karya ilmiah contectual teaching and learning (ctl)...smpn 3 bayat klaten
DESCRIPTION
Kaya Ilmiah PendidikanTRANSCRIPT
STUDI KASUS KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR PADA SMP NEGERI 3 BAYAT, KLATEN, JAWA-TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008
Penulis :
Asim Sulistyo, S.Pd.
: NIP. 132 171 633
Jalan : KI. HADJAR DEWANTARA NO. 1 WIRO, BAYAT, KLATEN 57462
Telephon (0272) 3101206 E_Mail : [email protected]
www.smpn3bayat.co.cc
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
1
ABSTRAK
Hakikat pendidikan sebagai praktek kebebasan, dialogika dan
dialog, dialog dan pencarian isi program, hubungan manusia dengan dunia.
Tema-tema generatif dan isi program pendidikan sebagai praktek
kebebasan, kebangkitan kesadaran kritis melalui kebebasan mencari ilmu
pengetahuan dan mencari ilmu ketrampilan secara nyata.
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) guru dituntut untuk bisa
memahami sifat-sifat individu peserta didik dan memilih strategi
pembelajaran yang paling sesuai untuk peserta didik. Ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik adalah yang harus dicapai dalam prinsip Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Metode ceramah, siswa mencatat materi dan latihan soal-soal
adalah pembelajaran yang hanya mencapai ranah kognitif. Transfer
pengetahuan dan ketrampilan tak pernah digubris, sementara pengajar
hanya memberikan konsep-konsep yang abstraks. Metode pembelajaran
konvensional ini bisa merugikan peserta didik, dan perlu diadakan revolusi
pembelajaran menuju kearah pembelajaran yang kontekstual.
Dalam tulisan ini menyajikan hasil penelitian tentang pelaksanaan
Kegiatan Belajar Mengajar dengan strategi Contextual Teaching and
Learning (CTL) di SMP Negeri 3 Bayat, Klaten, Jawa-Tengah. Dan tak lupa
penulis selalu mengharapkan kritik dan saran, untuk perbaikan penulisan-
penulisan selanjutnya. Apabila ada salah dan kurangnya penulis mohon
maaf
Terimakasih, semoga bermanfaat, Amin.
Klaten, Juni 2008
Penulis,
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
2
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHANHALAMAN SAMPULABSTRAKDAFTAR ISI
I. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................... 2
C. Batasan dan Rumusan Masalah................................................... 3
II. BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian CTL............................................................................ 4
B. Makna Belajar Kontekstual......................................................... 5
C. Tujuh Pilar Strategi Pembelajaran Kontekstual........................... 6
D. Model Pembelajaran Kontekstual.................................................7
E. Penerapan CTL.............................................................................9
F. Kerangka Berpikir....................................................................... 9
G. Hipotesa....................................................................................... 9
III. BAB III PEMBAHASAN
A. Sobyek Penelitian...................................................................... 10
B. Metodologi Penelitian ............................................................... 10
C. Analisa Data.............................................................................. 10
IV. BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 14
B. Saran-Saran................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Rekapitulasi Hasil SurveyGrafik Hasil SurveyContoh Model AngketTabel Rakapitulasi Hasil Survey
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
3
Disahkan pada tanggal : 12 Juni 2008, Oleh :
Kepala Sekolah,
Drs. SURAMLAN NIP. 131 837 891
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
4
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas)
2003 Pasal 1 ; pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Depdiknas, 2007).
Masalah pendidikan mencakup bagaimana mengembangkan anak didik
sebagai manusia individu sekaligus warga masyarakat. Tujuan pendidikan
adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (Benni Setiawan, 2008).
Kecenderungan pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di SMP
Negeri 3 Bayat masih bersifat konvensional dan tradisional, hal ini bisa terjadi
karena Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga pendidik yang belum
melaksanakan KBM dengan baik. Sebagai contoh, salah satu siswa mencatat
materi pelajaran di papan tulis dan siswa yang lain mencatat di buku tulis adalah
pandangan sehari-hari di dalam KBM. Setelah siswa kelelahan mencatat
selanjutnya guru menerangkan atau ceramah didepan kelas. Kondisi seperti ini
sudah pasti tujuan pembelajaran tidak mungkin tercapai. Yang didapat siswa
hanyalah catatan-catatan suatu konsep dan siswa malas membaca kembali.
Catatan-catatan itu akan cepat usang dan menjadi limbah yang tak
punya arti sementara guru berceramah tentang konsep-konsep yang bersifat
abstrak. Dengan konsep abstrak tersebut dipastikan bahwa kompetensi yang
akan dicapai sepantasnya sia-sia (Bobbi DePorter, 2000).
Tampaknya langkah yang ditempuh guru tersebut sudah menyimpang
dari prinsip Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) ini menyebabkan Out Come kehilangan kesadaran identitas
individu, lokalitas, kreativitas dan daya saing. Ranah kognitif yang selalu di
dewa-dewakan dengan latihan soal-soal pelajaran menjadi alat untuk
mengeksploitasi otak-otak peserta didik.
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
5
Lenyaplah kesadaran identitas individu, perampasan identitas individu
tersebut sudah merambah pada semua mata pelajaran di SMP Negeri 3 Bayat.
Perkembangan kompetensi individu siswa sudah tak digubris sama sekali.
Apalagi kebutuhan peserta didik dalam mengekspresikan potensinya sungguh
sudah tak ada ruang untuk berkembang.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah menjadi acuan guru
dalam mengajar. Dalam RPP itu guru membuat perencanaan, strategi, metode,
dan skenario pembelajaran. Akan tetapi banyak guru yang melaksanakan KBM
tanpa RPP. Apabila ada guru yang membuat RPP itu pun hanyalah formalitas
belaka (Solo Post, 2008).
Mestinya dengan RPP, guru harus bisa menciptakan pembelajaran yang
kreatif, inovatif dan menyenangkan, terutama pada mata pelajaran yang
mempunyai tingkat kesulitan cukup tinggi. Suasana pembelajaran yang
menyenangkan menyebabkan siswa menjadi lebih simpatik dan bergairah
dengan mata pelajaran tersebut.
Agar tujuan pembelajaran bisa tercapai, maka guru di tuntut untuk bisa
membuat perencanaan pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan.
B. Identifikasi Masalah
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan metode dan strategi yang
masih konvensional atau tradisional cenderung akan menghambat kompetensi
perkembangan identitas individu peserta didik. Pembelajaran di sekolah yang
berorientasi pada target penguasaan materi hanya sampai pada ranah kognitif
(pemahaman dan pengetahuan). Pembelajaran ini berhasil dalam kompetensi
jangka pendek (mengingat) tetapi gagal dalam hal membekali siswa untuk bisa
memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Strategi pembelajaran
untuk mencapai tujuan dalam prinsip KTSP telah dikesampingkan. Ranah
afektif dan ranah psikomotorik tak pernah diwujudkan dalam proses KBM. Dan
itulah yang terjadi di kelas-kelas SMP Negeri 3 Bayat, Klaten, Jawa-Tengah.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
Paparan tersebut diatas adalah mengenai strategi-strategi pembelajaran
di sekolah. Di SMP Negeri 3 Bayat strategi pembelajaran yang masih
konvensional dan tradisional. Dalam tulisan ini penulis melakukan studi kasus
tentang “Pelaksanaan Pembelajaran dengan Strategi Contextual Teaching
and Learning (CTL) di SMP Negeri 3 Bayat”.
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
6
Tujuan dari penulis adalah ingin mengetahui lebih mendalam Apakah
Pelaksanaan Pembelajaran dengan Strategi Contextual Teaching and
Learning (CTL) di SMP Negeri 3 Bayat belum optimal.
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
7
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
Model-model pembelajaran telah banyak diciptakan puluhan tahun yang
lalu. Pendekatan pembelajaran pada awalnya dikembangkan oleh Bruce dan
koleganya. Model pembelajaran mempunyai makna yang luas dan bagian dari
model pembelajaran adalah strategi pembelajaran (Zaepudin Arahim, 2004).
Bermacam-macam strategi pembelajaran mempunyai komponen-
komponen yang sama. Misalnya ; bahwa semua pembelajaran diawali dengan
menarik perhatian siswa dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam proses
pembelajaran. Tetapi masing-masing strategi pembelajaran mempunyai tahap-
tahapan yang berbeda. Misalnya, tahapan-tahapan kegiatan pada pengajaran
langsung berbeda dengan pangajaran kooperatif. Perbedaan-perbedaan inilah
terutama yang berlangsung di antara pembukaan dan penutupan dalam
pembelajaran. Hal ini yang harus dipahami oleh para guru jika strategi tersebut
ingin dapat terlaksana dengan baik.
Setiap siswa punya cara sendiri untuk menyerap informasi, yang disebut
Modalitas. Ada tiga kategori yaitu Visual, Auditorial dan Kinestetik (VAK).
Pengajar seharusnya mencari tahu terlebih dahulu modalitas siswa tergolong
yang mana. Siswa dengan modalitas Visual akan lebih mudah belajar melalui
apa yang mereka lihat, siswa dengan modalitas Auditorial akan lebih senang
belajar melalui apa yang mereka dengar. Sedangkan siswa dengan modalitas
Kinestetik lebih mudah memahami pelajaran apabila belajar sambil melakukan
gerakan-gerakan ringan (Solo Post, 2008).
Strategi pembelajaran yang bisa mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik adalah pendekatan dengan strategi Contextual Teaching and
Learning (CTL). Dalam tulisan berikut ini akan diuaraikan antara lain mengenai
pengertian CTL, tujuh pilar CTL, penerapan pendekatan Kontektual di kelas dan
Model pendekatan Kontekstual.
A. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep ini diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna Laboratorium Computer SMP Negeri 3 Bayat
Jalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206E_mail : [email protected]
8
bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan.
Siswa bekerja dan mengalami, bukan hanya transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Strategi pembelajaran lebih di utamakan dari pada hasil dari
pembelajaran (Zaepudin Arahim, S.Pd, 2004).
Siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaat belajar, dalam
status apa mereka dan bagaimana cara mencapainya. Dengan begitu siswa
memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya
nanti. Dalam hal ini siswa memerlukan guru atau model sebagai mediasi
(pengarah dan pembimbing) dalam proses pembelajaran.
Dengan komunikasi yang baik, pikiran guru hanya dapat murni melalui
pikiran-pikiran muridnya. Guru tidak dapat berpikir untuk murid-muridnya, atau
tidak dapat memaksakan pikirannya pada murid-muridnya. Berpikir murni, yaitu
berpikir atas dasar keterlibatannya dengan realitas (Paulo Freire, 1995).
Melalui dialog, guru-nya-murid serta murid-nya-guru tidak ada lagi dan
yang muncul adalah suasana baru “Guru-yang-murid dengan murid-yang-guru”.
Guru tidak lagi menjadi orang yang hanya mengajar, tetapi orang yang mengajar
dirinya melalui dialog dengan para murid, yang pada gilirannya disamping diajar
mereka juga mengajar. Guru mengajar-murid belajar, murid mengajar-guru
belajar. Sehingga suasana didalam kelas adalah suasana kegiatan belajar
bersama dan memecahkan masalah bersama. Mereka sama-sama bertanggung
jawab atas apa yang mereka ajukan sebagai pendapat-pendapatnya.
B. Makna Balajar Kontekstual
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa
untuk mencapai tujuan, sehingga guru lebih banyak berurusan dengan strategi
dari pada memberi informasi-informasi (Zaepudin Arahim, S.Pd, 2004).
Ada beberapa makna kontektual yaitu :
1. Belajar tidak hanya menghafal,
2. Siswa belajar dengan mengalami, bukan hanya diberi informasi oleh guru,
3. Siswa belajar memecahkan masalah dan bergelut dengan ide-ide,
4. Siswa belajar mengembangkan ketrampilan dan pengetahuan,
5. Siswa harus tahu, untuk apa belajar itu,
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
9
6. Guru menentukan strategi, dan siswa diberi kesempatan untuk menemukan
dan menerapkan ide serta menyadarkan untuk menerapkan strategi mereka
sendiri,
7. Siswa ber-acting dan berkarya, sementara guru tidak boleh acting di depan
kelas dan siswa menjadi penonton,
8. Pembelajaran berpusat pada bagaimana cara menggunakan pengetahuan
baru sehingga strategi lebih penting daripada hasil,
9. Umpan balik diperoleh dari proses penilaian yang benar,
10.Menumbuhkan komunitas belajar harus diutamakan.
C. Tujuh Pilar Startegi Pembelajaran Kontekstual
1. Kontruktivisme (Contructivism)
Merupakan landasan berpikir yang menjelaskan bahwa pengetahuan
dibangun sedikit demi sedikit dan hasilnya diperluas secara terbatas.
Pengetahuan bukanlah sebagai fakta atau konsep yang harus diingat
melainkan harus direkonstruksi agar menciptakan pengalaman baru.
Pendekatan dalam KBM ini dengan merancang pembelajaran agar siswa
bekerja, praktikum, demonstrasi dan menciptakan karya.
2. Menemukan (Inquary)
Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh bukan dari hasil mengingat
tetapi dari menemukan. Pendekatan pembelajaran dengan Observasi,
bertanya, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dan menarik
kesimpulan.
3. Bertanya (Questening)
Untuk memperoleh pengetahuan harus dimulai dengan bertanya. Bertanya
merupakan strategi belajar berbasis inquiry. Bertanya dapat diterapkan
antara sesama teman, siswa dengan guru atau nara sumber yang
didatangkan ke siswa.
4. Masyarakat belajar (Learning Community)
Pembelajaran merupakan hasil kerja sama dengan pihak lain. Hasil belajar
yang diperoleh dari kerjasama antar teman akan membentuk masyarakat
belajar. Pendekatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok
belajar. Kelompok dengan teman sekelas, kelas lain, kakak/adik kelasnya
atau dengan masyarakat umum.
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
10
5. Permodelan (Modelling)
Pembelajaran ketrampilan dan pengetahuan harus ada model yang ditiru.
Model memberikan contoh cara melakukan sesuatu, guru bisa jadi model
tetapi guru bukanlah satu-satunya model yang harus memberi contoh. Tetapi
model bisa dari siswa itu sendiri. Misalnya salah satu siswa
mendemontrasikan ketrampilan dan pengetahuannya di depan teman
sekelasnya. Dan ini sekaligus melatih siswa untuk bertanggung jawab atas
hasil karyanya.
6. Refleksi (Reflektion)
Refleksi merupakan cara berpikir ke belakang, apa yang telah dilakukan
atau dipelajari di masa lalu. Sehingga siswa mengendapkan pengetahuan
yang baru dipelajari untuk merevisi atau merupakan pengayaan
pengetahuan dan ketrampilan sebelumnya. Tugas guru membantu siswa
untuk menghubungkan antara pengetahuan yang baru dimiliki siswa dengan
pengetahuan sebelumnya. Sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan yang bermakna bagi dirinya.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian merupakan pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran
tentang perkembangan siswa. Tujuannya agar guru dapat memastikan
sejauh mana pengalaman siswa dalam proses KBM. Penilaian bukan hanya
dilakukan oleh guru, tetapi bisa dinilai orang lain atau sesama siswa. Dalam
hal ini yang dinila bukanlah mengingat fakta (hafalan) tetapi yang dinilai
adalah ketrampilan dan pengetahuannya.
D. Model Pembelajaran Kontekstual
Untuk menentukan model pembelajaran, guru harus melakukan
identifikasi hasil apa yang akan dicapai oleh siswa. Guru harus menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP) yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran tersebut.
Beberapa model pembelajaran yang mengacu pada strategi CTL adalah :
1. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction/PBI)
PBI adalah model pembelajaran dengan menyajikan suatu masalah kepada
siswa. Masalah tersebut otentik dan bermakna yang dapat memberikan
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
11
kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inquiri.
Peranan guru dalam PBI adalah mengajukan masalah, memfasilitasi
penyelidikan dan dialog siswa serta mendukung belajar siswa. PBI di atur
agar terhindar dari data sederhana dan mengandung berbagai pemecahan
masalah. Sehingga pembelajaran ini meliputi pengajuan masalah atau
pertanyaan, penyelidikan otentik, kerja sama serta menghasilkan karya.
2. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Dalam pembelajaran ini guru harus mendemontrasikan pengetahuan dan
ketrampilan yang akan dilatihkan kepada siswa secara bertahap. Karena
dalam pembelajaran ini peran guru sangat besar, maka guru dituntut agar
dapat menjadi seorang model yang menarik bagi siswa. Atau mencari model
selain guru yang dihadirkan di depan siswa. Model pembelajaran ini
dirancang khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan bersama dan pegetahuan deklaratif yang tersetruktur dengan
baik dan dapat dipelajari tahap demi tahap.
3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning/CL)
Pembelajaran kooperativ ini adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dalam kelompok-kelompok yang memiliki tingkat kemampuan
berbeda. Dalam kelompok setiap anggota bekerjasama untuk memahami
suatu bahan pembelajaran. Diakhir belajarnya semua anggota memiliki
ketrampilan dan pengetahuan yang sama. Model pembelajaran ini
dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktive. Teori ini
sesuai dengan teori Vygotsky, yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural
pembelajaran. Disamping mencapai hasil akademik, pembelajaran ini juga
mengembangkan ketrampilan sesama siswa. Dalam menyelesaikan tugas
akademik, siswa juga belajar antara grade atas dengan grade bawah. Grade
atas sebagai tutor dan grade bawah memperoleh batuan dari teman sebaya.
Yang lebih penting dari model pembelajaran ini adalah mengajarkan kepada
siswa untuk selalu bekerjasama dan berkolaborasi antar sesama. Sehingga
pertikaian antar sesama bisa terhindarkan dan yang tumbuh adalah sifat
toleransi antar sesama (Brouwer, M.A.W. dkk, 1979).
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
12
E. Penerapan CTL
Dalam menerapkan CTL guru harus benar-benar menguasai materi ajar
dan mampu menguasai sifat dan karakter masing-masing individu peserta didik
(Umaedi, M.Ed. 1999).
Ada beberapa cara penerapan pembelajaran Kontekstual yaitu :
1. Mengembangkan pemikiran siswa agar belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri dan merenkonstruksikan sendiri
ketrampilan dan pengetahuan barunya,
2. Mengarahkan siswa untuk bisa menemukan sesuatu di semua topic,
3. Mengembangkan sifat siswa untuk selalu ingin tahu dengan bertanya,
4. Menciptakan masyarakat belajar (Kelompok belajar),
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran,
6. Melakukan refleksi di akhir penemuannya,
7. Melakukan penilaian sebenarnya dengan berbagai cara.
F. Kerangka Berpikir
Berdasarkan paparan kajian pustaka tersebut diatas bahwa dalam
pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), seorang guru harus melakukan
identifikasi apa saja hasil pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa.
Selanjutnya guru dituntut untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru harus memahami
strategi-strategi apa yang akan digunakan dalam pembelajaran tersebut.
Dengan strategi CTL pembelajaran akan bisa mencapai hasil yang diharapkan
yaitu tercapainya ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Namun
apabila pembelajaran tidak kontekstual, yang dihasilkan hanyalah ranah kognitif
dan konsep-konsep yang bersifat abstraks.
G. Hipotesis
Berpijak dari kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan suatu
hipotesis yaitu “Pelaksanaan Pembelajaran dengan Strategi Cotextual
Teaching and Learning (CTL) di SMP Negeri 3 Bayat belum Optimal”.
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
13
BAB III
PEMBAHASAN
A. Sobyek Penelitian
Sesuai dengan tujuan dari peneliti untuk melakukan perbaikan Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM), maka penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 3 Bayat,
Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa-Tengah. Populasi siswa SMP Negeri 3 Bayat
sebanyak 487 siswa. Dalam menentukan sampel penelitian ini menggunakan
Monogram Harry King (N ≤ 2000), dengan Margin of Error 2,8 %. Selanjutnya
dalam menentukan sampel dengan tehnik Multistage Random Sampling dan
responden yang di ambil sebagai sampel adalah siswa kelas VIII C dengan 38
responden. Survey di laksanakan pada tanggal 7 Juni 2008 atau pada akhir
Tahun Pelajaran 2007/2008. Walaupun yang diambil sampel hanya kelas VIII
C, tetapi target populasi adalah seluruh siswa SMP Negeri 3 Bayat.
B. Metodologi Penelitian
Karena jumlah mata pelajaran dalam KBM ada 15 bidang studi, sehingga
penelitian ini menggunakan 15 pertanyaan dalam bentuk angket. Siswa diberi
angket satu-satu untuk menjawab 15 pertanyaan. Setiap pertanyaan ada tiga
kolom yang bisa diisi jawaban, tetapi dari ketiga kolom tersebut tidak harus diisi
semua, namun minimal harus diisi satu. Selanjutnya dalam menjawab telah
disediakan 15 opsi. Ke 15 opsi tersebut adalah pernyataan yang berhubungan
dengan KBM. Jawaban-jawaban tersebut akan menunjukan suatu kesimpulan
realitas KBM di SMP Negeri 3 Bayat.
C. Analisis Data
Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pen-skor-an dari 15
pertanyaan tersebut. Kemudian distribusi skor tersebut di prosentase-kan,
selanjutnya dilakukan analisa dengan menggunakan Analisis Diskriptif. Dari ke
15 pertayaan akan di analisa satu-persatu dan analisa komulatif. Diskripsi
analisa hasil survey tersebut adalah sebagai berikut :
1. “Kegiatan apa yang sering dilakukan siswa pada saat pelajaran Pendidikan
Agama”.
Pembahasan : Data masuk 91 yaitu terdiri dari ; 34,07 % mendengarkan
ceramah ; 26,37 % mencatat ; 25,27 % mengerjakan soal ;
dan 14,29 % membaca.
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
14
2. “Kegiatan apa yang sering dilakukan siswa pada saat pelajaran PKn”.
Pembahasan : Data masuk yang 92 terdiri dari 40,22 % mencatat ; 34,78%
mendengarkan ceramah ; 17,39 % latihan soal ; 4,35 %
penugasan dan 3,26 % membaca.
3. “Kegiatan apa yang sering dilakukan siswa pada saat pelajaran Bahasa
Indonesia”.
Pembahasan : Data masuk 97 yaitu terdiri dari 39,18 % mencatat ; 23,71 %
mendengarkan ceramah ; 21,65 % membaca ; 14,43 %
latihan soal-soal dan 1,03 % penugasan.
4. “Kegiatan apa yang sering dilakukan siswa pada saat pelajaran Bahasa
Inggris”.
Pembahasan : Data Masuk yaitu 85 terdiri dari 44,71 % latihan soal ;
25,88% mencatat ; 15,29 % membaca ; 10,59 %
mendengarkan ceramah dan 3,53 % penugasan.
5. “Kegiatan apa yang sering dilakukan siswa pada saat pelajaran Matematika”
Pembahasan : Data masuk 72 terdiri dari 44,44 % latihan soal ; 27,78 %
mendengarkan ceramah ; 23,61 % mencatat ; 4,17 %
penugasan.
6. “Kegiatan apa yang sering dilakukan siswa pada saat pelajaran IPA Fisika”.
Pembahasan : Data masuk 77 terdiri dari 36,36 % latihan soal ; 28,57 %
mendengarkan ceramah ; 23,38 % mencatat ; 7,79 %
membaca dan 3,90 % praktek.
7. “Kegiatan apa yang sering dilakukan siswa pada saat pelajaran IPA Biologi”.
Pembahasan : Data masuk 82 terdiri dari 32,93 % latihan soal ; 31,71 %
mendengarkan ceramah ; 28,05 % mencatat ; 3,66 %
membaca ; 2,44 % penugasan dan 1,22 % praktek.
8. “Kegiatan apa yang sering dilakukan siswa pada saat pelajaran Sejarah”.
Pembahasan : Data masuk yang 76 terdiri dari 39,47 % latihan soal ;
36,84% membaca ; 14,47 % mendengarkan ceramah ; 6,58
% mencatat dan 2,6 % penugasan.
9. “Kegiatan apa yang sering dilakukan siswa pada saat pelajaran Ekonomi”.
Pembahasan : Data masuk 76 yaitu terdiri dari 40,79 % membaca ; 39,47
% latihan soal ; 15,79 % mendengarkan ceramah ; 2,63 %
penugasan dan 1,32 % mencatat.
10. “Kegiatan apa yang sering dilakukan siswa pada saat pelajaran Geografi”.
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
15
Pembahasan : Data masuk 83 yaitu terdiri dari 39,76 % latihan soal ;
24,10% mencatat ; 20,48 % mendengarkan ceramah ;
13,25 % membaca dan 2,41 % penugasan.
11. “Kegiatan apa yang sering dilakukan siswa pada saat pelajara Seni dan
Budaya”.
Pembahasan : Data masuk 52 terdiri dari 65,38 % praktek ; 9,62 % latihan
soal ; 5,77 % membaca ; 5,77 % penugasan ; 3,85 %
mendengarkan ceramah ; 1,92 % diskusi ; 1,92 % observasi
; 1,92 % tes unjuk kerja ; 1,92 % demontrasi dan 1,92 %
simulasi.
12. “Kegiatan apa yang sering dilakukan siswa pada saat pelajaran Penjaskes”.
Pembahasan : Data masuk 49 terdiri dari 77,55 % praktek ; 16,33 %
mendengarkan ceramah ; 4,08 % latihan soal dan 2,04 %
penugasan.
13. “Kegiatan apa yang sering dilakukan siswa pada saat pelajaran T I K”.
Pembahasan : Data masuk 55 terdiri dari 69,09 % praktek ; 18,18 % latihan
soal ; 5,45 % mendengarkan ceramah ; 3,64 % penugasan ;
1,82 % mencatat dan 1,82 % membaca.
14. “Kegiatan apa yang sering dilakukan siswa pada saat pelajaran Bahasa
Jawa”.
Pembahasan : Data masuk 81 yaitu terdiri dari 32,10 % latihan soal ;
27,16% mendengarkan ceramah ; 23,46 % membaca ;
16,05 % mencatat dan 1,23 % penugasan.
15. “Kegiatan apa yang sering dilakukan siswa pada saat pelajaran Ketrampilan
Elektronika”
Pembahasan : Data masuk 82 yaitu terdiri dari 30,49 % mendengarkan
ceramah ; 29,27 % latihan soal ; 14,63 % membaca ;
14,63% praktek ; 9,76 % mencatat dan 1,22 % penugasan.
Setelah hasil survey dilakukan analisa tiap-tiap pertanyaan tentang
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), dominasi jawaban ada pada ranah kognitif,
salah satunya adalah kegiatan mengerjakan soal-soal. Secara terperinci data
hasil survey dalam pelaksanaan KBM di SMP Negeri 3 Bayat adalah sebagai
berikut :
1. Mengerjakan Soal : 29,39 % 9. Observasi : 0,09 %2. Mendengarkan ceramah : 22,87 % 10. Tes unjuk kerja : 0,09 %
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
16
3. Mencatat : 19,74 % 11. Simulasi : 0,09 %4. Membaca : 14,26 % 12. Penelitian : 05. Praktek : 10,96 % 13. Studi Pustaka : 06. Penugasan : 2,35 % 14. Presentasi : 07. Demontrasi : 0,09 % 15. Lain-lain…. : 08. Diskusi : 0,09 %
GRAFIK HASIL SURVEY KBM
Mengerjakan Soal
Mendengarkan Membaca Ceramah
PraktekMencatat
Diskusi Tes unjuk kerja
Demontrsi SimulasiPenugasanObservasi
Selanjutnya hasil analisa secara komulatif dalam pelaksanaan KBM adalah :
Ranah Kognitif 43,65 %, Ranah Afektif 0,26 %, Ranah Psikomotorik 13,48 %
dan penyimpangan 42,61 %. Seperti gambar grafik di bawah ini :
GRAFIK HASIL ANALISA KOMULATIF
Penyimpangan
Psikomotorik Kognitif
Afektif
BAB IV
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
17
43.65
0.26
13.48
42.61
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisa dan pembahasan dari distribusi skor hasil survey tersebut di
atas, bahwa Pelaksanaan Pembelajaran dengan strategi Contextual
Teaching and Learning pada SMP Negeri 3 Bayat belum Optimal. KBM
masih terfokus pada ranah kognitif, salah satunya adalah kegiatan
mengerjakan soal-soal. Data membuktikan bahwa Ranah Kognitif 43,65 %,
Ranah Afektif 0,26 % dan Ranah Psikomotorik 13,48 %. Ranah psikomotorik
yang mencapai 13,48 % inipun di dominasi 3 bidang studi yaitu ; Penjaskes,
Kesenian dan TIK. Jadi pembelajaran dengan strategi Kontekstual belum
seimbang dan merata di semua aspek dan di seluruh Mata Pelajaran.
Pelaksanaan KBM yang seperti ini sangat jauh dari harapan prinsip
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Sementara KBM yang menyimpang dari prinsip KTSP adalah 42,61 %.
Yang di maksud menyimpang disini adalah kegiatan mencatat dan
mendengarkan ceramah guru. Kegiatan siswa disuruh mencatat dan
mendegarkan ceramah guru tidak ada dalam prinsip KTSP.
B. Saran-saran
Pendidikan pada dasarnya merupakan pembebasan sosial. Dengan
demikian selayaknya guru membumikan materi pelajaran di ruang pendidikan.
Pembelajaran di kelas bukan tumpukan informasi yang ditimbunkan di kepala
siswa secara paksa. Realitas sosial seharusnya diakomodasi dalam materi
pembelajaran. Hal ini penting agar siswa tidak tuna realitas sosial, tuna
ketrampilan dan mati rasa atas nilai-nilai kemanusiaan.
Maka dari itu seharusnya pembelajaran harus kontekstual, yaitu
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan ketrampilan
yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini diharapkan hasil pembelajaran
lebih bermakna bagi peserta didik.
DAFTAR PUSTAKALaboratorium Computer SMP Negeri 3 Bayat
Jalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206E_mail : [email protected]
18
Poulo Freire “Pendidikan Kaum Tertindas”, Penerbit LP3ES
Jakarta, 1995.
Brouwer, M.A.W, dkk, “Kepribadian dan perubahannya”, Penerbit PT.
Gramedia, Jakarta, 1979.
Zaepudin Arahim, S.Pd. “Contextual Teaching and Learning (CTL), Penerbit CV.
Sinar Mandiri, Klaten, 2004.
------------------------- “Setiap Siswa Punya Modalitas”, Solo Post, 2008.
Umaedi, M.Ed, “Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah”,
Penerbit Proyek Peningkatan Mutu SLTP, Jakarta,
1999.
Zaepudin Arahim, S.Pd. “Model-model Pengajaran dalam Pembelajaran”,
Penerbit CV. Sinar Mandiri, Klaten, 2004.
S. Prasetyo Utomo “Paradoks Pengembangan Kurikulum”, Suara
Merdeka, 2008.
Suhardjono, dkk, “Pedoman Penilaian Karya Tulis Ilmiah”, Penerbit
Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis
Dikbud, Jakarta, 1996.
----------------------- “Penerapan RPP Kurang Optimal”, Solo Post, 2008.
Sutrisno Hadi, “Statistik”, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta, 1989.
Beni Setiawan “Pendidikan Berbasis Moral”, Suara Merdeka, 2008.
Bobbi dePorter, dkk, “Quantum Teaching”, Penerbit Kaifa, Bandung, 2000.
----------------------- “Model Penilaian Kelas”, Penerbit Depdiknas, Jakarta,
2007.
Laboratorium Computer SMP Negeri 3 BayatJalan : Ki. Hadjar Dewantara No. 1, Wiro, Bayat, Klaten (0272) 3101206
E_mail : [email protected]
19