karya ilmiah carles pdf

9
PEMANFAATAN AIR KELAPA UNTUK MEDIA PENGKAYA SISTEM BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) BAGI NELAYAN DESA PATAS KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI Carles sugara 1) , Uun Yanuhar 2) Gusti Ngurah Permana 3) , 1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya 2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya 3) Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol ABSTRAK E. cottonii adalah salah satu jenis rumput laut yang tersebar luas di wilayah Indonesia dan merupakan komoditas eksport non migas. Upaya peningkatan kualitas produksi rumput laut dilakukan dengan pemanfaatan air kelapa sebagai media pengkaya. Penelitian ini dilaksanakan di pantai Desa Patas Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, Bali Metode penelitian ini adalah metode rakit apung.Tujuan penelitian adalah mengetahui laju pertumbuhan dan morfologi E. cottonii yang mendapat perlakuan dengan perendaman media air kelapa. Hasil penelitian menunjukan rumput laut yang mendapat perlakuan perendaman media air kelapa berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol (tanpa perlakuan perendaman). Peningkatan laju pertumbuhan dengan berat basah rata – rata ± 4,5 gram setiap minggunya sedangkan pada rumput laut yang tidak mendapatkan perlakuan prendaman mengalami penurunan pada minggu ke-3 sampai ke-4 hingga mencapai nilai minus. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa aplikasi air kelapa pada budidaya rumput laut dapat meningkatkan pertumbuhan rumput laut E. cottonii. Kata–kata kunci : air kelapa, E. cottonii, media pengkaya, nelayan ABSTRACT E. cottonii is one of seaweeds species which spread in Indonesian side and it’s export commodity. Efort raising quality production of seaweed needed humans interfention that is using coconuts water waste. The research was conducted the water of Desa Patas Kecamatan Gerokgak Buleleng, Bali. The aim of this research was to know impact of E. cottonii after treated with coconuts water media determining of growth rate and morphology. The result showed that treatment media of coconut water significant different with control. The highest growth rate of wet weight was average ± 4,5 g. per week whereas in control showed degradation at third week was reach minus value. Conclusion from this research that application of coconut water at conducting of sea weed can improve growth of sea weed E. cottonii. Key words : coconuts water, E. cottonii, enrichment media, fisherman.

Upload: charles-sugara

Post on 12-Jun-2015

2.566 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

di download friend......

TRANSCRIPT

Page 1: Karya Ilmiah Carles PDF

PEMANFAATAN AIR KELAPA UNTUK MEDIA PENGKAYA SISTEM BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii)

BAGI NELAYAN DESA PATAS KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI

Carles sugara1), Uun Yanuhar2) Gusti Ngurah Permana3),

1)Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya 2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya

3) Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol

ABSTRAK

E. cottonii adalah salah satu jenis rumput laut yang tersebar luas di wilayah Indonesia dan merupakan komoditas eksport non migas. Upaya peningkatan kualitas produksi rumput laut dilakukan dengan pemanfaatan air kelapa sebagai media pengkaya. Penelitian ini dilaksanakan di pantai Desa Patas Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, Bali Metode penelitian ini adalah metode rakit apung.Tujuan penelitian adalah mengetahui laju pertumbuhan dan morfologi E. cottonii yang mendapat perlakuan dengan perendaman media air kelapa. Hasil penelitian menunjukan rumput laut yang mendapat perlakuan perendaman media air kelapa berbeda nyata (P<0,05) dengan kontrol (tanpa perlakuan perendaman). Peningkatan laju pertumbuhan dengan berat basah rata – rata ± 4,5 gram setiap minggunya sedangkan pada rumput laut yang tidak mendapatkan perlakuan prendaman mengalami penurunan pada minggu ke-3 sampai ke-4 hingga mencapai nilai minus. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa aplikasi air kelapa pada budidaya rumput laut dapat meningkatkan pertumbuhan rumput laut E. cottonii. Kata–kata kunci : air kelapa, E. cottonii, media pengkaya, nelayan

ABSTRACT E. cottonii is one of seaweeds species which spread in Indonesian side and it’s export commodity. Efort raising quality production of seaweed needed humans interfention that is using coconuts water waste. The research was conducted the water of Desa Patas Kecamatan Gerokgak Buleleng, Bali. The aim of this research was to know impact of E. cottonii after treated with coconuts water media determining of growth rate and morphology. The result showed that treatment media of coconut water significant different with control. The highest growth rate of wet weight was average ± 4,5 g. per week whereas in control showed degradation at third week was reach minus value. Conclusion from this research that application of coconut water at conducting of sea weed can improve growth of sea weed E. cottonii. Key words : coconuts water, E. cottonii, enrichment media, fisherman.

Page 2: Karya Ilmiah Carles PDF

PENDAHULUAN

Rumput laut (E. cottoni) sebagai tanaman yang hidup di perairan.

Rumput laut (sea weed) mempunyai nilai ekonomis dan sosial yang tinggi

bagi masyarakat pesisir. Nilai ekonomis tersebut dikarenakan rumput laut

mampu menghasilkan karagenan, agar dan alginat. Ketiga jenis komponen

tersebut berperan sebagai emulsifying agent, formatting agent, binding agent

dan gelling agent yang sangat diperlukan dalam industri makanan, kosmetik

maupun farmasi.

Pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia sudah dirintis sejak

tahun 1980-an dalam upaya perubahan kebiasaan penduduk pesisir dari

pengambilan sumber daya alam ke arah budidaya rumput laut yang ramah

lingkungan dan usaha budidaya ini dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat pembudidaya juga dapat digunakan untuk mempertahankan

kelestarian lingkungan perairan pantai. Harapan dan tantangan tersebut

tentunya tidak terlepas dari dukungan teknologi budidayanya. Kelapa

merupakan tanaman endemik yang tumbuh di daerah tropis. Banyak manfaat

kelapa mulai dari daun, batang, dan buah (daging dan air). Namun demikian

pemanfaatan air kelapa sebagai media pertubuhan rumput laut belum banyak

diketahui. Moree (1979) menjelaskan air kelapa salah satu bahan alami

yang didalamnya terkandung hormon sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l, dan

giberilin dalam jumlah sedikit serta senyawa lain yang dapat menstimulasi

perkecambahan dan pertumbuhan. Sitokinin sering juga disebut dengan kinin

yang merupakan nama generik untuk substansi pertumbuhan yang

khususnya merangsang pebelahan sel (sitokinesis) (Gardner et al.,1991).

Selanjutnya kinin disintesis dalam akar muda, biji dan buah yang belum

masak dan jaringan pemberi makan, buah jagung, pisang, apel dan air

kelapa merupakan sumber kinin yang sangat tinggi.

Besar kemungkinan air kelapa mampu juga menjadi hormon

pertumbuhan bagi E. cottoni dan hal ini perlu sekali untuk dibuktikan secara

Page 3: Karya Ilmiah Carles PDF

ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air

kelapa terhadap pertumbuhan rumput laut E. cottonii.

CARA KERJA

Tempat dan Waktu

Tahap perendaman rumput laut dilaksanakan di laboratorium kualitas

air yang berada di Desa Patas Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali.

Penelitian ini dilaksanakan di perairan Desa Patas Kecamatan Gerokgak

Kabupaten Buleleng, Bali pada bulan Februari–Maret.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah ember plastik, papan, tali plastik, tali nilon

(polyetylene), timbangan, pisau dan pelampung (gabus), sedangkan bahan

meliputi air kelapa, bibit E. cotonii (fase pembibitan) dan air laut.

Metode pelaksanaan

Pembuatan Petak

Bambu yang telah disiapkan dipotong sebanyak 5 potong. Pada

setiap ujung bambu diberikan pelampung berupa gabus agar tetap terapung

di permukaan air selama kegiatan budidaya tersebut berlangsung. Petak

dengan luas 3,5 m x 1,5 m dibagi menjadi 2 bagian memanjang sehingga

luas masing–masing bagian 3,5 m x 0,75 m. Bagian tali nilon (polietilan)

direntangkan sepanjang 3,5 m dengan jarak simpul ikatan pada permukaan

bambu (tali utama) 20 cm. Tali ini diberikan raffia dengan panjang 25 cm

sebagai simpul pengikat rumput laut, dengan jarak masing–masing 25 cm

dengan jumlah rentangan 4 tali.. Pada petak ini menggunakan sistem katrol

agar lebih mudah untuk mengontrol dan memantau pertumbuhannya, apabila

ingin dibawa ke pinggir pantai maka tinggal menarik tali tersebut begitu juga

sebaliknya.

Page 4: Karya Ilmiah Carles PDF

Penyediaan Bibit

Bibit yang dibudidayakan diambil dari stok alam. Rumput laut yang

dijadikan bibit harus sehat, dan berwarna cerah yaitu merah agak kecoklatan

cerah dan hijau cerah. Bagian rumput laut yang baik untuk dijadikan bibit

adalah bagian ujung thallus yang masih muda dengan panjang thallus kurang

lebih 8–10 cm. Bibit rumput laut dipotong dengan menggunakan pisau.

Penanaman

Rumput laut ditimbang seberat 100 gram dan sebelum ditanam rumput

laut direndam ke dalam air kelapa yang dicampur dengan air laut selama 30

menit dengan perbandingan 75% air kelapa dan 25% air laut sesuai dengan

hasil uji pendahuluan dengan menggunakan petak yang sudah dirancang

terlihat pada Gambar 1. Setiap petak ditanam rumput laut yang mendapat

perlakuan dan tidak mendapat perlakuan.

Gambar 1. Disain pelaksanaan penelitian yang dirancang dengan menggunakan rakit.

Pemeliharaan

Pemeliharaan pada budidaya rumput laut hanya dilakukan dengan

membersihkan lumpur dan kotoran yang melekat pada rumput laut,

menyulam tanaman yang rusak atau lepas dari ikatan, mengganti tali, bambu

dan pelampung yang rusak, dan menjaga tanaman dari serangan predator

seperti ikan dan penyu.

Page 5: Karya Ilmiah Carles PDF

Proses pengukuran atau penimbangan

Petak A dan petak B diambil rumput laut satu rentangan tali untuk

mengetahui volume pertumbuhan rumput laut di minggu pertama dan dicatat

hasilnya setelah ditimbang rumput laut tersebut tidak digunakan lagi pada

budidaya karena apabila ditanam lagi maka akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan selanjutnya dan data yang diproleh tidak akan akurat. Pada

minggu kedua dilakukan cara pengukuran yang sama dan dicatat hasilnya.

Rumput laut yang diukur tersebut tidak digunakan lagi. Perhitungan volume

pertumbuhan rumput laut dihitung hingga minggu keempat.

Analisa Data

Pengukuran data berat dilakukan setiap satu minggu sekali. Data

dianalisis dengan menggunakan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Beberapa

parameter pertumbuhan diukur dengan menggunakan rumus yaitu Laju

pertumbuhan (G)

Dimana G = Laju pertumbuhan (gram) lnWt = Berat rata–rata akhir (gram) lnWo = Berat rata-rata awal (gram)

Page 6: Karya Ilmiah Carles PDF

3

3.5

4

4.5

5

5.5

6

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25

Laju

Per

tum

buha

n (

g/ha

ri)

Hari

perlakuan

kontrol

R2 = 0.865

R2 = 0.486

HASIL DAN PEMBAHASAN

Laju pertumbuhan

Laju pertumbuhan dari berat awal E. cottonii yang mendapat perlakuan

perendaman mengalami peningkatan berat sedangkan pada rumput laut

yang tidak mendapatkan perlakuan mengalami penurunan pada minggu ke-3

dan ke-4 hingga mencapai harga minus. Berat rata – rata rumput laut yang

mendapat perlakuan pada minggu pertama 4,35 gr , minggu kedua 4,86 gr,

minggu ketiga 5,14 gr, dan minggu keempat 5,56 gr sedangkan pada rumput

laut yang tidak mendapat perlakuan perendaman (kontrol) berat rata – rata

pada minggu pertama 4,35 gr, minggu kedua 4,47 gr, minggu ketiga 5,20 gr,

minggu keempat 5,30 gr. Selengkapnya tersaji pada Gambar 2.

Gambar 2. Perbedaan data pertumbuhan rata – rata dari rumput laut (E. cotonii) dengan perendaman air kelapa dan tanpa perendaman.

Page 7: Karya Ilmiah Carles PDF

Perbedaan pertumbuhan rumput laut dapat kita lihat pada hasil akhir

dari budidaya. Perbedaan antara rumput laut yang mendapat perlakuan

perendaman air kelapa dengan yang tidak mendapat perlakuan peredaman

dapat terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Performa rumput laut (E. cotonii) yang mendapat perlakuan (A) dan tidak mendapat perlakuan (B).

Rumput laut yang mendapat perlakuan perendaman pertumbuhan

thallusnya lebih rimbun dan terlihat thallus lebih besar dibandingkan dengan

rumput laut yang tidak mendapatkan perlakuan perendaman thallus tidak

terlalu rimbun dan batang thallus kelihatan lebih kecil.

Menurut Moree (1979) mengatakan bahwa hormon yang terkandung

dalam air kelapa ada tiga antara lain sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan

giberelin. Sitokinin dapat memacu terjadinya organogenesis yang dapat

mempercepat pertumbuhan daun (Abidin, 1998). Selain berfungsi sebagai

diferensiasi tunas adventif dan organ, juga berfungsi dalam sintesis protein

dan pembelahan sel. Dengan adanya sitokinin maka bobot basah tanaman

semakin bertambah. Hormon auksin berfungsi untuk merangsang

pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis

longitudinal dan juga untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau

cangkokan. Giberelin atau sering disebut asam giberelat (GA) merupakan

hormon perangsang pertumbuhan tanaman.

A B

Page 8: Karya Ilmiah Carles PDF

Salah satu zat pengatur tumbuh yang bisa digunakan untuk memacu

pertumbuhan alga adalah sitokinin. Sitokinin sesuai dengan namanya yang

berasal dan sitokinase adalah hormon tumbuh yang mempengaruhi

pembelahan sel. Menurut Kimball (1983), sitokinin bila bereaksi bersama

dengan auksin, dengan kuat merangsang mitosis dalam jaringan

meristematik, ledakan sintesis RNA yang nyata terjadi bila sel-sel tumbuhan

atau nukleus-nukleus yang terisolasi dibeni perlakuan dengan sitokinin.

Selanjutnya menurut Wereang dan Philips (1981), dalam proses metabolisme

diduga sitokinin mempunyai peranan penting dalam sintesa protein, yaitu

proses translasi. Sitokinin bermanfaat dalam mempercepat pertumbuhan dan

perkembangan Skeletonema costatum sampai pada dosis tertentu, dosis

terlalu tinggi atau terlalu rendah justru tidak memberikan efek positif.

Kesimpulan

Air kelapa berpengaruh positif terhadap pertumbuhan berat basah

rumput laut (E. cottonii). Penggunaan air kelapa dalam budidaya rumput laut

perlu dilakukan agar para pembudidaya rumput laut bisa mencapai hasil yang

lebih optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 1989. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pe.ngrxw T Angkasa, Bandung.

Angka, S.L. 1976. “Kultur Laboratoris Diatomae Laut”, Proyek Periri Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB, Bogor.

Dinna Sofia. 2005. Antioksidan adan Radikal Bebas. Majalah ACID FMIPA Universitas Lampung Edisis III/Tahun V/Mei 2005, ISSN: 1410-1858. Lampung.

Fesenden. 1982. Radikal Bebas dan Antioksidan Alami Tumbuh-Tumbuhan. Jurnal Kesehatan No. 28/Januari/Tahun XI/1999.

Gardner.1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerjemah Herawati Susilo dan pedamping Subiyanto. Cetakan Pertama Penerbit Universits Indonesia Press, Jakarta.

Henrikson, R. (1989), Earth food Spirulina, California/USA, Ronore Enterprises, 180

Page 9: Karya Ilmiah Carles PDF

Flesseltine, C.W. Solid state fermentation. Biotechnology and Bioengineering, 1972, vol. 14, p. 5 17-532.

Hernani dan Mono Rahardjo. 2006. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Penebar Swadaya. Jakarta

Kimball, J. W. (1983), Biologi, Jilid 2, edisi Kelima Alih Bahasa F.L. Soetarmi Tjitrosomo dan Nawangsari Sugiri, Institut Pertanian Penerbit Erlangga, Jakarta.

Moree, C.T.1979. Biochemistry and Physiology Plant Hormone, Springer-verlag New York, Inc. New York.

Wereang and Philips. 1981. Growth and differentiation in plant. J. Amer.Soc. Hort. Sci. 108 (6) : 948-953.