disperindag Prov Kalsel,diolah

Terhambatnya pasokan gula pasir ke Kalimantan Selatan tersebut telah

memicu peningkatan inflasi pada komoditas ini. Berdasarkan data BPS, inflasi

komoditas gula pasir pada triwulan laporan mencapai 23,84% (yoy), atau lebih

tinggi dari triwulan III-2012 sebesar 21,74% (yoy).

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2010 2011 2012

Hektar

0

1000

2000

3000

4000

5000

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2010 2011 2012

stok gula pasir nonrafinasi

Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

27

Selain gula pasir, beberapa bahan makanan yang dipasok dari pulauJawa

khususnya sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan tercatat mengalami kenaikan

harga. Gangguan transportasi bukan menjadi faktor pemicu inflasi komoditas

tersebut mengingat ketinggian permukaan laut di selatan Pulau Kalimantan pada

bulan Oktober - Desember2012 masih relatif normal yakni hanya berada pada

kisaran 1,5 2.5 meter. Kenaikan harga di Kalimantan Selatan ini terjadi seiring

dengan datangnya musim penghujan sehingga produksi dari komoditas tersebut

di sentra produksi menjadi berkurang.

c. Sisi Permintaan

Tekanan inflasi dari sisi permintaan selama triwulan laporan terindikasi

mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2011.

Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, kenaikan intensitas

permintaan tersebut terutama terjadi pada barang-barang tahan lama (durable

goods). Hasil Survei Konsumen mencatat terdapat kenaikan rata-rata indeks

pemenuhan barang tahan lama dari 107,63 pada triwulan IV-2011 menjadi

108,47 pada triwulan laporan.

Grafik 2.5 Perkembangan Indeks

Pengeluaran Konsumen Grafik 2.6 Perkembangan Indeks Konsumsi

Barang Tahan Lama

Sumber: Survei Konsumen BI, diolah Sumber: Survei Konsumen BI,diolah

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI

Peningkatan inflasi pada triwulan IV-2012 terutama didorong oleh

meningkatnya tekanan dari kelompok volatile food khususnya komoditas daging

dan hasil-hasilnya. Sementara itu tekanan inflasi dari kelompok inti (core) dan harga

yang diatur pemerintah (administered price) tercatat mengalami penurunan.

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

180.00

200.00

1 2 3 4 1 2 3 4

2011 2012

Indeks Pengeluaran Konsumen

-

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

160.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011 2012

Indeks konsumsi barang tahan lama

Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

28

Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Kalsel

Sumber: BPS Kalsel, diolah

a. INFLASI VOLATILE FOOD

Pada triwulan IV-2012, inflasi volatile food meningkat dari 7,53% (yoy)

menjadi 10,56% (yoy). Efek dari kekeringan di Amerika Serikat secara tidak

langsung menjadi andil utama terhadap memburuknya inflasi volatile food di

Kalimantan Selatan. Kekeringan tersebut memicu kenaikan harga jagung dan

gandum di pasar internasional yang pada akhirnya mempengaruhi harga pakan

ternak ayam di pasaran lokal. Kondisi ini diperparah dengan berjangkitnya virus

flu burung di beberapa sentra produksi daging ayam nasional sehingga

mempengaruhi kondisi pasokan daging ayam ras secara umum. Dengan

perkembangan tersebut, inflasi komoditas ini mencapai 12,17% (yoy) setelah

sebelumnya mengalami deflasi sebesar -4,27% (yoy) pada triwulan III-2012.

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Daging Ayam Ras

Grafik 2.9 Perkembangan Harga Daging Ayam Ras

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS,diolah

Dec-11 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12

Umum 1.08 -0.14 0.59 -0.20 2.29

Administered Prices 0.15 -1.35 0.32 -0.15 0.03

Volatile Food 3.07 0.07 1.59 -1.21 2.52

Core 0.80 0.13 0.22 0.25 0.31

Dec-11 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12

Umum 0.95 2.45 0.28 1.37 4.51

Administered Prices 6.95 1.74 0.39 1.26 0.57

Volatile Food 0.98 4.04 0.47 1.26 4.45

Core 5.58 1.63 0.16 1.44 0.84

Dec-11 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12

Umum 3.98 6.03 5.53 5.14 5.96

Administered Prices 7.15 5.90 5.50 4.13 4.02

Volatile Food 0.05 7.01 6.44 7.53 10.56

Core 5.25 5.64 5.11 4.37 4.13

Disagregasi Inflasi

Disagregasi Inflasi

Disagregasi Inflasim-t-m (%)

q-t-q (%)

y-o-y (%)

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

Jan

-10

Fe

b-1

0

Ma

r-1

0

Ap

r-1

0

Ma

y-1

0

Jun

-10

Jul-

10

Au

g-1

0

Se

p-1

0

Oc

t-1

0

No

v-1

0

De

c-1

0

Jan

-11

Fe

b-1

1

Ma

r-1

1

Ap

r-1

1

Ma

y-1

1

Jun

-11

Jul-

11

Au

g-1

1

Se

p-1

1

Oc

t-1

1

No

v-1

1

De

s-2

01

1

Jan

-12

Fe

b-1

2

Ma

r-1

2

Ap

r-1

2

Ma

y-1

2

Jun

-12

Jul-

12

Au

g-1

2

Se

p-1

2

Oc

t-1

2

No

v-1

2

De

c-1

2

Rp/Kg

Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

29

Komoditas lain yang menjadi pemicu meningkatnya inflasi volatile food

adalah kelompok komoditas sayur-sayuran. Beberapa pasokan sayur-sayuran

menjadi langka di pasaran karena terbatasnya produksi pada sentra komoditas

tersebut. Komoditas yang tercatat mengalami kenaikan harga yang signifikan

yakni sawi hijau yang inflasinya melonjak dari -13,77% (yoy) menjadi 47,68%

(yoy) serta kacang panjang yang inflasinya meningkat 6,10% (yoy) menjadi

12,53% (yoy). Selain masalah produksi, meningkatnya harga pupuk turut memicu

kenaikan harga sayur-sayuran.

Grafik 2.7 Inflasi Volatile Food

Sumber: BPS Kalsel,Diolah

b. INFLASI ADMINISTERED PRICE

Inflasi administered price pada triwulan laporan hanya 4,02% (yoy), atau

lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 4,13% (yoy). Tekanan inflasi

administered price yang lebih rendah ini dipengaruhi oleh membaiknya pasokan

bahan bakar rumah tangga khususnya elpiji 3 kg. Masyarakat Kalsel yang sudah

mulai terbiasa dengan program konversi bahan bakar juga menjadi faktor

pendorong stabilnya harga minyak tanah yang juga merupakan komponen

komoditas bahan bakar rumah tangga.

-5

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

y-o-y (%)

Volatile Food (y-o-y)

Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

30

Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Administered rice

Grafik 2.11 Perkembangan Inflasi Bahan Bakar Rumah Tangga

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS,diolah

c. INFLASI INTI

Inflasi inti Kalsel pada triwulan laporan tercatat sebesar 4,13% (yoy), atau

lebih rendah dari triwulan III-2012 sebesar 4,37% (yoy). Berdasarkan data BPS,

turunnya tekanan inflasi inti pada triwulan laporan ini, salah satunya dipengaruhi

oleh kenaikan harga komoditas emas di pasar internasional yang tidak terlalu

tinggi. Inflasi emas perhiasan pada akhir triwulan laporan hanya mencapai 7,05%

(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mencapai 7,96% (yoy).

Selain itu, turunnya inflasi inti pada triwulan laporan juga dipengaruhi oleh

terjaganya pasokan komoditas bahan bangunan seperti semen dan batubata di

tengah meningkatnya permintaan akan komoditas tersebut. Berbeda dengan

akhir tahun 2011 di mana komoditas semen sempat menghilang dari pasaran,

pada tahun ini komoditas ini relatif tersedia sepanjang tahun. Komoditas semen

tercatat mengalami deflasi sebesar -7,20% (yoy) setelah pada triwulan

sebelumnya mengalami inflasi sebesar 10,42% (yoy).

Grafik 2.12 Perkembangan Inflasi Inti

Grafik 2.13 Perkembangan Inflasi Emas

Perhiasan

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS,diolah

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 9

2009 2010 2011 2012

-20

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

2

3

3

4

4

5

5

6

6

7

7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

y-o-y (%)

-10.00

-5.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2010 2011 2012

Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

31

3. INFLASI PEDESAAN

Searah dengan inflasi di kota Banjarmasin, inflasi di wilayah pedesaan

Kalimantan Selatan secara umum juga tercatat mengalami peningkatan. Hingga

akhir triwulan laporan, inflasi pedesaan tercatat sebesar 4,74% (yoy) sama

dengan inflasi pada triwulan sebelumnya. Inflasi tertinggi pada akhir triwulan

laporan terjadi pada kelompok makanan jadi sebesar 5,78% (yoy) sedangkan

inflasi terendah pada kelompok transportasi sebesar 1,42% (yoy).

Tabel 2.2 Inflasi Pedesaan Kalsel

Sumber BPS Provinsi Kalsel

Dilihat dari kelompok barang dan jasa, kelompok pengeluaran yang

mendorong terjadinya peningkatan inflasi adalah kelompok bahan makanan,

makanan jadi, dan perumahan. Sama halnya dengan yang terjadi di kota

Banjarmasin, tingginya harga komoditas daging ayam ras dan komoditas

subsitusinya seperti daging sapi dan ikan segar menjadi pendorong inflasi

kelompok bahan makanan dari 4,12% (yoy) menjadi 5,78% (yoy). Sementara itu,

meningkatnya inflasi pada kelompok makanan jadi dan kelompok perumahan

adalah cerminan ekspektasi masyarakat akan rencana kebijakan pemerintah di

awal tahun 2013 yang akan menaikkan TDL dan Elpiji 12 kg.

Di lain sisi, pengendali inflasi pedesaan pada triwulan laporan berasal dari

kelompok sandang dan kelompok transportasi. Dengan turunnya harga emas

perhiasan, inflasi pada kelompok sandang di pedesaan turun dari 4,31% (yoy)

menjadi 4,21% (yoy). Sementara itu, inflasi kelompok transportasi tercatat turun

dari 1,83% (yoy) menjadi 1,42% (yoy) seiring dengan terjaganya pasokan bahan

bakar ke pedesaan yang direspon dengan menurunnya tekanan inflasi pada jasa-

jasa penyewaan transportasi (komoditas kendaraan carter, tarif sewa motor,

angkutan dalam kota, dan sejenisnya) .

TW III-2012 TW IV-2012 TW III-2012 TW IV-2012 TW III-2012 TW IV-2012

UMUM 1.48 0.90 3.80 4.74 3.72 4.74

Bahan Makanan 2.17 1.05 4.68 5.78 4.12 5.78

Makanan Jadi 0.72 0.25 4.84 5.10 5.07 5.10

Perumahan 0.13 1.41 1.24 2.67 1.74 2.67

Sandang 1.71 0.97 3.20 4.21 4.31 4.21

Kesehatan 0.71 1.06 2.86 3.96 3.61 3.96

Pendidikan 1.22 0.62 1.13 1.76 1.12 1.76

Transportasi -0.37 0.14 1.28 1.42 1.83 1.42

Inflasi

Pedesaan

Q-t-Q Y-t-D Y-O-Y

Bab 2 – Perkembangan Inflasi Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

32

Grafik 2.14 Perkembangan Inflasi Pedesaan Kelompok Bahan Makanan

Grafik 2.15 Perkembangan Inflasi Pedesaan Kelompok Sandang

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS,Diolah

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2010 2011 2012

Bahan Makanan

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2010 2011 2012

Sandang

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

49

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN

SISTEM PEMBAYARAN

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

35

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN

SISTEM PEMBAYARAN

Berbagai indikator utama kinerja perbankan di Kalimantan Selatan

pada triwulan IV-2012 masih menunjukkan perkembangan yang positif

walaupun ada kecenderungan melambat. Berdasarkan data Laporan Bulanan

Bank Umum (LBU) yang disampaikan kepada Bank Indonesia, perkembangan

kredit, aset, dan DPK tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Di

lain sisi, perkembangan yang menggembirakan dicatat oleh risiko kredit

perbankan Kalimantan Selatan yang secara umum terindikasi lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya.

1. PERKEMBANGAN BANK UMUM

1.1. Perkembangan Volume Usaha dan Kelembagaan Bank Umum

Hingga akhir triwulan IV-2012, aset perbankan di Provinsi Kalimantan

Selatan telah mencapai Rp41,26 triliun atau tumbuh 1,92% (qtq) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp40,48 triliun. Secara tahunan,

pertumbuhan aset perbankan mencapai 24,67% (yoy), lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 29,10% (yoy).

Tabel 3.1 Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum Kalimantan Selatan

Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4

Aset Rp triliun 29.01 31.36 33.09 36.01 38.58 40.48 41.26

(y-o-y) 20.89% 23.63% 26.45% 31.88% 33.01% 29.10% 24.68%

(q-t-q) 6.23% 8.11% 5.53% 8.82% 7.13% 4.93% 1.92%

DPK Rp triliun 23.82 25.72 27.73 29.02 31.29 32.58 33.83

(y-o-y) 23.78% 28.45% 30.14% 32.15% 31.34% 26.68% 21.99%

(q-t-q) 8.48% 7.97% 7.82% 4.65% 7.82% 4.14% 3.82%

Kredit (Lokasi Proyek) Rp triliun 23.88 25.79 28.28 29.61 32.91 35.19 36.46

(y-o-y) 25.93% 26.73% 40.35% 31.29% 37.82% 36.45% 28.93%

(q-t-q) 5.88% 8.02% 9.65% 4.69% 11.14% 6.94% 3.61%

LDR (Lokasi proyek) 100.24% 100.28% 101.99% 102.03% 105.17% 108.01% 107.79%

NPL gross (Lokasi proyek) 2.77% 2.60% 1.61% 1.73% 1.61% 1.59% 1.24%

2011

Pertumbuhan

Pertumbuhan

Pertumbuhan

Uraian Satuan2012

Sumber: Bank Indonesia

3

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

36

Melambatnya laju pertumbuhan volume usaha bank umum ini terutama

dipengaruhi oleh melambatnya perkembangan DPK dan Kredit. Sementara itu

dari sisi jaringan kantor perbankan terdapat penambahan 4 kantor bank, yang

terdiri dari 2 Kantor Cabang Pembantu (KCP), 1 Kantor Kas (KK), dan 1 Kantor

Unit. Sementara itu Bank Kalsel juga melakukan ekspansi usahanya dengan

menambah 1 Kantor Cabang (KC) di Jakarta.

Dilihat dari kelompok banknya, melambatnya perkembangan aset untuk

triwulan laporan terjadi pada seluruh kelompok bank baik bank pemerintah

maupun swasta. Bank pemerintah tumbuh melambat dari 28,96% (yoy) menjadi

24,75% (yoy), sementara Bank Swasta tumbuh lebih rendah dari 29,48% (yoy)

[ada triwulan III-2012 menjadi 24,46% (yoy).

Grafik 3.1. Pertumbuhan Aset Bank Umum Kalimantan Selatan (yoy)

Sumber: LBU Kalimantan Selatan, diolah

1.2. Penghimpunan Dana Masyarakat

Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Kalimantan

Selatan pada triwulan IV-2012 mencapai Rp33,83 triliun atau tumbuh 21,99%

(yoy). Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 26,68% (yoy).

Pada triwulan laporan, simpanan dalam bentuk giro dan tabungan tercatat

masih tumbuh cukup tinggi meskipun melambat. Giro tumbuh 31,73% (yoy)

lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 48,95% (yoy).

Pertumbuhan giro tersebut terutama dipicu oleh realisasi belanja pemerintah

daerah yang meningkat pada akhir tahun. Pergerakan data perbankan di LBU juga

mengkonfirmasi hal tersebut dimana Giro milik Pemda tumbuh melambat dari

75,06% (yoy) menjadi 55,26% (yoy).

29,09%

24,67%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

Growth Asset Bank Umum Pemerintah (y-o-y)Growth Asset Bank Umum Swasta (y-o-y)Growth Asset Bank Umum Kalsel (y-o-y)

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

37

Tabungan tumbuh 17,66% (yoy) sedikit lebih rendah dari pertumbuhan

triwulan sebelumnya sebesar 18,88%(yoy). Liburan sekolah dan akhir tahun

memicu meningkatnya intensitas konsumsi masyarakat khususnya pada Bulan

Desember 2012 yang terkonfirmasi dari meningkatnya angka inflasi pada bulan

tersebut. Dengan demikian pertumbuhan tabungan milik individu mengalami

perlambatan dari 18,81% (yoy) menjadi 17,79% (yoy). Selain itu, kondisi

ketidakpastian perekonomian ke depan juga turut memperlambat perkembangan

tabungan di triwulan laporan. Para pelaku usaha cenderung lebih banyak

menggunakan dana milik sendiri yang terindikasi dari melambatnya tabungan

milik sektor swasta non lembaga keuangan yang hanya tumbuh 11,67% (yoy)

setelah pada triwulan sebelumnya mencatat pertumbuhan sebesar 24,10% (yoy).

Di lain sisi, perkembangan deposito masih menunjukkan pertumbuhan yang

mengembirakan. Deposito masyarakat terekam tumbuh meningkat dari 20,62%

(yoy) menjadi 23,11% (yoy).

Grafik 3.2. Perkembangan DPK Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan (yoy)

Sumber: Data warehouse Bank Indonesia, diolah

1.3. Penyaluran Kredit

Berdasarkan data LBU Bank Indonesia, kredit yang disalurkan oleh bank

umum di Kalimantan Selatan (kredit menurut lokasi bank) hingga akhir triwulan IV-

2012 mencapai Rp26,63 triliun atau tumbuh 28,74% (yoy) dari posisi yang sama

pada tahun sebelumnya. Sementara itu kredit yang disalurkan seluruh bank umum

ke wilayah Kalimantan Selatan (kredit menurut lokasi proyek) pada triwulan laporan

mencapai Rp36,46 triliun atau tumbuh sebesar 28,93% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 36,45% (yoy).

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

TW I TW II TWIII

TWIV

TWIII

TWIV

TW I TW II TWIII

TWIV

TW I TW II TWIII

TWIV

2009 2011 2012

(yoy)

DPK Giro Tabungan Deposito

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

38

Dilihat dari jenis penggunaannya, melambatnya pertumbuhan kredit

terjadi pada seluruh jenis kredit baik kredit konsumtif maupun produktif. Kredit

konsumsi yang memiliki pangsa terbesar dibandingkan jenis kredit lainnya tercatat

tumbuh 37,14% (yoy), lebih rendah dari triwulan III-2012 yang tumbuh 43,82%

(yoy). Penerapan batas minimal uang muka untuk kredit kendaraan bermotor

berdampak pada menyusutnya kredit kendaraan bermotor di Kalimantan Selatan.

Kredit untuk kendaraan bermotor tercatat menyusut -8.85% (yoy) setelah pada

triwulan sebelumnya masih tumbuh positif 11,43% (yoy). Dampak dari aturan

baru tersebut sangat mempengaruhi penjualan sepeda motor secara kredit

dimana kredit tersebut anjlok hingga -32,07% (yoy) pada akhir periode laporan.

Sementara itu, kredit modal kerja tumbuh 34,30% (yoy) atau lebih

rendah dari triwulan III-2012 yang mencapai 47,67% (yoy). Perlambatan tersebut

seiring dengan lesunya sektor tambang batubara sebagai akibat berkurangnya

permintaan di pasar internasional. Hal ini terlihat dari kredit modal kerja pada

sektor pertambangan yang tumbuh melambat dari 109,36% (yoy) menjadi

52,62% (yoy). Selain itu, belum pulihnya permintaan internasional pada

komoditas sawit turut mempengaruhi kinerja kredit modal kerja di sektor

pertanian yang tumbuh melambat dari 203,27% (yoy) menjadi 36,77% (yoy).

Grafik 3.3. Perkembangan Kredit Kalimantan Selatan Menurut Jenis Penggunaan (yoy)

Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia, diolah

Hal yang sama juga terjadi pada kredit investasi yang tumbuh 37,14%

(yoy), atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 43,82% (yoy).

Ketidakpastian kondisi ekonomi global tampaknya mempengaruhi ekspektasi para

pelaku usaha terhadap kinerja usahanya pada triwulan mendatang sehingga

mempengaruhi permintaannya akan kredit investasi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh

-20,00%

-10,00%

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011 2012

g. kredit (y-o-y) g. konsumsi (y-o-y)

g. investasi (y-o-y) g. modal kerja (y-o-y)

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

39

hasil SKDU di mana saldo bersih tingkat ekspektasi pelaku usaha terhadap

perkembangan usahanya 3 bulan mendatang memang lebih rendah yakni turun

dari 20,04 menjadi 10,34.

Perlambatan kredit investasi terutama terjadi pada sektor pertanian dan

industri pengolahan. Kredit investasi di sektor pertanian tercatat hanya tumbuh

14,29% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 29,37% (yoy). Sedangkan

kredit investasi di industri pengolahan kembali mengalami penyusutan sebesar -

23,25% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya telah menyusut -1,20% (yoy).

Grafik 3.4. Perkembangan DPK, Kredit, dan LDR Bank Umum Kalimantan Selatan

Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah

Dengan perkembangan tersebut, fungsi intermediasi perbankan Kalsel

terindikasi tidak sebaik triwulan sebelumnya. LDR perbankan Kalimantan Selatan

menurut lokasi proyek tercatat sebesar 107,78%, sedikit menurun dari triwulan

III-2012 yang mencapai 108,01%.

1.4. Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit

LDR berdasarkan lokasi bank yang mencapai 78,73% sedikit meningkat

dari triwulan sebelumnya sebesar 77,39%, dari sisi manajemen risiko belum

berpotensi memberi tekanan pada risiko likuiditas bank umum yang beroperasi di

Kalimantan Selatan. Angka LDR tersebut masih berada dalam batas kewajaran.

Sementara itu risiko kredit yang diindikasikan oleh rasio kredit bermasalah

(NPL), mencatat sedikit penurunan dari 1,59% menjadi 1,24%. Ditinjau dari jenis

penggunaannya, turunnya rasio NPL tersebut terutama disebabkan oleh turunnya

80%

90%

100%

110%

0,00

5.000,00

10.000,00

15.000,00

20.000,00

25.000,00

30.000,00

35.000,00

40.000,00

Miliar Rp LDR (%)

DPK Kredit (lokasi proyek) LDR

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

40

NPL pada kredit konsumsi dan kredit modal kerja dimana masing-masing

mengalami penurunan dari 1,26% dan 2,62% menjadi 1,04% dan 1,81% pada

triwulan laporan.

Di tengah masih lesunya permintaan pasar internasional terhadap

komoditas ekspor Kalsel, kinerja risiko kredit sektor utama mulai menunjukkan

tanda-tanda perbaikan. NPL kredit di sektor pertanian tercatat mengalami

penurunan dari 1,78% menjadi 1,35% seiring dengan suksesnya panen padi di

Kalsel. Sementara itu, meningkatnya aktivitas perdagangan eceran seiring

perayaan hari besar keagamaan (Idul Adha dan Natal) dan masa liburan akhir

tahun nampaknya mampu mengembalikan kinerja pengembalikan kredit dari

pelaku usaha sektor pedagangan. NPL sektor perdagangan tercatat menurun dari

2,61% menjadi 2,15%.

Tabel 3.2. Perkembangan NPL Bank Umum Kalimantan Selatan

Sumber: Data Warheouse Bank Indonesia, diolah

1.5 Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Berdasarkan data Kementerian Koordinator Perekonomian, pada triwulan

laporan tercatat plafon yang telah disetujui sebesar Rp2,35 triliun atau naik

10,04% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp2,13 triliun, dengan

peningkatan baki debet sebesar 7,25% (qtq) dibandingkan triwulan III-2012. KUR

Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV

Nominal NPL 647.745 662.543 670.990 454.944 513.515 530.329 560.342 453.643

NPL % 2,87% 2,77% 2,60% 1,61% 1,73% 1,61% 1,59% 1,24%

NPL per jenis penggunaan

Modal Kerja 5,24% 5,11% 4,71% 2,99% 3,12% 2,69% 2,62% 1,81%

Investasi 2,48% 2,28% 2,17% 0,94% 0,93% 0,90% 0,82% 0,85%

Konsumsi 1,21% 1,22% 1,18% 0,93% 1,13% 1,18% 1,26% 1,04%

NPL per sektor ekonomi

Pertanian 0,62% 2,16% 1,92% 1,97% 2,81% 2,42% 1,78% 1,35%

Pertambangan 3,80% 6,70% 2,26% 0,78% 0,75% 0,65% 1,20% 1,07%

Industri pengolahan 9,48% 9,73% 8,81% 6,50% 6,15% 4,66% 5,03% 1,30%

Listrik,Gas dan Air 0,00% 0,00% 0,59% 0,02% 0,00% 0,00% 0,16% 0,00%

Konstruksi 7,26% 7,52% 6,82% 1,85% 1,98% 3,05% 2,59% 2,73%

Perdagangan 3,00% 3,00% 3,18% 2,60% 2,79% 2,83% 2,61% 2,15%

Pengangkutan 9,12% 0,64% 5,10% 0,46% 0,48% 0,23% 0,23% 0,27%

Jasa Dunia Usaha 2,34% 2,17% 1,75% 1,48% 1,27% 1,22% 1,29% 1,26%

Jasa Sosial Masyarakat 1,12% 1,46% 1,67% 1,81% 3,62% 1,21% 1,29% 1,31%

Lain-lain 1,24% 1,27% 2,60% 0,91% 1,12% 1,14% 1,22% 1,01%

2011NPL Kredit

2012

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

41

tersebut untuk membiayai 143.754 debitur, atau naik 6,91% (qtq) dari triwulan

sebelumnya yang tercatat sebanyak 134.458 debitur.

Secara tahunan, plafon KUR dan baki debet mengalami pertumbuhan

masing-masing sebesar 43,7% (yoy) dan 33,83% (yoy), begitu pula pertumbuhan

jumlah debitur KUR masih relatif tinggi, yaitu mencapai 31,02%% (yoy).

Dengan dikeluarkannya ketentuan baru oleh Pemerintah Republik

Indonesia pada awal tahun 2013 mengenai Penurunan suku bunga KUR menjadi

0,95%, diharapkan dapat semakin mendorong penyaluran KUR kepada UMKM

yang selama ini masih terkendala oleh tingginya tingkat suku bunga.

Grafik 3.5. Perkembangan KUR Kalimantan Selatan

2. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH

Searah dengan perkembangan perbankan secara umum, kinerja

perbankan syariah juga masih menunjukkan perkembangan yang positif

khususnya dari sisi aset dan penghimpunan dana pihak ketiga. Pada akhir

triwulan laporan, aset bank umum syariah dan unit usaha syariah di Kalimantan

Selatan mencapai Rp3,02 triliun, atau meningkat 10,34% (qtq) dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan perkembangan volume usaha

kelompok syariah ini meningkat dari 35,96% (yoy) pada triwulan III-2012 menjadi

38,78% (yoy) pada triwulan laporan seiring dengan meningkatnya perkembangan

kredit dan DPK dari kelompok ini.

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

Plafon Realisasi Debitur

43%

35%31%

44%

34%31%

yoy

Sumber : Data Menko Perekonomian

TW III-2012 TW IV-2012

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

42

Perkembangan DPK perbankan syariah pada akhir triwulan laporan mencapai

Rp2,24 triliun atau tumbuh 34,32% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

sebesar 33,81% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan DPK kelompok ini terutama

dipengaruhi oleh simpanan deposito yang meningkat dari 31,60% (yoy) menjadi

32,90% (yoy). Deposito syariah memang menawarkan return yang lebih tinggi

dibandingkan suku bunga deposito konvensional. Secara rata-rata tertimbang, rate

deposito syariah sebesar 5,66% sementara konvensional sebesar 5,44%.

Giro syariah juga tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan yakni dari

9,34% (yoy) menjadi 18,79% (yoy). Giro syariah milik swasta non lembaga

keuangan yang tumbuh sangat tinggi yakni sebesar 65,83% (yoy) setelah pada

triwulan III-2012 tumbuh 51,67% (yoy) menjadi penopang pertumbuhan jenis

simpanan ini. Kondisi ini juga menjadi indikasi perbaikan kondisi keuangan pada

pelaku usaha (sektor swasta).

Sementara itu, realisasi pembiayaan syariah untuk berbagai kegiatan

ekonomi tumbuh sebesar 30,87% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 25,93% (yoy). Dari sisi nominal, pembiayaan yang

disalurkan oleh perbankan syariah ke Kalimantan Selatan (berdasarkan lokasi

proyek) telah mencapai Rp2,48 triliun.

Tabel 3.3. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah

Sumber: Data Warehouse Bank Indonesia dan LBUS, diolah

Dilihat dari jenis kreditnya, meningkatnya pembiayaan syariah pada

triwulan laporan terutama didorong oleh pembiayaan konsumtif yang mencapai

Rp798,36 miliar, atau tumbuh 23,58% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya

hanya tumbuh 15,33% (yoy). Belum diterapkannya aturan LTV pada perbankan

syariah berdampak pada meningkatnya pembiayaan perumahan dari kelompok

ini. Pembiayaan perbankan syariah untuk kepemilikan rumah tercatat tumbuh

28,60% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar

20,53% (yoy). Dari sisi suku bunga (atau rate pembiayaan untuk perbankan

syariah), perbankan syariah menawarkan rate pembiayaan konsumtif yang lebih

TW II-2011 TW III-2011 TW IV-2011 TW I-2012 TW II-2012 TW III-2012 TW IV-2012

Asset 1.952.619 2.013.382 2.176.347 2.274.820 2.566.630 2.737.305 3.020.405

Pembiayaan lokasi proyek 1.657.503 1.794.309 1.895.468 1.892.191 2.045.147 2.259.554 2.480.565

Dana 1.341.451 1.540.679 1.668.886 1.694.910 1.925.944 2.061.508 2.241.698

FDR lokasi bank (%) 97,08% 93,18% 113,58% 111,64% 106,19% 109,61% 110,66%

NPF lokasi proyek (%) 7,21% 6,62% 0,89% 1,15% 1,35% 2,45% 2,16%

Keterangan

(Juta Rp)

Posisi

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

43

rendah yakni sebesar 11,45% (rata-rata tertimbang) dibandingkan dengan

perbankan konvensional yang mencapai 12,13%.

Dengan perkembangan teresebut, maka financing to deposit ratio (FDR)

menurut lokasi proyek pada triwulan IV-2012 meningkat dari 109,61% menjadi

110,66%. Kondisi ini menjadi indikasi bahwa fungsi intermediasi perbankan

syariah pada triwulan laporan masih berjalan baik.

Sementara itu risiko pembiayaan bermasalah yang tercermin dari rasio Non

Performing Financing (NPF) tercatat mengalami penurunan. NPF perbankan syariah

Kalimantan Selatan yang pada triwulan sebelumnya yang sempat tercatat sebesar

2,45%, pada akhir triwulan laporan turun menjadi 2,16%. Penurunan tingkat risiko

pembiayaan terjadi pada pembiayaan yang bersifat konsumtif di mana NPF tercatat

turun dari 2,22% menjadi 1,39% serta pembiayaan produktif di sektor

pertambangan dengan NPF yang membaik dari 7,58% menjadi 6,75%.

Grafik 3.6 Perkembangan Pembiayaan Syariah, DPK dan FDR Bank Syariah

Kalimantan Selatan

Grafik 3.7 Perkembangan NPF Bank Syariah Kalimantan Selatan

Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah

3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Secara umum berbagai indikator kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

pada triwulan IV-2012 menunjukkan kondisi yang kurang menggembirakan. Hal

ini terlihat dari hampir seluruh indikator seperti DPK dan kredit yang masih

mengalami kontraksi, serta risiko kredit yang mengalami peningkatan.

70%

80%

90%

100%

110%

120%

130%

140%

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

Dana Pembiayaan lokasi proyek FDR lokasi proyek

2.45%

2.16%0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

NPF lokasi proyek (%)

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

44

Tabel 3.4. Perkembangan Indikator BPR Kalimantan Selatan

Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah

Dari sisi jaringan kantor, jumlah BPR di Kalimantan Selatan pada triwulan

laporan tidak banyak berubah. Saat ini terdapat 25 BPR yang didukung dengan

35 jaringan kantor. Total aset BPR Kalimantan Selatan pada akhir triwulan

laporan mencapai Rp419 miliar atau tumbuh 7,68% (yoy). Meningkatnya

pertumbuhan aset BPR dipengaruhi oleh beroperasinya kantor BPR baru sejak

triwulan III-2012.

Secara umum hingga akhir triwulan IV-2012 kredit yang disalurkan BPR

mengalami perbaikan setelah sebelumnya menyusut sebesar -23,66% (yoy)

menjadi hanya menyusut sebesar -6,54% (yoy). Dilihat dari jenis penggunaannya,

kontraksi kredit terutama terjadi pada kredit investasi yang mengalami

penyusutan -48,66% (yoy). Di sisi lain, kredit produktif lainnya yakni kredit modal

kerja tumbuh meningkat dari 22,2% (yoy) pada triwulan III-2012 menjadi 39,31%

(yoy).

Tw 4

2010

Tw 1

2011

Tw 2

2011

Tw 3

2011

Tw 4

2011

Tw 1

2012

Tw 2

2012

Tw 3

2012

Tw 4

2012

Jumlah BPR 23 23 23 23 23 23 25 25 25

PD 18 18 18 18 18 18 20 20 20

PT 5 5 5 5 5 5 5 5 5

Total Aset 371 417 452 422 411 418 414 394 419

DPK 192 232 280 264 259 275 256 221 248

- Tabungan 77 84 85 91 90 110 143 107 121

- Deposito 115 148 195 173 169 165 114 114 127

Kredit 264 319 354 310 265 237,32 241,00 236,88 247,66

LDR 136,99% 137,61% 126,27% 117,51% 102,32% 86,27% 94,14% 107,23% 99,95%

NPL (%) 3,11% 3,82% 3,77% 6,58% 4,93% 4,99% 4,58% 6,16% 7,06%

2012

Indikator

2010 2011

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

45

Grafik 3.8 Pertumbuhan (yoy) Kredit dan DPK serta LDR BPR Kalimantan

Selatan

Grafik 3.9 Perkembangan Kredit dan Rasio NPL BPR Kalimantan Selatan

Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah Sumber: Laporan Bulanan BPR, diolah

Walaupun perkembangan DPK oleh BPR masih menunjukan penyusutan

sebesar -4,25% (yoy) namun demikian kondisi ini sudah membaik daripada triwulan

sebelumnya yang menyusut sebesar -16,34% (yoy). Dilihat dari jenis simpanannya,

perbaikan terutama terjadi pada simpanan tabungan yang tumbuh sebesar 34,44%

(yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 17,28% (yoy). Sementara itu deposito

BPR masih menyusut sebesar -24,85% (yoy). Kondisi ini mengindikasikan bahwa

untuk menghimpun dana masyarakat yang lebih banyak BPR perlu menawarkan

keunggulan yang lebih kompetitif selain bunga depostio yang tinggi. Dari

perkembangan kredit dan DPK tersebut, rasio LDR BPR Kalimantan Selatan pada

akhir triwulan laporan mengalami penurunan dari 102,32% menjadi 99,95%.

Lesunya kondisi perekonomian beberapa sektor utama ikut memperburuk

kualitas kredit yang disalurkan BPR yang terindikasi dari meningkatnya rasio NPL

(gross) menjadi 7.06% setelah pada triwulan sebelumnya sebesar 6,16%.

4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Selama triwulan IV-2012, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan

Selatan melalui Bank Indonesia menunjukkan net outflow. Kegiatan pemusnahan

uang tidak layak edar (Pemberian Tanda Tidak Berharga/PTTB) mengalami

peningkatan, sedangkan penemuan uang palsu dan penukaran uang pecahan

kecil mengalami penurunan selama triwulan laporan. Sementara itu pada sistem

pembayaran non tunai baik melalui kliring maupun RTGS cenderung mengalami

peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tw 42010

Tw 12011

Tw 22011

Tw 32011

Tw 42011

Tw 12012

Tw 22012

Tw 32012

Tw 42012

growth DPK (y-o-y) growth Kredit (y-o-y) LDR

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

Rp0

Rp50

Rp100

Rp150

Rp200

Rp250

Rp300

Rp350

Rp400

Tw 42010

Tw 12011

Tw 22011

Tw 32011

Tw 42011

Tw 12012

Tw 22012

Tw 32012

Tw 42012

Kredit (Rp Miliar)

Kredit NPL (%)

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

46

4.1. TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI

Total transaksi tunai melalui loket Kantor Perwakilan (KPw) BI Wilayah

Kalimantan khususnya uang kartal keluar (outflow) tercatat mengalami sedikit

peningkatan yang didorong masih tingginya konsumsi masyarakat seiring

perayaan hari keagamaan (Idul Adha & Natal) serta liburan akhir tahun yang jatuh

pada triwulan laporan.

a. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)

Selama triwulan IV-2012, total perputaran aliran uang kartal menurun

24,42% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp4,09 triliun

menjadi Rp3,09 triliun. Penurunan tersebut terutama terjadi pada aliran uang

masuk (inflow) yang turun cukup tajam sebesar 44,14% (qtq) dari Rp2,38 triliun

pada triwulan II-2012 menjadi Rp1,33 triliun.

Grafik 3.10 Perkembangan Inflow dan Outflow

Sumber: KPw BI Wilayah Kalimantan, diolah

Di sisi lain, jumlah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia (outflow)

mengalami sedikit peningkatan sebesar 3,1% (qtq) yaitu dari Rp1,71 triliun menjadi

Rp1,76 triliun, yang dipicu oleh meningkatnya permintaan uang kartal yang

signifikan akibat tingginya kebutuhan konsumsi masyarakat seiring perayaan hari

keagamaan (Idul Adha & Natal) serta liburan akhir tahun dan perayaan tahun

baru. Selain itu, penarikan uang kartal sehubungan dengan realisasi APBD di

triwulan IV-2012 terutama untuk membiayai proyek pembangunan sebagaimana

yang biasa terjadi menjelang akhir tahun dan keperluan perbankan dalam rangka

pengisian ATM menghadapi cuti bersama Natal dan tahun baru, turut

berkontribusi terhadap tingginya jumlah ouflow pada triwulan laporan.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2008 2009 2010 2011 2012

Rp Miliar

Inflow Outflow

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

47

Dengan kondisi tersebut, aliran uang kartal di Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Wilayah II (Kalimantan) pada triwulan IV-2012 secara total mengalami net

outflow sebesar Rp430 miliar.

Secara tahunan, transaksi pembayaran tunai di Kalsel pada tahun 2012

menunjukkan net inflow yang mengalami peningkatan tajam dibandingkan tahun

2011. Meskipun jumlah uang kartal yang keluar (outflow) meningkat

dibandingkan tahun lalu yaitu sebesar 8,78% (yoy) dari Rp5,13 triliun menjadi

Rp5,58 triliun, namun tingginya peningkatan jumlah uang kartal yang masuk dari

Rp5,36 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp7,31 triliun atau tumbuh 36,33%

mendorong terjadinya kondisi net inflow tersebut. Peningkatan inflow secara

tahunan tersebut terutama disumbang oleh inflow pada triwulan I dan III-2012 .

b. Perkembangan Penukaran Uang Rupiah

Selama triwulan IV-2012, jumlah nominal penukaran uang baik melalui

kegiatan kas keliling maupun loket penukaran uang di KPw BI Wilayah Kalimantan

tercatat mencapai Rp35,2 miliar, atau menurun tajam sebesar 70,35% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp118,72 miliar seiring

berlalunya hari raya Idul Fitri yang jatuh pada triwulan III-2012. Uang pecahan

Rp10.000,-, Rp20.000,- dan Rp5.000,- menjadi pecahan yang paling banyak

diminta oleh masyarakat dalam kegiatan penukaran uang di KPw BI Wilayah

Kalimantan.

Grafik 3.11 Perkembangan Penukaran Uang Rupiah

Sumber: KPw BI Wilayah Kalimantan, diolah

0,00

20.000,00

40.000,00

60.000,00

80.000,00

100.000,00

120.000,00

140.000,00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2009 2010 2011 2012

Rp Juta

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

48

c. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)

Dalam pelaksanaan kebijakan clean money policy sebagai upaya untuk

memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat, Bank

Indonesia secara rutin melakukan pemilahan untuk memisahkan Uang Layak Edar

(ULE) dan Uang Tidak Layak Edar (UTLE), serta melakukan pemusnahan uang yang

tidak layak edar melalui Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terlebih dahulu.

Grafik 3.12 Perkembangan Triwulanan Kegiatan Pemusnahan Melalui PTTB

Sumber: KPw BI Wilayah Kalimantan, diolah

Pada triwulan IV-2012, terdapat 18,34 juta lembar uang yang

dimusnahkan karena kondisinya sudah lusuh dan tidak layak edar. Jumlah

tersebut mengalami peningkatan tajam sebesar 108,95% (qtq) dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Seiring peningkatan jumlah lembar uang yang

dimusnahkan, dari sisi nominal jumlah uang yang dimusnahkan juga meningkat

tajam sebesar 327,43% dibanding triwulan sebelumnya, dari Rp36,72 miliar

menjadi Rp156,95 miliar.

Meskipun pada triwulan laporan mengalami peningkatan, namun secara

tahunan jumlah PTTB pada tahun 2012 justru mengalami penurunan tajam

sebesar 63,77% (yoy) dari Rp2,82 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp1,02 triliun.

kondisi ini sedikit banyak mengindikasikan bahwa masyarakat semakin ter-edukasi

tentang bagaimana cara memperlakukan uang dengan baik agar uang tidak

cepat rusak atau lusuh.

d. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan

Berdasarkan data Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan,

jumlah uang palsu di provinsi Kalimantan Selatan yang ditemukan selama triwulan

IV-2012 mencapai Rp13,85 juta, atau meningkat sebesar 44,02% dibandingkan

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2008 2009 2010 2011 2012

Rp Miliar

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

49

triwulan sebelumnya. Uang palsu ini berasal dari penukaran uang di loket Bank

Indonesia, kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang

dilaporkan masyarakat atau ditemukan oleh pihak kepolisian. Demikian halnya

dengan jumlah bilyet uang palsu yang mengalami peningkatan tajam sebesar

135,48%, dari 124 lembar pada triwulan III-2012 menjadi 292 lembar. Dari jumlah

uang palsu yang ditemukan tersebut, pecahan yang paling banyak dipalsukan

adalah Rp100.000,- dan Rp50.000,- dengan pangsa 92,92%.

Sumber: KPw BI Wilayah Kalimantan, diolah

Seiring peningkatan jumlah nominal dan bilyet uang palsu pada triwulan

IV-2012, rasio jumlah uang palsu terhadap aliran uang masuk (inflow) juga

meningkat dibandingkan triwulan III-2012 yaitu dari 0,0004% menjadi 0,00104%

di triwulan laporan.

Grafik 3.14. Rasio Jumlah Uang Palsu terhadap Inflow

Sumber: KPw BI Wilayah Kalimantan, diolah

Rp 100,000 55,45%

Rp 50,000 37,48%

Rp 20,000 7,00%

Rp 10,000 0,06%

Grafik 3.13 Komposisi Penemuan Uang Palsu Tw IV- 2012

0,0000%

0,0020%

0,0040%

0,0060%

0,0080%

0,0100%

0,0120%

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2008 2009 2010 2011 2012

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

50

Secara tahunan, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan

mengalami penurunan tajam sebesar 57,11% (yoy) dibandingkan tahun 2011 yaitu

dari Rp75,27 juta menjadi Rp32,28 juta dengan total jumlah uang palsu selama

tahun 2012 mencapai 537 lembar, menurun 50,32% dibandingkan tahun 2011

yaitu sebanyak 1.081 lembar.

Berbagai upaya telah dilakukan Bank Indonesia untuk meminimalisir uang

palsu pada tahun 2012, antara lain dengan lebih mengintensifkan kegiatan

sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah guna meningkatkan pemahaman

masyarakat, sehingga diharapkan masyarakat semakin jeli dalam membedakan

uang Rupiah asli dan palsu.

Selain melalui sosialisasi, Bank Indonesia juga selalu berupaya melakukan

kajian terhadap peningkatan fitur pengamanan uang kertas rupiah yang

sebelumnya telah ada. Dengan upaya penambahan fitur-fitur pengamanan uang

kertas rupiah yang terus dikembangkan Bank Indonesia, diharapkan jumlah

pemalsuan uang rupiah dapat ditekan seminimal mungkin.

4.2. TRANSAKSI PEMBAYARAN NON-TUNAI

Transaksi non tunai baik melalui BI-RTGS maupun kliring yang dilakukan

melalui KPwBI Wilayah Kalimantan selama triwulan IV-2012 cenderung

mengalami peningkatan. Secara tahunan, seiring dengan melambatnya aktivitas

ekonomi tahun 2012, transaksi non tunai juga mengalami perlambatan dibanding

tahun 2011.

a. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)

Tansaksi non-tunai yang bernilai besar melalui sarana Bank Indonesia Real

Time Gross Settlement (BI-RTGS) mengalami peningkatan baik dari sisi nominal

maupun volume. Nilai nominal transaksi melalui BI-RTGS pada triwulan laporan

tercatat sebesar Rp52,27 triliun atau meningkat 15,73% (qtq). Searah dengan

itu, volume transaksi juga mengalami peningkatan sebesar 9,37% dari 48.540

transaksi menjadi 53.090 transaksi.

Secara tahunan, transaksi non-tunai melalui sarana BI-RTGS tumbuh 24,6%

dari Rp164,5 triliun menjadi Rp205,05 triliun. Pertumbuhan tersebut jauh menurun

dibandingkan pertumbuhan tahun 2011 yang mencapai 41,31%.

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

51

Tabel 3.5. Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS di Kalimantan Selatan

Sumber: Bank Indonesia, diolah

b. Transaksi Kliring

Pada triwulan IV-2012, nilai nominal transaksi kliring tercatat mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan

nominal transaksi kliring mencapai Rp4,25 triliun atau meningkat 16,97% (qtq)

dari triwulan sebelumnya, dengan rata-rata harian perputaran kliring sebesar

Rp71,01 miliar. Sementara itu, jumlah warkat yang ditransaksikan tercatat

meningkat 17,03% (qtq), yaitu dari 70.304 lembar menjadi 82.277 lembar,

dengan rata-rata perputaran harian sebanyak 1.371 lembar.

Grafik 3.15. Perkembangan Kliring di Kalimantan Selatan

Sumber: KPw BI Wilayah Kalimantan, diolah

Nilai Nilai Nilai Nilai

(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)

1 16.568 16.003 6.353 13.425 1.719 2.599 24.641 32.027

2 20.123 17.711 7.793 15.284 2.046 2.985 29.961 35.980

3 17.344 17.023 7.807 16.727 2.031 3.086 27.182 36.836

4 18.113 19.301 8.412 19.119 3.506 4.051 30.031 42.471

1 16.857 14.439 8.364 19.479 2.764 3.890 27.985 37.808

2 18.562 15.223 9.749 21.089 3.322 4.198 31.633 40.510

3 11.067 15.626 10.163 23.016 2.975 4.355 24.204 42.997

4 14.075 18.303 13.754 25.943 4.804 5.646 32.633 49.892

1 19.292 17.164 13.419 21.756 4.735 4.977 37.446 43.897

2 19.362 12.032 13.713 22.081 4.628 5.056 37.702 39.169

3 21.262 18.696 15.923 22.815 5.038 5.165 42.223 46.676

4 23.349 20.305 18.066 25.107 5.777 5.700 47.191 51.112

1 23.216 17.547 18.201 21.627 5.114 4.775 46.531 43.949

2 31.699 21.394 22.743 23.651 6.634 5.272 61.076 50.317

3 24.859 21.048 14.982 22.437 5.327 5.055 45.168 48.540

4 28.709 22.721 17.406 24.750 6.160 5.619 52.275 53.090

Volume Volume

2011

2012

TOTAL

Volume

2009

2010

Periode

FROM TO FROM - TO

Volume

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

100.000

0

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

4.500.000

5.000.000

4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2010 2011 2012

nominal (Rp juta) volume (lembar axis kanan)

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

52

Sepanjang tahun 2012, total perputaran kliring juga mengalami sedikit

peningkatan baik dari sisi nominal maupun jumlah warkat dibandingkan tahun

2011, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 3,34% dan 6,03%.

Sementara itu, jumlah penolakan cek dan bilyet kosong justru mengalami

penurunan dari sisi nominal. Pada triwulan IV-2012, terdapat cek dan bilyet kosong

dengan nominal sebesar Rp63,24 miliar, atau menurun tajam (47,77%) dibanding

triwulan sebelumnya yang mencapai Rp121,08 miliar. Namun jika dilihat secara

tahunan penolakan cek dan bilyet giro kosong mengalami peningkatan sebesar

14,11% (yoy) dari Rp362,88 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp414,1 miliar.

Di sisi lain, jumlah warkat cek dan bilyet giro yang ditolak meningkat

15,69% (qtq) dari 1.128 lembar pada triwulan III-2012 menjadi 1.305 lembar,

dengan pertumbuhan tahunan mencapai 18,57% dari 5.374 lembar menjadi

6.372 lembar selama tahun 2012.

Tabel 3.6. Penolakan Cek/Bilyet Giro Kosong di Kalimantan Selatan (juta Rp)

LBR NOM LBR NOM LBR NOM

Januari 207 16.638,67 317 31.888,88 524 48.527,55

Februari 216 13.555,85 310 38.037,68 526 51.593,53

Maret 229 13.662,59 302 13.968,18 531 27.630,77

April 200 10.312,99 380 15.190,08 580 25.503,07

Mei 225 15.833,63 411 29.879,65 636 45.713,28

Juni 200 12.032,71 342 18.776,98 542 30.809,69

Juli 142 6.174,17 315 18.222,92 457 24.397,09

Agustus 241 7.986,53 461 40.198,29 702 48.184,82

September 217 10.253,17 352 38.243,19 569 48.496,36

Oktober 203 12.386,43 392 18.908,95 595 31.295,38

November 50 2.812,85 109 4.436,11 159 7.248,96

Desember 195 7.443,05 356 17.250,63 551 24.693,68

Total 2.325 129.093 4.047 285.002 6.372 414.094

BulanCek B.Giro Jumlah Tolakan

Sumber: KPw BI Wilayah Kalimantan, diolah

Sebagaimana yang dilakukan terhadap sistem pembayaran tunai, Bank

Indonesia pun senantiasa melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan

keamanan, kecepatan dan kehandalan dalam sistem pembayaran non tunai

melalui berbagai kebijakan.

Langkah terbaru dalam peningkatan transaksi melalui sistem pembayaran

non tunai adalah peresmian penggunaan sistem transfer dana bagi BPR atau yang

dikenal dengan nama Sistem Transfer Kredit Elektronik (STKE) BPR di wilayah

Jatim pada tanggal 29 November 2012. Dengan adanya sistem transfer yang baru

diaplikasikan di wilayah Jatim ini, antar nasabah BPR di Jatim dapat melakukan

Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

53

Transfer Dana baik kepada sesama BPR maupun kepada bank umum yang

terhubung ke Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) melalui bank

pengayom (apex bank) BPR di Jatim yakni PT Bank Pembangunan Daerah Jatim

Tbk (Bank Jatim). Ke depan, STKE ini juga akan diimplementasikan ke daerah lain

terutama yang sudah mempunyai Apex Bank BPR, sehingga nantinya tidak ada

lagi hambatan bagi BPR dalam melakukan transfer dana, baik kepada sesama BPR

maupun kepada bank umum.

Upaya peningkatan transaksi pembayaran non tunai lain yang telah diambil

oleh Bank Indonesia adalah melalui penerbitan Surat Edaran Bank Indonesia

No.14/27/DASP tanggal 25 September 2012 perihal Mekanisme Penyesuaian

Kepemilikan Kartu Kredit. Dalam melakukan penyesuaian kepemilikan kartu

kredit, penerbit diberikan jangka waktu selama 2 (dua) tahun terhitung sejak

tanggal 1 Januari 2013.

Selain itu, Bank Indonesia juga telah menerbitkan Surat Edaran Bank

Indonesia No.14/34/DASP tanggal 27 November 2012 perihal Batas Maksimum

Suku Bunga Kartu Kredit. Surat Edaran Bank Indonesia ini diterbitkan untuk

meningkatkan aspek perlindungan konsumen pengguna Kartu Kredit di Indonesia

serta mendukung praktek pemberian Kartu Kredit yang lebih memperhatikan

manajemen risiko pemberian kredit. Materi utama dalam Surat Edaran Bank

Indonesia ini adalah penetapan batas maksimum suku bunga kartu kredit yang

wajib diterapkan oleh Penerbit Kartu Kredit sejak 1 Januari 2013, yaitu sebesar

2,95% (dua koma sembilan puluh lima persen) per bulan atau 35,40% (tiga

puluh lima koma empat puluh persen) per tahun, yang berlaku baik untuk

transaksi pembelanjaan maupun transaksi tarik tunai.

BAB IV KEUANGAN DAERAH

Bab 4 – Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

57

KEUANGAN DAERAH

Berdasarkan liaison dengan Biro Keuangan Provinsi Kalimantan

Selatan pada triwulan IV-2012 ini, diperoleh informasi bahwa realisasi

pendapatan dan belanja daerah Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan

mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya.

Realisasi pendapatan pada APBD1 Provinsi Kalimantan Selatan triwulan IV-

2012 menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan. Hal ini tercermin dari

realisasinya yang mencapai 132,59% terhadap APBD 2012, atau sebesar Rp4,38

triliun dari Rp3,31 triliun yang dianggarkan pada awal tahun. Kinerja tersebut

lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang

hanya terealisir 124,92%, atau sebesar Rp3,06 triliun dari anggaran sebesar

Rp2,45 triliun.

Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp miliar)

Uraian Pos APBD APBD Realisasi s/d Triwulan IV % Realisasi

2011 2012 2011 2012 2011 2012

Pendapatan Daerah 2.451,95 3.305,28 3.063.051 4.382.515 124.92% 132.59%

Pendapatan asli daerah 1,392,30 1.882,94 1.783.154 2.520.394 128.07% 133.85%

Dana perimbangan 1.038,86 1.052,77 1.264.144 1.845.390 121.69% 175.29%

Lain-lain pendapatan yang sah 20,79 369,57 15.753 16.731 75.79% 4.53%

Belanja Daerah 2.601,98 3.481,90 2.335.902 4.005.204 89.77% 115.03%

Belanja operasi 1.950,31 2.909,36 1.196.199 3.195.579 61.33% 109.84%

Belanja modal 648,67 567,84 593.111 806.882 91.44% 142.10%

Belanja tidak terduga 3,00 4,70 1.784 2.742 59.47% 58.34% Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan

Sementara itu realisasi belanja daerah APBD Provinsi Kalimantan Selatan

pada triwulan laporan mencapai 115,03%, atau terserap sebesar Rp4,01 triliun

dari Rp3,48 triliun yang direncanakan. Penyerapan tersebut meningkat cukup

signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya

mencapai 89,77%, atau sebesar Rp2,34 triliun dari Rp2,60 triliun yang

1 Data APBD yang digunakan adalah data APBD yang ditetapkan pada awal tahun anggaran dan

tidak memperhitungan perubahannya

4

Bab 4 – Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

58

dianggarkan. Peningkatan tersebut berkat upaya Pemerintah daerah dalam

menghimpun pendapatan baik melalui pendapatan asli daerah maupun

pendapatan transfer / dana perimbangan.

1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah

Dari sisi pos pendapatan, realisasi APBD Provinsi Kalimantan

Selatan di triwulan IV-2012 menunjukkan kinerja yang semakin optimal

dibandingkan periode sebelumnya. Pencapaian kinerja dari pos pendapatan

ini terlihat dari realisasi pada triwulan laporan yang telah mencapai 132,59% dari

anggaran dengan nominal sebesar Rp4,38 triliun atau jauh di atas pencapaian

pada priode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 124,92% dengan nominal

Rp3,06 triliun. Hal tersebut juga menunjukan semakin membaiknya efektivitas

keuangan daerah2 pada triwulan laporan, karena pencapaiannya mampu melebihi

penerimaan yang ditetapkan sebesar Rp3,31 triliun pada awal tahun 2012.

Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel (Rp miliar)

Uraian Pos APBD APBD Realisasi s/d Triwulan IV Persentase (%)

2011 2012 2011 2012 2011 2012

Pendapatan Asli Daerah 1.392,30 1.882,94 1.783.154 2.520.394 128.07% 133.85%

Hasil Pajak Daerah 1.178,21 1.598,45 1.643.862 2.199.647 139.52% 137.61%

Hasil Retribusi Daerah 38,36 5,89 41.196 11.913 107.40% 202.19%

Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan

35,70 43,26 45.968 42.302 128.76% 97.80%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

140,02 235,35 52.126 266.530 37.23% 113.25%

Dana Perimbangan 1.038,86 1.052,77 1.264.144 1.845.390 121.69% 175.29%

Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 505,50 492,10 722.022 1.154.007 142.83% 234.51%

Dana Alokasi Umum 483,36 521,82 504.876 652.535 104.45% 125.05%

Dana Alokasi Khusus 25,00 38,85 37.246 38.848 74.49% 100.00%

Lain-lain Pendapatan yang Sah 20,79 369,57 15.753 16.731 75.79% 4.53%

Pendapatan Daerah 2.451,95 3.305,28 3.063.051 4.382.515 124.92% 132.59%

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang memiliki kontribusi terbesar terhadap

realisasi pendapatan daerah pada tahun 2012 mencapai Rp2,52 triliun atau

terealisasi hingga 133,85% dari anggaran PAD tahun 2012. Realisasi tersebut

lebih baik dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2011, yang mencapai

Rp1,78 miliar atau 128,07% dari anggaran PAD 2011. Hal tersebut

mengindikasikan semakin meningkatnya kesadaran dan partisipasi masyarakat

2 Efektivitas Keuangan Daerah merupakan rasio realisasi pendapatan asli daerah terhadap rencana pendapatan asli daerah yang dianggarkan. Indikator ini menunjukkan sejauh mana efektivitas pemerintah daerah dalam merealisasikan target pendapatan asli daerahnya.

Bab 4 – Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

59

110%

115%

120%

125%

130%

135%

Tw 4-2010 Tw 4-2011 Tw 4-2012

serta dunia usaha di Kalimantan Selatan dalam mendorong pembangunan melalui

pembayaran pajak. Namun demikian, meskipun masih menunjukkan kemampuan

fiskal yang relatif cukup tinggi, rasio kemandirian daerah3 selama triwulan laporan

justru mengalami penurunan sebesar 62,93% dari periode yang sama di tahun

2011 sebesar 76,34%. Hal tersebut tidak hanya mengindikasikan bahwa laju

pembangunan di Kalimantan Selatan relatif lebih cepat dibandingkan dengan laju

pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan daerah, namun juga

mengisyaratkan adanya potensi baru sumber-sumber pendapatan yang masih

belum dikenakan pajak.

Grafik 4.1 Efektivitas Pemerintah dalam

merealisasikan pendapatan daerah yang dianggarkan

Grafik 4.2 Rasio kemandirian daerah /

desentralisasi fiskal

Sumber: Biro Keuangan Kalsel, diolah

Komponen PAD yang mengalami peningkatan cukup besar terjadi pada

komponen pendapatan pajak daerah yang mencapai Rp2,20 triliun atau

meningkat 35,67% (yoy) dari pencapaian pada periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar Rp1,64 triliun. Peningkatan hasil pajak daerah tersebut

terutama ditopang oleh aktivitas sektor ekonomi sepanjang triwulan laporan,

terutama investasi berupa pembelian alat-alat berat oleh beberapa produsen

pertambangan dan perkebunan. Sementara di sisi lain, daya beli masyarakat yang

cukup terjaga juga menopang konsumsi kendaraan bermotor yang masih berada

pada level tinggi seperti tercermin pada data Dinas Pendapatan Daerah Kalsel.

Sementara itu, persentase realisasi dana perimbangan juga meningkat

dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu dari 121,69%

menjadi 175,29%, atau dari Rp1,26 triliun menjadi Rp1,85 triliun. Meningkatnya

realisasi dana perimbangan terutama dipengaruhi oleh subkomponen Bagi Hasil

3 Rasio kemandirian daerah (desentralisasi fiskal) merupakan perbandingan Pendapatan asli daerah

(PAD) terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan, semakin tinggi rasio yang dimiliki maka semakin mandiri daerah tersebut

56%

57%

57%

58%

58%

59%

Tw 4-2010 Tw 4-2011 Tw 4-2012

Bab 4 – Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

60

Pajak/Bukan Pajak, yang realisasinya pada triwulan IV-2012 mencapai Rp1,15

triliun (234,51%), lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

Rp722,02 miliar (142,84%).

2. Realisasi Belanja Daerah

Dari sisi pos belanja Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan,

realisasi belanja daerah dibandingkan anggaran sampai triwulan IV-2012

mencatat peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan periode yang

sama di tahun 2011, yaitu dari 89,77% menjadi 115,03%. Sementara itu, jika

dilihat dari nilai nominalnya, besarnya realisasi belanja mengalami peningkatan

sebesar 71,46% (yoy), yaitu dari Rp2,34 triliun pada akhir triwulan IV-2011

menjadi Rp4,01 triliun pada triwulan laporan.

Ditinjau dari komponen belanja daerah, realisasi belanja terbesar terutama

pada belanja operasi yang sampai dengan akhir triwulan IV-2012 mencapai

Rp3,20 triliun, atau 109,84% dari anggaran 2012 sebesar Rp2,91 triliun. Realisasi

ini lebih tinggi dari periode yang sama di tahun 2011 yang hanya terealisir

61,33% dengan nominal Rp1,20 triliun. Cukup optimalnya realisasi belanja

operasi tersebut terutama disebabkan oleh kinerja belanja untuk bantuan

keuangan yang terserap sebesar 115,68%.

Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp miliar)

Uraian Pos APBD APBD Realisasi Triwulan IV Prosentase (%)

2011 2012 2011 2012 2011 2012

Belanja Operasi 1.950,31 2.909,36 1.196.199 3.195.579 61.33 109.84

Belanja Pegawai 677,69 688,06 578.312 613.733 85.36 89.19

Belanja Barang dan Jasa 616,30 669,68 450.536 803.079 73.24 119.92

Belanja Bantuan Sosial 132,77 432,37 78.488 25.619 96.14 70.97

Belanja Bantuan Keuangan 24,88 1.119,47 88.861 1.753.148 16.93 115.68

Belanja Modal 675,57 567,84 593.111 806.882 91.44 142.10

Belanja Tidak Terduga 3,00 4,70 1.784 2.742 59.47 58.34

Total Belanja 2.630,21 3.481,90 2.335.902 4.005.204 89.77 115.09

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan

Sementara itu, realisasi anggaran subkomponen utama belanja operasi

lainnya, yaitu belanja pegawai mencapai 89,19% atau hanya sedikit mengalami

kenaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

85,36%. Sedangkan realisasi belanja barang dan jasa tercatat 119,92% atau

Bab 4 – Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

61

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

Tw 4-2010 Tw 4-2011 Tw 4-20120%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

Tw 4-2010 Tw 4-2011 Tw 4-2012

sebesar Rp803,08 miliar dari total anggaran Rp669,68. Realisasi belanja barang

dan jasa periode laporan ini lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2011 yang

mencatat realisasi sebesar 73,24%.

Tidak jauh berbeda dengan belanja operasi, realisasi belanja modal juga

mengalami peningkatan penyerapan selama triwulan laporan, yaitu dari 91,44%

atau sebesar Rp593,11 miliar pada triwulan IV-2011 menjadi Rp806,88 miliar

pada triwulan laporan, atau naik 142,10%. Meskipun demikian, rasio belanja

modal terhadap belanja daerah justru mengalami penurunan, yaitu dari 25,39%

menjadi hanya 20,15%. Belum maksimalnya penyerapan dana APBD pada tahun

2012 khususnya belanja modal tersebut disebabkan adanya beberapa kendala

pada proyek pembangunan di beberapa wilayah, seperti pembebasan lahan.

Penurunan yang merupakan kelanjutan dari trend yang telah terjadi

selama beberapa tahun terakhir tersebut merupakan sebuah indikasi yang perlu

dicermati lebih lanjut, mengingat belanja modal merupakan komponen strategis

karena sebagai motor pendorong perekonomian daerah yang harus senantiasa

diupayakan untuk mengalami peningkatan realisasinya dari waktu ke waktu.

Grafik 4.3 Persentase Realisasi Belanja Modal terhadap Anggaran Belanja Modal

Grafik 4.4 Rasio Realisasi Belanja Modal

terhadap Belanja Total

Sumber: Biro Keuangan Kalsel, diolah

3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2013

Pemerintah Provinsi menargetkan peningkatan APBD 2013 sebesar

32,20% (yoy) untuk pos pendapatan daerah, atau dari Rp3,31 triliun pada

tahun 2012 menjadi Rp4,37 triliun. Sementara untuk pos belanja daerah,

pemerintah menaikkan anggaran menjadi Rp4,55 triliun dari sebelumnya

Rp3,48 triliun, atau mengalami kenaikan sebesar 30,72% (yoy)

dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Bab 4 – Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

62

Kenaikan yang relatif tinggi tersebut mencerminkan adanya upaya

Pemerintah Provinsi Kalsel untuk semakin memperkuat fungsi fiskal daerah dalam

mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut merupakan indikasi yang cukup

positif, mengingat kondisi perekonomian dunia yang masih diliputi ketidakpastian

telah mempengaruhi pertumbuhan negara-negara mitra dagang sehingga tidak

dapat optimal dalam mendorong ekonomi Kalsel, khususnya dari sisi ekspor.

Tabel 4.3. Trend APBD Provinsi Kalsel (Rp miliar)

Uraian Pos APBD APBD Pertumbuhan y-o-y (%)

2011 2012 2013 2011 2012 2013

Pendapatan Daerah 2.451,95 3.305,28 4.369,71 51,96 7,91 32,20

Pendapatan asli daerah 1,392,30 1.882,94 2.751,77 63,58 5,60 46,14

Dana perimbangan 1.038,86 1.052,77 1.270,21 39,71 -16,72 20,65

Lain-lain pendapatan yang sah 20,79 369,57 347,72 -24,21 2246,04 -5,91

Belanja Daerah 2.601,98 3.481,90 4.551,71 7,31 49,06 30,72

Belanja operasi 1.950,31 2.909,36 3.542,14 -24,71 143,22 21,75

Belanja modal 648,67 567,84 999,57 1,36 -4,26 76,03

Belanja tidak terduga 3,00 4,70 10,00 -40,53 163,45 112,77

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan

Dibandingkan periode 2012, peningkatan pendapatan APBD tahun 2013

terbilang cukup tinggi, mengingat pada tahun sebelumnya kenaikan yang terjadi

hanya sebesar 7,91%(yoy). Meskipun demikian, kenaikan tersebut masih berada

di bawah kenaikan tahun 2011 yang mencapai hingga 51,96% (yoy). Pada tahun

2013, pos pendapatan terutama ditopang oleh subkomponen Pendapatan Asli

Daerah (PAD) yang mengalami peningkatan cukup signifikan, yaitu dari Rp1,88

triliun menjadi Rp2,75 triliun, atau naik sebesar 46,14% (yoy).

Grafik 4.5 Trend Pendapatan Daerah 2010-2013

Grafik 4.6 Proporsi Pendapatan Daerah 2010-2013

Sumber: Biro Keuangan Kalsel, diolah

0%

20%

40%

60%

-

2,00

4,00

6,00

2010 2011 2012 2013

Pendapatan Daerah (Rptriliun)

Peningkatan yoy (%)

54,08% 58,21% 56,97% 62,97%

44,89% 41,27% 31,85% 29,07%

1,03% 0,51% 11,18% 7,96%

2010 2011 2012 2013

PAD Dana Perimbangan Lain-lain

Bab 4 – Keuangan Daerah

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

63

Peningkatan ini merupakan indikasi yang sejalan dengan semakin kuatnya

kemampuan fiskal daerah, terutama dalam merealisasikan anggaran pendapatan

daerah. Di sisi lain, kontribusi dana perimbangan terhadap pendapatan daerah

semakin menurun dari 31,85% pada tahun 2012 menjadi 29,07% pada tahun

2013. Hal tersebut mempertegas adanya rencana pemerintah provinsi untuk

semakin mengurangi ketergantungan fiskal terhadap pemerintah pusat.

Sementara meskipun secara nominal mengalami kenaikan dari Rp3,48

triliun menjadi Rp4,55 triliun, pos belanja daerah 2013 ditargetkan tumbuh lebih

rendah bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencatatkan

pertumbuhan sebesar 49,06% (yoy). Namun demikian, proporsi belanja modal

terhadap total belanja mengalami kenaikan dari 16,31% (yoy) menjadi 21,96%

(yoy), atau menjadi sebesar Rp999,57 miliar dari sebelumnya Rp267,84 miliar.

Grafik 4.7 Trend Belanja Daerah 2010-2013

Grafik 4.8 Proporsi Belanja Daerah 2010-2013

Sumber : Biro Keuangan Kalsel, diolah

Kenaikan tersebut mengindikasikan rencana pemerintah untuk semakin

mendorong laju pembangunan Kalsel melalui fiskal daerah, sebuah indikasi yang

sangat positif di tengah melemahnya rencana belanja investasi beberapa pelaku

usaha sektor utama Kalsel selama tahun 2013.

0%

20%

40%

60%

-

2,00

4,00

6,00

2010 2011 2012 2013

Belanja Daerah (Rptriliun)

Peningkatan yoy (%)

72,98% 51,21% 83,56% 77,82%

26,88% 25,39% 16,31% 21,96%

0,14% 0,08% 0,13% 0,22%

2010 2011 2012 2013

Belanja OperasiBelanja ModalBelanja Tidak Terduga

BAB V KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

67

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan pada triwulan IV-

2012 mengalami pelemahan seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang

bergerak melambat. Melambatnya penyerapan tenaga kerja ini terindikasi dari

Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)1 yang mencatat beberapa penurunan

pada beberapa indikator ketenagakerjaan. Hal ini juga dikonfirmasi dari hasil

Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada

triwulan laporan yang juga menunjukkan kecenderungan penurunan penyerapan

tenaga kerja secara umum.

Di sisi lain, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan

pada triwulan laporan masih tetap terjaga pada level tinggi sebagaimana

tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) dimana Indeks Ekspektasi Penghasilan

dan Indeks Penghasilan Saat Ini masih berada pada level optimis. Hal yang sama

juga tercermin dari indikator kesejahteraan petani yaitu Nilai Tukar Petani (NTP)

yang selama triwulan laporan tetap terjaga pada level yang tinggi serta persentase

jumlah penduduk miskin yang menunjukkan penurunan.

1. Ketenagakerjaan

Secara umum kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Selatan

selama triwulan IV-2012 mengalami penurunan. Dari hasil SKDU yang

dilaksanakan pada triwulan laporan menunjukkan bahwa realisasi penggunaan

tenaga kerja menurun tajam, dimana terjadi penurunan nilai Saldo Bersih

Tertimbang (SBT) di sebagian besar sektor ekonomi.

Penurunan penyerapan tenaga kerja terutama terjadi pada sektor

pertambangan dan penggalian, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan

komunikasi serta sektor jasa-jasa. Sementara itu, peningkatan penyerapan tenaga

kerja hanya terjadi pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan.

1 Susenas adalah survei yang diselenggarakan BPS untuk mengumpulkan data sosial kependudukan yang luas

dan dilaksanakan setiap tahun, seperti data bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, sosial ekonomi lainnya,

5

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

68

Sedangkan sektor industri pengolahan, sektor keuangan, persewaan, dan jasa

perusahaan, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran relatif tidak

mengalami perubahan.

Tabel 5.1. Penggunaan Tenaga Kerja Oleh Dunia Usaha Kalimantan Selatan

No SEKTOR Realisasi Triwulan

III-2012 Realisasi Triwulan

IV-2012

1. Pertanian -1,40 1,62

2. Pertambangan 0,00 -0,42

3. Industri Pengolahan 0,00 0,00

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,07 -0,02

5. Konstruksi 0,00 -1,47

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran -0,95 0,00

7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,89 -0,58

8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Keuangan 0,82 0,00

9. Jasa-jasa 0,00 -9,05

TOTAL 0,43 -9,94

Sumber : Survei SKDU KPw BI Wilayah II (Kalimantan)

Berdasarkan data BPS Kalimantan Selatan, penurunan kondisi

ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan juga ditunjukkan oleh angka Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang menunjukkan sedikit penurunan. Pada

Agustus 2012, TPAK mengalami penurunan sebesar 1,38% dibandingkan dengan

periode yang sama tahun 2011, yaitu dari 73,31% menjadi 71,93%. Dengan

demikian, rasio jumlah penduduk bekerja juga mengalami penurunan dari

69,48% pada Agustus 2011 menjadi 68,16% pada Agustus 2012. Dengan

demikian, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) justru mengalami kenaikan

sebesar 0,03%, yaitu dari 5,23% pada Agustus 2011 menjadi 5,25% pada

Agustus 2012.

Meningkatnya jumlah pengangguran terbuka tersebut diduga karena

adanya pelambatan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertambangan maupun

jasa pendukungnya. Hal ini mengingat melemahnya kinerja sektor tersebut

sebagai imbas dari pelemahan ekonomi global yang belum kunjung membaik

hingga saat ini.

Tabel 5.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Kalimantan Selatan Periode Agustus 2010 - Agustus 2012

No RINCIAN Agustus 2010 Agustus 2011 Agustus 2012

1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 71,26 73,31 71,93

2. Rasio JumlahPenduduk bekerja (%) 67,51 69,48 68,16

3. Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 5,25 5,23 5,25

Sumber : BPS Provinsi Kalsel

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

69

Jika dilihat dari wilayahnya, Kabupaten Banjar, Kabupaten Hulu Sungai

Utara (HSU), dan Kabupaten Balangan merupakan wilayah dengan Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) yang relatif rendah dengan kisaran masing-masing

sebesar 2,62%; 3,69%; dan 3,95%. Sementara beberapa kabupaten dengan TPT

relatif tinggi yaitu Kab. Tanah Bumbu, Kota Banjarbaru, dan Kota Banjarmasin

dengan kisaran masing-masing sebesar 8,68%, 8,56%, dan 7,08%.

Grafik 5.1. Tingkat Pengangguran Terbuka Kab/Kota di Kalsel

Sumber : BPS Provinsi Kalsel, diolah

Dari sisi konsumen, optimisme masyarakat Kalimantan Selatan secara

umum terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini mengalami sedikit

peningkatan. Sementara itu, ekspektasi masyarakat terhadap ketersediaan

lapangan pekerjaan 6 bulan yang akan datang, meskipun sempat meningkat pada

awal triwulan, namun pada akhir triwulan laporan mengalami penurunan cukup

tajam (hasil Survei Konsumen triwulan IV-2012). Hal ini kemungkinan besar dipicu

oleh masih lesunya pasar tambang batubara internasional yang diprediksi

berlangsung hingga semester I-2013, sehingga membentuk ekspektasi masyarakat

bahwa hal tersebut akan cukup berdampak pada nasib tenaga kerja di sektor

pertambangan di Kalimantan selatan yang jumlahnya cukup besar.

0

2

4

6

8

10

TPT Ags 2011 (%) TPT Ags 2012 (%)

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

70

Di sisi lain, berdasarkan hasil liaison pada triwulan IV-2012, diindikasikan

bahwa sebagian besar pelaku usaha melakukan penambahan jumlah tenaga kerja

sebagai dampak dari peningkatan kapasitas produksi, pembangunan kantor/pabrik

baru dan pemenuhan terhadap tingginya permintaan.

2. Kesejahteraan

Di sisi lain, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan

masih tetap terjaga pada level yang tinggi selama triwulan IV-2012. Hal ini

dikonfirmasi dari beberapa indikator kesejahteraan yang dihasilkan hingga

triwulan laporan.

2.1 Daya Beli Masyarakat

Berdasarkan hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Wilayah

Kalimantan, Indeks Penghasilan Konsumen selama triwulan laporan tercatat

sebesar 118,00 atau masih berada dalam level optimis, walaupun secara nominal

mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan III-2012 yang mencapai

134,60. Penurunan ini sejalan dengan melambatnya kondisi ekonomi Kalimantan

Selatan, yang turut mendorong pelambatan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Sementara itu, hal yang sama terjadi pada Indeks Ekspektasi Penghasilan

Konsumen yang juga masih berada pada level yang optimis, yaitu sebesar 115,50

pada triwulan IV-2012, walaupun mengalami penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mencapai 135,00.

Grafik 6.2 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Sumber : Survei Konsumen KPwBI Wilayah II (Kalimantan)

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4

2010 2011 2012

Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja

Indeks Ketersediaan Lap. Kerja Saat Ini

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

71

Masih relatif tingginya optimisme masyarakat Kalimantan Selatan

terhadap kesejahteraan masyarakat juga terlihat pada Indeks Tendensi Konsumen

(ITK) Kalimantan Selatan. Dari ITK tersebut tampak bahwa komponen Indeks

Pendapatan Rumah Tangga pada triwulan IV-2012 ini menunjukkan masih berada

dalam level yang optimis, meskipun mengalami penurunan yaitu menjadi sebesar

107,45 dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 107,49. Hal ini

mencerminkan bahwa persepsi masyarakat akan kondisi ekonomi pada triwulan

mendatang yang masih dalam kondisi baik.

Grafik 6.3. Indeks Ekspektasi Penghasilan dan Penghasilan Saat Ini

Sumber : Survei Konsumen, KPw BI Wilayah II (Kalimantan)

Sejalan dengan hal tersebut, tingkat kesejahteraan petani juga relatif

terjaga. Hal tersebut diindikasikan dengan stabilnya Nilai Tukar Petani (NTP)

Kalimantan Selatan selama triwulan IV-2012. NTP yang merupakan perbandingan

antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar

petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi, mencatat

angka sebesar 107,00 pada triwulan laporan, atau relatif stabil dibandingkan NTP

triwulan sebelumnya yaitu sebesar 107,55.

Relatif stabilnya NTP selama triwulan IV-2012 tersebut terutama berkat

adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani dari 146,02 pada triwulan

III-2012 menjadi 146,55 pada triwulan laporan, yang juga diiringi dengan

kenaikan indeks harga yang dibayar petani menjadi 136,96, dari sebelumnya

135,75.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4

2010 2011 2012

Indeks Ekspektasi Penghasilan Indeks Penghasilan Saat Ini

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

72

Grafik 6.4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel

Sumber : BPS Provinsi Kalsel, diolah

Dilihat dari sektor ekonominya, selama triwulan laporan terdapat tiga

subsektor dengan NTP yang cenderung menguat. Sementara dua subsektor

lainnya mengalami pelemahan. Meskipun demikian, perubahan yang terjadi

selama triwulan laporan relatif tidak signifikan. Beberapa subsektor yang

mengalami penguatan antara lain, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan

perikanan. Sementara yang mengalami pelemahan yaitu subsektor hortikultura

dan tanaman pangan.

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

73

Tabel 5.3 Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun dasar 2007)

Sektor, Kelompok, dan Subkelompok Triwulan IV-2011

Triwulan III-2012

Triwulan IV-2012

perubahan (%)

qtq yoy

Tanaman Pangan 109,34 106,66 106,01 -0,61 -3,05

Indeks harga yang diterima petani (It) 146,13 147,27 147,91 0,43 1,22

Indeks harga yang dibayar petani (Ib)

133,65 138,08 139,52 1,04 4,39

Hortikultura 129,46 128,84 126,04 -2,17 -2,64

Indeks harga yang diterima petani (It) 171,34 176,07 173,76 -1,31 1,41

Indeks harga yang dibayar petani (Ib)

132,35 136,65 137,87 0,89 4,17

Tanaman Perkebunan Rakyat 98,84 94,28 95,34 1,12 -3,54

Indeks harga yang diterima petani (It) 128,68 127,12 129,41 1,80 0,57

Indeks harga yang dibayar petani (Ib)

130,19 134,83 135,74 0,67 4,26

Peternakan 103,46 104,58 104,90 0,31 1,39

Indeks harga yang diterima petani (It) 129,63 134,44 135,77 0,99 4,74

Indeks harga yang dibayar petani (Ib)

125,30 128,55 129,42 0,68 3,29

Perikanan 86,57 86,51 88,17 1,92 1,85

Indeks harga yang diterima petani (It) 107,75 111,27 113,89 2,35 5,70

Indeks harga yang dibayar petani (Ib)

124,47 128,63 129,17 0,42 3,78

Gabungan 109,56 107,57 107,00 -0,53 -2,34

Indeks harga yang diterima petani (It) 144,02 146,02 146,55 0,36 1,76

Indeks harga yang dibayar petani (Ib)

131,45 135,75 136,96 0,89 4,19

Sumber : BPS Provinsi Kalsel

Secara tahunan, NTP Kalimantan Selatan yang mencapai 107,00 pada

akhir tahun 2012, mengalami penurunan sebesar -2,34% (yoy) dari NTP pada

periode yang sama tahun lalu yaitu 109,56. Penurunan terbesar terjadi pada

subsektor tanaman perkebunan rakyat yaitu -3,54% (yoy) yang diperkirakan

dipicu oleh adanya penurunan harga karet sebagai komoditas yang banyak

diusahakan oleh petani perkebunan Kalimantan Selatan.

Penurunan NTP selama tahun 2012 tersebut juga mengakibatkan

turunnya peringkat NTP Kalimantan Selatan pada level nasional. Jika

dibandingkan dengan seluruh provinsi di Indonesia, NTP Kalimantan Selatan pada

tahun 2012 berada pada peringkat ke-8 atau menurun dibandingkan tahun 2011

yang berada pada posisi ke-4, meskipun pada wilayah Kalimantan masih

menduduki peringkat pertama dibandingkan 4 provinsi lainnya.

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

74

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan melalui SK

Gubernur No.188/44/0502/KUM/2012 telah menetapkan Upah Minimum Provinsi

(UMP) Kalimantan Selatan 2013 sebesar Rp1.337.500 atau naik 9,18% dari UMP

Tahun 2013 yang sebesar Rp1.225.000. Jumlah UMP Kalimantan Selatan tahun

2012 tersebut hanya mencapai 97,12% dari total kebutuhan hidup layak (KHL) di

Kalimantan Selatan.

KHL merupakan salah satu pertimbangan dalam menetapkan UMP dan

tidak semata-mata sebagai proses tawar-menawar untuk menentukan UMP,

namun ada faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam menentukan upah

minimum tersebut seperti inflasi, dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, faktor

kemampuan perusahaan terutama untuk perusahaan yang digolongkan kurang

mampu atau perusahaan marjinal, juga menjadi salah satu pertimbangan.

Sumber : BPS Provinsi Kalsel

2.2. Indeks Pembangunan Manusia

Tingkat kemajuan dan kesejahteraan manusia di Provinsi Kalimantan

Selatan terus menunjukkan peningkatan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2011 tercatat sebesar 70,44, mengalami

kenaikan dibandingkan dengan tahun 2010 yang hanya sebesar 69,92.

Peningkatan IPM selama beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan

kesejahteraan masyarakat yang diukur melalui indeks harapan hidup, indeks

pendidikan (angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah), dan indeks standar

hidup layak. Hal ini menunjukkan pula bahwa kebijakan ekonomi yang diambil

pemerintah telah berhasil mendorong peningkatan kualitas hidup masyarakat.

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

1.600.000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

% Rp

Grafik 5.5 Upah Minimum Provinsi (UMP) Kalsel

UMP % UMP

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

75

Namun demikian, meskipun setiap tahun mengalami peningkatan,

peringkat IPM Kalimantan Selatan masih berada di peringkat ke-26 dari 33

provinsi di Indonesia. Hal ini tentunya perlu mendapatkan perhatian Pemerintah

Provinsi Kalsel dalam bentuk langkah dan program nyata untuk meningkatkan

angka IPM terutama pada sektor kesehatan, dengan dukungan dari dinas dan

instansi terkait serta seluruh masyarakat Kalimantan Selatan.

Sementara itu, target IPM tahun 2012 yang ditetapkan oleh Pemerintah

Provinsi Kalimantan dalam Musrenbang Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012

adalah 72,12 dan diperkirakan dapat tercapai dengan didukung oleh pencapaian

indeks-indeks pembentuk IPM diatas.

2.3 Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Selatan relatif

menunjukkan trend penurunan. Berdasarkan data BPS Provinsi Kalsel, jumlah

penduduk miskin di Kalimantan Selatan pada bulan September 2012 mencapai

189.214 orang atau sebesar 5,01% dari total penduduk. Jumlah tersebut

menurun sebanyak 661 orang (0,35%) dibandingkan dengan bulan Maret tahun

2012. Trend penurunan jumlah penduduk miskin terus terjadi sejak tahun 2007.

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan

0

2

4

6

8

10

0,00

100,00

200,00

300,00

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Mar-12

Sep-12

%

Rib

u J

iwa

Grafik 5.7 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Kalsel

Jumlah Penduduk Miskin % Penduduk Miskin

Sumber : BPS Provinsi Kalsel

66,7 67,44 67,75 68,01

68,72 69,3

69,92 70,44

72,12

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

73

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012(target)

Grafik 5.6 IPM Provinsi Kalimantan Selatan

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

76

Mayoritas penduduk miskin berada di wilayah pedesaan, yaitu dengan

jumlah sebesar 132.675 jiwa atau 70,12% dari jumlah penduduk miskin.

Sementara itu, jumlah penduduk miskin yang berada di perkotaan mencapai

56.539 jiwa (29,88%).

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis

Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran/kapita/ bulan dibawah Garis Kemiskinan. Sementara itu, Garis

Kemiskinan merupakan nilai minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar

makanan dan non makanan.

Tabel 5.4 Garis Kemiskinan menurut Daerah Maret 2010 September 2012

Daerah

Garis Kemiskinan

(Rp/Kapita/Bln)

2010 2011 2012 (mar)

2012 (sept)

Perkotaan 230.712 256.850 280.260 286.844

Perdesaan 196.753 225.235 249.469 257.282

Kota+Desa 210.850 238.535 262.459 269.714

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan

Pada September 2012, Garis Kemiskinan di Kalimantan Selatan mencapai

Rp269.714/kapita/bulan, mengalami kenaikan sebesar 2,76% dibandingkan

Maret 2012. Berdasarkan komponen pembentuk garis kemiskinan yang terdiri

dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan

(GKNM), menunjukkan bahwa komoditi makanan berperan lebih besar

dibandingkan peranan komoditi non makanan. Komoditi makanan berkontribusi

sebesar 71,59% (Rp193.089/Kapita/Bln) dalam pembentukan garis kemiskinan

pada September 2012. Angka ini relatif stabil dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang mencapai 71,75% (Rp188.328/Kapita/Bln).

Meningkatnya garis kemiskinan yang diiringi dengan penurunan jumlah

penduduk miskin menunjukkan suatu peningkatan kesejahteraan dalam

masyarakat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan masyarakat

Kalimantan Selatan dalam memenuhi kebutuhan mendasarnya telah meningkat.

Namun demikian, persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa

jumlah dan persentase penduduk miskin, tapi ada beberapa dimensi lain yang

perlu diperhatikan yakni tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan itu

sendiri. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan

Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

77

pengentasan kemiskinan juga harus mampu mengurangi tingkat kedalaman dan

keparahan kemiskinan.

Pada September 2012 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks

Keparahan Kemiskinan menunjukkan peningkatan. Indeks Kedalaman Kemiskinan

meningkat dari 0,654 pada Maret 2012 menjadi 0,759. Demikian pula pada

Indeks Keparahan Kemiskinan yang mengalami peningkatan dari 0,127 pada

Maret 2012 menjadi 0,173 pada September 2012. Peningkatan nilai kedua indeks

ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung

makin menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk

miskin juga semakin tinggi, terutama pada penduduk miskin yang berada di

daerah perdesaan.

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan

Maret2010

Maret2011

Maret2012

Sept 2012

Indeks KedalamanKemiskinan (P1)

0,69 0,81 0,65 0,76

Indeks KeparahanKemiskinan (P2) (axis

kanan)0,18 0,20 0,13 0,17

0,100,120,140,160,180,200,22

0,40

0,60

0,80

1,00

1,20

Grafik 5.8 Indeks Kedalaman Kemiskinan & Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Kalsel

Bab 6 – Prospek Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

81

BAB VI PROSPEK EKONOMI

Bab 6 – Prospek Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

81

PROSPEK EKONOMI

Pada triwulan I-2013 mendatang pertumbuhan ekonomi

Kalimantan Selatan diperkirakan mengalami pelambatan. Di lain sisi, laju

inflasi diproyeksi cenderung stabil bila dibandingkan dengan triwulan

laporan. Berdasarkan beberapa indikator pendukung serta survey dan liason

terhadap pelaku usaha Kalsel maupun masyarakat, perekonomian Kalimantan

Selatan pada triwulan I-2012 diperkirakan kembali melambat dengan laju

pertumbuhan pada kisaran 5,3%-5,8% % (yoy).

Sementara itu, berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia,

ekspektasi masyarakat terhadap pergerakan harga di triwulan mendatang

cenderung stabil. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut serta perkiraan

cuaca yang semakin kondusif, laju inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan

berada pada kisaran 5,89% ± 1% (yoy).

1. Perkiraan Kondisi Makro Ekonomi

Perekonomian Kalimantan Selatan di triwulan I-2012 diperkirakan

dapat tumbuh pada kisaran 5,3%-5,8% (yoy)1, melambat dibandingkan

pertumbuhan triwulan laporan yaang mencapai 6,04% (yoy). Dari sisi

permintaan, kinerja ekspor diperkirakan belum sepenuhnya pulih meskipun

dengan tingkat kontraksi yang lebih landai. Sementara sesuai siklusnya, kinerja

investasi dan konsumsi pemerintah juga akan mengalami pelambatan selama

triwulan I-2013. Meskipun telah ada komitmen Pemerintah Daerah untuk

mempercepat realisasi belanja daerah sehingga diharapkan pada triwulan

pertama mampu melakukan penyerapan dana hingga 20 persen dari total

anggaran, namun pelaksanaannya akan sulit mengingat pada awal triwulan biasa

berada pada fase persiapan dan proses lelang.

Sementara itu, penopang pertumbuhan diperkirakan berasal dari

konsumsi rumah tangga yang tetap akan tumbuh kuat seiring dengan

peningkatan pendapatan melalui realisasi UMP 2013. Selain itu, dengan tingkat

1 Angka proyeksi KPw BI Wilayah Kalimantan

6

Bab 6 – Prospek Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

82

Grafik 6.1

Ekspektasi Perkembangan Kegiatan Usaha

Sumber: Survei Konsumen, diolah

25,11

36,72

15,99

24,14

30,87

20,26

37,09

31,98

21,08 22,77

6,27

20,04

10,34

05

10152025303540

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

2010 2011 2012 2013

Grafik 6.2

Ekspektasi Penggunaan Tenaga Kerja

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), diolah

6,38

11,85 13,26 13,77

11,59

7,87

15,55

8,08

3,97

9,36

19,12

1,66 1,33

0

5

10

15

20

25

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

Tw-2

Tw-3

Tw-4

Tw-1

2010 2011 2012 2013

inflasi yang relative stabil, dan terjaganya suku bunga perbankan pada tingkat

yang rendah diharapkan akan menjaga daya beli masyarakat sehingga konsumsi

masih akan terjaga pada level yang tinggi. Selain itu, kebijakan pemerintah

dengan menaikkan batas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang akan berlaku

mulai awal triwulan I-2013 diperkirakan akan berdampak positif pada kinerja

konsumsi rumah tangga, karena dapat meningkatkan daya beli masyarakat.

Dari sisi penawaran, sektor pertanian diperkirakan tumbuh moderat

seiring dengan masih adanya beberapa daerah yang masih panen walaupun masa

panen raya telah lewat. Disamping itu, harga karet dan kelapa sawit yang belum

kembali normal meskipun mulai ada perbaikan harga internasional, diperkirakan

turut mempengaruhi petumbuhan di sektor ini. Di sisi lain, sektor pertambangan

diperkirakan masih mengalami fase kontraksi meskipun tidak sedalam pada

triwulan laporan.

Penopang pertumbuhan diperkirakan berasal dari sektor perdagangan dan

sektor industri pengolahan. Selain didukung oleh pasar lokal yang luas dengan

daya beli yang kuat, kinerja sektor perdagangan juga akan terakselerasi berkat

penyelenggaraan aktivitas Meeting, Incentive, Conference, dan Exhibition (MICE)

yang sudah mulai marak sejak triwulan I-2013. Adanya peringatan Maulid Nabi

dan Tahun Baru Imlek, serta libur akhir pekan yang cukup panjang di akhir

triwulan laporan diperkirakan akan mendorong pertumbuhan sektor perdagangan

ini. Sementara itu, sektor industri yang akan mengalami peningkatan terutama

adalah industry yang berbasis makanan dan minuman. Peningkatan pada sektor

ini juga didukung oleh beroperasinya PLTU Asam-Asam III dan IV sebesar 2x60

megawatt, yang diharapkan dapat mengatasi gangguan listrik yang selama ini

cukup mengganggu kinerja dunia usaha.

Bab 6 – Prospek Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

83

Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2013 mendatang

juga diperkuat oleh hasil survey terhadap pelaku usaha yang cenderung bersikap

pesimis dalam memasuki triwulan I-2013, seperti yang tercermin pada ekspektasi

indeks kegiatan usaha yang menunjukkan kecenderungan menurun dari 20,04

pada triwulan IV-2012 menjadi 10,34 di triwulan I-2013. Hal tersebut

mengakibatkan angka indeks ekspektasi penggunaan tenaga kerja pada triwulan

mendatang juga mengalami penurunan menjadi hanya sebesar 1,22 pada

triwulan I-2013 dari sebelumnya yang tercatat 1,66.

2. Perkiraan Inflasi

Laju inflasi Kota Banjarmasin pada triwulan I-2013 diperkirakan

bergerak relatif stabil dibandingkan triwulan IV-2012, yaitu berada pada

kisaran 5,89% ± 1% (yoy)2. Tekanan inflasi pada triwulan mendatang akan

ditahan oleh inflasi inti yang diperkirakan stabil sepanjang triwulan I-2013.

Sementara itu pasokan komoditas volatile food diperkirakan akan tertekan pada

awal triwulan akibat cuaca yang kurang bersahabat.

Dari sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan akan meningkat.

Meskipun sempat mengalami gangguan pasokan sayur-sayuran, buah dan

bumbu-bumbuan di awal triwulan I-2013, namun ketersediaan pasokan pangan

diperkirakan akan membaik seiring komitmen Pemerintah Daerah dalam

menjamin kecukupan pangan. Khusus dari sisi produksi, pasokan beras varietas

lokal yang masih cukup berlimpah di pasar diperkirakan juga mampu

mengimbangi peningkatan permintaan masyarakat sehingga mampu meredam

inflasi pada triwulan mendatang.

Dari sisi ekspektasi masyarakat, tekanan inflasi juga relatif stabil. Hasil

Survei Konsumen Bank Indonesia mengindikasikan bahwa Indeks Ekspektasi

Konsumen terhadap harga-harga dalam 3 bulan mendatang bergerak tipis dari

132,20 pada akhir triwulan IV-2012 menjadi 132,50 pada awal triwulan I-2013.

Kondisi tersebut terjaga berkat kembali lancarnya pasokan volatile food yang

sempat terhambat oleh cuaca yang kurang kondusif selama Januari 2013. BMKG

setempat memperkirakan bahwa selama akhir triwulan I-2013 kondisi cuaca akan

lebih stabil sehingga dapat menjaga kelancaran distribusi antar pulau maupun

antar provinsi.

2 Angka proyeksi KPw BIWilayah Kalimantan

Bab 6 – Prospek Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Kalimantan Selatan Triwulan IV-2012

84

Sementara itu, tekanan inflasi administered price diperkirakan bersumber

dari kenaikan tarif PDAM dan TDL 2013 yang mulai berlaku pada triwulan I-2013.

Di sisi lain, harga emas dunia yang mengalami trend meningkat pada awal tahun

2013 diperkirakan dapat memberikan tekanan pada inflasi inti triwulan I-2013.

Grafik 7.12 Indeks Ekspektasi Harga 3 dan 6 Bulan Mendatang

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wilayah Kalimantan

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-4 Tw-1

2010 2011 2012 2013

Ekspektasi Harga 3 bulan mendatang Ekspektasi Harga 6 bulan mendatang