kasus 4
DESCRIPTION
makalah kasusTRANSCRIPT
MAKALAH TUTORIAL CASE 4
DEMAM BERDARAH DENGUE
Tutorial A-3
Ganang Aji H ( 0910211145 )
Riska Kurniawati ( 1010211051 )
Sabilla Sheridan ( 1010211068 )
Karlita Riandini ( 1010211072 )
Hana Fathia Ardi ( 1010211077 )
Irsyad AP ( 1010211082 )
M Arif Rahman ( 1010211084 )
Gina Novita Sari ( 1010211107 )
Rahma Rufaida ( 1010211137 )
Puti Anindia R ( 1010211139 )
Masagus Mohammad Edsel ( 1010211142 )
Sundari Mahendrasari ( 1010211144 )
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang dengan izinnya maka
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah kasus ke empat di blok Tropic
Medicine, yakni Demam Berdarah Dengue.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing Tutorial A-3 atas segala
pengarahan, bimbingan, dan kasih sayang yang telah dicurahkan selama proses tutorial. Terima
kasih juga kepada kelompok tutorial A-3 atas kerjasamanya dan semua orang yang telah
mendukung untuk terselesaikannya makalah ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai laporan dan penunjang dari tugas
tutorial.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat
lebih baik lagi untuk kedepannya.
Terimakasih atas perhatiannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Jakarta, Oktober 2013
Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH KASUS
Demam Berdarah Dengue
Diajukan untuk memenuhi tugas tutorial di
Fakultas Kedokteran
UPN ‘Veteran’ Jakarta
Pada tanggal : ........................................
Telah ditandatangani dan disetujui
Di Jakarta
Pembimbing Tutorial
Drg. Neni Novitasari
PEMBAHASAN KASUS 4
DENGUE VIRUS
• Virus Dengue adalah virus dengan untaian tunggal, virus RNA (famili Flaviviridae) yang muncul dengan empat serotype antigen yang berbeda.
• Taksonomi
- Group:Group IV ((+)ssRNA)
- Family:Flaviviridae
- Genus:Flavivirus
- Species:Dengue virus
• Klasifikasi
Virus Dengue diklasifikasikan menjadi empat serotipe (DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4)
Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan (indonesia) dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat
• Morfologi
- Terdiri dari genom single-stranded RNA, dikelilingi oleh suatu ikosahedral atau isometric nukleokapsid
- Struktur virion berupa partikel sferis
- Diameter virion kira-kira 50 nm
- Komposisi virion terdiri dari 6% RNA, 66% protein, 9% karbohidrat, dan 17% lipid
- Genom terdiri dari protein struktural dan protein non struktural,
a. Protein struktural yaitu protein E,C,M
b. Protein non struktural yaitu NS1, NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B, and NS5
• Sifat
- RNA : rantai tunggal, polaritas positif, segmen tunggal, replikasi RNA melalui RNA komplementer yang kemudian bertindak sebagai cetakan bagi sintesis RNA genom.
- Virion : berselubung, simetri nukleokapsid belum jelas, tersusun atas empat jenis protein utama. Protein selubung (E) mempunyai aktivitas hemaglutinasi. Diameter virion 40-50 nm.
- Replikasi di sitoplasma dan morfogenesisnya melalui proses budding di membran sel.
- Spektrum hospes luas.
- Stabil pada ph 7-9.
- Pada suhu rendah stabil, sedangkan pada suhu yang relative tinggi infektivitasnya cepat menurun
- Peka terhadap sodium deoxycholate, eter, kloroform dan garam empedu karena adanya amplop lipid
• Vektor
Yang utama nyamuk Aedes aegypti dan A. albopictus. Yang lainnya adalah A. Scutellaris, A. Africanus, A. Taylori, A.furcifer, A. Polynesiensis, dan A. cooki
• Patogenesis
Virus yang ada di kelenjar ludah nyamuk ditularkan ke manusia melalui gigitan Kemudian virus bereplikasi di dalam tubuh manusia pada organ targetnya seperti makrofag, monosit, dan sel Kuppfer kemudian menginfeksi sel-sel darah putih dan jaringan limfatik Virus dilepaskan dan bersirkulasi dalam darah Di tubuh manusia virus memerlukan waktu masa tunas intrinsik 4-6 hari sebelum menimbulkan penyakit Nyamuk kedua akan menghisap virus yang ada di darah manusiaKemudian virus bereplikasi di usus dan organ lain yang selanjutnya akan menginfeksi kelenjar ludah nyamuk Virus bereplikasi dalam kelenjar ludah nyamuk untuk selanjutnya siap-siap ditularkan kembali kepada manusia lainnyaPeriode ini disebut masa tunas ekstrinsik yaitu 8-10 hariSekali virus dapat masuk dan berkembangbiak dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif).
Demam berdarah Dengue / Dengue Hemoragic Fever
Definisi
Penyakit Infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam , nyeri otot , dan / atau nyeri sendi disertai leucopenia , ruam , limfadenopati , trombositopenia dan diathesis hemoragik ( kelainan perdarahan) .
Etiologi
Disebabkan oleh virus dengue yang termasuk
genus Flavivirus
Keluarga Flaviviridae
Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 X 106
Terdapat 4 serotype yaitu DEN-1 , DEN-2 , DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue .
Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak .
Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia seperti tikus , kelinci , anjing dan kelelawar.
Penelitian pada artropoda menunjukan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes (Stegomyia) dan Toxorhynchites
Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara , Pasifik Barat dan Karibia .
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air .
Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100 000 penduduk (1989-1995) dan pernah meningkat tajam saat KLB hingga 35 per 100 000 penduduk (1998) sedangkan mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2 persen pada tahun 1999.
Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vekor nyamuk genus Aedes aegypti dan Aede albopictus
Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejanan yang berisi air jernih ( bak mandi , kaleng bekas , dan tempat penampungan air lainnya)
Beberapa factor yang diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan virus dengue
1. vector
Perkembangbiakan vector
Kebiasaan menggigit
Kepadatan vector di Lingkungan
Transportasi vektro dari satu tempat ke tempat lain
2. Pejamu
Terdapatnya penderita di lingkungan / keluarga
Mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk
3. Lingkungan
Curah hujan
Suhu
Sanitasi dan kepadatan penduduk
Patogenesis
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Didalam tubuh nyamuk , virus dengue berusaha memperbanyak diri melalui replikasi . sebagian virus dengue berada dalam kelenjar liur nyamuk .
Pada saat menggigit mannusia proboscis nyamuk berusaha menemukan kapiler darah .Sebelum darah manusia diisap untuk kepentingan maturasi telurnya , nyamuk berusaha mengeluarkan air liur guna mencegah darah tidak membeku dan bersamaan itu virus Dengue ditularkan ke manusia .
Virus dengue yang masuk ke dalam tubuh manusia ikut di dalam aliran darah dan terjadi viremia .Didalam sirkulasi sistemik virus Dengue berusaha mencari sel target , Virus DENGUE dihadang oleh komplemen , terjadi hiperaktivitas komplemen . Selain komplomen virus DENGUE dicegah oleh interferon- alfa dan interferon beta agar tidak bereplikasi. Pada situasi tertentu terutama terdapat kelemahan pada sistem imun , virus Dengue akan leluasa memasuki monosit dalam sirkulasi makrofag jaringan dan hepatosit serta sel Kuppfer di hati .
Begitu memasuki tubuh , virus dengue ikut dalam sirkulasi sistemik dan berusaha menemukan sel target . Makrofag merupakan sel target utama infeksi virus Dengue . Sebelum mencapai makrofag virus dengue dihadang oleh respons imun . Berbagai komponen imunitas non-spesifik terlibat antara lain fagosit , sel NK , dan sistem komplemen akan berusaha untuk menahan intervensi virus dengue.
Masuknya virus dengue akan di respon melalui mekanisme pertahanan non spesifik ,dan spesifik .
1. Respon humural berupa
pembentukan antibody yang berperan dalam proses netralisasi virus , sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibody .
Antibody terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit dan makrofag .
2. limfosit T baik T helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon imun seluler terhadap virus dengue
Differensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma , IL-2 dan limfokin sedangkan TH2 memproduksi IL-4 , IL-5 , IL-6 , IL-10
3. monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasii antibody . namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag .
4. selain itu aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a
Infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks virus antibody non netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag
Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T-helper dan T – sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma .
Interferon gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator infalmasi seperti TNF- alfa , IL-1 , PAF ( platelet activating factor) , IL-6 dan histamine yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel , dan terjadi kebocoran plasma
Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus antibody yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma Trombositopenia
1. supresi sumsum tulang
2. dektruksi dan pemendekan masa hidup trombosit
Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeks < 5 hri menunjukan keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit .
Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk megakariopoeiesis .
Kadar tromboppoiten dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukan kenaikan hal ini menunjukkan terjadi stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia .
Dekstruksi trombosit terjadi melalui pengikatan fragmen C3g terdapatnya anti bodi VD , konsumsi trombosit selama proses koagulopati dan sekestrasi perifer .
Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP , peningkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yang merupakan petanda degranulasi trombosit
Koagulopati
Terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang menyebabkan disfungsi endotel . aktivasi koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur ekstrinsik . jalur instrinsik juga berperan melalui aktivasi factor Xia namun tidak melalu aktivasi kontak
Diagnosis
Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekiat 4-6 hari (rentang 3-14 hari) timbul gejala tidak khas : nyeri kepala , nyeri tulang belakang , dan rasa lelah
Fase demam dengue
selama 2-7 hari
Merupakan penyakit demam akut ditandai dengan 2 atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut
Nyeri kepala
Nyeri retro-orbital
Mialgia / atralgia
Ruam kulit
Manifestasi perdarahan (petikie atau uju bleeding positif)
Leucopenia dan pemeriksaan serologi dengue positif
Fase Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan criteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi
Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari biasa nya bifasik
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut
Uji bendung positif (+)
Petikie , ekimosis , atau purpura
Perdarahan mukosa (tersering epitaksis atau perdarahan gusi ) atau perdarahan dari tempat lain
Hematemesis atau melena
Trombositopenia ( jumlah trombosit < 100.000/ul
Terdapat minimal satu tanda tanda plasma leakage ( kebocoran plasma ) sebagai berikut
Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standard
Penurunan hematokrit > 20 % setelah mendapat terapi cairan dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya
Tanda kebocoran plasma seperti ; efusi pleura , asites atau hipoproteinemia
Perbedaan Utama antara DD dan DBD adalah ditemukan kebocoran plasma pada DBD
Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar haemoglobin , hematokrit , jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran limfosit plasma biru
Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataupun deteksi antigen dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction) namun karena teknik ini lebih rumit
Saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap dengue berupa antibody total , IgM maupun IgG lebih banyak
Parameter laboratories yang dapat diperika antara lain
Leukosit dapat normal atau menurun . Mulai hari ke 3 dapat ditemui limfositosi relative (> 45 % dari total leukosit ) disertai adanya limfosit plasma biru ( LPB) > 15 % dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan meningkat
Trombosit : trombositopenia pada hari ke 3-8
Hematokrit : kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan hematokrit > 20 % dari hematokrit awal umumnya dimulai pada hari ke 3 demam
Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan PT , APTT , Fibrinogen , D-Dimer atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah
Protein/albumin
Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
SGOT SGPT
Dapat meningkat
Ureum , kreatinin : jika didapatkan adanya fungsi ginjal
Elektrolit : sebagai parameter pemantauan pemberian cairan
Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue
IgM : terdeteksi mulai hari ke 3-5 , meningkat sapai minggu ke 3 , menghilang setelah 60-90 hari
IgG : pada infeksi primer , mulai terdeteksi pada hari ke 14
Pada infeksi sekunder : terdeteksi hari ke 2
NS 1 : antigen NS1 dapat diteksi pada awal demam hari pertama sampai hari ke 8
Sensitivitas antigen NS 1 berkisar 63-93,4 % dengan spesifitas 100 % sama tingginyadengan spesifitias gold standard kultur virus
Pmerikssan radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura terutama hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat
Pemeriksaan foto rontgen toraks dada sebaiknya dalam posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan)
Diagnosis banding
Demam tifoid
Campak
Chikungunya
SINDROM SYOK DENGUE
1. DEFINISI
Sindrom Syok Dengue (SSD) adalah keadaan klinis yang memenuhi kriteria DBD disertaidengan gejala dan tanda kegagalan sirkulasi atau syok. SSD adalah kelanjutan dari DBD danmerupakan stadium akhir perjalanan penyakit infeksi virus dengue, derajat paling berat, yang berakibat fatal.
2. ETIOLOGI
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe virusyaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. keempatnya ditemukan di Indonesia dengan den-3serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehinggatidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorangyang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakanserotipe yang dominan dan diasumsikan menunjukkan manifestasi klinik yang berat.
Penularan terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes (terutama Aedes aegypti
Dan A.albopictus). Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue,yaitu manusia,virus, dan vektor perantara. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virusdengue pada saat menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari(extrinsic incubation period)sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuhnyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya
(transovanan transmission). Sekali virus dapatmasuk dan berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkanvirus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari
(intrinsic incubation period)sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepadanyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia,yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul.
3. EPIDEMIOLOGI
Saat ini, infeksi virus dengue menyebabkan angka kesakitan dan kematian paling banyak dibandingkan dengan infeksi arbovirus lainnya. Setiap tahun, di seluruh dunia, dilaporkan angkakejadian infeksi dengue sekitar 20 juta kasus dan angka kematian berkisar 24.000 jiwa. Sampaisaat ini DBD telah ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia, dan 200 kota telah melaporkanadanya kejadian luar biasa.
Incidence rate
meningkat dari 0,005 per 100,000 penduduk padatahun 1968 menjadi berkisar antara 6-27 per 100,000 penduduk (1989-1995). Mortalitas DBDcenderung menurun hingga 2% tahun 1999
Pola berjangkit infeksi virus dengue dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Padasuhu yang panas (28-32°C) dengan kelembaban yang tinggi, nyamuk Aedes akan tetap bertahanhidup untuk jangka waktu lama. Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama disetiap tempat, maka pola waktu terjadinya penyakit agak berbeda untuk setiap tempat. Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari, meningkat terus sehingga kasusterbanyak terdapat pada sekitar bulan April-Mei setiap tahun
PATOGENESIS
Patogenesis DBD dan SSD masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teoriyang banyak dianut adalah hipotesis infeksi sekunder (teori secondary
heterologous infection)dan hipotesisimmune enhancement Halstead (1973) menyatakan mengenai hipotesis secondary heterologous infection.Pasienyang mengalami infeksi berulang dengan serotipe
virus dengue yang heterolog mempunyai risiko bera t yang lebih besar untuk mender i ta DBD/Bera t . Ant ibodi he tero log yang te lah adasebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan membentuk kompleks antigenantibodi kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag.Oleh karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebasmelakukan replikasi dalam sel makrofag (respon antibodi anamnestik)
Dalam waktu beberapa har i te r jadi pro l i fe ras i dan t ransformasi l imfos i t denganmenghasilkan titer tinggi antibodi IgG anti dengue. Terbentuknya virus kompleks antigen-antibodi mengaktifkan sistem komplemen (C3 dan C5), melepaskan C3a dan C5a menyebabkan peningkatan permeabi l i tas d inding pembuluh darah sehingga p lasma merembes ke ruangekstravaskular. Volume plasma intravaskular menurun hingga menyebabkan hipovolemia hinggasyok
Hipotesis kedua
antibody dependent enhancement
(ADE), sua tu proses yang akanmeningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel mononuklear. Sebagai tanggapanterhadap infeks i te rsebut , te r jadi sekres i media tor vasoakt i f yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabi l i tas pembuluh darah , sehingga mengakiba tkan perembesan p lasmakemudian hipovolemia dan syok. Perembesan plasma ini terbukti dengan adanya, peningkatankadar hematokrit, penurunan kadar natrium, dan terdapatnya cairan di dalam rongga serosa (efusi pleura, asites). Virus dengue dapat mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virusmengadakan replikasi baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam
genom virus dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus danviremia, peningkatan virulensi dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah
Kompleks antigen-antibodi selain mengaktivasi sistem komplemen, juga menyebabkanagregasi trombosit dan mengaktivasi sistem koagulasi melalui kerusakan sel endotel pembuluhdarah. Kedua faktor tersebut akan menyebabkan perdarahan pada DBD. Agregasi trombosit terjadi sebagai akibat dari perlekatan kompleks antigen antibodi pada membran trombositmengakibatkan pengeluaran ADP (adenosin di phosphat), sehingga trombosit melekat satu samaiain. Hal ini akan menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system)s e h i n g g a t e r j a d i t r o m b o s i t o p e n i a . K a d a r t r o m b o p o e t i n d a l a m d ar a h p a d a s a a t t e r j a d i t rombosi topenia jus t ru menunjukkan kenaikan sebagai mekanisme kompensas i s t imulas i t rombopoes is saa t keadaan t rombosi topenia . Agregas i t rombosi t in i akan menyebabkan pengeluaran platelet faktor III mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif (KID = koagulasiintravaskular diseminata), ditandai dengan peningkatan FDP ( fibrinogen degradation product )sehingga terjadi penurunan faktor pembekuan.
Agregas i t rombosi t in i juga mengakiba tkan gangguan fungs i t rombosi t , sehinggawalaupun jumlah trombosit masih cukup banyak, tidak berfungsi baik. Di sisi lain, aktivasikoagulasi akan menyebabkan aktivasi faktor Hageman sehingga terjadi aktivasi sistem kininsehingga memacu peningkatan permeabilitas kapiler yang dapat mempercepat terjadinya syok.Jad i , perdarahan mas i f pada DBD diakiba tkan o leh t rombosi topenia , penurunan faktor pembekuan (akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler.Akhirnya, perdarahan akan memperberat syok yang terjadi
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi dayatahan tubuh dengan faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus sehingga dapat bsifatasimptomatik, atau berupa demam yang tidak khas (
undifferentiated fever ), demam dengue (DD),demam berdarah dengue (DBD) atau sindrom syok dengue (SSD). Masa inkubasi dalam tubuh manusia selama 4-6 hari (rentang 3-14 hari) timbul gejala prodromal yang tidak khas berupa nyeri kepala, tulang belakang, dan merasa lemas.
Demam Dengue
Gejala klasik ialah gejala demam tinggi mendadak, kadang-kadang bifasik (saddle back fever), nyeri kepala berat, nyeri belakang bola mata, nyeri otot, tulang, atau sendi, mual, muntah,dan timbulnya ruam. Ruam berbentuk makulopapular yang bisa timbul pada awal penyakit (1-2hari ) kemudian menghilang tanpa bekas dan selanjutnya timbul ruam merah halus pada hari ke-6atau ke7 terutama di daerah kaki, telapak kaki dan tangan. Selain itu, dapat juga ditemukan petekie. Pada keadaan wabah telah dilaporkan adanya demam dengue yang disertai dengan perdarahan seper t i : ep is taks is , perdarahan gus i , perdarahan saluran cerna , hematur i , danmenoragi
Demam Berdarah Dengue
Bentuk klasik ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7 hari, disertai dengan mukakemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri otot, tulang, sendi, mual, dan muntah sering ditemukan. Biasanya ditemukan juga nyeri perut dirasakan di epigastrium dan dibawahtulang iga. Bentuk perdarahan yang paling sering adalah uji tourniquet (Rumple leede) positif,kulit mudah memar dan perdarahan pada bekas suntikan intravena. Kebanyakan kasus, petekiehalus ditemukan tersebar di daerah ekstremitas, aksila, wajah, dan palatumole, yang biasanyaditemukan pada fase awal dari demam. Epistaksis dan perdarahan gusi lebih jarang ditemukan, perdarahan saluran cerna ringan dapat ditemukan pada fase demam. Hati biasanya membesar dengan variasi dari
just palpable
sampai 2-4 cm di bawah arcus costae kanan. Masa kritis dari penyakit terjadi pada akhir fase demam, pada saat ini terjadi penurunan suhu yang tiba-tiba yangsering disertai dengan gangguan sirkulasi yang bervariasi dalam berat-ringannya. Pada kasusdengan gangguan sirkulasi ringan perubahan yang terjadi minimal dan sementara, pada kasus berat penderita dapat mengalami syok
Sindrom Syok Dengue
Syok biasa terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari ke 3 sampai harisakit ke-7. Pasien mula-mula terlihat letargi atau gelisah kemudian jatuh ke dalam syok yangditandai dengan kulit dingin-lembab, sianosis sekitar mulut, nadi cepat-lemah, tekanan nadi < 20mmHg, hipotensi, pengisian kapiler terlambat dan produksi urin yang berkurang. Kebanyakan pasien masih tetap sadar sekalipun sudah mendekati stadium akhir. Bila terlambat diketahui atau pengobatan tidak adekuat, syok dapat menjadi syok berat dengan berbagai penyulitnya sepertiasidosis metabolik, perdarahan hebat saluran cerna. infeksi (pneumonia, sepsis, flebitis) danterlalu banyak cairan (over hidrasi), manifestasi klinik infeksi virus yang tidak lazim sepertiensefalopati dan gagal hati. Pada masa penyembuhan yang biasanya terjadi dalam 2-3 hari,kadang-kadang ditemukan sinus bradikardi atau aritmia, dan timbul ruam pada kulit. Tanda prognostik baik apabila pengeluaran urin cukup dan kembalinya nafsu makan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk
screening
dengan periksa kadar hemoglobin(Hb), hematokrit (Ht), trombosit, leukosit. Pemeriksaan sediaan apus darah tepi menunjukkanlimfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru. Kadar leukosit dapat normal ataumenurun Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif (>45% jumlah leukosit total) disertailimfosit plasma biru (LPB >15% total leukosit) yang pada fase syok akan meningkat. Trombositumumnya menurun pada hari ke-3 hingga ke-8. Pemeriksaan hematokrit untuk menentukankebocoran plasma dengan peningkatan kadar hematokrit >20% kadar hematokrit awal.
Diagnosis pasti dapat tegak bila didapatkan hasil isolasi virus dengue (cell culture) ataudeteksi antigen virus RNA dgn teknik Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction namunteknik
ini rumit. Pemeriksaan lain yaitu tes serologis yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue. Berupa antibodi total, IgM yang terdeteksi mulai hari ke-3 sampai ke-5,meningkat smpai minggu 3, dan menghilang setelah 60-90 hari. IgG terbentuk pada hari ke-14 pada infeksi primer, dan terdeteksi pada hari ke-2 pada
Pemeriksaan lain menunjukkan SGOT dan SGPT dapat meningkat. Hipoproteinemiakibat kebocoran plasma biasa ditemukan. Adanya fibrinolisis dan ganggungan koagulasi tampak pada pengurangan fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor XII, dan antitrombin III. aPTT danPT memanjang pada sepertiga sampai setengah kasus DBD. Asidosis metabolik dan peningkatanBUN ditemukan pada syok berat.
Pada pemeriksaan radiologis pada posisi lateral dekubitus kanan bisa ditemukan efusi p leura , te ru tama sebelah kanan. Bera t - r ingannya efus i p leura berhubungan dengan bera t - ringannya penyakit. Pada pasien syok, efusi pleura dapat ditemukan bilateral
DIAGNOSIS DAN PENENTUAN DERAJAT PENYAKIT
Penegakan diagnosis berdasarkan kriteria WHO tahun 1997
Demam Dengue
1. Probable
Demam akut d iser ta i dua a tau lebih manifes tas i k l in is ber ikut ; nyer i kepala , nyer i belakang mata, miagia, artralgia, ruam, manifestasi perdarahan, leukopenia, uji HI >_ 1.280 dan atau IgM anti dengue positif, atau pasien berasal dari daerah yang pada saatyang sama ditemukan kasus
confirmed dengue infection.
2.Corfirmed
Kasus dengan konf i rmasi labora tor ium sebagai ber ikut de teks i an t igen dengue , peningkatan titer antibodi > 4 kali pada pasangan serum akut dan serum konvalesens, danatau isolasi virus.
Demam Berdarah Dengue
Diagnosis tegak bila semua hal dipenuhi :
1. Demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
2. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
• uji tourniquet positif
• petekie, ekimosis, atau purpura
• perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas suntikan• hematemesis atau melena
3. Trombositopenia < 100.00/ul
4. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
• peningkatan nilai hematrokrit > 20 % dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin.
• penurunan nilai hematokrit > 20 % setelah pemberian cairan yang adekuat
• efusi pleura, asites, hipoproteinemi
Sindrom Syok Dengue
Seluruh kriteria DBD (4) disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :
Penurunan kesadaran, gelisah Nadi cepat, lemah Hipotensi Tekanan nadi < 20 mmHg Perfusi perifer menurun Kulit dingin-lembab
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dibedakan berdasarkan proses yang mendasari yaitu kebocoran plasma.Pedoman ta ta laksana DD dan DBD, SSD berbeda dar i segi resus i tas i cai ran dan indikas i perawatan di RS. Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangancairan plasma. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi (SSD) diperlukan perawatan intensif.
Demam Dengue
Pada fase demam pasien dianjurkan:
• Tirah baring, selama masih demam.
• Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan.
• Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, dll
Pada pasien DD, saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda penyembuhan. Semua pasienharus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat terjadi selama 2 hari setelah suhu turun. Hal inidisebabkan oleh karena kemungkinan sulit membedakan antara DD dan DBD pada fase demam.Perbedaan akan tampak jelas saat suhu turun, yaitu pada DD akan terjadi penyembuhan sedangkan pada DBD terdapat tanda awal kegagalan sirkulasi (syok).
Demam Berdarah Dengue dan Sindrom Syok Dengue
Tidak ada terapi spesifik untuk demam berdarah dengue, prinsip utama adalah terapisuportif yaitu pemeliharaan volume cairan sirkulasi akibat kebocoran plasma.
Protokol 1. Penanganan Tersangka ( probable) DBD Tanpa Syok
Petunjuk dalam memberi pertolongan pertama pada penderita atau tersangka DBD di Unit GawatD a r u r a t s e r t a d a l a m m e m u t u s k a n i n d i k a s i r a w a t . T e r s a n g k a D B D d i U G D d i l a k u k a n pemeriksaaan darah lengkap, minimal Hb, Ht dan trombosit. Bila hasil trombosit normal atauturun sedikit (100.000 – 150.000) pasien dipulangkan, wajib kontrol 24 jam berikut atau bilamemburuk segera harus kembali ke UGD. Bila hasil Hb dan Ht normal, trombosit <100.000, pasien dirawat. Bila hasil Hb, Ht meningkat, trombosit normal atau turun, pasien dirawat.
Protokol 2. Pemberian Cairan Pada Tersangka DBD Dewasa di Ruang Rawat
Tatalaksana kasus tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif dan tanpa syok, dibericairan infuse kristaloid dengan rumus volume cairan yang diperlukan per hari :
1500 + (20 x (BB dalam kg – 20)
Monitor Hb, Ht, trombosit per 24 jam. Bila hasil Hb dan Ht meningkat >10-20% dan trombositturun <100.000 maka jumlah cairan tetap, lalu lanjutkan monitor per 12 jam. Bila hasil Hb, Htmeningkat >20% dan nilai trombosit <100.000 lanjutkan pemberian cairan sesuai Protokol 3
Protokol 3. Penatalaksanaan DBD dengan Peningkatan Hematokrit >20%
Peningkatan nilai Ht >20% menunjukkan tubuh mengalami defisit cairan sebanyak 5%. Terapiawal pemberian cairan, infuse kristaloid dengan dosis 6-7ml/kg/jam. Monitor dilakukan 3-4 jamsetelah pemberian cairan. Parameter nilai perbaikan adalah kadar Ht, frekuensi nadi, tekanandarah dan produksi urin. Bila didapatkan tanda perbaikan maka dosis cairan dikurangi menjadi5ml/kgBB/jam. Bila 2 jam kemudian keadaan tetap dan ada perbaikan, dosis dikurangi menjadi 3ml/kgBB/jam. Bila keadaan tetap membaik dalam 24-48 jam kemudian, pemberian cairan infusedapat dihentikan. Bila keadaan tidak membaik setelah terapi awal maka dosis cairan infus naik menjadi 10ml/kgbb/jam. Bila 2 jam keadaan membaik, cairan dikurangi menjadi 5 ml/kgbb jam.Bila memburuk, naik menjadi 15 ml/kgBB/jam.Bila tanda syok (+) masuk ke protokol syok
Protokol 4. Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD Dewasa
Sumber perdarahan masif dan spontan pada penderita DBD adalah epistaksis, perdarahan salurancerna (hematemesis, melena atau hematoskesia), saluran kencing (hematuria), perdarahan otak,dan yang tersembunyi, dengan jumlah perdarahan sebanyak 4-5 ml/kgBB/jam. Terapi cairansama seperti kasus DBD tanpa syok. Pemeriksaan tanda vital, Hb, Ht, trombosit dilakukan 4-6 jam serta pemeriksaan trombosis dan hemostasis. Heparin diberi bila tanda KID (+). Transfusikomponen darah diberikan sesuai indikasi, PRC diberi bila Hb <10 g/dl. Trombosit hanya diberi pad pasien perdarahan spontan masif dengan kadar trombosit <100.000 dengan atau tanpa tandaKID. FFP diberikan bila didapatkan defisiensi faktor pembekuan (PT dan aPTT memanjang)
Protokol 5. Tatalaksana Sindrom Syok Dengue pada Dewasa
Resusitasi cairan merupakan terapi terpenting dalam menangani syok hipovolemia pada SSD.Fase awal, guyur cairan kristaloid 10-20 ml/kgBB, lalu evaluasi 15-30 menit kemudian. Bilarenjatan telah teratasi jumlah cairan dikurangi menjadi 7 ml/kgBB/jam. Bila dalam 60-120 menitkeadaan tetap stabil, pemberian cairan menjadi 5 ml/kgBB/jam. Bila dalam 60 – 120 menitkemudian tetap stabil, dosis menjadi 3 ml/kgBB/jam. Bila stabil selama 24-48 jam, hentikan infuskarena jika reabsorpsi cairan plasma yang mengalami extravasasi terjadi (ditandai dengan Ht ygturun), bila cairan tetap diberi bisa terjadi hipervolemi, edema paru dan gagal jantung
Selain itu dapat diberikan oksigen 2-4 liter per menit, dengan pemeriksaan darah perifer lengkap, hemostasis, AGD, elektrolit, ureum dan kreatinin. Harus dilakukan pengawasan diniterhadap kemungkinan syok berulang dalam waktu 48 jam. Karena proses patogenesis penyakitmasih berlangsung dan cairan kristaloid hanya menetap 20% dalam pembuluh darah setelah 1 jam pemberian. Diuresis diusahakan 2 ml/kgBB/jam.
Bila setelah fase awal, renjatan belum teratasi, cairan ditingkatkan menjadi 20-30ml/kgBB evaluasi dalam 20-30 menit. Bila keadaan tetap belum teratasi, perhatikan nilai Ht. Bilaht meningkat, perembesan plasma masih berlangsung, maka pilihan cairan koloid. Bila Htmenurun kemungkinan perdarahan dalam (internal bleeding) maka dapat
diberikan transfusedarah segar 10 cc/kgBB (dpt diulang sesuai kebutuhan). Tanda hemodinamik masih belum stabildengan nilai Ht lebih dari 30°/o dianjurkan untuk memakai kombinasi kristaloid dan koloiddengan perbandingan 4:1 atau 3:1.
Koloid mula-mula diberikan dengan tetesan cepat 10-20 ml/kgBB, evaluasi setelah 10-30 menit, dapat ditambah hingga jumlah maksimal 30 ml/kgBB. Pilihan sebaiknya yang tidak menggangu mekanisme pembekuan darah. Gangguan mekanisme pembekuan darah ini dapatdisebabkan terutama karena pemberian dalam jumlah besar, selain itu karena jenis koloid itusendiri. Oleh sebab itu koloid dibatasi maksimal sebanyak 1000-1500 ml dalam 24 jam. Padakasus SSD apabila setelah pemberian cairan koloid syok dapat diatasi, maka penatalaksanaanselanjutnya dapat diberikan ringer laktat dengan kecepatan sekitar 4-6 jam setiap 500cc.
Pasang kateter vena sentral untuk pantau kecukupan cairan, Sasaran tekanan vena sentral15-18 cmH2O. Bila keadaan tetap belum teratasi, perhatian dan koreksi ganggguan asam basa,elektrolit, hipoglikemia, anemia, KID dan infeksi sekunder. Bila tekanan vena sentral sudahs e s u a i d e n g a n t a r g e t n a m u n r e n j a t a n b e l u m t e r a t a s i , m a k a da p a t d i b e r i k a n o b a t inotropik/vasopresor (dopamin, dobutamin, atau epinephrine).
Hiponatremia danasidosis metabolik sering menyertai pasien SSD, dan apabila asidosistidak dikoreksi, akan memacu terjadinya KID, sehingga tatalaksana pasien menjadi lebihkompleks.Pada umumnya, apabila penggantian cairan plasma diberikan secepatnya dandilakukankoreksi asidosis dengan natrium bikarbonat, maka perdarahansebagai akibat
KID, tidak akantejadi sehingga heparin tidak diperlukan.
Pemberian antibiotik perlu dipertimbangkan pada SSD mengingat kemungkinan infeksisekunder dengan adanya translokasi bakteri dari saluran cerna. Indikasi lain pemakaian antibiotik pada DBD, bila didapatkannya infeksi sekunder di tempat/organ lainnya, dan antibiotik yangdigunakan hendaknya yang tidak mempunyai efek terhadap sistem pembekuan
Jenis Cairan Resusitasi (rekomendasi WHO)
1. KristaloidLarutan ringer laktat (RL)Larutan ringer asetat (RA)Larutan garam faali (GF)Dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL)Dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA)Dekstrosa 5% dalam 1/2 larutan garam faali (D5/1/2LGF)(Catatan:Untuk resusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA tidak bolehlarutan yang mengandung dekstran)1. KoloidDekstran 40, Plasma, Albumin
Pilihan Cairan Koloid pada Resusitasi Cairan SSD
Saat ini ada 3 golongan cairan koloid yang masing-masing mempunyai keunggulan dankekurangannya, yaitu golongan Dekstran, Gelatin,
Hydroxy ethyl starch (HES)
.
(2)
Golongan Dekstran mempunyai sifat isotonik dan hiperonkotik, maka pemberian denganlaru tan te rsebut akan menambah volume in t ravaskular o leh karena akan menar ik ca i ranekstravaskular. Efek volume 6% Dekstran 70 dipertahankan selama 6-8 jam, sedangkan efek volume 10° /o Dekst ran 40 d iper tahankan se lama 3-5 jam. Kedua la ru tan te rsebut dapatmenggangu mekanisme pembekuan darah dengan cara menggangu fungs i t rombosi t danmenurunkan jumlah fibrinogen serta faktor VIII, terutama bila diberikan lebih dari 1000 ml/24 jam. Pemberian dekstran tidak boleh diberikan pada pasien dengan KID.
Golongan Gelatin (Hemacell dan gelafundin merupakan larutan gelatin yang mempunyaisifat isotonik dan isoonkotik. Efek volume larutan gelatin menetap sekitar 2-3 jam dan tidak mengganggu mekanism pembekuan darah.
Hydroxy ethyl starch (HES)
6% HES 200/0,5; 6% HES 200/0,6; 6% HES 450/0,7 adalahlaru tan i so tonik dan i sonkot ik , sedangkan 10% HES 200/0 ,5 adalah la rutan i so tonik danhiponkotik. Efek volume 6%/10°/o HES 200/0,5 menetap dalam 4-8 jam, sedangkan larutan 6%HES 200/0,6 dan 6% HES 450/0,7 menetap selama 8-12 jam. Gangguan mekanisme pembekuant idak akan te r jadi b i la d iber ikan kurang dar i 1500cc/24 jam, dan efek in i te r jadi karena pengenceran dengan penurunan hitung trombosit sementara, perpanjangan waktu protrombin danwaktu tromboplastin parsial, serta penurunan kekuatan bekuan.
Ruang Rawat Khusus Untuk DBD/SSD
Untuk mendapatkan tatalaksana DBD lebih efektif, maka pasien DBD seharusnya dirawatdi ruang rawat khusus, yang dilengkapi dengan perawatan untuk kegawatan. Ruang perawatankhusus tersebut dilengkapi dengan fasilitas laboratorium untuk memeriksa kadar hemoglobin,hematokrit dan trombosit yang tersedia selama 24 jam. Pencatatan merupakan
hal yang pentingdi lakukan d i ruang perawatan DBD. Paramedis dapat d idantu o leh ke luarga pas ien untuk mencatatjumlah cairan baik yang diminum maupun yang diberikan secara intravena, sertamenampung urin serta mencatat jumlahnya.
Kriteria Memulangkan Pasien
Pasien dapat dipulang apabila, memenuhi semua keadaan dibawah ini1 .Tampak perbaikan secara k l in is2.Tidak demam selaina 24 jam tanpa antipiretik 3.Tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis)4. Hematokrit stabil5. Jumlah trombosit cenderung naik > 50.000/ul6. Tiga hari setelah syok teratasi7. Nafsu makan membaik
PENATALAKSANAAN DBD
Protokol penatalaksanaan DBD pada pasien dewasa berdasarkan criteria:
Penatalaksanaan yang tepat dengan rancangan tindakan yang dibuat sesuai dengan indikasi
Praktis dalam penatalaksanaannya Mempertimbangkan cost effectiveness
Protokol 1. Penanganan tersangka (probable)DBD dewasa tanpa syok
Protocol ini digunakan sebagai petunjuk dalam memberikan pertolongan pertama pada penderita DBD atau yang diduga DBD di IGD dan juga dipakai sebagai petunjuk dalam memutuskan indikasi rawat.
Seseorang yang tersangka menderita DBD UGD dilakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, dan trombosit, bila:
Hb,Ht, dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasoen dapat dipulangkan dengan anjuran control atau berobat jalan ke poliklinik dalam waktu 24 jam berikutnya (dilakukan pemeriksaan Hb,Ht, leukosit,dan trombosit tiap 24 jam) atau bila keadaan penderita memburuk segera kembali ke Unit Gawat Darurat.
Hb, Ht normal tapi trombosit <100.000 dianjurkan untuk dirawat Hb,Ht meningkat, dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan untuk dirawat
Protokol 2. Pemberian cairan pada tersangka tersangka DBD dewasa di ruang rawat
Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan massif dan tanpa syok di ruang rawat diberikan cairan infuse kristaloid dengan jumlah seperti rumus berikut ini:
1500+ (20 x (BB-20)
Contoh volume rumatan umtuk BB=55kg : 1500+ (20x (55-20)= 2200 ml.
Setelah pemberian cairan dilakukan pemeriksaan Hb,Ht,tiap 24 jam:
Bila Hb,Ht meningkat 10-20% dan trombosit < 100.000 jumlah pemberian cairan tetap seperti rumus diatas tetapi pemantauan Hb,Ht,trombosit dilakukan tiap 12 jam
Bila Hb,Ht meningkat.20% dan trombosit <100.000 maka pemberian cairan sesuai dengan protocol penatalaksanaan dengan peningkatan Ht >20%
Protokol 3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht >20%
Meningkatnya Ht>20% menunjukan bahwa tubuh mengalami defisit cairan sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah dengan memberikan infus cairan kristaloid sebanyak 6-7 ml/kg/jam. Pasien kemudian dipantau setelah 3-4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai dengan tanda-tanda Ht turun, nadi turun, TD stabil, produksi urin meningkat maka jumlah cairan infus dikurangi menjadi 5ml/kgBB/jam. Dua jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan tetap menunjukan perbaikan maka jumlah cairan dikurangi menjadi 3 ml/kgBB/jam. Bila dalam pemantauan keadaan tetap menunjukkan perbaikan maka pemberian cairan dapat dihentikan 24-48 jam kemudian.
Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6-7 ml/kgBB/jam tadi keadaan tidak membaik, yang ditandai dengan hematokrit dan nadi meningkat, tekanan nadi menurun <20mmHg, produksi urin menurun, maka kita harus menaikan jumlah cairan infus menjadi 10 ml/kgBB/jam. Dua jam kemudian dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infus dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam tetapi bila keadaan tidak menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infuse dinaikkan menjadi 15ml/kgBB/jam dan bila dalam pengembangannya kondisi menjadi buruk dan didapatkan tanda-tanda syok maka tatalaksana sesuai protocol tatalaksana sindrom syok dengue pada dewasa
Protokol 4. Tatalaksana sindrom syok dengue pada dewasa
CAMPAK/ MEASLES/ MORBILI/ RUBEOLA
DEFINISICampak adalah penyakit virus akut, menular yang lazim biasanya di tandai dengan 3
stadium, yaitu prodromal, stadium erupsi, dan stadium konvalesens, yang di manifestasikan dengan demam, konjungtivitis, dan bercak koplik.
ETIOLOGIDisebabkan oleh virus campak dan penularan melalui droplet.
VIROLOGI: Virus RNA golongan paramyxovirus Bentuk bulat, dengan tepi kasar, dibungkus oleh selubung luar yang terdiri dari lemak dan
protein dan terdapat tonjolan
EPIDEMIOLOGI Terdistribusi di seluruh dunia, dengan insiden tertinggi di negara tropis. Biasanya terjadi pada anak2, dan kemudian menyebabkan kekebalan. Apabila seorang wanita sedang hamil usia 1-2 bulan menderita campak, maka kemungkinan
besar akan mengalami abortus dan adanya kelainan bawaan. Individu degan gizi kurang juga lebih rentan terinfeksi campak.
GEJALA KLINIS
• STADIUM PRODROMAL
Inkubasi berlangsung kurang lebih 10-12 hari. Stadium awal umumnya berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringan hingga sedang, batuk kering ringan (cough), coryza, conjungtivitis, dan fotofobia.
Menjelang akhir stadium, dapat timbul bercak koplik sebesar ujung jarum yang berwarna putih kelabu pada bagian tengah, dan di kelilingi oleh daerah yang eritem.
Kadang stadium prodromal bersifat berat karena terdapat demam tinggi yang mendadak disertai kejang2 dan pneumonia.
• STADIUM ERUPSI
Terjadi 2-3 hari. Demam,Coryza dan Cough bertambah berat. Timbul bintik merah menyebar di seluruh tubuh. Terdapat rasa gatal, dan muka yang membengkak. Terdapat pembesaran KGB disudut mandibula dan di daerah leher belakang. Terdapat sedikit splenomegali, dan tidak jarang disertai diare dan muntah.
Biasanya gejala tersebut akan menghilang sekitar hari ke 3.
• STADIUM KONVALESEN (PENYEMBUHAN)
Erupsi berkurang dan meninggalkan bekas yang hiperpigmentasi dan bersisik.
PATOGENESIS
DIAGNOSIS ANAMNESA : ruam, demam tinggi mendadak PX. FISIK : bercak koplik di daerah mukosa bukalis, demam PX.SITOLOGI : ditemukan sel raksasa berinti banyak dari sputum/ mukosa bukalis PX. SEROLOGI : IgM spesifik
PENCEGAHAN Imunisasi Aktif : Vaksin campak pada usia 9 bulan, vaksin penguat pada usia 6 tahun Imunisasi Pasif : gamma globulin plasma 0,25 ml/KgBB secara IM, diberikan 5 hari pasca
pajanan / sesegera mungkin.
PENGOBATAN Rawat jalan Cukup mengkonsumsi cairan dan kalori Pengobatan simptomatik
CHIKUNGUNYA
DEFINISI
DemamChikungunyaadalahpenyakitinfeksi yang disebabkanoleh virus Chikungunya (CHIKV) yang ditularkanmelaluigigitannyamuk(Arthropod –borne virus/ mosquito-borne virus).
EPIDEMIOLOGI
• PenyebaranChikungunyabiasanyaterjadipadadaerahendemisDemamBerdarah Dengue
• Dari tahun 2007 sampaitahun 2012 di Indonesia terjadi KLB Chikungunyapadabeberapaprovinsidengan 149.526 kasustanpakematian.(DEPKES RI)
ETIOLOGI
• Famili: Togaviridae
• Genus: Alphavirus
• Spesies: Arbovirus A Chikungunya Type, CHIK, CK.
• Virionsmengandungsatumolekulsingle stranded RNA. Virus dapatmenyerangmanusiadanhewan.
• Virionsdibungkusolehlipid membran; pleomorfik; spherikal; dengan diameter 70 nm.
• Padapermukaanenvelope didapatkanglycoprotein spikes (terdiriatas 2 virus protein membentuk heterodimer). Necleocapsids isometric; dengan diameter 40 nm
VEKTOR
NyamukAedesAegepty
• Tempatberkembangbiak
– Tempatpenampungan air (TPA)
– Barang – barangbekas
– Vas bunga
Diagnosis kasusDemamChikungunyaditegakkanberdasarkankriteriasebagaiberikut: (ModifikasiKlasifikasi WHO SEARO,2009)
• KriteriaKlinis: Demammendadak> 38,5ºC dannyeripersendianhebat(severe athralgia) danataudapatdisertairuam(rash).
• KriteriaEpidemiologis: Bertempattinggalataupernahberkunjungkewilayah yang sedangterjangkitChikungunyadengansekurang-kurangnya 1 kasuspositif RDT/ pemeriksaanserologilainnya, dalamkurunwaktu 15 harisebelumtimbulnyagejala(onset of symptoms)
• KriteriaLaboratoris: sekurang-kurangnyasalahsatudiantarapemeriksaanberikut:
• Isolasi virus
• Terdeteksinya RNA virus dengan RT-PCR
• TerdeteksinyaantibodiIgMspesifik virus Chikpadasampel serum
• Peningkatan 4 kali lipat(four-fold) titer IgGpadapasangansampel yang diambilpadafaseakutdanfasekonvalesen (interval sekurang-kurangnya 2-3 minggu)
Berdasarkankriteria di atas, Diagnosis DemamChikungunyadigolongkandalam 3 kategoriyaitu:
1. KASUS TERSANGKA (Suspected case/ Possible case) Penderitadengankriteriaklinis.
2. KASUS PROBABEL (Probable case) Penderita dengan kriteria klinis + kriteria epidemiologis
3. KASUS KONFIRM (Confirmed case) Penderitadengankriterialaboratoris
MASA INKUBASI
Masainkubasi :
• inkubasiintrinsik: periodesejakseseorangterinfeksi virus Chiksampaitimbulnyagejalaklinis.(3-7 hari (range 1-12 hari))
• Inkubasiekstrinsik:periodesejaknyamukterinfeksi virus Chiksampai virus tersebutdapatmenginfeksi orang lainnyamelaluigigitannyamuktersebut. (10 hari)
FAKTOR RISIKO
• Faktor agent
• Faktorperilaku
• Faktorlingkungan
• Musim
• Ketinggiantempat
• Curahhujan
• Temperatur 25-27C
GEJALA KLINIS
• Demam
– Naikselama 2-3 haripenurunansuhutubuhselama 1-2 harinaikmembentukkurva“Sadle back fever” (Bifasik).
– menggigildanmukakemerahan(flushed face).
– nyeri di belakang bola matadanmatakemerahan(conjunctival injection).
• Arthralgia
– keluhanpertamasebelumdemam.
– ringan (arthralgia) - beratmenyerupaiartritisrheumathoid
– terutama di sendi – sendipergelangan kaki (dapatjuganyerisenditangan)
– padakasusberatterdapattanda-tandaradangsendi: kemerahan, kaku, danbengkak. Sendi yang seringdikeluhkanadalahpergelangan kaki, pergelangantangan, siku, jari, lutut, danpinggul
• Nyeriotot– seluruhototterutamapadaototpenyanggaberatbadansepertipadaototbagianleher,
daerahbahu, danekstremitas. Kadang - kadangterjadipembengkakanpadaachillesatausekitarmata kaki.
• Rash – seluruhtubuhberbentukmakulo-papular (viral rash), sentrifugal
(mengarahkebagiananggotagerak, telapaktangandantelapak kaki). – terjadipadaharipertamademam, tetapilebihseringmunculpadaharike 4 - 5 demam. – Lokasikemerahan di daerahmuka, badan, tangan, dan kaki.
DIAGNOSIS
• Isolasi Virus
• Deteksi Viral RNA
• Serologi (DeteksiIgMdanatauIgG)
– BilaIgM (-) danIgG (-) dengangejalaklinisjelas, pemeriksaandiulang 10-14 harikemudian.
– BilahasilpemeriksaanulangIgM (+) IgG(-) berartiinfeksiakut primer
– Bila IgM (-)IgG(+) dilakukan pemeriksaan ulang 10-14 hari kemudian.
– BilahasilpemeriksaanulangIgG (+) dengankenaikan titer >4X berartiinfeksisekunder.
– Bila IgM (+) IgG(+) berarti sedang terjadi infeksi sekunder
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Darahrutin
– Hemoglobin
• BiasanyadijumpaiHb normal atau anemia bilaadaperdarahan .
– Trombosit
• DapatditemukanTrombositopenia
– Hematokrit
• Ht normal atau meningkat bila dengan dehidrasi
– Leukosit
• Leukopenia ataujugaleukositosis
– Diff count
• Padahitungjenisbisadijumpairelatiflimfositosis.
– Laju Endap Darah
• LED meningkat karena adanya infeksi
TATALAKSANA
• Simptomatis
– Antipiretik : Parasetamolatauasetaminofen (untukmeredakandemam)
– Analgetik : Ibuprofen, naproxen danobat Anti-inflamasi Non Steroid (AINS)lainnya (untukmeredakannyeripersendian/athralgia/arthritis)
• Suportif
– Tirah baring (bedrest), batasipergerakkan
– Minumbanyakuntukmenggantikehilangancairantubuhakibatmuntah, keringatdan lain-lain
• Pencegahanpenularan
– Penggunaankelambuselamamasaviremia {sejaktimbulgejala (onset of illness) sampai 7 hari
PROGNOSIS
• Brighton menelitipada 107 kasusinfeksiChikungunya
– 87,9% sembuhsempurna
– 3,7% mengalamikekakuansendiataumild discomfort
– 2,8% mempunyaipersistent residual joint stiffness, tapitidaknyeri
– 5,6% mempunyaikeluhansendi yang persistent, kakudanseringmengalamiefusisendi.
Rubella (Campak Jerman)
Definisi
Campak Jerman (Rubella, Campak 3 hari) adalah suatu infeksi virus menular, yang
menimbulkan gejala yang ringan (misalnya nyeri sendi dan ruam kulit). Berbeda dengan campak,
rubella tidak terlalu menular dan jarang menyerang anak-anak. Jika menyerang wanita hamil
(terutama pada saat kehamilan berusia 8-10 minggu), bisa menyebabkan keguguran, kematian
bayi dalam kandungan atau kelainan bawaan pada bayi.
Etiologi
Penyebabnya adalah virus. Virus rubella ditularkan melalui percikan ludah penderita atau karena
kontak dengan penderita. Penyakit ini juga ditularkan dari ibu hamil kepada janin yang berada di
dalam kandungannya. Penderita bisa menularkan penyakit ini pada saat1 minggu sebelum
munculnya ruam sampai 1 minggu setelah ruam menghilang. Bayi baru lahir yang terinfeksi
ketika masih berada dalam kandungan, selama beberapa bulan setelah lahir, bisa menularkan
penyakit ini. Kekebalan seumur hidup diperoleh setelah menderita penyakit ini. Wabah bisa
terjadi dengan interval 6-9 tahun. Sindroma rubella kongenital terjadi pada 25% atau lebih bayi
yang lahir dari ibu yang menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini
setelah kehamilan berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi.
Kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak, mikrosefalus,
keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan dan kelainan lainnya.
Gejala
Gejala mulai timbul dalam waktu 14-21 hari setelah terinfeksi. Pada anak-anak, gejalanya
diawali dengan rasa tidak enak badan selama 1-5 hari, demam yang tidak begitu tinggi (38º C)
disertai pembengkakan kelenjar getah bening kepala dan leher, kadang disertai nyeri sendi. Tidak
terdapat nyeri tenggorokan, tetapi tenggorokan hanya terlihat agak merah. Pada dewasa, gejala
awal tersebut sifatnya ringan atau sama sekali tidak timbul.Ruam (kemerahan kulit) muncul dan
berlangsung selama 3 hari. Pada mulanya ruam timbul di wajah dan leher, lalu menyebar ke
batang badan, lengan dan tungkai. Pada langit-langit mulut timbul bintik-bintik kemerahan.
Gejala lain dari rubella, yang sering ditemui pada remaja dan orang dewasa, termasuk: sakit
kepala, kurang nafsu makan, conjunctivitis ringan (pembengkakan pada kelopak mata dan bola
mata), hidung yang sesak dan basah, kelenjar getah bening yang membengkak di bagian lain
tubuh, serta adanya rasa sakit dan bengkak pada persendian (terutama pada wanita muda).
Banyak orang yang terkena rubella tanpa menunjukkan adanya gejala apa-apa. Ketika rubella
terjadi pada wanita hamil, dapat terjadi sindrom rubella bawaan, yang potensial menimbulkan
kerusakan pada janin yang sedang tumbuh. Anak yang terkena rubella sebelum dilahirkan
beresiko tinggi mengalami keterlambatan pertumbuhan, keterlambatan mental, kesalahan bentuk
jantung dan mata, tuli, dan problematika hati, limpa dan sumsum tulang.
Patogenesis
Penyakit ini ditularkan melalui cairan yang keluar dari hidung atau tenggorokan,selain itu, dapat
ditularkan melalui aliran darah seorang wanita yang sedang hamil kepada janin yang
dikandungnya. Karena penyakit ini tergolong penyakit ringan pada anak-anak, bahaya medis
yang utama dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang dapat menyebabkan
sindrom cacat bawaan pada janin tersebut. Periode inkubasi rubella adalah 14 - 23 hari, dengan
rata-rata inkubasi adalah 16 - 18 hari. Ruam rubella biasanya berlangsung selama 3 hari.
Pembengkakan kelenjar akan berlangsung selama satu minggu atau lebih dan sakit persendian
akan berlangsung selama lebih dari dua minggu. Anak-anak yang terkena rubella akan pulih
dalam jangka waktu satu minggu sementara pada orang dewasamembutuhkan waktu lebih lama
untuk pulih.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala. Diagnosis pasti pada ibu hamil bisa ditegakkan melalui
pengukuran kadar antibodi terhadap virus rubella.
Komplikasi
Kebanyakan anak-anak mengalami penyembuhan total. Anak laki-laki atau pria dewasa kadang
mengalmi nyeri pada testis (buah zakar) yang bersifat sementara. Sepertiga wanita mengalami
nyeri sendi atau artritis.Pada wanita hamil, campak Jerman bisa menyebabkan keguguran,
kematian bayi dalam kandungan ataupun keguguran. Kadang terjadi infeksi telinga (otitis
media). Infeksi otak (ensefalitis) jarang terjadi.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk campak Jerman. Untuk menurunkan panas bisa diberikan
asetaminofen.
Pencegahan
Pencegahan Rubella dapat dicegah dengan vaksin rubella. Imunisasi rubella secara luas dan
merata sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit ini, yang pada akhirnya dapat
mencegah cacat bawaan/lahir akibat sindrom rubella bawaan. Vaksin ini biasanya diberikan
kepada anak-anak berusia 12 - 15 bulan dan menjadi bagian dari imunisasi MMR yang telah
terjadwal. Dosis kedua MMR biasanya diberikan pada usia 4 - 6 tahun, dan tidak boleh lebih dari
11 - 12 tahun. Sebagaimana dengan imunisasi lainnya, selalu ada pengecualian tertentu dan
kasus-kasus khusus. Dokter anak akan memiliki informasi yang tepat. Vaksin rubella tidak boleh
diberikan kepada wanita hamil atau wanita yang akan hamil dalam jangka waktu satu bulan
sesudah pemberian vaksin. Jika anda berpikir untuk hamil, pastikan bahwa anda kebal terhadap
rubella melalui tes darah. Jika tidak, sebaiknya anda mendapatkan vaksinasi setidaknya satu
bulan sebelum memulai kehamilan. Wanita hamil yang tidak kebal terhadap rubella harus
menghindari orang yang mengidap penyakit ini harus diberikan vaksinasi setelah melahirkan
sehingga dia akan kebal terhadap penyakit ini di kehamilan berikutnya.
INFEKSI RICKETSSIA
Definisi
• Penyakit Ricketssia adalah penyakit yg disebabkan oleh Ricketssia yg ditularkan melalui ovarium pd arthropoda yang berlaku sebagai vektor atau resevoir. ( MIKROBIOLOGI JAWETZ, HAL 357 )
• Adalah penyakit yg disebabkan oleh berbagai agen intraseluler bakteri Gram – dr genus Ricketssia, Orientia, Erlichia, Anaplasma, dll. Ricketssia klasik dibagi menjadi 2 yaitu kelompok tifus dan kel.Spotted Fever. (CDC)
Identifikasi Ricketssia
• Ricketssia adalah genus bakteri Gram – yg bersifat parasit obligat intraseluler.
Epidemiologi
Sifat Ricketssia
• Cocobasil pleomorfik, batang pendek (0,3x1-2um, dgn d= 0,3um
• Mudah tumbuh dlm kuning telur embrio
• Di dlm biakkan waktu untuk berkembang biak adalah 8-10 jam dgn suhu 34 C.
• Mempunyai struktur dinding Gram – yang terdiri dari peptidoglikan.
Ciri khas Group Tifus Group Spotted Fever
lipopolisakarida + +
Protein permukaan - +
Tempat ditemukan Di sitoplasma Di nukleus
Transmisi
• Masa inkubasi 5-14 hari
• Ditularkan oleh ektoparasit seperti kutu, tungau, pada saat makan atau menggaruk arthropoda yg hancur, tinja menular ke dlm kulit.
• Menghirup debu
• Inokulasi konjungtiva
• Transfusi dan transplantasi organ
Patogenesis
Gigitan, kotoran kutu atau tungau yg terinfeksi
↓
Masuk ke kulit
↓
Ke pembuluh darah
↓
Multiplikasi di dalam sel endotel dan p.darah kecil
↓
Menginfeksi endotelium
↓
Vaskulitis dpt terjadi pada semua organ
↓
Sel menjadi bengkak
↓
Terdapat trombosis pd pembuluh
↓
Ruptur dan nekrotik
Gejala klinis
• Gejala umum : demam, nyeri kepala, malaise, lemas, ruam kulit, hepatosplenomegali.
• Gejala khusus :
– Group Tifus
– Group Spotted Fever
Diagnosis laboratorium
• Uji antibodi imunoflouresensi → deteksi riketsia pada potongan jaringan
• Uji Fiksasi Komplemen → untuk diagnosis Demam Q
– Keduanya untuk mengetahui antigen antibodi (IgG dan IgM)
Penatalaksanaan
• Tetrasiklin dan kloramfenikol → efektif untuk stadium dini. Diberikan per oral dan selama 3-4 hr setelah suhu normal.
• Antibiotik disini hanya dapat menekan pertumbuhan ricketssia.
Pencegahan
• 1. dengan memutus rantai infeksi
• 2. demam Q dengan pasteurisasi susu yg adekuat
• 3. dengan vaksinasi
• 4. kemoprofilaksis