karya ilmiah (diarto trisnoyuwono-2009)

22
1 Pemanfaatan Teknologi Beton Non Pasir Sebagai Alternatif Untuk Bahan Bangunan Dan Perkerasan Jalan Diarto Trisnoyuwono Abstrak : Kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat, sedangkan ketersediaan sumber dayanya di alam sangat terbatas, selain itu terdapat wilayah yang sama sekali tidak memiliki sumber daya material bangunan yang memenuhi syarat – syarat teknis. Oleh sebab itu dibutuhkan teknologi alternative yang dapat menghemat penggunaan material alam sekaligus untuk memecahkan masalah untuk daerah yang tidak memiliki bahan bangunan yang baik. Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang saat ini banyak dipakai dalam pembuatan bangunan fisik di Indonesia. Salah satu jenis beton adalah beton ringan, yaitu beton yang beratnya kurang dari 1800 kg/m³. Pada dasarnya, beton ringan dapat diperoleh dengan cara penambahan gelembung – gelembung udara, agregat ringan atau tidak dengan butir – butir agregat halus (beton non pasir). Beton non pasir ialah suatu bentuk sederhana dari jenis beton ringan yang dalam pembuatannya tidak dengan agregat halus. Tidak adanya agregat halus dalam campuran menghasilkan beton yang berpori (yang semula diisi agregat halus) sehingga beratnya berkurang. Pori – pori di dalam beton tersebut mencapai sekitar 20 – 25 %. Hasil penelitian untuk mengetahui kuat momen dan daktilitas balok beton non pasir dengan kerikil dari lempung bekah bakar telah dilakukan (Tjokrodimuljo, 1995),balok dengan ukuran 15 x 20 x 200 cm dan beban 2 titik dengan jarak 60 cm serta diberi tulangan atas dan tulangan bawah sama besar (3 ʔ 16) menghasilkan momen elastic sebesar 26 kN-m dan momen plastis maksimum sebesar 30 kN-m. Hal ini menunjukkan bahwa kuat momen elastic balok beton non pasir setara dengan balok beton bertulang biasa, serta nilai daktilitas cukup besar. Kata kunci : beton non pasir, bahan bangunan, perkerasan jalan A. Pendahuluan Tidak ada bahan yang ada di dunia ini yang tidak dapat dimanfaatkan. Setiap bahan pasti dapat dimanfaatkan asalkan sesuai dengan kelasnya (Gurcharan Singh, 1979 dalam Tjokrodimuljo 2007). Berdasarkan pendapat tersebut maka beberapa ahli bahan bangunan telah melakukan berbagai penelitian tentang pemanfaatan bahan yang ada di Indonesia untuk digunakan sebagai bahan dasar bangunan. Pemilihan tersebut biasanya dihubungkan dengan sifat fisik, mekanika dan kimia, diantaranya ialah tampak luar, kekuatan, keawetan, serta jumlah ketersediaan dan tinjauan ekonomi. Setelah itu baru dapat dipertimbangkan untuk digunakan pada jenis bahan bangunan dan jenis struktur yang sesuai.

Upload: diarto

Post on 20-Jan-2016

97 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

1

Pemanfaatan Teknologi Beton Non Pasir Sebagai Alternatif UntukBahan Bangunan Dan Perkerasan Jalan

Diarto Trisnoyuwono

Abstrak : Kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat, sedangkan ketersediaan sumberdayanya di alam sangat terbatas, selain itu terdapat wilayah yang sama sekali tidak memiliki sumberdaya material bangunan yang memenuhi syarat – syarat teknis. Oleh sebab itu dibutuhkan teknologialternative yang dapat menghemat penggunaan material alam sekaligus untuk memecahkan masalahuntuk daerah yang tidak memiliki bahan bangunan yang baik. Beton merupakan salah satu bahanbangunan yang saat ini banyak dipakai dalam pembuatan bangunan fisik di Indonesia. Salah satu jenisbeton adalah beton ringan, yaitu beton yang beratnya kurang dari 1800 kg/m³. Pada dasarnya, betonringan dapat diperoleh dengan cara penambahan gelembung – gelembung udara, agregat ringan atautidak dengan butir – butir agregat halus (beton non pasir). Beton non pasir ialah suatu bentuk sederhanadari jenis beton ringan yang dalam pembuatannya tidak dengan agregat halus. Tidak adanya agregathalus dalam campuran menghasilkan beton yang berpori (yang semula diisi agregat halus) sehinggaberatnya berkurang. Pori – pori di dalam beton tersebut mencapai sekitar 20 – 25 %. Hasil penelitianuntuk mengetahui kuat momen dan daktilitas balok beton non pasir dengan kerikil dari lempung bekahbakar telah dilakukan (Tjokrodimuljo, 1995),balok dengan ukuran 15 x 20 x 200 cm dan beban 2 titikdengan jarak 60 cm serta diberi tulangan atas dan tulangan bawah sama besar (3 16) menghasilkanmomen elastic sebesar 26 kN-m dan momen plastis maksimum sebesar 30 kN-m. Hal ini menunjukkanbahwa kuat momen elastic balok beton non pasir setara dengan balok beton bertulang biasa, serta nilaidaktilitas cukup besar.

Kata kunci : beton non pasir, bahan bangunan, perkerasan jalan

A. Pendahuluan

Tidak ada bahan yang ada di dunia ini yang tidak dapat dimanfaatkan. Setiap bahan pasti

dapat dimanfaatkan asalkan sesuai dengan kelasnya (Gurcharan Singh, 1979 dalam

Tjokrodimuljo 2007). Berdasarkan pendapat tersebut maka beberapa ahli bahan bangunan telah

melakukan berbagai penelitian tentang pemanfaatan bahan yang ada di Indonesia untuk

digunakan sebagai bahan dasar bangunan. Pemilihan tersebut biasanya dihubungkan dengan sifat

fisik, mekanika dan kimia, diantaranya ialah tampak luar, kekuatan, keawetan, serta jumlah

ketersediaan dan tinjauan ekonomi. Setelah itu baru dapat dipertimbangkan untuk digunakan

pada jenis bahan bangunan dan jenis struktur yang sesuai.

2

Tulisan ini menguraikan salah satu jenis bahan bangunan yaitu beton non pasir (no fines

concrete), sebagai rangkuman dari berbagai sumber termasuk hasil penelitian penulis di Fakultas

Teknik Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada Jogjakarta.

B. Pembahasan

1. Beton Non Pasir

Beton non pasir ialah suatu bentuk sederhana dari jenis beton ringan yang dalam

pembuatannya tidak dengan agregat halus. Tidak adanya agregat halus dalam campuran

menghasilkan beton yang berpori (yang semula diisi agregat halus) sehingga beratnya berkurang.

Pori – pori di dalam beton tersebut mencapai sekitar 20 – 25 %. Kelebihan utama dari pemakaian

beton non pasir adalah (Tjokrodimuljo, 2004) :

a) Lebih bersifat isolasi panas

b) Cara pembuatannya yang lebih cepat dan sederhana

c) Bobotnya yang ringan

d) Susutnya yang kecil

e) Tidak ada kecenderungan untuk bersegregasi sehingga pada saat pengecoran adonan dapat

dijatuhkan dengan tinggi jatuh yang lebih tinggi.

3

Gambar 1. Sifat BNP yang tidak mudah bersegregasi di saat pengecoran (nrmca.org – 2004)

f) Kebutuhan semen sedikit, karena tidak ada pasir, maka luas permukaan butir agregat

berkurang sehingga kebutuhan semen hanya sedikit.

g) Mudah untuk meloloskan air (pervious).

Gambar 2. Struktur Beton Non Pasir yang pervious(Reedbusiness.com - 2005)

4

2. Struktur Beton Non – Pasir.

Struktur beton non pasir sangat berbeda dengan beton konvensional dalam pengertian

bahwa pasta semen yang mengikat agregat menjadi satu berupa lapisan yang tipis. Ketika

dilakukan pemadatan maka akan membuat partikel – partikel agregat menjadi lebih menyatu,

sehingga pasta semen keluar dari bidang kontak dan menyelimuti partikel – partikel agregat

tersebut (Harber, 2005).

Beton non pasir memiliki struktur yang terbuka dengan besarnya rasio pori yang berada

pada ikatan antar agregat yang berfungsi sebagai penunjang kekuatannya. Struktur beton ini

mudah untuk digambarkan bagaikan kumpulan butiran agregat yang terikat menjadi satu dan

bersifat porous (Harber, 2005).

Kuat tekan beton non pasir dipengaruhi oleh jenis, bentuk agregat dan gradasi agregat;

rasio volume agregat – semen (proporsi campuran) dan Faktor Air Semen (FAS). Pada umumnya

agregat kasar yang dipakai berukuran 10 – 20 mm, walaupun ukuran yang lain dapat pula

dipakai. Pemakaian agregat dengan gradasi rapat dan bersudut tajam (batu pecah) akan

menghasilkan beton non pasir yang kuat tekan dan berat jenisnya sedikit lebih tinggi daripada

yang memakai agregat seragam dan bulat (Tjokrodimuljo, 2004).

5

Gambar 3. Aplikasi Beton Non Pasir pada Perkerasan Jalan(Washingtonconcrete.org - 2007)

3. Sifat – Sifat Beton Non-Pasir

Secara umum sifat teknis atau sifat mekanis beton non pasir difokuskan pada

kekuatannya. Pengujian sifat-sifat teknis beton non pasir dilakukan pada beton setelah berumur

28 hari, karena diyakini bahwa setelah umur 28 hari, terjadi kestabilan struktur dan

kekuatannya dapat terus meningkat, sehingga setara dengan kekuatan beton normal (Raju

N.K, 1983).

3.1. Berat Per m³ Beton Non Pasir

Berat per m³ beton non – pasir pada umumnya berkisar antara 60 – 75% dari berat per m³

beton normal (Tjokrodimuljo, 1996). Beton non pasir ini akan memiliki bobot yang lebih

ringan lagi jika digunakan agregat ringan. Berat beton non pasir berkisar antara 1600 sampai

1900 kg/m3, yang ditentukan oleh bentuk, ukuran, gradasi dan berat jenis agregat, volume

pori beton, rasio agregat dengan semen serta pemadatan yang dilakukan (Harber, 2005)

Pada Tabel 1 disajikan hasil penelitian berat per m³ beton non pasir dengan berbagai macam

agregat dari beberapa penelitian terdahulu.

6

Tabel 1. Berat beton non pasir (t/ m³) dari penelitian terdahulu

Rasio Vol.PC :

Agregat

Agregat

Pecahangentengkeramik

KerikilGalis Tanah

liatbakar

Breksi batuapung

KerikilMerapi

Batu Ape S.Lua, TalaudTipe

1Tipe

21 : 2 - 2,19 2,26 2,03 1,75 2,26 -1 : 3 - - - 2,01 - - -1 : 4 - 2,07 2,24 1,99 1,69 2,13 2.0521 : 5 - - - 1,93 - - -1 : 6 1,61 1,89 2,06 1,88 1,63 2,01 1.9621 : 7 1,60 - - 1,85 - - -1 : 8 1,65 1,82 1,99 1,83 1,59 1,90 1.8041 : 9 1,51 - - - - -

1 : 10 1,43 1,77 1,94 1,58 1,79 1.769Peneliti(tahun)

Tjokrodimuljo(1992)

Kadarusman(1998)

Wahyudi(1998)

Sulistyowati(2000)

Subkhannur(2002)

Trisnoyuwono(2008)

3.2. Kuat tekan

Agregat kasar yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan beton non – pasir sangat

berpengaruh terhadap kuat tekannya. Sifat – sifat agregat kasar yang berpengaruh itu

diantaranya adalah kekasaran, ketahanan aus dan gradasinya (Tjokrodimuljo, 1992).

Sebagai gambaran, pada Tabel 2 ditampilkan hasil penelitian tentang kuat tekan beton non –

pasir dengan agregat yang berbeda yang pernah dilakukan oleh peneliti – peneliti terdahulu.

Tabel 2. Kuat tekan beton non pasir dari penelitian terdahulu

RasioVolume

PC : Agrt

AgregatPecehangentengkeramik

Kerikil Galis Tanahliat

bakar

Breksi batuapung

Kerikilmerapi

Batu Ape S.Lua, TalaudTipe

1Tipe

21 : 2 - 35,86 28,61 20,17 19,91 29,76 -1 : 3 - - - 19,13 - - -1 : 4 - 16,40 23,78 18,87 14,81 20,28 15.601 : 5 - - - 10,81 - - -1 : 6 9,03 10,36 10,79 8,63 11,06 16,23 7.671 : 7 8,32 - - 6,53 - - -1 : 8 7,04 6,86 8,26 6,31 8,66 8,81 4.651 : 9 5,51 - - - - - -

1 : 10 4,54 4,61 5,97 - 7,62 5,26 2.40Peneliti(tahun)

Tjokrodimuljo(1992)

Kadarusman(1998)

Wahyudi(1998)

Sulistyowati(2000)

Subkhannur(2002)

Trisnoyuwono(2008)

7

3.3. Nilai faktor air semen (fas)

Kadar air sangat dibutuhkan untuk membentuk rekatan antara agregat. Rasio air – semen

(fas) yang lebih tinggi dari nilai fas optimum tidak akan menghasilkan ikatan yang cukup

baik antara pasta semen dan agregat. Hal ini diakibatkan karena pasta semen terlalu encer

dan tidak bisa merekatkan partikel – partikel agregat. Sebaliknya jika faktor air semen terlalu

rendah dari nilai fas optimum, pasta semen tidak akan cukup memiliki daya adhesi untuk

merekatkan agregat (Tjokrodimuljo, 2004).

Nilai fas yang umum digunakan adalah pada rentang nilai antara 0.36 – 0.46. Hasil penelitian

Tjokrodimuljo (1992) yang membuat beton non pasir dari pecahan genteng keramik

diperoleh nilai faktor air semen optimum sekitar 0,4 dengan kuat tekan antara 5 MPa sampai

10 MPa untuk rasio volume agregat - semen 10 sampai 6 seperti yang ditampilkan pada

Gambar 3. Tingkat serapan agregat terhadap air juga akan mempengaruhi kadar air dan harus

menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam proses perencanaan.

Gambar 3. Hubungan antara fas dan kuat tekan beton non pasir(Tjokrodimuljo, 1992)

KUAT

TEK

AN, M

Pa

8

Dalam beton non pasir faktor air semen (fas) bukan merupakan faktor kontrol utama dalam

menentukan kuat tekannya, tetapi rasio agregat – semen dan faktor air semen optimumlah

yang dapat menghasilkan kuat tekan tertinggi.

3.4. Modulus Elastisitas

Modulus elastisitas beton non pasir merupakan perbandingan antara tegangan dan regangan

pada saat beton masih dalam kondisi elastik. Kurva tegangan – regangan beton pada tahap

awal pembebanan merupakan kurva linear, maka modulus elastisitas (modulus young) dari

bahan beton ini adalah garis singgung dari kurva tegangan – regangan pada titik pusatnya.

Kemiringan garis singgung ini didefinisikan sebagai modulus tangen awal. Modulus tangen

awal diambil sebagai modulus elastisitas (Gambar 4).

Modulus elastisitas beton tergantung pada modulus elastisitas agregat dan pastanya. Dalam

perhitungan struktur boleh diambil modulus elastisitas beton sebagai berikut (Tjokrodimuljo,

2004) :

Ec = (WC)1,.5 . 0,043 fC untuk WC = 1,5 – 2,5

Ec = 4700 . fc untuk beton normal

Dengan :

EC = Modulus elastisitas beton (MPa)

WC = Berat beton per m ³

fC = Kuat tekan beton (MPa)

9

Tega

ngan

0.5 fc’

Modulustangen

Modulus tangenawal

Modulus secan pada 0.5 fc’

EcE0.5

Fc’

Regangan

Gambar 4. kurva hubungan tegangan – regangan beton

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Wahyudi (1998), Sulistiyowati (2000), Subkhannur

(2002), Misdarpon (2006) dan Oktarina (2007) pada beton non pasir memberikan nilai

modulus elastisitas sebagaimana tercantum pada Tabel 3.

10

Tabel 3. Modulus elastisitas beton non pasir dari penelitian terdahuluModulus elastisitas (MPa)

Rasio volumePC : Agregat

Agregat

Tanah liatbakar

Breksi batuapung

Kerikil asalG. Merapi

Batu Ape S.Lua, Talaud

Cangkangkerangdarah

1 : 2 7012 9625 33772.8 -1 : 3 6461 - - -1 : 4 5717 7867 32409 15007.50 8011 : 5 3472 - - - -1 : 6 2716 6110 27081.2 8726.25 4521 : 7 2531 - - - -1 : 8 - 4352 24161.8 6394.50 3181 : 9 - - - - -1 : 10 - 2594 17727.4 4030.50 239

Peneliti(tahun)

Wahyudi(1998)

Sulistiyowati(2000)

Subkahannur(2002)

Trisnoyuwono(2008)

Oktarina(2007)

3.5. Kadar pori

Pasta semen hanya merupakan lapisan tipis pada permukaan agregat dan tidak mengandung

gelembung udara, sehingga pori hanya ditentukan dari ruang antara butiran agregat. Definisi

kadar pori adalah jumlah udara yang terdapat diantara butiran - butiran agregat dan

terperangkap di dalam beton non pasir. Kadar pori tergantung pada rasio agregat – semen,

oleh sebab itu nilainya sangat bervariasi. Kadar pori beton non pasir berkisar antara 13

sampai 28 % untuk rasio semen – agregat 1 : 4 dan 1 : 6 (Harber, 2005).

Volume pori beton non pasir yang menggunakan berbagai macam agregat dan berbagai

perbandingan volume semen - agregat dapat dilihat pada Tabel 4.

11

Tabel. 4. Volume pori beton non pasir dengan berbagai macam agregatVolume Rongga (%)

Rasiovol. PC :

Agr

PecahangentengJambi

Kerikil Galis Breksi batuapung

KerikilMerapi

Batu Ape S.Lua, Talaud

CangkangkerangdarahTipe I Tipe

II1 : 2 0,39 1,056 0,564 1,8 1,23 - -1 : 3 0,13 - - - - - -1 : 4 6,34 4,54 3,941 0,4 5,7 3.07 32,891 : 5 11,37 - - - - - -1 : 6 13,59 13,33 8,76 1,6 10,66 7.52 45,511 : 7 - - - - - - -1 : 8 - 20,02 14,28 1,9 19,12 12.16 49,751 : 9 - - - - - - -1 : 10 - 22,71 17,79 3,2 25,23 14.77 52,66

Peneliti(tahun)

Supangat(1996)

Kadarusman(1998)

Sulistiyowati(2000)

Subkhannur(2002)

Trisnoyuwono(2008)

Oktarina(2007)

4. Proporsi campuran

Proporsi campuran beton non pasir sebagian besar bergantung pada peruntukannya

(elemen kolom, balok atau perkerasan jalan). Untuk aplikasi pada bangunan, rasio semen dengan

agregat yang biasa dipakai adalah 1 : 6 dan 1 : 10. Patokan untuk campuran ini akan

menghasilkan rasio pori yang tinggi dan dapat mencegah pergerakan kapiler air dari bagian

bawah struktur yang berhubungan dengan tanah (Harber, 2005).

Perbandingan volume semen – agregat yang pernah dicoba oleh Tjokrodimuljo (1992)

berkisar antara 1 : 6 dan 1 : 10 dengan menghasilkan kuat tekan berkisar antara 10 – 5 MPa, hal

tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil serupa juga dihasilkan oleh Tjokrodimuljo dan

Sumartono (1993), dimana kuat tekan beton non pasir berkisar antara 9 dan 3 MPa pada

perbandingan volume semen – agregat antara 1 : 5 dan 1 : 10.

12

0

2

4

6

8

10

12

5 6 7 8 9 10 11 12

RASIO VOLUME AGREGAT - SEMEN

13

Gambar 5. Hubungan antara rasio agregat – semen dan kuat tekan beton(Tjokrodimuljo, 1992)

Untuk membuat beton non pasir yang lebih kuat, misalnya untuk elemen balok atau

kolom, dapat digunakan nilai rasio semen – agregat yang lebih rendah, misalnya 1 : 4. Hal ini

pernah dicoba oleh Mohammad Noe Ilham (1997) untuk penelitiannya tentang kuat lentur dan

daktilitas balok beton non pasir, yang menggunakan agregat berupa tanah liat bakar dari sekitar

Sungai Lusi (Purwodadi) dan menghasilkan berat jenis 1,91 serta kuat tekan rata – rata 18,5

MPa. Rasio volume semen : agregat (1 : 4) juga dilakukan oleh Basewed dan Tjokrodimuljo

(1997) sewaktu melakukan penelitian tentang kuat geser balok beton non pasir, yang

menggunakan agregat berupa lempung bekah (expanded clay – ALWA) dari Cilacap. Beton non

pasir yang dihasilkan mempunyai berat jenis 1,50 dan kuat tekan rata – rata 14 MPa.

KUAT

TEK

AN, M

Pa

13

5. Kebutuhan Bahan Beton Non-Pasir

Pembuatan beton non – pasir dapat lebih murah karena hanya memerlukan semen

Portland sedikit. Hal ini karena pasta semen tidak diperlukan untuk melapisi butir – butir pasir

(Neville, 1975).

Semakin besar rasio agregat – semen, semakin rendah kuat tekan beton non – pasir. Hal

ini disebabkan karena semakin besar rasio agregat – semen semakin sedikit pasta semen yang

ada sehingga daya rekat antar butir agregat semakin lemah (Tjokrodimuljo, 1994).

Beton non pasir yang dipakai untuk bagian non struktur biasanya dibuat dengan nilai fas

0,40 dan perbandingan volume semen : agregat = 1:10, dan kebutuhan semen portland sekitar

130 kg per meter kubik beton.

Untuk struktur ringan yang dibuat dengan nilai fas 0,40 dan perbandingan volume semen

: agregat = 1 : 5, maka kebutuhan semen portland sekitar 290 kg per meter kubik beton.

(Tjokrodimuljo, 2004). Sebelum pengadukan dilaksanakan, terlebih dahulu harus dihitung

kebutuhan bahan-bahan penyusun beton non pasir, selanjutnya kebutuhan bahan ini diberi faktor

tambahan bahan.

Bahan bahan yang diperlukan yaitu : kerikil, semen, dan air, dihitung dengan cara

persamaan sebagai berikut (Tjokrodimuljo, 2004) :

a) Bahan adukan untuk 1 m³ beton non pasir

Perbandingan semen – agregat = 1 : A. untuk 1 m³ beton non pasir diperlukan :

Volume agregat (Vagr), Vagr = 1000 dm³

Berat agregat (Wagr), Wagr = Vagr x berat satuan agregat, kg .……...(1)

Volume semen (Vsmn), Vsmn = 1000/A, dm³ …………………………(2)

14

Berat semen (Wsmn), Wsmn = Vsmn x berat satuan semen, kg ………(3)

Berat air (Wair), Wair = f.a.s x Wsmn, kg ……………………...(4)

b) Bahan adukan untuk 5 silinder beton non pasir

Volume 1 adukan = volume 5 silinder

V1 ad = 5 x ¼ x x jari – jari silinder (dm) x tinggi silinder (dm)

V1 ad = 5 x ¼ x x 1,5² x 3 dm³ = 26,51 dm³.

k = faktor keamanan jumlah bahan (1,10 – 1,40)

Berat agregat untuk satu adukan (Wagr 1 ad), kg

Wagr 1 ad = (V1 ad/1000) x Wagr x k ………………………………….….(5)

Berat semen satu adukan (Wsmn 1 ad), kg

Wsmn 1 ad = (V1 ad/1000) x Wsmn x k …………………………………...(6)

Berat air satu adukan (Wair 1 ad), liter

Wair 1 ad = (V1 ad/1000) x W air x k …………………………….…….…(7)

Pada Tabel 5 disajikan hasil penelitian tentang kebutuhan semen per meter kubik untuk

beton non pasir dari penelitian – penelitian terdahulu.

Tabel 5. Kebutuhan semen per meter kubik dari penelitian terdahuluPerbandingan

VolumeSemen:Agrega

t

AgregatPecehangentengkeramik

Kerikil Galis Tanahliat

bakar

Breksi batuapung

Batu Ape S.Lua, TalaudTipe 1 Tipe 2

1 : 2 - 622,26 613,88 589,1 593 -1 : 3 - - - 450,5 - -1 : 4 - 363,45 375,29 362,7 376 407.161 : 5 - - - 296,2 - -1 : 6 211 240,86 245,98 249,4 268 285.411 : 7 185 - - 216,1 - -1 : 8 170 181,87 188,94 191,5 209 207.881 : 9 140 - - - -1 : 10 127 145,87 151,28 173 168.08

Peneliti(tahun)

Tjokrodimuljo(1992)

Kadarusman(1998)

Wahyudi(1998)

Sulistyowati(2000)

Trisnoyuwono(2008)

15

6. Hasil Uji Coba di Lapangan

Setelah penelitian di laboratorium diperoleh hasil yang cukup, langkah berikutnya ialah

uji coba di lapangan. Beberapa kali uji coba di lapangan telah dilakukan, diantaranya sebagai

berikut :

a) Pembuatan bata dari beton non pasir (BATAGAMA 1). Bata beton ini telah diproduksi di

dusun Jambon, Desa Bawuran, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul sejak tahun 2002. Bata

beton dari daerah ini telah dipakai untuk dinding tembok gedung, antara lain di bangunan

pabrik bata beton itu sendiri di Dusun Jambon (Gambar 6), adapun bata beton (Batagama II)

yang diproduksi di Dusun Kemiri, Desa Purwobinangun, Kecamatan pakem, Kabupaten

Sleman, sejak tahun 2003, telah dipakai untuk perluasan masjid di dusun kemiri, Desa

Purwobinangun, Sleman, rumah percontohan di kompleks Perumahan Kabupaten Sleman

(Gambar 7 dan Gambar 8) dan gedung pusat penjualan barang – barang kerajinan dari beton

non pasir di Dusun Kemiri Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman

(Gambar 12).

b) Struktur beton non pasir bertulang. Struktur beton ini telah dipakai untuk membuat bangunan

gapura di Perumnas Condongcatur, Yogyakarta (Gambar 9).

c) Buis beton untuk sumur resapan (Gambar 10).

d) Perkerasan jalan lingkungan (Gambar 11).

e) Barang kerajinan, misalnya pot bunga, meja kursi taman, dsb (Gambar 13).

16

Gambar 6. Pabrik BNP di Bawuran, Pleret, Bantul(Tjokrodimuljo, 2003)

Gambar 7. Rumah contoh di Beran, Sleman, dalam pembuatan(Tjokrodimuljo, 2004)

17

Gambar 8. Rumah contoh di Beran, Sleman(Tjokrodimuljo, 2004)

Gambar 9. Gapura dari BNP di Perumnas Condongcatur, Kec. Depok, Sleman

18

Gambar 11. Perkerasan jalan dari BNP di Dusun Kemiri(Nugraha, 2007)

Gambar 10. Buis beton dari BNP dibuat di Dusun Kemiri(Nugraha, 2007)

19

Gambar 13. Kerajinan dari Beton Non Pasir (Bagas, 2007)

Gambar 12. Gedung dari BNP untuk pusat penjualan barang kerajinan didusun Kemiri, Purwobinangun, Pakem, Sleman (Bagas, 2007)

20

C. Penutup

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka beton non pasir cocok untuk pembuatan barang –

barang sebagai berikut :

• Bata beton (ukuran batako).

• Dinding tembok cor setempat (bertulang atau tidak bertulang).

• Balok dan kolom gedung satu lantai (beton non pasir bertulang).

• Bangunan gapura (beton non pasir bertulang).

• Perkerasan jalan (karena meloloskan air).

• Barang – barang kerajinan (pot bunga, meja kursi taman dan lain-lain).

D. Daftar Pustaka

• Amri, S, 2005. Teknologi Beton A – Z, Edisi Pertama, Penerbit Yayasan John Hi-Tech

Idetama, Jakarta.

• Frick, H. Koesmartadi, C.H. 1999. Ilmu Bahan Bangunan, Eksploitasi Pembuatan,

Penggunaan dan Pembuangan. Kanisius. Yogyakarta.

• Fulton, F.S. 1977. Concrete Technology. Cape and Transversal Printers Limited. Republic of

South Africa.

• Hadi, C. 2003, Beton Non-Pasir dengan Agregat Batu Kapur Asal Klaten Ukuran 10 – 20

mm, Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

• Harber, P. 2005. Applicability of No-Fines Concrete as a Road Pavement, Dissertation

towards the Degree of Bachelor of Engineering, Faculty of Engineering and Surveying,

University of Southern Queensland, Australia.

21

• Kadarusman. 1998. Kajian Pemakaian Kerikil Galis Sebagai Agregat Pada Beton Non-Pasir.

Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

• Neville, A.M. 1975, Properties of Concrete, The English Language Book Society And

Pitman Publishing, Johannesburg, South Africa.

• Oktarina, D, 2007. Penggunaan Cangkang Kerang Darah Asal Pasar Kobong Semarang

sebagai Agregat dalam Pembuatan Beton Non-Pasir. Thesis. Sekolah Pasca Sarjana Jurusan

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

• Pervious Concrete. When It Rains….It Drains. www.nrmca.org. 2004.

• Pervious Concrete Technology A Solution To Storm Water Problem.

www.reedbusiness.com. 2005.

• Pervious Pavement. www.washingtonconcrete.org. 2007.

• Raju, N.K, 1983, Design of Concrete Mixes, Second Edition, CBS Publishers & Distributors,

New Delhi, India

• Subkhannur, A, 2002. Penggunaan Kerikil Asal Gunung Merapi sebagai Agregat dalam

Pembuatan Beton Non-Pasir. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.

• Sulistyowati, E.E. 2000. Pemanfaatan Breksi Batu Apung ukuran 5mm – 20mm Sebagai

Agregat Beton Non-Pasir. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta

• Supangat, 1996. Penggunaan Pecahan Genteng Asal Jambi Sebagai Agregat Beton Non

Pasir. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

22

• Tjokrodimuljo, K. 2007. Beton Khusus, Buku Ajar. Jurusan Teknik Sipil – Magister

Teknologi Bahan Bangunan – Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

• Tjokrodimuljo, K. 2004. Teknologi Beton, Buku Ajar. Jurusan Teknik Sipil – Magister

Teknologi Bahan Bangunan – Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Yogyakarta.

• Tjokrodimuljo, K. 2000. Kursus Singkat Teknologi Bahan Lokal Dan Aplikasinya Di Bidang

Teknik Sipil (Beton Non Pasir), Pusat Administrasi Umum, Ilmu Teknik Universitas Gadjah

Mada (22-23 Maret 2000), Yogyakarta.

• Tjokrodimuljo, K. 1992. Beton Non-Pasir Dengan Agregat Dari Pecahan Genteng Keramik.

Laporan Penelitian. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta

• Wahyudi, B. 1998. Pengaruh Perbandingan Agregat – Semen Terhadap Sifat – Sifat Beton

Non Pasir Dengan Agregat Buatan Tanah Liat Bakar Asal Purwodadi, Tugas Akhir Jurusan

Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.