karya tulis ilmiah gambaran pengetahuan remaja tentang …
TRANSCRIPT
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG
BIPOLAR DISORDER DI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Program Studi Diploma III Keperawatan
Disusun Oleh:
Noviantika Agustina
4180170058
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2020
i
ii
LEMBAR PERNYATAAN
iii
iv
v
ABSTRAK
Gangguan suasana perasaan merupakan sekelompok gambaran klinis yang ditandai
dengan berkurang atau hilangnya kontrol emosi dan pengendalian diri. Gangguan
afektif dapat berupa depresi, manik atau campuran keduanya (bipolar).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Pengetahuan Remaja Tentang
Bipolar Disorder di D-III Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2020. Jenis penelitian yang digunakan
adalah metode diskriptif dengan pendekatan cross sectional, dengan variable
pengetahuan dan bipolar disorder dengan jumlah sampel sebanyak 82 orang pada tahun
2020. Kuesioner di sebar melalui grup perkelas menggunakan Google Form. Proses ini
membutuhkan waktu 1 minggu.
Hasil penelitian ini sebagian responden sebanyak 63 orang (76,8%) mempunyai
pengetahuan kurang tentang pengertian, sebagian responden sebanyak 59 orang
(72,0%) mempunyai pengetahuan kurang tentang epidemiologi, sebagian responden
sebanyak 75 orang (91,5%) mempunyai pengetahuan kurang tentang etiologi, sebagian
responden sebanyak 44 orang (53,7%) mempunyai pengetahuan kurang tentang
patofisiologi, sebagian responden sebanyak 79 orang (96,3%) mempunyai pengetahuan
dengan kategori kurang tentang klasifikasi, sebagian responden sebanyak 47 orang
(57,3%) mempunyai pengetahuan kurang tentang gejala, sebagian responden sebanyak
48 orang (58,5%) mempunyai pengetahuan kurang tentang diagnosa, sebagian
responden sebanyak 43 orang (52,4%) mempunyai pengetahuan kurang tentang
medikasi, sebagian responden sebanyak 42 orang (51,2%) mempunyai pengetahuan
kurang tentang penanganan.
Diharapkan untuk universitas yaitu melakukan penyuluhan tentang Bipolar Disorder
untuk meningkatkan pengetahuan anak tentang Bipolar Disorder.
Kata kunci : Bipolar Disorder, Pengetahuan
Daftar Pustaka : 3 Buku
4 Jurnal
2 Website
vi
ABSTRAC
The mood Destruction is a clinical situation showed by loosing emotional control. It
can be seen as a depression, Manicurist or both (bipoar), in some cases.
This study aims to determine the description of adolescent knowledge about bipolar
disorder at D-III Nursing Bhakti Kencana University Bandung. This research was
conducted in August 2020. The type of research used is a descriptive method with a
cross-sectional approach, with variable knowledge and bipolar disorder with a total
sample of 82 people in 2020. The questionnare is distributed through class groups using
Google form this process takes one week.
The results of this study were some 63 respondents (76.8%) had less knowledge about
definition, some 59 respondents (72.0%) had less knowledge about the epidemiology,
some 75 respondents (91.5%) have less knowledge about etiology, some 44
respondents (53.7%) have less knowledge about pathophysiology, some 79
respondents (96.3%) have knowledge with a poor category about classification, some
of the respondents as many as 47 people (57.3%) had less knowledge about symptoms,
some 48 respondents (58.5%) had less knowledge about diagnosis, some of the
respondents were 43 people (52.4%) have insufficient knowledge about medication,
some 42 respondents (51.2%) have insufficient knowledge about the treatment.
I suggest that the university should held a bipolar disorder counseling to improve
student knowledge about bipolar disorder.
Keymords : Bipolar Disorder
Biniliography : 3 Books
4 Journals
2 Website
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
penelitian guna memenuhi sebagian persyaratan tugas akhir Program Studi Diploma
III Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung.
Penulis menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam
menyelesaikan proposal ini memperoleh bantuan dari berbagai pihak, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. H.Mulyana, S.H,.M.Pd.,MH.Kes, selaku ketua YPPKM Bhakti Kencana
Bandung.
2. DR. Entis Sutrisno, MH.Kes.,Apt selaku Rektor Universitas Bhakti Kencana.
3. Rd. Siti Jundiah, S.Kp.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan.
4. Dede Nur Aziz Muslim, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ka.Prodi Diploma III
Keperawatan.
5. Hikmat, AMK, S.Pd.,MM selaku pembimbing 1 yang selalu memberikan
bimbingan dan arahan untuk penulis.
6. Dedi Mulyadi, S.Pd.,S.KM.,S.Kep.,M.H.Kes selaku pembimbing 2 yang selalu
memberikan bimbingan dan ararah untuk penulis.
viii
7. Anri, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku wali kelas yang telah memberikan motifasi
bagi penulis
8. Staf dan Dosen Universitas Bhakti Kencana yang telah memberikan izin
penulis untuk melakukan penelitian
9. Keluarga Tersayang bapak (Agus) dan Ibu (Edah) yang selalu memberikan
dukungan, motivasi dan do’a serta cinta terbesarnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah penelitian
10. Kepada sahabat kecil Dita Amelia, Adetya, Eer Ernawati, yang selalu
memberikan motivasi, semangat dan do’a nya kepada penulis dalam
menyelesaikan proposal penelitian.
11. Kepada poki yang selalu membantu serta mendukung serta memberi motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.
12. Seluruh sahabat Angkatan XXIV di DIII Keperawatan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi
Bersama dalam menyelesaikan proposal penelitian
Atas segala bantuan dan bimbingan, penulis ucapkan terima kasih sebanyak-
banyaknya. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun susunannya. Semoga proposal ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis
juga bagi para pembaca.
ix
Bogor, 03 Mei 2020
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
LEMBARAN PERSETUJUAN ............................................................................ i
LEMBARAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
LEMBARAN PERNYATAAN ............................................................................ iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 4
1.3 Tujuan penelitian ................................................................................. 4
1.3.1 Tujuan umum............................................................................... 4
1.3.2 Tujuan khusus .............................................................................. 4
1.4 Manfaat penelitian ............................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Teoritis .......................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................ 6
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................. 7
2.1 Konsep Pengetahuan ........................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Pengetahuan............................................................... 7
2.1.2 Tingkat pengetahuan ................................................................... 8
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ....................... 10
2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan ................................................... 12
xi
2.1.5 Pengukuran Pengetahuan............................................................. 16
2.2 Konsep Remaja ................................................................................... 16
2.2.1 Pengertian Konsep Remaja.......................................................... 16
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja .......... 17
2.2.3 Pengertian tugas-tugas perkembangan remaja ............................ 19
2.2.4 Tugas-tugas perkembangan remaja ............................................. 20
2.2.5 Jenis tugas-tugas perkembangan remaja ..................................... 22
2.3 Konsep Bipolar .................................................................................... 28
2.3.1 Definisi Bipolar Gangguan .......................................................... 28
2.3.2 Epidemiologi Gangguan bipolar.................................................. 29
2.3.3 Etiologi Gangguan Bipolar .......................................................... 31
2.3.4 Patofisiologi ................................................................................. 32
2.3.5 Klasifikasi Gangguan Bipolar .................................................... 33
2.3.6 Gejala Gangguan Bipolar ............................................................ 34
2.3.7 Diagnosa Gangguan Bipolar........................................................ 36
2.3.8 Medikasi Untuk Bipolar Disorder ............................................... 37
2.3.9 Penatalaksanaan Gangguan Bipolar ............................................ 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 42
3.1 Rancangan Penelitian .......................................................................... 42
3.2 Paradigma Penelitian ........................................................................... 42
3.3 Variabel Penelitian .............................................................................. 45
3.4 Definisi Konseptual dan Operasional .................................................. 45
3.4.1 Definisi Konseptual ..................................................................... 45
3.4.2 Definisi Oprasional ...................................................................... 46
3.5 Populasi dan Sampel ........................................................................... 47
3.5.1 Populasi ....................................................................................... 47
3.5.2 Sampel ......................................................................................... 48
xii
3.6 Pengumpulan data ............................................................................... 51
3.6.1 Instrumen Penelitian .................................................................... 51
3.6.2 Uji Validitas dan Reabilitas ......................................................... 52
3.6.3 Teknik Pengumpualan Data ........................................................ 52
3.7 Langkah-langkahPenelitian ................................................................. 53
3.7.1 Tahap persiapan ........................................................................... 53
3.7.2 Tahap pelaksanaan ....................................................................... 54
3.7.3 Tahap akhir penelitian ................................................................. 54
3.8 Pengolahan Data dan Analisa Data ..................................................... 54
3.8.1 Pengolahan Data .......................................................................... 54
3.8.2 Analisa Data ................................................................................ 57
3.9 EtikaPenelitian .................................................................................... 58
3.10 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian .......................................... 60
3.10.1 Tempat Penelitian ...................................................................... 60
3.10.2 Waktu Penelitian ....................................................................... 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 62
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 62
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 89
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 89
5.2 Saran ........ ........................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 92
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... 93
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Oprasional ................................................................................ 46
Tabel 3.2 Sampel ..................................................................................................... 50
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi jenis Kelamin ......................................................... 61
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur ...................................................................... 62
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengertian Bipolar Disorder .................................. 64
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Epidemiologi Bipolar Disorder ............................. 65
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Etiologi Bipolar Disorder ...................................... 66
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Patofisiologi Bipolar Disorder ............................... 66
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Klasifikasi Bipolar Disorder .................................. 67
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Gejala Bipolar Disorder ......................................... 68
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Diagnosa Bipolar Disorder .................................... 69
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Medikasi Bipolar Disorder .................................. 70
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Penanganan Bipolar Disorder .............................. 70
xiv
DAFTAR BAGAN
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................ 45
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 :Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 :Kisi-kisi instrumen
Lampiran 3 :Infromed Consent dan Instrumen Penelitian
Lampiran 4 :Lembar Uji Konten
Lampiran 5 :Hasil Excel dan Spss
Lampiran 6 :Lembar Jadwal Penelitian
Lampiran 7 :Lembar konsultasi Bimbingan KTI
Lampiran 8 :Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir-akhir ini semakin sering dijumpai orang yang mengalam pengidap
penyakit atau gangguan psikologi karena berbagai macam sebab atau faktor.
Keadaan ekonomi ataupun sosial yang menekan terus menerus yang semakin lama
jika tidak diwaspadai akan menimbulkan masalah yang lebih buruk bahkan sangat
buruk, yaitu terjadinya gangguan mental. Beberapa gangguan yang dikenal luas
seperti stres,bullying, fobia,homoseksual, pedofilia dan sebagainya. Sebagian
besar manusia bahkan seluruh manusia pernah merasa depresi, tetapi keadaan ini
tidak dianggap abnormal pada kondisi tertentu (contoh kehilangan seseorang yang
dekat dan disayangi). Keadaan seseorang dianggap abnormal ketika kondisi
emosional seperti depresi tidak sesuai dengan situasinya.
Orang dengan gangguan mood akan mengalami gangguan perasaan yang sangat
buruk dan berlangsung lama dan mengganggu kehidupan seseorang baik dengan
dirinya ataupun lingkungannya. Salah satu gangguan perubahan mood yaitu
gangguan bipolar (bipolar disorder), gangguan ini melibatkan kondisi depresi dan
manik (girang atau bahagia yang berlebihan), biasanya dalam pola yang saling
bergantian. Remaja sekarang cenderung labil atau dalam bahasa popuer disebut
ababil (abg labil). Mahasiswa yang termasuk kategori remaja sangat mudah
2
berubah pola pikir, pendirian, dan mood, karena rata-rata remaja masih labil dalam
beberapa hal sehingga sangat mudah mengalami depresi.
Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60
juta orang terkena bipolar, Menurut National Alliance of Mental Illness (NAMI)
berdasarkan hasil sensus penduduk Amerika Serikat tahun 2013, di perkirakan
61.5 juta penduduk yang berusia lebih dari 18 tahun mengalami gangguan jiwa,
13,6 juta diantaranya mengalami gangguan jiwa berat seperti gangguan bipolar
Jumlah penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Penelitian mengungkapkan tingkat prevalensi seumur hidup sebesar 1,0% untuk
bipolar I, 1,1% untuk bipolar II, dan 2,4% untuk bipolar ambang (didefinisikan
sebagai memiliki riwayat dari 2 episode hipomanik sub-ambang seumur
hidupnya). Hasil ini menyebabkan prevalensi keseluruhan gangguan bipolar
sebesar 4,4% pada populasi AS.(WHO 2016)
Merujuk pada Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan Kementerian Kesehatan
pada 2018, prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk usia 15 tahun
keatas meningkat dari 6,1% pada tahun 2013 menjadi 9,8 persen pada 2018.Data
terakhir dari Kementerian Kesehatan RI untuk wilayah Jakarta saja, angka
kematian akibat bunuh diri karena depresi mencapai 160 orang per tahun.
(Veronica, 2011). Meskipun banyak faktor penyebab depresi ditengarai sebagai
penyebabnya, seperti kesulitan ekonomi, masalah keluarga, juga rasa putus asa,
penelitian yang dilakukan oleh Dr. Ghanshyam Pandey beserta timnya dari
3
University of Illinois, Chicago, menemukan bahwa 9 dari 17 remaja yang
meninggal akibat bunuh diri memiliki sejarah gangguan mental. Salah satu
gangguan mental yang bisa membawa seseorang menuju pada keputusan bunuh
diri adalah Bipolar Disorder (BD). (Veronica, 2011).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, Jawa Barat
merupakan salah satu provinsi tertinggi dalam angka prelevansi kencederungan
gangguan emosi seperti bipolar, yaitu sebanyak 9,3%. Dan pada saat ini bipolar
mulai banyak menjangkit banyak orang, khususnya di Kota Bandung, menurut
pihak Rumah Sakit Jawa Barat laporan, dr Lelly Resna, Spk.Jk. (2016)
menyebutkan bahwa mengenai pasien yang mengeluhkan mengidap bipolar,
semakin banyak. Namun saat ini kepedulian mengenai kesehatan emosi atau jiwa
seperti bipolar ini masih dirasa kurang. Saat ini peningkatan kesehatan di kota
Bandung lebih sering berfokus kepada kesehatan fisik saja, seharusnya kesehatan
emosional juga penting untuk diperhatikan, karena keshatan fisik dan emosi atau
jiwa juga sama pentingnya. Oleh karena itu kampanye sosial seperti bipolar ini
sangatlah diperlukan, mengingat kampanye sosial mengenai kesehatan emosi atau
jiwa masih jarang dilakukan bila dibandinMulai dari anak-anak hingga orang
dewasa bisa terjangkit bipolar. Pada saat ini (Riskesdas 2013)
Berdasarkan wawancara saat studi pendahuluan kepada mahasiswa tingkat 1,2
dan 3 D3 Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung didapatkan sebanyak
7 dari 10 mahasiswa mengetahui pengertain gangguan bipolar, 0 dari 10
4
mahasiswa tidak mengetahui epidemiologi gangguan bipolar, 6 dari 10 mahasiswa
dapat mengetahui etiologi gangguan bipolar, 3 dari 10 mahasiswa dapat
mengetahui patofisiologi gangguan bipolar, 0 dari 10 mahasiswa tidak mengetahui
klasifikasi gangguan bipolar, 7 dari 10 mahasiswa mengetahui gejala gangguan
bipolar, 2 dari 10 mahasiswa dapat mengetahui diagnosa gangguan bipolar, 0 dari
10 mahasiswa tidak mengetahui medikasi gangguan bipolar, 4 dari 10 mahasiswa
dapat mengetahui penatalaksanaan gangguan bipolar
Oleh Karena itu peneliti ingin mengetahui gambaran pengetahuan remaja
tentang bipolar disorder di d3 keperawatan universitas bhakti kencana bandung
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah Bagaimanakah
Gambaran pengetahuan Remaja Tentang Bipolar Disorder?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui Gambaran pengetahuan mahasiswa bhakti kencana
bandung prodi D-III keperawatan tentang bipolar disorder.
1.3.2 Tujuan khusus
5
1. Mengidentifikasikan gambaran pengetahuan remaja D3 Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana Bandung tentang Bipolar Disorder
berdasarkan Definisi.
2. Mengidentifikasikan gambaran pengetahuan remaja D3 Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana Bandung tentang Bipolar Disorder
berdasarkan Epidemiologi .
3. Mengidentifikasikan gambaran pengetahuan remaja D3 Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana Bandung tentang Bipolar Disorder
berdasarkan Etiologi.
4. Mengidentifikasikan gambaran pengetahuan remaja D3 Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana Bandung tentang Bipolar Disorder
berdasarkan Patofisiologi.
5. Mengidentifikasikan gambaran pengetahuan remaja D3 Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana Bandung tentang Bipolar Disorder
berdasarkan Klasifikasi.
6. Mengidentifikasikan gambaran pengetahuan remaja D3 Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana Bandung tentang Bipolar Disorder
berdasarkan Gejala.
7. Mengidentifikasikan gambaran pengetahuan remaja D3 Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana Bandung tentang Bipolar Disorder
berdasarkan Diagnosa.
6
8. Mengidentifikasikan gambaran pengetahuan remaja D3 Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana Bandung tentang Bipolar Disorder
berdasarkan Medikasi.
9. Mengidentifikasikan gambaran pengetahuan remaja D3 Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana Bandung tentang Bipolar Disorder
berdasarkan Penatalaksanaan.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan memberikan manfaat khususnya bagi
bidang ilmu keperawatan jiwa.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. D3 Universitas Bhakti Kencana Bandung
Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai sumber informasi tentang
Gambaran Pengetahuan Bipolar Disorder.
2. Peneliti selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai data dasar dan referensi bagi peneliti terkait
dengan Gambaran Pengetahuan Bipolar Disorder.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan
ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek.
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni, indera
pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian
pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga.
Menurut Notoatmodjo dalam Yuliana (2017), pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui
indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi
pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh seseorang
melalui panca indera.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
8
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014).
2.1.2 Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut
Notoatmodjo (2012) mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi yang
telah dipelajari dan diterima dari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apa yang telah dipelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan suatu materi secara benar. Misalnya, seorang siswa
mampu menyebutkan bentuk bullying secara benar yakni bullying verbal,
fisik dan psikologis. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu
sesuatu dapat menggunakan sebuah pertanyaan misalnya : apa dampak
yang ditimbulkan jika seseorang melakukan bullying, apa saja bentuk
perilaku bullying, bagaimana upaya pencegahan bullying di sekolah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan materi yang diketahui secara benar. Orang yang
telah paham terhadap suatu materi atau objek harus dapat menyebutkan,
9
menjelaskan, menyimpulkan, dan sebagainya. Misalnya siswa mampu
memahami bentuk perilaku bullying (verbal, fisik dan psikologis), tetapi
harus dapat menjelaskan mengapa perilaku bullying secara verbal, fisik
maupun psikologis dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi merupakan kemampuan seseorang yang telah memahami
suatu materi atau objek dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses
penyuluhan kesehatan, maka dia akan mudah melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan dimana saja dan seterusnya.
4. Analisis (analysis) Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang
untuk menjabarkan materi atau objek tertentu ke dalam komponen
komponen yang terdapat dalam suatu masalah dan berkaitan satu sama
lain. Pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis, apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan
dan membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tertentu.
Misalnya, dapat membedakan antara bullying dan school bullying, dapat
membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
10
Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian suatu objek tertentu ke dalam bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang telah ada. Misalnya, dapat meringkas suatu cerita dengan
menggunakan bahasa sendiri, dapat membuat kesimpulan tentang artikel
yang telah dibaca atau didengar.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. Penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, seorang guru dapat menilai atau
menentukan siswanya yang rajin atau tidak, seorang ibu yang dapat
menilai manfaat ikut keluarga berencana, seorang bidan yang
membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang
kekurangan gizi, dan sebagainya.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Fitriani dalam Yuliana (2017), faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:
11
1. Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang tersebut untuk
menerima sebuah informasi. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat diperoleh juga pada
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua
aspek ini menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin
banyak aspek positif dari objek yang diketahui akan menumbuhkan sikap
positif terhadap objek tersebut.
2. Media Massa
sumber informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan
formal maupun non formal dapat memberikan pengetahuan jangka
pendek (immediatee impact), sehingga menghasilkan perubahan dan
peningkatan pengetahuan. Kemajuan teknologi menyediakan bermacam-
macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang informasi baru. Sarana komunikasi seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah, penyuluhan, dan lain-lain yang mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.
3. Sosial Budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status ekonomi
12
seseorang juga akan menentukan ketersediaan fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
pada lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya interaksi
timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan.
5. Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun
pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran suatu pengetahuan. 6. Usia Usia mempengaruhi
daya tangkap dan pola pikir seseorang. Bertambahnya usia akan semakin
berkembang pola pikir dan daya tangkap seseorang sehingga pengetahuan
yang diperoleh akan semakin banyak.
2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2010:22) ada beberapa cara untuk memperoleh
pengetahuan, yaitu:
1. Cara Memperoleh Kebenaran Nonilmiah
a. Cara Coba-Salah (Trial and Error)
13
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.
Apabila kemungkinan kedua gagal pula, maka dicoba dengan
kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal dicoba
kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut
dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial
(coba) dan error (gagal atau salah) atau metode coba-salah coba-
coba.
b. Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan. Karena penemuan ini
akhirnya menjadi sebuah pengetahuan dan ilmu bagi penemunya.
c. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan
dan tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melaui penalaran apakah
yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini
biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi
berikutnya, dengan kata lain pegetahuan tersebut diperoleh
berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas
pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu
pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang
14
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih
dahulu menguji atau membuktinya kebenarannya, baik berdasarkan
fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini
disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut
menganggap bahwayang dikemukakannya adalah benar.
d. Berdasarkan Pengalaman Sendiri
Pepatah mengatakan bahwa pengalaman merupakan guru yang
baik, dari pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Cara ini
dilakukan dengan menuang kembali pengalaman yang didapat untuk
memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Apabila dengan
pengalaman tersebut orang dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama
orang tersebut bisa menggunakan cara yang sama. Tetapi apabila
gagal maka orang itu akan mencari cara lain dan tidak akan
mengulangi cara itu.
e. Cara Akal Sehat (Common Sense)
Cara akal sehat ini kadang-kadang dapat menemukan teori baru.
Sebelum ilmu pendidikan berkembang, para orang tua zaman dahulu
menggunakan cara hukuman fisik untuk mendidik anak supaya
disiplin dan dapat menuruti nasihat orang tuanya. Dan ternyata
15
sampai saat ini cara menghukum anak seperti ini menjadi teori atau
kebenaran, bahwa hukuman merupakan metode bagi mendidik anak
(meskipun bukan cara yang paling baik).
f. Kebenaran Melalui Wahyu
Kebeneran ini diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Dan
kebenaran ini harus terima juga diyakini oleh pengikut-pengikut
agama yang bersangkutan, karena kebenaran ini diterima oleh para
Nabi sebagai wahyu bukan dari hasil penalaran manusia.
g. Kebenaran Secara Intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali
melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran
atau cara berpikir. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya
berdasarkan intuisi atau suara hati saja.
h. Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir man
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain,
dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun
deduksi.
2. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
16
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”,
atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology).
2.1.5 Pengukuran Pengetahuan
Menurut Arikunto dalam Notoadmodjo (2010) pengukuran pengetahaun
dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang
isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam
pengetahuan yang ingin kita ukur.
Untuk mengukur tingkat pengetahuan lansia dapat dibagi menjadi 3
kategori, yaitu:
1. Baik = 76-100%
2. Cukup = 56-75%
3. Kurang = <56%
2.2 Konsep Remaja
2.2.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama
kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia
mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011).
Masa remaja disebut juga sebagai masa perubahan, meliputi perubahan
dalam sikap, dan perubahan fisik (Pratiwi, 2012).
17
Remaja pada tahap tersebut mengalami perubahan banyak perubahan
baik secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan
masalah-masalah pada masa remaja (Hurlock, 2011).
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya daerah
setempat. WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-
14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan usia remaja Indonesia usia
11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2011).
Menurut Hurlock (2011), masa remaja dimulai dengan masa remaja
awal (12-24 tahun), kemudian dilanjutkan dengan masa remaja tengah (15-
17 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja antara lain
adalah pengaruh keluarga, pengaruh gizi, gangguan emosional, jenis
kelamin, status sosial ekonomi, kesehatan, dan pengaruh bentuk tubuh.
Disamping itu pengaruh lingkungan juga mempengaruhi perkembangan
fisik remaja. Seberapa jauh perubahan pada masa remaja akan
mempengaruhi perilaku sebagian besar, tergantung pada kemampuan dan
kemauan anak remaja untuk mengungkapkan kepribadian dan
kecemasannya kepada orang lain sehingga dengan itu ia dapat memperoleh
pandangan baru yang lebih baik.
18
Faktor-faktor internal dan eksternal yang semuanya ikut mempengaruhi
pertumbuhan individu mudah dimengerti bahwa pertumbuhan fisik itu akan
sangat bervariasi. Perbedaan faktor keturunan, kondisi kesehatan, gizi
makananm dan stimulasi lingkungan menyebabkan perbedaan pertumbuhan
fisik individu (William, 2011)
a) Faktor endogen (nature)
Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan
fisik maupun psikis dipengaruhi oleh factor internal yang bersifat
herediter yaitu yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya, misalnya postur
tubuh, bakat-minat, kecerdasan, kepribadian dan sebagainya. Kalua
kondisi fisik individu dalam keadaan normal ia berasal dari keturunan
yang normal juga yaitu tidak memiliki gangguan/penyakit. Hal ini dapat
dipastikan, orang tersebut akan memiliki pertumbuhan dan
perkembangan yang normal. Hal ini juga berlaku pada aspek psikis atau
psikososialnya. (William, 2011)
b) Faktor eksogen
Pandangan faktor exogen menyatakan bahwa perubahan dan
perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh factor-faktor yang
berasal dari luar diri individu itu sendiri. Factor ini diantaranya berupa
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik berupa
19
tersedianya sarana dan fasilitas, letak geografis, cuaca, iklim dan
sebagainya. Sedangakan lingkungan sosial ialah lingkungan dimana
seorang mengadakan relasi/interaksi dengan individu atau kelompok
individu didalamnya, lingkungan sosial ini dapat berupa : keluarga,
tetangga, teman, lembaga pendidikan, lembaga kesehatan dan
sebagainya.(William, 2011)
c) Interaksi antara endogen dan eksogen
Dalam kenyataanya masing-masing factor tersebut tak dapat
dipisahkan. Kedua factor ini saling berpengaruh sehingga terjadi
interaksi antara factor internal maupun eksternal, yang kemudian
membentuk dan mempengaruhi perkembangan individu.
Dengan demikian, sebenarnya factor yang ketiga ialah kombinasi
dari kedua faktor itu. Para ahli perkembangan sekarang meyakini bahwa
kedua faktor internal (endogen) maupun eksternal (exogen) tersebut
mempunyai peran yang sama besarnya, bagi perkembangan dan
pertumbuhan individu, oleh karena itu, sebaiknya dalam perkembangan
seseorang harus melibatkan kedua factor tersebut secara utuh (holistic,
integratif, dan komprehensif) dan bukan partial (sebagian saja).
(William,2011)
2.2.3 Pengertian tugas-tugas perkembangan remaja
20
Tugas-tugas perkembangan remaja adalah sikap dan perilaku dirinya
sendiri dalam menyikapi lingkungan disekitarnya. Perubahan yang terjadi
pad fisik maupun psikisnya menuntut individu untuk dapat menyesuaikan
diri dalam lingkungan dan tantangan hidup yang dihadapinya. Tugass-
tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh berkembangnya
kapasitas intelektual, stress dan harapan-harapan baru yang dialami remaja
membuat mereka mudah mengalami gangguan baik berupa gangguan
pikiran, perasaan, maupun gangguan perilaku. Stress, kesedihan,
kecemasan,kesepian, keraguan pada diri remaja membuat mereka
mengambil resiko dengan melakukan kenakalan. (William, 2011)
2.2.4 Tugas-tugas perkembangan remaja
Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang
harus dilalui. Bila seorang gagal melalui tugas perkembangan pada usia
yang sebenarnya maka tahap perkembangan selanjutnya akan terjadi
masalah pada diri seseorang tersebut. Untuk mengenal kepribadian remaja
maka perlu diketahui tugas-tugas perkembangan tersebut:
a. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat
memanfaatkanmya secara efektif
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya.
Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru
penampilan orang lain atau tokoh tertentu.
21
b. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua
Usaha remaja untuk mendapatkan kebebasan emosional sering
disertai perilaku “pemberontakan” dan melawan keinginan orang tua.
Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam
keluarga dan tidak dapat diselesaikan dirumah, maka remaja akan
mencari jalan keluar dan ketenangan diluar rumah. Tentu saja hal
tersebut remaja akan mendapat kebebasan emosional dan lebih
percaya pada teman yang senasib dengannya.
c. Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin
baik putra maupun putri.
Pada masa remaja, sudah seharusnya menyadari pentingnya
pergaulan dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang
sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagian remaja yang
tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia
remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidak matangan dalam
perkembangan remaja tersebut.
d. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila
remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka
22
akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya
dibanding dengan kelebihan yang dimilikinya
e. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses
identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh
masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya.
(William,2011)
2.2.5 Jenis tugas-tugas perkembangan remaja
1. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya
a. Hakikat tugas
Mempelajari peran anak perempuan sebagai wanita dan laki-laki
sebagai pria, menjadi dewasa dan belajar memimpin tanpa menekan
orang lain.
b. Dasar biologis
Kematangan seksual dicapai selama masa remaja. Daya tarik
seksual menjadi suatu kebutuhan yang dominan dalam kehidupan
remaja.
c. Dasar psikologis
23
Pada umumnya psikologis putri lebih cepat matang daripada
remaja putra dan cenderung lebih tertarik kepada remaja putra yang
usianya beberapa tahun lebih tua.
2. Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita
a. Hakikat tugas
Mempelajari peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya.
b. Dasar biologis
Ditinjau dari kekuatan fisiknya, remaja putri lebih lemah
daripada remaja putra.
c. Dasar psikologis
Remaja putra perlu menerima peranan seorang pria dewasa dan
remaja putri perlu menerima ide sebagian seorang wanita dewasa.
3. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif
a. Hakikat tugas
Menjadi bangga atau sekurang-kurangnya toleran dengan
kondisi fisiknya sendiri, menjaga dan melindungi serta
menggunakannya secara efektif.
b. Dasar biologis
24
Perkembangan remaja disertai dengan pertumbuhan fisik dan
seksual. Laju pertumbuhan tubuh remaja putri lebih cepat
dibandingkan remaja putra.
c. Dasar psikologis
Remaja suka memperhatikan perubahan tubuh yang sedang
dialaminya sendiri. Remaja putri lebih suka berdandan dan berhias
untuk menarik lawan jenisnya manakala dia sudah mulai menstruasi.
4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya
a. Hakikat tugas
Membebaskan diri dari sikap dan perilaku kekanak-kanakan
yang selalu bergantung pada orang tua, mengembangkan sikap
perasaan tertentu kepada orang tua, tanpa menggantungkan diri
padanya dan mengembangkan sikap hormat terhadap orang dewasa
lainnya tanpa bergantung padanya
b. Dasar biologis
Individu yang tidak memperoleh kepuasan didalam keluarganya
akan keluar untuk membangun ikatan emosional dengan teman
sebaya.
25
c. Dasar psikologis
Pada masa ini, remaja mengalami sikap ambivalen terhadap
orang tuanya. Remaja ingin bebas, namun dirasa bahwa dunia
dewasa itu cukup rumit dan asing baginya.
5. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi
a. Hakikat tugas
Merasakan kemampuan membangun kehidupan sendiri
b. Dasar biologis
Tidak ada dasar biologis yang berarti untuk pelaksaan tugas ini,
meskipun kekuatan dan keterampilan fisik sangat bermanfaat untuk
mencapai tugas ini.
c. Dasar psikologis
Berkaitan erat dengan hasrat untuk berdiri sendiri
6. Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan
a. Hakikat tugas
Memilih pekerjaan yang memerlukan kemampuan serta
mempersiapkan pekerjaan.
b. Dasar biologis
26
Ukuran dan kekuatan badan pada sekitar usia 18 tahun sudah
cukup kuat dan tangkas untuk memiliki dan menyiapkan diri
memperoleh lapangan pekerjaan.
c. Dasar psikologis
Hasil dari penelitian mengenai minat di kalangan remaja,
ternyata pada kaum remaja berusia 16-19 tahun, minat utamanya
tertuju kepada pemilihan dan mempersiapkan lapangan pekerjaan
7. Persiapan untuk kehidupan berkeluarga
a. Hakikat tugas
Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan
berkeluarga.
b. Dasar biologis
Kematangan seksual yang normal yang menumbuhkan
ketertarikan antar jenis kelamin.
c. Dasar psikologis
Sikap remaja terhadap pernikahan sangat bervariasi. Ada yang
menunjukkan rasa takut dan ada juga yang menunjukkan sikap
bahwa pernikahan justru merupakan suatu kebahagiaan hidup
27
8. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting
untuk kompetensi kewarganegaraan
a. Hakikat tugas
Mengembangkan konsep tentang hokum, ekonomi, politik, dan
kemasyarakatan.
b. Dasar biologis
Pada usia 14 tahun, system syaraf dan otak telah mencapai tahap
ukuran kedewasaan.
c. Dasar psikologis
Berkembangnya kemampuan kejiwaan yang cukup besar dan
perbedaan individu dalam perkembangan kejiwaan yang sangat erat
hubungannya dengan perbedaan dalam penguasaan Bahasa,
pemaknaan, perolehan konsep-konsep, minat dan motivasi.
9. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial
a. Hakikat tugas
Berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab
dalam kehidupan masyarakat, dan mampu menjungjung nilai-nilai
masyarakat dalam bertingkah laku.
b. Dasar biologis
28
Tugas ini tidak terlalu menuntut dasar biologis. Tugas ini
berkaitan erat dengan pengaruh masyarakat terhadap individu,
kecuali jika menerima adanya insting sosial pada manusia atau
memandang bagus tingkah laku remaja merupakan sublimasi dari
dorongan seksual.
c. Dasar psikologis
Proses untuk mengikatkan diri individu kepada kelompok
sosialnya telah berlangsung sejak individu dilahirkan.
10. Memperoleh seperangkat nilai dan system etika sebagai
petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku
a. Hakikat tugas
Membentuk suatu himpunan nilai-nilai sehingga memungkinkan
remaja mengembangkan dan merealisasikan nilai-nilai,
mendefiniskan posisi individu dalam hubungannya dengan individu
lain, dan memegang suatu gambaran dunia dan suatu nilai untuk
kepentingan hubungan dengan individu lain.
b. Dasar psikologis
Banyak remaja yang menaruh perhatian terhadap masalah
filosofi dan keagamaan. Ini diperoleh remaja melalui identifikasi dan
29
instansi pribadi ataupun penalaran dan analisis tentang nilai.
(William,2011)
2.3 Konsep Bipolar
2.3.1 Definisi Bipolar Gangguan
Gangguan bipolar merupakan gangguan mood kronis yang ditandai
dengan adanya episode mania atau hipomania yang terjadi secara bergantian
atau bercampur dengan episode depresi. Gangguan bipolar disebut juga
sebagai depresi manik, gangguan afektif bipolar atau gangguan spektrum
bipolar (Vieta, 2013).
Menurut PPDGJ III gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan
suasana perasaan yang ditandai oleh adanya episode berulang (sekurang-
kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitas jelas
terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai
penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu
lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas
(depresi).
Biasanya yang khas ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode
manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu
sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-
rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi satu tahun kecuali pada orang
usia lanjut. Kedua macam episode tersebut sering terjadi setelah peristiwa
30
hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial
untuk penegakan diagnosis) (Depkes RI 2012). IV
2.3.2 Epidemiologi Gangguan bipolar
Data WHO (2017) menunjukkan gangguan bipolar mempengaruhi
sekitar 60 juta orang di seluruh dunia. Sekitar 1 dari setiap 100 orang dewasa
terkena gangguan bipolar pada beberapa titik dalam kehidupan mereka.
Biasanya dimulai antara usia 15 sampai 19 tahun dan jarang terjadi setelah
usia 40 tahun, hal ini di karnakan oleh beberapa factor yaitu pengaruh gen
dan factor biologis yang disebabkan oleh adanya kelainan pada zat kimiawi
di sel saraf otak dan yang terakhir adalah psiko-sosial yaitu kejadian yang
menimbulkan dampak psikologis, seperti kematian, penyakit, kerusakan
hubungan, maupun kondisi finansial dapat menjadi pemicu timbulnya
gangguan bipolar.Pada lakilaki dan perempuan mempunyai kemungkinan
sama untuk terkena gangguan bipolar (RCPpsych, 2015). Anak-anak juga
dapat mengalami gangguan bipolar, penyakit ini biasanya berlangsung
seumur hidup (MentalHealth, 2017).
Setiap tahun 2,9% populasi Amerika Serikat didiagnosis menderita
gangguan bipolar, dan hampir 83% kasus tergolong parah (Mind, 2017).
Prevalensi gangguan bipolar I menunjukkan data yang sama besar antara
laki-laki dan perempuan. Sedangkan pada gangguan bipolar tipe II,
menunjukkan prevalensi pada perempuan lebih besar daripada laki-laki,
menurut Dr.dr Nurmiati Amir, SpKJ (K), wakit ketua seksi Bipolar dan
31
Gangguan Mood lainnya ini karena terkait hormonal, yakni hormone
estrogen yang mempengaruhi mood perempuan. Misal saat haid, hamil,
pasca melahirkan, pre-menopause dan menopause. Pada saat itu hormone
estrogen dapat terganggu dan menurut Dr. Dewi Ratih, SpKJ. Remaja
perempuan rentan mengalami bipolar karena dipengaruhi oleh hormone pada
saat akhir balik. Depresi atau distimia yang terjadi pertama kali pada
prapubertas memiliki risiko untuk menjadi gangguan bipolar
(Kusumawardhani, 2012).
Gangguan depresi berat masih berada di urutan prevalensi seumur hidup
tertinggi dari gangguan psikiatri (Kaplan & Sadock’s, 2015). Usaha bunuh
diri terjadi hingga 50% pasien dengan gangguan bipolar, dan 10 hingga 19%
individu dengan gangguan bipolar I bunuh diri (Wells et al., 2015). Tingkat
prevalensi seumur hidup untuk depresi berat adalah 5 sampai 17 persen.
2.3.3 Etiologi Gangguan Bipolar
Depresi merupakan sekolompok penyakit gangguan mood dengan dasar
yang sama.Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap etiologi
depresi, khususnya pada anak dan remaja adalah :
1. Faktor Genetik
Penyebab gangguan bipolar sampai saat ini belum dapat diketahui
dengan pasti (Jiwo, 2012). Data keluarga menunjukkan bahwa apabila
dari salah satu orang tua memiliki gangguan mood, seorang anak akan
32
memiliki risiko antara 10 dan 25 persen mewarisi gangguan mood. Jika
kedua orang tua terkena bipolar, risiko ini berpengaruh besar terhadap
anaknya (Kaplan & Sadock’s, 2015)
2. Faktor sosial
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status perkawinan orang tua,
jumlah sanak saudara, status sosial keluarga, perpisahan orangtua,
perceraian, fungsi perkawinan, atau struktur keluarga banyak berperan
dalam terjadinya gangguan depresi pada anak. Ibu yang menderita
depresi lebih besar pengaruhnya terhadap kemungkinan gangguan
psikopatologi anak dibandingkan ayah yang mengalami depresi. Pada
tahun 1998, Levitan dkk dan tahun 1999, Weiss dkk melaporkan adanya
hubungan yang signifikan antara riwayat penganiayaan fisik atau
seksual dengan depresi, tetapi mekanismenya belum diketahui secara
pasti.
3. Faktor biologis lainnya
Dua hipotesis yang menonjol mengenai mekanisme gangguan
mood terfokus pada terganggunya regulator sistem monoamine-
neurotransmiter, termasuk noreepinefrin dan serotonin (5-
hidroxytriptamine). Hipotesis lain mengatakan bahwa depresi yang
terjadi erat hubungannnya dengan perubahan keseimbangan adrenergic-
asetilkolin yang ditandai dengan meningkatnya kolinergik, sementara
dopamin secara fungsional menurun.
33
2.3.4 Patofisiologi
Patofisiologi bipolar belum sepenuhnya dipahami. Teknik pencitraan
seperti post emission tomography (PET) dan functional magnetic resonance
imaging (fMRI) digunakan dalam penjelasan mengenai penyebab bipolar.
Penelitianpenelitian terdahulu befokus pada neurotransmitter seperti
norepinefrin (NE), dopamine (DA) dan serotonin (ChisholmBurns, et al.,
2016). Faktor lain yang dapat menjadi penyebab gangguan bipolar adalah
faktor genetik Suatu studi keluarga menunjukkan bahwa keluarga tingkat
pertama dari penderita gangguan bipolar memiliki risiko 7 kali lebih besar
terkena gangguan bipolar I dibandingkan populasi umum. Risiko seumur
hidup gangguan bipolar pada keluarga penderita ialah 40-70% untuk kembar
monozigot dan 5-10% untuk kerabat tingkat pertama lainnya (Axelson,
2015; Chisholm-Burns et al, 2016)
2.3.5 Klasifikasi Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar dapat diklasifikasikan menjadi gangguan bipolar I,
gangguan bipolar II yang merupakan dua tipe utama serta siklotimia dan
gangguan spektrum bipolar (Dipiro, et al., 2008; Miklowitz and Gitlin,
2014).
Bipolar tipe I ditandai dengan episode mania berat dan depresi berat
(Ahuja, 2011). Gangguan bipolar tipe I ini ketika kondisi mania, penderita
ini sering dalam kondisi “berat” dan berbahaya. Bipolar tipe II, pada kondisi
ini penderita masih bisa berfungsi melaksanakan kegiatan harian rutin. Tidak
34
separah tipe I. Penderita mudah tersinggung. Kondisi depresinya
berlangsung lebih lama dibandingkan dengan kondisi hipomania-nya.
Kondisi hipomania muncul ketika terjadi kenaikan emosi. Syclothymic
disorder ialah bentuk ringan dari Gangguan jiwa bipolar (Jiwo, 2012).
Syclothymic disorder (disebut juga cyclothymia) didefinisikan dengan
banyak periode gejala hipomania dan periode gejala depresi yang
berlangsung minimal selama 2 tahun (1 tahun pada anak-anak dan remaja)
(NIMH, 2015). Kondisi mania dan depresi bisa mengganggu, tetapi tidak
seberat pada Gangguan Bipolar I dan Tipe II (Jiwo, 2012).
2.3.6 Gejala Gangguan Bipolar
Gejala utama gangguan bipolar ialah mania/hipomania dan depresi.
Gejala dari episode mania diantaranya:
1. Abnormalitas suasana hati seperti euforia.
2. Peningkatan energi.
3. Peningkatan harga diri.
4. Penurunan kebutuhan tidur.
5. Lebih banyak berbicara dibanding biasanya.
6. Agitasi psikomotor.
7. Memiliki penilaian yang buruk dan mengambil keputusan secara
impulsif yang mengarah pada perilaku berbahaya (Miklowitz and Gitlin,
2014).
35
Hipomania merupakan episode mania yang lebih ringan dengan
gejala yang sama namun terjadi dalam waktu yang lebih singkat,
biasanya 4 hari dan biasanya tidak disadari karena tidak berbeda secara
signifikan dengan kebiasaan normal (Miklowitz and Gitlin, 2014).
Episode depresi pada gangguan bipolar memiliki kriteria diagnosis
dan karakterisasi yang sama dengan gejala depresi nonbipolar. Gejala –
gejala yang muncul diantaranya:
1. Perubahan pola tidur (insomnia atau hipersomnia)
2. Perubahan pola makan dan berat badan.
3. Kelelahan.
4. Retardasi atau agitasi psikomotor.
5. Adanya perasaan tidak berharga atau rasa bersalah.
6. Penurunan konsentrasi.
7. Memiliki pemikiran tidak wajar seperti keinginan bunuh diri
(Miklowitz and Gitlin, 2014).
Adapun gejala klinis depresi sebagai berikut
8. Mood dismorfik (labil dan mudah tersinggung).
Gejolak mood pada remaja adalah normal, tetapi ada kondisi
depresi menjadi lebih nyata. Mood yang dismorfik dan sedih lebih
sering tampak. Kecenderungan untuk marah-marah dan
perubahan mood meningkat.
36
9. Pubertas.
Depresi kronis yang dialami sejak masa remaja awal,
kemungkinan akan mengalami kelambatan pubertas, terutama
pada depresi yang disertai dengan kehilangan berat badan dan
anoreksia. Remaja yang mengalami depresi lebih sulit menerima
atau memahami tandatanda pubertas yang muncul.
10. Perkembangan kognitif.
Disorganisasi funsi kognitif pada remaja yang bersifat
sementara, menjadi lebih nyata pada kondisi depresi. Pada remaja
awal yang mengalami depresi, terdapat keterlambatan
perkembangan proses pikir abstrak yang biasanya muncul usia
sekitar 12 tahun.
11. Harga diri.
Pada remaja, kondisi depresi memperkuat perasaan rendah
2.3.7 Diagnosa Gangguan Bipolar
Untuk gangguan bipolar I, dibutuhkan setidaknya satu episode mania
yang berlangsung minimal selama satu minggu (American Psychiatric
Association, 2013).
Ciri yang membedakan gangguan bipolar II dari gangguan bipolar I
ialah adanya episode hipomania yang terjadi saat ini maupun sebelumnya.
37
Penderita gangguan bipolar II sering mengalami perasaan mudah marah dan
sebelumnya tidak memiliki episode mania secara penuh (American
Psychiatric Association, 2013).
Siklotimia merupakan gangguan mood kronik yang berlangsung
minimal 2 tahun (1 tahun pada anak-anak) yang ditandai dengan adanya
perubahan suasana hati meliputi gejala hipomania yang tidak memenuhi
kriteria episode hipomania dan gejala depresi yang tidak memenuhi kriteria
gejala depresi (American Psychiatric Association, 2013).
Dalam mengukur tingkat keparahan gejala mania dapat digunakan skala
rating seperti Clinical Global Impression Bipolar (CGI-BP) mania scale atau
skala spesifik seperti Mania Rating Scale (MRS) atau Young Mania Rating
Scale (YMRS). Pada CGI, tingkat keparahan dinilai berdasarkan indikator
klinis dan non-klinis, sedangkan MRS/YMRS berfokus pada gejala klinis
(Lukasiewicz, et al., 2013).
2.3.8 Medikasi Untuk Bipolar Disorder
Meskipun Gangguan Bipolar termasuk gangguan kejiwaan yang bersifat
kronik, serius dan sering berpotensi fatal (bunuh diri), gangguan ini
sesungguhnya dapat diobati. Dengan penatalaksanaan yang lengkap,
berkesinambungan dan komprehensif, maka penderita gangguan bipolar
akan dapat nyaman menikmati kehidupannya. Penyakit bipolar dapat
38
dirawat dengan kombinasi dari terapi psikologis dan obat. Tahap pertama
dari setiap orang yang mengidap penyakit ini adalah diagnosa dari psikiater
sebelum terapi atau obat diberikan. Lithium (Eskalith, Lithobid) adalah obat
yang paling umum diresepkan untuk orang-orang dengan penyakit bipolar.
Pasien juga dapat diobati dengan obat antipsikotik terutama untuk episode
mania.
Tujuan pengobatan gangguan bipolar adalah untuk menurunkan
frekuensi terjadinya fase-fase mania dan depresi agar pengidapnya dapat
hidup secara normal dan membaur dengan lingkungan. Selain memperbaiki
pola hidup, penanganan biasanya mencakup pemberian obat-obatan yang
dikombinasikan dengan terapi psikologis.(NIMH.2019)
Gangguan Bipolar adalah penyakit jangka panjang yang harus dikelola
secara hati-hati sepanjang kehidupan seseorang. Oleh karena itu, perawatan
yang dilakukan harus selalu mendapat dukungan dari keluarga dan teman
dan mencari pemahaman apa yang diakibatkan penyakit ini kepada orang
yang mereka cintai dan mengapa mereka memperlihatkan tingkah laku
seperti itu.
2.3.9 Penatalaksanaan Gangguan Bipolar
1. Terapi Non Farmakologi
a. Psikoterapi
Menggobati penyalagunaan zat serta pemberian nutrisi yang baik
39
dengan protein normal dan asupan asam lemak esensial, berolahraga,
tidur yang cukup, pengurangan stres, dan terapi psikososial (Wells et
al., 2015). Ini bisa dilakukan dengan memberikan dukungan, edukasi,
dan bimbingan kepada orang-orang dengan gangguan bipolar dan
keluarga penderita gangguan bipolar. Beberapa perawatan psikoterapi
yang digunakan untuk mengobati gangguan bipolar meliputi (NIMH,
2016) :
• Terapi kognitif (CBT)
• Terapi keluarga
• Terapi psycotherapy interpersonal
b. Electroconvulsive Therapy
Bentuk perawatan psikologis yang berbeda telah terbukti
membantu mengurangi gejala depresi (Kring et al., 2012).
Electroconvulsive therapy (ECT) adalah perawatan yang aman dan
efektif untuk penyakit mental berat tertentu. Pasien dengan depresi
adalah target untuk ECT yang cocok untuk diterapkan (Wells et al.,
2015).
Electroconvulsive Therapy (ECT) dapat memberikan bantuan
bagi orang dengan gangguan bipolar berat yang tidak dapat sembuh
dengan perawatan lainnya. Terkadang ECT digunakan untuk gejala
bipolar saat kondisi medis lainnya, termasuk kehamilan, yang terlalu
40
berisiko minum obat. Pasien gangguan bipolar harus mendiskusikan
kemungkinan manfaat dan risiko ECT dengan profesional kesehatan.
Dikarenakan ECT dapat menyebabkan beberapa efek samping jangka
pendek, termasuk kebingungan, disorientasi, dan penurunan memori.
Hingga amnesia (NIHM, 2012).
2. Terapi Farmakologi
Penatalaksaan secara farmakalogi first-line dalam pengobatan
episode manic dan episode depresi berulang dari gangguan bipolar adalah
Litium. Golongan obat penstabil mood atau antikonvulsan juga telah
banyak digunakan (contohnya, carbamazepine dan asam valproat) untuk
pengobatan episode mania akut dan untuk pencegahan kekambuhannya.
Lamotrigin juga dapat digunakan untuk terapi pencegahan kekambuhan.
aripiprazol, klorpromazin, olanzapine, quetiapine, risperidone, dan
ziprasidoneare disetujui oleh FDA untuk pengobatan episode manic
gangguan bipolar. Pengobatan adjuvan jangka pendek dengan
benzodiazepin juga dapat membantu (APA, 2010). Mekanisme kerja
Diazepam dengan cara mengurangi konsentrasi epinefrin plasma, serta
menurunkan kecemasan, dan sebagai hasilnya Diazepam meningkatkan
fungsi seksual pada orang yang terhambat oleh kecemasan (Kaplan and
Sadock’s, 2015). Sedikit pasien memiliki kecemasan yang melumpuhkan
dan mungkin perlu benzodiazepin jangka pendek. Benzodiazepin
bermanfaat dalam mengurangi kecemasan. Diazepam dinyatakan
41
memiliki anti-fobia, anti-panik dan anti-kecemasan. Obat lain yang
digunakan termasuk clonazepam dan alprazolam (Ahuja, 2011).
3. Obat Gangguan Bipolar
a. Mood Stabilizer
Obat ini terkadang efektif dalam pengobatan mania. Kata
antimania sering digunakan untuk mendeskripsikannya. Akan
tetapi, karena efektif dalam mencegah perubahan mood pada
gangguan bipolar, istilah yang lebih baik adalah agen penstabil
mood atau agen profilaksis. Agen penstabil mood yang paling
umum digunakan adalah litium, valproat, karbamazepin, dan
lamotrigin, meskipun ada beberapa mood stabilizer lainnya seperti
oxcarbazepine (Ahuja, 2011).
BAB III
42
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif metode
penelitian deskriptif yaitu metode digunakan untuk sekumpulan objek yang
biasanya bertujuan untuk melihat suatu fenomena yang terjadi di dalam suatu
populasi tertentu. Pada umumnya survei deskriptif digunakan untuk membuat
penelitian terhadap suatukondisi dan penyelenggaraan suatu program dimasa
sekarang.kemudian digunakan untuk perbaikan program tersebut. (Notoatmodjo
2010)
3.2 Paradigma Penelitian
Menurut sugiyono 2016 bahwa paradigma penelitian dapat diartikan sebagai
pola pikir yang menunjukan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang
sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab
melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan
jumlah hipotesis, dan teknik analisa ststistik yang digunakan.
Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010) ada 3 faktor yang
mempengaruhi perilaku sehat yang peneliti modifikasi terhadap pengetahuan
remaja tentang gangguan bipolar yaitu faktor predisposisi, faktor enabling dan
faktor reinforcing.
43
Faktor predisposisi merupakan faktor perilaku yang menjadi dasar atau
motivasi bagi perilaku yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap,
nilai dan persepsi berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok unutk
bertindak. Faktor enabling merupakan faktor pribadi yang memungkinkan suatu
motivasi atau aspirasi, terwujudnya dalam bentuk lingkungan fisik terutamanya
fasilitas atau sarana prasarana untuk berperilaku dan berketerampilan yang
perhatian dan persepsi terhadap objek. Faktor reinforcing merupakan faktor yang
mendorong dan memperkuat terjadinya perilaku. (Notoatmodjo, 2010).
Remaja merupakan masa peralihan atau trasnsisi dari masa anak-anak menuju
masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun atau ditandai
dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial. Fase remaja
merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting yang diawali
dengan maatangnya organ-organ fisik secara seksual sehingga mampu
bereproduksi. Dan remaja juga merupakan masa perkembangan sikap tergantung
terhadap orang tua kearah kemandirian, minat-minnat seksual, perenungan diri dan
perhatian terhadap nilai-nilai estetika. (William, 2011).
Menurut PPDGJ III gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana
perasaan yang ditandai oleh adanya episode berulang (sekurang-kurangnya dua
episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitas jelas terganggu, pada waktu
tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas
44
(mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai
pengurangan energi dan aktivitas (depresi).
Bagan 3.1
Kerangka konsep
Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Bipolar Disorder di D3
Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung
Faktor Predisposisi
Sikap
Kepercayaan
Keyakinan
Faktor Enabling
Lingkungan
Sarana dan prasarana
Faktor Reinforming
Sikap dan perilaku yang
mendorong dalam
kesehatan
Pengetahuan Remaja tentang Bipolar Disorder
45
: variabel yang di teliti
: Variabel yang tidak diteliti
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variable independen (bebas) yaitu variabel
yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen/terkait (Sugiyono, 2013). Variabel Independen dalam penelitian ini
adalah Gambaran Pengetahuan.
3.4 Definisi Konseptual dan Operasional
3.4.1 Definisi Konseptual
Definisi konseptual adalah penarikan batasan yang menjelaskan suatu
konsep secara singkat, jelas dan tegas. (Notoatmodjo, 2010)
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan terjadi setelah melakukan
pengindraan melalui indera penglihatan, pendengar, penciuman dan rasa
raba terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2010).
46
Remaja merupakan masa peralihan atau trasnsisi dari masa anank-anak
menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun
atau ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial. (
william,2011).
Gangguan Bipolar merupakan salah satu diantara gangguan mental
yang serius dan dapat menyerang seseorang, sifatnya melumpuhkan disebut
mania - depresi (Parks, 2014).
3.4.1 Definisi Opreasional
Definisi Operasional, menurut Sugiyono (2012:31) adalah penentuan
kontrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat
diukur. Dengan melihat definisi operasional suatu penelitian, maka seorang
peneliti akan dapat mengetahui suatu variabel yang akan diteliti.
Tabel 3.1
Definisi Oprasional
N
o
Variabel Sub
variabel
Definisi
operasional
Alat ukur Cara
ukur
Skala
ukur
Hasil ukur
1 Pengetahua
n remaja
tentang
Bipolar
Disorder
Pengetahuan
adalah hasil
penginderaan
seseorang
(C1) dan
mengetahui
pengertian
Bipolar
Disorder
kuesione
r
Membag
ikan
kuesione
r
ordinal Benar
=1
Salah=0
Baik :
76%-100%
Cukup:
56%-75%
Kurang : ≤
56%
(menurut
47
Arikunto
(2013)
1. Definis
i
Bipolar
Disord
er
Pengetahuan
adalah hasil
dari tahu ini
terjadi setelah
seseorang
melakukan
pengindraan
hanya sampai
tingkat
mengetahui
(C1) dan
memahami
(C2) tentang
pengertian
Bipolar
Disorder,
epidemiologi
gangguan
bipolar,
etiologic
gangguan
bipolar,
patofisiologi
gangguan
bipolar,klasifi
kasi
gangguan
bipolar,
gejala
gangguan
bipolar,
diagnose
gangguan
bipolar,
medikasi
gangguan
bipolar dan
penatalaksan
aan gangguan
bipolar
Kuesione
r
Membag
ikan
kuesione
r
ordinal Benar
=1
Salah=0
Baik :
76%-100%
Cukup:
56%-75%
Kurang : ≤
56%
(menurut
Arikunto
(2013)
48
3.5 Populasi dan Sampel
3.5.1 Populasi
Adalah objek penelitian atau objek yang akan di teliti. Objek tersebut
dapat berupa manusia , hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati
lainnya, serta peristiwadan gejala yang terjadi dalam masyarakat atau di
alam (Notoatmodjo S 2010)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat 1, 2 dan
3 di D3 Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung Seluruh populasi
berjumlah 445 orang. Jumlah tersebut terdiri dari tingkat 1 kela 1A,1B,1C,
Tingkat 2 kelas 2A,2B,2C, Tingkat 3 Kelas 3A,3B,3C,3D
3.5.2 Sample
Andi Bulaeng (2004: 138), menyatakan bahwa sampel adalah
subperangkat populasi, yang secara praktis terdiri atas sejumlah kecil unit
sampling yang proporsional dan merupakan elemen-elemen target yang
dipilih dari kerangka samplingnya. Sampel haruslah representatif atau
mewakili populasi yang ada dalam kerangka sampling untuk mencapai hasil
yang valid. Hal ini mengacu pada pendapat ridwan dan engkos (2010)
bahwa “rumus pengambilan sampel menggunakan rumus taro yaname dan
49
slovin apabila populasi sudah diketahui” adapun rumusan tersebut adalah
sebagai berikut:
𝑛 =𝑁
1 + N(d2)
Keterangan :
N: jumlah populasi
n: besar sampel
d²: tingkat penyimpangan yang di inginkan (0,1)
cara penghitungan sampel sebagai berikut:
𝑛 =N
1 + N(d²)
𝑛 =445
1 + 445(0.1)