karakteristik bioplastik dari alginat padina sp. dengan
TRANSCRIPT
i
KARAKTERISTIK BIOPLASTIK DARI ALGINAT Padina sp.
DENGAN PEMLASTIS GLISEROL
SABRINA FARAH
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021 M / 1442 H
ii
KARAKTERISTIK BIOPLASTIK DARI ALGINAT Padina sp.
DENGAN PEMLASTIS GLISEROL
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
SABRINA FARAH
11160950000030
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021 M / 1442 H
ii
iii
KARAKTERISTIK BIOPLASTIK DARI ALGINAT Padina sp.
DENGAN PEMLASTIS GLISEROL
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
SABRINA FARAH
11160950000030
Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud. Nanda Saridewi, M. Si
NIP. 19690404 200501 2 005 NIP. 19841021 200912 2 004
Mengetahui,
Ketua Program Studi Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Priyanti, M.Si
NIP. 19750526 200012 2 001
iii
iv
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul “Karakteristik Bioplastik dari Alginat Padina sp. dengan
Pemlastis Gliserol” yang ditulis oleh Sabrina Farah, NIM 11160950000030
telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2
Juni 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Biologi.
Menyetujui:
Penguji I, Penguji II,
Narti Fitriana, M. Si. Etyn Yunita, M. Si.
NIDN. 0331107403 NIP. 19700628 201411 2 002
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Lily Surayya E.P, M.Env.Stud. Nanda Saridewi, M. Si.
NIP. 19690404 2005012 005 NIP. 19841021 200912 2 004
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Biologi
Nashrul Hakiem, S. Si., M. T., Ph.D Dr. Priyanti, M.Si.
NIP. 19710608 2005011 005 NIP. 197505262000122001
iv
v
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Juni 2021
Sabrina Farah
11160950000030
v
vi
ABSTRAK
Sabrina Farah. Karakteristik Bioplastik dari Alginat Padina sp. dengan
Pemlastis Gliserol. Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan
Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2021.
Dibimbing oleh Lily Surayya Eka Putri dan Nanda Saridewi
Plastik sintetis merupakan penyumbang sampah di lingkungan dan perlu ditanggulangi dengan bioplastik. Bioplastik dapat terbuat dari alginat alga coklat
Padina sp dengan gliserol. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh kuat tarik, ketahanan air, dan persentase penurunan berat dari bioplastik dengan formulasi alginat Padina sp. 1% dan 2% dengan pemlastis gliserol 15% dan 25%.
Pembuatan bioplastik dilakukan dengan konsentrasi alginat 1% dan 2%, serta konsentrasi gliserol 15% dan 25%. Bioplastik dikarakterisasi kuat tarik, ketahanan
air, dan biodegradabilitasnya. Kuat tarik bioplastik formulasi alginat:gliserol (1:15); (1:25); (2:15); dan (2:25) berturut-turut sebesar 3,65 MPa, 4,60 MPa, 3,24 MPa, dan 7,33 MPa. Ketahanan air bioplastik formulasi alginat:gliserol ((1:15);
(1:25); (2:15); dan (2:25) berturut-turut sebesar 3,65 MPa, 4,60 MPa, 3,24 MPa, dan 7,33 MPa berturut-turut sebesar 35,71±1,94%; 34,81±1,36%; 48,21±0,42%;
dan 36,55±1,79%. Persentase penurunan berat pada hari ke-12 sebesar 8,16 – 28,26% dan laju biodegradabilitas 0,03 – 0,11 mg/hari. Bioplastik alginat Padina sp. dengan pemlastis gliserol memiliki persentase penurunan berat yang hampir
sama dengan bioplastik komersial dengan persentase penurunan berat sebesar 14,58%.
Kata Kunci: Alginat, Bioplastik, Gliserol
vi
vii
ABSTRACT
Sabrina Farah. Characteristics of bioplastic alginate from Padina sp. with
glycerol plasticizer. Undergraduate Thesis. Departement of Biology. Faculty
of Science and Technology. State Islamic University Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2021. Advised by Lily Surayya Eka Putri dan Nanda Saridewi
Synthetic plastic is a contributor to waste in the environment and needs to be addressed with bioplastics. Bioplastics can be made from Padina sp brown algae
alginate with glycerol. The purpose of this study was to obtain the tensile strength, water resistance, and percentage of weight loss of bioplastic with the alginate formulation of Padina sp. 1% and 2% with 15% and 25% glycerol as plasticizer.
The production of bioplastics was carried out with 1% and 2% alginate concentrations, and 15% and 25% glycerol concentrations. Bioplastics are
characterized by their tensile strength, water resistance, and biodegradability. Tensile strength of bioplastic formulation alginate:glycerol (1:15); (1:25); (2:15); and (2:25) of 3.65 MPa, 4.60 MPa, 3.24 MPa, and 7.33 MPa, respectively. The
water resistance of bioplastic formulations of alginate:glycerol ((1:15); (1:25); (2:15); and (2:25) were 3.65 MPa, 4.60 MPa, 3.24 MPa, respectively. , and 7.33
MPa 35.71±1.94%, 34.81±1.36%, 48.21±0.42%, and 36.55±1.79%, respectively. on day 12 of 8.16 – 28.26% and the rate of biodegradability is 0.03 – 0.11 mg/day.Padina sp.alginate bioplastic with glycerol as plasticizer has a weight loss
percentage that is almost the same as commercial biop lastic with a weight loss percentage by 14.58%.
Keywords: Alginate, bioplastic, glycerol
vii
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw,
keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya. Atas kehendak dan izin
Allah Swt, skripsi yang berjudul “Karakteristik Bioplastik dari alginat Padina
sp. dengan Pemlastis Gliserol” dapat tersusun dengan baik. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh pendidikan Strata
Satu (S1). Skripsi ini tidak akan mungkin selesai tanpa pihak-pihak yang terus
memberikan bimbingan, saran, dan dukungan. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Nashrul Hakiem, S. Si., M. T., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
2. Dr. Priyanti, M. Si. selaku Ketua Program Studi Biologi Fakultas Sains
dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
3. Narti Fitriana, M. Si. selaku Sekretaris Program Studi Biologi Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
4. Dr. Dasumiati, M. Si. dan Dr. Megga Ratnasari Pikoli, M. Si. selaku dosen
penguji yang telah memberi masukan dan saran bagi penulis;
5. Narti Fitriana, M. Si dan Ir. Etyn Yunita, M. Si. selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dan saran bagi penulis;
6. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M. Env. Stud. selaku Dosen Pembimbing
I yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, dan arahan dalam
penyunan skripsi ini;
7. Nanda Saridewi, M. Si. selaku Pembimbing II yang telah memberikan
ilmu pengetahuan, bimbingan, dan arahan dalam penyusunan skripsi ini;
8. Dr. Nani Radiastuti, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik serta
seluruh dosen Program Studi Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan;
9. Puji Astuti, S. Si., Festy Auliyaur Rahmah, S. Si., Nur Amaliah Solihat, S.
Si., dan Dinda Hari Wibowo, S. Si. yang telah memberikan kemudahan
perizinan selama Penulis melakukan penelitian di Pusat Laboratorium
Terpadu (PLT) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
10. Rafika Nur Hapsari yang telah menjadi teman diskusi selama penelitian,
keluarga, dan pihak yang terlibat membantu penulis dalam penyusunan
skripsi.
viii
ix
Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan atas bantuan semua
pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi salah satu sumbangan
pengetahuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
Jakarta, 11 Juni 2021
Penulis
ix
x
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK.. ............................................................................................................ vi KATA PENGANTAR............................................................................................viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3. Hipotesis ..................................................................................................2
1.4. Tujuan ......................................................................................................2
1.5. Manfaat ....................................................................................................3
1.6. Kerangka Berpikir ...................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bioplastik .................................................................................................4
2.2. Alginat .....................................................................................................6
2.3. Padina sp. ................................................................................................8
2.4. Gliserol ....................................................................................................9
2.5. Uji Kuat Tarik ........................................................................................10
2.6. Uji Ketahanan Air ..................................................................................10
2.7. Uji Biodegradabilitas .............................................................................11
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat.................................................................................12 3.2. Alat dan Bahan ......................................................................................12
3.3. Rancangan Penelitian.............................................................................12
3.4. Cara Kerja ..............................................................................................13
3.5. Parameter Pengamatan...........................................................................13 3.6. Analisis Data..........................................................................................15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kuat Tarik Bioplastik ............................................................................16
4.2. Ketahanan Air Bioplastik ......................................................................17 4.3. Biodegradabilitas Bioplastik..................................................................19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ............................................................................................24 5.2. Saran ......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................25 LAMPIRAN ...........................................................................................................30
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Ekstraksi Alginat dari Padina sp .......................................................32 Lampiran 2. Pembuatan Bioplastik Alginat Padina sp dengan Gliserol................33
Lampiran 3. Uji Ketahanan Air ..............................................................................34 Lampiran 4. Uji Biodegradabilitas .........................................................................35
Lampiran 5. Perubahan Fisik Bioplastik Alginat dari Padina sp. dengan Pemlastis Gliserol Setelah Uji Biodegrabilitas ...................................36
Lampiran 6. Data dan Penghitungan Uji Ketahanan Air .......................................37
Lampiran 7. Analysis of Varians (ANOVA) Konsentrasi Alginat dan Gliserol Terhadap Ketahanan Air .....................................................................38
Lampiran 8. Data dan Penghitungan Uji Biodegradabilitas...................................39 Lampiran 9. Korelasi Pearson antara Persentase Penurunan Berat dengan Laju
Biodegradabilitas.................................................................................43
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Plastik sintetis merupakan penyumbang sampah di lingkungan. Penggunaan
plastik sintetis mampu menghasilkan sampah sebanyak 3,6 juta ton per tahun atau
9% dari total produksi sampah yang mengakibatkan penggunaannya secara terus
menerus (Purnavita et al., 2020). Penumpukan plastik sintetis disebabkan pada
sifatnya yang sulit terurai dan berbahan dasar minyak bumi yang tidak dapat
diperbarui (Fibriyani et al., 201). Solusi penanggulangannya adalah menggunakan
plastik yang mudah terurai dan dapat diperbarui, yaitu bioplastik. Pembuatan
bioplastik dapat menggunakan beberapa polimer, seperti pati, selulosa,
kitin/kitosan, protein, dan alginat dari alga coklat (Lim et al., 2019; Rahman et al.,
2019).
Kandungan alginat pada alga coklat Sargassum siliquosum mengandung
49,9% alginat (Chee et al., 2011). Penggunaan alginat S. siliquosum sebagai
bioplastik menghasilkan kuat tarik 33,90 MPa dan persentase penyerapan air
33,73% (Lim et al., 2019). Selain S. siliquosum, terdapat pula Padina sp. yang
mengandung 20 – 30% alginat (Salosso & Jasmanindar, 2018). Pemanfaatan
Padina sp. yang belum terlalu masif digunakan dalam kebutuhan manusia
(Srimariana et al., 2020), sehingga dapat dijadikan sebagai sumber alginat pada
pembuatan bioplastik. Karakteristik bioplastik perlu diketahui untuk memperoleh
bioplastik yang menyerupai plastik sintetis. Karakteristik bioplastuk antara lain
kuat tarik, ketahanan air, serta biodegradabilitas. Penggunaan alginat saja sebagai
bioplastik memiliki sifat rapuh, sehingga diperlukan penambahan pemlastis yang
sesuai untuk meningkatkan sifat kuat tariknya.
Salah satu pemlastis yang umum digunakan adalah gliserol. Keuntungan
penggunaan gliserol adalah mudah diperoleh karena melimpah dan biayanya
murah (Santana & Kieckbusch, 2013). Pemlastis juga memiliki sifat tidak mudah
menguap dan larut dalam polimer (Parreidt et al., 2018). Penelitian penggunaan
gliserol sebagai pemlastis pada bioplastik telah dilakukan oleh Yudistriani et al.
(2013) dengan menggunakan gliserol 20% menghasilkan kuat tarik 6,5 MPa dan
1
2
ketahanan air sebesar 72,9%. Penelitian lainnya dengan menggunakan alginat dari
Sargassum sp. dengan gliserol telah dilakukan oleh Langit et al. (2020) dengan
menggunakan alginat 1% dan gliserol 3 mL menghasilkan kuat tarik 0,25 MPa
dan ketahanan air sebesar 48,75%. Penelitian lainnya oleh Marismandani & Husni
(2020) dengan menggunakan alginat 2% dan gliserol 10% menghasilkan kuat
tarik sebesar 3,76 MPa. Penggunaan alginat Padina sp. 1% dan 2% dengan
penambahan gliserol 15% dan 25% diharapkan mampu menghasilkan kuat tarik
dan ketahanan air yang lebih tinggi dibandingkan penelitian sebelumnya. Selain
kuat tarik dan ketahanan air, diperlukan pengujian biodegradabilitas untuk
mengukur berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk terurainya bioplastik.
Penelitian mengenai biodegradabilitas alginat dengan gliserol telah
dilakukan oleh Solak dan Dyankova (2014) yang menghasilkan bioplastik
terdegradasi 30 – 75% selama 7 hari. Penelitian lainnya yang telah dilakukan
adalah biodegradasi alginat dari Ulva lactuca dengan gliserol oleh Dewi et al.
(2017), menghasilkan bioplastik yang terdegradasi 37 – 64% selama 10 hari.
Penelitian bioplastik diperlukan dalam menggunakan alginat dari Padina sp.
dengan pemlastis gliserol yang nantinya dapat digunakan sebagai pengganti
plastik sintesis.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kuat tarik dan ketahanan air dari bioplastik dengan formulasi
alginat Padina sp. 1% dan 2% dengan pemlastis gliserol 15% dan 25%?
2. Berapa persentase penurunan berat dari bioplastik pada formulasi alginat dari
Padina sp. 1% dan 2% dengan pemlastis gliserol 15% dan 25%?
1.3. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Kuat tarik bioplastik alginat 2% dan gliserol 10% sebesar 3,76 MPa
sedangkan ketahanan air bioplastik alginat 1% dan 3 mL gliserol sebesar
48,75%.
3
2. Bioplastik alginat dengan pemlastis gliserol memiliki persentase penurunan
berat sebesar 30 – 75% dalam waktu 7 – 10 hari.
1.4.Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Memperoleh kuat tarik dan ketahanan air dari bioplastik dengan formulasi
alginat Padina sp. 1% dan 2% dengan pemlastis gliserol 15% dan 25%.
2. Memperoleh persentase penurunan berat dari bioplastik pada formulasi
alginat dari Padina sp. 1% dan 2% dengan pemlastis gliserol 15% dan 25%.
1.5. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat menjadi solusi dari sampah plastik
yang tidak dapat terurai dengan alternatif bahan baku ramah lingkungan.
Memanfaatkan Padina sp. yang masih masif digunakan masyarakat sebagai
sumber alginat yang berpotensi menjadi bahan dasar dari pembuatan bioplastik.
1.6. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian bioplastik dari alginat Padina sp. dengan pemlastis gliserol
Tingginya sampah plastik sintetis di lingkungan
Pembuatan plastik yang ramah lingkungan
Penggunaan alginat Padina sp. dan gliserol
Bahan baku mudah terdegradasi dan ramah
lingkungan
Bioplastik alginat dari Padina sp. gliserol
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bioplastik
Plastik adalah polimer yang biasanya dimanfaatkan sebagai pembungkus
makanan ataupun barang lainnya karena memiliki sifat yang stabil, tahan air,
ringan, fleksibel, transparan, dan kuat, tetapi tidak mudah diuraikan oleh
mikroorganisme (Nafiyanto, 2019). Penggunaan plastik sintetis semakin
meningkat seiring bertambahnya kebutuhan manusia sehingga penumpukan
plastik terjadi akibat lamanya penguraiannya secara sempurna hingga bertahun-
tahun. Penggunaan plastik sintetis mampu menghasilkan sampah terbanyak
dengan jumlah 3,6 juta ton per tahun atau 9% dari total produksi sampah akibat
penggunaannya secara terus menerus (Purnavita et al., 2020).
Penumpukan sampah plastik sintetis memiliki kerugian sehingga dibuat
upaya-upaya dalam menanggulanginya. Program 3R (reduce, reuse, recycle)
sudah banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia seperti pemanfaatan kembali
botol-botol plastik, bungkus-bungkus makanan, dan bungkus-bungkus minuman
untuk dijadikan kerajinan tangan yang dapat diperjualbelikan. Penanggulangan
sampah plastik sintetis telah dikembangkan yaitu bioplastik atau biodegradable
yang ramah lingkungan (Kamsiati et al., 2017).
Biodegradable berasal dari kata bio dan degradable. Bio berarti hidup dan
degradable berarti kemampuan degradasi. Degradasi (degradation) merupakan
proses satu arah (irreversible) dari suatu struktur material dengan cara kehilangan
komponen, misalnya berat molekul atau berat struktur yang disertai dengan
pemecahan (fragmentation). Degradasi dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan
dan terjadi dalam satu tahap atau lebih. Bioplastik adalah plastik yang
terdegradasi dari hasil aktivitas alam yang melibatkan mikroorganisme seperti
bakteri, jamur, dan alga (Anggarini, 2013). Istilah biodegradable juga dapat
diartikan sebagai kemampuan komponen molekul dari suatu material untuk
dipecah menjadi molekul-molekul yang lebih kecil oleh mikroorganisme hidup.
4
5
Komponen utama penyusun biodegradable terbagi menjadi tiga kelompok,
yaitu hidrokoloid, lipida, dan komposit. Hidrokoloid yang cocok digunakan antara
lain adalah senyawa protein, polisakarida, alginat, pektin, dan pati. Lipida yang
dapat digunakan adalah minyak kelapa dan gliserol sebagai pemlastis
(Marismandani & Husni, 2020). Komposit yang biasa digunakan adalah gabungan
lipida dengan hidrokoloid. Sifat film hidrokoloid umumnya mudah larut dalam air
sehingga menguntungkan dalam pemakaiannya. Penggunaan lipid sebagai bahan
pembuat film secara sendiri sangat terbatas karena sifat lipid yang tidak larut.
Bioplastik sudah menjadi fokus para peneliti dan industri desain produk
sebagai pengganti plastik berbahan dasar minyak bumi untuk mengurangi
penggunaan bahan baku fosil serta emisi karbon (Özdamar & Ateş, 2018).
Keuntungan dari bioplastik adalah juga dapat mencegah beberapa masalah
lingkungan, seperti tidak terkendalinya penimbunan sampah dan pembuangan ke
lautan yang akan menimbulkan emisi racun di lingkungan (Selvamurungan &
Sivakumar, 2019).
Pengganti bahan dasar minyak bumi adalah dengan menggunakan polimer
yang diklasifikasikan menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah
agropolimer (polisakarida, protein, dll). Kelompok kedua adalah biopoliester
(polylactic acid (PLA), polyhidroxy alkanoate (PHA), serta kopoliester aromatik
dan alifatik. Agropolimer adalah produk biomassa yang diperoleh dari bahan-
bahan pertanian, seperti polisakarida, protein, lemak, dan alginat. Biopoliester
dibagi lagi berdasarkan sumbernya, yaitu PHA yang didapatkan dari aktivitas
mikrooganisme yang diperoleh dengan cara ekstraksi. PLA didapatkan dari
aplikasi bioteknologi dengan mensintesis secara konvensional monomer-monomer
yang diperoleh secara biologi. Kopoliester aromatik dan alifatik diperoleh dari
produk petrokimia yang disintesis secara konvensional dari monomer-monomer
sintesis. Agropolimer sudah banyak dikembangkan karena mudah diekstraksi
polimernya, serta ketersediaan bahannya cukup banyak dan mudah didapatkan.
Namun, perlu penambahan bahan lain, seperti pemlastis untuk meningkatkan sifat
mekanisnya, contohnya adalah kitosan, gelatin, dan selulosa. Namun, penguraian
plastik sintetis dapat mencapai 500 – 1000 tahun (Sinaga et al., 2014) sehingga
perlu dilakukan pembuatan plastik yang mudah terdegradasi.
6
2.2. Alginat
Alginat adalah komponen utama alga coklat (Phaeophyceae) pada bagian
dinding selnya, seperti selulosa dan pektin (Poetri, 2019). Alginat merupakan
komponen utama penyusun dinding sel alga coklat sebesar 45% dari berat
keringnya (Ahmed, 2019). Contoh alga coklat yang banyak mengandung alginat
dan terdapat di Kepulauan Seribu, Indonesia adalah Sargassum, Turbinaria, dan
Padina (Rositasari et al., 2017).
Alginat adalah polimer lain untuk pembuatan bioplastik. Alginat memiliki
struktur polisakarida linier dan tidak bercabang yang mengandung β-d-asam
manuronik dan -l-asam guluronik. Alginat memiliki berat molekul yang tinggi
sehingga mudah menyerap air. Secara umum alginat memiliki viskositas 1% berat
dalam larutannya antara 10 – 5000 cP; pH 3,5; kadar air 5 – 20%; dan ukuran
partikel 10 – 200 standar mesh (Kautsari, 2013). Alginat memiliki tiga sifat
utama, yaitu kemampuan untuk larut dalam air dan meningkatkan viskositas
larutan, kemampuan untuk membentuk gel, serta kemampuan untuk membentuk
film (Poetri, 2019).
Produk alginat pada bidang industri terdapat dua jenis, yaitu asam alginat
yang merupakan getah dalam membran sel dan natrium alginat adalah bentuk
garam dari asam alginat. Asam alginat merupakan senyawa karbohidrat kompleks
berupa koloid hidrofilik dan polimer yang tersusun dari asam D-manuronat dan
asam L-guluronat yang memuliki rumus kimia (C6H8O6)n dengan nilai n 80 – 83.
Sifat asam alginat adalah tidak larut dalam air dingin maupun air panas, tetapi
mudah larut dengan larutan hidroksida dan akan mengendap pada pH < 3,5.
Namun sifat tersebut bergantung pada tingkat polimerisasi dan perbandingan
komposisi guluronat dan manuronat dalam molekulnya. Asam alginat juga
memiliki bobot molekul 240 ribu dalton (Basmal et al., 2014).
Natrium alginat atau garam alginat merupakan produk akhir dari proses
ekstraksi alginat. Garam alginat umumnya dapat larut dalam air dingin atau air
panas dan mampu membentuk larutan yang stabil (Basmal et al., 2014). Kadar abu
natrium alginat lebih tinggi dibandingkan dengan asam alginat karena adanya
unsur natrium. Kandungan air yang lebih tinggi dalam natrium alginat disebabkan
adanya pengaruh garam yang bersifat higroskopis. Kandungan air dalam alginat
7
bervariasi tergantung pada kelembapan lingkungannya. Semakin tinggi
kelembapan lingkungan, maka semakin tinggi pula kandungan air dalam natrium
alginat. Asam alginat akan membentuk larutan garam alginat yang berviskositas
tinggi. Viskositas dipengaruhi oleh konsentrasi pH, berat molekul, suhu, dan
adanya kation logam. Proses pembentukan natirum alginat dapat dilakukan
melalui dua metode, yaitu metode asam alginat dan kalsium alginat (Poetri, 2019).
Proses utama ekstraksi alga coklat menjadi natrium alginat dibagi menjadi
empat tahap. Tahap pertama merupakan tahap praekstraksi, yaitu tahap
perendaman. Tahap ini dilakukan dengan dua perlakuan, yaitu perendaman dalam
larutan alkali dan larutan asam. Tahap kedua merupakan tahap ekstraksi dalam
suasana basa dengan cara perebusan menggunakan larutan pengekstrak. Tahap
ketiga adalah tahap pemucatan. Tahap keempat adalah tahap pemurnian dengan
pembentukan asam alginat, pembentukan natrium alginat, dan pengambilan
natrium alginat murni.
Faktor yang dapat memengaruhi ekstraksi alginat adalah pelarut, waktu, dan
suhu ekstraksi. Ekstraksi alginat yang dilakukan menggunakan pelarut natrium
karbonat (Na2CO3) bertujuan untuk menghasilkan ekstrak alginat murni. Alginat
yang terdapat dalam rumput laut coklat berbentuk asam alginat yang sulit
dilarutkan di dalam air sehingga penggunaan Na2CO3 yang bersifat larut dalam air
dapat meningkatkan alginat yang akan diperoleh. Ekstraksi alginat pada suasana
asam dan suhu terlalu tinggi akan menyebabkan mudah terhidrolisis pada
pembentukan asam alginat dan dapat menurunkan alginat yang didapatkan.
Namun, peningkatan suhu ekstraksi hingga kondisi optimum akan menghasilkan
tingginya natrium alginat akibat peningkatan dari asam alginat yang terbentuk.
Penggunaan waktu yang optimum saat ekstraksi dapat mengurangi garam mineral
yang terkandung di dalam alga coklat dan menghambat terjadinya peningkatan
kadar air dalam alginat yang diperoleh (Subagan et al., 2020). Difusi ion menjadi
larutan alginat akan memicu proses pertukaran anion, sehingga alginat yang larut
dalam air bersamaan dengan ion logam, seperti Ca menghasilkan produk gel
(Khalil et al., 2017).
Alginat biasanya dimanfaatkan oleh industri pangan sebagai pengental,
pembentuk gel, penstabil, dan bahan pengemulsi (Maharani et al., 2018). Bidang
8
farmasi juga memanfaatkan alginat sebagai pembuatan salep, kapsul, tablet,
plester, dan penyaring. Alginat dapat dikembangkan juga menjadi bioplastik.
Namun, bioplastik yang dihasilkan dari penggunaan bahan dasar alginat memiliki
kekuatan mekanis yang lemah. Gugus hidroksil pada a lginat hanya bermuatan
negatif sehingga ikatan antar molekulnya rendah (Anward et al., 2013) dan
diperlukannya pemlastis untuk meningkatkan kekuatan mekanisnya.
2.3. Padina sp.
Rumput laut coklat (Phaeophyta) merupakan jenis-jenis makroalga yang
hidup di perairan laut dangkal dan banyak terdapat di perairan pasifik selatan,
terutama di wilayah Australia dan Samudera Hindia termasuk Indonesia.
Taksonomi dari Padina adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae; Divisi:
Phaeophyta; Kelas: Phaeophyceae; Ordo: Dictyotales; Famili: Dictyotaceae;
Genus: Padina (Subagio & Kasim, 2019). Secara morfologi, Padina sp. memiliki
talus yang melebar dan memiliki sel parenkim dengan diameter 3 – 4 cm yang
membentuk segmen-segmen lembaran tipis (lobus) dengan garis-garis yang
cenderung melingkar (radial). Warnanya coklat kekuning-kuningan atau memutih
karena pengapuran. Morfologi Padina sp. dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Morfologi Padina sp.
Padina merupakan organisme yang melakukan isomorphic generation yang
melibatkan saprofit diploid dan gametofit haploid. Saprofit Padina menghasilkan
aplanospora haploid (tetraspora), melalui proses meiosis dari tetrasporangia yang
berkembang pada sel epidermal. Sporangia, oogonia, dan antheridia terbentuk
pada baris konsentrik pada permukaan daun blade. Padina tumbuh pada substrat
9
yang keras dan pada sebagian atau sepenuh periode tumbuh pada substrat
berpasir. Tanaman tumbuh di wilayah yang lebih dalam sublitoral (1 – 10 m),
melekat pada pasir atau batu dan karang, dan kadang kadang terlihat epifit pada
alga lainnya (Kautsari, 2013).
Penyebaran Padina sp. sangat luas di antaranya Pantai Gading, Kamerun,
Ambon, Angola, Jepang, Cina, Taiwan, Korea Selatan, Vietnam, Indonesia,
Filipina, Kepulauan Hawaii, Fiji, Afrika Timur, Thailand, Bangladesh, India,
Kuwait, Australia, dan Selandia Baru. Pada bidang pangan dimanfaatkan sebagai
sayuran karena tidak mengandung bahan yang berbahaya untuk dimakan. Pada
bidang industri farmasi dimanfaatkan sebagai pembungkus kapsul. Pada bidang
lainnya adalah kosmetik dan tekstil (Bijang et al., 2018; Kemenangan et al.,
2017). Pemanfaatan alga coklat, seperti Padina sp. dapat digunakan sebagai
sumber alginat dalam pembuatan bioplastik.
2.4.Gliserol
Pemlastis adalah substansi non volatile, memiliki titik didih yang tinggi, dan
jika ditambahkan ke dalam suatu materi dapat mengubah sifat fisik atau sifat
makenik materi tersebut. Gliserol (C3H8O3) atau gliserin adalah senyawa alkohol
polihidrat dengan gugus hidroksil berjumlah tiga cabang yang bersifat polar,
kental, memiliki rasa manis, tidak berwarna, tidak berbau, mudah larut dalam air,
meningkatkan viskositas larutan, dan menurunkan aktivitas air (Prasetyo et al.,
2012; Wahyuni et al., 2016).
Menurut Huri dan Fitri (2014) mengatakan bahwa meningkatkan sifat
plastik yang efektif adalah dengan menggunakan gliserol karena memiliki berat
molekul yang kecil. Gliserol efektif sebagai pemlastis karena kemampuannya
mengurangi ikatan hidrogen internal pada ikatan intermolekuler sehingga dapat
melunakkan struktur film, meningkatkan mobilitas rantai biopolimer, dan
memperbaiki sifat mekanik film. Gliserol terdapat dalam bentuk trigliserida atau
gabungan asam-asam lemak seperti asam stearat, asam palmitat, asam laurat, serta
sebagian lemak. Gliserol yang banyak ditemukan pada lemak hewani dan lemak
nabati adalah ester gliseril pada asam palmitat dan oleat.
10
Gliserol dapat dimanfaatkan dalam bidang farmasi, kosmetik, pangan, dan
tekstil. Pengaplikasiannya adalah sebagai pelumas, agen pengemulsi, bahan aditif,
dan moisturizer (Wahyuni, 2017). Gliserol merupakan pemlastis yang berfungsi
untuk meningkatkan sifat mekanik, seperti keelastisan, fleksibilitas, dan
ekstensibilitas dalam bioplastik (Sanyang et al., 2015). Penambahan gliserol
sebagai pemlastis bioplastik dapat meningkatkan mobilitas molekul rantai polimer
karena adanya ikatan percabangan sehingga bioplastik yang dihasilkan akan
meningkatkan keelastisan dan perpanjangan saat putus (Purnavita et al., 2020).
2.5. Uji Kuat Tarik
Uji kuat tarik merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat
suatu bahan. Kuat tarik merupakan gaya ketahanan maksimum plastik dalam suatu
pengukuran. Kekuatan (strength) didefinisikan sebagai kemampuan suatu struktur
untuk menahan beban tanpa mengalami kerusakan. Kerusakan dapat terjadi
karena tekanan yang berlebihan atau dapat pula disebabkan oleh deformasi
struktur. Tensile termasuk juga ketahanan material terhadap kuat tekan atau
tegangan (Anggarini, 2013).
Pengujian dilakukan dengan menarik suatu bahan untuk mengetahui
bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh
mana material itu bertambah panjang. Pengukuran kuat tarik dilakukan untuk
mengetahui besarnya gaya yang dicapai untuk mencapai tarikan maksimum pada
setiap satuan luas area plastik untuk meregang atau memanjang. Kuat tarik dalam
pengujian plastik perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat plastik dapat
menahan tegangan dari suatu benda yang nantinya akan diaplikasikan dalam skala
industri. Faktor yang memengaruhi kuat tarik bioplastik adalah penambahan
pemlastis yang sesuai sehingga bioplastik yang berbahan dasar polimer, seperti
alginat yang mudah pecah akan dapat ditingkatkan ketahanan maksimumnya.
2.6. Uji Ketahanan Air
Uji ketahanan air dilakukan untuk mengetahui terjadinya ikatan antar
polimer dengan menghitung persentase penambahan berat polimer setelah
mengalami penggembungan (Yudistriani et al., 2019). Ketahanan air ini
11
diperlukan untuk menghasilkan bioplastik yang mirip dengan plastik sintetik
berbahan dasar minyak bumi sehingga dapat diaplikasikan secara industri dan
komersial.
Menurut Nafiyanto (2019) menyatakan bahwa penambahan pemlastis
gliserol bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik dan mekanik, seperti kuat tarik
dan tahan air. Penelitian Yudistriani et al. (2019) menyatakan bahwa peningkatan
konsentrasi pemlastis gliserol berbanding lurus dengan ketahanan bioplastik
terhadap air.
2.7. Uji Biodegradabilitas
Biodegradasi adalah hilangnya suatu bahan oleh mikroorganisme dengan
proses hidrolisis disertai dengan oksidasi. Kemampuan biodegradasi tergantung
dari suhu 50 – 70º C, kelembapan, serta jenis dan jumlah dari mikroorganisme.
Mikroorganisme yang telah ditemukan mampu merombak polimer plastik adalah
Paecilomyces sp. dan Aspergillus fischeri. Mikroorganisme yang mampu
menggunakan pemlastis sebagai sumber karbon adalah Aspergillus niger,
Zygosaccharomyces drosophilae, Saccharomyces cerevisiae, Pseudomonas
aeruginosa, Brevibacterium sp., dan Streptomyces rubruretticuli (Yunar, 2011).
Proses degradasi dapat dilakukan secara aerobik atau anaerobik di alam. (Rahman
et al., 2019).
Uji biodegradabilitas adalah kemampuan degradasi plastik dari aktivitas
mikroorganisme yang berakibat perubahan struktur senyawa. Pengujian sifat
biodegradabilitas terdapat tiga cara, yaitu menggunakan enzim, mikroorganisme,
dan penguburan. Metode uji standar dan protokol diperlukan untuk menetapkan
atau menguantifikasi degradabilitas dan biodegradasi polimer serta konfirmasi
dengan alam dari breakdown produk. Penguburan atau soil burial test dilakukan
dengan mengubur bioplastik di dalam tanah dalam waktu tertentu. Pengujian
biodegradabilitas bertujuan untuk mengetahui waktu terdegradasinya bioplastik di
lingkungan atau tanah yang terdapat berbagai mikroorganisme (Nurdini et al.,
2018). Plastik sintesis berbahan dasar minyak bumi sulit terurai di dalam tanah
sehingga uji biodegradabilitas diperlukan untuk mengurangi penumpukan limbah
sampah plastik yang sulit terurai.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada Januari 2020 – Februari 2021. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Fisiologi Pusat Laboratorium Terpadu (PLT) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Uji Kuat Tarik dilakukan di Balai Besar Kimia dan
Kemasan (BBKK), Pasar Rebo, Jakarta Timur.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah universal testing machine,
kaca 15 x 20 cm, timbangan analitik, timbangan presisi, pemanas, gelas piala,
gelas ukur, labu ukur, pipet serologi, botol jar, pinset, batang pengaduk, dan
spatula.
Bahan yang digunakan adalah Padina sp. diperoleh dari Kepulauan Seribu,
tanah, gliserol, larutan kalsium klorida (CaCl2) 1%, dan 4%, larutan asam klorida
(HCl) 5%, larutan natrium karbonat (Na2CO3) 3%, akuades, dan etanol 96%.
3.3. Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan menggunakan metode eksperimental. Rancangan
percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua
faktor, konsentrasi alginat dan konsentrasi gliserol. Konsentrasi alginat yang
digunakan adalah 1% dan 2%, sedangkan konsentrasi gliserol yang digunakan
adalah 15% dan 25% sehingga diperoleh 4 formulasi bioplastik alginat:gliserol
yaitu (1:15; 1:25; 2:15; 2:25). Setiap formulasi bioplastik dibuat sebanyak 4
lembar (3 lembar untuk uji kuat tarik dan 1 lembar untuk uji ketahanan air serta
uji biodegradabilitas).
12
13
3.4. Cara Kerja
3.4.1. Ekstraksi Alginat dari Padina sp. (Modifikasi Chee et al., 2011)
Padina sp. sebanyak 20 g dipotong dan direndam dalam 300 mL larutan
CaCl2 1% selama 18 jam, lalu dibilas dengan akuades. Padina sp. direndam
kembali dalam 300 mL larutan HCl 5% selama 1 jam, lalu dibilas dengan
akuades. Direndam kembali dalam 300 mL larutan Na2CO3 3% selama 1 jam pada
suhu 60 – 70º C hingga berbentuk pasta. Larutan disaring dan dipisahkan
filtratnya. Filtrat yang diperoleh ditambahkan etanol 96% dengan perbandingan
1:1. Larutan didiamkan 24 jam hingga terbentuk gumpalan natrium alginat.
Natrium alginat yang diperoleh disaring dan dikeringkan untuk mengurangi kadar
airnya. Proses cara kerja terdapat pada (Lampiran 1).
3.4.2. Pembuatan Bioplastik (Modifikasi Anward et al., 2013)
Bioplastik dibuat dengan melarutkan alginat dengan konsentrasi 1% dan
2% dalam 100 mL akuades lalu diaduk hingga homogen. Gliserol ditambahkan
tiap masing-masing konsentrasi alginat sebesar 15% dan 25% lalu diaduk hingga
homogen. Larutan campuran dituang ke dalam cetakan kaca berukuran 15 x 20 cm
dan dikeringkan selama 4 – 5 hari. Bioplastik yang telah kering direndam dalam
larutan CaCl2 4% selama 3 jam. Bioplastik dilepas dari cetakan dan dikeringkan.
Proses cara kerja terdapat pada (Lampiran 2).
3.5. Parameter Pengamatan
3.5.1. Uji Kuat Tarik (Universal Testing Machine) (American Sociaty for
Testing and Materials [ASTM] D882, 2005)
Sampel bioplastik dipotong sesuai standar. Kedua ujung sampel dijepit
pada mesin penguji tensile. Selanjutnya, panjang awal dicatat dan ujung tinta
pencatat diletakkan pada posisi 0 dalam grafik. Tombol start ditekan dan alat akan
menarik sampel sampai putus dan dicatat gaya kuat tarik (Fmax). Rumus
penghitungan kuat tarik adalah:
=
0,098
14
Keterangan:
= Kuat tarik (MPa)
Fmax = Tegangan maksimum (Kgf)
A = Luas penampang melintang (cm2)
3.5.2. Uji Ketahanan Air (Anggarini et al,. 2013)
Uji ketahanan air dilakukan dengan memotong plastik berukuran 10 x 10
mm, kemudian ditimbang berat sampel bioplastik awal (W0). Sampel bioplastik
direndam 10 mL akuades selama 1 menit. Setelah 1 menit bioplastik diangkat dan
dikeringkan, lalu ditimbang berat akhirnya (W). Perendaman diulang kembali
hingga didapatkan berat akhir konstan. Proses cara kerja terdapat pada (Lampiran
3). Hasil pengukuran berat tersebut dilakukan perhitungan sebagai berikut:
Air yang diserap (%) =
x 100%
Kemudian, persentase air yang diserap dikalkulasi lagi dalam perhitungan
berikut untuk mendapatkan persen ketahanan air.
Ketahanan air (%) = 100% - air yang diserap
3.5.3. Uji Biodegradabilitas (Wahyuningtiyas & Suryanto, 2017)
Uji biodegradabilitas menggunakan metode soil burial test atau metode
penguburan. Bioplastik yang dikubur adalah bioplastik alginat Padina sp. dengan
gliserol serta bioplastik komersial berupa bioplastik pembungkus sosis. Sampel
bioplastik dipotong dengan ukuran 10 x 10 mm. Sampel ditimbang berat awalnya
sebelum penguburan (W1). Sampel dikubur selama 12 hari di dalam tanah yang
mengandung kompos dan kotoran sapi sebagai sumber mikroorganisme untuk
mendegradasi bioplastik. Sampel diamati tiap 3 hari dengan cara mengambil
sampel dan dibersihkan tanahnya dengan tisu, lalu ditimbang berat akhirnya (W2).
Sampel bioplastik tiap pengamatan merupakan lembaran bioplastik yang berbeda
dan dibuat 2 kali pengulangan (duplo). Proses cara kerja terdapat pada (Lampiran
4). Selanjutnya dihitung persen penurunan berat dan laju biodegradabilitas dengan
perhitungan sebagai berikut:
15
Persentase penurunan berat =
x 100%
Laju biodegradabilitas =
3.6. Analisis data
Analisis data yang digunakan adalah ANOVA (Analysis of Variance) dua
arah dan korelasi Pearson. ANOVA dua arah dilakukan untuk melihat pengaruh
konsentrasi alginat dan gliserol terhadap ketahanan air dengan taraf kepercayaan
95% ( = 0,05). Jika berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut BNT (Beda
Nyata Terkecil) dengan taraf kepercayaan 95% ( = 0,05).. Korelasi Pearson
dilakukan untuk melihat hubungan antara persentase penurunan berat dengan laju
biodegradabilitas.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kuat Tarik Bioplastik
Pengujian kuat tarik dilakukan dengan menarik suatu bahan untuk
mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan
mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Bioplastik alginat
Padina sp. dengan pemlastik gliserol (Lampiran 2) perlu dilakukan pengujian kuat
tarik untuk mengetahui seberapa kuat bioplastik tersebut. Hasil kuat tarik dari
bioplastik alginat Padina sp. dan pemlastis gliserol dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil kuat tarik bioplastik alginat Padina sp. dan pemlastis gliserol
Formulasi (%) Kuat Tarik (MPa)
Alginat Gliserol
1 15 3,65
25 4,60
2 15 3,24
25 7,33
Berdasarkan hasil kuat tarik bioplastik menghasilkan nilai kuat tarik
tertinggi pada formulasi alginat:gliserol (2:25) sebesar 7,33 MPa dan nilai kuat
tarik terendah pada formulasi alginat:gliserol (2:15) sebesar 3,24 MPa. Hal ini
disebabkan alginat memiliki lebih banyak ikatan hidrogen dibandingkan dengan
gliserol sehingga akan meningkatkan nilai kuat tarik (Langit et al., 2019).
Bioplastik alginat dari Padina sp. dengan pemlastis gliserol memiliki nilai kuat
tarik lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Langit et al. (2019)
menggunakan alginat Sargassum sp. dengan gliserol. Bioplastik dengan
konsentrasi alginat 1% dengan 3 mL gliserol menghasilkan nilai kuat tarik sebesar
0,25 MPa. Perbedaan nilai kuat tarik yang diperoleh juga terdapat pada penelitian
Marismandani & Husni (2020) dengan bioplastik alginat dan gliserol. Nilai kuat
tarik tertinggi sebesar 3,756 MPa pada konsentrasi alginat 2% dan gliserol 10%.
Nilai kuat tarik tersebut lebih rendah dibandingkan bioplastik formulasi
alginat:gliserol (2:25).
16
17
Bioplastik alginat Padina sp. dengan pemlastis gliserol menghasilkan
formulasi gliserol 25% memiliki nilai kuat tarik lebih besar dibandingkan dengan
formulasi gliserol 15%. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurfajrin et al. (2015)
bahwa penambahan gliserol mengatasi sifat rapuh film yang disebabkan oleh
kekuatan intermolekuler ekstensif. Namun, apabila telah melewati titik jenuhnya
akan menyebabkan film menjadi mudah sobek dan akan menurunkan nilai kuat
tariknya.
Penggunaan pemlastis gliserol pada bioplastik terdapat pada penelitian
Yudistriani et al. (2019) menggunakan kulit ari kacang kedelai dan gliserol.
Konsentrasi gliserol 20% menghasilkan nilai kuat tarik sebesar 6,5 MPa. Kuat
tarik yang diperoleh lebih rendah dibandingkan formulasi alginat:gliserol (2:25).
Penelitian lainnya Nurfajrin et al. (2015) menggunakan pati kulit pisang dengan
gliserol. Penggunaan 5 mL gliserol menghasilkan nilai kuat tarik sebesar 43,40
kgf/cm2 atau 4,26 MPa. Hal tersebut menunjukkan bahwa kuat tarik bioplastik
alginat dari Padina sp. dengan pemlastis gliserol lebih baik dibandingkan dengan
kuat tarik bioplastik pati kulit pisang dengan gliserol karena memiliki nilai kuat
tarik yang lebih besar.
4.2. Ketahanan Air Bioplastik
Uji Ketahanan air dilakukan untuk mengetahui persentase kemampuan
bioplastik dalam menahan penyerapan air. Ketahanan air dihitung dengan cara
menimbang berat bioplastik saat terjadinya penggembungan akibat terdifusinya
air ke dalam bioplastik. Ketahanan air diperlukan dalam pembuatan bioplastik
untuk dapat diaplikasikan secara industri dan komersial sebagai alternatif plastik
sintetis. Hasil rata-rata ketahanan air bioplastik dari alginat Padina sp. dengan
pemlastis gliserol dapat dilihat pada Tabel 2.
18
Tabel 2. Nilai rata-rata ketahanan air bioplastik alginat Padina sp. dan pemlastis
gliserol
Formulasi (%) Air yang diserap (%) Ketahanan air (%)
Alginat Gliserol
1 15 64,29 ± 1,94a 35,71 ± 1,94a
25 65,19 ± 1,36b 34,81 ± 1,36b
2 15 51,79 ± 0,42c 48,21 ± 0,42c
25 63,45 ± 1,79d 36,55 ± 1,79d
Berdasarkan data penghitungan ketahanan air (Lampiran 6) dan hasil uji
statistik bahwa terdapat interaksi yang berpengaruh nyata antara alginat Padina
sp. dengan pemlastis gliserol terhadap ketahanan air juga dilakukan analisis
statistik ANOVA dua arah (Lampiran 7) dengan nilai Fhitung lebih besar
dibandingkan nilai Ftabel 4,54 (51,345 > 4,54) dan nilai signifikansi 0,000
(p<0,05). Berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil diperoleh hasil bahwa interaksi
alginat dan gliserol berbeda nyata satu dengan yang lainnya terhadap ketahanan
air. Interaksi antara alginat dan gliserol dapat menghasilkan ketahanan air
mencapai 48,21% pada bioplastik formulasi alginat:gliserol (2:15). Interaksi
alginat dan gliserol pada bioplastik formulasi alginat:gliserol (2:15) menyebabkan
mengecilkan ukuran pori bioplastik dan menurunkan kelarutan air pada bioplastik
(Anandito et al., 2012; Anward et al., 2013) sehingga nilai ketahanan airnya lebih
besar dibandingkan bioplastik formulasi alginat:gliserol lainnya pada penelitian
ini.
Interaksi alginat dan gliserol terhadap ketahanan air bioplastik terdapat
pada penelitian Anward et al. (2013) menghasilkan persentase penyerapan air
sebesar 80% dengan alginat 2% dan gliserol 10%. Penelitian lainnya Solak &
Dyankova (2014) menghasilkan persentase penyerapan air sebesar 47,88% dengan
alginat 2,5% dan gliserol 2,5g. Hasil ini menunjukkan bahwa bioplastik Padina
sp. dengan gliserol memiliki ketahanan air yang lebih besar atau hampir sama
dibanding dengan penelitian lainnya.
19
4.3. Biodegradabilitas Bioplastik
Uji Biodegradabilitas dilakukan untuk memperkirakan waktu terurainya
bioplastik di lingkungan. Pengujian bioplastik dilakukan dengan mengubur
sampel di tanah dalam waktu tertentu. Pengujian dilakukan selama waktu 12 hari
dan tiap 3 hari diamati perubahan berat dari bioplastik tersebut. Sampel tiap
perlakuan dibuat pengulangan sebanyak 2 kali (duplo).
Pengujian biodegradabilitas dilakukan dengan menghitung persentase
penurunan berat bioplastik dan laju biodegradabilitas. Penurunan berat bioplastik
merupakan representasi degradasi yang terjadi, dan laju biodegradabilitas
merupakan seberapa penurunan berat bioplastik dalam tiap harinya. Biodegradasi
pada bioplastik ditandai dengan semakin meningkatnya persentase penurunan
berat, dan semakin meningkatnya laju biodegradabilitas maka semakin cepat
bioplastik akan terdegradasi. Persentase penurunan berat dari bioplastik alginat
Padina sp. dengan pemlastis gliserol selama 12 hari dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil persentase rata-rata penurunan berat
Formulasi (%) Persentase Penurunan Berat (%)
Alginat Gliserol Hari ke-3 Hari ke-6 Hari ke-9 Hari ke-12
1 15 -1,89 ± 0,00 15,62 ± 0,07 16,33 ± 0,00 16,48 ± 1,90
25 24,32 ± 0,68 24,60 ± 2,86 24,60 ± 2,86 28,26 ± 0,00
2 15 3,71 ± 1,96 5,66 ± 0,00 7,55 ± 0,00 8,16 ± 0,00
25 11,11 ± 0,00 13,89 ± 0,00 14,63 ± 0,00 21,05 ± 0,00
Bioplastik komersial 12,06 ± 0,44 13,95 ± 0,00 14,58 ± 0,00 14,58 ± 0,00
Berdasarkan hasil penghitungan persentase penurunan berat bioplastik
formulasi alginat:gliserol (Lampiran 8) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
persentase penurunan berat tiap formulasi alginat:gliserol. Bioplastik formulasi
alginat:gliserol (1:25) menghasilkan persentase penurunan berat tertinggi pada
hari ke-12 sebesar 28,26% dan mengalami perubahan fisik bioplastik (Lampiran
5) berupa penyusutan lebih besar dibandingkan dengan formulasi lainnya maupun
bioplastik komersial. Hal ini terdapat pula pada penelitian Wahyuningtiyas &
20
Suryanto (2017) mengenai biodegradasi pada bioplastik pati singkong dengan
gliserol. Bioplastik dengan konsentrasi gliserol 3% mengalami penyusutan yang
lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan bioplastik
tersebut memiliki persentase penurunan berat yang diperoleh tinggi sebesar
43,75%.
Persentase penurunan berat terendah adalah bioplastik formulasi
alginat:gliserol (2:15) pada hari ke-12 sebesar 8,16%. Bioplastik formulasi
alginat:gliserol (1:15) pada hari ke-3 diperoleh hasil negatif yang menunjukkan
terdapatnya penambahan berat. Penambahan berat pada bioplastik alginat:gliserol
(1:15) kemungkinan lembabnya tanah penguburan dibandingkan dengan tanah
pada bioplastik alginat:gliserol (1:25) yang menyebabkan terjadinya penyerapan
air pada bioplastik. Hal ini dapat disebabkan adanya penyerapan air dari tanah
sehingga berat bioplastik bertambah. Menurut Debora (2020) mengatakan bahwa
penambahan berat bioplastik dapat disebabkan oleh bioplastik yang menyerap
molekul air.
Bioplastik formulasi alginat 2% memiliki penurunan berat yang lebih
lambat dibandingkan dengan formulasi alginat 1%. Hal ini dapat disebabkan
viskositas larutan pada alginat 2% lebih tinggi dibandingkan alginat 1%. Menurut
Langit et al. (2019) bahwa semakin tinggi konsentrasi alginat akan menurunkan
waktu biodegradasinya akibat terhambatnya penyerapan air akibat viskositas dari
larutan. Adapun menurut Utomo et al. (2013) bahwa bioplastik yang homogen
dan strukturnya rapat akibat perbedaan fisikokimia menyebabkan partikel-partikel
yang terdapat pada bioplastik sulit diuraikan oleh mikroorganisme.
Bioplastik formulasi gliserol 25% memiliki persentase penurunan lebih
cepat dibandingkan dengan gliserol 15%. Menurut Sofia et al. (2017) bahwa
peningkatan jumlah gliserol yang ditambahkan akan berbanding lurus dengan
persen degrabilitasnya. Biodegradabilitas juga dipengaruhi oleh komposisi dan
sifat polimer, semakin hidrofilik suatu polimer akan mempercepat proses
degradasinya (Safitri et al., 2019).
Bioplastik dengan bahan dasar alginat telah dilakukan oleh Solak &
Dyankova (2014) dengan menggunakan bioplastik alginat, metoksil pektin, dan
gliserol. Persentase penurunan berat pada pada bioplastik alginat 2,5% dihasilkan
21
sebesar 40 – 60% pada hari ke-12 dan pada hari ke-84 dihasilkan sebesar 77,17 –
90,09%. Adapun penelitian oleh Dewi et al. (2017) menggunakan bioplastik dari
alginat Ulva lactuca dan gliserol. Bioplastik yang dihasilkan dapat terdegradasi
sebesar 37 – 64% dalam waktu 10 hari. Bioplastik dengan pemlastis gliserol
terdapat pada penelitian Wahyuningtiyas & Suryanto (2017) dengan bioplastik
pati singkong dan gliserol. Bioplastik dengan konsentrasi gliserol 3% pada hari
ke-6 telah terdegradasi sebanyak 43,75%. Penelitian-penelitian tersebut memiliki
persentase penurunan berat lebih besar dibandingkan dengan bioplastik alginat
Padina sp. dengan pemlastis gliserol dan bioplastik komersial. Menurut Sisnayati
et al. (2019) bahwa degradasi yang terlalu besar akan menurunkan daya tahan
plastik sehingga bioplastik alginat dari Padina sp dengan pemlastis gliserol
memiliki daya tahan yang lebih baik dibandingkan dengan bioplastik dari
penelitian lainnya.
Persentase penurunan berat berkaitan dengan laju biodegradabilitas. Laju
biodegradabilitas dihitung dari persentase penurunan berat dibagi dengan berapa
lama waktu degradasinya. Laju biodegradabilitas dapat digunakan sebagai
estimasi degradasi bioplastik hingga terdegradasi sempurna. Hubungan antara
persentase penurunan berat dengan laju biodegradabilitas dibuktikan dengan uji
statistik korelasi Pearson (Lampiran 9). Berdasarkan hasil signifikansi yang
diperoleh adalah 0,003 (p<0,05) dan koefisien korelasi sebesar 0,634.
Kesimpulannya adalah bahwa terdapatnya korelasi yang kuat antara persentase
penurunan berat dan laju biodegradabilitas.
Pengujian biodegradabilitas dilakukan dengan menghitung persentase
penurunan berat bioplastik dan laju biodegradabilitas. Penghitungan laju
biodegradabilitas untuk mengetahui penurunan berat tiap 3 harinya. Laju
biodegradabilitas pada bioplastik alginat Padina sp. dengan pemlastis gliserol
dapat dilihat pada Gambar 3.
22
Gambar 3. Laju biodegradabilitas bioplastik alginat dari Padina sp. dengan
pemlastis gliserol
Berdasarkan hasil laju biodegradabilitas bioplastik alginat Padina sp. dan
pemlastis gliserol didapatkan hasil semakin menurunnya laju biodegradabilitas
seiring waktu degradasi. Laju biodegradabilitas tertinggi terdapat pada hari ke-3
dan laju biodegradabilitas terendah terdapat pada hari ke-12. Hal ini dapat
disebabkan oleh tanah yang semakin hari semakin kering yang akan mengurangi
aktivitas mikroorganisme dan menurunkan laju biodegrabilitasnya. Menurut
Rohaeti et al. (2016) mengatakan bahwa tingginya laju biodegradabilitas dapat
terjadi karena masih terkandungnya gugus fungsi pada bioplastik yang digunakan
oleh mikroorganisme di dalam tanah sebagai sumber nutrisinya.
Berdasarkan laju biodegradabilitas bioplastik formulasi alginat:gliserol
bahwa dalam 12 hari penguburan dihasilkan laju biodegrabilitas sebesar 0,03 –
0,11 mg/hari. Laju biodegrabilitas yang diperoleh lebih rendah dibandingkan
dengan penelitian Nurlita et al. (2017) menggunakan bioplastik onggok, kitosan,
dan gliserol. Laju biodegradabilitas tertinggi pada fromulasi onggok:kitosan (7:3)
dan 4 mL gliserol sebesar 5,85 mg/hari. Hal ini dapat disebabkan oleh
penggunaan gliserol yang lebih banyak dibandingkan dengan bioplastik alginat
dari Padina sp. dengan formulasi gliserol 15% dan 25% dari berat alginat
sehingga bioplastik onggok, kitosan, dan gliserol lebih hidrofilik.
Biodegradabilitas dipengaruhi oleh komposisi dan sifat polimer, semakin
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.45
0.50
3 6 9 12
Laju
bio
deg
rabil
itas
(mg
)
Hari
Alginat:Gliserol
(1:15)
Alginat:Gliserol
(1:25)
Alginat:Gliserol
(2:15)
Alginat:Gliserol
(2:25)
Bioplastik
komersial
23
hidrofilik suatu polimer akan mempercepat proses degradasinya (Safitri et al.,
2019).
Laju biodegrabilitas bioplastik komersial dalam 12 hari menghasilkan
sebesar 0,06 mg/hari. Laju biodegradabilitas tersebut lebih besar dibandingkan
dengan bioplastik formulasi alginat:gliserol (2:15) sebesar 0,03 mg/hari, tetapi
lebih rendah dibandingkan dengan bioplastik formulasi alginat:gliserol (1:15);
(1:25); dan (2:25) yang masing-masing sebesar 0,07 mg/hari; 0,11 mg/hari; dan
0,07 mg/hari. Hasil laju biodegrabilitas ini menunjukkan bahwa bioplastik
formulasi alginat:gliserol akan lebih cepat terdegradasi sempurna dibandingkan
dengan bioplastik komersial.
24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Kuat tarik bioplastik formulasi alginat:gliserol (1:15); (1:25); (2:15); dan
(2:25) berturut-turut sebesar 3,65 MPa, 4,60 MPa, 3,24 MPa, dan 7,33 MPa.
Ketahanan air bioplastik formulasi alginat:gliserol ((1:15); (1:25); (2:15); dan
(2:25) berturut-turut sebesar 3,65 MPa, 4,60 MPa, 3,24 MPa, dan 7,33 MPa
berturut-turut sebesar 35,71±1,94%; 34,81±1,36%; 48,21±0,42%; dan
36,55±1,79%.
2. Bioplastik alginat Padina sp. dengan pemlastis gliserol pada hari ke-12
memiliki persentase penurunan berat sebesar 8,15 – 28,26% dengan laju
biodegradabilitas sebesar 0,03 – 0,11 mg/hari. Bioplastik alginat Padina sp.
dengan pemlastis gliserol memiliki persentase penurunan berat yang hampir
sama dengan bioplastik komersial dengan persentase penurunan berat sebesar
14,58%.
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai pengaplikasian bioplastik
untuk masyarakat agar dapat menjadi solusi dari sampah plastik.
24
25
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, S. (2019). Alginates: applications in the biomedical and food industries. New Jersey: John Wiley & Sons.
American Sociaty for Testing and Materials D882. (2005). Standard test methods for tensile properties of thin plastic sheeting, D638. Phiadelphia (US):
ASTM. Anandito, R. B. K., Nurhartadi, E., & Bukhori, A. (2012). Pengaruh gliserol
terhadap karakteristik edible film berbahan dasar tepung jali (Coix lacryma-jobi L.). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 5(2), 17–23.
Anggarini, F. (2013). Aplikasi plasticizer gliserol pada pembuatan plastik
biodegradable dari biji nangka (Skripsi). Universitas Negeri Semarang.
Anward, G., Hidayat, Y., & Rokhati, N. (2013). Pengaruh konsentrasi serta
penambahan gliserol terhadap karakteristik film alginat dan kitosan. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2(3), 51–56.
Basmal, J., Utomo, B. S. B., Tazwir, Murdinah, Wikanta, T., Marraskuranto, E., & Kusumawati, R. (2014). Membuat alginat dari rumput laut Sargassum.
Jakarta: Penebar Swadaya Grup. Bijang, C., Tehubijuluw, H., & Kaihatu, T. G. (2018). Biosorpsi ion logam (Cd)
pada biosorben rumput laut coklat (Padina australis) asal Pantai Liti Pulau Kisar. Indonesia Journal Chemistry, 6(1), 51–58.
Chee, S. Y., Wong, P. K., & Wong, C. L. (2011). Extraction and characterisation
of alginate from brown seaweeds (Fucales, Phaeophyeae) collected from
Port Dickson, Peninsular Malaysia. Journal of Applied Phycology, 23(2), 191–196. https://doi.org/10.1007/s10811-010-9533-7
Coniawati, P., Laila, L., & Alfira, M. R. (2014). Pembuatan film plastik
biodegradable dari pati jagung dengan penambahan kitosan dan pemlastis
gliserol. Jurnal Teknik Kimia, 4(20), 22–30.
Debora, C. (2020). Biodegradabilitas bioplastik berbahan dasar limbah cair tahu dengan penguat kitosan dan plasticizer gliserol (Skripsi). Universitas Brawijaya.
Dewi, N. L. G. S., Ahmadi, B., & Hartiati, A. (2017). Karakteristik bioplastik
alginat dari rumput laut Ulva lactuca. Jurnal Rekayasa Dan Manajemen Agroindustri, 5(3), 66–73.
Fibriyani, D., Arinta, F., & Kusumaningtyas, R. D. (2017). Pengolahan onggok singkong sebagai plastik biodegradable menggunakan plasticizer gliserin dari
25
26
minyak jelantah. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 6(2), 74–77.
http://dx.doi.org/10.17728/jatp.195
Huri, D., & Nisa, F. C. (2014). Pengaruh konsentrasi gliserol dan ekstrak ampas kulit apel terhadap karakteristik fisik dan kimia edible film. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(4), 29–40.
Kamsiati, E., Herawati, H., & Purwani, E. (2017). Potensi pengembangan plastik
biodegradable berbasis pati sagu dan ubi kayu di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 36 (2), 67 – 76.
Kautsari, N. (2013). Potensi dan karakteristik natrium alginat Padina australis pada kondisi lingkungan perairan yang berbeda di Kabupaten Sumbawa
(Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Kemenangan, F., Manu, G., & Manginsela, F. (2017). Pertumbuhan alga coklat
Padina australis di Perairan Pesisir Desa Serei, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 5(2), 243–253.
Khalil, H. P. S. A., Tye, Y. Y., Saurabh, C. K., Leh, C. P., Lai, T. K., Chong, E.
W. N., … Syakir, M. I. (2017). Biodegradable polymer films from seaweed
polysaccharides : A review on cellulose as a reinforcement material. eXPRESS Polymer Letters, 11(4), 244–265. https://doi.org/10.3144/
expresspolymlett.2017.26 Langit, N. T. P., Ridlo, A., & Subagiyo. (2019). Pengaruh konsentrasi alginat
dengan gliserol sebagai plasticizer terhadap sifat fisik dan mekanik bioplastik. Journal of Marine Research, 8(3), 314–321.
Lim, J. Y., Hii, S. L., Chee, S. Y., & Wong, C. L. (2019). Sargassum siliquosum
J. Agardh extract as potential material for synthesis of bioplastic film.
Journal of Applied Phycology, 30(6), 3285–3297. https://doi.org/ 10.1007/s10811-018-1603-2
Maharani, A. A., Husni, A., & Ekantari, N. (2018). Karakteristik natrium alginat
rumput laut coklat Sargassum fluitans dengan metode ekstraksi yang
berbeda. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 20(3), 478–487. https://doi.org/10.17844/jphpi.v20i3.19768
Marismandani, A. D., & Husni, A. (2020). Development and characterization of
biobased alginate/glycerol/virgin coconut oil as biodegradable packaging.
E3S Web of Confrences, 147, 1–7. https://doi.org/10.1051/e3sconf/202014 703016
Nafiyanto, I. (2019). Pembuatan plastik biodegradable dari limbah bonggol pisang
kepok dengan plasticizer gliserol dari minyak jelantah dan komposit kitosan
dari limbah cangkang bekicot (Achatina fullica). Integrated Lab Journal, 7(1), 75–89. https://doi.org/http://10.5281/zenodo.2656812
27
Nurdini, L., Hendriyana, Fansyuri, H., & Wibowo, T. (2018). Pengaruh
penambahan pati ubi kayu dalam pembuatan bioplastik dari pati sukun. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia, Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta. Nurfajrin, Z. D., Mahendrajaya, G. S., Sukadarti, S., & Sulistyowati, E. (2015).
Karakterisasi dan sifat biodegradasi edible film dari pati kulit pisang nangka (Musa paradisiaca L.) dengan penambahan kitosan dan plasticizer gliserol.
Prosiding Seminar Teknik Kimia Kejuangan, Program Studi Teknik Kimia, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta.
Nurlita, D., Hersoelistyorini, W., Yusuf, M. (2017). Karakteristik plastik biodegradable berbasis onggok dan kitosan dengan plasticizer glisero l.
Jurnal Pangan dan Gizi, 7(2), 131–139. https://doi.org/10.26714/ jpg.7.2.2017.131-139.
Özdamar, E. G., & Ateş, M. (2018). Rethinking sustainability: a research on starch based bioplastic. Journal of Sustainable Construction Materials and
Technologies, 3(3), 249–260. https://doi.org/10.29187/jscmt.2018.28 Parreidt, T. S., Müller, K., & Schmid, M. (2018). Alginate-based edible films and
coatings for food packaging applications. Journal Foods, 7(170), 1–38. https://doi.org/10.3390/foods7100170
Poetri, T. A. E. (2019). Pengaruh penambahan alginat dan polietilen glikol
terhadap karakteristik edible film kappa karagenan (Skripsi). Universitas
Sahid Jakarta.
Prasetyo, A. E., Widhi, A., & Widayat. (2012). Potensi gliserol dalam pembuatan turunan gliserol melalui proses esterifikasi. Jurnal Ilmu Lingkungan, 10(1), 26–31.
Purnavita, S., Subandriyo, D. Y., & Anggraeni, A. (2020). Penambahan gliserol
terhadap karakteristik bioplastik dari komposit pati aren dan glukoman. Metana: Komunikasi Rekayasa Proses dan Teknologi Tepat Guna, 16(1), 19–25. doi : 10.14710/metana.v16i1.29977
Rahman, R., Sood, M., Gupta, N., Bandral, J. D., Hameed, F., & Ashraf, S.
(2019). Bioplastics for Food Packaging : A Review. International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences, 8(3), 2311–2321. https://doi.org/10.20546/ijcmas.2019.803.274
Rositasari, R., Puspitasari, R., Nurhati, I. S., Purbonegoro, T., & Yogaswara, D.
(2017). 5 Dekade LIPI di Teluk Jakarta. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Safitri, I., Riza, M., & Syaubari. (2019). Uji mekanik plastik biodegradable dari pati sagu dan grafting poly(nipam)-kitosan dengan penambahan minyak kayu
28
manis (Cinnamomum burmannii) sebagai antioksidan. Jurnal Litbang
Industri, 6(2), 107–116.
Salosso, Y., & Jasmanindar, Y. (2018). Diversity of brown macroalgae in Kupang Bay waters and alginate content potential and its phytochemistry. Bioflux, 11(3), 598–605.
Santana, A. A., & Kieckbusch, T. G. (2013). Physical evaluation of biodegradable
films of calcium alginate plasticized with polyols. Brazilian Journal of Chemical Engineering, 30(4), 835–845.
Sanyang, M. L., Sapuan, S. M., Jawaid, M., Ishak, M. R., & Sahari, J. (2015). Effect of plasticizer type and concentration on tensile, thermal and barrier
properties of biodegradable films based on sugar palm (Arenga pinnata) starch. Journal Polymers, 7, 1106–1124. https://doi.org/10.3390/polym 7061106
Selvamurungan, M., & Sivakumar, P. (2019). Bioplastics - an eco-friendly
alternative to petrochemical plastics. Current World Environment, 4(1), 49–59. doi: http://dx.doi.org/10.12944/CWE.14.1.07
Sinaga, R. F., Ginting, G. M., Ginting, M. H., & Hasibuan, R. (2014). Pengaruh penambahan gliserol terhadap sifat kekuatan tarik dan pemanjangan saat
putus bioplastik dari umbi talas. Jurnal Teknik Kimia, 3(2), 19–24. Sisnayati, Hatina, S., Rahmi, A. (2019). Pengaruh aditif bawang putih terhadap
karakteristik dan biodegradasi bioplastik dari biji durian. Jurnal Teknika, 6(1), 56–67.
Srimariana, E. S., Kawaroe, M., Lestari, D. F., & Nugraha, A. H. (2020).
Keanekaragaman dan potensi pemanfaatan makroalga di pesisir Pulau Tunda.
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 25(1), 138–144.
Sofia, A., Prasetya, A. T., & Kusumastuti. (2017). Komparasi bioplastik kulit labu kuning-kitosan dengan plasticizer dari berbagai variasi sumber gliserol. Indonesian Journal of Chemical Science, 6(2), 110–116.
Solak, A. O., & Dyankova, S. M. (2014). Composite films from sodium alginate
and high methoxyl pectin - physicochemical properties and biodegradation in soil. Ecologia Balkanica, 6(2), 25–34.
Subagan, K. N. G. D., Suhendra, L., & Wartini, N. M. (2020). Karakteristik bubuk alginat dari alga coklat Sargassum sp. pada perlakuan waktu dan suhu
maserasi. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri, 8(1), 105–113. Utomo, A. W., Argo, B. D., & Hermanto, M. B. (2013). Pengaruh suhu dan lama
pengeringan terhadap karakteristik fisikokimiawi plastik biodegradable dari komposit pati lidah buaya (Aloe vera)-kitosan. Jurnal Bioproses Komoditas
29
Tropis, 1(1), 73–79.
Wahyuni, S. (2017). Sifat fisiko-kimia produk esterifikasi berbahan gliserol hasil
samping biodiesel pada berbagai tingkat kemurnian. Jurnal Agroindustri Halal, 3(2), 160–169.
Wahyuni, S., Hambali, E., & Marbun, B. T. H. (2016). Esterifikasi gliserol dan asam lemak jenuh sawit dengan katalis mesa. Jurnal Teknologi Industri
Pertanian, 26(3), 333–342. Wahyuningtiyas, N. E., & Suryanto, H. (2017). Analysis of biodegradation of
bioplastics made of cassava starch. Journal of Mechanical Engineering Science and Technology, 1(1), 24–31. https://doi.org/10.17977/um016v1
i12017p024 Yudistriani, S. A., Susanty, Deddy, R., & Hamany. (2019). Pengaruh variasi
konsentrasi gliserol dari minyak jelantah terhadap nilai uji bioplastik dari pemanfaatan limbah kulit ari kacang kedelai. Jurnal Konversi, 8(1), 55–60.
Yunar, V. (2011). Evaluasi biodegradabilitas plastik berbahan dasar campuran
pati dan polietilen menggunakan ASTM G21-09, uji mikroorganisme dan uji
lapangan (Skripsi). Universitas Indonesia.
30
LAMPIRAN
Lampiran 1. Ekstraksi Alginat dari Padina sp.
Pengeringan Padina sp. Perendaman dengan CaCl2
Ekstraksi alginat dengan Na2CO3 Pemurnian dengan etanol 96%
Natrium alginat sebelum pengeringan Natrium alginat kering
31
Lampiran 2. Pembuatan Bioplastik Alginat Padina sp. dengan Gliserol
Pencetakan bioplastik
Bioplastik formulasi alginat Padina sp. dengan pemlastis gliserol
A) alginat:gliserol (1:15) B) alginat:gliserol (1:25) D) alginat:gliserol (2:15) D) alginat:gliseol (2:25)
32
Lampiran 3. Uji Ketahanan Air
Penimbangan berat awal Perendaman bioplastik
Penimbangan berat akhir
33
Lampiran 4. Uji Biodegradabilitas
Penimbangan berat awal Penguburan bioplastik
Penimbangan berat akhir
34
Lampiran 5. Perubahan Fisik Bioplastik Alginat dari Padina sp. dengan Pemlastis
Gliserol Setelah Uji Biodegrabilitas
35
Lampiran 6. Data dan Penghitungan Uji Ketahanan Air
Perlakuan Berat
awal (g)
Berat
akhir (g)
Air yang
diserap (%)
Rata-
rata
Ketahanan
air (%)
Rata-
rata Alginat Gliserol
1%
15%
0,0042 0,0068 61,90
64,29
38,10
35,71 0,0042 0,0069 64,29 35,71
0,0046 0,0070 66,67 33,33
0,0042 0,0069 64,29 35,72
25%
0,0044 0,0073 65,91
65,19
34,09
34,81 0,0044 0,0073 65,91 34,09
0,0038 0,0063 65,79 34,21
0,0038 0,0062 63,16 36,84
2%
15%
0,0043 0,0065 51,16
51,79
48,84
48,21 0,0025 0,0038 52,00 48,00
0,0025 0,0038 52,00 48,00
0,0025 0,0038 52,00 48,00
25%
0,0040 0,0066 65,00
63,45
35,00
36,55 0,0040 0.0066 65,00 35,00
0,0042 0,0068 61,90 38,10
0,0042 0,0068 61,90 38,10
Contoh perhitungan air yang diserap bioplastik alginat:gliserol (1:15):
Air yang diserap (%) =
x 100%
Air yang diserap (%) =
x 100 % = 61,90%
Contoh perhitungan ketahanan air bioplastik alginat:gliserol (1:15):
Ketahanan air (%) = 100% - air yang diserap
Ketahanan air (%) = 100% - 61,90% = 38,10%
36
Lampiran 7. Analysis of Varians (ANOVA) Konsentrasi Alginat dan Gliserol
Terhadap Ketahanan Air
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Ketahanan_Air
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 476.327a 3 158.776 70.480 .000
Intercept 24111.878 1 24111.878 10703.170 .000
Alginat 202.778 1 202.778 90.012 .000
Gliserol 157.879 1 157.879 70.082 .000
Alginat * Gliserol 115.670 1 115.670 51.345 .000
Error 27.033 12 2.253
Total 24615.239 16
Corrected Total 503.360 15
a. R Squared = .946 (Adjusted R Squared = .933)
Uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT)
BNT = √
= √
= 2,840834405
Perlakuan alginat terhadap ketahanan air
Perlakuan Rata-rata Simbol Keterangan
A1 70.5228982 a Berbeda nyata satu dengan yang
lainnya A2 84.7569214 b
Perlakuan gliserol terhadap ketahanan air
Perlakuan Rata-rata Simbol Keterangan
G2 71.3562315 c Berbeda nyata satu dengan yang
lainnya G1 83.923588 d
37
Lampiran 8. Data dan Penghitungan Uji Biodegradabilitas
Persentase penurunan berat bioplastik hari ke-3
Contoh perhitungan persentase penurunan berat bioplastik alginat:gliserol
(1:25):
Persentase penurunan berat (%) =
x 100%
Persentase penurunan berat =
x 100% = 23,64%
Laju biodegradabilitas =
Laju biodegradabilitas =
= 0,43 mg/hari
1%-15% 1%-25% 2%-15% 2%-25% Bioplastik Komersial
Berat awal (g) 0,0053 0,0053 0,0055 0,0044 0,0053 0,0057 0,0037 0,0037 0,0043 0,0048
Berat akhir (g) 0,0054 0,0054 0,0042 0,0033 0,0050 0,0056 0,0033 0,0033 0,0038 0,0042
Penurunan berat (%)
-1,89 -1,89 23,64 25 5,66 1,75 11,11 11,11 11,63 12,50
Rata-rata -1,89 24,32 3,71 11,11 12,06
Laju biodegradabilitas
(mg/hari) -0,03 -0,03 0,43 0,37 0,10 0,03 0,13 0,13 0,17 0,20
Rata-rata -0,03 0,04 0,07 0,13 0,18
38
Persentase penurunan berat bioplastik hari ke-6
1%-15% 1%-25% 2%-15% 2%-25% Bioplastik
Komersial
Berat awal (g) 0,0051 0,0045 0,0046 0,0051 0,0053 0,0053 0,0036 0,0036 0,0043 0,0043
Berat akhir (g) 0,0043 0,0038 0,0036 0,0037 0,0050 0,0050 0,0031 0,0031 0,0037 0,0037
Penurunan berat (%)
15,69 15,56 21,74 27,45 5,66 5,66 13,89 13,89 13,95 13,95
Rata-rata 15,62 24,60 5,66 13,89 13,95
Laju biodegradabilitas
(mg/hari) 0,13 0,12 0,17 0,23 0,05 0,05 0,08 0,08 0,10 0,10
Rata-rata 0,13 0,20 0,05 0,08 0,10
Contoh perhitungan persentase penurunan berat bioplastik alginat:gliserol
(1:15):
Persentase penurunan berat (%) =
x 100%
Persentase penurunan berat =
x 100% = 15,69%
Laju biodegradabilitas =
Laju biodegradabilitas =
= 0,13 mg/hari
39
Persentase penurunan berat bioplastik hari ke-9
Contoh perhitungan persentase penurunan berat bioplastik alginat:gliserol
(2:15):
Persentase penurunan berat (%) =
x 100%
Persentase penurunan berat =
x 100% = 7,55%
Laju biodegradabilitas =
Laju biodegradabilitas =
= 0,04 mg/hari
1%-15% 1%-25% 2%-15% 2%-25%
Bioplastik Komersial
Berat awal (g) 0,0049 0,0049 0,0046 0,0051 0,0053 0,0053 0,0041 0,0041 0,0048 0,0048
Berat akhir (g) 0,0041 0,0041 0,0036 0,0037 0,0049 0,0049 0,0035 0,0035 0,0041 0,0041
Penurunan berat (%)
16,33 16,33 21,74 27,45 7,55 7,55 14,63 14,63 14,58 14,58
Rata-rata 16,33 24,60 7,55 14,63 14,58
Laju
biodegradabilitas (mg/hari)
0,09 0,09 0,17 0,23 0,04 0,04 0,07 0,07 0,04 0,04
Rata-rata 0,09 0,20 0,04 0,07 0,04
40
Persentase penurunan berat bioplastik hari ke-12
1%-15% 1%-25% 2%-15% 2%-25% Bioplastik
Komersial
Berat awal (g) 0,0048 0,0049 0,0046 0,0046 0,0049 0,0049 0,0038 0,0038 0,0048 0,0048
Berat akhir (g) 0,0041 0,0040 0,0033 0,0033 0,0045 0,0045 0,0030 0,0030 0,0041 0,0041
Penurunan berat (%)
14,58 18,37 28,26 28,26 8,16 8,16 21,05 21,05 14,58 14,58
Rata-rata 16,48 28,26 8,16 21,05 14,58
Laju biodegradabilitas
(mg/hari) 0,06 0,08 0,11 0,11 0,03 0,03 0,07 0,07 0,04 0,04
Rata-rata 0,07 0,11 0,03 0,07 0,06
Contoh perhitungan persentase penurunan berat bioplastik alginat:gliserol
(2:25):
Persentase penurunan berat (%) =
x 100%
Persentase penurunan berat =
x 100% = 21,05%
Laju biodegradabilitas =
Laju biodegradabilitas =
= 0,07 mg/hari
41
Lampiran 9. Korelasi Pearson antara Persentase Penurunan Berat dengan Laju
Biodegradabilitas
Correlations
LAJU PERSEN
LAJU Pearson Correlation 1 .634**
Sig. (2-tailed) .003
N 20 20
PERSEN Pearson Correlation .634** 1
Sig. (2-tailed) .003
N 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).