kasus pasien bedah puskesmas baiturrahman

21
LAPORAN KASUS BEDAH PUSKESMAS BAITURRAHMAN KOTA BANDA ACEH IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. A Umur : 53 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Peuniti Agama : Islam Pekerjaan : - Tanggal pemeriksaan : 30 Desember 2012 ANAMNESIS A. Keluhan Utama : Benjolan di lipat paha B. Keluhan Tambahan : Nyeri pada benjolan C. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang kepuskesmas dengan keluhan ada benjolan di lipatan pahanya lebih jurang sudah 2 bulan. Benjolan dapat dimasukan kembali, benjolan tampak terasa sakit, biasanya benjolan muncul kalau os mengedan, batuk dan menggangkat benda- benda yang berat. D. RPD : disangkal E. Riwayat Keluarga : disangkal PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum : Baik

Upload: firman54321

Post on 11-Aug-2015

132 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Pasien Bedah Puskesmas Baiturrahman

LAPORAN KASUS BEDAH PUSKESMAS BAITURRAHMAN KOTA

BANDA ACEH

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A

Umur : 53 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Peuniti

Agama : Islam

Pekerjaan : -

Tanggal pemeriksaan : 30 Desember 2012

ANAMNESIS

A. Keluhan Utama : Benjolan di lipat paha

B. Keluhan Tambahan : Nyeri pada benjolan

C. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang kepuskesmas dengan keluhan ada benjolan di lipatan

pahanya lebih jurang sudah 2 bulan. Benjolan dapat dimasukan kembali,

benjolan tampak terasa sakit, biasanya benjolan muncul kalau os

mengedan, batuk dan menggangkat benda-benda yang berat.

D. RPD : disangkal

E. Riwayat Keluarga : disangkal

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign : Tekanan Darah : 130/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,7 °C

Page 2: Kasus Pasien Bedah Puskesmas Baiturrahman

A. Status Generalis

- Kulit : Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis,

turgor cukup

- Kepala : Simetris, normal, rambut hitam, distribusi merata, tidak

mudah dicabut

- Muka : Simetris

- Mata : Konjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada,

pupil isokor Φ 3mm/3mm, terdapat reflek cahaya pada

kedua mata.

- Hidung : Deviasi septum tidak ada, discharge tidak ada, nafas

cuping hidung tidak ada

- Mulut/Gigi : Bibir sianosis tidak ada, lidah kotor tidak ada, stomatitis

tidak ada, carries tidak ada, faring tidak hiperemis,

tonsil T0-T0

- Telinga : Simetris, discharge tidak ada

Pemeriksaan Leher

- Inspeksi : Deviasi trakea tidak ada

- Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe

Pemeriksaan Thorax

- Jantung

Inspeksi : Simetris, ictus cordis tidak tampak

Palpasi : Ictus cordis kuat angkat

Perkusi : Batas atas kiri : ICS II LMC sinsitra

Batas atas kanan : ICS II LPS dextra

Batas bawah kiri : ICS V LMC sinistra

Batas bawah kanan : ICS IV LPS dextra

Auskultasi : S1 > S2 reguler, murmur tidak ada, gallop tidak

ada

1

Page 3: Kasus Pasien Bedah Puskesmas Baiturrahman

- Paru

Inspeksi : Dinding dada simetris pada saat statis dan

dinamis, retraksi tidak ada, ketinggalan gerak

tidak ada

Palpasi : Simetris, vokal fremitus kanan sama dengan kiri,

ketinggalan gerak tidak ada

Perkusi : Sonor kedua lapang paru

Auskultasi : Suara dasar: vesikuler kanan dan kiri

Suara tambahan tidak didapatkan

- Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Perut tidak membuncit, simetris, venektasi tidak

ada, sikatrik tidak ada, tidak tampak masa

Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak teraba,

defans muskular tidak ada, tidak teraba

massa, ballotemen tidak ada, buli-buli tidak

teraba.

Perkusi : Timpani diseluruh kuadran abdomen, nyeri ketok

sudut costovertebra tidak ada.

Auskultasi : Terdengar suara bising usus 5 kali dalam satu

menit

- Pemeriksaan Ekstremitas

Superior : Dalam Batas Normal

Inferior : Dalam batas Normal

B. Status Lokalis

Regio Inguinalis Dekstra :

• Inspeksi : Terlihat benjolan di daerah Inguinalis dextra.

• Palpasi : Teraba benjolan, bentuk lonjong, konsistensi kenyal,

nyeri tekan (-), benjolan dapat dimasukan kembali.

• Pemeriksaan Finger test : teraba benjolan lunak di ujung jari

2

Page 4: Kasus Pasien Bedah Puskesmas Baiturrahman

DIAGNOSA KERJA

Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra

PENATALAKSANAAN

Non Farmakologis

Kurangi menggangkat benda yang berat

Pakai celana korset selama beraktifitas

Farmakologi

Analgetik, asam mefenamat 3 x 1

Operatif

Hernioraphy

PROGNOSIS :

Quo ad functionam dubia ad bonam

Quo ad sanationam dubia ad bonam

Quo ad vitam dubia ad bonam

3

Page 5: Kasus Pasien Bedah Puskesmas Baiturrahman

PEMBAHASAN

A. Definisi

Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia

didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan

melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun

hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek

melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.

Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis

Lateralis (HIL) dan Hernia Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan

lebih lanjut hernia ingunalis lateralis. Hernia inguinalis lateralis

mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak

langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek nama yang

lain adalah Hernia oblique yang artinya Kanal yang berjalan miring dari

lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai

arti pintu keluarnya terletak disebelah lateral Vasa epigastrica inferior.

Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan kelainan kongenital

meskipun ada yang didapat.

Tabel. 2.1. Perbedaan HIL dan HIM.

Tipe Deskripsi Hubungan

dg vasa

epigastrica

inferior

Dibungkus

oleh fascia

spermatica

interna

Onset

biasanya pada

waktu

Hernia

ingunalis

lateralis

Penojolan

melewati cincin

inguinal dan

biasanya

merupakan

kegagalan

penutupan

cincin ingunalis

Lateral Ya Congenital

Dan bisa pada

waktu

dewasa.

4

Page 6: Kasus Pasien Bedah Puskesmas Baiturrahman

interna pada

waktu embrio

setelah

penurunan testis

Hernia

ingunalis

medialis

Keluarnya

langsung

menembus

fascia dinding

abdomen

Medial Tidak Dewasa

B. KLASIFIKASI

Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu:

Stage 1 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal.

Stage 2 : hernia direk dengan pembesaran atau distorsi cincin

interna.

Stage 3 : semua hernia direk atau hernia femoralis.

Klasifikasi menurut Halverson dan McVay, hernia terdapat terdapat 4

kelas:

Kelas 1 : hernia indirek yang kecil.

Kelas 2 : hernia indirek yang medium.

Kelas 3 : hernia indirek yang besar atau hernia direk.

Kelas 4 : hernia femoralis.

Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe:

1. Hernia Indirek

hernia inguinalis indirek yang tidak terkomplikasi.

hernia inguinalis indirek sliding.

2. Hernia Direk

suatu defek kecil di sebelah medial segitiga Hesselbach, dekat

tuberculum pubicum.

hernia divertikular di dinding posterior.

hernia inguinalis direk dengan pembesaran difus di seluruh

permukaan segitiga Hesselbach

5

Page 7: Kasus Pasien Bedah Puskesmas Baiturrahman

Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor:

1. Ada atau tidak adanya kantung peritoneal.

2. Ukuran cincin interna.

3. Integritas dinding posterior dan kanal.

C. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai

kontroversi, tetapi diyakini ada tiga penyebab, yaitu:

Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.

Overweight

Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran

badan

Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau

gangguan saluran kencing

Adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus

Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma,

emphysema, alergi

Kehamilan

Ascites

Adanya kelemahan jaringan /otot.

Tersedianya kantong.

D. PATOFISIOLOGI HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole

inferior gonad ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan

melewati dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi

kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular

peritoneumyang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral. Pada

pria testes awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testes

akan turun melewati canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi

gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu

6

Page 8: Kasus Pasien Bedah Puskesmas Baiturrahman

sehingga ,yang tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih

banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.

Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian

inferior menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna

ke labia majus.

Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan

rongga peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa

ini akan melekatkan testis yang dikenal dengan tunika vaginalis. Jika

processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis

lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck.

Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan

menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang

terkena hernia ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup.

E. GEJALA

Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha ,pada beberapa orang

adanya nyeri dan membengkak pada saat mengangkat atau

ketegangan.seringnya hernia ditemukan pada saat pemeriksaan fisik

misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja. Beberapa pasien

mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia

ingunalis lateralis, perasaan nyeri yang menyebar hingga ke scrotum.

Dengan bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa yang tidak nyaman

dan rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya.

Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit

dibandingkan hernia ingunalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih

berkurang untuk menjadi inkarserasi atau strangulasi.

F. TANDA

Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan

berdiri dan berbaring dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil

yang masih sulit untuk dilihat.kita dapat mengetahui besarnya cincin

eksternal dengan cara memasukan jari ke annulus jika cincinnya kecil jari

7

Page 9: Kasus Pasien Bedah Puskesmas Baiturrahman

tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan sangat sulit untuk

menentukan pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain halnya

pada cincin yang lebar hernia dapat dengan jelas terlihat dan jaringan

tissue dapat dirasakan pada tonjolandi kanalis ingunalis pada saat batuk

dan hernia dapat didiagnosa.

Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit

dlakukan dan ini tidak terlalu penting mengingat groin hernia harus

dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia ingunalis pada masing-masing

jenis pada umumnya memberikan gambaran yang sama . hernia yang turun

hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia ingunalis lateralis.

Pada inspeksi

Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan

terlihat simetris,dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan

akan menghilang pada saat pasien berbaring . sedangkan pada hernia

ingunalis lateralis akan terlihat tonjolan yang yang bebentuk elip dan susah

menghilang padaa saat berbaring.

Pada palpasi

Dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan

pada hernia inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan

terasa dan tidak adanya tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis.

Jika pasien diminta untuk batuk pada pemeriksaan jari dimasukan ke

annulus dan tonjolan tersa pada sisi jari maka itu hernia direct. Jika terasa

pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis. Penekanan melalui

cincin interna ketika pasien mengedan juga dapat membedakan hernia

direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada hernia direct benjolan akan

terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s dan

kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka

pembedaanya dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis

inguinalis sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal

tidak dapat ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.

8

Page 10: Kasus Pasien Bedah Puskesmas Baiturrahman

G. KOMPLIKASI

Hernia inkarserasta :

Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang

Tidak dapat direposisi

Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.

Hernia strangulasi :

Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik

Adanya gangguan sistemik pada usus.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:

Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.

Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan

menjadi dehidrasi.

Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus

genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.

Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin

hernia. Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa

pada lipat paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab

pembengkakan testis.

Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak

biasa terjadi, yaitu adanya suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal

dengan Spontaneous Reduction of Hernia En Masse. Adalah suatu keadaan

dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta isinya ke

rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en

masse:

Retropubic

Intra abdominal

Pre peritoneal

Pre peritoneal locule

9

Page 11: Kasus Pasien Bedah Puskesmas Baiturrahman

I. PENATALAKSANAAN HERNIA

Penanganan DI IGD

Mengurangi hernia.

Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk

mencegah nyeri. Pasien harus istirahat agar tekanan

intraabdominal tidak meningkat.

Menurunkan tegangan otot abdomen.

Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di

bawah lutut.

Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-

20° terhadap hernia inguinalis.

Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi

pembengkakan dan menimbulkan proses analgesia.

Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi

flexi unilateral (seperti kaki kodok)

Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah

penonjolan yang berlanjutselam proses reduksi penonjolan

Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang

bertujuan untu mengembalikan isis hernia ke atas. Jika

dilakukan penekanan ke arah apeks akan menyebabkan isis

hernia keluar dari pintu hernia.

Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil

dalam 2 kali percobaanm

Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik

yang adekuat dan posisikan Trendelenburg, dan kompres

dingin selam a20-30 menit.

Konsul bedah jika :

Reduksi hernia yang tidak berhasil

10

Page 12: Kasus Pasien Bedah Puskesmas Baiturrahman

Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang

memburuk.

Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada sedikit

beberapa kontraindikasi . penanganan ini teruntuk semua

pasien tanpa pandang umur inkarserasi dan strangulasi hal

yang ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya.

Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif

agar kondisi kesehatan saat dilakukan operasi dalam

keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan. Operasi yang

cito mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.

Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih

bijaksana apabila dilakukan penanganan terlebih dahulu

terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko infeksi

traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.

Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan

nyeri pada hernia maka operasi yang cito harus di lakukan.

Pelaksanaan non operasi untuk mengurangi hernia

inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan

panggul dielevasikan dan di beri .analgetik dan obat sedasi

untuk merelaxkan otot-otot.

Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat

dimanipulasi dan tidak ada gejala strangulasi.

Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen

untuk memastikan usus masih hidup, ada tanda-tanda

leukositosis.

Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah

yang berwarna gelap.

Indikasi operasi :

Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki

secara operatif tanpa penundaan, karena adanya risiko

komplikasi yang besar terutama inkarserata, strangulasi,

11

Page 13: Kasus Pasien Bedah Puskesmas Baiturrahman

yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis,

dan adanya peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang

mengikuti tindakan operatif.

pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito

terutama pada keadaan inkarserata dan strangulasi. Pada

pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen,

Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan elektif surgery

karena angka mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika

dilakukan cito surgery.

DAFTAR PUSTAKA

1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.

17th Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.

12

Page 14: Kasus Pasien Bedah Puskesmas Baiturrahman

2. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of

Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.

3. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery

Basic Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.

4. http://www.hernia.tripod.com/inguinal.html

5. Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005. http://www.webmed.com

6. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery.

New York. WB Saunders Company. 795-801

7. Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingot’s Abdominal Operation.

Volume 1. Tenth edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.

13