karya ilmiah sukses
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak dapat
terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Tidak di pungkiri
masih banyak orang yang bekerja dengan pekerjaan yang berat. Dari pekerjaan yang
berat tersebut bisa saja akan berdampak atau berpengaruh pada kesehatan keselamatan
pekerja tersebut. Entah bisa muncul seketika saat itu ataupun pada kala yang tidak bisa
ditentukan. Apalagi kebanyakan dari pekerja tersebut memiliki kesadaran yang masih
lemah akan kelangsungan keselamatan dan kesehatan mereka. Padahal dengan
kesejahteraan keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting untuk meningkatkan
jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya ataupun keberlanjutan produktivitas
kerjanya. Maka dari itu, keselamatan dan kesehatan kerja apada saat ini bukan hanya
merupakan kewajiban yang memperhatikan oleh pekerja, namun juga harus memjadi
hal yang terpenuhi pada sistem pekerjaan. Atau dengan kata lain bahwa keselamatan
dan keselamatan kerja ini bukan menjadi kewajiban pada setiap kerja , akan tetapi
menjadi kebutuhan bagi setiap pekerja dan bagi setiap bentuk kegiatan pekerjaan.
Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi,
karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas
dan efisiensi kerja. Ergonomi yaitu sebagai salah satu ilmu yang berusaha untuk
menyerasikan antara faktor manusia, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Dengan
bekerja secara ergonomis maka diperoleh rasa nyaman dalam bekerja, dihindari
kelelahan, dihindari gerakan dan upaya yang tidak perlu serta upaya melaksanakan
pekerjaan menjadi sekecil-kecilnya dengan hasil yang sebesar-besarnya.
(Soedirman,1989). Dari hal tersebut juga dapat digabungkan dengan sistem biomekanika.
Biomekanika adalah suatu metode dimana menggunakan acuan “physics and
engginering mecanics law” untuk menggambarkan gerakan – gerakan organ tubuh atau
kinematik dan metode ini digunakan untuk mengetahui efek momen dan gaya yang
bekerja pada tubuh. Setiap kegiatan kerja yang dilakukan selalu membutuhkan sistem
kerja yang baik untuk menghindari terjadinya kecelakaan dalam bekerja.
1
Salah satu masalah ergonomi yang terjadi adalah pada pekerja bidang angkat-
angkut salah satunya adalah nyeri pada otot punggung yang digunakan untuk bekerja.
Keluhan yang biasa diderita pekerja dibidang angkat-angkut adalah pada sistem
muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot
skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat
sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama,
akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon.
Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan musculoskeletal
disorders (MSDs) atau cedera pada 2 system muskuloskeletal (Grandjean, 1993;
Lemasters, 1996). Bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal)
yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot
bagian bawah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diangkat dalam karya ilmiah ini adalah sebagai
berikut:
1. Faktor eksternal dan internal masalah keselamatan dan kesehatan yang dihadapi
oleh pekerja pemanggul barang di pasar yang berasal dari pekerjaannya.
2. Analisis permasalahan sistem kerja pekerja pemanggula barang di pasar.
3. Bagaimana altenatif perbaikan sitem kerja berdasarkan nilai ekonomis atau
biaya.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya ilmiah analisis ergonomi pada pemanggul barang di
pasar tradisional ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengidentifikasi akan masalah keselamatan dan kesehatan pekerjaan yang
dapat muncul pemanggul barang di pasar.
2. Dapat menganalisis kelayakan usulan alternatif perbaikan sistem kerja pada
aktivitas pemanggulan barang di pasar.
3. Dapat memberikan usulan alternatif kerja pada pekerjaan disesuaikan dengan
keadaan ekonomi atau biaya.
2
1.4 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah yang digunakan dalam karya ilmiah analisis ergonomi pada
pemanggul barang pada pasar tradisional adalah sebagi berikut :
1. Aktifitas yang diperhatikan adalah kegiatan pemanggulan barang karung yang
dilakukan oleh pekerja.
2. Faktor yang diperhatikan adalah pada faktor eksternal diantaranya berat beban,
frekuensi pengangkutan, cara pengangkatan dan faktor internal diantaranya
umur, lama kerja.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisikan tentang latar belakang yaitu hal-hal apa saja
yang mendasari dari karya ilmiah, tujuan praktikum guna untuk memberikan
gambaran bagaimana kompetensi-kompetensi yang akan diberikan dari karya
ilmiah ini, rumusan masalah berisi tentang masalah yang diangkat dalam karya
ilmiah ini, pembatasan masalah data dan sistematika penulisan yaitu tata cara dari
penyusunan karya ilmiah ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang studi pustaka mengenai teori-teori yang berhubungan dengan karya
ilmiah yang ada sehingga dapat digunaka sebagi bahan ajar.
BAB III PEMBAHASAN MASALAH
Berisi tentang analisa dari pengolahan masalah-masalah yang ada dalam karya
ilmiah ini
BAB IV PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran tentang karya ilmiah yang mengungkap sebuah
garis besar yang dapat ditarik dari hasil analisa yang telah diberikan pada bab
sebelumnya dan kemudian dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan dalam hal terkait.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata – kata Ergos yang memiliki arti kerja dan Nomos
yang berarti hukum alam maka dapat di devinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang aspek – aspek manusia dalam lingkungan kerjanya di tinjau dari segi desain
perancangan, anatomi, psikologi, fisiologi, manajemen, dan engineering. Selain faktor
yang ada pada ergonomi ada juga aspek lain yang menyangkut pada ilmu ergonomi
yaitu optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat
kerja, dan di rumah.
Spesialisasi bidang ergonomi meliputi : ergonomi organisasi, ergonomi kognitif,
ergonomi fisik, ergonomi organisasi, ergonomi sosial, ergonomi lingkungan, ergonomi
organisasi, ergonomi lingkungan dan faktor lain yang sesuai. Dalam evaluasi ergonomi
dalam melaksanakan sistem kerja memiliki tujuan untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan pada sistem kerja, maka memiliki keergonomian yang terbaik.
1. Ergonomi fisik : berkaitan dengan struktur tubuh manusia, anthropometri,
karakteristik fisiolgi dan biomekanika yang berhubungan dengan aktifitas fisik.
Pembahasan yang dimiliki dalam ergonomi fisik antara lain : pemindahan
materian, postur kerja, tata letak tempat kerja, MSD, gerakan berulang–ulang.
2. Ergonomi kognitif : berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di
dalamnya adalah ingatan, reaksi dan persepsi, ini dapat terjadi karena hubungan
antar manusia terhadap pemakaian elemen sistem. Pembahasan yang dimiliki
dalam ergonomi kognitif antara lain : pengambilan keputusan, beban kerja, stres
kerja, keandalan manusia, human-computer interaction dan performance.
3. Ergonomi organisasi : berkaitan dengan optimasi sistem sosioleknik, termasuk
sturktur organisasi, kebijakan dan proses. Pembahasan yang dimiliki dalam
ergonomi organisasi antara lain ; MSDM, teamwork, perancangan kerja,
perancangan waktu kerja, komunikasi, organisasi virtual, perancangan
partisipasi, komunitas ergonomi, culture organisasi, dan lain sebagainya.
4
4. Ergonomi lingkungan : berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan,
dan getaran. pembahasan yang dimiliki dengan ergonomi lingkungan antara lain
adalah perancangan ruang kerja, ventilasi, pencahayaan ruangan, sirkulasi udara
dalam ruangan, dan lain sebagainya.
2.2 Sistem rangka manusia
Sistem adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menyimpan bahan mineral,
tempat pembentukan sel darah, tempat melekatnya otot rangka, melindungi tubuh yang
lunak dan menunjang tubuh. Terdiri dari tengkorak, tulang rusuk, tulang belakang,
rangka penopang tulang bahu, rangka penopang tulang pinggul, tulang angota badan
atas dan bawah. Organ adalah kumpulan dari beberapa jaringan untuk melakukan fungsi
tertentu di dalam tubuh sedangkan sistem tubuh adalah gabungan dari organ-organ
tubuh yang menjalankan fungsi tertentu. Secara garis besar, rangka manusia dibagi
menjadi dua, yaitu rangka aksial dan rangka apendikuler.
1. Rangka Aksial
Rangka aksial terdiri dari tulang belakang, tulang tengkorak dan tulang rusuk.
Lebih mendalam mengenai tulang-tulang dalam sistem rangka.
2. Rangka Apendikuler
Rangka Apendikuler terdiri atas pinggul, bahu, telapak tangan, tulang-tulang
lengan, tungkai, dan telapak kaki. Secara umum, rangka Apendikuler menyusuun alat
gerak, yaitu tangan dan kaki yang dibedakan atas rangka bagian atas dan rangka bagian
bawah. (www.crayonpedia.org/mw/1).
2.3 Otot (Mucle)
Bagian otot yang dibahas adalah otot striatik (Striated Muscle) yaitu otot sadar
dengan megabaikan otot cardiac dan viseral yaitu otot tak sadar. Otot terbentuk atas
serabut yang berukuran 0.01 sampai 0.1 mm. Serabut otot bervariasi antara satu otot
dengan yang lainnya. Beberapa diantaranya mempunyai gerakan yang lebih cepat dari
yang lainnya dan hal ini terjadi pada otot yang dipakai untuk mempertahankan kontraksi
badan seperti misalnya otot pembentuk postur tubuh. Otot yang pucat adalah
menggambarkan kontraksi otot yang cepat. Perbandingan antara otot merah dan otot
5
putih adalah merupakan indikasi untuk menunjukkan daya potensial bagi para
olahragawan. Beberapa jenis otot disebut fiksator karena berfungsi sebagai pemberi
keseimbangan pada saat melakukan suatu gerakan, dan sinergis karena berfungsi untuk
mengontrol sambungan-sambungan sehingga memungkinkan suatu gerakan berjalan
secara efisien. Suatu hal yang penting bagi para ergonom untuk mengetahui jenis otot
yang sesuai untuk menopang beban statis. Beban statis yang terjadi pada semua otot
harus diminimumkan. Gaya yang digunakan untuk kontraksi otot adalah sebanding
dengan penampang melintangnya. Pelatihan yang cukup akan dapat meningkatkan
luasan penampang melintang dari serabut otot, tanpa meningkatkan jumlah serabut
ototnya (Nurmianto, 2003).
2.4 Gangguan pada otot
Otot berfungsi sebagi alat gerak penyokong tubuh dan membantu homeostatis. Sebagia
alat gerak aktif, otot mempunyai tiga kemampuan, yaitu kontrabilitas (kemampuan
untuk memendek atau berkontraksi), ekstensibilitas (kemampuan untuk memanjang
atau relaksasi), dan elastisitas (kemampuan untuk kembali atau keadaan semula).
Gangguan pada otot dapat terjadi dan gangguanya sebagai berikut:
1. Distrofi, yaitu penyakit otot bersifat menurun yang ditandai dengan tidak
adanya selaput pembungkus otot.
2. Tetanus (kejang otot), yaitu pengejangan otot karena berkontraksi secara
terus-menerus sehingga organ yang terkena menjadi tidak dapat berfungsi.
3. Atrofi, yaitu otot tidak dapat digerakan karena terjadi penyusutan ukuran otot
Akibat telah tidak digunakan, misalnya pada kasus kelumpuhan.
2.5 Kelainan pada otot manusia
Otot manusia akan mengalami kelainan akibat aktivitas yang dilakukan.
Beberapa kelainan yang terjadi pada otot manusia, antara lain kejang otot, keseleo,
nyeri otot, miastenia gravis, dan polio keteranganya sebagai berikut:
1. Kejang Otot
Kejang otot (kram) disebabkan ketegangan otot manusia yang sangat kuat. Hal
ini dapat terjadi karena cuaca dingin, aktivitas otot terlalu berat, serta tidak seimbangnya
6
air dan ion di dalam tubuh. Gejala yang di timbulkan adalah rasa nyeri dan tidak sakit
yang luar biasa. Beberapa cara yang dapat di lakukan untuk mencegah terjadinya kejang
otot adalah rileks dan menjaga agar otot tidak terlalu lelah.
2. Keseleo
Keseleo terjadi karena tertariknya otot atau tendon di daerah persendian. Maka
bila terlalu keras, tarikan ini dapat menyebabkan putusnya tendon atau otot. Beberapa
cara untuk mencegah terjadinya keseleo adalah dengan cara lebih hatihati ketika pada
saat beraktivitas.
3. Nyeri Otot
Terjepitnya pembulu darah atau ujung saraf dapat meninbulkan rasa nyeri
terutama pada otot. Rasa nyeri otot timbul karena aliran darah terhambat. Nyeri ini
sering dirasakan oleh orang berusia lanjut dan ada kecenderungan kambuh pada cuaca
dingin. Nyeri otot dapat dicegah dengan banyak mengonsumsi makanan bergizi,
berolahraga teratur, dan bila otot masih terasa nyeri dan dapat dilakukan pemijatan
ringan atau menggosoknya dengan minyak gosok.
4. Miastenia Gravis
Miastenia gravis merupakan penyakit yang menyebabkan otot menjadi melemah
dan cenderung lumpuh. Penyakit tersebut menyerang otot-otot di sekitar kelopak mata,
muka, leher, dan anggota gerak.
5. Polio
Infeksi virus yang menyerang pada saraf otot pengendali disebut polio. Polio dapat
disebabkan mengecilnya kaki sehingga penderita menjadi lumpuh. Ciri-ciri orang yang
terkena virus polio adalah panas tinggi dan kejang-kejang. Penyakit ini dapat dicegah
dengan memberikan imunisasi polio pada saat usia balita secara rutin.
2.6 Muskuloskeletal
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya
pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang,
syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Keluhan muskuloskeletal
sering juga dinamakan MSD (Musculoskeletal Disorder), RSI (Repetitive Strain
Injuries), CTD (Cumulative Trauma Disorders) dan RMI (Repetitive Motion Injury).
7
Keluhan MSD yang sering timbul pada pekerja industri adalah nyeri punggung,
nyeri leher, nyeri pada pergelangan tangan, siku dan kaki. Ada 4 faktor yang dapat
meningkatkan timbulnya MSD yaitu postur yang tidak alamiah, tenaga yang
berlebihan, pengulangan berkali-kali, dan lamanya waktu kerja (OHSCOs, 2007). Level
MSD dari yang paling ringan hingga yang berat akan menggangu konsentrasi dalam
bekerja, menimbulkan kelelahan dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas.
Untuk itu diperlukan suatu upaya pencegahan dan minimalisasi timbulnya MSD
di lingkungan kerja. Pencegahan terhdap MSD akan memperoleh manfaat berupa,
penghematan biaya, meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja serta meningkatkan
kesehatan, kesejahteraan dna kepuasan kerja karyawan (OHSCOs, 2007). OHSCOs
(2007) memberikan panduan tahapan untuk melakukan program pencegahan MSD di
lingkungan kerjayang meliputi :
1. Membangun pondasi menuju sukses
Untuk melakukan program pencegahan MSD diperlukan penetapan
komitmen oleh manajemen, menentukan tujuan pelaksanaan, sasaran dan
ruang lingkup pelaksanaan, membuat aturan dan tanggung jawab pada
seluruh lapisan karyawan, membentuk komite pelaksana dan bergabung
dengan organisasi kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Mengidentifikasi faktor -faktor yang menimbulkan MSD dan faktor lainnya
yang terkait.
Proses identifikasi dilakukan dengan menanyakan kepada pekerja
gangaguan MSD yang dialami, menanyakan jenis tugas yang sulit dan
menyebabkan ketidaknyamanan, mengevaluasi catatan kecelakaan kerja yang
pernah terjadi, mengamati jenis pekerjaan yang membutuhkan waktu yang
lama, pengulangan, tenaga dan postur kerja serta menggunakan instrument-
instrumen pencegahan MSD
3. Lakukan evaluasi faktor-faktor yang menyebabkan MSD
Evaluasi faktor-faktor yang telah ditemukan dengan melibatkan
pekerja untuk mencari akar masalahnya dan buat kesepakatan untuk
melakukan tindakan perbaikan.
4. Memilih dan melaksanakan program perbaikan untuk pencegahan MSD
8
Lakukan perubahan metode kerja, menata ulang peralatan dan area
kerja untuk mengurangi resiko MSD, libatkan karyawan untuk memberikan
ide-ide agar sistem kerja menajdi lebih baik dan gunakan ide yang dianggap
baik, hati-hati memilih solusi yang pertama kali karena solusi tersebut disebut
desain yang ergonomis.
5. Evaluasi kesuksesan penerapannya dan lakukan peningkatan secara
berkelanjutan
Tanyakan kepada pekerja apakah perubahan yang dilakukan
memberikan dampak yang lebih baik dan memberika rasa nayaman dalam
bekerja. Tingkatkan dan ulangi penerapan setelah 3-6 bulan.
6. Menyebarluaskan kesuksesan pencegahan MSD
Umumkan hasil yang telah dicapai dan usaha-usaha yang telah
dilakukan dalam pencegahan MSD kepada seluruh pekerja dan semua
departemen.
Ada 4 Faktor Yang meningkatkan terjadinya keluhan musculoskeletal :
1. Tekanan/gaya pada otot yang berlebihan
2. Awkward Posture (postur kerja yang tidak benar)
3. Terjadinya pengulangan-pengulangan pekerjaan pada satu otot
4. Lamanya paparan yang diterima oleh otot
(http://batikyogya.wordpress.com)
Faktor penyebab terjadinya Muskuloskeletal:
1. Peregangan otot yang berlebihan
Biasanya kejadian ini disebabkan karena pengangkatan beban yang
membutuhkan tenaga besar melebihi kapasitas tenaga yang dimiliki.
2. Aktivitas berulang
Kejadian ini disebabkan karenanya adanya pekerjaan yang dikerjakan
secara berulang–ulang tanpa ada nya istirahat.
3. Sikap tidak alamiah
Bekerja atau melakukan aktivitas tanpa menggunakan posisi tubuh
yang tidak biasa atau tidak alamiah.
9
4. Faktor penyebab sekunder
Tekanan
Tekanan yang di terima oleh otot lunak, ini terjadi biasanya karena
mengangkat beban yang berat dalam jangka waktu yang relatif lama.
Getaran
Frekuensi getaran yang diterima saat mengangkat melakukan suatu
aktivitas mengangkat beban dapat menyebabkan peredaran darah tidak
lancar dan dapat menyebabkan terjadinya Muskulosketetal.
Mikromilat
5. Faktor kombinasi
Pada masalah ini terjadi karena adanya penambahan berat beban yang
semakin meningkat dan postur tubuh yang tidak alami sehingga menimbulkan
terjadinya keluhan pada otot.
Ada 4 batasan yang dapat diangkat yaitu :
1. Batasan angkatan secara legal (Legal Limitation)
Batasan – batasan yang menjadi acuan sabagai pendukung untuk
menentukan batasan angkat dari suatu posisi badan pada saat bekerja. Usia
dan gender manusia juga berpengaruh pada kekuatan pada saat bekerja atau
mengangkat barang, faktor - faktornya yaitu :
Pria Usia <16 Th → maksimal dapat mengangkat 14 kg
Pria Usia 16 – 18 Th → dapat mengangkat 18 kg
Pria Usia >18 Th → tidak ada batas
Wanita Usia 16 – 18 Th → maksimal dapat mengangkat 11 kg
Wanita Usia >18 Th → maksimal dapat mengangkat 16 kg
2. Biomechanical Limitation
Biomechanical Limitation adalah ilmu yang memerangkan tentang
batasan – batasan angkat dengan menggunakan metode Biomekanika. Nilai
dari analisa Biomekanika adalah rentang postur atau posisi aktifitas kerja,
ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria
10
keselamatan merupakan dasar dari beban yang akan di angkat atau
merupakan beban tekan (Compression Load) pada inverbral disk antara
lumbar nomer lima dan sacrum nomer satu.
3. Secara fisiologis
Metode pendekatan ini dengan mempertimbangkan rata–rata beban
metabolisme dari aktifitas angkat yang berulang, sebagaimana dapat juga
ditentukan dari jumlah konsumsi oksigen. Hal ini haruslah benar–benar
diperhatikan terutama dalam rangka untuk menentukan batasan angkat.
Kelelahan kerja yang terjadi akibat dari aktifitas yang berulang–ulang akan
meningkatkan resiko nyeri pada tulang belakang.
Ada beberapa bukti bahwa semakin banyak jumlah material yang
diangkat dan dipindahkan dalam sehari oleh seseorang, maka akan lebih cepat
mengurangi ketebalan dari intervetrebal disc atau elemen yang berada di
antara segmen tulang belakang. Fenomena ini menggambarkan bahwa
pengukuran yang akurat terhadap tinggi tenaga kerja dapat digunakan sebagai
alat untuk mengevaluasi beban kerja (Corlett, 1987)
4. Batasan angkat secara psiko–fisik
Metode ini didasarkan pada sejumlah eksperimen yang berupaya untuk
mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian beban yang
berbeda-beda. Ada tiga macam posisi angkat :
Dari permukaan lantai ke ketinggian genggaman tangan.
Dari ketinggian genggaman tangan dan ke ketinggian bahu.
Dari ketinggian bahu ke maksimuman jangkauan tangan vertikal.
(Nurmianto, 2003, hal 149-152)
2.7 Software RULA
Software RULA merupakan salah satu software yang dipakai untuk menentukan
score dari gerakan yang dilakukan oleh operator yang diamati dari video atau film hasil
praktikum. Dalam perhitungan RULA, yang dicari adalah final score yang diamati dari
score neck, upper arm, lower arm, dan trunk.
11
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1 Pekerja pemanggul barang di pasar tradisional
Hampir di semua pasar tradisional yang ada di indonesia terdapat para pekerja
yang khusus melakukan pekerjaan mengangkut barang-barang secara manual. Banyak
yang menyebut mereka sebagai pekerja kuli panggul atau porter. Pekerjaan mereka
ialah membantu pendistribusikan barang dengan cara diangkat, dipanggul atau
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya disekitar pasar. Para pemanggul tersebut
memanggul berbagai jenis barang setiap harinya mulai dari bahan sembako hingga
sayuran ataupun material-material lainnya. Dari pekerjaannya tersebut tentulah upah
yang didapat adalah akumulasi dari jumlah beban beban barang yang dipanggul. Maka
akan dikenal bahwa semakin berat barang yang dipanggul maka upah yang didapat juga
tentu akan semakin besar. Dan berlaku untuk sebaliknya. Hal ini terjadi juga karena
belum adanya upah dasar dari para pekerja pemanggul barang di pasar ini, walaupun
keberadaannya sudah sangat banyak sekali.
Para pemanggul ini hampir sebagian besar mengangkut barang-barang yang
melebihi kapasitas kemampuan yang diperbolehkan manusia untuk diangkat. Rata-rata
dari beban yang dapat diangkat untuk 1 kali pemanggulan adalah hingga 40-90 kg.
Perkejaan tersebut bisa dilakukan berulang hingga 10 kali pemanggulan. Dan untuk
penghasilan sehari, upah yang dapat dikumpulkan oleh mereka adalah 20 ribu sampai
40 ribu saja.
Gambar 3.1 Para Pemanggul karung dipasar
12
Gambar 3.2 Pemanggul beban dengan bahu
Pekerjaan yang mengandalkan fisik dan tenaga ini telah dilakukan oleh banyak
orang dan kebanyakkan dari mereka adalah para laki-laki yang berusia diantara 30- 45
tahun. Dimana usia tersebut seorang sudah bisa dikatakan kalau tenaga yang ada sudah
semakin menurun dibandingkan pada usia 20 hingga 30 tahun.
Gambar 3.3 pemanggul sayuran
Namun dari banyaknya pekerja pemanggul barang ini tidak hanyalah para pria
saja. Tapi dapat dijumpai pula bahwa terdapat para perempuan yang ikut berkecimpung
dalam pekerjaan ini. Beban yang mampu diangkat oleh para pemanggul perempuan ini
memang memiliki sedikit perbedaaan dibandingkan pemanggul pria. Para pemanggul
perempuan ini rata- rata memanggul beban seberat 25-70 kg. Hal ini tentu disesuaikan
dengan kekuatan yang dimiliki oleh kebanyakan perempuan pada dasarnya. Dan untuk
para pekerja perempuan ni juga kadang ditemui dengan usia yang sudah dikatakan
diatas 50 tahun.
13
Gambar 3.4 pemanggul barang perempuan
Dan banyak juga ditemukan beberapa pemanggul barang yang terdapat pada
pasar-pasar tradisional tersebut adalah para pekerja yang telah lanjut usia. Walaupun
telah memiliki usia yang tidak muda lagi, namun beban yang diangkut adalah rata-rata
bisa sama dengan para pemanggul yang usianya lebih muda. Walaupun terdapat
perbedaan pada frekuaensi pengangkatan yang tidak lebih banyak dari pekerja dengan
usia lebih muda.
Gambar 3.5 pemanggul barang perempuan pada usia lanjut
3.1.1 Teknik pemanggulan yang dilakukan oleh pemanggul barang di pasar
tradisional
Teknik pemanggulan yang dilakukan oleh para pekerja pemanggul barang ini
ada berbagai macam cara. Namun dari kesemuanya adalah menggunakan bagian tubuh
pada sekitar pinggul hingga bagian tubuh atas. Misalnya saja dari gambar-gambar yang
telah dipaparkan sebelumnya, banyak pekerja pemanggul barang di pasar yang
menggunakan bagian tubuhnya pada bagian punggung. Dari beban yang berat tentu
posisi dari pekerja adalah membungkuk.
14
Selain itu, pekerja juga menggunakan bahu untuk pemanggulan barang. Hal itu
sering dilakukan oleh pekerja pria. Dimana mereka sering menggunkan salah satu
bagian bahu untuk penganngkatan. Hingga posisi tubuh pekerja tersebut adalah miring.
Tanpa melihat bagaimana posisi dari pemanggulannya namun hanya melihat dari
barang yang dipanngul saja sudah akan diketahui bahwa pemanggulan tersebut akan
menimbulkan masalah yang serius pada bagian- bagian tubuh tertentu. Apalagi dilihat
dari bagaiman posisi penggangkutannya hal ini tentu akan semakin menambah masalah
cedera yang mungkin akan terjadi jika terjadi kesalahan pada posisinya. Selain itu pula
dari faktor usia hal ini akan lebih mempengaruhi bagaimana masalah kesehatannya
yang munkin akan muncul. Dengan kata lain, usia tua yang seharusnya tidak digunakan
untuk melakukan kerja yang berlebihan, namun hanya dapat melakukan pekerjaan yang
ringan-ringan saja.
3.2 Faktor-faktor yang menimbulkan masalah keselamatan dan kesehatan
kerja pemanggul barang di pasar tradisional
Faktor yang mungkin akan mempengaruhi akan masalah dan gangguan yang
timbul dalam pengerjaan pemanggulan dapat disebabkan dari beberapa hal. Hal tersebut
bisa saja berasal dari dalam atau internal dan luar atau eksternal dari dalam diri pekerja
pemanggul tersebut.dan ada pula faktor dari perbedaan dari sikap kerja setiap
individunya.
Demikian beberapa macam faktor-faktor yang akan menimbulkan permasalahan
dari pekerja pemanggul barang tersebut, diantaranya:
1. Faktor internal
Faktor internal ini merupakan faktor yang ditimbulkan dari dalam diri para
pekerja pemanggul barang tersebut dan diantarannya adalah:
a. Postur tubuh
Seperti pada penjelasan pekerja pemanggul barang pada pasar sebelumnya,
posisi tubuh ini sangat mempengaruhi bagaimana pekerja akan mengalami cedera
ataupun tidak. Postur yang salah tersebut dapat diketahui dengan adanya pengambilan
data dari pekerja pemanggulan tersebut secara langsung. Postur pertama yang sering
digunakan adalah pemanggulan pada daerah punggung. Sehingga akan didapatkan
15
postur tubuh akan semakin membungkuk. Semakin berat benda atau beban yang di
panggul maka posisi tubuh juga akan semakin membungkuk. Dampak yang mungkin
akan muncul selain akan menimbulkan cedera pada bagian punggung dan lengan, akan
muncul pula masalah pada bagian leher dan penglihatan karena posisi tubuh tidak
sejajar dengan kepala yang harus mengdongak.
Postur kedua adalah miring atau condong pada salah satu sisi yaitu kanan / kiri.
Postur tersebut terjadi akibat pekerja melakukan pemanggulan menggunakan bagian
tubuh pada pinggul ataupun bahu sebagai tumpuan pemanggulannya.
Postur ketiga adalah posisi pengangkatan benda menggunakan kepala.postur ini
memang menjamin posisi tubuh akan tetap tegak, namun permasalahan justru akan
muncul di kepala, leher hingga bahu. Padahal akan rawan ketika kepala yang akan
mengalami suatu cedera. Karena kepala terdapat bagian penting manusia yaitu otak.
Apabila otot pada bagian kepala digunakan secara berlebih tentunya akan membuat
kinerja otot kepala akan terganggu .
b. Usia
Dari rata-rata usia yang telah dipaparkan sebelumnya, diketahui bahwa pada
rata-rata pekerja laki-laki dan perempuan adalah pada usia 30-50 tahun. Sedangkan
tidak jarang pula ditemukan usia yang sudah lebih dari 50 ikut melakukan pekerjaan
yang memerlukan fisik dan kekuatan ini. Semakin tua usia dari pekerja ini tentunya
akan membuat peluang terjadinya cedera pada bagian tubuh akan semakin tinggi.
Karena kapasitas kemampuan seseorang yang dipandang dari segi umur akan semakin
menurun ketika usianya pun semakin lanjut.
c. Kondisi tubuh dan riwayat penyakit
Kondisi tubuh pekerja yang pada terlihat dari postur tubuhnya juga dapat
mempengaruhi bagaimana gangguan terutama pada kesehatan dapat terjadi. Fisik tentu
akan mendukung seseorang untuk melakukan pekerjaan yang tergolong berat ini.
Kebanyakan semakin besar postur tubuh yang dimiliki pekerja akan semakin menunjang
akan kekuatan dari pekerjaan yang dilakukannya tersebut. Apabila seorang pekerja yang
telah memiliki riwayat penyakit pekerjaan pemanggul barang dipasar ini juga akan lebih
16
rawan juga untuk dilakukan. Resiko cedera akan semakin besar. Apalagi apabila
penyakit yang telah diderita sering kambuh dan belum pulih benar. Justru kemungkinan
akan memperparah penyakit yang telah diderita. Ataupun dapat menambah penyakit
lain hingga ditakutkan akan menimbulkan komplikasi penyakit.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi permasalahan yang mungkin akan
muncul adalah dapat berasal dari lingkungan sekitar pekerja. Hal ini mengenai keadaan
pemanggulan barang pekerja itu sendiri. Dan diantaranya faktor-faktor tersebut adalah:
a. Beban
Beban yang di panggul oleh pekerja tentu menjadi faktor yang juga
mempengaruhi besarnya cedera atau masalah kesehatan yang akan terjadi. Hal ini
terjadi karena manusia mempunyai kapasitas kemampuan yang menjadi patokan untuk
pengangkatan bagi pekerja pemanggul barang di pasar. Sering pekerja memanggul
benda yang justru melebihi benda tubuhnya sendiri. Dan hal tersebut dilakukan secara
berulang-ulang untuk beberapa kali.
b. Kerja otot
Kerja otot yang berlebihan juga akan mempengaruhi adanya cedera. Cedera akan
muncul pada bagian tubuh yang digunakan secara berlebihan atau kerja ototnya yang
berlebihan.
c. Frekuensi gerakan
Dalam melakukan pekerjaannya, pekerja pemanggul barang dipasar ini bisa
melaukan pengangkatan barang hingga lebih dari 10 kali pemanggulan dengan beban
yang bervariasi dan melebihin kapasitas maksimal seharusnya. Semakin banyak
frekuensi pengangkatan yang dilakukan tentunya akan menurunkan daya kekuatan dari
pekerja pemanggul tersebut. Dari penurunan daya kekuatan tersebut akan menimbulkan
cedera pada bagian-bagian tertentu pada tubuh.
17
d. Jarak yang ditempuh
Jarak yang ditempuh pekerja juga memilki peran terpengaruhnya terjadi
permasalahn keselamatan dan kesehatan pekerja. Sering pekerja melakukan
pemanggulan dari dalam daerah pasar hingga keluar daerah pasar yang menempuh
raturan meter. Semakin jauh jarak yang ditempuh oleh pekerja tentunya akan membuat
ketahanan dari pekerja akan semakin lemah.
e. Lama kerja dan waktu istirahat
Karena pekerja pemanggul barang dipasar ini kebanyakan adalah bekerja secara
pribadi individu masing-masing, maka tidak ada waktu khusus yang digunakan untuk
jam bekerja. Lama nya waktu bekerja ini dimulai dari buka awal pasar-pasar hingga
kegiatan pasar akan berhenti. Apabila pekerja memaksakan kehendak untuk melakukan
pemanggulan karena faktor kesempatan upah, tentu saja akan membuat tenaga pekerja
akan terkuras dan jika tidak diimbangi dengan istirahat yang cukup tentu kesehatan
pekerja akan mudah terganggu setelah ataupun saat waktu yang tidak dapat ditentukan.
3. Faktor perbedaan sikap kerja setiap individu
Setiap individu pekerja pemanggul barang dipasar ini tentunya memiliki ketahanan yang
berbeda sesuai pribadi masing-masing. Perbedaan tersebut tentunya disesuaikan dengan
keadaan fisik dan kekuatan yang dimiliki oleh pribadi individu.
a. Kecepatan gerakan
Setiap orang memiliki perbedaan dalam melakukan pekerjaan yang sama. Dan
itu juga dapat terlihat pada kecepatan pekerja. Dimana kecepatan satu pekerja tentu
akan berbeda dengan kecepatan dari pekerja lainnya. Perbedaan tersebut dapat
diakibatkan oleh beberapa faktor pula, misalnya dari sisi umur, dan jenis kelamin.
b. Frekuensi dan lama delay
Frekuensi pengangkatan barang oleh pemanggul tentu berbeda-beda dari pekerja
satu dengan yang lainnya. Ada kalanya pekerja satu dapat memanggul benda hingga
frekuensi 10 kali namun ada pula pekerja yang memanggul kurang dari 10 kali
pemanggulan.
18
Sebagai pekerja, mereka juga memerlukan waktu istirahat. Dan yang dimaksud
dengan waktu delay ini adslah waktu yang digunakan untuk pekerjaberistirahat
menunggu sampai keaga pekerja pulih kembali. Semakin besar delay yang digunakan
maka akan mengurangi kesempatan cedera yang sering akan terjadi. Frekuensi dan lama
delay ini juga dipengaruhi dari masing-masing umur, postur posisi pemanggulan dari
setiap pekerja.
c. Pengalaman
Semakin banyak pengalaman pekerja pemanggul akan memberikan peluang
untuk pekerja bekerja secara benar dan lebih efisien tanpa melakukan kesalah yang
menimbulkan cedera. Dengan pengalaman yang ada, pekerja tentu telah memahami
bagaimana posisi yang pas untuk digunakan untuk pemanggulan tanpa menimbulkan
cedera yang berlebih. Kerja yang dilakukan juga akan lebih cepat. Sehingga akan
menimbulakan keefisiensian dalam bekerja sebagai pemanggul.
3.3 Permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja pemanggul barang di
pasar tradisional
3.3.1 Masalah atau gangguan kesehatan yang didapat oleh pekerja
pemanggul barang di pasar tradisional
Dari faktor-faktor yang menimbulkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja
pemanggul barang dipasar yang telah dipaparkan, masalah tentu dapat timbul di
berbagai sisi aspek tubuh pada pekerja. Masalah ini dapat berakibat sangat fatal apabila
kegiatan pemanggulan dengan posisi yang salah tetap dilakukan. Dari masalah ataupun
gangguan yang munkin akan muncul tersebut tentu perlu dianstisipasi secara dini agar
dapat mengetahui bagaimana cara terbaik yang perlu dilakukan. Hal tersebut semata
adalah untuk membuat pekerjaan pemanggulan akan semakin efisien dan tidak membuat
cedera atau kerugian kesehatan dan keselamatan bagi pekerjanya.dan diantara masalah-
masalah yang akan terjadi adalah sebagai berikut:
1. Muskuloskeletal
Keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot yang sering
disebut juga sebagai muskuloskeletal tersebut bisa menyerang hampir semua pekerja
19
dalam berbagai bidang. Atau dengan kata lain, walapun pekerjaannya ringan,
kemungkinan bisa terjadi muskuloskeletal. Hal ini karena terjadinya kerja otot yang
secara terus-menerus dan berulang-ulang. Apalagi jika pekerjaan yang dilakukan adalah
pekerjaan pemanggulan barang di pasar. Tentu resiko terkena akan semakin tinggi.
Keluhan tersebut tentunya akan dapat diantisipasi apabila terdeteksi secara dini. Karena
pekerjaan tersebut sangat menggunakan kinerja dari otot tubuh terutama bagian
punggung, lengan dan kaki sebagai tumpuan dalam berjalan. Ketika sudah terasa
keluhan sakit tersebut sebaiknya pekerjaan yang berat tidak dilakukan lagi seketika itu.
Agar terjadi peregangan pada otot atau relaksasi pada otot. Dapat juga digunakan obat
untuk membantu meredakan keluhan yang dirasa.
a. Punggung
Kemungkinan punggung akan mengalami perubahan struktur tulang menjadi
sedikit lebih membungkuk. Rasa nyeripun bisa dirasakan setelah dilakukan
pengangkatan. Karena kinerja oto bagian punggung yang juga besar.
b. Lengan
Lengan juga berperan untuk pemenggulan barang. Bagian tangan hingga lengan
digunakan untuk memegangi beanda yang dipanggul oleh pekerja. Diperlukan
gengaman yang erata agar benda tetap terkontrol dan tidak terjatuh. Maka dari itu otot
bagian tubuh ini juga akan bekerja keras. Kram ataupun rasa nyeri kemungkinan akan
terjadi. Hingga rawan juga terjadi pegeseran pada sendi siku dan sendi antara lengan
dengan bahu.
c. Leher
Leher akan mengalami kram dan pegal-pegal setelah pekerja melakukan
pemanggulan barang. Karena seperti penjelasan sebelum-sebelumnya. Pekerja perlu
tetap mendongakan kepala untuk melihat depan dalam berjalan.
d. Kaki
Kaki sebagai topangan tubuh juga akan terkena imbas dari pekerjaan dengan bean yang
berat ini. Kaki dapat terasa nyeri dan kram. Otot yang bekerja secara belebihan juga
akan menyebabkan kelalahan yang besar pada bagian kaki ini.
20
2. Sakit kepala
Pemanggulan yang dilakukan oleh pekerja pemanggul ini terdang hingga
mengenai bagian kepala. Ataupun justru bagian kepala itulah yang digunakan untuk
memanggul beban yang berat. Sebagai sistem pusat bagi tubuh manusia, yaitu kepala
yang juga sebagai tempat terdapatnya otak, tentunya tidak selayaknya untuk menjadi
tubuh yang digunakan untuk menopang beban yang berat. Jika hal tersebut dilakukan
kemungkinan keluahan yang akan muncul adalah sakit pada bagian kepala. Sistem kerja
otot kepala akan terkuras untuk melakukan beban yang berat hingga akan semakin
terjadi penegangan pada kepala.
3. Gangguan pernafasan
Gangguan ini bisa terjadi karena dengan pekerjaan pemanggulan dengan beban
yang berat akan membuat aliran nafas pekerja terkadang tidak lancar. Hal ini terjadi
akibat tekanan dari pekerjaannya dapat membuat sesak pada bagian dada. Dan udara
yang terdapat pada sekitar pasar tentunya tidak dapat sebersih uadar yang seharusnya
dihirup oleh manusia. Tambah parah lagi apabila keadaan pasar yang panas dan penuh
sesak dengan aktifitas penjualan dan pembeli.
21
3.3.2 Analisis postur posisi pemanggulan dengan RULA
a. Pemanggulan menggunakan punggung
Gambar 3.6 Outpur RULA pemanggulan menggunakan punggung
Dari hasil yang ada, dapat diketahui bahwa postur pemanggulan tersebut akan
menimbulkan bahaya bagi pekerja. Hal ini dapat terlihat pada tabel kategori yang
berwarna merah.
b. Pemanggulan menggunakan bahu
Gambar 3.7 Outpur RULA pemanggulan menggunakan bahu
22
Dari hasil yang didapat pada postur kedua ini juga dapat disimpulkan postur
pengangkatan dan beban yang diangkat tersebut akan mengakibatkan cedera pada
sejumlah bagian tubuh. Misalnya pada bagian bahu, lengan dan leher.
3.3.3 Solusi yang dilakukan oleh pekerja pemanggul barang di pasar tradisional
Dari data yang didapatkan, diperoleh beberapa cara dari solusi masalah
keselamatan yang digunakan oleh para pemanggul di pasar. Diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Dengan istirahat sejenak, hal ini dilakukan untuk membuang sedikit lelah yang
dirasakan. Pada saat istirahat ini sering juga digunakan untuk waktu makan
ataupun minum.
2. Dengan meminum jamu tradisional, hal ini dilakukan karena khasiat yang telah
dirasakan oleh para pekerja tersebut. Para pekerja menyebutkan tenaga nya akan
kembali bugar lagi apabil meminum jamu tradisional secara rutin. Selain itu
jamu juga memiliki harga terjangkau dari pada membeli obat atau berobat di
rumah sakit.
3. Dengan melakukan pijat, untuk hal ini tidak harus dilakukan denagn jasa
pemijat khusus. Namuan bisa saja menggunakan bantuan dari para pemanggul
lainnya atau dilakukan dengan bantuan keluarga ketika sudah berada dirumah.
Hal ini cukup menghilangkan letih yang timbul akibat pemanggulan yang telah
dilakukan.
4. Menggunakan alat bantu, misalnya saja pada pekerja perempuan sering
menggunakan kain panjang untuk mengikat barang yang ada pada punggungnya
sehingga dengan hal tersebut akan memindahkan tumpuan yang berada pada
tangan menuju ke punggung pekerja. Ataupun kain tersebut digunakan untuk
alas apabila pemanggulan dilakukan pada daerah kepala. Sehingga benda tidak
akan bersentuhan secara langsung dengan benda. Hal tersebut juga dilakukan
untuk menciptakan kenyamanan pada saat melakukan pemanggulan. Walaupun
tetap akan dirasakan berbahaya jika pengangkatan beban yang berat dilakukan
pada kepala. Adapula pekerja yang memanfaatkan kereta dorong. Meskipun
masih sedikit pemangul yang menggunakan kereta dorong, namun ada pula
23
pekerja yang menggunakannya. Dengan adanya kereta dorong ini tentu akan
lebih memudahkan pekerja. Karena beban yang ada, hanya ditumpukan kepada
lengan dan kaki untuk pendorongan. Akan tetapi dengan berbagai alasan masih
sedikit pada pekerja yang melakukannya. Diantara karena pasar yang ramai akan
susah untuk menggunakan bantuan kereta dorong. Apalagi dengan pasar yang
memiliki lantai lebih dari satu. Selain itu masih sedikit pekerja yang mempunyai
alat tersebut karena masalah biaya. Banyak yang mengungkapkan, upah hanya
cukup untuk makan saja. Sehingga akan susah untuk mendapatkan alat bantu
tersebut.
3.4 Solusi penerapan alternatif perbaikan pada sistem kerja pemanggul barang
di pasar tradisional
Dari masalah ataupun gangguan yang mungkin bisa terjadi sebelumnya, ada
beberapa solusi penerapan alternatif yang dapat dilakukan untuk pekerja pemanggul
barang ini. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Beban yang sepadan dengan kapasitas kemampuan pekerja.
Adanya batasan-batasan yang mungkin dapat digunakan untuk acuan didapat
dari beban rata-rata yang mungkin dapat diangkat oleh manusia normal. Batasan-
batasan yang menjadi acuan sebagai pendukung untuk menentukan batasan angkat dari
suatu posisi badan pada saat bekerja. Usia dan gender manusia juga berpengaruh pada
kekuatan pada saat bekerja atau mengangkat barang, faktor - faktornya yaitu :
Pria Usia <16 Th → maksimal dapat mengangkat 14 kg
Pria Usia 16 – 18 Th → dapat mengangkat 18 kg
Pria Usia >18 Th → tidak ada batas
Wanita Usia 16 – 18 Th → maksimal dapat mengangkat 11 kg
Wanita Usia >18 Th → maksimal dapat mengangkat 16 kg
Namun dengan melihat bagaimana cara kerja dari pekerja pemanggul yang
mendapatkan upah dari berat beban yang diangkat, pekerja tentunya harus melakukan
pekerjaan pemanggulan dengan cara berulang-ulang. Atau dengan kata lain, diperlukan
beberapa kali pengangkatan. Disebabkan barang yang seharusnya dipanggul sekali saja
dengan beban berat dan mempunyai resiko besar, kini beratnya diperkecil. Walapun
24
terjadi pengulangan tapi diharapkan cedera yang didapat sebelumnya bisa ditekan
ataupun dihilangkan.
2. Postur yang digunakan dalam gerakan pemanggulan
Pekerja harus mampu menerapkan postur tubuh untuk pengangkatan beban yang
benar sesuai aturan dan ergonomis. Dapat lihat bagaimana postur tubuh yang
seharusnya digunakan oleh pekerja agar sikap posturnya dapat ergonomis dan efisien.
Gambar 3.8 batas posisi dan beban angkat manusia
Dari batas-batas posisi yang seharusnya tersebut, cedera yang mungkin terjadi
dapat ditekan sekecil mungkin ataupun justru cedra atau keluhan kesehatan tersebut
tidak akan terjadi.
25
3. Pengecekan kesehatan secara rutin
Terkadang banyak pekerja yang mengabaikan pengontrolan atau pengecekan
kesehatan. Sehingga bisa saja tanpa terasa keluhan atau gangguan masalah kesehatan
akan muncul tanpa terduga-duga. Dari penjelasan diawal, pekerja banyak yang
meminum jamu sebagai alternatif pengobatan atas kelelahan yang dirasakan. Namun
tentunya lebih baik apabila dilakukan pengobatan secara medis pula. Dilihat dari
keadaan ekonomi, pengecekan ataupun pengontrolan ini dapat dilakukan di Puskesmas
terdekat. Karena pada masa ini telah banyak Puskesmas yang membebaskan biaya
pengobatan pada setiap pasien yang ada. Walaupun hal tersebut terlihat sepele, namun
diharapkan pula agar kesehatan dari pekerja dapat terkontrol dengan baik. Sehingga
apabila terjadi gangguan akan terdeteksi sejak awal. Dan dapat segera dilakukan
tindakan lanjut.
4. Penggunaan alat-alat bantu
Dari semua solusi yang dikemukakan sebelumnya, solusi terakhir ini merupakan
solusi yang dinilai sebagai solusi yang paling efisien. Pekerja dapat menggunakan alat-
alat bantu dalam menyelesaikan pekerjaannya. Alat-alat bantu tersebut misalnya saja
dengan menggunakan selendang kain, kereta dorong, ataupun katrol. Pada penggunaan
kereta dorong, pengangkatan barang justru akan lebih mudah walaupun dengan beban
yang besar. Sehingga pekerja tidak perlu mengurangi beban yang akan diangkat. Dari
hal tersebut pekerjaan akan cepat terselesaikan, tanpa harus mengorbankan fisik dan
tenaga yang berlebihan.
Dilihat kembali pada sisi ekonomisnya, sebenarnya alat dorong ini tidak harus
didapatkan oleh pekerja dengan cara membeli. Namun bisa juga dengan membuatnya
sendiri dari bahan-bahan bebas yang masih layak pakai seperti dari potongan kayu dan
roda sepeda bekas. Dari hal tersebut akan menekan biaya dari pembelian kereta dorong.
Selain kereta dorong tersebut dapat digunakan pula katrol. Katrol tersebut dapat
digunakan apabila pasar mempunyai lantai lebih dari 1. Untuk keefisienan
mendistribusian barang dari lantai atas kebawah atau sebaliknya akan lebih cepat karena
tanpa naik turun tangga.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Masalah pekerja pemanggul barang di pasar tradisional diantaranya adalah
gangguan muskuloskeletal pada bagian tubuhseperti punggung, lengan, leher
dan kaki yang muncul diakibatkan oleh berapa faktor, misalnya postur
pengangkatan, berat barang, usia pekerja dan lainnya.
2. Masalah atau gangguan keselamatan dan kesehatan yang terjadi akan dapat
dikurangi ataupun dihilangkan dengan pengunaan alat bantu, postur
pengangkatan yang tepat dan pengurangan berat beban yang diangkat dalam
sekali pemangulan serta pengecekan kondisi tubuh secara rutin.
3. Dari solusi alternatif yang dapat digunakan untuk pengurangan atau penghilang
masalah dan gangguan dilihat secara sisi ekonomis, dapat menggunakan hal-hal
yang sederhana. Diantaranya penggunakaan barang-barang bekas untuk
pembuatan alat bantu, hingga pemanfaatan fasilitas umum seperti Pukesmas
untuk melakukan pengecekan atau pengontrolan rutin pada pekerja.
4.2 Saran
1. Sebaiknya pekerja pemanggul barang dapat menerapkan prisip ergonomi dengan
baik.
2. Bagi para pelanggan jasa pemanggul, mampu memberikan upah yang sesuai
dengan tenaga yang dikeluarkan oleh pekerja pemanggul barang.
27
DAFTAR PUSTAKA
digilib.its.ac.id/.../ITS-Undergraduate-8937-6507040611-Chapter1.p..
eprints.uny.ac.id/.../PENGAMANAN_DAN_KESELAMATAN_KER...
http://batikyogya.wordpress.com
http://eprints.undip.ac.id/29010/.
http://health.kompas.com/read/2010/08/22/13302621/www.kompas.com
http://id.shvoong.com/business-management/human-resources/2181841-siswanto-jadi-
kuli-pikul-karena/
Nurmianto, eko.2008.Ergononomi konsep dasar dan aplikasinya.institut teknologi sepuluh
nopember:Surabaya
www.adidas-group.com/.../Health_Safety_Guidelines_Bahasa.pdf
www.crayonpedia.org/mw/1
28