karya tulis maghrib mengaji

32
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG “Iqro’!”, wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Wahyu pertama ini sudah tertanam dalam benak kita bahwa membaca memang begitu penting, terutama membaca Al-Qur’an atau mengaji. Dengan mengaji banyak sekali manfaat luar biasa yang tidak kita sadari yaitu dari segi afektif, mengaji secara tidak langsung mampu mempengaruhi sifat kita menjadi lebih peka terhadap sifat ketuhanan, mereka sadar akan keberadaan Allah SWT, segi kognitif, dengan menghafal surat pendek atau membaca susunan ayat Al- Qur’an dengan susunan tertentu atau menerjemah akan memperkuat struktur otak kita, kemampuan mengingat dan menggunakan daya nalar. Dari segi psikomotorik, membaca Al-Qur’an dapat memperkuat pernapasan dan kesehatan otak serta melancarkan aliran darah kita, dan masih banyak lagi manfaat luar biasa yang dapat kita rasakan ketika mengaji. Kenyataan yang kita alami anak-anak tingkat Sekolah Dasar lebih mudah diajak mengaji ke Masjid atau Musholla, bahkan tanpa ada suruhan dari orang tua karena biasanya mereka lebih cenderung akan mengikuti kemana orang tuanya pergi, jika orang 1

Upload: istin-nana-robiah

Post on 06-Aug-2015

717 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Karya Tulis Maghrib Mengaji

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

“Iqro’!”, wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW melalui

perantara malaikat Jibril. Wahyu pertama ini sudah tertanam dalam benak kita

bahwa membaca memang begitu penting, terutama membaca Al-Qur’an atau

mengaji. Dengan mengaji banyak sekali manfaat luar biasa yang tidak kita

sadari yaitu dari segi afektif, mengaji secara tidak langsung mampu

mempengaruhi sifat kita menjadi lebih peka terhadap sifat ketuhanan, mereka

sadar akan keberadaan Allah SWT, segi kognitif, dengan menghafal surat

pendek atau membaca susunan ayat Al-Qur’an dengan susunan tertentu atau

menerjemah akan memperkuat struktur otak kita, kemampuan mengingat dan

menggunakan daya nalar. Dari segi psikomotorik, membaca Al-Qur’an dapat

memperkuat pernapasan dan kesehatan otak serta melancarkan aliran darah

kita, dan masih banyak lagi manfaat luar biasa yang dapat kita rasakan ketika

mengaji.

Kenyataan yang kita alami anak-anak tingkat Sekolah Dasar lebih mudah

diajak mengaji ke Masjid atau Musholla, bahkan tanpa ada suruhan dari orang

tua karena biasanya mereka lebih cenderung akan mengikuti kemana orang

tuanya pergi, jika orang tuanya pergi ke Masjid maka tanpa diajakpun mereka

akan ikut ke Masjid, bahkan parahnya jika orang tuanya menonton Televisi

pada waktu maghrib, mereka kemungkinan besar akan menonton Televisi

pada saat itu. Sedangkan anak yang sudah beranjak dewasa yaitu siswa SMP

dan SMA sudah enggan mengaji disebabkan banyak faktor diantaranya faktor

internal dan eksternal. Faktor internal yaitu keluarga, khususnya orang tua,

sedangkan faktor eksternal yaitu perkembangan teknologi seperti Televisi,

Handphone dan Internet, pergaulan dan lain-lain. Kenyataan yang ada ketika

adzan dikumandangkan para remaja tidak bergegas menuju Masjid atau

Musholla untuk sholat berjamaah dan mengaji, namun mereka lebih betah

berada di depan Televisi. Menyoroti acara Televisi pada waktu maghrib dan

isya’ hampir semua acara Televisi menayangkan sinetron atau film-film yang

1

Page 2: Karya Tulis Maghrib Mengaji

digemari oleh anak-anak dan remaja, sehingga mereka begitu enggan mengaji.

Berbeda pada waktu maghrib jika Handphone berdering tanda ada pesan

masuk malah langsung di buka, mengapa hal ini bisa terjadi?

Orang tua sekarang jarang menegur anak-anaknya seperti ungkapan : “sudah

sholat nak?” atau “sudah mengaji nak?”, namun orang tua sekarang sering

menegur anaknya seperti ungkapan: “sudah makan nak?”, karena mereka

khawatir anaknya jatuh sakit akan tetapi apakah mereka tidak khawatir akan

hilangnya iman dari anak-anaknya itu?

Hal ini sangat mengkhawatirkan akidah dan moralitas generasi muda, di era

canggihnya teknologi dan informasi saat ini, sepertinya telah mengikis norma

agama di masyarakat, akhirnya anak-anak sebagai penerus bangsa kondisinya

sangat mengkhawatirkan. Kondisi inilah yang mengilhami Pemerintah

Provinsi NTB mencanangkan “Gerakan Maghrib Mengaji”, gerakan ini

diharapkan dapat mengembalikan lagi semangat budaya mengaji yang kini

telah memudar, meski kita tahu bahwa mengembalikan budaya agar seperti

dulu lagi tidaklah semudah membalik telapak tangan. Sebenarnya budaya

maghrib mengaji bukan hal yang baru tetapi sudah tertanam sejak dahulu kala.

Bahkan oran tua kita kumpul untuk mengaji tentang sifat 20 di setiap rumah

biasanya, namun hal itu sudah tidak terdengar lagi dari kampung sampai

perkotaan. Lalu peran apakah yang dapat dilakukan orang tua dan pemerintah

setempat dalam menyikapi permasalahan ini?

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang menarik

sebagai berikut:

1. Apakah permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak dan remaja dan

orangtua sehingga menyebabkan lunturnya budaya mengaji pada waktu

maghrib?

2. Apakah solusi yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan

lunturnya budaya mengaji?

3. Apakah dengan adanya gerakan maghrib mengaji dari pemerintah provinsi

NTB dapat mengembalikan lagi semangat maghrib mengaji?

2

Page 3: Karya Tulis Maghrib Mengaji

4. Sejauhmana usaha pemerintah untuk menjalankan program Gerakan

Maghrib Mengaji di tengah masyarakat?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Apakah permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak, remaja dan orang tua

sehingga menyebabkan lunturnya budaya mengaji pada waktu maghrib.

2. Apakah solusi yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan

lunturnya budaya mengaji.

3. Apakah dengan adanya gerakan maghrib mengaji dari pemerintah provinsi

dapat mengembalikan lagi semangat maghrib mengaji.

4. Sejauhmana usaha pemerintah untuk menjalankan program Gerakan

Maghrib Mengaji di tengah masyarakat.

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran tentang perilaku anak-anak, remaja dan orang tua

pada waktu antara maghrib dan isya’.

2. Memberikan gambaran tentang keberadaan guru ngaji dan penyuluh

keagamaan di kecamatan Praya Tengah.

3. Untuk mengetahui langkah-langkah efektif dan terkoordinir yang dapat

mengembalikan budaya maghrib mengaji melalui Gerakan Maghrib

Mengaji.

3

Page 4: Karya Tulis Maghrib Mengaji

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PEMBAHASAN

A. KAJIAN TEORITIS

I. PENGERTIAN REIKARNASI

Reinkarnasi (dari bahasa latin untuk “lahir kembali” atau “kelahiran

semula”) atau tumitis, merujuk kepada kepercayaan bahwa seseorang itu

akan mati dan dilahirkan kembali dalam kehidupan lain. Yang dilahirkan

bukanlah wujud fisik sebagaimana keberadaa kita saat ini. Yang lahir

kembali itu adalah jiwa orang tersebut yang kemudian mengambil wujud

tertentu sesuai dengan hasil perbuatannya terdahulu (Wikipedia, 2011).

II. PROGRAM GERAKAN MAGRIB MENGAJI

Sejak 27 Februari 2011, Kementerian Agama RI telah mencanangkan

di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) gerakan masyarakat maghrib

mengaji. Oleh karena itu kepada semua orang tua, antar waktu Maghrib

dan Isya’ jangan sampai ada anak yang tidak mengaji. Harapan tersebut

dikemukakan Kepala Kementerian Agama Kanwil NTB, HL. Suhaimi

Ismi. Menurutnya, bila anak-anak dibiarkan tidak mengaji pada waktu

magrib, maka dikhawatirkan akan banyak anak-anak yang tidak bisa

membaca Al-Qur'an. “Dimanapun anak-anak itu sekolah entah itu di

pondok pesantren, SMP, SMA dan lainnya, jangan sampai anak itu tidak

bisa membaca Al-Qur'an. Namun bila gerakan ini tidak dipaksakan, tentu

akan sulit berjalan. Jadi budaya magrib mengaji ini perlu dibangkitkan,

jangan sampai kita kalah dengan televisi”, tegasnya.

Menteri Agama RI Suryadharma Ali, Minggu (27/2/2011) meresmikan

Gerakan NTB Berzakat dan Masyarakat Maghrib Mengaji yang

dicanangkan Pemprov NTB. Peresmian kedua gerakan ini dilakukan

Menag dalam pertemuan Silaturahmi dan Halaqah Alim Ulama se Nusa

Tenggara Barat di Ballroom Hotel Lombok Raya Mataram. Halaqah ini

dihadiri tidak kurang dari lima ratus alim ulama se-NTB. Senada dengan

Menteri Agama, Gubernur Nusa Tenggara Barat Zainul Majdi mengatakan

tujuan Gerakan Magrib Mengaji adalah untuk menghidupkan kembali hal-

4

Page 5: Karya Tulis Maghrib Mengaji

hal baik yang dulu sering dilakukan masyarakat di NTB khususnya. Ia

berkeinginan nantinya suara orang-orang mengaji yang terdengar dari tiap

rumah seperti suara lebah yang melantunkan ayat-ayat Allah

(Suarakomunitas, 2011).

III. KETELADAN ORANG TUA TERHADAP ANAK

Para orang tua wajib hukumnya mengajarkan anak-anaknya Al Qur’an,

bila secara ilmu baca Al-Qur’an dia tidak memiliki juga, hendaklah ia

belajar dan sekaligus bersama anak-anaknya. Teknis pelaksanaannya bisa

bersama sama anak-anaknya/istrinya/keluarganya memanggil guru ngaji

atau dibedakan jam belajarnya.  Dalam Kitab Khazin al Asrar, dikatakan

bahwa para Hukama’ (ahli hukum) menyatakan kewajiban orang tua

terhadap anak-anaknya ada tiga hal:

a. Memberi nama yang baik (ketika anak dilahirkan)

b. Mengajarkan tata cara membaca Al Qur’an dan adab-adabnya serta

mengajarkan pengertian Agama Islam (Syari’at agama)

c. Mengkhitankan

Nabi bersabda yang artinya: diriwayatkan dari Abi Hurairah

menyampaikan bahwa Nabi bersabda: “barangsiapa dari kalian

mengajarkan anak-anaknya al-Qur’an di dunia ini (sewaktu masih hidup),

(tidak ada balasanya) kecuali diberikan kepadanya Mahkota kelak di hari

kiamat dan di surga, serta dikenali oleh Ahli Surga yang lain karena

mengajarkan Al Qur’an pada anak-anaknya ketika hidup di dunia (Mu’jam

Al Kabir At Thabrani) (Republika, 2011).

Donorty Law Nolte menuliskan sebuah puisi yang menceritakan

hubungan anak dengan orang tua: ( Bbawor. Blog, 2011).

Jika anak di besarkan dengan celaan,

Ia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,

Ia belajar berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,

Ia akan belajar menyesali diri

5

Page 6: Karya Tulis Maghrib Mengaji

Jika anak dibesarkan dengan toleransi

Ia belajar menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan dorongan,

Ia belajar percaya diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian,

Ia belajar menghargai

Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan,

Ia belajar keadilan

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,

Ia belajar menaruh kepercayaan

Jika anak dibesarkan dengan dukungan,

Ia belajar menyenangi diri

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,

Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

Dalam Undang-Undang Nomor: 23 TAHUN 2002 tentang:

Perlindungan Anak Bab IV tentang Kewajiban dan Tangung Jawab,

khususnya bagian keempat tentang kewajiban dan Tanggung Jawab

Keluarga dan Orang Tua, pada pasal Pasal 26 disebutkan bahwa orang tua

berkewajiban dan bertanggung jawab untuk:

a. mengasuh, meme1ihara, mendidik, dan melindungi anak;

b. menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan

minatnya; dan

c. mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

Dari sini nampak bahwa negara memberi peran kepada orang tua agar

sungguh-sungguh menunjukan perhatian kepada anak, termasuk dalam

masalah pendidikan. Olehnya, jika orang tua mengabaikan hal tersebut,

maka mereka dapat dikenakan sanksi dan hukuman sesuai peraturan yang

berlaku.

Konsep dan persepsi keagamaan pada anak dipengaruhi oleh unsur dari

luar diri mereka. Hal ini terjadi karena sejak usia dini telah melihat,

mendengar, mengenal, dan mempelajari hal-hal yang berada di luar diri

6

Page 7: Karya Tulis Maghrib Mengaji

mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan

diajarkan orang dewasa dan orang tua mereka tentang sesuatu. ”Orang tua

mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan prinsip eksplorasi yang

mereka miliki” ( Ramayulis, 2005).

Sejak fase-fase awal kehidupan, seorang anak banyak sekali belajar

melalui peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang-orang di

sekitarnya, khususnya dari kedua orang tuanya. Kecenderungan anak

meniru dan belajar melalui peniruan, menyebabkan keteladanan menjadi

sangat penting artinya dalam proses pembelajaran. Firman Allah SWT

dalam surah Al Ahzab ( 33 ) ayat 21yang artinya: “Sesungguhnya telah

ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…”. Agar

anak  meniru sesuatu yang positif dari gurunya atau orangtuanya, maka

guru dan orang tua  harus menjadikan dirinya sebagi uswatun hasanah

dengan menampilkan diri sebagai sumber norma, budi yang luhur, dan

perilaku yang mulia.

Dengan demikian ketaatan kepada ajaran agama merupakan kebiasaan

yang menjadi milik mereka, yang dipelajari dari orang tua maupun guru.

Bagi anak sangat mudah untuk menerima ajaran dari orang dewasa

walaupun ajaran itu belum mereka sadari sepenuhnya manfaat ajaran

tersebut.

IV. GURU NGAJI

Honor guru ngaji di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, mulai tahun

2010 akan naik dari Rp75 ribu menjadi Rp100 ribu. "Berdasarkan data

yang dihimpun untuk tahun 2009 terdapat sekitar 1.206 guru ngaji,

sementara pada tahun 2010 nanti akan bertambah menjadi 1.500 orang,"

kata Kepala Bagian (Kabag) Kesejahteraan Masyarakat (Kesra) Kabupaten

Lahat, Yanhaki Cekman, Kamis. Sementara honor yang akan diberikan

juga akan dinaikkan Pemerintah Lahat menjadi Rp100 ribu yang

sebelunya Rp75 ribu, dan nantinya akan dibagikan per-triwulan, katanya.

Dia mengatakan, guru ngaji yang akan mendapatkan honor merupakan

tenaga pendidik yang mengajar di seluruh Masjid se-Kabupaten Lahat,

7

Page 8: Karya Tulis Maghrib Mengaji

sebab selama ini tenaga pendidik dalam bidang keagamaan ini telah

berperan aktif memberikan ilmu keagaman. "Pembagian honor bagi guru

ngaji akan diberikan kepada pihak Badan Koordinasi Pemuda Remaja

Masjid Indonesia (BKPRMI) atau ke Bagian Kesra di lingkungan

Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Lahat. Karena ribuan guru ngaji

ini harus terdaftar di Kesra maupun Badan Kemakmuran Perhimpunan

Remaja Mesjid Indonesia (BKPRMI)," (Nahimunkar, 2011).

Berdasarkan data dari Kantor Urusan Agama Praya Tengah tahun 2009

jumlah guru ngaji di Praya Tengah adalah adalah 147 orang yang jumlah

honornya dari Pemerintah Daerah maupun Kementerian Agama tidak jelas

honornya (Lampiran 1).

V. PENYULUH KEAGAMAAN

a. Pengertian Penyuluh Keagamaan

Secara bahasa “penyuluh” merupakan arti dari kata bahasa Inggris

“counseling”, yang sering diterjemahkan dengan “menganjurkan atau

menasehatkan”. Di lingkungan Kementerian Agama, ada namanya

Penyuluh Agama pada Kantor Urusan Agama Kecamatan. Kata

penyuluh disini, mengandung arti “penerangan”, maksudnya,

“penyuluh agama memiliki tugas dan kewajiban menerangkan segala

sesuatu yang berkaitan dengan agama, hukum halal haram, cara, syarat

dan rukun dari suatu pelaksanaan ritual tertentu, pernikahan, zakat,

keluarga sakinah, kemasjidan dan lain sebagainya”.

(Moektiaza.Worpresss, 2011)

Adapun yang dimaksud dengan penyuluh agama sebagaimana

tercantum dalam Keputusan Menteri Agama RI Nomor 791 tahun

1985, adalah: “Pembimbing umat beragama dalam rangka pembinaan

mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,  dan 

Penyuluh Agama Islam, yaitu pembimbing umat Islam dalam rangka

pembinaan mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

8

Page 9: Karya Tulis Maghrib Mengaji

Esa, Allah SWT, serta menjabarkan segala aspek pembangunan

melalui pintu dan bahasa agama”.

Sedangkan penyuluh agama yang berasal dari PNS (sebagaimana

yang diatur dalam keputusan MENKOWASBANGPAN NO.

54/KP/MK.WASPAN/9/1999), adalah:  “Pegawai Negeri Sipil yang

diberi tugas dan tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh

oleh pejabat berwenang untuk melaksanakan bimbingan atau penyuluh

agama dan pembangunan kepada masyarakat melalui bahasa agama”.

Dengan demikian, penyuluh agama Islam adalah para juru

penerang penyampai pesan bagi masyarakat mengenai prinsip-prinsip

dan etika nilai keberagamaan yang baik. Disamping itu penyuluh

agama Islam merupakan ujung tombak dari Kementerian Agama

dalam pelaksanaan tugas membimbing umat Islam dalam mencapai

kehidupan yang bermutu dan sejahtera lahir bathin. Dan hasil akhir

yang ingin dicapai,  pada hakekatnya ialah terwujudnya kehidupan

masyarakat yang memiliki pemahaman mengenai agamanya secara

memadai yang ditunjukkan melalui pengamalannya yang penuh

komitmen dan konsisten seraya disertai wawasan multi kultural  untuk

mewujudkan tatanan kehidupan yang harmonis dan saling menghargai

satu sama lain.

Oleh karena itu, penyuluh agama Islam  perlu meningkatkan dan

mengembangkan pengetahuan, kemampuan dan kecakapan serta

menguasai berbagai strategi, pendekatan, dan teknik penyuluhan,

sehingga mampu dan siap melaksanakan tugasnya dengan penuh

tanggung  jawab dan profesional.

b. Peran dan Fungsi Penyuluh Keagamaan

Sejak semula penyuluh agama Islam berperan sebagai pembimbing

umat dengan rasa tanggung jawab, membawa masyarakat kepada

kehidupan yang aman dan sejahtera. Penyuluh Agama Islam

ditokohkan oleh masyarakat bukan karena penunjukan atau pemilihan,

9

Page 10: Karya Tulis Maghrib Mengaji

apalagi diangkat tangan suatu keputusan, akan tetapi dengan sendirinya

menjadi pemimpin masyarakat karena kewibawaannya.

Penyuluh agama Islam menjadi tempat bertanya dan tempat

mengadu bagi masyarakatnya untuk memecahkan dan menyelesaikan

dengan nasihatnya. Ia juga sebagai pemimpin masyarakat bertindak

sebagai imam dalam masalah agama dan masalah kemasyarakatan

begitu pula dalam masalah kenegaraan dengan usaha menyukseskan

program pemerintah.

Dengan kepemimpinannya, penyuluh agama Islam tidak hanya

memberikan penerangan dalam bentuk ucapan dan kata-kata saja, akan

tetapi bersama-sama mengamalkan dan melaksanakan apa yang

dianjurkannya. Keteladanan ini ditanamkan dalam kegiatan kehidupan

sehari-hari, sehingga masyarakat dengan penuh kesadaran dan

keikhlasan mengikuti petunjuk dan ajakan pimpinannya. “Tugas

penyuluh agama tidak semata-mata melaksanakan penyuluhan agama

dalam arti sempit berupa pengajian, akan tetapi seluruh kegiatan

penerangan baik berupa bimbingan dan penerangan tentang berbagai

program pembangunan. Posisi penyuluh agama ini sangat strategis

baik untuk menyampaikan misi keagamaan maupun misi

pembangunan”.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

maka tantangan tugas para penyuluh agama Islam semakin berat,

karena dalam kenyataan kehidupan di tataran masyarakat mengalami

perubahan pola hidup yang menonjol. Dengan demikian “peranan

penyuluh agama Islam sangat strategis dalam rangka membangun

mental, moral dan nilai ketakwaan umat serta turut mendorong

peningkaan kualitas kehidupan umat dalam berbagai bidang, baik di

bidang keagamaan maupun pembangunan”.

Dalam masa pembangunan dewasa ini, beban tugas penyuluh

agama Islam lebih ditingkatkan lagi dengan usaha menjabarkan segala

aspek pembangunan melalui pintu dan bahasa agama.

10

Page 11: Karya Tulis Maghrib Mengaji

Oleh karena itu,  penyuluh agama Islam berperan pula sebagai

motivator pembangunan. Peranan ini nampak lebih penting karena

pembangunan di Indonesia tidak semata membangun manusia dari segi

lahiriah dan jasmaniahnya saja, melainkan membangun segi rohaniah,

mental spiritualnya dilaksanakan sejalan secara bersama-sama.

Penyuluh agama Islam selain berfungsi sebagai pendorong

masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan, berperan

juga untuk ikut serta mengatasi berbagai hambatan yang mengganggu

jalannya pembangunan, khususnya mengatasi dampak negatif, yaitu

menyampaikan penyuluhan agama kepada masyarakat dengan melalui

bahasa yang sederhana dan  mudah dimengerti oleh mereka

(Moektiaza.Wordpress, 2011)

Jumlah penyuluh agama di Lombok Tengah adalah 185 orang

sedangkan jumlah penyuluh di Praya Tengah adalah 17 orang. Tokoh

agama sebanyak 148 orang (Lampiran 2).

VI. KEDUDUKAN RT/RW

Perundang-undangan RT/RW bisanya diatur dengan peraturan daerah

dimasing-masing tingkat dua, biasanya dalam bentuk Peraturan

Walikota/Bupati, isisnya antara lain mengenai Tupoksi (tugas pokok dan

fungsi), masa jabatan dan sebagainya. Anehnya lagi, struktur RT/RW tidak

ada pada struktur pemerintahan RI (Presiden – Gubernur –

Walikota/Bupati – Camat – Lurah).

Kepala Dusun/Lingkungan juga tidak ada akan tetapi merupakan

perangkat Desa/Kelurahan, untuk daerah Kota biasanya dipakai nama

Kelurahan yang dipimpin oleh seorang Lurah mempunyai perangkat

Sekretaris, Kepala Urusan. Sedangkan Desa dipimpin oleh Kepala Desa

mempunyai perangkat Sekretaris, Kaur dan Kadus (Kepala Dusun).

Nampak bahwa untuk Kelurahan karena tidak mempunyai Kepala

Lingkungan (seperti Kadus) maka fungsi RT/RW sangatlah besar

sedangkan untuk Desa yang telah mempunyai Kadus fungsi RT/RW masih

11

Page 12: Karya Tulis Maghrib Mengaji

cukup penting karena biasanya luas wilayah Desa lebih besar

dibandingkan Kelurahan.

Karena tidak masuk didalam struktur pemerintahan berarti RT/RW

merupakan organisasi kemasyarakatan yang mempunyai tugas membantu

kelancaran tugas pemerintah. Keanehan diatas nampaknya dapat terjawab,

mengapa jarang yang mau jadi RT/RW, ternyata RT/RW tidak punya gaji.

Di era globalisasi dan reformasi ini nampaknya ada perundang-

undangan yang lupa diamandemen yaitu Peraturan tentang Rukun

Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) karena produk peraturan yang ada

sudah kadaluwarsa dan dipandang tidak sesuai lagi.

Perlu dicarikan solusi dengan merubah peraturan Per-UU sehingga

kedudukan RT/RW menjadi perangkat Desa/Kelurahan sehinga

mempunyai “hak” (selama ini hanya mempunyai kewajiban). Dengan

adanya hak tersebut mereka mempunyai tanggung jawab akan tugas yang

harus dilaksanakan secara proporsional dan profesional.

Kejelasan status RT/RW sangatlah penting karena mereka benar-benar

“ujung tombak” sehingga data yang diberikan dapat dipertanggung

jawabkan, keadaan sat ini dimana status RT/RW hanya merupakan

’selingan” dapat menyebabkan data yang diberikan tidak valid disamping

itu tingkat empaty pada program pemerintah (seperti data warga pada

kasus teroris) tidak akan banyak dapat diharapkan (Birokrasi.Kompasiana,

2011).

B. PEMBAHASAN

Program Maghrib Mengaji yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi

merupakan salah satu program unggulan di NTB, program yang dimaksudkan

adalah kebiasaan mengaji (membaca) kitab suci Al-Quran sesudah shalat

Maghrib. Merujuk ke berita yang mengatakan Menteri Agama RI

Suryadharma Ali, Minggu (27 Februari 2011) meresmikan Gerakan NTB

Berzakat dan Masyarakat Maghrib Mengaji yang dicanangkan Pemerintah

Provinsi NTB, peresmian kedua gerakan ini dilakukan Menag dalam

pertemuan Silaturahmi dan Halaqah Alim Ulama se Nusa Tenggara Barat di

12

Page 13: Karya Tulis Maghrib Mengaji

Ballroom Hotel Lombok Raya Mataram, halaqah ini dihadiri tidak kurang dari

lima ratus alim ulama se NTB, perlu di garis bawahi yang menghadirinya

adalah para ulama se-Nusa Tenggara Barat, sedang kita mengetahui bahwa

memang peran ulama di masyarakat sangat penting namun biasanya para

ulama hanya terjun langsung ke masyarakat jika ia diundang dalam acara-

acara tertentu seperti acara maulid Nabi Muhammad SAW, acara Isro’ Mi’raj

dan lain-lain. Sehingga dapat kita katakan bahwa sosialisasi program gerakan

maghrib mengaji ini kurang, bagaimana mungkin program dapat dijalankan

hanya cukup dengan mengundang para ulama atau para da’i, sedangkan

gerakan itu tertuju untuk masyarakat agar budaya maghrib mengaji yang

dahulu dapat kita rasakan kembali.

Program ini juga mendapat berbagai kendala untuk mencapai tujuan yang

kita harapkan yaitu kurangnya keteladanan dan kesadaran orang tua terhadap

anak, adanya Televisi, Handphone dan Internet yang begitu digemari saat ini

oleh anak-anak dan para remaja sehingga pada waktu maghrib mereka lebih

senang dan betah berada di depan Televisi atau Handphone atau di depan

Internet.

Keteladanan orang tua begitu penting sesuai dengan pernyataan dari

Ramayulis (2005) bahwa orang tua mempunyai pengaruh terhadap anak

sesuai dengan prinsip eksplorasi yang mereka miliki. Jadi jika orang tuanya

sering mengeluarkan kata-kata kasar maka kemungkinan besar anak juga akan

meniru orang tuanya tanpa ingin tahu apakah apa yang dilakukannya salah

atau tidak, sedangkan jika orangtuanya sering mengaji maka anak juga akan

ikut mengaji, karena perilaku orang tua cenderung akan di tiru oleh anak-

anak. Seperti kata pepatah: “buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya”,

artinya sifat seorang anak tidak akan jauh dari orang tuanya. Namun fakta

yang banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat kita, orang tua setelah sholat

magrib lebih asyik menonton sinetron daripada mengajak anaknya membaca

Al-Qur’an.

Di era yang canggih ini, dengan adanya Televisi, Handphone, dan Internet

bukannya dapat dimanfaatkan oleh anak-anak dan para remaja untuk di

13

Page 14: Karya Tulis Maghrib Mengaji

gunakan dalam hal pendidikan akan tetapi malah sebaliknya, teknologi itu

digunakan tidak pada tempatnya. Bahkan mereka asyik nonton Televisi, sms-

an menggunakan Handphone dan chatting di dunia maya melalui via Internet

pada waktu maghrib yang seharusnya waktu itu digunakn untuk mengaji

bahkan mereka lalai dalam sholat yang menyebabkan waktu sholat sudah

berlalu. Menyoroti acara-acara Televisi pada waktu maghib juga merupakan

acara-acara yang digemari anak-anak. Di sinilah perlunya pengawasan orang

tua untuk mengajak anak-anaknya mengaji.

Acara Televisi sebaiknya diblokir pada waktu maghrib agar tidak ada

anak-anak yang menonton Televisi, namun hal ini jelas bertentangan karena

siaran Televisi telah dilindungi oleh Undang Undang Penyiaran No. 32 Tahun

2002 terdiri dari XII Bab, 64 Pasal yang di sahkan di Jakarta pada tanggal 28

Desember 2002 oleh Presiden RI Megawati Soekarnoputri dan diundangkan

di Jakarta pada tanggal 28 Desember 2002 oleh Sekretaris Negara RI

Bambang Kesowo oleh Undang-Undang di atas, tetapi walaupun demikian

pemblokiran bisa dilakukan melalui Perda.

Dengan memahami kendala-kendala yang ada gerakan maghrib mengaji

tersebut sangat perlu melibatkan orang-orang yang dekat dan langsung terjun

di masyarakat seperti guru ngaji, penyuluh keagamaan dan kepala dusun, agar

gerakan ini bukan layaknya wacana yang hanya dapat di baca saja. Pemerintah

sangat perlu memperhatikan kondisi guru ngaji, penyuluh keagamaan dan

kepala dusun dalam mencapai tujuan gerakan ini.

Guru ngaji merupakan orang yang paling dekat dengan anak-anak setelah

orang tua. Anak-anak dapat mengaji karena ada yang mengajarkannya, namun

saat ini sangat memperihatinkan sekali kondisi guru ngaji karena guru ngaji

hanya di gaji sebesar Rp. 100.000, sesuai dengan data honor guru ngaji di

Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan (Sumsel), mulai tahun 2010 akan naik

dari Rp75 ribu menjadi Rp100 ribu, berdasarkan data di TPQ Al-Hasan yang

berlokasi di Dusun Balongombo, Desa/Kec. Tembelang, nasib guru ngaji

honornya hanya Rp. 20.000 perbulan. Guru Ngaji di mana-mana tampaknya

hampir seperti dianggap sebagai malaikat yang tidak butuh makan, minum,

14

Page 15: Karya Tulis Maghrib Mengaji

sandang, papan/perumahan dan sebagainya. Sehingga orang yang kaya

ataupun penguasa di pusat dan daerah belum tentu mau menengok nasib guru

ngaji. Bahkan mungkin orang-orang yang kini memegang jabatan di aneka

tempat, dan di antara ilmunya itu dari guru ngaji pun belum tentu mau

menoleh kepada guru ngaji. Makanya tidak mengherankan bila sampai kini

ketika guru ngaji menerima “gaji”, yang diterima hanya seperti uang receh

jajanan sekali jalan bagi anak TK (Taman Kanak-kanak) di lingkungan

pejabat. Bahkan banyak guru ngaji yang tidak digaji karena itu sudah

dianggap sesuatu hal yang lumrah.

Telah kita ketahui bersama bahwa segalanya membutuhkan uang meski

segalanya adalah bukan uang, oleh karena itu untuk dapat mencapai tujuan

dari gerakan maghrib mengaji itu, guru ngaji dan marbot-marbot (petugas

Masjid) semuanya sangat perlu untuk digaji atau mendapat honor. Kalau guru

ngaji dan marbot-marbot Masjid digaji, kita bisa bayangkan tidak ada lagi

Masjid yang sepi dari adzan, demikian pula kita akan menyaksikan anak-anak

akan berbondong-bondong sehabis ashar atau magrib menuju Masjid atau

Surau-surau untuk belajar mengaji karena sudah ada guru yang siap

mengajarkan mereka mengingat jumlah Masjid di Praya Tengah mencapai

108 dan musholla mencapai 170 (Lampiran 3), namun realita yang ada masjid

dan musholla hanya di pakai waktu maghrib dan subuh, itupun sudah jarang

sedangkan waktu dzuhur dan ashar Masjid dan Musholla jarang di pakai atau

bahkan tidak pernah sama sekali kecuali dalam acara-acara tertentu.

Penyuluh keagamaan juga memiliki peran yang penting karena penyuluh

sebagaimana tercantum dalam keputusan Menteri Agama RI Nomor 791

tahun 1985, dan Nomor 164 tahun 1996, ditegaskan bahwa pada hakekatnya

tugas pokok penyuluh agama adalah membimbing umat dalam menjalankan

ajaran agama dan menyampaikan gagasan-gagasan pembangunan kepada

masyarakat dengan bahasa agama (kalimantanpost, 2011).

Penyuluh keagamaan memiliki peran yang sangat penting karena ia

sebagai pembimbing umat dalam menjalankan ajaran agama. Jadi untuk dapat

mendukung dan membantu pemerintah dalam menggalakkan gerakan maghrib

15

Page 16: Karya Tulis Maghrib Mengaji

mengaji, penyuluh keagamaan perlu membuat suatu acara-acara atau agenda

di wilayahnya masing-masing seperti mengadakan sholat berjamaah setiap

waktu, membuat jadwal adzan agar terkoordinir, mengaji maghrib rutin di

masjid atau musholla, mengadakan kajian keagamaan, mengadakan lomba-

lomba yang dapat menarik simpati anak-anak dan acara-acara keagamaan

yang lain yang dapat meningkatkan kesadaran dalam menjalankan ajaran

agama. Penyuluh keagamaan juga bila perlu mengadakan absen terhadap

kehadiran guru ngaji, orang tua, anak-anak dan para remaja di setiap

pertemuan atau setiap acara di Masjid atau Musholla.

Mengenai honor yang diterima oleh penyuluh keagamaan telah di atur

dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2006 tentang

Tunjangan Jabatan Fungsional Penyuluh.

Kepala Dusun juga memiliki peran yang sangat penting karena ia

merupakan ujung tombak dari masyarakat, ia yang paling mengetahui kondisi

masyarakat di dusun atau wilayahnya oleh sebab itu kepala dusun perlu

mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah karena jika kita melihat tugas

dan tanggungjawabnya ia sangat berhak mendapatkan honor seperti wakil

rakyat yang lain. Kepala Dusun dapat membantu Pemerintah Provinsi dengan

cara melakukan pengawasan, bekerja sama dengan penyuluh keagamaan

untuk menggerakkan gerakan maghrib mengaji ini, mereka lebih mengetahui

bagaimana langkah yang efektif sesuai dengan kondisi di masyarakat.

16

Page 17: Karya Tulis Maghrib Mengaji

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan menarik yang dapat kita petik adalah :

1. Permasalahan yang dihadapi sehingga lunturnya budaya maghrib mengaji

adalah kurangnya pembiasaan keluarga khususnya orang tua untuk anak

sejak kecil, kurangnya pengawasan orangtua, pergaulan atau lingkungan

dan arus teknologi seperti Televisi, Handphone dan Internet.

2. Solusi yang bisa dilakukan untuk mengembalikan budaya maghrib

mengaji adalah orang tua harus menjadi teladan yang baik bagi anak ,

memaksimalkan fungsi guru ngaji, Penyuluh Keagamaan dan Kepala

Dusun.

3. Dengan adanya gerakan maghrib mengaji dari pemerintah provinsi maka

sedikit sekali aplikasi yang dirasakan oleh masyarakat karena masyarakat

sebagian besar tidak mengetahui tentang program itu.

4. Usaha Pemerintah Provinsi untuk menjalankan program Maghrib Mengaji

adalah hanya pernah disosialisasi di kalangan orang-orang tertentu yang

dapat menghadiri acara sosialisasi dan acara-acara tertentu seperti para

‘alim ulama atau para da’i.

B. SARAN

Dari penelitian di atas disarankan kepada :

1. Pemerintah Provinsi NTB untuk memblokir siaran Televisi pada waktu

antara maghrib dengan isya’ dengan mengeluarkan Peraturan Daerah

(Pemda).

2. Pemerintah Provinsi NTB harus mendata para guru ngaji dengan detail.

3. Pemerintah Provinsi NTB harus memperhatikan nasib guru ngaji dan

penyuluh keagamaan.

4. Pemerintah Provinsi NTB harus mendorong kepada Kepala Dusun untuk

ikut serta dalam mensukseskan program maghrib mengaji.

17

Page 18: Karya Tulis Maghrib Mengaji

DAFTAR PUSTAKA

(http://bbawor.blogspot.com/2008/08/keluarga-harmonis-cegah-kenakalan.html)

Tanggal 27 Mei 2011.

(http//birokrasi.kompasiana.com) Tanggal 1 Juni 2011.

(http://id.wikipedia.org/wiki/ReinkarnasiReinkarnasi). Tanggal 27 Mei 2011.

(http//moektiaza.wordpress.com/201102/25) Tanggal 1 Juni 2011.

(http://suarakomunitas.net/indeks/Berita). Tanggal 23 Mei 2011

(http://www.kalimantanpost.com/banua-kita/batola/1654-peran-penyuluh-agama-

sebagai-motivator.html) Tanggal 23 Mei 2011

(http://www.nahimunkar.com/nasib-guru-ngaji-honornya-rp-20-ribu-perbulan/)

Tanggal 27 Mei 2011)

(www.republika.co.id) Tanggal 27 Mei 2011

18

Page 19: Karya Tulis Maghrib Mengaji

Lampiran 1

Rekapitulasi Data Guru Ngaji di Kecamatan Praya Tengah

(Direkap sendiri oleh penulis dari data KUA Kec. Praya Tengah)

NO

NAMA DESA KEPALA DESA JUMLAH GURU NGAJI

1 Batu Nyala L. Nurmadyan 272 Lajut Halid 83 Gerantung H. Mastur Mansur, S,sos4 Jontlak Lurah H. Jumadil, S,sos 145 Kelebuh Abdullah 246 Pengadang M. Hamdiana, SPd 67 Pejanggik Drs. Mustamin 168 Jurang Jaler Baharudin Sh 23

9 Prai Meke H. Zaenal Abidin10 Braim Mahdi 911 Dakung Kamil

19

Page 20: Karya Tulis Maghrib Mengaji

Lampiran 2

Rekapitulasi Penyuluh Keagamaan di Kecamatan Praya Tengah

(Direkap sendiri oleh penulis dari data KUA Kec. Praya Tengah)

20

Page 21: Karya Tulis Maghrib Mengaji

Lampiran 3

Rekapitulasi Data Masjid dan Musholla di Kecamatan Praya Tengah

(Direkap sendiri oleh penulis dari data KUA Kec. Praya Tengah)

NO. NAMA DESA JUMLAH MASJID JUMLAH MUSHOLLA

1 JONTLAK 8 172 GERANTUNG 5 243 JURANG JALER 154 BATU NYALA 13 165 PENGADANG 17 296 KELEBUH 15 247 PEJANGGIK 7 178 SASAKE 4 79 LAJUT 11 1510 Total 108 17011

21