kasus anemia
DESCRIPTION
dghdTRANSCRIPT
PEMBAHASAN KASUS ANEMIA
oleh:
KELOMPOK 4Suhariyati (NIM 112310101001)Endah Novianti (NIM 112310101002)Rosita Debby Irawan (NIM 112310101003)Chepy Tri Cita W (NIM 112310101007)Haidar Dwi Pratiwi (NIM 112310101012)Kartika Nurif Adeline Putri (NIM 112310101018)Riska Umiyatun (NIM 112310101023)Silvi Anita Uslatu Rodyah (NIM 112310101035)Dewa Ayu Dwi Chandra Y.S (NIM 112310101046)Akhmat Robby Tricahyono (NIM 112310101061)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER
2013
Kasus 1
Seorang pasien dirawat di unit Interna RS dengan keluhan utama mudah lelah,
capek, pusing. Hasil pemeriksaan fisik: konjungtiva anemis pada kedua mata (CA:
+/+). Tak tampak sklera ikterik (SI: +/+). TTV: TD 110/60 mmHg, nadi 90
x/menit, RR 20 X/menit, Suhu 370C. Pemeriksaan lab menunjukkan Hb: 9 mg/dl,
lain-lain dalam batas normal.
Pertanyaan
1. Sebutkan gangguan yang terjadi pada kasus di atas! [Silvi Anita Uslatu
Rodyah (NIM 112310101035)]
Jawab:
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (HB) atau hematokrit (HT) dibawah normal. Anemia
menunjukkan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Terdapat
banyak perbedaan jenis anemia. Beberapa menyebabkan ketidak adekuatan
pembentukan sel sel darah merah (eritropoiesis); SDM prematur atau
penghancuran SDM yang berlebihan (hemolisi); kehilangan darah( penyebab
yang paling umum), faktor-faktor etiologi lainnya yaitu defisit zat besi dan
nutrien, faktor-faktor hereditas, dan penyakit kronis (brunner dan suddarth,
2000)
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,
2002).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah
merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit)
per 100 ml darah (Price, 2006).
Berdasarkan kasus tersebut, berikut ini adalah hasil pengkajiannya:
a. Identitas
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pasien mengeluh mudah lelah, capek, pusing
2) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan mudah lelah, capek, pusing. Kemungkinan pasien
tampak pucat, gelisah, diaforesis tachikandia, sampai penurunan
kesadaran.
3) Riwayat penyakit dahulu
Dalam kasus tidak dijelaskan secara spesifik, namun perlu dikaji
riwayat penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi, riwayat
trauma, perdarahan, riwayat demam tinggi, penyakit ISPA, Kehamilan
dan Persalinan
4) Riwayat penyakit keluarga
Dalam kasus tidak dijelaskan, namn perlu dikaji lebih lanjut adanya
iwayat anemia dalam keluarga, riwayat penyakit-penyakit seperti
kanker, jantung, hepatitis, DM, asthma, penyakit-penyakit infeksi
saluran pernafasan.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: keadaan tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran
Tingkat kesedaran pasien kompos metis
3) Tanda-tanda vital
TTV: TD 110/60 mmHg, nadi 90 x/menit, RR 20 X/menit, Suhu 370C
4) TB dan BB
Untuk menentukan apakah berat badan pasien ideal dan menentukan
tingkat nutrisi pula. Namun dalam kasus tidak di sebutkan secara
spesifik, sehingga perawat perlu mengkaji lebih lanjut.
5) Kulit
Dalam kasus tidak disebutkan, namun biasanya kulit teraba dingin,
keringat yang berlebihan, pucat, bahkan sampai terjadi perdarahan
dibawah kulit.
6) Kepala
Biasanya bentuk dalam batas normal.
7) Mata
Konjungtiva anemis pada kedua mata (CA: +/+), sklera tidak ikterik
(SI: +/+).
8) Hidung
Di dalam kasus tidak disebutkan, namun biasanya tidak ada kelainan
9) Telinga
Di dalam kasus tidak di jelaskan, namun biasanya tidak ada kelainan
10) Mulut
Di dalam kasus tidak di jelaskan, biasanya Bentuk, mukosa kering,
perdarahan gusi, lidah kering, bibir pecah pecah atau perdarahan.
11) Leher
Di dalam kasus tidak di jelaskan, perlu di kaji kemungkinan terdapat
pembesaran kelenjar getah bening, thyroid lidah membesar, tidak ada
distensi vena yugularis.
12) Thoraks
Di dalam kasus tidak di jelaskan, namun perlu dikaji pergerakan dada,
biasanya pernafasan cepat irama tidak teratur. Fremitus yang
meninggi, percusi sonor, suara nafas bisa vesikuler atau ronchi,
wheezing.
13) Abdomen
Di dalam kasus tidak di jelaskan, namun perlu dikaji adanya abdomen
cekung, pembesaran hati, nyeri, bising usus
14) Genitalia
Di dalam kasus tidak di jelaskan, namun biasanya tidak ada kelainan
15) Ekstremitas
Pasien mengalami kelemahan umum
16) Anus
Di dalam kasus tidak di jelaskan, namun biasanya tidak ada kelainan
17) Neurologis
Dalam kasus tidak di jelaskan, namun biasanya dalam batas normal.
d. Pengkajian berdasarkan Dongoes
1) Aktivitas/istirahat
Pasien mengeluh mudah lelah, capek, pusing, keletihan, kelemahan,
malaise umum. Ditandai dengan takikardia, dispnea saat bekerja atau
istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada
sekitarnya. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
2) Sirkulasi
Perlu dikaji adanya riwayat kehilangan darah kronis, mis; perdarahan
GI kronis, menstruasi berat, palpitasi, TD 110/60mmhg (hipotensi),
ekstermitas (warna) kulit pucat dan membrane mukosa kering atau
pucat
3) Integritas ego
Perlu dikaji keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, mis; penolakan transfuse darah, depresi.
4) Eleminasi
Kaji riwayat gangguan pada ginjal, hematemesis, Diare atau
konstipasi, penurunan haluaran urine, distensi abdomen.
5) Makanan/cairan
Dalam kasus tidak dijelaskan, namun biasanya mengalami penurunan
masukan diet, Mual/muntah, , anoreksia, penurunan berat badan,
membrane mukosa kering atau pucat
6) Neurosensori
Pasien mengeluh pusing, sakit kepala. Perlu dikaji lebih lanjut
karakteristiknya seperti vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan elisah.
7) Nyeri/kenyamanan
Pasien mengeluh pusing dan sakit kepala
8) Pernapasan
Kemungkinan mengalami napas pendek pada istirahat dan aktivitas,
takipnea dan dispnea.
9) Seksualitas
Dalam kasus tidak dijelaskan secara rinci namun perlu dikaji
kemungkinan terjadi perubahan aliran menstruasi, misalnya
menoragia atau amenore (DB).
e. Pemeriksaan laoratorium
Pemeriksaan lab menunjukkan Hb: 9 mg/dl
2. Sebutkan macam-macam anemia! (Haidar Dwi Pratiwi NIM
112310101012)
Jawab:
PPNI Kab. Klaten (2009) mejelaskan bahwa anemia diklasifikasikan
menjadi dua macam berdasarkan pendekatan fisiologis yaitu anemia
hipoproliferatif dan anemia hemolitika.
1. Anemia hipoproliferatif
Anemia hipoproliferatif yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah (PPNI Kab. Klaten,
2009). Anemia jenis ini dibedakan lagi menjadi lima macam yaitu sebagai
berikut.
a. Anemia aplastika
Anemia aplastika yaitu gangguan kegagalan sumsum tulang yang
menyebabkan penipisan semua unsur sumsum sehingga produksi sel-sel
darah menurun atau terhenti (Betz & Sowden, 2009).
b. Anemia pada penyakit ginjal
Anemia pada penyakit ginjal yaitu menurunnya ketahanan hidup sel darah
merah maupun defisiensi eritopoitin yang disebabkan oleh penyakit ginjal
kronis (PPNI Kab. Klaten, 2009).
a. Anemia pada penyakit kronis
Anemia pada penyakit kronis adalah anemia yang menyertai penyakit
inflamasi, infeksi, atau keganasan yang berlangsung lebih dari satu atau
dua bulan (Susilawati, 2013).
b. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terjadi karena kekurangan
zat besi (Lestari, et al. 2008).
c. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan defisiensi vitamin
B12 dan asam folat. Anemia jenis ini ditandai dengan adanya sel
megaloblast dalam sumsum tulang belakang (Naibaho, 2011)
2. Anemia hemolitika
Anemia hemolitika merupakan anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah yang dapat dikarenakan oleh
pengaruh obat-obatan tertentu, penyakit hookin, limfosarkoma, mieloma
multiple, leukemia limfositik kronik, defisiensi glukosa 6 fosfat
dihidrigenase, proses autoimun, reaksi transfusi, dan malaria (PPNI Kab.
Klaten, 2009).
Sacher & McPherson (2004) menjelaskan bahwa anemia hemolitika dapat
diklasifikasikan menjadi angguan yang berkaitan dengan defek intrinsik dan
defek ekstrinsik.
a. Defek intrinsik
1) Defek herediter
a) Kelainan membran sel darah merah
- Sferosis herediter
- Eliptositois herediter
- Piropoikilositosis herediter
- Stomatositosis herediter
- Xerositosis herediter
b) Gangguan enzim eritrosit herediter
- Defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase
- Defisiensi enzim lain seperti defisiensi piruvat kinase,
defisiensi pirimidin-5-nukleotidase
c) Gangguan pembentukan hemoglobin
- Hemoglobinopati
Sindrom sel sabit: penyakit sel sabit, sifat sel sabit,
sindrom HbS talasemia-beta, penyakit hemoglobin C,
penyakit hemoglobin SC.
Methemoglobin
Hemoglobin yang tidak stabil
- Sindrom talasemia
Talasemia-alfa
Talasemia-beta homozigot
Talasemia-beta heterozigot
Talasemia heterozigot dengan hemoglobinopati lain
2) Defek didapat
a) Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
b. Defek ekstrinsik
1) Destruksi non-imun
a) Anemia hemolitik mikroangiopati dan makroangiopati
b) Zat kimia dan toksin
c) Infeksi yang menyebabkan hemolisis
d) Hipersplenisme
e) Gangguan sistemik
2) Anema hemolitik imun
a) Primer
b) Sekunder
c) Akibat obat
d) Infeksi
3. Apa kemungkinan penyebab kondisi di atas? [Riska Umiyatun
(112310101023)]
Anemia terjadi sebagai akibat dari gangguan atau rusaknya mekanisme
produksi sel darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel
darah merah karena kegagalan sumsum tulang, meningkatnya penghancuran
sel darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar eritropoetin, misalnya pada
pasien dengan gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul adalah kelelahan,
berat badan menurun, letargi, dan membran mukosa menjadi pucat. Apabila
timbulnya anemia perlahan (kronis) akan timbul sedikit gejala, sedangkan
pada anemia akut yang terjadi adalah sebaliknya. Faktor penatalaksanaan
yang harus dipertimbangkan untuk penderita anemia terpusat pada penurunan
kemampuan darah untuk menganggkut oksigen dan rusaknya mekanisme
pertahanan selular (Pedersen, G.W, 1996).
Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan
tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia
untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001), beberapa penyebab
anemia secara umum antara lain:
a. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah
hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan
b. Akibat penghancuran sel darah merah yang berlebihan
c. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
d. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor
keturunan, penyakit kronis dan kekurangan zat besi.
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa penyebab anemia berdasarkan
klasifikasinya yaitu sebagai berikut:
a. Anemia Aplastik
Penyebab dari anemia aplastik ada beberapa macam yaitu sebagai berikut:
1. Faktor genetic
Kelompok ini sering dinamakan anemia aplastik konstitusional dan
sebagian besar diturunkan menurut hukum mendel. Kelompok ini
meliputi:
Anemia fanconi
Diskeratasis bawaan
Anemia aplastik konstitusional tanpa kelainan kulit/tulang
Sindrom aplastik parsial
2. Obat-obatan dan bahan kimia
Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas/dosis obat
yang berlebihan. Semua obat dapat menyebabakan anemia aplastik
pada prepisposisi genetik. Yang sering menyebabkan ialah
kiarompenikol, sedangkan bahan kimia adalah benzena.
3. Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anemia aplastik sementara atau
permanen.
Ifeksi sementara disebabkan oleh:
Mononukleosis infeksiosa
Tuberkulosis
Influenza Bruseiosis
Dangue
Setiap infeksi virus dapat menyebabkan anemia aplastik sementara,
setiap penyebab anemia aplastik sementara dapat menyebabkan
anemia aplastik permanen.
Infeksi permanen disebabkan oleh:
Penyebab yang terkenal adalah virus hepatitis non A, non B, virus
ini dapat menyebabkan anemia aplastik walaupun penderita anikterik.
Umumnya anemia aplastik pasca hepatitis mempunyai proknosis
jelek.
4. Iradiasi
Iradiasi dapat menyebabkan anemia aplastik ringan / berat. Bila sel
unipoten tertakdir yang kena, maka terjadi anemia aplastik ringan, ini
terjadi pada pengobatan keganasan sinar X. Dengan meningkatnya
dosis penyinaran akan kembali berproliferasi. Radiasi juga dapat
berpengaruh pada stroma sumsum tulang, yaitu ling mikro, dan
menyebabkan fibrosis.
5. Kelainan imunologi
Zat anti hemopoetik dan ling mikro dapat menyebabkan anemia
aplastik. Ini terjadi pada penyakit graft lawan resipien pada
transplantasi sumsum tulang.
b. Anemia pada penyakit Ginjal
Anemia ini di sebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah
merah maupun defisiensi eritropoetin. Eritropoetin diproduksi di luar
ginjal, karena terdapat eritropoesis yang masih terus berlangsung, bahkan
pada pasien yang ginjalnya telah di angkat.
Pasien yang mengalami hemodialisis jangka panjang akan
kehilangan darah ke dalam dialiser (ginjal artifisial) sehingga dapat
mengalami defisiensi besi. Defisiensi asam polat terjadi karena
vitamin dapat terbuang ke dalam dialisat.
Pasien dialisis harus di tangani dengan pemberian besi dan asam
polat.
Ketersediaan eritropoetin rekombinan (Efoitin alfa) telah merubah
secara dramatis penatalaksanaan anemi pada penyakit ginjal tahap
akhir, dalam kombinasi dengan penambahan besi oral, dapat di
pertahankan hematokrit antara 33% dan 38%. Banyak pasien
melapaorkan adanya penurunan kelemahan, penurunan tingkat
energi, peningkatan perasaan sehat, perbaikan toleransi terhadap
latihan, dan toleransi yang lebih baik terhadap penanganan dialisis.
Hipertensi merupakan efek samping paling serius dan merupakan
terapi antihipertensi.
c. Anemia pada penyakit koronis
Penyakit inflamasi kronis berhubungan dengan anemia jenis
normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang
normal). Kelainan ini meliputi artritis rematoid, abses paru, osteomielitis,
tuberkulosis, dan berbagai keganasan. Anemia biasanya ringan dan tidak
progresif. Berkembang secara bertahap selama priode waktu 6 sampai 8
minggu dan kemudian stabil pada keadaan hematokrit tidak kurang dari
25%. Hemoglobin jarang turun samapai dibawah 9 g/dl. Kadar eritripoetin
rendah, mungkin karena turunnya produksi, dan penyekat pada
penggunaan besi oleh sel eritroid. Juga penurunan sedang ketahanan sel
darh merah.
Pasien dengan HIV-positif yang mendapat zidovudine ( Retrovir )
mempunyai resiko tinggi mengalami anemia akibat supresi sumsum
tulang. Epoetin alfa , suatu bentuk rekombinan eritropoetin manusia,
sangat berguna untuk menangani anemia ini bila kadar eritropoetin
endogen pasien sangat rendah. Cadangan besi serum yang memadai sangat
diperlukan agar obat ini efektif meningkatkan kadar hematokrit.
d. Anemia defisiensi besi
Anemia akibat kekurangan besi adalah yang tersering terjadi. Sekitar 20%
wanita, 50% wanita hamil, dan 3% pria kekurangan besi. Besi merupakan
komponen esensial dari Hemoglobin, suatu pigmen pengangkut oksigen
dalam darah. Besi biasanya didapat dari makanan sehari-hari, dan
pemakaian ulang besi dari sel darah merah yang tua. Tanpa besi, darah tak
efektif membawa oksigen. Di sisi lain, oksigen diperlukan untuk fungsi
normal seluruh sel tubuh. Penyebab kekurangan besi adalah akibat terlalu
sedikit besi dalam makanan sehari-hari, buruknya penyerapan besi di
dalam saluran cerna, dan kehilangan darah (misalnya jumlah haid yang
banyak). Bahkan kekurangan besi berkaitan dengan keracunan timah-
hitam (lead poisoning) pada anak-anak.
Anemia terjadi perlahan-lahan, setelah cadangan normal besi di
badan dan sumsum-tulang berkurang. Wanita umumnya memunyai
cadangan besi yang lebih sedikit dari pria, serta lebih banyak kehilangan
darah sewaktu haid. Kondisi itu mengakibatkan mereka lebih berisiko
terkena anemia kekurangan besi akibat kehilangan darah dari saluran cerna
yang berkaitan dengan penyakit tukak lambung, pemakaian obat-obatan
penghilang nyeri (pain-killer medicine). Bahkan bisa juga akibat kanker
saluran cerna (esofagus, lambung, usus-besar).
e. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah sekelompok anemia yang ditandai oleh
adanya eritroblas yang besar yang terjadi akibat gangguan maturasi inti sel
tersebut. Sel tersebut di namakan megaloblas. Penyebab anemia
megaloblas adalah sebagai berikut:
Defisiensi vitamin B12
Defisiensi asam folat
Gangguan metabolisme vitamin B12 dan asam folat
Gangguan sintesa DNA akibat dari:
Defisiensi enzim konigental
Didapat setelah pemberian obat/sitostatik tertentu.
4. Bagaimana tanda gejala secara umum dan khas pada kasus tersebut?
[Kartika Nurif Adeline Putri (112310101018)]
Jawab:
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau anemic
syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang
timbul oada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun
sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia
organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan
hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ
yang terkena (Handayani, 2008).
a. Sistem kardiovaskuler: lesu cepat lelah, palpitasi , takikardi, sesak nafas
saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung
b. Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-
kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, perasaan dingin pada ekstremitas
c. Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun
d. Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
rambut tipis dan halus
Menurut Davey (2005), anemia ringan sering tidak menimbulkan gejala.
Anemia dengan onset perlahan-lahan, bahkan bila berat juga biasanya hanya
menimbulkan sedikit gejala. Pada anemia yang lebih berat atau yang onsetnya
ceoat, bisa terjadi hal-hal berikut:
a. Kelelahan
b. Edema perifer, misalnya bengkak pada kaki
c. Sesak nafas, terutama jika ada penyakit jantung paru. Anemia sering
menyebabkan dekompensasi pada gagal jantung kronis
d. Angina, jika ada penyakit jantung kororner, yang mungkin tidak diketahui
sebelum timbulnya anemia
Sedangkan menurut Tucker (1998) tanda dan gejala yang muncul pada pasien
anemia adalah sebagai berikut:
a. Anemia: pucta, kelelahan, dispnea, palpitasi, sakit kepala, sinkope,
anoreksia
b. Trombositopenia: ptekie, epistaksis, darah dalam cairan yang keluar,
perdarahan gusi, ekimosis, purpura
c. Leukopenia
d. Infeksi kulit
e. Demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan atas (ISPA), infeksi
perkemihan
f. Nyeri tulang dan sendi
g. Limfadenopati servikal
h. Lesi orofaringeal
i. Infeksi peridontal
j. Lesi okular dan perdarahan
k. Hipertrofi gingival
l. Manifestasi genitourinarius: nefropati asam urat
5. Buat Pathway sesuai kasus di atas [Chepy Tri Cita W (112310101007)]
Absorpsi Fe, B12 Trauma Gangguan fungsi ginjalDan asam folat Berkuramg
Gangguan produksi Adanya tumor hormon eritripoetin
Kehilangan komponen perdarahan berlebihan
depresi sumsumpembentukan tulang
Eritrosit tidak sempurna Degenerasi eritrosit tidak terkonrol sel darah merahdi sumsum tulangmenurun Gangguan
Eritrosit mudah pecah Eritrosit rapuh kehilangan pembentukankomponen darah eritrosit
Hemolisis Produksi eritrosit menurun
Ansietas Perubahan persepsi penyakit ANEMIA
Kurangnya paparan informasi
Kurang Transpot Oksigen menurun Ketidakefektifan perfusi pengetahuan jaringan perifer
Kebutuhan oksigen tidakterpenuhi
Merangsang sel saraf Hipoksia sel dan jaringan Metabolisme anaerobsimpatis
Aliran darah GIT Meningkatnya HR sebagai Peningkatan asam laktatmenurun kompensasi jantung pada jaringan
Peristaltik usus menurun Kerja jantung meningkat Kelelahan
Peningkatan isi lambung Otot jantung mengalami Intoleransi aktivitas hipertropi
AnoreksiaKerja jantung menurun
Intake menurun Penurunan curah jantung
Ketidakseimbangan kenutuhan nutrisiKurang dari kebutuhan tubuh
6. Buatlah analisa data sesuai kasus di atas. Data boleh ditambahi untuk memperkuat penegakan diagnosa! (Dewa Ayu
Dwi Chandra Y.S/11-46)
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS :
1. Pasien mengatakan lemah
2. Pasienn mengatakan capek
3. Pasien pusing dan mudah lelah
4. Pasien mengatakan tangan dan kakinya terasa
dingin
5. Pesien mengatakan tidak suka beraktivitas
DO :
1. Kulit pasien terlihat pucat
2. Membrane mukosa kering,
3. Ekstremitas dingin,
4. Pengisian kapiler lambat
5. Hasil pemeriksaan fisik:
- konjungtiva anemis pada kedua mata (CA:
+/+).
- Tak tampak sklera ikterik (SI: +/+).
6. TTV:
- TD : 110/60 mmHg
- Nadi 90x/menit
- RR 20 X/menit
trauma
perdarahan derlebihan
tidak terkontrol
kehilangan komponen darah
anemia
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
- Suhu 37 derajat celcius
7. Pemeriksaan lab menunjukkan :
-. Hb: 9 mg/dl, lain-lain dalam batas normal.
transport oksigen menurun
2. DS :
1. Pasien mengatakan badannya lemah dan letih
2. Pasien mengatakan capek dan tidak suka
beraktivitas
3. Pasien kurang semangat dan lebih suka tidur
DO:
1. Malaise umum
2. Pasien terlihat banyak istirahat dan tidur banyak
3. Pasien terlihat tidak bersemangat
4. Pemeriksaan TTV dan lab menunjukkan :
- TD : 110/60 mmHg
- Nadi 90x/menit
- Hb: 9 mg/dl
Transport oksigen menurun
Kebutuhan oksigen tdk
terpenuhi
Hipoksia sel dan jaringan
Metabolisme anaerob
Peningkatan asam laktat pd
jaringan
kelelahan
Intoleransi aktivitas
3. DS :
6. Pasien mengatakan lemah
7. Pasienn mengatakan capek
8. Pasien pusing dan mudah lelah
Transport oksigen menurun
Kebutuhan oksigen tdk
Penurunan curah jantung
9. Pasien mengatakan tangan dan kakinya terasa
dingin
10. Pesien mengatakan tidak suka beraktivitas
DO :
8. Kulit pasien terlihat pucat
9. Membrane mukosa kering,
10. Ekstremitas dingin,
11. Pengisian kapiler lambat
12. Hasil pemeriksaan fisik:
- konjungtiva anemis pada kedua mata (CA:
+/+).
- Tak tampak sklera ikterik (SI: +/+).
13. TTV:
- TD : 110/60 mmHg
- Nadi 90x/menit
- RR 20 X/menit
- Suhu 37 derajat celcius
14. Pemeriksaan lab menunjukkan :
- Hb: 9 mg/dl, lain-lain dalam batas normal.
terpenuhi
Hipoksia sel dan jaringan
Metabolisme anaerob
Meningkatnya HR
Kerja jantung meningkat
Hipertropi otot jantung
Kerja jantung menurun
4. DS: Hipoksia sel dan jaringan Ketidakseimbangan kebutuhan
1. Psien mengatakan tidak nafsu makan,
2. Pasien mengatakan tidak ada rasa yang enak pada
makanan yang dimakan.
3. Pasien mengatakkan mulutnya terasa tidak enak
DO:
1. Membran mukosa kering
2. Kurang minat pada makanan yang disediakan
3. Menolak untuk makan
4. Mual dan muntah
5. Peristaltic usus <15-35.
Metabolisme anaerob
Merangsang sel saraf simpatis
Aliran darah GIT menurun
Peristaltik usus menurun
Peningkatan isi lambung
Intake menurun
nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh
5. DS:
1. Pasien mengatakan sering gelisah
trauma Ansietas
2. Pasien mengatakan ia sulit tidur
DO:
1. Paien nampak pucat
2. Terdapat lingkaran hitam pada daerah mata
3. Pasien nampak lelah
4. Tampak tegang dan mudah tersinggung
perdarahan derlebihan
tidak terkontrol
kehilangan komponen darah
anemia
perubahan persepsi penyakit
6. DS:
1. Pasien mengatakan bahwa ia bingung akan
penyakit yang dialaminya
2. Pasien mengatakan tidak mengetahui mengenai
penyakit dan cara menanganinya
DO:
1. Pasien nampak tegang dan cemas
2. Pasien nampak ketakutan
3.
trauma
perdarahan derlebihan
tidak terkontrol
kehilangan komponen darah
anemia
kurangnya paparan informasi
Kurang pengetahuan
7. Sebutkan Diagnosa keperawatan yang muncul (min. 3) ! (Endah Novianti
NIM 112310101002)
Jawab:
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah klien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Diagnosa
keperawatan yang muncul pada klien dengan anemia (Doenges, 2004) meliputi:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan transport
oksigen menurun yang ditandai dengan pasien mengatakan lemah, capek,
pusing dan mudah lelah, pasien mengatakan tangan dan kakinya terasa
dingin, tidak suka beraktivitas, kulit pasien terlihat pucat, membran
mukosa kering, ekstremitas dingin, pengisian kapiler lambat, dan hasil
pemeriksaan fisik: konjungtiva anemis pada kedua mata (CA: +/+). Tak
tampak sklera ikterik (SI: +/+). TTV: TD 110/60 mmHg, Nadi 90x/menit,
RR 20 X/menit, Suhu 37 derajat celcius, Pemeriksaan lab menunjukkan:
Hb: 9 mg/dl, lain-lain dalam batas normal.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kebutuhan oksigen tidak
terpenuhi yang ditandai dengan pasien mengatakan badannya lemah dan
letih, capek dan tidak suka beraktivitas, pasien kurang semangat dan lebih
suka tidur, malaise umum, pasien terlihat banyak istirahat dan tidur
banyak, terlihat tidak bersemangat, pemeriksaan TTV dan lab
menunjukkan : TD : 110/60 mmHg, Nadi 90x/menit, Hb: 9 mg/dl.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kebutuhan oksigen tidak
terpenuhi yang ditandai dengan pasien mengatakan lemah, capek, pusing
dan mudah lelah, pasien mengatakan tangan dan kakinya terasa dingin,
pasien mengatakan tidak suka beraktivitas, kulit pasien terlihat pucat,
membran mukosa kering, ekstremitas dingin, pengisian kapiler lambat,
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan konjungtiva anemis pada kedua
mata (CA: +/+), tak tampak sklera ikterik (SI: +/+). TTV: TD : 110/60
mmHg, Nadi 90x/menit, RR 20 X/menit, Suhu 37 derajat celcius, serta
pemeriksaan lab menunjukkan : Hb: 9 mg/dl, lain-lain dalam batas normal.
4. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna sehingga peristaltik usus
menurun yang ditandai dengan pasien mengatakan tidak nafsu makan,
tidak ada rasa yang enak pada makanan yang dimakan, pasien mengatakan
mulutnya terasa tidak enak, membran mukosa kering, kurang minat pada
makanan yang disediakan, menolak untuk makan, mual dan muntah dan
peristaltic usus <15-35.
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan persepsi penyakit yang ditandai
dengan pasien mengatakan sering gelisah, pasien mengatakan sulit tidur,
pasien nampak pucat, terdapat lingkaran hitam pada daerah mata, pasien
nampak lelah dan pasien tampak tegang serta mudah tersinggung.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
yang ditandai dengan pasien mengatakan bahwa ia bingung akan penyakit
yang dialaminya, pasien mengatakan tidak mengetahui mengenai penyakit
dan cara menanganinya, pasien nampak tegang dan cemas serta pasien
nampak ketakutan.
8. Buatlah perencanaan (NOC dan NIC) sesuai diagnosa masing-masing ! (Rosita Debby Irawan NIM 11-03)
No. Diagnosa Keperawatan NOC ( Tujuan ) NIC ( Intervensi )
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer berhubungan dengan
transport oksigen menurun yang
ditandai dengan pasien mengatakan
lemah, capek, pusing dan mudah
lelah, pasien mengatakan tangan
dan kakinya terasa dingin, tidak
suka beraktivitas, kulit pasien
terlihat pucat, membran mukosa
kering, ekstremitas dingin,
pengisian kapiler lambat, dan hasil
pemeriksaan fisik: konjungtiva
anemis pada kedua mata (CA: +/+).
Tak tampak sklera ikterik (SI: +/+).
TTV: TD 110/60 mmHg, Nadi
90x/menit, RR 20 X/menit, Suhu
NOC :
1. Circulation status
2. Tissue Prefusion : cerebral
Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasikan status sirkulasi
yang ditandai dengan :
a. Tekanan systole dan diastole
dalam rentang yang diharapkan
b. Tidak ada ortostatikhipertensi
c. Tidak ada tanda tanda
peningkatan tekanan intrakranial
(tidak lebih dari 15 mmHg)
2. Mendemonstrasikan kemampuan
NIC:
1. Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring
(Monitor tekanan intrakranial)
a. Berikan informasi kepada keluarga
b. Set alarm
c. Monitor tekanan perfusi serebral
d. Catat respon pasien terhadap stimuli
e. Monitor tekanan intrakranial pasien
dan respon neurology terhadap
aktivitas
f. Monitor jumlah drainage cairan
serebrospinal
g. Monitor intake dan output cairan
h. Restrain pasien jika perlu
i. Monitor suhu dan angka WBC
j. Kolaborasi pemberian antibiotic
37 derajat celcius, Pemeriksaan lab
menunjukkan: Hb: 9 mg/dl, lain-
lain dalam batas normal.
kognitif yang ditandai dengan:
a. berkomunikasi dengan jelas dan
sesuai dengan kemampuan
b. menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
c. memproses informasi
d. membuat keputusan dengan
benar
3. Menunjukkan fungsi sensori motori
cranial yang utuh : tingkat
kesadaran mambaik, tidak ada
gerakan gerakan involunter
k. Posisikan pasien pada posisi
semifowler
l. Minimalkan stimuli dari lingkungan
2. Peripheral Sensation Management
(Manajemen sensasi perifer)
a. Monitor adanya daerah tertentu yang
hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
b. Monitor adanya paretese
c. Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada lsi atau
laserasi
d. Gunakan sarun tangan untuk proteksi
e. Batasi gerakan pada kepala, leher dan
punggung
f. Monitor kemampuan BAB
g. Kolaborasi pemberian analgetik
h. Monitor adanya tromboplebitis
i. Diskusikan menganai penyebab
perubahan sensasi
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kebutuhan oksigen tidak
terpenuhi yang ditandai dengan
pasien mengatakan badannya
lemah dan letih, capek dan tidak
suka beraktivitas, pasien kurang
semangat dan lebih suka tidur,
malaise umum, pasien terlihat
banyak istirahat dan tidur banyak,
terlihat tidak bersemangat,
pemeriksaan TTV dan lab
menunjukkan : TD : 110/60
mmHg, Nadi 90x/menit, Hb: 9
mg/dl.
NOC:
1. Energy conservation
2. Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas sehari
hari (ADLs) secara mandiri
NIC:
1. Energy Management
a. Observasi adanya pembatasan klien
dalam melakukan aktivitas
b. Dorong anal untuk mengungkapkan
perasaan terhadap keterbatasan
c. Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
d. Monitor nutrisi dan sumber energi
tangadekuat
e. Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
f. Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
g. Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
2. Activity Therapy
a. Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran terapi
yang tepat.
b. Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
c. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
d. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
e. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
f. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
g. Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
h. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
i. Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
j. Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
k. Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual
3. Penurunan curah jantung
berhubungan dengan kebutuhan
oksigen tidak terpenuhi yang
ditandai dengan pasien mengatakan
lemah, capek, pusing dan mudah
NOC :
1. Cardiac Pump effectiveness
2. Circulation Status
3. Vital Sign Status
NIC :
1. Cardiac Care
a. Evaluasi adanya nyeri dada
( intensitas,lokasi, durasi)
lelah, pasien mengatakan tangan
dan kakinya terasa dingin, pasien
mengatakan tidak suka
beraktivitas, kulit pasien terlihat
pucat, membran mukosa kering,
ekstremitas dingin, pengisian
kapiler lambat, Hasil pemeriksaan
fisik menunjukkan konjungtiva
anemis pada kedua mata (CA: +/+),
tak tampak sklera ikterik (SI: +/+).
TTV: TD : 110/60 mmHg, Nadi
90x/menit, RR 20 X/menit, Suhu
37 derajat celcius, serta
pemeriksaan lab menunjukkan :
Hb: 9 mg/dl, lain-lain dalam batas
normal.
Kriteria Hasil:
1. Tanda Vital dalam rentang normal
(Tekanan darah, Nadi, respirasi)
2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak
ada kelelahan
3. Tidak ada edema paru, perifer, dan
tidak ada asites
4. Tidak ada penurunan kesadaran
b. Catat adanya disritmia jantung
c. Catat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac putput
d. Monitor status kardiovaskuler
e. Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
f. Monitor abdomen sebagai indicator
penurunan perfusi
g. Monitor balance cairan
h. Monitor adanya perubahan tekanan
darah
i. Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
j. Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan
k. Monitor toleransi aktivitas pasien
l. Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
m. Anjurkan untuk menurunkan stress
2. Vital Sign Monitoring
a. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
c. Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
d. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
e. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
f. Monitor kualitas dari nadi
g. Monitor adanya pulsus paradoksus
h. Monitor adanya pulsus alterans
i. Monitor jumlah dan irama jantung
j. Monitor bunyi jantung
k. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
l. Monitor suara paru
m. Monitor pola pernapasan abnormal
n. Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
o. Monitor sianosis perifer
p. Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
q. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
4. Ketidakseimbangan kebutuhan
nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna
sehingga peristaltik usus menurun
yang ditandai dengan pasien
mengatakan tidak nafsu makan,
tidak ada rasa yang enak pada
makanan yang dimakan, pasien
NOC :
1. Nutritional Status : food and Fluid
Intake
2. Weight control
Kriteria Hasil :
1. Adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan
NIC :
1. Nutrition Management
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe
d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
mengatakan mulutnya terasa tidak
enak, membran mukosa kering,
kurang minat pada makanan yang
disediakan, menolak untuk makan,
mual dan muntah dan peristaltic
usus <15-35.
2. Beratbadan ideal sesuai dengan
tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi
5. Menunjukkan peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
6. Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
protein dan vitamin C
e. Berikan substansi gula
f. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
g. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
h. Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
i. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori
j. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
k. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
2. Nutrition Monitoring
a. BB pasien dalam batas normal
b. Monitor adanya penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
d. Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
e. Monitor lingkungan selama makan
f. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
g. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
j. Monitor mual dan muntah
k. Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
l. Monitor makanan kesukaan
m. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
n. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
o. Monitor kalori dan intake nuntrisi
p. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
q. Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet
5. Ansietas berhubungan dengan
perubahan persepsi penyakit yang
ditandai dengan pasien mengatakan
sering gelisah, pasien mengatakan
sulit tidur, pasien nampak pucat,
terdapat lingkaran hitam pada
daerah mata, pasien nampak lelah
dan pasien tampak tegang serta
mudah tersinggung.
NOC :
1. Anxiety control
2. Coping
3. Impulse control
Kriteria Hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan
dan menunjukkan tehnik untuk
NIC :
1. Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
a. Gunakan pendekatan yang
menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
d. Pahami prespektif pasien terhdap
situasi stress
e. Temani pasien untuk memberikan
mengontol cemas
3. Vital sign dalam batas normal
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya
kecemasan
keamanan dan mengurangi takut
f. Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
g. Dorong keluarga untuk menemani anak
h. Lakukan back / neck rub
i. Dengarkan dengan penuh perhatian
j. Identifikasi tingkat kecemasan
k. Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
l. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
m. Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
n. Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
6. Kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurangnya paparan
informasi yang ditandai dengan
pasien mengatakan bahwa ia
NOC :
1. Kowlwdge : disease process
2. Kowledge : health Behavior
NIC :
1. Teaching : disease Process
a. Berikan penilaian tentang tingkat
bingung akan penyakit yang
dialaminya, pasien mengatakan
tidak mengetahui mengenai
penyakit dan cara menanganinya,
pasien nampak tegang dan cemas
serta pasien nampak ketakutan.
Kriteria Hasil :
1. Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program
pengobatan
2. Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
3. Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim kesehatan
lainnya
pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
tepat.
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
muncul pada penyakit, dengan cara
yang tepat
d. Gambarkan proses penyakit, dengan
cara yang tepat
e. Identifikasi kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
f. Sediakan informasi pada pasien tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
g. Hindari harapan yang kosong
h. Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
i. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang
dan atau proses pengontrolan penyakit
j. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
k. Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
l. Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
m. Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang
tepat
n. Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat
9. Jelaskan terkait transfusi darah (WBC dan PRC) definisi, indikasi,
kontraindikasi, prosedur, hal-hal yang harus diperhatikan, komplikasi, pre
medikasi sebelum tranfusi ! [Suhariyati (112310101001) dan Akhmat
Robbi T. (112310101061)]
Jawab:
1.1 Pendahuluan
Teknik transfusi darah ditemukan pada tanggal 3 Juni 1667, untuk pertama
kalinya dalam sejarah dokter asal Perancis, Jean Baptist Denis berhasil melakukan
transfusi darah. Keberhasilan operasi transfusi darah pertama ini merupakan
lompatan besar dalam ilmu kesehatan. Pengobatan dengan transfusi darah diakui
serta diterima dalam dunia kesehatan setelah Dr. Karel Landsteiner menemukan
golongan darah A, B, AB dan O pada tahun 1940 dan patokan inilah yang dipakai
sampai sekarang di dunia. Transfusi darah adalah pemindahan darah atau suatu
komponen darah dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi
darah adalah proses pemindahan darah dari donor yang sehat kepada penderita.
Transfusi adalah proses pemindahan darah dan produk darah dari donor ke
resipien (pasien). Transfusi merupakan bagian yang penting pada pelayanan
kesehatan modern. Penerapan transfusi secara benar akan dapat menyelamatkan
nyawa dan meningkatkan kesehatan, namun demikian penularan penyakit infeksi
melalui darah dan produk darah harus menjadi perhatian. Ketika transfusi darah
dari orang ke orang dicoba untuk pertama kali, transfusi hanya berhasil baik pada
beberapa keadaan. Seringkali timbul aglutinasi dan hemolisis sel darah merah
secara cepat atau lambat, menimbulkan reaksi transfusi yang khas yang kadang-
kadang menyebabkan kematian. Selain itu, ditemukan bahwa darah dari orang
yang berbeda biasanya mempunyai sifat antigen dan imunitas yang berbeda pula,
sehingga antibodi dalam plasma darah seseorang akan bereaksi dengan antigen
pada permukaan sel darah merah orang lain. Berdasarkan alasan ini, sangat mudah
terjadi ketidakcocokan antara darah donor dengan darah resipien. Bila dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat menentukan sebelumnya antibodi dan
antigen yang terdapat dalam darah donor dan darah resipien akan bereaksi atau
tidak. Sebelum melakukan transfusi, perlu menentukan golongan darah resipien
dan golongan darah donor sehingga dapat tepat sesuai.
Kemajuan yang dicapai dalam bidang transfusi ini ditunjang oleh tiga hal,
yaitu:
1. Penemuan golongan darah oleh Dr. Karl Landsteiner ( ABO ).
Penemuan ini menjelaskan mengapa transfusi yang terdahulu sering
mengalami kegagalan bila penderita memiliki golongan darah yang
tidak sama dengan pendonornya.
2. Penemuan suatu zat kimia ( asam citrate ) sebagai zat anti pembeku
darah ( antikoagulan ) yang tidak berbahaya bila seseorang penderita
diberi darah yang telah dicampur dengan asam sitrat itu.
3. Ditemukannya pula bahwa penambahan glukosa kedalam darah dapat
memperpanjang hidup sel darah merah diluar tubuh manusia, selama
dalam penyimpanan. Dengan demikian penyimpanan darah beberapa
hari diluar tubuh merupakan cara-cara yang praktis untuk transfusi
darah (Contreras, 1995).
Darah tersusun dari komponen-komponen eritrosit, leukosit, trombosit dan
plasma yang mengandung faktor pembekuan. Pemberian komponen darah yang
diperlukan saja dapat dibenarkan daripada pemberian whole blood yang lengkap,
prinsip ini lebih ditekankan lagi pentingnya di bidang pediatrik dikarenakan bayi
maupun anak yang sedang tumbuh tidak perlu diganggu sistem imunologisnya
oleh antigen yang tidak diperlukan. Pemberian whole blood hanya dilakukan atas
indikasi anemia pasca perdarahan yang akut.
1.2 Tujuan transusi darah
Dari pemaparan diatas, tujuan dari transfusi darah adalah:
a. meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma).
b. meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada klien anemia.
c. memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi (misalnya: faktor
pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien
hemofilia).
d. meningkatkan oksigenasi jaringan.
e. memperbaiki fungsi Hemostatis.
1.3 Macam Sediaan dan Komponen Darah.
Macam-macam bentuk sediaan darah dan komponen darah adalah:
1. Darah lengkap (whole blood)
Tranfusi darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu
eritrosit, kandungan trombosit dan faktor pembekuan (V, VIII). Transfusi
dengab sediian ini hanya dilakukan untuk mengatasi perdarahan akut dan
masif, meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara bersamaan untuk
mempertahankan pembekuan darah. Darah lengkap diberikan dengan
golongan darah dan Rh yang diketahui. Infuskan selama 2 sampai 3 jam,
maksimum 4 jam/unit. Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti
dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi. Bisanya tersedia dalam
volume 400-500 ml dengan masa hidup 21 hari. Hindari memberikan
tranfusi saat klien tidak dapat menoleransi masalah sirkulasi. Hangatkan
darah jika akan diberikan dalam jumlah besar.
Rumus kebutuhan whole blood:
Keterangan:
Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal.
Hb pasien : Hb pasien saat ini.
Darah lengkap terdiri dari 3 jenis yaitu:
1. Darah segar
Merupakan darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam
sesudah pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah
faktor pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V dan
= 6 x ∆Hb (Hb normal – Hb pasien)x BB
VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit
diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan
golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari
4 jam dan resiko penularan penyakit relatif banyak.
2. Darah Baru
Darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah diambil
dari donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga
dapat terjadi peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.
3. Darah Simpan
Darah yang disimpan lebih dari 6 hari. Keuntungannya mudah
tersedia setiap saat, bahaya penularan lues dan sitomegalovirus
hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama faktor
V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh
eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas Hb terhadap
oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal
ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium,
amonia, dan asam laktat tinggi.
Darah lengkap mengandung 450 ml darah dan 63 ml antikoagulan
(CPDA-1) dan hematokrit 35 % dan masa simpan 35 hari. Kemasan kantong
darah baku berisi 450 ml darah, disamping itu ada kemasan kantong darah dengan
isi 250 ml seperti yang umum dipakai oleh PMI. Pada orang dewasa transfusi satu
unit (500 ml) darah lengkap akan menaikkan Hb kira-kira 1 gram % atau
hematokrit 3-4%. Darah segar mempunyai komponen darah yang lengkap, akan
tetapi tidak praktis dalam penyediaan. Semua sel dan protein plasma terkandung
dalam darah lengkap. Tetapi trombosit, fagosit, dan banyak protein plasma
lainnya menjadi tidak aktif selama penyimpanan, tetapi sel-sel tersebut masih
bersifat antigenik. Sehingga untuk tujuan praktis, darah lengkap dapat dianggap
terdiri dari eritrosit dan plasma. Kecepatan pemberian darah utuh pada penderita
hemovolemia adalah satu liter dalam 2-3 jam setelah sebelumnya diberikan cairan
elektrolit pengganti perdarahan. Jika transfusi perlu lebih cepat lagi, pantaulah
dengan teliti kenaikan Tekanan Vena Sentral (CVP) untuk menghindari overload.
Setelah satu liter darah utuh sebaiknya diberikan 10 cc Calcium Glukonas 10%
untuk mencegah intoksikasi sitrat, terutama pada penderita gangguan faal hati
yang luas.
Indikasi:
a. penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau
luka bakar.
b. klien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25
persen dari volume darah total.
2. Packed Red Blood cells (RBCs)
Packed red cells diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran
plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit
menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu
150-300 ml. Suhu simpan 4°±2°C. Lama simpan darah 24 jam dengan
sistem terbuka. Packed red cells merupakan komponen yang terdiri dari
eritrosit yang telah dipekatkan dengan memisahkan komponen-komponen
yang lain. Packed red cells banyak dipakai dalam pengobatan anemia
terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena
keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki
oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb
sudah di atas 8 g%. Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl
diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat menaikkan kadar hematokrit
3-5 %. Diberikan selama 2 sampai 4 jam dengan kecepatan 1-2 mL/menit,
dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.
Rumus kebutuhan darah PRC adalah:
Keterangan:
Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal.
Hb pasien : Hb pasien saat ini.
= 3 x ∆Hb (Hb normal – Hb pasien)x BB
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan
volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan
darah jenuh adalah:
a. mengurangi kemungkinan penularan penyakit.
b. mengurangi kemungkinan reaksi imunologis.
c. volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan
overload berkurang.
d. komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.
Indikasi :
a. kehilangan darah yang akut, jika darah hilang karena trauma atau
pembedahan, maka baik penggantian sel darah merah maupun volume
darah dibutuhkan.
b. transfusi darah prabedah diberikan jika kadar Hb 80 g/L atau kurang.
c. anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun, seperti penderita
penyakit keganasan, artritis reumatoid, atau proses radang menahun
yang tidak berespon terhadap hematinik perlu dilakukan transfusi.
d. gagal ginjal, anemia berat yang berkaitan dengan gagal ginjal diobati
dengan transfusi sel darah merah maupun dengan eritropoetin manusia
rekombinan.
gagal sumsum tulang karena leukemia, pengobatan sitotoksik, atau
infiltrat keganasan membutuhkan transfusi sel darah merah dan
komponen lain.
e. penderita yang tergantung transfusi seperti pada talasemia berat,
anemia aplastik dan anemia sideroblastik membutuhkan transfusi
secara teratur.
f. penyakit sel bulan sabit, beberapa penderita ini juga membutuhkan
transfusi secara teratur, terutama setelah stroke.
g. indikasi lain untuk transfusi pengganti pada penyakit hemolitik
neonatus, malaria berat karena plasmodium falciparum dan septikemia
meningokokus.
h. pasien anemia yang tidak disertai penurunan volume darah, misalnya
pasien dengan anemia hemolitik, anemia hipoplastik kronik, leukemia
akut, leukemia kronik, penyakit keganasan, talasemia, gagal ginjal
kronis, dan perdarahan-perdarahan kronis yang ada tanda oksigen need
(rasa sesak, mata berkunang, palpitasi, pusing, dan gelisah)
(JEVUSKA, 2008).
i. kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.
j. hemoglobin <8 gr/dl.
k. hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.
l. hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya
empisema, atau penyakit jantung iskemik).
3. White Blood Cells (WBC atau leukosit)
Jenis transfusi darah dengan komponen yang terdiri dari darah
lengkap dengan isi seperti PRC, plasma dihilangkan 80 % dan biasanya
tersedia dalam volume 150 ml. Sebelum pemberian transfusi ini perlu
dikaji dan diketahui golongan darah pasien. Karena mayoritas komponen
ini menyebabkan demam maka perlu diberikan antipiretik. Untuk
pencegahan infeksi, pemberian transfusi kemudian disambung pemberian
antibiotik.
Indikasi :
a. pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk
pasien dengan kultur darah positif, demam persisten /38,3° C dan
granulositopenia).
b. penderita anemia aplastik dengan leukosit <2000
4. Leukosit –poor RBCs
Komponen ini sama dengan RBCs, tapi leukosit dihilangkan
sampai 95 %, digunakan bila kelebihan plasma dan antibodi tidak
dibutuhkan. Komponen ini tersedia dalam volume 200 ml, waktu
pemberian 1 ½ sampai 4 jam.
Indikasi:
a. pasien dengan penurunan sistem imun.
5. Platelet/trombosit
Komponen ini biasanya digunakan untuk mengobati kelainan
perdarahan atau jumlah trombosit yang rendah. Volume bervariasi
biasanya 35-50 ml/unit, untuk pemberian biasanya memerlukan beberapa
kantong. Komponen ini diberikan secara cepat. Hindari pemberian
trombosit jika klien sedang demam. Klien dengan riwayat reaksi tranfusi
trombosit, berikan premedikasi antipiretik dan antihistamin. Shelf life
umumnya 6 sampai 72 jam tergantung pada kebijakan pusat di mana
trombosit tersebut didapatkan. Periksa hitung trombosit pada 1 dan 24 jam
setelah pemberian.
Indikasi:
a. pasien dengan trombositopenia (karena penurunan trombosit,
peningkatan pemecahan trombosit.
b. pasien dengan leukemia dan marrow aplasia.
6. Fresh Frozen Plasma (FFP)
Komponen ini digunakan untuk memperbaiki dan menjaga volume
akibat kehilangan darah akut. Komponen ini mengandung semua faktor
pembekuan darah (factor V, VIII, dan IX). Pemberian dilakukan secara
cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar diperlukan koreksi adanya
hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat kalsium. Shelf life
12 bulan jika dibekukan dan 6 jam jika sudah mencair. Perlu dilakukan
pencocokan golongan darah ABO dan system Rh.
Indikasi:
a. pencegahan perdarahan postoperasi dan syok.
b. pasien dengan defisiensi faktor koagulasi yang tidak bisa ditentukan.
c. klien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor
pembekuan.
7. Albumin 5 % dan albumin 25 %
Komponen ini terdiri dari plasma protein, digunakan sebagai
ekspander darah dan pengganti protein. Komponen ini dapat diberikan
melalui piggybag. Volume yang diberikan bervariasi tergantung kebutuhan
pasien. Hindarkan untuk mencampur albumin dengan protein hydrolysate
dan larutan alkohol.
Indikasi :
a. pasien yang mengalami syok karena luka bakar, trauma, pembedahan
atau infeksi.
b. terapi hiponatremi.
1.4 Kontraindikasi
1. Kontraindikasi PRC
Pasien dengan sindroma koroner akut (miokard akut dan angina tidak
stabil) dan pasien- pasien dengan renjatan septik dini (Hanafie, 2006).
2. Kontraindikasi WBC
Pasien dengan gangguan atau sensitif terhadap transfusi WBC.
1.5 Prosedur Transfusi Darah
A. Pra prosedur
1. Periksa kembali apakah pasien telah menandatangani inform consent.
2. Teliti apakah golongan darah pasien telah sesuai.
3. Lakukan konfirmasi bahwa transfusi darah memang telah diresepkan.
4. Jelaskan prosedur kepada pasien.
5. Saat menerima darah atau komponen darah: periksa ulang label dengan
perawat lain untuk meyakinkan bahwa golongan ABO dan RH nya
sesuai dengan catatan, lalu periksa adanya gelembung darah dan
adanya warna yang abnormal dan pengkabutan. Gelembung udara
menunjukan adanya pertumbuhan bakteri. Warna abnormal dan
pengkabutan menunjukan hemolisis. Periksa jumlah dan jenis darah
donor sesuai dengan catatan resipien.
6. Periksa identitas pasien dengan menanyakan nama pasien dan
memeriksa gelang identitas.
7. Periksa ulang jumlah kebutuhan dan jenis resipien. Periksa suhu,
denyut nadi, respirasi dan tekanan darah pasien sebagai dasar
perbandingan tanda-tanda vital selanjutnya.
B. Prosedur
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Catatlah tanda vital sebelum memulai transfusi.
4. Jangan sekali-sekali menambahkan obat kedalam darah atau produk
lain.
5. Yakinkan bahwa darah sudah harus diberikan dalam 30 menit setelah
dikeluarkan dari pendingin.
6. Bila darah harus dihangatkan, maka hangatkanlah dalam penghangat
darah in-linedengan system pemantauan. Darah tidak boleh
dihangatkan dalam air atau oven microwave.
7. Gunakan jarum ukuran 19 atau lebih pada vena (sesuai indikasi).
8. Gunakan selang khusus yang memiliki filter darah untuk menyaring
bekuan fibrin dan bahan partikel lainnya.
9. Jangan melubangi kantung darah.
10. Untuk 15 menit pertama, berikan transfusi secara perlahan-tidak lebih
dari 5ml/menit.
11. Lakukan observasi pasien dengan cermat akan adanya efek samping.
12. Apabila tidak terjadi efek samping dalam 15 menit, naikkan kecepatan
aliran kecuali jika pasien beresiko tinggi mengalami kelebihan
sirkulasi.
13. Apabila transfusi sudah selesai, bilas bilas dengan normal saline.
14. Bereskan alat dan lepas sarung tangan.
15. Cuci tangan.
C. Pasca prosedur
1. Observasi pasien sesering mungkin selama pemberian transfusi.
Lakukan pemantuan ketat selama 15-30 menit ntuk mendeteksi adanya
tanda reaksi atau kelebihan beban sirkulasi. Lakukan pemantauan
tanda vita dengan interval teratur.
2. Perhatikan bahwa waktu pemberian tidak melebihi jam karena akan
terjadi peningkatan resiko poliferasi bakteri.
3. Observasi dan catat terhadap adanya tanda reaksi samping seperti
kelebihan beban sirkulasi, sepsis, reaksi febril, reaksi alergi dan reaksi
hemolitik akut.
4. Setelah transfusi selesai, kembalikan kantong darah serta selang ke
bank atau penyimpanan darah.
1.6 Hal-hal yang harus diperhatikan
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika transfusi sel darah merah
a. Kondisi pasien sebelum ditransfusi.
b. Kecocokan golongan darah.
c. Label darah yang akan di transfusi.
d. Pastikan warna darah (terjadi gumpalan atau tidak), tidak ada hemolisis.
e. Homogenitas (darah bercampur atau tidak).
f. Peralatan transfusi sesuai indikasi.
g. Pastikan suhu yang tepat untuk pemberian transfusi dalam waktu yang
singkat.
h. Ambil suatu batasan transfusi sebesar 70 g/L pada pasien kritis yang
dilakukan resusitasi cairan, termasuk pasien dengan riwayat penyakit
arteri koronaria. Tujuannya adalah untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pasien antara 70 dan 90 g/L.
i. Berikan transfusi satu unit saja dan evaluasi bila anemia ataupun
perdarahan masih tetap terdapat (Hanafie, 2006).
1.7 Komplikasi
Komplikasi lokal yaitu :
a. Kegagalan memilih vena.
b. Fiksasi vena yang tidak baik.
c. Kerusakan kulit ditempat tusukan.
d. Vena pecah selama menusuk.
Komplikasi umum yaitu :
a. Reaksi-reaksi transfusi.
b. Penularan atau transmisi penyakit infeksi.
c. Sensitisasi imunologis.
1.8 Pre medikasi sebelum tranfusi
Sebelum transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCl fisiologik.
Jangan menggunakan larutan lain karena dapat merugikan. Larutan dekstrose
dan larutan garam hipotonik dapat menyebabkan hemolisis. Ringer laktat atau
larutan lain yang mengandung kalsium akan menyebabkan koagulasi. Jangan
menambahkan obat apapun ke dalam darah yang ditransfusikan. Obat-obatan
memiliki pH yang berbeda sehingga dapat menyebabkan hemolisis, lagipula
bila terjadi reaksi transfusi akan sulit untuk menentukan apakah hal itu terjadi
akibat obat atau akibat darah yang ditransfusikan. Tidak dianjurkan memberi
obat antihistamin, antipiretik, atau diuretik secara rutin sebelum transfusi
untuk mencegah reaksi. Reaksi panas pada dasarnya adalah tanda bahaya
bahwa sedang terjadi reaksi transfusi. Diuretik hanya diperlukan pada pasien
anemia kronis yang perlu transfusi sampai 20 ml/kgBB dalam 24 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddart .2001. Buku Ajar Keperawatan Medikel Bedah, Edisi 8, Vol.
2. Jakarta: EGC.
Betz, Cecily & Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Jakarta: EGC.
Contreras,marcela.1995. Petunjuk Penting Transfusi. Jakarta: EGC.
Davey, Patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
Doenges, Marilynn E. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Pasien. Ed.3. Jakarta: EGC
Handayani, Wiwik. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Hanafie, Achsanuddin. 2006. Anemia dan Transfusi Sel Darah Merah pada Pasien Kritis. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39. Medan: FK USU.
JEVUSKA. 2008. Packed Red Cell. Artikel Kedokteran. [serial online]. http://www.jevuska.com/2008/04/03/packed-red-cell. [ diakses 8 November 2013].
Johnson, Marion dkk. 2006. NANDA,NOC, and NIC Linkages: Nursing Diagnose,
Outcomes, &interventions. The University of Michigan: Mosby Elsevier.
Nanda International. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta: EGC
Pedersen, G. W. 1996. Buku Ajar praktis bedah Mulut. Alih bahasa : drg.
Purwanto & drg Basoeseno. Jakarta : EGC.
PPNI Kab. Klaten. 2009. Anemia. http://ppni-klaten.com/index.php?option=com_
content&view=article&id=76:anemia&catid=38:ppni-ak-
category&Itemid=66 [08 November 2013]
Susilawati, Jusi. 2013. Anemia Pada Penyakit Kronik. http://www.scribd.com/
doc/120719925/Anemia-Pada-Penyakit-Kronik [08 November 2013]
Lestari, Sri et al. 2008. Hubungan Antara Usia Ibu Hamil, Paritas, Pendidikan, dan
Pengetahuan Ibu Hamil tentang Anemia dengan Kejadian Anemia di
Rumah Bersalin Utami Kecamatan Batangan Kabupaten Pati. Jurnal.
Dipublikasikan. Semarang: Universitas Muhammdiyah Semarang.
Naibaho, Sri A. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia Gizi Pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Parsoburan
Kec. Habinsaran Kabupaten Toba Samosir Tahun 2011. Skripsi.
Dipublikasikan. Medan: USU.
Sacher Ronald & Richard A. McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium Edisi Kesebelas. Jakarta: EGC
Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan,
Diagnosis, dan Evaluasi. Jakarta : EGC.