kap pedoman komunikasi antar pribadi
DESCRIPTION
BKTRANSCRIPT
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI
“PEDOMAN DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI”
Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Komunikasi Antar Pribadi
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Gede Sedanayasa, M.Pd.
Disusun Oleh Kelompok 10 :
I Made Sumadiyasa ( 1011011103 )
Sang Ayu Made Desiani ( 1111011013 )
I Wayan Wira Arta Kusuma ( 1111011016 )
I Wayan Soma Purmawan ( 1111011029 )
Ni Luh Putu Anik Sugiantari ( 1111011034 )
JURUSAN BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2013
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari
pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses
penyusunan dan pembuatan makalah ini. Rasa terima kasih kami sampaikan
kepada Bapak dosen pembimbing Prof. Dr. Gede Sedanayasa, M.Pd. yang telah
bersedia menuntun dan membantu kami dalam pembuatan makalah ini serta
narasumber dan pihak-pihak lainnya yang turut serta membantu demi
terselesaikannya makalah ini sesuai dengan apa yang telah diharapkan
sebelumnya.
Kami sebagai manusia yang banyak memiliki kekurangan menyadari
bahwa apa yang kami sampaikan dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dalam proses penyampaiannya maupun isi atau hal-hal yang
terkandung di dalamnya. Maka dari itu kami selaku penulis dan penyusun
makalah ini sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang kami
banggakan yang bersifat membangun sehingga dapat membantu kami untuk dapat
lebih menyempurnakan lagi makalah yang kami buat ini. Kami sangat berharap
apa yang kami sajikan dan apa yang kami sajikan dalam makalah ini dapat
memberikan manfaat-manfaat yang sedianya dapat berguna pagi pembaca pada
umumnya dan para calon konselor pada khususnya sehingga apa yang menjadi
tujuan pendidikan di Indonesia serta tujuan Bangsa Indonesia dapat tercapai
sebagaimana yang diharapkan.
Singaraja, 28 Mei 2013
Kelompok 10,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................... 1
1.3. Tujuan..................................................................................... 2
1.4. Manfaat.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 3
2.1. Pedoman Dalam Komunikasi Antar Pribadi.......................... 3
2.2. Penerapan Komunikasi Antar Pribadi Secara Menyeluruh.... 7
2.3. Krisis Keluarga...................................................................... 12
2.4. Upaya Mengatasi Krisis Keluarga......................................... 18
BAB III PENUTUP.................................................................................. 12
3.1. Kesimpulan............................................................................. 12
3.2. Saran....................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Konselor adalah suat profesi yang diperoleh oleh seseorang setelah
mengikuti pendidikan pra jabatan pada lembaga pencetak setingkat
universitas. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang konselor, ia
harus dapat menjadi seorang komunikator maupun komunikan yang baik
dalam mengkomunikasikan informasi sehingga komunikasi menjadi
komunikatif. Kemampuan berkomunikasi yang baik oleh seorang konselor
mutlak harus dikuasai karena dengan melakukan komunikasi yang baik
tersebut seorang konselor dapat menampilkan prilaku Attending yang baik
sehingga dapat menciptakan suatu hubungan konseling yang baik dan
hangat, dan pada akhirnya konseli dapat terbuka dalam mengutarakan
pendapat, ide, gagasan, masalah, bahkan sampai pada rahasia yang bersifat
private yang dimiliki oleh konseli. Namun sebelum seorang konselor dapat
menguasai keterampilan berkomunikasi ini seorang calon konselor yang
sedang mengikuti pendidikan pra jabatan pada lembaga pendidikan
setingkat universitas harus mengikuti mata kuliah yang mengajarkan
bagaimana cara berkomunikasi yang baik. Dalam berkomunikasi tersebut
juga terdapat beberapa macam pedoman yang digunakan dalam melakukan
komunikasi antar pribadi, jadi tidak hanya bagaimana kita atau seorang
konselor/calon konselor berbahasa yang baik dan benar tapi juga harus
memahami tentang pedoman-pedoman yang digunakan dalam melakukan
komunikasi antar pribadi. Pemahaman terhadap pedoman ini sangat penting
karena akan semakin menunjang proses komunikasi berjalan sebagaimana
yang diinginkan oleh pihak-pihak yang sedang melakukan komunikasi.
1.2 Rumusan Masalah.
Sesuai dengan apa yang terdapat dalam latar belakang masalah, maka
yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa saja yang menjadi pedoman dalam melaksanakan komunikasi antar
pribadi ?
1
2. Bagaimana penerapannya ( contohnya ) dalam melakukan komunikasi
antar pribadi ?
1.3 Tujuan.
Berdasarkan apa yang terdapat dalam latar belakang masalah dan
rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dari pembuatan makalah dan
pembahasan materi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan bagaimana berkomunikasi antar pribadi dengan
menggunakan pedoman yang ada.
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi.
1.4 Manfaat.
Sesuai dengan apa yang tercantum dalam latar belakang masalah,
rumusan masalah dan tujuan, maka yang menjadi manfaat dari pembuatan
makalah ini adalah :
1. Pembaca atau pendengar dapat mengerti dan memahami pedoman
dalam berkomunikasi antar pribadi.
2. Terselesaikannya tugas mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pedoman Dalam Komunikasi Antar Pribadi.
Agar komunikasi berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka perlu
diperhatikan beberapa pedoman sebagai berikut :
1. Pedoman Umum.
Memahami individu lawan bicara dalam komunikasi antar pribadi
adalah salah satu pedoman umum yang perlu diperhatikan. Dengan
memahami lawan bicara dalam komunikasi, berarti kita telah dapat
menyesuaikan diri kita dengan lawan bicara kita. Di samping itu
penguasaan tentang keterampilan-keterampilan dalam komunikasi juga
merupakan bagian lain yang tidak kalah pentingnya. Dengan
menangkap pesan komunikan, kita akan dapat memahami / mengelola
pesan tersebut, dan memberikan respon yang tepat sesuai harapan lawan
bicara kita. Dengan kata lain ada dua hal yang dapat disebutkan sebagai
pedoman umum dalam komunikasi antar pribadi yaitu : pemahaman
terhadap lawan bicara dan penguasaan dalam penerapan bicara dan
penguasaan dalam penerapan keterampilan komunikasi.
2. Pedoman Khusus.
Secara operasional pedoman dalam komunikasi antar pribadi yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Memanfaatkan alat indra yang diperlukan.
Seseorang akan bisa memperoleh informasi, memproses informasi
dan memahami makna pesan, apabila dapat memanfaat alat indra
yang dibutuhkan dalam komunikasi secara maksimal. Untuk
merekam informasi digunakan indra pendengar, mengamati
ekspresi atau ulah lawan bicara digunakan indra penglihatan.
Demikian juga indra lain mempunyai manfaat saat dibutuhkan.
Rogers dan Shoemaker ( Liliweri, 1991 : 70 ) berpendapat bahwa,
seseorang dapat berkomunikasi untuk mempelajari sesuatu dengan
baik apabila menggunakan lebih dari satu inderanya.
3
b. Memanfaatkan peluang untuk memperoleh umpan balik.
Saluran komunikasi tatap muka memberikan kemungkinan yang
terbaik untuk mengadakan pertukaran informasi umpan balik.
Peserta komunikasi ( lawan bicara ) kemungkinan mendapat
informasi secara langsung sehubungan dengan pengaruh pesan
yang telah digunakan bersama. Lawan bicara dapat mengajukan
pertanyaan, pernyataan, komentar, pendapat, opini, dan sebagainya
yang mungkin meminimalkan salah pengertian. Manfaatkan secara
maksimal kesempatan yang tercipta guna saling memberi masukan
atau umpan balik dalam komunikasi.
c. Atur strategi pengendalian laju komunikasi.
Dalam proses komunikasi tatap muka kedua pihak berkesempatan
untuk mengatur jalannya komunikasi. Dua pihak bisa saling
meminta, atau mengulang jalannya komunikasi. Dua pihak bisa
saling meminta, atau mengulang pesan yang diperlukan. Lain
halnya komunikasi dengan menggunakan media cetak atau
elektronik maka strategi ini tidak mungkin akan dilakukan.
d. Pemilihan simbol atau isyarat yang cepat.
Komunikasi tatap muka ada kalanya disertai dengan menggunakan
isyarat atau simbol tertentu seperti kerutan kening, gerakan tangan,
gerakan bahu, anggukan dan sebagainya. Pemanfaatan simbol atau
isyarat yang tepat dalam yang tepat pula, dapat membangkitkan
perasaan atau gairah tertentu dari penerima informasi.
e. Pahami individu lawan bicara.
Komunikasi akan makin lancar kalau komunikator mampu
memahami. Baik dari segi status, usia, latar belakang budaya dan
sebagainya. Pemahaman terhadap latar belakang ini, komunikator
dapat menyesuaikan sikap, strategi komunikasi lawan bicaranya.
4
f. Perlunya salinan atau rekaman proses hasil komunikasi.
Jika komunikasi dilakukan beberapa tahap, rekaman proses
komunikasi sebelumnya perlu kiranya diberikan kepada lawan
bicara. Hal ini dilakukan untuk memperlancar komunikasi tahap
berikutnya.
g. Penghargaan.
Penghargaan simbolis bagi lawan bicara kiranya perlu diberikan
terutama pada saat komunikasi itu telah mencapai tujuan bersama,
atau lawan bicara memberikan respon yang sesuai dengan maksud
komunikator. Penghargaan bisa diberikan dengan dukungan, seperti
menyatakan bagus, baik. Bisa pula dengan isyarat lain seperti
acungan jempol dan lain sebagainya.
h. Tunjukan sikap puas
Tunjukan sikap dan perasaan puas terhadap lawan bicara apabila
tujuan bersama atau pengertian bersama telah tercapai. Penampilan
sikap puas ini mendorong lawan bicara untuk lebih percaya pada
komunikator. Sikap puas ini bisa ditunjukkan lewat ekspresi atau
ungkapan verbal.
i. Tunjukan ketulusan
Tulus berarti tidak dapat dan tidak akan main sandiwara dan
bertopeng. Rogers ( dalam Antara Aku dan Kau, 1987 : 171 ),
mengatakan bahwa komunikasi akan lebih komunikatif kalau
didasari atas sikap dan perasaan tulus. Dia menyebutkan dengan
istilah Unconditional Positive Regard artinya penghargaan positif
tanpa isyarat. Dalam komunikasi sebagai seorang terapis ( dalam
psikoterapi ) dia mendambakan ketulusan ini. Dia mengatakan
bahwa manakala terapis menghayati dengan sikap hangat, positif,
dan menerima pada apa yang ada dalam diri klien, ini memudahkan
perubahan. Agus Suyadi ( 1997 : 110 ) dalam buku Asas-asas
5
Komunikasi Antar Manusia, menambahkan dua hal yang perlu
diperhatikan dalam komunikasi antar pribadi yaitu :
1. Kepercayaan.
Mempercayai adalah tindakan penerimaan informasi yang
digunakan bersama sebagai hal yang syah dan benar.
Mempercayai berarti pula menerima keputusan orang yang
menggunakan informasi bersama-sama. Dengan demikian ada
dua hal yang dipercaya, yaitu :
- Percaya pada pesan,
- Percaya pada pembawa pesan ( sumber / komunikator ).
Percaya tidaknya seseorang pada sumber tergantung daripada
mutu dan jumlah informasi yang mengenainya. Dengan kata
lain, suatu kepercayaan tergantung pada mutu dan jumlah
informasi yang dimiliki mengenainya. Dengan kata lain, suatu
kepercayaan tergantung daripada keyakinan menerimanya serta
dari kesesuaiannya dengan kepercayaan-kepercayaan dan yang
bertalian dengan yang dimiliki. Jadi agar sumber lebih percaya,
perlu diteliti lebih jauh seberapa informasi atau pengalaman
yang sudah dimiliki oleh komunikan. Di samping itu diteliti
tentang jalinan kepercayaan yang bertalian dengannya, dan
sudah diterima sebagai hal yang benar, misalnya bila seorang
murid kurang perhatian terhadap informasi yang diberikan,
karena sudah diketahui lebih awal tentang hal tersebut, atau
informasi tersebut tidak terkait lagi dengan kebutuhannya.
Umumnya tiga ukuran yang dapat digunakan untuk menilai
dipercayai atau tidak sumber atau pesan yaitu :
- Kepercayaan dan kompetensinya mengenai persoalan
yang bersangkutan,
- Sampai seberapa jauh sumber tersebut dapat dipercaya
untuk menyatakan kebenaran,
- Kadang-kadang dinilai pula kedinamisan sumber
komunikator tersebut.
6
2. Persetujuan.
Komunikasi akan dapat berlangsung antara dua pihak apabila
ada persetujuan bersama. Persetujuan mengandung arti bahwa
dua pihak saling percaya terhadap pokok atau materi
pembicaraan. Sikap reluctan atau sikap ristem yang dikatakan
oleh Egan : 1982 ( pada Soli Abimanyu, 1996 : 77 ) adalah
sikap tidak menguntungkan dalam komunikasi. Sikap reluctan
artinya sikap dalam keadaan enggan, sedangkan sikap resitem
yang artinya sikap yang tidak tulus ( setengah hati ).
Jika sikap-sikap ini muncul dalam diri seseorang, maka
sebaiknya komunikasi tidak dilanjutkan, karena tidak akan
mendapatkan apa yang diharapkan. Sebaiknya diadakan
komunikasi informal terlebih dahulu untuk menyampaikan hal-
hal yang ingin kita maksudnya untuk tidak mengandung
kecurigaan. Setelah ada persetujuan barulah diadakan
komunikasi antar pribadi. Secara lebih terstruktur dan
mendalam.
2.2. Penerapan Komunikasi Antar Pribadi Secara Menyeluruh.
Keterampilan komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang
memerlukan kecermatan, penguasaan sejumlah keterampilan dan
pemahaman terhadap pribadi. Untuk dapat melaksanakan dan
mengembangkan komunikasi ini dengan baik dan lancar, maka perlu latihan
praktek berkomunikasi dengan menerapkan keterampilan-keterampilan
yang diperlukan. Misalnya, latihan bertanya dan latihan mengamati gerak -
gerik atau bahasa tubuh yang menyertai ungkapan verbal lawan bicara.
Latihan ini bisa dilakukan di kelas atau di laboratorium. Bagi calon guru
pembimbing latihan bisa dinilai oleh teman-temannya. Atau bisa dilakukan
di ruang bimbingan/ruang konseling yang bisa diamati oleh dosen
pembimbing. Latihan dilakukan diri setiap keterampilan sampai semua
keterampilan bisa dikuasai.
7
Dengan penguasaan beberapa keterampilan ini diharapkan para
mahasiswa calon guru pembimbing khususnya memiliki modal dasar dalam
melakukan layanan konseling pribadi, yang pelaksanaannya dilakukan
secara face to face antara pembimbing ( komunikator ) dengan siswa (
komunikan ).
Latihan komunikasi antar pribadi, yaitu sebagai berikut :
1. Latihan menerima.
Latihan menerima lawan bicara dengan menciptakan suasana hubungan
yang akrab, sikap saling percaya, empati, terbuka.
• Berikan salam yang menyenangkan.
• Bicarakan topik netral ( hobi, atau topik lain sesuai dengan keadaan
pihak yang diajak bicara ).
• Tampilkan kehangatan, kewajaran, menghargai.
2. Latihan memperhatikan.
Latihan mengonsentrasikan pikiran kepada lawan bicara.
Konsentrasikan kepada :
• Materi pembicaraan.
• Cara/gaya menyampaikan materi.
• Isyarat / tanda - tanda non-verbal yang menyertai ungkapan
verbalnya.
• Nada suara.
Lakukan latihan ini dengan percakapan tatap muka antara komunikator
dengan komunikan.
3. Latihan merespon.
Latihan memberi respon terhadap ungkapan lawan bicara baik dengan
respon verbal dan respon non-verbal.
• Respon terhadap isi / makna.
• Respon terhadap perasaan.
• Respon terhadap arti.
• Berikan penguatan ( verbal atau non-verbal ).
• Berikan penguatan minimal.
8
4. Latihan mendengarkan.
Latih pendengaran anda secara baik, ujilah pendengaran anda apakah
anda dapat mendengarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicara anda.
• Ungkapkan kembali secara utuh apa yang disampaikan oleh lawan
bicara anda.
• Tangkap makna-makna pokok yang terkandung dalam ungkapan
tersebut.
• Tangkap perasaan yang menyertai ungkapan tersebut.
• Nilailah diri anda apakah anda menjadi pendengar yang dangkal,
pendengar evaluatif, atau pendengar aktif.
• Jika anda belum dapat menangkap pesan / makna pesan yang
diungkapkan, pikirkan sebab-sebabnya.
5. Latihan bertanya
Latihan ini dilakukan untuk mengetahui apakah anda terampil
menggunakan pertanyaan. Dari pertanyaan-pertanyaan yang anda
gunakan jawaban apa yang anda harapkan.
• Latihan menggunakan pertanyaan terbuka.
• Latihan pertanyaan tertutup.
• Supaya pertanyaan anda berkualitas, maka perlu diperhatikan
rambu-rambu bertanya yang baik.
• Hindari menggunakan pertanyaan - pertanyaan yang dinilai kurang
berbobot atau kurang baik, yang mendorong memojokkan lawan
bicara atau membuat lawan bicara tersinggung.
• Pilih waktu yang tepat untuk mengajukan pertanyaan.
• Siapkan pertanyaan secara sistematis, terarah, dan komunikatif.
• Gunakan bahasa sejajar dengan lawan bicara.
6. Latihan Gerak-Gerik.
Latihan gerak-gerik ini meliputi
a. Mata.
Dalam berkomunikasi tatap muka latihan gerak-gerik mata sangat
penting. Gerak-gerik mata ini hendaknya :
9
• Tidak terlalu menatap, yang membuat lawan bicara merasa
malu
• Tatapan mata sekali-kali ditujukan kepada lawan bicara,
sekali-kali diarahkan pada suatu objek lain atau sesuai
kebutuhan.
• Tatapan mata mungkin sekali waktu lebih tajam ditujukan
pada lawan bicara kalau ada hal-hal yang penting untuk
didengarkan atau dibicarakan.
• Pekalah terhadap penampilan lawan bicara hingga
pembicaraan berjalan sesuai dengan harapan.
b. Wajah.
Wajah adalah petunjuk yang jelas tentang sikap, emosi dan
perasaan seorang. Latihan ekspresi wajah anda yang
menggambarkan :
• Perasaan gembira.
• Perasaan sedih.
• Emosi tinggi.
• Sikap menyetujui.
• Sikap menolak.
• Sikap ragu.
• Sikap bertanya.
c. Tangan.
Sikap, pernyataan, atau maksud tertentu bisa menggunakan tangan
sebagai alat komunikasi. Latihan penggunaan tangan yang
menggambarkan :
• Anda sedang berpikir.
• Nada sedang perhatian/ bersalah.
• Menyesal.
• Sikap menghargai.
• Sikap menegaskan.
10
d. Lengan.
Latihan penggunaan lengan dalam berkomunikasi antar pribadi
yang menggambarkan :
• Sikap membela diri.
• Sikap terbuka dan menerima.
e. Sikap duduk.
Sikap duduk dalam berkomunikasi penting diperhatikan. Hal ini
menentukan suasana dan pengaruh dalam berkomunikasi.
• Sikap duduk yang gelisah menandakan tidak sabar.
• Sikap duduk tegak terus menerus terkesan kaku.
• Sikap duduk yang baik adalah sikap duduk yang fleksibel,
sesuai dengan kebutuhan dan peka terhadap kebutuhan
lawan bicara. Sekali-kali sedikit membungkuk menatap
lawan bicara, sekali-kali bergeser, sekali-kali menarik
nafas.
• Praktekkan sikap duduk ini dalam komunikasi antar pribadi
• Gabungan gerak-gerik tubuh
Setelah masing-masing keterampilan di atas dikuasai maka latihlah
gerak-gerik anda secara keseluruhan.
• Mulai dengan menggabungkan beberapa gerak-gerik tubuh
dalam komunikasi.
• Latihlah berkomunikasi secara utuh dengan
menggabungkan antara komunikasi verbal dan komunikasi
non-verbal.
7. Latihan berkomunikasi antar pribadi.
Setelah anda menguasai keterampilan-keterampilan tersebut, maka
cobalah buat suatu skenario Komunikasi Antar Pribadi yang lengkap
tentang suatu topik tertentu.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan.
Jadi dalam melakukan komunikasi antar pribadi agar komunikasi
dapat berjalan sebagai mana diharapkan maka perlu diperhatikan seperti
pedoman umum dan pedoman khusus dalam melakukan komunikasi antar
pribadi, seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Kemudian
selain dari pada pedoman-pedoman tersebut dalam melakukan komunikasi
antar pribadi juga perlu dipahami berbagai keterampilan-keterampilan yang
diperlukan dalam melakukan komunikasi seperti latihan menerima,
memperhatikan, merespon, mendengarkan, bertanya, gerak-gerik dan yang
tentunya penting latihan komunikasi antar pribadi.
3.2. Saran.
Kami harapkan pada para pembaca agar dapat memahami apa itu
komunikasi, bagaimana pelaksanaan komunikasi , karena hal ini sangat
berkaitan erat di dalam proses konseling sehingga antara komunikator
dengan komunikan dalam hal ini konselor dengan konseli dapat mencapai
komunikasi yang efektif.
12
DAFTAR PUSTAKA
Sedanayasa, Gede. 2009. Keterampilan Komuinikasi. Singaraja : Jurusan
Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNDIKSHA.
Tikavemeutia. 2012. Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi. Diakses pada 28 Mei
2013 dari http://tikavemeutia.blogspot.com/2012/04/efektifitas-komunikasi-
antarpribadi.html.
13