kasus minamata

25
Dampak Limbah Elektronik Terhadap Lingkungan & Kesehatan Kota Guiyu di daratan China adalah rumah bagi 5500 industri rumahan yang mengolah bagian-bagian dari elektronik bekas, yang dikenal dengan sebutan e-waste (sampah elektronik). Berdasarkan data dari situs lokal, wilayah tersebut setiap tahunnya mengolah sekitar 1.5 juta pon sampah yang terdiri dari sampah komputer, ponsel maupun perangkat elektronik lainnya. Industri tersebut menjadi lapangan pekerjaan yang menggiurkan bagi masayarakat di Guiyu. Kebanyakan ponsel dan perangkat komputer tua dapat dibongkar dan komponen metal di dalamnya didaur ulang, akan tetapi menjalankan proses daur ulang ini secara aman membutuhkan waktu yang sangat panjang. Oleh karena itu banyak produsen elektronik yang mengirimkan elektronik bekas keluar negeri, di mana alat-alat ini dibakar tanpa mempedulikan linkungan dan kesehatan manusia di sekitarnya.

Upload: indra-baskara

Post on 03-Jul-2015

1.469 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: kasus minamata

Dampak Limbah Elektronik Terhadap Lingkungan & Kesehatan

Kota Guiyu di daratan China adalah rumah bagi 5500 industri rumahan yang mengolah bagian-bagian dari elektronik bekas, yang dikenal dengan sebutan e-waste (sampah elektronik). Berdasarkan data dari situs lokal, wilayah tersebut setiap tahunnya mengolah sekitar 1.5 juta pon sampah yang terdiri dari sampah komputer, ponsel maupun perangkat elektronik lainnya. Industri tersebut menjadi lapangan pekerjaan yang menggiurkan bagi masayarakat di Guiyu.

Kebanyakan ponsel dan perangkat komputer tua dapat dibongkar dan komponen metal di dalamnya didaur ulang, akan tetapi menjalankan proses daur ulang ini secara aman membutuhkan waktu yang sangat panjang. Oleh karena itu banyak produsen elektronik yang mengirimkan elektronik bekas keluar negeri, di mana alat-alat ini dibakar tanpa mempedulikan linkungan dan kesehatan manusia di sekitarnya.

Hampir 80% dari peralatan elektronik bekas yang diolah berasal dari luar China, terutama sekali dari

Page 2: kasus minamata

Amerika, satu-satunya negara industri yang menolak menandatangani perjanjian Basel yang dibuat untuk mengatur ekspor limbah berbahaya ke negara-negara berkembang untuk didaur ulang.

Mereka memilih membuang sampah elektronik di Guiyu dan tempat lain yang serupa di India dan wilayah Afrika, karena biayanya yang murah dan mekanismenya yang lebih mudah, di mana perusahaan tidak terikat peraturan daur ulang yang ketat. Dari bisnis pengolahan limbah elektronik ini, situs Guiyu melaporkan pemasukan tahunan sekitar 75 juta dollar.

Page 3: kasus minamata

Mereka mengolah sampah elektronik dengan memisah-misahkan tiap bagian dan mengelompokkannya, kemudian mengambil kandungan timah, emas, tembaga dan jenis logam lainnya dari papan sirkuit, kabel, chip dan bagian lain dari perangkat elektronik. Pada foto di atas seorang pekerja sedang memanaskan papan komputer di atas lapisan besi untuk melucuti timah solderan dari chip komputer.

Page 4: kasus minamata

Industri kecil ini mempekerjakan 10.000 orang yang kebanyakan masih di bawah umur. Bisa dibayangkan akibat dari komponen elektronik yang mengandung merkuri dan racun yang berbahaya terhadap mereka. Laporan kesehatan dari wilayah Guiyu menyebutkan banyak anak-anak yang menderita karena tingginya tingkat pencemaran lingkungan akibat timah. Kemudian laporan dari universitas Shantou, Guiyu memiliki tingkat penderita penyakit kanker yang disebabkan oleh dioksin paling tinggi di dunia dan peningkatan pada kasus keguguran pada wanita hamil.

Page 5: kasus minamata

Industri semacam ini banyak menghasilkan pencemaran lingkungan karena banyak membuang limbah hasil olahan, terutama debu dari pembakaran batu bara yang langsung dibuang ke sungai dan selokan kota, menyebabkan pencemaran terhadap air sumur dan air tanah.

Melihat gambar-gambar di atas semoga kita bisa semakin arif dan bijak dalam membeli dan menggunakan produk-produk elektronik, belilah yang sesuai dengan kebutuhan dan pertimbangkan juga umur pemakaiannya, sehingga bisa mengurangi volume sampah yang dihasilkan. Beli juga produk-produk hanya dari produsen yang memproduksi produk ramah lingkungan, bisa dilihat melalui Guide to

Berkunjung ke Tempat Daur Ulang Sampah Elektronik di Panasonic, Jepang

Pereteli Televisi, Hancurkan, Jadilah Televisi Lagi

DAUR ULANG: Rongsokan elektronik dibongkar di Panasonic Eco Technology Center.

Ada baiknya Indonesia meniru Jepang dalam hal penerapan kebijakan mendaur ulang barang-barang elektronik rongsokan. Wartawan Jawa Pos ANY RUFAIDAH berkesempatan untuk menyaksikan secara langsung proses mendaur ulang itu. Berikut

Page 6: kasus minamata

catatannya.

Panasonic Eco Technology Center (Petec) di Kato City, Osaka, Jepang, adalah salah satu pusat daur ulang barang-barang elektronik yang rusak. Kato City, Osaka, adalah sebuah area yang luasnya 38.570 meter persegi. Kawasan tersebut dikelilingi persawahan yang menghasilkan beras untuk diolah menjadi sake, minuman khas negara sakura tersebut.

Sesuai dengan namanya, Petec merupakan areal daur ulang yang dimiliki Panasonic dan beroperasi sejak 2001.

Memasuki area Petec terasa seperti berada di ruang bermain anak. Sebab, pembeda ruang menggunakan kerangka besi yang dicat dengan warna-wana berbeda. Ruang dengan kerangka merah muda digunakan daur ulang televisi. Lalu, warna biru untuk daur ulang mesin cuci, kuning untuk pendingin ruangan (AC), dan hijau untuk ruang daur ulang lemari pendingin alias kulkas.

Di ruang-ruang tersebut terlihat para pekerja berseragam biru dengan perlengkapan safety "helm, kacamata, dan sarung tangan" memereteli rongsokan elektronik secara manual. "Pembongkaran awal memang dilakukan secara manual. Tapi, untuk menghancurkan dan memisahkan partikelnya, kami menggunakan teknologi khusus," kata Kazuyuki Tomita, direktur Petec, ketika ditemui Kamis lalu (7/10).

Dia lantas menunjukkan jajaran bodi kulkas yang sudah dipisahkan dari berbagai komponen lain sehingga hanya tersisa bagian plastiknya. Kulkas berbagai ukuran itu lantas dimasukkan ke mesin penghancur khusus. Dalam hitungan menit, barang itu menjadi serpihan plastik. "Ini kemudian dipisahkan lagi berdasar bahannya. Prosesnya memang lama," jelas Tomita.

Penataan Petec memang menarik secara visual. Sebab, lokasi daur ulang yang mempekerjakan 230 orang tersebut terbuka untuk umum. Setidaknya, dalam setahun, 12 ribu pengunjung mendatangi Petec. Mulai anak sekolah hingga orang dewasa. Itu dilakukan karena Petec ingin memperkenalkan pentingnya peduli lingkungan dengan cara mau mendaur ulang sampah elektronik yang dimiliki.

Petec beroperasi sejak 2001 atau beberapa bulan sejak Jepang memberlakukan undang-undang mengenai daur ulang peralatan rumah tangga. Ada empat alat yang masuk undang-undang tersebut. Yakni, AC, kulkas, televisi, dan mesin cuci. Undang-undang yang mengharuskan setiap pemilik mendaur ulang sampah elektroniknya itu diperkenalkan sejak 1998. Namun, peraturan itu efektif berlaku tiga tahun kemudian.

Mereka tidak hanya mendaur ulang produk Panasonic, tetapi juga elektronik merek yang lain. Dalam setahun, mereka bisa mendaur ulang 700 ribu sampah elektronik yang datang dari berbagai wilayah di Jepang. Dalam proses mendaur ulang, mereka menerapkan konsep dari produk menjadi produk. Maksudnya, bahan dari sampah elekronik itu dipilah hingga menjadi partikel, lantas diolah menjadi produk kembali.

Misalnya, televisi. Setelah dipereteli, setiap bagian dikelompokkan berdasar jenisnya. Lalu, dihancurkan dan dipilah lagi. Biasanya, televisi terdiri atas aluminium 2 persen, tembaga 3 persen, besi 10 persen, plastik 23 persen, dan kaca 57 persen. "Bahan kaca kami kirim lagi ke pabrik kami di Asia Tenggara untuk

Page 7: kasus minamata

diolah ulang menjadi televisi," kata Tomita.

Hingga kini, sudah sekitar tujuh juta sampah elektronik yang mereka hancurkan. Proses itu memisahkan aluminium hingga 9,8 ribu ton. Jumlah tersebut bisa dipakai untuk membuat 85 jumbo jet. Atau, 113 ribu ton besi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan 138 ribu mobil. Jumlah yang cukup fantastis. Bayangkan kalau tidak didaur ulang. Betapa tinggi tumpukan sampah elektronik tersebut.

Tomita mengatakan, selain mendapatkan dukungan dana dari Panasonic, Petec memperoleh keuntungan dari penjualan kembali produk daur ulang. Mereka juga mendapatkan dana dari ongkos pengolahan sampah elektronik. Menurut undang-undang, ongkos itu dibebankan kepada pemilik barang. Berbeda dengan Indonesia. Pemilik mendapat uang dari tukang rombeng tanpa tahu barang tersebut dibawa ke mana.

Biaya pengolahan sampah elektronik itu tidak murah. Untuk satu televisi LCD/plasma berukuran 16 inci ke atas, misalnya, mereka mengeluarkan dana 2.835 yen atau sekitar Rp 302 ribu (asumsi satu yen setara dengan Rp 106). Biaya paling besar dibebankan untuk kulkas. Lemari pendingin berukuran 171 liter ke atas dikenai tarif sekitar 4.830 yen.

Meski harus mengeluarkan dana ekstra, warga Jepang tidak bisa menghindari kewajiban tersebut. Apalagi, mereka tidak harus repot menggotong sampah elektronik itu. Mereka tinggal menghubungi petugas khusus yang akan datang dan membawa rongsokan tersebut ke tempat daur ulang. Ada sekitar 380 tempat pengumpulan rongsokan dan 48 pabrik daur ulang di Jepang.

Untuk mendirikan Petec memang bukan hal yang mudah. Menurut data yang dilansir, dibutuhkan dana sekitar 400 juta yen (sekitar Rp 40 triliun) untuk mendirikan dan mengelola Petec. Jumlah yang cukup besar bagi negara berkembang seperti Indonesia. Sulit, namun bukan berarti tidak mungkin. Yang diterapkan Petec tidak hanya mengurangi sampah elektronik, tetapi juga memaksimalkannya melalui daur ulang.

(c4/kum)

BAHAYA LIMBAH ELEKTRONIK BAGI LINGKUNGAN

Filed Under (lingkungan) by hamfaz on 22-04-2010 and tagged lingkungan

Page 8: kasus minamata

Di jaman yang serba teknologi ini kemajuan sudah sangat pesat .Tapi dalam satu sisi lain kita lupa akan lingkungan kita .Misalnya saja barang elektronik yang sudah tidak terpakai lagi akan menjadi limbah elektronik yang siap di buang .Tahukan anda limbah eletronik itu sangat berbahaya bagi lingkungan kita .Karena setiap komponen barang elektronik mengandung banyak racun dan akan berakibat fatal bagi lingkungan maupun kita sendiri .Jadi jangan sampai kita mengotori lingkungan kita sendiri .

Apa itu limbah elektronik ?Limbah elektronik (e-waste) merupakan barang elektronik yang sudah tidak dipakai lagi baik dalam keadaan rusak maupun tidak rusak.Saat ini mengenai limbah elektronik sudah mendapatkan perhatian luas dari dunia .Yang paling banyak dari limbah elektronik adalah ponsel dan computer karena barang tersebut paling sering diganti .dan jumlah limbah elektronik dalam tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat pesat untuk sekarang ini saja jumlahnya mencapai 20-50 juta ton pertahun .dan limbah elektronik kini mencapai lima persen dari semua limbah elektronik di seluruh dunia

Dibeberapa Negara pembuangan limbah elektronik sudah di larang dan sebagai alternatifnya harus dikelola dengan cara diurai dan didaur ulang dan yang bertanggung jawab adalah produsen yang mengeluarkan barang elektronik tersebut .Dan untuk di Indonesia sendiri perhatian tentang limbah elektronik masih sangat kurang .

Page 9: kasus minamata

Dalam COR-8 Konvensi Basel di Nairobi, yang dimaksudkan untuk mengatur sampah dalam bentuk apapun .konvensi ini di sahkan pada tahun 1992 dan ditandatangani lebih dari 160 negara yang turut serta dalam konvensi ini . dan topik utama dalam konvensi ini adalah tentang limbah elektronik karena sudah semakin banyak limbah elektronik ini di kirim secara ilegal dari lintas negara . dan sebagai yang di cantumkan dalam konvensi ini limbah elektronik dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)

Macam-macam limbah elektronik :televisi dan monitor komputerkomputer dan peripheral komputer (misalnya, monitor dan keyboard)stereo audio dan peralatanVCR dan DVD playerkamera videotelepon, telepon selular dan perangkat nirkabel lainnyafax dan mesin fotokopikonsol permainan video

Bahaya limbah eletronik (E-waste)

Page 10: kasus minamata

Computer sebagai barang yang paling sering di ganti-ganti dan sebagai imbasnya limbah elektronik semakin banyak . sejumlah barang kimia beracun yang berbahaya di buang ke TPA .Sebagai contoh :monitor computer yang mengandung Ray Tabung Katoda (CRT) yang berisi sejumlah besar timah.Liquid Crystal Display (LCD) yang diterangi merkuri yang dipenuhi panel.Sirkuit dalam monitor dan papan elektronik lainnya mengandung kromium,tembaga, dan timah yang melebihi batas yang ditetapkan pemerintah.Daya baterai yang banyak dari jenis peralatan berisilogam seperti timbal, nikel, kadmium, perak, lithium, dan lainnyalogam berbahaya.

tinta dan toner Printer sering mengandung bahan beracun seperti karbon hitam dan kadmium. Ketika dibuang tidak benar, bahan racun ini dapat meresap ke dalam air tanah, mencemari tanah dan memasuki rantai makanan.

Banyak perangkat elektronik yang cukup tinggi mengandung tingkat bahan beracun sepertisebagai timah, barium, kadmium, dan merkuri yang membuat mereka berbahaya biladibuang.Kadmium: kadmium pernapasan parah dapat merusak paru dan menyebabkankematian.LEAD: menyerang sistem saraf di kedua orang dewasa dan anak-anak.Seorang anak yang menelan timbal dalam jumlah besar akan menyebabkan darahanemia, kerusakan ginjal, sakit perut parah, kelemahan ototdan kerusakan otak yang cukup parah untuk membunuh anak.

Dan berdasarkan penelitian, ketika dibakar sampah elektronik yang mengandung logam berat ini menimbulkan polusi udara (pencemaran timbal) yang sangat berbahaya.Jika dibuang akan menghasilkan lindi (cairan yang berasal dari dekomposisi sampah dan infiltrasi air eksternal dari hujan).

Page 11: kasus minamata

Cairan yang sangat konduktif ini masuk ke dalam tanah dan menyebabkan pencemaran air tanah.Timbal adalah neurotoksin (racun penyerang saraf) yang bersifat akumulatif dan merusak pertumbuhan otak. Penyerapan timbal ke dalam darah manusia terutama melalui saluran pencernaan dan saluran napas. Sejak lama timbal dituding sebagai penyebab turunnya angka Intellectual Quotient (IQ).

Bagaimana cara mengurangi limbah elektronik (E-waste)?1.kartrid tinta dapat diisi ulang dan basa baterai dapat diisi ulang daripada dibuang.2.Sebagian besar produsen yang memproduksi barang menyediakan layanan daur ulang limbah elektronik .3.barang elektronik yang sudah tidak dipakai lagi dapat disumbangkan ke berbagai sekolah atau amal untuk digunakan kembali.4.Beberapa produsen elektronik menawarkan biaya rendah atau tanpa biaya dari program daur ulang . program tersebut menawarkan jasa untuk mengambil kembali dan mendaur ulang barang elektronik, termasuk laptop, ponsel, komputer, printer dan barang elektronik lainnya5.atau juga bisa di kirim ke tempat pembuangan limbah elektronik di tempat terdekat :JAKARTAJl. Pakubuwono 6 No. 99 (blkg Apotik Century)Kebayoran Baru, Jakarta Selatancp: Bayu Wardhana (0817 128 615)BANDUNGTobucilJl. Aceh No 56CP: Tarlen, Telp: 022 4261548

Perlunya Organisasi pecinta lingkungan

Page 12: kasus minamata

Greenpeace sebuah organisasi pecinta lingkungan yang sangat ternamamemuat produsen-produsen ponsel dan PC ternama yang masuk golongan hijau dan yang tidak hijau. Di posisi teratas sebagai yang paling hijau alias paling ramah lingkungan. Dan yang paling tidak ramah lingkungan berwarna merah. Rangking ini dibuat berdasarkan penggunaan bahan kimia berbahaya dan tingkatan tanggungjawab mereka akan limbah elektronik (e-waste) yang timbul akibat produk mereka. Penilaian difokuskan pada, bagimana produsen besar yang melakukan usaha keras untuk menghilangkan bahan kimia paling berbahaya dan perusahaan mana yang memiliki program recycling (daur ulang) yang baik untuk produk-produk mereka.

Penilaian ini sangat penting, agar si produsen pembuat barang elektronik tahu bahwa limbah elektronik sangat berbahaya bagi lingkungan dan kita sendiri. begitu pun dengan limbah elektronik yang menumpuk dan mencemari bumi kita. perusahaan yang baik akan memastikan limbah atau barang elektronik yang tidak terpakai lagi tidak berakhir pada tempat-tempat pembuangan limbah elektronik atau pun di kirim ke negara lain .

Dibawah ini termasuk ranking Perusahaan yang E-waste tertinggi menurut Greenpeace adalah:

1.Ranking 1.3/10 Lenovo2.Ranking 1.7/10 Motorola3.Ranking 2.3/10 Acer4.Ranking 2.7/10 Apple5.Ranking 3/10 Fujitsu-Siemens6.Ranking 3/10 Toshiba7.Ranking 3.3/10 Panasonic8.Ranking 4.3/10 LG Electronics9.Ranking 4.7/10 Sony10. Ranking 4.7/10 HP11. Ranking 5/10 Samsung12. Ranking 5.3/10 Sony Ericsson13. Ranking 7/10 Dell14. Ranking 7/10 Nokia

Jumat, 15 Oktober 2010

Daur Ulang Sampah Elektronik

Setiap tahun, 35 juta ton limbah elektronik diekspor ke China. Mereka memecah sampah dengan tangan kosong, para pekerja keracunan dan mencemari lingkungan. "Asap dari komputer terlalu kuat untuk

Page 13: kasus minamata

pernapasan", keluh seorang pekerja di pembuangan sampah. "Saya merasa pusing dan tidak bisa melihat dengan jelas lagi". Banyak karyawan di pabrik pembuangan elektronik menderita penyakit pernapasan atau penyakit kulit. Mereka bekerja selama sepuluh jam sehari, tanpa perlindungan dari bahan kimia berbahaya.

"Limbah elektronik" dapat didefinisikan sebagai semua komputer bekas, perangkat elektronik, ponsel, dan barang-barang lain seperti televisi dan kulkas, apakah dijual, disumbangkan, atau dibuang oleh pemilik aslinya. Definisi ini mencakup elektronik yang dimaksudkan untuk digunakan kembali, dijual kembali, penyelamatan, daur ulang, atau pembuangan. Istilah lain untuk limbah elektronik adalah e-waste, e-scrap, atau Limbah Peralatan Listrik dan Elektronik (Waste Electrical and Electronic Equipment (WEEE)) .

Teknologi yang berkembang pesat, initial cost yang rendah, dan planned obsolescence telah menghasilkan surplus limbah elektronik di seluruh dunia. Dave Kruch, CEO Cas For Laptop, menganggap limbah elektronik sebagai masalah "yang berkembang pesat". Solusi teknis sudah tersedia, tetapi dalam banyak kasus kerangka hukum, suatu sistem birokrasi, logistik, dan layanan lainnya perlu dilaksanakan sebelum solusi teknis dapat diterapkan. Diperkirakan 50 juta ton E-waste dihasilkan setiap Tahun. Amerika Serikat membuang 30 juta komputer setiap tahun dan 100 juta ponsel yang dijual di Eropa setiap tahun. Environmental Protection Agency memperkirakan bahwa hanya 15-20% dari e-waste didaur ulang, sisa elektronik ini langsung ke tempat pembuangan sampah dan insinerator.

Di Amerika Serikat, diperkirakan 70% dari logam berat di pembuangan sampah(landfill) berasal dari elektronik dibuang.Peningkatan peraturan limbah elektronik dan keprihatinan atas kerusakan lingkungan yang dapat dihasilkan dari limbah elektronik beracun telah menaikan biaya pembuangan. Peraturan tersebut menciptakan disinsentif ekonomi untuk menghilangkan residu sebelum ekspor. Kritik terhadap perdagangan elektronik digunakan untuk menjaga para pialang yang terlalu mudah menyebut diri mereka mendaur ulang untuk ekspor diskrining sampah elektronik ke negara-negara berkembang, seperti Cina, India dan bagian Afrika, sehingga menghindari biaya menghapus item seperti tabung sinar katoda buruk (yang pengolahan yang mahal dan sulit). Negara-negara berkembang menjadi yard dump besar e-waste karena hukum mereka lemah.

Para penentang ekspor elektronik berpendapat bahwa standar lingkungan dan tenaga kerja yang lebih rendah, buruh murah, dan tingginya nilai relatif bahan baku menyebabkan transfer kegiatan yang menghasilkan polusi, seperti membakar kawat tembaga di Cina, Malaysia, India, Kenya, dan berbagai negara Afrika. Limbah elektronik yang dikirim ke negara-negara untuk pengolahan, kadang-kadang dilakukan secara ilegal. Banyak laptop dialihkan ke negara berkembang sebagai "pembuangan akhir" Karena Amerika Serikat belum meratifikasi Konvensi Basel Ban Amendment dan tidak memiliki hukum nasional untuk melarang ekspor limbah beracun, Basel Action Network memperkirakan bahwa sekitar 80% dari limbah elektronik diarahkan untuk didaur ulang di AS tidak mendapatkan daur ulang sama sekali, tetapi diletakkan di kapal kontainer dan dikirim ke negara-negara seperti China. Angka ini

Page 14: kasus minamata

diperdebatkan oleh EPA, Institute for Scrap Recycling Industri, dan World Reuse, Repair and Recycling Association.

Guiyu di wilayah Shantou China, Delhi dan Bangalore di India serta situs Agbogbloshie dekat Accra, Ghana memiliki area pengolahan limbah elektronik yang tidak terkendali. Pembakar, Pembongkaran, dan pembuangan dapat menyebabkan berbagai masalah lingkungan seperti pencemaran air tanah, polusi atmosfer, atau bahkan pencemaran air baik oleh debit langsung atau karena limpasan permukaan (terutama di dekat daerah pesisir), serta masalah kesehatan termasuk keselamatan dan efek kesehatan antara mereka yang langsung terlibat, karena metode pengolahan limbah. Ribuan pria, wanita, dan anak-anak bekerja dengan teknologi daur ulang primitif, mereka mengeluarkan logam, toner, dan plastik dari komputer dan limbah elektronik lainnya. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa 7 dari 10 anak di daerah ini memiliki terlalu banyak timbal dalam darah mereka.

Seorang a nak Cina duduk di antara tumpukan kabel dan e-waste. Anak-anak sering bisa ditemukan pembongkaran e-waste yang mengandung bahan kimia berbahaya banyak diketahui berpotensi sangat merusak kesehatan anak-anak.

Pada bulan Juni 2008,kontainer limbah elektronik dari Pelabuhan Oakland Amerika Serikat tujuan Sanshui Distrik di Cina daratan, dicegat di Hong Kong oleh Greenpeace. Keprihatinan atas ekspor limbah elektronik menjadi topik utama pers di India, Ghana, Pantai Gading, dan Nigeria.Bahan berbahaya dalam limbah elektronik :

Amerisium: alarm asap (sumber radioaktif). Mercury: tabung neon , tilt switch (pinball game, bel pintu mekanis, termostat). Sulphur: baterai timbal-asam. PCB: sebelum melarang, hampir semua peralatan tahun 1930-an 1970-an, termasuk kapasitor,

transformer, isolasi kabel, cat, tinta, dan sealant fleksibel. Cadmium: Resistor peka cahaya, paduan tahan korosi untuk lingkungan laut dan penerbangan,

baterai nikel-kadmium. Lead: solder, CRT monitor kaca, timbal-asam baterai, beberapa formulasi PVC A 15-inch khas

tabung sinar katoda mungkin berisi £ 1,5 timbal, tetapi CRT lainnya telah diperkirakan memiliki sampai dengan. 8 £ timbal.

Berilium oksida: heatsink untuk CPU dan transistor daya, [29] magnetron, windows keramik X-ray-transparan, sirip perpindahan panas dalam tabung vakum, dan laser gas.

Page 15: kasus minamata

Polivinil klorida Ketiga plastik yang paling banyak diproduksi, mengandung bahan kimia tambahan untuk mengubah konsistensi kimia produk(aditif).

Bahan yang didaur ulang (Umumnya tidak berbahaya):

Timah: solder, lapisan pada komponen memimpin. Tembaga: kawat tembaga, dicetak trek papan sirkuit, komponen memimpin. Aluminium: hampir semua barang-barang elektronik menggunakan lebih dari beberapa watt

daya (heatsink), kapasitor elektrolit. Besi: baja chassis, kasus, dan bahan-bahan perlengkapan. Germanium: transistorized elektronik (transistor junction bipolar) 1950-1960. Silicon: kaca, transistor, IC, papan sirkuit tercetak. Nikel: nikel-kadmium baterai. Lithium: baterai lithium-ion. Seng: plating untuk bagian-bagian baja. Emas: plating konektor, terutama dalam peralatan komputer.

Hari ini usaha daur ulang limbah elektronik di seluruh wilayah di dunia mengembangkan usaha besar dan konsolidasi cepat. sistem pengolahan limbah elektronik telah matang dalam beberapa tahun terakhir, setelah meningkat peraturan, publik, dan pengawasan komersial, dan peningkatan yang sepadan dalam bunga kewirausahaan. Bagian dari evolusi ini telah melibatkan pengalihan lebih besar limbah elektronik dari proses downcycling energi-intensif (misalnya, daur ulang konvensional), di mana mesin dikembalikan ke bentuk bahan baku. pengalihan Hal ini dicapai melalui penggunaan kembali dan perbaikan. Manfaat lingkungan dan sosial kembali membaik dengan berkurangnya permintaan untuk produk baru dan bahan baku perawan.

Daur ulang bahan baku dari limbah elektronik dengan metode pengolahan yang baik adalah solusi yang paling efektif untuk masalah e-waste yang berkembang. Sebagian besar perangkat elektronik mengandung berbagai bahan, termasuk logam yang dapat dipulihkan untuk penggunaan masa depan. Dengan pembongkaran dan memberikan kemungkinan penggunaan kembali, sumber daya alam utuh dilestarikan dan udara dan polusi air yang disebabkan oleh pembuangan berbahaya dihindari. Selain itu, daur ulang akan mengurangi jumlah emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh pembuatan produk baru. Ini hal baik yang masuk akal dan efisien untuk mendaur ulang dan melakukan bagian kita untuk menjaga lingkungan hijau.

KANADA (Berita SuaraMedia) - Penjualan barang elektronik yang terus melonjak hingga satu dekade mendatang diperkirakan akan terjadi di negara-negara berkembang dalam 10 tahun ke depan. Meningkatnya penjualan, tentu saja berdampak pada penumpukan sampah elektronik yang membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia.

Page 16: kasus minamata

United Nations Environmental Program (UNEP) mengingatkan agar negara-negara berkembang mengantisipasi ancaman bahaya sampah elektronik. Negara-negara berkembang akan menjadi tempat pembuangan sampah yang dilakukan negara-negara maju.

"Saat ini dunia sedang menghadapi gelombang dahsyat serbuan sampah elektronik, khususnya di negara-negara berkembang," ujar Achim Steiner, UNEP Executive Director seperti dilansir Cellular-News.

Steiner mengungkapkan, sampah elektronik per tahun mencapai 36 juta metrik ton. Jumlah sampah elektronik yang berasal dari komputer bekas juga diketahui akan melonjak empat kali lipat di tahun 2020.

UNEP juga mengungkapkan bahwa China memberikan kontribusi sebesar 2,6 juta metrik ton sampah elektronik ke seluruh penjuru dunia. sedangkan Amerika Serikat berada di urutan kedua dengan 3 juta metrik ton sampah elektronik.

Selain itu, diketahui sejumlah negara di Amerika dan Eropa mengirimkan sampah berupa komputer-komputer bekas ke negara-negara di Afrika. Tak hanya itu, laporan tersebut juga menyebutkan sampah elektronik yang dalam beberapa tahun ini melonjak drastis disumbang oleh peralatan komunikasi seperti ponsel.

Sementara itu, UNEP menyatakan sampah-sampah elektronik berbahaya seperti kulkas yang mengandung gas chlorofluorocarbons dan hydrochlorofluorocarbon akan meningkat tiga kali lipat di India.

Sebelumnya, untuk pertama kali dalam sejarah olimpiade, medali yang akan diberikan untuk para pemenang terbuat dari logam yang terdapat dari komponen elektronik bekas.

Dilansir melalui Cellular News, perusahaan asal Kanada yang menjadi penyuplai metal untuk medali olimpiade musim dingin, Teck mengungkapkan bahan emas, perak dan tembaga yang digunakan untuk medali, dikumpulkan dari logam-logam yang terdapat dari barang elektronik bekas (eWaste).

Penggunaan eWaste ini dianggap cukup membantu, apalagi di tengah langkanya komponen logam lain seperti emas dan tembaga. Bahkan penggunaan logam saat ini dianggap terlalu beresiko, mengingat senyawa tersebut tidak dapat diperbaharukan.

Masih melalui sumber yang sama dikatakan, jumlah eWaste di Eropa meningkat tiga hingga lima persen setiap tahunnya, atau hampir mencapai tiga kali dari alur pengumpulan total sampah di Eropa. Oleh karena itu, badan penanggulangan sampah dan perangkat elektronik di Eropa (WEEE) akhirnya menggunakan kebijakan untuk tidak menyatukan sampah elektronik dengan sampah jenis lainnya.

Meski dikumpulkan, sampah tersebut tidak didaur ulang melainkan di ekspor ke beberapa negara berkembang untuk dijadikan barang 'second' yang masih bisa digunakan. Secara tidak langsung,

Page 17: kasus minamata

negara berkembang yang menerima ekspor eWaste tersebut akan menjadi tempat pembuangan akhir eWaste dari Eropa.

Selain itu, terkadang beberapa pihak juga melakukan ekspor eWaste secara ilegal ke negara-negara seperti Ghana, Nigeria dan China. Sayangnya, negara-negara tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mendaur ulang eWaste tersebut secara aman dan bertanggung jawab. Apalagi, banyak dari perangkat elektronik ini yang mengandung komponen beracun, yang dapat membahayakan kehidupan lingkungan dan manusia.

Sayangnya, Teck tidak membuat materi eWaste dalam medali ini mendominasi kumpulan komponen. Teck hanya menggunakan logam dari eWaste ini dalam jumlah sekian persen. Namun begitu, Teck mengupayakan agar medali tersebut pun dapat di daur ulang di kemudian hari.

Ke depan, WEEE berupaya untuk menawarkan medali dengan bahan eWaste ini ke pertandingan-pertandingan lainnya. Penggunaan medali eWaste dalam olimpiade musim dingin ini dianggap sebagai yang pertama dan cukup menginspirasi.

Mother Jones melaporkan bahwa 3 jenis medali  Olimpiade Musim Dingin 2010 di Vancouver, Kanada terbuat dari hasil pengolahan limbah elektronik atau disebut dengan E-Waste. Komite Olimpiade Vancouver (VANOC) menjelaskan bahwa medali-medali tersebut akan diberikan kepada para pemenang dari cabang-cabang olahraga yang diperlombakan seperti Ski Jumping, Ice Skating, Bobsled (papan peluncur) dan lain-lain.

E-Waste (limbah elektronik) mencakup seluruh barang elektronik mulai dari televisi sampai iPod. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal Sciene tahun lalu menemukan bahwa e-waste  telah menjadi komponen  limbah padat yang  paling cepat pertumbuhannya di Amerika Serikat . Lebih dari 1,36 juta metrik ton limbah elektronik yang dibuang  di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Limbah elekronik yang dibuang kebanyakan adalah ponsel, mp3 player dan barang elektronik lainnya.

VANOC memutuskan untuk menggunakan logam daur ulang dari e-waste dalam pembuatan medali olimpiade. Hal ini diharapkan dapat membantu permainan atlet dalam memenuhi salah satu dari tiga pilar Olimpiade yaitu keberlanjutan.

Menurut laporan Mother Jones dikatakan  Teck Resources, perusahaan yang akan melakukan ekstraksi E-Waste berencana untuk memproses 15.000 ton limbah elektronik pada tahun ini.

VANOC juga berencana untuk mengandalkan sumber-sumber energi bersih dan telah membangun struktur Olimpiade sesuai dengan standar bangunan hijau. Dari berbagai sumber : www.suaramedia.com

Friday, 12 February 2010

Page 18: kasus minamata

Merkuri dan Tragedi Minamata

Merasa familiar dengan kata merkuri?. Ya, betul sekali, merkuri merupakan salah satu bahan pembuatan baterai yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Merkuri atau bisa disebut juga air raksa, dapat berada dalam berbagai senyawa. Bila bergabung dengan khlor, belerang atau oksigen, merkuri akan membentuk garam yang biasanya berwujud padatan putih. Garam merkuri sering digunakan dalam krim pemutih dan krim antiseptik. Merkuri anorganik (logam dan garam merkuri) terdapat di udara dari deposit mineral, dan dari area industri. Merkuri yang ada di air dan tanah terutama berasal dari deposit alam, buangan limbah, dan aktivitas vulkanik. Ancaman merkuri terutama dari bentuk organiknya yang sangat beracun yaitu metil merkuri. Zat ini akan bertahan dalam tubuh 10 kali lebih lama dibanding merkuri dalam bentuk logam seperti yang terdapat dalam baterai dan termometer.Bagaimana orang dapat terkontaminasi merkuri? Ada beberapa cara: memakan ikan atau hewan air lainnya yang telah terkontaminasi metilmerkuri; terkontaminasi karena lepasnya merkuri dari penambal gigi (banyak pihak mengganggap kasus yang sangat jarang), menghirup udara yang mengandung merkuri dari tumpahan, atau limbah industri.

Minamata DisasterAda kasus pencemaran merkuri yang gaungnya sangat menghentak. Kasus ini disebut tragedi Minamata atau disebut juga Minamata Disaster (1950). Logam berat akibat industrialisasi Jepang mencemari teluk tersebut, termasuk di dalamnya tercemar pula oleh Methyl Mercury. Tak kurang, penduduk dari dua wilayah di pesisir Minamata, yaitu propinsi Kumamoto dan Kagoshima menjadi korban merkuri.

Penduduk yang mengalaminya memiliki penyakit aneh, tangan dan kaki mati rasa, kekuatan otot melemah, gangguan pada mata, gagap, gangguan pendengaran, lumpuh hingga pada level tertentu menyebabkan kematian. Dari beberapa video dokumen terlihat banyak korban berperilaku aneh, seperti gagap dan kejang kejang begitu pula seekor kucing yang jalan terseok-seok saat berjalan. Limbah merkuri yang di hasilkan oleh Chisso Corp tersebut telah menkontaminasi air laut sehingga membuat hasil tangkapan ikan menjadi terkontaminasi merkuri sehingga meracuni penduduk yang mengkonsumsinya. 50 tahun sudah kejadian tersebut berlalu, namun sampai saat ini kejadian tersebut masih belum terpecahkan ujar walikota kota Minamoto. Jumlah korban belum bisa di pastikan karena akan terus bertambah karena bersifat turun-menurun, namun sekitar 1.573 – 2.265 orang meninggal yang kesemuanya menderita keracunan merkuri, lebih lanjut masih banyak penduduk yang melaporkan kemungkinan terkena wabah ini

Page 19: kasus minamata

dan jumlahnya tidak sedikit, yaitu 21.021 orang!. Dan mereka mengaku memiliki gejala gejala penyakit yang terlihat pada lengan, kaki dan sulit berkomunikasi. Pihak Chisso Corp sendiri selalu menolak untuk bertanggung jawab meskipun telah di tetapkan sebagai tersangka dan terus menyebarkan merkuri ke laut sepanjang 1956 – 1968, tentu saja perbuatan tersebut patut di kutuk karena telah menyengsarakan penduduk lokal hingga turun temurun dari generasi ke generasi.Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri. Gejala yg timbul antara lain:

Gangguan saraf sensoris: Paraesthesia, kepekaan menurun dan sulit menggerakkan jari tangan dan kaki, penglihatan menyempit, daya pendengaran menurun, serta rasa nyeri pada lengan dan paha.

Gangguan saraf motorik: lemah, sulit berdiri, mudah jatuh, ataksia, tremor, gerakan lambat, dan sulit berbicara.

Gangguan lain: gangguan mental, sakit kepala. Tremor pada otot merupakan gejala awal dari toksisitas merkuri tersebut.

Metilmerkuri dan uap merkuri logam lebih berbahaya dari bentuk-bentuk merkuri yang lain, sebab merkuri dalam kedua bentuk tersebut dapat lebih banyak mencapai otak. Pemaparan kadar tinggi merkuri, baik yang berbentuk logam, garam, maupun metilmerkuri dapat merusak secara permanen otak, ginjal, maupun janin.Oleh karena itu, merkuri harus ditangani dengan hati-hati, dijauhkan dari anak-anak dan wanita yang sedang hamil. Standar yang ditetapkan badan-badan internasional untuk merkuri adalah sebagai berikut: di air minum 2 ppb (2 gr dalam 1.000.000.000 (satu milyar gr air atau kira-kira satu juta liter)). Di makanan laut 1 ppm (1 gram tiap 1 juta gram) atau satu gram dalam 10 ton makanan. Di udara 0,1 mg (miligram) metilmerkuri setiap 1 m3, 0,05 mg/m3 logam merkuri untuk orang-orang yang bekerja 40 jam seminggu (8 jam sehari).Kini, masyarakat Minamata, Jepang sangat menghargai apa yang terjadi di waktu silam dan mengambil pelajaran dari kasus limbah merkuri tersebut. Mereka lebih peduli akan lingkungan dan berjibaku bersama menjaga lingkungan sekitar seperti menjaga kebersihan dan pengelolaan sampah kota dengan manajemen yang baik yaitu pemilahan sampah dan memanfaatkan nya lebih lanjut seperti pengomposan. Semoga Indonesia kita tercinta bisa meniru cara masyarakat Jepang yang mau belajar dari pengalaman masa lalu