kasus sumber air

8
Kasus2 sumber air Sebagian Besar Air Tanah di Jabodetabek dan Bandung Tak Layak M Clara Wresti | Robert Adhi Ksp | Rabu, 26 Oktober 2011 | 20:32 WIB DOKUMENTASI BERITA JAKARTA Sumur JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil survei yang dilakukan Unilever bekerja sama dengan Sucofindo baru-baru ini di 300 sumber air tanah di wilayah Jabodetabek dan Bandung menunjukkan, sebagian besar air tanah di Jabodetabek dan Bandung tidak layak digunakan. Air tanah itu telah tercemar coliform, seperti e-coli dan salmonela, dan berada pada tingkat keasaman pH yang rendah di luar ambang batas wajar. Survei itu menunjukkan, 48 persen air tanah di Jabodetabek dan Bandung mengandung coliform. Air tanah itu telah tercemar coliform, seperti e-coli dan salmonela, dan berada pada tingkat keasaman (pH) yang rendah di luar ambang batas wajar. Survei itu menunjukkan, 48 persen air tanah di Jabodetabek dan Bandung mengandung coliform. Dan, 50 persen air tanah berada pada tingkat pH yang rendah di luar ambang batas wajar yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010. Untuk membantu mengurangi ancaman penyakit yang disebabkan oleh air bersih, Unilever telah mendistribusikan 700 alat Unilever Pureit kepada seluruh puskemas dan rumah sakit umum daerah yang ada di

Upload: jack-lewis

Post on 29-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MASALAH SUMBER AIR

TRANSCRIPT

Page 1: KASUS SUMBER AIR

Kasus2 sumber air

Sebagian Besar Air Tanah di Jabodetabek dan Bandung Tak LayakM Clara Wresti | Robert Adhi Ksp | Rabu, 26 Oktober 2011 | 20:32 WIB

DOKUMENTASI BERITA JAKARTASumur

JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil survei yang dilakukan Unilever bekerja sama dengan Sucofindo baru-baru ini di 300 sumber air tanah di wilayah Jabodetabek dan Bandung menunjukkan, sebagian besar air tanah di Jabodetabek dan Bandung tidak layak digunakan.

Air tanah itu telah tercemar coliform, seperti e-coli dan salmonela, dan berada pada tingkat keasaman pH yang rendah di luar ambang batas wajar. Survei itu menunjukkan, 48 persen air tanah di Jabodetabek dan Bandung mengandung coliform.

Air tanah itu telah tercemar coliform, seperti e-coli dan salmonela, dan berada pada tingkat keasaman (pH) yang rendah di luar ambang batas wajar. Survei itu menunjukkan, 48 persen air tanah di Jabodetabek dan Bandung mengandung coliform.

Dan, 50 persen air tanah berada pada tingkat pH yang rendah di luar ambang batas wajar yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.

Untuk membantu mengurangi ancaman penyakit yang disebabkan oleh air bersih, Unilever telah mendistribusikan 700 alat Unilever Pureit kepada seluruh puskemas dan rumah sakit umum daerah yang ada di wilayah DKI Jakarta. Dengan Unilever Pureit, air bisa langsung dikonsumsi karena alat ini bisa menghilangkan bakteri coliform.

"Sumbangan ini merupakan komitmen kami untuk menciptakan masa depan yang lebih baik dengan meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan masyarakat," kata Erwin Cahaya Adi, Senior Brand Manager Unilever Pureit, seusai menyerahkan 700 alat pureit kepada 44 puskesmas kecamatan, 290 puskesmas kelurahan, dan tujuh rumah sakit umum daerah di Jakarta. 

Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2011/10/26/20323893/Sebagian.Besar.Air.Tanah.di.Jabodetabek.dan.Bandung.Tak.Layak

Page 2: KASUS SUMBER AIR

Air Tanah Sudah Terkontaminasi| Sabtu, 2 April 2011 | 06:12 WIB Tokyo, jumat - Krisis nuklir di PLTN Fukushima Daiichi makin memprihatinkan setelah terungkap bahwa air tanah yang mengalir di bawah pembangkit listrik tersebut sudah tercemar material radioaktif melebihi ambang batas. Jejak radioaktif juga ditemukan pada hewan ternak.

Temuan radiasi dalam air tanah tersebut diumumkan Kamis (31/3) oleh operator PLTN, Tokyo Electric Power Company (Tepco). Menurut juru bicara Tepco, Naoyuki Matsumo, tingkat radiasi dalam air tanah di bawah PLTN sudah mencapai 10.000 kali batas maksimal yang diizinkan pemerintah.

Jejak kontaminasi iodin-131 itu ditemukan hingga kedalaman 15 meter di bawah salah satu reaktor.

Kementerian Kesehatan Jepang juga mengumumkan temuan jejak kontaminasi cesium di atas ambang batas dalam daging sapi di Prefektur Fukushima, tak jauh dari PLTN bermasalah tersebut. Tingkat radiasi dalam daging sapi tersebut mencapai 510 becquerel. Padahal, batas maksimal yang ditetapkan Komisi Keselamatan Nuklir Jepang adalah 500 becquerel.

Meski demikian, pemerintah menegaskan, kontaminasi dalam air tanah di bawah PLTN dan daging sapi tersebut tidak mengancam kesehatan warga. Kementerian Kesehatan menandaskan, daging sapi terkontaminasi tersebut tidak akan disalurkan ke pasar.

Sementara itu, kontaminasi radioaktif di air tanah akan terurai dengan cepat. Menurut pakar ilmu lingkungan Seiki Kawagoe dari Tohoku University, hanya ada dua cara air tanah terkontaminasi tersebut bisa berbahaya bagi kesehatan manusia.

Pertama, apabila air masuk ke dalam sumur yang dijadikan sumber air minum. Kemungkinan lain adalah apabila air tanah ini masuk ke dalam sistem saluran air bawah tanah dan kemudian keluar ke sungai yang dijadikan sumber air baku untuk air minum.

Dua kemungkinan ini ditepis Tomohiro Mogamiya, pejabat divisi pasokan air di Kementerian Kesehatan Jepang. Menurut dia, air tanah cenderung mengalir ke arah laut. Dengan posisi PLTN yang sudah berada di pantai, kecil kemungkinan air tersebut mencemari sumber air minum.

Dua instalasi pemurnian air terdekat dengan PLTN Fukushima Daiichi juga terletak beberapa kilometer dari pantai sehingga lebih tinggi dari posisi reaktor-reaktor nuklir.

”Saat orang-orang mulai kembali ke wilayah ini, kami akan uji dulu airnya untuk memastikan aman diminum,” ujar Masato Ishikawa, pejabat divisi pangan dan sanitasi pemerintah Prefektur Fukushima.

Diungsikan

Saat ini lebih dari 70.000 penduduk telah diungsikan dari zona evakuasi dalam radius 20 kilometer dari PLTN Fukushima Daiichi. Sementara itu, sekitar 130.000 warga yang tinggal di zona hingga radius 30 kilometer disarankan mengungsi secara sukarela atau tetap berada di rumah untuk menghindari paparan radiasi tinggi.

Pemerintah Jepang tetap belum memperluas zona evakuasi meski pihak Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah menemukan radiasi di atas ambang batas di sebuah desa berjarak 40 kilometer dari PLTN.

Page 3: KASUS SUMBER AIR

Pemerintah, melalui Badan Keselamatan Industri dan Nuklir (NISA), juga meragukan hasil pengukuran radiasi oleh Tepco yang selalu menunjukkan angka yang sangat tinggi. NISA memerintahkan Tepco mengukur ulang tingkat radiasi di udara, laut, dan air tanah untuk memastikan tingkat radiasi yang sesungguhnya.

”Kami curiga dengan hasil analisis isotop mereka. Jadi, kami menunggu hasil analisis terbaru,” ungkap juru bicara NISA, Hidehiko Nishiyama.

Upaya pendinginan teras reaktor juga terus dilakukan dengan bantuan dunia internasional. Selain Perancis yang mengirimkan pakar nuklirnya dari perusahaan pembuat reaktor nuklir Areva, AS juga mengirimkan para pakar nuklir militer, robot, dan dua pompa raksasa untuk menyemprotkan air ke dalam reaktor.

AS juga melibatkan ribuan prajuritnya untuk membantu pasukan bela diri Jepang mencari korban gempa dan tsunami tiga pekan lalu. Pasukan gabungan ini memberangkatkan 120 pesawat dan helikopter, dan 65 kapal pada hari Jumat, untuk menyisir kawasan pantai yang paling parah terkena tsunami.

Jumlah korban tewas saat ini sudah mencapai 11.532 orang dan 16.441 orang masih hilang.

Harian Mainichi Shimbun melaporkan, Pemerintah Jepang saat ini sedang bersiap menyuntikkan dana dalam bentuk pembelian sebagian saham Tepco untuk mengendalikan perusahaan itu.

”Pemerintah hanya akan mengambil jumlah saham yang cukup agar bisa terlibat dalam manajemen. Kalau di atas 50 persen, itu namanya nasionalisasi, dan kami tidak mempertimbangkan itu,” kata seorang pejabat pemerintah yang dikutip koran tersebut.

(AP/AFP/Reuters/ CNN.com/DHF)

Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2011/04/02/06121147/Air.Tanah.Sudah.Terkontaminasi

Potensi Air Tanah Kota Malang MenipisDahlia Irawati | Nasru Alam Aziz | Kamis, 17 Maret 2011 | 22:25 WIB

MALANG, KOMPAS.com - Potensi air bawah tanah di Kota Malang, Jawa Timur, semakin menipis. Hingga kini peraturan daerah Kota Malang mengenai pengelolaan air belum mengatur pembatasan pengambilan air bawah tanah.

Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Malang Jemianto mengemukakan, dari tiga sumur bor milik PDAM di wilayah Tidar, satu di antaranya sudah mengering. Padahal, menurut Jemianto, sumur bor dengan kedalaman 120 meter tersebut baru berusia enam tahun.

Page 4: KASUS SUMBER AIR

Selain di Tidar, mengeringnya sumur bor juga terjadi di Kelurahan Baran Wonokoyo Kecamatan Kedungkandang Kota Malang yang sebelumnya dikelola swasta. "Kini mereka tidak lagi bisa mengelola sumur bor tersebut dan menyerahkan pengelolaannya kepada PDAM," kata Jemianto, Kamis (17/3/2011) di Malang.

Untuk mengantisipasi kian menipisnya air bawah tanah di Kota Malang, PDAM akan membuka dua sumber mata air baru di wilayah Kabupaten Malang, tahun 2012.

Pemkot Malang belum mengatur mengenai batas maksimal pengambilan air bawah tanah. Dalam Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2006 tentang pengelolaan air tanah dan Perda Nomor 5 Tahun 2007 tentang retribusi perizinan pengelolaan air tanah hanya disebutkan mengenai ketentuan perizinan pengambilan air bawah tanah dan tata cara pengambilannya, misalnya dengan ketentuan diameter pipa yang dipakai. Diatur pula bahwa pengambilan air bagi konsumsi sehari-hari dengan kuantitas di bawah 100 meter kubik per bulan tidak diperlukan izin.

Kebijakan terbaru yang terkait adalah Perda Tahun 2010, lebih menekankan pada pajak pengambilan air bawah tanah yang semula dikelola provinsi, lalu dialihkan pengelolaannya pada pemerintah daerah.

Bagian Lingkungan Hidup Kota Malang mencatat, sepanjang tahun 2006-2008, pengambilan air bawah tanah mencapai 636.860 meter kubik per hari. Dalam rentang waktu itu, sedikitnya 105 institusi yang secara resmi mengambil air bawah tanah di Kota Malang. Rata-rata sejumlah perusahaan swasta dan hotel di Kota Malang mengambil air untuk berbagai kebutuhannya lebih dari 500 meter kubik per hari, bahkan mencapai puluhan ribu meter kubik per hari.

Anggota fraksi Partai Amanat Nasional DPRD Kota Malang Pujianto menilai, selama ini kontrol terhadap pengambilan air bawah tanah di Kota Malang masih lemah. Sehingga sulit mendeteksi seberapa jauh penggunaan air tanah di Kota Malang. "Akibatnya, penegakan hukum terhadap perusahaan yang mungkin mengambil air secara berlebihan juga sulit dilakukan," ujar Pujianto.

Koordinator Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Jatim Simpul Malang, Purnawan D Negara mengatakan, seharusnya ada pembatasan terhadap kuantitas air tanah yang diambil. "Jika tidak ada pembatasan, dengan menggunakan teknologi canggih mereka bisa menjadi pihak yang paling diuntungkan. Sementara rakyat tanpa teknologi cenderung dirugikan karena akan terkalahkan," katanya.

Menurut Purnawan, masyarakat kurang menyadari bahwa air bawah tanah adalah sumber air yang terbentuk bukan dalam hitungan puluhan tahun namun hingga ratusan tahun.

Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2011/03/17/2225105/Potensi.Air.Tanah.Kota.Malang.Menipis

Empat Rekomendasi Atasi Masalah Air Tanah JakartaYunanto Wiji Utomo | Tri Wahono | Jumat, 11 November 2011 | 21:51 WIB

Page 5: KASUS SUMBER AIR

KOMPAS.com - Robert M Delinom dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar riset, Jumat (11/10/2011), di Jakarta mengatakan bahwa Jakarta dihantui ancaman bencana air tanah akibat pencemaran dan eksplotasi air yang berlebihan.

Beberapa masalah yang mengancam antara lain disebabkan ketergantungan industri pada air tanah yang sangat besar. Hal tersebut disebabkan karena pemerintah belum menyediakan infrastruktur yang mendukung penyediaan air bagi sektor industri.

Menurut data terakhir, jumlah air permukaan bersih yang disuplai untuk sektor industri hanya sekitar 3,5 meter kubik di tahun 2003, yakni hanya 1 persen dari volume yang dibutuhkan untuk kegiatan industri. Ini berarti bahwa semua air yang dibutuhkan disuplai dari air tanah.

Ketergantungan air tanah juga terjadi di masyarakat. Diketahui bahwa 41 persen warga Jakarta masih tergantung pada air tanah. Di saat jumlah penduduk Jakarta terus meningkat, jumlah eksploitasi air tanah juga makin tinggi sehingga menmgganggu keseimbangan air tanah.

Di sisi lain, Delinom mengatakan, "Dari hasil penelitian kami pada air tanah dangkal, telah terdeteksi kandungan nitrat yang sangat tinggi di beberapa tempat. Kegiatan manusia sehari-hari telah memengaruhi kualitas air tanah di daerah ini."

Masalah lain, berdasarkan analisa karbon, umur air tanah lebih muda dari tahun 1985. Adanya chloro fluroro carbon (CFC) dan sulfur hydro fluoride di air tanah menandakan adanya rembesan air tanah dangkal, amblesan tanah yang makin intensif, dan intrusi air laut pada air tanah dangkal.

Delinom mengungkapkan, untuk mengatasi permasalahan air tanah, perlu analisis lengkap tentang mengapa masalah air tanah terjadi. Perlu dilihat faktor penyebab (soal populasi dan pendapatan masyarakat), tekanan (jumlah konsumsi air tanah), fakta masalah, dan responnya.

Ia menyusun empat rekomendasi untuk mengatasi masalah air tanah di Jakarta. Pertama adalah keseriusan upaya mengelola air tanah secara berkelanjutan dan upaya konservasinya serta mengubah pandangan bahwa air tanah adalah sumber daya yang tidak bisa di[perbarui.

"Pengelolaan air tanah di DKI jakarta harus lebih memerhatikan pada masalah yang terjadi di daerah imbuhan (resapan). Daerah imbuhan yang tidak luas tersebut harus dijaga agar tidak rusak karena tingkah laku manusia yang tidak ramah lingkungan," tambah Delinom.

Menurut Delinom, secara kualitatif, masalah air tanah di Jakarta sudah terganggu sejak air tanah diresapkan di daerah imbuhan. Dengan demikian, kondisi lingkungan daerah imbuhan juga harus dikelola sehingga lebih baik.

Hal lain adalah perlunya mengelola daerah luapan, zona di mana air dikeluarkan atau dipakai. Berdasarkan analisis pada krisis air di daerah luapan, penurunan kualitas air diakibatkan karena polusi limbah domestik dan kegiatan industri.

Page 6: KASUS SUMBER AIR

"Pengelolaan air tanah harus meliputi dua aspek penting, yakni aspek fisik dan teknik dan aspek sosial dan nonteknis," imbuh Delinom. Aspek fisik misalnya pengelolaan tutupan lahan dan konservasi mata air, sementara aspek sosial adalah kesadaran pengelolaan air.

Delinom mengatakan, Jakarta harus mampu mengurangi ketergantungannya pada air tanah dan mencari alternatif pengelolaan air. Salah satunya dengan memanfaatkan air sungai yang dikelola kembali, dan dengan demikin menuntut manajemen lingkungan mata air dan aliran sungai.

Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2011/11/11/21512047/empat.rekomendasi.atasi.masalah.air.tanah.jakarta