karakteristik morfometri daerah aliran sungai …
TRANSCRIPT
Karateristik Morfometri Daerah Aliran Sungai Cisadane Daerah Rumpin dan Sekitarnya, Provinsi Bogor Nuryana, Triany, Yudisatrio
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 182 – 190 Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9524
182
KARAKTERISTIK MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI CISADANE DAERAH RUMPIN DAN SEKITARNYA, PROVINSI BOGOR Suherman Dwi Nuryana1, Novi Triany1*, Muchamad Hario Yudisatrio 1 Prodi Teknik Geologi, FTKE, Universitas Trisakti, Jakarta 2 Prodi Teknik Geologi, FTKE, Universitas Trisakti, Jakarta 3 Prodi Teknik Geologi, FTKE, Universitas Trisakti, Jakarta *Corresponding author: [email protected]
ABSTRAK Provinsi Jawa Barat adalah daerah dengan risiko bencana yang tinggi. Tingginya tingkat risiko tersebut merupakan dampak dari kompleksitas tatanan geologi di daerah ini. Untuk melakukan identifikasi karakter dan bentuk sebuah wilayah dan kaitannya dengan potensi aktivitas tektonik, kita dapat menggunakan analisis morfometri. Kegiatan komparasi terhadap berbagai aspek morfometri pada sejumlah batuan Kuarter dan Tersier tentu akan mengilustrasikan sejumlah proses tektonik. Untuk mengoptimalkan hasil dari penelitian ini, maka digunakan tiga metode penelitian yakni metode studio, lapangan, dan laboratorium. Metode studio digunakan untuk melakukan pengukuran data corak daerah aliran sungai, kerapatan pengaliran dan rasio cabang sungai. Metode lapangan digunakan untuk melakukan pengecekkan lapangan dan mendokumentasikan kondisi lapangan. Sementara itu, metode laboratorium digunakan untuk menghasilkan sinergitas dan keseragaman antara data lapangan dan data studio, sekaligus untuk membuktikan keterkaitan antara setiap faktor geologi yang ditemukan seperti keadaan tektonik di wilayah penelitian, parameter corak daerah aliran sungai, rasio cabang dan kerapatan sungai. Analisis terhadap aspek-aspek tersebut kemudian dijadikan sebagai acuan dalam menentukan tingkat aktivitas tektonik.
ABSTRACT West Java Province is an area with high disaster risk. The high level of risk is the impact of geological complexity setting in this area. To identify the character and shape of an area along with its relation to potential tectonic activity, we can utilize morphometric analysis. Comparative activities on various morphometric aspects in a number of Quaternary and Tertiary rocks will provide illustrations of a number of tectonic processes. To optimize the results of this study, three research methods were used, namely studio, field, and laboratory methods. Studio method is used to measure the data of the watershed pattern, flow density and the ratio of river branches. Field method is used to conduct field checks and document field conditions. Laboratory methods are used to produce synergy and uniformity between
SEJARAH ARTIKEL
Diterima 1 Januari 2021
Revisi 22 Maret 2021
Disetujui 15 Juni 2021
Terbit online 26 Juni 2021
KATA KUNCI Morfometri,
Daerah aliran sungai,
Aktifitas tektonik
KEYWORDS Morphometry,
Watershed,
Tectonic activities
Karateristik Morfometri Daerah Aliran Sungai Cisadane Daerah Rumpin dan Sekitarnya, Provinsi Bogor Nuryana, Triany, Yudisatrio
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 182 – 190 Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9524
183
field data and studio data, as well as to prove the relationship between any geological factors found such as tectonic conditions in the research area, watershed pattern parameters, branch ratios and river density. Analyses on these aspects are then used as a reference in determining the level of tectonic activity..
1. PENDAHULUAN
Pulau Jawa berada dalam salah satu lingkup daerah tektonik teraktif di Indonesia. Tingginya aktivitas
tektonik di pulau ini disebabkan oleh eksistensi tumbukan antara Lempeng Samudera Hindia- Australia
dan Lempeng Eurasia. Terjadinya hujaman-hujaman dari Lempeng Samudera terhadap Lempeng benua
tersebut kemudian memunculkan sejumlah fenomena geologis seperti aktivitas vulkanik dan
pembentukan struktur geologi pada permukaan tanah.
Provinsi Jawa Barat adalah daerah dengan risiko bencana yang tinggi. Tingginya tingkat risiko
tersebut merupakan dampak dari kompleksitas tatanan geologi di daerah ini. Aktifitas geologi yang
terjadi di Pulau Jawa, khususnya daerah Provinsi Jawa Barat telah menghasilkan sejumlah zona fisiografi,
yang keudian dapat dikategorisasi berdasarkan faktor morfologis, petrologis dan struktur geologis. Van
Bemmelen (1949), mengkategorikan daerah Provinsi Jawa Barat menjadi empat kelompok zona
fisiografi yaitu zona Bandung, Bogor, dataran pantai Jakarta, dan pegunungan selatan.
Berdasarkan klasifikasi yang dibentuk oleh Martodjojo (1984), terdapat empat kelompok mandala
sedimentasi di Provinsi Jawa Barat yakni mandala paparan kontinen, zona bandung, mandala
sedimentasi banten, dan mandala sedimentasi bogor. Dari empat kelompok mandala sedimentasi
tersebut, penelitian ini mengambil data dari mandala cekungan bogor.
Berdasarkan pendapat Martodjojo (1984), mandala yang menjadi perhatian dalam penelitian ini
telah mengalami sejumlah perubahan yang signifikan seiring waktu, terutama pada zaman tertier-
kuarter. Mandala ini terbentuk dari terjadinya tiga siklus pengendapan yang panjang. Pengendapan yang
pertama dibentuk oleh sedimen laut dalam. Selanjutnya endapan tersebut dilapisi oleh sedimen daratan
yang seiring waktu mengalami perubahan menjadi sedimen laut dangkal, sebelum akhirnya mengalami
pengendapan dari sedimen yang terbentuk oleh aliran gravitasi. Dua siklus pengendapan awal mengali
dari arah utara, sementara siklus pengendapan terakhir berasal dari daerah selatan.
Maksud dari penelitian ini untuk melakukan suatu peninjauan mengidentifikasi DAS melalui suatu
analisis morfometri dan morfotektonik dengan mengedapankan aspek-aspek geologi dan tektonik yang
akan menghasilkan suatu rekomendasi karakteristik DAS berdasarkan analisis dan dapat
mengelompokkan kondisi perubahan daerah berdasarkan tektonik, sehingga dapat dijadikan
rekomendasi dalam penataan ruang di DAS Cisadane.
Karateristik Morfometri Daerah Aliran Sungai Cisadane Daerah Rumpin dan Sekitarnya, Provinsi Bogor Nuryana, Triany, Yudisatrio
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 182 – 190 Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9524
184
Secara geografis daerah penelitian ini terletak pada 106°31'37.2"BT-106°44'42.00"BT dan
6°21'03.6"LS - 6°32'13.20"LS dilakukan di daerah Bogor, Jawa Barat hingga Banten.
2. GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional
Aktifitas geologi yang terjadi di Pulau Jawa, khususnya daerah Provinsi Jawa Barat telah
menghasilkan sejumlah zona fisiografi, yang keudian dapat dikategorisasi berdasarkan faktor
morfologis, petrologis dan struktur geologis. Van Bemmelen (1949), mengkategorikan daerah Provinsi
Jawa Barat menjadi empat kelompok zona fisiografi yaitu zona Bandung, Bogor, dataran pantai Jakarta,
dan pegunungan selatan. Zona bogor yang menjadi fokus dari penelitian ini berada di selatan area zona
dataran pantai Jakarta. Area ini terbentang dari daerah Tangerang hingga kuningan, termasuk daerah
Bogor, Sumedang, Purwakarta, dan Majalengka. Zona ini pada dasarnya memiliki bentuk perbukitan
yang tersusun dari barat hingga ke timur dengan daerah terlebarnya sejauh 40 km. Batuan yang dapat
ditemukan pada susunan ini antara lain adalah batuan sedimen tertier dan batuan beku intrusif dan
ekstrusif. Adapun batuan beku intrusif dapat ditemukan pada daerah perbukitan yang terjal, seperti di
daerah Pegunungan Sanggabuana di Purwakarta. Morfologi perbukitan ini disebut sebagai antiklinorium
kuat dengan pensesaran oleh Van Bemmelen (1949).
2.2 Stratigrafi Regional
Berdasarkan klasifikasi yang dibentuk oleh Martodjojo (1984), terdapat empat kelompok mandala
sedimentasi di Provinsi Jawa Barat yakni mandala paparan kontinen, zona bandung, mandala
sedimentasi banten, dan mandala sedimentasi bogor. Dari empat kelompok mandala sedimentasi
tersebut, penelitian ini mengambil data dari mandala cekungan Bogor.
Berdasarkan pendapat Martodjojo (1984), mandala yang menjadi perhatian dalam penelitian ini
telah mengalami sejumlah perubahan yang signifikan seiring waktu, terutama pada zaman tertier-
kuarter. Mandala ini terbentuk dari terjadinya tiga siklus pengendapan yang panjang. Pengendapan yang
pertama dibentuk oleh sedimen laut dalam. Selanjutnya endapan tersebut dilapisi oleh sedimen daratan
yang seiring waktu mengalami perubahan menjadi sedimen laut dangkal, sebelum akhirnya mengalami
pengendapan dari sedimen yang terbentuk oleh aliran gravitasi. Dua siklus pengendapan awal mengali
dari arah utara, sementara siklus pengendapan terakhir berasal dari daerah selatan.
2.3 Struktur dan Tektonik Regional
Karateristik Morfometri Daerah Aliran Sungai Cisadane Daerah Rumpin dan Sekitarnya, Provinsi Bogor Nuryana, Triany, Yudisatrio
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 182 – 190 Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9524
185
Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Van Bemmelen (1970), Provinsi Jawa Barat terbagi menjadi
sejumlah jalur struktural dan fisiografis. Zona Bogor yang telah melewati sejumlah kejadian lipatan
geologi telah terbentuk menjadi sebuah antiklinorium dengan sumbu yang terletak di daerah barat dan
timur. Di sebelah utara dari zona tersebut, terdapat zona dengan struktur geologi yang mengarah ke
utara sebagai hasil dari tekanan yang terbentuk di daerah selatan. Dorongan ini kemudian menghasilkan
lipatan dan sesar yang mengarah ke permukaan. Lipatan tersebut terdiri dari batuan sedimen yang
berasal dari zaman Miosen, sementara sayap dari lipatan ini terdiri dari batuan sedimen pada zaman
Pliosen.
Batasan dari lempeng Paparan Sunda di sebelah selatan adalah kerak samudera dan benua yang
terbentuk pada zaman kapur (pembentuk kompleks Melange Ciletuh) yang terkuak pada zaman tertier,
sementara batasan di sebelah timur merupakan hasil dari pemekaran kerak samudera. Pada bagian
barat, batasan dari lempeng tersebut adalah kerak benua. Kerak samudera pada umumnya telah
mengalami kemiringan ke sebelah utara dan tersubduksi dibawah dataran sunda sejak awal zaman
tersier (Ogliosen akhir) (Hamilton, 1979). Adapun pembentukan tektonik kompresi dan ekstensi yang
ditemukan merupakan hasil dari tekanan dari adanya pergerakan Lempeng Indo-Australia dan
terjadinya pergerakan Lempeng Kalimantan ke sebelah Utara, yang kemudian menghasilkan rift dan
half-graben pada sepanjang daerah perbatasan selatan Lempeng Paparan Sunda di era Eosen-Oligosen.
3. METODOLOGI PENELITIAN
Untuk mengoptimalkan hasil dari penelitian ini, maka metode awal untuk menghasilkan data yang
diperlukan dalam penelitian adalah metode studio. Adapun perangkat lunak dalam penggunaan metode
ini adalah Google Earth dan Global Mapper yang memiliki kapasitas untuk melakukan pengolahan data
yang terkategori sebagai parameter morfometri. Salah satu data parameter morfometri yang digunakan
adalah morfometri daerah aliran sungai (DAS). Data ini menggambarkan jaringan sungai dalam bentuk
data kuantitatif (van Zuidam, 1985). Data yang dihasilkan pada parameter morfometri DAS memiliki
keterkaitan yang signifikan dengan kondisi geomorfologi, iklim, dan susunan batuan dari suatu daerah.
Adapun yang termasuk kedalam unsur-unsur morfometri DAS antara lain adalah sebagai berikut:
1. Ukuran luas, panjang, dan lebar DAS,
2. Bentukan DAS,
3. Rasio cabang Sungai
4. Kerapatan sungai.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Karateristik Morfometri Daerah Aliran Sungai Cisadane Daerah Rumpin dan Sekitarnya, Provinsi Bogor Nuryana, Triany, Yudisatrio
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 182 – 190 Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9524
186
4.1 Morfometri DAS
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah tangkapan air (catchment area) yang dibatasi oleh
punggungan. Dan daerah penduduk Batas DAS Cisadane merupakan batas daerah penelitian itu sendiri.
Untuk keperluan analisis, DAS Cisadane kemudian dibagi lagi menjadi sejumlah 19 SubDAS.Pada Tabel 1
di bawah ini adalah pembagian luas DAS yang diasumsikan berdasarkan perhitungan panjang sungai
utama dan lebar. (Yudisatrio,2019).
Tabel 1 Luas DAS di SubDAS Cisadane (Yudisatrio, 2019)
SubDAS Panjang Sungai utama (L²) Luas DAS (A)
1 31.141 km 69.300 km²
2 8.277 km 10.345 km²
3 1.964 km 2.381 km²
4 2.471 km 6.180 km²
5 5.711 km 4.225 km²
6 5.622 km 2.767 km²
7 13.742 km 12.165 km²
8 2.170 km 1.112 km²
9 3.194 km 2.547 km²
10 10.853 km 9.273 km²
11 6.769 km 6.527 km²
12 3.542 km 2.713 km²
13 1.185 km 0.435 km²
14 1.202 km 0.345 km²
15 1.123 km 0.771 km²
16 9.869 km 10.780 km²
17 7.124 km 12.876 km²
18 1.080 km 7.075 km²
19 1.265 km 0.624 km²
4.2 Bentuk DAS
Dalam penentuan bentuk SubDAS Cisadane akan selalu berkaitan dengan aspek luas, panjang, dan lebar
maksimal DAS. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, maka penentuan yang dilakukan akan
menjadi lebih akurat dan tepat serta sesuai dengan keadaan DAS di lapangan. Penentuan bentuk
SubDAS Cisadane mengacu kepada karakteristik model menurut Sosrodarsono dan Takeda (1987) dan
Ramdan (2006). Bentuk ke-21 SubDAS Cisadane ditampilkan dalam Tabel 2.
Pada tahap penjabaran peralatan untuk menerapkan metode alloying/peleburan diuraikan segala
aktifitas dan kebutuhan yang diperlukan (Tabel 2).
Karateristik Morfometri Daerah Aliran Sungai Cisadane Daerah Rumpin dan Sekitarnya, Provinsi Bogor Nuryana, Triany, Yudisatrio
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 182 – 190 Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9524
187
Berdasarkan Tabel 2 diperlukan adanya sebuah Frame. Gambar Frame awal diperlihatkan pada
Gambar 3A. Frame menyerupai sebuah meja yang terdiri dari tempat tungku, laci penyimpanan alat
pendukung dan alas kerja.
Tabel 2 Bentuk SubDAS Cisadane (Yudisatrio,2019)
SubDAS Bentuk Sub DAS
1 Radial
2 Bulu burung
3 Radial
4 Bulu burung
5 Bulu burung
6 Radial
7 Bulu burung
8 Radial
9 Bulu burung
10 Radial
11 Kompleks
12 Bulu burung
13 Kompleks
14 Bulu burung
15 Bulu burung
16 Kompleks
17 Bulu burung
18 Bulu burung
19 Bulu burung
20 Kompleks
21 Kompleks
4.3 Rasio Cabang Sungai
Untuk menganalisis nilai dari rasio percabangan sungai secara lebih terperinci pada sebagian DAS
yang terdapat di Cisadane, maka dilakukan pembagian tiga DAS menjadi SubDAS. Terdapat 21 SubDAS
yang berada di daerah penelitian berikut ini adalah rangkuman perhitungan nilai (Rb) ditampilkan dalam
Tabel 3.
Karateristik Morfometri Daerah Aliran Sungai Cisadane Daerah Rumpin dan Sekitarnya, Provinsi Bogor Nuryana, Triany, Yudisatrio
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 182 – 190 Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9524
188
Tabel 3. Rasio Cabang Sungai (Yudisatrio,2019)
SubDAS Banyaknya Segmen Sungai Jumlah Segmen Sungai
Nilai RB Rb Rata-rata
1 2 3 4 Rb 1-2
Rb 2-3
Rb 3-4
SBD 1 57 12 9 2 80 4.75 1.33 4.50 3.53
SBD 2 18 3 2 23 6.00 1.50 3.75
SBD 3 3 1 4 3.00 3.00
SBD 4 4 1 5 4.00 4.00
SBD 5 14 4 2 20 3.50 2.00 2.75
SBD 6 14 4 1 19 3.50 4.00 3.75
SBD 7 25 7 4 1 37 3.57 1.75 4.00 3.11
SBD 8 5 2 1 8 2.50 2.00 2.25
SBD 9 7 2 1 10 3.50 2.00 2.75
SBD 10 15 7 1 23 2.14 7.00 4.75
SBD 11 13 4 2 19 3.25 2.00 2.63
SBD 12 4 1 5 4.00 4.00
SBD 13 3 1 4 3.00 3.00
SBD 14 3 1 4 3.00 3.00
SBD 15 2 1 3 2.00 2.00
SBD 16 10 3 1 14 3.33 3.00 3.17
SBD 17 4 1 5 4.00 4.00
SBD 18 2 1 3 2.00 2.00
SBD 19 3 1 4 3.00 3.00
Dari Analisis diatas dapat dlihat bahwa beberapa daerah ini termasuk ke dalam daerah yang sudah
terkena deformasi seperti SBD 5, SBD 8, SBD 9, SBD 11, SBD 15, dan SBD 18 adalah SubDAS yang telah
terkena pengaruh atau aktifitas Tektonik. Dan sisanya adalah SubDAS yang masih bisa dikatakan normal
atau tidak terkena pengaruhi aktifitas tektonik (Yudisatrio,2019)
4.4 Kerapatan Pengaliran
Untuk membahas lebih mendetail mengenai nilai kerapatan pengaliran DAS Cisadane, maka dilakukan
pembagian DAS menjadi SubDAS. Terdapat 19 sub- DAS yang berada di daerah penelitian Pembagian
tersebut diambil berdasarkan pembatasan dari anak sungai ke induk sungai yang dibatasi oleh
punggungan (Yudisatrio,2019). Berikut ini adalah perhitungan nilai kerapatan pengaliran (Dd) sesuai
persamaan di atas dirangkum dalam Tabel 4.
Karateristik Morfometri Daerah Aliran Sungai Cisadane Daerah Rumpin dan Sekitarnya, Provinsi Bogor Nuryana, Triany, Yudisatrio
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 182 – 190 Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9524
189
Tabel 4 Kerapatan pengaliran 19 SubDAS Cisadane (Yudisatrio, 2019)
SubDAS Panjang Sungai Kumulatif Luas DAS Kerapatan Pengaliran
SBD - 1 61.676 km 69.300 km² 0.8900 km
SBD - 2 14.449 km 10.345 km² 1.3967 km
SBD - 3 4.084 km 2.381 km² 1.7152 km
SBD - 4 7.541 km 6.180 km² 1.2202 km
SBD - 5 9.902 km 4.225 km² 2.3437 km
SBD - 6 10.175 km 2.767 km² 3.6773 km
SBD - 7 24.619 km 12.165 km² 2.0238 km
SBD - 8 3.737 km 1.112 km² 3.3606 km
SBD - 9 6.190 km 2.547 km² 2.4303 km
SBD - 10 19.179 km 9.273 km² 2.0683 km
SBD - 11 13.089 km 6.527 km² 2.0054 km
SBD - 12 4.932 km 2.713 km² 1.8179 km
SBD - 13 2.102 km 0.435 km² 4.8322 km
SBD - 14 1.637 km 0.345 km² 4.7449 km
SBD - 15 1.996 km 0.771 km² 2.5888 km
SBD - 16 16.400 km 10.780 km² 1.5213 km
SBD - 17 9.345 km 12.876 km² 0.7258 km
SBD - 18 5.890 km 7.075 km² 0.8325 km
SBD - 19 2.133 km 0.624 km² 3.4183 km
5. KESIMPULAN
1. DAS Cisadane memiliki luas 162.441 km², terbagi atas 21 SubDAS dengan total area panjang sungai
sebesar 118.304 km. Berdasarkan klasifikasinya, jenis DAS yang ditemukan di daerah ini menurut
Sudarsono dan Tekeda (1987) dikategorikan sebagai DAS berjenis Radial.
2. Nilai segmen ratio DAS di Cisadane memiliki kisaran orde ke-1 samapai ke-5, dengan jumlah segmen
sekitar 282 segmen dan jumlah segmen sungai sebanyak 282 segmen. Menurut Strahler 1964;
dalam Verstapen,1983 nilai yang terkena dampak deformasi tektonik bila rasio sungai kurang dari 3
dan lebih dari 5 dan beberapa SubDAS di DAS Cisadane telah mengalami deformasi akibat tektonik
seperti SBD-5, SBD-8, SBD-9, SBD-11, SBD-15, dan SBD-18.
3. Berdasarkan hasil perhitungan kerapatan pengaliran pada tabel di atas, dapat di ketahui bahwa
SubDAS pada DAS Cisadane memiliki nilai (Dd) berkisar atara 0,89 sampai 4,83 maka berdasarkan
nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai dari kerapatan pengaliran yang berada di DAS Cisadane
termasuk dalam kategori sedang (Soewarno,1991). Karakteristik dari tingkat kerapatan pengaliran
sedang bahwa alur sungai di daerah ini melewati batuan dengan tingkat resistensi yang keras, yang
kemudian meminimalisir jumlah angkutan sedimen dengan jarak yang renggang antar aliran.
Temuan ini menunjukkan bahwa umumnya alur sungai yang terdapat di DAS Cisadane merupakan
aliran sungai dengan resistensi batuan pada tingkat menengah hingga keras (Soewarno, 1991).
Karateristik Morfometri Daerah Aliran Sungai Cisadane Daerah Rumpin dan Sekitarnya, Provinsi Bogor Nuryana, Triany, Yudisatrio
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 182 – 190 Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9524
190
4. Faktor yang mempengaruhi perbedaan morfometri pada kedua DAS ini adalah jenis batuan yang
ditemukan, dan aktivitas tektonik yang membentuk DAS pada dua area tersebut (Yudisatrio, 2019).
6. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Suherman Dwi Nuryana, ST, MT. selaku dosen pembimbing utama tugas akhir penulis.
2. Ibu Novi Triany, ST, MT. selaku dosen pembimbing pendamping tugas akhir penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Fajar Hendrasto, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Teknik Geologi
4. Sofyan Rachman, ST, MT. selaku dosen wali penulis.
5. Ayah dan ibu serta kelurga yang selalu membantu dalam pengerjaan penulisan jurnal ini
7. DAFTAR PUSTAKA 1. Bemmelen, R.W. van. 1949. The Geology of Indonesia Vol.1A, General Geology of Indonesia and
Adjacent Archipelagoes, Government Printing Office, The Hauge, Belanda. 2. Handayani, R. 2000. Morfometri DA Ci Liwung Hulu. Skripsi S1 Geografi. Depok. Jurusan Geografi
FMIPA UI. 3. Horton, R. E. 1945. Erosional Development of Streams and Their Drainage Basin:Hydrophysicaal
Approach to Quantitative Morpholy, Geol. Soc. Am. Bull. 4. Martodjojo, S., 1984. Evolusi Cekungan Bogor Jawa Barat, Disertasi Doktor, ITB, Bandung (Tidak
diterbitkan). 5. Ramdan, H. 2006. Prinsip Dasar Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Laboratorium Ekologi Hutan,
Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti. Jatinangor. 6. Sosrodarsono Suyono & Kensaku Takeda, 1993, Hidrologi untuk Pengairan, PT. Pradnya Paramitha,
Jakarta. 7. Sosrodarsono, S dan K Takeda, 2003. Hidrologi Untuk Pengariran. Jakarta. Pradnya Paramita. 8. Soewarno, 1991, Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai (Hidrometri), Nova,
Bandung. 9. Strahler A. N.. 1952. Hypsometric (Area-Altitude) Analysis of Erosional Topology. Geological Society
of America Bulletin 63. 10. Strahler, Arthur N. 1954. Statistical analysis in geomorphic research. The Journal of Geology, Vol. 62
No. 1: 1-25 . (This content downloaded from 154.059.124.102 on October 20, 2016 19:30:50 PM; All use subject to University of Chicago Press Terms and Conditions).
11. Stahler, A N. 1973. Introdution to Physical Geography. 3rd edition. New York. John Willey and Sons Inc.
12. Yudisatrio, Muchamad Hario. 2019. Karakteristik Morfometri Aliran Sungai Cisadane Daerah Rumpin dan Sekitarnya, Provinsi Banten . Tipe Tugas Akhir, Tidak di publikasi.
13. Zuidam, R.A.Van dan F.I. Van Zuidam Cancelado. 1979. Terrain Analysis and Classification Using Aerial Photographs; a Geomorphology Aprroach. ITC Texbook of Photo Interpretation. Netherland, Enschede.
14. Zuidam, R.A. & Zuidam Cancelado, F.I.,1979 and 1985, Terrain Analysis and Classification Using Areal Photographs, A Geomorphologycal Approach, Netherland, Enschede: ITC.