karbohidrat

3
  Uji Molisch adalah uji untuk membuktikan adanya karbohidrat. Uji pereaksi molisch terdiri dari larutan 5% α-naftol dalam alkohol 5%. Karbohirat dengan asam sulfat pekat menghasilkan senyawa furfural. Senyawa furfural dengan pereaksi α -naftol menghasilkan  persenyawaan berwarna (warnaungu). Reaksi yang negatif (hijau) merupakan suatu bukti bahwa dalam sampel yang diuji tidak mengandung karbohidrat. Penambahan larutan H2SO4 pekat akan menghidrolisis ikatan glikosidik (ikatan antara monosakarida satu dengan monosakarida lainnya), menghasilkan monosakarida selanjutnya yang didehidrasi menjadi furfural dan turunan karbohidrat dalam uji molisch. Sedangkan, penambahan H2SO4 melalui tepi dinding karena larutan tersebut bersifat eksotermis sehingga  panas dari larutan tersebut dapat melubangi dasar tabung reaksi. Uji benedict adalah uji untuk membuktikan adanya gula  pereduks i. Dengan pr insip berd asarkan re duksi Cu2+ m enjadi Cu+ yang mengendap sebagai CU2O berwarna merah bata. Untuk menghindari pengendapan CuCo3 pada larutan natrium karbonat (reagen benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas, sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan benedict (Zulfikar A, 2010). Warna biru pada larutan menunjukkan reaksi negatif (tidak adanya gula pereduksi), sedangkan reaksi positif dengan adanya warna hijau kebiruan, hijau, kuning, dan endapan merah bata. Warna endapan ini bergantung kepada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Adapun tujuan dari dilakukannya pemanasan tersebut adalah untuk mempercepat reaksi antara logam Cu dalam pereaksi benedict dengan sampel. Berdasarkan literatur bahwa monosakarida (glukosa, fruktosa & galaktosa) dan disakarida (sukrosa, laktosa, dan maltose) dengan hasil pengamatan menunjukan kontrol positif. Tetapi pada percobaan yang telah kami lakukan, bahwa hanya fruktosa 1%, laktosa 1%, dan maltosa 1% yang mengandung kontrol positif. Berarti telah terjadi kesalahan dalam melakukan praktikum, kemungkinan kesalahan yang terjadi terdapat pada praktikan yang kurang teliti dalam meneteskan sampel sehingga tercampur dengan zat lainnya. Uji Barfoed adalah uji untuk membedakan monosakarida dan disakarida. Prinsipnya bahwa karbohidrat dalam larutan asam lemah akan mengalami perubahan reaktifitas, karbohidrat dengan reaktifitas rendah akan hilang daya reduksinya sedangkan karbohidrat dengan reaktifitas tinggi akan tetap dipertahankan. Ion Cu² (dari  pereaksi barfoed) dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosokarida dari pada disakarida dan menghasilkan endapan Cu2O berwarna merah bata. Jika terbentuk warna biru setelah  penambahan fosfomolibdat, maka reak si positif. Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa hanya sampel sukrosa dan maltosa yang menunjukkan kontrol negatif. Jika dilihat berdasarkan literatur, bahwa gula pereduksi adalah gl ukosa dan fruktosa, sedangkan sukrosa maupun maltosa bukan gula pereduksi, walaupun sukrosa tersusun oleh glukosa dan fruktosa, namun atom karbon anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiap unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi. Dimana yang cepat mereduksi atau bereaksi adalah monosakarida. Sementara yang membutuhkan waktu lama dalam pemanasannya sampai bisa bereaksi adalah disakarida. Jadi, fungsi pemanasan pada uji barfoed adalah dengan adanya pemanasan yang lama akan dapat menghidrolisis, sehingga larutan akan bereaksi (reaksi positif). Uji selliwanof adalah dalam pengujian ini golongan aldosa bereaksi, sedangkan ketosa mengalami proses dehidrasi untuk membentuk 4-hidroksi metil furfural yang kemudian mengalami kondensasi dengan resorsinol, dan akan mengalami kondensasi membentuk senyawa kompleks berwarna merah orange atau uji yang spesifik dalam mengindentifikasi gula ketoheksosa. Pereaksi Selliwanof terdiri dari 0,5% resorsinol dan HCl pekat. Dilakukannya pemanasan pada bahan uji yang telah diberi pereaksi Selliwanof adalah untuk mempercepat laju reaksi ketika dehidrasi dan kondensasi pembentukan senyawa kompleks berwarna. Reaksi positif terjadi jika, larutan berwarna merah 

Upload: yoanapuspita

Post on 06-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

biokimia umum

TRANSCRIPT

  • Uji Molisch adalah uji untuk membuktikan adanya

    karbohidrat. Uji pereaksi molisch terdiri dari larutan 5%

    -naftol dalam alkohol 5%. Karbohirat dengan asam sulfat pekat menghasilkan senyawa furfural. Senyawa

    furfural dengan pereaksi -naftol menghasilkan persenyawaan berwarna (warnaungu). Reaksi yang

    negatif (hijau) merupakan suatu bukti bahwa dalam

    sampel yang diuji tidak mengandung karbohidrat.

    Penambahan larutan H2SO4 pekat akan menghidrolisis

    ikatan glikosidik (ikatan antara monosakarida satu

    dengan monosakarida lainnya), menghasilkan

    monosakarida selanjutnya yang didehidrasi menjadi

    furfural dan turunan karbohidrat dalam uji molisch.

    Sedangkan, penambahan H2SO4 melalui tepi dinding

    karena larutan tersebut bersifat eksotermis sehingga

    panas dari larutan tersebut dapat melubangi dasar tabung

    reaksi.

    Uji benedict adalah uji untuk membuktikan adanya gula

    pereduksi. Dengan prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi

    Cu+ yang mengendap sebagai CU2O berwarna merah bata.

    Untuk menghindari pengendapan CuCo3 pada larutan natrium

    karbonat (reagen benedict), maka ditambahkan asam sitrat.

    Larutan tembaga alkalis dapat direduksi oleh karbohidrat yang

    mempunyai gugus aldehid atau keton bebas, sehingga sukrosa

    yang tidak mengandung aldehid atau keton

    bebas tidak dapat mereduksi larutan benedict (Zulfikar A,

    2010). Warna biru pada larutan menunjukkan reaksi negatif

    (tidak adanya gula pereduksi), sedangkan reaksi positif dengan

    adanya warna hijau kebiruan, hijau, kuning, dan endapan

    merah bata. Warna endapan ini bergantung kepada

    konsentrasi karbohidrat yang diperiksa.

    Adapun tujuan dari dilakukannya pemanasan tersebut

    adalah untuk mempercepat reaksi antara logam Cu

    dalam pereaksi benedict dengan sampel. Berdasarkan

    literatur bahwa monosakarida (glukosa, fruktosa &

    galaktosa) dan disakarida (sukrosa, laktosa, dan

    maltose) dengan hasil pengamatan menunjukan kontrol

    positif. Tetapi pada percobaan yang telah kami lakukan,

    bahwa hanya fruktosa 1%, laktosa 1%, dan maltosa 1%

    yang mengandung kontrol positif. Berarti telah terjadi

    kesalahan dalam melakukan praktikum, kemungkinan

    kesalahan yang terjadi terdapat pada praktikan yang

    kurang teliti dalam meneteskan sampel sehingga

    tercampur dengan zat lainnya.

    Uji Barfoed adalah uji untuk membedakan monosakarida

    dan disakarida. Prinsipnya bahwa karbohidrat dalam

    larutan asam lemah akan mengalami perubahan

    reaktifitas, karbohidrat dengan reaktifitas rendah akan

    hilang daya reduksinya sedangkan karbohidrat dengan

    reaktifitas tinggi akan tetap dipertahankan. Ion Cu(dari pereaksi barfoed) dalam suasana asam akan direduksi

    lebih cepat oleh gula reduksi monosokarida dari pada

    disakarida dan menghasilkan endapan Cu2O berwarna

    merah bata. Jika terbentuk warna biru setelah

    penambahan fosfomolibdat, maka reaksi positif.

    Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa hanya sampel sukrosa

    dan maltosa yang menunjukkan kontrol negatif. Jika dilihat

    berdasarkan literatur, bahwa gula pereduksi adalah glukosa

    dan fruktosa, sedangkan sukrosa maupun maltosa bukan gula

    pereduksi, walaupun sukrosa tersusun oleh glukosa dan

    fruktosa, namun atom karbon anomerik keduanya saling

    terikat, sehingga pada setiap unit monosakarida tidak lagi

    terdapat gugus aldehida atau keton yang

    dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini

    menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi.

    Dimana yang cepat mereduksi atau bereaksi adalah

    monosakarida. Sementara yang membutuhkan waktu lama

    dalam pemanasannya sampai bisa bereaksi adalah disakarida.

    Jadi, fungsi pemanasan pada uji barfoed adalah dengan

    adanya pemanasan yang lama akan dapat menghidrolisis,

    sehingga larutan akan bereaksi (reaksi positif).

    Uji selliwanof adalah dalam pengujian ini golongan

    aldosa bereaksi, sedangkan ketosa mengalami

    proses dehidrasi untuk membentuk 4-hidroksi

    metil furfural yang kemudian mengalami

    kondensasi dengan resorsinol, dan akan

    mengalami kondensasi membentuk senyawa

    kompleks berwarna merah orange atau uji yang

    spesifik dalam mengindentifikasi gula ketoheksosa.

    Pereaksi Selliwanof terdiri dari 0,5% resorsinol dan

    HCl pekat. Dilakukannya pemanasan pada bahan

    uji yang telah diberi pereaksi Selliwanof adalah

    untuk mempercepat laju reaksi ketika dehidrasi

    dan kondensasi pembentukan senyawa

    kompleks berwarna. Reaksi positif terjadi jika,

    larutan berwarna merah

  • Dari percobaan diperoleh hasil yang sama dengan

    literatur, yang menyatakan fruktosa dan sukrosa

    merupakan jenis gula yang memberikan

    hasil positif . karena sukrosa adalah disakarida

    yang terdiri dari fruktosa dan glukosa. Sedangkan

    fruktosa, menurut Harper et al (1979) yang

    menyatakan bahwa fruktosa dapat bereaksi

    dengan reagen Seliwanoff dan memberikan

    kompleks warna merah ceri.

    Uji iod dengan prinsip bahwa iod dengan pati(amilosa) dapat

    membentuk suatu ikatan kompleks yang berwarna biru. Reaksi

    uji iod sebagai berikut:

    Karbohidrat (polisakarida) + I2 warna spesifik.

    Pati terdiri atas dua jenis, yang dibedakan berdasarkan

    reaksinya terhadap iodium, yaitu amilosa berwarna biru,

    sedangkan amilopektin bewarna kemerahan. (Hartati 2003).

    Serta, Amilosa memiliki struktrur lurus yang dominan dengan

    ikatan -(1,4)-D-glukosa, sedangkan amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan -(1,6)-D-glukosa

    ada percobaan yang telah dilakukan, dilakukan percobaan tepung gum arab dengan iod, tepung agar-agar dengan iod, dan tepung inulin

    dengan iod. Komposisi tepung pati (amilum) adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan

    tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk

    fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting. Pati tersusun dari

    dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda- beda. Amilosa memberikan sifat keras (

    pera

    ) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Komposisi tepung Gum arab adalah Gum arab dihasilkan dari getah bermacam-

    macam pohon Acasia sp. Sudan dan Senegal. Gum arab pada dasarnya merupakan serangkaian satuan-satuan D-galaktosa, L-arabinosa,

    aam D-galakturonat dan L-ramnosa. Sedangkan komposisi dari tepung Agar-agar, agar atau agarosa adalah zat yang biasanya berupa gel

    yang diolah dari rumput laut atau alga. Agar-agar sebenarnya adalah karbohidrat dengan berat molekul tinggi yang mengisi dinding sel

    rumput laut. Ia tergolong kelompok pektin dan merupakan suatu polimer yang tersusun dari monomer galaktosa.

    Pada uji Barfoed monosakarida dapat dibedakan dengan

    disakarida yang dapat diamati dari terbentuknya endapan

    merah bata pada senyawa glukosa, galaktosa, fruktosa dan

    arabinosa, sedangkan pada zat uji lainnya tidak terbentuk

    endapan merah bata, sehingga dianggap sebagai disakarida.

    Sama halnya dengan pereaksi Benedict, pereaksi Barfoed ini

    juga mereduksi ion Cu2+

    menjadi ion Cu+ . Pada dasarnya, monosakarida dapat

    mereduksi lebih cepat dibandingkan dengan disakarida.

    Disakarida dengan konsentrasi rendah tidak memberikan hasil

    positif oleh karena itu, larutan uji disakarida tidak membentuk

    warna merah orange pada percobaan ini.

    Pada uji ini diperoleh data bahwa hanya fruktosa yang

    menghasilkan warna larutan yang spesifik yakni warna merah

    orange yang mengidentifikasikan adanya kandungan ketosa

    dalam karbohidrat jenis monosakarida itu. HCl yang

    terkandung dalam pereaksi Seliwanoff ini mendehidrasi

    fruktosa menghasilkan hidroksifurfural sehingga furfural

    mengalami kondensasi setelah penambahan resorsinol

    membentuk larutan yang berwarna merah orange. Hal ini

    tidak dialami oleh zat uji yang lain di mana sukrosa, galaktosa,

    glukosa, dan arabinosa menunjukkan hasil negatif terhadap

    adanya ketosa. Akan tetapi sukrosa apabila dipanaskan terlalu

    lama dapat menunjukkan hasil yang positif terhadap pereaksi

    Seliwanoff. Hal ini terjadi karena adanya pemanasan berlebih

    menyebabkan sukrosa terhidrolisis menghasilkan fruktosa dan

    glukosa sehingga fruktosa inilah yang nantinya akan bereaksi

    dengan pereaksi Seliwanoff menghasilkan larutan berwarna

    merah orange.

    Pada percobaan Osazon ini diperoleh data bahwa

    karbohidrat dapat dibedakan dari bermacam-macam

    gambar kristalnya. Hal ini dikarenakan semua

    karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida atau keton

    bebas akan membentuk hidrazon atau oaszon bila

    dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Maltosa,

    fruktosa, dan glukosa pada reaksinya terbentuk kristal.

    Berbeda dengan sukrosa, ketika direaksikan tidak

    terbentuk kristal. Hal ini dikarenakan gugus aldehida

    atau keton yang terikat pada monomernya sudah tidak

    bebas.